GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1425/1/KTI...

72
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi OLEH RASNA NIM. P00331018108 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN DIII GIZI 2019

Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1425/1/KTI...

  • GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA TENTANG

    PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS SANGIA WAMBULU

    KABUPATEN BUTON TENGAH

    TUGAS AKHIR

    Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan

    Pendidikan Diploma III Gizi

    OLEH

    RASNA

    NIM. P00331018108

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN DIII GIZI

    2019

  • 1

    GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA TENTANG

    PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH

    RINGKASAN

    Rasna

    Di bawah bimbingan Hj. Fatmawati dan Rofiqoh

    Latar Belakang : Air susu ibu adalah makanan paling baik untuk bayi karena mempunyai

    komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawinya untuk kebutuhan bayi, dan dapat

    melindungi bayi dari infeksi dan kekurangan gizi. Air susu ibu mulai diberikan sejak bayi lahir

    dan sampai usia 6 bulan air susu ibu masih mencukupi kebutuhan gizi bayi, bayi tidak perlu

    diberi minuman atau makanan lain selain ASI (ASI eksklusif ) sebelum usia 6 bulan. Data

    pemberian ASI eksklusif di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 sebanyak 55,56%, dan

    untuk Kabupaten Buton Tengah 33,44%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

    pengetahuan dan perilaku ibu baduta di wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten

    Buton Tengah.

    Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan survey, yang telah

    dilaksanakan pada tanggal 24 Mei sampai 20 Juni 2019 di wilayah kerja Puskesmas Sangia

    Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Sampel pada penelitian ini adalah anak baduta usia 6 – 23

    bulan sebanyak 65 anak baduta. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random

    sampling.

    Hasil : Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar 73,8% sampel berumur 12-23 bulan.

    Jenis kelamin sampel sebagian besar 55,4% adalah perempuan. Umur 31-35 tahun

    merupakan responden terbanyak 32,3%. Pendidikan responden sebagian besar 80% adalah

    SMA, 80% pengetahuan responden berada pada kategori kurang, 58,4% perilaku responden

    berada pada kategori tidak baik, dan 61,5% responden tidak memberikan ASI eksklusif .

    Penelitian ini menyarankan perlunya penyuluhan, penyebar luasan informasi tentang ASI

    Eksklusif di tempat-tempat umum, dan disetiap posyandu, perlunya konseling ASI pada ibu

    yang baru meahirkan di wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu. Bagi peneliti selanjutnya

    dapat meneliti variabel lain dalam kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif.

    Kata kunci : pengetahuan, perilaku, umur, pendidikan, ASI eksklusif

    Daftar bacaan : 18 (2004 – 2018)

  • 2

    A DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF BADUTA’S MOTHERS

    ABOUT EXLUSIVE BREASFEEDING IN THE WORKINGAREA OF

    THE SANGIA WAMBULU COMMUNITY HEALTH CENTER

    IN CENTRAL BUTON DISTRICT

    ABSTRACT

    Rasna

    Introduction : Breast milk is the best food for babies, because it has a unique and

    perfect composition of biochemical composition for baby’s needs that can protect

    babies from infectious diseases and malnutrition. Breast milk began to be given from

    the time the baby was born and untl the age of 6 months, breast milk is still sufficient

    for the nutritional needs not need to be given drinks or other food besides breast milk

    (exclusive breastfeeding) before the age of 6 months. Data on exlusive breastfeeding in

    Southeast Sulawesi in 2017 was 55,56%, and for center buton district 33,44%. This

    study aims to determine the description of knowledge nd behavior of badutas mothers in

    the work area of the SangiaWambulu community Health Center in central Buton district

    Method : This research is a description study with asurvey design, which was

    conducted on May 24 to June 20, 2019 in the working area of SangiWambulu public

    health center in centranbuton district. The sample in this study was 65 million children

    aged 6 – 23 months, with basjta mothers as reaspondents. Sampling is done by simple

    random sampling technique. The number of samples taken proportionally at 10

    posyandu.

    Result : This study showed that the majority of 73,8% of samples were12-23 months

    old. The sexes mostly 55,4% are aged 31-35 years (32,3%). Most respiondents’

    education is 80% is high school. Respondents’ knowledge about exlusive breastfeeding

    is mostly 80% lacking. The behavior of reaspondents regarding exlusive breastfeeding

    was mostly 58,5% not good, and most of the reaspondents did not give an

    exlusivebrastfeeding 61,5%.

    The researcher suggests the need for counseling about exlusive breastfeeding both

    directly and utilizing social media, electronic media and print media as wellas

    breastfeeding counseling for newly born mothers.

    Keyword : exclusive breasfeeding, behavioral, knowledge.

  • 3

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan

    rahmat dan hidayah–Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

    dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta tentang

    Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sangia Wambulu

    Kabupaten Buton Tengah” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

    pendidikan pada Jurusan Gizi Poltekkes Kendari dapat terselesaikan.

    Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, berbagai kesulitan dan hambatan yang

    penulis rasakan namun berkat bantuan beberapa pihak sehingga pada akhirnya Karya

    Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan

    hati dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Ibu Sri Yunanci. V. Gobel, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi politeknik

    Kesehatan Kendari.

    2. Ibu .Dr. Hj.Fatmawati, SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama yang telah

    memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    3. Ibu Rofiqoh, SKM, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan

    bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    4. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kendaria tas

    segala nasehat dan ilmu yang di berikan selama ini.

    5. Kepala Puskesmas Sangia Wambulu dan staf yang telah memberikan arahan dan

    izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas Sangia Wambulu

    Kabupaten Buton Tengah.

  • 4

    6. Suami tercinta La Saluhu, AMK, kedua anak saya Devi Yunarsih, S.Kep, Ns dan

    Andry Gunawan serta kedua orang tua Saai dan Amuni yang telah memberikan

    dukungan moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di Poltekes

    Kemenkes Kendari.

    7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kendari yang tidak bias

    disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan yang tak ternilai

    harganya.

    Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis ini masih jauh dari

    kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk

    kesempurnaan penulisan sangat penulis harapkan. Atas saran dan kritikan penulis

    ucapkan banyak terima kasih.

    Semoga Karya Tulis Ilmah ini bermanfaat bagi pembaca, Amin

    Kendari, Juli 2019

    Penulis

  • 5

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. i

    RINGKASAN ....................................................................................................... ii

    ABSTRACT.......................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

    A. Tinjauan Tentang Pengetahuan .......................................................... 7

    B. Tinjauan Tentang Perilaku ................................................................. 11

    C. Tinjauan Tentang ASI Eksklusif ........................................................ 17

    D. Landasan Teori Dan Landasan Konsep ............................................. 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

    A. Jenis Penelitian ................................................................................ 32

  • 6

    B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 32

    C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 32

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................. 33

    E. Pengolahan Data ............................................................................. 34

    F. Analisa Data .................................................................................... 34

    G. Penyajian Data ................................................................................ 34

    H. Definisi Operasional ........................................................................ 34

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................

    A. Hasil .. .............................................................................................. 36

    B. Pembahasan ..................................................................................... 41

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 45

    B. Saran ............................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 46

    LAMPIRAN .....................................................................................................

  • 7

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Pengetahuan Gizi …………………………………………………….......... 11

    2. Distribusi Sampel Menurut Umum ......…………………………………....... 37

    3. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin...... …………………………........ 37

    4. Distribusi Menurut Umur Responden ……………………………………….. 38

    5. Distribusi Menurut Pendidikan Pesponden …….........…………………........ 38

    6. Distribusi Pengetahaun Responden Tentang Pemberian ASI Eksklusif......... 39

    7. Distribusi Perilaku Responden Tentang Pemberian ASI Eksklusif................ 49

    8. Ditribusi Responden Yang memberikan ASI Eksklusif …………................. 40

  • 8

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1 . Kerangka Teori ……………………………………………............................ 30

    2. Kerangka Konsep ………………………………………………... ................. 31

  • 9

    DAFTAR LAMPIRAN

    2. Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta tentang Pemberian ASI Eksklusif

    3. Master

    4. Surat Izin Penelitian

    5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

  • 10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

    mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

    dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama pada

    umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 – 6 bulan

    sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara benar setelah

    itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Tedjasaputra, 2010 dalam Sartono, 2012).

