Asi
-
Upload
bahrul-ilmi -
Category
Documents
-
view
58 -
download
7
Transcript of Asi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan
bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi. Air susu ibu
mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat
kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan
seimbang antara satu dengan yang lainnya.
Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologi dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu
dan bayi. Zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi
bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui
dengan penjarangan kehamilan (KB), (Perinasia,1994).
Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian air
susu ibu (ASI) yang benar misalnya pemberian ASI segera setelah lahir (30
menit pertama bayi harus sudah disusui) kemudian pemberian ASI saja sampai
bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun
dengan pemberian makanan pendamping (MP-ASI) yang benar (Dep. Kes.
RI,1998 / 1999). Pada saat sekarang ini memang banyak terdapat ibu bekerja
yang mempunyai bayi, tetapi karena tuntutan pekerjaan banyak dari mereka
yang cenderung tidak menyusui bayinya sampai dengan usia 6 bulan, ibu lebih
tertarik menggantinya dengan susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan ini
ditunjang dengan adanya data yang menunjukkan penurunan nyata dalam
kebiasaan menyusu ibu. Dengan peraturan dan sanksi yang tegas serta program-
program mendukung, diharapkan angka pemberian ASI dapat ditingkatkan dari
kondisi sekarang. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada
bayi di bawah usia dua bulan hanya mencapai 64% dari total bayi yang ada.
Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni
46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih
memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula
dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (MP-ASI).
Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan
perlindungan yang baik secara aktif maupun pasif, ASI tidak saja menyediakan
perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang
sistem kekebalan bayi itu sendiri. Dengan adanya zat antibodi yang terkandung
dalam ASI eksklusif maka bayi akan terhindar dari berbagai macam infeksi atau
penyakit.
Penurunan pemberian ASI disebabkan oleh berbagai hal antara lain
kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat pemberian ASI atau keuntungan
dari ASI untuk anaknya, terjadinya pergeseran pandangan bahwa pemberian
2
susu formula dikatakan lebih modern, pengertian yang salah tentang menyusui
akan cepat sekali kelihatan tua dan berkurangnya kecantikan serta banyaknya
wanita / ibu yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat
menyusui secara teratur.
Menyusui khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian
makanan bayi yang alamiah, dan ini oleh ibu dianggap hal biasa yang tidak
perlu diketahui atau dipelajari, padahal ASI khususnya ASI eksklusif adalah
suatu ilmu yang relatif baru, sehingga masih harus dipelajari dan
dikembangkan. Kurangnya informasi dan bahkan seringkali ibu mendapatkan
informasi yang salah tentang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan muncul
berbagai macam persepsi, hal ini akan lebih menambah kompleks permasalahan
pemberian ASI eksklusif. Persepsi yang salah tentunya akan berdampak
terhadap perilaku yang salah pula.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diprioritaskan program
peningkatan penggunaan air susu Ibu (PP-ASI), karena dampaknya yang luas
terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga
dengan kesepakatan global antara lain: Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990
tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan air susu Ibu
(ASI). Disepakati pula untuk pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun
2000. Konferensi tingkat tinggi tentang kesejahteraan anak tahun 1990 salah
satu kesepakatannya adalah semua keluarga mengetahui arti penting untuk
mendukung wanita dalam tugas pemberian ASI saja untuk 6 bulan pertama
kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada
3
tahun-tahun rawan (Roesli U, 2000). Pada peringatan pekan ASI sedunia tahun
1999, telah dicanangkan kembali gerakan masyarakat peduli ASI pada tanggal 2
Agustus oleh Presiden Republik Indonesia.
Menurut Soetjiningsih (1997) penurunan pemberian air susu ibu (ASI)
dimungkinkan karena berbagai alasan, alasan tersebut diantaranya :
1. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat atau keuntungan air susu ibu
(ASI) untuk anaknya, rasa takut yang akan mempengaruhi produksi ASI,
sehingga jumlah ASI yang dihasilkan cenderung sedikit.
2. Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa pemberian susu formula akan
dikatakan lebih modern.
3. Pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali kelihatan tua dan
berkurangnya kecantikan.
4. Banyaknya wanita yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak
dapat menyusui secara teratur. Dari alasan tersebut terlihat pentingnya
pengetahuan atau pengertian ibu tentang ASI dalam upaya membantu
pertumbuhan dan perkembangan bayinya dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang akan datang.
Sampai sekarang ini kalangan medis maupun pemerintah memang
sedang gencar mempromosikan penggunaan ASI eksklusif, hal ini dilakukan
karena masih banyak persepsi yang cenderung keliru tentang pemberian ASI
eksklusif. Menyadari akan hal ini maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengetahuan antara pemberian ASI eksklusif dengan pola laktasi pada ibu post
partum, sehingga hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan
4
sebagai bahan kajian bagi para perawat dan bidan dalam meningkatkan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan pada ibu menyusui terutama dalam hal
meluruskan persepsi yang salah tersebut.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri
seseorang melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba
serta mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(Notoatmodjo,1993), berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
terhadap teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan
Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan yaitu “Adakah hubungan antara pengetahuan pemberian ASI
eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009 ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Sesuai dengan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan
“Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Antara Pemberian ASI
5
Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu post
partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun
2009.
b. Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu post partum di Desa
Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif
dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi pelayanan kesehatan
Sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif dan pola laktasi yang benar pada ibu post partum yang
menyusui bayi baru lahir sampai usia 6 bulan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan bagi pengembangan ilmu keperawatan dimasa mendatang
serta dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk penelitian
selanjutnya.
6
1.4.3 Bagi Peneliti
a. Sebagai media belajar dan acuan untuk melaksanakan karya tulis serta
dapat dipergunakan untuk kepentingan pembuatan model penelitian
berikutnya.
b. Dapat menambah pengetahuan tentang pola laktasi sehingga dapat
melakukan intervensi keperawatan yang lebih tepat.
1.4.4 Bagi Responden
Dapat memberikan informasi yang benar tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan dan dapat
memberikan tambahan pengetahuannya mengenai ASI eksklusif dan pola
laktasi sehingga dapat memberikan stimulasi untuk mengetahui lebih
mendalam tentang ASI eksklusif dan teknik menyusui pada ibu post
partum yang baik dan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta,
simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terjadi melalui indera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997 ).
7
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Roger (1974) bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut, terjadi proses yang
berurutan yaitu Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek), Interest (merasa tertarik),
dimana orang mulai tertarik pada stimulasi, Evaluation (menilai) dimana
seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, Trial 9mencoba) orang telah molai mencoba berpelilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng.
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran maka
tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 1993).
Domain kognitif atau pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah diajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah
diterima.
2. Memahami
8
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
kemampuan menggunakan hukum, rumus, metode dan prinsip.
4. Analisis
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut.
5. Sintesa
Sintesa kemampuan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang benar serta kemampuan menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evalusi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan pada kriteria yang
ada.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengetahuan adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya
mampu menggunakan dan mampu menghubungkan bagiannya serta mampu
untuk menilai sesuatu (Notoatmodjo, 1993).
9
2.1.1 Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan
a. Pendidikan
Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap
perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan
tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan
seseorang yang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau
mengadopsi perilaku yang positif.
b. Pengalaman
Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan, pengalaman
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
lalu.
c. Usia
Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan
betambahnya usia biasanya akan lebih dewasa pula intelektualnya.
d. Penyuluhan
Meningkatkan pengatahuan masyarakat juga melalui metode
penyuluhan, dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah
perilakunya.
e. Media massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam media yang
dapat mempengaruhipengatahuan masyarakat tentang inovasi baru.
10
f. Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2000: 121-124).
2.2 Konsep ASI Eksklusif
2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi
tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli,
2000).
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI,
2003). Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4
bulan) sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan
hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan
memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005)
2.2.2 Pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan/ cairan seperti susu formula,
11
madu, air teh, jeruk, air putih atau makanan padat seperti
pisang ,pepaya,bubur susu,biskuit ,nasi tim, dan sebagainya (Roesli, 2000).
