ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40489...Skripsi...
Transcript of ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40489...Skripsi...
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KENAIKAN BBM 2013
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
ABD. ROSIQIN
109033200025
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KENAIKAN BBM 2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
ABD. ROSIQIN
109033200025
Di bawah bimbingan
Dr. Ali Munhanif, MA
NIP: 196512121992031004
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/2016
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KENAIKAN BBM 2013
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juni 2016
Abd. Rosiqin
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Abd. Rosiqin
NIM : 109033200025
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT DALAM KENAIKAN
BBM 2013
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 13 Juni 2016
Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Iding Rosyidin Dr. Ali Munhanif, MA
NIP: 197010132005011003 NIP: 196512121992031004
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KENAIKAN BBM 2013
Oleh
Abd. Rosiqin
109033200025
Telah dipertahankan dalam sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangga 16 Juni 2016.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S. Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Iding Rosyidin Suryani, M.Si
NIP: 197010132005011003 NIP: 197704242007102003
Penguji I Penguji II
Dr. Haniah Hanafie, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.I.P
NIP: 196105242000032002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 16 Juni 2016.
Ketua Program Studi
FISIP UIN Jakarata
Dr. Iding Rosyidin
NIP: 197010132005011003
v
ABSTRAKSI
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KENAIKAN BBM 2013
Skripsi ini mungulas tentang Partai Demokrat dalam mengartikulasikan
kepentingan kebijakan kenaikan BBM 2013. Penelitian ini fokus untuk
mengetahui bagaimana Partai Demokrat dalam mengartikulasikan kebijakan
kenaikan BBM 2013 yang mendapatkan penolakan masif dari rakyat, dari
penolakan yang wajar, normal dan legal sampai pada penolakan yang tidak wajar,
penuh kekerasan dan ilegal.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk
pengumpulan data, yakni melalui observasi, dokumentasi dan wawancara
langsung. Penyusunan dimulai dari tahapan analisis dengan cara melihat
mekanisme pengartikulasian kepentingan dalam Partai Demokrat dan meihat
sejauh mana Partai Demokrat melaksanakan fungsinya sebagai sarana komunikasi
politik dan pengendali konflik. Kerangka teori yang dipakai sebagai pisau analisis
dalam penelitian ini adalah fungsi partai politik, meliputi: sarana komunikasi
politik dan pengendali konflik.
Penelitian ini menemukan bahwa Partai Demokrat belum bisa
melaksanakan fungsinya sebagai partai politik dengan baik, khususnya dalam
fungsinya sebagai sarana komunikasi politik dan pengendali konflik karena
keinginan yang disuarakan oleh rakyat tidak sama dengan sikap yang diambil oleh
Partai Demokrat dalam kebijakan kenaikan BBM 2013. Konflik yang terjadi
dalam menyikapi kebijakan kenaikan BBM 2013 masih terjadi dimana-mana, ini
membuktikan Partai Demokrat bulum mampu melaksanakan fungsinya sebagi
pengendali konflik.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir studi,
yaknik Skripsi yang berjudul “Artikulasi Kepentingan Partai Demokrat Dalam
Kenaikan BBM 2013”. Shalawat dan salam penulis curah limpahkan kepada sang
reformais sejati, sang pelopor peradaban, sang pemimpin yang mempunyai
dedikasi tinggi dan bersih dari KKN atau penyuapan, beliau adalah Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengambil kasus ini sebagai tugas akhir studi, berawal dari
adanya ketidak setabilan politik yang terjadi di Republik Indonesia yang penulis
sangat cintai ini. Kejadian pada tahun 2013 yang didasari oleh keinginan yang
berbeda antara dua elemen penting negara ini, yakni pemerintah dan rakyat.
Penulis meyakini perbedaan yang mengakibatkan kegaduhan dikarenakan ada
sesuatu yang tidak beres atau ada yang kurang berfungsi dalam negara yang
demokratis ini. Dari situlah penulis tertarik untuk mengambil kasus ini. Dalam
karya ini penulis mengungkapkan dengan seobjektif mungkin, jika ada kelompok
yang merasa tersudut itu bukan berdasarkan pada kebencian atau ketidak sukaan,
melainkan ini adalah karya ilmiah yang harus ditulis dengan objektif.
Karya akhir studi ini pasti jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
berharap kritik dan saran, baik itu dari segi penulisan dan isi dari karya ini.
Rampungnya karya ini tentu atas bantuan dan dukungan. Penulis banyak
berhutang jasa kepada berbagai pihak yang tulus membantu, baik berupa saran,
motivasi, kritik, gagasan, finansial dan dukungan moral kepada penulis dari awal
vii
penulisan sampai selesai. Kepada semuanya penulis mengucapkan banyak
terimakasih, terutama kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iding Rosyidin selaku Ketua Program Studi Ilmu Politk UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Suryani M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Terimakasih kepada Dr. Ali Munhanif, M.A selaku dosen pembimbing
dalam penulisan skripsi ini dengan telaten, ikhlas dan penuh kesabaran.
6. Kedua orang tua, H. Noer Roziqin dan Hj. Subaidah. Bahasa masih sangat
lemah untuk mengurai kepahlawanan kedua orang tua penulis. Penulis
hanya bisa mengucapkan terimaksih atas kesabaran dan keikhlasan untuk
anak yang memilih merantau mencari ilmu sejak lulus MI dan terimakasih
atas doa dalam setiap sujud yang ditujukan kepada penulis. Sampai penulis
lulus dalam memperoleh gelar S.Sos. Satu-satunya Adik perempuan
penulis, Wardatul Jannah yang menjadi semangat penulis dalam
memperbaiki kehidupan, semangat terus, orang hebat tidak dihasilkan oleh
kesenangan dan ketenangan.
viii
7. Seluruh keluarga besarku yang ada di Madura yang tidak pernah bosannya
memberikan nasehat, semangat dan dukungan untuk penulis dalam
perantauan mencari ilmu.
8. Anom Bustanul Arifin (paman penulis) yang menjadi panutan penulis
dalam semangat mengagapai cita-cita dan orang yang mempunyai
kontribusi banyak dalam proses kuliah dan penyelesaian skripsi.
9. Terimaksih juga kepada Baitillah Hakim perempuan lembut yang
insyaallah akan menjadi ibu dari anak-anak penulis yang tidak ada
bosannya memberikan kasih sayang dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Terimakasih Dr. Bakir Ihsan M.Si yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk penulis mintai saran dan keikhlasannya meminjamkan
buku-buku untuk dijadikan referensi dalam skripsi ini.
11. Terimakasih kepada Achsanul Qosasi selaku Dewan Pengurus Pusat Partai
Demokrat 2013-2015, juga sebagai anggota legeslatif 2009-2014 dari
Fraksi Demokrat, yang telah berkenan diwawancarai atau dimintai
informasi terkait skripsi ini.
12. Terimakasih Adi Prayitno M.I.P yang selalu memberi semangat dan sudi
meminjamkan buku-bukunya untuk penyelesaian tugas ahir mendapatkan
gelar S.Sos
13. Terimakasih kepada selulur keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) baik yang senior, sepantaran dan junior. Terutama kepada semua
kepengurusan cabang Ciputat 2015-2016.
ix
14. Terimaksaih kepada seluruh keluarga besar Forum Mahasiswa Madura
(FORMAD) dari mulai yang paling senior sampai pada adik-adik yang
baru menjadi anggota.
15. Terimakasih kepada teman-teman Indonesian Culture Academy (INCA)
yang selalu ada untuk diajak berdiskusi tentang hal apapun terutama
tentang skripsi ini.
16. Juga terimakasih kepada teman-teman Ilmu Politik angkatan pertama
(2009).
Jakarta, 6 Juni 2016
Abd. Rosiqin
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv
ABSTRAKSI ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian .............................................. 7
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ............................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14
BAB II KERANGKA TEORETIS
A. Pengertian Partai Politik .......................................................... 17
B. Fungsi Partai Politik ................................................................ 21
BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT
A. Sejarah Partai Demokrat ......................................................... 32
B. Visi dan Misi Partai Demokrat ................................................ 46
C. Ideologi Partai Demokrat ........................................................ 48
D. Struktur Kepengurusan Partai Demokrat ................................ 49
BAB IV ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT
DALAM KEBIJAKAN KENAIKAN BBM 2013
A. Kebijakan Kenaikan BBM 2013 ............................................. 52
B. Proses Artikulasi Kepentingan Dalam Partai Demokrat ......... 60
C. Partai Demokrat Dalam Melaksanakan Fungsinya ................. 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Partai-Partai Mendukung dan Menolak Kebijakn BBM 2013 ........... 6
Tabel I.D.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
Tabel III.A.1 Para Pendeklarator .............................................................................. 36
Tabel III.A.2 Rekam Jejak Partai Demokrat ............................................................ 38
Tabel III.A.3 Perolehan Kursi DPR RI Preode 2004-2009 ...................................... 40
Tabel III.A.4 Perolehan Kursi DPR RI Preode 2009-2014 ...................................... 41
Tabel III.A.5 Perolehan Kursi DPR RI Preode 2014-2019 ...................................... 42
Tabel III.A.6 Perolehan Suara Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004 Putaran
Pertama ............................................................................................... 44
Tabel III.A.7 Perolehan Suara Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004 Putaran
Kedua ................................................................................................. 45
Tabel III.A.8 Perolehan Suaran Calon Presiden dan Wakil Presiden 2009 ............. 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Skripsi ini membahas tentang pengartikulasian kepentingan Partai Demokrat
dalam kebijakan kenaikan BBM 2013. Peneliti mengambil kasus ini karena
melihat penolakan dari publik tentang kebijakan kenaikan BBM 2013 yang masif.
Penolakan publik terhadap kebijakan tersebut pasti menpunyai alasan yang
rasional dan ideal bagi mereka. Begitupun dengan pemerintah, pemerintah pasti
juga mempunyai alasan yang rasional kenapa kebijakan tersebut harus diambil.
Namun antara alasan masyarakat yang menolak dengan alasan pemerintah tidak
mendapatkan titik temu.
Penolakan terhadap kebijakan kenaikkan harga BBM bisa dilihat dari hasil
survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survie Indonesia (LSI) yang dirilis tanggal
23 Juni 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 79,21 persen publik tidak setuju
dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, artinya mayoritas publik
menolak kebijakan kenaikan BBM. Penolakan terhadap kebijakan kenaikan BBM
tahun-tahun sebelumnya memang selalu tinggi, pada tahun 2005 ada 82,3 persen
menolak kenaikan BBM. Di tahun 2008, ada 75,1 persen yang menolak. 2012 ada
86,60 persen yang menolak atas kenaikan BBM.1 Namun penolakan kebijakan
kenaikan BBM 2013 menuai protes yang sangat luar biasa dari publik.
1http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/06/23/161900/LSI-
7921-Persen-Publik-Tak-Setuju-BBM-Naik Diakses Pada 16 November 2015.
