ASISTEN KAMERA II FILM HAYYA: THE POWER OF LOVE 2 …keilmuan dan pengenalan dunia kerja bagi...
Transcript of ASISTEN KAMERA II FILM HAYYA: THE POWER OF LOVE 2 …keilmuan dan pengenalan dunia kerja bagi...
LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI
ASISTEN KAMERA II
FILM HAYYA: THE POWER OF LOVE 2
PRODUKSI PT. WARNA KREASI SINEMA
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Kuliah Kerja Profesi (KKP)
Program Studi Televisi dan Film
Jurusan Seni Media Rekam
OLEH:
MIFTAH FAIZ BRILIAN
NIM. 15148117
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2019
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan pada pemberian-Nya atas keseluruhan
bentuk nikmat yang telah diberikan. Hanya karena-Nya lah yakni Dia sebagai Dzat
Agung yang memberikan siang dan malam di muka bumi, manusia dapat
beraktivitas dan melangsungkan sebuah kehidupan. Maka sudah seharusnya
manusia untuk bersyukur dan menggunakan apa yang sudah diberikan sebagai jalan
kebaikan. Terlebih, Kuliah Kerja Profesi sebagai mata kuliah yang harus dijalani
Penulis sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia Surakarta untuk
menyelesaikan pendidikan. Segala proses Kuliah Kerja Profesi yang dijalani,
diharapkan menjadi salah satu keberkahan dalam menimba ilmu, kegiatan
pengalaman, dan hubungan manusia yang sesuai dengan kebidangan dan keminatan
Penulis.
Beserta pula ucapan dan rasa terima kasih yang mendalam atas dukungan-dukungan
yang telah diberikan oleh pihak-pihak terkait pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi.
Segala bentuk dukungan baik moril maupun materil dirasakan Penulis begitu
membantunya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Kuliah Kerja Profesi. Untuk
itu, baik untuk menuliskan rasa terimakasih terhadap:
1. Orang tua Miftah Faiz Brilian, Drs. Sentot Sujarwa dan Nur Junietin
S.Pd.
2. Stephanus Andre Triadiputra, S.Sn., M.Sn selaku Dosen Pembimbing
Kuliah Kerja Profesi.
iii
3. Sri Wastiwi Setiawati S.Sn., M.Sn selaku Ketua Jurusan Seni Media
Rekam.
4. Titus Soepono Adji, S.Sn., MA selaku Ketua Program Studi Televisi
dan Film.
5. Adi Widyarta, Moriza Prananda, Jastis Arimba, sebagai pihak Warna
Pictures dari produksi film Hayya The Power of Love 2.
6. Mas Nur, Bang Ipunk, Bang Fahmi, sebagai Kru produksi film Hayya
The Power of Love 2.
7. Moriza Prananda dan Mas Nur sebagai Pembimbing Lapangan dari tim
kamera.
8. Afdal, Ica, Aisyah sebagai teman sepermagangan.
9. Bapak dan Ibu Dosen ISI Surakarta yang telah mengajar keilmuan
dengan sebaik-baiknya.
10. Bang Adhin dan Bang Fauzi sebagai rekan Aktor yang menyenangkan.
11. Pak Yudi, Iip n’ Genk sebagai Pembantu Umum film Hayya The Power
of Love 2 yang senantiasa menawari logistic dengan disiplin.
12. Seluruh teman-teman program studi Televisi dan Film angkatan 2015.
Ucapan terima kasih untuk seluruh pihak manapun untuk kelancaran dalam
proses menyelesaikan Kuliah Kerja Profesi.
Surakarta, 6 Desember 2019
TTD, Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGATAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Pelaksanaan .......................................................................... 4
C. Manfaat Pelaksanaan ........................................................................ 5
D. Waktu Pelaksanaan .......................................................................... 6
E. Lokasi Pelaksanaan .......................................................................... 6
BAB II MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI ..................... 8
A. Materi Kuliah Kerja Profesi ............................................................. 8
B. Metode Kuliah Kerja Profesi ......................................................... 16
BAB III PELAKSANAAN KERJA PROFESI ............................................... 21
A. Tinjauan Umum Perusahaan .......................................................... 21
B. Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Profesi .................................. 30
v
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 54
A. Kesimpulan .................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo Warna Pictures ........................................................................ 6
Gambar 2. Clapper produksi film Hayya: The Power of Love 2 ..................... 11
Gambar 3. Kolaboratif ..................................................................................... 12
Gambar 4. Kru visual menata mise-en-scene ................................................... 13
Gambar 5. DP film Hayya: The Power of Love 2 ............................................ 15
Gambar 6. Tim kamera dalam adegan hujan ................................................... 16
Gambar 7. Logo Warna Pictures ...................................................................... 21
Gambar 8. Poster 212 The Power of Love ....................................................... 24
Gambar 9. Poster Hayya: The Power of Love 2 ............................................... 24
Gambar 10. Program Televisi Trans TV, Derap Langkah Sang Khalifah ....... 26
Gambar 11. Poster Indonesian XXL Movie ...................................................... 27
Gambar 12. Poster Rindu Sang Murabbi ......................................................... 27
Gambar 13. Workflow produksi film Hayya: The Power of Love 2 ................. 32
Gambar 14. Set kamera dan track yang terpasang ........................................... 37
Gambar 15. Set alat-alat syuting ...................................................................... 41
Gambar 16. Syuting di Rumah Kucing, Cirendeu ........................................... 44
vii
Gambar 17. Aktor, Kru dan Set lighting .......................................................... 45
Gambar 18. Kru (baris kiri) menjadi Cameo di kantor Warna Pictures ........... 48
Gambar 19. Set kamera saat di Jakarta ............................................................ 49
Gambar 20. Set artistik Kamp Pengungsian .................................................... 51
Gambar 21. Set kamera dan lighting di set Kamp Pengungsian ...................... 52
Gambar 22. Tim kamera (DP, Asisten Kamera I & II) .................................... 52
Gambar 23. Adegan peperangan ...................................................................... 53
Gambar 24. Amna sebagai pemeran Hayya ..................................................... 59
Gambar 25. Jastis Arimba film Hayya: The Power of Love 2 ......................... 59
Gambar 26. Diskusi antara Sutradara dan DP .................................................. 60
Gambar 27. Para Cast film Hayya sedang berfoto ........................................... 60
Gambar 28. Suasana di dalam tenda Kamp Pengungsian ................................ 61
Gambar 29. Keriuhan usai syuting ................................................................... 61
Gambar 30. Kru dan Cast sedang preview ....................................................... 62
Gambar 31. Set puing-puing dan asap dari tim artistik .................................... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan perguruan tinggi di Indonesia, mahasiswa yang
menempuh perkuliahan tidak hanya terdidik melalui proses pembelajaran di
kelas. Ada sebuah proses pembelajaran lanjutan di luar kelas dinamakan dengan
Kuliah Kerja Profesi. Kuliah Kerja Profesi (KKP) adalah mata kuliah
diperguruan tinggi yang harus dijalankan mahasiswa dan dilaksanakan setelah
mata kuliah wajib tempuh secara keseluruhan terselesaikan. Kuliah Kerja Profesi
(KKP) ditekankan oleh perguruan tinggi sebagai bentuk pengaplikasian
keilmuan dan pengenalan dunia kerja bagi mahasiswa sesuai dengan program
studi yang ditekuni selama mengenyam bangku perkuliahan.
Mahasiswa yang menempuh Kuliah Kerja Profesi dituntut untuk
melakukan sebaik-baiknya pekerjaan. Tentunya dengan alasan sebagai bentuk
pembelajaran mengasah keahlian, etika dalam bekerja, kreatifitas, membangun
relasi industri, dan mengetahui penggambaran bidang yang akan ditekuni secara
profesional.
Hal-hal itu yang mendasari perguruan tinggi sebagai agen penghasil
sumber daya manusia (SDM) melalui jalur akademis di Indonesia untuk
menghasilkan banyak SDM yang handal. Institut Seni Indonesia Surakarta
adalah salah satu dari sekian banyak perguruan tinggi di Indonesia yang
2
menerapkan sistem KKP. Terkhusus pada Fakultas Seni Rupa dan Desain,
Jurusan Seni Media Rekam, Program Studi Televisi dan Film, Institut Seni
Indonesia Surakarta.
Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan proses perkuliahan yang
terstruktur dalam kurikulum Program Studi Televisi dan Film, ISI Surakarta.
Dilaksanakan pada semester VII (ganjil) dengan waktu pelaksanaan setara
dengan 180 jam efektif. Dengan tujuan untuk berproses mengimplementasikan
ilmu dan kompetensi (softskill dan hardskill) yang didapat selama kuliah. Sesuai
dengan tujuan institusi untuk menghasilkan SDM dengan taraf industri, KKP
menjadi pintu mahasiswa mengaplikasikan keilmuan yang sudah diajarkan.
