SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

126
i SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE KABUPATEN MAROS TAHUN 2017 SYAHRUNI FADILAH K211 13 308 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

Page 1: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

i

SKRIPSI

ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TURIKALE KABUPATEN MAROS TAHUN 2017

SYAHRUNI FADILAH

K211 13 308

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

ii

Page 3: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

iii

Page 4: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

iv

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Program Studi Ilmu Gizi

Syahruni Fadilah

“Analisis Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada Ibu Bekerja di Wilayah

Kerja Puskesmas Turikale Kabupaten Maros Tahun 2017”

Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP ASI ini diberikan pada bayi karena

pada masa itu produksi ASI semakin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI

tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat sehingga

pemberian dalam bentuk makanan pelengkap sangat dianjurkan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pemilihan MP ASI pada ibu bekerja

di wilayah kerja Puskesmas Turikale serta status gizi bayi dan anak usia 6-24

bulan. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain cross sectional.

Responden ialah ibu bekerja yang memiliki anak usia 6-24 bulan sebanyak 46

orang di wilayah kerja Puskesmas Turikale. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah nonprobability sampling beradasarkan kriteria. Data

diperoleh melalui kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 26 anak (56,5%) diberikan

MP ASI lokal, 9 anak (19,6%) diberikan MP ASI pabrikan, dan 11 anak (23,9%)

diberi keduanya (lokal dan pabrikan), pada frekuensi pemberian MP ASI terdapat

25 bayi dan anak (54,3%) yang diberikan sesuai anjuran dan semuanya memiliki

status gizi normal, pada porsi pemberian MP ASI terdapat 11 bayi dan anak

(23,9%) yang diberikan sesuai anjuran dan terdapat 5 anak yang memiliki status

gizi normal dan 6 anak yang memiliki status gizi gemuk, kemudian pada

konsistensi pemberian MP ASI terdapat 27 bayi dan anak yang diberikan sesuai

anjuran dan terdapat 22 bayi dan anak yang memiliki status gizi normal dan 5

anak yang memiliki status gizi gemuk, dan pada cara pemberian MP ASI hanya 9

anak yang diberikan sesuai anjuran (19,6%) dan semuanya memiliki status gizi

normal. Peneliti menyarankan dalam melakukan penelitian terkait MP ASI selain

menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian juga sebaiknya dilakukan

observasi dalam hal ini dengan meninjau langsung proses pembuatan atau pun

pemberian MP ASI tersebut.

Daftar Pustaka : 70 (2002 – 2016)

Kata kunci: MP ASI, lokal, pabrikan

Page 5: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan

rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Analisis

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja

Pusekesmas Turikale Kab. Maros Tahun 2017”. Shalawat serta salam tidak lupa

tercurahkan bagi Rasulullah SAW teladan umat manusia sepanjang masa,

pembawa dari masa kebodohan ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S1 pada

Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. dr. Citrakesumasari,

M.Kes., Sp.GK. sebagai dosen pembimbing I sekaligus selaku Ketua Program

Studi Ilmu Gizi dan juga terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. dr.

Veni Hadju, M.Sc., PhD. selaku dosen pembimbing II. Terima kasih karena telah

banyak memberikan nasehat dan arahan kepada penulis selama menjalankan studi

S1 di Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda

Dody Sugeng Raharjo, S.Kep dan Ibunda Nurhayati, SKM, terima kasih atas

segala doa yang selalu dipanjatkan kepada ananda, serta dukungan dan bantuan

yang tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan studi S1.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A selaku rektor Universitas

Hasanuddin

Page 6: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

vi

2. Bapak Ir. H. M. Hatta Rahman, MM selaku Bupati Kabupaten Maros yang

merupakan Kabupaten tempat penulis melakukan penelitian.

3. Ibu Hj. A. Rasmawaty Rasjid, SKM., M.Kes. selaku Kepala Puskesmas

beserta seluruh Staf dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Turikale yang telah

memberikan izin penelitian dan membantu selama penelitian berlangsung.

4. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan beserta seluruh Dosen dan

Staf yang telah memberikan bantuan fasilitas selama penulis menjalani masa

studi di FKM Unhas.

5. Dr. Aminuddin Syam, SKM., M.Kes., M.Med selaku penguji I, dr. Devintha

Virani, M.Kes., Sp.GK selaku penguji II, dan Dr. Lalu Muhammad Saleh,

SKM., M.Kes selaku penguji III yang telah memberikan bimbingan dan

arahan demi kelancaran penulisan skripsi.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Gizi yang telah banyak memberikan ilmu

kepada penulis serta seluruh Staf Program Studi Ilmu Gizi yang telah

membantu selama ini.

7. Seluruh KM FKM Unhas terutama teman-teman seperjuangan pengurus BEM

FKM UNHAS periode 2016-2017 terkhusus pada Depart. Humas dan

Jaringan Alumni (Jordan, Luthfia, Metri, Suryaman, Dedew, dan Fitri) terima

kasih telah berjuang bersama.

8. Keluarga Sehimpun Secita HmI Komisariat Kesmas Cab. Maktim yang telah

mengenalkan indahnya berislam serta berilmu dan juga mengenalkan

indahnya berteman lebih dari saudara.

9. Teruntuk orang yang selalu mengingatkan dalam hal kebaikan, membantu di

Page 7: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

vii

saat suka maupun duka Jordan, Sandy, Arya, Arma, Dian, Upi, Dea, Riska,

dan Renny semoga senantiasa selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan diberi

kekuatan untuk menghadapi jarak yang akan memisahkan.

10. Teman-teman SMANET THIRTEENITY terkhusus untuk teman jalan yang

selalu menghibur Ayu Pratiwi, Auliah, Wawan, Iin, Hery, Faat, Izabella,

Rahmat, dan Ekal. Dan juga sahabat yang meskipun jauh tapi canda dan

tawanya tetap terasa dekat Muh. Alghifari, Syah Reza, dan Alif Indra.

11. Teman-teman pengurus Formazi FKM Unhas Periode 2016-2017 dan seluruh

keluarga besar Ilmu Gizi, terima kasih atas amanah, dinamika, motivasi,

semangat, nasehat dan bantuan serta kerjasamanya selama ini.

12. Perempuan-perempuan tangguh Pengurus Harian Nasional ILMAGI 16-17

yang telah mengajarkan bahwa jarak bukanlah penghalang untuk tetap

semangat dalam berorganisasi.

13. Teman-teman KKN Tematik Sebatik Unhas Gel. 93 terkhusus untuk Naya,

Enci, Indah, Jumardin, Yunus, Wawan, dan Widi terima kasih telah berjuang

bersama menaklukkan beranda negeri Indonesia.

14. Perempuan-perempuan yang selalu menguatkan yaitu Kak Nining, kak Ajina,

Kak Laksmi, Retno Inten, dan Tri Sofiatun. Semoga selalu dilimpahkan

rezeki karena telah banyak membantu dan mendukung penulis.

15. Manusia super dan terkuat menghadapi segala jenis badai yang dapat

menunda sarjana, teruntuk Tuti Ningsih, Sri Wulandari, Amaliah, dan

Muhamad Aryadipa. Badai pasti berlalu. See you on top!

16. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 (REMPONG) FKM Unhas dan

Page 8: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

viii

terkhusus untuk teman-teman seperjuangan Ilmu Gizi 2013 (GU13RAK)

yang menjadi teman sharing selama 4 tahun.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersimpati pada

skripsi ini untuk penyempurnaannya. Akhir kata, tiada kata yang patut penulis

ucapkan selain doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho dan

berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat. Amin.

Makassar, November 2017

Page 9: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

RINGKASAN ............................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang MP ASI ...................................................................... 12

B. Tinjauan Umum tentang Status Gizi .................................................................. 26

C. Tinjauan Umum tentang Ibu Bekerja ................................................................. 29

D. Tinjauan Umum tentang Pemilihan MP ASI ..................................................... 32

E. Faktor yang Mempengaruhi pada Pilihan MP ASI ............................................ 38

F. Kerangka Teori................................................................................................... 46

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ................................................................................................. 47

B. Kerangka Konsep ............................................................................................... 48

C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif ....................................................... 49

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 50

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................. 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 50

D. Instrumen Penelitian........................................................................................... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 54

F. Pengolahan Data................................................................................................. 54

G. Analisis Data ..................................................................................................... 55

H. Penyajian Data ................................................................................................... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 56

B. Hasil Penelitian .................................................................................................. 57

Page 10: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

x

C. Pembahasan ........................................................................................................ 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 90

B. Saran ................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kab. Maros Tahun 2017 ............................................... 57

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale

Kab. Maros Tahun 2017 ............................................................. 58

Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi Bayi dan Anak di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kab. Maros Tahun 2017 ............................................... 59

Tabel 5.4 Distribusi MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab.

Maros Tahun 2017 ..................................................................... 59

Tabel 5.5 Frekuensi Pemberian MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale

Kab. Maros Tahun 2017 ............................................................. 60

Tabel 5.6 Porsi Pemberian MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab.

Maros Tahun 2017 ...................................................................... 61

Tabel 5.7 Konsistensi MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab.

Maros Tahun 2017 ...................................................................... 62

Tabel 5.8 Cara Pemberian MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab.

Maros Tahun 2017 ...................................................................... 63

Tabel 5.9 Analisis Pemilihan MP ASI yang Sesuai Anjuran dengan Status Gizi

Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kab. Maros Tahun 2017 ............................................... 64

Page 12: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

xii

Tabel 5.10 Analisis Pemilihan MP ASI yang Sesuai Anjuran dengan Status Gizi

Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kab. Maros Tahun 2017 ............................................... 65

Page 13: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari Air Susu Ibu. Makanan pendamping

ASI ini diberikan pada bayi karena pada masa itu produksi ASI semakin

menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan

gizi anak yang semakin meningkat sehingga pemberian dalam bentuk

makanan pelengkap sangat dianjurkan (Depkes RI, 2006).

Makanan pendamping ASI (MP ASI) diberikan tepat pada usia 6 -24 bulan

karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi

malnutrisi sebaliknya, bila makanan pendamping diberikan terlambat akan

mengakibatkan anak kurang gizi bila terjadi dalam waktu panjang (Krisnatuti

& Yenrina, 2008). Bayi yang diberi MP ASI sejak usia 6 bulan

perkembangannya lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi MP

ASI sebelum usia 6 bulan. Hal ini disebabkan karena kalau MP ASI diberikan

sebelum 6 bulan menyebabkan bayi tidak tertarik lagi dengan MP ASI

(Suhardjo, 2009).

Kekurangan Gizi diperkirakan berhubungan dengan 2,7 juta kematian

anak per tahun atau 45% dari seluruh kematian anak. Pemberian makan Bayi

dan anak merupakan sebuah kunci untuk meningkatkan kelangsungan hidup

anak dan mempromosikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Dua

Page 14: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

2

tahun pertama kehidupan anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal

selama periode ini menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko

penyakit kronis, dan mendorong pembangunan yang lebih baik secara

keseluruhan (WHO, 2016).

Usia 6 bulan kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi dengan

ASI namun setelah usia tersebut, ia memerlukan makanan tambahan yang

dapat menunjang pertumbuhannya. Usia 6 bulan jika hanya diberi ASI saja

maka kebutuhan asupan gizi bayi masih belum terpenuhi seluruhnya.

Pemberian ASI saja pada usia setelah 6 bulan hanya akan memenuhi sekitar

60%-70% kebutuhan bayi sedangkan yang 30%-40% harus dipenuhi dari

makanan pendamping atau tambahan (Indiarti, 2009).

Hal ini sejalan dengan program WHO yakni Global Strategy on Infant

Young Child feeding yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemberian

ASI bagi bayi sampai usia enam bulan dan mulai pemberian makanan

pendamping MP ASI yang memadai pada usia 6 bulan dan diteruskan hingga

anak berusia dua tahun atau lebih dapat membantu proses tumbuh kembang

bayi (Depkes RI, 2013).

Penelitian WHO (2011), menyatakan bahwa hanya 40% bayi di dunia

yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah

mendapatkan MP ASI saat usianya < dari 6 bulan. Hal ini menggambarkan

bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan praktek pemberian

MP ASI dini di berbagai negara masih tinggi. Jumlah peningkatan pemberian

MP ASI dini dan penurunan ASI eksklusif.

Page 15: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

3

WHO telah menyusun Decision Chart for Implementation of Selective

Feeding Program jika tingkat prevalensi malnutrisi 15% atau lebih di suatu

negara, maka bantuan makanan tambahan termasuk MP ASI harus diberikan

kepada seluruh kelompok rawan, yaitu bayi, anak balita, serta perempuan

hamil dan menyusui. Di Indonesia, secara nasional beberapa provinsi perlu

mendapat perhatian serius karena tingginya prevalensi gizi buruk pada anak

balita, yaitu di atas 30% (Agnes, 2008).

Cakupan pemberian MP ASI balita lebih dari 6 bulan secara nasional

tahun 2013 sebesar 54,3%, menurun pada tahun 2014 sebesar 52,3%.

Berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2014 tertinggi di Nusa Tenggara

Barat sebesar 84,7% sedangkan terendah di Provinsi Jawa Barat sebesar

21,8% (Kemenkes RI, 2015).

Secara nasional prevalensi berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9%

yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Dari 33 propinsi di

Indonesia 18 propinsi yang memiliki prevalensi berat kurang di atas angka

prevalensi nasional yaitu berkisar antara 30,5% di propinsi Nusa Tenggara

Barat dan 18,5% di propinsi Banten. Urutan ke 18 propinsi tersebut dari yang

tertinggi sampai terendah adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua

Barat, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Selatan, Aceh, Maluku Utara,

Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sulawesi Barat,

Sumatera Selatan, Jambi dan Banten (Riskesdas, 2010).

Page 16: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

4

Balita yang memiliki tinggi badan dan berat badan ideal (TB/U normal

dan BB/TB normal) jumlahnya 61,1%. Masih ada 38,9% Balita di Indonesia

yang masing mengalami masalah gizi, terutama Balita dengan tinggi badan

dan berat badan (pendek – normal) sebesar 23,4% yang berpotensi akan

mengalami kegemukan (Kemenkes RI, 2016).

Kabupaten/Kota yang paling tinggi kasus gizi buruk yaitu, Kota Makassar,

Kabupaten Bone, Kota Parepare, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten

Jeneponto, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Wajo,

Kabupaten Takalar, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Tana Toraja,

Kabupaten Selayar, Kabupaten Barru, Kabupaten Maros, Kabupaten Luwu,

dan Kota Palopo adapun Kabupaten terendah yaitu Kabupaten Bulukumba,

Kabupaten Gowa, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Luwu,

Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu Timur (Profil Kesehatan

Sulsel, 2014).

Keadaan status gizi anak usia di bawah dua tahun (Baduta) merupakan

kelompok yang rawan gizi dan akan menentukan kualitas hidup selanjutnya.

Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak (Ferreira, 2012). Penjelasan

tentang MP ASI dan status gizi balita memunculkan masalah pada aspek

hubungan sebab akibat dimana pemberian MP ASI yang kurang tepat

melahirkan status gizi kurang atau status gizi buruk (Deba, 2007 dalam Sakti,

2013).

Kekurangan gizi di masa bayi tidak dapat diperbaiki dimasa-masa

kehidupan selanjutnya, pertumbuhan jasmani menjadi pendek, pertumbuhan

Page 17: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

5

otak terhambat anak akan tidak cerdas dan perkembangan kemampuan

terhambat, anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah, anak akan

mudah sakit setelah dewasa, sulit mencari pekerjaan. Pada akhirnya anak

menjadi beban keluarga dan negara (Yogi, 2014).

Rendahnya pengetahuan gizi dan kualitas pengasuhan anak bisa menjadi

faktor penyebab yang utama. Kebiasaan memberi makanan pendamping ASI

yang terlalu dini dan pemilihan bahan makanan yang tidak sesuai bagi bayi

dan balita akan mengakibatkan anak-anak akan kekurangan gizi dalam jangka

waktu yang lama. Pola asuh balita yang dijumpai saat ini adalah tidak jarang

balita berada dibawah asuhan orang-orang yang tidak semestinya seperti

kakek atau nenek, saudara, kakak atau bahkan pembantu rumah tangga yang

kurang memahami dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan

makanan bagi bayi dan balita karena orang tua sibuk bekerja (Iwan, 2008).

Seorang ibu mempunyai peran vital dalam pengasuhan dan menjadi bagian

terpenting dalam setiap perkembangan sang anak. Ketika seorang ibu

mempunyai peran ganda atau memiliki kesibukan lain di luar tanggung jawab

sebagai seorang ibu, secara tidak langsung dapat berdampak pada proses

pengasuhan yang diberikan (Brooks, 2011).

Hertz (2004), seorang professor Sosiologi dan studi wanita di Universitas

Wellesley mengungkapkan fakta mengenai masyarakat yang membebaskan

wanita untuk memilih menjadi ibu ataupun berkarir. Ibu yang mengasuh anak

sekaligus wanita karir banyak yang beranggapan bahwa mempunyai anak

akan tidak efektif karena waktu yang tidak benar-benar cukup untuk anak.

Page 18: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

6

Beberapa wanita yang berperan ganda menempatkan anak-anak mereka di

tempat penitipan atau menyewa pengasuh, pada akhirnya mereka terganggu

dengan situasi ini dan berfikir untuk menjadi pengasuh utama bagi anak.