    Berdasarkan data WHO (2011) dalam Nurazizah (2012) menunjukkan

    bahwa total populasi di dunia didapatkan kurang dari 40% bayi di bawah usia 6

    bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.

    Kebijakan global (WHO dan UNICEF)dan kebijakan nasional

    merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan, kemudian

    diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak 6 bulan dan meneruskan

    pemberian ASI selama 2 tahun (Kemenkes RI, 2011).

    Secara Nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi

    dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir, dimana

    cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007

    menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif

    pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada

    tahun 2008 (Kemenkes RI, 2011).

    Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui disebabkan oleh

    faktor internal dan eksternal. Faktor internalmeliputi rendahnya pengetahuan dan

  • 11

    sikap ibu dan faktor eksternalmeliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat,

    petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor

    sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan

    anak. Para pemangku kepentingan bidang kesehatan menyimpulkan bahwa sebab

    dasar rendahnya cakupan ASI eksklusif adalah akses bayi terhadap ASI eksklusif

    yang rendah.Akses yang rendah tersebut sangat dipengaruhi oleh potensi spesifik

    ibu sebagai figur utama, yaitu perilaku ibu.Hasil kajian beberapa variabel dalam

    kaitannya dengan perilaku ibu menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan

    kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk memberikan ASI

    eksklusifpada bayinya(Prasetyono, 2009 dalam Yulianah, 2013).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianah, (2013) tentang hubungan

    pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di

    wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone menunjukkan bahwa

    pemberian ASI Eksklusif masih tergolong sangat rendah (12,5%), tingkat

    pengetahuan ibu sebagian besar kurang (64,4%),sikap ibu terhadap ASI Eksklusif

    sebagian besar masih negatif (71,2%) dan Sebagian besar responden yaitu 71,4%

    yang berstatus tidak memberi ASI Eksklusif telah memberikan makanan lain pada

    bayinya sejak umur kurang 1 bulan.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salfita (2014) bahwa dari 50

    responden sebanyak 29 responden (58%) berada pada kategori perilaku ibu kurang

    dalam pemberian ASI eksklusif.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, (2013) menunjukkan

    bahwa sebagian besar 87,5% responden tidak memberikan ASI Ekslusif dan

  • 12

    sebesar (88,7%) responden dengan pendidikan yang rendah tidak memberikan ASI

    Eksklusif.

    Berdasarkan hasil penelitian dari 96 sampel yang mempunyai anak umur 6

    – 24 bulan menyatakan bahwa 84 responden yang sudah berpengetahuan baik

    terkait ASI eksklusif hanya sebesar 26,2% yang memberikan ASI eksklusif. Hal ini

    menunjukan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baaik atau kurang tidak

    mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI esksklusif kepada bayinya atau

    tidak (Mamonto. 2015 dalam Safitri. 2017).

    Menurut Sringati (2016) dalam Safitri (2017) menunjukan bahwa dari total

    32 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif

    sebanyak 17 responden (53,1%), 10 responden (58,8%) yang berpengetahuan baik

    dan memberikan ASI eksklusif dan 7 responden (41,2%) yang berpengetahuan baik

    tetapi tidak memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan responden yang

    berpengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 15

    responden (46,9%), 3 responden (20%) yang berpengetahuan kurang baik tetapi

    memberikan ASI secara eksklusif dan 12 responden berpengetahuan kurang baik

    tidak memberikan ASI secara eksklusif.

    Secara teoritis pengetahuan atau kogninif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseoarang. Tanpa mengesampingkan faktor

    lain, diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai ASI eksklusif akan

    berdampak positif terhadap pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan ibu. Karena

    pengetahuan merupakan tahap awal dalam teori perubahan perilaku, saat seseorang

    menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya. Sesuia teori Green

    (2000) bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang menentukan bentuk

  • 13

    perilaku seseorang didukukung pula oleh teori WHO yang mengungkapkan bahwa

    pengetahuan merupakan alasan pokok terladinya perubahan perilaku seseorang

    (Safitri.2017).

    Data pemberian ASI eksklusif di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017

    sebesar 55,56%, dan untuk Kabupaten Buton Tengah hanya 33,44%. Data yang

    diperoleh dari Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah pada tahun

    2018, yakni sebanyak 32 bayi umur 0-6 bulan hanya 14 bayi yang mendapatkan

    ASI Ekslusif (43,8%). Hal ini masih jauh dari Target nasional pencapaian ASI

    Eksklusif adalah sebesar 80%.

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Baduta Tentang

    Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sangia Wambulu

    Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan di ajukan

    adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan perilaku ibu baduta tentang

    pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan

    Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran

    pengetahuan dan perilaku ibu baduta tentang pemberian ASI eksklusif di

    wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia Wambulu

    Kabupaten Buton Tengah.

  • 14

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu baduta tentang pemberian

    ASIeksklusifdiwilayah kerjaPuskesmas Sangia Wambulu Kabupaten

    Buton Tengah.

    b. Untuk mengetahui gambaran perilaku ibubaduta tentang pemberian

    ASIeksklusifdi wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten

    Buton Tengah.

    c. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASIeksklusifdi wilayah kerja

    Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten

    Buton Tengah.

    D. Manfaat

    1. Manfaat Teoritis

    Diharapkan dapat memperkaya konsep teori yang menyangkut ilmu

    pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Puskesmas

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi kepala

    puskesmas dalam menentukan kebijakanuntuk meningkatkan cakupan ASI

    eksklusif padabayi 0-6 bulan sehingga dapat mencapai target yang telah

    ditentukan.

    b. Bagi ibu menyusui/masyarakat

    Penelitian ini dapat memberikan informasi pengetahuan tentang

    pemberian ASI eksklusif.

  • 15

    c. Bagi Peneliti

    Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang

    gambaran pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

    d. Bagi Peneliti Lain

    Sebagai bahan yang dapat dijadikan perbandingan untuk

    melakukan penelitian-penelitian ditempat lain khususnya pengetahuan dan

    perilaku ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah merupakan hasil dari

    tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

    tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan seseorang. Pengetahuan ibu menyusui adalah proses belajar tentang cara

    memberikan ASI kepada bayinya untuk mencapai tingkat kesehatan dan

    kesejahteraannya.

    Pengetahuan merupakan domain terbentuknya suatu perilaku, adanya

    pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI dan praktik menyusui yang baik

    dan benar merupakan landasan bagi ibu untuk melaksanakan pemberian ASI

    Ekslusif kepada bayinya segera setelah kelahiran sampai usia 6 bulan. Pengetahuan

    tentang manfaat pemberian ASI Ekslusif akan menunjang pembentukan kesadaran

    ibu untuk menerapkan pemberian ASI Ekslusif (Rahmah, 2011).

    Sedangkan untuk pengetahuan praktik menyusui akan menunjang ibu untuk

    menerapkan pemberian ASI Ekslusif secara nyaman dan senang yang menunjang

    keberhasilan program menyusui. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini

    terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera seseorang yakni indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan

    manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Keraf & Dual, 2006 dalam Rahmah,

    2011).

  • 17

    Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari berbagai

    macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

    kesehatan, media poster dan lain – lain (Istiarti, 2000 dalam Muhrifan, 2013).

    Pengetahuan ibu menyusui dalam hal ini berhubungan erat dengan

    pemilihan pangan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Bayi yang baru lahir

    hanya mendapatkan makanan dari Air Susu Ibunya, sehingga jika ASI ibu tidak

    cukup banyak maka kebutuhan zat gizinya tidak akan terpenuhi sehingga ibu – ibu

    masih ragu dengan pentingnya ASI bagi bayi, di mana pengetahuan ibu tentang

    pemanfaatan kolostrum dan pemberian ASI eksklusif terkadang masih kurang

    sehingga banyak ibu- ibu yang tidak memberikan ASI pertamanya kepada bayinya,

    dengan alasan ASI nya bau amis, serta terkesan menjijikkan (Muhrifan, 2013).