Pada program studi Televisi dan Film memiliki target mahasiswanya
tercetak untuk bisa bekerja secara profesional di industri kreatif. Mahasiswa
sudah dibekali dengan berbagai macam keilmuan secara akademis dan teknis
tentang produksi program acara televisi dari ide hingga produksi melalui mata
kuliah non-drama televisi. Begitu pula dengan bekal dunia industri perfilman,
mahasiswa sudah diajarkan bagaimana proses pembuatan film dari proses ide
hingga editing dan packaging.
Tentunya dengan visi misi program studi Televisi dan Film, mahasiswa
memiliki kesempatan yang luas untuk bebas menentukan namun dengan
kewajiban KKP di stasiun televisi atau rumah produksi yang spesifik dan sesuai
dengan minat kompetensi. Mahasiswa diperkenankan mengajukan proposal
magang pada institusi sebagai proses awal mata kuliah KKP dilaksanakan.
3
Terlebih kampus dapat mengetahui arah dan tujuan mahasiswa belajar secara
profesional. Berdasarkan pilihan industri yang ditekankan oleh program studi
yakni pertelevisian dan perfilman. Penulis memiliki keminatan pada dunia
profesional perfilman, sehingga rumah produksi menjadi tujuan pelaksanaan
KKP.
Melihat dunia industri film di Indonesia saat ini, sudah cukup banyak
rumah produksi yang memberikan kesempatan mahasiswa film ataupun
mahasiswa lainnya yang berminat pada dunia perfilman. Terlebih, dengan
berkembangnya dunia perfilman Indonesia saat ini berbanding lurus dengan
bertambahnya kebutuhan pekerja industri film atau biasa disebut dengan kru
film. Untuk itu, melihatnya bahwa ada sebuah kesempatan bekerja dan berkarir
dengan baik di industri film Indonesia.
Warna Pictures, menjadi salah satu rumah produksi di Indonesia yang
sedang merambah ke industri film bioskop Indonesia. Sebelumnya, Warna
Pictures bergerak secara independen dan hanya memproduksi film-film
dokumenter termasuk untuk series televisi. Debut awal Warna Pictures pada
industri film bioskop dengan melenggangkan satu film drama-religi berdasarkan
peristiwa nyata dengan judul 212 The Power of Love. Film itu dibesut oleh
Warna Pictures dan disutradarai oleh Jastis Arimba. Rilis di bioskop pada
tanggal 9 Mei 2018. Warna Pictures sendiri dengan filmnya ingin memberikan
kesan lain pada industri perfilman yang berdasarkan filmnya mengusung isu-isu
keislaman. Terlebih tiada lain, bahwa filmnya bisa memberikan tontonan yang
baik.
4
Memproduksi film yang sejenis itu, memberikan semangat penulis untuk
terlibat dalam produksi-produksi film selanjutnya. Terlebih menjadi kesempatan
sebagai pemenuhan mata kuliah KKP. Tepat pada Januari 2019, Warna Pictures
memproduksi kembali film yang bertemakan sama pada film sebelumnya,
dengan tajuk Hayya: The Power of Love 2. Penulis terlibat dalam proses
produksinya sebagai Asisten Kamera II dan sekaligus melaksanakan KKP.
B. Tujuan Pelaksanaan
Kuliah Kerja Profesi sebagai mata kuliah praktek wajib Program Studi
Televisi dan Film yang dilaksanakan oleh mahasiswa di rumah produksi Warna
Pictures pada divisi kamera sebagai Asisten Kamera II adalah:
1. Membuka wawasan tentang etika industri secara profesional.
2. Menerapkan kemampuan bekerja sesuai akademis kampus dan
menyesuaikannya.
3. Meningkatkan konsentrasi fokus secara kemampuan dan
keterampilan sesuai bidangnya.
4. Menambahkan pengalaman kerja.
5
C. Manfaat Pelaksanaan
Tentunya dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi yang dilaksanakan
mahasiswa dengan tujuan yang tertulis di atas memiliki manfaat bagi
mahasiswa, lembaga pendidikan, dan industri.
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana pengenalan mahasiswa tentang dunia kerja
profesional sesuai bidangnya melalui jalur akademis.
b. Bentuk pengpalikasian keilmuan yang didapat selama bangku
perkuliahan.
c. Relasi yang langsung terarah berdasarkan minat mahasiswa.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Penerapan dari visi misi dan pencapaian uji kompetensi materi
ajar program studi sebagai tenaga pendidik institusi.
b. Mampu menghasilkan hubungan mutualisme antara institusi
pendidikan dengan pihak stasiun televisi atau rumah produksi
sebagai pelaku industri.
3. Bagi Industri
a. Industri memiliki jaringan pada tenaga akademis.
b. Memperoleh calon tenaga terdidik yang sesuai minat
kebidangannya melalui jalur akademis.
c. Memudahkan untuk regenerasi para pekerja industri kreatif.
6
D. Waktu Pelaksanaan
Pelaksaan Kuliah Kerja Profesi terlaksana mulai bertepatan pada tanggal
9 Januari 2019 dan berakhir pada tanggal 31 Januari 2019. Tanggal pelaksanaan
KKP/magang sesuai dengan jadwal produksi dari film Hayya: The Power of
Love 2. Dikarenakan magang berada pada proses produksi/syuting film, tidak
ada jam kerja yang formal. Terbilang 24 jam untuk berada di lokasi syuting.
Secara formal, pelaksaan KKP terlaksana sesuai jadwal. Adapun
kelanjutan mengenai proses pelaksaan KKP yakni tentang kelanjutan jenjang
bekerja di Warna Pictures. Untuk itu, tentang kelanjutan proses tersebut
terbilang fleksibel dan di luar pelaksaan KKP.
E. Lokasi Pelaksanaan
Rumah produksi yang dijadikan lokasi pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
adalah berikut:
Gambar 1. Logo Warna Pictures
(Sumber: Facebook Warna Pictures)
7
Nama PH : Warna Pictures
Perusahaan : PT. Kreasi Sinema
Divisi : Kamera
Jobdesk : Asisten Kamera II (Film Hayya: The Power of Love 2)
Alamat : Ubud Village, Blok A No. 21, Ciledug, Tangerang.
Telephone : (021) 5804262
Website : www.warnapictures.com
Email : [email protected]
8
BAB II
MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI
A. Materi Kuliah Kerja Profesi
1. Materi Umum
Kuliah Kerja Profesi merupakan mata kuliah wajib tempuh untuk para
mahasiswa. Mata kuliah ini ditujukan untuk mahasiswa mampu
mempraktikan ilmu dan komptensi (softskill dan hardskill) yang didapat
selama mengenyam bangku perkuliahan. Selain itu, mahasiswa yang
melaksanakan KKP juga diharapkan pula tidak hanya mempraktikan
keilmuan akademis, melainkan juga memperhatikan etika kerja, kooperatif,
komunikatif, kreatif, hingga inovatif sesuai dengan situasi dan kondisi
budaya industri tempat berlangsungnya KKP.
Bekerja dalam ranah film tentunya membutuhkan kemampuan yang
tidak hanya tentang sebatas pengetahuan. Membuat sebuah film dari
praproduksi hingga pasca produksi merupakan kegiatan kolektif, baik ide,
dana dan tenaga. Tentunya KKP ini menjadi peluang besar bagi mahasiswa
untuk mempelajari lebih dalam tentang konsep dan teknis produksi film
secara langsung, dengan orang-orang yang berpengalaman sesuai dengan
fokus minat kebidangan dengan akses yang lebih mudah. Lebihnya,
mahasiswa secara langsung bisa membangun relasinya sendiri untuk jenjang
karir industri setelah usai dari dunia perkuliahan.
9
a) Film Fiksi
Film yang yang diproduksi oleh Warna Pictures yang berjudul
Hayya: The Power of Love 2 masuk dalam jenis film fiksi. Film fiksi
adalah film yang terikat oleh sebuah plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering
menggunakan rekaan di luar kerjadian nyata serta memiliki konsep
pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga
terikat oleh hukum kausalitas.1 Mengenai film fiksi, erat pula
kaitannya dengan genre. Genre itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau
pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur
cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta
karakter.2
Berdasarkan dengan definisi yang dikemukakan oleh Himawan
Pratista pada bukunya Memahami Film, Film dengan judul Hayya: The
Power of Love 2 masuk dalam klasifikasi film fiksi dengan genre drama-
religi-komedi. Dalam sebuah film, tentunya memiliki genre induk
primer. Dalam Film Hayya: The Power of Love 2, genre primernya
adalah drama. Genre drama bisa jadi merupakan genre paling banyak
diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Genre drama
umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta
suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh
1 Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta:Homerian Pustaka, 2008, hlm 6. 2 Ibid, hlm 10.
10
lingkungan, diri sendiri, maupun alam. Genre drama mampu
berkombinasi dengan genre apapun seperti komedi, thriller, fantasi,
horor, dsb. Film bergenre drama umumnya bisa ditonton oleh semua
kalangan namun sering kali juga membidik kalangan penonton tertentu.3
Dalam proses pembuatan film, terdapat 3 (tiga) tahapan secara
umum yakni praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.
