Asi

134
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi. Air susu ibu mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang antara satu dengan yang lainnya. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologi dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat anti infeksi yang

Transcript of Asi

Page 1: Asi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi

serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan

bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi. Air susu ibu

mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat

kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang antara satu dengan yang lainnya.

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan

makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta

mempunyai pengaruh biologi dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu

dan bayi. Zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi

bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui

dengan penjarangan kehamilan (KB), (Perinasia,1994).

Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian air

susu ibu (ASI) yang benar misalnya pemberian ASI segera setelah lahir (30

menit pertama bayi harus sudah disusui) kemudian pemberian ASI saja sampai

bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun

dengan pemberian makanan pendamping (MP-ASI) yang benar (Dep. Kes.

RI,1998 / 1999). Pada saat sekarang ini memang banyak terdapat ibu bekerja

Page 2: Asi

yang mempunyai bayi, tetapi karena tuntutan pekerjaan banyak dari mereka

yang cenderung tidak menyusui bayinya sampai dengan usia 6 bulan, ibu lebih

tertarik menggantinya dengan susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan ini

ditunjang dengan adanya data yang menunjukkan penurunan nyata dalam

kebiasaan menyusu ibu. Dengan peraturan dan sanksi yang tegas serta program-

program mendukung, diharapkan angka pemberian ASI dapat ditingkatkan dari

kondisi sekarang. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada

bayi di bawah usia dua bulan hanya mencapai 64% dari total bayi yang ada.

Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni

46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih

memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula

dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (MP-ASI).

Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan

perlindungan yang baik secara aktif maupun pasif, ASI tidak saja menyediakan

perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang

sistem kekebalan bayi itu sendiri. Dengan adanya zat antibodi yang terkandung

dalam ASI eksklusif maka bayi akan terhindar dari berbagai macam infeksi atau

penyakit.

Penurunan pemberian ASI disebabkan oleh berbagai hal antara lain

kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat pemberian ASI atau keuntungan

dari ASI untuk anaknya, terjadinya pergeseran pandangan bahwa pemberian

2

Page 3: Asi

susu formula dikatakan lebih modern, pengertian yang salah tentang menyusui

akan cepat sekali kelihatan tua dan berkurangnya kecantikan serta banyaknya

wanita / ibu yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat

menyusui secara teratur.

Menyusui khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian

makanan bayi yang alamiah, dan ini oleh ibu dianggap hal biasa yang tidak

perlu diketahui atau dipelajari, padahal ASI khususnya ASI eksklusif adalah

suatu ilmu yang relatif baru, sehingga masih harus dipelajari dan

dikembangkan. Kurangnya informasi dan bahkan seringkali ibu mendapatkan

informasi yang salah tentang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan muncul

berbagai macam persepsi, hal ini akan lebih menambah kompleks permasalahan

pemberian ASI eksklusif. Persepsi yang salah tentunya akan berdampak

terhadap perilaku yang salah pula.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diprioritaskan program

peningkatan penggunaan air susu Ibu (PP-ASI), karena dampaknya yang luas

terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga

dengan kesepakatan global antara lain: Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990

tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan air susu Ibu

(ASI). Disepakati pula untuk pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun

2000. Konferensi tingkat tinggi tentang kesejahteraan anak tahun 1990 salah

satu kesepakatannya adalah semua keluarga mengetahui arti penting untuk

mendukung wanita dalam tugas pemberian ASI saja untuk 6 bulan pertama

kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada

3

Page 4: Asi

tahun-tahun rawan (Roesli U, 2000). Pada peringatan pekan ASI sedunia tahun

1999, telah dicanangkan kembali gerakan masyarakat peduli ASI pada tanggal 2

Agustus oleh Presiden Republik Indonesia.

Menurut Soetjiningsih (1997) penurunan pemberian air susu ibu (ASI)

dimungkinkan karena berbagai alasan, alasan tersebut diantaranya :

1. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat atau keuntungan air susu ibu

(ASI) untuk anaknya, rasa takut yang akan mempengaruhi produksi ASI,

sehingga jumlah ASI yang dihasilkan cenderung sedikit.

2. Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa pemberian susu formula akan

dikatakan lebih modern.

3. Pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali kelihatan tua dan

berkurangnya kecantikan.

4. Banyaknya wanita yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak

dapat menyusui secara teratur. Dari alasan tersebut terlihat pentingnya

pengetahuan atau pengertian ibu tentang ASI dalam upaya membantu

pertumbuhan dan perkembangan bayinya dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang akan datang.

Sampai sekarang ini kalangan medis maupun pemerintah memang

sedang gencar mempromosikan penggunaan ASI eksklusif, hal ini dilakukan

karena masih banyak persepsi yang cenderung keliru tentang pemberian ASI

eksklusif. Menyadari akan hal ini maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengetahuan antara pemberian ASI eksklusif dengan pola laktasi pada ibu post

partum, sehingga hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan

4

Page 5: Asi

sebagai bahan kajian bagi para perawat dan bidan dalam meningkatkan asuhan

keperawatan dan asuhan kebidanan pada ibu menyusui terutama dalam hal

meluruskan persepsi yang salah tersebut.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri

seseorang melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba

serta mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(Notoatmodjo,1993), berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin

mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif

terhadap teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan

Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan yaitu “Adakah hubungan antara pengetahuan pemberian ASI

eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009 ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Sesuai dengan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan

“Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Antara Pemberian ASI

5

Page 6: Asi

Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu post

partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun

2009.

b. Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu post partum di Desa

Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif

dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi pelayanan kesehatan

Sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemberian

ASI eksklusif dan pola laktasi yang benar pada ibu post partum yang

menyusui bayi baru lahir sampai usia 6 bulan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan ibu.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

pengetahuan bagi pengembangan ilmu keperawatan dimasa mendatang

serta dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk penelitian

selanjutnya.

6

Page 7: Asi

1.4.3 Bagi Peneliti

a. Sebagai media belajar dan acuan untuk melaksanakan karya tulis serta

dapat dipergunakan untuk kepentingan pembuatan model penelitian

berikutnya.

b. Dapat menambah pengetahuan tentang pola laktasi sehingga dapat

melakukan intervensi keperawatan yang lebih tepat.

1.4.4 Bagi Responden

Dapat memberikan informasi yang benar tentang pentingnya pemberian

ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan dan dapat

memberikan tambahan pengetahuannya mengenai ASI eksklusif dan pola

laktasi sehingga dapat memberikan stimulasi untuk mengetahui lebih

mendalam tentang ASI eksklusif dan teknik menyusui pada ibu post

partum yang baik dan benar.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta,

simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terjadi melalui indera manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba, sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997 ).

7

Page 8: Asi

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Roger (1974) bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut, terjadi proses yang

berurutan yaitu Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek), Interest (merasa tertarik),

dimana orang mulai tertarik pada stimulasi, Evaluation (menilai) dimana

seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, Trial 9mencoba) orang telah molai mencoba berpelilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

Selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu

melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng.

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran maka

tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 1993).

Domain kognitif atau pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah diajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah

diterima.

2. Memahami

8

Page 9: Asi

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan

kemampuan menggunakan hukum, rumus, metode dan prinsip.

4. Analisis

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut.

5. Sintesa

Sintesa kemampuan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang benar serta kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evalusi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan pada kriteria yang

ada.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengetahuan adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya

mampu menggunakan dan mampu menghubungkan bagiannya serta mampu

untuk menilai sesuatu (Notoatmodjo, 1993).

9

Page 10: Asi

2.1.1 Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan

a. Pendidikan

Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap

perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan

tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan

seseorang yang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau

mengadopsi perilaku yang positif.

b. Pengalaman

Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan, pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

lalu.

c. Usia

Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan

betambahnya usia biasanya akan lebih dewasa pula intelektualnya.

d. Penyuluhan

Meningkatkan pengatahuan masyarakat juga melalui metode

penyuluhan, dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah

perilakunya.

e. Media massa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam media yang

dapat mempengaruhipengatahuan masyarakat tentang inovasi baru.

10

Page 11: Asi

f. Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2000: 121-124).

2.2 Konsep ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi

tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu.

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu

setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli,

2000).

ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan

minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI,

2003). Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa

ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.

Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4

bulan) sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan

hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan

memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005)

2.2.2 Pemberian ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi

sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan/ cairan seperti susu formula,

11

Page 12: Asi

madu, air teh, jeruk, air putih atau makanan padat seperti

pisang ,pepaya,bubur susu,biskuit ,nasi tim, dan sebagainya (Roesli, 2000).

Menurut Depkes RI (2001), pemberian ASI eksklusif adalah

memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan

dan memberikan kolostrum.

2.2.3 Komposisi ASI

Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan

kemudian. Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga

kelompok yakni :

1. Kolostrum

Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama.

Setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena

menagandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting

untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga

mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti

Natrium dan Zn (Depkes RI, 2001).

Menurut Roesli (2000) kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari

pertama sampai hari ke-4 yang merupakan cairan emas, cairan pelindung

yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Volume kolostrum

adalah 150 – 300 ml / 24 jam.

2. ASI transisi/peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah

12

Page 13: Asi

kelahiran. Kandungan protein akan makin rendah sedangkan kadar

karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolostrum, juga

volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000)

3. ASI matang/mature

ASI matang/mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari

ke-14 dan seterusnya komposisi relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan

suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari

gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.

Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai

umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Selama 6 bulan pertama, volume

ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 – 700 ml/hari, bulan

kedua sekitar 400 – 600 ml/hari dan 300 – 500 ml/hari setelah bayi

berusia satu tahun (Suhardjo, 1998).

2.2.4 Manfaat Menyusui

Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas

hidup anak, karena dengan menyusui tidak hanya memberi keuntungan

pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga, bahkan bagi negara.

a) Keuntungan menyusui bagi bayi

1. Ditinjau dari aspek gizi

Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk

tumbuh kembang yang optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena

perbandingan whey protein /casein adalah 80/20, sedangkan susu

13

Page 14: Asi

sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase yang memecah

trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI

mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase

sudah ada sejak bayi lahir.

2) Ditinjau dari aspek imonologi

Mengandung kekebalan antara lain:

Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama

terdiri dari Makrofag Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada

ASI yang mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase

dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi lainnya:

Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding

protein, dan komplemen C3 dan C4. Tidak menyebabkan alergi.

3) Ditinjau dari aspek psikologis

Mendekatkan hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman

bagi bayi, yang penting untuk mengembangkan dasar kepercayaan

dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan akhirnya

mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.

4) Manfaat lainnya bagi bayi

1. Mengurangi insidens karies dentis

2. Mengurangi maloklusi rahang

3. Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH,

TRH, TSH, EGF, Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll.

b) Keuntungan Menyusui bagi Ibu

14

Page 15: Asi

1) Aspek kesehatan Ibu

Dapat mengurangi pendarahan post partum,mempercepat

involusi uterus dan mengurangi insidens karsinoma payudara.

2) Aspek psikologis

Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan

perasaan dipelukan.

3) Aspek keluarga berencana

Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan

kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang

sering baru mempunyai efek keluarga berencana.

b) Keuntungan menyusui bagi keluarga

1. Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu

formula

2. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan

3. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

d) Keuntungan bagi bangsa dan Negara

1. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

Karena nilai gizi yang optimal dan adanya faktor protektif pada

ASI, maka anak jarang sakit dan kematian anak yang minum ASI

lebih rendah

2. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak.

Rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan

bakar untuk mensterilkan botol, dll. Disamping itu dengan rawat

15

Page 16: Asi

gabung akan menurunkan insiden infeksi nusokomial, sehingga

selain perawatan Ibu dan anak lebih pendek, juga menghemat

pembelian antibiotika, cairan infus, dll.

3. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit.

Telah terbukti bahwa bayi yang minum susu botol lebih sering sakit

diare, penyakit infeksi saluran pernafasan dan malnutrisi dari pada

yang minum ASI.

4. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula.

5. Meningkatkan kualitas generasi penerus.

Karena anak yang mendapatkan ASI tumbuh kembang secara

optimal, dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin.

Jadi betapa besarnya andil menyusui dalam hidup ini, sehingga

sangat disayangkan kalau sampai ada ibu yang tidak mau menyusui

bayinya sendiri. Sikap dan perilaku yang salah seperti ini harus kita

luruskan, agar tercipta anak-anak yang sehat j

jasmani, mental, maupun sosial.

2.3 Teknik Menyusui

Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan

perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).yang terdiri

dari:

2.3.1 Permulaan Menyusui Bayi

16

Page 17: Asi

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya Ibu mulai

menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama

dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran

hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosi untuk mengeluarkan

ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak dini akan

memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali disekresikan

oleh kelenjar payudara disebut kolustrum, dalam kolustrum konsentrasi

imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24jam, yang

merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning- kuningan lebih

banyak mengandung antibody yang dapat memberikan perlindungan bagi

bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk

membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernakan makanan bayi.

2.3.2 Cara Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

berbagai masalah karena tidak mengetahuinya cara menyusui yang benar.

Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan

pengetahuan mengenai teknik menyusui.

a. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan:

b. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel

yang lepas tidak menumpuk.

c. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi.

17

Page 18: Asi

d. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau

dengan jalan operasi

Terdapat macam posisi menyusui, cara menyususi yang tergolong

biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 2.1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

18

Page 19: Asi

Gambar 2.4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 2.5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang

perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 2.6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

(Perinasia, 2004)

19

Page 20: Asi

Gambar 2.7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 2.8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia,

2004)

2.3.3 Langkah-langkah menyusui yang benar

1. Sebelum menyusui puting susu dan areola mammae dibersihkan dengan

kapas basah atau ASI dekeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan sekitar kalang payudara.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.

Gambar 2.9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

20

Page 21: Asi

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)

dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu

lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya

di depan.

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi).

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di

bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja

Gambar 2.10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

21

Page 22: Asi

4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan

cara:

a. Menyentuh pipi dengan puting susu atau

b. Menyentuh sisi mulut bayi

Gambar 2.11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke

mulut bayi.

Gambar 2.12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

22

Page 23: Asi

a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut

bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah

bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah kalang payudara.

b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau

disangga.

c. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya

diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu

jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau

dagu bayi ditekan ke bawah.

6. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi

adalah:

23

Page 24: Asi

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan.

b. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk

perlahan-lahan.

2.3.4 Lama menyusui (Soetjiningsih, 1997)

Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup

disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan

membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh

disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh

disusukan selama 15 menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit

pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi

pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit

pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit

terakhir mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak

dibandingkan dengan ASI pada menit pertama.

Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk

bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu:

a. Tahun pertama : 400 - 700 ml / 24 jam

b. Tahun kedua : 200 - 400 ml / 24 jam.

c. Sesudah itu sekitar : 200 ml / 24 jam.

Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi

protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya konsentrasi

24

Page 25: Asi

lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh status gizi ibu dan ibu

usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding dengan ibu usia tua.

2.3.5 Frekuensi menyusui

Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein ASI rendah bayi akan menyusu

sering, biasanya antara 1,5 - 2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekwensi menyusui kira-kira 8 - 12

kali /24 jam setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan

usahakan sampai payu dara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik.

2.3.6 Kriteria untuk mengetahui banyaknya produksi ASI :

a. ASI yang bayak merembes keluar melalui putting.

b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

c. Berat badan bayi naik sesuai dengan umur

d. Jika ASI cukup bayi akan tertidur selama 3-4 Jam

e. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8x sehari

2.3.7 Gerakan Bayi Menyusui

Penghisapan oleh bayi pada waktu menetek hanyalah merupakan

sebagian kecil dari proses laktasi dan proses ini sendiri meliputi beberapa

tahap. Payudara yang menempel pada pipi bayi akan menimbulkan rooting

refleks yaitu bayi secara refleks akan memutar kepalanya kearah putting

susu yang menempel pada pipinya, diikuti oleh membukanya mulut,

kemudian putting akan ditarik masuk kedalam mulut. Penghisapan ini

dibantu oleh lidah yang menarik putting sehingga masuk kedalam

25

Page 26: Asi

orofarings, maka rahang bayi akan memulai gerakan berirama yang

menekan sinus laktiferus (gerakan menggilas dibawah puting susu). Dan

peristiwa inilah yang menyebabkan keluarnya ASI.