Seorang wanita bisa saja sukses dalam karir namun setidaknya di mata orang

lain gagal dalam membina rumah tangga karena tidak memiliki anak. Hal

inilah yang membuat proses pengasuhan ibu bekerja tidak dapat dikatakan

mudah. Namun tentu seorang ibu sudah memiliki pertimbangan khusus dalam

menjalankan peran ganda mereka.

Jumlah ibu bekerja di seluruh dunia mencapai 54,3% pada tahun 2001

(OECD, 2001). Peran ganda ibu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai

pencari nafkah semakin dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi.

Menurut Bower (2001) dalam Reynolds et. al. (2003), selain faktor ekonomi,

partisipasi para ibu di lapangan kerja juga dipengaruhi oleh faktor sosial,

politik dan demografi. Pada tahun 2000, 35% dari ibu dengan anak balita

bekerja selama 31 jam atau lebih (Reynolds et. al., 2003).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi perempuan

dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama Agustus 2006 - Agustus

2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang. Banyaknya

jumlah perempuan yang bekerja meningkatkan secara signifikan jumlah

pekerja. Kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan jumlah pekerja

perempuan adalah adanya unsur keterpaksaaan yang harus dijalani kaum

perempuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Seperti yang

telah disebutkan diatas, peningkatan jumlah pekerja perempuan sebagian

Page 19: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

7

berasal dari perempuan yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga

(bukan angkatan kerja) (Santrock, 2007).

Kekurangan gizi merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian

bayi dan balita. Masalah pertumbuh dan perkembang pada bayi dan anak <2

tahun sebagian besar dipengaruhi oleh pemberian makanan tambahan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan bayi baik ditinjau dari jenis, jumlah, cara

memasak MP ASI. Pemberian makanan adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi status gizi bayi. Pemberian makanan yang kurang tepat dapat

menyebabkan terjadinya kekurangan gizi dan bila berlebih akan terjadi

kegemukan (Septiana 2009).

Hal ini terjadi karena ibu kurang mengetahui tentang pemberian makanan

pendamping ASI yang benar, disamping itu status pekerjaan ibu menjadi

alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini karena kurang

mempunyai waktu untuk anaknya, dan juga status sosial ekonomi keluarga

mempengaruhi ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini dilihat

dari daya beli terhadap makanan pendamping ASI yaitu jika semakin baik

perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,

sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan

makanan tambahan lebih sukar (Soraya, 2005).

Role Attainment ibu dalam kompetensi pemberian MP ASI akan

berdampak pada pertumbuhan bayi nampak pada berat badan tidak sesuai

dengan umur dan dampak terhadap perkembangan anak akan menjadi apatis,

mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain.

Page 20: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

8

Sedangkan dampak jangka panjang adalah mengalami penurunan kepandaian,

anak menjadi pendek, sering sakit, skor tes IQ rendah, penurunan

perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, dan gangguan

pemusatan perhatian (Soekirman, 2010).

Hal ini terjadi karena ibu kurang mengetahui tentang pemberian makanan

pendamping ASI yang benar, disamping itu status pekerjaan ibu menjadi

alasan ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini karena kurang

mempunyai waktu untuk anaknya, dan juga status sosial ekonomi keluarga

mempengaruhi ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini dilihat

dari daya beli terhadap makanan pendamping ASI yaitu jika semakin baik

perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,

sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan

makanan tambahan lebih sukar (Soraya, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maharany (2010) terkait

keefektifan penggunaan MP ASI lokal dan pabrikan di wilayah kerja

Puskesmas Sibela Surakarta, terhadap MP ASI lokal sebanyak 71,88% bayi

berusia 6 – 11 bulan dengan perkembangan berat badan adekuat baik.

Sebanyak 53,09% anak balita 12 – 24 bulan dengan perkembangan berat

badan adekuat baik. Kemudian terhadap MP ASI pabrikan, sebanyak 76,27%

bayi berusia 6 – 11 bulan yang mengalami kenaikan berat badan dengan

kriteria adekuat baik. Dan sebanyak 53,15% bayi berusia 12 – 24 yang

mengalami kenaikan berat badan dengan kriteria adekuat baik.

Page 21: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

9

Kesimpulannya adalah MP ASI lokal cenderung lebih efektif diberikan pada

bayi umur 6 – 11 bulan dibandingkan dengan anak balita umur 12 – 24 bulan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada Ibu Bekerja guna mengetahui

pemilihan makanan karena MP ASI yang ada tidak diketahui apakah

kontennya sesuai dengan kebutuhan bayi atau tidak sehingga ingin diketahui

dari mana asal, jenis, bahan dasar, dan cara mengolah MP ASI tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas permasalahan yang akan

dibahas yaitu “Bagaimana Pemilihan Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI) serta Status Gizi Bayi 6 – 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kabupaten Maros 2017”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pemilihan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) pada ibu bekerja

dengan status gizi anak 6 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi penggunaan MP ASI lokal dan MP ASI

pabrikan pada ibu bekerja.

Page 22: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

10

b. Untuk mengetahui frekuensi pemberian MP ASI dan status gizi pada

anak usia 6 – 24 bulan.

c. Untuk mengetahui porsi pemberian MP ASI dan status gizi pada anak

usia 6 – 24 bulan.

d. Untuk mengetahui konsistensi pemberian MP ASI dan status gizi pada

anak usia 6 – 24 bulan.

e. Untuk mengetahui cara pemberian MP ASI dan status gizi pada anak

usia 6 – 24 bulan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

Merupakan bentuk dari pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh

selama perkuliahan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan

mengenai MP ASI baik dari segi jenis, frekuensi, porsi, konsistensi, cara

pemberian dan pengolahannya. Diharapkan dapat menjadi pengalaman

yang sangat berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan

peneliti melalui kegiatan penyusunan proposal penelitian, kegiatan

penelitian, dan penulisan hasil penelitian. Dan dapat dijadikan motivasi

dalam berinovasi.

2. Manfaat Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan di

perpustakaan dan juga dapat digunakan sebagai data dasar dalam

Page 23: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

11

mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

makanan pendamping ASI pada ibu bekerja.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan

dan pengetahuan bagi keluarga terkait pemilihan makanan pendamping

ASI pada ibu bekerja, sehingga nanti masyarakat terkhusus ibu yang

sedang bekerja dapat mengetahui makanan pendamping ASI dari segi

jenis, frekuensi, porsi, konsistensi, cara pemberian dan pengolahannya.

Sehingga ke depannya masyarakat terutama ibu akan memperhatikan

asupan makan bayi atau balitanya sesuai dengan usianya.

Page 24: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang MP ASI

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam

kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini,

terutama pemberian ASI eksklusif. ASI merupakan makanan terbaik bagi

bayi yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan baik fisik, psikologis, sosial

maupun spiritual. Mengingat begitu pentingnya ASI bagi bayi pada tahun

2002, WHO dan UNICEF telah menetapkan suatu strategi global tentang

pemberian makanan bagi bayi dan anak, dengan menggunakan pendekatan

hak anak, yaitu cara pemberian makan pada bayi dengan menyusui secara

eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak

sampai umur 24 bulan. Sehingga memberi ASI adalah hak asasi ibu dan

mendapat ASI merupakan salah satu hak asasi bayi yang harus dipenuhi

(Suradi, dkk., 2008).

Rekomendasi global untuk makanan yang tepat bayi dan anak-anak

adalah (WHO, 2002):

a. Menyusui harus dimulai sejak dini, dalam waktu satu jam setelah lahir.

b. ASI harus eksklusif selama enam bulan.

c. Sesuaikan makanan pendamping ASI, harus dimulai dari usia enam bulan

dengan terus menyusui hingga dua tahun atau lebih (WHO, 2002).

Page 25: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

13

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia

6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP ASI merupakan

makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian

MP ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya,

sesuai dengan kemampuan bayi. Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan

kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan

anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas

dalam pemberian MP ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP ASI yang

rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat

meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4 – 6

bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6

bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari

ASI saja. Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut (Winarno, 1990).

Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan

pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning

food, makanan peralihan, beiskot (istilah dalam bahasa jerman yang berarti

makanan selain dari susu yang diberikan kepada bayi). Keseluruhan istilah ini

menunjuk pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk

berangsur berubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI,

2004).

Page 26: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

14

Sesudah bayi berumur 6 bulan, secara berangsur angsur perlu makanan

pendamping berupa sari buah, atau buah- buahan, nasi tim, makanan lunak,

dan akhirnya makanan lembek. Adapun tujuan pemberian makanan

pendamping adalah (Depkes RI, 2004):

1. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam

makanan dengan berbagai rasa dan bentuk

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

(Depkes RI, 2004)

Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau

makanannya sama dengan makanan keluarga, namun tekturnya disesuaikan

dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan (Brown

dkk, 2005).

Pada usia 6 bulan, pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan

pendamping ASI harus setelah usia 6 bulan, karena jika diberikan terlalu dini

akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan

atau bisa diare. Sebaliknya bila makanan pendamping diberikan terlambat

akan mengakibatkan anak kurang gizi bila terjadi dalam waktu panjang

(Depkes, 2003).

Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan proses transisi

dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat.

Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Keterampilan

motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan

Page 27: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

15

yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian

depan ke lidah bagian belakang. Makanan pendamping ASI adalah makanan

atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak

usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Sedangkan

pengertian makanan itu sendiri adalah merupakan suatu kebutuhan pokok

manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik

dan benar agar bermanfaat bagi tubuh (Irianto dan Waluyo, 2004).

Dalam pemberian makanan pendamping ASI yang dikonsumsi hendaknya

memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak

menimbulkan penyakit, serta makanan tersebut sehat, diantaranya (Irianto dan

Waluyo, 2004):

1. Berada dalam derajat kematangan

2. Bebas dari pencemaran pada saat menyimpan makanan tersebut dan

menyajikan hingga menyuapi pada bayi atau anak

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat

dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit

dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

dihantarkan oleh makanan (food borne illness)

5. Harus cukup mengandung kalori dan vitamin

6. Mudah dicerna oleh alat pencernaan

Selain melihat kriteria diatas, menurut Depkes RI (2007) menyatakan

bahwa pemberian makanan pendamping ASI hendaknya melihat juga usia

Page 28: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

16

pemberian makanan pendamping ASI pada anak, apakah pemberian makanan

pendamping yang diberikan sudah pada usia yang tepat atau tidak.

a. Usia Pemberian Makanan Pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2007) usia pada saat pertama kali pemberian

makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah setelah

anak berusia enam bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami

infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau bakteri. Berdasarkan

usia anak, dapat diketegorikan menjadi (Depkes RI, 2007):

1. Pada usia enam sampai sembilan bulan.

a. Memberikan makanan lumat dalam tiga kali sehari dengan takaran

yang cukup

b. Memberikan makanan selingan satu hari sekali dengan porsi kecil

c. Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan

makanan

2. Pada usia lebih dari sembilan sampai 12 bulan

a. Memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran

yang cukup

b. Memberikan makanan selingan satu hari sekali

c. Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan

makanan

3. Pada usia lebih dari 12 sampai 24 bulan

a. Memberikan makanan keluarga tiga kali sehari

b. Memberikan makanan selingan dua kali sehari

Page 29: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

17

c. Memberikan beraneka ragam bahan makanan setiap hari

b. Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2007) frekuensi dalam pemberian makanan

pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari. Pemberian

makanan pendamping ASI dalam frekuensi yang berlebihan atau diberikan

lebih dari tiga kali sehari, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya

diare. Menurut Irianto dan Waluyo (2004), apabila dalam pemberian

makanan pendamping ASI terlalu berlebihan atau diberikan lebih dari tiga

kali sehari, maka sisa bahan makanan yang tidak digunakan untuk

pertumbuhan, pemeliharaan sel, dan energi akan diubah menjadi lemak.

Sehingga apabila anak kelebihan lemak dalam tubuhnya, dimungkinkan

akan mengakibatkan alergi atau infeksi dalam organ tubuhnya dan bias

mengakibatkan kelebihan berat badan (obesitas).

c. Porsi Pemberian Makanan Pendamping

Menurut Depkes RI (2007) untuk tiap kali makan, dalam pemberian

porsi yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Pada usia enam bulan, beri enam sendok makan

2. Pada usia tujuh bulan, beri tujuh sendok makan

3. Pada usia delapan bulan, beri delapan sendok makan

4. Pada usia sembilan bulan, beri sembilan sendok makan

5. Pada usia 10 bulan, diberi 10 sendok makan, dan usia selanjutnya

porsi pemberiannya menyesuaikan dengan usia anak.

Page 30: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

18

d. Konsistensi Makanan Pendamping ASI

Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali dengan proses

pengenalan terlebih dahulu mengenai jenis makanan yang tidak

menyebabkan alergi, umumnya yang mengandung kadar protein paling

rendah seperti serealia (beras merah atau beras putih). Khusus sayuran,

mulailah dengan yang rasanya hambar seperti kentang, kacang hijau, labu,

zucchini. Kemudian memperkenalkan makanan buah seperti alpukat,

pisang, apel dan pir.

Menurut Depkes RI (2007) jenis makanan pendamping ASI yang baik

adalah terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacang-

kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan.

Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan

usia anak adalah sebagai berikut:

1) Makanan Lumat

Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau

disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya

makanan lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai Sembilan

bulan. Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara lain berupa bubur

susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok, pepaya saring dan

nasi tim saring.

2) Makanan Lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau

teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini

Page 31: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

19

diberikan ketika anak usia sembilan sampai 12 bulan. Makanan ini

berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.

3) Makanan Padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan

biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan

pada anak saat berusia 12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain

berupa lontong, nasi, lauk-pauk, sayur bersantan, dan buah-buahan.

e. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2007) pemberian makanan pendamping ASI

pada anak yang tepat dan benar adalah sebagai berikut:

1. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan makanan pada

bayi atau anak, terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan

mentah, dan sebelum memberi makanan pada bayi atau anak. Selain

itu, juga mencuci tangan bayi atau anak.

2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dan lain-lain)

dengan air mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan

diberikan kepada bayi atau anak.

3. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan

untuk memasak, walaupun peralatan tersebut masih tampak bersih.

4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk, sendok, dan

cangkir, harus dicuci kembali sebelum digunakan oleh bayi atau anak.

5. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau anak,

hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.

Page 32: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

20

6. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan bayi atau anak.

Ludah yang terbawa oleh sendok bayi atau anak akan menyebarkan

bakteri.

Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI

Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan

yang terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai

membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut makanan

pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai

tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan bayi atau balita

guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang

optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan

yang baik. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam

pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas dan kuantitas

makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam (Muthmainnah,

2010).

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah

energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat

memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, untuk mencapai

pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya

kekurangan gizi, mencegah resiko masalah gizi, defesiensi zat gizi mikro

(zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan folat), menyediakan

makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energy

dengan nutrisi, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan

Page 33: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

21

bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor,

mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan

bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis

bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk

melengkapi ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi

dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja.

Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan

oleh ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta pemulihan

kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan makan yang baik

mencakup penjadwalan waktu makan, belajar menyukai makanan

(Sembiring, 2009).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan,

bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak

diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar

kepandaian ini di masa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian

makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit

maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Menurut Suharjo (1999) dalam Pardosi (2009) Pemberian MP-ASI

bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, menyesuaikan

kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan

merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk

Page 34: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

22

memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan

tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar

untuk mengunyah dan menelan makanan padat, serta membiasakan selera-

selera baru.

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat:

kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa

disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu

menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut,

lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa

lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk

menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani, 2008).

Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat

gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan,

sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan

tambahan mulai diberikan umur enam bulan satu hari. Pada usia ini otot

dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang dan mengunyah,

menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka

memasukkan sesuatu ke dalam mulut nya dan berminat terhadap rasa yang

baru (Rosidah, 2004).

Alasan anak umur 6 bulan merupakan saat terbaik anak mulai

diberikan MPASI karena (Luluk, 2005):

Page 35: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

23

1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan

perlindungan ekstra dan besar dari berbagai penyakit. Hal ini

disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum sempurna.

Pemberian MP ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang

masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan

higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan

bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan,

lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas

dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi

penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.

2. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif

sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein

spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru

akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.

3. Mengurangi risiko terkena alergi pada makanan saat bayi berumur

kurang dari 6 bulan, karena sel-sel di sekitar usus belum siap untuk

kandungan dari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat

menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.

4. Menunda pemberian MP ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari

obesitas di kemudian hari. Dikarenakan proses pemecahan sari-sari

makanan yang belum sempurna (Luluk, 2005).

Banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MP ASI kurang

dari 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya

Page 36: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

24

kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada

relevansinya banyak yang beranggapan ini benar. Karena belum sempurna,

sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan

memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai

anak tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak

lapar. Alasan lainnya bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan tidak ada

dukungan seperti alasan di atas, dan gencarnya promosi produsen makanan

bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bulan (Ade, 2007).

Pengaruh budaya di dalam masyarakat yang memiliki kebiasaan

memberikan makanan sejak bayi dengan alasan ASI tidak cukup

memenuhi kebutuhan bayi. Disamping itu memberi makan setelah bayi

lahir merupakan kebiasaan turun temurun dalam keluarga dan jika tidak

langsung memberikan makanan pada bayi setelah lahir maka dianggap

melanggar kebiasaan dalam keluarga (Lismintari, 2010).

