ASFIKSIA TRAUMATIK

11
ASFIKSIA TRAUMATIK Definisi Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipokasik) dan terjadi kematian. Asfiksia karena sumbatan jalan napas, adalah satu dari beberapa penyebab kegagalan oksigenasi jaringan yang biasanya karena kekerasan. Asfiksia berasal dari bahasa yunani yang artinya ”tidak berdenyut”, pengertian ini sering salah digunakan sehingga sering menimbulkan kebingungan untuk membedakan dengan status anoksia lain pada defisiensi Hb, racun sianida, sirkulasi darah yang terganggu dimana ambilan oksigen oleh jaringan terganggu. 3 Menurut Dorland's Illustrated Medical Dictionary, asfiksia (asphyxia; Gr. “a stopping of the pulse”) didefinisikan sebagai suatu perubahan patologis yang disebabkan oleh karena kekurangan oksigen pada udara respirasi, yang menimbulkan keadaan hipoksia dan hiperkapnea. Sementara itu asfiksia traumatic diartikan sebagai keadaan asfiksia yang terjadi sebagai akibat dari kompresi (penekanan) yang berat atau tiba-tiba pada thoraks maupun abdomen bagian atas ataupun keduanya. 5

Transcript of ASFIKSIA TRAUMATIK

Page 1: ASFIKSIA TRAUMATIK

ASFIKSIA TRAUMATIK

Definisi

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran

udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan

peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).Dengan demikian organ tubuh mengalami

kekurangan oksigen (hipoksia hipokasik) dan terjadi kematian.

Asfiksia karena sumbatan jalan napas, adalah satu dari beberapa penyebab kegagalan

oksigenasi jaringan yang biasanya karena kekerasan. Asfiksia berasal dari bahasa yunani

yang artinya ”tidak berdenyut”, pengertian ini sering salah digunakan sehingga sering

menimbulkan kebingungan untuk membedakan dengan status anoksia lain pada defisiensi

Hb, racun sianida, sirkulasi darah yang terganggu dimana ambilan oksigen oleh jaringan

terganggu.3

Menurut Dorland's Illustrated Medical Dictionary, asfiksia (asphyxia; Gr. “a stopping of

the pulse”) didefinisikan sebagai suatu perubahan patologis yang disebabkan oleh karena

kekurangan oksigen pada udara respirasi, yang menimbulkan keadaan hipoksia dan

hiperkapnea. Sementara itu asfiksia traumatic diartikan sebagai keadaan asfiksia yang

terjadi sebagai akibat dari kompresi (penekanan) yang berat atau tiba-tiba pada thoraks

maupun abdomen bagian atas ataupun keduanya.5

Pembagian Jenis Asfiksia

Secara umum untuk memudahkan asfiksia dibagi menjadi empat golongan, yaitu:2

kelemasan,

jeratan,

asfiksia kimia, dan

mati lemas.

Dalam kematian akibat kelemasan, terdapat kegagalan oksigen untuk sampai ke darah. Pada

umumnya, terdapat enam jenis kelemasan:

kelemasan udara atau akibat terperangkap,

Page 2: ASFIKSIA TRAUMATIK

kelemasan tekupan,

tercekik,

kelemasan atau asfiksia mekanik,

asfiksia mekanik bersama-sama tekupan (burking), dan

kelemasan gas.

Asfiksia mekanik disebabkan oleh tekanan ke bagian luar tubuh yang menghalangi proses

pernafasan. Contoh-contoh asfiksia mekanik ialah:

asfiksia traumatik,

asfiksia kedudukan, dan

asfiksia dihimpit orang.

Hampir kesemua kasus asfiksia mekanik merupakan kasus kecelakaan.

Mekanisme Kejadian

Keadaan asfiksia traumatik merupakan hasil dari penekanan yang terus-menerus pada

dada dan abdomen oleh kejatuhan sesuatu, kendaraan yang berat, tekanan kerumunan

orang dan sebagainya.3

Asfiksia kompresif (juga disebut dengan kompresi dada) mengarah pada suatu

pembatasan mekanik dari ekspansi paru oleh kompresi pada sumbu tubuh, yang

mengakibatkan gerakan berlawanan dengan pergerakan nafas sebenarnya. Asfiksia

kompresif terjadi ketika dada atau abdomen mengalami penekanan (terutama dari

posterior).