2.3.8 Cara penyimpanan ASI

ASI dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat

:

a. Disimpan di udara bebas dalam tempat yang bersih selama 6 - 8 jam

b. ASI yang disimpan dalam lemari es (tidak dibekukan) harus diberikan

dalam 2 x 24 jam sejak ASI tersebut dikeluarkan dari payudara.

c. Untuk didimpal lama, harus dibukukan pada temperatur pendingin

sampai 18o C dapat disimpan sampai 6 bulan.

Pada penyimpanan dengan cara dibekukan tidak berpengaruh

terhadap komponen kekebalan yang dikandungnya. Apabila ASI akan

diberikan pada bayi setelah didinginkan tidak boleh dipanaskan karena

akan merusak kualitas khususnya unsur kekebalan, ASI cukup didiamkan

beberapa saat dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin.

2.3.9 faktor yang mempengaruhi teknik menyusui

a. Pengalaman

Pengalaman ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik

menyusui yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan

sebagai cara untuk memperbaiki cara menyusui yang kurang benar.

b. Waktu dan tempat

26

Page 27: Asi

Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga

perlu disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi

merasa nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar.

c. Pendidikan

Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada ibu post partum,

karena dengan pendidikan yang lebih tinggi ibu mendapatkan informasi

banyak dalam teknik menyusui yang benar

d. Keadaan ibu dan bayi

Keadaan ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian

ASI, Karena keadaan sehat pada ibu dan bayi menunjang proses

keberhasilan teknik menyusui.

2.3.10Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

a. Rangsangan Otot Buah Dada

Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar

kelenjar buah dada bekerja lebih efektif, otot buah dada yang terdiri

dari otot polos dengan adanya rangsangan akan berkontraksi lebih baik

misalnya dengan melakukan massage / mengurut buah dada, menyiram

buah dada dengan air hangat dan dingin secara bergantian.

b. Keteraturan Anak Menghisap

Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran

hormon pituitrin dengan adanya pengeluaran hormon pituitrin yang

lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot polos buah

27

Page 28: Asi

dada dan uterus dimana kontraksi pada buah dada berpengaruh pada

pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk

mempercepat involusi.

c. Keadaan Ibu

Untuk dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu harus

sehat baik jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada

pembentukan produksi ASI karena untuk pembentukannya bahan

diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat mensuplay bahan karena tubuh

tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan yang

akan diolah sel acini di buah dada maka bahan tidak sampai pada sel

acini tersebut. Dengan demikian, sel acini tidak memiliki bahan mentah

yang akan diolah menjadi ASI sehingga produksi ASI menurun.

d. Faktor Makanan

Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI, karena

ASI dibuat dari zat makanan yang diambil dari darah Ibu yang sudah

disiapkan sejak terjadinya kehamilan, karena itu Ibu hamil harus

mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya untuk kebnutuhan

sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.

e. Faktor Istirahat

Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot dan syaraf setelah

mengalami ketegangan dalam melaksanakan kegiatan. Dengan istirahat,

akan timbul penyegaran kembali demikian juga pada Ibu menyusui

yang membutuhkan istirahat yang lebih banyak di luar maupun di

28

Page 29: Asi

dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam beristirahat sel

dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja

lebih giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau

ditingkatkan.

f. Faktor fisiologis

Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang dikeluarkan

sel alfa dari lobus anterior kelenjar hypofise. Hormon ini merangsang

sel acini untuk membentuk ASI apabila ada kelainan misalnya hormone

ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan dengan sendirinya

rangsangan pada sel acini juga berkurang sehingga sel acini pun

jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI

g. Faktor Obat

Obat yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI adalah obat

yang mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan

mempengaruhi hormone prolaktin dan pituitrine yang berpengaruh

pada pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone prolactin

terhambat pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone

tersebut,tentu rangsangan kepada sel acini untuk membentuk air susu

akan berkurang.

2.4 Ibu Post partum

29

Page 30: Asi

Puerperium (nifas) ialah masa sesudah persalinaan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang

terpenting dalam masa nifas adalah: involusi uterus dan proses laktasi.

2.4.1 Perubahan dari alat badan

a. Involusi rahim

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena

kontraksi dan retraksi otot. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak

seberapa berkurang tetapi setelah 2 hari ini uterus mengecil dengan

cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6

minggu tercapai lagi ukurannya yang normal.

Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat

gambaran sebagai berikut :

1. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 X

15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh dasar besar bermuara.

2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, di samping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke -2

sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis

bersama dengan lokia.

5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis

endometrium.

30

Page 31: Asi

6. Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.

b. Gambaran klinis masa puerperium

Segera setalah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi

tidak lebih dari 38 derajat. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya,

akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan

pembuluh darah. Kontraksi uteerus yang diikuti his pengiring

menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan atau after pain terutama

pada multipara. Pengeluaran lokia dapat dibagi

berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:

1. Lochea rubra (kruenta)

a. 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam

b. Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium, sisa darah.

2. Lochea sanginolenta

a. 3 sampai 7 hari

b. Berwarna putih dan bercampur merah

3. Lochea serosa

a. 7 sampai 14 hari

b. Berwarna kekuningan

4. lochea alba

a. Setelah hari ke 14

b. Berwarna putih

c. Perawatan masa puerperium

31

Page 32: Asi

Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan

mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi dini

mempunyai keuntungan:

1. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium

2. Mempercepat involusi alat kandungan

3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

d. Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan

Perawatan yang di lakukan oleh tenaga kesehatan meliputi:

1. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama sehingga ibu

lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan

ASI, sehingga kelancaran ASI lebih terjamin.

2. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran penderita

b. Keluhan yang terjadi setelah persalinan

3. Pemeriksaan khusus

a. Fisik:Tekanan darah, nadi dan suhu

b. Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

c. Payudara: Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

d. Patrun lochea : Lochea rubra, lochea sanguinolenta

32

Page 33: Asi

e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada

tanda infeksi ( kolor, dolor, fungsiolesa, dan pernanahan ).

4. Pemulangan dan pengawasan ikutan

Pemulangan dengan persalinan spontan dapat dipulangkan setelah

mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan, dipulangkan setelah

2-3 hari dirawat. Nasehat yang perlu diberikan saat memulangkan

adalah:

a. Diet

Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk

dapat meningkatkan kesehatan dasn memberikan ASI.

b. Pakaian

Pakian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara

tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang

kerena tidakn akan mempengaruhi involusi.

c. Miksi dan buang air besar

Miksi dan buang air besar diatur sehingga kelancaran kedua

sistem tersebut dapat berlangsung dengan baik.

d. ASI dan puting susu

Pemberian ASI jangan pilih kasih, karena keenakan

memberikan ASI pada satu sisi. Kedua payudara harus

dikosongkan saat memberikan ASI sehingga kelancaran

pembentukan ASI akan berjalan dengan baik.

e. Kembalinya datang bulan atau menstruasi

33

Page 34: Asi

Dalam waktu tiga bulan belum menstruasi, dapat menjamin

bertindak sebagai kontrasepsi. Setelah melampaui tiga bulan

perlu mempergunakan alat kontrasepsi sehingga terlindung dari

kemungkinan hamil dalam waktu singkat.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

kerangka konsep satu terhadap konsep yang lainnya dan masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2005 )

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: Pendidikan Pengalaman Umur Penyuluhan Media masa

Pengetahuan Ibu post

partum tentang pemberian

ASI eksklusif

34

Page 35: Asi

Keterangan :

: Yang diteliti: Tidak diteliti

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri seseorang

melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba serta

mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo,1993)

Teknik menyusui pada ibu primipara dipengaruhi oleh pengetahuan ibu

tentang ASI utamanya ASI eksklusif dan manfaat meneteki yang digunakan

sebagai dasar untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Melalui

teknik menyusui yang benar akan memberikan dampak pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal (Soetjiningsih, 1997).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: Pendidikan Pengalaman Umur Penyuluhan Media masa

BB Bayi meningkat

Derajat kesehatan bayi

meningkat

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI faktor fisiologis faktor keteraturan

isapan anak faktor rangsangan otot

buah dada faktor psikologis Ibu Obat-obatan Makanan

Bayi sehat

Teknik menyusui pada ibu post partum

Produksi ASI Mencukupi(meningkat)

35

Page 36: Asi

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2003)

Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ada hubungan antara pengetahuan

pemberian ASI eksklusif dengan tehnik menyusui pada ibu post partum di Desa

Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009

BAB 4

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian ilmiah tentunya dihadapkan kepada suatu

permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan metode, dimana dalam pemakaian

metode ini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian

adalah cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode keilmuan. Pada

bab ini akan disajikan tentang desain penelitian, populasi, sample dan sampling,

identifikasi variabel, pengumpulan data, analisa data, masalah etika dan keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian

36

Page 37: Asi

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Sedangkan menurut Burn

and Grove (1991) desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian.