Menurut Depkes RI (2001), pemberian ASI eksklusif adalah
memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan
dan memberikan kolostrum.
2.2.3 Komposisi ASI
Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan
kemudian. Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga
kelompok yakni :
1. Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama.
Setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena
menagandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting
untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga
mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti
Natrium dan Zn (Depkes RI, 2001).
Menurut Roesli (2000) kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari
pertama sampai hari ke-4 yang merupakan cairan emas, cairan pelindung
yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Volume kolostrum
adalah 150 – 300 ml / 24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah
12
kelahiran. Kandungan protein akan makin rendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolostrum, juga
volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000)
3. ASI matang/mature
ASI matang/mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari
ke-14 dan seterusnya komposisi relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan
suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari
gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.
Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Selama 6 bulan pertama, volume
ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 – 700 ml/hari, bulan
kedua sekitar 400 – 600 ml/hari dan 300 – 500 ml/hari setelah bayi
berusia satu tahun (Suhardjo, 1998).
2.2.4 Manfaat Menyusui
Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup anak, karena dengan menyusui tidak hanya memberi keuntungan
pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga, bahkan bagi negara.
a) Keuntungan menyusui bagi bayi
1. Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk
tumbuh kembang yang optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena
perbandingan whey protein /casein adalah 80/20, sedangkan susu
13
sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase yang memecah
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI
mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase
sudah ada sejak bayi lahir.
2) Ditinjau dari aspek imonologi
Mengandung kekebalan antara lain:
Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama
terdiri dari Makrofag Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada
ASI yang mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase
dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi lainnya:
Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding
protein, dan komplemen C3 dan C4. Tidak menyebabkan alergi.
3) Ditinjau dari aspek psikologis
Mendekatkan hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman
bagi bayi, yang penting untuk mengembangkan dasar kepercayaan
dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan akhirnya
mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
4) Manfaat lainnya bagi bayi
1. Mengurangi insidens karies dentis
2. Mengurangi maloklusi rahang
3. Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH,
TRH, TSH, EGF, Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll.
b) Keuntungan Menyusui bagi Ibu
14
1) Aspek kesehatan Ibu
Dapat mengurangi pendarahan post partum,mempercepat
involusi uterus dan mengurangi insidens karsinoma payudara.
2) Aspek psikologis
Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan
perasaan dipelukan.
3) Aspek keluarga berencana
Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan
kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang
sering baru mempunyai efek keluarga berencana.
b) Keuntungan menyusui bagi keluarga
1. Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu
formula
2. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan
3. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
d) Keuntungan bagi bangsa dan Negara
1. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Karena nilai gizi yang optimal dan adanya faktor protektif pada
ASI, maka anak jarang sakit dan kematian anak yang minum ASI
lebih rendah
2. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak.
Rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan
bakar untuk mensterilkan botol, dll. Disamping itu dengan rawat
15
gabung akan menurunkan insiden infeksi nusokomial, sehingga
selain perawatan Ibu dan anak lebih pendek, juga menghemat
pembelian antibiotika, cairan infus, dll.
3. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit.
Telah terbukti bahwa bayi yang minum susu botol lebih sering sakit
diare, penyakit infeksi saluran pernafasan dan malnutrisi dari pada
yang minum ASI.
4. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula.
5. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
Karena anak yang mendapatkan ASI tumbuh kembang secara
optimal, dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin.
Jadi betapa besarnya andil menyusui dalam hidup ini, sehingga
sangat disayangkan kalau sampai ada ibu yang tidak mau menyusui
bayinya sendiri. Sikap dan perilaku yang salah seperti ini harus kita
luruskan, agar tercipta anak-anak yang sehat j
jasmani, mental, maupun sosial.
2.3 Teknik Menyusui
Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).yang terdiri
dari:
2.3.1 Permulaan Menyusui Bayi
16
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya Ibu mulai
menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama
dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran
hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosi untuk mengeluarkan
ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak dini akan
memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali disekresikan
oleh kelenjar payudara disebut kolustrum, dalam kolustrum konsentrasi
imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24jam, yang
merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning- kuningan lebih
banyak mengandung antibody yang dapat memberikan perlindungan bagi
bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernakan makanan bayi.
2.3.2 Cara Menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami
berbagai masalah karena tidak mengetahuinya cara menyusui yang benar.
Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan
pengetahuan mengenai teknik menyusui.
a. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan:
b. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
c. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
17
d. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi
Terdapat macam posisi menyusui, cara menyususi yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Gambar 2.1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 2.2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 2.3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
18
Gambar 2.4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)
Gambar 2.5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang
perawatan (Perinasia, 2004)
Gambar 2.6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah
(Perinasia, 2004)
19
Gambar 2.7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)
Gambar 2.8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia,
2004)
2.3.3 Langkah-langkah menyusui yang benar
1. Sebelum menyusui puting susu dan areola mammae dibersihkan dengan
kapas basah atau ASI dekeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan sekitar kalang payudara.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
Gambar 2.9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)
20
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu
lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya
di depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja
Gambar 2.10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
21
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan
cara:
a. Menyentuh pipi dengan puting susu atau
b. Menyentuh sisi mulut bayi
Gambar 2.11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke
mulut bayi.
Gambar 2.12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)
22
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut
bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah kalang payudara.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga.
c. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya
diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu
jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu bayi ditekan ke bawah.
6. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi
adalah:
23
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan.
b. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
2.3.4 Lama menyusui (Soetjiningsih, 1997)
Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup
disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan
membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh
disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh
disusukan selama 15 menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit
pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi
pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit
pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit
terakhir mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak
dibandingkan dengan ASI pada menit pertama.
Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk
bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu:
a. Tahun pertama : 400 - 700 ml / 24 jam
b. Tahun kedua : 200 - 400 ml / 24 jam.
c. Sesudah itu sekitar : 200 ml / 24 jam.
Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi
protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya konsentrasi
24
lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh status gizi ibu dan ibu
usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding dengan ibu usia tua.
2.3.5 Frekuensi menyusui
Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein ASI rendah bayi akan menyusu
sering, biasanya antara 1,5 - 2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekwensi menyusui kira-kira 8 - 12
kali /24 jam setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan
usahakan sampai payu dara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik.
2.3.6 Kriteria untuk mengetahui banyaknya produksi ASI :
a. ASI yang bayak merembes keluar melalui putting.
b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
c. Berat badan bayi naik sesuai dengan umur
d. Jika ASI cukup bayi akan tertidur selama 3-4 Jam
e. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8x sehari
2.3.7 Gerakan Bayi Menyusui
Penghisapan oleh bayi pada waktu menetek hanyalah merupakan
sebagian kecil dari proses laktasi dan proses ini sendiri meliputi beberapa
tahap. Payudara yang menempel pada pipi bayi akan menimbulkan rooting
refleks yaitu bayi secara refleks akan memutar kepalanya kearah putting
susu yang menempel pada pipinya, diikuti oleh membukanya mulut,
kemudian putting akan ditarik masuk kedalam mulut. Penghisapan ini
dibantu oleh lidah yang menarik putting sehingga masuk kedalam
25
orofarings, maka rahang bayi akan memulai gerakan berirama yang
menekan sinus laktiferus (gerakan menggilas dibawah puting susu). Dan
peristiwa inilah yang menyebabkan keluarnya ASI.
2.3.8 Cara penyimpanan ASI
ASI dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat
:
a. Disimpan di udara bebas dalam tempat yang bersih selama 6 - 8 jam
b. ASI yang disimpan dalam lemari es (tidak dibekukan) harus diberikan
dalam 2 x 24 jam sejak ASI tersebut dikeluarkan dari payudara.
c. Untuk didimpal lama, harus dibukukan pada temperatur pendingin
sampai 18o C dapat disimpan sampai 6 bulan.