2
Penolakan kebijakan kenaikkan BBM 2013 juga bisa dilihat dari partisipasi
rakyat, mulai partisipasi yang normal sampai partisipasi yang tidak lazim. Gabriel
A. Almond membagi pertisipasi menjadi dua, yakni partisipasi politik
konvensional dan partisipasi politik nonkonvensional. Partisipasi politik
konvensional adalah suatu bentuk partisipasi yang normal dan legal, sedangkan
partisipasi politik nonkonvensional adalah suatu bentuk partisipasi yang tidak
normal dan tidak lazim dilakukan, bahkan berupa tindakan ilegal, penuh
kekerasan dan revolusioner.2
Partisipasi konvensional yang dilakukan seperti diskusi tentang kebijakan
kenaikan BBM, komunikasi individu dengan pejabat, dll. Partisipasi
nonkonvensional (tidak lazim, ilegal, penuh kekerasan) juga terjadi dalam
penolakan kebijakan kenaikan BBM 2013 dan hampir terjadi di semua daerah
diantaranya: Aksi demostrasi yang terjadi di makasar, massa demonstran menutup
jalan Tol Reformasi dan menyandera sebuah truk container, bahkan dalam aksi
demonstrasi tersebut terlihat ibu-ibu rumah tangga yang ikut bergabung,3 sampai
terjadi kemacetan yang sangat luar biasa, ketika jalanan yang ditutup maka
aktifitas akan terhambat dan akan terjadi kegaduhan diberbagai lini.
Bahkan para demonstran juga berupaya mendisfungsikan bandara seperti
yang terjadi di Ternate para demonstran yang berupaya untuk menduduki
2 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Kencana,2012), h. 186.
3http://regional.kompas.com/read/2013/06/17/12543447/Demo.BBM..Mahasiswa
.Makassar.Tutup.Jalan.Tol Diakses Pada 19 November 2015
3
bandara,4 di Bekasi demonstran melumpuhkan kawasan industry,
5 di daerah-
daerah lainnya juga melakukan aksi demonstrasi serupa yang sangat masif.
Partisipasi nonkonvensional ini menunjukkan bahwa begitu tidak setujunya publik
dengan kebijakan kenaikan BBM 2013.
Begitu tidak inginnya publik dengan kebijakan kenaikan BBM sampai
mengorbankan banyak hal untuk mempengaruhi kebijakan tersebut. Tidak sedikit
orang meninggalkan pekarjaannya karena ingin ikut berpartisipasi dalam
mempengaruhi kebijakan kenaikan BBM. Bahkan ada orang yang nekat menyakiti
dirinya sendiri, seperti mogok makan, jahit mulut, adu fisik dengan aparat dan
tidak jarang yang berahir di rumah sakit. Partisipasi nonkonvensional dalam
penolakan kebijakan kenaikan BBM tersebut menggagu stabilitas politik.
Negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia sudah mengatur
dengan sedemikian rupa dalam hal penyampaian kepentingan atau partispasi
politik. Partai politiklah yang dapat menyalurkan keinginan rakyat. Kerana rakyat
sudah ada yang mewakili, yakni yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan sampai sekarang belum ada anggota DPR yang tidak diusung oleh Partai
Politik. Artinya yang dapat mempengaruhi anggota DPR dalam pengambilan
keputusan adalah partai politik. Bahkan partai politik mempunyai hak recall
terhadap angggota DPR.
4http://news.detik.com/berita/2275752/demo-tolak-kenaikan-bbm-di-ternate-
berakhir-rusuh-wartawan-terkena-tembakan Diakses 19 November 2015 5http://news.okezone.com/read/2013/06/21/501/825596/demo-tolak-kenaikan-
bbm-lumpuhkan-kawasan-industri Diakses Pada 19 November 2015
4
Salah satu fungsi partai politik adalah komunikasi politik. Komunikasi
politik merupakan fungsi menyalurkan berbagai macam pendapat dan aspirasi
masyarakat ditengah keberagaman pendapat masyarakat modern yang terus
berkembang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau kelompok akan hilang apabila
tidak ditampung dan digabung dengan pendapat atau aspirasi lain yang sama,
proses tersebut dinamakan (interest aggregation). Setelah penggabungan
pendapat, aspirasi tersebut diolah dan dirumuskan sedemikian rupa sehingga
kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang (interest articulation).
Jika peran utama ini tidak dilakukan pasti akan terjadi kesimpang siuran isu dan
saling berbenturan.6 Setelah menampung berbagai kepentingan dan merumuskan
kepentingan, partai politik menjadikan rumusan kepentingan tersebut sebagai
program atau platform partai untuk diperjuangkan dan disampaikan melalui
parlemen agar menjadi kebijakan umum (public policy).
Partai politik dalam fungsinya sebagai sarana komunikasi politik tidak satu
arah saja tapi partai politik juga dapat dijadikan sarana komunikasi politik dari
pemerintah kepada rakyat, dalam hal ini Partai Politik juga disebut sebagai
penghubung atau jembatan. Maksud penghubung atau jembatan dari bawah
(rakyat) ke atas (pemerintah) adalah menyalurkan kepentingan rakyat terhadap
pemerintah sedangkan dari atas ke bawah sebaliknya, menyalurkan kepentingan
pemerintah terhadap rakyat, seperti sosialisasi kebijakan ataupun persoalan politik
lainnya, guna menjelaskan maksud dari tujuan pemerintah atas kebijakan yang
6 Mariam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 405-
406.
5
diambil, agar tidak terjadi kesalah pahaman antara dua elemen penting negara ini
yakni rakyat dan pemerintah.
Pesan yang disampaikan oleh partai politik (sebagai sarana komunikasi)
harus sama dengan yang diterima, kalau inputnya A maka uotputnya juga harus A,
ketika rakyat menginginkan BBM tidak dinaikkan maka partai politik harus
menolak terhadap kenaiakan BBM. Namun dalam hal ini Partai Demokrat sebagai
partai penguasa di waktu itu, setuju dengan kebijakan kenaikan harga BBM,
artinya keinginan Partai Demokrat dan manyoritas rakyat tidak sama.
Partai yang mendukung terhadap kenaikan BBM 2013 ada enam partai,
yakni: Partai demokrat (PD), Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
dan Gerindra. Enam partai tersebut yang tidak tergabung dalam Setetariat
Gabungan Paratai Koalisi (Setgab) hanya Gerindra.
Partai-parati yang menolak kebijakan kenaikan BBM 2013 adalah: Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Hati Nurani (Hanura) dan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). PKS ini adalah partai yang tergabung dalam Seketariat
Gabungan Paratai Koalisi (Setgab) yang menolak kebijakan kenaikan harga BBM
2013.7 Partai-partai yang menolak dan mendukung kebijakan kenaikan BBM 2013
tertera dalam tabil berikut ini:
7http://m.news.viva.co.id/news/read/420719-6-fraksi-di-dpr-dukung-kenaikan-
harga-bbm--3-tolak Diakses Pada 23 November 2015
6
Tabel I.A.1
Partai-Partai Mendukung dan Menolak Kebijakan Kenaikan BBM 2013
NO PARTAI POLITIK SIKAP TERHADAP KEBIJAKAN KENAIKAN
HARGA BBM 2013
1 Demokrat Mendukung
2 Golkar Mendukung
3 PDIP Menolak
4 PKS Menolak
5 PAN Mendukung
6 PPP Mendukung
7 PKB Mendukung
8 Gerindra Mendukung
9 Hanura Menolak
Sumber: Diolah Dari www.news.viva.co.id
Kalau melihat dari Platform, Partai Demokrat adalah partai nasionalis
religious yang berasaskan Pancasila, maka seharusnya nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila menjadi fokus dan tertuang pada program kerja yang akan
diperjuangkan. Partai Demokrat didirikan dengan tujuan mewujudkan partisipasi
rakyat dalam menentukan jalannya pemerintahan yang modern dan berjiwa
nasionalis religious.8 Mewujudkan partisipasi rakyat artinya semua persoalan akan
diselesaikan atas keinginan rakyat, mendahulukan apa yang menjadi keinginan
rakyat dengan melihat partisipasi yang di lakukan oleh rakyat.
Pengartikulasian kepentingan adalah salah satu tugas Partai Politik dalam
melaksanakan fungsinya sebagai sarana komunikasi politik. Pengartikulasian
kepentingan yang kemudian akan menjadi usul kebijaksanaan ini melalui berbagai
proses, dari mulai penampungan aspirasi kepentingan yang sangat beragam,
penggabungan kepentingan, sampai pada pengartikulasian kepentingan tersebut.
8Firmanzah, Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 120
7
B. Pertanyaan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas menunjukkan adanya
keanehan Partai Demokrat dalam mengartikulasikan kepentingan dari pendapat
atau aspirasi yang masif dalam penolakan kebijakan kenaikan BBM 2013.
1. Bagaimana Partai Demokrat mengartikulasikan kepentingan
masyarakat (rakyat) dalam kenaikan BBM 2013?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan bagaimana partai politik di Indonesia khususnya
Partai Demokrat dalam mengartikulasikan kepentingan pada
kebijakan kenaikan BBM 2013.
b. Menjelaskan berhasil atau tidak Partai Demokrat dalam melakukan
fungsinya dalam kebijakan BBM 2013.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan pemahaman secara ilmiah tentang partai politik dalam
mengartikulasikan kepentingan dalam kenaikan BBM 2013.
b. Secarara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah
literatur review bagi para penulis karya ilmiah berikutnya dalam
mengkaji artikulasi kepentingan partai politik.
c. Memberikan sumbangsih pemikiran tentang partai politik guna
memperbaiki sistem kepartaian dan seharusnya partai.
8
d. Mengetahui cara Partai Demokrat dalam mengartikulasikan
kepentingan terutama dalam kebijakan kenaikan harga BBM 2013.
D. Tinjauan Pustaka
Karya ilmiah yang menjelaskan tentang partai politik sangat banyak sekali
tapi studi tentang artikulasi kepentingan partai politik hanya sedikit yang penulis
temukan. Penulis menemukan Disertasi tentang Artikulasi partai yang ditulis oleh
Sihabudin Noor dengan judul “Partai Islam: Studi tentang Artikulasi Politik
Islam PPP 1973-2004”. Disertasi ini menjelaskan Artikulasi politik Islam PPP
untuk kurun waktu 1973-2004, menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya artikulasi politik Islam PPP pada kurun waktu tersebut, menjelaskan
relevansi dan signifikasi artikulasi politik Islam PPP dalam perkembangan politik
Indonesia. Desertasi ini yang paling dekat dengan apa yang akan penulis teliti.
Karya Sihabudin Noor dengan karya ilmiah yang akan ditulis ini sama-sama
membahas artikulasi partai politik, namun karya Noor ini studi kasusnya Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan karya yang akan ditulis ini membahas
tentang Partai Demokrat. Perbedaanya juga pada kasusnya, Noor membahas
artikulasi PPP dari tahun 1973-2004, artinya pembahasannya pada periode,
sedangkan karya yang akan ditulis ini fokus dalam satu kebijakan.Yakni,
kebijakan kenaikan BBM 2013.
Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ada karya ilmiah berupa Skripsi yang
ditulis oleh Muhammad Jakfar dengan judul “Rekrutmen Keanggotaan Partai
Demokrat Persepektif Ideologi dan Pragmatisme Politik” karya ini menjelaskan
tentang rekrutmen Partai Demokrat yang kurang baik karena tidak memperhatikan
9
latar belakang kader yang direkrut, perekrutan yang dilakukan oleh Partai
Demokrat murni karena ingin mendaptkan suara yang banyak saja. Jakfar juga
mengatakan dalam kesimpulannya, karena rekrutmen yang dilakukan hanya
menginginkan suara saja maka aspek kapabilitas, integritas dan akuntabilitas tidak
menjadi fakus perhatian Partai Demokrat, yang terjadi kemudian banyaknya kader
Partai Demokrat yang terjerat kasus melanggar hukum.
Karya Muhammad Jakfar ini dengan karya yang akan penulis teliti sama-
sama membahas tentang Partai Demokrat namun fokus kajian berbeda. Jakfar
membahas tentang rekrutmen keanggotaan Partai Demokrat sedangkan karya ini
fokus pada pengartikulasian kepentingan Partai Demokrat dalam kasus Kebijakan
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) 2013.