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu

penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau

sekelompok subjek, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

untuk mencari hubungan di antara variabel yang diteliti. Dimana jenis penelitian

yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen

dan variabel dependen hanya satu kali pada satu saat, dan tiap subyek penelitian

hanya diobservasi satu kali saja. Sedangkan pengukuran variabel dilakukan

terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Nursalam,

2003). Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu

yang sama. Pada penelitian ini dicari hubungan antara pengetahuan pemberian

ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

Langkah-langkah penelitian : pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan

atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.

37

Page 38: Asi

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja adalah suatu yang abstrak, logika, secara harfiah dan akan

membantu peneliti dan menghubungkan hasil penelitian dengan body of

knowledge (Nursalam, 2001).

Populasi : Ibu postpartum di Desa Bedali Kecamatan

Ngancar, sejumlah 45 Sampling Purposive sampling

Sampel : Ibu postpartum di Desa Bedali Kecamatan

Ngancar sejumlah 36 orang

Menentukan dan menyusun instrumen

Pengukuran variable, pengambilan data dengan

pemberian kuesioner

38

Page 39: Asi

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

4.3 Identifikasi Variabel

Dalam suatu penelitian seseorang memiliki titik perhatian yang akan

diteliti atau sering disebut sebagai objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan

oleh Sugiono (2005) bahwa variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005)

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang ukuran konsep pengertian

tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pekerajaan, pengetahuan, pendapatan,

perilaku, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002)

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas,

sebab mempengaruhi atau variabel independen.variabel tergantung, akibat

terpengaruh atau variabel dependen.

Pengumpulan data dan tabulasi data

Analisis data dengan analisis kuantitatif

Pengolahan hasil dan kesimpulan

Analisis statistic dengan

Spearman rho for windows

Skala Kuantitatif:76%-100% : Baik56%-75% : Cukup41%-55% : KurangSkor :1 : Untuk jawaban benar0 : Untuk jawaban salah

39

Page 40: Asi

4.3.1 Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel prediktor / variabel

bebas. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).

Variabel independen disebut juga variabel yang nilainya menentukan

variabel lain.

Pada penelitian ini variabel independennya adalah “pengetahuan

ibu tentang pemberian ASI eksklusif”.

4.3.2 Variabel Dependen

Variabel ini disebut sebagai variabel out put atau terikat. Variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (independen). (Notoatmodjo, 1993).

Variabel dependen disebut juga variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah “Teknik

menyusui pada ibu post partum”.

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003)

Variabel Definisi Operasional

ParameterAlat Ukur

Skala Kategori

Independen: Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui

Jawaban tepat tentang:- Pengertian ASI

kuesioner Ordinal Kriteria pengukuran:- 76%-100% :

40

Page 41: Asi

ibu /dimengerti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir sampai umur 6 bulan

- Manfaat menyusui- Frekuensi

menyusui- Cara penyimpanan

ASI- Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI

- Komposisi ASI- Mencuci tangan

sebelum menyusui- Membersihkan

puting susu- Posisi bayi

menghadap perut Ibu / payudara

- Meletakkan ibu jari di atas payudara, jari lain

- Merangsang bayi untuk membuka mulut

- Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi

- Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong.

- Waktu menyusu ± 10 -15 menit.

- Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan ke- bawah

- Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya

Baik Kode 3- 56%-75% :

Cukup Kode 2- 41%-55% :

Kurang Kode 1

Skor :- 1 : Untuk

jawaban benar

- 0 : Untuk jawaban salah

Dependen :Teknik

Tehnik / cara menyusui ibu

1. Mencuci tangan sebelum menyusui

Lembar observasi

Ordinal Kriteria pengukuran:- 76%-100% :

41

Page 42: Asi

menyusui pada bayi yang merupakan kemampuan Ibu untuk menyusui bayi secara benar

2. Membersihkan puting susu

3. Posisi bayi menghadap perut Ibu / payudara

4. Meletakkan ibu jari di atas payudara, jari lain

5. Merangsang bayi untuk membuka mulut

6. Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi

7. Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong.

8. Waktu menyusu antara 10 -15 menit.

9. Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan ke- bawah

10. Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya .

Cek list Baik Kode 3- 56%-75% :

Cukup Kode 2- 41%-55% :

Kurang Kode 1

Skor :- 1 : tehnik

benar- 0 : tehnik

salah

4.5 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002)

Sedangkan menurut Notoatmodjo, 2005 populasi adalah keseluruhan

42

Page 43: Asi

objek penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini populasinya

adalah seluruh Ibu meneteki primipara yang berada di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri yang berjumlah 45 orang.

Sebagaimana pendapat (Arikunto, 2002) sebagai patokan dasar apabila

subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua, sehingga

penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%.

4.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu meneteki primipara

yang berada di Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang

berjumlah 36 orang.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam

& Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah

sebagai berikut :

1. Ibu primipara yang meneteki bayi yang berumur 0 – 6 bulan,

2. Bersedia diteliti dan menandatangani informed concent

b. Kriteria Eksklusi

43

Page 44: Asi

Kriteria eksklusif adalah karakteristik sampel yang tidak dapat

dimasukkan atau layak untuk diteliti yaitu :

1. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur 0 – 6 bulan tidak

bersedia diteliti

2. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur ≥6 bulan

3. Ibu meneteki primipara dengan kontra indikasi absolut

4.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara atau teknik tertentu dalam mengambil

sampel penelitian sehingga sampel dapat mewakili populasinya

(Notoatmodjo, 2005). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bedali Kecamatan Ngancar

Kabupaten Kediri tahun 2009.

4.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

44

Page 45: Asi

Untuk memperoleh data mengenai pengetahuan tentang pemberian ASI

eksklusif dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Sedangkan untuk

memperoleh data tentang teknik menyusui pada ibu post partum dilakukan

dengan cara observasi.

4.8 Alat dan Bahan Instrumen

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner

adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden. Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner tipe tertutup, yaitu suatu kuesioner yang sudah

disediakan lembar observasi untuk responden.

4.9 Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan ulang.

Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dari hasil jawaban

responden pada setiap lembar jawaban kuesioner.

b. Coding

45

Page 46: Asi

Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada setiap jawaban

yang diberikan oleh responden untuk memudahkan analisis jawaban dari

responden.

c. Scoring

Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terdapat bagian-bagian yang

perlu diberi skor. Untuk pengukuran tingkat pengetahuan dan pola laktasi

setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Kemudian jawaban benar dari semua pertanyaan dijumlahkan lalu

dibandingkan dengan semua jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%.

P = Σ f x 100 % n

Keterangan :

P : Prosentase

f : Frekuensi jawaban

N : Skor total soal

Hasil prosentase diatas kemudian diinterpretasikan kedalam skala

kualitatif dengan menggunakan skala ordinal, yaitu:

a. 76% - 100% : Baik, kode 3

b. 56% - 75% : Cukup, kode 2

c. 40% - 55% : Kurang, kode 1

(Arikunto, 1998)

d. Tabulating

46

Page 47: Asi

Tabulasi data dilakukan secara manual dan dengan bantuan komputer.

Dalam tahap ini dari data master tabel dipindahkan kedalam tabel distribusi

frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti. Tabulasi data diperoleh sesuai

dengan item pertanyaan yang disajikan. Data pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif terdiri dari jawaban benar dan salah, dengan kategori

pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang. Sedangkan

data tentang pola laktasi pada ibu post partum terdiri dari jawaban setuju dan

tidak setuju, dengan kategori baik, cukup dan kurang.

4.10 Teknik Analisis Data

Mengingat peneliti bertujuan untuk menganalisa hubungan antara 2

variabel di mana variabel independen dan dependen berskala ordinal maka uji

statistik yang dipilih adalah menggunakan rumus korelasi Spearman rho,

yaitu :ρ=1−

6∑ D

n(n2−1)

Keterangan :

= Koefisien korelasi spearman

D = Perbedaan skor antar 2 variabel

n = Jumlah kelompok

4.10.1 Pengujian hipotesis :

a. Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Ho = > 0 (tidak ada hubungan antara dua variabel)

2. H1 = < 0 (ada hubungan dua variabel).

47

Page 48: Asi

b. Kaidah pengambilan keputusan

1. Sig. (2-tailed) = ditolak Ho.

2. Sig. (2-tailed) > = ditolak H1

4.10.2 Cara penarikan kesimpulan

Cara penarikan kesimpulan didasarkan dari hasil uji korelasi

Spearman. Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada hubungan dan

sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada hubungan.