Pola pemberian MP ASI harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan.

Pengenalan dan pemberian MP ASI dilakukan secara bertahap baik jenis,

tekstur, frekuensi maupun jumlahnya. Pemberian MP ASI harus

memperhatikan kesiapan bayi antara lain keterampilan mengecap dan

mengunyah serta penerimaan rasa dan bau serta kemampuan pencernaan

bayi atau anak (Depkes, 2007).

MP ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serealia karena

berdaya alergi rendah. Secara berangsur-angsur diperkenalkan sayuran

Page 37: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

25

yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan. Jika bayi dapat

menerima dengan baik maka dapat diberikan sumber protein (tahu, tempe,

daging ayam, hati ayam atau daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan.

Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan baik secara

bertahap bubur dibuat lebih kental (dikurangi campuran airnya), kemudian

menjadi lebih kasar (disaring) dengan tambahan bahan lain yang dicincang

halus kemudian dicincang kasar dan akhirnya bayi siap menerima

makanan yang dikonsumsi keluarga. Bentuk MP ASI yang diberikan

kepada balita disesuaikan dengan umur seperti yang tampak pada tabel

berikut (Kemenkes RI, 2011).

Menurut Depkes tahun 2009 dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak,

pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-24 bulan yang baik dan

benar adalah sebagai berikut (Depkes, 2009):

1. Umur 0-6 bulan

Berikan ASI sesering mungkin setiap kali bayi menginginkan

sedikitnya 8 kali sehari. Jangan berikan makanan atau minuman lain

selain ASI (ASI eksklusif).

2. Umur 6-8 bulan

ASI tetap diberikan dan mulai dikenalkan MP ASI dalam bentuk

lumat dimulai dari bubur susu sampai bubur tim lunak, diberikan 2

kali sehari dan jumlahnya disesuaikan dengan umur bayi. Makanan

selingan diberikan 2 kali sehari di antara waktu makan seperti bubur

Page 38: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

26

kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan sebagainya serta buah-

buahan seperti air jeruk manis atau air tomat saring.

3. Umur 9-12 bulan

ASI tetap diberikan dan dapat mulai diberikan MP ASI yang lebih

padat contohnya bubur nasi, nasi tim dan nasi lembek sebanyak 3 kali

sehari yaitu pagi, siang dan malam dengan jumlah kira-kira ¾ gelas

ukuran 250 cc. Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu

makan seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan

sebagainya serta buah-buahan seperti air jeruk manis atau air tomat

saring.

4. Umur 12-24 bulan

Pemberian ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun. Mulai umur

1 tahun dapat diberikan makanan orang dewasa berupa nasi lembek 3

kali sehari masing-masing 1/3 piring dewasa ditambah telur, ayam,

ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam atau kacang hijau.

Makanan selingan serta buah atau perasan buah diberikan 2 kali

sehari.

B. Tinjauan Umum tentang Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan

antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan

(requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto,

Page 39: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

27

2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik

seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang

dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).

Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu (Marmi, 2013):

1) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain (Marmi,

2013):

a. Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya dalah taraf ekonomi

keluarga, yang hubungannya dengan daya beli keluarga tersebut.

b. Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,

sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat tentang status gizi yang

baik.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

d. Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku

dan kebiasaan.

Page 40: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

28

2) Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi status gizi anatara lain (Marmi,

2013):

a. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang

dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dan remaja.

b. Kondisi fisik

Seseoarang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang

lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status

kesehatan mereka yang buruk. Anak dan remaja pada periode hidup ini

kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

c. Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan

atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama

untuk anak balita, aktivitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi

mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh

(Depkes RI, 2008).

Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya

variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses

metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa

disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan

Page 41: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

29

dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi

dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.

C. Tinjauan Umum tentang Ibu Bekerja

Menurut Encyclopedia of Children’s Health, ibu bekerja adalah seorang

ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping

membesarkan dan mengurus anak di rumah. Lerner (2001), ibu bekerja

adalah ibu yang memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga

kerja.

Berbeda dengan negara maju, seorang ibu yang bekerja demi menambah

hasil pendapatan keluarga merupakan suatu keharusan. Di negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia tingkat kemiskinan yang semakin

meningkat dan merebaknya pengangguran menjadi salah satu alasan mengapa

banyak ibu yang bekerja (Tjaja, 2000). Didapati 29% dari populasi Indonesia

di bawah garis kemiskinan internasional pada tahun 1994-2008 (UNICEF,

2010).

Menurut Data Statistik Indonesia (2005), lebih kurang 34 juta penduduk

berumur di atas 15 tahun dan berjenis kelamin perempuan adalah seorang

pekerja. Sedangkan di Sumatera Utara, menurut Pusat Data dan Informasi

Ketenagakerjaan (2010), terdapat 35,7% wanita yang berumur 20-34 tahun

adalah seorang pekerja.

Status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi

Page 42: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

30

dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Ibu yang bekerja akan memiliki

penghasilan yang dapat menambah pendapatan rumah tangga. Mereka yang

bekerja lebih memiliki akses dan kuasa terhadap pendapatan yang dihasilkan

untuk digunakan untuk keperluan anak mereka (UNICEF, 2007). Para ibu

akan lebih memilih membeli sesuatu seperti makanan bergizi berimbang yang

dapat menunjang pemenuhan kebutuhan pangan anak mereka (Glick, 2002).

Jika kebutuhan pangan anak terpenuhi, maka status gizi anak pun

menjadi baik. Essortment (2002) dalam McIntosh dan Bauer (2006), juga

mengatakan bahwa dengan pendapatan rumah tangga yang ganda (suami dan

istri bekerja), banyak wanita lebih mampu menentukan banyak pilihan untuk

keluarga mereka di dalam hal nutrisi dan pendidikan. Pendapat yang sama

juga dikemukakan oleh Gennetian et al. (2009), bahwa ibu yang bekerja

memiliki kemampuan untuk membeli makanan berkualitas tinggi, kebutuhan

rumah tangga lainnya dan biaya kesehatan.

Dampak positif ibu bekerja dapat juga dilihat dari efek yang didapat

apabila anak mereka dititipkan di tempat penitipan anak. Mereka yang

dititipkan di tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih,

memiliki interaksi sosial yang baik, perkembangan kognitif yang pesat, dan

lebih aktif jika dibandingkan dengan anak yang hanya berada di rumah

bersama ibunya yang tidak bekerja (McIntosh dan Bauer, 2006). Gershaw

(1998) dalam McIntosh dan Bauer (2006) mengatakan bahwa, anak dengan

ibu yang bekerja memiliki tingkat intelejensi lebih tinggi.

Page 43: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

31

Seperti yang telah disebutkan di atas, jika seorang ibu yang bekerja tidak

memiliki kuasa penuh atas penghasilannya, maka kebutuhan pangan anak

kurang terpenuhi. Akibatnya anak mereka akan mengalami gizi kurang

bahkan menjadi gizi buruk. Anak menjadi lebih pendek daripada anak lain

seusianya dan lebih rentan terkena penyakit seperti infeksi (Glick, 2002).

Akibat jam kerja, waktu kebersamaan atau quality time antara ibu dan

anak pun akan berkurang (Glick, 2002). Sehingga perkembangan mental dan

kepribadian anak akan terganggu, mereka lebih sering mengalami cemas akan

perpisahan atau separation anxiety (Mehrota, 2011), merasa dibuang dan

cenderung mencari perhatian di luar rumah (Mehrota, 2011), serta kenakalan

remaja (Tjaja, 2008). Hal ini dikarenakan akibat jadwal kerja yang terlalu

sibuk, mengakibatkan para ibu tidak dapat mengawasi dan ikut berpartisipasi

dalam setiap kegiatan anak (Fertig et al., 2009). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Soekirman (1985) dalam Glick (2002), ibu yang bekerja

selama lebih dari 40 jam perminggunya memiliki dampak negatif bagi

tumbuh kembang anak.

Selain kualitas, kuantitas interaksi antara ibu dan anak juga akan

berkurang (AAP, 1984). Menurunnya frekuensi waktu kebersamaan ibu dan

anak juga disebabkan oleh tipe kerja ibu. Ibu yang memiliki pekerjaan yang

dikategorikan berat dapat mengalami kelelahan fisik. Akibatnya sesampainya

ibu di rumah terdapat kecenderungan mereka lebih memilih untuk

berisitirahat daripada mengurus anaknya terlebih dahulu. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fertig et al. (2009), ibu yang bekerja tidak

Page 44: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

32

dapat mengatur pola makan anak, membiarkan anak-anak mereka makan

makanan yang tidak sehat, selalu menghabiskan waktu di depan televisi, dan

kurang beraktivitas di luar rumah. Hal ini berakibat status gizi anak menjadi

lebih atau obesitas (Fertig et al., 2009).

Jarak rumah dengan tempat kerja juga menjadi faktor pengganggu.

Mereka yang bekerja di luar negeri tentunya frekuensi berjumpa dengan anak

dan suami mereka lebih sedikit daripada para ibu yang bekerja di tanah air.

Keharmonisan di dalam keluarga pun akan berkurang (Tjaja, 2008).

Menurut Joekes (1989) dalam Glick (2002), ibu bekerja di negara

berkembang lebih memilih untuk mencari pengasuh pengganti untuk anak

balita mereka. Anak mereka biasanya dijaga oleh anak yang lebih tua atau

oleh kerabat dikarenakan keterbatasan finansial. Keterlibatan anak yang lebih

tua sebagai pengasuh pengganti, dapat menyebabkan anak tersebut putus

sekolah (Glick, 2002).

D. Tinjauan Umum tentang Pemilihan Makanan Pendamping ASI

Gizi yang baik diperoleh dari pangan sehat. Pangan yang sehat adalah

pangan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh seperti

karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin, serta bebas dari kuman,

bahan berbahaya, bahan cemaran dan bahan tambahan makanan yang tidak

diperbolehkan seperti formalin, boraks, dan lain-lain. Menurut Notoatmodjo

(2010) persepsi seseorang akan memengaruhi sikap dan perilakunya, seperti

dalam penelitian Lake et al. (2007) bahwa persepsi berhubungan secara

Page 45: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

33

bermakna dengan kebiasaan perilaku. Persepsi remaja terhadap pangan sehat

diduga akan berpengaruh terhadap pemilihan pangan yang akan dikonsumsi,

sehingga akan menentukan kebiasaan makan sehatnya. Remaja dengan status

gizi berbeda memiliki persepsi dan pemilihan pangan sehat yang berbeda

sehingga kebiasaan makannya pun berbeda antara masing-masing kelompok

status gizi (Lake et al. 2007).

Definisi istilah pemilihan makanan mengandung makna kekuatan

kemauan orang untuk mengendalikan makanan yang dikonsumsinya. Istilah

ini mengukur seberapa kuat pemilihan tersebut dan faktor yang

mempengaruhi pemilihan makanan tersebut sering menjadi fokus yang utama

(Gibney, 2009).

Keterlibatan seorang terhadap makanan mempengaruhi alasan dalam

pemilihan makanannya. Keterlibatan dalam sebuah produk berarti seseorang

menganggap produk tersebut sangat penting dan bersedia menghabiskan

cukup banyak waktu untuk mendapatkan pengetahuan tentang produk

tersebut sehingga hal tersebut dapat memfasilitasi informed choice (memilih

setelah mendapatkan informasi). Keterlibatan yang tinggi maupun rendah

dalam memahami makanan yang dikonsumsinya mengarahkan seseorang

untuk memiliki kemampuan melakukan pemilihan yang baik maupun kurang

baik. Keterlibatan yang tinggi seperti selalu memperhatikan kandungan gizi,

komposisi, tanggal kadaluarsa, perhatian yang tinggi terhadap penggunaan

bahan tambahan pangan, serta perhatian terhadap penggunaan kemasan yang

digunakan (Suhardjo, 1995).

Page 46: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

34

Makanan tambahan mungkin mengandung komponen-komponen alamiah

yang jika diberikan pada waktu dini dapat merugikan. Suatu bahan yang

lazim adalah sukrosa. Gula ini adalah penyebab kebusukan pada gigi, dan

telah dikemukakan bahwa penggunaan gula ini pada umur yang dini dapat

membuat anak terbiasa akan makanan yang rasanya manis. Dalam beberapa

sayuran seperti bayam dan wortel. Kepekatan yang tinggi dan nitrat dapat

terjadi dan menimbulkan bahaya pada bayi-bayi dibawah umur 3-4 tahun,

yang mekanisme dalam badan untuk melawan racun belum diketahui. Banyak

dari serealia yang mengandung glutein dapat menambah risiko penyakit perut

pada umur yang muda, mungkin juga timbul kesulitan-kesulitan diagnostic,

karena sifat tidak mau menerima protein dari susu sapi dapat menyajikan

suatu gambaran klinis yang sama dengan gejala-gejala penyakit perut. Juga

ada kemungkinan bahwa sensitifitas terhadap glutein dapat ditimbulkan

secara lebih mudah pada umur dini. Sekurang-kurangnya pada bayi-bayi yang

mendapat susu formula (Suhardjo, 1995).

Ada dua jenis makanan tambahan untuk bayi, yaitu (Depkes RI, 2006):

a. Makanan tambahan lokal

Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di

rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia

setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan

memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan

tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal

(MP-ASI Lokal).

Page 47: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

35

Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak

positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat

makanan tambahan dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial

budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan

tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti posyandu, memiliki

potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil

pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi

(Depkes RI, 2006).

b. Makanan tambahan olahan pabrik

Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang

disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk

menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006).

Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI

pabrikan (MP-ASI pabrikan) atau makanan komersial. Secara komersial,

makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit

yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur

(Krisnatuti, 2000).

Sunaryo (1998) dalam Krisnatuti (2000) menyatakan bahwa untuk

membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan

mempertimbangkan hal-hal berikut:

Page 48: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

36

1. Formula

Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan

balita, bahan baku yang diizinkan, criteria zat gizi, protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, dan mineral.

2. Proses Teknologi

Pemilihan proses teknologi berkaitan dengan spesifikasi produk

yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki,

faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk.

3. Higiene

Produk jadi makanan tambahan harus memenuhi syarat-syarat

seperti bebas dari mikroorganisme pathogen, bebas dari kontaminan

hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi, bebas racun,

harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di

tempat yang terlindung.

4. Pengemasan

Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak

beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi

penampakan, aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu

produk selama jangka waktu tertentu.

5. Label

Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard

146-1985, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen,

komposisi bahan-bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk

Page 49: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

37

dan petunjuk penyajian. Makanan tambahan pabrikan seperti bubur

susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga

tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah

ditambah air matang seperlunya.

Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari

makanan itu berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras,

seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga

usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang

diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia, 2008) :

a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang

disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang

pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.

b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak

kemakanan biasa seperti nasi tim.

c. Makanan biasa yaitu makanan yang termasuk yang disajikan

adalah makanan orang dewasa seperti nasi.

Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara

memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrien.

Makanan tambahan dapat juga berupa makanan yang setengah jadi

yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang

komposisi zat-zat gizi yang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan

bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi

(Suhardjo, 1999).

Page 50: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

38

Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi,

protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A,

vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang

berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang

keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas

atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan

harga terjangkau (Rosidah, 2004).

E. Faktor yang Mempengaruhi pada Pilihan Makanan Pendamping ASI

Pemilihan makanan adalah sebagian dari kebiasaan makan (food habit)

yang merupakan perilaku khas sekelompok orang. Kebiasaan itu dianggap

sebagai identitas kelompok yang meliputi jenis makanan yang dipilih, waktu

makan, jumlah hidangan, metode penyiapan makanan, orang yang ikut

makan, ukuran porsi dan cara makan. Kebiasaan makan adalah hasil pengaruh

lingkungan terhadap budaya dengan demikian biasanya lambat berubah

(Barasi, 2007).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping

ASI yaitu tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan penduduk, sosial ekonomi,

begitu pula faktor kebudayaan, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat yang

turun-temurun mengenai pemberian MP-ASI pada bayi.

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2000), pengetahuan adalah hasil tahu dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap subyek

Page 51: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

39

tertentu. Pengetahuan ibu adalah faktor yang penting dalam pemberian

makanan tambahan pada bayi karena dengan pengetahuan yang baik, ibu

tahu kapan waktu pemberian makanan yang tepat. Pengetahuan dapat

diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, media cetak media

elektronik, atau penyuluhan-penyuluhan. Pengetahuan didukung oleh

pendidikan karena pendidikan merupakan suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia meliputi pengetahuan,

nilai, sikap, dan keterampilan sehingga terjadi perubahan perilaku yang

positif.

Ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan pendamping ASI

dini dan cara pemberian nya serta kebiasaan yang merugikan kesehatan,

secara langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab masalah gizi

kurang pada anak, khususnya pada anak dibawah 2 tahun (Depkes RI,

2000).

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian,

mengembangkan pengetahuan jasmani dan rohani agar mampu

melaksanakan tugas.