    Demikian pula tentang pemberian ASI eksklusif masih kurang memenuhi

    dengan berbagai faktor penyebab, antara lain kemampuan produksi ASI yang

    kurang, pegetahuan ibu menyusui yang kurang dan anggapan bahwa akan

    mempengaruhi penampilan dari ibunya dapat mempengaruhi pemberian ASI

    kepada bayinya.

    Oleh karena itu pengetahuan ibu menyusui perlu ditingkatkan terutama

    untuk memenuhi dan meningkatkan produksiASI melalui penyuluhan dan konsumsi

    makanan yang cukup (Muhrifan, 2013).

    Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo

    (2010) mempunyai enam tingkat, yakni :

    1. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

  • 18

    kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan

    tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

    orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

    mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan

    tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

    2. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

    benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

    secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

    terhadap obyek yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

    makan makanan yang bergizi.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

    diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan

    rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

    menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)

    di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

    4. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi

  • 19

    tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

    dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat

    bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    5. Sintesis (Synthsis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

    dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat

    merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

    terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan

    suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

    telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi

    dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah

    diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak memberikan

    ASI, dan sebagainya.

    Kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik,

    sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut of

    point dari skor yang telah dijadikan persen.

  • 20

    Tabel 1

    Pengetahuan Gizi

    Kategori Pengetahuan Gizi Skor

    Baik >80%

    Sedang 60 – 80 %

    Kurang < 60 %

    Sumber : Khomsan, 2004

    B. Tinjauan Tentang Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

    manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak

    luar.

    Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan respon

    atau reaksi seseoarang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

    Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa teori perilaku, yaitu:

    1. Teori Stimulus Organisme

    Teori stimulus organisme adalah bahwa penyebab terjadinya perubahan

    perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

    dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources), misalnya

    kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan

    perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

    2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

    Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan

    ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha

    untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam

    diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini

  • 21

    disebut consonance (keseimbangan). Ketidakseimbangan terjadi karena dalam

    diri individu terdapat pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu

    menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan

    pendapat atau keyakinan yang berbeda, bertentangan di dalam diri individu itu

    sendiri maka terjadilah dissonance.

    3. Teori Fungsi

    Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu

    tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

    mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat

    dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.

    4. Teori Kurt Lewin

    Teori Kurt Lewin adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-

    kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining

    forces).

    Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di

    bedakan menjadi dua, yakni:

    a. Perilaku Tertutup

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

    tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

    pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada

    orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

    oleh orang lain.

    b. Perilaku Terbuka

  • 22

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

    terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

    atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

    orang lain.

    Teori Behavior adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.

    Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan

    tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)

    yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum

    mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah

    bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan

    bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku

    tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-

    pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah.

    Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku

    tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua

    tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan

    tingkah laku yang dipelajari (Desmita, 2011).

    Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku

    dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau

    mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme

    menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat

    diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi

    diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah

    perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat

  • 23

    dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Jadi behaviorisme sebenarnya adalah

    sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaandalam mencermati dan

    menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain

    Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia. Tokoh-

    tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov,

    B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

    1) Thorndike

    Menurut Thorndike, salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori

    behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara

    stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang

    juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,

    perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat

    diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).

    Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur

    berbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal yang

    menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike

    telah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya.

    Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme (connectionism).

    Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas dari

    kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang

    terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam

    kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak,

    dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak

    terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.

  • 24

    2) Ivan Petrovich Pavlov

    Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah

    proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan

    anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus

    bersyaratsecara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang

    diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa

    dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan

    melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat

    untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara

    individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang

    berasal dari luar dirinya

    1) John B. Watson

    Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang

    sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah

    laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata lain, Watson

    mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam

    belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui.

    Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa

    tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak

    bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Hanya

    dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan perubahan

    apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan demikian pula psikologi

    dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti fisika atau

    biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiris. Berdasarkan

  • 25

    uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak

    memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap

    mengakui bahwa hal itu penting.

    4) Burrhus Frederic Skinner Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan

    respons untuk menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam hubungannya

    dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang

    tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu,

    sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu

    dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang

    dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan jugamenghasilkan berbagai

    konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku

    siswa.

    Proses perkembangan behavior berlangsung secara bertahap, dalam

    arti:

    a. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam

    atau meluas secara kualitatif maupun kuantitatif (prinsip progressif)

    b. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu

    terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip

    sistematik)

    c. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung

    secara beraturan dan tidak kebetulan dan meloncat- loncat (prinsip

    berkesinambungan).

    Ciri – ciri Teori Behavior yaitu pertama, aliran ini mempelajari

    perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan

  • 26

    dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin

    di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab

    itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan

    dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling

    sederhana yakni perbuatan- perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan

    refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang.

    Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga,

    behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah

    sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya

    makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan

    dapat mempengaruhi reflek keinginan hati (Syah, 2011)

    C. Tinjauan TentangASI Eksklusif

    1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

    Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hidup yang megandung sel-sel darah

    putih, immunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik dan zat gizi

    lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

    (Kemenkes RI, 2011).

    ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.ASI mempunyai

    komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawi untuk kebutuhan bayi, dan

    dapat melindungi bayi dari infeksi dan kekurangan gizi. Tidak ada bahan

    makanan lain yang sebaik ASI oleh karena itu dianjurkan memberikan ASI

    kepada anak sampai berusia 6 bulan, setelah itu bayi membutuhkan makanan

    tambahan lain selain ASI (Husaini, 2001 dalam Aminah, 2011).

  • 27

    2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

    Kemenkes RI (2011), ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada

    bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti

    dengan makanan atau minuman lain.

    Rizki (2013), yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah menyusui

    bayi secara murni dimana bayi hanya di beri ASI saja selama 6 bulan tanpa

    tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih

    dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu,

    biskuit, bubur atau nasi tim.

    3. Jenis-jenis ASI

    Menurut Hesti (2013), jenis ASI di bedakan dalam tiga jenis, yaitu :

    a. Kolostrum

    Kolostrum adalah cairan berwarna kuning keemasanyang

    dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan yang keluar

    antara 2-4 hari.

    Kolostrum adalah susu pertama yang di hasilkan oleh payudara ibu

    berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang

    mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak dari pada susu yang

    matang (Rizki, 2013).

    b. ASI Peralihan (Transisional Milk)

    ASI Peralihan (Transisional Milk) merupakan air susu ibu yang di

    hasilkan setelah keluarnya kolostrum. Air susu ibu peralihan keluar antara

    8-20 hari, dimana kadar lemak, laktosa dan vitamin larut air lebih tinggi,

  • 28

    dan kadar protein dan mineral lebih rendah, serta mengandung lebih

    banyak kalori dari pada kolostrum.

    Air susu masa peralihan (masa transisi) adalah ASI yang di

    hasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu

    transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang

    lebih rendah daripada kolostrum (Rizki, 2013).

    c. ASI Matang (Mature Milk)

    ASI matang (Mature Milk) yaitu air susu ibu yang di hasilkan

    sekitar 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi antara ± 300-

    850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi (Hesti, 2013).

    ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh

    sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah

    disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini

    berwarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih

    banyak kalori dari pada kolostrum ataupun ASI transisi (Rizki, 2013).

    4. Manfaat ASI Eksklusif 6 bulan

    a. Untuk Bayi

    1) Sebagai nutrisi terbaik bagi bayi

    2) Meningkatkan daya tahan tubuh

    3) Meningkatkan kecerdasan

    4) Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak

    5) Melindungi dari infeksi gastrointestinal

    6) Bayi yang ASI eksklusif selama 6 bulan tingkat pertumbuhannya

    sama dengan yang ASI eksklusif 4 bulan.