Selanjutnya menurut Arikunto 2002 dari indeks korelasi dapat

diketahui 4 hal, yakni arah korelasi, ada tidaknya korelasi, interpretasi

tinggi rendahnya korelasi dan tingkat signifikan.

Arah korelasi dinyatakan dalam tanda (+) plus dan (-) minus.

Tanda (+) menunjukkan adanya korelasi sejajar searah. Tanda (–)

menunjukkan korelasi sejajar berlawanan arah.

1. Korelasi + : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada

ibu post partum.

2. Korelasi - : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif, maka semakin kurang teknik menyusui

pada ibu post partum.

Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks.

Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan

bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan, terdapat korelasi.

Interpretasi tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar

48

Page 49: Asi

kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks

korelasi, makin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

Dengan indeks korelasi saja, penelitian belum berarti apa-apa.

Angka ini harus dikonsultasikan dengan tabel yang sesuai mengenai hal

ini.

Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien KorelasiInterval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,00-0,199Antara 0,20-0,399Antara 0,40-0,599Antara 0,60-0,799Antara 0,80-0,000

Sangat rendah (Tak berkorelasi)RendahSedangKuatSangat kuat

(Sugiono, 2004)

Data yang telah diedit disajikan secara tabulasi silang antara

variabel independen dan variabel dependen, selanjutnya dilakukan uji

statistik korelasi dengan menggunakan Spearman Rho dengan derajat

kemaknaan p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara dua

variabel, maka H1 diterima. Penghitungan nilai signifikansi dari

Spearman dilakukan dengan bantuan program komputer, dan uji statistik

yang akan digunakan adalah dengan menggunakan program SPSS 11.

Hasil analisis data digunakan untuk menjawab hipotesis dari penelitian

ini.

4.11 Penyajian Data

Cara penyajian data penelitian ini dilakukan dalam bentuk, antara lain:

a. Penyajian dalam bentuk tabel

49

Page 50: Asi

b. Penyajian dalam bentuk diagram pie

4.12 Etik Penelitian

Etik penelitian adalah suatu norma atau aturan yang mengacu pada

perilaku peneliti mengenai tindakan baik atau buruk yang merupakan kewajiban

dan tanggung jawab peneliti (Ismani, 2001)

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek, oleh karena itu

harus dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden dengan meminta izin

dan menggunakan etika sebagai berikut:

a. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset yang

akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi atau

menolak menjadi responden (Nursalam, 2001). Setiap ibu yang menjadi

responden diberikan lembar persetujuan beserta penjelasan tentang maksud

dan tujuan penelitian, jika menandatangani lembar persetujuan tersebut

berarti bersedia, tetapi jika subjek tidak besedia menjadi responden maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden (Nursalam,

2001). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor

kode (nama inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga privasi.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

50

Page 51: Asi

17%

55%

22%

6%

<20Th

21-25 Th

26-30 Th

31-35 Th

Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu sebagai

hasil riset (Nursalam, 2001). Segala informasi yang diperoleh dari

responden, peneliti bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai

hasil riset.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian

Di dalam hasil penelitian ini akan diuraikan tentang gambaran umum

lokasi penelitian, karakteristik demografi responden, dan data tentang hubungan

antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu

post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bedali Ngancar Kediri pada

tanggal 23 Maret sampai tanggal 28 Maret Tahun 2009. Jumlah ibu yang

mempunyai bayi usia 0-6 bulan pada saat penelitian dilakukan adalah

sebanyak 45 orang sedangkan yang dijadikan sebagai responden dalam

penelitian ini adalah sebanyak 36 orang.

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden akan diuraikan berdasarkan

umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan umur bayi.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

51

Page 52: Asi

61%28%

11%

IRT

swasta

PNS

28%25%

SLTP

SLTA

PT

Sumber : Data primer tahun 2009Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Umur Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.

Berdasarkan gambar 5.1 diagram pie menunjukkan distribusi

frekuensi responden berdasarkan umur ibu post partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah berumur 21-

25 tahun sejumlah 20 responden (55%) dari total responden.

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

Berdasarkan gambar 5.2 diagram pie menunjukkan distribusi

frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu post partum di Desa Bedali

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah ibu rumah

tangga sejumlah 22 orang (61%) dari total responden

3) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

52

Page 53: Asi

8%

26%

22%14%

19%

11% 1 Bulan 2 Bulan3 Bulan4 Bulan5 Buln6 Bulan

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.

Berdasarkan gambar 5.3 diagram pie menunjukkan distribusi

frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu post partum di Desa

Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah SLTA

yaitu sebanyak 17 orang (47%) dari total responden.

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 20094) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayinya

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bayi Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten

53

Page 54: Asi

Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

Berdasarkan gambar 5.4 diagram pie menunjukkan distribusi

frekuensi responden berdasarkan umur bayi di Desa Bedali Kecamatan

Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah berumur 2 bulan yaitu

sejumlah 9 orang (26%) dari total responden.

5.2 Data Khusus

1) Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.

No Kategori Pengetahuan Frekuensi Prosentase1 Baik 25 69,4%2 Cukup 11 30,6%3 Kurang 0 0,0%

Total 36 100%

Sumber : Data primer penelitian tahun 2009

Berdasarkan table 5.1 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36

resonden, diperoleh deskripsi pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif dengan

teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar

Kabupaten Kediri Tahun 2009 sebagian besar adalah baik sejumlah 69,4 %

(25 responden) dari total responden.

2) Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penerapan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret 2009 sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

54

Page 55: Asi

No Kategori Teknik

MenyusuiFrekuensi Prosentase

1 Baik 8 22,8%2 Cukup 16 44,4%3 Kurang 12 33,3%

Total 36 100%Sumber : Data primer penelitian tahun 2009

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36

responden, diperoleh deskripsi Penerapan teknik menyusui pada Ibu post

partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009

sebagian adalah cukup yaitu sejumlah 44,4 % (16 responden).

3) Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik

Menyusui Pada Ibu Post Partum

Tabel 5.3 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

NoKategori

PengetahuanKategogi Teknik Menyusui

TotalKurang % Cukup % Baik %

1 Kurang 0 0,0 % 0 0,0 % 0 0,0 % 0 0,0 %2 Cukup 7 19,4 % 4 11,1 % 0 0,0 % 11 30,5 %3 Baik 5 13,8 % 12 33,3 % 8 22,2 % 25 69,4 %

Total 12 33,3 % 16 44,4 % 8 22,2 % 36 100 %

Sumber : Data primer penelitian tahun 2009Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan tabulasi silang antara pengetahuan

ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum, diperoleh

deskripsi responden berdasarkan pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik

menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar

55

Page 56: Asi

Correlations

1,000 ,474**

, ,003

36 36

,474** 1,000

,003 ,

36 36

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Pengetahuan

Teknik Menyusui

Spearman's rhoPengetahuan

TeknikMenyusui

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.

Kabupaten Kediri Tahun 2009 yaitu sebanyak 25 Responden (69,4 %)

berpengetahuan baik, dan sebanyak 16 Responden (44,4 %) teknik

menyusuinya cukup.

4) Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik

Menyusui Pada Ibu Post Partum.

Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil uji statistik dengan

menggunakan korelasi Spearman Rho antara pengetahuan ASI eksklusif

dengan teknik menyusui pada Ibu post partum didapatkan tingkat kemaknaan

p (0,003) (0,01) dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya

semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik

menyusui pada Ibu post partum, dengan koefisien korelasi 0,474 artinya

mempunyai koefisien korelasi yang sedang. Ho ditolak dan H1 diterima

artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif

56

Page 57: Asi

dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan

Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009.

57

Page 58: Asi

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum

Berdasarkan hasil penelitian ini pada table 5.1 didapatkan tingkat

pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar baik yaitu

sebanyak 25 responden (69,4%). Pengetahuan yang baik ini didukung oleh faktor

pendidikan, di mana tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA

(47 %) dan relatif lebih baik dari pada responden yang berpendidikan SD dan

SLTP. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan tingkat pengetahuan dan

pemahaman ibu tentang ASI lebih baik pula.