Peneliti juga menemukan karya ilmiah yang meneliti tentang Partai
Demokrat, karya ilmiah tersebut berupa skripsi yang ditulis oleh Sutanto yang
berjudul “Strategi Partai Demokrat dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2009 di
Kota Serang” penelitiannya menemukan beberapa strategi yang yang digunakan
oleh partai Demokrat dalam memenangkan pemilihan Legislatif 2009 di Kota
Serang, diantaranya adalah: komunikasi yang meliputi jaringan kekuasaan tingkat
lokal, sosialisasi, event, kampanye, money politic dan pencitraan meliputi figur,
citra partai.
Susanto membahas tentang Partai Demokrat, sama seperti karya yang akan
ditulis ini, sama-sama membahas Partai Demokrat, namun Susanto membahasnya
pada strategi dalam pemenangan pemilu legislatif 2009. Sedangkan karya ini
10
membahas tentang Partai Demokrat tentang fungsi partai dalam kasus kebijakan
kenaikan BBM 2013.
Ada juga skripsi di UIN Sunan Ampel 2009 yang membahas tentang Partai
Demokrat ditulis oleh Achmad Zubaidi yang berjudul Kepemimpinan Dalam
Partai Demokrat. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pandangan politik
Islam terhadap kepemimpinan dalam Partai Demokrat. Salah satu temuan dalam
penelitian Zubaidi adalah bahwa model kepemimpinan dalam Partai Demokrat
menganut Demokrasi Pancasila yang berdasar pada hukum, aturan yang ada dan
partipasi rakyat.
Perbedaan karya Achmad Subaidi dengan karya yang akan penulis teliti
adalah Zubaidi fokus pada model kepemimpinan dalam Partai Demokrat,
sedangkan karya yang akan ditulis adalah fungsi Partai Demokrat dalam kebijkan
kenaikan BBM 2013. Persamaanya adalah sama-sama membahas tentang Partai
Demokrat.
Table I.D.2
Tinjauan Pustaka
JUDUL PEMBAHASAN PERSAMAAN PERBEDAAN
Partai Islam:
Studi tentang
Artikulasi
Politik Islam
PPP 1973-
2004
- Artikulasi politik
Islam PPP untuk kurun
waktu 1973-2004.
- menjelaskan
faktor-faktor yang
melatarbelakangi
munculnya artikulasi
politik Islam PPP
Sama-sama
membahas
artikulas partai
politik.
- - Karya ini
membahas
priode/kurun
waktu sedangkan
karya yg akan
ditulis fokus pada
kebijakan keikan
BBM 2013.
- - Membahas
partai yang
berbeda.
-
11
JUDUL PEMBAHASAN PERSAMAAN - PERBEDAAN
Rekrutmen
Keanggotaan
Partai
Demokrat
Persepektif
Ideologi dan
Pragmatisme
Politik
- Pola rekrutmen
keanggotaan Partai
Demokrat yang kurang
baik.
- Pola rekrutmen
yang mengabaikan aspek
kapabilitas, integritas dan
akuntabilitas.
Sama-sama
membahas
Partai
Demokrat
Rekrutmen
keanggotaan dan
pengartikulasian
kepentingan
Partai Demokrat
dalam kasus
kebijakan
kenaikan harga
BBM 2013.
Kepemimpinan
Dalam Partai
Demokrat
Membahas tentang
bagaimana pandangan
politik Islam terhadap
kepemimpinan dalam
Partai Demokrat.
Sama
membahas
Partai
Demokrat
Fokus pada
kepemimpinan
dalam partai
Demokrat.
Sedangkan yang
akan diteliti
tentan
pengartikulasian
kepentingan
Partai Demokrat.
Strategi Partai
Demokrat
dalam
Pemenangan
Pemilu
Legislatif 2009
di Kota Serang
Membahas Strategi
pemenangan pemilu
legislatif. Temuaannya:
Memakai jaringan
kekuasaan tingkat lokal,
sosialisasi, event,
kampanye, money politic
dan pencitraan meliputi
figur.
Membahas
partai yang
sama.
Perbedaannya:
hanya di Kota
Serang dan yang
akan ditulis pusat
dan studinya
trategi
pemenangan
pemilu,
segangkan yang
akan ditulis
pengartikulasian
kepentingan.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode adalah cara untuk mengetahui sesuatu dengan menggunakan
langkah-langkah yang sistematis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sesuatu
yang tersembunyi dalam sebuah fenomena dan penelitian juga sering dilakukan
untuk menemukan suatu yang baru. Dalam penelitian diperlukan langkah-langkah
yang sistematis untuk mendapatkan data-data, agar tujuan penelitian dapat
tercapai.9
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menurut
beberapa ahli, jenis kualitatif ini merupakan bentuk prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif,10
bisa berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk
mengekplorasi masalah-masalah yang terjadi. Penelitian kualitatif bertujuan
mengembangkan konsep sensivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan
realitas yang berkenaan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory)
dan mengembangkan pemahaman satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.11
9 I Gusti Ngurah Agung, Metodologi Penelitian Sosial 1, (Jakarta:
Gramedia,1992), h. 24. 10
Syamsir Alam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 30. 11
Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.80
13
Peneliti memakai jenis kualitatif karena ingin mendapatkan data yang
mendalam dan menangkap pengartikulasian kepentingan Partai Demokrat dalam
kebijakan kenaikan BBM 2013.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Jakarta dan sekitarnya, namun penelitian ini
dilakukan di kantor DPP Partai Demokrat, gedung DPR RI. Penelitian dilakukan
setelah mendapatkan izin dari pihak kampus sampai penelitian ini selesai.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama,
dokumentasi adalah sebuah laporan yang dilakukan bisa secara tertulis, dengan
gambar yang berisikan penjelesan mengenai pertanyaan-pertanyaan penelitian.12
Teknik pengumpulan data dokumentasi merupakan bentuk dari pemberian
ataupun pengumpulan bukti-bukti dan keterangan.
Kedua, wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung, dengan melakukan tatap muka secara langsung dengan narasumber
atau infomen untuk menggali secara langsung kasus yang ingin diteliiti.13
Dalam penelitian ini mengambil pengurus partai 3013-2015 yang memang
mengurus tentang kebijakan kenaikan BBM 2013 dan anggota dewan perwakilan
rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang berasal dari Fraksi Partai Demokrat
untuk diwawancarai atau dimintai informasi terkait kebijakan kenaikan BBM
2013. Peneliti mewawancarai Achsanul Qosasi, beliau adalah pengurus pusat
12
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2011), h.326 13
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Adhani, Observasi & Wawancara, (Malang:
Banyumedia, 2004), h. 63.
14
Partai Demokrat (DPP PD) dan sekaligus anggota dewan dari Fraksi Partai
Demokrat yang kebetulan sebagai jubir dalam kebijakan kenaikan BBM 2013.
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa adalah salah satu teknik dalam penelitian dengan
melakukan analisa-analisa dari data-data yang sudah diperoleh. Teknik analisa
data ini bertujuan untuk menjelaskan dengan terperinci dan mendetail hal-hal
yang berkaitan dengan kasus yang sedang diteliti.14
Teknik analisa data ini akan memuat tentang proses penyusunan data yang
sudah diperoleh, seperti proses penyusunan, penafsiran dan melakukan
penyimpanan yang sudah dilakukan. Teknik seperti ini mempermudah penulis
dalam menyusun karya ilmiah termasuk skripsi ini.
Bentuk analisa yang digunakan dalam menulis karya ini adalah deskriptif
analisis, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menggali
data dan informasi mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang
dapat dikelola.15
F. Sistematika Penulisan
Supaya mendapatkan penjelasan yang sistematis dalam penelitian dan
mempermudah dalam penulisan hasil penelitian tentang “Perilaku Partai Di
Indonesia: Artikulasi Kepentingan Partai Demokrat Dalam Kenaikan BBM 2013
Persepektif Komunikasi Politik”, peneliti perlu membagi pembahasan kedalam
beberapa bab. Dalam hal ini penulis membagi pembahsan menjadi lima bab.
14
Lisa Horrizon, Metodologi Penelitian-penelitian, (Jakarta: Kencana,2007), h.
86. 15
Ipah Fariha, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
(Jakarta: UIN Press, 2006), h. 35.
15
Bab I : Membahas mengenai pendahuluan yang berisi Judul Skripsi,
Latar Belakang Masalah (kenapa kasus tersebut menarik untuk
diteliti), Pertanyaan Masalah, tujuan dan menfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka Teori, meliputi: pengertian partai politik, fungsi-fungsi
partai politik.
Bab III : Gambaran umum tentang Partai Demokrat, meliputi: Sejarah,
Profil, kepengurusan Partai Demokrat.
Bab IV : Analisi dari hasil penelitian tentang perilaku Partai Demokrat
dalam kebijakan kenaikan BBM 2013 persepektif komunikasi
politik.
Bab V : Penutup, memberikan kesimpulan dan saran atau komentar.
16
BAB II
KERANGKA TEORETIS
Kerangka teoretis merupakan bagian yang sangat penting, sebab di
dalamnya memuat teori-teori yang relevan, yakni sebagai pisau analisa dari
permasalahan yang sedang diteliti. Kerangka teori ini kemudian digunakan
sebagai landasan berfikir atau titik tolak dalam penelitian. Oleh karena itu perlu
disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan
diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.16
Merujuk pada Glenn, E
Sneibecker yang mengatakan bahwa, teori merupakan seperangkat preposisi yang
terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat
dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat
diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan
fenomena yang diamati.17
Di sinilah titik tekan dan pentingnya teori untuk dibahas
secara detail.
Di lain sisi, sebagaimana lumrah diketahui bahwa Negara demokratis selalu
diukur dengan keberadaan partai politik (partai politik) dan penyelenggaraan
pemilu. Hal ini seakan menjadi salah satu tolak ukur mendasar dewasa ini.
Sehingga partai politik menjadi sorotan utama dan selalu menjadi bahan analisa
dari berbagai pihak, baik partai politik secara keorganisasian, maupun fungsinya.
Pada segi keorganisasian, partai politik akan dilihat dari struktur, retkutmen,
16
Nawawi Hadani, Metode penelitian Bidang social (Yogyakata: Gajah Mada,
1995), h. 39-40. 17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdaakarya,
2002), h. 34-35.
17
suksesi peralihan kepemimpinan dan pengambilan kebijakan dalam internal partai
politik. Pada beberapa hal yang seperti disinggung di awal, pengambilan
kebijakan dalam internal suatu partai politik selanjutkan akan menjadi ciri atau
tipe tersendiri. Perihal inilah pembahasan mengenai partai politik selalu menarik
dan mengundang berbagai pertanyaan.
Sedangkan pada fungsi partai politik lebih luas lagi, yakni partai politik
dituntut menyerap aspirasi dan sekaligus menerjemahkan secara tepat untuk
kemudian dijadikan usulan suatu kebijakan kepada pemerintah. Hal ini berkaitan
dengan cara pengambilan kebijakan dalam internal partai politik seperti yang
disinggung di atas. Sikap partai politik dalam memperjuangkan suatu kebijakan
akan sangat kentara terlihat perbedaannya, yakni apakah partai politik tersebut
merupakan yang dikendalikan segelintir orang, atau melibatkan semua anggota
maupun mendengarkan konstituen.
A. Pengertian Partai Politik
Secara sederhana partai politik dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok
manusia teroganisir, mempunyai komitmen maupun pandangan yang sama antara
sesama anggotanya, dan berorientasi pada kekuasaan. Dari beberapa kriteria
tersebut menunjukkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seabagai suatu
partai politik. Di bawah ini akan dipaparkan beberap tokoh yang memberikan
pengertian yang sedikit berbeda antara satu sama lain dalam memandang partai
politik sebagai suatu organisasi.