Pendidikan bukan sekedar usaha pemberian informasi dan

keterampilan tetapi diperluas ruang lingkupnya sehingga mencakup usaha

mewujudkan kehidupan pribadi sosial yang memuaskan. Makin tinggi

tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan maka terdapat

kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik

Page 52: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

40

pola pengasuhan anak, makin mengerti waktu yang tepat memberikan

makanan tambahan bagi bayi serta mengerti dampak yang ditimbulkan

jika makanan tersebut diberikan terlalu dini. Ibu yang berpendidikan akan

memahami informasi dengan baik penjelasan yang diberikan oleh petugas

kesehatan, selain itu tidak akan terpengaruh dengan informasi yang tidak

jelas (Satoto, 1992).

3. Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi berhubungan erat dengan pekerjaan dan

pendapatan orang tua yang nanti nya bepengaruh terhadap konsumsi

energi. Ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap pola asuh anak, ibu

menjadi kurang perhatian dan kurang dekat dengan anak karena sebagian

besar waktu siang digunakan untuk bekerja diluar rumah. Selain itu

pemberian ASI untuk bayipun semakin berkurang.

Orang tua yang mempunyai pendapatan tinggi akan mempunyai daya

beli yang lebih tinggi pula, sehingga memberikan peluang yang lebih besar

untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut

mengakibatkan pemilihan jenis makanan dan jumlah makanan tidak lagi

didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, termasuk pada

pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi (Aryani, 2008).

4. Budaya

Faktor budaya adalah faktor yang berhubungan dengan nilai-nilai dan

pandangan masyarakat yang lahir dari kebiasaan yang ada, dan pada

akhirnya mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan

Page 53: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

41

budaya. Misalnya budaya yang baru berkembang sekarang ini adalah

pandangan untuk tidak memberikan ASI karena bisa menyebabkan

perubahan bentuk payudara yang membuat wanita tidak cantik. Masih

banyak ibu, khususnya yang sangat memperhatikan bentuk tubuhnya,

masih mengikuti tradisi ini.

Keadaan budaya yang dimaksud adalah mengenai budaya makan di

masyarakat mengenai pantang-pantangan makan, dan makanan yang boleh

maupun tidak boleh dimakan oleh anak. Di samping itu ada juga budaya

yang sudah turun temurun berlaku di masyarakat, yaitu budaya untuk

memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak, yaitu mulai usia

3 bulan anak sudah diberikan makanan berupa pisang lumat kepada

bayinya. Perilaku seperti ini merupakan perilaku turun temurun yang

dilihat ibu balita dari ibunya. Budaya seperti ini merupakan unsur budaya

yang salah karena pemberian MP ASI terlalu dini kepada bayi dapat

mempengaruhi pencernaan bayi.

5. Faktor Individu

Faktor individual yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan

makanan, yaitu (Story et al., 2008):

a. Kognisi, meliputi:

1) Sikap

Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok

manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang

meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap orang

Page 54: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

42

terhadap makanan dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif

atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai afektif

yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, dan ekonomi)

dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian

juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan

dengan nilai-nilai kognitif, yaitu kualitas baik atau buruk, menarik

atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psikomotor untuk

memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya.

2) Preferensi

Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat

kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini

akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan, yaitu (a)

ketersediaan pangan di suatu tempat, (b) pembelian makanan untuk

anggota keluarga yang lain, khususnya orang tua, (c) pembelian

makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan

kekeluargaan dan budaya, (d) rasa makanan, tekstur, dan tempat.

Dalam memilih makanan tertentu yang disukai pengalaman

seseorang dapat menjadi landasan yang kuat, beberapa faktor

antara lain enak, menyenangkan, tidak menyenangkan, tidak

membosankan, berharga murah, mudah didapat dan diolah.

Penampakan merupakan hal yang banyak mempengaruhi

preferensi dan kesukaan konsumen. Dengan demikian nilai gizi

Page 55: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

43

dalam hal ini tidak menjadi pertimbangan dalam pemilihan

makanan.

3) Pengetahuan

Menurut Pranadji (1988) pendidikan formal seseorang dapat

mempengaruhi pengetahuan gizinya. Seseorang yang memiliki

tingkat pendidikan formal yang tinggi dapat mempunyai

pengetahuan gizi yang tinggi pula.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa orang yang berpendidikan

tinggi biasanya akan memilih untuk mengkonsumsi makanan yang

bernilai gizi tinggi sesuai dengan pangan yang tersedia dan

kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizinya tetap

terpenuhi. Atmarita & Fallah (2004) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

perilaku hidup sehat.

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan

seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-

hari, khususnya dalam kesehatan dan gizi.

b. Skill (Keterampilan)

Kebiasaan pemilihan makanan yang dilakukan seseorang erat

kaitannya dengan keterampilan yang dimiliki dalam pemilihan

makanan. Kemampuan keterampilan pemilihan makanan terbentuk

akibat adanya proses panjang pengalaman masing-masing individu.

Page 56: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

44

Rendahnya keterampilan seseorang dalam pemilihan makanan sehat

akan berdampak buruk terhadap pola konsumsi yang pada akhirnya

akan berdampak pada kondisi kesehatan.

c. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup suatu masyarakat dalam kaitannya dengan

makanan berkaitan juga pada perubahan budaya. Makanan alamiah

yang berasal dari pertanian seperti beras, gandum, jagung menjadi

lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern sesuai dengan

tuntutan zaman. Makanan siap saji menjadi lebih diminati karena

dianggap lebih cepat dan praktis sebab dapat menunjang kebutuhan

masyarakat urban yang sangat sibuk bekerja. Dengan demikian

perkembangan dan peningkatan perekonomian sebagian masyarakat

juga membentuk kebiasaan makannya.

d. Biologi

1) Gen

Alergi makanan bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang

berbeda. Alergi makanan adalah respons abnormal tubuh terhadap

suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada system

imun dengan gejala yang spesifik.

Pada orang dewasa, yang sering menyebabkan alergi makanan

adalah jenis makanan laut, seperti kerang, udang, lobster, kepiting,

cumi-cumi, dan ikan. Beberapa jenis kacang kacangan, seperti

kacang kenari, kacang tanah, dan telur sering menyebabkan alergi.

Page 57: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

45

Makanan yang sering menimbulkan alergi pada anak adalah telur,

susu, kacang tanah, dan buah-buahan seperti tomat dan stroberi.

Menghindari makanan yang menjadi penyebab alergi merupakan

hal paling utama dalam penanganan alergi makanan.

2) Jenis Kelamin dan Umur

Jumlah energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan

mineral yang dibutuhkan berbeda antara kelompok usia dan jenis

kelamin. Sebagai contoh, wanita usia subur harus mengkonsumsi

sejumlah tambahan Fe (besi) dan asam folat. Makanan dengan Fe

dan asam folat bertambah selama awal kehamilan untuk

mengurangi risiko cacat tabung saraf janin, misalnya spina bifida.

e. Pendapatan

Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam

masalah gizi dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan

suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan

yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan

yang bermutu gizi baik dan beragam.

Page 58: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

46

F. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi teori Story, M., Kaphingst, K. M.,

Robinson-O’Brien, R., dan Glanz, K. (2008) dalam

Citrakesumasari (2012).

LINGKUNGAN TINGKAT MAKRO

Norma-norma dan nilai-nilai sosial dan

budaya

Industri makanan dan minuman

Pemasaran makanan dan media

Sistem ekonomi

Produksi pangan dan sistem distribusi

Pemerintah dan kebijakan struktur politik

Program bantuan pangan

Sistem pelayanan kesehatan

Pemanfaatan lahan dan transportasi

LINGKUNGAN FISIK

Rumah

Lokasi kerja

Sekolah, setelah sekolah

Pengasuhan anak

Lingkungan sekitar dan masyarakat

Restoran dan outlet makanan cepat saji

Supermarket

Akses

Ketersediaan

FAKTOR INDIVIDU

Kognisi (meliputi sikap, preferensi,

pengetahuan, nilai)

Keterampilan dan perilaku

Gaya hidup

Biologi (meliputi gen, jenis kelamin,

umur)

Kependudukan (meliputi pendapatan,

ras/etnik)

Motivasi

LINGKUNGAN SOSIAL

Keluarga

Teman-teman

Rekan-rekan

PEMILIHAN

MP ASI

STATUS GIZI

BAYI 6-24

BULAN

Page 59: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

47

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Pemberian MP ASI pada bayi usia 6-24 bulan sangat bermanfaat dalam

memenuhi kecukupan gizi anak balita. Makanan Pendamping ASI adalah

makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau

anak usia 6 – 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari Air Susu

Ibu. Makanan pendamping ASI ini diberikan pada bayi karena pada masa itu

produksi ASI semakin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi

memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat sehingga pemberian

dalam bentuk makanan pelengkap sangat dianjurkan.

Pada era modern ini, tentunya tidak sedikit ibu yang memiliki peran

ganda (domestik dan publik). Hal tersebut menuntut seorang ibu untuk dapat

membagi waktunya dalam melaksanakan peran domestik sebagai seorang Ibu

Rumah Tangga (IRT) sekaligus peran publik sebagai seorang pekerja. Maka

dari itu, tidak semua ibu dapat menentukan MP-ASI yang tepat pada bayinya

karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satu penyebabnya

yaitu ibu yang bekerja. Ibu yang bekerja relatif memiliki waktu yang sedikit

untuk menyiapkan makanan pendamping ASI sendiri sehingga dalam

pemilihan MP ASI, ibu yang bekerja kerap bingung dalam menentukan MP

ASI seperti apa yang tepat. Karena baik atau pun buruknya status gizi anak di

kemudian hari itu tergantung kepada apa yang diberikan oleh ibunya,

termasuk dalam hal ini MP ASI.

Page 60: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

48

Ibu yang bekerja bisa saja menjadi alasan penyebab tidak lancarnya

pemberian MP ASI pada bayi karena relatif tidak memiliki waktu. Namun,

dalam pemilihan makanan pendamping ASI ada banyak faktor yang

mempengaruhi, baik itu internal (dari dalam diri) maupun eksternal

(lingkungan). Keduanya dapat menjadi peluang maupun penghambat seorang

ibu dalam memberikan MP ASI pada bayinya.

B. Kerangka Konsep

= Variabel dependen

= Variabel independen

STATUS GIZI BAYI

6 – 24 BULAN

PEMILIHAN

MP ASI

1. Jenis MP ASI

2. Frekuensi

Pemberian MP ASI

3. Porsi Pemberian

MP ASI

4. Konsistensi MP

ASI

5. Cara Pemberian

MP ASI

6. Cara Pengolahan

MP ASI

Page 61: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

49

C. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

a) Status Gizi

Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk balita yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan/panjang badan balita.

Kriteria Objektif

a. Gizi Lebih : Apabila nilai Z score yang diperoleh > 2 SD

b. Gizi baik : Apabila nilai Z score yang diperoleh -2 SD s.d+2 SD

c. Gizi Kurang : Apabila nilai Z score yang diperoleh < -2 SD s.d-3 SD

d. Gizi buruk : Apabila nilai Z score yang diperoleh <-3 SD

2. Variabel Independen

a. MP ASI

MP ASI yang dimaksud adalah makanan pendamping ASI yang

diberikan kepada bayi pada usia ≥6 bulan. MP ASI terbagi menjadi dua

jenis yaitu MP ASI pabrikan dan lokal. Konten MP ASI dapat dilihat dari

cara pengolahan, asal, bahan, cara pemberian, konsistensi, dan frekuensi

pemberian MP ASI tersebut.

Kriteria Obyektif

Jika responden mengetahui jenis, frekuensi, konsistensi, porsi, cara

pemberian, dan cara pengolahan MP ASI yang diberikan kepada bayinya.

Page 62: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk

menggambarkan atau memotret suatu fenomena kesehatan yang terjadi didalam

masyarakat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dimana variabel

sebab (independen) dan akibat (dependen) yang terjadi pada objek penelitian diukur

secara simultan (dalam waktu bersamaan) (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September tahun

2017.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kabupaten

Maros, Sulawesi Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Unit Analisis merupakan keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian

ini populasi merupakan semua bayi di wilayah kerja puskesmas Turikale

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yaitu 89 bayi.

Page 63: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

51

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang mewakili suatu populasi

(Saryono, 2011). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 46 berdasarkan

rumus perhitungan sampel yang dilakukan oleh peneliti, kemudian dirincikan

sebagai berikut:

1. Besar Sampel

Penentuan besar sampel akan ditentukan dengan menggunakan

rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel keseluruhan

N = Besar populasi

Z = Derajat kepercayaan (1,96)

p = Perkiraan proporsi kejadian variabel yang diteliti (0,5)

q = 1- p = 1- 0,5 = 0,5

d = Tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05)

n = 𝑁𝑍2𝑝𝑞

𝑑2(𝑁−1)+ 𝑍2𝑝𝑞

Page 64: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

52

Sebanyak 46 sampel.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah nonprobability sampling. Adapun teknik

nonprobability sampling yang akan digunakan adalah purposive

sampling. Hal ini didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh

peneliti sendiri dengan berdasarkan kriteria atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel akan dimasukkan dalam

penelitian apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

Kriteria Inklusi:

1) Ibu bekerja yang memiliki anak usia 6 – 24 bulan dengan riwayat

pemberian ASI eksklusif.

Kriteria Eksklusi:

1) Ibu yang memiliki anak dengan riwayat berat badan lahir rendah.

2) Ibu yang memiliki anak dengan riwayat kelainan bawaan (alergi,

asma, kelainan konginetal).

3) Ibu yang memiliki bayi dengan riwayat prematur.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen atau alat pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk

mengukur variabel independen dan dependen.

Page 65: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

53

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan

korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.

2. Uji Reabilitas

Uji realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

mempunyai indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan

realibel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji realibilitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji

statistik ronbach Alpha ( α ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan realibel

jika memberikan nilai Cronbanch Alpha 0,7.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari sumber yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara observasi langsung dan membagikan

kuesioner secara langsung pada responden.

Page 66: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

54

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dimiliki dan diperoleh dari lokasi/tempat

penelitian berupa dokumen-dokumen atau catatan pemerintah ataupun instansi

terkait dengan penelitian ini yang menunjang kelengkapan data penelitian. Data

sekunder pada penelitian ini berupa data pendistribusian MP ASI.

F. Pengolahan Data

Adapun tahapan dari pengolahan data mulai dari :

1. Mengkode Data (Data Coding)

Mengklasifikasikan, memberi kode data untuk masing-masing nomor pada

kuesioner/angket. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan.

2. Mengedit Data (Editing Data)

Memastikan data yang diperoleh adalah data yang lengkap sehingga dapat

diolah dengan memeriksa kelengkapan dan ketetapan pengisian

kuesioner/angket.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

Memasukkan data dalam program atau fasilitas data berdasarkan klasifikasi

dengan komputer (SPSS).

4. Membersihkan Data (Data Cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap

diolah dan di analisis.

Page 67: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

55

G. Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan uji analisis univariat yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian (Notoatmodjo,

2010). Pada umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap-tiap variabel penelitian.

H. Penyajian Data

Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

crosstabulasi (tabung silang) serta narasi untuk membahas hasil penelitian.

Page 68: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

56

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2017

(meliputi pengumpulan dan pengolahan data) pada seluruh ibu bekerja yang memiliki

anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Maros diperoleh data

sebagai berikut:

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Keadaan geografi wilayah kerja Puskesmas Turikale merupakan daerah bukan

pantai yang sebagian besar berbentuk dataran yang mempunyai luas wilayah kerja

29,93 km3 dan dibagi menjadi 7 kelurahan, 134 RT dan RK.

Wilayah kerja Puskesmas Turikale terdiri atas 7 kelurahan dan 31 lingkungan.

Aktivitas penduduk di Kecamatan Turikale meliputi pegawai negeri sipil, pegawai

perusahaan swasta, pedagang, pertanian, perkebunan, dan lain-lain.

Page 69: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

57

B. Hasil Penelitian

1. Distribusi Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Karakteristik

Responden (Ibu) N Persentase (%)

Umur Ibu

20 – 25 tahun 1 2,2

26 – 30 tahun 8 17,4

31 – 35 tahun 28 60,9

36 – 40 tahun 6 13,0

>40 tahun 3 6,5

Pendidikan

SMA 4 8,7

DII 1 2,2

DIII 7 15,2

S1 31 67,4

S2 3 6,5

Pekerjaan

PNS (Guru) 8 17,4

PNS (Petugas Kesehatan) 10 21,7

PNS (Pemda) 28 60,9

Penghasilan

≤Rp. 3.000.000 7 15,2

>Rp. 3.000.000 39 84,8

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelompok umur responden yang

paling banyak yaitu umur 31-35 tahun sebanyak 28 orang (60,9%), dan yang

paling sedikit yaitu umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,2%).

Pendidikan responden paling banyak yaitu tamat S1 sebanyak 31 orang

(67,4%), dan paling sedikit yaitu tamat S2 sebanyak 3 ibu (6,5%). Pekerjaan

responden paling banyak sebagai PNS (Pemda) sebanyak 28 orang (60,9%)

dan paling sedikit sebagai PNS (Guru) yaitu 8 orang (17,4%). Sedangkan

Page 70: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

58

untuk penghasilan dapat dilihat kelompok penghasilan responden yang

paling banyak adalah ≥Rp. 3.000.000,- yaitu berjumlah 39 orang (84,8%),

dan kelompok penghasilan responden di bawah ≤Rp. 3.000.000,- adalah

sebanyak 7 orang (15,2%).