1. Praproduksi
Dalam tahapan praproduksi, sebuah karya audio-visual yakni
film berada dalam proses persiapan-pematangan. Skenario mulai
ditulis secara berkala hingga masuk ke dalam draft yang disetujui
dan layak untuk diproduksi. Lalu dilanjutkan dengan breakdown
skenario sebagai proses interpretasi naskah dan penyerapan bagi
para kru sesuai dengan bidang jobdesknya. Proses itu dilakukan
secara berulang-ulang hingga konsep dan kebutuhan aspek naratif,
aspek sinematik, dan estetika matang secara perhitungan teknis, serta
siap untuk lanjut dalam tahap produksi.
Tidak jarang pula proses ini memakan banyak waktu
tergantung kesiapan kru hingga pendanaan sesuai dengan tingkat
pencapaian estetika dalam naskah dan visualisasi sutradara. Dalam
tahap ini, proses pembuatan skenario film, juga ada beberapa orang
yang menuliskannya di luar dalam rentang waktu proses
3 Ibid, hlm 14.
11
praproduksi. Sehingga ada sebuah perbedaan dan batas garis lurus
antara penulisan naskah dengan proses praproduksi.
2. Produksi
Setelah berkutat panjang dengan proses praproduksi, maka
para filmmaker, aktor-aktris, dengan jajaran krunya melanjutkan
produksi film ke tahap selanjutnya yakni produksi. Tahap produksi
adalah tahap naskah atau skenario yang sudah dipersiapkan konsep
dan teknisnya secara matang dan seksama direalisasikan dengan cara
melakukan perekaman adegan. Pada tahap ini pula, perekaman
gambar utama dikerjakan yang biasa juga disebut dengan syuting.
Gambar 2. Clapper produksi film Hayya: The Power of Love 2
(Foto: Bonco, 2019)
Proses produksi merupakan proses yang krusial dalam
produksi film. Dalam proses ini dibutuhkannya sebuah sistem kerja
kolaboratif pada semua kru yang signifikan sehingga syuting bisa
menjadi efektif dan efisien di lapangan. Efektifitas dan Efisiensitas
12
pada proses syuting itu nantinya akan berdampak pada hasil materi
perekaman video dan audio yang maksimal.
Gambar 3. Kolaboratif
(Foto: Bonco, 2019)
3. Pascaproduksi
Proses produksi film yang terakhir secara umum adalah
pascaproduksi. Pada dasarnya pascaproduksi adalah sebuah proses
pengolahan materi perekaman saat syuting baik video dan audio
untuk dijadikan satu kesatuan film utuh. Biasanya proses
pascaproduksi dikerjakan oleh kru editing. Editing adalah transisi
sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.4 Pada proses
editing, bahan-bahan dasar film yang telah direkam diurai-diolah-
dirancang-ditata berdasarkan naskah dan visi sutradara, termasuk
dengan gaya editing-nya. Hal itu, menyebabkan editing menjadi
4 Ibid, hlm 2.
13
sebuah proses penentu apakah film itu berhasil atau tidak. Selain
editing, pascaproduksi juga memiliki tahap-tahap finishing dan
packaging. Proses tersebut merupakan proses setelah film final
editing. Guna sebagai pemasaran pada khalayak dan calon penonton.
2. Materi Khusus
Sesuai dengan divisi tempat Kuliah Kerja Profesi yang tertera, bahwa
Penulis berkesempatan untuk berdiri di dalam tim kamera sebagai asisten
kamera II. Kamera adalah alat utama dari sebuah produksi film. Di dalamnya
terdapat aspek-aspek pembangun film yang sangat menentukan kualitas dari
film tersebut. Kamera merekam apa yang tampak pada layar dan sesuai
terhadap kebutuhan cerita serta visi sutradara. Mengenai apa yang tampak
pada layar, dalam istilah film disebut dengan mise-en-scene.
Gambar 4. Kru visual menata mise-en-Scene
(Foto: Bonco, 2019)
Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-
en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya
14
kostum dan make-up.5 Apa yang ada di depan kamera merupakan sebuah
tatanan kebutuhan dari aspek naratif dan aspek sinematik. Tatanan itu akan
membangun sebuah ruang, waktu dan suasana yang menciptakan ilusi
sehingga apa yang berada di layar menghasilkan kesan-kesan realitas.
Impresi atau kesan itu mampu membawa sebuah abstraksi penonton (setelah
film utuh) untuk bisa merasakan kehadiran realita tersebut. Sehingga muncul
sebuah pengalaman sinematik atau menonton film melalui tatanan di depan
kamera.
Secara khusus dalam proses produksi film, tim kamera menyusun-
meletakkan-menentukan posisi dimana kamera akan diletakkan untuk
mencapai shot-shot yang dibutuhkan sutradara. Terlebih tim kamera harus
pandai untuk menciptakan ruang dan waktu sebagai estetika film. Dalam hal
ini, peran sebagai asisten kamera sangat dibutuhkan dari seorang Director of
Photography. Director of Photography atau biasa disingkat dengan DP
adalah orang yang bertanggung jawab atas sinematografi. Sinematografi
sendiri adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan
kamera dengan obyek yang diambil.6 Perlakuan terhadap kamera tersebut
adalah aspek-aspek kamera.
5 Ibid. 6 Ibid.
15
Gambar 5. DP film Hayya: The Power of Love 2
(Foto: Bonco, 2019)
Ketika aspek-aspek mise-en-scene sudah siap, maka kamera pun juga
harus siap dengan setiap perangainya. Mengenai peletakan kamera, jarak
dari objek pada kamera, lensa yang digunakan, konfigurasi kamera, tinggi-
rendah kamera dan tripod, lama pengambilan, pergerakan kamera,
penggunaan track, penggunaan crane, penggunaan sudut kamera, dan
framing. Hal-hal tersebut yang diperhatikan betul sebagai tim kamera dalam
pekerjaannya. DP mengatur estetika visual yang dibangun, Asisten Kamera
I sebagai pembantu konfigurator-operator kamera, dan Asisten Kamera II
sebagai pembantu kebutuhan perangai lainnya.
Tim kamera merupakan kru yang bekerja langsung di lapangan,
dengan begitu tentunya memiliki SOP atau Standard Operating Procedures
yang tegas sebagai pekerja lapangan dibanding tim lainnya. Tim kamera
memiliki SOP mengenai pengenaan pakaian. Tentunya dengan standard
keamanan dan kenyamanan di lapangan, bersepatu. Secara spesifik SOP dari
16
tim kamera ditekankan untuk menggunakan baju berwarna hitam
dikarenakan rawannya cahaya pantulan jika menggunakan warna yang
cerah. Hal-hal kecil seperti itu masuk ke dalam etika bekerja, yang mampu
memudahkan proses pengambilan gambar utama.
Gambar 6. Tim kamera dalam adegan hujan
(Foto: Bonco, 2019)
B. Metode Kuliah Kerja Profesi
1. Pengumpulan Data Primer
a. Observasi
Setelah mendapatkan persetujuan akademik kampus dan pihak
Warna Pictures, Penulis berangkat untuk menyelesaikan mata kuliah
KKP. Sebagai mahasiswa, diperlukannya untuk melakukan observasi
lingkungan terlebih dahulu guna penyesuaian yang tepat dan adaptasi
dengan baik.
17
Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.7 Dalam Observasi,
terdapat jenis-jenisnya yakni diantaranya observasi terstruktur, observasi
tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.
Observasi terstruktur disebut juga observasi sistematis. Observasi
jenis ini dilakukan berdasarkan pola yang ditentukan oleh peneliti.
Peneliti membuat daftar yang berisikan kategori aktivitas-aktivitas atau
fenomena-fenomena apa saja yang perlu diperhatikan. Observasi tak
terstruktur disebut juga observasi eksperimental. Pada jenis observasi ini,
peneliti tidak membatasi pengamatannya pada hal-hal tertentu saja.
Peneliti mencatat seluruh informasi yang didapatkan pada saat
pelaksanaan observasi. Observasi partisipan yakni peneliti juga dapat
mengambil peran dalam situasi yang berlangsung. Pada jenis ini, peneliti
menjadi salah satu orang yang melakukan aktivitas yang diteliti. Dengan
demikian, peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dari
aktivitas tersebut sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih
mendalam. Pada observasi nonpartisipan, peneliti mengumpulkan data
yang dibutuhkannya tanpa menjadi bagian dari situasi yang terjadi.