18
Definisi partai politik yang memberikan penekanan untuk tujuan merebut
kekuasaan ataupun melanggengkan kekuasaan yang sudah digenggam yakni
datang dari Carl J. Friedrich. Tokoh ini secara jelas mengartikan partai politik
sebagai suatu sekelompok manusia yang terorganisir dengan tujuan merebut atau
melanggengkan kekuasaan suatu pemerintahan.
Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat idil serta materil (A political, party is a group of human beings,
stabily organized with the objective of securing or maintaining for its leaders the
control of a government, with the further objective of giving to members of the
party, through such control ideal and material benefits and advantages).18
Fokus untuk merebut kekuasaan menjadi salah satu ciri dari partai politik,
sehingga tidak salah jika partai politik selalu diasosiasikan untuk kepentingan
kekuasaan. Sebab merujuk pada pengertian di atas, hal yang sangat ditekankan
selain sebagai kelompok manusia yang terorganisir, yakni partai politik memang
disiapkan sebagai langkah untuk merebut tampuk kekuasaan dalam suatu negara.
Ciri dan pengertian yang lebih tegas lagi bahwa, suatu organisasi atau
sekumpulan manusia yang teroganisir, tidak dapat dikatan partai politik jika
organisasi tersebut belum mengikuti pemilihan umum. Hal tersebut menekankan
pada kontestasi atau pun persaingan yang memang menjadi ciri khas partai politik
dalam merebut kekuasaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya di atas. Apabila
hanya sekedar memiliki hasrat untuk merebut kekuasaan, suatu kolompok
18
Miriam Budiardjo, Dasar–Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009), h. 404.
19
manusia yang terorganisir tersebut tidaklah serta-merta dapat dikatagorikan
sebagai partai politik. Sebab pada hakikatnya partai politik adalah suatu organisasi
yang mempu menempatkan kader-kadernya pada suatu jabatan. Hal tersebut
selaras dengan yang dikatakan oleh Giovanni Sartori, bahwa partai politik adalah
suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan
umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-
jabatan.19
Selain pengertian yang dipaparkan di atas, sebagian tokoh juga
menyimpulkan atau memberikan pengertian bahwa partai politik merupakan suatu
jembatan dari berbagai kekuatan. Dalam hal ini partai politik dianggap sebagai
pemersatu dan organisasi yang dapat menampung berbagai kekuatan sosial dalam
masyaraka. Tentunya kekuatan sosial memerlukan wadah untuk kemudian
merebut suatu kekuasaan.
Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang memiliki
pandangan yang berbeda.20
Pengertian ini dipaparkan oleh Sigmund Neuman
dengan mengedepankan partai politik sebagai suatu perantara atau pemersatu dari
banyaknya kekuatan sosial yang belum mapan atau terorganisir.
Dari Beberapa definisi di atas, Miriam Budiardjo menyimpulkan dan
memberikan ciri sebagai gambaran sederhana dari pengertian partai politik itu
sendiri. Gambaran atau kesimpulan yang dimaksud yakni, partai politik
19
Miriam Budiardjo, Dasar–Dasar Ilmu Politik. h. 404 20
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 404.
20
merupakan suatu kelompok terorganisir, dimana anggotanya memiliki pandangan
yang sama satu sama lain, dan bahkan penekanan yang tidak kalah pentingnyak
ialah suatu partai politik harus berorientasi pada kekuasaan. Sebab orientasi
terhadap kekuasaan tidak dapat ditemukan dalam organisasi-organisai lainnya dan
seakan memang hanya partai politik yang diperbolehkan memilikinya.
Di sisi yang lain, Ramlan Surbakti juga memberikan pengertian dan ciri
partai politik yang lebih rumit dan kompelit. Sebut saja salah satu ciri partai partai
politik yakni harus berakar pada masyarakat lokal dan mempunyai kegiatan yang
berkesinambungan terus menurus dan merebut atau mempertahankan kekuasaan.
Surbakti menyimpulkan partai politik dari dua tokoh, yakni Lapolambara dan
Weiner bahwa, partai politik ialah berakar dalam masyarakat lokal, melakukan
kegiatan secara terus-menerus, berusaha memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan dan ikut serta dalam pemilihan umum.21
Perbedaan mendasar lainnya dari pengertian partai politik antara Budiardjo
dan Surbakti, ialah dalam hal ideologi. Budiardjo menekankan pada keikutsertaan
pada pemilu dan terorganisirnya suatu partai politik tersebut. Sedangkan Surbakti
selain menekankan partai politik pada keikutsertaan saat pemilihan umu, juga
menyorot pentingnya ideologi suatu partai politik. Pengertian partai politik selain
terorganisir, stabil dan rapi juga diperlukan adanya ideologi yang dapat
menyatukan dan memotivasi para anggota partainya.22
Keberadaan suatu ideologi
dari partai politik, dijadikan ciri khas tersendiri.
21
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992), h. 115. 22
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 116.
21
B. Fungsi Partai Politik
Partai Politik merupakan salah satu sarana untuk berperan serta atau untuk
berpartisipasi dalam politik. Berdasarkan perkembangannya partai politik lahir di
negara-negara Eropa, terutama di Prancis, Belanda, Jerman, dan Inggris. Awal
perkembangan partai yaitu dari kegiatan kelompok-kelompok di luar parlemen,
kemudian dengan meluasnya hak pilih mereka mengelompokkan diri menurut
aliran atau ajaran yang bersumber dari hasil pemikiran seseorang (doktrin), seperti
ajaran Karl Marx, ajaran Adam Smith, ajara-ajaran demokrasi dan ajaran-ajaran
yang bermotif agama. Setelah itu para ilmuan menjelakan tentang fungsi-fungsi
Partai Politik.
Fungsi Partai Politik banyak sekali dipaparkan oleh para ilmuan politik.
Erfiza menyimpukan fungsi Partai Politik yang dijelaskan oleh beberapa ilmuan,
diantaranya adalah;
Andrew Heywood, Friedrich, G.B. de Huszar dan T.A. Stevenson, Gabriel A.
Almond, Janos Simon, Monte Palmer, Maurce Duverger, Thomas Carothers, Yves
Meny dan Andrew Knapp, Mukthie Fadjar, Haryanto, Abdul Bari Azed dan
Makmur Amir, Roy C. Macridis, Eddi Wibowo, T. Saiful Bahri dan Hessel Nogi. S
Tangkisan, Jimly Asshiddiqie, T. May Rudy, P. Anthonius Sitepu dan Maswad
Rauf. Dari penjelasan tokoh yang disebut di atas Efriza menyimpulkannya menjadi
12 bahasan yakni: 1. Komuniasi politik 2. Perwakilan 3. Konvensi, artikulasi
kepentingan, dan agregasi 4. Pendidikan politik 5. Integrasi (partisipasi politik,
sosialisasi politik, dan mobilisasi politik 6. Persuasi dan represi 7. Kaderisasi 8.
Rekrutmen politik 9. Membuat pertimbangan, pengartikulasian, kebijakan dan
control terhadap pemerintah 10. Mengkoordinasi lembaga-lembaga pemerintah 11.
Alat pengontrol kepntingan pribadi politisi yang duduk sebagai wakil rakyat
maupun pejabat publik 12. Fungsi dukungan (supportive function).23
23
Efriza,Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 238.
22
Berdsarkan beberapa hal tentang fungsi partai politik yang telah dipaparkan
oleh tokoh-tokoh di atas. Maka bebeberapa fungsi partai politik yang akan
dijelaskan secara lebih detail, yakni terkait fungsi partai politik yang paling
mendasr. Sebut saja partai politik sebagai sarana komunikasi, sosialisasi politik,
rekkrutmen politik, Artikulasi kepentingan dan Pengendalian konflik.
1. Sarana Komunikasi Politik
Aspirasi maupun pendapat rakyat sungguh sangat berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Aspirasi juga terkesan berserakan di tengah-tengah
masyarakat. Bahkan aspirasi rakyat terkesan sumbang, tidak terdengar, dan
bahkan tidak sampai pada pemerintah. Dibutuhkan jembatan yang dapat
menghubungkan antara pemerintah dan rakyat itu sendiri. Sehingga aspirasi yang
berserakan dan tidak sampai pada telinga pemerintah tadi, dapat dengan mudah
didengar dan diserap. Di sini fungsi partai politik sebagai sarana komunikasi
politik di negara demokratis. Adanya pendapat yang berbeda-beda perlu dipetakan
ataupun dikelompokkan untuk disuarakan kepeda pemerintah. Proses ini
dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation), sesudah
digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam bentuk
yang lebih teratur, dan proses ini dinamakan pengartikulasian kepentingan
(interest articulation).24
Dapat dibayangkan bagaimana jika tidak ada yang dapat
mengagregasi dan mengartikulasi aspirasi rakyat. Maka datpat dipastikan tidak
akan sampai kepada pemerintah. Padahal pemerintah sangat membutuhkan
pendapat dan kebutuhan rakyat itu sendiri.
24
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 405.
23
Partai politik tidak hanya berhenti pada menggabungkan kepentingan dan
mengartikulasikan kepentingan saja. Partai politik masih diharuskan bekerja keras
dalam bentuk yang lain. Sebut saja dalam hal ini partai politik lebih dituntut untuk
membuat rumusan kebijakan yang kemudian menjadi usul kebijakan kepada
pemerintah itu sendiri. Biasanya, usul kebikan ini dimasukkan ke dalam program
atau platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau disampaikan
melalui partlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public
policy).25
Pada posisi ini partai politik sangat dibutuhkan untuk menjabarkan
kebutuhan masyarakat dan kemudian diperjuangkan di parlemen untuk kemudian
diteruskan kepada pemerintah mejadi kebijakan. Terlepas dari pengumpulan
kepentinga, pengartikulasian kepentingan dan usul kebijakan yang biasanya
dituangkan dalam programm, partai politik juga memiliki fungsi yang lain.
Sebagai jembatan yang baik, partai politik dapat menjembatani atau
mengkomunikasikan dari dua arah. Partai politik dapat menjadi kepanjangan
tangan dari pemerintah atau perantara untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan
yang sudah ditetapkan. Di sisi lain partai politik dituntut utuk menjadi pendengar
yang baik dari problem dan kebutuhan dari rakyat. Partai politik dapat dikatakan
sebagai pengaras suara dari rakyat. Sebagaimana dipaparkan oleh Budiarjdo
bahwa, Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah
25
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 406.
24
bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi masyarakat sebagai “pengeras
suara”.26
2. Sosialisasi politik
Salah satu fungsi partai politik yang juga lumrah diketahui yakni sosialisasi
politik. Sosialisasi politik sebagai mana tujuan yakni untuk membentuk dan
menumbuhkan sikap politik para anggota masyarakat secara umum. Melalui
proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan
orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.27
Definis sosialisasi politik yang diberikan Budiardjo yakni sebagai suatu proses
yang melaluinya seseoarang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fonomenan
politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia tinggal.28
Bahkan
sosialisasi politik dapat menentukan sikap dari berbagai hal seperti, nasionalisme
etnis dan sebagainya. Dari sinilah tumbuh sikap orientasi warga masyakarat dalam
mengenal berbagai simbol negara atau pun mereka mengenal kelas sosial mereka
sendiri.