2. Karakteristik Bayi

Tabel 5.2

Distribusi Karakteristik Anak

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Karakteristik n Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 20 43,5

Perempuan 26 56,5

Umur Anak

6 – 8 bulan 12 26,1

9 – 11 bulan 14 30,4

12 – 24 bulan 20 43,5

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah

perempuan sebanyak 26 anak (56,5%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak

20 anak (43,5%). Berdasarkan kelompok usia anak yang paling banyak

adalah usia 12-24 bulan yaitu berjumlah 20 anak (43,5%), sedangkan

kelompok usia yang paling sedikit adalah usia 6-8 bulan yaitu sebanyak 12

anak (26,1%).

Page 71: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

59

3. Distribusi Status Gizi Bayi

Tabel 5.3

Distribusi Status Gizi Bayi dan Anak

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Usia

(bulan)

Z Score Bayi

Total - 2 SD s.d. 2

SD (normal)

> 2 SD

(gemuk)

n % N % n %

6 – 8 9 75,0 3 25,0 12 26,1

9 – 11 10 71,4 4 28,6 14 30,4

12 – 24 17 85,0 3 15,0 20 43,5

Total 36 78,3 10 21,7 46 100,0

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.3 dapat dilihat dari 46 bayi dan anak usia 6-24 bulan

terdapat 36 bayi dan anak (78,3%) yang memiliki status gizi normal dan 10

bayi dan anak (21,7%) yang memiliki status gizi gemuk.

4. Distribusi MP ASI

Tabel 5.4

Distribusi MP ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Usia

(bulan)

Jenis MP-ASI

Total MP-ASI

Lokal

MP-ASI

Pabrikan

MP ASI

Lokal-

Pabrikan

n % n % n % n %

6 – 8 3 25,0 6 50,0 3 25,0 12 26,1

9 – 11 3 21,4 3 21,4 8 57,1 14 30,4

12 – 24 20 100,0 0 0,0 0 0,0 20 43,5

Total 26 56,5 9 19,6 11 23,9 46 100

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.4 dapat dilihat pada kelompok anak usia 6-8 bulan

terdapat 3 bayi (25,0%) yang diberikan MP ASI jenis lokal, 6 bayi (50,0%)

yang diberikan MP ASI jenis pabrikan, dan 3 bayi (25,0%) yang diberikan

Page 72: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

60

MP ASI jenis lokal dan pabrikan. Pada kelompok usia 9-11 terdapat 3 bayi

(21,4%) yang diberikan MP ASI jenis lokal, 3 bayi (21,4%) yang diberikan

MP ASI jenis pabrikan, dan 8 bayi (57,1%) yang diberikan MP ASI jenis

lokal dan pabrikan. Sedangkan pada kelompok anak usia 12-24 bulan

terdapat 20 anak (100,0%) yang diberikan MP ASI jenis lokal, namun tidak

terdapat anak (0,0%) yang diberikan MP ASI jenis pabrikan dan yang

diberikan MP ASI jenis lokal dan pabrikan.

5. Distribusi Frekuensi Pemberian MP ASI

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pemberian MP ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Umur

(bulan)

Frekuensi Pemberian MP ASI

Total 2 kali sehari 3 kali sehari

>4-5 kali

sehari

n % n % n % n %

6 – 8 1 8,3 8 66,7 3 25,0 12 26,1

9 – 11 1 7,1 5 35,7 8 57,1 14 30,4

12 – 24 0 0,0 12 60,0 8 40,0 20 43,5

Total 2 4,3 25 54,3 19 41,3 46 100,0

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.5 dapat dilihat pada kelompok anak usia 6-8 bulan

terdapat 1 bayi (8,3%) yang diberikan MP ASI sebanyak 2 kali sehari, 8

bayi (66,7%) yang diberikan MP ASI sebanyak 3 kali sehari, dan 3 bayi

(25,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak >4-5 kali sehari . Pada kelompok

usia 9-11 terdapat 1 bayi (7,1%) yang diberikan MP ASI sebanyak 2 kali

sehari, 5 bayi (35,7%) yang diberikan MP ASI sebanyak 3 kali sehari, dan 8

bayi (57,1%) yang diberikan MP ASI sebanyak >4-5 kali sehari. Sedangkan

pada kelompok anak usia 12-24 bulan tidak terdapat anak (0,0%) yang

Page 73: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

61

diberikan MP ASI sebanyak 2 kali sehari, 12 anak (60,0%) yang diberikan

MP ASI sebanyak 3 kali sehari, dan 8 anak (40,0%) yang diberikan MP ASI

sebanyak >4-5 kali sehari.

6. Porsi Pemberian MP ASI

Tabel 5.6

Porsi Pemberian MP ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Usia

(bulan)

Porsi dalam sekali makan Total

1-2 sendok 3-6 sendok >6 sendok

n % n % n % n %

6 – 8 3 25,0 6 50,0 3 25,0 12 26,1

9 – 11 0 0,0 11 78,6 3 21,4 16 30,4

12 – 24 1 5,0 14 70,0 5 25,0 20 43,5

Total 4 8,7 31 67,4 11 23,9 46 100,0

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.6 dapat dilihat pada kelompok anak usia 6-8 bulan

terdapat 3 bayi (25,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak 1-2 sendok dalam

sekali makan, 6 bayi (50,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak 3-6 sendok

dalam sekali makan, dan 3 bayi (25,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak

>6 sendok dalam sekali makan. Pada kelompok usia 9-11 tidak terdapat bayi

(0,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak 1-2 sendok dalam sekali makan,

11 bayi (78,6%) yang diberikan MP ASI sebanyak 3-6 sendok dalam sekali

makan, dan 3 bayi (21,4%) yang diberikan MP ASI sebanyak >6 sendok

dalam sekali makan. Sedangkan pada kelompok anak usia 12-24 bulan

terdapat 1 anak (5,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak 1-2 sendok dalam

sekali makan, 14 anak (70,0%) yang diberikan MP ASI sebanyak 3-6

Page 74: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

62

sendok dalam sekali makan, dan 5 anak (25,0%) yang diberikan MP ASI

sebanyak >6 sendok dalam sekali makan.

7. Konsistensi Pemberian MP ASI

Tabel 5.7

Konsistensi MP ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Usia

(bulan)

Konsistensi MP ASI

Total Lumat Lunak

Makanan

Padat

n % n % n % n %

6 – 8 1 8,3 11 91,7 0 0,0 12 26,1

9 – 11 0 0,0 13 92,9 1 7,1 14 30,4

12 – 24 0 0,0 7 35,0 13 65,0 20 43,5

Total 1 2,2 31 67,4 14 30,4 46 100

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.7 dapat dilihat pada kelompok anak usia 6-8 bulan

terdapat 1 bayi (8,3%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi lumat, 11

bayi (91,7%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi lunak, dan tidak

terdapat bayi (0,0%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi makanan

padat. Pada kelompok usia 9-11 tidak terdapat bayi (0,0%) yang diberikan

MP ASI dengan konsistensi lumat, 13 bayi (92,9%) yang diberikan MP ASI

dengan konsistensi lunak, dan 1 bayi (7,1%) yang diberikan MP ASI dengan

konsistensi makanan padat. Sedangkan pada kelompok anak usia 12-24

bulan tidak terdapat anak (0,0%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi

lumat, 7 anak (35,0%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi lunak,

dan 13 anak (65,0%) yang diberikan MP ASI dengan konsistensi makanan

padat.

Page 75: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

63

8. Cara Pemberian MP ASI

Tabel 5.8

Cara Pemberian MP ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale Kab. Maros

Tahun 2017

Usia

(bulan)

Cara Pemberian MP ASI Total

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

N % n % n % n %

6 – 8 2 16,7 7 58,3 3 25,0 12 26,1

9 – 11 3 21,4 6 42,9 5 35,7 14 30,4

12 – 24 4 20,0 7 35,0 9 45,0 20 43,5

Total 9 19,6 20 43,5 17 37,0 46 100

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 5.8 dapat dilihat pada kelompok bayi dan anak usia 6-24

bulan sebanyak 46 bayi dan anak terdapat 9 bayi dan anak (19,6%) yang

diberikan MP ASI tahap 1 (mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat

makan, memberikan makanan sesuai tahapan usia anak, dan tidak

menyimpan makanan sisa), 20 bayi dan anak (43,5%) yang diberikan MP

ASI tahap 2 (mencuci tangan, bahan, peralatan masak, dan alat makan,

memberikan makanan sesuai apa yang tersedia, dan tidak menyimpan

makanan sisa), dan 17 bayi dan anak (37,0%) yang diberikan MP ASI tahap

3 (mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan, memberikan

makanan sesuai keinginan anak, dan tidak menyimpan makanan sisa).

Page 76: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

64

9. Analisis Pemilihan MP ASI, Frekuensi, Porsi, Konsistensi, dan Cara

Pemberian MP ASI yang Sesuai dan Tidak Sesuai Menurut Anjuran

Kemenkes dengan Status Gizi

Tabel 5.9

Analisis Pemilihan MP ASI yang Sesuai Anjuran dengan Status Gizi

Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale

Kab. Maros Tahun 2017

Pemilihan MP ASI

(Lokal, Pabrikan,

Campuran)

Jumlah

Status Gizi

Normal Gemuk

n % n %

Frekuensi 25 25 100,0 0 0,0

Porsi 11 5 45,5 6 54,5

Konsistensi 27 22 81,5 5 18,5

Cara Pemberian 9 9 100,0 0 0,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25 bayi dan

anak yang diberi MP ASI dengan frekuensi sesuai anjuran dan semuanya

memiliki status gizi normal (100,0%). Sebanyak 11 bayi dan anak yang

diberi MP ASI dengan porsi sesuai anjuran dan terdapat 5 anak (45,5%)

yang memiliki status gizi normal dan terdapat 6 anak (54,5%) yang

memiliki status gizi gemuk. Sebanyak 27 bayi dan anak yang diberikan MP

ASI dengan konsistensi/tekstur sesuai anjuran dan terdapat 22 anak (81,5%)

yang memiliki status gizi normal dan 5 anak (18,5%) yang memiliki status

gizi gemuk. Selanjutnya, sebanyak 9 bayi dan anak yang diberi MP ASI

tahapan sesuai anjuran dan semuanya memiliki status gizi normal.

Page 77: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

65

Tabel 5.10

Analisis Pemilihan MP ASI yang Tidak Sesuai Anjuran dengan Status

Gizi Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Turikale Kab. Maros Tahun 2017

Pemilihan MP ASI

(Lokal, Pabrikan,

Campuran)

Jumlah

Status Gizi

Normal Gemuk

n % n %

Frekuensi 21 11 52,4 10 47,6

Porsi 35 31 88,6 4 11,4

Konsistensi 19 14 73,7 5 26,3

Cara Pemberian 37 27 73,0 10 27,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 21 bayi dan

anak yang diberi MP ASI dengan frekuensi yang tidak sesuai anjuran dan

terdapat 11 anak (52,4%) yang memiliki status gizi normal dan 10 anak

(47,6%) yang memiliki status gizi gemuk. Sebanyak 35 bayi dan anak yang

diberi MP ASI dengan porsi yang tidak sesuai anjuran dan terdapat 31 anak

(88,6%) yang memiliki status gizi normal dan terdapat 4 anak (11,4%) yang

memiliki status gizi gemuk. Sebanyak 19 bayi dan anak yang diberikan MP

ASI dengan konsistensi/tekstur yang tidak sesuai anjuran dan terdapat 14

anak (73,7%) yang memiliki status gizi normal dan 5 anak (26,3%) yang

memiliki status gizi gemuk. Selanjutnya, sebanyak 37 bayi dan anak yang

diberi MP ASI tahapan yang tidak sesuai anjuran dan terdapat 27 anak

(73,0%) yang memiliki status gizi normal dan 10 anak (27,0%) yang

memiliki status gizi gemuk.

Page 78: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

66

C. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Turikale Kabupaten

Maros pada tanggal 31 Agustus – 30 September 2017. Setelah dilakukan

pengolahan dan analisis data maka dibahas sebagai berikut:

1. Gambaran Karakteristik Ibu Bayi

Secara teoritis pola pemberian MP ASI dipengaruhi oleh faktor ibu, karena

ibulah yang sangat berperan dalam mengatur konsumsi anak, yang kemudian

akan berpengaruh terhadap status gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian,

kelompok usia produktif yang paling banyak yaitu usia 31-35 tahun sebanyak

60,9% dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 20-25 tahun sebanyak

2,2%.

Menurut Allender dan Sradley (2005) dalam Bittikaka (2011), ibu berumur

lebih atau sama dengan 30 tahun telah memiliki pemahaman yang cukup tentang

perawatan anak. Hal ini dapat dikaitkan dengan keadaan fungsi keluarga yaitu

memberikan kasih sayang, memberikan perlindungan, memberikan identitas,

mempromosikan ikatan, memberikan sosialisasi, dan menetapkan pengawasan.

Keenam fungsi tersebut membantu meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan anggota keluarga.

Upaya keluarga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anggota

keluarga dilaksanakan dengan memperbaiki gizi keluarga yang dimulai dari gizi

ibu sejak hamil, melahirkan dan menyusui, serta gizi balita. Sementara peran

keluarga dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga, yaitu membantu setiap

anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari yang

Page 79: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

67

mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh keluarga, diantaranya pemberian

ASI ekslusif bayi sampai dengan 6 bulan, MP ASI ketika anak berusia 6 bulan

dan dilanjutkan sampai dengan berusia lebih dari 24 bulan, memberikan

makanan bergizi seimbang (Bittikaka, 2011).

Selain itu, ibu berusia 20-30 tahun berpeluang lebih besar dapat menyusui

bayinya secara ekslusif karena keadaan biologisnya yang bagus, seperti menurut

Nuryanto (2002) dalam Wulandari (2014) yang menyebutkan bahwa usia 20-30

tahun merupakan usia paling aman untuk bereproduksi karena terjadi

kematangan partumbuhan organ genitalia interna dan perkembangan hormonal

yang stabil sehingga ASI masih dapat diproduksi.

Hal lain yang mempengaruhi pola pemberian MP ASI diantaranya yakni

pengetahuan ibu tentang gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat pendapatan

keluarga, adat istiadat dan penyakit infeksi (Suhardjo, 2000 dalam Septiana,

2010).

Pada hasil penelitian ini, tingkat pendidikan yang ditempuh paling banyak

yaitu perguruan tinggi S1 sebanyak 67,4% dan yang paling sedikit yaitu

diploma II sebanyak 2,2%. Menurut Suhardjo dalam Septiana (2010), tingkat

pendidikan formal ibu membentuk nilai-nilai bagi seseorang terutama dalam

menerima hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut

menentukan mudah tidaknya ibu menyerap dan memahami informasi gizi yang

diperoleh. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, maka semakin mudah

ia menyerap informasi mengenai MP ASI, gizi dan kesehatan, sehingga apabila

ibu mudah menyerap informasi tersebut maka akan berpengaruh terhadap sikap

Page 80: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

68

dan perilaku ibu dalam memberikan pola pemberian MP ASI dengan baik dan

benar yang pada akhirnya sikap dan perilaku yang baik tersebut dapat

berpengaruh terhadap status gizi balita.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2014) menunjukkan

hubungan positif tingkat pendidikan ibu dengan pemberian MP ASI, hasil

penelitiannya menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka

semakin berkurang pula jumlah bayi yang mendapatkan MP ASI kurang dari 6

bulan.

Pada umumnya, pekerjaan ibu bayi dalam penelitian ini semuanya PNS

(Pegawai Negeri Sipil) karena peneliti mengambil objek penelitian ibu bekerja.

Namun, pekerjaan responden terbagi menjadi 3 sektor yaitu PNS sektor Pemda

sebanyak 28 ibu (60,9%), PNS sektor Kesehatan sebanyak 10 ibu (21,7%), dan

PNS sektor Keguruan sebanyak 8 ibu (17,4%).

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan manusia untuk tujuan yang

dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Pekerjaan juga sering disebut

profesi. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya (Wawan dan

Dewi, 2010).

Status pekerjaan seseorang menunjukkan tingkat penghasilan seseorang

dan waktu luang yang dimiliki. Ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga

memiliki banyak waktu luang dalam mengurus keluarga. Hasil penelitian Kim

Jihyaongungand K.A.S Wickrama 2013) status pekerjaan ibu mempengaruhi

harga diri dan pola asuh pada bayi. Harga diri tinggi akan membuat seorang ibu

Page 81: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

69

dapat melaksanakan pemberian MP ASI dengan baik. Pada ibu tidak bekerja

mempunyai harga diri yang kurang karena merasa hidupnya hanya bergantung

pada suami, hal ini diperlukan suatu dorongan untuk meningkatkan harga diri

ibu bahwa ibu mampu untuk memberiakn MP ASI dengan baik.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki

pendapatan/penghasilan yang cukup yaitu ≤Rp. 3.000.000,- sebanyak 7 orang

(15,2%) sedangkan penghasilan ≥Rp. 3.000.000,- sebanyak 39 orang (84,8%).

Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi

dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan

merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih

pangan yang bermutu gizi baik dan beragam.