Pada penyimpanan dengan cara dibekukan tidak berpengaruh
terhadap komponen kekebalan yang dikandungnya. Apabila ASI akan
diberikan pada bayi setelah didinginkan tidak boleh dipanaskan karena
akan merusak kualitas khususnya unsur kekebalan, ASI cukup didiamkan
beberapa saat dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin.
2.3.9 faktor yang mempengaruhi teknik menyusui
a. Pengalaman
Pengalaman ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik
menyusui yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan
sebagai cara untuk memperbaiki cara menyusui yang kurang benar.
b. Waktu dan tempat
26
Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga
perlu disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi
merasa nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar.
c. Pendidikan
Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada ibu post partum,
karena dengan pendidikan yang lebih tinggi ibu mendapatkan informasi
banyak dalam teknik menyusui yang benar
d. Keadaan ibu dan bayi
Keadaan ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian
ASI, Karena keadaan sehat pada ibu dan bayi menunjang proses
keberhasilan teknik menyusui.
2.3.10Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Rangsangan Otot Buah Dada
Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar
kelenjar buah dada bekerja lebih efektif, otot buah dada yang terdiri
dari otot polos dengan adanya rangsangan akan berkontraksi lebih baik
misalnya dengan melakukan massage / mengurut buah dada, menyiram
buah dada dengan air hangat dan dingin secara bergantian.
b. Keteraturan Anak Menghisap
Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran
hormon pituitrin dengan adanya pengeluaran hormon pituitrin yang
lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot polos buah
27
dada dan uterus dimana kontraksi pada buah dada berpengaruh pada
pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk
mempercepat involusi.
c. Keadaan Ibu
Untuk dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu harus
sehat baik jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada
pembentukan produksi ASI karena untuk pembentukannya bahan
diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat mensuplay bahan karena tubuh
tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan yang
akan diolah sel acini di buah dada maka bahan tidak sampai pada sel
acini tersebut. Dengan demikian, sel acini tidak memiliki bahan mentah
yang akan diolah menjadi ASI sehingga produksi ASI menurun.
d. Faktor Makanan
Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI, karena
ASI dibuat dari zat makanan yang diambil dari darah Ibu yang sudah
disiapkan sejak terjadinya kehamilan, karena itu Ibu hamil harus
mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya untuk kebnutuhan
sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.
e. Faktor Istirahat
Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot dan syaraf setelah
mengalami ketegangan dalam melaksanakan kegiatan. Dengan istirahat,
akan timbul penyegaran kembali demikian juga pada Ibu menyusui
yang membutuhkan istirahat yang lebih banyak di luar maupun di
28
dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam beristirahat sel
dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja
lebih giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau
ditingkatkan.
f. Faktor fisiologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang dikeluarkan
sel alfa dari lobus anterior kelenjar hypofise. Hormon ini merangsang
sel acini untuk membentuk ASI apabila ada kelainan misalnya hormone
ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan dengan sendirinya
rangsangan pada sel acini juga berkurang sehingga sel acini pun
jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI
g. Faktor Obat
Obat yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI adalah obat
yang mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan
mempengaruhi hormone prolaktin dan pituitrine yang berpengaruh
pada pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone prolactin
terhambat pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone
tersebut,tentu rangsangan kepada sel acini untuk membentuk air susu
akan berkurang.
2.4 Ibu Post partum
29
Puerperium (nifas) ialah masa sesudah persalinaan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam masa nifas adalah: involusi uterus dan proses laktasi.
2.4.1 Perubahan dari alat badan
a. Involusi rahim
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak
seberapa berkurang tetapi setelah 2 hari ini uterus mengecil dengan
cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6
minggu tercapai lagi ukurannya yang normal.
Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 X
15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh dasar besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, di samping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke -2
sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lokia.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
30
6. Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
b. Gambaran klinis masa puerperium
Segera setalah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi
tidak lebih dari 38 derajat. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya,
akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan
pembuluh darah. Kontraksi uteerus yang diikuti his pengiring
menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan atau after pain terutama
pada multipara. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:
1. Lochea rubra (kruenta)
a. 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam
b. Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah.
2. Lochea sanginolenta
a. 3 sampai 7 hari
b. Berwarna putih dan bercampur merah
3. Lochea serosa
a. 7 sampai 14 hari
b. Berwarna kekuningan
4. lochea alba
a. Setelah hari ke 14
b. Berwarna putih
c. Perawatan masa puerperium
31
Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi dini
mempunyai keuntungan:
1. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
2. Mempercepat involusi alat kandungan
3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
d. Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan
Perawatan yang di lakukan oleh tenaga kesehatan meliputi:
1. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan
ASI, sehingga kelancaran ASI lebih terjamin.
2. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran penderita
b. Keluhan yang terjadi setelah persalinan
3. Pemeriksaan khusus
a. Fisik:Tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
c. Payudara: Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochea : Lochea rubra, lochea sanguinolenta
32
e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda infeksi ( kolor, dolor, fungsiolesa, dan pernanahan ).
4. Pemulangan dan pengawasan ikutan
Pemulangan dengan persalinan spontan dapat dipulangkan setelah
mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan, dipulangkan setelah
2-3 hari dirawat. Nasehat yang perlu diberikan saat memulangkan
adalah:
a. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk
dapat meningkatkan kesehatan dasn memberikan ASI.
b. Pakaian
Pakian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara
tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang
kerena tidakn akan mempengaruhi involusi.
c. Miksi dan buang air besar
Miksi dan buang air besar diatur sehingga kelancaran kedua
sistem tersebut dapat berlangsung dengan baik.
d. ASI dan puting susu
Pemberian ASI jangan pilih kasih, karena keenakan
memberikan ASI pada satu sisi. Kedua payudara harus
dikosongkan saat memberikan ASI sehingga kelancaran
pembentukan ASI akan berjalan dengan baik.
e. Kembalinya datang bulan atau menstruasi
33
Dalam waktu tiga bulan belum menstruasi, dapat menjamin
bertindak sebagai kontrasepsi. Setelah melampaui tiga bulan
perlu mempergunakan alat kontrasepsi sehingga terlindung dari
kemungkinan hamil dalam waktu singkat.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
kerangka konsep satu terhadap konsep yang lainnya dan masalah yang ingin
diteliti (Notoatmodjo, 2005 )
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: Pendidikan Pengalaman Umur Penyuluhan Media masa
Pengetahuan Ibu post
partum tentang pemberian
ASI eksklusif
34
Keterangan :
: Yang diteliti: Tidak diteliti
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri seseorang
melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba serta
mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo,1993)
Teknik menyusui pada ibu primipara dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tentang ASI utamanya ASI eksklusif dan manfaat meneteki yang digunakan
sebagai dasar untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Melalui
teknik menyusui yang benar akan memberikan dampak pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal (Soetjiningsih, 1997).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: Pendidikan Pengalaman Umur Penyuluhan Media masa
BB Bayi meningkat
Derajat kesehatan bayi
meningkat
Faktor yang mempengaruhi produksi ASI faktor fisiologis faktor keteraturan
isapan anak faktor rangsangan otot
buah dada faktor psikologis Ibu Obat-obatan Makanan
Bayi sehat
Teknik menyusui pada ibu post partum
Produksi ASI Mencukupi(meningkat)
35
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan penelitian (Nursalam, 2003)
Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ada hubungan antara pengetahuan
pemberian ASI eksklusif dengan tehnik menyusui pada ibu post partum di Desa
Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009
BAB 4
METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian ilmiah tentunya dihadapkan kepada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan metode, dimana dalam pemakaian
metode ini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian
adalah cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode keilmuan. Pada
bab ini akan disajikan tentang desain penelitian, populasi, sample dan sampling,
identifikasi variabel, pengumpulan data, analisa data, masalah etika dan keterbatasan.