Selanjutnya sosialisasi politik dapat memberikan gambaran dan bahkan
melaluinya sejarah mengenai budaya politik suatu generasi dapat disampaikan
kepada generasi berikutnya. Seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992)
memaparkan definisi sosialisasi politik yang dikutip oleh Budiardjo,
Sosialisasi Politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarat tertentu
belajar mengenai sistem politik. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan
reaksi mereka terhadap politik (political socializacion may be defined is the
26
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 406. 27
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 117. 28
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 407.
25
prosess by which individuals in a given society become acquinted with the political
system and which to a certain degree determines their perceptions and their
reactions to political phenomena).29
Proses sosialisasi politik akan berjalan sepanjang kehidupan manusia,
dengan catatan masih dalam ruang lingkup administrasi negara demokratis.
Demokrasi yang dianut oleh sebagian besar negara di seluruh dunia tersebut,
tentunya memerlukan suatu organisasi yang bernama partai politik. Media
sosialisai dalam hal ini sangat beragam, misal yang paling sederhana melalui
keluarga, di mana seseorang sekolah, bekerja, organisasi keagamaan dan
sebagainya. Di sinilah peran peting partai politik sebagai organisasi yang
mencerdaskan dan membentuk sikap untuk dapat mengenali politik di
lingkungannya atau pun di negaranya ia tinggal.
Bagi negara yang baru saja memerdekakan diri, partai politik sangat
berperan untuk membentuk anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
sikap nasionalisme. Di sinilah partai politik dituntut berperan aktif untuk
membentuk dan memupuk identitas warganegara seiring lahirnya negara. Hal
tersebut bertujuan untuk mengenalkan masyarakat dan memberikan pengertian
dalam berbagai hal terkait identitas kenegaraannya. Sehingga partai politik dalam
suatu negara yang masih baru terbentuk memiliki peran sentral dalam menentukan
keberlangsungan eksistensi suatu negara.
Terlepas dari pro dan kontra tujuan sosialisasi politik yang satu ini, yakni
untuk menaikkan citra partai politik. Hal ini penting karena anggapan maupun
persepsi dari masyarak akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap
29
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 407.
26
keberlangsungan hidupnya. Persepsi anggota partai maupun masyarakat secara
umum tidak bisa serta merta lahir dengan sendirinya. Sehingga perlu upaya dari
partai politik untuk membentuknya. Hal tersebut berkaitan dengan usaha partai
politik untuk dipercaya sebagai pengemban amanat yang memperjuangkan
kepentingan umum. Perihal ini penting karena salah satu dari ciri partai politik
adalah untuk merebut kekuasaan dan menjaganya sebaik mungkin.
3. Rekkrutmen politik
Rekrutmen Politik, fungsi ini tidak kalah pentingnya dari fungsi-fungsi yang
lain. Rekrutmen politik dapat dipahami sebagai seleksi dan pememilihan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususnya.30
Atau secara sederhana rekrutmen politik dapat dimengerti sebagai
proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang
berbakat untuk berpartispasi dalam proses politik.31
Pengertian rekrutmen lebih luas lagi dipaparkan dalam buku sejarah, fungsi
dan tipologi partai politik: suatu pengantar. Buku ini mencoba untuk menyasar
pengertian rekrutmen secara menyeluruh bahkan sengaja memperluasnya.
Mengacu pada ulasan dalam buku tersebut, rekrutmen menunjuk pada latihan
demi mempersiapkan suatu pemimpin di masa depan. Lebih lengkapnya penulis
mencoba mengutip pengertian rekrutmen dari buku yang disebutkan di atas.
Rekrutmen, dalam pengertian yang seluas mungkin, meunjuk pada latihan
(training) dan persiapan untuk kepemimpinan: terbuka untuk masyarakat, badan
30
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h.118. 31
Efriza, Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik,h. 234.
27
legislatif pemerintah atau anggota partai yang lain, dan tentu saja, untuk
berkompetisi secara baik di dalam pemilihan. Sebagian mereka adalah pemimpin
dalam masyarakat, kecuali mereka yang mencapai jabatan pemerintahan tanpa
masuk dan berpartispsi secara aktif dalam partai.
Rekrutmen dalam hal ini memiliki pengertian yang cukup luas. Selain sebagai
bentuk proses penyeleksian untuk menjaring dan mempersiapkan kepemimpinan
dalam percaturan politik nasional. Juga sebagai penguatan partai politik itu
sendiri, yakni untuk mempersiapkan kepemimpinan internal partai yang
bersangkutan. Partai politik membutuhkan pemimpin yang cukup handal demi
kelangsungan hidup partainya, seraya juga mempersiapkan kepemimpinan
nasional untuk merebut tampuk kekuasaan seperti yang telah disinggung
sebelumnya. Lebih lanjut, selain rekrutmen sebagai seleksi untuk mempersiapkan
pemimpin internal partai maupun untuk bursa pemimpin nasional. Partai politik
sesunggahnya tidak bisa dipisahkan dengan fungsi rekrutmen seperti disinggung
di muka. Fungsi rekrutmen juga bertujuan untuk menyasar dan memperbanyak
keanggotaan partai politik. Banyaknya individu-individu yang dapat dijaring oleh
partai tersebut dapat menjamin eksistensi partai di masa depan, baik untuk
memperkukuh partai maupun dalam merebut kekuasaan. Ha inilah yang
mendasari pentingnya rekrutmen politik.
4. Artikulasi kepentingan
Ada yang menggabungkan atau menjadikan artikulasi kepentingan sebagai
bagian dari fungsi partai politik sebagai sarana komunikasi politk, namun dalam
28
hal ini akan dibahas tersendiri, mengingat pentinggang fungsi artikulasi
kepentingan dalam penelitian ini.
Artikulasi kepentingan merupakan fungsi yang sangat penting dalam
keberadaan partai. Bahkan partai politik harus cermat dan berhati-hati dalam
memetakan artikulasi kepentingan tersebut. Selain sebagai jembatan politik antara
pemerintah dan juga rakyat, pada fungsi ini partai dituntut unutk
memperjuangakan apa yang telah menjadi kebijakan. Partai politik juga
dipersepsikan dapat menampung aspirasi rakyat dan kemudian menganalisanya
sebelum diusulkan kepada pemerintah.
Ada beberapa sebutan dalam pembahasan artikulasi kepentingan, seperti
misalnya Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik yang menuliskan
sebagai pemadu kepentingan. Fungsi ini berkaitan dengan kemampuan partai
politik untuk menyerap aspirasi yang berserakan dalam masyarakat,
menghimpunnya dan memadukan atau menyatukan menjadi satu kebijakan. Hal
tersebut sangat penting karena selain menyentuh langsung kepada masyarakat di
akar rumpun, juga memerlukan kecermatan dalam menganalisa dan memadukan
kepentingan masyarakat. Sebagaimana Surbakti menyebutkan bahwa pemandu
kepentingan adalah untuk menampung dan memadukan berbagai kepentingan
yang berbeda bahkan bertentangan maka partai politik dibentuk, kegiatan
menampung, menganalisa, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda
bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebjikan umum, kemudian
diperjuangkan dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.32
32
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 119.
29
Fungsi partai politik yang satu ini juga sangat menonjol dalam pemerintahan
yang demokratis, sebab partai politik akan berlomba-lomba untuk mencari
aspirasi yang sekiranya sanagat tepat dengan kebutuhan masyarakat. Tidak hanya
itu, banyak kepentingan yang ada di tengah-tengah masyarakat, menjadikan
kegiatan ini memerlukan keseriusan untuk kemudian menganalisa dan
menampungnya menjadi suatu kebijkan.
Di lain pihak Budiardjo menyebutnya fungsi partai politik ini sebagai sarana
komunikasi politik. Hal ini tentunya berkaitan dengan partai politik yang selalu
diidentikkan sebagai jembatan antara kebijakan pemerintah dan juga aspirasi
rakyat yang berada di lapisan paling bawah sekalipun. Penting sekiranya bagi
partai politik untuk memperhatikan suatu kebijkan yang akan diusulkan baik
melalui perwakilannya yang ada di parlemen atau melalu saluran lain.
Tahapan atau proses pengambilan kebijakan suatu partai politik menurut
Budiardo yakni meliputi, penggabungan kepentingan (interest aggregation),
pengartikulasian kepentingan (interest articulation) dan selanjunya menjadi
kebijakan partai politik. Pentingnya beberapa tahapan atau pun proses ini
digambarkan oleh Budiardjo sebagai berikut; di masyakat modern yang luas dan
kompleks banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang. Pendapat atau
aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di
padang pasir, apabila tidak ditampung dan digabungkan dengan pendapat dan
aspirasi orang lain yang senada.33
Proses penggabungan kepentingan menjadi
pekerjaan partai politik yang cukup menguras energi. Pada tahap ini partai politik
33
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h.405.
30
akan mendapatkan kepentingan dari masyarakat yang sangat kompleks, dan harus
menampungnya pula untuk kemudian dipetakan ataupun dianalisa. Tahap ini
mungkin menjadi tahap yang sangat sulit karena di sisi lain adalah aspirasi rakyat
dan di satu sisi berkaitan dengan peta dari program atau platform suatu partai.
Setelah digabungkan maka partai politik akan melakukan pengartikulasian
kepentingan (interest articulation). Mengingat banyak kepentingan yang
berbenturan maka partai politik harus menentukan untuk menjadi kepentingan
yang sekiranya dapat menjangkau banyak masyarakat. Hal tersebu dilakukan
untuk menangagregasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut
akan simpang siur dan saling berbenturan, sedangkan dengan aggergasi dan
artikulasi kepentingan kesimpangsiuran dan benturan dikurangi.34
Perihal yang
dibahas di atas tentunya memerlukan dialektik kepentingan, sehingga anggota
partai sangat menentukan jalannya pengartikulasian kepentingan tersebut.
Sebelum diambil keputusan atau penentuan kebijakan partai politik, anggota
partai diperbolehkan atau bahkan diharuskan menyatakan pendapatnya. Tujuan
tidak lain untuk kesempurnaan kebijakan yang dimaksud.
5. Pengendalian konflik
Konflik dapat dikatakan tidak bisa dihindarkan dalam suatu negara
demokratis. Konflik akan selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dapat
dikatakan inheren. Namun pengendalian konflik yang dimaksud yakni
cakupannya cukup luas, baik konflik yang berbentuk atau berujung pada benturan
34
Miriam Budiardjo, Dasa–Dasar Ilmu Politik. h. 406.
31
fisik, perdebatan mengenai pendapat seseorang maupun masyarakat dan
sebagainya. Sebab, pada negara demokratis suatu pendapat diperlukan bagi
terciptanya tatanan bernegara yang lebih baik dan untuk kesejahteraan rakyat.
Sehingga konflik sukar dihindarkan dan memerlukan pengaturan yang baik.
Pada perihal inilah partai politik sangat dibutuhkan, dan sebagai salah
satu lembaga demokrasi, partai politik sangat mungkin untuk meredem bahkan
mencari atau menyelesaikan konflik dengan baik. Partai politik sebagai salah satu
lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik memelalui cara
berdialok dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan
pelbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa
permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan
penyelesaian berupa keputusan politik.35
Namun dalam hal ini masih memerlukan
keterbukan dan kompromi di antara wakil rakyat dari berbagai macam partai
politik yang ada. Tampa ada kompromi dari para wakil rakyat tersebut maka
penyelesaian komflik akan mengalami kemandekan.
Terlepas dari rumitnya perdebatan, pengambilan keputusan dan juga
kompromi yang sulit ditempuh untuk menyelesaikan konflik, partai politik dalam
posisi ini sudah memiliki nilai tambah perihal penyelesaian konflik itu sendiri.