Peneliti memang hadir secara fisik di tempat kejadian, namun hanya
mengamati serta melakukan pencatatan secara sistematis terhadap
7 Riduwan, Metode Riset, Jakarta:Rineka Cipta, 2004, hlm 104.
18
informasi yang diperolehnya.8 Dalam konteks Kuliah Kerja Profesi,
Penulis menggunakan observasi partisipan yakni secara langsung turut
andil dalam berbagai macam gejala lingkungan yang terjadi di lokasi
KKP. Secara khusus, observasi sangat penting untuk dilakukan
dikarenakan memudahkan seseorang dalam proses adaptasi di
lingkungan yang baru untuk pertama kali hingga dalam konteks Kuliah
Kerja Profesi sebagai penyesuaian etika dalam bekerja. Dampaknya
komunikasi lebih cepat terbangun dan berada dalam satu frekuensi yang
sama.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data dengan wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat
dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.9
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan
8 http://kinibisa.com/artikel/detail/research/subdetail/observasi/read/jenis-jenis-observasi-dalam-sebuah-penelitian (Online: di akses 28 November 2019). 9 Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung:Alfabeta, 2011, hlm 317.
19
instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternative jawabannyapun telah dipersiapkan. Dalam wawancara ini
setiap responden diberikan pertanyaan yang sama. Alat bantu yang dapat
digunakan dalam wawancara antara lain tape recorder, gambar brosur,
dan sebagainya. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.
Pedoman yang digunakan dalam wawancara jenis ini hanyalah berupa
garis-garis besar permasalah yang akan ditanyakan. Dalam wawancara
tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang
akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden.10
Penulis mendapati wawancara secara tidak terstruktur
dikarenakan berhubungan dengan situasi budaya yang lebih fleksibel.
Penulis pun menggunakan wawancara tidak terstruktur sebagai gaya
pendekatan pada keseluruhan kru yang terlibat dalam produksi film
Hayya: The Power of Love 2. Selebihnya keseluruhan proses
pengumpulan data primer tentang metode Kuliah Kerja Profesi lebih
mengalir apa adanya.
10 https://www.konsistensi.com/2013/04/wawancara-sebagai-metode-pengumpulan.html (Online: diakses pada 28 November 2019).
20
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap. Data sekunder diperoleh Penulis
secara tidak langsung dan dapat melalui sebuah perantara. Data sekunder
dapat berupa dokumen, atau bukti catatan dan laporan yang tersusun dalam
arsip. Berikut pembagian format pengumpulan data sekunder.
a. Analisis Dokumen dan Rekaman
Kuliah Kerja Profesi dalam ranah produksi dan di divisi kamera,
dokumen yang didapat untuk dianalisa adalah skenario utama yang
digunakan sebagai blue print proses syuting. Tentunya analisis skenario
untuk tim kamera menjadi shotlist sebagai kebutuhan pengambilan
gambar. Di dalam prosesnya, Penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengetahui proses pembuatan shotlist.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka tentunya dilakukan dengan perlakuan pada data-
data dan buku-buku yang berkaitan dengan rumah produksi. Dengan
begitu, metode Kuliah Kerja Profesi bisa lebih mendalam untuk info-info
perihal lokasi KKP, sejarah-sepak terjang rumah produksi, hingga karya-
karya yang sudah diselesai dikerjakan.
21
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PROFESI
A. Tinjauan Umum Perusahaan
Gambar 7. Logo Warna Pictures.
(Sumber: Facebook Warna Pictures)
1. Sejarah Perusahaan
Warna Pictures didirikan dengan nama PT. Warna Media Art di
Jakarta oleh Ady Widyarta & Moriza Prananda pada 19 November 2010.
Ady Widyarta dan Moriza Prananda sebelumnya pernah bersama-sama
bekerja di stasiun televisi Metrotv Jakarta. Warna Pictures banyak
mengerjakan film-film dokumenter, video profil perusahaan dan video profil
tokoh-tokoh nasional dan tokoh daerah serta mengerjakan iklan televisi dan
videoklip.
22
Tahun 2016, dilakukan RUPS untuk membubarkan perusahaan dan
mendirikan perusahaan baru dengan nama PT. Warna Kreasi Sinema dengan
menambah susunan kepemilikan saham. Masuk menjadi pemegang saham
baru yakni Jastis Arimba dan Weldy Handoko. Jadi sejak 2016 kepemilikan
saham Warna Pictures menjadi 4 orang.
Warna Pictures untuk pertama kali memproduksi film layar lebar pada
tahun 2017 dan telah tayang di bioskop-bioskop nasional pada Mei 2018.
Film pertama produksi Warna Pictures berjudul “212 The Power of Love”.
Film bergenre drama keluarga ini diperankan oleh aktor Fauzi Baadila, Roni
Dozer, Adhin Abdul Hakim, Meyda Safira dan Hamas Syahid. Tahun 2019,
Warna Pictures kembali memproduksi film layar lebar dan kali ini berjudul
“Hayya: The Power of Love 2”. Film kedua ini kembali dibintangi Fauzi
Baadila, Adhin Abdul hakim, Meyda Safira dan bintang yang sedang naik
daun di kalangan youtuber yakni Ria Ricis. Film ini direncanakan akan
tayang di bioskop pada Setember 2019.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Kini Warna Pictures sudah menjadi bagian dari industri perfilman
Indonesia sejak film pertamanya 212 The Power of Love tayang di bioskop
seluruh Indonesia. Tentunya perjalanan Warna Pictures dan pencapaiannya
sebagai perusahaan yang bergerak di dalam ranah industri perfilman
Indonesia, ada sebuah visi dan misi sebagai bahan bakar pergerakan dari
karya dan pekerjaannya. Berikut Visi dan Misi dari PT. Warna Kreasi.
23
I. Visi
Turut serta mewarnai industri perfilman nasional dengan
berlandaskan pada nilai-nilai moral dan spiritual.
II. Misi
Menjadi rumah bagi insan-insan kreatif dalam melahirkan karya-
karya film berkualitas dan menjadi inspirasi bagi masyarakat
Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Secara resmi, PT. Warna Kreasi tidak menggunakan struktur
organisasi secara masif. Perusahan tersebut hanya dipimpin oleh beberapa
orang saja.
- Direktur Utama : Ady Widyarta
- Ketua Komisaris : Moriza Prananda
- Direktur : Jastis Arimba
- Komisaris : Weldy Handoko
4. Fasilitas dan Peralatan
Sebagai tempat berkreatifitas, Warna Pictures saat ini menyewa
sebuah kantor 3 lantai di selatan Jakarta. Dan untuk mendukung kegiatan,
Warna Pictures memiliki sendiri peralatan berupa 4 buah kamera
professional dan peralatan lainnya seperti peralatan lighting, peralatan
sound, serta beberapa computer yang digunakan untuk editing dan
administrasi.
24
5. Hasil Produk
a. Film Layar Lebar:
1. “212 The Power of Love”, Produksi 2017, tayang 2018
Gambar 8. Poster 212 The Power of Love.
(Sumber: IMDb.com)
2. “Hayya: The Power of Love 2”, Produksi 2019, tayang 2019
Gambar 9. Poster Hayya: The Power of Love 2.
(Sumber: Prokabar.com)
25
b. Film Fiksi Pendek:
1. Sang Idola, 2013
2. Malam Pertama, 2016
3. Mustofa, 2017
4. Merajut Harapan, 2017
5. Di Kala Sakit, 2018
6. Mimpi Sukma, 2018
7. Mona, 2018
8. Selamat Pagi Rida, 2018
9. Selamat Ulang tahun Alan, 2018
10. Susi Ingin bekerja, 2018
c. Program televisi:
1. “Kicaumania”, Dibawakan oleh Ringgo Agus Rahman, 13 eps
dokumenter tentang komunitas pecinta burung kicau, tayang di
Antv 2010-2011.
2. “Prue Story”, 6 eps perjalanan presenter Marischa Prudence
keliling Indonesia, Kementerian Pariwisata Indonesia tayang di
Metrotv 2012
26
3. “Serbu (Serdadu Budaya)”, Program Tv tentang
memperkenalkan kembali budaya Indonesia dibawakan oleh
Tora Sudiro, 2013 tidak tayang
4. “Selamat pagi Indonesia”, video dokumenter pendek tentang
lifestyle masyarakat DKI tayang setiap pagi di NET 2013
5. “Derap Langkah Sang Khalifah”, 30 eps tentang penelusuran
sejarah Islam di Eropa dibawakan oleh Ziezie Sahab, Ust. Zaki
Mirza dan Syahrul Gunawan, tayang di TransTv 2017.
Gambar 10. Program Televisi Trans TV, Derap Langkah Sang Khalifah.
(Sumber: Akun Facebook Derap Langkah Sang Khalifah)
d. Dokumenter:
1. “Kopi Gayo”, Concervation International Indonesia 2011
2. “Bidan Kaum Pinggiran”, 2011
3. “Heritage Indonesia”, 7 eps Warisan Budaya Dunia di
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
2012
4. “Perempuan-Perempuan Perkasa”, Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia 2012
27
5. “Indonesian XXL”, PrimaFit 2016
6. “Rindu Sang Murabi”, 2016
7. “Bagus Kuning”, 2017
8. “Rising Hope From Sinabung”, ILO 2017
9. Dll.
Gambar 11. Poster Indonesian XXL Movie.
(Sumber: Akun Facebook Indonesia XXL Movie)
Gambar 12. Poster Rindu Sang Murabbi.