  • 29

    7) ASI eksklusif 6 bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat

    besi.

    b. Untuk Ibu

    1) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan sehingga

    memberi jarak anak yang lebih panjang atau menunda kehamilan

    berikutnya.

    2) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak

    membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.

    3) Ibu lebih cepat langsing.

    Manfaat ASI lainnya bagi keluarga adalah ASI tidak

    merepotkan serta ASI dapat mengurangi pengeluaran belanja rumah

    tangga. Manfaat ASI bagi negara meliputi ASI dapat menurunkan

    angka kematian dan kesakitan pada anak, ASI mengurangi subsidi

    rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak, ASI mengurangi subsidi

    biaya perawatan anak sakit, ASI mengurangi devisa untuk pembelian

    susu formula, serta ASI meningkatkan kualitas generasi penerus.

    5. Keunggulan dan Manfaat Menyusui

    Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek

    yaitu aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,

    neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

    a. Aspek Gizi

    1) Kolostrum

    Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada hari-

    hari pertama setelah bayi lahir (4-7 hari), berwarna kekuning-

  • 30

    kuningan dan lebih kental karena mengandung banyak vitamin A,

    protein dan zat kekebalan yang penting untuk kesehatan bayi.

    Berikut ini manfaat kolostrum, yakni:

    a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

    melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

    b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

    hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit

    namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena

    itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

    c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

    mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

    dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

    d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

    pertama berwarna hijau kehitaman.

    2) Komposisi ASI

    a) ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang

    sesuai juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat

    gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

    b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna

    untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

    c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

    perbandingan antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi.

    Rasio whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI

    dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih

  • 31

    banyak yaitu 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI

    lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai

    perbandingan whey :casein adalah 20 : 80 sehingga tidak mudah

    diserap.

    d) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

    (1) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak

    dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmiter dan

    berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan

    pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan

    berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

    (2) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

    adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

    fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

    yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

    mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan

    anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat

    dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)

    yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linolenat) dan

    omega 6 (asam linoleat).

    b. Aspek Imunologik

    1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

    2) Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup

    tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri

    patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

  • 32

    3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

    kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

    Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi diantara

    semua cairan biologis. Dengan mengikat besi maka laktoferin

    bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu

    Stafilokokus dan E.Coli yang juga memerlukan zat besi untuk

    pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut laktoferin dapat

    pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.

    4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.Coli dan

    Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih

    banyak dari pada susu sapi. Konsentrasinya dalam ASI sangat banyak

    (400 µg/ml) dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey

    ASI. Lysosim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan

    lambung sehingga masih banyak dijumpai lysosim dalam tinja bayi.

    Keunikan lysosim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun

    kadarnya sesuai tahap lanjut ASI maka lysosim justru meningkat pada

    6 bulan pertama setelah kelahiran.

    5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

    per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus-Asociated Lympocyte

    Tissue (BALT) antibodi pernapasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue

    (GALT) antibodi saluran pernafasan dan Mammary Asociated

    Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

    6) Faktor bifidusyaitu sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

    menunjang pertumbuhan bakteri lactobacilus bifidus. Laktobasilus

  • 33

    bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam

    asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam

    sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri

    E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur.

    Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat

    ASI karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan

    nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus.

    Susu sapi tidak mengandung faktor ini.

    c. Aspek Psikologis

    1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui

    dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

    dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan

    meningkatkan hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

    meningkatkan produksi ASI.

    2) Interaksi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik

    bayi tergantung pada kesatuan bayi-ibu tersebut.

    3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi. Ikatan kasih sayang ibu-bayi

    terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin

    kontact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan

    kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah

    dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

  • 34

    d. Aspek Kecerdasan

    1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

    untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan

    kecerdasan bayi.

    2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

    memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point

    lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5

    tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

    e. Aspek Neurologis

    Dengan menghisap payudara koordinasi syaraf menelan,

    menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih

    sempurna.

    f. Aspek Ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

    biaya untuk makanan bayi sampai umur 6 bulan. Dengan demikian akan

    menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan

    peralatannya.

    g. Aspek penundaan kehamilan

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

    kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah

    yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL)

    (Kemenkes RI, 2008 dalam Muhrifan, 2013).

  • 35

    6. Kendala pemberian ASI Eksklusif

    Ada beberapa kendala yang sering di jadikan alasan oleh ibu untuk

    tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, antara lain:

    a) Produksi ASI kurang

    Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak

    memberikan ASI secara Eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa

    ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali yang secara biologis memang

    kurang produksi ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI

    yang cukup bagi bayinya.

    b) Ibu kurang memahami tata laksana ASI yang benar

    Misalnya pentingnya memmberikan ASI, bagaimana ASI keluar,

    bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat

    mengisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk

    cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dengan bayinya.

    c) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi di beri susu formula (relaksasi)

    Relaksasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti

    menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak

    menyusui beberapa lama produksi ASI akan berkurang dan bayi akan

    malas menyusui dari ibunya apalagi kalau sudah di beri susu formula.

    d) Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding.

    Sering kali sebelum ASI keluar bayi sudah di beri air putih, air

    gula, madu, susu formula dengan dot. Hal ini akan menyebabkan bayi

    malas menyusui.

  • 36

    e) Kelainan bayi

    Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital akan

    menganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu di tatalaksa dengan benar

    agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.

    f) Ibu bekerja

    Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif,

    karena waktu ibu bekerja, bayi dapat di beri ASI perah yang di perah

    sehari sebelumnya.

    g) Anggapan susu formula lebih praktis

    Pendapat ini tidak benar karena untuk membuat susu formula di

    perlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril dan

    perlu waktu untuk mendinginkan susu yang baru di buat. Sementara ASI

    siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan

    perlengkapan apapun.

    7. Cara Pemberian ASI

    Menurut Roesli (2005) dalam Muhrifan (2013), mengatakan bahwa

    cara pemberian ASI/cara menyusui yang baik dan benar, yaitu :

    b. Posisi badan ibu dan badan bayi :

    1) Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai

    2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala

    3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap keibu

    4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu

    5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

  • 37

    6) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis

    dengan leher lengan bayi

    7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat

    bayi dengan lengan ibu bagian dalam

    c. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

    2) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang di

    bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk

    dan jari tengah (bentuk gunting) di belakang areola (Kalang

    Payudara).

    3) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (mooting refleks)

    dengan cara :

    a) Menyentuh bibir dengan puting susu

    b) Menyentuh sisi mulut puting susu

    c) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar

    dan lidah ke bawah.

    d) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara meekan

    bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.

    e) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-

    hadapan dengan hidung bayi.

    f) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit

    mulut bayi.

    g) Usahakan sebagian oreola (kalang payudara) masuk ke mulut

    bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-

  • 38

    langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak

    (palatum molle).

    h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

    gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari smus lactiferous

    yang terletak dibawah kalang payudara.

    i) Setelah bayi menyusui atau mengisap payudara dengan baik,

    payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

    j) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan

    hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.

    Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari

    payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

    k) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-

    elas bayi.

    D. LandasanTeori DanLandasan Konsep

    1. Landasan Teori

    Menurut Green (2000), menyatakan bahwa perilaku manusia

    dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing), yang terdiri dari

    pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan,

    tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan. Faktor pemungkin(enabling), yang

    terdiri dari ketersediaan sumber daya, pengetahuan petugas, peran petugas,

    jarak ke pelayanan kesehatan, dan faktor penguat (reinforcing) yang terdiri dari

    undang-undang, peraturan, dukungan toma dan toga, dukungan keluarga,

    dukungan suami, sikap dan perilaku petugas. Dalam penelitian ini membahas

    tentang pemberian ASI Eksklusif yang di pengaruhi oleh faktor predisposisi

  • 39

    yang meliputi umur ibu, paritas, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan

    ibu, sikap ibu, dan kepercayaan ibu.Faktor pemungkin meliputi tempat

    melahirkan, penolong persalinan, kunjungan ke tenaga kesehatan, pengetahuan

    petugas kesehatan tentang ASI, dan peran petugas kesehatan.