4.1 Desain Penelitian
36
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Sedangkan menurut Burn
and Grove (1991) desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu
penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau
sekelompok subjek, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
untuk mencari hubungan di antara variabel yang diteliti. Dimana jenis penelitian
yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen
dan variabel dependen hanya satu kali pada satu saat, dan tiap subyek penelitian
hanya diobservasi satu kali saja. Sedangkan pengukuran variabel dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Nursalam,
2003). Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama. Pada penelitian ini dicari hubungan antara pengetahuan pemberian
ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
Langkah-langkah penelitian : pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan
atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.
37
4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu yang abstrak, logika, secara harfiah dan akan
membantu peneliti dan menghubungkan hasil penelitian dengan body of
knowledge (Nursalam, 2001).
Populasi : Ibu postpartum di Desa Bedali Kecamatan
Ngancar, sejumlah 45 Sampling Purposive sampling
Sampel : Ibu postpartum di Desa Bedali Kecamatan
Ngancar sejumlah 36 orang
Menentukan dan menyusun instrumen
Pengukuran variable, pengambilan data dengan
pemberian kuesioner
38
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
4.3 Identifikasi Variabel
Dalam suatu penelitian seseorang memiliki titik perhatian yang akan
diteliti atau sering disebut sebagai objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan
oleh Sugiono (2005) bahwa variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005)
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang ukuran konsep pengertian
tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pekerajaan, pengetahuan, pendapatan,
perilaku, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002)
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas,
sebab mempengaruhi atau variabel independen.variabel tergantung, akibat
terpengaruh atau variabel dependen.
Pengumpulan data dan tabulasi data
Analisis data dengan analisis kuantitatif
Pengolahan hasil dan kesimpulan
Analisis statistic dengan
Spearman rho for windows
Skala Kuantitatif:76%-100% : Baik56%-75% : Cukup41%-55% : KurangSkor :1 : Untuk jawaban benar0 : Untuk jawaban salah
39
4.3.1 Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel prediktor / variabel
bebas. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).
Variabel independen disebut juga variabel yang nilainya menentukan
variabel lain.
Pada penelitian ini variabel independennya adalah “pengetahuan
ibu tentang pemberian ASI eksklusif”.
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel ini disebut sebagai variabel out put atau terikat. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (independen). (Notoatmodjo, 1993).
Variabel dependen disebut juga variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah “Teknik
menyusui pada ibu post partum”.
4.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003)
Variabel Definisi Operasional
ParameterAlat Ukur
Skala Kategori
Independen: Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui
Jawaban tepat tentang:- Pengertian ASI
kuesioner Ordinal Kriteria pengukuran:- 76%-100% :
40
ibu /dimengerti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir sampai umur 6 bulan
- Manfaat menyusui- Frekuensi
menyusui- Cara penyimpanan
ASI- Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI
- Komposisi ASI- Mencuci tangan
sebelum menyusui- Membersihkan
puting susu- Posisi bayi
menghadap perut Ibu / payudara
- Meletakkan ibu jari di atas payudara, jari lain
- Merangsang bayi untuk membuka mulut
- Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi
- Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong.
- Waktu menyusu ± 10 -15 menit.
- Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan ke- bawah
- Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya
Baik Kode 3- 56%-75% :
Cukup Kode 2- 41%-55% :
Kurang Kode 1
Skor :- 1 : Untuk
jawaban benar
- 0 : Untuk jawaban salah
Dependen :Teknik
Tehnik / cara menyusui ibu
1. Mencuci tangan sebelum menyusui
Lembar observasi
Ordinal Kriteria pengukuran:- 76%-100% :
41
menyusui pada bayi yang merupakan kemampuan Ibu untuk menyusui bayi secara benar
2. Membersihkan puting susu
3. Posisi bayi menghadap perut Ibu / payudara
4. Meletakkan ibu jari di atas payudara, jari lain
5. Merangsang bayi untuk membuka mulut
6. Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi
7. Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong.
8. Waktu menyusu antara 10 -15 menit.
9. Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan ke- bawah
10. Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya .
Cek list Baik Kode 3- 56%-75% :
Cukup Kode 2- 41%-55% :
Kurang Kode 1
Skor :- 1 : tehnik
benar- 0 : tehnik
salah
4.5 Populasi, Sampel, dan Sampling
4.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002)
Sedangkan menurut Notoatmodjo, 2005 populasi adalah keseluruhan
42
objek penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini populasinya
adalah seluruh Ibu meneteki primipara yang berada di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri yang berjumlah 45 orang.
Sebagaimana pendapat (Arikunto, 2002) sebagai patokan dasar apabila
subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua, sehingga
penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%.
4.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu meneteki primipara
yang berada di Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang
berjumlah 36 orang.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam
& Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah
sebagai berikut :
1. Ibu primipara yang meneteki bayi yang berumur 0 – 6 bulan,
2. Bersedia diteliti dan menandatangani informed concent
b. Kriteria Eksklusi
43
Kriteria eksklusif adalah karakteristik sampel yang tidak dapat
dimasukkan atau layak untuk diteliti yaitu :
1. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur 0 – 6 bulan tidak
bersedia diteliti
2. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur ≥6 bulan
3. Ibu meneteki primipara dengan kontra indikasi absolut
4.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara atau teknik tertentu dalam mengambil
sampel penelitian sehingga sampel dapat mewakili populasinya
(Notoatmodjo, 2005). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling.
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian
4.6.1 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Bedali Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri tahun 2009.
4.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009.
4.7 Teknik Pengumpulan Data
44
Untuk memperoleh data mengenai pengetahuan tentang pemberian ASI
eksklusif dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Sedangkan untuk
memperoleh data tentang teknik menyusui pada ibu post partum dilakukan
dengan cara observasi.
4.8 Alat dan Bahan Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner
adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah
pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden. Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tipe tertutup, yaitu suatu kuesioner yang sudah
disediakan lembar observasi untuk responden.
4.9 Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan ulang.
Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dari hasil jawaban
responden pada setiap lembar jawaban kuesioner.
b. Coding
45
Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada setiap jawaban
yang diberikan oleh responden untuk memudahkan analisis jawaban dari
responden.
c. Scoring
Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terdapat bagian-bagian yang
perlu diberi skor. Untuk pengukuran tingkat pengetahuan dan pola laktasi
setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Kemudian jawaban benar dari semua pertanyaan dijumlahkan lalu
dibandingkan dengan semua jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%.
P = Σ f x 100 % n
Keterangan :
P : Prosentase
f : Frekuensi jawaban
N : Skor total soal
Hasil prosentase diatas kemudian diinterpretasikan kedalam skala
kualitatif dengan menggunakan skala ordinal, yaitu:
a. 76% - 100% : Baik, kode 3
b. 56% - 75% : Cukup, kode 2
c. 40% - 55% : Kurang, kode 1
(Arikunto, 1998)
d. Tabulating
46
Tabulasi data dilakukan secara manual dan dengan bantuan komputer.
Dalam tahap ini dari data master tabel dipindahkan kedalam tabel distribusi
frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti. Tabulasi data diperoleh sesuai
dengan item pertanyaan yang disajikan. Data pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif terdiri dari jawaban benar dan salah, dengan kategori
pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang. Sedangkan
data tentang pola laktasi pada ibu post partum terdiri dari jawaban setuju dan
tidak setuju, dengan kategori baik, cukup dan kurang.
4.10 Teknik Analisis Data
Mengingat peneliti bertujuan untuk menganalisa hubungan antara 2
variabel di mana variabel independen dan dependen berskala ordinal maka uji
statistik yang dipilih adalah menggunakan rumus korelasi Spearman rho,
yaitu :ρ=1−
6∑ D
n(n2−1)
Keterangan :
= Koefisien korelasi spearman
D = Perbedaan skor antar 2 variabel
n = Jumlah kelompok
4.10.1 Pengujian hipotesis :
a. Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Ho = > 0 (tidak ada hubungan antara dua variabel)
2. H1 = < 0 (ada hubungan dua variabel).
47
b. Kaidah pengambilan keputusan
1. Sig. (2-tailed) = ditolak Ho.
2. Sig. (2-tailed) > = ditolak H1
4.10.2 Cara penarikan kesimpulan
Cara penarikan kesimpulan didasarkan dari hasil uji korelasi
Spearman. Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada hubungan dan
sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada hubungan.