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga yang berpenghasilan cukup atau

tinggi lebih mudah dalam menentukan pilihan pangan yang baik. Suhardjo

(2008) menyatakan bahwa pada umumnya jika pendapatan meningkat maka

jumlah dan jenis pangan akan membaik. Apabila penghasilan keluarga

meningkat, biasanya penyediaan lauk pauk meningkat mutunya. Dengan

meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah perubahan-perubahan dalam

susunan makanan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam

kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan itu mahal. Tingkat pendapatan

juga menentukan pola konsumsi pangan atau jenis pangan yang akan dibeli.

Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian pendapatan tambahannya

Page 82: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

70

untuk pangan, sedangkan pada orang kaya porsi pendapatan untuk pembelian

pangan lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula persentase

pertambahan pembelanjaan termasuk untuk buah-buahan, sayur dan jenis pangan

lain.

2. Gambaran Karakteristik Bayi

Distribusi bayi menurut umur menunjukkan distribusi tertinggi adalah

berusia 12-24 bulan, yaitu 20 anak (43,5%). Usia 0-24 bulan merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai

periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila

pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh

kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak

memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan

berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi

dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for

Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal

penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada

bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya

air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai

bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP

ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan

pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut

menekankan, secara sosial budaya MP ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan

Page 83: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

71

yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Depkes

RI, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 20 bayi berjenis kelamin laki-laki dan

26 bayi perempuan. Jika dilihat pada jumlah distribusi bayi di wilayah kerja

tersebut, jumlah bayi perempuan lebih banyak dibandingkan bayi laki-laki.

3. Status Gizi

Hasil penelitian tentang status gizi menunjukkan sebagian besar memiliki

status gizi normal yaitu sebanyak 36 bayi dan anak (78,3%) yang terdiri dari 9

bayi pada kelompok umur 6-8 bulan, 10 bayi pada kelompok umur 9-11 bulan,

dan 17 anak pada kelompok umur 12-24 bulan. Namun, terdapat 10 bayi dan

anak (21,7%) memiliki status gizi gemuk yang terdiri dari 3 bayi pada kelompok

umur 6-8 bulan, 4 bayi pada kelompok umur 9-11 bulan dan 3 anak pada

kelompok umur 12-24 bulan.

Balita adalah kelompok anak yang berumur di bawah lima tahun. Kelompok

anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif

untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya (Khomsan, 2003).

Lima tahun pertama dari kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh

kehidupan di dunia. Sumber daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis,

maupun intelegensianya berawal dari balita yang sehat. Balita adalah anak usia

dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11 bulan (Depkes, 2005).

Menurut Suhardjo (2007) status gizi adalah kondisi tubuh seseorang yang

diukur dengan cara-cara tertentu yang hasil pengukuran tersebut dibandingkan

dengan standar. Almatsier (2009), menjelaskan bahwa status gizi adalah keadaan

Page 84: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

72

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi

dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Pendapat lain

mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau

keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat

kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi

makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh

pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002).

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance),

yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan

dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009).

4. Distribusi MP ASI

Hasil penelitian terkait distribusi MP ASI oleh ibu bekerja di wilayah kerja

Puskesmas Turikale Kab. Maros, sebanyak 56,5% anak diberi MP ASI lokal

sebagai makanan tambahannya, 19,6% anak diberi MP ASI pabrikan, dan 23,9%

bayi diberi kedua-duanya. Bahan pokok MP-ASI lokal yang sebagian besar

digunakan adalah beras dan kentang yang dikombinasikan dengan lauk pauk

hewani/nabati seperti ikan, ayam, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Hasil

penelitian yang didapatkan melalui kuesioner yaitu selain bahan pokok dan lauk

pauk, bayi juga diberikan sayuran daun berupa bayam dan kangkung, dan juga

diberikan buah-buahan seperti pisang dan pepaya, dengan mengeluarkan biaya

Page 85: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

73

<Rp. 50.000,- dalam setiap harinya. Sebagian besar ibu memberikan anak

makanan yang sudah tersedia di rumah. Sebagian besar MP ASI lokal diolah

dengan cara dimasak dan dikukus. Responden merupakan ibu yang bekerja,

dimana ibu bekerja sebagian besar berada di luar rumah sekitar ±9 jam sehingga

responden hanya menitipkan anaki serta menyerahkan pemberian MP ASI

kepada keluarga lain/pengasuh anak. Dan dalam memberikan makanan

tambahan kepada anak, tidak ada responden yang memiliki pantangan suatu

makanan untuk bayinya. Sebagian besar Ibu cenderung memberikan anaknya

MP ASI Lokal karena sebagian ibu berasumsi bahwa makanan yang disajikan

sendiri di rumah itu lebih sehat dan lebih baik diberikan kepada anak dan juga

anak bisa lebih mengenal beragam jenis makanan.

Pada tahun 2005, UNICEF menganjurkan untuk memberikan MPASI yang

berasal dari bahan lokal jika kondisi memungkinkan. Makanan Pendamping ASI

buatan sendiri memiliki kandungan nutrisi yang sama dan lebih ekonomis

daripada MP-ASI buatan pabrik. Seorang ibu atau pengasuh harus lebih

memperhatikan variasi dan tekstur makanan yang dibuat (seiring dengan

berkembangnya kemampuan makan anak, konsistensi dan kekentalan makanan

semakin meningkat).

Sedangkan hasil penelitian menggunakan kuesioner untuk MP ASI pabrikan

sebagian besar ibu memakai produk bubur/biskuit SUN, Milna, dan Promina.

Semua responden memperoleh MP ASI pabrikan dengan membeli sendiri

produk yang diinginkan, biaya yang dikeluarkan juga <Rp. 50.000,- dalam

Page 86: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

74

sehari dan penyediaan MP ASI pabrikan juga hanya diseduh sehingga tidak

perlu memakan banyak waktu.

Pemberian makanan pendamping ASI mutlak dilakukan setelah bayi berusia

6 bulan, hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi bayi yang semakin tinggi seiring

bertambahnya usia bayi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan

bayi. MP ASI yang diberikan dapat berupa makanan berbasis pangan lokal.

Pemberian MP ASI berbasis pangan lokal dimaksudkan agar keluarga dapat

menyiapkan MP ASI yang sehat dan bergizi seimbang bagi bayi dan anak 6-24

bulan di rumah tangga sekaligus sebagai media penyuluhan (Kemenkes, 2014).

Penelitian Hayati dkk (2012) pada etnis banjar di kelurahan Teluk Lerong

Ilir menunjukkan pola pemberian MP ASI menurut jenisnya bervariasi seperti

makanan pabrikan, bubur nasi, kentang, biskuit, sayur, dan lauk. Rata-rata jenis

makanan pabrikan diberikan pada bayi saat pertama kali makan yaitu pada usia 3

hari, dan 2-4 bulan. Hal ini dikarenakan persepsi ibu bahwa makanan pabrikan

lebih mudah diperoleh, tidak repot, dan mudah cara menyajikannya. Selanjutnya

pada umur 6-11 bulan, bayi diberi makanan olahan lokal berupa bubur nasi atau

nasi yang dilumatkan.

5. Frekuensi Pemberian MP ASI

Hasil penelitian terkait frekuensi pemberian MP ASI yaitu sebanyak 4,3%

bayi diberi makan 2 kali sehari, 54,3% diberi makan 3 kali sehari, dan 41,3%

diberi makan >4-5 kali sehari. Jika dilihat berdasarkan kesesuaian frekuensi

pemberian MP ASI dengan usia bayi dan anak masih ada yang belum sesuai

dengan ketentuan pemberian MP ASI berdasarkan usia. Berdasarkan Kemenkes

Page 87: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

75

RI (2011) pada usia 6-8 bulan, bayi seharusnya diberikan makanan 3 kali sehari

bersama ASI namun data yang didapatkan 8 bayi yang sesuai, terdapat 1 bayi

yang hanya diberikan MP ASI sebanyak 2 kali sehari, dan terdapat 3 bayi yang

diberikan MP ASI sebanyak lebih 4 hingga 5 kali sehari. Kemudian pada usia 9-

11 bulan, bayi seharusnya diberikan 3 kali sehari serta 2 kali makanan selingan

bersama ASI namun data yang didapatkan 5 bayi yang sesuai, terdapat 1 bayi

yang hanya diberikan MP ASI sebanyak 2 kali sehari, dan terdapat 8 bayi yang

diberikan MP ASI sebanyak lebih 4 hingga 5 kali sehari. Selanjutnya, usia 12-24

frekuensinya juga sama dengan usia 9-11 bulan namun yang membedakan

adalah jumlah porsinya. Terdapat 12 anak yang diberikan makanan sesuai

dengan anjuran Kemenkes RI dengan frekuensi 3 kali sehari serta 2 kali

makanan selingan bersama ASI, terdapat 8 anak yang diberikan MP ASI

sebanyak lebih 4 kali hingga 5 kali sehari, dan pada pada usia ini sudah tidak

terdapat anak yang diberikan kurang dari 3 kali sehari. Jadi pada penelitian ini

didapatkan hasil, dari 46 bayi dan anak sebanyak 25 bayi dan anak yang sudah

diberikan sesuai dengan anjuran Kemenkes RI dan sebanyak 21 bayi anak yang

diberikan belum sesuai dengan anjuran.

Dalam booklet pesan utama pelatihan konseling pemberian makanan bayi

dan anak disampaikan bahwa pemberian MP ASI harus memperhatikan

frekuensi, jumlah, kepekatan, variasi, pemberian makan secara aktif/responsif,

dan kebersihan. Frekuensi pemberian makanan bayi di usia awal 6 bulan yaitu 2

kali sehari dengan jumlah 2-3 sendok makan setiap kali makan. Sedangkan

untuk 6-9 bulan diberikan 3 kali sehari dengan penambahan porsi setengah

Page 88: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

76

cangkir berukuran 250 ml. Selanjutnya untuk bayi berusia 9-12 bulan juga

diberikan 3 kali sehari dengan penambahan porsi setengah cangkir berukuran

250 ml (Kemenkes RI, 2014).

6. Porsi Pemberian MP ASI

Hasil penelitian terkait porsi pemberian MP ASI yaitu sebanyak 67,4%

diberi makan 3-6 sendok makan sehari, 23,9% diberi makan > 6 sendok makan

sehari, dan 8,7% diberi makan 1-2 kali sehari. Jika dilihat berdasarkan

kesesuaian porsi pemberian MP ASI dengan usia bayi dan anak masih ada yang

belum sesuai dengan ketentuan pemberian MP ASI berdasarkan usia.

Berdasarkan Depkes RI (2007) dalam pemberian porsi yang tepat adalah pada

usia enam bulan beri enam sendok makan, pada usia tujuh bulan beri tujuh

sendok makan, pada usia delapan bulan beri delapan sendok makan, pada usia

sembilan bulan beri sembilan sendok makan, dan pada usia 10 bulan, diberi 10

sendok makan, dan usia selanjutnya porsi pemberiannya menyesuaikan dengan

usia anak. Data yang didapatkan sebanyak 11 bayi dan anak usia 6-24 bulan

yang diberikan MP ASI sebanyak >6 sendok porsi sekali makan, dan sebanyak

35 bayi dan anak yang diberi <6 sendok porsi sekali makan. Jadi pada penelitian

ini didapatkan hasil bahwa hanya sebanyak 11 orang bayi dan anak yang porsi

pemberian MP ASInya sudah sesuai dengan anjuran Depkes RI.

Aminah (2011), dalam bukunya menerangkan bahwa porsi makanan

hendaknya diberikan secara bertahap, berangsur mulai dari satu sendok hingga

bertambah sesuai porsi kebutuhan bayi.

Page 89: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

77

Jenis makanan pendamping ASI (MP ASI) baik tekstur, frekuensi, dan

porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan

bayi dan anak usia 6-24 bulan. Kebutuhan energi dari makanan adalah sekitar

200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal per hari untuk bayi usia 9-

11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak usia 12-23 bulan (Depkes, 2000),

(Bowman, BA, et al, 2001).

7. Konsistensi MP ASI

Hasil penelitian terkait konsistensi/tekstur MP ASI sebanyak 2,2% bayi

diberi MP-ASI dengan tekstur lumat, sebanyak 67,4% bayi diberi MP ASI

dengan tekstur lunak, dan sebanyak 30,4% lainnya diberi MP ASI dengan

tekstur padat. Jika dilihat berdasarkan kesesuaian konsistensi atau tekstur

pemberian MP ASI dengan usia bayi dan anak masih ada yang belum sesuai

dengan ketentuan pemberian MP ASI berdasarkan usia. Berdasarkan Kemenkes

RI (2011) pada usia 6-8 bulan, bayi seharusnya diberikan makanan lumat namun

data yang didapatkan hanya 1 bayi yang sesuai dan terdapat 11 bayi yang sudah

diberikan MP ASI dengan konsistensi lunak. Kemudian pada usia 9-11 bulan,

bayi seharusnya diberikan makanan lunak namun data yang didapatkan terdapat

13 bayi yang diberikan makanan lunak dan sesuai dengan usianya. Selanjutnya,

usia 12-24 seharusnya sudah diberi makanan keluarga (padat) namun terdapat 7

bayi dan anak yang masih diberikan makanan lunak dan terdapat 13 anak yang

diberikan makanan sudah sesuai dengan anjuran Kemenkes RI dengan diberi

makanan keluarga/padat ketika sudah waktunya. Jadi pada penelitian ini

Page 90: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

78

didapatkan hasil, dari 46 bayi dan anak sebanyak 27 bayi dan anak yang sudah

diberikan MP ASI sesuai dengan anjuran Kemenkes RI.

Bayi mempunyai ukuran lambung yang kecil sehingga di usia 6 bulan bayi

dapat menerima makanan cair atau bubur encer yang akan cepat membuat bayi

kenyang. Sedangkan bayi berumur 6 bulan ke atas makanan dapat diberikan

berangsur-angsur makanan bertekstur lunak seperti bubur nasi hingga nasi lumat

(Depkes RI, 2011).

Konsistensi makanan yang tidak sesuai akan memacu kerja ginjal dan

organ pencernaan terlalu ekstra, karenanya jika bayi diberi makanan terlalu

padat dan keras tidak sesuai usia akan memicu terjadinya gizi kurang. Selain itu

usia di bawah 6 bulan ginjal dan sistem pencernaan bayi belum sempurna. Oleh

sebab itu makanan yang dikonsumsi bayi konsistensinya harus disesuaikan

(Larasati, 2011).

8. Cara Pemberian

Pada kelompok bayi dan anak usia 6-24 bulan sebanyak 46 bayi dan anak

terdapat 9 bayi dan anak (19,6%) yang diberikan MP ASI tahap 1 (mencuci

tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan, memberikan makanan sesuai

tahapan usia anak, dan tidak menyimpan makanan sisa), 20 bayi dan anak

(43,5%) yang diberikan MP ASI tahap 2 (mencuci tangan, bahan, peralatan

masak, dan alat makan, memberikan makanan sesuai apa yang tersedia, dan

tidak menyimpan makanan sisa), dan 17 bayi dan anak (37,0%) yang diberikan

MP ASI tahap 3 (mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan,

memberikan makanan sesuai keinginan anak, dan tidak menyimpan makanan

Page 91: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

79

sisa). Hasilnya, hanya sebanyak 9 anak yang diberikan sesuai tahapan anjuran

Depkes RI. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat

mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang

cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan

usia dan tahap perkembangan anak).

Menurut Depkes RI (2007) pemberian makanan pendamping ASI pada

anak yang tepat dan benar adalah yaitu selalu mencuci tangan sebelum mulai

mempersiapkan makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak dengan

daging, telur, atau ikan mentah, dan sebelum memberi makanan pada bayi atau

anak. Selain itu, juga mencuci tangan bayi atau anak. Dan peralatan makan bayi

atau anak, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum

digunakan oleh bayi atau anak.

9. Distribusi Analisis Pemilihan MP ASI, Frekuensi, Porsi, Konsistensi, dan

Cara Pemberian MP ASI yang Sesuai dan Tidak Sesuai Menurut Anjuran

Kemenkes dengan Status Gizi

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak yang

berusia lebih dari 6 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI

(Notoadmodjo, 2007). Hal ini dikarenakan ASI hanya mampu memenuhi dua

per tiga kebutuhan bayi pada usia 6-9 bulan, dan pada usia 9-12 bulan memenuhi

setengah dari kebutuhan bayi (Medise dan Sekartini, 2011).

Dalam pemberian MP ASI, yang perlu diperhatikan adalah usia pemberian

MP ASI, jenis MP ASI, frekuensi dalam pemberian MP ASI, porsi pemberian

Page 92: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

80

MP ASI, dan cara pemberian MP ASI pada tahap awal. Pemberian MP ASI yang

tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga

merangsang keterampilan makan dan merangsang rasa percaya diri pada bayi

(Depkes RI, 2005).

MP-ASI Lokal adalah makanan pendamping Air Susu Ibu yang bahan

dasarnya berasal dari bahan makanan setempat yang komposisi dan kandungan

gizinya telah disesuaikan dengan kebutuhan dan umur bayi dan anak balita umur

6-11 bulan. Penggunaan bahan makanan lokal, disamping untuk meningkatkan

berat badan balita juga untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita untuk

menyiapkan dan menyususn menu yang baik bagi anaknya disesuaikan dengan

sosial budaya maupun bahan makanan lokal yang paling banyak di dapatkan di

daerah tempat tinggalnya (Suhardjo,1989).

