Asidifikasi Samudera

12
Asidifikasi Samudera: Ancaman Bagi Organisme Laut Pemanasan global atau biasa disebut global warming merupakan suatu fenomena yang terjadi sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt sehingga menyulut sebuah revolusi besar di Inggris, yaitu Revolusi Industri. Secara singkat pemanasan global dapat diartikan sebagai fenomena meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat gas rumah kaca yang terus terakumulasi di atmosfer. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida(CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Bagaimana hubungannya antara pemanasan global dengan asidifikasi samudra? saya dapat katakan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dapat diibaratkan seperti ini Global warning membawa malapetaka di daratan, dan Asidifikasi samudra membawa malapetaka bagi spesies laut”. Global warming juga berkontribusi terhadap meningkatnya permukaan air laut dan suhu rata-rata air laut. Pada kesempatan kali ini, saya akan mengupas sedikit mengenai asidifikasi samudra, yang terinspirasi dari majalah National Geographic Indonesia Edisi April 2011 tentang “Laut Nan Asam”.

Transcript of Asidifikasi Samudera

Page 1: Asidifikasi Samudera

Asidifikasi Samudera: Ancaman Bagi Organisme Laut

Pemanasan global atau biasa disebut global warming merupakan suatu fenomena yang terjadi

sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt sehingga menyulut sebuah revolusi besar di Inggris, yaitu

Revolusi Industri.

Secara singkat pemanasan global dapat diartikan sebagai fenomena meningkatnya suhu rata-rata

permukaan bumi akibat gas rumah kaca yang terus terakumulasi di atmosfer.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida(CO2), metana (CH4) yang

dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen

Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC).

Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah

keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya

ke atmosfer.

Bagaimana hubungannya antara pemanasan global dengan asidifikasi samudra? saya dapat

katakan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dapat diibaratkan seperti ini Global

warning membawa malapetaka di daratan, dan Asidifikasi samudra membawa malapetaka bagi spesies

laut”. Global warming juga berkontribusi terhadap meningkatnya permukaan air laut dan suhu rata-rata

air laut. Pada kesempatan kali ini, saya akan mengupas sedikit mengenai asidifikasi samudra, yang

terinspirasi dari majalah National Geographic Indonesia Edisi April 2011 tentang “Laut Nan Asam”.

1. PENGERTIAN

Asidifikasi samudra atau Ocean acidification (Asidifikasi samudra) adalah istilah yang diberikan

untuk proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat penyerapan karbon dioksida di

atmosfer yang dihasilkan dari kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan bakar fosil). Menurut

Jacobson (2005), pH di permukaan laut diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga

2004 (Wikipedia).

Page 2: Asidifikasi Samudera

Proyeksi Perubahan Asidifikasi Samudera sampai dengan Tahun 2099

Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di dekat permukaan air

laut. sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut dalam lautan menurunkan pH air laut sekitar

0,1 (berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Research Council). Penurunan pH 0,1 berarti air

menjadi 30 persen lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika carbon dioksida terakumulasi secara terus-

menerus, diperkirakan tingkat keasaman laut akan turun menjadi 7,8 pada tahun 2100. Pada saat itu air

akan menjadi 150 persen lebih asam dibandingkan pada tahun 1800. Tidak ada negosiasi dalam perjanjian

pembahasan khusus efek penyerapan karbon di lautan, di mana hasil studi menunjukkan absorbsi karbon

adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka keras di lautan.

2. PENYEBAB

Pada tahun 1990-an tim ilmuan internasional melakukan proyek penelitian dengan

mengumpulkan dan menganalisis lebih dari 77.000 sampel air laut dari berbagai kedalaman dan lokasi di

seluruh dunia yang memakan waktu 15 tahun. Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa laut

menyerap lebih dari 1/3 karbon dioksida yang ada di udara. Peneliti juga mengestimasikan bahwa sekitar

1 juta ton karbon dioksida diserap oleh laut tiap jamnya. Peter Brewer, ilmuwan senior di Institut Riset

Air Monterey Bay (inilah.com) mengungkapkan bahwa "Total jumlah karbon dioksida yang telah

dimasukkan ke dalam lautan saat ini adalah sekitar 530 miliar ton"

Ini merupakan berita baik bagi kita yang berada di daratan; artinya lautan membantu mengurangi

emisi rumah kaca yang begitu banyak sehingga membantu menurunkan laju pemanasan global. Tapi bagi

organisme laut, ini merupakan malapetaka, terutama bagi organisme kunci di lautan seperti karang dan

pteropods (hewan bercangkang) karena kedua organisme ini merupakan bagian dari rantai makanan.