    Adapun faktor penguat meliputi dukungan keluarga, promosi susu

    formula, sikap petugas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan yang akan di

    gambarkan pada bagan kerangka teori berikut ini:

    Sumber : Green (2000) Health Promotion Planning Educational And

    Environment Approach

    Gambar 1 : Kerangka Teori

    Faktor predisposisi:

    1. Pengetahuan ibu tentang

    ASI Eksklusif

    2. Umur ibu

    3. Paritas

    4. Pendidikan ibu

    5. Pekerjaan ibu

    6. Sikap ibu terhadap

    pemberian ASI Eksklusif

    Faktor pemungkin :

    1. Tempat melahirkan

    2. Penolong persalinan

    3. Kunjungan ke tenaga

    kesehatan

    4. Pengetahuan petugas

    kesehataan tentang ASI

    5. Peran petugas kesehatan

    Faktor penguat :

    1. Dukungan keluarga

    2. Promosi susu formula

    3. Sikap petugas kesehatan

    4. Perilaku petugas kesehatan

    Pemberian ASI

  • 40

    2. Landasan Konsep

    Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan:

    :Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Pekerjaan

    Ibu Pemberian ASI

    Eksklusif

    Pendidikan

    Ibu

    Kepercayaan

    Ibu

    Pengetahuan

    Ibu

    Sikap Ibu

    Perilaku Ibu

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan survey.

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 24 Meisampai 20 Juni 2019 bertempat

    di wilayah kerja Puskesmas Sangia WambuluKecamatan Sangia Wambulu

    Kabupaten Buton Tengah.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh baduta yang ada di wilayah

    kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten

    Buton Tengah yang berjumlah 200anak.

    2. Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu anak

    badutausia6-23 bulan sebanyak 65 anak baduta. Responden adalah ibu dari

    anakbaduta.

    a. Pengambilan sampel dilakukan secara proposional dari masing-masing

    posyandu yang ada di wilayah Kecamatan Sangia Wambulu.

    b. Penentuan besar sampel ditentukan dengan rumus : Lameslow, S, Hoswer

    Jr, DW, Klar, J & Lwangn, SK, 1997 :

    N = NZ².P.Q / d² (N-1) + Z².P.Q

    Ket :

    n = Besar Sampel

    N = Besar Populasi

    Z = Nilai Standar Distribusi Normal yang dipilih (1,96)

    P = Perkiraan Variable 0,5

  • 42

    Q = 1-P (0,5)2

    Besar sampel dalam penelitian ini adalah :

    n = ���(�,��) .�,�.�,�

    (�,�).(����)�(�,��).�,�.�,�

    = ���(�,��).�,��

    (�,��)(���)��,��.�,��

    = ���

    �,��

    = 65,08 = 65

    Banyaknya sampel masing-masing posyandu sebagai berikut :

    1. Posyandu Anggrek 8 sampel

    2. Posyandu Mawar 6 sampel

    3. Posyandu Mongiwa 5 sampel

    4. Posyandu Melati 4 sampel

    5. Posyandu Matahari 5 sampel

    6. Posyandu Dahlia 7 sampel

    7. Posyandu Melai 5 sampel

    8. Posyandu Nusa Indah 8 sampel

    9. Posyandu Kamboja 9 sampel

    10. Posyandu Kemuning 8 sampel

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    a. Data tentang karakteristik sampel dan responden di kumpulkan melalui

    wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

    b. Data tentang pengetahuan ibudi kumpulkan melalui wawancara kepada

    responden dengan menggunakan kuesioner.

    c. Data tentang perilaku ibudi kumpulkan melalui wawancara kepada

    responden dengan menggunakan kuesioner.

  • 43

    2. Data Sekunder

    Meliputi data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh

    dari penelusuran dokumen.

    E. Pengolahan Data

    1. Data pengetahuan ibu baduta yang diperoleh dari hasil wawancara,

    selanjutnyadilakukan skoring kemudian dijumlahkan, selanjutnya dibagi

    dengan total skor dan dikali 100%.

    Cukup : Jika skor jawaban ≥60 %

    Kurang : Jika skor jawaban

  • 44

    2. Perilaku ibu tentang ASI eksklusif adalah tindakan seorang ibu menyusui

    tentang ASI kepada bayinya dengan kriteria objektif :

    Baik : Jika skor jawaban ≥ 60%

    Tidak baik : Jikaskor jawaban < 60% (Alimu, 2010)

    3. Baduta adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 0 - 23 bulan. Dalam

    penelitian ini baduta adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 6 - 23

    bulan.

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Hasil

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Puskesmas Sangia Wambulu terletak di Kelurahan Tolandona

    Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Luas wilayah kerja

    Puskesmas sebesar 605 km² terbagi menjadi 6 wilayah (5 desa dan 1 kelurahan).

    Seluruh wilayah puskesmas mudah diakses dengan menggunakan kendaraan

    roda dua ataupun roda empat.

    Jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 5.159 jiwa terdiri dari laki-

    laki 2.574 jiwa dan perempuan 2.585 jiwa. Jumlah balita 598 balita (bayi 108

    dan anak balita 490),

    Jumlah tenaga kesehatan yang ada sebanyak 56 orang dengan rincian

    sebagai berikut : dokter 1 orang, perawat 30 orang, bidan 15 orang, gizi 4 orang,

    kesling 2 orang, farmasi 1 orang, analis kesehatan 1 orang, perawat gigi 1 orang

    dan kesehatan masyarakat 1 orang (Profil Puskesmas Sangia Wambulu Tahun

    2018).

    2. Karakteristik sampel dan responden

    a. Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari baduta usia 6-23 bulan

    dengan distribusi sebagai berikut :

  • 46

    Tabel 2

    Distribusi Sampel Menurut Umur

    No Umur (bulan) Jumlah

    n %

    1. 6 - 11 17 26,2

    2. 12-23 48 73,8

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

    Dari tabel 2 di atas menunjukan bahwa sampel terbanyak adalah

    usia12 - 23 bulan sebanyak 48 sampel (73,8%), sisanya 17 (26,2%) dengan

    usia 6 - 11 bulan.

    Distribusi sampel menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3 di

    bawah ini.

    Tabel 3

    Distribusi Menurut Jenis Kelamin Sampel

    No Umur (bulan) Jumlah

    n %

    1. Laki-laki 29 44,6

    2. Perempuan 36 55,4

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

    Berdasarkan tabel 3 di atas sampel menurut jenis kelamin laki-laki

    sebanyak 29 (44,6%), dan perempuan sebanyak 36 (55,4%).

    b. Responden

    Responden pada penelitian ini adalah ibu baduta. Pada tabel 4 dapat

    dilihat distribusi responden menurut umur.

  • 47

    Tabel 4

    Distribusi Menurut Umur Responden

    No Umur (tahun) Jumlah

    n %

    1. 19-25 14 21,5

    2. 26-30 20 30,8

    3. 31-35 21 32,3

    4. 36-40 7 10,8

    5. 41-45 3 4,6

    Jumlah 65 100

    Dari tabel4 di atas menunjukan bahwa distribusi umur responden

    terbanyak adalah rentang umur 31-35 tahun sebanyak 21 responden

    (32,3%), dan yang paling sedikit rentang umur 41-45 tahun sebanyak 3

    responden (4,6%).

    Karakteristik lain yang dikumpulkan selain umur responden adalah

    pendidikan responden. Adapun distribusi pendidikan responden sebagai

    berikut :

    Tabel 5

    Distribusi Menurut Pendidikan Responden

    No Umur (tahun) Jumlah

    n %

    1. SD 9 13,9

    2. SMP 9 13,9

    3. SMA 32 49,2

    4. Perguruan Tinggi 15 23,0

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

  • 48

    Berdasarkan table 5 menunjukan bahwa jumlah responden yang

    terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA 32

    responden (49,2%), dan yang sedikit dengan tingkat pendidikan SD dan

    SMP masing-masing 9 responden (13,8%).