(Sumber: Tribunnews.com)
28
e. Iklan:
1. Keselamatan Perjalanan, KNKT 2012
2. Hemat Listrik, Kementerian ESDM 2012
3. Hemat BBM, Kementerian ESDM 2012
4. PSA Diknas, 2013
5. Panti Yatim Indonesia, 2013
6. Pertamax, 2103
7. PSA BNPB, 2013
8. Citilink, 2014
9. PSA “mari Bung”, Kemensos 2014
10. CSR Bank Sinarmas, Ende 2019
11. Dll.
f. Company Profile:
1. Statoil 2012
2. Merpati Airline 2012
3. Apol 2013
4. Garuda Travel Fair 2014
5. Manulife 2014
29
6. APHI 2015 & 2018
7. Asian Agri 2016
8. Prima Fit 2016
9. BUMN BGR 2017
10. Bank Sinarmas 2016-2019
11. BUMA 2018
12. APP 2019
13. Dll.
g. Profil Tokoh:
1. Ivan Nestorman, 2012
2. Ahmad Sahroni, 2013
3. Doni Damara, 2013
4. Mel Shandy, 2013
5. Ricky Subagja, 2013
6. Melly Manahutu, 2013
7. Hinca Panjaitan, 2017
8. Bertrand Antolin, 2018
9. Eva Yuliana, 2014 dan 2018
30
B. Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Profesi
1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan KKP
Rangkaian kegiatan dari Kuliah Kerja Profesi yang dilakukan oleh
penulis dilaksanakan sesuai dengan waktu penjadwalan produksi film
Hayya: The Power of Love 2. Jarak waktu yang digunakan dalam proses
Kuliah Kerja Profesi di lapangan mulai pada tanggal 9 Januari hingga 31
Januari 2019. Jam kerja yang digunakan seperti syuting film pada umumnya,
tidak ada ketentuan waktu yang formal (terbilang stand by selama kurang
lebih 17 jam).
Lokasi dari Kuliah Kerja Profesi juga sesuai dengan lokasi yang sudah
ditentukan dan berdasarkan kebutuhan cerita film Hayya: The Power of Love
2. Tercatat lokasinya bertepatan di Ciamis, Bandung dan sekitarnya, Jakarta
Pusat, Jakarta Selatan, dan Gumuk Pasir, Yogyakarta.
2. Rencana dan Realisasi Kegiatan
Berdasarkan dengan ketentuan pihak kampus ISI Surakarta,
mahasiswa wajib mengajukan proposal sebagai perencanaan Kuliah Kerja
Profesi. Dalam proposal tersebut, tercantum rangkaian rancana pelaksanaan
untuk KKP dimana, kapan, dan sebagai apa. Sesuai dengan prosedur
institusi, melalui proposal tersebut penulis mengajukan pada divisi
penyutradaraan. Hal itu dikarenakan atas anjuran dan arahan pihak dosen
untuk mengajukan berdasarkan keminatannya, selain dengan kesesuaian
proposal tugas akhir.
31
Warna Pictures sebagai pihak penerima menempatkan penulis berada
di divisi kamera, dikarenakan tim dari penyutradaraan sudah penuh terisi
semua. Selama pelaksanaan KKP, penulis berada di bawah arahan sutradara
Jastis Arimba dan DP Moriza Prananda sebagai mahasiswa magang. Dalam
realisasinya, Kuliah Kerja Profesi di sebuah rumah produksi cukup membuat
banyak pembelajaran. Berada dalam sebuah produksi film layar lebar
membuat etika bekerja, disiplin waktu, efektifitas dan efisien semakin
terpacu. Produksi film di industri dengan di kampus tidaklah jauh berbeda,
namun workflow dan profesionalitas menjadi perihal mencolok yang berdiri
berada di antaranya. Penulis juga turut andil dalam proses kreatif penentuan
di dalam tim juru kamera. Moriza Prananda sebagai DP dan pengarah
lapangan KKP mengarahkan agar penulis untuk tidak segan-segan jika
memiliki sebuah ide dari tata kamera yang mungkin bisa dipertimbangkan
dan direalisasikan, Tentunya berdasarkan kesesuaian konsep yang sudah
ditentukan. Bagi penulis, itu adalah sebuah kebijaksanaan bekerja dalam
realisasi kegiatan KKP.
Selain workflow dan profesionalitas, ada sebuah pembicaraan
mendalam tentang kualitas dan kuantitas. Penataan kamera membutuhkan
sebuah energi yang tidak sedikit, sehingga dalam koordinasi tim di lapangan
membutuhkan sebuah kesabaran. Tentunya kesabaran ini menjadi sebuah
kunci bagian krusial untuk mencapai kualitas sehingga tata kamera tidak
dilakukan dengan asal-asalan. Kesabaran pula menjadi bagian dari
pembelajaran etika bekerja yang didapat penulis ketika KKP.
32
Gambar 13. Workflow produksi film Hayya: The Power of Love 2.
(Foto: Bonco, 2019)
3. Pekerjaan dan Peranan yang Dilakukan
Melaksanakan Kuliah Kerja Profesi yang dijadikan sebagai mata
kuliah di Institut Seni Indonesia Surakarta yakni untuk mahasiswa mampu
mempelajari sesuai dengan minat kebidangannya. Tentunya mahasiswa
sudah seharusnya menggunakan kesempatan yang sudah direalisasikan itu.
Pengalaman dan ilmu-ilmu non-akademis dari terlaksananya KKP perlu
untuk dicatat sebagai bentuk proses belajar dari mahasiswa.
Pekerjaan yang dilakukan penulis selama berada di dalam produksi
film Hayya: The Power of Love 2 adalah berperan sebagai asisten kamera II.
Secara umum peranan jobdisk asisten kamera II yakni bertugas untuk
membantu pekerjaan dari Director of Photography dalam menjalankan
teknis penataan kamera yang sudah dipersiapkan saat sebelum hari syuting
tiba.
33
Secara terperinci, berikut pekerjaan utama atau Major penulis sebagai
asisten kamera II selama bertugas di dalam tim kamera yang terbagi dalam
tahapan praproduksi-produksi-pascaproduksi.
i. Tahap Praproduksi
Penulis melaksanakan KKP di produksi film Hayya: The
Power of Love 2 tidak memiliki begitu banyak kesempatan waktu
untuk mengikuti proses praproduksi. Penulis berada di dalam
keanggotaan kru sebagai asisten kamera II tepat di H-2 syuting.
Meskipun begitu, penulis masih bisa mengikuti beberapa kegiatan
dari beberapa divisi yang masih dikerjakan hingga penghujung
waktu praproduksi. Penulis mampu memberikan bantuan dalam
bentuk pikiran dan tenaga.
1) Persiapan Peralatan Kamera
Sebelum hari syuting tiba, penulis sudah berada di
kantor Warna Pictures. Sesuai dengan arahan dari Moriza
Prananda selaku pembimbing lapangan, penulis diberikan
tugas untuk mempersiapkan peralatan yang dimiliki Warna
Pictures untuk kebutuhan syuting. Penulis tidak sendiri
melakukannya, bersama dengan Emon yakni staf penjaga
peralatan Warna Pictures. Dalam penerapannya, penulis
membuat daftar peralatan yang dibawa ke Ciamis dan
34
bertanggung jawab untuk memberikan pengamanan
terhadap sejumlah alat yang tertera dalam daftar.
2) Pemahaman Workflow dari File-Loader
Sebagai asisten kamera II, penulis saat praproduksi
diberikan tugas lebih selain sebagai penjaga peralatan.
Penulis diberikan tanggung jawab sebagai file-loader yakni
orang yang bertugas untuk melakukan pencatatan, penamaan
dan pengamanan berkas syuting. Melalui penyampaiannya
dari Ipoenk selaku Line Producer, file-loader merupakan
pekerjaan yang cukup beresiko karena data harus benar-
benar tercatat dengan baik sehingga bisa terlacak jika
terjadinya kesalahan.
3) Camera Report
Camera report merupakan penugasan lainnya yang
seharusnya dikerjakan sebagai asisten kamera II. Namun, DP
tidak terlalu membutuhkannya dan menurutnya sudah cukup
bersamaan dengan pekerjaannya script continuity. Sehingga,
penulis tidak diberikan penugasan tentang camera report.
Walaupun begitu, Ipoenk selaku Line Producer tetap
memberikan briefieng dan gambaran tentang camera report
sebagai pengetahuan tambahan. Camera report digunakan
sebagai pengukuran penataan kamera secara presisi sehingga
35
kontinuitasnya dan kualitas estetika yang ditimbulkan
penataan kamera terjaga dengan baik.
ii. Tahap Produksi
Asisten kamera II adalah pekerjaan yang secara keseluruhan
berurusan dengan kepentingan di lapangan. Dalam bagian ini,
penulis mulai melakukan penugasan sebagai asisten kamera II yang
saat praproduksi telah diberikan, yakni sebagai file-loader dan
penjaga alat Warna Pictures. Pada saat produksi penulis bekerja
sama dengan Nur yakni asisten kamera I. Sebagai asisten kamera I,
Nur juga memberikan penugasan lapangan sebagai rekan kerja.