3. SUMBER

Karbon dioksida (CO2) merupakan sumber utama yang menyebabkan laut kian asam. Oksida

asam yang satu ini dapat berasal dari berbagai aktifitas, diantaranya hasil buangan industry, peternakan,

Page 3: Asidifikasi Samudera

kendaraan, pembukaan lahan; dapat dikatakan bahwa sesuatu yang sifatnya menghasilkan energy

sepertinya menghasilkan gas ini. Bahkan manusia juga menyuplai CO2 melalui proses pernapasan.

4. MEKANISME

Karbon dioksida yang memiliki rumus kimia CO2 dapat menjadi asam ketika bereaksi dengan air

H2O sehingga disebut oksida asam. Reaksinya adalah sebagai berikut:

CO2(g) + H2O(l) --> H2CO3(aq)

H2CO3(aq) --> H+(aq) + HCO3-(aq)

H2CO3 atau biasa disebut asam karbonat merupakan suatu asam lemah dan sedikit terionisasi

menghasilkan H+ (spesi yang mengindikasikan larutan bersifat asam menurut teori Asam Basa

Arrhenius).

Proses asidifikasi samudera, secara sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran bahan

bakar fosil yang terakumulasi dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global, berpengaruh terhadap

samudera atau lautan kita. karbon dioksida diserap oleh laut dan bereaksi dengan air laut membentuk

asam karbonat H2CO3 dan meningkatkan keasamam (H+) air laut.

H+(aq) + CO32-(aq) --> HCO3-(aq) ion bikarbonat

karbonat yang tersedia bagi tumbuhan karang; peta atas akhir 1800-an, peta bawah 2100

Page 4: Asidifikasi Samudera

mekanisme pengasaman air laut

Sebaliknya, air laut menjadi kekurangan persediaan karbonat (CO32-) akibat pembentukan ion

bikarbonat, yang dikenal sebagai zat yang digunakan oleh puluhan ribu spesies hewan laut untuk

membentuk cangkang dan tulang (kerangka) serta karang. Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut

menjadi korosif dan melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang

beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya.

Reaksi pembentukan karang dan cangkang adalah sebagai berikut:

Ca2+ +CO32- --> CaCO3 Calsium karbonat

Jika suplay karbonat berkurang, karang harus mengeluarkan lebih banyak energy untuk mengumpulkan

ion tersebut.

5. DAMPAK

Asidifikasi samudera, tidak dapat disangkal lagi, adalah bencana lingkungan yang secara diam-

diam dapat menghancurkan ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan. Berikut dampak

yang dapat ditimbulkan akibat Asidifikasi samudra:

Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan cangkang,

melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta jutaan spesies hewan laut yang

bergantung kepadanya. Pada akhirnya bencana Asidifikasi samudra yang dahsyat ini akan memusnahkan

mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karang-karangan (Gattuso et al., 1998), alga

coccolithophore (Riebesell et al., 2000) dan pteropods (Orr et al., 2005) akan mengalami pengurangan

kalsifikasi atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution) ketika terpapar oleh naiknya kadar CO2

(Wikipedia).

Page 5: Asidifikasi Samudera

Pteropoda Limacina helicina yang memegang peranan penting dalam rantai makanan dan fungsi

ekosistem Laut Artik, dan cangkangnya yang mengandung kalsium karbonat merupakan pelindung yang

penting bagi hewan ini. Namun, studi yang dilakukan LOV (Laboratorium d’Océanographie at

Villefranche) menunjukkan bahwa pertumbuhan cangkang hewan ini diprediksi akan melambat hingga

30% dan pada karang yang hidup pada daerah dingin, Lophelia pertusa-pteropod lainnya-

pertumbuhannya akan melambat hingga 50%. Terumbu karang tropis dibangun oleh sejumlah besar

spesies sedangkan pada daerah dingin dibangun oleh satu atau dua spesies namun menyediakan banyak

tempat bagi banyak spesies lain. Penurunan pertumbuhan karang akibat pengasaman karang ini akan

mengancam struktur biologis tersebut (Go Blue Indonesia). Tingkat keasaman yang tinggi juga

menggangu pendengaran beberapa spesies laut sehingga sulit baginya untuk mendapatkan makanan

maupun menghindari predator. Asidifikasi samudra mengganggu efektifitas organism laut dalam

bereproduksi. Pengasaman dapat mengganggu indra penciuman spesies laut salah satunya ikan giru

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Australia

Asidifikasi samudra juga memberikan dampak komersial yaitu mengancam sumber makanan bagi

ratusan juta orang dan industri perikanan, pariwisata serta penangkapan ikan yang telah menampung lebih

dari 38 juta orang secara langsung dan sekitar 162 juta orang yang bergantung secara tidak langsung

(blogodril.com)

6. MINIMALISASI

Pemangkasan emisi CO2 merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk

memperlambat efek Asidifikasi samudra dengan mengurangi aktivitas yang bisa menghasilkan gas CO2.