Namun sejauh ini para wakil rakyat memutuskan untuk berkompromi dalam
menyelesaikan konflik. Sehingga partai politik masih sangat relevan sabagai
penegendali konflik yang berada di masyarakat.
35
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik h. 155.
32
BAB III
GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT
Partai Demokrat merupakan partai yang sangat cepat tumbuh berkembang
menjadi partai penguasa, tiga tahun dari berdirinya langsung menajadi partai
penguasa dan itu berlangsung selama dua preode (sepuluh tahun). Dalam sejarah
partai politik di Indonesia, Partai Demokrat yang paling cepat menjadi partai
penguasa jika dihitung dari lahirnya. Berikut adalah gambaran umum Partai
Demokrat mulai dari sejarahya, edeologinya, visi-misinya dan struktur
organisasinya.
A. Sejarah Partai Demokrat
1. Berdirinya
Partai Demokrat tidak serta merta berdiri tegak menjulang tinggi ke
angkasa, namun banyak lika-liku perjalan dalam pembentukan wadah yang
disebut Partai Demokrat. Partai Demokrat terbentuk bukan karena inisiatif
seorang diri yang harus kekuasaan tapi banyak persoalan kebangsaan yang
menggugah suatu kelompok kecil untuk mendirikan sebuah wadah guna untuk
memperbaiki hazanah demokrasi di republik yang besar ini.
Permasalahan bangsa yang menjadi dasar pembentukan Partai Demokrat
adalah: Krisi kepemimpinan. Peralihan kepemimpinan yang sudah dilalui bangsa
ini sejak merdeka dilihat sebagai hal yang tidak elok. Soekarno tersingkir karena
peristiwa Gerakan Tiga Puluh September (G-30-S/PKI), Soeharto jatuh karena
krisis ekonomi yang menimbulkan kemarahan seluruh elamen masyarakat,
laporan pertanggung jawaban BJ Habibie ditolak MPR yang menyebabkan beliau
33
menarik diri dari pencalonan presiden, dan yang terahir Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) yang dilengserkan oleh SI MPR.36
Pergantian pucuk kekuasaan bangsa
ini yang selalu diwarnai dengan ke tidak elokan, menjadi catatan buruk citra
pemimpin bangsa ini.
Setelah Gus Dur dilengserkan dan digantikan oleh wakil presiden Megawati
Soekarno Putri. Kemudian bangsa ini disibukkan dengan mencari pengganti posisi
Megawati sebagai wakil presiden. Maka dari itu pemilihan wakil presiden
dilakukan secara demokratis oleh SI MPR. Dalam pemilihan wakil presiden ada
empat calon, yakni: Hamzah Haz Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Akbar Tanjung Ketua Umum Partai Golongan Karya (GOLKAR), Susilo
Bangbang Yudoyono (Purnawirawan Jendral), dan Agung Gumelar (Perwirawan
Letnan Jenderal). Hamzah Haz yang terpilih sebagai wakil presiden dan SBY
kalah.37
Namun kekalahan SBY menjadikan kelompok yang mendukung SBY
menjadi tambah peduli terhadap perpolitikan Indonesia, kemudian kelompok
pendukung tersebut mengadakan berbagai pertemuan untuk fokus membahas
masa depan kepemimpinan nasional yang lebih demokratis dan menuju masa
depan bangsa yang lebih baik di semua aspek. Kelompok tersebut bernama
Gerakan Masyarakat Kedaulatan Rakyat (Gema Karsa).38
36Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 11.
37
Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
12.
38
Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
13.
34
Gema Karsa yang diisi oleh sebagian besar tokoh kampus seperti Prof.
Sumantri, Prof. Nazaruddin Syamsudin, Prof. Bagir Mannan, Subur Budhisantoso,
Prof. Irzan Tanjung dan lain-lain, mengadakan pertemuan di Hotel Acacia Jakarta
yang dihadiri kurang lebih 300 orang. Pertemuan tersebut membahas tentang
bagaimana mempersiapkan konsep rekonsiliasi, rekonstruksi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pembahasan inti adalah mengenai kepemimpinan dengan berkaca
pada pemimpin sebelumnya dari Soekarno sampai Gus Dur dan juga membahas
tentang kepesimisan terhadap partai-partai yang sudah ada, yang stagnan bahkan
ada yang merosot. Hasil dari pembahasan seperti itu menimbulkan ide
pembentukan wadah baru dengan platform yang sesuai dengan kebutuhan bangsa
ini.39
Pertemuan di Hotel Acacia tersebut belum menemukan sosok pemimpin
ideal berikutnya yang akan diusung sebagai pemimpin nasional dan belum juga
menyepakati wadah atau partai apa yang digunakan, apakah memakai partai yang
sudah ada atau membuat wadah baru.
Pada saat gencarnya mencari sosok untuk diproyeksikan menjadi pemimpin
bangsa selanjutnya, muncul nama SBY yang semakin hari semakin menarik
simpati dari publik. Oleh karena itu kelompok yang disebut Gema Karsa
menginginkan SBY sebagai sosok yang akan diproyeksikan sebagai pemimpin
nasional berikutnya. Pada waktu yang bersamaan SBY juga punya keinginan yang
sama untuk mendirikan sebuah wadah baru. Keinginan SBY itu membuat wadah
baru sudah lama.
39Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
14-15.
35
Rasionalitas membuat wadah atau partai politk baru adalah, partai yang
sudah ada mempunyai kadernya sendiri yang sudah berproses dan banyak
memberikan sumbangsih, tidak mungkin orang baru masuk dalam sebuah partai
lama langsung diusung sebagai pucuk kekuasaan nasional, harus ngantri,40
sedang
kelompok tersebut ingin mengusung SBY untuk menjadi pipinan nasional. Itu
alasan harus mendirikan wadah atau partai baru sebagai kendaran mengusung
calon pemempin yang dianggap ideal.
Namun dalam perjalanan pembentukan partai baru tersebut, SBY diminta
oleh Megawati (Presiden) untuk menjadi Menko Polkam. Karena ini dianggap
sebagai amanah dan diberikan kepercayaan, maka SBY tidak bisa menolak
permintaan Megawati. SBY yang mempunyai gagasan memisahkan pejabat
publik dengan jabatan partai, artinya jika menjadi pejabat publik maka jabatan
partai harus dilepas. Tapi bukan berarti SBY mengurungkan niatannya untuk
membuat partai baru, SBY tetap akan menjadi penggagas berdirinya partai baru
tapi tidak terlibat langsung, SBY menjadikan Kurdi Mustofa sebagai jembatan
penghubung SBY dangan para pendukung pembentukan partai baru tersebut.
Dua kepentingan anatara SBY dan kelompok yang mendukung bersatu,
kalau dalam pribahasa jawa disebut “tumbu oleh tutup”, maka terjadilah
kesepakatan SBY dan para tokoh untuk medirikan wadah baru yang disebut
dengan Partai Demokrat.41
Selanjutnya proses demi proses terus dilakukan.
40Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
18-19.
41
Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
20.
36
Dalam tahap pertama ada sembilan orang yang nantinya akan tercatat
sebagai tim pendiri partai, diantaranya adalah: Drs. A Yani Wahid, Ahmad
Kurnia, Adhyasa Daulth S.H., Bahaudin Thonti, Shirato Syafei, Irzan Tanjung,
Wisnu H Krestowo, Subur Budhisantoso, dan Vence Rumangkang.42
Tim Sembilan kemudian mencari 99 orang sebagai pendukung berdirinya
Partai Demokrat tersebut. 99 orang tersebut terdiri dari berbagai golongan
termasuk para tokoh kampus, politisi dan artis, meskipun sebagian besar
didalamnya adalah tokoh kampus (para intelektual). Nama-nama 99 orang
tersebut tercantum dalam tabel berikut ini.
Tabel III.A.1
Para Pendeklarator NO NAMA NO NAMA
1 Vance Rumangkang 51 Budi Satria Hamid
2 Ir. Ari Purnomo 52 Hr. Wahono Tjokrodarsono, SE
3 Drs. Achmad Yani Wahid 53 Ir. Syamsirwan Ganie
4 Ghanie H Notowijoyo 54 Ir. Amien Raharjo
5 Drs. Sutan Bhatoegana, MBA 55 Ir. Sonny Sumarsono
6 Prof. Irza Tanjng 56 Ir. Tedjo Utomo M
7 RMH. Heroe Syswanto Ns 57 Ir. Syafuan Gani, MM
8 Prof. Ir. Max Rompas M Agr 58 Drs. Ismail Sangaji
9 Prof. Ir. Bonny Ferdinand S. MS 59 Gunawan Sukardi S
10 Prof. Dr. St RF Saragih, SH. MS 60 Ir. Wahyudiono
11 Drs. Wisnu Herryyanto K 61 Drs. Drajat Soekarso
12 Prof. Dr. Ir. Siegfried B MS 62 Ir. Winarto Broto
13 Prof. Dr. Rusli Ramli, MS 63 Ir. Benny Rubiandi
42Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
20.
37
NO NAMA NO NAMA
14 Prof. Dardji Darmodihardjo 64 Ir. Agus Slamet
15 Prof. Dr. Subur Budhisantoso 65 Djuandi Wahadi, BE
16 RH Probo Subagyo 66 Dra. Rita Purnawati
17 Dr. Achmad Mubarok, MA 67 Asep Urbana, SE
18 Vera Febyanthi, BBA 68 Baby Siregar
19 Utari 69 Inu Kertopati,SH
20 Bertha Herawati, SH 70 Isnaia Singgih, SH
21 Reyne Herawati, SH 71 Denny Sultani Hasan, MM
22 Ade Rahmat Komara, SE,MM 72 Noor Syamsuddin Chotib
23 Dr. Ir. Tresna P Soemardi,Ph.D 73 Drs. Arie Kwartatmoko
24 Abraham Rahardjo Elias 74 Hasanuddin A Latief, SH
25 Ir. Husein Salim Abdul, MT 75 Ir. Ongky Sasongko
26 Anwan Fuady 76 Rosa Hardiani
27 Drs. Wayan Sugiana, MM 77 H Heman Setiabudi
28 Ir. Imam Sumitro 78 Drs. Haryo Suparjo
29 Ifah Pioh 79 Ir. Winarno
30 Dwi Yanuas Dadi 80 Junizwan Affandi
31 Ir. Ignatius Sugiarto 81 Syahirul Zam Zam, SE
32 Drs. Endang Katiwak 82 Ir. Mohammad Sanusi
33 Iryanto Muchyi, BE 83 Illal Ferhard, BSc
34 Ir. Eddy Suryantono 84 Daniel Lebehari, BCM
35 Suwanda, M Sag 85 Ir. H RP Hadi Tjahjono,MM
36 Dr. Wigiu Fp Kaunang 86 Drs. Arifin Nitiamidjaya
37 Slamet Riadi 87 Ismail Lebehari, BCM
38 Rr. Dewi Yanthi, SH 88 Drs. Deddi Pandapotan T
39 Makmun 89 Ir. Ricky Sofyan S, MM
40 Achmad Toriq, SH 90 Ir. Jaka Djatniel, MM
38
NO NAMA NO NAMA
41 Dedi Mizwar 91 Ir. Wahyudi Suhartono, MBA
42 Ir. Tomigan Tarigan, MSc 92 Fira’un Maulana
43 Dra. Hj. Farida Nuryanti 93 Ir. KSM Daniel,MM
44 Ir. H Rudy Rahmawanto 94 Ir. M Jauhar Arifin
45 Drs. Hencky Luntungan 95 Ir. Retnaestri, M.Eng.Sc
46 Pipin Supinah,BE 96 Ir. Moch Chandra Solehan
47 Ir. Zulkifli Bastiandi 97 Didin Syarifuddin
48 Ir. Bambang Suwaji 98 Amsal Gideon Michael
49 Ir. Sukirman 99 Steven Rumangkang, MB
50 Ir. Leon Roza
Sumber: Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan, 2005
Sembilan puluh sembilan orang inilah yang menjadi deklarator Partai
Demokrat, meski tidak semua hadir. Maka pada tanggal 9 September 2001 jam
20.30 bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun SBY yang ke-52, Vence
Rumangkang melaporkan tentang pembentukan Partai Demokrat kepada SBY di
kediamannya.43
tanggal 9 September dijadikanlah hari berdirinya partai tersebut.
Tabel III.A.2
Rekam Jejak Partai Demokrat
NO WAKTU KEGIATAN
1 12 Agustus 2001
Sebuah pertemuan berlangsung di Hotel Hilton yang dipimpin langsung SBY.
Dalam pertemua itu mencuat keinginan untuk mendirikan sebuah partai.
Selain SBY, hadir pula sejumlah tokoh yang kelak menjadi penyokong kuat
Partai Demokrat. Mereka antara lain Vence Rumangkang, (pengusaha), Yani
Wahid (penulis buku SBY), Ahmad Kurnia dan Adhyaksa Dault (Ketua
KNPI). Dalm pertemua itu juga disepakati pembentukan tim pembentukan partai.
43http://www.demokrat.or.id/sejarah/ Diakses 30 Maret 2016.
39
NO WAKTU
KEGIATAN
2 19 Agustus 2001
SBY kembali memimpin rapat dan didampingi pembantu dekatnya, Kurdi Mustofa. Berbagai pendapat muncul mengenai pembentukan Partai Demokrat.
Dalam acara diskusi, Vence Rumangkang menyatakan rencana pendirian
partai tetap dilaksanakan dan hasilnya segera dilaporkan.
3 20 Agustus 2001
Para penggagas partai mulai berusaha merekrut orang untuk menjadi pendiri
sebuah partai politik. Disepakati dibutuhkan 99 orang (lihat table di atas)
4 19 September
2001
Setelah 99 nama terkumpul, bertempat di Jl. MT Haryono, Gedung Graha
Pratama Lt. 11-kantor Vence Rumangkang- 46 orang adir dan 53 memberikan
kuasa kepada Vence Rumangkang dan Notaris Aswendi Kamuli, yang sepakat membuat akte pendirian partai. Untuk menentkan susunan kepengurusan,
dicapai kesepakatan kreteria kandidat bahwa untuk posisi ketua umum adalah
putra Indonesia asli, kelahiran Jawa, dan bergagama Islam. Sedangkan
sekretaris jenderal adalah mereka yang lahir dari luar Jawa serta beragama Kresten.
Setelah dilakukan verifikasi oleh Sutan Bhatoegana, Prof. Subur Budhisantoso
diangkat sebagai pejabat Ketua Umum dan Prof. Dr. Irzan Tanjung sebagai
pejabat Sekretaris Jenderal. Sementara jabatan Bendahara diserahkan ke Vence Rumangkang.
5 9 September 2001
pukul 20.30 WIB
Bertepatan dengan acara ultang ke-52 SBY di Cikeas, Tim Pendiri melapor ke SBY mengenai telah terbentuknya Partai Demokrat. Disebutkan juga bahwa
partai ini akan didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM pada 10
September 2001. SBY diminta juga kesediaannya untuk bergabung. Namun,
SBY yang kala itu masih menjabat Menko Polkam mengutarakan agar diberi kesempatan karena darinya dalam 100 hari ke depan akan konsentrasi penuh
dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai Menko Polkam.
Sumber: Akbar Faizal, 2005
2. Partai Demokrat Di Legislatif
Hari demi hari setelah langkah pertama (pendirian) rampung, Partai
Demokrat terus berjuang dengan gigih. Sampai pada tanggal 23-24 Desember
2003 partai yang berlambangkan bintang bersinar tiga arah dengan warna merah
putuh pada kedua sisinya dengan latar belakang berwarna dasar biru tua dan biru
langit ini melakukan Rapat Pimpinan (Rapim) ke-3 di sebuah hotel di Jakarta.
Rapim tersebut diadakan dalam rangka menghadapi Pemilu Legislatif 5 April
2004. Agenda utama dalam rapat tersebut adalah menyusun daftar calon Legislatif
DPR RI, menentukan kebijakan penetapan calon Legislatif DPRD Provinsi dan
40
Kabupaten/kota dan menetapkan strategi dalam rangka menghadapi pemilu
tersebut.44
Rapim yang diadakan tersebut ternyata tidak sia-sia karena membuahkan
hasil yang lumayan memuaskan. Partai Demokrat berhasil memenangkan pemilu
legislatif periode 2004-2009 yang diikuti oleh 24 partai politik dan hanya 16
partai politik yang mendapatkan kursi di DPR. Partai Demokrat berada diurutan
keempat setelah Golkar, PDIP dan PPP, di urutan kelimanya PAN.45
Tabel III.A.3
Perolehan Kursi DPR RI Periode 2004-2009
NO PARTAI PEROLEHAN KURSI
1 Golongan Karya (Golkar) 128
2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangn (PDIP) 109
3 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 58
4 Partai Demokrat (PD) 55
5 Partai Amanat Nasional (PAN) 53
6 Partai Kebangkitan Bangsa 52
7 Partai Keadilan Sejahtera 45
8 Partai Bintang Reformasi 14
9 Partai Damai Sejahtera 13
10 Partai Bulan Bintang 11
11 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 4
12 Partai Pelopor 3
13 Partai Karya Peduli Bangsa 2
44
Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h
48 45
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016.
41
NO PARTAI PEROLEHAN KURSI
14 Partai Nasional Indonesia Marheanisme 1
15 Partai Keadilan dan Persaatuan Indonesia 1
16 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 1
Sumber: Diolah dari www.kpu.go.id
Pemilihan Legislatif 2009 diikuti oleh 36 Partai Nasional dan enam partai
politik lokal di Aceh yang dilaksanakan pada 9 April 2009 menghasilkan
perolehan kursi yang sangat memuaskan bagi Partai Demokrat. Partai Demokrat
memperoleh kursi terbanyak. Dari 44 partai politik yang mengikuti pemilu hanya
sembilan partai yang mendapatkan kursi di DPR.46
Tabel III.A.4
Perolehan Kursi DPR RI Periode 2009-2014
NO Partai Kursi
1 Partai Demokrat 148
2 Golongan Karya 106
3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 94
4 Partai Keadilan Sejahtera 57
5 Partai Amanat Nasional 46
6 Partai Persatuan Pembangunan 38
7 Partai Kebangkitan Bangsa 28
8 Partai Gerakan Indonesia Raya 26
9 Hati Nurani 17
Sumber: www.kpu.go.id
46
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016.
42
Dari pemilu 2009 sampai pemilu 2014 Partai Demokrat banyak
mendapatkan cibiran dari berbagai kalangan karena beberapa kadernya yang
tersangkut kasus korupsi yang menyebabkan elektabiltas partai demokrat
menurun. Hasil dari pemilu 2014 memang relatif merosot dari perolehan kursi
2009. Pemilu 2009 Demokrat memperoleh kursi terbanyak 148 kursi menurun
pesat di pemilu 2014 dengan perolehan kursi 61. Meski Partai Demokrat diterjang
banyak hal namun masih bisa bertahan diperolehan kursi terbanyak setelah PDIP,
Golkar, Gerindra dengan perolehan kursi masing-masing PDIP 109 kursi, Golkar
91 kursi dan Gerindra 73 kursi.47
Tabel III.A.5
Perolehan Kursi DPR RI Periode 2014-2019
NO PARTAI KURSI
1 PDIP 109
2 Golkar 91
3 Gerindra 73
4 Demokrat 61
5 PAN 49
6 PKB 47
7 PKS 40
8 PPP 39
9 NasDem 35
10 Hanura 16
Sumber: www.metrotvnews.com
47
http://news.metrotvnews.com/read/2014/05/14/241830/ini-daftar-perolehan-
kursi-dpr-ri-tiap-parpol Diakses 29 April 2016
43
3. Partai Demokrat di Eksekutif
Dengan perolehan kursi 57 di legislative 2004, maka partai demokrat
berhak mengajukan calon presiden dan wakil presiden berdasar pada UU pemilu
no. 23 tahun 2003, tentang pemilihan presiden dan wakin presiden. Bab II peserta
pemilu presiden dan wakil presiden pasal lima. Undang-undang tersebut berisi:
1. Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pasangan Calon yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.
2. Pengumuman calon Presiden dan/atau calon Wakil Presiden atau
Pasangan Calon oleh partai politik atau gabungan partai politik dapat
dilaksanakan bersamaan dengan penyampaian daftar calon anggota DPR
kepada KPU.
3. Pendaftaran Pasangan Calon oleh partai politik atau gabungan partai
politik dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan perolehan kursi DPR
atau perolehan suara sah yang ditentukan oleh undangundang ini kepada
KPU.
4. Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
memperoleh sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah
kursi DPR atau 20% (dua puluh persen) dari perolehan suara sah secara
nasional dalam Pemilu anggota DPR.48
Dengan kesempatan berhak mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden
maka Partai Demokrat kembali melakukan rapim ke-4 dengan pembahasan
utamanya adalah menentukan calon Presiden dan Wakil Presiden 2004-2009.
Rapim yang dilakukan di Hotel Garden Palace, Surabaya tanggal 6-8 Mei ini
memututuskan bahwa Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sebagai calon Presiden
dan Wakinya adalah Muhammad Jusuf Kalla (JK) periode 2004-2009.49
48
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2003_23.pdf Diakses 29 April
2016 49
Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. h.
48
44
Dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2004 yang dilaksanankan
pada tanggal 5 Juli 2004, Partai Demokrat lagi-lagi mendapatkan hasil yang
sangat memuaskan. Pasangan SBY-JK berhasil memenangkan pemilu Presiden
dan Wakil Presiden, walau harus melewati putaran kedua. Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden ini diikuti oleh lima pasang calon dan hanya pasangan Hj.
Megawati Soekarnoputri-K. H. Ahmad Hasyim Muzadi dan SBY-JK yang masuk
pada putaran kedua.50
Tabel III.A.6
Perolehan Suara Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004 Putaran Partama
No Nama Pasanagan Calon Presiden & Wakil
Presiden
Perolehan
Suara
Persentase
1 H. Wiranto SH.
Ir. H. Salahuddin Wahid
23.827.512 22,19%
2 Hj. Megawati Soekarno Putri
K. H. Ahmad Hasyim Muzadi
28.186.780 26.24%
3 Prof. Dr. H. M. Amien Rais
Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo
14.042.105 14,94%
4 H. Susilo Bambang Yudhoyono
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
36.070.622 33,58%
5 Dr. Hamzah Haz
H. Agung Gumelar,M. Sc
3.276.001 13,05%
Sumber: www.kpu.go.id
Lima pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tidak ada yang
mencapai perolehan suara di atas 50% maka harus diadakan pemilihan putaran
kedua dengan mengambil dua besar perolehan suara terbanyak. Putaran kedua
50
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016.