Selanjutnya menurut Arikunto 2002 dari indeks korelasi dapat
diketahui 4 hal, yakni arah korelasi, ada tidaknya korelasi, interpretasi
tinggi rendahnya korelasi dan tingkat signifikan.
Arah korelasi dinyatakan dalam tanda (+) plus dan (-) minus.
Tanda (+) menunjukkan adanya korelasi sejajar searah. Tanda (–)
menunjukkan korelasi sejajar berlawanan arah.
1. Korelasi + : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada
ibu post partum.
2. Korelasi - : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif, maka semakin kurang teknik menyusui
pada ibu post partum.
Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks.
Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan
bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan, terdapat korelasi.
Interpretasi tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar
48
kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks
korelasi, makin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.
Dengan indeks korelasi saja, penelitian belum berarti apa-apa.
Angka ini harus dikonsultasikan dengan tabel yang sesuai mengenai hal
ini.
Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien KorelasiInterval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0,00-0,199Antara 0,20-0,399Antara 0,40-0,599Antara 0,60-0,799Antara 0,80-0,000
Sangat rendah (Tak berkorelasi)RendahSedangKuatSangat kuat
(Sugiono, 2004)
Data yang telah diedit disajikan secara tabulasi silang antara
variabel independen dan variabel dependen, selanjutnya dilakukan uji
statistik korelasi dengan menggunakan Spearman Rho dengan derajat
kemaknaan p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara dua
variabel, maka H1 diterima. Penghitungan nilai signifikansi dari
Spearman dilakukan dengan bantuan program komputer, dan uji statistik
yang akan digunakan adalah dengan menggunakan program SPSS 11.
Hasil analisis data digunakan untuk menjawab hipotesis dari penelitian
ini.
4.11 Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian ini dilakukan dalam bentuk, antara lain:
a. Penyajian dalam bentuk tabel
49
b. Penyajian dalam bentuk diagram pie
4.12 Etik Penelitian
Etik penelitian adalah suatu norma atau aturan yang mengacu pada
perilaku peneliti mengenai tindakan baik atau buruk yang merupakan kewajiban
dan tanggung jawab peneliti (Ismani, 2001)
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek, oleh karena itu
harus dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden dengan meminta izin
dan menggunakan etika sebagai berikut:
a. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset yang
akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi atau
menolak menjadi responden (Nursalam, 2001). Setiap ibu yang menjadi
responden diberikan lembar persetujuan beserta penjelasan tentang maksud
dan tujuan penelitian, jika menandatangani lembar persetujuan tersebut
berarti bersedia, tetapi jika subjek tidak besedia menjadi responden maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden (Nursalam,
2001). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor
kode (nama inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga privasi.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
50
17%
55%
22%
6%
<20Th
21-25 Th
26-30 Th
31-35 Th
Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu sebagai
hasil riset (Nursalam, 2001). Segala informasi yang diperoleh dari
responden, peneliti bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil riset.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Hasil Penelitian
Di dalam hasil penelitian ini akan diuraikan tentang gambaran umum
lokasi penelitian, karakteristik demografi responden, dan data tentang hubungan
antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu
post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bedali Ngancar Kediri pada
tanggal 23 Maret sampai tanggal 28 Maret Tahun 2009. Jumlah ibu yang
mempunyai bayi usia 0-6 bulan pada saat penelitian dilakukan adalah
sebanyak 45 orang sedangkan yang dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini adalah sebanyak 36 orang.
5.1.2 Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden akan diuraikan berdasarkan
umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan umur bayi.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
51
61%28%
11%
IRT
swasta
PNS
28%25%
SLTP
SLTA
PT
Sumber : Data primer tahun 2009Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Umur Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.
Berdasarkan gambar 5.1 diagram pie menunjukkan distribusi
frekuensi responden berdasarkan umur ibu post partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah berumur 21-
25 tahun sejumlah 20 responden (55%) dari total responden.
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
Berdasarkan gambar 5.2 diagram pie menunjukkan distribusi
frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu post partum di Desa Bedali
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah ibu rumah
tangga sejumlah 22 orang (61%) dari total responden
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
52
8%
26%
22%14%
19%
11% 1 Bulan 2 Bulan3 Bulan4 Bulan5 Buln6 Bulan
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.
Berdasarkan gambar 5.3 diagram pie menunjukkan distribusi
frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu post partum di Desa
Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah SLTA
yaitu sebanyak 17 orang (47%) dari total responden.
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 20094) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayinya
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bayi Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten
53
Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
Berdasarkan gambar 5.4 diagram pie menunjukkan distribusi
frekuensi responden berdasarkan umur bayi di Desa Bedali Kecamatan
Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah berumur 2 bulan yaitu
sejumlah 9 orang (26%) dari total responden.
5.2 Data Khusus
1) Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.
No Kategori Pengetahuan Frekuensi Prosentase1 Baik 25 69,4%2 Cukup 11 30,6%3 Kurang 0 0,0%
Total 36 100%
Sumber : Data primer penelitian tahun 2009
Berdasarkan table 5.1 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36
resonden, diperoleh deskripsi pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif dengan
teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri Tahun 2009 sebagian besar adalah baik sejumlah 69,4 %
(25 responden) dari total responden.
2) Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penerapan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret 2009 sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
54
No Kategori Teknik
MenyusuiFrekuensi Prosentase
1 Baik 8 22,8%2 Cukup 16 44,4%3 Kurang 12 33,3%
Total 36 100%Sumber : Data primer penelitian tahun 2009
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36
responden, diperoleh deskripsi Penerapan teknik menyusui pada Ibu post
partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009
sebagian adalah cukup yaitu sejumlah 44,4 % (16 responden).
3) Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik
Menyusui Pada Ibu Post Partum
Tabel 5.3 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
NoKategori
PengetahuanKategogi Teknik Menyusui
TotalKurang % Cukup % Baik %
1 Kurang 0 0,0 % 0 0,0 % 0 0,0 % 0 0,0 %2 Cukup 7 19,4 % 4 11,1 % 0 0,0 % 11 30,5 %3 Baik 5 13,8 % 12 33,3 % 8 22,2 % 25 69,4 %
Total 12 33,3 % 16 44,4 % 8 22,2 % 36 100 %
Sumber : Data primer penelitian tahun 2009Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan tabulasi silang antara pengetahuan
ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum, diperoleh
deskripsi responden berdasarkan pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik
menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar
55
Correlations
1,000 ,474**
, ,003
36 36
,474** 1,000
,003 ,
36 36
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pengetahuan
Teknik Menyusui
Spearman's rhoPengetahuan
TeknikMenyusui
Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.
Kabupaten Kediri Tahun 2009 yaitu sebanyak 25 Responden (69,4 %)
berpengetahuan baik, dan sebanyak 16 Responden (44,4 %) teknik
menyusuinya cukup.
4) Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik
Menyusui Pada Ibu Post Partum.
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil uji statistik dengan
menggunakan korelasi Spearman Rho antara pengetahuan ASI eksklusif
dengan teknik menyusui pada Ibu post partum didapatkan tingkat kemaknaan
p (0,003) (0,01) dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya
semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik
menyusui pada Ibu post partum, dengan koefisien korelasi 0,474 artinya
mempunyai koefisien korelasi yang sedang. Ho ditolak dan H1 diterima
artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif
56
dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan
Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009.
57
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum
Berdasarkan hasil penelitian ini pada table 5.1 didapatkan tingkat
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar baik yaitu
sebanyak 25 responden (69,4%). Pengetahuan yang baik ini didukung oleh faktor
pendidikan, di mana tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA
(47 %) dan relatif lebih baik dari pada responden yang berpendidikan SD dan
SLTP. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan tingkat pengetahuan dan
pemahaman ibu tentang ASI lebih baik pula.
Tingkat pendidikan yang baik ini juga mempengaruhi peningkatan
kesadaran (awareness) ibu tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya.