MP-ASI Pabrikan adalah Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang proses

pembuatannya diolah oleh pabrik dengan komposisi dan kandungan gizi yang

sudah disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi balita. Seperti MP-ASI

Lokal, MP-ASI pabrikan juga diberikan kepada bayi dan anak balita umur 6-24

bulan dari keluarga miskin dengan tujuan untuk meningkatkan berat badan anak

balita, memperbaiki status gizi dan mempertahankan status gizi.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 26 bayi dan

anak yang diberikan MP ASI lokal, terdapat 4 bayi dan anak (15,4%) yang

memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 22 bayi dan anak (84,6%) yang

memiliki status gizi normal. Dari 9 bayi dan anak yang diberikan MP ASI

pabrikan, terdapat 2 bayi dan anak (22,2%) yang memiliki status gizi gemuk dan

Page 93: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

81

sebanyak 7 bayi dan anak (77,8%) yang memiliki status gizi normal. Dan dari 11

bayi dan anak yang diberikan MP ASI lokal dan pabrikan (campur), terdapat 4

anak dan bayi (36,4%) yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 7 anak

dan bayi (63,6%) yang memiliki status gizi normal. Jika dilihat dari hasil

penelitian yang ditemukan memiliki status gizi gemuk cenderung pada anak

yang diberikan MP ASI lokal. Hal tersebut disebabkan karena pembuatan MP

ASI lokal lebih sulit dalam menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai dalam

penyajian, misalnya dalam hal takaran, kuantitas dan kualitas bahan itu tidak

diketahui pasti, apalagi responden memiliki jam kerja yang cukup lama sehingga

memungkinkan responden tidak memiliki waktu untuk membuat MP ASI.

Meskipun menggunakan bahan lokal merupakan salah satu proses untuk

membantu anak dalam pengenalan makanan yang beragam dan sehat namun hal

tersebut belum menjamin anak dapat tumbuh sehat karena MP ASI seharusnya

diberikan sesuai kebutuhan yang dianjurkan.

Pemberian makanan yang cukup pada periode awal kehidupan merupakan

hal yang vital bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa penelitian

telah membuktikan bahwa pemberian nutrisi dan pola konsumsi makanan

mempunyai dampak jangka panjang terhadap risiko terjadinya obesitas di

kemudian hari, juga diabetes melitus tipe 2, hipertensi dan gangguan

kardiovaskular (Fitriana dkk, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 27 bayi dan

anak yang diberikan MP ASI ≤3 kali sehari, semuanya memiliki status gizi

normal. Jika dilihat dari hasil penelitian yang ditemukan memiliki status gizi

Page 94: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

82

gemuk cenderung pada anak yang diberikan MP ASI >4-5 kali sehari. Bayi dan

anak usia 6-24 bulan seharusnya diberikan MP ASI sebanyak 3 kali sehari saja,

jika berlebihan akan berdampak pada status gizi bayi.

Sejalan dengan Irianto dan Waluyo (2004), apabila dalam pemberian

makanan pendamping ASI terlalu berlebihan atau diberikan lebih dari tiga kali

sehari, maka sisa bahan makanan yang tidak digunakan untuk pertumbuhan,

pemeliharaan sel, dan energi akan diubah menjadi lemak. Sehingga apabila anak

kelebihan lemak dalam tubuhnya, dimungkinkan akan mengakibatkan alergi atau

infeksi dalam organ tubuhnya dan bisa mengakibatkan kelebihan berat badan

(obesitas).

Menurut Depkes RI (2007) frekuensi dalam pemberian makanan

pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari. Pemberian

makanan pendamping ASI dalam frekuensi yang berlebihan atau diberikan lebih

dari tiga kali sehari, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya diare.

Masalah tumbuh kembang pada bayi dan anak <2 tahun sebagian besar

dipengaruhi oleh pemberian makanan tambahan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan bayi. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi bayi adalah

pemberian makanan. Pemberian makanan yang tidak sesuai dapat menyebabkan

terjadinya kekurangan gizi dan pemberian yang berlebihan akan terjadi

kegemukan (obesitas) (Septiana, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 4 bayi dan

anak yang diberikan MP ASI sebanyak 1-2 sendok, semuanya memiliki status

gizi normal (100%). Dari 31 bayi dan anak yang diberikan MP ASI sebanyak 3-

Page 95: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

83

6 sendok, terdapat 4 bayi dan anak (12,9%) yang memiliki status gizi gemuk dan

sebanyak 27 bayi dan anak (87,1%) yang memiliki status gizi normal. Dan dari

11 bayi dan anak yang diberikan MP ASI sebanyak >6 sendok, terdapat 6 anak

dan bayi (54,5%) yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 5 anak dan bayi

(45,5%) yang memiliki status gizi normal. Jika dilihat dari hasil penelitian yang

ditemukan memiliki status gizi gemuk cenderung pada bayi dan anak yang

diberikan MP ASI sebanyak >6 sendok.

Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi

yang melebihi kebutuhan. Biasanya terjadi pada anak yang cepat merasa lapar

dan tidak mau menahan rasa laparnya. Konsumsi makanan sehari-hari dapat

dilihat berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Banyak

atau sedikitnya zat gizi yang dikonsumsi melalui makanan menentukan status

gizi seseorang. Dapat dikatakan bahwa konsumsi makanan merupakan faktor

langsung yang berpengaruh terhadap status gizi. Kelebihan konsumsi makanan

yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dan aktivitas

yang kurang menyebabkan timbulnya kegemukan/obesitas (Rahmawati, 2009).

Menurut Indiarti (2008) taraf perkembangan antara bayi yang satu dengan

bayi yang lain berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut ibu harus memperhatikan

sampai dimana perkembangan si kecil. Jadi banyaknya pemberian MP ASI pada

bayi harus memperhatikan keadaan pengosongan lambung bayi, sehingga jumlah

MP ASI yang diberikan sesuai dengan taraf perkembangan bayi.

Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan

secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah dan

menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan

Page 96: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

84

rasa. Pemberian MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur

cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lunak, makanan

lembik dan akhirnya makanan padat demi sedikit dalam bentuk encer secara

berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental sampai padat (Jumiyati, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 1 bayi dan

anak yang diberikan MP ASI lumat, semuanya memiliki status gizi normal

(100%). Dari 31 bayi dan anak yang diberikan MP ASI lunak, terdapat 7 bayi

dan anak (22,6%) yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 24 bayi dan

anak (77,4%) yang memiliki status gizi normal. Dan dari 14 bayi dan anak yang

diberikan MP ASI padat/makanan keluarga, terdapat 3 anak dan bayi (21,4%)

yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 11 anak dan bayi (78,6%) yang

memiliki status gizi normal. Jika dilihat dari hasil penelitian yang ditemukan

memiliki status gizi gemuk cenderung pada bayi dan anak yang diberikan MP

ASI lunak. Hal tersebut terjadi karena pada saat pemberian, ibu tidak

memperhatikan frekuensi dan porsi pemberian makanan pada bayi dan anak.

Konsistensi harus disesuaikan dengan usia pemberian karena ukuran lambung

bayi dan anak berbeda dan pencernaan bayi dan anak masih belum bisa bekerja

lebih berat. Seiring pertumbuhan usia, tekstur makanan anak akan berubah

karena semakin bertambahnya usia, pencernaan mulai menyempurna.

Konsistensi makanan yang tidak sesuai akan memacu kerja ginjal dan

organ pencernaan terlalu ekstra, karenanya jika bayi diberi makanan terlalu

padat dan keras tidak sesuai usia akan memicu terjadinya gizi kurang. Selain itu

usia di bawah 6 bulan ginjal dan sistem pencernaan bayi belum sempurna. Oleh

Page 97: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

85

sebab itu makanan yang dikonsumsi bayi konsistensinya harus disesuaikan

(Larasati, 2011).

Pada usia di atas 6 bulan makanan yang diberikan adalah makanan lunak

(bubur nasi atau nasi yang dipirik atau dilumatkan) yang diberikan dalam bentuk

sedang (kental). Penelitian sejenis oleh Fathurrahman (2010), tentang faktor

yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi oleh ibu-ibu pedesaan

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diketahui bahwa proporsi bayi yang telah

diberi MP-ASI di pedesaan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah 38,8%. Bayi-

bayi di pedesaan sudah mulai diberii MP-ASI pada bulan keempat (33%),

bahkan ada 15.0% yang diberi pada bulan ke-1. Jenis MP-ASI yang diberikan di

samping susu fomula juga diberikan makanan tradisional berupa makanan Iumat

(bubur nasi), makanan lembik (ketupat, nasi lembik). Menurut Depkes RI

(2011), anak mempunyai ukuran lambung yang kecil. Makanan cair atau bubur

encer akan cepat membuat anak kenyang.

Pada kelompok bayi dan anak usia 6-24 bulan sebanyak 46 bayi dan anak

terdapat 9 bayi dan anak (19,5%) yang diberikan MP ASI tahap 1 (mencuci

tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan, memberikan makanan sesuai

tahapan usia anak, dan tidak menyimpan makanan sisa), 20 bayi dan anak

(43,5%) yang diberikan MP ASI tahap 2 (mencuci tangan, bahan, peralatan

masak, dan alat makan, memberikan makanan sesuai apa yang tersedia, dan

tidak menyimpan makanan sisa), dan 17 bayi dan anak (37,0%) yang diberikan

MP ASI tahap 3 (mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan,

memberikan makanan sesuai keinginan anak, dan tidak menyimpan makanan

Page 98: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

86

sisa). Hasilnya, hanya sebanyak 9 anak yang diberikan sesuai tahapan anjuran

Depkes RI. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat

mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang

cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan

usia dan tahap perkembangan anak). Pada anak yang diberikan sesuai tahapan

semuanya memiliki status gizi normal

Dalam booklet pesan utama pelatihan konseling pemberian makanan bayi

dan anak disampaikan bahwa pemberian MP ASI sebaiknya memperhatikan

PHBS untuk menghindari diare dan penyakit lainnya. Cuci tangan dengan sabun

sebelum menyiapkan makanan dan memberi makan bayi, mencuci tangan

dengan sabun setelah ke toilet dan setelah membersihkan kotoran bayi. Dan beri

makan bayi dengan tangan, peralatan dan cangkir yang bersih. Sebaiknya

gunakan sendok dan cangkir yang bersih untuk memberikan makanan dan cairan

kepada bayi. Jangan menggunakan botol, kempeng atau cangkir dot karena

peralatan tersebut sulit dibersihkan dan bisa menyebabkan bayi sakit

(Kemenkes, 2014).

Responden bukan berasal dari keluarga miskin, sedangkan tingkat

penghasilan seseorang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan. Pendapatan

yang lebih tinggi akan mendukung perbaikan kesehatan dan gizi anggota

keluarga, hal ini berkaitan dengan meningkatnya daya beli keluarga tersebut.

Pendapatan keluarga yang rendah mengakibatkan daya beli terhadap pangan

yang berkualitas menjadi rendah, akibatnya status gizi anggota keluarga

terutama anak-anak akan menurun.

Page 99: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

87

Berdasarkan Booklet pesan utama pemberian makan bayi dan anak terkait

pemenuhan praktik pemberian MP-ASI yang tepat jumlah, frekuensi,

tekstur/kepekatan, dan porsi/jumlah, dapat diusahakan dengan bersabar dan

memberikan dorongan agar bayi ingin makan, jangan memaksa bayi untuk

makan, dan gunakan piring tersendiri untuk memastikan bayi makan semua

makanan yang diberikan.

10. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang

dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun

keterbatasan tersebut antara lain: Peneliti tidak melakukan observasi langsung

saat pembuatan MP ASI sehingga tidak diketahui secara pasti apakah responden

membuat MP ASI sesuai dengan prosedur.

Page 100: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

88

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. MP ASI yang paling banyak digunakan oleh ibu bekerja di wilayah kerja

Puskesmas Turikale Kab. Maros adalah MP ASI lokal (56,5%) dan yang paling

sedikit adalah MP ASI lokal-pabrikan (19,6%)

2. Frekuensi pemberian MP ASI yang terbanyak adalah 3 kali sehari (54,3%) dan

yang paling sedikit adalah 2 kali sehari (4,3%) dan terdapat 25 bayi dan anak

(54,3%) yang frekuensi pemberiannya sudah sesuai dengan anjuran dan

sebanyak 21 bayi dan anak (45,7%) yang frekuensi pemberiannya belum sesuai

anjuran dan semuanya memiliki status gizi normal.

3. Porsi pemberian MP ASI yang terbanyak adalah 3-6 sendok sekali makan

(67,4%) dan yang paling sedikit adalah 1-2 sendok sekali makan (8,7%) dan

terdapat 11 bayi dan anak (23,9%) yang porsi pemberiannya sudah sesuai

dengan anjuran. Terdapat 5 anak (45,5%) yang memiliki status gizi normal dan 6

anak (54,5%) yang memiliki status gizi gemuk .

4. Konsistensi pemberian MP ASI yang terbanyak adalah makanan lunak (67,4%)

dan yang paling sedikit adalah makanan lumat (2,2%) dan terdapat 27 bayi dan

anak yang konsistensi pemberiannya sudah sesuai dengan anjuran. Terdapat 22

anak (81,5%) yang memiliki status gizi normal dan 5 anak (18,5%) yang

memiliki status gizi gemuk.

Page 101: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

89

5. Cara pemberian MP ASI yang terbanyak adalah tahap 2 yaitu mencuci tangan,

bahan, peralatan masak, dan alat makan, memberikan makanan sesuai apa yang

tersedia, dan tidak menyimpan makanan sisa, sebanyak 20 bayi dan anak

(43,5%). Namun yang memberikan sesuai anjuran hanya 9 bayi dan anak dan

semuanya memiliki status gizi normal.

B. Saran

1. Sebaiknya dalam melakukan penelitian terkait MP ASI selain menggunakan

kuesioner sebagai instrumen penelitian juga sebaiknya dilakukan observasi

dalam hal ini dengan meninjau langsung/melihat langsung proses pembuatan

atau pun pemberian MP ASI tersebut.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi terkait dengan MP ASI.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan yang ada pada tiap MP

ASI sehingga bisa diketahui apakah MP ASI tersebut sudah sesuai untuk

dikonsumsi atau tidak untuk anak usia 6-24 bulan.

Page 102: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

90

DAFTAR PUSTAKA

Agnes. 2008. Cakupan Program Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dinilai Masih

Terbata. Jakarta : Kompas.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aminah S, Nurhidajah. 2009. Kajian Potensi Campuran Tepung Kecambah Kacang

Kacangan dan Tepung Kecambah Serealia Sebagai Formula Makanan

Pendamping ASl. Jurnal Visikes, 2009;8 (2)..

Arini. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). [online].

http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27makanan-pendamping-asi-mp-

asi/ [diakses 21 April 2017].

Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. [online]

www.gizi.net/kep/download/makalah-wnpg8.doc [diakses 21 April 2017].

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. 2005. Pedoman Pendataan Survei Penduduk

Antar Sensus 2005. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik.

Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Barasi, M. 2007. Nutrition at a Glance. Penerjemah: Hermin. 2009. At a Glance: Ilmu

Gizi. Jakarta: Erlangga.

Bittikaka, Fransiska. 2011. Hubungan Karakteristik Keluarga, Balita dan Kepatuhan

dalam Berkunjung ke Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Kota

Baru Abepura Jayapura. Tesis. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Brooks, J. 2011. The Process of Parenting. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Brown, Judith et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle, Thomson Wadsworth;

USA.

Page 103: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

91

Chintia. 2008. Cerdas Memberi Makanan Pendamping Bayi. [online]

http://818.blogspot.com/2008/06/cerdas-dalam-memberi-pola-makanan-html

[diakses 21 April 2017].

D, Krisnatuti & I Hastoro. 2000. Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta :

Puspa Suara.

Deba, Umar. Perbedaan Status Gizi Antara Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dengan Bayi

yang Diberi MP ASI Dini di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2011.

Jurnal Selami IPS, 2011;21 (2)

Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Jakarta : Departemen

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

Depkes RI. 2004. Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan ASI. Jakarta :

Gerakan nasional Peningkatan Penggunaan ASI..

Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air susu Ibu

(MP-ASI) Lokal. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat.

Depkes RI. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta :

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Depkes RI. 2007. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI lokal. Jakarta

: Bakti Husada.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Makassar : Dinkes Sulsel

Encyclopedia of Child’s Health, n. d., Working Mothers. [online] dari:

http://www.enotes.com/childrens-health-encyclopedia/working-mo. [diakses 24

April 2017].

Fertig, Angela. Gerhard, Glomm. Rusty, Tchernis. 2009. The Connection Between

Maternal Employment and Childhood Obesity: Inspecting the Mechanism. Rev

Econ Household 7: 227-255.

Fitriani. Dampak Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI Terhadap Status

Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan di Kecamatan Seberang Ulu I Palembang. Jurnal

Fakultas Kedokteran UNSRI, 2013;15 (4).

Gibney, M.J. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Page 104: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

92

Glick, Peter. 2002. Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health and

Schooling in Developing. New York : Cornell University.

Hayati, Ida, dkk. 2012. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi 6-11 Bulan

pada Etnis Banjar di Kelurahan Teluk Lerong Ilir. Tesis. Makassar : Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin.

Hertz, R. 2004. Professional and Managerial Women in Workplace. Work and

Leadership Test of Manhood.