    3. Variabel Penelitian

    a. Pengetahuan

    Tabel 6

    Distribusi Pengetahuan Responden Tentang ASI eksklusif

    No Pengetahuan Jumlah

    n %

    1. Cukup 13 20

    2. Kurang 52 80

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

    Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar tingkat

    pengetahuan responden masih sangat kurang (80%), sedangkan responden

    dengan pengetahuan baik sebanyak 13 (20%).

    b. Perilaku

    Tabel 7

    Distribusi Perilaku Responden Tentang Pemberian ASI eksklusif

    No Perilaku Jumlah

    n %

    1. Baik 27 41,6

    2. Tidak Baik 38 58,4

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

  • 49

    Tabel 7 menunjukan bahwa dari 65 responden yang berperilaku baik

    sebanyak 25 (38,5%), dan responden dengan perilaku tidak baik sebanyak

    40 (61,5%).

    Tabel 8

    Distribusi Responden Yang Memberikan ASI Ekskusif

    No Pengetahuan Jumlah

    n %

    1. Ya 25 38,5%

    2. Tidak 40 61,5%

    Jumlah 65 100

    Sumber : Data Primer

    Tabel 8 menunjukan bahwa 40 (61,5%) responden tidak memberikan

    ASI ekslusif dan 25 (38,5%) memberikan ASI eksklusif dari 65 responden.

    B. Pembahasan

    1. Pengetahuan

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

    kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima.

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

    dalam membentuk tindakan seseorang.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

    dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

    tertentu (Notoatmodjo, 2010). Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar ibu

    menyusui dapat mengetahui mengapa mereka harus memberikan ASI saja

    tanpa makanan/minuman lain selai ASI pada bayi sejak lahir sampai usia 6

    bulan sehingga tidak berdampak pada kesehatan bayi mereka.

  • 50

    Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 65 responden sebanyak 13

    responden (20%) dengan pengetahuan cukup, dan responden yang

    berpengetahuan kurang masih tinggi sebanyak 52 responden (80%). Umur

    responden yang terbanyak antara 31- 35 tahun sebanyak 21 responden (32,3%),

    yang paling sedikit umur 41-45 tahun sebanyak 3 responden (6,6%).

    Pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 32 responden (49,2%)

    dan yang paling sedikit adalah pendidikan SD dan SMP masing-masing 9

    (13,8%).

    Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari

    berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku

    petunjuk, petugas kesehatan, media poster dan lain – lain (Istiarti, 2000 dalam

    Muhrifan, 2013).

    Dari hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden terbanyak

    antara 31-35 tahun (32,3%) dimana pada usia tersebut merupakan usia dewasa

    dimana sudah banyak informasi serta pengalaman yang didapat. Namun

    kenyataannya sebagain besar responden masih memiliki pengetahuan yang

    kurang tentang pemberian ASI esklusif.

    Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Hasil

    Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden (49,2%) dengan

    pendidikan SMA sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman tentang ASI

    pemberian ASI eksklusif. Hal ini sebandingdengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Rahmawati (2013) tentang hubungan antara karakteristik ibu,

    peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

    eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone

  • 51

    menunjukan bahwa sebagain besar responden (88,7) dengan pendidikan rendah

    tidak memberikan ASI eksklusif.

    Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa ibu yang memilki

    pengetahuan baik karena mendapat informasi yang memadai melalui media

    masa, media elektornik serta petugas kesehatan.Sedangkan ibu yang

    berpengetahuan kurang diduga disebaban kurangnya pemahaman tentang

    informasi yang diterima baik dari media masa, media elektornik maupun dari

    petugas kesehatan, walaupun dizaman sekarang ini mengakses informasi

    kesehatan terutama melalui media elektornik adalah hal yang mudah utnuk

    dilakukan setiap orang.

    2. Perilaku

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 65 responden yang

    memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 27 orang (

    41,6% ) dan responden yang memiliki perilaku tidak baik sebanyak 38 orang (

    58,4 % ).

    Perilaku menurut Notoatmodjo (2010), adalah semua kegiatan atau

    aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

    diamati oleh pihak luar. Sedangkan sikap merupakan kesiapan atau

    kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum

    merupakan tindakan aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi

    tindakan atau perilaku.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner,

    responden (ibu baduta) memberikan makanan/ minuman lain selain ASI

    pada bayi umur 0-6 bulan karena beberapa alasan : ASI kurang, bayi terlanjur

  • 52

    mendapat susu formula, ibu bekerja dan putting luka/lecet/bengkak. Karena

    beberapa alasan tersebut responden memberikan susu formula kepada

    bayinya disamping air susu ibu sebelum berumur 6 bulan. Ada pula

    responden yang memberikan air beras bahkan air teh kepada bayinya. Selain

    memberikan minuman lain selain ASI juga diberikan makanan berupa pisang,

    bubur bayi instan dan makanan saring yang dibuat sendiri oleh ibu.

    Di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone

    menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif masih tergolong sangat

    rendah karena 71,4% ibu telah memberikan makanan lain pada bayinya

    sejak umur kurang dari 1 bulan (Yulianah, 2013).

    Perilaku adalah tingkah laku yang sepenuhnya ditentukan oleh

    aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Seseorang terlibat dalam

    tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya melalui

    pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut

    dengan hadiah. Semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang

    merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari (Desmita,2011).

    Ibu responden dengan perilaku baik memberikan ASI eksklusif

    kepada bayinya dengan alasan air susu ibu bermanfaat untuk menjaga

    kesehatan bayi dan ibu bayi itu sendiri. Anjuran petugas kesehatan untuk

    memberikan ASI ekslusif kepada bayi 0-6 bulan juga merupakan alasan

    responden yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

  • 53

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Sebagian besar (80%) pengetahuan responden tentang pemberian ASI

    kurang.

    2. Perilaku responden tentang pemberian ASI ekslusif sebagian besar

    (58,4%) tidak baik.

    3. Pemberian ASI ekslusif juga rendah yaitu 38,5%.

    B. Saran

    1. Untuk menambah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif

    maka disarankan agar pihak puskesmas lebih sering melakukan

    penyuluhan, dengan memanfaatkan media massa, media elektronik jangan

    hanya kepada ibu balita tetapi juga kepada ibu hamil.

    2. Disarankan kepada tenaga kesehatan di puskesmas (khususnya tenaga gizi)

    untukmelakukan konseling menyusui kepada ibu yang baru melahirkan.

  • 54

    DAFTAR PUSTAKA

    Aminah. 2011. Faktor-Faktor yangMempengaruhiRendahnyaPemberianASIEkslusif di

    Kelurahan Lora Kecamatan Lora

    KabupatenBombana.PoliteknikKesehatanKendariJurusanGizi. Karya Tulis

    Ilmiah

    Desmita.2011. PsikologiPerkembanganPesertaDidik.RemajaRosdakarya: Bandung

    Haryani.2014. AlasanTidakDiberikanAsiEksklusif olehIbuBekerja di Kota Mataram

    Nusa Tenggara Barat.UniversitasUdayana Denpasar. Tesis

    Hesti, Widuri. 2013. Cara Mengelola ASI EksklusifBagiIbuBekerjaGoysen Publishing:

    Yogyakarta

    Kemenkes, RI. 2011. Pedoman Pengelolaan Air Susu Ibu di Tempat Bekerja. Jakarta

    Khomsan, 2004. PangandanGiziuntukKesehatan.Penerbit PT Raja GrafindoPersad:

    Jakarta.

    Muhrifan, Andi. 2013.Faktor-Faktor yang Berhubungan denganPemberianASI

    Eksklusif padaBayi 0-6 Bulan di Wilayah

    KerjaPuskesmasKondaKecamatanKondaKabupatenKonawe Selatan.