Pada kecelakaan, istilah asfiksia traumatik atau crush asphyxia biasanya digunakan untuk

menggambarkan asfiksia kompresif yang dihasilkan dari keadaan tertekan atau terjepit

dibawah beban maupun gaya yang berat. Sebagai contohnya adalah kasus dimana

seseorang terjepit di kolong mobilnya ketika mencoba memperbaiki mobil dan tubuhnya

terhimpit oleh beban mobil tersebut.

Page 3: ASFIKSIA TRAUMATIK

Pada kasus lainnya, seperti kecelakaan di stadion Heysel, asfiksia traumatik disebut

dengan riot-crush. Berlawanan dengan pendapat umum, kejadian tersebut bukanlah

akibat trauma tumpul dari terinjak-injaknya korban, namun lebih dikarenakan asfiksia

karena tekanan sebagai hasil dari kerumunan yang kacau. Dalam lingkungan yang

terkurung, orang-orang saling mendorong dan bersandar pada orang lain; buktinya adalah

terdapatnya pagar terali baja yang bengkok pada beberapa kecelakaan pada kerumunan

kacau yang fatal menunjukkan gaya horizontalnya melebihi 4500 N (sekitar 460kg).

Dalam keadaan dimana terdapat kerumunan orang dewasa dan saling bersandar satu sama

lain sehingga membentuk suatu gundukan manusia, telah dilakukan penilaian dimana

terdapat sekitar 380kg beban tekanan pada lapisan yang paling bawah.1

Asfiksia akibat dihimpit orang dapat terjadi ketika seseorang berada di tempat orang yang

berkerumun seperti dalam satu kumpulan dan tiba-tiba terjadi kekacauan yang

menyebabkan orang akan saling mendorong karena mencoba melarikan diri. Dalam

keadaan ini, ada yang terjatuh terinjak-injak, dan ada pula yang terdorong serta terhimpit

beberapa lama sehingga akhirnya mati akibat asfiksia.

Pada Asfiksia kedudukan dapat dikatakan semua kejadiannya merupakan akibat dari

intoksikasi narkotika atau alkohol. Individu yang mengalami intoksikasi dan jatuh ke

tempat yang sempit sering kali tidak boleh bergerak (akibat terlalu mabuk), kepalanya

tertekuk dan ini menghalanginya bernafas.2

Asfiksia traumatik terjadi apabila objek yang berat jatuh ke atas atau menekan dada atau

bagian abdomen atas, menyebabkan korban tidak dapat bernafas. Terdapat juga kasus

dimana korbannya mati akibat asfiksia traumatik karena ditekan dengan lemari es atau

pepohonan; terjepit dalam kenderaan sewaktu kecelakaan atau terjepit diantara kayu-kayu

besar.2Kompresi dada juga dapat terjadi pada berbagai oleh raga gulat militer, yang

kadang disebut dengan istilah “wringing”. Berbagai teknik digunakan untuk mengunci

lawan. Sebagai contonya adalah kompresi pada dada yang meliputi posisi yang disebut

dengan knee-on-stomach position, atau teknik seperti leg scissors (juga disebut dengan

body scissors, do-jime, dan trunk strangle) jika pelaku melilitkan kaki di sekitar

pertengahan tubuh lawan dan menekan nya bersamaan.1

Page 4: ASFIKSIA TRAUMATIK

Gambaran Klinis

Temuan klinisnya adalah craniocervical cyanosis/cervicofacial cyanosis dan edema,

subconjunctival haemorrhage atau petechiae, serta distensi dari vena leher. Sering

dihubungkan dengan cedera yang meliputi kontusio pulmoner dan hemothoraks.6,7

(A) The knee-on-belly position yang menekan

dada, membuat orang di bawahnya kesulitan bernafas.1 (B) Asfiksia traumatik dengan beban

badan sendiri 8

Multiple ecchymotic hemorrhage pada wajah, leher dan bagian atas dada pernah pula

didokumentasikan. Pada korban yang masih hidup, pemeriksaan Glasgow coma scale

berkisar dari 8 hingga 15. Diskoloritas kulit menghilang dalam 3 minggu. Resolusi

komplit dari perdarahan subkonjungtiva terjadi 1 bulan kemudian. Pada sebuah

penelitian, nyeri tenggorokan, suara serak, pusing, kebas, dan nyeri kepala juga sering

ditemui. Bagian kaki yang lebih rendah ditemukan pitting edema, dapat dijumpai pula

hemoptisis, hemotimpanum, dan kehilangan kemampuan melihat sebagian. Gambaran

radiologis biasanya normal, dan walaupun jarang hematuria mikroskopik dapat

ditemukan.7

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala:9

Fase dispnu: perangsangan medulla oblongata karena kadar O2 rendah dan CO2 yang

tinggi berupa amplitudo-frekuensi nafas meningkat, nadi cepat, tensi tinggi, tanda-tanda

sianosis pada muka-tangan

Fase konvulsi: rangsangan susunan saraf pusat akibat peningkatan CO2 berupa kejang

klonik, lalu tonik, akhirnya epistotonus, pupil dilatasi, denyut jantung menurun, tensi

turun.

Fase apnu: depresi pusat nafas hingga berhenti, kesadaran menurun, relaksasi spinkter.

Page 5: ASFIKSIA TRAUMATIK

Fase akhir: paralysis pusat pernafasan lengkap. Jantung masih berdenyut beberapa saat

sesudahnya.

Lama proses asfiksia sampai timbulnya kematian umumnya antara 4-5 menit.2 vena yang kurang

daripada 25 mm Hg.1

Kongesti visera disebabkan oleh kongesi kapiler-vena karena kerentanan kapiler terhadap

hipoksia. Hal ini menyebabkan dilatasi kapiler dan hambatan darah dalam kapiler dan

vena yang terdilatasi. Pecahnya kapiler akan menyebabkan bintik-bintik perdarahan.

Bintik perdarahan sangat jelas pada pleura visera dan epikardium. Gordon dan Mansfield

melaporkan pembentukan bintik-bintik perdarahan di epikardium walaupun sesudah

kematian.

Apabila tidak ada oksigen, jumlah hemoglobin yang tidak berikatan akan meningkat. Jika

peningkatan jumlah hemoglobin teroksidasi melebihi 5 g/100 ml darah, warna kebiruan

akan kelihatan pada kulit bawah kuku, bibir, lidah dan kadang kala di bagian wajah.

Warna kebiruan ini dikenali sebagai sianosis.1

Pemeriksaan Jenazah

Oedema paru adalah hal yang tersering terjadi pada kasus asfiksia. Hal ini disebabkan

dari efek hipoksia pada pusat vasomotor dengan berbagai macam derajatnya, bila udem

paru berat maka akan tampak buih berwarna merah muda keluar dari hidung dan mulut

dan bila udem paru ringan maka pemeriksaan hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan

histologi paru.

Pada kasus traumatik asfiksia dimana dada tertekan, bronkus dan trakea terdapat darah,

hal ini biasanya terjadi pada koban kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini sering terjadi pada

tulang dada yang lentur yaitu pada anak-anak dimana dadanya tertekan tanpa

menimbulkan patah tulang iga yang kemudian kembali ke bentuk semula.Pada keadaan

ini, hemoragi terjadi akibat dari benturan dan laserasi internal paru-paru dan sering

menjadi hemoragi yang luas tanpa menyebabkan robekan pleura. Yang perlu diperhatikan

pada korban kecelakaan adalah perdarahan asfiksia, dimana darah terhisap dari luka yang

ada di hidung, bibir dan rahang. korban bisa diselamatkan jika hal ini diketahui dengan

cepat. Dengan cara aliran udara dilancarkan dengan penghisapan.3

Page 6: ASFIKSIA TRAUMATIK

Bentuk Post mortem sering dramatis yaitu kongesti yang berat pada jaringan diatas area

penekanan serta petekie perdarahan yang banyak di kulit dan konjungtiva, juga edem dan

dipenuhi dengan darah. Meskipun tanda-tanda yang dramatis yang terlihat pada asfiksia

traumatik, ini merupakan tanda yang dapat hilang.3

Terdapat kongesi berwarna biru keunguan di bagian kepala, leher dan badan atas bersama

bintik-bintik perdarahan di bahagian sklera, konjunktiva dan kulit sekitar mata.

Pemeriksaan mata selanjutnya menunjukkan bagian konjungtiva yang sangat merah

akibat kongesti dan bagian retina menunjukkan tanda perdarahan.

Pemeriksaan organ dalam biasanya tidak menunjukkan kecederaan walaupun terdapat

objek berat yang menghimpit dada korban. Kadang kala terdapat patah tulang rusuk dan

tulang dada. DiMaio melaporkan kasus seorang anak yang mati akibat asfiksia traumatik

karena dililit ular sawah. Ular tersebut mengetatkan lilitannya setiap kali anak tersebut

menghembus nafas. Pemeriksaan postmortem menunjukkan kesan gigi ular tersebut pada

muka mangsa kerana ular tersebut mencoba menelan keseluruhan kepala dan badan

korban. Tidak terdapat bintik-bintik perdarahan, atau kesan lebam semasa pemeriksaan

postmortem.2

Untuk merangkum tanda asfiksia, Mansjoer dkk, 2000, menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

Tanda-tanda klasik asfiksia ialah kongesi visera, sianosis, bintik-bintik perdarahan (peteki) dan

darah yang bersifat bendalir tidak beku. Selain itu, jantung didapati terdilatasi dalam kebanyakan

kasus yang mati akibat asfiksia. Walau bagaimanapun tanda-tanda ini tidaklah khusus untuk

asfiksia karena tanda-tanda ini juga terdapat pada kematian akibat sebab-sebab yang lain.

Perubahan biokimia yang diperhatikan dalam kasus kematian asfiksia ialah PO

Pemeriksaan luar

Sianosis pada bibir, ujung jari dan kuku

Lebam mayat merah kebiruan lebih gelap dan terbentuk lebih cepat dan lebih luas

Busa halus pada hidung dan mulut

Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra

Page 7: ASFIKSIA TRAUMATIK

Tardieu’s Spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra

Tanda-tanda kekerasan dan perlawanan

Untuk kasus penjeratan, jejas biasanya mendatar, melingkari leher, setinggi/dibawah

rawan gondok

Pemeriksaan dalam

Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer

Busa halus di saluran pernafasan

Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh, sehingga organ dalam menjadi

lebih gelap dan lebih berat

Tardieu’s spot pada mukosaorgan dalam

Edema paru

Kelainan-kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan.

Kesimpulan

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran

udara pernapasan hipoksia disertai dengan hiperkapnea sehingga organ tubuh mengalami

hipoksia hipokasik dan terjadi kematian.

Asfiksia traumatik diartikan sebagai keadaan asfiksia yang terjadi sebagai akibat dari

kompresi (penekanan) yang berat atau tiba-tiba pada thoraks maupun abdomen bagian

atas ataupun keduanya

Asfiksia traumatik terjadi apabila objek yang berat jatuh ke atas atau menekan dada atau

bagian abdomen atas, ditekan dengan lemari es atau pepohonan; terjepit dalam kenderaan

sewaktu kecelakaan atau terjepit diantara kayu-kayu besar. Dapat terjadi pula pada

berbagai oleh raga gulat militer.

Page 8: ASFIKSIA TRAUMATIK

Temuan klinis pada korban yang hidup adalah craniocervical cyanosis/cervicofacial

cyanosis dan edema, subconjunctival haemorrhage atau petechiae, serta distensi dari

vena leher, kontusio pulmoner dan hemothoraks.

Multiple ecchymotic hemorrhage pada wajah, leher dan bagian atas dada pernah pula

didokumentasikan. Glasgow coma scale berkisar dari 8 hingga 15. Diskoloritas kulit

menghilang dalam 3 minggu. Resolusi komplit dari perdarahan subkonjungtiva terjadi 1

bulan kemudian, nyeri tenggorokan, suara serak, pusing, kebas, dan nyeri kepala juga

sering ditemui. Pitting edema, hemoptisis, hemotimpanum, dan kehilangan kemampuan

melihat sebagian dan walaupun jarang hematuria mikroskopik dapat ditemukan.Oedema

paru adalah hal yang tersering terjadi pada kasus asfiksia. Hal ini disebabkan dari efek

hipoksia pada pusat vasomotor dengan berbagai macam derajatnya

Aspek Medikolegalnya adalah: menentukan penyebab kematian, menentukan tempat

kejadian dan mekanisme kejadian.