KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU … · Persentase produk MP-ASI yang tidak...
Transcript of KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU … · Persentase produk MP-ASI yang tidak...
KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN
KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK
ELIN HERLINA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Kesesuaian Produk Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan
Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Jakarta, Agustus 2008
Elin Herlina
NRP F 252050165
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ABSTRACT
ELIN HERLINA. Study on Conformance of Formulated Complementary Foods to the National Standard and Its Contribution on Nutrition Need of Infant/Young Children. Under the direction of FERI KUSNANDAR and NURHENI SRI PALUPI.
Formulated complementary foods have an important role on the nutritional
status of infant/young children. Indonesia has enacted four standard (SNI) related to the formulated complementary foods which are instant powder, biscuit, ready to be consumed and ready to be prepared form. According to the Government Regulation, SNI is voluntarily implemented but it could be mandatory with respect to the consumer safety, security, health, environment and/or economic consideration. The objectives of this study were : (a) to review nutrient content declared on the label of registered complementary foods compared with the SNI, (b) to review the percentage of Recommended Daily Allowance declared on the label compared to the nutrition need of infant/young children, (c) to understand the consumer concern on the label and consumption pattern of infant/young children and (d) to review the contribution of formulated complementary foods on nutrition need of infant and young children. Data collected include references, regulations and standards related to complementary feeding, survey result, label of registered complementary foods.
The study showed that the percentage of complementary foods which did not meet the level of certain nutrient required by the standard for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to be prepared form were 32 %, 87 %, 67 %, and 100 % respectively. Whereas, the percentage of complementary foods which did not meet overall nutrient requirements stated on the standard, either nutrient that should be contained therein or voluntarily added, for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to be prepared form were 68 %, 100 %, 73 %, and 100 %, respectively. Serving size of complementary foods compared to the reference amounts for the local instant powder, imported instant powder, biscuit and ready to prepared form were 100 – 333 %, 213 – 313 %, 257 – 743 % and 100 – 163 %, respectively. Survey result showed that 28 % infant and young children consumed the complementary food instant powder and the frequency of consumption was 2,7 times per day. Biscuit was consumed by 44 % infant and young children and the frequency of consumption was 1,6 times per day. Infant and young children need some nutrients such as energy, protein, fat, linoleic acid, carbohydrate, beta carotene total carotene folic acid, potassium, sodium, phosphor, magnesium, zinc, selenium and iodine from other sources to fulfill the recommended daily intake.
RINGKASAN
ELIN HERLINA. Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak. Dibimbing oleh FERI KUSNANDAR dan NURHENI SRI PALUPI.
Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan dan status gizi bayi dan anak. Selain makanan yang dibuat di rumah, saat ini tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar. Dalam hal ini telah ditetapkan 4 Standar Nasional Indonesia (SNI) meliputi (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 : Siap Santap. SNI bersifat sukarela dan dapat diberlakukan wajib apabila berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis. Mengingat Indonesia masih mempunyai berbagai masalah gizi pada bayi dan anak maka pemberlakuan SNI MP-ASI perlu mendapat perhatian dan prioritas utama.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan meliputi : (a) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI, (b) mengkaji persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak, (c) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi/anak, dan (d) mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan gizi harian bayi/anak.
Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-ASI dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan data produsen/importir dan label produk MP-ASI yang terdaftar tahun 2002 s/d 2007, pengelompokan label sesuai jenis MP-ASI, kompilasi informasi pada label terkait dengan kandungan gizi dan pengolahan data. Kegiatan dalam rangka pengkajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak meliputi pengumpulan data sesuai dengan kegiatan yang dilakukan untuk tahap penelitian kajian kesesuaian kandungan gizi untuk mendapatkan data persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI. Kajian terhadap pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan anak mencakup kegiatan penyusunan kuesioner, penetapan responden, penetapan lokasi pengamatan, pelaksanaan survei dan pengolahan data. Kajian kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan harian bayi dan anak dilakukan dengan menggabungkan data tentang pola konsumsi per hari sebagai hasil survei dengan persentase AKG per saji produk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit per saji dan mengidentifikasi zat gizi yang memerlukan asupan dari pangan lain dan zat gizi yang sudah memenuhi bahkan melebihi kecukupan gizi harian bayi/anak.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa takaran saji yang digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan lokal mencapai 110 – 333 % dari takaran saji baku (15 g), produk MP-ASI bubuk instan impor 213 – 333 %, produk MP-ASI biskuit
mencapai 257 – 743 % dari takaran saji baku (7 g), dan MP-ASI siap masak siap konsumsi mencapai 100 – 163 % dari takaran saji baku (110 g).
Persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan SNI terkait kandungan gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 29 %, MP-ASI bubuk instan impor 87 %, MP-ASI biskuit 61 %, dan MP-ASI siap masak 100 %. Apabila analisa dilakukan terhadap semua zat gizi baik yang wajib terkandung dalam produk MP-ASI maupun yang dapat ditambahkan secara sukarela, persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai standar meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 68 %, MP-ASI bubuk instan impor 100 %, MP-ASI biskuit 73 % dan MP-ASI siap masak 100 %. Produk dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI. Persentase produk MP-ASI bubuk instan impor yang tidak sesuai standar disebabkan karena jenis zat gizi yang diatur dalam SNI lebih banyak daripada standar yang ditetapkan oleh Codex sebagai standar global. Hal tersebut dimungkinkan karena penetapan SNI disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan status gizi masing-masing negara.
Rata-rata persentase AKG semua komponen gizi untuk jenis MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 27 % AKG, MP-ASI bubuk instan impor 31 % AKG, MP-ASI biskuit 14 % AKG dan MP-ASI siap masak 19 % AKG. Dengan demikian, untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak, diperlukan jumlah sajian per hari untuk MP-ASI bubuk instan lokal sebanyak 3.7 kali, MP-ASI bubuk instan impor 3.2 kali, MP-ASI biskuit 7.1 kali dan MP-ASI siap masak 5.3 kali.
Pemahaman responden terhadap label produk MP-ASI meliputi 54 % selalu membaca label, 42 % kadang-kadang dan 4 % tidak pernah membaca label. Sebanyak 7 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai perhatian pertama saat membaca label dan 43 % responden memilih ING sebagai pilihan kedua yang menjadi perhatian saat membaca label. Pertimbangan utama responden dalam memilih produk MP-ASI meliputi faktor harga 54 %, kandungan gizi 22 %, merek terkenal 20 % dan 4 % tergantung kemauan anak anak. Untuk penyiapan dan penggunaan MP-ASI, sebanyak 76 % selalu mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label dan 24 % tidak mengikuti petunjuk tersebut.
Produk MP-ASI bubuk instan dikonsumsi oleh 28 % bayi/anak, dengan rata-rata pemberian MP-ASI bubuk instan 2.7 saji per hari. Produk MP-ASI biskuit dikonsumsi oleh 44 % bayi/anak dengan rata-rata pemberian MP-ASI biskuit 1.6 saji per hari.
Terdapat produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan standar kandungan gizi yang tercantum dalam SNI MP-ASI. Takaran saji yang tercantum pada label produk MP-ASI lebih tinggi dibandingkan dengan takaran saji baku.
Berdasarkan hasil kajian, terdapat beberapa zat gizi yang memerlukan asupan dari sumber makanan lain. Disamping itu juga terdapat zat gizi yang melebihi AKG harian Pemerintah perlu menetapkan takaran saji baku untuk semua jenis produk MP-ASI sehingga dapat digunakan sebagai acuan penilaian produk pangan dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk sebelum diedarkan. Industri pangan hendaknya lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan yang tercantum dalam SNI MP-ASI dalam rangka meningkatkan status gizi bayi/anak Indonesia. Konsumen perlu memperhatikan kandungan gizi produk yang tercantum pada label dan meningkatkan kepedulian terhadap asupan gizi dari produk MP-ASI dalam rangka pemenuhan kecukupan gizi harian bayi dan anak.
KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN
KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK
ELIN HERLINA
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi pada Program Studi Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
Judul Tugas Akhir : Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional
Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi
Bayi/Anak
Nama : Elin Herlina
NRP : F 252050165
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi
(Ketua) (Anggota)
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Magister Profesi Teknologi Pangan
Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal ujian : 31 Mei 2008 Tanggal lulus :
PRAKATA
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas
akhir ini. Tesis berjudul Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap
Kecukupan Gizi Bayi/Anak disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Profesi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Program Studi Teknologi Pangan.
Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. dan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MS, selaku Ketua
dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama
proses penyusunan tesis ini hingga selesai.
2. Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi., selaku dosen penguji yang telah memberi
banyak masukan untuk perbaikan tesis ini.
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana.
4. dr. M. Hayatie Amal, MPH., selaku Direktur Penilaian Keamanan Pangan
yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini.
5. Ir. Sri Irawati Susalit, selaku Direktur Standardisasi Produk Pangan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah
pascasarjana dan memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini.
6. Rekan-rekan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dan Direktorat
Standardisasi Produk Pangan yang selalu memberikan dukungan semangat
untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Mbak Tika, sebagai asisten koordinator program studi pascasarjana teknologi
pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan memberikan
dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini.
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materiil dalam penyelesaian studi.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Jakarta, Agustus 2008
Elin Herlina
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 18 April 1967 sebagai anak
bungsu dari almarhum Bapak Moh. Ishak dan Ibu K. Permayanti. Tahun 1985,
penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bandung dan pada tahun yang sama diterima
melanjutkan studi di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung. Penulis menyelesaikan
program Sarjana Farmasi pada tahun 1990 dan melanjutkan pendidikan Profesi
Apoteker pada institusi yang sama dan lulus pada tahun 1991.
Sejak tahun 1992, penulis bekerja di Direktorat Pengawasan Makanan
dan Minuman Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen
Kesehatan yang pada tahun 2000 menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program
Studi Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui beasiswa yang diperoleh
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 3 Kegunaan ............................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) ...................................... 4 Informasi Nilai Gizi (ING) ...................................................................... 7 Takaran Saji Produk MP ASI ................................................................ 13 Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak ....................... 15
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu .............................................................................. 17 Bahan .................................................................................................. 17 Metode ................................................................................................ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Kandungan Gizi Produk MP ASI dengan SNI MP-ASI ..... 25 Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Produk MP ASI .................. 48 Tingkat Pemahaman Konsumen terhadap Produk MP ASI serta Pola Konsumsi bayi/anak ............................................................................. 51 Kontribusi Produk MP ASI terhadap Kecukupan Gizi Harian Bayi/Anak sesuai Pola Konsumsi .......................................................................... 61
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 67 Saran .................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................... 71
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi ....... 6
2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman
informasi nilai gizi .............................................................................. .. 10
3 Pembulatan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman
informasi nilai gizi ............................................................................... .. 10
4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai
dengan 3 tahun .................................................................................. .. 11
5 Acuan label gizi produk pangan ........................................................ .. 12
6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang
diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan ...................... .. 13
7 Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal
untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI ............... 16
8 Kerangka pikir penelitian ...................................................................... 18
9 Ukuran rumah tangga sendok makan MP-ASI bubuk instan lokal .... .. 27
10 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi .. 30
11 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan
lokal siap konsumsi ........................................................................... .. 31
12 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi .. 35
13 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan
impor siap konsumsi ............................................................................. 36
14 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI biskuit ................ 42
15 Takaran saji produk MP-ASI siap masak .............................................. 45
16 Kepadatan energi produk MP-ASI siap masak siap konsumsi ............ 46
17 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI siap masak siap
konsumsi .............................................................................................. 46
18 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan .... 62
19 Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan
anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan ................................... 63
20 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit ............. 64
21 Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan
anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit .............................................. 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal ............................. 26
2 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dan jumlah air
yang ditambahkan .......................................................................... 27
3 Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal .............................. 28
4 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 28
5 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk
MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI ........................................ 32
6 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor .. 34
7 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk
MP-ASI bubuk instan impor dengan SNI ........................................ 37
8 Takaran saji produk MP-ASI biskuit ............................................... 39
9 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI biskuit ..................... 40
10 Jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit ........................... 41
11 Berat per keping produk MP-ASI biskuit ........................................ 41
12 Takaran saji dan jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit .. 41
13 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk
MP-ASI biskuit dengan SNI ............................................................ 43
14 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk
MP-ASI siap masak dengan SNI .................................................... 47
15 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk
instan lokal per saji ........................................................................ 49
16 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk
instan impor per saji ..................................................................... 49
17 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit
per saji ........................................................................................... 50
18 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap
masak per saji ............................................................................... 50
19 Rata-rata persentase AKG dan jumlah saji per hari yang
diperlukan untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak ...... 51
20 Proporsi jumlah responden di tiap wilayah ..................................... 52
21 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan .................. 53
x
22 Komposisi responden berdasarkan pekerjaan ............................... 53
23 Komposisi responden berdasarkan jumlah anak ............................ 54
24 Kebiasaan konsumen membaca label produk pangan ................... 54
25 Perhatian responden terhadap informasi nilai gizi pada label ........ 55
26 Proporsi responden yang mengikuti petunjuk penyiapan dan
penggunaan yang tercantum pada label produk MP-ASI ................ 56
27 Pertimbangan responden dalam membeli produk MP-ASI ............. 56
28 Persentase bayi/anak yang mengonsumsi ASI, susu bayi,
makanan bayi rumahan, MP ASI bubuk instan, MP ASI biskuit,
buah-buahan dan lain-lain .............................................................. 57
29 Proporsi responden yang memberikan ASI .................................... 58
30 Proporsi responden yang memberikan susu formula bayi .............. 58
31 Proporsi responden yang memberikan ASI, susu formula bayi
serta ASI dan susu formula bayi .................................................... 59
32 Proporsi pemberian makanan bayi yang dibuat di rumah .............. 59
33 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI bubuk instan ........ 60
34 Pola konsumsi dengan MP-ASI bubuk instan ............................... 60
35 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI biskuit .................. 61
36 Pola konsumsi dengan MP-ASI biskuit ............................................ 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion:
Infant and Toddler Foods ............................................................... 71
2 Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pola pemberian makan
bayi dan anak ................................................................................. 72
3 Data umum produk MP-ASI bubuk instan lokal .............................. 75
4 Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal ........................ 77
5 Data umum produk MP-ASI bubuk instan impor ............................. 82
6 Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor ..................... 83
7 Data umum produk MP-ASI biskuit ................................................ 85
8 Kandungan gizi produk MP-ASI biskuit .......................................... 86
9 Data umum produk MP-ASI siap masak ........................................ 87
10 Kandungan gizi produk MP-ASI siap masak .................................. 88
11 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan
lokal ................................................................................................ 89
12 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan
impor ............................................................................................... 94
13 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit ............... 95
14 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak ....... 97
15 Data umum responden ................................................................... 98
16 Pemahaman responden terhadap produk MP-ASI ......................... 102
17 Pola konsumsi harian bayi dan anak .............................................. 103
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian khusus,
karena hal tersebut sangat berperan terhadap tingkat kesehatan dan status gizi
bayi dan anak. Rendahnya status gizi bayi/anak dapat disebabkan antara lain
karena kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak mengandung
energi, zat gizi makro dan mikro yang cukup.
Malnutrisi merupakan masalah kesehatan utama dalam pengembangan
sumber daya manusia. Sekitar sepertiga anak usia di bawah lima tahun di negara
berkembang mempunyai tinggi badan yang kurang. Periode usia sampai 2 tahun
merupakan masa kritis bagi peningkatan perkembangan kesehatan yang optimal.
Pengaruh yang langsung dari gizi kurang selama masa tersebut meliputi
terlambatnya perkembangan mental dan motorik. Sedangkan pengaruh jangka
panjang dari kurangnya zat gizi yang terjadi pada masa dini dihubungkan dengan
kemampuan bekerja dan intelektual (WHO 2003).
Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Prevalensi
kurang gizi balita terus mengalami kenaikan sejak tahun 2000 (24.7 %) kemudian
26.1 % (2001), 27.3 % (2002) dan 27.5 % (2003) (Depkes 2004a).
WHO (2006) mempublikasikan indikator kesehatan di Indonesia pada tahun
2004, meliputi balita dengan tinggi badan kurang (28.6 %), balita dengan berat
badan kurang (19.7 %) dan balita dengan kelebihan berat badan (5.1 %).
Pada masa usia 6 sampai dengan 24 bulan, jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh kelompok usia tersebut sangat terbatas. Jenis makanan
selain ASI antara lain susu formula bayi dan susu formula lanjutan, Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan buah-buahan tertentu. MP-ASI yang
diberikan kepada bayi dan anak dapat berupa makanan bayi yang dibuat sendiri
di rumah dengan bahan makanan yang tersedia dan variasi dapat ditentukan
oleh masing-masing orang tua.
Mengingat konsumen dalam hal ini bayi dan anak tidak dapat menentukan
secara langsung jenis pangan yang akan dikonsumsinya, maka peranan orang
tua terutama ibu menjadi sangat penting. Pemahaman seorang ibu terhadap
produk yang diberikan kepada bayi dan anak mereka sangat mempengaruhi
2
asupan gizi yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi bayi dan anak.
Pemahaman tersebut dapat dilihat dari kebiasaan membaca informasi tentang
produk pangan baik melalui label atau sumber informasi lain, serta pola konsumsi
harian meliputi jenis dan jumlah makanan yang diberikan kepada bayi dan anak.
Disamping makanan pendamping ASI yang dibuat di rumah, saat ini
tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar.
Berdasarkan bentuknya, produk MP-ASI dikelompokkan menjadi : (1) MP-ASI
bubuk instan, (2) MP-ASI biskuit, (3) MP-ASI Siap Masak dan (4) MP-ASI Siap
Santap sebagaimana standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional meliputi : (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d)
SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 :
Siap Santap.
Produk MP-ASI diformulasi khusus sedemikian rupa sehingga diharapkan
dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi kelompok konsumen tersebut.
Jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam makanan untuk bayi
dan anak dalam 100 g pangan dengan basis berat kering, sekurang-kurangnya
2/3 dari persyaratan kebutuhan harian (CAC 1991).
Pemerintah RI (2000) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia
(SNI) berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia dan bersifat sukarela untuk
diterapkan oleh pelaku usaha. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam hal SNI
berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat
atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis,
instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau keseluruhan
spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI tersebut. Sejalan dengan hal
tersebut, Pemerintah RI (2004) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia
dapat diberlakukan secara wajib dengan mempertimbangkan keselamatan,
keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian lingkungan hidup dan/atau
pertimbangan ekonomis harus memenuhi standar mutu tertentu.
Mengingat pentingnya kecukupan gizi bagi kelompok konsumen usia 6
sampai dengan 24 bulan dalam menunjang pembangunan manusia Indonesia
sejak usia dini, maka pemberlakuan SNI MP-ASI perlu mendapat perhatian dan
prioritas utama. Sampai saat ini, Indonesia masih mempunyai berbagai masalah
3
gizi pada bayi dan anak antara lain gizi buruk dan gizi kurang, anemia gizi besi,
kurang vitamin A, gangguan pertumbuhan, dan lain-lain. Dalam rangka
pemberlakuan secara wajib SNI MP-ASI tersebut, sebagai tahap awal, diperlukan
adanya pengkajian terhadap produk MP-ASI yang terdaftar di Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM).
Pengkajian diarahkan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan
kandungan gizi produk MP-ASI dan kontribusi produk MP ASI terhadap
pemenuhan gizi harian bayi/anak termasuk pemahaman konsumen terhadap
produk MP-ASI.
Tujuan Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah (1) mengkaji kesesuaian
kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) MP-ASI, (2) mengkaji persentase AKG zat gizi yang
tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi
bayi/anak, (3) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) serta pola konsumsi bayi/anak, dan (4)
mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan
gizi harian bayi/anak.
Kegunaan Hasil kajian diharapkan dapat digunakan oleh pihak Pemerintah sebagai
dasar penyusunan kebijakan lebih lanjut dalam rangka pemberlakuan SNI MP-
ASI secara wajib serta kebijakan di bidang peningkatan status gizi bayi dan anak.
Bagi pihak produsen, hasil kajian ini dapat menjadi acuan dalam
memproduksi MP-ASI agar memenuhi persyaratan serta turut aktif dalam
meningkatkan status gizi masyarakat khususnya bayi dan anak.
Bagi konsumen diharapkan hasil kajian ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang produk MP-ASI sehingga dapat memanfaatkan label
sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang tepat terutama perihal
kandungan gizi produk MP-ASI serta dikaitkan dengan kebutuhan bayi/anak
terhadap kecukupan zat gizi yang diperoleh dari produk pangan tersebut. Lebih
jauh konsumen dapat memanfaatkan hasil penelitian ini terkait dengan
pemeliharaan dan peningkatan status gizi bayi dan anak dengan melakukan
pemilihan produk MP-ASI yang tepat.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI,
Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI
yang terdiri dari 4 bagian yaitu (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d)
SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 :
Siap Santap. SNI tersebut dikembangkan dan disusun dengan tujuan untuk : (1)
melindungi kesehatan konsumen khususnya bayi dan anak, (2) menjamin
perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan (3) mendukung
perkembangan industri MP-ASI.
Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) didefinisikan sebagai
makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam)
bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua
puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi (BSN 2005a).
MP–ASI Bubuk Instan adalah MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat
disajikan seketika dengan hanya penambahan air minum atau cairan lain yang
sesuai (BSN 2005a). MP–ASI Biskuit adalah MP–ASI yang diproduksi melalui
proses pemanggangan yang dapat dikonsumsi setelah dilumatkan dengan
penambahan air, susu, atau cairan lain yang sesuai untuk bayi diatas 6 (enam)
bulan atau berdasarkan indikasi medik, atau dapat dikonsumsi langsung sesuai
umur dan organ pencernaan bayi/anak (BSN 2005b). MP–ASI Siap Masak
adalah MP–ASI yang telah diproses dan harus dimasak dengan air atau cairan
lain yang sesuai sebelum dikonsumsi (BSN 2005c).
MP – ASI Bubuk Instan dideskripsikan berbentuk serbuk, serpihan, hablur,
granul. MP – ASI Bubuk Instan jika ditambah cairan menghasilkan bubur halus,
bebas dari gumpalan dan dapat disuapkan dengan sendok. Sedangkan deskripsi
MP – ASI Siap Masak berbentuk serbuk, ekstrudat, butiran, pasta (antara lain
mie, makaroni) dan atau campurannya. MP – ASI Siap Masak merupakan produk
yang setelah dimasak sesuai petunjuk yang tertera di dalam kemasan dapat
menghasilkan makanan yang bentuk dan teksturnya sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan bayi dan anak dalam menelan dan atau mengunyah.
5
Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius
Commission, jika suatu pangan ditambah dengan satu atau lebih zat gizi yang
telah ditetapkan angka kecukupan gizinya, maka jumlah vitamin dan mineral
yang ditambahkan yang terkandung dalam 100 g pangan sekurang-kurangnya
2/3 dari nilai kecukupan harian (CAC 1991). Pertimbangan dalam menetapkan
ketentuan tersebut antara lain kondisi negara setempat termasuk kontribusi zat
gizi dalam pola makan yang diperoleh dari makanan pokok, dan status gizi dari
kelompok populasi target pada usia tersebut.
SNI MP-ASI memuat ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi,
komposisi dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran, metode uji dan
pengambilan contoh, higiene, pengemasan, dan pelabelan.
Komposisi produk MP-ASI meliputi bahan utama dan bahan lain. Sebagai
bahan utama, produk MP-ASI terbuat dari salah satu atau campuran bahan-
bahan berikut dan atau turunannya : serealia (misal beras, jagung, gandum,
sorgum, barley, oats, rye, millet, buckwheat), umbi-umbian (misal ubi jalar, ubi
kayu, garut, kentang, gembili), bahan berpati (misal sagu, pati aren), kacang-
kacangan (misal kacang hijau, kacang merah, kacang tunggak, kacang dara),
biji-bijian yang mengandung minyak (misal kedelai, kacang tanah, wijen), susu,
ikan, daging, unggas, buah dan atau bahan makanan lain yang sesuai (BSN
2005a, 2005b, 2005c). Syarat mutu produk MP-ASI meliputi bentuk dan tekstur,
kadar air, kadar abu, kepadatan energi, protein, karbohidrat (termasuk serat
pangan), lemak (termasuk asam lemak trans), vitamin dan mineral.
Zat gizi yang dikandung MP-ASI harus dapat mendampingi ASI untuk
mencapai kecukupan gizi pada kelompok umur tersebut. Persyaratan mutu
produk MP-ASI bubuk instan, biskuit, dan siap masak ditunjukkan pada Tabel 1.
Persyaratan untuk vitamin dan mineral terbagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan ketentuan wajib dan tidaknya terdapat dalam produk pangan.
Ketentuan tentang pengelompokkan tersebut didasarkan kepada status gizi bayi
dan anak di Indonesia serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi MP-
ASI sesuai dengan jenisnya. Untuk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI siap
masak, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D dan vitamin C,
sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E, vitamin K, vitamin
B1, vitamin B2, niasin, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 dan asam pantotenat.
Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, dan iodium,
sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium.
6
Tabel 1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi (BSN 2004a, 2004b, 2004c)
i) Kepadatan energi dihitung terhadap produk siap dikonsumsi untuk MP-ASI bubuk
instan, siap masak dan siap santap ii) Jumlah karbohidrat yang ditambahkan dari sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa
atau madu jika bahan tersebut ditambahkan pada produk. iii) < 100 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk bayi, dan < 200 mg/100
kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk anak usia diatas 12 bulan
No Parameter Satuan Syarat Mutu MP-ASI Bubuk Instan Biskuit Siap Masak
1 Energi i) kkal/g Min 0,8 Min 4 Min 0,8 2 Protein g/100 kkal Min 2 Maks 5,5 Min 1,5 Min 2 Maks 5,5
g/100 g Min 8 Maks 22 Min 6 Min 8 Maks 22 3 Karbohidrat ii) g/100 kkal Maks 7,5 Maks 7,5 Maks 7,5
g/100 g Maks 30 Maks 30 Maks 30 Fruktosa g/100 kkal Maks 3,75 Maks 3,75 Maks 3,75
g/100 g Maks 15 Maks 15 Maks 15 4 Serat pangan g/100 kkal Maks 1,25 Maks 1,25 Maks 1,25
g/100 g Maks 5 Maks 5 Maks 5 5 Lemak g/100 kkal Min 1,5 Maks 3,75 Min 1,5 Maks 4,5 Min1,5 Maks 3,75
g/100 g Min 6 Maks 15 Min 6 Maks 18 Min 6 Maks 15 Asam lemak trans % total lemak Maks 4 Maks 4 Maks 4
6 Vitamin A RE/100 kkal Min 62,5 Maks180 Min 62,5 Maks180 Min 75 Maks 225RE/100 g Min 250 Maks 700 Min 250 Maks 700 Min 300 Maks 900
7 Vitamin D mcg/100 kkal Min 0,75 Maks 2,5 Min 0,75 Maks 2,5 Min 1 Maks 3 mcg/100 g Min 3 Maks 10 Min 3 Maks 10 Min 4 Maks 12
8 Vitamin C mg/100 kkal Min 6,25 Min 20 mg/100 g Min 27 Min 80
9 Vitamin E mg/100 kkal Min 1 Min 1 Min 1,25 mg/100 g Min 4 Min 4 Min 5
10 Vitamin K mcg/100 kkal Min 2,5 Min 2,5 Min 3 mcg/100 g Min 10 Min 10 Min 12
11 Vitamin B1 mg/100 kkal Min 0,1 Min 0,2 mg/100 g Min 0,4 Min 0,7
12 Vitamin B2 mg/100 kkal Min 0,1 Min 0,2 mg/100 g Min 0,4 Min 0,7
13 Niasin mg/100 kkal Min 1 Min 1,6 mg/100 g Min 4 Min 6,5
14 Vitamin B12 mcg/100 kkal Min 0,075 Min 0,15 mcg/100 g Min 0,3 Min 0,6
15 Asam folat mcg/100 kkal Min 6,25 Min 12 mcg/100 g Min 27 Min 48
16 Vitamin B6 mg/100 kkal Min 0,2 Min 0,3 mg/100 g Min 0,7 Min 1,2
17 Asam pantotenat mg/100 kkal Min 0,3 Min 0,5 mg/100 g Min 1,3 Min 2,3
18 Natrium (Na) iii) mg/100 kkal < 100 < 200 < 100 < 200 < 100 < 200 19 Kalsium (Ca) mg/100 kkal Min 50 Min 50 Min 50
mg/100 g Min 200 Min 200 Min 200 20 Besi (Fe) mg/100 kkal Min 1,25 Min 1,25 Min 1,25
mg/100 g Min 5 Min 5 Min 5 21 Seng (Zn) mg/100 kkal Min 0,6 Min 0,6 Min 0,6
mg/100 g Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5 22 Iodium (I) mcg/100 kkal Min 11,25 Min 13,5
mcg/100 g Min 45 Min 55 23 Selenium (Se) mcg/100 kkal Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5
mcg/100 g Min 10 Min 10 Min 10
7
Untuk MP-ASI biskuit, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D,
sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E dan vitamin K.
Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, sedangkan mineral
yang dapat ditambahkan adalah selenium.
Informasi Nilai Gizi (ING) Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada
label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa
istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di
berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition
information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada
dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat
menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah
nutrition information panel.
WHO (2004) mendefinisikan nutrition labeling sebagai daftar zat gizi pada
label pangan dengan beberapa bentuk pencantuman jumlah zat gizi. Sedangkan
CAC (2006) menyatakan definisi nutrition labelling adalah deskripsi yang
dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kandungan gizi pangan
kepada konsumen.
Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap
semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang
kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa
pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib
dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung
vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang
dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan
atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999).
Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman
kandungan gizi pada label bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan
dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian
berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat;
jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan
karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan kandungan
8
gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut wajib
memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan,
(c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam
gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak
per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang
dianjurkan.
Sebagai petunjuk pelaksanaan dari ketentuan Peraturan Pemerintah
tersebut, telah ditetapkan pedoman pencantuman informasi nilai gizi pada label
pangan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan
mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat
dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran
saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib
dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan
natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu,
meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan,
gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib
ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang
pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain
yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh
tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak
larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain.
Format informasi nilai gizi yang ditetapkan dalam Pedoman Pencantuman
Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan meliputi berbagai format yang dapat
digunakan sesuai dengan ukuran kemasan, bentuk pangan yang dikemas.
Berbagai bentuk format tersebut meliputi (a) format umum, (b) format untuk
pangan yang ditujukan bagi bayi/anak usia 6 sampai 24 bulan, (c) format untuk
pangan yang ditujukan bagi anak usia 2 sampai 5 tahun, (d) format untuk pangan
yang di dalam kemasannya berisi 2 atau lebih pangan yang dikemas secara
terpisah dan dimaksudkan untuk dikonsumsi masing-masing, atau pangan dari
jenis yang sama namun berbeda rasa, aroma atau warna, (e) format untuk
pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi, (f)
format untuk pangan yang harus diolah terlebih dahulu, (g) format untuk
kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan
100 cm2, dan (h) format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label
kurang dari atau sama dengan 30 cm2.
9
Dalam rangka keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel
informasi nilai gizi, ditetapkan ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan zat
gizi dan persentase angka kecukupan gizi. Ketentuan tentang pembulatan nilai
kandungan gizi dan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman jumlah
kandungan gizi pada informasi nilai gizi ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Dengan demikian, nilai yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi sebagai
salah satu keterangan pada label pangan merupakan hasil pembulatan dari
kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Pangan yang
mencantumkan informasi nilai gizi pada label harus disertai dengan hasil
pengujian laboratorium terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam produk
akhir yang akan diedarkan.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sebagaimana disebutkan dalam Depkes (2005),
dinyatakan bahwa kegunaan AKG diutamakan untuk (1) acuan dalam menilai
kecukupan gizi, (2) acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk
perencanaan makanan di institusi, (3) acuan perhitungan dalam perencanaan
penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, (4) acuan pendidikan gizi,
dan (5) acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Yuniastuti
(2008) menjelaskan lebih lanjut tentang kegunaan angka kecukupan gizi sebagai
berikut :
(1) Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan
data survei konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan
membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survei konsumsi terhadap
angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagai tingkat konsumsi.
(2) Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian
makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS), lembaga
pemasyarakatan, panti sosial.
(3) Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan
maupun kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat
fisiologis sehingga untuk tingkat produksi sampai konsumsi, diperkirakan
sekitar 15 %.
(4) Patokan label gizi pada makanan kemasan.
10
(5) Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok
umur, fisiologis dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui
gerakan pangan dan gizi.
Tabel 2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005)
Komponen gizi Kandungan per sajian Pembulatan
Energi total < 5 kkal 0 kkal 5 kkal – 50 kkal Kelipatan 5 kkal terdekat > 50 kkal Kelipatan 10 terdekat
Lemak total < 0,5 g 0 g 0,5 – 5 g Kelipatan 0,5 g terdekat > 5 g Kelipatan 1 g terdekat
Protein < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat
Karbohidrat total < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat
Natrium < 5 mg 0 mg 5 mg – 140 mg Kelipatan 5 mg terdekat > 140 mg Kelipatan 10 mg terdekat
Serat pangan < 0,5 g 0 g > 0,5 g Kelipatan 1 terdekat
Tabel 3 Pembulatan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005)
Komponen gizi Persentase Pembulatan Lemak total 0 % 0 %
> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Protein 0 % 0 %
> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Karbohidrat total 0 % 0 %
> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Natrium 0 % 0 %
> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Serat pangan 0 % 0 %
> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Vitamin dan mineral < 2 % 0 %
2 % - 10 % Kelipatan 2 % terdekat > 10 % Kelipatan 5 % terdekat
Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, usia yang terkait
dengan kelompok target konsumen produk MP-ASI adalah bayi usia 7 – 11
bulan dan anak usia 1 – 3 tahun. Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi
kelompok anak usia tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
11
Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun (Depkes 2005)
No Parameter Satuan AKG untuk Kelompok umur 7 – 11 bulan 1 – 3 tahun
1 Energi kkal 650 1000 2 Protein g 16 25 3 Vitamin A re 400 400 4 Vitamin D mcg 5 5 5 Vitamin E mg 5 6 6 Vitamin K mcg 10 15 7 Thiamin mg 0,4 0,5 8 Riboflavin mg 0,4 0,5 9 Niasin mg 4 6 10 Asam folat mcg 80 150 11 Piridoksin mg 0,3 0,5 12 Vitamin B12 mcg 0,5 0,9 13 Vitamin C mg 40 40 14 Kalsium mg 400 500 15 Fosfor mg 225 400 16 Magnesium mg 55 60 17 Besi mg 7 8 18 Yodium mcg 90 90 19 Seng mg 7,5 8,2 20 Selenium mcg 10 17 21 Mangan mg 0,6 1,2 22 Fluor mg 0,4 0,6
Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan
untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan
adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan
nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut
berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala
Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi
Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk
Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 5.
Acuan Label Gizi tersebut merupakan hasil kajian pakar yang tertuang
dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 dan merupakan rekomendasi
bagi pihak Pemerintah yang kemudian ditetapkan dalam bentuk peraturan teknis
oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Acuan label gizi ditetapkan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia
12
yang juga merupakan hasil kajian pakar dalam Widya Karya Pangan dan Gizi
Nasional tahun 2004 tersebut.
Tabel 5 Acuan Label Gizi Produk Pangan (BPOM 2007)
No Zat Gizi Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen
Satuan Umum Bayi 0–6bulan
Anak 7–23 bulan
Anak 2–5 tahun
Ibu Hamil
Ibu Menyusui
1 Energi Kal 2000 550 800 1300 2160 2425 2 Lemak total g 62 35 27 40 60 67 3 Lemak jenuh g 18 - - - 19 22 4 Kolesterol mg <300 - - - <300 <300 5 Asam linoleat g - 2,0 3,0 4,0 6 7 6 Protein g 60 10 20 35 81 91 7 Karbohidrat Total g 300 50 120 200 324 364 8 Serat Makanan g 25 - - - 25 25 9 Vitamin A *) RE 600 375 400 440 800 850 Setara karoten total *) mcg 7200 4500 4800 5280 9600 10200 Setara beta karoten *) mcg 3600 2250 2400 2640 4800 5100
10 Vitamin D mcg 10 5 5 5 5 5 11 Vitamin E mg 15 4 6 7 15 19 12 Vitamin K mcg 60 5 12 18 55 55 13 Thiamin mg 1,0 0,3 0,5 0,7 1,3 1,3 14 Riboflavin mg 1,2 0,3 0,5 0,6 1,4 1,5 15 Niasin mg 15 2 5 7 18 17 16 Asan folat mcg 400 65 90 185 600 500 17 Asam Pantotenat mg 7 1,4 2,0 3,0 7 7 18 Piridoksin mg 1,3 0,1 0,4 0,6 1,7 1,8 19 Vitamin B 12 mcg 2,4 0,4 0,6 1,0 2,6 2,8 20 Vitamin C mg 90 40 40 45 90 100 21 Kalium mg 4700 400 700 3400 4700 5100 22 Natrium mg <2300 120 370 1100 1500 <2300 23 Kalsium mg 800 200 480 500 950 950 24 Fosfor mg 600 100 320 400 600 600 25 Magnesium mg 270 25 60 80 270 270 26 Besi mg 26 0,3 8 8 33 32 27 Yodium mcg 150 90 90 110 200 200 28 Zink mg 12 5,5 8 9,4 14,7 13,9 29 Selenium mcg 30 5 13 19 35 40 30 Mangan mg 2 0,003 0,8 1,4 2 2,6 31 Fluor mg 2,5 0,01 0,6 0,8 2,7 2,7
*) Vitamin A bersumber dari pangan (non sintetik) • Untuk vitamin A dari sumber hewani atau retinol, 1 RE setara 1 RAE (Retinol Activity
Equivalent) • Untuk memenuhi setara RAE dari karoten total, nilai RE dikali 24 • Untuk memenuhi setara RAE dari beta karoten, nilai RE dikali 12
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.52.6291 tersebut merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yaitu
Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.5.1142 tahun 2003 tentang Acuan
Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan.
Selengkapnya tentang acuan pencantuman angka kecukupan gizi berdasarkan
13
Peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Lebih lanjut pengkajian dan
pembahasan terhadap label produk MP-ASI mengacu pada AKG tahun 2003
mengingat produk tersebut mendapatkan persetujuan mulai tahun 2002 sampai
dengan tahun 2007 dimana masih diberlakukan Keputusan Kepala Badan POM
No. HK.00.05.5.1142 tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase
Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan.
Tabel 6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan (BPOM 2003a)
No Zat Gizi AKG Satuan Keterangan 1 Energi 950 kkal 2 Protein 20 g 3 Lemak total 30 g 4 Asam linoleat 3.0 g 6 Karbohidrat 150 g 9 Vitamin A 400 RE 1 RE = 1 mcg retinol
10 Karoten total 4800 mcg 1 RE = 12 mcg karoten 11 Beta karoten 2400 mcg 1 RE = 6 mcg beta karoten 12 Vitamin D 5.0 mcg 13 Vitamin E 5.0 mg 14 Vitamin K 10.0 mcg 15 Thiamin 0.5 mg 16 Riboflavin 0.5 mg 17 Niasin 6.0 mg 18 Vitamin B6 0.5 mg 19 Asam pantotenat 2.0 mg 20 Asam folat 160 mcg 21 Vitamin B12 0.9 mcg 22 Vitamin C 40 mg 23 Kalium 700 mg 24 Natrium 350 mg 25 Kalsium 500 mg 26 Fosfor 400 mg 27 Besi 9.0 mg 28 Magnesium 50 mg 29 Zink 6.0 mg 30 Selenium 15 mcg 31 Iodium 100 mcg
Takaran Saji Produk MP-ASI
Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi adalah takaran saji
produk yang dicantumkan pada label. Takaran saji baku sebagai acuan untuk
pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan belum ditetapkan di
Indonesia. Sedangkan negara lain yang sudah mempunyai ketentuan tentang
14
takaran saji tersebut antara lain Amerika Serikat dan Canada. Code of Federal
Regulation (CFR) menetapkan Reference Amount Customarily Consumed per
Eating Occasion untuk produk pangan yang beredar di Amerika Serikat. Acuan
tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap
saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut kelompok umur.
Sehubungan dengan belum adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan
acuan pencantuman takaran saji di Indonesia, maka industri dapat menetapkan
takaran saji produk yang akan diedarkannya. Takaran saji tersebut harus
disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan merupakan salah satu
substansi penilaian yang dilakukan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan
dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk pangan.
Berdasarkan BPOM (2003b, 2005), definisi takaran saji adalah jumlah
produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam
ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah
tangga sebagaimana disebutkan diatas meliputi antara lain sendok teh (5 ml),
sendok makan (10 ml), sendok takar, gelas (200 ml), botol, kaleng, mangkuk/cup,
bungkus, sachet, keping, buah, biji, potong, iris. Khusus untuk pangan bayi dan
anak di bawah lima tahun ukurannya sesuai dengan petunjuk penggunaan.
Negara yang telah menetapkan ketentuan terkait dengan takaran saji
adalah Canada dan Amerika Serikat. Takaran saji yang ditetapkan oleh Canada
tertuang dalam Reference Amounts and Serving Sizes (Essential to making a
nutrient content claim and preparing a nutrition facts table). Food and Drug
Administration (FDA) Amerika Serikat menetapkan jumlah reference amount
berdasarkan kelompok umur untuk menggambarkan jumlah yang biasa
dikonsumsi dalam satu kali makan oleh individu dalam setiap kelompok populasi
tersebut. Pengelompokkan tersebut meliputi (a) pangan untuk usia 4 tahun atau
lebih, dan (b) pangan untuk bayi atau anak dibawah 4 tahun.
Reference amount pangan yang ditujukan bagi bayi atau anak dibawah 4
tahun hanya berlaku untuk pangan yang diformulasikan atau diproses secara
khusus untuk dikonsumsi oleh bayi atau anak dibawah 4 tahun. Ketentuan
tersebut tertuang dalam Code of Federal Regulation (CFR) tentang Reference
Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : General Food Supply dan
Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and
Toddler Foods. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa
dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut
15
kelompok umur tersebut. Data selengkapnya perihal reference amount untuk
pangan bayi dan anak ditunjukkan pada Lampiran 1.
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Amerika Serikat tentang Reference
Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods,
maka takaran saji produk MP-ASI dapat mengacu kepada kelompok berikut : (a)
sereal, instan kering, (b) sereal, siap disajikan, (c) produk sereal dan biji-bijian
lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi, kukis,
biskuit dan toast.
Takaran saji untuk produk MP-ASI bubuk instan dapat mengacu kepada
nilai reference amount untuk sereal, instan kering (cereals, dry instant) yaitu
sebesar 15 g, sedangkan MP-ASI siap masak dapat mengacu kepada sereal,
siap disajikan (cereals, prepared, ready to-serve) yaitu sebesar 110 g (dihitung
terhadap produk siap disajikan). Dengan mengacu kepada produk sereal dan biji-
bijian lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi,
kukis, biskuit dan toast (other cereal and grain products, dry ready to eat, e.g.,
ready to eat cereals, cookies, teething biscuits and toasts) maka takaran saji
baku produk MP-ASI biskuit adalah sebesar 7 g.
Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling lengkap dan sempurna
bagi bayi. Manfaat Asi bagi bayi akan terasa seumur hidupnya,. Manfaat ASI
tersebut meliputi antara lain (Westcott 2003) :
a. zat gizi dari ASI sangat mudah diserap, sehingga bayi yang diberi ASI
jarang terkena gangguan perut
b. ASI memberi kekebalan infeksi selama bulan-bulan pertama kehidupannya
c. Bayi yang diberi ASI lebih jarang terkena gangguan alergi.
d. Kejadian mati mendadak lebih kecil jumlahnya pada bayi dengan ASI.
Kandungan gizi pada ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Hampir separuh
kalori dalam ASI diperoleh dari karbohidrat khususnya laktosa (Cox 2006).
Sesuai dengan kebijakan nasional terkait dengan pemberian ASI Eksklusif,
dimana ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia diberikan sejak lahir sampai
dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Depkes
2004b). Dengan adanya ketentuan tersebut, maka peruntukan produk MP-ASI
sesuai dengan definisi yang tercantum dalam SNI yaitu MP-ASI merupakan
16
makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke
atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk
mencapai kecukupan gizi.
World Health Organization (WHO) telah menetapkan strategi global
pemberian makanan bayi dan anak sebagai acuan bagi setiap negara untuk
menetapkan strategi nasional masing-masing negara disesuaikan dengan kondisi
gizi penduduk di masing-masing negara. WHO menganjurkan agar bayi mulai
menerima MP-ASI pada usia 6 bulan sebagai tambahan terhadap ASI. Frekuensi
pemberian MP-ASI sangat terkait dengan kepadatan gizi produk tersebut. Untuk
rata-rata bayi sehat, makanan harus diberikan 4 – 5 kali per hari dengan
tambahan makanan kecil bergizi (misal buah atau roti) diberikan 1 – 2 kali per
hari. Jumlah pangan yang tepat tergantung pada kepadatan energi makanan
lokal dan jumlah yang biasa dikonsumsi pada setiap pemberian makan. Jika
kepadatan energi atau jumlah makanan per sekali makan rendah, maka
frekuensi makan harus ditambah untuk memenuhi kecukupan energi harian
bayi/anak. Informasi selengkapnya tentang kebutuhan energi, frekuensi makan
dan kepadatan energi untuk bayi dan anak usia 6 bulan sampai 23 bulan
tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7 Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI (WHO 2005)
Usia bayi/anak (bulan)
6 – 8 9 – 11 12 – 23 Kebutuhan energi rata-rata (kkal/hari) 615 686 894 Persyaratan energi +2 SD (+25%) 769 858 1118 Kapasitas lambung (g/sekali makan), berdasarkan 30 g/kg bb
249 285 345
Kepadatan energi Frekuensi makan per hari yang diperlukan 0,6 kkal/g 5,1 5,0 5,4 0,8 kkal/g 3,9 3,8 4,1 1,0 kkal/g 3,1 3,0 3,2 Frekuensi makan per hari Kepadatan energi minimum yang
diperlukan (kkal/g) 3 kali 1,03 1,00 1,08 4 kali 0,77 0,75 0,81 5 kali 0,62 0,60 0,65
17
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Jakarta selama delapan bulan sejak bulan Agustus
2007 sampai dengan Maret 2008. Data awal diperoleh dari Direktorat Penilaian
Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelaksanaan survei
dilakukan di sarana pelayanan kesehatan meliputi rumah sakit dan puskesmas
yang berada di 5 (lima) wilayah Jakarta meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Bahan Bahan yang digunakan berupa data yang meliputi (1) label produk Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan
Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, (2) peraturan perundang-
undangan terkait dengan produk MP-ASI dan informasi nilai gizi yang berlaku di
Indonesia, angka kecukupan gizi dan pelabelan, (3) Standar Nasional Indonesia
tentang MP-ASI yaitu (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, dan (c) SNI 01-7111.3-
2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak (4)
ketentuan perundang-undangan terkait dengan takaran saji baku (reference
amount) yang ditetapkan di negara lain (Amerika Serikat), dan (5) kuesioner
sebagai instrumen untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap produk
MP-ASI dan untuk mendapatkan gambaran tentang pola konsumsi bayi/anak.
Metode Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan sesuai dengan
tujuan penelitian dan hasil yang diharapkan yaitu : (1) Kajian kesesuaian
kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-ASI,
(2) Kajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI
dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/ anak, (3) Kajian terhadap
pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan
anak dan (4) Kajian terhadap kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan
harian bayi dan anak sesuai dengan pola konsumsi sebagai hasil survei.
Kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Tabel 8.
18
Tabel 8 Kerangka pikir penelitian No Tahap
Penelitian Tujuan Aktivitas Target Output Keterangan
1 Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terha-dap SNI MP-ASI
Membanding- kan kandung-an gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI
a Inventarisasi data produsen/importir produk MP-ASI yang terdaftar di BPOM
Data tentang produsen/importir produk MP-ASI
Sumber data berasal dari data base Direktorat Penilaian Keamanan Pangan (Dit. PKP)
b Inventarisasi label produk MP- ASI yang mendapat persetujuan tahun 2002-2007
Label produk MP- ASI yang terdaftar sejak tahun 2002 s/d 2007
Data sekunder berupa label produk pangan yang disetujui saat pendaftaran
c Mengelompokkan label menjadi MP-ASI bubuk instan lokal, MP-ASI bubuk instan impor, MP-ASI biskuit dan MP-ASI siap masak
Pengelompokkan label menjadi MP- ASI bubuk instan lokal, MP-ASI bubuk instan impor, MP- ASI biskuit dan MP- ASI siap masak
Secara manual dengan menge-lompokkan label sesuai dengan jenis produknya
d Kompilasi informasi pada label terkait de-ngan kandungan gizi (peruntukan, takaran saji, petunjuk penyi-apan dan pengguna-an, jumlah dan jenis zat gizi)
Matriks data terkait dengan kandungan gizi produk MP-ASI (peruntukan, takar-an saji, petunjuk pe-nyiapan dan peng-gunaan, jumlah dan jenis zat gizi)
Pengambilan informasi dengan membaca label dan pendataan menggunakan program excel
e Konversi data menjadi per100 g
Matriks kandungan gizi produk MP-ASI
Menggunakan informasi takaran saji pada label
f Konversi data menjadi dalam produk siap konsumsi
Data kandungan natrium (per 100 kkal) dan kepadatan energi (kkal/g)
Menggunakan da-ta takaran saji dan petunjuk pe-nyiapan pada label
g Pengolahan data Matriks kesesuaian kandungan gizi produk dengan SNI
Sesuai standar apabila sesuai dengan persyaratan SNI Tidak sesuai standar jika salah satu atau lebih parameter yang tercantum dalam SNI tidak terpenuhi
Persentase produk yang sesuai standar dan tidak sesuai standar Jumlah parameter yang tidak sesuai standar masing-masing produk
2 Kajian per-sentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI diban-dingkan de-ngan kecu-kupan gizi bayi/anak
Membanding- kan persenta-se AKG zat gizi produk MP-ASI yang tercantum pada label dengan Angka Kecukupan Gizi harian bayi/anak
a Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan sama dengan kegiatan untuk kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terha-dap SNI MP-ASI dengan keluaran matriks data persentase AKG kandungan gizi
b Pengolahan data Matriks persentase AKG kandungan gizi produk per sajian
Acuan mengguna-kan AKG tahun 2003 untuk usia 4 - 24 bulan dengan energi 950 kkal. Kecukupan gizi seusai AKG dibagi dengan rata-rata % AKG per saji
Rata-rata persenta-se AKG kandungan gizi setiap komponen gizi Kebutuhan sajian/ hari untuk memenu-hi kecukupan gizi harian bayi/ anak
19
Tabel 8 Kerangka pikir penelitian (lanjutan) No Tahap
Penelitian Tujuan Aktivitas Target Output Keterangan
3 Kajian ter-hadap pe-mahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola kon-sumsi bayi dan anak
a Mengukur tingkat pe-mahaman konsumen terhadap produk MP- ASI
a Penyusunan kuesioner
Instrumen pengamatan
b Penetapan kriteria dan jumlah responden
Kelompok responden sebagai target pengamatan
Ibu rumah tangga dengan anak 6 – 36 bulan
c Penetapan lokasi Lokasi pengambilan data
5 wilayah DKI (rumah sakit dan puskesmas)
b Mendapat kan pola konsumsi bayi/anak
d Pelaksanaan survei Data tentang profil responden, pema-haman responden terhadap produk MP-ASI dan pola konsumsi bayi/anak
Wawancara dan pengisian kuesioner
e Pengolahan data Profil responden berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anak dan pertim-bangan dalam me-milih produk MP-ASI
Pengolahan data dengan penyusunan gambar/diagram
Gambaran tentang pemahaman konsu-men dalam memba-ca label (membaca label, ING, cara penyiapan produk) Data tentang pola konsumsi bayi/anak
Pola konsumsi secara keselu-ruhan untuk semua jenis pangan
4 Kajian terhadap kontribusi produk MP-ASI terha-dap kecu-kupan hari-an bayi dan anak
Mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI terhadap asupan gizi bayi/anak dalam rangka memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak
Menggabungkan pola konsumsi (hasil survei) dengan persentase AKG per saji produk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit
Gambaran tentang persentase AKG kandungan gizi yang diberikan dari pro-duk MP-ASI bubuk instan dan biskuit pada responden yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan
Deskriptif untuk menyampaikan kontribusi produk MP-ASI dalam pemenuhan kecukupan gizi harian bayi/anak
Gambaran tentang persentase AKG kandungan gizi yang diberikan dari pro-duk MP-ASI bubuk instan dan biskuit pada responden yang mengonsumsi MP-ASI biskuit
Deskriptif untuk menyampaikan kontribusi produk MP-ASI dalam pemenuhan kecukupan gizi harian bayi/anak
Komponen gizi yang nilai AKG belum ter-penuhi dari konsum-si produk MP-ASI
Acuan adalah AKG 2003 untuk bayi/anak usia 4 - 24 bulan dengan nilai energi 950 kkal
Komponen gizi yang melebihi nilai AKG per hari dari kon-sumsi produk MP-ASI
20
Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-ASI
Kegiatan diawali dengan inventarisasi data produsen/importir produk MP-
ASI yang terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan (Dit. PKP). Data
yang dikumpulkan meliputi : (1) nomor file, (2) nomor pendaftaran, (3) nama dan
alamat produsen/importir, (4) tahun persetujuan, (5) jenis MP-ASI dan (6) jenis
kemasan. Data tersebut diambil dari data base Direktorat Penilaian Keamanan
Pangan dan digunakan untuk penelusuran lebih lanjut dalam menentukan produk
yang akan dikaji. Inventarisasi selanjutnya dilakukan terhadap label produk MP-
ASI yang mendapat persetujuan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007.
Hal tersebut terkait mempertimbangkan bahwa sesuai ketentuan, surat
persetujuan pendaftaran yang berlaku 5 tahun sehingga diasumsikan produk
tersebut masih beredar di pasaran. Inventarisasi label dilakukan dengan
menelusur berkas pendaftaran sesuai dengan nomor file produk. Penelusuran
juga dilakukan dengan melihat riwayat perusahaan untuk mendapatkan data
yang terakhir apabila produk tersebut telah mendapatkan persetujuan perubahan
produk. Produk MP-ASI yang dikaji hanya mencakup 3 jenis dengan rincian jenis
dan jumlah terdiri dari MP-ASI bubuk instan lokal (100 produk), MP-ASI bubuk
instan impor (23 produk), MP-ASI biskuit (33 produk) dan MP-ASI siap masak (8
produk). MP-ASI bubuk instan lokal merupakan produk MP-ASI yang diproduksi
dan diedarkan di wilayah Indonesia dan terdaftar di Direktorat Penilaian
Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan. MP-ASI bubuk instan
impor merupakan produk yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diedarkan dan terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Produk MP-ASI Siap Santap tidak dikaji
mengingat keterbatasan data tentang produk pangan yang termasuk ke dalam
kriteria MP-ASI Siap Santap.
Data yang terkumpul dikompilasi terkait informasi yang meliputi peruntukan,
takaran saji, petunjuk penyiapan dan penggunaan, jumlah kandungan gizi,
persentase AKG. Selanjutnya dilakukan konversi data dari jumlah kandungan gizi
per sajian menjadi per 100 g. Hal tersebut dilakukan karena pada umumnya
persyaratan kandungan gizi pada SNI MP-ASI dinyatakan dalam per 100 g
produk. Konversi tersebut dilakukan dengan memperhitungkan jumlah takaran
saji untuk masing-masing produk MP-ASI. Konversi data juga dilakukan terhadap
jumlah natrium dan kepadatan energi menjadi per 100 kkal dan kkal/g produk
21
siap konsumsi dengan menggunakan data tentang takaran saji dan petunjuk
penyajian. Konversi dilakukan mengingat persyaratan dalam SNI MP-ASI untuk
energi dan natrium dinyatakan dalam kkal per g produk siap konsumsi untuk
kepadatan energi dan mg per 100 kkal produk siap konsumsi untuk natrium.
Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan data akhir berupa matriks
kesesuaian antara kandungan gizi dalam masing-masing produk MP-ASI dengan
persyaratan yang tercantum dalam SNI MP-ASI terkait. Hasil pengolahan juga
memperlihatkan jumlah parameter yang tidak sesuai standar untuk masing-
masing produk, serta rata-rata kandungan masing-masing komponen gizi dalam
semua produk MP-ASI. Keluaran lain juga memperlihatkan tentang persentase
produk MP-ASI yang tidak sesuai standar terkait kandungan gizi baik untuk zat
gizi yang harus terdapat dalam produk MP-ASI maupun terhadap zat gizi secara
keseluruhan (meliputi zat gizi yang harus ada dan zat gizi yang dapat
ditambahkan). Produk MP-ASI dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat
satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar sesuai
dengan SNI. Komponen gizi yang wajib ada dalam produk MP ASI tetapi tidak
tercantum pada label dianggap terdapat dalam produk tersebut, sedangkan untuk
komponen yang bersifat sukarela jika tidak tercantum pada label maka tidak
diperhitungkan dalam pengolahan data. Mengingat persyaratan yang ditetapkan
dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak dinyatakan sebagai kandungan
karbohidrat total dalam produk akhir maupun dalam produk siap konsumsi, maka
pengkajian terhadap pemenuhan persyaratan tersebut tidak dapat dilakukan.
Kajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/ anak
Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan sama dengan kegiatan untuk
tahap penelitian untuk kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada
label produk MP-ASI terhadap SNI MP-ASI dengan keluaran matriks data terkait
dengan persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI. Konversi dari jumlah
per saji menjadi persentase AKG per saji dilakukan untuk zat gizi yang hanya
tercantum pada label dalam bentuk jumlah per sajian.
Pengolahan data untuk kajian ini menggunakan acuan AKG tahun 2003
untuk usia 4 - 24 bulan dengan nilai energi 950 kkal. Keluaran dari tahapan ini
adalah rata-rata persentase AKG untuk masing-masing komponen gizi dan
22
perkiraan jumlah sajian per hari untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi dan
anak berdasarkan rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP ASI.
Kajian terhadap pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan anak
Penyusunan kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu instrumen untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
memperoleh data tentang pemahaman responden terhadap label produk MP-ASI
dan pola pemberian makan bayi dan anak. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 3
bagian meliputi panduan kuesioner, identitas responden dan pertanyaan.
Panduan kuesioner mencakup tujuan kuesioner dan pengantar yang memuat
keterangan umum yang perlu diketahui oleh responden seperti istilah takaran saji
dan cakupan produk MP-ASI yang menjadi topik utama. Identitas responden
yang harus diisi meliputi nama, alamat, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan.
Lembar pertanyaan terbagi menjadi 2 bagian mencakup pertanyaan yang bersifat
umum untuk mengetahui pemahaman responden terhadap produk MP-ASI
secara umum dan tabel yang harus diisi untuk memberikan gambaran tentang
pola pemberian makan bayi dan anak. Tabel tersebut meliputi (1) jenis makanan,
(2) frekuensi pemberian per hari, (3) jumlah dalam satu kali makan, dan (4) cara
penyiapan. Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk MP-ASI dan
pola pemberian makan bayi dan anak ditunjukkan pada Lampiran 2. Penetapan kriteria dan jumlah responden. Responden dipilih dari
kelompok ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia dari 6 bulan sampai
dengan 36 bulan. Penetapan kelompok responden tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa kelompok tersebut pernah membeli produk MP-ASI serta
tingkat kepedulian terhadap informasi yang tercantum pada label. Penentuan jumlah responden menggunakan variabel estimasi proporsi
populasi dengan tingkat kepercayaan 95 % dihitung dengan menggunakan
rumus (Natzir 2003) sebagai berikut :
n = z α/22 pq
E2 dengan :
E = galat estimasi = error of estimation
p = proporsi populasi, 0.5 apabila tidak diketahui
q = 1 – p
23
α = taraf keterandalan
100 (1-α) % = tingkat keyakinan
Pada penelitian ini, diharapkan galat estimasi (tingkat kesalahan) tidak lebih dari
14 % dengan tingkat keyakinan 95 %. Dengan demikian, maka nilai α = 0.05, dan
α/2 = 0.025, sehingga z 0.025 = 1.96 (diperoleh dari tabel distribusi normal
standar). Dengan nilai E = 0.14; p = 0.5; q = 0.5, maka jumlah responden untuk
penelitian ini adalah :
n = 1.962 x 0.5 x 0.5 = 49 responden 0.142
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka ditetapkan jumlah responden
sebanyak 50 (lima puluh) orang.
Penetapan lokasi pengamatan. Pengambilan data melalui kuesioner
mengambil lokasi di Jakarta dan untuk mendapatkan data sebaran yang
seimbang, ditetapkan 10 responden untuk setiap wilayah kotamadya. Lebih jauh,
untuk mendapatkan responden yang dituju yaitu ibu yang mempunyai bayi/anak
usia 6 sampai dengan 36 bulan, pengamatan dilakukan di sarana pelayanan
kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) dimana responden biasa mengunjungi
tempat tersebut untuk melakukan konsultasi kesehatan baik pengobatan ataupun
imunisasi.
Pelaksanaan survei. Survei dilaksanakan melalui pengisian kuesioner dan
wawancara. Responden merupakan ibu rumah tangga yang datang ke rumah
sakit atau puskesmas sesuai peta lokasi yang telah ditetapkan. Responden
diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pengalaman mereka dalam
membaca label produk pangan secara umum khususnya dalam memilih produk
MP-ASI. Responden juga diminta untuk mengisi jenis, jumlah dan frekuensi
pemberian masing-masing jenis makanan kepada bayi dan anak sebagai pola
konsumsi harian bayi dan anak.
Pengolahan data. Keluaran dari kajian ini berupa (a) profil responden
berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah anak dan pertimbangan
dalam memiih produk MP-ASI, (b) gambaran tentang pemahaman konsumen
dalam membaca label (membaca label, ING, cara penyiapan produk), dan (c)
data tentang pola konsumsi bayi/anak dengan jenis pangan ASI, susu bayi,
24
makanan bayi rumahan, MP-ASI bubuk instan, MP-ASI biskuit, buah-buahan dan
lain-lain.
Kajian terhadap kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan harian bayi dan anak
Kegiatan dalam kajian ini meliputi menggabungkan data tentang pola
konsumsi per hari sebagai hasil survei dengan persentase AKG per saji produk
MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit. Hasil kajian yang diharapkan berupa
identifikasi komponen gizi yang telah terpenuhi dari konsumsi produk MP-ASI
dan komponen gizi yang memerlukan asupan dari sumber makanan lain. Acuan
yang digunakan adalah AKG 2003 untuk bayi/anak usia 4 - 24 bulan dengan nilai
energi 950 kkal.
Selanjutnya dilakukan identifikasi komponen gizi yang kurang dari
kecukupan gizi harian bayi/anak dan komponen gizi yang telah memenuhi
bahkan melebihi kecukupan gizi harian bayi dan anak sebagai kontribusi produk
MP-ASI sesuai pola konsumsi.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesesuaian Kandungan Gizi Produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI
MP-ASI Bubuk Instan Pembahasan MP-ASI bubuk instan terbagi menjadi produk MP ASI bubuk
instan lokal dan produk MP ASI bubuk instan impor.
MP-ASI Bubuk Instan Lokal
Jumlah produk yang dikaji sebanyak 100 produk dengan berbagai merek
dagang dan varian. Data umum tentang produk MP-ASI bubuk instan lokal yang
dikaji ditunjukkan pada Lampiran 3. Data tersebut mencakup kode produk,
peruntukan, berat bersih, takaran saji, ukuran rumah tangga, jumlah saji per
kemasan serta petunjuk penyiapan dan penggunaan.
Pembahasan terhadap produk MP-ASI bubuk instan lokal diuraikan
berdasarkan pokok bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi
(1) petunjuk penyajian dan penggunaan, (2) takaran saji, (3) takaran saji dengan
peruntukan, (4) takaran saji dengan petunjuk penyajian dan penggunaan, serta
(5) kandungan gizi.
Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Meskipun telah mengalami pengolahan, MP-ASI bubuk instan tidak dapat
langsung dikonsumsi, melainkan harus melalui penyiapan terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi dengan penambahan air minum atau cairan lain yang
sesuai. Oleh karena itu, pada label produk MP-ASI bubuk instan harus
dicantumkan petunjuk penyiapan dan penggunaan. Hal tersebut dinyatakan
dalam Pemerintah RI (1999). Demikian pula halnya dengan BSN (2005a) yang
menyatakan bahwa label produk MP-ASI bubuk instan harus mencantumkan
petunjuk penyiapan produk yang menyatakan bahwa produk harus ditambah air
minum atau cairan lain yang sesuai sebelum dikonsumsi, serta petunjuk
penggunaan produk sesuai dengan kelompok umur dan kebutuhan gizi bayi dan
anak.
Dari 100 produk MP-ASI bubuk instan lokal yang dikaji, semua produk
(100 %) mencantumkan petunjuk penyajian dan penggunaan.
26
Takaran Saji Takaran saji yang tercantum pada label produk MP-ASI bubuk instan lokal
meliputi 47 produk (47 %) menggunakan takaran saji 40 g, 18 produk (18 %)
menggunakan takaran saji 50 g, 17 produk (17 %) menggunakan takaran saji 25
g, 8 produk (8 %) menggunakan takaran saji 48 g, 7 produk (7 %) menggunakan
takaran saji 30 g, 2 produk (2 %) menggunakan takaran saji 20 g dan 1 produk
(1 %) menggunakan takaran saji 16.5 g. Gambaran tentang takaran saji produk
MP-ASI bubuk instan lokal ditunjukkan pada Gambar 1.
1 2
17
7
47
8
18
0
10
20
30
40
50
Jum
lah
prod
uk
16.5 20 25 30 40 48 50
Takaran saji
Gambar 1 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal
Mengingat Indonesia belum mempunyai ketentuan tentang besaran takaran
saji baku untuk produk pangan termasuk MP-ASI, maka kajian menggunakan
takaran saji yang ditetapkan oleh Amerika Serikat. Dalam Code of Federal
Regulation, Reference Amount for customarily consumed per eating occasion :
infant and toddler foods, takaran saji baku (reference amount) untuk cereal, dry
instant adalah 15 g dan takaran saji baku untuk cereal, prepared, ready to serve
adalah 110 g.
Dengan mengacu kepada ketentuan tersebut, maka takaran saji yang
digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan lokal dalam bentuk produk beredar
adalah 16.5 – 50 g atau mencapai 110 – 333 % dari takaran saji baku.
Ukuran rumah tangga (URT) yang digunakan untuk menyatakan takaran
saji produk MP-ASI bubuk instan lokal adalah sendok makan, sendok teh,
sendok takar dan sachet. Sebanyak 59 produk (59 %) menggunakan ukuran
sendok makan, 25 produk (25 %) menggunakan ukuran sachet, 9 produk (9 %)
menggunakan ukuran sendok teh, 6 produk (6 %) menggunakan ukuran sendok
takar dan 1 produk (1 %) tidak menggunakan ukuran rumah tangga.
Produk yang menggunakan ukuran sendok teh meliputi 4 produk dengan
takaran saji 50 g (10 sendok teh) dan 5 produk dengan takaran saji 25 g (5
sendok teh). Dengan demikian ukuran baku untuk 1 sendok teh adalah 5 g.
27
Produk yang menggunakan ukuran sendok takar sebanyak 6 produk
dengan takaran saji 40 g (4 sendok takar), sehingga ukuran baku untuk 1
sendok takar adalah 10 g.
Produk yang menggunakan ukuran sendok makan sebanyak 59 produk
dengan takaran saji dan jumlah sendok makan sebagaimana ditunjukan pada
Tabel 9. Dari tabel tersebut, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata
berat produk per sendok makan adalah 9.4 g.
Tabel 9 Ukuran rumah tangga sendok makan produk MP-ASI bubuk instan lokal
Takaran saji (g) URT (sdm) Jumlah produk Berat per sdm (g) 25 3 1 8.3 20 3 2 6.7 40 6 4 6.7 30 3 7 10 48 6 8 8 50 5 12 10 40 4 25 10
Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Petunjuk penyajian produk MP-ASI bubuk instan lokal sangat bervariasi.
Hubungan antara takaran saji dengan petunjuk penyajian ditunjukkan pada
Gambar 2.
0
50
100
150
200
250
16.5 20 25 25 25 25 25 25 25 25 30 40 40 40 40 40 40 40 40 40 48 50 50 50 50Takaran saji (g)
Jum
lah
air
(ml)
Gambar 2 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dan jumlah air yang
ditambahkan
Dari gambar tersebut terlihat bahwa tidak ada korelasi antara berat takaran
saji produk dengan jumlah cairan yang ditambahkan sesuai dengan petunjuk
penyajian dan penggunaan yang tercantum pada label. Terdapat produk dengan
takaran saji yang lebih besar tetapi menggunakan cairan yang lebih sedikit.
28
Apabila menggunakan takaran saji baku yang ditetapkan oleh Amerika
Serikat untuk produk MP-ASI yang siap disajikan yaitu 110 g, maka takaran saji
yang digunakan untuk produk MP-ASI bubuk instan lokal dalam bentuk siap
dikonsumsi adalah 75 – 248 g atau 68 – 225 % dari takaran saji baku.
Takaran Saji dengan Peruntukan Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal meliputi 66 produk (66 %)
ditujukan bagi bayi mulai usia 6 bulan, 23 produk (23 %) ditujukan bagi bayi mulai
usia 9 bulan, 9 produk (9 %) ditujukan bagi bayi mulai usia 8 bulan dan 2 produk
(2 %) ditujukan bagi anak mulai usia 12 bulan. Gambaran peruntukan produk
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Konsistensi/tekstur dan keragaman pangan harus ditingkatkan sesuai
dengan bertambahnya usia dan kemampuan makan anak. Setelah usia 12 bulan,
sebagian besar anak dapat mengonsumsi jenis makanan yang biasa dikonsumsi
oleh keluarga (WHO 2005). Keterkaitan antara peruntukan (usia bayi/anak)
dengan takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dapat dilihat pada
Gambar 4.
66
9
23
2
010203040506070
Jum
lah
prod
uk
6 8 9 12
Peruntukan (mulai bulan ke-)
Gambar 3 Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal
38.2
43.5
37.6
40
34
36
38
40
42
44
Rat
a-ra
ta ta
kara
n sa
ji (g
)
6 8 9 12
Peruntukan (mulai bulan ke-)
Gambar 4 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal
29
Dari gambar tersebut terlihat bahwa produk yang diperuntukkan bagi bayi
mulai bulan ke-8 mempunyai takaran saji lebih tinggi dibandingkan dengan
takaran saji produk yang diperuntukkan mulai bukan ke-9 dan ke-12. Takaran saji
untuk produk yang diperuntukan mulai bulan ke-9 lebih rendah dibandingkan
dengan takaran saji produk yang diperuntukkan mulai usia bulan ke-6. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara takaran saji yang
dicantumkan pada label dengan usia target konsumen produk MP-ASI bubuk
instan lokal.
Kandungan Gizi Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7111.1-2005, kandungan gizi MP-
ASI bubuk instan harus sesuai standar mutu yang ditetapkan. SNI tersebut
menyatakan batasan kandungan gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro.
Untuk zat gizi mikro (vitamin dan mineral) ditetapkan beberapa vitamin dan
mineral yang harus terdapat dalam produk serta vitamin dan mineral yang dapat
ditambahkan ke dalam produk tersebut.
Pada umumnya syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI dinyatakan dalam
100 gram produk, kecuali persyaratan untuk energi total, karbohidrat dan
natrium. Oleh karena itu, kandungan gizi yang tercantum dalam label per sajian,
dihitung terlebih dahulu menjadi per 100 g produk. Data tentang kandungan gizi
dalam 100 g produk MP-ASI bubuk instan lokal ditunjukkan pada Lampiran 4.
Mengingat persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan
karbohidrat tidak dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk
akhir maupun dalam produk siap konsumsi, maka pengkajian terhadap
pemenuhan persyaratan tersebut tidak dapat dilakukan.
Persyaratan kepadatan energi berdasarkan SNI MP-ASI bubuk instan
adalah tidak boleh kurang dari 0.8 kkal per gram produk siap konsumsi. Untuk
mengetahui kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan siap konsumsi,
dilakukan perhitungan terlebih dahulu dari produk kering menjadi produk siap
konsumsi sesuai dengan cara penyajian, dengan asumsi berat produk siap
konsumsi merupakan penjumlahan antara berat takaran saji dengan jumlah air
yang ditambahkan. Data selengkapnya tentang kepadatan energi produk MP-ASI
bubuk instan lokal ditunjukkan pada Tabel 10. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
sebanyak 12 % produk tidak sesuai standar karena mempunyai kepadatan
energi 0.7 kkal/g produk siap konsumsi.
30
Tabel 10 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g)
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g)
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g)
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g)
1 0.8 26 1.3 51 0.9 76 0.7 2 0.8 27 1.3 52 0.9 77 0.7 3 0.8 28 1.4 53 0.7 78 0.7 4 0.8 29 1.3 54 0.8 79 0.7 5 1.0 30 1.3 55 0.8 80 1.3 6 1.0 31 1.3 56 0.8 81 1.3 7 1.0 32 1.3 57 0.8 82 1.3 8 1.3 33 1.3 58 0.8 83 1.3 9 1.3 34 1.3 59 0.8 84 1.3 10 1.4 35 1.0 60 0.7 85 1.3 11 1.3 36 1.0 61 1.1 86 0.7 12 1.3 37 1.0 62 1.0 87 0.7 13 1.3 38 0.9 63 1.2 88 1.2 14 1.3 39 0.9 64 1.0 89 1.2 15 1.3 40 0.9 65 1.0 90 1.2 16 1.1 41 0.9 66 0.8 91 1.2 17 1.0 42 0.8 67 0.8 92 1.2 18 1.0 43 0.8 68 0.8 93 1.2 19 1.0 44 0.8 69 0.8 94 1.2 20 1.4 45 0.8 70 0.7 95 1.2 21 1.4 46 1.0 71 0.8 96 0.7 22 1.3 47 1.0 72 0.7 97 1.4 23 1.3 48 1.0 73 0.8 98 1.4 24 1.3 49 1.0 74 0.8 99 1.3 25 1.3 50 1.0 75 0.7 100 1.3
Berdasarkan SNI MP-ASI bubuk instan, natrium merupakan salah satu
mineral yang wajib ada dalam produk MP-ASI bubuk instan tetapi kandungannya
dibatasi tidak boleh lebih dari 100 mg per 100 kkal produk yang siap konsumsi
untuk produk yang ditujukan bagi bayi, dan tidak lebih dari 200 mg per 100 kkal
produk siap konsumsi untuk produk yang ditujukan bagi anak berusia diatas 12
bulan.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap produk yang siap dikonsumsi,
kandungan natrium per 100 kkal produk yang siap dikonsumsi ditunjukkan pada
Tabel 11.
Secara umum, dari 100 produk MP-ASI bubuk instan lokal yang dikaji,
sebanyak 71 produk (71 %) produk sesuai standar untuk keseluruhan zat gizi
yang wajib terdapat dalam MP-ASI bubuk instan dan 29 produk (29 %) tidak
sesuai standar. Apabila analisa dilakukan untuk semua zat gizi baik yang wajib
terkandung dalam produk MP-ASI bubuk instan maupun yang dapat
ditambahkan secara sukarela, sebanyak 32 produk (32 %) sesuai standar
kandungan zat gizi secara keseluruhan yang ditetapkan dalam SNI dan 68
31
produk (68 %) tidak sesuai standar. Produk yang tidak mencantumkan informasi
kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI
diasumsikan tidak sesuai standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat
ditambahkan ke dalam produk MP-ASI secara sukarela, pengkajian hanya
dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan zat gizi tersebut
pada label.
Tabel 11 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi
Kode produk
Na (mg/ 100 kkal)
Peruntuk-an (mulai bulan ke-)
Kode produk
Na (mg/ 100 kkal)
Peruntuk-an (mulai bulan ke-)
Kode produk
Na (mg/ 100 kkal)
Peruntuk-an (mulai bulan ke-)
1 26 6 35 70 6 68 26 6 2 26 6 36 58 6 69 26 6 3 26 6 37 62 6 70 26 6 4 26 6 38 0 6 71 26 6 5 20 8 39 0 6 72 26 6 6 20 8 40 0 12 73 26 6 7 25 9 41 0 12 74 26 6 8 82 6 42 71 6 75 26 6 9 29 6 43 71 6 76 70 8
10 94 6 44 88 6 77 70 8 11 29 6 45 88 6 78 70 8 12 76 6 46 94 9 79 70 8 13 88 6 47 94 9 80 59 6 14 59 6 48 47 9 81 29 6 15 94 6 49 47 9 82 29 6 16 24 6 50 47 9 83 35 9 17 38 6 51 100 9 84 35 9 18 39 6 52 100 9 85 94 9 19 52 9 53 258 6 86 125 8 20 36 9 54 57 6 87 125 8 21 86 9 55 94 6 88 43 6 22 95 9 56 94 6 89 43 6 23 40 9 57 94 6 90 43 6 24 31 6 58 94 6 91 43 6 25 36 9 59 59 6 92 43 6 26 36 9 60 100 6 93 43 6 27 98 9 61 54 6 94 43 6 28 87 9 62 70 6 95 43 6 29 98 9 63 43 6 96 43 6 30 77 6 64 0 6 97 94 8 31 98 6 65 66 6 98 94 6 32 90 6 66 26 6 99 36 9 33 84 6 67 26 6 100 36 9 34 98 6
Produk dinyatakan tidak sesuai standar (TSS) apabila terdapat satu atau
lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Jumlah parameter
32
yang tidak sesuai standar untuk masing-masing produk, serta jumlah produk
yang tidak sesuai standar untuk masing-masing parameter kandungan gizi dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Gambaran tentang persentase kesesuaian kandungan masing-masing zat
gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI MP-ASI bubuk instan
ditunjukkan pada Gambar 5.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sesuai standar Tidak sesuai standar
Gambar 5 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI
bubuk instan lokal dengan SNI
Gambar 5 menunjukkan bahwa persentase produk MP-ASI bubuk instan
lokal yang tidak sesuai standar kandungan gizi yang tercantum dalam MP-ASI
bubuk instan meliputi energi (12 %), protein (2 %), lemak (7 %), serat pangan
(6 %), vitamin A (9 %), vitamin D (6 %), vitamin E (32 %), vitamin K (17 %),
vitamin B1 (29 %), vitamin B2 (12 %), niasin (8 %), vitamin B6 (61 %), asam
pantotenat (6 %), asam folat (19 %), vitamin B12 (5 %), vitamin C (9 %), natrium
(3 %), kalsium (6 %), besi (6 %), zink (13 %), selenium (38 %) dan iodium (18 %).
Dari zat gizi tersebut, yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI bubuk instan
meliputi energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin D, vitamin C, natrium, kalsium,
besi, zink, dan iodium. Sedangkan serat pangan, vitamin E, vitamin K, vitamin B1,
vitamin B2, niasin, vitamin B6, asam pantotenat, asam folat, vitamin B12, dan
selenium bersifat sukarela.
MP-ASI Bubuk Instan Impor Jumlah produk yang dikaji sebanyak 23 produk dengan berbagai merek
dagang dan varian. Data umum tentang produk MP-ASI bubuk instan impor yang
33
dikaji meliputi kode produk, peruntukan, berat bersih, takaran saji, ukuran rumah
tangga (URT), jumlah sajian per kemasan serta petunjuk penyajian dan
penggunaan, ditunjukkan pada Lampiran 5.
Pembahasan terhadap produk MP-ASI bubuk instan impor diuraikan
berdasarkan pokok bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi
(1) petunjuk penyajian dan penggunaan, (2) takaran saji, (3) takaran saji dengan
peruntukan, (4) takaran saji dengan petunjuk penyajian dan penggunaan, serta
(5) kandungan gizi.
Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Dari 23 produk MP-ASI bubuk instan impor yang dikaji, semua produk
(100 %) mencantumkan petunjuk penyajian dan penggunaan. Petunjuk penyajian
yang dicantumkan meliputi 20 produk (87 %) mencantumkan petunjuk penyajian
menggunakan 150 ml air, dan 3 produk (13 %) menggunakan 170 ml air. Dengan
demikian, tidak ada perbedaan yang berarti antara kandungan gizi pada produk
kering dibandingkan dengan produk siap konsumsi.
Takaran Saji Takaran saji yang dicantumkan pada label produk MP-ASI bubuk instan
impor meliputi 17 produk (85 %) menggunakan takaran saji 50 g dan 3 produk
(15 %) menggunakan takaran saji 32 g.
Mengingat Indonesia belum mempunyai ketentuan tentang besaran takaran
saji baku untuk produk pangan termasuk MP-ASI, maka kajian akan
menggunakan takaran saji yang ditetapkan oleh Amerika Serikat. Dalam Code of
Federal Regulation, Reference Amount for customarily consumed per eating
occasion : infant and toddler foods, takaran saji baku (reference amount) untuk
cereal, dry instant adalah 15 g dan takaran saji baku untuk cereal, prepared,
ready to serve adalah 110 g.
Dengan mengacu kepada ketentuan tersebut, maka takaran saji yang
digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan impor adalah 32 – 50 g atau
mencapai 213 – 333 % dari takaran saji baku.
Ukuran rumah tangga (URT) yang digunakan untuk takaran saji 50 g adalah
5 sendok makan dan URT untuk takaran saji 32 g adalah 1 sachet. Dengan
demikian, 1 sendok makan produk MP-ASI bubuk instan impor setara dengan 10
g produk.
34
Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Sebanyak 20 produk (87 %) yang mempunyai takaran saji 50 gram
disajikan dengan menggunakan 150 ml air, sedangkan 3 produk (13 %) dengan
takaran saji 32 g disajikan dengan menggunakan 170 ml air. Hal tersebut
menunjukan hubungan yang negatif karena takaran saji yang lebih besar
menggunakan air yang lebih sedikit.
Apabila menggunakan takaran saji baku yang ditetapkan oleh Amerika
Serikat untuk produk MP-ASI yang siap disajikan yaitu 110 g, maka takaran saji
yang digunakan untuk produk MP-ASI bubuk instan impor dalam bentuk siap
dikonsumsi adalah 200 – 202 g atau 182 – 184 % dari takaran saji baku.
Takaran Saji dengan Peruntukan Keterkaitan antara peruntukan (usia bayi/anak) dengan takaran saji produk
MP-ASI bubuk instan impor dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa produk dengan usia peruntukan mulai bulan ke-8 dan ke-12
mempunyai takaran saji yang lebih kecil daripada takaran saji produk yang
diperuntukkan bagi usia 6 bulan keatas. Hal tersebut tidak relevan mengingat
kemampuan seorang bayi/anak untuk mengonsumsi produk MP-ASI bubuk
instan pada bayi/anak berkembang sesuai dengan bertambahnya usia.
5044
50
38
0
10
20
30
40
50
Taka
ran
saji
rata
-ra
ta (g
)
6 8 9 12
Peruntukan (mulai bulan ke-)
Gambar 6 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor
Kandungan Gizi Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7111.1-2005, kandungan gizi MP-
ASI bubuk instan dipersyaratkan baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro.
Pada umumnya syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI dinyatakan dalam 100
gram produk, kecuali persyaratan untuk energi total, karbohidrat dan natrium.
Oleh karena itu, kandungan gizi yang tercantum dalam label per sajian, dihitung
terlebih dahulu dalam 100 g produk. Data tersebut ditunjukkan pada Lampiran 6.
35
Komponen gizi yang berdasarkan SNI tidak dinyatakan dalam 100 g produk
meliputi kepadatan energi, karbohidrat dan natrium. Kepadatan energi yang
dipersyaratkan adalah 0.8 kkal per g produk siap konsumsi. Berdasarkan takaran
saji produk yang siap konsumsi diperoleh kepadatan energi produk siap
konsumsi, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g produk siap konsumsi)
Kode produk
Kepadatan energi (kkal/g produk siap konsumsi)
1 1.0 13 1.0 2 1.0 14 1.1 3 1.0 15 1.1 4 1.0 16 1.1 5 1.0 17 0.7 6 1.0 18 1.0 7 1.0 19 1.0 8 1.0 20 1.0 9 1.0 21 1.0 10 1.0 22 0.7 11 1.0 23 0.6 12 1.0
Persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak
dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk akhir maupun
dalam produk siap konsumsi, melainkan jumlah karbohidrat yang berasal dari
sukrosa, fruktosa, sirup glukosa atau madu jika bahan tersebut ditambahkan ke
dalam produk MP-ASI. Oleh karena itu, pengkajian terhadap persyaratan
kandungan karbohidrat dalam produk MP-ASI tidak dapat dilakukan.
Natrium merupakan salah satu mineral yang wajib ada dalam produk MP-
ASI bubuk instan tetapi kandungannya dibatasi tidak boleh lebih dari 100 mg per
100 kkal produk siap konsumsi untuk produk yang ditujukan bagi bayi, dan tidak
lebih dari 200 mg per 100 kkal produk siap konsumsi untuk produk yang
ditujukan bagi anak berusia diatas 12 bulan. Setelah dilakukan perhitungan
terhadap produk yang siap konsumsi, kandungan natrium per 100 kkal produk
siap konsumsi ditunjukkan pada Tabel 13. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
semua produk (100 %) sesuai standar kandungan natrium. Produk nomor 18 s/d
20 merupakan produk yang ditujukan untuk anak usia 1 – 3 tahun sedangkan
lainnya ditujukan untuk bayi usia mulai 6 bulan, 8 bulan dan 9 bulan.
36
Tabel 13 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi
Kode
produk Na (mg/100 kkal) Peruntukan (mulai bulan ke-)
Kode produk Na (mg/100 kkal) Peruntukan
(mulai bulan ke-)1 51 6 – 24 bulan 13 75 6 – 24 bulan 2 100 6 – 24 bulan 14 75 6 – 24 bulan 3 95 6 – 24 bulan 15 75 8 – 24 bulan 4 71 6 – 24 bulan 16 86 8 – 24 bulan 5 65 6 – 24 bulan 17 95 8 – 24 bulan 6 96 6 – 24 bulan 18 53 9 – 24 bulan 7 70 6 – 24 bulan 19 51 9 – 24 bulan 8 96 6 – 24 bulan 20 70 9 – 24 bulan 9 82 6 – 24 bulan 21 53 1 – 3 tahun 10 65 6 – 24 bulan 22 193 1 – 3 tahun 11 39 6 – 24 bulan 23 195 1 – 3 tahun 12 54 6 – 24 bulan
Secara umum, dari 23 produk MP-ASI bubuk instan impor yang dikaji,
sebanyak 3 produk (13 %) sesuai standar untuk zat gizi yang wajib terdapat
dalam produk MP-ASI bubuk instan dan 20 produk (87 %) tidak sesuai standar.
Apabila analisa dilakukan untuk semua zat gizi baik yang wajib terkandung dalam
produk MP-ASI bubuk instan maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara
sukarela, maka tidak ada produk MP-ASI yang memenuhi keseluruhan
parameter terkait kandungan gizi tersebut. Produk yang tidak mencantumkan
informasi kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-
ASI diasumsikan tidak sesuai standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat
ditambahkan ke dalam produk MP-ASI secara sukarela, pengkajian hanya
dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan zat gizi tersebut
pada label. Produk dinyatakan tidak sesuai standar (TSS) apabila terdapat satu
atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Jumlah
parameter yang tidak sesuai standar untuk masing-masing produk, serta jumlah
produk yang tidak sesuai standar untuk masing-masing parameter kandungan
gizi dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambaran tentang persentase kesesuaian
kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor dengan SNI MP-ASI bubuk
instan ditunjukkan pada Gambar 7. Ketidaksesuaian produk MP-ASI bubuk
instan impor kemungkinan disebabkan karena parameter yang ditetapkan dalam
SNI lebih lengkap dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh Codex
Alimentarius Commission. Hal tersebut dimungkinkan mengingat standar di
masing-masing negara disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan status gizi di
37
negara tersebut. SNI menetapkan iodium dan zink sebagai mineral yang wajib
ada dalam produk MP-ASI bubuk instan.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Ener
gi to
tal
Prot
ein
Lem
ak
Karb
ohid
rat
Sera
t pan
gan
Vita
min
A
Vita
min
D
Vita
min
E
Vita
min
K
Vita
min
B1
Vita
min
B2
Nia
sin
Vita
min
B6
Asam
pan
tote
nat
Asam
fola
t
Vita
min
B12
Vita
min
C
Nat
rium
(Na)
Kals
ium
(Ca)
Besi
(Fe)
Zink
(Zn)
Sele
nium
(Se)
Iodi
um (I
)
Sesuai standar Tidak sesuai standar
Gambar 7 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI
bubuk instan impor dengan SNI
Dari gambar tersebut terlihat bahwa semua produk MP-ASI bubuk instan
impor sesuai standar kandungan gizi yang tercantum dalam SNI MP-ASI untuk
zat gizi protein, serat pangan, vitamin A, vitamin D, vitamin K, vitamin B1, niasin,
asam pantotenat, vitamin B12, vitamin C, natrium, kalsium dan besi. Dari zat
gizi tersebut, zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI bubuk instan
meliputi protein, vitamin A, vitamin D, vitamin C, natrium, kalsium dan besi,
sedangkan zat gizi lainnya bersifat sukarela.
Persentase produk yang tidak sesuai standar kandungan zat gizi tertentu
yaitu energi (13 %), lemak (4%), vitamin E (74 %), vitamin B2 (30 %), vitamin B6
(74 %), asam folat (87 %), zink (52 %), dan iodium (74 %). Dari zat gizi tersebut,
energi, lemak, zink dan iodium merupakan zat gizi yang wajib terdapat dalam
produk MP-ASI bubuk instan, sedangkan vitamin E, vitamin B2, vitamin B6, dan
asam folat merupakan zat gizi yang bersifat sukarela.
MP-ASI Biskuit Produk MP-ASI Biskuit yang dikaji berjumlah 33 produk dengan berbagai
merk dagang dan varian. Berbagai data umum terkait dengan peruntukan, berat
bersih, takaran saji, jumlah keping per sajian, jumlah sajian per kemasan serta
petunjuk penyiapan dan penggunaan produk MP-ASI biskuit yang terkumpul
disajikan dalam Lampiran 7.
38
Pembahasan terhadap produk MP-ASI biskuit diuraikan berdasarkan pokok
bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi (a) petunjuk
penyiapan dan penggunaan, (b) takaran saji, (c) takaran saji dengan peruntukan,
(d) takaran saji dengan jumlah keping per sajian, (e) kandungan gizi.
Petunjuk Penyiapan dan Penggunaan Informasi tentang petunjuk penggunaan diperlukan oleh konsumen untuk
mendapatkan manfaat gizi yang optimal dari produk yang bersangkutan dengan
mengikuti petunjuk yang tercantum pada label. Dengan demikian, keterangan
tersebut dapat mempengaruhi asupan gizi bayi dan anak yang diperoleh dari
produk pangan tersebut.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) biskuit merupakan produk
MP-ASI yang diproduksi melalui proses pemanggangan yang dapat dikonsumsi
setelah dilumatkan dengan penambahan air, susu atau cairan lain yang sesuai
untuk bayi diatas 6 (enam) bulan atau berdasarkan indikasi medik, atau dapat
dikonsumsi langsung sesuai umur dan organ pencernaan bayi/anak (BSN 2005c). Berdasarkan BSN (2005c), label produk MP-ASI biskuit harus
mencantumkan petunjuk penyiapan produk yang menyatakan bahwa produk
dapat dikonsumsi langsung atau harus ditambah air minum atau cairan lain yang
sesuai sebelum dikonsumsi. Disamping itu, label produk tersebut juga harus
mencantumkan petunjuk penggunaan produk sesuai dengan kelompok umur dan
kebutuhan gizi bayi dan anak.
Hasil pengkajian terhadap label produk MP-ASI Biskuit yang terdaftar di
Badan Pengawas Obat dan Makanan menunjukkan bahwa dari 33 label produk
MP-ASI biskuit yang dikaji, terdapat 13 produk (34 %) yang tidak mencantumkan
keterangan tentang petunjuk penyiapan dan petunjuk penggunaan, sedangkan
produk lainnya (66 %) mencantumkan petunjuk penyiapan dan penggunaan.
Petunjuk penyiapan dan penggunaan yang dicantumkan beragam yaitu anjuran
untuk menggunakan susu (2 produk), 40 ml air/ASI/susu bayi 2 kali sehari (6
produk), air/susu bayi (7 produk), 40 ml susu bayi 2-3 kali sehari (3 produk) serta
40 ml susu (2 produk).
Pembahasan selanjutnya difokuskan terhadap produk yang langsung
dikonsumsi tanpa penyiapan khusus dengan penambahan bahan lain seperti
susu bayi ataupun ASI. Berdasarkan hasil survei melalui kuesioner, semua ibu
39
(100 %) yang memberikan biskuit kepada bayinya menyatakan bahwa cara
pemberian biskuit adalah langsung dikonsumsi tanpa penambahan bahan lain.
Takaran Saji
Takaran saji yang dicantumkan pada label produk MP-ASI biskuit sangat
beragam dengan kisaran antara 18 gram sampai dengan 52 gram. Jumlah
produk terbanyak mempunyai takaran saji 21.4 gram (10 produk) dan takaran saji
rata-rata adalah 25.1 gram. Gambaran selengkapnya tentang takaran saji produk
MP-ASI biskuit dapat dilihat pada Gambar 8.
2
65
1
10
32
1
3
0123456789
10
Jum
lah
prod
uk
18 19.29 20 21 21.4 28 30 40 52
Takaran saji (g)
Gambar 8 Takaran saji produk MP-ASI biskuit
Mengingat Indonesia belum mempunyai acuan untuk nilai takaran saji baku,
maka pengkajian dilakukan dengan menggunakan acuan yang ditetapkan di
Amerika. Berdasarkan Code of Federal Regulation (CFR), reference amount
untuk produk other cereal and grain products, dry ready-to-eat, e.g., ready to-eat
cereals, cookies, teething biscuits, and toasts adalah 7 g for infants and 20 g for
toddlers for ready-to-eat cereals; 7 g for all others. Dengan demikian, apabila
mengacu pada ketentuan tersebut, dimana takaran saji baku untuk produk MP-
ASI bentuk biskuit adalah 7 gram, maka semua takaran saji yang digunakan
pada semua produk MP-ASI biskuit melebihi batasan tersebut dengan kisaran 18
– 52 g atau mencapai 257 – 743 % dari takaran saji baku.
Penetapan takaran saji yang tidak tepat dapat berdampak terhadap
pemahaman konsumen yang tidak tepat mengenai jumlah zat gizi yang
dikonsumsi oleh bayi/anak. Disamping itu, penetapan takaran saji sangat terkait
dengan pelabelan terutama pencantuman klaim, baik klaim kandungan gizi, klaim
fungsi gizi maupun klaim kesehatan.
40
Takaran saji dengan Peruntukan Peruntukan menunjukan segmentasi target konsumen berdasarkan
kelompok umur. Secara umum, dengan meningkatnya usia konsumen maka
kemampuan untuk mengonsumsi sejumlah makanan dalam satu kali waktu
makan akan meningkat. Oleh karena itu, maka dilakukan pengkajian terhadap
hubungan antara takaran saji dengan peruntukan produk. Gambaran tentang
hubungan antara takaran saji, peruntukan dan jumlah keping per sajian
ditunjukkan dalam Gambar 9.
0
10
20
30
40
50
60
5 6 7 8 9 10 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 32 33 29 30 1 2 3 4 11 12 13 26 27 28 31
Kode produk
Peruntukan Takaran saji (g)
Gambar 9 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI biskuit
Gambaran tersebut memperlihatkan tidak ada hubungan yang linier antara
takaran saji dengan kelompok usia peruntukan produk, terutama untuk produk
yang ditujukan untuk usia 9 bulan keatas dimana takaran saji lebih rendah
daripada produk yang ditujukan untuk usia 6 bulan keatas. Terdapat 1 produk
yang diperuntukan bagi anak usia 12 bulan yang mempunyai takaran saji lebih
rendah yaitu 21 gram.
Takaran Saji dengan Jumlah Keping per Sajian
Jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit sangat beragam. Meskipun
jumlah keping per saji tidak berkaitan langsung dengan jumlah zat gizi dalam
setiap takaran saji, jumlah keping per sajian dapat memperlihatkan kewajaran
bayi/anak untuk mengonsumsi produk tersebut dalam satu kali waktu makan.
Gambaran tentang jumlah keping per sajian dan berat per keping dapat dilihat
dalam Gambar 10 dan Gambar 11. Jumlah keping per sajian terdiri dari 1 keping
(2 produk), 2 keping (7 produk), 3 keping (14 produk), 4 keping (6 produk), 8
keping (2 produk), 10 keping (1 produk), 17 keping (1 produk).
41
2
7
14
6
21 1
0
2
4
6
8
10
12
14
Jum
lah
prod
uk1 2 3 4 8 10 17
Jumlah keping
Gambar 10 Jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit
1 1
2
6
2
5
4
2
1
7
2
0
1
2
3
4
5
6
7
jum
lah
prod
uk
1.4 5.2 6 6.4 6.5 6.7 7 7.5 10 10.7 21.4
berat per keping (g)
Gambar 11 Berat per keping produk MP-ASI biskuit
Dengan adanya variasi berat per keping biskuit dan jumlah keping per
sajian, maka tidak ada korelasi yang jelas antara takaran saji dengan jumlah
keping per sajian. Gambaran tentang korelasi antara takaran saji dengan jumlah
keping per sajian dapat dilihat pada Gambar 12.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kode produk
Takaran saji (g) Jumlah keping per sajian
Gambar 12 Takaran saji dan jumlah keping per saji produk MP-ASI biskuit
Gambaran tersebut ditunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang jelas
antara besarnya takaran saji dengan jumlah keping biskuit per sajian karena
42
tingginya variasi jumlah keping per sajian dan berat per keping biskuit. Hal
tersebut diakibatkan karena belum adanya acuan yang jelas tentang takaran saji
produk MP-ASI biskuit di Indonesia.
Kandungan Gizi Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Bagian 2 : Biskuit, syarat mutu terkait dengan kandungan gizi
produk MP-ASI biskuit meliputi beberapa zat gizi baik kepadatan energi, zat gizi
makro (protein, lemak dan karbohidrat) maupun zat gizi mikro (vitamin dan
mineral). Hasil kajian selengkapnya terkait dengan jumlah zat gizi dalam produk
MP-ASI biskuit ditunjukkan pada Lampiran 8.
Berdasarkan BSN (2005b), natrium merupakan salah satu mineral yang
wajib ada dalam produk MP-ASI biskuit tetapi kandungannya dibatasi tidak boleh
lebih dari 100 mg per 100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk bayi,
dan tidak lebih dari 200 mg per 100 kkal produk siap konsumsi untuk anak
berusia diatas 12 bulan. Setelah dilakukan perhitungan dari per 100 gram
menjadi per 100 kkal produk, diperoleh hasil bahwa semua produk (100 %) MP-
ASI biskuit sesuai standar kandungan natrium sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 14.
Tabel 14 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI biskuit
Kode produk
Natrium (mg/100 kkal)
Peruntukan (mulai bulan ke-)
Kode produk
Natrium (mg/100 kkal)
Peruntukan (mulai bulan ke-)
1 23 6 18 0 6 2 23 6 19 0 6 3 35 6 20 0 6 4 35 6 21 0 9 5 26 6 22 0 9 6 26 6 23 24 12 7 26 6 24 24 12 8 26 6 25 0 12 9 26 6 26 79 12 10 26 6 27 17 12 11 62 6 28 110 12 12 62 6 29 63 12 13 62 6 30 63 12 14 0 6 31 40 12 15 0 6 32 18 12 16 0 6 33 18 12 17 0 6
43
Dengan ketentuan bahwa natrium wajib ada dalam produk MP-ASI biskuit,
tetapi tidak ada persyaratan batas minimal yang harus ada, maka ketentuan
tersebut tidak dapat menjadi acuan untuk menetapkan status produk yang tidak
mengandung natrium. Dari 33 produk MP-ASI biskuit yang dikaji, 10 produk tidak
mencantumkan kandungan natrium pada label dan diasumsikan kandungan
natriumnya adalah 0 mg.