Jenjang pendidikan SLTA pada sebagian besar responden memungkinkan
responden lebih banyak mendapat informasi tentang teknik menyusui yang benar
pada bayinya dari pada tingkat pendidikan dibawahnya, sehingga dapat
menerapkan teknik menyusui yang benar pada bayinya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan sebagian besar
responden pada penelitian ini adalah saat ini sudah banyak tersedia media
informasi baik media elektronik maupun media massa yang lain yang
menyajikan informasi tentang teknik menyusui yang benar. Hal ini merupakan
suatu bentuk edukasi persuasif kepada masyarakat yang secara lambat laun dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI pada
bayi sampai usia 6 bulan. Dengan demikian secara perlahan-lahan hal itu akan
merubah perilaku
Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu
tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan. Pada
penelitian ini lingkungan sosial responden adalah lingkungan yang
berpendidikan sehingga lebih banyak informasi yang dapat diterima dari para Ibu
yang lain di lingkungannya sehingga penegtahuan ibu lebih meningkat.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang malakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu dalam hal ini adalah melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba.sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
dan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Jadi pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan
penginderaan melalui panca indera yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan dalam mempergunakan suatu tindakan dalam hal ini menyangkut
pengetahuan ibu post partumtentang pemberian ASI eksklusif. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pengalaman, usia,
penyuluhan, media massa televisi dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2001).
6.2 Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum
59
Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 5.2 didapatkan sebagian
responden menerapkan teknik menyusui yang cukup pada bayinya yaitu
sebanyak 16 responden (44,4%).
Penerapan teknik menyusui yang benar pada penelitian ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antar lain adalah faktor pengetahuan Ibu tentang pentingnya
pemberian ASI yang benar pada bayi, kondisi fisik Ibu terutama yang
menyangkut anatomi dan fisiologi payudara. Faktor hormonal yang
memproduksi dan mengeluarkan ASI (prolactin dan oxytocin)
Faktor pekerjaan ibu juga mempengaruhi penerapan teknik menyusui
yang benar. Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu
rumah tangga) sehingga lebih banyak memiliki waktu luang untuk bayinya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah kesehatan bayi yang diberi ASI.
Bayi yang dalam keadaan sehat akan dapat menerima ASI dengan baik.
Sebaliknya kondisi bayi yang dalam keadaan sakit tidak akan dapat menerima
ASI yang diberikan ibunya dengan baik sehingga teknik menyusui yang
diterapkan oleh Ibunya menjadi terhambat. Faktor yang mempengaruhi teknik
menyusui :
1. Pengalaman
Pengalaman Ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik menyusui
yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan sebagai cara untuk
memperbaiki cara menyusui yang kurang benar.
2. Waktu dan tempat
60
Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga perlu
disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi merasa
nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar.
3. Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada Ibu post partum,
karena dengan pendidikan yang lebih tinggi Ibu mendapatkan informasi
banyak dalam teknik menyusui yang benar
4. Keadaan Ibu dan bayi
Keadaan Ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian ASI,
Karena keadaan sehat pada Ibu dan bayi menunjang proses keberhasilan
teknik menyusui (Perinasia, 1994).
Tampak bahwa penerapan teknik menyusui tidak selalu dipengaruhi oleh
pengetahuan, dan pengatahuan baik belum tentu menerapkan teknik menyusui
yang baik pula, demikian sebaliknya.kenyataan ini didukung / dibuktikan dari
jawaban pertanyaan teknik menyusui pada ceklist yang sebagian responden
pada katagori yang cukup. Hal ini dimungkinkan karena teknik menyusui
pada ibu post partum belum begitu diterapkan, faktor budaya, kebiasaan dan
pengalaman yang kurang dan belum mengerti tentang pentingnya penerapan
teknik menyusui yang baik dan benar.
6.3 Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui
Pada Ibu Post Partum
61
Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik spearman rho
diperoleh hasil penelitian bahwa pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik
menyusui pada Ibu post partum menunjukkan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada
tingkat = 0,01 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai kekuatan
hubungan yang sedang. Hipotesis (H1) diterima artinya ada hubungan siknifikan
antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum
dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya semakin baik pengatahuan
tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post
partum.
Pada tabel 5.3 didapatkan sebagian besar dari Ibu mempunyai
pengetahuan baik sebesar 25 responden (69,4%), dari pengumpulan data
diperoleh tingkat pendidikan responden sebagian besar (47%) adalah SLTA
sehingga tingkat pemahaman klien relatif baik. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang terhadap suatu tindakan, secara psikologias akan
mendorong kesadaran orang tersebut untuk mengikuti dengan baik bahkan
memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang
diperlukan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini relevan
jika dikaikan dengan teori Notoadmodjo (2003) yang memberikan gambaran
pemahaman pengetahuan pada tingkat kognitif yang merupakan domain yang
sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.
Pemahaman tentang teknik menyusui yang baik dan benar tidak selalu
didorong oleh adanya pemahaman pengetahuan, ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden yang baik sebagai aspek kognitif belum dapat
62
menggerakkan seseorang untuk dapat menerapkan teknik menyusui yang baik
dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memberi
jawaban cukup pada pertanyaan ceklis teknik menyusui. Hal ini didukung dari
hasil jawaban ceklis yang diperoleh dari 36 responden didapatkan sebanyak 16
responden (44,4%) memberi jawaban cukup dalam menerapkan teknik menyusui
pada bayinya.
Bila seseorang telah memahami tentang teknik menyusui yang benar,
maka seseorang akan dapat mengadopsi dan mengaplikasikannya kedalam
kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan
benar. Habit / kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari akan membentuk
suatu perilaku bagi individu.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa
memahami merupakan domain kognitif tingkatan yang kedua. Setelah proses
memahami maka individu akan mengaplikasikan apa yang dipahaminya
kemudian menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari
Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Faktor lain
yang mempengaruhi penerapan teknik menyusui yang cukup baik pada
penelitian ini adalah pekerjaan responden. Di dalam penelitian ini sebagian besar
responden tidak bekerja sehingga lebih banyak mempunyai waktu luang dalam
63
merawat bayinya termasuk dalam hal cara menyusui yang benar dan lama
menyusui. Bagi Ibu yang bekerja di luar rumah relatif lebih sedikit mempunyai
waktu untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki menjadi berkurang, faktor
kelelahan sehabis bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis ibu di
dalam menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar.
Faktor kesehatan fisik dan psikologis Ibu sangat menentukan teknik
menyusui yang benar pada bayinya. Kondisi fisik Ibu yang sehat dapat
membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini
juga berkaitan erat dalam proses laktasi. Sedangkan faktor psikologis juga
mempengaruhi teknik menyusui dalam proses Bonding dan Attachment. Jenis
hormon yang sangat berkaitan dengan proses laktasi adalah hormon prolaktin
dan oxytocin. Hormon prolaktin berperan di dalam produksi ASI, sedangkan
hormon oxytocin berperan penting dalam pengeluaran ASI saat bayi menetek.
Kondisi psikologis/emosional ibu yang tidak stabil menimbulkan keengganan
ibu untuk meneteki bayinya.
Faktor makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi Ibu sangat
menentukan juga teknik menyusui. Makanan yang mengandung zat-zat gizi
yang berkualitas akan menghasilkan ASI yang berkualitas pula, karena ASI
sendiri dibuat dari dari zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu. Obat-
obatan yang dikonsumsi ibu juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Umur ibu juga turut mempengaruhi penerapan teknik menyusui. Umur
ini berkaitan erat dengan kondisi fisik dan psikologis Ibu. Pada penelitian ini
sebagian besar responden berumur antara 21-25 tahun (55%). Rentang umur
tersebut merupakan umur yang cukup matang bagi Ibu baik dari segi fisik
maupun segi psikologis di dalam tanggung jawab merawat seorang bayi.