Tingkat pendidikan yang baik ini juga mempengaruhi peningkatan

kesadaran (awareness) ibu tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya.

Jenjang pendidikan SLTA pada sebagian besar responden memungkinkan

responden lebih banyak mendapat informasi tentang teknik menyusui yang benar

pada bayinya dari pada tingkat pendidikan dibawahnya, sehingga dapat

menerapkan teknik menyusui yang benar pada bayinya.

Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan sebagian besar

responden pada penelitian ini adalah saat ini sudah banyak tersedia media

informasi baik media elektronik maupun media massa yang lain yang

menyajikan informasi tentang teknik menyusui yang benar. Hal ini merupakan

suatu bentuk edukasi persuasif kepada masyarakat yang secara lambat laun dapat

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI pada

Page 59: Asi

bayi sampai usia 6 bulan. Dengan demikian secara perlahan-lahan hal itu akan

merubah perilaku

Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu

tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan. Pada

penelitian ini lingkungan sosial responden adalah lingkungan yang

berpendidikan sehingga lebih banyak informasi yang dapat diterima dari para Ibu

yang lain di lingkungannya sehingga penegtahuan ibu lebih meningkat.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang malakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu dalam hal ini adalah melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba.sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

dan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Jadi pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan

penginderaan melalui panca indera yang digunakan untuk menunjukkan

kemampuan dalam mempergunakan suatu tindakan dalam hal ini menyangkut

pengetahuan ibu post partumtentang pemberian ASI eksklusif. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pengalaman, usia,

penyuluhan, media massa televisi dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2001).

6.2 Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum

59

Page 60: Asi

Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 5.2 didapatkan sebagian

responden menerapkan teknik menyusui yang cukup pada bayinya yaitu

sebanyak 16 responden (44,4%).

Penerapan teknik menyusui yang benar pada penelitian ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor antar lain adalah faktor pengetahuan Ibu tentang pentingnya

pemberian ASI yang benar pada bayi, kondisi fisik Ibu terutama yang

menyangkut anatomi dan fisiologi payudara. Faktor hormonal yang

memproduksi dan mengeluarkan ASI (prolactin dan oxytocin)

Faktor pekerjaan ibu juga mempengaruhi penerapan teknik menyusui

yang benar. Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu

rumah tangga) sehingga lebih banyak memiliki waktu luang untuk bayinya.

Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah kesehatan bayi yang diberi ASI.

Bayi yang dalam keadaan sehat akan dapat menerima ASI dengan baik.

Sebaliknya kondisi bayi yang dalam keadaan sakit tidak akan dapat menerima

ASI yang diberikan ibunya dengan baik sehingga teknik menyusui yang

diterapkan oleh Ibunya menjadi terhambat. Faktor yang mempengaruhi teknik

menyusui :

1. Pengalaman

Pengalaman Ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik menyusui

yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan sebagai cara untuk

memperbaiki cara menyusui yang kurang benar.

2. Waktu dan tempat

60

Page 61: Asi

Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga perlu

disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi merasa

nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar.

3. Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada Ibu post partum,

karena dengan pendidikan yang lebih tinggi Ibu mendapatkan informasi

banyak dalam teknik menyusui yang benar

4. Keadaan Ibu dan bayi

Keadaan Ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian ASI,

Karena keadaan sehat pada Ibu dan bayi menunjang proses keberhasilan

teknik menyusui (Perinasia, 1994).

Tampak bahwa penerapan teknik menyusui tidak selalu dipengaruhi oleh

pengetahuan, dan pengatahuan baik belum tentu menerapkan teknik menyusui

yang baik pula, demikian sebaliknya.kenyataan ini didukung / dibuktikan dari

jawaban pertanyaan teknik menyusui pada ceklist yang sebagian responden

pada katagori yang cukup. Hal ini dimungkinkan karena teknik menyusui

pada ibu post partum belum begitu diterapkan, faktor budaya, kebiasaan dan

pengalaman yang kurang dan belum mengerti tentang pentingnya penerapan

teknik menyusui yang baik dan benar.

6.3 Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui

Pada Ibu Post Partum

61

Page 62: Asi

Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik spearman rho

diperoleh hasil penelitian bahwa pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik

menyusui pada Ibu post partum menunjukkan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada

tingkat = 0,01 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai kekuatan

hubungan yang sedang. Hipotesis (H1) diterima artinya ada hubungan siknifikan

antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum

dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya semakin baik pengatahuan

tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post

partum.

Pada tabel 5.3 didapatkan sebagian besar dari Ibu mempunyai

pengetahuan baik sebesar 25 responden (69,4%), dari pengumpulan data

diperoleh tingkat pendidikan responden sebagian besar (47%) adalah SLTA

sehingga tingkat pemahaman klien relatif baik. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang terhadap suatu tindakan, secara psikologias akan

mendorong kesadaran orang tersebut untuk mengikuti dengan baik bahkan

memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang

diperlukan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini relevan

jika dikaikan dengan teori Notoadmodjo (2003) yang memberikan gambaran

pemahaman pengetahuan pada tingkat kognitif yang merupakan domain yang

sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

Pemahaman tentang teknik menyusui yang baik dan benar tidak selalu

didorong oleh adanya pemahaman pengetahuan, ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden yang baik sebagai aspek kognitif belum dapat

62

Page 63: Asi

menggerakkan seseorang untuk dapat menerapkan teknik menyusui yang baik

dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memberi

jawaban cukup pada pertanyaan ceklis teknik menyusui. Hal ini didukung dari

hasil jawaban ceklis yang diperoleh dari 36 responden didapatkan sebanyak 16

responden (44,4%) memberi jawaban cukup dalam menerapkan teknik menyusui

pada bayinya.

Bila seseorang telah memahami tentang teknik menyusui yang benar,

maka seseorang akan dapat mengadopsi dan mengaplikasikannya kedalam

kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan

benar. Habit / kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari akan membentuk

suatu perilaku bagi individu.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa

memahami merupakan domain kognitif tingkatan yang kedua. Setelah proses

memahami maka individu akan mengaplikasikan apa yang dipahaminya

kemudian menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari

Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka

perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Faktor lain

yang mempengaruhi penerapan teknik menyusui yang cukup baik pada

penelitian ini adalah pekerjaan responden. Di dalam penelitian ini sebagian besar

responden tidak bekerja sehingga lebih banyak mempunyai waktu luang dalam

63

Page 64: Asi

merawat bayinya termasuk dalam hal cara menyusui yang benar dan lama

menyusui. Bagi Ibu yang bekerja di luar rumah relatif lebih sedikit mempunyai

waktu untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki menjadi berkurang, faktor

kelelahan sehabis bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis ibu di

dalam menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar.

Faktor kesehatan fisik dan psikologis Ibu sangat menentukan teknik

menyusui yang benar pada bayinya. Kondisi fisik Ibu yang sehat dapat

membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini

juga berkaitan erat dalam proses laktasi. Sedangkan faktor psikologis juga

mempengaruhi teknik menyusui dalam proses Bonding dan Attachment. Jenis

hormon yang sangat berkaitan dengan proses laktasi adalah hormon prolaktin

dan oxytocin. Hormon prolaktin berperan di dalam produksi ASI, sedangkan

hormon oxytocin berperan penting dalam pengeluaran ASI saat bayi menetek.

Kondisi psikologis/emosional ibu yang tidak stabil menimbulkan keengganan

ibu untuk meneteki bayinya.

Faktor makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi Ibu sangat

menentukan juga teknik menyusui. Makanan yang mengandung zat-zat gizi

yang berkualitas akan menghasilkan ASI yang berkualitas pula, karena ASI

sendiri dibuat dari dari zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu. Obat-

obatan yang dikonsumsi ibu juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.

Umur ibu juga turut mempengaruhi penerapan teknik menyusui. Umur

ini berkaitan erat dengan kondisi fisik dan psikologis Ibu. Pada penelitian ini

sebagian besar responden berumur antara 21-25 tahun (55%). Rentang umur

tersebut merupakan umur yang cukup matang bagi Ibu baik dari segi fisik

maupun segi psikologis di dalam tanggung jawab merawat seorang bayi.