Berikut pekerjaan lapangan dari asisten kamera I terhadap penulis.
1) Koreksi dan Kontinuiti Tata Kamera
Bekerja di lapangan sangat membutuhkan kolaborasi
tim yang tepat. Hal itu dikarenakan fokus pekerjaan yang
bermacam-macam. Koreksi dan Kontinuiti terhadap
perlakuan kamera atau sinematografi merupakan pekerjaan
utama dari seorang asisten kamera II. Pada dasarnya, metode
yang digunakan seharusnya menggunakan metode camera
report. Hal itu akan memberikan data-data yang lebih tepat
dan terukur untuk menjaga kualitas penataan kamera.
Namun, terlebih dalam penerapannya, DP dari film Hayya:
The Power of Love 2 Moriza Prananda merasa tidak
36
membutuhkannya sehingga dialihkan secara teknis yang
lebih ringkas dengan penugasan untuk fokus melakukan
koreksi dan kontinuiti oleh penulis.
2) Loading Kamera dan Aksesoris Kamera
Asisten kamera II sebagai pembantu lapangan akan
selalu bermain dengan alat-alat utama syuting, yakni kamera
dan perkakas lainnya. Kamera yang digunakan syuting
Hayya: The Power of Love 2 adalah Canon C300, lalu
menggunakan 5 (lima) lensa Canon cine-lens dengan
kelengkapan focal length 18mm, 24mm, 35mm, 50mm,
85mm. Aksesoris yang digunakan yakni tripod vidio,
babypod, rig, atomos, blackmagic monitor, dan kelengkapan
kaca ND. Kamera beserta aksesorisnya yang digunakan saat
syuting merupakan perlatan sewa. Sehingga alat-alat
tersebut menjadi bagian penugasan dari asisten kamera II
selama syuting untuk dijaga sesuai SOP agar aman
terkendali. Loading alat merupakan pekerjaan yang harus
dilakukan dengan disiplin dan ketat terjaga setiap saat.
3) Pemasangan track sebagai kru keygrip
Track menjadi hal yang paling penting dikarenakan
konsep sinematografi yang digunakan. Sebagai
penerapannya, pemasangan track merupakan tugas
37
tambahan asisten kamera I dan II dikarenakan pada metode
kerja dengan cakupan kru yang lebih besar pemasangan
track dikerjakan oleh kru keygrip. Track harus terpasang
dengan rapi agar tidak menimbulkan kemiringan dan terjadi
kesalahan teknis. Pemasangan track tidaklah mudah
sehingga di dalam medan tertentu cukup sering timbul
berbagai macam kendala seperti waktu yang singkat. Penulis
ketika berhadapan dengan kendala-kendala yang tidak bisa
diatasi oleh tim kamera yang hanya sedikit orangnya, sering
kali dibantu oleh tim lighting yang sudah selesai dalam
menata lampu. Hal ini juga merupakan bagian dari workflow
dan profesionalitas yang baik dan benar.
Gambar 14. Set kamera dan track yang terpasang.
(Foto: Bonco, 2019)
4) Membantu tim lighting
Bekerja di dalam tim kamera, akan selalu
berkolaborasi dengan tim lighting sebagai kesatuan tim
38
belakang layar yang menata visual dari aspek kamera.
Penulis bekerja sebagai asisten kamera II sering untuk
dibantuannya oleh tim lighting ketika dibutuhkan. Seperti
dalam melakukan blocking cahaya objek, menata
pencahayaan terhadap objek (3-point lighting), membantu
untuk mengambil peralatan-peralatan berat ketika
dibutuhkan tenaga lebih agar pekerjaan cepat selesai.
5) Cam Boy
Cam Boy atau anak kamera adalah orang yang
bertugas untuk menjadi tumpuan kamera ketika digunakan
dengan gaya handheld dan berada di luar situasi camera roll.
Hal ini cukup krusial dalam pekerjaan lapangan tim kamera,
guna mengurangi beban dan tenaga yang dikeluarkan oleh
kameramen utama. Penulis memahami asisten kamera II
adalah membantu segala aspek pekerjaan lapangan tim
kamera, termasuk sebagai cam boy ketika dibutuhkan dalam
adegan-adegan yang tidak menggunakan tripod.
iii. Tahap Pascaproduksi
Dalam tahap pascaproduksi, penulis membantu mengemas
kembali seluruh peralatan sewa yang digunakan syuting, baik itu
peralatan kamera dan perkakasnya juga peralatan lighting yang
39
menggunakan satu mobil bak yang sama sehingga waktu yang
digunakan lebih efektif dan efisien.
4. Catatan Lapangan Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi di dalam produksi film sebagai bagian dari tim
kamera tentunya lebih banyak bekerja berada di lapangan. Hal itu adalah
sebuah kesempatan yang baik dalam mempelajari perihal-perihal produksi
film non-akademis. Dalam bagian ini, catatan-catatan lapangan merupakan
pekerjaan minor dan hal-hal teknis yang bersifat fleksibel namun dirasa
perlu-penting dalam proses produksi film secara baik dan benar. Beserta pula
berbagai macam pengalaman yang dirasakan oleh penulis selama KKP di
produksi film Hayya: The Power of Love 2 sebagai asisten kamera II.
Berbagai macam kejadian-kejadian menarik selama proses syuting menjadi
catatan bagi penulis.
I. Minggu Pertama Syuting
Minggu pertama pada Kuliah Kerja Profesi terdapat berbagai
macam kegiatan. Tepat tanggal 8 Januari 2019, menjadi hari pertama
penulis sebagai mahasiswa magang di Warna Pictures. Berkenal
salam sapa dengan Jastis Arimba yang berperan sebagai HRD dan
berbincang dengan Moriza Prananda sebagai supervisor. Minggu
pertama adalah minggu adaptasi yang terbilang cepat. Proses
adaptasi yang cepat dikarenakan budaya industri yang lebih fleksibel
dalam urusan hubungan manusia, tidak adanya rentan jarak umur
40
yang begitu berarti, semua dipandang sebagai rekan kerabat dekat,
terlebih situasi lingkungan dari Warna Pictures terbilang lebih
family-friendly, ramah dan menyenangkan. Hingga esok harinya
tanggal 9 Januari, penulis belum berada dalam jobdisk utama. Penulis
hanya melakukan kegiatan bantu-membantu yang dilakukan oleh
divisi artistik dan logistik. Usainya, penulis bersama dengan anggota
kru lain pergi menuju lokasi syuting dengan membawa perlengkapan
syuting yang sudah dipersiapkan, baik peralatan kamera yang sudah
dipersiapkan penulis dan peralatan tim artistik.
10 Januari 2019, seluruh kru sudah berada di lokasi syuting..
Lokasi syuting berada di Ciamis, rumah PTPN milik pemerintah
yang digunakan sebagai set tempat. Tim artistik mulai mengerjakan
set artistik, penulis turut membantu sebagai pekerjaan lain-lain
dikarenakan dalam proses set artistik belum berada di hari syuting.
Hal itu perlu dilakukan dengan catatan sedang berada di luar jam
kerja tanggung jawab utama. Set artistik berlangsung hingga siang
menuju sore hari, namun pekerjaan harus dihentikan lantaran hujan.
Hingga malam tiba set artistik baru bisa dikerjakan kembali karena
hujan yang sudah mereda. Pada malam harinya, penulis sudah mulai
melakukan briefing jobdisk utama syuting untuk keesokan harinya.
Bersama Moriza sebagai DP, Nur sebagai asisten kamera I, dan
Ipoenk sebagai Line Producer.
41
Tanggal 11 Januari 2019, Film Hayya: The Power of Love 2
mulai diproduksi. Jajaran eksekutif produser, jajaran kepala
produksi, dan seluruh kru membuka permulaan syuting yang
dipimpin oleh Jastis Arimba sutradara film Hayya dengan
memanjatkan doa dan rangkaian kata-kata semangat inspiratif bahwa
film yang sedang diproduksi adalah film untuk kebaikan. Usainya,
tidak berlama-lama dengan pembukaan, syuting Hayya: The Power
of Love 2 dimulai dan seluruh kru berada dalam posisi dengan
memegang alatnya masing-masing, termasuk penulis sudah standy by
dengan tim kamera sebagai asisten kamera II.
Gambar 15. Set alat-alat syuting.
(Foto: Bonco, 2019)
Lokasi yang digunakan di minggu pertama syuting yakni
berada di Rumah PTPN, tidak berpindah karena adegan-adegan
utama banyak yang berlokasi di tempat tersebut. Melihat itu, tim
penyutradaraan tampaknya ingin menyelesaikan terlebih dulu
42
adegan-adegan penting di awal minggu agar secara pengerjaan lebih
fokus dan bersemangat.