Husaini, M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Cetakan VIII. Yogyakarta : Gadjah Mada.

Indiarti, M.T. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi.

Yogyakarta : Diglossia Media.

Irianto, K. dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama

Widya.

Jumiyati. 2014. Pemberian MP ASI Setelah Anak Usia 6 Bulan.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Tahun 2013. Jakarta selatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.

Krisnatuti dan Yenrina. 2008. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta:

Puspa Swara.

Lake, A. A. et al. 2006. Food shopping and preparation among the 30 somethings.

Whose job is it? British Food Journal, 108(6), pp.475–486.

Larasati, Widiya. 2011. Hubungan Antara Praktik Pemberian Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI) dan Penyakit Infeksi Kaitannya dengan Status Gizi pada Bayi

Umur 6-12 Bulan. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Page 105: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

93

Lismintari, L. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan

Pendamping ASI Dini Pada Bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Tenggarong

Seberang.

Luluk. 2005. Resiko Pemberian MP ASI Terlalu Dini. [online]

http://wrmindonesia.org/content/vew/647/ [diakses 22 April 2017].

Maharany A.G., Restu. 2010. Hubungan Jenis Asupan Makanan Pendamping ASI

Dominan dengan Perkembangan Anak Usia 6 – 24 Bulan. [Skripsi]. Surakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret.

Mawaddah. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Serta Tingkat Konsumsi Ibu

Hamil di kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Provinsi DKI Jakarta.

[online] http://google.co.id/JurnalGizidanPangan [diakses tanggal 18 April].

McIntosh, K. L.; William Bauer. 2006. Working Mothers vs Stay At Home Mothers: The

Impact on Children. Ohio : Marietta College.

Muthmainnah, Fithriatul. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan

Ibu dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu di Puskesmas

Pamulang. Jakarta : Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syahid.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

OECD. 2001. Labor Statistics: Working Mother., [online] dari:

http://www.nationmaster.com/graph/lab_wor_mot-labor-working-mothers

[diakses 24 April 2017].

Pibriyanti, Kartika dan Atmojo Dwi. 2014. Hubungan Tekstur Makanan Pendamping

ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas Trucuk I

Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Semarang : STIKES Ngudi Waluyo.

Pudjiadi. (2008). Ilmu gizi pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Rahmawati, Rita. 2014. Gambaran Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

Page 106: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

94

Tahun 2014. [Skripsi]. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Reynolds et.al. 2003. FI Research Summary: Fathers, Mothers, Work, And Family.

[online] http://www.fatherhoodinstitute.org/2011/fi.research-summaryfathers-

mothers-work-and-family.html [diakses pada tanggal 21 April 2017].

Rosidah, D. 2004. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta: EGC

Sekartini Rini, Bernie. E. Medise. Buku Pintar Bayi, Jakarta: Pustaka Bunda; 2011

Sembiring T. 2009. Ragam Pediatrik Praktis. Medan: Universitas Sumatera Utara

Press.

Septiana, Rika, dkk.. 2010. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. KESMAS, Vol. 4, No. 2, Tahun 2010,

76-143.

Soekirman, 2010. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat, Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Soraya. 2005. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini [online]

http://www.bayikita.wordpress.com [diakses 7 April 2017].

Suhardjo. 2009. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardjo, Kusharto Clara M. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.

Suhardjo, dkk. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia-

Press.

Tjaja, Ratna P. 2000. Wanita Bekerja dan Implikasi Sosial. Naskah No. 20, Juni-

Juli 2000.

UNICEF. 2010. At A Glance: Indonesia. [online] dari: http://www.unicef.org [diakses

24 April 2017].

Page 107: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

95

Vita, K., & Abas B. 2003. Studi Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI) Terhadap Tingkat Pertumbuhan Anak Umur 5 Bulan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, 26 (1), hal. 1-10.

Wawan dan Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO. 2002. Pemberian Makanan Tambahan, Jakarta: EGC.

WHO. 2011. Nutrition: Complementary Feeding. [online]

http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/., [diakses 11

April 2017].

WHO. 2016. Nutrition: Complementary Feeding. [online]

http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/. [diakses 11

April 2017].

Wickrama, dkk. 2013. Adolencent Family Experiences and Educational Attainment

during Early Adulthood. [online]

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2735855. [diakses tanggal 20

September 2017].

Winarno, F.G. 1990. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Wulandari, Melly. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan

Prelakteal. [Skripsi]. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Yogi. 2014. Pengaruh Pola Pemberian ASI dan Pola Makanan Pendamping ASI

Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 bulan. [online] https://scolar.google.co.id

[diakses tanggal 19 April 2017].

Page 108: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 109: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

No. Responden:

Tgl. Pengisian:

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS MP-ASI PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TURIKALE KABUPATEN MAROS

TAHUN 2017

A. Karakteristik Responden

1. Nama Ibu:

2. Alamat:

3. Umur Ibu:

4. Pekerjaan:

5. Pendidikan terakhir:

6. Berapa jam Ibu berada di luar rumah …… Jam (pertanyaan khusus ibu)

7. Penghasilan keluarga satu bulan terakhir… Rp. ….

8. Lokasi kerja:

9. Jarak lokasi kerja dari rumah:

B. Karakteristik Bayi

1. Nama bayi:

2. Umur:

3. BB/TB:

4. BB/PB:

B. KUESIONER TENTANG PEMILIHAN MP ASI

1. Jenis MP-ASI apakah yang anda berikan kepada anak anda?

a. MP-ASI Lokal

Page 110: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

b. MP-ASI Pabrikan (Dapur Ibu)

c. Lainnya...

2. Mengapa ibu memberikan bayi makanan pendamping ASI?

a. Agar anak tidak rewel dan canggung

b. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak sesuai dengan

pertambahan umurnya

c. Mengatasi rasa lapar pada anak karena ASI tidak cukup

d. Merupakan anjuran dari keluarga/petugas kesehatan/teman

e. Lainnya...

(Pertanyaan no. 3 – 9 Jika menggunakan MP ASI Lokal)

3. Tekstur atau bentuk makanan seperti apakah yang anda berikan kepada

bayi anda?

a. Lumat

Contoh:

i. Nasi tim saring

ii. Bubur sum-sum

iii. Buah saring

iv. …………..(lainnya)

b. Lunak

Contoh:

i. Bubur nasi

ii. Bubur ayam

iii. Nasi tim

iv. ……………(lainnya)

c. Makanan padat/keluarga

Contoh:

i. Nasi + Lauk pauk

ii. Buah-buahan

iii. Lontong + Lauk pauk

iv. ………………(lainnya)

4. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh MP ASI dalam

sehari?

Page 111: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

a. <Rp. 50.000,- (Nominal….)

b. Rp. 50.000,-

c. >Rp. 50.000,- (Nominal….)

d. Tidak ada

5. Bahan pokok seperti apa yang lebih sering anda gunakan untuk MP ASI

anak anda?

a. Beras

b. Ubi

c. Kentang

d. Mie

e. Lainnya….

6. Lauk pauk hewani seperti apa yang lebih sering anda gunakan untuk MP

ASI anak anda?

a. Ikan

b. Daging ayam

c. Daging sapi

d. Telur

e. Lainnya...

7. Lauk pauk nabati seperti apa yang lebih sering anda gunakan untuk MP

ASI anak anda?

a. Tahu

b. Tempe

c. Tauco

d. Kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, dsb)

e. Lainnya...

Page 112: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

8. Sayuran seperti apa yang lebih sering anda gunakan untuk MP ASI anak

anda?

a. Sayuran daun (bayam, kangkung, sawi dsb.)

b. Sayuran umbi (kentang, wortel, lobak, dsb.)

c. Biji-bijian (kacang polong, jagung, petai, dsb.)

d. Sayuran bunga (brokoli, bunga kol, dsb.)

e. Lainnya…

9. Buah-buahan seperti apa yang lebih sering anda gunakan untuk MP ASI

anak anda?

a. Pisang

b. Pepaya

c. Apel

d. Melon

e. Lainnya...

(Pertanyaan no. 11 – 14 Jika menggunakan MP ASI Pabrikan )

10. Berasal dari manakah MP ASI Pabrikan yang ibu berikan kepada anak?

a. Program pemerintah (dari puskesmas setempat, dsb.)

b. Dibeli sendiri oleh ibu

c. Lainnya…

11. Apa jenis MP ASI Pabrikan yang ibu berikan kepada anak?

a. Biscuit

b. Bubur instan

c. Lainnya….

12. Apa merk MP ASI Pabrikan yang ibu berikan?

a. Milna

b. Promina

c. Nestle

d. SUN

Page 113: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

e. Lainnya…

13. Tekstur atau bentuk makanan seperti apakah yang anda berikan kepada

bayi anda?

a. Lumat

b. Lunak

c. Makanan padat/keluarga

14. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh MP ASI dalam

sehari?

a. <Rp. 50.000,- (Nominal…)

b. Rp. 50.000,-

c. >Rp. 50.000,- (Nominal…)

d. Tidak ada

15. Bagaimana cara ibu mengolah MP ASI?

a. Masak

b. Mengukus

c. Menggoreng

d. Menyeduh

e. Lainnya...

16. Berapa kali anda memberikan makanan utama kepada bayi anda setiap

harinya?

a. 2 kali sehari

b. 3 kali sehari

c. >4-5 kali sehari

d. ……………..

17. Apakah anda memberikan makanan selingan selain dari makanan utama

pada bayi anda?

a. Ya

b. Tidak

Page 114: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

18. Jika iya, berapa kali anda memberikan makanan selingan untuk anak anda

dalam sehari?

a. 2 kali sehari

b. 3 kali sehari

c. >3 kali sehari

d. ……………..

19. Berapa banyak porsi makanan yang anda berikan kepada bayi anda dalam

sekali makan?

a. 1-2 sendok makan penuh

b. 3-6 sendok makan penuh

c. >6 sendok makan penuh

d. ……………..(lainnya)

20. Bagaimana tahapan cara pemberian yang anda lakukan pada saat memberi

MP ASI?

a. Tahap 1 (Mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan,

memberikan makanan sesuai tahapan usia anak, dan tidak

menyimpan makanan sisa).

b. Tahap 2 (Mencuci tangan, bahan, peralatan masak, dan alat makan,

memberikan makanan sesuai apa yang tersedia, dan tidak

menyimpan makanan sisa).

c. Tahap 3 (Mencuci tangan, bahan, peralatan masak dan alat makan,

memberikan makanan sesuai keinginan anak, dan tidak menyimpan

makanan sisa).

21. Alat makan apa yang digunakan untuk memberikan MP ASI kepada bayi?

a. Menggunakan tangan saja

b. Menggunakan sendok makan khusus bayi

c. Menggunakan sendok makan biasa

d. Lain-lain, sebutkan…

22. Siapa yang memberikan MP ASI kepada anak anda?

a. Ibu

Page 115: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

b. Ayah

c. Keluarga yang lain

d. Lainnya...

23. Apa alasan ibu dalam memilih makanan yang diberikan kepada bayi?

a. Karena makanan tersebut sudah tersedia

b. Karena kepercayaan turun-temurun

c. Karena anjuran dari petugas kesehatan

d. Lainnya...

24. Apakah ada jenis makanan yang dipantangkan bagi bayi ibu?

a. Ada (Jika ada, sebutkan)

b. Tidak ada

Page 116: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

HASIL ANALISIS DATA SPSS

Kategori_umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

20-25 tahun 1 2.2 2.2 2.2

26-30 tahun 8 17.4 17.4 19.6

31-35 tahun 28 60.9 60.9 80.4

36-40 tahun 6 13.0 13.0 93.5

>40 3 6.5 6.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

Kategori_penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

< 3 juta 7 15.2 15.2 15.2

> 3 juta 39 84.8 84.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

S1 31 67.4 67.4 67.4

S2 3 6.5 6.5 73.9

SMA/Sederajat 4 8.7 8.7 82.6

DIII 7 15.2 15.2 97.8

DII 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

PNS (Guru) 8 17.4 17.4 17.4

PNS (Petugas Kesehatan) 10 21.7 21.7 39.1

PNS (Pemda) 28 60.9 60.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

Page 117: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 20 43.5 43.5 43.5

Perempuan 26 56.5 56.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

umur_bayi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

6-8 12 26.1 26.1 26.1

9-11 14 30.4 30.4 56.5

12-24 20 43.5 43.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

umur_bayi * Z_Score Crosstabulation

Z_Score Total

-2 SD s.d. 2 SD

(Normal)

> 2 SD (Gemuk)

umur_bayi

6-8 Count 9 3 12

% within umur_bayi 75.0% 25.0% 100.0%

9-11 Count 10 4 14

% within umur_bayi 71.4% 28.6% 100.0%

12-24 Count 17 3 20

% within umur_bayi 85.0% 15.0% 100.0%

Total Count 36 10 46

% within umur_bayi 78.3% 21.7% 100.0%

Page 118: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

umur_bayi * Z_Score Crosstabulation

Z_Score Total

-2 SD s.d. 2 SD

(Normal)

> 2 SD (Gemuk)

umur_bayi

6-8 Count 9 3 12

% within umur_bayi 75.0% 25.0% 100.0%

9-11 Count 10 4 14

% within umur_bayi 71.4% 28.6% 100.0%

12-24 Count 17 3 20

% within umur_bayi 85.0% 15.0% 100.0%

Total Count 36 10 46

% within umur_bayi 78.3% 21.7% 100.0%

umur_bayi * Jenis MP ASI Crosstabulation

Jenis MP ASI Total

MP-ASI Lokal MP-ASI

Pabrikan

Lainnya

umur_bayi

6-8 Count 3 6 3 12

% within umur_bayi 25.0% 50.0% 25.0% 100.0%

9-11 Count 3 3 8 14

% within umur_bayi 21.4% 21.4% 57.1% 100.0%

12-24 Count 20 0 0 20

% within umur_bayi 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

Total Count 26 9 11 46

% within umur_bayi 56.5% 19.6% 23.9% 100.0%

Page 119: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

umur_bayi * Tekstur makanan Crosstabulation

Tekstur makanan Total

Lumat Lunak Makanan

padat/makanan

keluarga

umur_bayi

6-8 Count 1 11 0 12

% within umur_bayi 8.3% 91.7% 0.0% 100.0%

9-11 Count 0 13 1 14

% within umur_bayi 0.0% 92.9% 7.1% 100.0%

12-24 Count 0 7 13 20

% within umur_bayi 0.0% 35.0% 65.0% 100.0%

Total Count 1 31 14 46

% within umur_bayi 2.2% 67.4% 30.4% 100.0%

umur_bayi * Frekuensi pemberian Crosstabulation

Frekuensi pemberian Total

2 kali sehari 3 kali sehari >4-5 kali sehari

umur_bayi

6-8 Count 1 8 3 12

% within umur_bayi 8.3% 66.7% 25.0% 100.0%

9-11 Count 1 5 8 14

% within umur_bayi 7.1% 35.7% 57.1% 100.0%

12-24 Count 0 12 8 20

% within umur_bayi 0.0% 60.0% 40.0% 100.0%

Total Count 2 25 19 46

% within umur_bayi 4.3% 54.3% 41.3% 100.0%

Page 120: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

umur_bayi * Porsi makanan dalam sekali makan Crosstabulation

Porsi makanan dalam sekali makan Total

1-2 sendok 3-6 sendok >6 sendok

makan sendok

umur_bayi

6-8 Count 3 6 3 12

% within umur_bayi 25.0% 50.0% 25.0% 100.0%

9-11 Count 0 11 3 14

% within umur_bayi 0.0% 78.6% 21.4% 100.0%

12-24 Count 1 14 5 20

% within umur_bayi 5.0% 70.0% 25.0% 100.0%

Total Count 4 31 11 46

% within umur_bayi 8.7% 67.4% 23.9% 100.0%

umur_bayi * Tahapan cara pemberian yang anda lakukan pada saat memberi MP ASI Crosstabulation

Tahapan cara pemberian yang anda lakukan pada

saat memberi MP ASI

Total

Tahapan 1 Tahapan 2 Tahapan 3

umur_bayi

6-8 Count 2 7 3 12

% within umur_bayi 16.7% 58.3% 25.0% 100.0%

9-11 Count 3 6 5 14

% within umur_bayi 21.4% 42.9% 35.7% 100.0%

12-24 Count 4 7 9 20

% within umur_bayi 20.0% 35.0% 45.0% 100.0%

Total Count 9 20 17 46

% within umur_bayi 19.6% 43.5% 37.0% 100.0%

Page 121: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 122: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …
Page 123: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …
Page 124: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …
Page 125: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Syahruni Fadilah

2. Tempat / Tgl Lahir : Babang / 12 Juli 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : BTP Blok C no. 114

7. E-mail : [email protected]

8. No. HP : 0821-8754-5028

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. TK Islam Al-Ikhlas Ende, Nusa Tenggara Timur

b. SDN 81 Langkanae (sekarang SDN 12) Palopo, Sulawesi Selatan

c. MTsN Model Palopo, Sulawesi Selatan

d. SMAN 3 Palopo, Sulawesi Selatan

e. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan

Page 126: SKRIPSI ANALISIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA …

2. Pendidikan Non Formal

a. Forum Mahasiswa Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin Makassar

b. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin Makassar

c. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin Makassar Cabang Makassar Timur

d. Purna Paskibraka Indonesia Sulawesi Selatan

e. Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia