asbab nuzul

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah tidak di pungkiri lagi, bahwa salah satu tema penting yang menjadi objek kajian studi ilmu- ilmu Al-Qur’an adalah tentang sebab-sebab turunnya Al-Qur’an (Asbab An-Nuzul ). Hal ini tercermin pada suatu kenyataan bahwa hampir pada semua kitab Ulum Al- Qur’an atau Ulum Al-Tafsir selalu menyertai tema Asbab An- Nuzul sebagai salah satu objek yang di kaji. Mempelajari dan mengetahui Asbab An-Nuzul bagi turunnya Al-Qur’an sangat penting, Terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Para ulama’ seperti Alwahidi, Al-Suyuti dan lain-lainnya telah banyak menulis tentangnya dan menekankan pentingnya mengetahui Asbab An-Nuzul dengan pernyataan-pernyataan yang jelas. Di samping itu ada sebagian ulama’ yang tidak menganggap signifikan mengetahui Asbab An-Nuzul. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud Asbab An-Nuzul itu? 2. Apa saja macam – macam asbab An-Nuzul ? 1

Transcript of asbab nuzul

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Sudah tidak di pungkiri lagi, bahwa salah satu tema penting yang menjadi objek kajian studi ilmu-ilmu Al-Quran adalah tentang sebab-sebab turunnya Al-Quran (Asbab An-Nuzul). Hal ini tercermin pada suatu kenyataan bahwa hampir pada semua kitab Ulum Al-Quran atau Ulum Al-Tafsir selalu menyertai tema Asbab An-Nuzul sebagai salah satu objek yang di kaji.

Mempelajari dan mengetahui Asbab An-Nuzul bagi turunnya Al-Quran sangat penting, Terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Para ulama seperti Alwahidi, Al-Suyuti dan lain-lainnya telah banyak menulis tentangnya dan menekankan pentingnya mengetahui Asbab An-Nuzul dengan pernyataan-pernyataan yang jelas. Di samping itu ada sebagian ulama yang tidak menganggap signifikan mengetahui Asbab An-Nuzul. B. Rumusan MasalahDari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:1. Apakah yang dimaksud Asbab An-Nuzul itu?2. Apa saja macam macam asbab An-Nuzul ?

3. Ungkapan-ungkapan apa saja yang digunakan dalam Asbab An-Nuzil?4. Apa urgensi-urgensi Asbab An-Nuzul dalam memahami Al-Quran?C. Tujuan MasalahDari rumusan masalah diatas dapat dikemukakan tujuannya:1. Agar mengetahui apa yang dimaksud Asbab An-Nuzul itu.2. Agar bisa mengetahui macam macam Asbab An-Nuzul

3. Agar mengetahui ungkapan-ungkapan apa saja yang biasa digunakan dalam Asbab An-Nuzul

4. Agar mengetahui urgensi-urgensi Asbab An-Nuzul dalam memahami Al-Quran.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab An-NuzulUngkapan asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhofah dari kata asbab dan nuzul. Secara etimologis kata Asbab al-Nuzul berasal dari kata asbab dan nuzul.Kata asbab merupakan bentuk jamak dari kata sababun yang berarti sebab, alasan, illat. Sedangkan kata nuzul berasal dari kata kerja nazala yang berarti turun. Bisa juga ditemui kata nazala di dalam ayat Al-Quran yang berbunyi:Artinya: Tuhan, turunkanlah padaku sesuatu berkah, karena Engkau adalah Dzat pemberi berkah yang paling baik.(Al-Muminun:29).Nuzul juga bisa berarti singgah atau tiba ditempat tertentu.

Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut asbab An-Nuzul, namun dalam pemakaiannya, ungkapan asbab An-Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab melatarbelakangi turunnya Al-Quran, seperti halnya asbab Al-wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadis.

Banyak para Ulama yang merumuskan tentang pengertian Asbab An-Nuzul. Di antaranya;1. Menurut Az-Zarqani:Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yng terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi. 2. Ash-Shabuni:Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. 3. Shubhi shalih:

.Artinya:Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-quran (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi. 4. Mana Al-Qthathan:

.Artinya: Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi. Kendatipun redaksi-redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa asbab An-Nuzul kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut. Asbab An-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Al-Quran masih turun (ashr at-tanzil).Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran itu sangat beragam, diantaranya berupa: konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi antara suku aus dan suku khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.Persoalan apakah seluruh ayat Al-Quran memiliki asbab An-Nuzul atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Quran memiliki asbab An-Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida), dan ada pula ayat Al-Quran itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida). Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa kesejarahan Arabia pra-Quran pada masa turunnya Al-Quran merupakan latar belakang makro Al-Quran; sementara riwayat-riwayat asbab An-Nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.Dipandang dari segi peristiwa nuzul-nya ayat Al-Quran ada dua macam. Pertama, ayat yang diturunkan tanpa ada keterkaitannya dengan sebab tertentu, tapi semata-mata sebagai hidayah bagi manusia. Kedua, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan lantaran adanya sebab atau kasus tertentu. Misalnya pertanyaan yang diajukan oleh umat islam atau nonmuslim kepada Rosulullah saw., atau adanya kasus tertentu yang memerlukan jawaban sebagai sikap syariat islam terhadap kasus tersebut. Ayat-ayat macam kedua inilah yang dibahas dalam kaitan pembicaraan asbab An-Nuzul.Para pakar ilmu-ilmu Al-Quran, syekh Abd Al-Azim Al-Zarqoniy dalam Manahil al-Irfannya mendefinisikan asbab nuzul atau sabab nuzul sebagai berikut: kasus atau sesuatu yang terjadi yang ada hubungannya dengan turunnya ayat, atau ayat-ayat Al-Quran sebagai penjelasan hukum pada saat terjadinya kasus.Kasus dimaksud dalam definisi diatas, tentu saja, terjadi pada zaman Rosulullah. Demikian juga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.setelah terjadinya kasus tertentu atau pertanyaan tertentu yang diajukan kepada Rosulullah saw., maka kemudian turun satu atau beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan hukum kasus yang terjadi atau menjawab pertanyaan yang diajukan kepada Rosulullah saw. Karena hakikatnya, Rosulullah hanyalah sebagai pembawa risalah. Beliau tidak memegang otoritas untuk menetapkan suatu hukum syariat. Hukum itu sendiri datang dari Allah swt. Melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril.

B. Macam Macam Asbab An-Nuzul1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbab An-NuzulAda dua jenis redaksi yang digunakan oleh perowi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-Nuzul, Pertama Shorih (jelas). Redaksi dikatakan Sharih bila perowi mengatakan;

1. Sebab turunnya ayat ini adalah..2. Telah terjadi., maka turunlah ayat.3. Rosulullah pernah ditanya tentang.., maka turunlah ayat

Contoh riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi Sharih adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh jabir bahwa orang orang yahudi berkata, Apabila seorang suami mendatangi kubul istrinya dari belakang, anak yang terlahir akan juling. Maka turunlah (QS. Al-Baqoroh: 223). Kedua Muhtamilah (kemungkinan), bilamana perowi mengatakan;1. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan..2. Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan dengan.3. Saya kira ayat ini tidak diturunkan, kecuali berkenaan dengan.Az-Zarkazi menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulm Al-Quran:

Sebagaimana diketahui, telah menjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan Tabiin, jika seorang di antara mereka berkata, ayat ini diturunkan berkenaan dengan. Maka tang dimaksud adalah ayat itu mencakup ketentuan hukum tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat. Seperti diriwayatkan Ibn Umar yang menyatakan:Ayat istri-istri kalian adalah (ibarat) tanah tempat bercocok tanam, diturunkan berkenaan dengan mendatangi (menyetubui) istri dari belakang. (HR. Bukhori). 2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk salah satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzula. Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat (Taaddad As-Sabab wa Nazil Al-Wahid)Bentuk variasi itu terkadang terdapat dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbab an-nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara sebagai berikut:

1. Tidak mempermasalahkannyaCara ini ditempuh apabila variasi riwayat asbab an-nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah (tidak pasti). Variasi riwayat asbab an-nuzul ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud oleh setiap variasi itu hanyalah sebagai tafsir belaka dan bukan sebagai asbab an-nuzul. Hal ini berbeda bila ada indikasi jelas yang menunjukkan bahwa salah satunya memaksudkan asbab an-nuzul

2. Mengambil versi riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi sharihCara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbab an-nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharih (pasti).

3. Mengambil versi riwayat yang sahih (valid)Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih (pasti).

Sedangkan terhadap variasi riwayat asbab an-nuzul dalam satu ayat yang versinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengambil versi riwayat yang sahih

Cara ini diambil bila terdapat dua versi riwayat tentang asbab an-nuzul satu ayat, yang salah satu versi berkualiatas sahih.

2. Melakukan studi selektif (tarjih)

Langkah ini diambil bila kedua versi asbab an-nuzul yang berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama sahih.

3. Melakukan studi kompromi (jama)

Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan tarjih.

b. Variasi ayat untuk satu sebab (Taaddud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)

Terkadang suatu kejadian dapat menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Dalam Ulumul Quran hal ini disebut dengan istilah Taaddud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid (terbilang ayat yang turun, sedangkan sebab turunnya satu).

C. Ungkapan-Ungkapan Asbab Al-NuzulUngkapan-ungkapan yang digunakan para sahabat untuk menunjukkan sebab turunnya al Quran tidak selamanya sama.

Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai berikut1. Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas, seperti :

(Sebab turun ayat ini demikian). Dan tidak

mengandung kemungkinan makna lain.2. Asbab An-Nuzul tidak ditunjukan dengan lafal sabab, tetapi dengan mendatangkan lafal yang masuk kepada ayat dimaksud secara langsung setelah pemaparan suatu peristiwa atau kejadian atau juga menunjukan bahwa peristiwa itu adalah sebab bagi turunya ayat tersebut. Misalnya Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh muslim dari Jabir yang berkata: Orang-orang yahudi berkata: Barang siapa yang menggauli istrinya pada kubulnya dari arah duburnya, anaknya akan lahir dalam keadaan juling, 3. Asbab an-nuzul dipahami secara pasti dalam konteksnya. Dalam hal ini Rasul ditanya orang, maka ia diberi wahayu dan menjawab pertanyaan itu dengan ayat yang baru diterimanya. Para mufassir tidak menunjukan sebab turunya dengan lafal Asbab An-Nuzul dan tidak dengan mendatangkan . Akan tetapi Asbab An-Nuzulnya dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya, seperti sebab turunnya ayat tentang ruh dari Ibnu Masud terdahulu.4. Asbab An-Nuzul tidak disebutkan dengan ungkapan yang sebab secara jelas, tidak dengan mendatangkan yang menunjukan sebab dan tidak pula berupa jawaban yang dibangun atas dasar pertanayaan. Akan tetapi dikatakan: ungkapan yang seperti ini tidak secara definitif menunjukan sebab, tetapi ungkapan ini mengandung makna sebab dan makna lainnya, yaaitu tentang hukum kasus atau persoalan yang sedang dihadapi. Adapun jika ditemukan dua ungkapan persoaln tentang yang sama, salah satu dari padanya secara nas menunjukan sebuah turunya suatu yat atau kelompok ayat, sedang lainnya tidak demikian , maka diambil ungkapan yang pertama dan yang lainnya dianggap penjelasan bagi hukum yang terkan dung dalam ayat tersebut. Misalnya ayat tadi tentang sebab turunya ayat yang telah lalu dan riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Umar. Ibnu Umar berkata Ayat: diturunkan pada (masalah) mendatangi (menggauli) perempuan-perempuan pada dubur mereka.Menurut Az-zarqan, yang menjadi pegangan dalam menerangkan seba turunya ayat tersebut adalah riwayat Jabir, karena riwayatnya bersifat naqli dan jelas menunjukan sebab. Sedangkan riwayat Ibnu umar merupakan Istinbath (panggilan hukum) dan dipahamkan sebagai penjelas bagi hukum mendatangi (menggauli) istri-istri pada dubur mereka, yaitu haram.

D. Urgensi dan Kegunaan Asbab An-Nuzul

Az zarqani dan As-suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bahwa mengetahui asbab an nuzul adalah hal yang sia-sia dalam rangka memahami Al-Quran . mereka beranggapan bahwa memahami al quran dengan meletakan pada konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu ttertentu, namun keberatan seperti itu tidaklah berdasar karena tidak mungkin menguniversalakan al quran diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap Al Quran dalam konteks kesejarahan.

Sementara itu , mayoritas ulama sepakat behwa konnteks kesejarahan yang terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab an nuzulmerupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al quran, dalam satu statemnnya ibn taimiyah mengatakan:

asbab an nuzul sangat menolong dalam mengintepretasi al quran.

Ungkapan senada dikemukakan oleh ibn daqiq al ied dalam pernyataannya:

Penjelasan terhadap asbab an nuzul merupakan metode yang kondusif untuk menginterpretasikan makna-makna Al Quran.

Bahkan al wahidi menyatakan ketidak mungkinan untuk mengiterpretasikan tanpa mempertimbangkan aspek kisah dan asbab an nuzulUrgensi pengetahuan akan asabab an nuzul dalam memahami al quran yang diperlihatkan oleh ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari ulama khalaf.menarik untuk dikaji adalaah pendapat dari fazlur rahaman yang menggambarkan Al Quran sebagai puncak dari sebuah gunung es, Sembilan per sepuluh bagian terendam di bawah perairan sejarah, rahman menhjelaskan bahwa sebagian ayat al quran sebenarnya mensyaratkan perlunnya pemahaman-pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus yang memperoleh solusi tanggapan dan komentar dari al quran uaraian ar rahman tersebut secara eksplisist mengisyaratkan asbab an nuzul dalam memahami al quran.

Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam memahami al quran, sebagai berikut:a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Quran, seperti pada surah Al Baqarah ayat 15, dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat dzohirnya ayat diatas, maka seakan-akan sesearang bebas menghadap kemana saja sesuai kehendak hati mereka. Namun setelah melihat asbabun nuzul dari ayat tersebut, tahapan interpretasi tersebut keliru. Sebab ayat diatas berkaitan tentang seseorang yang sedang melakukan sholat dalam perjalanan diatas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berijtihad dalam menentukan arah kiblat.b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Seperti dalam surat Al-Anam ayat 145 dikatakan:Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.(QS. Al-anam:145)Menurut Asy-SyafiI pesan ayat diatas tidak bersifat umum (hasr). Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat diatas, Asy-Syafii menggunakan alat bantu Asbabunnuzul, menurutnya ayat ini diturunkan manganai orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, keculi terhadap apa yang mareka halalkan sendiri, mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan maka turunlah ayat ini.c. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama yang berpendapat bahwa yaang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-Sabab) dan bukan lafadz yang bersifat umum (umum al-lafadz). Dengan demikian, ayat zihar dalam permulaan surat Al-Mujadalah [58], yang turun berkenaan Aus Ibn Samit yang menzihar istrinya (khaulah Binti Hakim Ibn Tsalabah), hanya berlaku bagi kedua orang tersebut. Hukum zihar yang berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analogi (qiyas).d.d. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Quan turun. Umpamanya aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat:Dan orang yang mangatakan kepada orang tuanya cis, kumu berdua(Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan persoalan,aisyah berkata kepada Marwan; Demi Allah bukan dia yang menyebabkan ayat itu turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa yayang sebenarnya.e. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya. Sebab hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa dan pelaku,masa dan tempat merupakan satu jalinan yang mengikat hati.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Asbab An-Nuzul adalah sebab turunnya Al-Quran dalam rangka memperjelas dan memahami isinya. Jadi kita sebagai muslim ynag meyakini keberadaan Al-Quran sebgai pedoman hidup kita dan sekaligus kitab suci kita, hendaknya dalam memahami belajar Al-Quran tidak hanya segi bahasa saja tapi harus segi historisnya agar tidak terjadi misunderstanding atau kesalahpahaman yang dapat merusak kesucian atau kebenaran pesan-pesan Al-Quran itu sendiri. Itulah gunanya mempelajari Asbab An-Nuzul ini.B. SaranKami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran proses pembelajaran dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA

Marzuki Kamaluddin, Ulum Al-Quran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1994Taufiq Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, tafsir kontekstual Al-Quran, Mizan, Bandung, 1989Shaleh dkk, Asbabun nuzul, penerbit Diponegoro, 2009.,Anwar Rasihon,ulum al Quran , Yogyakrta: Pustaka setia: 2008http://avrielzidny20.blogspot.com/2012/12/makalah-asbab-nuzul.html di akses pada tanggal 17 Maret 2014 Jam 10.23 Wibhttp://liailmamah.blogspot.com/2012/10/asbab-nuzul.html di akses pada tanggal 17 maret 2014 Jam 13.00 Wib Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm.23

Muhammad Abd Az-azhim Az-Zarqoni, Manhil Al-irfan, Dar Al-Fikr, Bairut, t.t., jilid 1, hlm. 106.

Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulum Al-Quran, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390, hlm.22.

Subhi Al-Shalih, Mabahits fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Qolam li al-malayyin, Bairut,1988, hlm.132.

Manna Al-Qoththan, Mabahits fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, ttp., 1973, hlm.78.

Ibid Hal 78

Taufiq Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, tafsir kontekstual Al-Quran, Mizan, Bandung, 1989, hlm.50.

Manna Al-Qoton , mabahis fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, ttp, 1973, hlm. 87

Shaleh dkk, Asbabun nuzul, penerbit Diponegoro, 2009., hlm. 74

Manna Al-Qoton Op Cit, Hal 48

Rasihon Anwar,ulum al Quran ,(Yogyakrta: Pustaka setia: 2008) hlm62

Ibid, Hlm 63-65

2