64
Dalam usia yang cukup matang dari segi fisik, seorang Ibu mampu
mempunyai status kesehatan yang optimal karena dikaitkan dengan kehamilan
maka rentang usia tersebut tidak termasuk dalam golongan resiko tinggi Ibu
hamil sehingga relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan persalinan pada
Ibu yang berkaitan dengan proses laktasi selanjutnya. Segi psikologis usia
yang sudah matang seorang ibu mampu menerima bayinya dan menyadari
bahwa bayinya merupakan penerusnya yang harus dirawat dengan baik dan
benar.
6.4 Kelemahan Penelitian (Keterbatasan)
6.4.1 Instrumen / alat ukur dalam pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner berupa pertanyaan tertutup memungkinkan ketelitian responden
terhadap pertanyaan serta memiliki kelemahan untuk diisi apa adanya atau
menurut subjektifitas responden, sehingga hasilnya kurang terwakili
secara kualitatif
6.4.2 Isi dalam variabel penelitian ini kurang mewakili pernyataan tentang
pengetahuan ASI eksklusif dan teknik menyusui sehingga hasilnya kurang
representatif untuk mewakili seluruh pernyataan pengetahuan dan teknik
menyusui.
.
65
66
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1 Sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik yaitu sebesar 25 responden
(69,4%) dari total keseluruhan responden yang diteliti memberi jawaban
baik pada pertanyaan kuesioner yang diberikan.
7.1.2 Sebagian responden menerapkan teknik menyusui pada bayinya adalah
cukup yaitu sebesar 16 responden (44,4%) dari total keseluruhan responden
yang diteliti memberi jawaban cukup pada pertanyaan kuesioner yang
diberikan.
7.1.3 Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan
teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri, dengan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat =
0,05 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai koefisien korelasi
yang sedang, mempunyai arah korelasi yang sejajar searah artinya semakin
baik pengetahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik
menyusui pada Ibu post partum.
7.2 Saran
7.2.1 Penelitian selanjutnya
67
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih spesifik dalam
menentukan instrumen, variabel penelitian, metode penelitian dan waktu
penelitian agar hasilnya lebih sempurna.
7.2.2 Lahan penelitian
Hendaknya bagi tenaga kesehatan dan pengurus desa selalu memberikan
informasi terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemberian ASI
pada bayi karena semakin banyak informasi yang diterima maka akan
semakin tinggi tingkat pengetahuannya tentang pentingnya pemberian
ASI yang benar pada bayi
7.2.3 Responden
Hendaknya senantiasa menjaga kesehatan ibu dan bayi serta berusaha
meningkatkan pengetahuan melalui berbagai media yang telah tersedia
tentang teknik menyusui yang baik dan benar untuk kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam memberikan ASI
kepada bayinya
7.2.4 Institusi pendidikan.
Pendidikan sebagai tempat menuntut ilmu dan ajang pengembangan
pendidikan hendaknya lebih memotifasi mahasiswa dalam belajar.
Skripsi ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
pengembangan ilmu kebidanan sehingga dapat meningkatkan kesehatan
bayi.
DAFTAR PUSTAKA
68
Arikunto, Suharsimi (2002), prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, PT.
RINEKA CIPTA, Jakarta.
Christina S Ibrahim (1980), Perawatan Kebidanan Jilid III, Bratara Karya Aksara
Jakarta.
Durdjati Sri B (1996), Pemberian Makanan Untuk Bayi (Dasar-dasar Fisiologis),
PERINASIA, Jakarta
Maria Surya Budi (1979), Cara Merawat Bayi Dan Anak, Pioner, Jaya Bandung.
Notoatmodjo, Soekidjo (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Jogjakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,
PT. RHINEKA CIPTA, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. RHINEKA
CIPTA, Jakarta.
Nursalam (2001), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV.
SAGUNG SETO, Jakarta.
Nursalam (2002), Metodologi Riset Keperawatan, CV. SAGUNG SETO, Jakarta.
Nursalam (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
SALEMBA MEDIKA, Jakarta.
Oswari E. (1997), Perawatan Ibu Hamil Dan Bayi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Perinasia ( 1994 ), Menyusui, Wito, Jakarta
Purwanto, Heri (1999), Pengantar Perilaku Manusia, ECG, Jakarta.
Savage King (1991), Menolong Ibu Menyusui,GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,
69
Jakarta
Singgih Dirgagunarsa, (1975), Pengantar Psikologi, MUTIARA, Jakarta.
Soetjiningsih, (1997), Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih (1995), Tumbuh Kembang Anak, LAB. IKA UNAIR, Surabaya.
Subdit Penyuluhan Kesehatan (1994), Pedoman Bagi Prokesa, Bagian Program
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat PROP. JATIM, Surabaya.
Sugiyono (2004), Metode Penelitian Administrasi, CV. ALFABETA, Bandung.
Sugiyono (2005), Metode Penelitian Bisnis, CV. ALFABETA, Bandung.
Widayatun, Rusmi (1999), Ilmu Perilaku, CV. SAGUNG SETO, Jakarta.
Depkes RI (1992), Asi Dan Rawat Gabung, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI (1993), Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga,
Depkes Ri, Jakarta.
Depkes RI (1991), Manajemen Laktasi, Dirjen Pelayanan Medis, Jakarta
Depkes RI (1992), Perawatan Anak Di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.
IDI Vol. 43 (1993), Persepsi Dan Perilaku Menyusui Bayi, IDI Jakarta.
Lampiran 1
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK
MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR -
70
KEDIRI
LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kediri, …… Maret 2009
Kepada
Yth. Ny. ………………….
Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sukomiharjo
NIM : 001136019
Status : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhakti
Mulia Pare-Kediri
Bahwa saya akan mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dalam rangka
menyesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Bhakti Mulia Pare-Kediridengan judul skripsi saya ”Hubungan Antara
Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post
Partum Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009”.
Dalam hal ini saya mengharapkan Ibu bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner (pertanyaan) yang saya berikan.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini sifatnya bebas, tanpa paksaan atau sanksi
dalam bentuk apapun, dan mengenai identitas atau data Ibu akan dirahasiakan oleh
peneliti.
71
Apabila Ibu bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini, dimohon untuk mengisi lembar pernyataan persetujuan menjadi
responden yang telah disediakan.
Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.
Lampiran 2
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST
PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR - KEDIRI
Kediri, ...... Maret 2009
Pemohon
Sukomiharjo
Kediri, ...... Maret 2009
Peneliti
SukomiharjoNIM. 001136019
72
LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : ............................
Umur : ............................
Pendidikan : ............................
Pekerjaan : ............................
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat
dan resiko penelitian dengan judul karya tulis ”Hubungan Antara Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di
Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009”. Bila penelitian yang diajukan
menimbulkan ketidak nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan
penelitian ini dan saya berhak untuk mengundurkan diri.
Bersedia / Tidak Bersedia*
Untuk berpartisipasi menjadi responden tanpa adanya pihak dari manapun.
Segala informasi, pendapat, dan identitas yang terkait dengan penelitian ini
dijamin kerahasiaannya.
Keterangan :
* Coret yang tidak perlu
Lampiran 3
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
Kediri, ...... Maret 2009
Responden
73
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
LEMBAR KUESIONER”PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF”
Tanggal Penelitian : ................................
No. Kode Responden : ................................
I. Identitas Responden
Umur ibu /bayi : ...............................
Pendidikan : ...............................
Pekerjaan : ...............................
II. Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada setiap
jawaban yang anda pilih.