Secara umum, dari 33 produk MP-ASI biskuit yang dikaji, sebanyak 13
produk (39 %) produk sesuai standar untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam
MP-ASI bubuk instan dan 20 produk (61 %) tidak sesuai standar. Apabila analisa
dilakukan untuk semua zat gizi baik yang wajib terkandung dalam produk MP-ASI
bubuk instan maupun yang dapat ditambahkan secara sukarela, sebanyak 9
produk (27 %) sesuai standar yang ditetapkan dalam SNI sedangkan 24 produk
(73 %) tidak sesuai standar. Produk yang tidak mencantumkan informasi
kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI
diasumsikan tidak sesuai standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat
ditambahkan ke dalam produk MP-ASI secara sukarela, pengkajian hanya
dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan zat gizi tersebut
pada label. Produk dinyatakan tidak sesuai standar (TSS) apabila terdapat satu
atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Jumlah
parameter yang tidak sesuai standar untuk masing-masing produk, serta jumlah
produk yang tidak sesuai standar untuk masing-masing parameter kandungan
gizi dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase pemenuhan kesesuaian
kandungan gizi produk MP-ASI biskuit dengan persyaratan dalam SNI MP-ASI
biskuit ditunjukkan dalam Gambar 13.
0%10%20%
30%40%50%60%70%
80%90%
100%
Ener
gi to
tal
Prot
ein
Lem
ak
Karb
ohidra
t
Sera
t pan
gan
Vita
min A
Vita
min D
Vita
min E
Vita
min K
Nat
rium
(Na)
Kalsium
(Ca)
Besi (F
e)
Zink
(Zn)
Selenium
(Se)
Sesuai standar Tidak sesuai standar
Gambar 13 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI
biskuit dengan SNI
44
Gambar tersebut menunjukkan bahwa hanya serat pangan dan natrium
yang dipenuhi oleh seluruh produk MP-ASI biskuit. Sedangkan persentase
produk yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi energi total (3 %),
protein (21 %), lemak (6 %), vitamin A (3 %), vitamin D (30 %), vitamin E (24 %),
vitamin K (44 %), kalsium (15 %), besi (12 %), zink (55 %) dan selenium (50 %).
Dari zat gizi tersebut, energi total, protein, lemak, vitamin A, vitamin D,
kalsium, besi dan zink merupakan zat gizi yang wajib ada dalam produk MP-ASI
biskuit, sedangkan vitamin E, vitamin K, dan selenium dapat ditambahkan secara
sukarela.
MP-ASI Siap Masak
Jumlah produk yang dikaji sebanyak 8 produk. Berbagai data umum terkait
dengan kode produk, peruntukan, berat bersih, takaran saji, ukuran rumah
tangga, jumlah sajian per kemasan serta petunjuk penyiapan dan penggunaan
produk MP-ASI siap masak yang terkumpul, disajikan dalam Lampiran 9.
Pembahasan terhadap produk MP-ASI siap masak diuraikan berdasarkan
pokok bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi (a) petunjuk
penyiapan dan penggunaan, (b) takaran saji, dan (c) kandungan gizi.
Petunjuk Penyajian dan Penggunaan MP-ASI siap masak merupakan produk MP-ASI yang memerlukan
penyiapan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi melalui pemasakan dengan air
atau cairan lain yang sesuai. Oleh karena itu, pada label produk MP-ASI siap
masak harus dicantumkan petunjuk penyiapan dan penggunaan. Hal tersebut
dinyatakan dalam SNI 01-7111.3-2005 butir 10.7 yang menyatakan bahwa label
produk MP-ASI siap masak harus mencantumkan petunjuk penyiapan produk
yang menyatakan bahwa produk harus dimasak terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi, serta petunjuk penggunaan produk sesuai dengan kelompok umur
dan kebutuhan gizi bayi dan anak. Dari 8 produk MP-ASI siap masak yang dikaji,
semua produk (100 %) mencantumkan petunjuk penyajian dan penggunaan.
Takaran Saji Takaran saji merupakan jumlah produk MP-ASI siap masak yang biasa
dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga
(URT) yang sesuai untuk produk pangan tersebut.
45
Takaran saji yang digunakan oleh semua produk MP-ASI siap masak
adalah 25 gram yang merupakan 1 sachet produk. Mengingat Indonesia belum
mempunyai ketentuan tentang besaran takaran saji baku untuk produk pangan
termasuk MP-ASI, maka kajian akan menggunakan takaran saji yang ditetapkan
oleh Amerika Serikat. Dalam Code of Federal Regulation, Reference Amount for
customarily consumed per eating occasion : infant and toddler foods, takaran saji
baku (reference amount) untuk cereal, prepared, ready to serve adalah 110 g.
Untuk mengukur takaran saji produk yang siap dikonsumsi, dilakukan
percobaan dengan memasak produk sesuai dengan petunjuk penyajian yang
dicantumkan pada label. Hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut
ditunjukkan pada Tabel 15. Dengan mengacu kepada ketentuan tersebut diatas,
maka takaran saji yang digunakan untuk produk MP-ASI siap masak adalah 110
- 150 g atau mencapai 100 – 163 % dari takaran saji baku.
Tabel 15 Takaran saji produk MP-ASI siap masak
Kode produk
Takaran saji produk (g)
Jumlah air yang ditambahkan
Takaran saji produk siap konsumsi (g)
1 25 250 180 2 25 250 180 3 25 250 180 4 25 250 180 5 25 80 110 6 25 80 110 7 25 200 150 8 25 200 150
Kandungan gizi Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7111.3-2005, kandungan gizi MP-
ASI siap masak harus sesuai standar mutu yang ditetapkan. Dalam SNI tersebut
dinyatakan batasan kandungan gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro.
Untuk zat gizi mikro (vitamin dan mineral) ditetapkan beberapa vitamin dan
mineral yang harus terdapat dalam produk dan yang dapat ditambahkan ke
dalam produk tersebut. Data kandungan gizi produk MP-ASI siap masak
ditunjukkan pada Lampiran 10.
Komponen gizi yang berdasarkan SNI tidak dinyatakan dalam 100 g produk
meliputi kepadatan energi, karbohidrat dan natrium. Data tentang takaran saji
produk MP-ASI siap konsumsi dan kepadatan energi produk MP-ASI siap santap
dalam bentuk siap konsumsi, ditunjukkan pada Tabel 16.
46
Tabel 16 Kepadatan energi produk MP-ASI siap masak siap konsumsi
Kode produk
Energi per 100 g produk
(kkal)
Takaran saji (g)
Energi per sajian (kkal)
Takaran saji produk siap konsumsi (g)
Kepadatan energi (kkal/g produk siap
konsumsi) 1 400 25 100 180 0.6 2 400 25 100 180 0.6 3 400 25 100 180 0.6 4 400 25 100 180 0.6 5 400 25 100 110 0.9 6 400 25 100 110 0.9 7 448 25 112 150 0.8 8 448 25 112 150 0.8
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 4 produk (50 %) sesuai standar
kepadatan energi yaitu sebesar 0.8 kkal dan 0.9 kkal per g produk siap konsumsi.
Sedangkan 4 produk (50 %) tidak sesuai standar karena mempunyai kepadatan
energi sebesar 0.6 kkal per g produk siap konsumsi.
Persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak
dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk akhir maupun
dalam produk siap konsumsi, maka tidak dapat dilakukan pengkajian terhadap
pemenuhan persyaratan tersebut.
Berdasarkan SNI MP-ASI siap masak, natrium merupakan salah satu
mineral yang wajib ada dalam produk MP-ASI siap masak tetapi kandungannya
dibatasi tidak boleh lebih dari 100 mg per 100 kkal produk yang siap dikonsumsi
untuk produk yang ditujukan bagi bayi, dan tidak lebih dari 200 mg per 100 kkal
produk siap dikonsumsi untuk produk yang ditujukan bagi anak berusia diatas 12
bulan. Setelah dilakukan perhitungan terhadap produk yang siap dikonsumsi,
kandungan natrium per 100 kkal produk yang siap dikonsumsi ditunjukkan pada
Tabel 17.
Tabel 17 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI siap masak siap konsumsi
Kode produk Na (mg/100 kkal) Peruntukan (mulai bulan ke-)
1 125 8 2 117 8 3 104 8 4 96 8 5 70 12 6 100 12 7 109 8 8 109 8
47
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 3 produk (37.5 %) sesuai standar
kandungan natrium sebanyak 96 mg, 70 mg dan 100 mg per 100 kkal produk
siap konsumsi, sedangkan 5 produk (62.5 %) tidak sesuai standar yang
ditetapkan dalam SNI.
Dari 8 produk MP-ASI siap masak yang dikaji, semua produk (100 %) tidak
sesuai standar yang ditetapkan dalam SNI baik terhadap zat gizi yang wajib
secara keseluruhan maupun zat gizi yang dapat ditambahkan ke dalam produk
MP-ASI siap masak secara keseluruhan.
Produk yang tidak mencantumkan informasi kandungan gizi untuk zat gizi
yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI diasumsikan tidak sesuai standar,
sedangkan untuk zat gizi yang dapat ditambahkan ke dalam produk MP-ASI
secara sukarela, pengkajian hanya dilakukan terhadap produk yang
mencantumkan kandungan zat gizi tersebut pada label. Produk dinyatakan tidak
sesuai standar (TSS) apabila terdapat parameter kandungan gizi yang tidak
sesuai standar. Jumlah parameter yang tidak sesuai standar untuk masing-
masing produk, serta jumlah produk yang tidak sesuai standar untuk masing-
masing parameter kandungan gizi dapat dilihat pada Lampiran 10.
Mengacu ketentuan yang tercantum dalam SNI, persentase pemenuhan
persyaratan tersebut ditunjukkan pada Gambar 14.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Ener
gi to
tal
Prot
ein
Lem
ak
Karb
ohid
rat
Sera
t pan
gan
Vita
min
A
Vita
min
D
Vita
min
E
Vita
min
K
Vita
min
B1
Vita
min
B2
Nia
sin
Vita
min
B6
Asam
pan
tote
nat
Asam
fola
t
Vita
min
B12
Vita
min
C
Nat
rium
(Na)
Kals
ium
(Ca)
Besi
(Fe)
Zink
(Zn)
Sele
nium
(Se)
Iodi
um (I
)
Sesuai standar Tidak sesuai standar
Gambar 14 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI
siap masak dengan SNI
Dari gambar tersebut terlihat bahwa semua produk MP-ASI siap masak
sesuai standar kandungan gizi yang tercantum dalam SNI MP-ASI siap masak
untuk zat gizi protein, lemak, vitamin A, asam pantotenat, kalsium dan besi. Data
48
tersebut juga memperlihatkan bahwa semua produk tidak sesuai standar
kandungan vitamin E, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B6, dan vitamin C.
Persentase produk MP-ASI siap masak yang tidak sesuai standar meliputi
kandungan energi (50 %), serat pangan (75 %), vitamin D (13 %), vitamin E
(100 %), vitamin K (25 %), vitamin B1 (100 %), vitamin B2 (100 %), niasin
(100 %), vitamin B6 (100 %), asam folat (25 %), vitamin B12 (25 %), vitamin C
(100 %), natrium (63 %), zink (25 %) dan iodium (88 %). Dari zat gizi tersebut,
zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI siap masak meliputi energi,
protein, lemak, vitamin A, vitamin D, vitamin C, natrium, zink dan iodium,
sedangkan zat gizi lain bersifat sukarela.
Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) produk MP-ASI Pembahasan tentang persentase Angka Kecukupan Gizi setiap zat gizi
yang terkandung dalam produk MP-ASI dilakukan dengan mengacu kepada
acuan label gizi yang ditetapkan berdasarkan SK Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan tahun 2003 untuk pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia
4 sampai dengan 24 bulan dengan nilai energi sebesar 950 kkal. Hal tersebut
dikarenakan pencantuman persentase AKG pada label produk yang dikaji masih
menggunakan Peraturan tersebut sebagai acuan.
MP-ASI Bubuk Instan Pembahasan persentase AKG produk MP-ASI bubuk instan disampaikan
berdasarkan MP ASI bubuk instan lokal dan MP-ASI bubuk instan impor. Hal
tersebut untuk mengetahui perbedaan persentase AKG kandungan gizi dalam
produk MP ASI tersebut.
MP-ASI Bubuk Instan Lokal. Data selengkapnya tentang persentase AKG
per sajian untuk setiap produk MP-ASI bubuk instan lokal disajikan pada
Lampiran 11. Gambaran tentang rata-rata persentase AKG kandungan gizi
produk MP-ASI bubuk instan lokal per saji ditunjukkan pada Gambar 15. Rata-
rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk
MP-ASI bubuk instan lokal per saji adalah 27 %. Dengan demikian, untuk
memenuhi 100 % kecukupan gizi harian bayi dan anak sebagaimana dinyatakan
dalam Angka Kecukupan Gizi, diperlukan 3.7 saji per hari.
49
0
10
20
30
40
50
60
Rat
a-ra
ta %
AKG
per
saj
i
Gambar 15 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk
instan lokal per saji MP-ASI bubuk instan impor. Data lengkap tentang persentase AKG per
sajian untuk setiap produk MP-ASI bubuk instan impor disajikan pada Lampiran
12. Gambaran tentang rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI
bubuk instan impor per saji ditunjukkan pada Gambar 16. Rata-rata persentase
AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk MP-ASI bubuk
instan impor per saji adalah 31 %. Dengan demikian, untuk memenuhi 100 %
kecukupan gizi, diperlukan 3.2 saji per hari.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rat
a-ra
ta %
AK
G p
er s
aji
Gambar 16 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk
instan impor per saji
MP-ASI Biskuit
Data tentang persentase AKG kandungan gizi untuk setiap produk MP-ASI
biskuit disajikan pada Lampiran 13. Gambaran rata-rata persentase AKG produk
50
MP-ASI biskuit untuk masing-masing zat gizi per saji ditunjukkan pada Gambar
17. Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung
dalam produk MP-ASI biskuit per saji adalah 14 %. Dengan demikian, untuk
memenuhi kecukupan gizi, diperlukan 7.1 saji per hari.
0
5
10
15
20
25
30En
ergi
tota
l
Prot
ein
Lem
ak
As lin
olea
t
Karb
ohid
ratH
Vita
min
A
Karo
ten
tota
l
Beta
kar
oten
Vita
min
D
Vita
min
E
Vita
min
K
Vita
min
B1
Vita
min
B2
Nia
sin
Vita
min
B6
Asam
pan
tote
nat
Asam
fola
t
Vita
min
B12
Vita
min
C
Kaliu
m (K
)
Nat
rium
(Na)
Kals
ium
(Ca)
Fosf
or (P
)
Besi
(Fe)
Mag
nesi
um (M
g)
Zink
(Zn)
Sele
nium
(Se)
Iodi
um (I
)
Rat
a-ra
ta %
AK
G p
er s
aji
Gambar 17 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit
per saji
MP-ASI Siap Masak
Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk MP-ASI siap
masak yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 14. Gambaran tentang rata-rata
persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak per sajian
ditunjukkan pada Gambar 18. Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat
gizi yang terkandung dalam produk MP-ASI siap masak per saji adalah 19 %.
Dengan demikian, untuk memenuhi kecukupan gizi, diperlukan 5.2 saji per hari.
05
101520253035404550
Ener
gi to
tal
Prot
ein
Lem
ak
As lin
olea
t
Karb
ohid
ratH
Vita
min
A
Karo
ten
tota
l
Beta
kar
oten
Vita
min
D
Vita
min
E
Vita
min
K
Vita
min
B1
Vita
min
B2
Nia
sin
Vita
min
B6
Asam
pan
tote
nat
Asam
fola
t
Vita
min
B12
Vita
min
C
Kaliu
m (K
)
Nat
rium
(Na)
Kals
ium
(Ca)
Fosf
or (P
)
Besi
(Fe)
Mag
nesi
um (M
g)
Zink
(Zn)
Sele
nium
(Se)
Iodi
um (I
)
Rat
a-ra
ta %
AK
G p
er s
aji
Gambar 18 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap
masak per saji
51
Dari uraian tersebut diatas ditunjukkan bahwa rata-rata persentase AKG
untuk keseluruhan zat gizi dan jumlah saji perhari untuk memenuhi kecukupan
gizi harian bayi/anak sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 19. Gambaran
tersebut hanya menunjukkan rataan persentase AKG dan tidak mewakili
persentase AKG setiap komponen. Dalam hal ini, jumlah saji per hari yang
dibutuhkan untuk memenuhi kecukupan gizi harian diasumsikan zat gizi hanya
diperoleh dari produk MP-ASI dan tidak memperhitungkan sumber makanan
lainnya. Dengan mempertimbangkan hasil kajian dimana rata-rata persentase
AKG produk MP-ASI biskuit hanya 17 %, maka produk tersebut sebaiknya tidak
diposisikan sebagai makanan utama untuk bayi/anak, melainkan harus disertai
dengan makanan lain yang dapat memberikan asupan gizi yang berarti dalam
pemenuhan kecukupan gizi harian.
3.7 3.2
7.15.3
19
14
27
31
0
5
10
15
20
25
30
35
bubuk instan lokal bubuk instan impor biskuit siap masak
Jenis MP ASI
Ratarata % AKG jumlah saji per hari yang dibutuhkan
Gambar 19 Rata-rata persentase AKG dan jumlah saji per hari yang diperlukan untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak
Tingkat Pemahaman Konsumen terhadap Produk MP-ASI serta Pola Konsumsi Bayi/anak
Profil Responden
Survei yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi aktual
tentang pemahaman masyarakat terhadap produk MP-ASI dan memperoleh
gambaran tentang pola pemberian makanan bayi dan anak khususnya produk
MP-ASI. Responden yang dipilih merupakan kelompok tertentu yaitu ibu yang
mempunyai anak usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan sebagai lokasi
pengamatan untuk pengumpulan data dilakukan di sarana pelayanan kesehatan
52
(rumah sakit atau puskesmas). Data umum responden meliputi wilayah, lokasi
pengamatan, nama, alamat, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan usia anak
paling kecil tercantum pada Lampiran 15. Jumlah responden sebanyak 50 orang
yang terbagi atas 5 wilayah Jakarta meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Jumlah responden dari
masing-masing wilayah adalah 10 orang (20 %). Persentase jumlah responden di
tiap wilayah dihitung terhadap total responden ditunjukkan pada Gambar 20.
Gambar 20 Proporsi jumlah responden di tiap wilayah
Pembahasan lebih lanjut perihal profil responden akan disampaikan
berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan suatu produk
yang akan dikonsumsi oleh bayi/anak meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan,
jumlah anak dan usia anak terkecil.
Berdasarkan tingkat pendidikan. Produk MP-ASI ditujukan bagi bayi dan
anak usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Mengingat kelompok target
konsumen tersebut tidak dapat melakukan pemilihan secara langsung terhadap
produk yang akan dikonsumsinya, maka peranan seorang ibu sangat besar
dalam melakukan pemilihan untuk menentukan produk serta cara penyajian dan
pemberian produk MP-ASI tersebut.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, 44 % dari responden memiliki tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), 20 % memiliki tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), 20 % memiliki tingkat pendidikan Akademi,
8 % memiliki tingkat pendidikan Sarjana (Perguruan Tinggi) dan 8 % memiliki
tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Komposisi responden berdasarkan
tingkat pendidikan seperti terlihat pada Gambar 21.
Jakarta Timur, 20%
Jakarta Barat, 20%
Jakarta Selatan, 20%
Jakarta Utara,20%
Jakarta Pusat, 20%
53
Gambar 21 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengumpulan data, 76 % dari
responden merupakan ibu rumah tangga, 18 % pegawai swasta, 4 % penjahit
dan 2 % pegawai negeri. Komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan
dapat dilihat pada Gambar 22. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebagian
besar responden merupakan ibu rumah tangga.
Gambar 22 Komposisi responden berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan jumlah anak. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi pola
pemberian makan seorang anak oleh ibunya adalah jumlah anak. Hasil
pengumpulan data menunjukkan bahwa 54 % dari responden mempunyai 1
(satu) orang anak, 34 % responden mempunyai 2 orang anak, 6 % responden
mempunyai 3 orang anak, 4 % responden mempunyai 5 orang anak dan 2 %
responden mempunyai 7 orang anak. Gambaran selengkapnya tentang
komposisi responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada Gambar 23.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki anak 1
(satu) orang diikuti dengan jumlah anak 2 orang. Hal tersebut sejalan dengan
program pemerintah tentang keluarga berencana. Meskipun demikian, masih
adanya responden yang mempunyai anak 7 orang perlu mendapat perhatian
pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi tentang program tersebut.
SLTA44%
SLTP20%
Perguruan Tinggi
8%
Akademi8%
SD20%
Penjahit4%
Ibu Rumah Tangga
76%
Pegawai Negeri
2%PegawaiSwasta
18%
54
Gambar 23 Komposisi responden berdasarkan jumlah anak
Pemahaman terhadap Produk MP-ASI
Data yang terkumpul selengkapnya tentang pemahaman responden
terhadap produk MP ASI ditunjukkan pada Lampiran 16. Pembahasan akan
diuraikan berdasarkan hal-hal terkait dengan kebiasaan responden membaca
label, membaca informasi nilai gizi pada label, pertimbangan responden dalam
memilih produk MP-ASI, serta cara penyiapan dan penggunaan produk MP-ASI.
Membaca label. Dalam rangka mengetahui kepedulian konsumen
khususnya ibu yang mempunyai anak usia 1 – 3 tahun, terhadap informasi yang
disampaikan melalui label produk MP-ASI, maka pertanyaan pertama yang
diajukan kepada responden adalah apakah mereka membaca label terlebih
dahulu sebelum membeli produk pangan. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa 54 % dari responden selalu membaca label, 42 % dari responden kadang-
kadang membaca label, dan 4 % dari responden tidak pernah membaca label.
Dari gambaran tersebut, diperlukan sosialisasi kepada konsumen tentang
pentingnya membaca label. Gambaran tentang kebiasaan konsumen untuk
membaca label sebelum membeli produk MP-ASI dapat dilihat pada Gambar 24.
Selalu membaca
label54%
Kadang-kadang
42%
Tidak pernah membaca
label4%
Gambar 24 Kebiasaan konsumen membaca label produk pangan
1 orang54%2 orang
34%
7 orang2%
5 orang4%3 orang
6%
55
Membaca informasi nilai gizi pada label. Dalam rangka mengetahui
lebih lanjut perihal perhatian konsumen terhadap keterangan yang tercantum
pada label, pertanyaan yang diajukan berikutnya adalah responden dipersilahkan
untuk memilih keterangan yang tercantum pada label sesuai dengan urutan
dalam membaca label. Keterangan tersebut meliputi : (1) nama jenis, (2) nama
dagang, (3) Nomor pendaftaran MD/ML, (4) Nama dan alamat pabrik/importir, (5)
Berat bersih/isi bersih, (6) Tanggal kedaluwarsa, (7) Tabel informasi nilai
gizi/kandungan gizi, (8) Petunjuk penggunaan, (9) Klaim/pernyataan pada label,
(10) Petunjuk penyimpanan, (11) Kode produksi.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 7 % responden memilih informasi
nilai gizi sebagai urutan pertama, sedangkan 43 % responden memilih informasi
nilai gizi sebagai urutan kedua, 11 % responden memilih informasi nilai gizi
sebagai urutan ketiga, 20 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai
urutan keempat, 11 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai urutan
kelima, 6 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai urutan keenam, 2 %
responden memilih informasi nilai gizi sebagai urutan ketujuh, 2 % responden
memilih informasi nilai gizi sebagai urutan kedelapan, dan 2 % responden tidak
memperhatikan informasi nilai gizi pada label. Gambar 25 menunjukkan
perhatian responden terhadap tabel informasi nilai gizi/kandungan gizi.
Gambar 25 Perhatian responden terhadap informasi nilai gizi pada label
Penyiapan dan penggunaan produk MP-ASI. Pertanyaan yang diajukan
kepada responden adalah apakah Anda selalu mengikuti petunjuk penyiapan dan
penggunaan produk yang tercantum pada label. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa 76 % responden menyatakan selalu mengikuti petunjuk penyiapan dan
penggunaan, sedangkan 24 % tidak mengikuti petunjuk penyiapan dan
penggunaan yang tercantum pada label. Gambaran selengkapnya tentang
3
20
79
53
1 1 10
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 -
Urutan perhatian responden
Jum
lah
resp
onde
n
56
kebiasaan responden dalam mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan
yang tercantum pada label dapat dilihat pada Gambar 26.
Pertimbangan dalam memilih produk MP-ASI. Mengingat MP-ASI
merupakan makanan utama bagi bayi/anak disamping ASI serta terbatasnya
keragaman maupun jumlah makanan bayi, maka kecermatan seorang ibu dalam
menentukan produk MP-ASI bagi bayi/anak akan sangat berpengaruh terhadap
status gizi bayi/anak tersebut. Untuk mengetahui pertimbangan konsumen dalam
menentukan pilihan terhadap produk MP-ASI yang dipilihnya, pertanyaan
selanjutnya terkait pertimbangan dalam memilih produk. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa 54 % responden menyatakan bahwa faktor harga
merupakan pertimbangan utama dalam memilih produk MP-ASI, sedangkan
22 % responden memilih faktor kandungan gizi, 20 % responden memilih merek
yang terkenal. Sebanyak 4 % responden memilih faktor lain-lain dengan
menyatakan bahwa pemilihan tergantung kemauan anak dan kondisi anak.
Gambaran mengenai pertimbangan responden dalam memilih produk MP-ASI
yang akan dibeli, dapat dilihat pada Gambar 27.
Tidak mengikuti petunjuk
penyiapan24%
Mengikuti petunjuk
penyiapan pada label
76%
Gambar 26 Proporsi responden yang mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label produk MP-ASi
Gambar 27 Pertimbangan responden dalam membeli produk MP-ASI
Harga54%
Kandungan gizi22%
Merek terkenal20%
Lain-lain 4%
57
Pola pemberian makan pada bayi/anak Dalam rangka mengetahui konsumsi produk MP-ASI, reponden diminta
untuk mengisi tabel yang memuat pola makan harian bayi dan anak, meliputi
jenis makanan, frekuensi pemberian per hari, jumlah per satu kali makan, dan
cara penyiapan. Jenis makanan yang dicantumkan meliputi (1) ASI, (2) susu bayi,
(3) makanan bayi yang dibuat di rumah, (4) makanan bayi bubuk instan, (5)
biskuit bayi, (6) buah-buahan dan (7) lain-lain. Data tentang pola konsumsi harian
bayi dan anak yang terkumpul selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 17.
Gambaran pola konsumsi tercantum pada Gambar 28.
6050
68
28
44
94
26
0102030405060708090
100
% b
ayi/a
nak
yang
men
gkon
sum
si
ASI
Sus
uba
yi
Mak
anan
bayi
rum
ahan
MP
AS
IB
ubuk
inst
an
MP
AS
IB
isku
it
Bua
h-bu
ahan
Lain
-lain
Gambar 28 Persentase bayi/anak yang mengonsumsi ASI, susu bayi, makanan
bayi rumahan, MP ASI bubuk instan, MP ASI biskuit, buah-buahan dan lain-lain
Pemberian ASI. Seiring dengan kebijakan Pemerintah dalam melestarikan
pemberian Air Susu Ibu (ASI), dimana ASI Eksklusif diberikan kepada bayi
sampai usia 6 bulan dan selanjutnya tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun
dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Depkes 2004), hasil
pengamatan berikut dapat menunjukkan gambaran tentang pemberian ASI
kepada bayi usia lebih dari 6 bulan.
Sebanyak 60 % dari responden memberikan ASI kepada bayi/anak. Hal
tersebut merupakan gambaran yang positif terhadap kebijakan Pemerintah
dalam rangka meningkatkan status gizi bayi/anak, mengingat usia anak dari
responden lebih dari 6 bulan, tetapi tetap meneruskan pemberian ASI setelah
usia pemberian ASI Eksklusif. Sebanyak 40 % dari responden tidak memberikan
ASI kepada bayi/anak. Gambaran tentang responden yang memberikan ASI dan
yang tidak memberikan ASI dapat dilihat pada Gambar 29.
58
Pemberian susu bayi. Hasil pengamatan selanjutnya terhadap pola
konsumsi bayi/anak adalah konsumsi susu formula bayi/susu bayi. Sebanyak
50 % responden memberikan susu formula kepada bayi/anak dan 50 % tidak
memberikan susu formula. Gambar 30 menunjukkan proporsi responden yang
memberikan susu formula bayi dan responden yang tidak memberikan susu
formula bayi.
Tidak memberikan
ASI40%
Memberikan ASI60%
Gambar 29 Proporsi responden yang memberikan ASI
Tanpa susu formula bayi
50%
Dengan susu formula bayi
50%
Gambar 30 Proporsi responden yang memberikan susu formula bayi
Pemberian ASI dan susu formula bayi. Responden yang memberikan
ASI tanpa susu formula sebanyak 46 %, dan responden yang memberikan susu
formula tanpa ASI sebanyak 40 %, sedangkan sebanyak 14 % responden
disamping memberikan ASI juga memberikan susu formula bayi. Proporsi
responden yang memberikan ASI, susu formula dan yang memberikan keduanya
ditunjukkan pada Gambar 31.
Pemberian makanan bayi yang dibuat di rumah. Makanan bayi yang
dibuat di rumah merupakan salah satu makanan yang diberikan kepada
bayi/anak. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa 68 % responden
memberikan makanan rumahan kepada bayi/anak dan 32 % responden tidak
59
memberikan makanan bayi yang dibuat di rumah. Gambaran tentang pemberian
makanan bayi yang dibuat di rumah ditunjukkan pada Gambar 32.
Susu formula40%
ASI 46%
ASI + susu formula
14%
Gambar 31 Proporsi responden yang memberikan ASI , susu formula bayi serta
ASI dan susu formula bayi
Tanpa MP-ASI rumahan
32%
Dengan MP-ASI rumahan
68%
Gambar 32 Proporsi pemberian makanan bayi yang dibuat di rumah
Dari 16 responden yang tidak memberikan makanan bayi rumahan,
sebanyak 14 responden (87.5 %) memberikan MP-ASI dalam bentuk lain (bubuk
instan atau biskuit) dan 2 responden (12.5 %) tidak memberikan MP-ASI bubuk
instan maupun biskuit. Dari kedua responden tersebut bayi/anak hanya diberikan
ASI dan susu formula bayi.
Mengingat keterbatasan data mengenai kandungan gizi MP-ASI yang
dibuat di rumah, diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui kecukupan
gizi bayi dan anak yang hanya diberikan makanan tersebut.
Pemberian MP-ASI bubuk instan. Hasil pengamatan terhadap 50
responden, sebanyak 28 % memberikan MP-ASI bubuk instan kepada bayi/anak
dan 72 % tidak memberikan MP-ASI bubuk instan, sebagaimana terlihat pada
Gambar 33. Selanjutnya, pola konsumsi bayi/anak yang diberi MP-ASI bubuk
instan dapat dilihat pada Gambar 34.
60
Tanpa MP-ASI bubuk instan
72%
Dengan MP-ASI bubuk
instan28%
Gambar 33 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI bubuk instan
Gambar 34 Pola konsumsi dengan MP-ASI bubuk instan
Dari 14 responden yang memberikan MP-ASI bubuk instan, 4 responden
(29 %) memberikan MP-ASI bubuk instan 2 kali per hari dan 10 responden
(71 %) menyatakan 3 kali per hari. Dengan demikian rata-rata pemberian MP-ASI
bubuk instan adalah 2.7 sajian per hari.
Pola konsumsi tersebut akan dibahas lebih lanjut terhadap kandungan gizi
rata-rata dalam produk MP-ASI bubuk instan sebagai hasil pengkajian terhadap
produk MP-ASI bubuk instan yang terdaftar.
Pemberian Biskuit Bayi. Hasil pengamatan terhadap 50 responden,
sebanyak 44 % memberikan MP-ASI biskuit kepada bayi/anak dan 56 % tidak
memberikan MP-ASI biskuit, sebagaimana terlihat pada Gambar 35. Selanjutnya,
pola konsumsi bayi/anak yang diberi MP-ASI biskuit ditunjukkan pada Gambar 36.
Dari 22 responden yang memberikan MP-ASI biskuit, 9 responden (41 %)
memberikan MP-ASI biskuit 1 kali per hari dan 13 responden (59 %) menyatakan
2 kali per hari dengan jumlah biskuit per sekali makan sebanyak 1 keping kecuali
1 responden yang memberikan 2 keping biskuit per sekali makan. Dengan
demikian rata-rata pemberian MP-ASI biskuit adalah 1.6 sajian per hari.
susu bayi + bubuk instan + biskuit + buah
21% ASI + bubuk instan
7%
ASI + susu bayi + bubuk instan + biskuit + buah
21%
ASI + bubuk instan + biskuit
+ buah 51%
61
Dengan biskuit44%Tanpa biskuit
56%
Gambar 35 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI biskuit
Gambar 36 Pola konsumsi dengan MP-ASI biskuit
Pemberian buah-buahan dan makanan lain. Dari 50 responden,
sebanyak 94 % responden memberikan buah kepada bayi dan anak dengan
frekuensi pemberian 1 kali per hari. Sedangkan sebanyak 6 % dari responden
tidak memberikan buah kepada bayi dan anak. Sementara itu, dari 50 responden,
sebanyak 26 % responden memberikan makanan lain kepada bayi dan anak 1 –
3 kali per hari dengan rata-rata pemberian 2 kali per hari. Jenis makanan yang
diberikan adalah kue dan makanan ringan.
Kontribusi Produk MP-ASI terhadap Kecukupan Gizi Harian Bayi/anak
sesuai Pola Konsumsi
Pemberian produk MP-ASI kepada bayi dan anak berdasarkan hasil survei
terbagi atas MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit.
Kontribusi terhadap Gizi Harian Berdasarkan MP-ASI Bubuk Instan Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap ibu yang mempunyai
anak usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun, diperoleh data tentang pola konsumsi
ASI + bubuk instan + biskuit
+ buah32%
ASI + MP-ASI rumahan +
biskuit + buah31%
ASI+susu bayi+ bubuk instan + biskuit + buah
14%
Susu bayi + MP-ASI rumahan + biskuit + buah
23%
62
bayi dan anak yang diberi MP-ASI bubuk instan sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 18.
Tabel 18 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan
No Frekuensi pemberian/hari ASI Susu bayi Makanan bayi
rumahan Bubuk instan
Biskuit bayi
Buah-buahan
Lain-lain sdm/hari ml/hari
1 Ya - - - 2 1 1 - 2 Ya - - - 2 - - - 3 Ya 9 360 - 2 2 1 - 4 Ya - - - 2 2 1 - 5 Ya - - - 3 2 1 - 6 Ya - - - 3 2 1 - 7 Ya - - - 3 1 1 - 8 - 30 900 - 3 2 1 - 9 Ya - - - 3 1 1 - 10 Ya - - - 3 1 1 - 11 - 40 1500 - 3 2 1 - 12 - 18 720 - 3 2 1 - 13 7x 28 840 - 3 2 1 - 14 Ya 6 240 - 3 2 1 -
Rata-rata 2.7 1.6 1 -
Dari Tabel 18 terlihat bahwa rata-rata frekuensi pemberian MP-ASI bubuk
instan per hari adalah 2.7 kali dengan disertai MP-ASI biskuit 1.6 kali, sedangkan
berdasarkan kajian terhadap persentase AKG persajian diperoleh data rata-rata
persentase AKG kandungan gizi per sajian produk MP-ASI bubuk instan maupun
biskuit. Dari 14 konsumen yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan, semua
responden juga mengonsumsi ASI atau susu bayi. Disamping itu 13 orang juga
mengonsumsi MP-ASI biskuit dan buah.
Perhitungan selanjutnya untuk mengetahui kontribusi terhadap kecukupan
harian bayi dan anak dari kedua jenis produk MP-ASI (produk MP-ASI bubuk
instan dan biskuit) berdasarkan pola konsumsi produk MP-ASI bubuk instan
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 19. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa
beberapa zat gizi yang kurang dari 2/3 AKG meliputi energi, lemak, asam linoleat,
karoten total, beta karoten, asam folat, kalium, selenium dan iodium. Dari semua
zat gizi tersebut, energi, lemak, kalium dan iodium merupakan komponen gizi
yang dipersyaratkan dalam SNI serta mempunyai persyaratan kandungan
minimal dan atau maksimal, sedangkan asam folat merupakan zat gizi yang tidak
63
wajib ada dalam produk MP-ASI, tetapi apabila ditambahkan mempunyai
persyaratan batas minimal kandungan. Sementara itu, zat gizi lainnya (asam
linoleat, karoten total dan beta karoten) merupakan zat gizi yang tidak
dipersyaratkan dalam SNI. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa beberapa zat
gizi lain memberikan kontribusi yang melebihi kecukupan gizi harian untuk zat
gizi tersebut, meliputi vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin B1,
vitamin B2, niasin, vitamin B6, asam pantotenat, vitamin B12, vitamin C, kalsium,
dan besi.
Tabel 19 Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan
No Komponen gizi Persentase AKG dalam produk MP-ASI Jumlah persentase
per hari bubuk instan biskuit
per saji per hari per saji per hari 1 2 3 4 (3x2.7) 5 6 (5x1.6) 7 (4+6) 1 Energi 17 46 12 19 65 2 Protein 28 76 9 14 90 3 Lemak 12 32 10 16 48 4 Asam linoleat 6 16 1 2 18 5 Karbohidrat 18 49 13 21 69 6 Vitamin A 35 95 26 42 136 7 Karoten total 0 0 0 0 0 8 Beta karoten 6 16 0 0 16 9 Vitamin D 46 124 26 42 166 10 Vitamin E 37 100 22 35 135 11 Vitamin K 50 135 25 40 175 12 Vitamin B1 39 105 24 38 144 13 Vitamin B2 39 105 27 43 149 14 Niasin 29 78 21 34 112 15 Vitamin B6 46 124 24 38 163 16 Asam pantotenat 37 100 21 34 134 17 Asam folat 9 24 15 24 48 18 Vitamin B12 39 105 28 45 150 19 Vitamin C 38 103 14 22 125 20 Kalium 20 54 0 0 54 21 Natrium 27 73 10 16 89 22 Kalsium 33 89 21 34 123 23 Fosfor 30 81 8 13 94 24 Besi 30 81 22 35 116 25 Magnesium 31 84 3 5 89 26 Zink 27 73 10 16 89 27 Selenium 6 16 4 6 23 28 Iodium 20 54 6 10 64
64
Kontribusi terhadap Gizi Harian Berdasarkan MP-ASI Biskuit Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit sebagai hasil
survei sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 20.
Tabel 20 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit
No Frekuensi pemberian/hari ASI Susu bayi Makanan bayi
rumahan Bubuk instan
Biskuit bayi
Buah-buahan
Lain-lain sdm/hari ml/hari
1 Ya - - - 2 1 1 - 2 Ya - - - 3 1 1 - 3 Ya - - - 3 1 1 - 4 Ya - - - 3 1 1 - 5 Ya - - 3 - 1 1 - 6 Ya - - 3 - 1 1 - 7 Ya - - 3 - 1 1 - 8 Ya - - 3 - 1 1 - 9 Ya - - 3 - 1 1 - 10 Ya 9 360 - 2 2 1 - 11 Ya - - - 2 2 1 - 12 Ya - - - 3 2 1 - 13 Ya - - - 3 2 1 - 14 - 30 900 - 3 2 1 - 15 - 40 1500 - 3 2 1 - 16 - 18 720 - 3 2 1 - 17 7x 28 840 - 3 2 1 - 18 Ya 6 240 - 3 2 1 - 19 Ya - - 3 - 2 1 - 20 - 24 960 3 - 2 1 - 21 - 27 1080 3 - 2 2 - 22 Ya - - 3 - 2 1 -
Rata-rata 1.6 1.6 1
Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata frekuensi pemberian MP-ASI
biskuit per hari adalah 1.6 kali dengan disertai MP-ASI bubuk instan 1.6 kali,
sedangkan berdasarkan kajian terhadap persentase AKG persajian diperoleh
data rata-rata persentase AKG kandungan gizi per sajian produk MP-ASI bubuk
instan maupun biskuit. Dari 22 konsumen yang mengonsumsi MP-ASI biskuit,
semua responden juga mengonsumsi ASI dan atau susu bayi. Disamping itu
semua anak juga mengonsumsi buah. Dari 22 anak tersebut, 13 anak (59 %)
mengonsumsi MP-ASI bubuk instan dan 9 orang lainnya (41%) mengonsumsi
makanan bayi rumahan. Perhitungan selengkapnya kontribusi produk MP-ASI
biskuit dan bubuk instan ditunjukkan pada Tabel 21.