64

Page 65: Asi

Dalam usia yang cukup matang dari segi fisik, seorang Ibu mampu

mempunyai status kesehatan yang optimal karena dikaitkan dengan kehamilan

maka rentang usia tersebut tidak termasuk dalam golongan resiko tinggi Ibu

hamil sehingga relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan persalinan pada

Ibu yang berkaitan dengan proses laktasi selanjutnya. Segi psikologis usia

yang sudah matang seorang ibu mampu menerima bayinya dan menyadari

bahwa bayinya merupakan penerusnya yang harus dirawat dengan baik dan

benar.

6.4 Kelemahan Penelitian (Keterbatasan)

6.4.1 Instrumen / alat ukur dalam pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner berupa pertanyaan tertutup memungkinkan ketelitian responden

terhadap pertanyaan serta memiliki kelemahan untuk diisi apa adanya atau

menurut subjektifitas responden, sehingga hasilnya kurang terwakili

secara kualitatif

6.4.2 Isi dalam variabel penelitian ini kurang mewakili pernyataan tentang

pengetahuan ASI eksklusif dan teknik menyusui sehingga hasilnya kurang

representatif untuk mewakili seluruh pernyataan pengetahuan dan teknik

menyusui.

.

65

Page 66: Asi

66

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat

dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

7.1.1 Sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat

pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik yaitu sebesar 25 responden

(69,4%) dari total keseluruhan responden yang diteliti memberi jawaban

baik pada pertanyaan kuesioner yang diberikan.

7.1.2 Sebagian responden menerapkan teknik menyusui pada bayinya adalah

cukup yaitu sebesar 16 responden (44,4%) dari total keseluruhan responden

yang diteliti memberi jawaban cukup pada pertanyaan kuesioner yang

diberikan.

7.1.3 Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan

teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali kecamatan Ngancar

Kabupaten Kediri, dengan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat =

0,05 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai koefisien korelasi

yang sedang, mempunyai arah korelasi yang sejajar searah artinya semakin

baik pengetahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik

menyusui pada Ibu post partum.

7.2 Saran

7.2.1 Penelitian selanjutnya

Page 67: Asi

67

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih spesifik dalam

menentukan instrumen, variabel penelitian, metode penelitian dan waktu

penelitian agar hasilnya lebih sempurna.

7.2.2 Lahan penelitian

Hendaknya bagi tenaga kesehatan dan pengurus desa selalu memberikan

informasi terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemberian ASI

pada bayi karena semakin banyak informasi yang diterima maka akan

semakin tinggi tingkat pengetahuannya tentang pentingnya pemberian

ASI yang benar pada bayi

7.2.3 Responden

Hendaknya senantiasa menjaga kesehatan ibu dan bayi serta berusaha

meningkatkan pengetahuan melalui berbagai media yang telah tersedia

tentang teknik menyusui yang baik dan benar untuk kemudian

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam memberikan ASI

kepada bayinya

7.2.4 Institusi pendidikan.

Pendidikan sebagai tempat menuntut ilmu dan ajang pengembangan

pendidikan hendaknya lebih memotifasi mahasiswa dalam belajar.

Skripsi ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

pengembangan ilmu kebidanan sehingga dapat meningkatkan kesehatan

bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 68: Asi

68

Arikunto, Suharsimi (2002), prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, PT.

RINEKA CIPTA, Jakarta.

Christina S Ibrahim (1980), Perawatan Kebidanan Jilid III, Bratara Karya Aksara

Jakarta.

Durdjati Sri B (1996), Pemberian Makanan Untuk Bayi (Dasar-dasar Fisiologis),

PERINASIA, Jakarta

Maria Surya Budi (1979), Cara Merawat Bayi Dan Anak, Pioner, Jaya Bandung.

Notoatmodjo, Soekidjo (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Andi Offset, Jogjakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,

PT. RHINEKA CIPTA, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. RHINEKA

CIPTA, Jakarta.

Nursalam (2001), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV.

SAGUNG SETO, Jakarta.

Nursalam (2002), Metodologi Riset Keperawatan, CV. SAGUNG SETO, Jakarta.

Nursalam (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

SALEMBA MEDIKA, Jakarta.

Oswari E. (1997), Perawatan Ibu Hamil Dan Bayi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Perinasia ( 1994 ), Menyusui, Wito, Jakarta

Purwanto, Heri (1999), Pengantar Perilaku Manusia, ECG, Jakarta.

Savage King (1991), Menolong Ibu Menyusui,GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,

Page 69: Asi

69

Jakarta

Singgih Dirgagunarsa, (1975), Pengantar Psikologi, MUTIARA, Jakarta.

Soetjiningsih, (1997), Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.

Soetjiningsih (1995), Tumbuh Kembang Anak, LAB. IKA UNAIR, Surabaya.

Subdit Penyuluhan Kesehatan (1994), Pedoman Bagi Prokesa, Bagian Program

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat PROP. JATIM, Surabaya.

Sugiyono (2004), Metode Penelitian Administrasi, CV. ALFABETA, Bandung.

Sugiyono (2005), Metode Penelitian Bisnis, CV. ALFABETA, Bandung.

Widayatun, Rusmi (1999), Ilmu Perilaku, CV. SAGUNG SETO, Jakarta.

Depkes RI (1992), Asi Dan Rawat Gabung, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI (1993), Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga,

Depkes Ri, Jakarta.

Depkes RI (1991), Manajemen Laktasi, Dirjen Pelayanan Medis, Jakarta

Depkes RI (1992), Perawatan Anak Di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.

IDI Vol. 43 (1993), Persepsi Dan Perilaku Menyusui Bayi, IDI Jakarta.

Lampiran 1

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK

MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR -

Page 70: Asi

70

KEDIRI

LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kediri, …… Maret 2009

Kepada

Yth. Ny. ………………….

Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sukomiharjo

NIM : 001136019

Status : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhakti

Mulia Pare-Kediri

Bahwa saya akan mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dalam rangka

menyesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes

Bhakti Mulia Pare-Kediridengan judul skripsi saya ”Hubungan Antara

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post

Partum Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009”.

Dalam hal ini saya mengharapkan Ibu bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner (pertanyaan) yang saya berikan.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini sifatnya bebas, tanpa paksaan atau sanksi

dalam bentuk apapun, dan mengenai identitas atau data Ibu akan dirahasiakan oleh

peneliti.

Page 71: Asi

71

Apabila Ibu bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian ini, dimohon untuk mengisi lembar pernyataan persetujuan menjadi

responden yang telah disediakan.

Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas perhatiannya saya

ucapkan terimakasih.

Lampiran 2

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST

PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR - KEDIRI

Kediri, ...... Maret 2009

Pemohon

Sukomiharjo

Page 72: Asi

Kediri, ...... Maret 2009

Peneliti

SukomiharjoNIM. 001136019

72

LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : ............................

Umur : ............................

Pendidikan : ............................

Pekerjaan : ............................

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat

dan resiko penelitian dengan judul karya tulis ”Hubungan Antara Pengetahuan

Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di

Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009”. Bila penelitian yang diajukan

menimbulkan ketidak nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan

penelitian ini dan saya berhak untuk mengundurkan diri.

Bersedia / Tidak Bersedia*

Untuk berpartisipasi menjadi responden tanpa adanya pihak dari manapun.

Segala informasi, pendapat, dan identitas yang terkait dengan penelitian ini

dijamin kerahasiaannya.

Keterangan :

* Coret yang tidak perlu

Lampiran 3

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

Kediri, ...... Maret 2009

Responden

Page 73: Asi

73

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

LEMBAR KUESIONER”PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF”

Tanggal Penelitian : ................................

No. Kode Responden : ................................

I. Identitas Responden

Umur ibu /bayi : ...............................

Pendidikan : ...............................

Pekerjaan : ...............................

II. Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada setiap

jawaban yang anda pilih.