Selama syuting di Ciamis, Penulis melakukan pengamatan
tentang bagaimana pola kerja industri film. Sebagai mahasiswa
magang yang berminat pada dunia film, tentunya pola kerja menjadi
penting. Bagaimana komunikasi disaat pada waktu yang krusial,
bagaimana mempelajari tensi syuting agar tetap konsisten, secara
teknis bagaimana mempelajari penggunaan dari beberapa peralatan-
perkakas kamera (track, cine lens, crane, dsb) juga lampu (c-stand,
cutter light, dsb) beserta tata cahayanya. Penulis mendapatkan
definisi-definisi yang dipakai dari pekerja profesional yang mahir
dan kompeten. Berlangsungnya proses syuting film Hayya: The
Power of Love 2, juga berlangsungnya proses Kuliah Kerja Profesi
penulis.
II. Minggu Kedua Syuting
Proses syuting masih berjalan di lokasi rumah PTPN. Tanggal
15 Januari 2019 menjadi hari ke empat syuting. Para kru Hayya: The
Power of Love 2 bekerja dengan efektif dan efisien, sehingga tidak
menimbulkan hutang pada adegan-adegan utama. Syuting berjalan
dengan semestisnya, walaupun dalam prosesnya tim penyutradaraan
mengalami beberapa kendala teknis.
43
Tim penyutradaraan sempat mengalami kendala pada proses
eksekusi adegan eksterior dikarenakan hujan turun dalam waktu
lama. Dalam kondisi lelah, akhirnya semua kru turut henti sejenak.
Namun, adegan utama yang ingin direkam oleh sutradara dirubah
lokasinya dengan menyesuaikan set look yang sama. Adegan asli
yang seharusnya direkam di masjid dipindah ke mushola yang berada
di rumah PTPN. Tim visual bergegas melakukan set dari kamera,
lighting, dan artistik. Pada kondisi ini, penulis melakukan kerja cepat
bersama-sama dengan DP dan asisten kamera I. Kamera segera
diletakkan sesuai dengan konsep dan tidak menimbulkan gagal ilusi
atau jumping pada adegan di masjid yang sebelumnya sudah
dilakukannya perekaman. Penulis menjalankan perannya sebagai
asisten kamera II, dimana koreksi dan kontiniti tentang
kesinambungan harus terjaga, terlebih dibantu dengan tim lighting
yang profesional.
Berhasilnya dengan adegan buatan di lokasi yang berbeda,
tim penyutradaraan mulai melakukan manuver lain yakni
mengesekusi adegan-adegan pagi hari di malam hari (night for day).
Sutradara Jastis Arimbi berusaha untuk memangkas waktu agar lebih
efektif dan efisien, meskipun dalam pengerjaan banyak sekali
menimbulkan ketidaknyamanan oleh tim kamera maupun tim
lighting namun hal itu adalah hal yang lumrah dalam sebuah proses
produksi.
44
Pada tanggal 16 dan 17 Januari 2019, syuting di Ciamis sudah
mendekati selesai. Tinggal tersisa beberapa adegan-adegan minor
dan adegan-adegan travelling. Adegan-adegan tersebut dikerjakan
dengan kondisi yang lebih rileks, penulis hanya menjalankan tugas
sebagai penjaga alat. Sesuai dengan arahan DP dan asisten kamera I,
peralatan kamera tidak perlu digunakan keseluruhan karena berlokasi
di outdoor. Penulis lebih ditekankan dalam menjaga seperangkat
lensa agar aman dan terkendali selama syuting. Disarankan pula oleh
Nur sebagai asisten kamera I untuk selalu fokus karena syuting
berada di outdoor banyak godaannya seperti jajanan. Usainya syuting
di Ciamis selesai dikerjakan, pada tanggal 18 Januari 2019 proses
produksi diberhentikan sehari. Seluruh kru pulang kembali ke
Jakarta. Perjalanan pulang dari Ciamis ke Jakarta hanya memakan
waktu semalam, dikarenakan esok paginya sudah harus bersiap-siap.
Tanggal 19 Januari 2019 syuting dilanjutkan, lokasinya bertempatan
di Rumah Kucing, Cirendeu.
Gambar 16. Syuting di Rumah Kucing, Cirendeu.
(Foto: Bonco, 2019)
45
Tidak jauh berbeda dengan syuting sebelumnya, di lokasi ini
penulis juga bekerja sebagai asisten kamera II. Penulis mulai lebih
menguasai workflow sehingga waktu yang digunakan lebih efektif
dan efisien. Beberapa kali Nur asisten kamera I, membicarakan hal
itu karena penulis lebih berkembang. Terlebih, tim lighting yang
sudah sering bekerja di dalam produksi yang lebih besar seperti
Gundala, Foxtrot Six, Ave Maryam, Marlina si Pembunuh dalam
Empat Babak memberikan kesempatan penulis sebagai asisten
kamera II dan anak magang untuk mengambil tindakan-tindakan dan
tidak malu-malu. Beberapa kali tim lighting mengajak penulis untuk
mempelajari tata cahaya, membantu melakukan penataan lampu, dan
memberikan saran-saran untuk mempelajari hal-hal konsep dan
teknis produksi film dengan sungguh-sungguh.
Gambar 17. Aktor, Kru dan Set lighting.
(Foto: Bonco, 2019)
46
Beberapa orang membicarakan tentang major-minor
kebidangan. Sebagai anak magang, penulis sering kali ditanyakan
kebidangan secara major-minor. Penulis hanya menjawab bahwa
sebenarnya major di dalam pembuatan film adalah sebagai penulis
naskah dan berada di penyutradaraan. Tim lighting memberikan
saran-saran dan langkah-langkahnya untuk penulis sebagai
pandangan jalan agar mencapai major yang diinginkan di dalam
sebuah industri.
Syuting di Rumah Kucing hingga penghujung minggu kedua
syuting berjalan dengan baik. Secara garis besar, penulis telah
mengerjakan sebaik-baiknya jobdisk asisten kamera II. Tidak begitu
banyak kendala yang terjadi selama syuting. Terlebih, kinerja penulis
diakui baik oleh produser ketika berada di lokasi syuting, Ady
Widyarta.
III. Minggu Ketiga Syuting
Pada minggu ketiga, proses produksi film Hayya di lokasi
Rumah Kucing sudah berada di hari ke-4 (empat) yakni hari terakhir.
Seusainya dari Rumah Kucing, lokasi syuting yang digunakan
berlanjut pada adegan-adegan travelling. Proses syuting menjadi
lebih banyak perpindahannya. Lokasi syuting bertempatan di kantor
Warna Pictures dan sekitarnya, beberapa toko baju di daerah Ciledug,
Minimarket 212 di daerah Bogor, dan beberapa kantor besar di
Jakarta Pusat. Syuting sempat terhenti dikarenakan hujan turun deras
47
hingga sore hari dan jadwal syuting berada di lokasi outdoor yaitu
taman. Sehingga para kru dari tim penyutradaraan harus melakukan
penataan ulang callsheet agar waktu syuting yang tersedia tidak
terbuang sia-sia dan para kru tidak menunggu lama. Bagi penulis, hal
itu merupakan keputusan yang bijak, meskipun harus mengorbankan
adegan yang seharusnya direkam menjadi hutang scene tapi tim
penyutradaraan lebih memprioritaskan waktu dari keseluruhan.
Selain syuting yang dihentikan karena hujan yang terjadi di
lokasi taman, syuting di lokasi kantor Warna Pictures juga sempat
tidak berjalan dengan baik. Beberapa kendala teknis seperti arus
listrik yang tidak memadai dan hujan yang tidak kunjung reda sebab
penataan lampu dari tim lighting yang harus diletakkan di outdoor.
Lagi-lagi tim penyutradaraan diuji kesabarannya, sehingga pada titik
ini seluruh kru memaklumi dan memahami situasi dan kondisi. Pada
bagian ini, tim logistiklah yang berperan. Para kru diberikan asupan-
asupan makan dan minum agar tidak kelelahan menunggu. Disisi
lain, tim artistik bisa dikatakan beruntung akibat syuting yang
dihentikan karena hujan. Tim artistik menjadi punya waktu untuk
mengerjakan pernak-pernik kebutuhan syuting yang belum terpenuhi
selama hujan turun. Dalam hal ini, penulis sedang bersama dengan
sutradara Jastis Arimba dan bicara tentang sesuatu yang menarik.
Meskipun para kru merencanakan banyak hal tentang teknis, tapi
Qadarullah menjadi penentu seperti tim artistik yang justru
48
diuntungkan dan tim penyutradaraan yang diuji. Setelah semuanya
telah terjadi begitu saja hingga sore menjelang malam, syuting
kembali dikerjakan. Tidak diperkirakan, syuting yang dikerjakan
selesai dengan cepat. Para kru bekerja dengan lebih semangat,
tenang, sabar dan menghasilkan workflow yang profesional, efektif,
dan efisien. Terlebih, mood yang terbangun setelah waktu senggang
syuting dari pagi justru menyenangkan.
Gambar 18. Kru (baris kiri) menjadi Cameo di kantor Warna Pictures.