65
Tabel 21 Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa beberapa zat gizi yang kurang dari 2/3
AKG meliputi energi, protein, lemak, asam linoleat, karbohidrat, karoten total,
beta karoten, asam folat, kalium, natrium, fosfor, magnesium, zink, selenium dan
iodium. Dari semua zat gizi tersebut, energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium,
zink dan iodium merupakan komponen gizi yang dipersyaratkan berdasarkan SNI
serta mempunyai persyaratan kandungan minimal dan atau maksimal,
sedangkan asam folat dan selenium merupakan zat gizi yang tidak wajib ada
dalam produk MP-ASI, tetapi apabila ditambahkan mempunyai persyaratan batas
No Komponen gizi Persentase AKG dalam produk MP-ASI Jumlah persentase
per hari bubuk instan biskuit
per saji per hari per saji per hari 1 2 3 4 (3x1.6) 5 6 (5x1.6) 7 (4+6) 1 Energi 17 27 12 19 46 2 Protein 28 45 9 14 59 3 Lemak 12 19 10 16 35 4 Asam linoleat 6 10 1 2 11 5 Karbohidrat 18 29 13 21 50 6 Vitamin A 35 56 26 42 98 7 Karoten total 0 0 0 0 0 8 Beta karoten 6 10 0 0 10 9 Vitamin D 46 74 26 42 115 10 Vitamin E 37 59 22 35 94 11 Vitamin K 50 80 25 40 120 12 Vitamin B1 39 62 24 38 101 13 Vitamin B2 39 62 27 43 106 14 Niasin 29 46 21 34 80 15 Vitamin B6 46 74 24 38 112 16 Asam pantotenat 37 59 21 34 93 17 Asam folat 9 14 15 24 38 18 Vitamin B12 39 62 28 45 107 19 Vitamin C 38 61 14 22 83 20 Kalium 20 32 0 0 32 21 Natrium 27 43 10 16 59 22 Kalsium 33 53 21 34 86 23 Fosfor 30 48 8 13 61 24 Besi 30 48 22 35 83 25 Magnesium 31 50 3 5 54 26 Zink 27 43 10 16 59 27 Selenium 6 10 4 6 16 28 Iodium 20 32 6 10 42
66
minimal kandungan. Sementara itu, zat gizi lainnya (asam linoleat, karoten total,
beta karoten, kalium, fosfor dan magnesium merupakan zat gizi yang tidak
dipersyaratkan dalam SNI. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa beberapa zat
gizi melebihi kecukupan gizi harian untuk zat gizi tersebut, meliputi vitamin D,
vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12.
Konsumen perlu memperhatikan label produk MP ASI terkait dengan
takaran saji yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi. Jumlah produk yang
dikonsumsi oleh bayi dan anak perlu disesuaikan dengan jumlah takaran saji
yang tercantum pada label. Khusus untuk MP ASI biskuit dimana berdasarkan
hasil survei menyatakan bahwa jumlah biskuit yang dikonsumsi dalam satu kali
makan adalah 1 keping dan rata-rata pemberian sebanyak 1.6 kali per hari,
menunjukkan bahwa produk MP ASI biskuit hanya dikonsumsi sebanyak 1.6
keping perhari. Sedangkan rata-rata takaran saji 25.1 g dan rata-rata jumlah
keping per sajian adalah 3.8 keping.
Mengingat Indonesia masih mempunyai masalah dengan status gizi
masyarakat antara lain terkait dengan anemia kurang zat besi dan pertumbuhan
maka zat-zat gizi tersebut memerlukan asupan dari sumber lainnya. Disamping
zat gizi yang memerlukan asupan dari makanan lain, perlu dikaji lebih lanjut
terhadap zat gizi yang telah mencukupi bahkan melebihi kecukupan gizi harian
khususnya untuk zat gizi yang perlu dibatasi sejak usia dini seperti gula, lemak
dan natrium.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian, terdapat produk MP-ASI yang tidak sesuai
standar kandungan gizi yang wajib ada dalam produk MP-ASI yaitu sebesar 32
% untuk bubuk instan lokal, 87 % untuk bubuk instan impor, 67 % untuk biskuit
dan 100 % untuk siap masak. Sedangkan berdasarkan kandungan zat gizi
secara keseluruhan baik yang wajib maupun yang sukarela, persentase produk
yang tidak sesuai standar meliputi 68 % untuk bubuk instan lokal, 100 % untuk
bubuk instan impor, 73 % untuk biskuit dan 100 % untuk siap masak. Produk
dinyatakan tidak sesuai standar (TSS) apabila terdapat satu atau lebih parameter
kandungan gizi yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI.
Takaran saji yang digunakan dibandingkan dengan takaran saji baku
mencapai 110 – 333 % untuk produk MP-ASI bubuk instan lokal, 213 – 313 %
untuk MP-ASI bubuk instan impor, 257 – 743 % untuk produk MP-ASI biskuit
dan 100 – 163 % untuk MP-ASI siap masak.
Berdasarkan hasil kajian, rata-rata persentase AKG untuk semua
kandungan gizi yaitu 27 % untuk MP-ASI bubuk instan lokal, 31 % untuk produk
MP-ASI bubuk instan impor, 14 % untuk produk MP-ASI biskuit, dan 19 % untuk
produk MP-ASI siap masak. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi harian sesuai
AKG diperlukan frekuensi konsumsi per hari sebesar 3.7 kali untuk MP-ASI
bubuk instan lokal, 3.2 kali untuk produk MP-ASI bubuk instan impor, 7.1 kali
untuk produk MP-ASI biskuit dan 5.2 kali untuk produk MP-ASI siap masak.
Tingkat pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI meliputi sebanyak
54 % responden selalu membaca label produk pangan yang akan dibeli,
sedangkan 7 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai keterangan yang
pertama kali diperhatikan pada label. Pertimbangan responden dalam memilih
produk MP-ASI adalah 54 % memilih harga, kandungan gizi (22 %), merek
terkenal (20 %) dan 4 % memilih lain-lain (tergantung kesukaan anak). Sebanyak
76 % responden menyatakan selalu mengikuti petunjuk penyiapan yang
tercantum pada label dalam menyiapkan produk MP-ASI.
Persentase bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan sebanyak
28 %, sedangkan MP-ASI biskuit sebanyak 44 %. Rata-rata frekuensi konsumsi
produk MP-ASI per hari untuk kelompok tersebut meliputi MP-ASI bubuk instan
sebesar 2.7 kali per hari dan MP-ASI biskuit sebesar 1.6 kali per hari. Pola
68
konsumsi bayi/anak yang diberikan MP-ASI biskuit menunjukkan bahwa variasi
makanan lain yang diberikan lebih beragam dibandingkan MP-ASI bubuk instan.
Bayi/anak yang diberikan biskuit selalu disertai dengan makanan lain termasuk
MP-ASI rumahan maupun produk MP-ASI bubuk instan.
Pengkajian terhadap kontribusi produk MP-ASI bubuk instan dan biskuit
serta pola konsumsi menunjukkan bahwa terdapat beberapa zat gizi yang
memerlukan asupan dari sumber makanan lain meliputi energi, lemak, asam
linoleat, karoten total, beta karoten, asam folat, kalium, selenium dan iodium
untuk pola konsumsi berdasarkan MP- ASI bubuk instant, sedangkan
berdasarkan pola konsumsi MP-ASI biskuit meliputi energi, protein, lemak, asam
linoleat, karbohidrat, karoten total, beta karoten, asam folat, kalium, natrium,
fosfor, magnesium, zink, selenium dan iodium. Beberapa zat gizi yang telah
memenuhi bahkan melebihi Angka Kecukupan Gizi harian meliputi vitamin A,
vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B6, asam
pantotenat, vitamin B12, vitamin C, kalsium, dan besi.
Saran
Pemerintah perlu menetapkan takaran saji baku untuk semua jenis produk
MP-ASI sehingga dapat digunakan sebagai acuan penilaian produk pangan
dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk sebelum diedarkan.
Penetapan takaran saji yang tidak tepat dapat berdampak terhadap pemahaman
konsumen yang tidak tepat mengenai jumlah zat gizi yang dikonsumsi oleh
bayi/anak. Takaran saji juga sangat terkait dengan pencantuman klaim, baik
klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi maupun klaim kesehatan.
Industri pangan hendaknya lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan
yang tercantum dalam SNI MP-ASI dalam rangka meningkatkan status gizi
bayi/anak Indonesia. Penambahan komponen lain yang tidak dipersyaratkan
dalam SNI hendaknya menjadi tambahan apabila semua persyaratan yang
ditetapkan dalam standar sudah terpenuhi.
Konsumen perlu memperhatikan kandungan gizi produk sebagaimana
tercantum pada label dan meningkatkan kepedulian terhadap asupan gizi dari
produk MP-ASI dalam rangka pemenuhan kecukupan gizi harian bayi dan anak.
Konsumen juga perlu diberdayakan untuk mengakses informasi seluas-luasnya
tentang produk MP-ASI terkait kandungan gizi baik melalui label atau sumber
informasi lain yang dapat dipercaya.
69
DAFTAR PUSTAKA
[WHO] World Health Organization. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding. Geneva. WHO.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2004a. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta
[WHO] World Health Organization. 2006. WHO Statistical Information System (WHOSIS) Core Health Indicators, the Latest Data from Multiple WHO Source.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 1991. Guidelines on Formulated Supplementary Foods for Older Infants and Young Children, (CAC/GL 08 – 1991). Roma: CAC.
Pemerintah RI. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Jakarta.
Pemerintah RI. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005a. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan. Standar Nasional Indonesia, SNI 01-7111.1-2005. Jakarta: BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005b. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) – Bagian 2 : Biskuit. Standar Nasional Indonesia, SNI 01-7111.2-2005. Jakarta: BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005c. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) – Bagian 3 : Siap Masak. Standar Nasional Indonesia, SNI 01-7111.3-2005. Jakarta: BSN.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan. Jakarta: Badan POM RI.
[WHO] World Health Organization. 2004. Nutrition Labels and Health Claims : the Global Regulatory Environment. Geneva. WHO.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2006. Guidelines on Nutrition Labelling (CAC/GL 2 – 1985 amended 2006). Roma: CAC.
Pemerintah RI. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
70
Yuniatuti. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2007. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Jakarta: Badan POM RI.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2003a. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.5.1142 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan. Jakarta: Badan POM RI.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2003b. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.4321 tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Jakarta: Badan POM RI.
[US FDA] Food and Drug Administration. 2003. Reference Amounts Customarily Consumed per Eating Occasion: Infant and Toddler Foods. 21 Code of Federal Regulation Chapter 1 (4-1-06 Edition) 101.12. United State: Food and Drug Administration.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2004b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Westcott. 2003. Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Jakarta. Dian Rakyat.
Cox. 2006. Breastfeeding with Confidence. Panduan untuk Belajar Menyusui dengan Percaya Diri. Jakarta. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
[WHO] World Health Organization. 2005. Guiding Principles for Feeding the non-Breastfed Children 6 – 24 Months of Age. Department of Child and Adolescent Health and Development (CAH). Geneva. WHO.
Natzir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
71
Lampiran 1 Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods*) (US FDA 2003)
Product category Reference amount Label statement **)
15 g … tbsp(s) (… g) Cereals, prepared, ready-to-serve
Other cereal and grain products, dry ready-to-eat, e.g., ready to-eat cereals, cookies, teething biscuits, and toasts
7 g for infants and 20 g for toddlers for ready-to-eat cereals; 7 g for all others.
… cup(s) (… g) for ready-to-eat cereals;… piece(s) (… g) for others
15 g … tbsp(s) (… g); … cup(s) (… g)
Dinners, desserts, fruits, vegetables or soups, ready-to-serve, Junior type.
Dinners, desserts, fruits, vegetables or soups, ready-to-serve, strained type
60 g … cup(s) (… g); … cup(s) (… ml)
Dinners, stews or soups for toddlers, ready-to-serve
170 g … cup(s) (… g); … cup(s) (… ml)
Fruits for toddlers, ready-to-serve 125 g … cup(s) (… g) Vegetables for toddlers, ready-to- serve 70 g … cup(s) (… g) Eggs/egg yolks, ready-to-serve 55 g … cup(s) (… g) Juices, all varieties 120 ml 4 fl oz (120 ml) Eggs/egg yolks, ready-to-serve 55 g … cup(s) (… g) Juices, all varieties 120 ml 4 fl oz (120 ml)
*) These values represent the amount of food customarily consumed per eating occasion and
were primarily derived from the 1977–1978 and the 1987–1988 Nationwide Food Consumption Surveys conducted by the U.S. Department of Agriculture.
Unless otherwise noted in the Reference amount column, the reference amounts are for the ready-to-serve or almost ready to-serve form of the product (i.e., heat and serve, brown and serve). If not listed separately, the reference amount for the unprepared form (e.g., dry cereal) is the amount required to make the reference amount of the prepared form. Prepared means prepared for consumption (e.g., cooked).
Manufacturers are required to convert the reference amount to the label serving size in a household measure most appropriate to their specific product using the procedures in 21 CFR 101.9(b).
Copies of the list of products for each product category are available from the Office of Nutritional Products, Labeling and Dietary Supplements (HFS–800), Center for Food Safety and Applied Nutrition, Food and Drug Administration, 5100 Paint Branch Pkwy., College Park, MD 20740.
**) The label statements are meant to provide guidance to manufacturers on the presentation of serving size information on the label, but they are not required. The term ‘‘piece’’ is used as a generic description of a discrete unit. Manufacturers should use the description of a unit that is most appropriate for the specific product (e.g., sandwich for sandwiches, cookie for cookies, and bar for frozen novelties).
72
Lampiran 2 Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pola pemberian makan bayi dan anak
PANDUAN KUESIONER PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DAN POLA PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK
Tujuan kuesioner : Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap produk makanan pendamping ASI serta pola pemberian makanan bayi (makanan pendamping ASI) kepada bayi dan anak usia 6 sampai 24 bulan.
Pengantar : Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah tangga yang dimaksud diatas meliputi antara lain sendok teh, sendok makan, sendok takar, gelas, botol, kaleng, mangkuk/cup, bungkus, sachet, keping, buah, biji, potong, iris, dan lain-lain
Jenis produk MP-ASI yang beredar di pasaran meliputi :
a. Bubur Instan (bubur bayi, sereal, dll) b. Biskuit c. Siap Santap (langsung dikonsumsi) d. Siap Masak (perlu pemasakan terlebih dahulu)
73
KUESIONER
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DAN POLA PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK Tanggal pengisian kuisioner : ............... Tandatangan : ...............
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :
.................................................................................... 2. Alamat :
.................................................................................... ....................................................................................
...............................................................................
..... 3. Jumlah anak : ..................................... (orang) 4. Usia anak : .......................................................................... 5. Pendidikan : Tidak sekolah SLTA
SD Akademi SLTP Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan : Pegawai Negeri
Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Lain – lain, sebutkan ..........................
B. PERTANYAAN 1. Apabila membeli suatu pangan yang dikemas dan berlabel, apakah Anda
selalu membaca label produk yang akan dibeli ? Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
2. Apabila Anda membaca Label, bagian apa yang dibaca terlebih dahulu ?
Silahkan diurutkan informasi pada label dari yang pertama kali dibaca.
Informasi pada label Nomor Urut Nama jenis Nama dagang Nomor pendaftaran (MD/ML) Nama dan alamat pabrik/importir
74
Berat bersih/isi bersih Tanggal kedaluwarsa Tabel Informasi Nilai Gizi /kandungan gizi Petunjuk penggunaan Klaim/pernyataan pada label Petunjuk penyimpananKode produksi
3. Silahkan tuliskan jenis makanan yang diberikan kepada bayi/anak Anda,
frekwensi pemberian dan jumlah yang diberikan per hari :
Jenis makanan Frekwensi pemberian
per hari
Jumlah (g) per satu
kali makan
Cara penyiapan
*)
Jumlah (g) per hari
(tidak perlu diisi)1 2 3 4 5 (2x3)
ASI Susu bayi Makanan bayi yang dibuat di rumah
Makanan bayi bubuk instan
Biskuit bayi Buah-buahan Lain-lain : ..........
*) Tuliskan cara penyiapan makanan yang dimaksud dalam kolom 1, dengan kode berikut :
A. menggunakan air panas/matang (...... ml) B. menggunakan susu formula bayi (...... ml) C. menggunakan ASI (...... ml) D. menggunakan cairan lain yaitu : ........................... (...... ml) E. langsung diberikan kepada bayi tanpa penambahan apapun.
Catatan : Jika Anda memilih A, B, C, atau D, isilah jumlah cairan yang digunakan untuk menyiapkan sejumlah makanan yang ditulis pada kolom 3, contoh : A ( 200 ml), B (150 ml)
4. Apabila Anda bermaksud membeli produk makanan bayi/anak (MP-ASI), pertimbangan Anda dalam memilih produk tersebut adalah :
Merek terkenal Harga Kandungan gizi Lain-lain : ..............................................................................................
5. Apabila Anda akan menyajikan makanan pendamping ASI bagi bayi Anda,
apakah Anda selalu mengikuti petunjuk penggunaan yang tercantum pada label ?
Ya Tidak Terimakasih atas partisipasi Anda.
sdm/hari ml/hari1 Ya - - 3 - - 1 -2 Ya - - 3 - 2 1 -3 Ya - - - 3 2 1 -4 Ya - - 3 - - 1 -5 Ya - - 3 - - 1 -6 Ya 3 120 3 - - 1 -7 - 18 600 3 - - 1 -8 Ya - - - 3 2 1 -9 - 22 800 3 - - 1 210 - 24 1200 3 - - 1 211 Ya - - - 3 1 1 -12 Ya - - - 2 1 1 -13 - 24 960 3 - 2 1 -14 Ya - - 2 - - - -15 - 12 360 - - - 1 -16 - 30 900 - 3 2 1 -17 - 24 960 3 - - 1 -18 Ya - - - 3 1 1 -19 - 24 720 3 - - 1 -20 Ya - - 3 - - 1 -21 - - - 3 - - 1 -22 Ya 12 360 3 - - 1 -23 - 40 1000 3 - - 1 224 Ya - - - 2 - - -
Lampiran 17 Pola konsumsi harian bayi dan anak
Frekwensi pemberian/hariASI Susu bayi Makanan bayi
rumahanBubuk instan
Biskuit bayi
Buah-buahan
Lain-lainNo
103
24 Ya - - - 2 - - -25 - 8 240 3 - - 1 226 Ya - - 3 - 1 1 -27 Ya - - - 3 1 1 -28 - - - 3 - - 1 329 Ya - - 3 - - 1 230 - 40 1500 - 3 2 1 -31 - 18 720 - 3 2 1 -32 Ya - - 3 - 1 1 -33 7x 28 840 - 3 2 1 -34 Ya - - 3 - 1 1 -35 - 27 1080 3 - 2 2 -36 Ya 9 360 - 2 2 1 -37 Ya 6 240 - 3 2 1 -38 Ya 14 570 3 - - 1 -39 Ya - - 3 - 1 1 -40 Ya - - - 2 2 1 -41 - 6 240 2-3 - - 1 -42 - 16 480 3 - - 1 143 Ya - - 3 - - 1 144 6x 12 360 3 - - 1 145 Ya - - 3 - 2 1 -46 Ya - - 3 - 1 1 -47 - 12 360 3 - - 2 248 - 36 1140 3 - - 1 249 Ya - - - - - 1 250 - 15 570 3 - - 1 2% 60 68 28 44 94 26
*) ASI diberikan berdasarkan permintaan bayi/ anak**) per sajian 2 keping @ 5 g
50
% persentase responden yang memberikan jenis pangan tersebut kepada bayi/anak
103