    PoliteknikKesehatanKendariJurusanGizi. Skripsi

    Nurazizah. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif

    dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan

    Kecamatan Sawangan Depok. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program

    Sarjana Ekstensi Depok. Skripsi

    Notoatmodjo. 2010. PendidikandanPerilakuKesehatan.RinekaCipta : Jakarta

    Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi, 2018. Pedoman Menulis Karya Ilmiah

    Rahmah, Siti. 2011.Faktoryang MempengaruhiPemberianASI Ekslusif di Wilayah

    KerjaPuskesmasPaiKecamatanWeraKabupatenBima.SekolahTinggiIlmuKeseh

    atanTamalatea.Skripsi

    Rahmawati, dkk. 2013.HubunganAntaraKarakteristikIbu, PeranPetugasKesehatan Dan

    DukunganKeluargadenganPemberianAsiEksklusif di Wilayah

    KerjaPuskesmasBontoCaniKabupaten Bone.Program

    StudiIlmuGiziFakultasKesehatanMasyarakatUniversitasHasanuddin

    Makassar.Jurnal

    Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

    Rizki, Natia. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Nuha Medika: Yogyakarta

  • 55

    Salfita, DewidanAsmanidar. 2014. Faktor –Faktor yang

    MempengaruhiPerilakuIbuDalamPemberianASI EksklusifPadaBayi 0 - 6

    Bulan Di PuskesmasManggengKecamatanManggengKabupaten Aceh Barat

    DayaTahun 2014. Jurnal dedwi.pdf

    Sartono, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami

    dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul

    Kecamatan Telogosari Kota Semarang.Program Studi Gizi Universitas

    Muhammadiyah Semarang.Skripsi

    Syah, Muhibbin.

    2011.PsikologiPendidikanDenganPendekatanBaru.PT.RemajaRosdaKarya.

    Bandung

    Yulianah, Nana dkk. 2013. Hubungan antaraPengetahuan, Sikap dan KepercayaanIbu

    denganPemberianAsiEksklusif di Wilayah

    KerjaPuskesmasBontoCaniKabupaten Bone. Universitas Hassanudin. Skripsi

  • Lampiran 1

    PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama :

    Alamat :

    Umur/Tanggal Lahir : tahun/

    Dengan ini menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian

    untuk pembuatan proposal yang akan dilakukan oleh Rasna mahasiswi kelas RPL Program

    D III Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi

    Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Kendari, April 2019

    Mengetahui,

    Peneliti Responden

    ( Rasna ) (..................................)

  • LAMPIRAN 2

    KUESIONER PENELITIAN

    GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA UMUR 6 – 23

    BULAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH

    I. Identitas Sampel

    1. Nama Sampel :

    2. Umur Sampel :

    3. Jenis Kelamin :

    II. Identitas Responden

    1. Nomor Responden : …………………………………………….

    2. Nama Ibu : …………………………………………….

    3. Alamat : …………………………………………….

    4. Umur Ibu : …………………………………………….

    5. Agama : …………………………………………….

    6. Jumlah Anggota Keluarga : …………………………………………….

    7. Pendidikan Ibu : …………………………………………….

    8. Pemberian ASI eksklusif : ya tidak

    III. Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif

    1 Apakah ibu pernah mendengar istilah

    ASI Eksklusif?

    a) Ya (1) (Lanjut no. 2)

    b) Tidak (0) (Lanjut no. 3)

    2 Bila jawaban ya, apa yang ibu ketahui

    tentang ASI Eksklusif?

    a) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6

    bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu

    formula, madu, air putih, air teh serta tanpa

    tambahan makanan padat seperti pisang, bubur

    susu, biskuit, bubur nasi, kecuali vitamin, mineral

    dan obat (2)

    b) Tidak tahu (0)

    c) Lainnya (sebutkan.................)

    3 Menurut ibu, apa yang ibu ketahui a) Matur dan prematur (2)

  • tentang jenis ASI? b) Tidak tahu (0)

    4 Apakah ibu tahu apa kandungan ASI? a) Ya (1)

    b) Tidak (0)

    5 Jika “ya” sebutkan!

    ( jawaban lebih dari satu)

    a) Energi (1)

    b) Protein (1)

    c) Lemak (1)

    d) Karbohidrat (1)

    e) Vitamin (1)

    f) Mineral (1)

    g) Zat kekebalan (1)

    h) Lainnya (sebutkan) ....................

    6 Apakah ibu tahu manfaat pemberian

    ASI eksklusif pada bayi?

    a) Ya (1)

    b) Tidak (0) (lanjut ke no 9)

    7 Jika “ya” sebutkan!

    (jawaban lebih dari satu)

    a) ASI dapat mencegah bayi dari penyakit infeksi (1)

    b) ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi (1)

    c) Lainnya (sebutkan)..........

    8 Menurut ibu, apa ASI eksklusif dapat

    melindungi bayi dari suatu penyakit ?

    a) Ya (1)

    b) Tidak (0)

    9 Bila jawaban no 8 ya, apa alasannya

    ( jawaban lebih dari satu)

    a) Terdapat anti bodi dalam ASI (1)

    b) Bayi tidak mengalami kekurangan gizi (1)

    c) ASI tidak menimbulkan alergi (1)

    10 Menurut ibu, kendala dalam pemberian

    ASI Eksklusif adalah

    ( jawaban lebih dari satu)

    a) Produksi ASI kurang (1)

    b) Kelainan bayi (1)

    c) Ibu bekerja (1)

    d) Anggapan susu formula lebih praktis (1)

    e) Lainnya (sebutkan) ....................

    11 Menurut ibu apakah ASI dapat diganti

    dengan makanan/minuman lain?

    a) Ya (1)

    b) Tidak (0)

    12. Bila jawaban no. 11 ya, dengan apa ASI

    diganti?

    a) Susu formula (1)

    b) Air the/air tajin (0)

    13. Apakah ibu engetahu nama air susu

    yang pertama kali keluar setelah

    melahrkan?

    a) Ya (1)

    b) Tidak (0)

    14. Bila tahu apakah namanya? …………………………..

    15. Menurut ibu adakah manfaat dari

    memberikan air susu yang pertama kali

    keluar setelah melahirkan?

    a) Ada (1)

    b) Tidak (0)

    IV, Perilaku Ibu tentang ASI Eksklusif

    1. Apakah ibu memberikan ASI saja atau ditambah dengan susu formula kepada bayi?

    a. Ya (0)

    b. Tidak (2)

    2. Berapa lama ibu memberikan ASI kepada bayi?

  • a. Sampai umur 6 bulan (2)

    b. Kurang dari umur 6 bulan (0)

    c. Lebih dari umur 6 bulan

    3. Apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali keluar kepada bayi?

    a. Ya (2)

    b. Tidak (0)

    4. Apakah ibu memberikan minuman/makanan lain selain ASI saat bayi berusia 0 – 6

    bulan?

    a. Ya (lanjut nomor 6) (0)

    b. Tidak (lanjut nomor 5) (2)

    5. Apa alasan ibu memberikan ASI eksklusif?

    a. Anjuran petugas kesehatan

    b. Banyak kebaikan dan manfaat ASI bagi ibu, bayi dan keluarga

    c. Dapat mempererat kasih sayang antara ibu dan bayi

    6. Apa alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif?

    a. Produksi ASI kurang

    b. Bayi terlanjur mendapat susu formula

    c. Puting ibu lecet/luka/bengkak

    d. Ibu bekerja

    7. Kapan ibu mulai memberikan makanan tambahan pada bayi?

    a. < 6 bulan (0)

    b. ≥ 6 bulan (2)

    8. Apakah ibu melakukan perawatan khusus pada payudara untuk memperlancar ASI?

    a. Ya (2)

    b. Tidak (0)

    9. Bila jawaban ya, dengan apa ibu melakuannya?

    a. Perawatan jamu (2)

    b. Pemijatan payudara (2)

    c. Lain-lain : obat-obatan, suplemen (2)

    10. Apa yang ibu lakukan agar produksi ASI lebih banyak?

  • a. Makan lebih banyak sayur-sayuran (2)

    b. Minum vitamin (2)

    c. Minum Jamu (2)

    d. Olahraga (2)

    e. Mengurangi pekerjaan yang berat (2)

  • LAMPIRAN 2

    MASTER TABEL

    Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta Tentang Pemberiana ASI Eksklusif di wilayah kerja

    Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah

    No

    Kode Umur L/ ASI Pengetahuan Perilaku

    Sam bulan P eksk Kode Um Pendidi Total Skor %

    Kriteria Total Skor %

    Kriteria

    pel lusif Responden ur kan Skor Jawaban Skor Jawaban

    1 Ah 12 L Ya Ny.Sr 24 SD 25 14 56 Kurang 40 28 70 Baik

    2 Hr 7 L Ya Ny. Er 35 S1 25 14 56 Kurang 40 28 70 Baik

    3 Ss 23 P Ya Ny. Nn 43 D3 25 25 100 Cukup 40 26 65 Baik

    4 By 23 P Ya Ny. En 38 SMP 25 14 56 Kurang 40 26 65 Baik

    5 Ck 20 P Tidak Ny. Yt 26 SMP 25 17 68 Cukup 40 30 75 Baik

    6 Cl 9 P Tidak Ny. Sf 40 D2 25 16 64 Kurang 40 12 30 Tdk Baik

    7 Wd 12 P Tidak Ny. Al 27 SMP 25 13 52 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    8 At 7 L Ya Ny. Ah 27 SMA 25 14 56 Kurang 40 32 80 Baik

    9 Ym 11 L Tidak Ny. Ft 35 SMA 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk Baik

    10 Kd 15 L Tidak Ny. Sn 27 SMA 25 12 48 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    11 Tf 12 P Ya Ny. Nr 39 SD 25 15 60 Kurang 40 34 85 Baik

    12 Bs 13 L Tidak Ny. Ev 33 SMA 25 18 72 Cukup 40 22 55 Tdk Baik

    13 Ns 20 P Tidak Ny. Rm 19 SD 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk Baik

    14 Hp 21 P Tidak Ny. Zm 22 SMA 25 14 56 Kurang 40 14 35 Tdk Baik

    15 Mn 21 P Ya Ny. Sm 29 SMA 25 19 76 Cukup 40 34 85 Baik

  • 16 Hh 20 L Ya Ny. Mi 37 SMP 25 14 56 Kurang 40 32 80 Baik

    17 Ys 22 L Tidak Ny. St 33 SMA 25 12 48 Kurang 40 14 35 Baik

    18 Mk 19 P Tidak Ny. Sk 26 SD 25 11 44 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    19 Mr 10 P Ya Ny. Nh 33 SMA 25 14 56 Kurang 40 26 65 Baik

    20 Da 23 L Tidak Ny. Ei 32 SMA 25 12 48 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    21 Rn 12 L Tidak Ny. Em 33 SMA 25 14 56 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    22 Wy 12 L Ya Ny. Wr 33 D2 25 11 44 Kurang 40 30 75 Baik

    23 Lr 11 P Tidak Ny. Jm 23 SMA 25 17 68 Cukup 40 34 85 Baik

    24 Mt 14 L Tidak Ny. Fl 28 SMA 25 6 24 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    25 Sh 13 P Tidak Ny. Ml 35 SMA 25 14 56 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    26 Td 14 L Ya Ny. Rl 29 SMA 25 11 44 Kurang 40 26 65 Baik

    27 Wk 15 L Ya Ny. As 30 D3 25 24 96 Cukup 40 16 40 Tdk Baik

    28 Ci 15 P Tidak Ny. Et 35 SD 25 13 52 Kurang 40 14 35 Tdk Baik

    29 Sm 17 P Ya Ny. Ss 29 SMA 25 21 84 Cukup 40 14 35 Tdk Baik

    30 Ns 21 L Ya Ny. Sp 34 D3 25 18 72 Cukup 40 20 50 Tdk Baik

    31 Ar 20 P Tidak Ny. 0n 26 SMP 25 9 36 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    32 Gn 11 P Tidak Ny. Wa 29 SD 25 13 52 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    33 Fr 6 P Tidak Ny. Wn 34 SMA 25 7 28 Kurang 40 20 50 Tdk Baik

    34 Mc 8 L Ya Ny. Sy 22 SMA 25 18 72 Cukup 40 20 50 Tdk Baik

    35 Zr 23 L Tidak Ny. Rt 42 SMP 25 14 56 Kurang 40 14 35 Tdk Baik

    36 Ed 20 P Ya Ny. Nr 30 SMA 25 13 52 Kurang 40 28 70 Baik

    37 Yy 13 P Tidak Ny. Ns 31 S1 25 17 68 Cukup 40 24 60 Baik

    38 Mm 13 P Ya Ny. Mr 28 SMP 25 15 60 Kurang 40 24 60 Baik

    39 Gl 12 L Tidak Ny. Hr 30 SMP 25 14 56 Kurang 40 30 75 Baik

    40 Hr 12 P Ya Ny. Af 34 SMA 25 7 28 Kurang 40 26 65 Baik

    41 Fs 15 L Tidak Ny. Rs 22 SMA 25 14 56 Kurang 40 10 25 Tdk Baik

    42 Fh 18 P Tidak Ny. Rm 24 SMA 25 12 48 Kurang 40 10 25 Tdk Baik

  • 43 St 19 L Tidak Ny. Zl 40 SMP 25 10 40 Kurang 40 12 30 Tdk Baik

    44 Dl 12 L Tidak Ny. Ns 23 SMA 25 11 44 Kurang 40 10 25 Tdk Baik

    45 Qy 17 P Ya Ny. Rg 32 SMA 25 15 60 Kurang 40 32 80 Baik

    46 Vh 22 P Ya Ny. WI 23 SMA 25 13 52 Kurang 40 30 75 Baik

    47 Cc 21 P Tidak Ny. Ft 25 SMP 25 17 68 Cukup 40 12 30 Tdk Baik

    48 Hi 21 P Tidak Ny. Hm 36 SMA 25 11 44 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    49 Nw 7 P Ya Ny. Uk 35 SMP 25 11 44 Kurang 40 28 70 Baik

    50 Ry 9 L Ya Ny. Sa 21 SMP 25 12 48 Kurang 40 26 65 Baik

    51 Hs 9 P Tidak Ny. Nl 35 SMA 25 13 52 Kurang 40 14 35 Tdk Baik

    52 At 16 P Tidak Ny. Rr 23 SMA 25 7 28 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    53 Af 20 L Ya Ny. Wt 22 SD 25 7 28 Kurang 40 28 70 Baik

    54 Wl 6 L Ya Ny. Sv 28 SMA 25 12 48 Kurang 40 12 30 Tdk Baik

    55 Km 18 P Tidak Ny. Yn 34 D3 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk Baik

    56 Ml 14 L Tidak Ny. Sb 25 SMA 25 11 44 Kurang 40 14 35 Tdk Baik

    57 Bs 15 P Tidak Ny. Wn 30 SD 25 12 48 Kurang 40 10 25 Tdk Baik

    58 Ta 15 P Tidak Ny. We 19 SD 25 8 32 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    59 Pn 13 L Tidak Ny. Sk 36 SMA 25 14 56 Kurang 40 12 30 Tdk Baik

    60 Rm 12 L Tidak Ny. Wf 35 D2 25 13 52 Kurang 40 18 45 Tdk Baik

    61 Nc 6 P Tidak Ny. Sf 33 SMA 25 15 60 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

    62 Ku 7 P Tidak Ny. Ms 34 SMA 25 23 92 Cukup 40 28 70 Baik

    63 Yb 8 L Ya Ny. Wi 33 SMP 25 11 44 Kurang 40 32 80 Baik

    64 Vr 10 L Tidak Ny. As 28 S1 25 19 76 Cukup 40 30 75 Baik

    65 Rl 11 P Tidak Ny. Wn 43 SD 25 10 40 Kurang 40 16 40 Tdk Baik

  • DOKUMENTASI

    cover.pdf (p.1)HALAMAN PENGESAHAN.fix.pdf (p.2-3)ringkasan-bab v.pdf (p.4-58)Lampiran 1.pdf (p.59-63)LAMPIRAN 2 Master Tabel.pdf (p.64-66)FOTO.pdf (p.67-69)