(Foto: Bonco, 2019)
Penulis berkesempatan untuk menjadi cameo sebagai orang
asing yang bercengkrama dengan tokoh utama yakni Adhin. Tidak
hanya penulis, beberapa kru dimana menurut sutradara memiliki
kriteria kecocokan sebagai cameo yang dibutuhkan akan diminta
untuk masuk ke dalam frame. Penulis juga tidak hanya diam,
melainkan ada beberapa bait dialog yang diucapkan. Setelah selesai
melakukan syuting di hiruk-pikuk Jakarta, akhirnya syuting
49
diberhentikan kembali untuk persiapan menuju lokasi selanjutnya di
Yogyakarta.
Gambar 19. Set kamera saat di Jakarta.
(Foto: Bonco, 2019)
IV. Minggu Keempat Syuting
Dalam proses jeda syuting produksi film Hayya pada tanggal
27 dan 28 Januari 2019, seluruh jajaran kru melakukan persiapan
guna kematangan eksekusi adegan di Yogyakarta. Pada tahap
persiapan ini, penulis berada bersama tim kamera melakukan rapat
setelah syuting di kantor Warna Pictures usai. Rapat lebih cepat
dilakukan karena Moriza Prananda berinisiatif untuk pergi lebih dulu
bersama tim artistik ke lokasi syuting di Yogya. Pada malam sebelum
keberangkatan, Moriza Prananda atau biasa dipanggil Bang Mori
melakukan rapat penyesuaian dengan tim lighting dan tim artistik.
Tim lighting melakukan perhitungan teknis guna efektifitas dan
efisiensi alat-alat yang digunakan saat syuting di lokasi outdoor.
50
Terlebih, alat-alat yang digunakan di Yogyakarta adalah alat yang
dibawa dari Jakarta. Yovan sebagai gaffer atau penanggung jawab
dari penata cahaya melakukan berbagai inisiasi ide dan diskusi
bersama DP dan memperkirakan alat apa saja yang dibutuhkan.
Untuk tim kamera sendiri, sudah tidak begitu memiliki banyak
kendala dan kesulitan. Secara teknis, semua kebutuhan perkakas-
peralatannya sama seperti yang digunakan di lokasi-lokasi
sebelumnya.
DP dari film Hayya: The Power of Love 2 berangkat lebih
dulu dari penulis dan Nur (asisten kamera I) dengan tim artistik. Hal
itu dikarenakan tim artistik yang memiliki tugas cukup berat pada
adegan-adegan yang bertempatan di Yogyakarta. Tim artistik harus
membangun sebuah kamp pengungsian dengan look menyerupai
kamp pengungsian yang ada di Palestina. Kamp pengungsian
tersebut dibangun di lokasi outdoor yakni Gumuk Pasir, Yogyakarta.
Lokasi outdoor secara teknis harus diperhitungkan dengan matang.
Terlebih Moriza Prananda sebagai DP turut mengarahkan penataan
artistiknya dikarenakan keterkaitannya artistik dan kamera yakni
kebutuhan bloking dan sudut pengambilan gambar agar tidak
kesulitan. Selain itu, sebagai DP, Moriza Prananda mengatakan
bahwa dia menginginkan keterlibatan dirinya terhadap set dari kamp
pengungsian agar sesuai dengan bayangan-bayangan imajinya.
Penulis turut mendengar Moriza mengatakan hal tersebut ketika
51
berada di rapat persiapan dengan tim visual lainnya, kru lighting dan
kru artistik.
Gambar 20. Set artistik Kamp Pengungsian.
(Foto: Bonco, 2019)
Seluruh kru berangkat bersama-sama menggunakan bis ke
Yogyakarta pada tanggal 29 Januari 2019 termasuk penulis. Lokasi
syuting bertempatan di Gumuk Pasir, Yogyakarta. Ketika sampai di
lokasi, seluruh set artistik sudah selesai dibangun. Gumuk Pasir
sudah tampak seperti kamp pengungsian korban agresi militer Israel
di Palestina yang dibangun dalam kurun area jarak tertentu. Jarak dari
Jakarta ke Yogyakarta ditempuh sehari penuh. Kru bermalam di
sekitaran pantai dan melanjutkan syuting di esok harinya.
30 Januari 2019, syuting di lokasi terakhir terlaksana. Namun
terdapat kendala yang terjadi oleh tim artistik, ada kebutuhan utama
artistik yang terlupakan sehingga waktu syuting yang seharusnya
terpakai menjadi diundur. Lagi-lagi seluruh tim harus menunggu tim
52
artistik memenuhi kebutuhannya. Namun, perlu diakui dan
dimaklumi karena tim artistik di lokasi ini terlampau begitu banyak
pekerjaan.
Gambar 21. Set kamera dan lighting di set Kamp Pengungsian.
(Foto: Bonco, 2019)
Gambar 22. Tim kamera (DP, Asisten kamera I & II).
(Foto: Bonco, 2019)
53
Selain membangun kamp pengungsian, tim artistik juga
memiliki pekerjaan untuk membuat Gumuk Pasir tampak seperti
lokasi pertikaian di Palestina. Dikarenakan pula ada sebuah adegan
utama tentang peperangan terjadi. Adegan tersebut membutuhkan
banyak cameo sehingga para kru yang memiliki kecocokan menurut
sutradara dimainkan kembali. Tepat pada tanggal 31 Januari 2019,
Gumuk Pasir menjadi lokasi syuting terakhir di produksi film Hayya:
The Power of Love 2. Kru bersama-sama pulang ke Jakarta. Syuting
masih berlanjut di Jakarta, namun dikarenakan hanya beberapa
adegan kecil saja sehingga produser dan sutradara memutuskan untuk
merekam adegan dengan kru yang jumlahnya lebih sedikit.
Gambar 23. Adegan peperangan.
(Foto: Bonco, 2019)
54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kuliah Kerja Profesi sebagai mata kuliah yang diwajibkan dari institusi
merupakan kesempatan yang baik bagi pihak manapun, dari segi sebagai
mahasiswa, universitas atau perguruan tinggi, dan pihak ketiga atau industri
sebagai pengampu para calon tenaga kerja. Dikarenakan hal tersebut
memberikan kesempatan baru untuk berkreasi, eksplorasi dan inovasi sesuai
dengan perkembangan zaman.
KKP di dalam sebuah lingkup industri menjadikan pengalaman yang
menarik bagi Penulis. Memiliki kesempatan itu, Penulis memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya untuk terus belajar dan mengembangkan keilmuan,
kebidangan, keminatan yang sudah dipelajari ketika di bangku perkuliahan.
Secara mendasar, perihal yang didapat selama kuliah merupakan konsep
bagaimana bekerja dan KKP merupakan praktik dalam bekerja.
Industri memberikan pemahaman tentang profesionalitas. Dalam proses
bekerja sebagai profesional, ada sebuah etika yang harus dijaga agar pekerjaan
mampu dikerjakan dengan disiplin-efektif-efisien, dikarenakan hal tersebut
merupakan kunci dari hasil yang baik dan maksimal. Tentunya bekerja dan
menghasilkan materi yang kualitas-kuantitas baik, akan memberikan dampak
baik kepada siapapun.
55
Penulis bekerja sebagai asisten kamera II di industri membuka sebuah
pandangan dan mendapatkan pengalaman melihat bagaimana hal-hal teknis
filmmaking yang dikerjakan oleh profesional. Tentunya hal itu merupakan ilmu-
ilmu yang tidak didapatkan ketika menempuh pendidikan di bangku perkuliahan
Institut Seni Indonesia Surakarta. Hal itulah yang menjadi keinginan dari
institusi, bahwa KKP ditujukan menjadi kesempatan mahasiswa mempelajari
perihal-perihal yang tidak ada didapat di kelas. Terlebih untuk, membangun
relasi yang baik dan benar sesuai keminatan mahasiswa.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Kuliah Kerja Profesi dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai proses
pengembangan keilmuan dari bidang yang diminati.
b. Etika bekerja yang baik, disiplin, rendah hati, mau terus belajar menjadi
prinsip untuk bekerja di dunia industri.
c. Menguasai dan memahami kebidangan yang akan dijalani dengan
sebaik-baiknya, berikan yang terbaik pada setiap kesempatan yang ada
untuk menunjang pekerjaan.
d. Tidak mengeluh dalam menghadapi setiap situasi dan kondisi yang
terjadi saat bekerja di lapangan.
e. Menjaga hati dan kondisi tubuh agar selalu tenang selama bekerja.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Memberikan kemudahan untuk mahasiswa dalam proses menjalani dan
menyelesaikan Kuliah Kerja Profesi. Tidak begitu banyak hal yang
56
menuntut di luar kemampuan mahasiswa atau tidak sesuai dengan
ranahnya.
b. Lebih banyak membuka hubungan dengan dunia industri untuk
kesempatan belajar bagi mahasiswa terbuka lebih luas.
57
DAFTAR PUSTAKA
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian
Pustaka.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
www.warnapictures.com
www.kinibisa.com
www.konsistensi.com