Tidak mungkin untuk menaikan derajat keasaman laut dengan cara menetralkannya seperti teori

netralisasi asam basa. Karena butuh berton-ton basa yang harus dilarutkan untuk mencapai pH sedikit

basa yang memungkinkan organisme untuk hidup lebih baik. Pada saat ini, karang dan hewan

bercangkang (pteropoda) harus berhadapan dengan bahan bakar fosil merah; bukan suatu pertarungan

yang seimbang.

Sumber:

Anonim.2012. Asidifikasi Samudera: Ancaman Bagi Organisme Laut. http://www.jejaringkimia.web.id/2011/04/asidifikasi-samudra-ancaman-bagi.html. (dikunjungi tanggal 18

februari 2013 jam 15.38 WITA)

Page 6: Asidifikasi Samudera

Pengasaman laut

Mungkin planet kita seharusnya bernama “Samudera” daripada “Bumi” mengingat bahwa

mayoritas bumi terdiri dari air bukan tanah: tujuh puluh satu persen harus tepat. Manusia juga sebagian

besar terdiri dari air, tujuh puluh persen mencolok analog. Dalam kedua kasus, pH yang tepat diperlukan

tidak hanya untuk kesehatan yang prima, tetapi untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Namun, baru-

baru pH lautan kita telah berubah, menjadi lebih asam. Air laut secara alami alkali, dengan pH yang sehat

berkisar 7,8-8,5 (7 netral).

Sejak revolusi industri, dan polusi udara yang menyertainya, pH telah turun hampir tiga puluh

persen, perubahan terbesar dalam pH air kita dalam dua miliar tahun terakhir. Sains sangat menunjukkan

penurunan ini merupakan akibat langsung dari manusia memproduksi berlebihan karbon dioksida

melalui, emisi mobil, pembakaran batu bara, gas alam, dan minyak, deforestasi, peningkatan ternak, dan

bahkan beberapa alternatif baru kami energi seperti etanol, untuk beberapa nama. Emisi ini menjenuhkan

udara kita, memperburuk pemanasan global. Ketika air dan udara bersentuhan ada pertukaran gas. Selama

beberapa dekade sekarang, lautan kita telah menyerap hampir sepertiga dari kelebihan karbon dioksida,

dibayangkan staving dari sebuah “tanah” yang jauh lebih besar daripada krisis kita saat ini menghadapi.

Dengan asupan harian dua puluh dua juta metrik ton karbon dioksida, dan proyeksi tahunan dari dua

miliar ton, perairan kita tidak bisa lagi bersaing dengan tuntutan yang kita buat.

Lautan berfungsi sebagai sistem pendukung kehidupan planet kita. Mereka sedang iklim dan,

seperti dicatat, polusi filter. Mereka memasok kami dengan keragaman makanan, mineral, dan obat-

obatan. Kami juga beralih ke mereka sebagai sumber kenyamanan, relaksasi, rekreasi, dan inspirasi.

Namun, karena penurunan dicentang stabil, lautan kita berada dalam kesulitan, yang pada gilirannya

menimbulkan ancaman bagi kehidupan laut, ekosistem pesisir dan pelagis, perekonomian kita, budaya

pesisir dan masyarakat.

Page 7: Asidifikasi Samudera

Lautan kita penuh dengan organisme yang bergantung pada cangkang pelindung atau kerangka

eksternal untuk bertahan hidup. Plankton, moluska, dan krustasea adalah terkenal beberapa contoh. Tapi

ketika lautan menyerap karbon dioksida, asam karbonat yang terbentuk. Ini adalah asam yang sama yang

memberikan minuman ringan Fiz mereka, fiz yang, dalam hal ini, melarutkan kerang, meninggalkan

organisme rentan. Karena begitu banyak dari organisme berfungsi sebagai dasar jaring makanan laut,

yang pada gilirannya mendukung kehidupan di darat, kerusakan ini memiliki efek sweeping. Dengan kata

lain, ketika fitoplankton berada dalam bahaya, semua kehidupan – di darat atau di laut – saham nasib

mereka.