III. Lembar Kuesioner
No Soal Benar Salah1. ASI eksklusif adalah menyusui bayi selama 6 bulan
tanpa makanan pendamping ASI (MP-ASI)2. Kandungan gizi dalam ASI banyak mengandung zat
kekebalan tubuh (daya tahan tubuh) untuk kesehatan bayi
3. Dengan minum ASI bayi akan tidak mudah terserang penyakit
4. Sebelum menyusui bayi ASI tidak perlu dikeluarkan dan dioleskan pada puting susu ibu
5. Pada saat menyusui bayi diletakkan dekat dengan ibu dan menyentuh kulit ibu.
6. Ibu menyusui bayinya dalam waktu 10 sampai 15 menit pada satu payudara dan 10 sampai 15 menit pada payudara satunya
7. Ibu selalu menyusui banyinya setiap 2 jam sekali8. Ibu menyimpan ASI didalam lemari es selama dua hari
saja
9. Jika ibu makan yang bergizi dan banyak mengkonsumsi sayuran, ASI yang keluar akan lebih banyak.
10. Apa ASI Ibu keluar sedikit pada saat Ibu kurang istirahat.
11 Apakah Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui
74
12 Apakah Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui
13 Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap perut/ payudara ibu
14 Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga dibawah payudara
15 Apakah Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting
16 Apakah Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi
17 Apakah Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu
18 Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit19 Apakah Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara
memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah
20 Apakah Ibu menyendawakan bayi setelah disusui
Lampiran 4
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
17%
75
LEMBAR OBSERVASI”TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM”
Tanggal Penelitian : ................................
No. Kode Responden : ................................
I. Identitas Responden
Nama : ...............................
Umur ibu /bayi : ...............................
Pendidikan : ...............................
Pekerjaan : ...............................
II. Petunjuk Pengisian
Jawaban pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ( ) pada setiap
jawaban yang anda dipilih.
III. Lembar Ceklist
No Pernyataan Ya Tidak1. Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui2. Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui 3. Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap
perut/ payudara ibu 4. Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga
dibawah payudara 5. Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan
menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting6. Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi
7. Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu
8. Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit
9. Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah
10.
Ibu menyendawakan bayi setelah disusui
Lampiran 5
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
76
TABULASI DATA PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
No
No Soal Ttl Skor
% Kriteria Kode1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 32 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 15 75 Cukup 23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80 Baik 34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18 90 Baik 35 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 12 60 Cukup 26 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik 37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90 Baik 38 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 12 60 Cukup 29 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 310 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 311 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 312 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 313 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 60 Cukup 214 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16 80 Baik 315 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 316 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 13 65 Cukup 217 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 16 80 Baik 318 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 80 Baik 319 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Baik 320 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 12 60 Cukup 221 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik 322 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 90 Baik 323 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 12 60 Cukup 224 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik 325 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 12 60 Cukup 226 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik 327 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 328 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 90 Baik 329 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 12 60 Cukup 230 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik 331 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 80 Baik 332 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 13 65 Cukup 233 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 14 70 Cukup 234 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 80 Baik 335 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik 336 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 Baik 3
Lampiran 6
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
77
TABULASI DATA TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM
Kode
Resp
No Soal Total
Skor
Prosentase
Kriteria
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 6 60 Cukup 22 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 20 Kurang 13 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 50 Cukup 24 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 20 Kurang 15 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5 50 Cukup 26 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 37 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 60 Cukup 28 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 30 Kurang 19 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik 310 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 211 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 30 Kurang 112 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 313 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 20 Kurang 114 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 215 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik 316 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 20 Kurang 117 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 60 Cukup 218 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3 30 Kurang 119 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Baik 320 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 5 50 Cukup 221 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 50 Cukup 222 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 30 Kurang 123 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 50 Cukup 224 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 225 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 30 Kurang 126 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 327 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 228 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 6 60 Cukup 229 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 30 Kurang 130 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 5 50 Cukup 231 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 30 Kurang 132 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 50 Cukup 233 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 20 Kurang 134 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 30 Kurang 135 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 336 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 6 60 Cukup 2
78
LAMPIRAN 7
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
79
UJI VALIDITAS DATA PENGETAHUAN
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 32 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 23 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 34 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 106 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 108 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 109 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1010 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1
Correlations
1,000 ,772**
, ,009
10 10
,772** 1,000
,009 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X1
Y X1
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772Artinya : tingkat validitas butir tes no 1 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2
80
Correlations
1,000 ,838**
, ,002
10 10
,838** 1,000
,002 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X2
Y X2
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,838Artinya : tingkat validitas butir tes no2 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3
Correlations
1,000 ,705*
, ,023
10 10
,705* 1,000
,023 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X3
Y X3
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705Artinya : tingkat validitas butir tes no 3termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4
Correlations
1,000 ,705*
, ,023
10 10
,705* 1,000
,023 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X4
Y X4
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705
81
Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5Correlations
1,000 ,716*
, ,020
10 10
,716* 1,000
,020 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X5
Y X5
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6
Correlations
1,000 ,640*
, ,046
10 10
,640* 1,000
,046 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X6
Y X6
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,640Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7
Correlations
1,000 ,854**
, ,002
10 10
,854** 1,000
,002 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X7
Y X7
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:
82
Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,854Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk
tinggi
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8
Correlations
1,000 ,772**
, ,009
10 10
,772** 1,000
,009 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X8
Y X8
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9Correlations
1,000 ,716*
, ,020
10 10
,716* 1,000
,020 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X9
Y X9
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716Artinya : tingkat validitas butir tes no 9 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10
83
Correlations
1,000 ,983**
, ,000
10 10
,983** 1,000
,000 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X10
Y X10
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi
Lampiran 8
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA
BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
UJI VALIDITAS DATA TEKNIK MENYUSUI
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y
1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 4
2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2
3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3
4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2
5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
84
Correlations
1,000 ,983**
, ,000
10 10
,983** 1,000
,000 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X1
Y
X1 Y
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2
Correlations
1,000 ,711*
, ,021
10 10
,711* 1,000
,021 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X2
Y X2
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,711Artinya : tingkat validitas butir tes no 2 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3
85
Correlations
1,000 ,740*
, ,014
10 10
,740* 1,000
,014 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X3
Y X3
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 3 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4
Correlations
1,000 ,740*
, ,014
10 10
,740* 1,000
,014 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X4
Y X4
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk
cukupCorrelations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5
Correlations
1,000 ,740*
, ,014
10 10
,740* 1,000
,014 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X5
Y X5
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk
cukup
86
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6
Correlations
1,000 ,687*
, ,028
10 10
,687* 1,000
,028 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X6
Y X6
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7
Correlations
1,000 ,687*
, ,028
10 10
,687* 1,000
,028 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X7
Y X7
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8
Correlations
1,000 ,804**
, ,005
10 10
,804** 1,000
,005 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X8
Y X8
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:
87
Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk
tinggi
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9Correlations
1,000 ,638*
, ,047
10 10
,638* 1,000
,047 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X9
Y X9
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,638Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk
cukup
Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10
Correlations
1,000 ,804**
, ,005
10 10
,804** 1,000
,005 ,
10 10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
X10
Y X10
Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
**.
Pembacaan:Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk
tinggi
Lampiran 9
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI
EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI
DESA BEDALI, NGANCAR – KEDIRI
Pengetahuan
11 30,6 30,6 30,6
25 69,4 69,4 100,0
36 100,0 100,0
2
3
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Statistics
36 36
0 0
2,69 1,89
3,00 2,00
3 2
,47 ,75
,22 ,56
1 2
2 1
3 3
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
PengetahuanTeknik
Menyusui
Teknik Menyusui
12 33,3 33,3 33,3
16 44,4 44,4 77,8
8 22,2 22,2 100,0
36 100,0 100,0
1
2
3
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Descriptive Statistics
36 2 3 2,69 ,47
36 1 3 1,89 ,75
36
Pengetahuan
Teknik Menyusui
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
88
HASIL UJI STATISTIK DENGAN SPSS
Frequencies
Frequency Table
Descriptives
Case Processing Summary
36 100,0% 0 ,0% 36 100,0%Pengetahuan *Pola Laktasi
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Correlations
1,000 ,474**
, ,003
36 36
,474** 1,000
,003 ,
36 36
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pengetahuan
Teknik Menyusui
Spearman's rhoPengetahuan
TeknikMenyusui
Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.
89
Crosstabs
Nonparametric Correlations
Pengetahuan * Teknik Menyusui Crosstabulation
Count
7 4 11
5 12 8 25
12 16 8 36
2
3
Pengetahuan
Total
1 2 3
Teknik Menyusui
Total