III. Lembar Kuesioner

No Soal Benar Salah1. ASI eksklusif adalah menyusui bayi selama 6 bulan

tanpa makanan pendamping ASI (MP-ASI)2. Kandungan gizi dalam ASI banyak mengandung zat

kekebalan tubuh (daya tahan tubuh) untuk kesehatan bayi

3. Dengan minum ASI bayi akan tidak mudah terserang penyakit

4. Sebelum menyusui bayi ASI tidak perlu dikeluarkan dan dioleskan pada puting susu ibu

5. Pada saat menyusui bayi diletakkan dekat dengan ibu dan menyentuh kulit ibu.

6. Ibu menyusui bayinya dalam waktu 10 sampai 15 menit pada satu payudara dan 10 sampai 15 menit pada payudara satunya

7. Ibu selalu menyusui banyinya setiap 2 jam sekali8. Ibu menyimpan ASI didalam lemari es selama dua hari

saja

9. Jika ibu makan yang bergizi dan banyak mengkonsumsi sayuran, ASI yang keluar akan lebih banyak.

10. Apa ASI Ibu keluar sedikit pada saat Ibu kurang istirahat.

11 Apakah Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui

Page 74: Asi

74

12 Apakah Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui

13 Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap perut/ payudara ibu

14 Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga dibawah payudara

15 Apakah Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting

16 Apakah Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi

17 Apakah Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu

18 Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit19 Apakah Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara

memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah

20 Apakah Ibu menyendawakan bayi setelah disusui

Lampiran 4

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

17%

Page 75: Asi

75

LEMBAR OBSERVASI”TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM”

Tanggal Penelitian : ................................

No. Kode Responden : ................................

I. Identitas Responden

Nama : ...............................

Umur ibu /bayi : ...............................

Pendidikan : ...............................

Pekerjaan : ...............................

II. Petunjuk Pengisian

Jawaban pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ( ) pada setiap

jawaban yang anda dipilih.

III. Lembar Ceklist

No Pernyataan Ya Tidak1. Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui2. Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui 3. Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap

perut/ payudara ibu 4. Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga

dibawah payudara 5. Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan

menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting6. Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi

7. Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu

8. Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit

9. Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah

10.

Ibu menyendawakan bayi setelah disusui

Lampiran 5

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

Page 76: Asi

76

TABULASI DATA PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF

No

No Soal Ttl Skor

% Kriteria Kode1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 32 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75 Cukup 23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80 Baik 34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18 90 Baik 35 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 12 60 Cukup 26 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90 Baik 38 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 12 60 Cukup 29 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 310 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 311 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 312 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 313 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 60 Cukup 214 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16 80 Baik 315 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 316 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 13 65 Cukup 217 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 16 80 Baik 318 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 80 Baik 319 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Baik 320 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 12 60 Cukup 221 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 322 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 90 Baik 323 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 12 60 Cukup 224 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik 325 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 12 60 Cukup 226 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik 327 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 328 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 90 Baik 329 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 12 60 Cukup 230 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik 331 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 80 Baik 332 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 13 65 Cukup 233 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 14 70 Cukup 234 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 80 Baik 335 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 336 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 3

Lampiran 6

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

Page 77: Asi

77

TABULASI DATA TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM

Kode

Resp

No Soal Total

Skor

Prosentase

Kriteria

Kode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 6 60 Cukup 22 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 20 Kurang 13 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 50 Cukup 24 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 20 Kurang 15 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5 50 Cukup 26 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 37 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 60 Cukup 28 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 30 Kurang 19 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik 310 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 211 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 30 Kurang 112 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 313 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 20 Kurang 114 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 215 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik 316 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 20 Kurang 117 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 60 Cukup 218 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3 30 Kurang 119 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Baik 320 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 5 50 Cukup 221 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 50 Cukup 222 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 30 Kurang 123 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 50 Cukup 224 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 225 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 30 Kurang 126 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 327 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 228 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 6 60 Cukup 229 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 30 Kurang 130 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 5 50 Cukup 231 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 30 Kurang 132 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 50 Cukup 233 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 20 Kurang 134 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 30 Kurang 135 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 336 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 2

Page 78: Asi

78

LAMPIRAN 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

Page 79: Asi

79

UJI VALIDITAS DATA PENGETAHUAN

No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 32 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 23 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 34 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 106 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 108 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 109 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1

Correlations

1,000 ,772**

, ,009

10 10

,772** 1,000

,009 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X1

Y X1

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772Artinya : tingkat validitas butir tes no 1 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2

Page 80: Asi

80

Correlations

1,000 ,838**

, ,002

10 10

,838** 1,000

,002 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X2

Y X2

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,838Artinya : tingkat validitas butir tes no2 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3

Correlations

1,000 ,705*

, ,023

10 10

,705* 1,000

,023 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X3

Y X3

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705Artinya : tingkat validitas butir tes no 3termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4

Correlations

1,000 ,705*

, ,023

10 10

,705* 1,000

,023 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X4

Y X4

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705

Page 81: Asi

81

Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5Correlations

1,000 ,716*

, ,020

10 10

,716* 1,000

,020 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X5

Y X5

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6

Correlations

1,000 ,640*

, ,046

10 10

,640* 1,000

,046 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X6

Y X6

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,640Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7

Correlations

1,000 ,854**

, ,002

10 10

,854** 1,000

,002 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X7

Y X7

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:

Page 82: Asi

82

Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,854Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk

tinggi

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8

Correlations

1,000 ,772**

, ,009

10 10

,772** 1,000

,009 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X8

Y X8

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9Correlations

1,000 ,716*

, ,020

10 10

,716* 1,000

,020 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X9

Y X9

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716Artinya : tingkat validitas butir tes no 9 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10

Page 83: Asi

83

Correlations

1,000 ,983**

, ,000

10 10

,983** 1,000

,000 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X10

Y X10

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi

Lampiran 8

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA

BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

UJI VALIDITAS DATA TEKNIK MENYUSUI

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1

No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y

1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 4

2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2

3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3

4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2

5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Page 84: Asi

84

Correlations

1,000 ,983**

, ,000

10 10

,983** 1,000

,000 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

X1

Y

X1 Y

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2

Correlations

1,000 ,711*

, ,021

10 10

,711* 1,000

,021 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X2

Y X2

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,711Artinya : tingkat validitas butir tes no 2 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3

Page 85: Asi

85

Correlations

1,000 ,740*

, ,014

10 10

,740* 1,000

,014 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X3

Y X3

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 3 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4

Correlations

1,000 ,740*

, ,014

10 10

,740* 1,000

,014 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X4

Y X4

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk

cukupCorrelations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5

Correlations

1,000 ,740*

, ,014

10 10

,740* 1,000

,014 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X5

Y X5

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk

cukup

Page 86: Asi

86

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6

Correlations

1,000 ,687*

, ,028

10 10

,687* 1,000

,028 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X6

Y X6

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7

Correlations

1,000 ,687*

, ,028

10 10

,687* 1,000

,028 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X7

Y X7

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8

Correlations

1,000 ,804**

, ,005

10 10

,804** 1,000

,005 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X8

Y X8

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:

Page 87: Asi

87

Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk

tinggi

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9Correlations

1,000 ,638*

, ,047

10 10

,638* 1,000

,047 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X9

Y X9

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,638Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk

cukup

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10

Correlations

1,000 ,804**

, ,005

10 10

,804** 1,000

,005 ,

10 10

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Y

X10

Y X10

Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).

**.

Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk

tinggi

Lampiran 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI

EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI

DESA BEDALI, NGANCAR – KEDIRI

Page 88: Asi

Pengetahuan

11 30,6 30,6 30,6

25 69,4 69,4 100,0

36 100,0 100,0

2

3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Statistics

36 36

0 0

2,69 1,89

3,00 2,00

3 2

,47 ,75

,22 ,56

1 2

2 1

3 3

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

PengetahuanTeknik

Menyusui

Teknik Menyusui

12 33,3 33,3 33,3

16 44,4 44,4 77,8

8 22,2 22,2 100,0

36 100,0 100,0

1

2

3

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Descriptive Statistics

36 2 3 2,69 ,47

36 1 3 1,89 ,75

36

Pengetahuan

Teknik Menyusui

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

88

HASIL UJI STATISTIK DENGAN SPSS

Frequencies

Frequency Table

Descriptives

Page 89: Asi

Case Processing Summary

36 100,0% 0 ,0% 36 100,0%Pengetahuan *Pola Laktasi

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Correlations

1,000 ,474**

, ,003

36 36

,474** 1,000

,003 ,

36 36

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Pengetahuan

Teknik Menyusui

Spearman's rhoPengetahuan

TeknikMenyusui

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.

89

Crosstabs

Nonparametric Correlations

Pengetahuan * Teknik Menyusui Crosstabulation

Count

7 4 11

5 12 8 25

12 16 8 36

2

3

Pengetahuan

Total

1 2 3

Teknik Menyusui

Total