Sementara itu adalah normal bagi plankton secara berkala membuang cangkangnya untuk

mengatur keasaman lautan (yang pada gilirannya membantu untuk mengatur suhu planet), yang

dihasilkan manusia pengasaman laut telah mengganggu siklus alami. Akibatnya, terumbu karang ‘penuh

dengan kehidupan begitu banyak mereka mirip dengan hutan bawah air “yang pemutihan Jika terumbu

karang yang diizinkan untuk mati, sebanyak satu juta spesies yang berbeda bisa mati bersama mereka,.

Dan masyarakat pesisir banyak yang akan kehilangan perlindungan penyangga alami terumbu

menawarkan melawan badai dan angin topan. Tentu, ini penurunan terumbu karang dan fitoplankton telah

memiliki efek mendalam pada semua kehidupan laut saham Ikan sudah runtuh.. Misalnya, perairan

sekitar Kepulauan Aleutian, sekali sebuah kelautan Shangri-La megah dengan singa laut berjemur, makan

siang berang-berang laut, paus pembunuh dan hutan bawah air dari rumput laut, sekarang semua tapi

tandus, kemungkinan besar hasil dari plankton sekarat off Bukan hanya kita langsung mengganggu rantai

makanan, namun. juga menyebabkan implikasi ekonomi yang mendalam Amerika menghabiskan hampir

enam puluh miliar dolar setiap tahun pada ikan dan kerang,. dan penangkapan ikan komersial pesisir dan

laut menghasilkan sebanyak tiga puluh miliar dolar per tahun sementara menyediakan mendekati tujuh

puluh ribu pekerjaan.

Dua faktor yang paling penting bagi organisme untuk bertahan hidup di laut adalah suhu dan

keasaman, dan melalui pengasaman laut kita mengubah keduanya. Ada banyak sekolah pemikiran pada

tingkat keparahan kerusakan ini. Beberapa kamp percaya bahkan jika kita menghentikan segalanya

sekarang, itu akan memakan waktu 10.000 tahun untuk lautan kita untuk bangkit kembali. Tingkat

sebenarnya dari bahaya yang akan ditentukan pada tahun-tahun mendatang sebagai penyelidikan lebih

lanjut terjadi dan pemahaman kita tumbuh. Sementara itu, kita tahu banyak kontributor pemanasan global

juga bertanggung jawab untuk pengasaman laut. Perubahan yang terjadi dengan cepat dan tindakan kita

masing-masing diperlukan untuk mengatasi pengasaman laut akan berdampak planet selama hidup kita

dan seterusnya.

Page 8: Asidifikasi Samudera

Konsekuensi dari pengasaman laut yang akan dieksplorasi di tiga lokasi berikut meliputi:

-Membahayakan shell pembentuk tumbuhan dan hewan

-Mengurangi / melambat kalsifikasi (shell formasi)

-Habitat loss

-Penurunan dalam makanan bagi predator (seperti manusia, ikan, dan ikan paus)

-Breakdown dalam makanan laut jaring

-Skeleton pendengaran antara karang

-Fisik cacat pada ikan

Dampak ekologi dan biologi dari pengasaman laut yang luas dan serius. Air asam melarutkan

cangkang dan kerangka kerang, karang, dan banyak makhluk kecil di dasar rantai makanan laut seperti

plankton, sehingga mempengaruhi kelautan ecosystems.4 air diasamkan seluruh juga dapat membunuh

telur ikan dan berbagai larva laut. Beberapa ilmuwan memprediksi bahwa tekanan belum pernah terjadi

sebelumnya pada kehidupan laut seperti kerang dan lobster akhirnya bisa menyebabkan extinctions.5 luas

dalam beberapa dekade, kimia lautan tropis tidak akan dapat mempertahankan pertumbuhan terumbu

karang. Selain itu, tingkat keasaman di lautan kutub yang diproyeksikan untuk mencapai tingkat korosif

cukup untuk melarutkan beberapa kerang dan laut berkapur lainnya organisms.6 Meskipun air asam tidak

mempengaruhi manusia secara langsung (misalnya melalui sentuhan atau konsumsi), efek kelautan terkait

akan memiliki negatif mempengaruhi sumber daya alam kita, ekonomi, dan kegiatan rekreasi.

Sumber:

Fitria.2012.Pengasaman Laut.http://lingkungan.net/pengasaman-laut/.(dikunjungi tanggal 18 februari

2013 jam 15.42 WITA)

http://lingkungan.net/wp-content/uploads/2012/10/OceanAcidification.jpg . (jam 15.42 WITA)