45
yang dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004 dimenangkan oleh pasangan
SBY-JK dengan peresentase suara 60.62%.51
Tabel III.A.7
Perolehan Suara Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004 Putaran Kedua
No Nama Pasanagan Calon Presiden & Wakil
Presiden
Perolehan
Suara
Persentase
1 Hj. Megawati Soekarno Putri
K. H. Ahmad Hasyim Muzadi
44.990.704 39,38%
2 H. Susilo Bambang Yudhoyono
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
69.266.350 60,62%
Sumber: www.kpu.go.id
Pemilu Presidan dan Wakil Presiden 2009 hanya diikuti oleh tiga pasangan
calon. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang laksanakan pada tanggal 8
Juli 2009 hanya berlangsung satu putaran saja, karena salah satu pasangan calon
Presiden dan Wakil Preside ada yang mencapai perolehan suara lebih dari 50%.
Tiga pasangan tersebut adalah Hj. Megawati Soekarnoputri-H. Prabowo
Subiyarto, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono-Prof. Dr. Boediono dan Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla-H. Wiranto, S.IP. Pasangan SBY-Boediono
memenangkan pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.52
51
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016. 52
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016.
46
Tabel III.A.8
Perolehan Suara Calon Presiden dan Wakil Presiden 2009
No Nama Pasanagan Calon Presiden & Wakil
Presiden
Perolehan
Suara
Persentase
1 Hj. Megawati Soekarno Putri
H. Prabowo Subiyanto
32.548.105 26,79%
2 Drs. Susilo Bambang Yudhoyono
Prof. Boediono
73.874.562 60,80%
3 Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
H. Wiranto, S. IP
15.081.814 12,41%
Sumber: www.kpu.go.id
B. Visi dan Misi Partai Demokrat
Visi dan Misi merupakan hal terpenting dalam sebuah organisasi seperti
partai politik. karena visi dan misi yang dapat mengarahkan gerak organisasi
tersebut. Tanpa visi dan misi partai tidak akan bisa merumuskan program-
program yang akan dilakukan, kalaupun ada perogramnya tapi sangat mungkin
akan dipenuhi dengan kebingungan arah dan tujuan perjuangannya. Maka partai
politik harus mempunyai visi dan misi, tidak terkucuali Partai Demokrat.
Visi dan Misi Partai Demokrat tercantum dalam AD/ART nya BAB III
Pasal tujuh dan delapan, isinya sebagai berikut:
1. Visi Partai Demokrat adalah Partai Demokrat dengan pernuh ketegasan
ingin bersama masyakat luas untuk berperan mewujudkan keinginan luhur Rakyat
Indonesia mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, menjungjung tinggi semangat Nasionalisme,
47
Humanisme dan Internasionalisme dengan didasari oleh ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera.53
2. Partai Demokrat mempunyai tiga Misi: Pertama, Partai Demokrat
memberikan garis yang jelas agar partai dapat berfungsi secara penuh dengan
peran yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang
dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kedalam formasi semula
sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pebdiri dan pencetus proklamasi
kmerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat
kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan Rakyat) dan
kesejahteraan.
Kedua, Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru
dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan
sejarah bahwa kehadiran partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan
generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah
perjuanganbangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut kemerdekaan,
merumuskan Pancasila dan UUD 1045, mengisi kemerdekaan secara
berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.
Ketiga, Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban warga
Negara tanpa membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka
menciptakan masyarakat sipil (civil siciet) yang kuat, otonomi daerah yang luas
53
http://nasional.sindonews.com/read/707064/profil-partai-demokrat-
1358159314 Diakses 1 April 2016.
48
serta terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lembaga
perwakilan dan permusyawaratan.54
C. Ideologi Partai Demokrat
Partai Demokrat diproyeksikan menjadi partai politik yang nyaman, maka
ideologi yang dipakai dapat menimbulkan rasa nyaman pula terhadap rakyat
secara luas. Ideologi yang diharapkan oleh para pendirinya adalah ideologi yang
mampu mempersatukan rakyat yang sangat beragam dan tidak ingin menjadikan
partainya sebagai partai yang mengkotak-kotakkan, seperti misalnya partai agama,
partai nasionalis apalagi partai yang dianggap sekuler. Dari keinginan tersebut
maka ideologi Partai Demokrat adalah:
Ideologi Partai Demoktar adalah Nasionalisme-Religius, yaitu kerja keras
untuk kepentingan rakyat dengan landasan moral dan agama serta
memperhatikan aspek nasionalisme, humanism, dan prulalisme dalan rangka
mencapai tujuan perdamaian, demokrasi, dan kesejakteraan rakyat.55
Dengan ideologi tersebut Partai Demokrat diharapkan menjadi sebuah partai
yang bisa menyatukan kelompok nasionalis dan kelompok agama. Nasionalis-
Religius ini bermakna wawasan nasionalis serta bermoral agama, kaum yang
beragama tetap mencintai bangsanya dan kalangan nasionalis juga taat beragama.
Humanisme jaga menjadi salah satu isi dari ideologi Partai Demokrat yang
berarti mengakui, menjungjung tinggi nilai dan martabat perikemanusiaan,
mempelakukan manusia sebagai manusia bukan makluk lainya seperti hewan dan
54
DPP PD., Anggaran Dasar dan Anggaran Rumh Tangga PARTAI DEMOKRAT,
h. 3. 55
DPP PD., Anggaran Dasar dan Anggaran Rumh Tangga PARTAI DEMOKRAT,
h. 2.
49
tumbuhan. Perikemanusiaan yang diinginkan bersifat hakiki dan universal sebagai
bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bagian yang integral dari masyarakat dunia.
Sedangkan bagian terahir dalam ideologi Partai Demokrat adalah Pluralisme
yang maksud adalah mengakui dan meghargai serta merangkul berbagai ras, suku
bangsa, profesi, jenis kelamin, agama, dan kepercayaan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, serta keberadaan cirri khas setiap daerah yang menyatu sebagai Bangsa
Indonesia.
D. Struktur Kepengurusan Partai Demokrat
Tingkatan struktur Partai Demokra mempunyai tugas dan fungsi masing-
masing. Struktur Partai Demokrat tingkat pusat terdiri atas: Majlis Tinggi Partai,
Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pimpinan Pusan pusat dan Komisi
Pengawas.
Majelis Tinggi Partai beranggotakan sebelas orang yang terdiri dari: Satu
orang Ketua merangkap sebagai anggota, satu orang Wakil Ketua merangkap
sebagai anggota, satu orang sebagai Sekretaris juga merangkap sebagai anggota
dan delapan lainnya hanya menjadi anggota. Majelis Tinggi adalah badan yang
bertugas dalam mengambilan keputusan-keputusan strategis partai, seperti,
menetapkan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon pimpinan DPR RI, calon
Pimpinan MPR RI, calon Gubernur dan wakilnya, calon anggota partai-partai
koalisi dan sebagainya.
50
Dewan Pembina adalah badan yang bertugas dan berwewenang untuk
mengarahkan dan membina seluruh jajaran Partai Demokrat dalam menjaga nilai-
nilai dan ideologi perjuangan partai sesuai dengan visi dan misi Partai Demokrat.
Ketua Dewan Pembina ditetapkan oleh Majlis Tinggi Partai.
Dewan Kehormatan beranggotakan lima orang, terdiri dari: Satu orang
Ketua merangkap sebagai anggota, satu orang Wakil Ketua merangkap sebagai
anggota, satu orang sebagai Sekretaris juga merangkap sebagai anggota dan dua
lainnya sebagai anggota. Tugas Dewan Kehormatan adalah menjatuhkan sangsi
dan/atau menyelesaikan perselisihan internal partai atas laporan Komisi
Pengaawas.
Dewan Pimpinan Pusat mewakili Partai dalam bertindak ke dalam dan ke
luar. Dewan Pimpina Pusat juga sebagai struktur tertinggi sebagai pelaksa
keputusan kongres dan pemimpin semua kegiatan partai.
Dewan Pimpinan Pusat terdiri atas: Ketua Umum, Ketua Harian, Wakil-
Wakil ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal,
Bendahara Umum, Wakil-Wakil Bendahara Umum, Direktur Eksekutif, Divisi-
Divisi, Departemen-Departemen, Komisi Pemenangan Pemilihan Umum, Pusat
Pengembangan Strategi dan Kebijakan, Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Koorditor Wilayah.56
56
DPP PD., Anggaran Dasar dan Anggaran Rumh Tangga PARTAI
DEMOKRAT, h. 10.
51
Table III.C.3
Bagan Struktur Organisasi Partai Demokrat
Sumber: DPP PD., Anggaran Dasar dan Anggaran Rumh Tangga PARTAI DEMOKRAT.
MAJLES TINGGI
PARTAI
KOMISI PENGAWAS
DEWAN
KEHORMATAN
DEWAN PIMPINAN
PUSAT
KETUA HARIAN
KETUA UMUM
DIREKTUR
EKSEKUTIF
BENDAHARA
UMUM
SEKRETARIS
JENDERAL
WAKIL_WAKIL
SEKRETARIS
WAKIL_WAKIL
BENDAHARA
FRAKSI
DPR/MPR PPSK KPPU
DPD DPPLN
KORWIL DEPARTEMEN
DEWEN PEMBINA
WAKIL_WAKIL
KETUA UMUM
DIVISI
52
BAB IV
ARTIKULASI KEPENTINGAN PARTAI DEMOKRAT DALAM
KEBIJAKAN KENAIKAN BBM 2013
A. Kebijakan Kenaikan BBM 2013
Kebijakan menaikan BBM selalu menuai pro dan kontra (ada yang
mendukung dan ada yang menolak), tidak terkecuali kebijakan kenaikan BBM
2013. Dalam kebijakan BBM 2013, Partai Demokrat (partai pemerintah) dan
mayoritas publik berbeda dalam menyikapi kebijakan tersebut. Pemerintah
bersikukuh untuk mengesahkan kebijakan tersebut sedangkan rakyat bersikukuh
menolak terhadap kebijakan tersebut. Pemerintah bersikukuh mengesahkan
dengan alasanya dan publikpun menolak dengan berbagai asalannya juga. Berikut
ini akan menjelaskan tentang alasan publik menolak dan alasan Partai Demokrat
mendukung terhadap kenaikan BBM 2013.
1. Alasan Publik Menolak
Publik menolak kebijakan kenaikan BBM 2013 juga tidak semata-mata
menolak. Publik juga mempunyai alasan rasional kenapa harus menolak terhadap
kebijakan kenaikan BBM 2013. Secara umum kebijakan kenaikan BBM ini dinilai
tidak pro terhadap rakyat dengan alasan sebagai berikut:
a. Menurunkan Daya Beli Masyarakat
Kebijakan yang akan disahkan oleh pemerintah tentang menaikkan harga
BBM 2013 sama sekali tidak pro terhadap rakyat, khususnya rakyat kecil.
Kenaikan harga BBM jenis premium akan naik sekitar 2.000,-/L dirasa sengat
53
membebani rakyat, karena dengan naiknya BBM akan membuat semua naik,
misalnya sayuran, ikan, sembako, trasportasi dan kebutuhan sehari-hari yang lain
akan ikut naik.
Kebutuhan sehari-hari naik, karena semuanya membutuhkan transportasi
untuk sampai ke pasar atau toko dan semua transportasi menggunakan BBM
(yang harganya akan dinaikkan), maka secara otomatis ongkosnya juga akan naik.
Dengan ongkos yang naik mengharuskan menaikkan barang-barang tersebut
(sayuran, ikan, sembako dll.) karena kalau tidak dinaikkan akan mengalami
kerugian. Kenaikan BBM jenis premium dari 4.500,-/L menjadi 6.500,-/L
membuat daya beli turun.57
b. Menambah Kemiskinan
Kebijakan kenaikan harga BBM juga akan membuat bertambahnya angka
kemiskinan. Bagi rakyat yang berprofesi sebagai buruh juga sangat terbebani atas
kenaikan BBM, bahkan dampaknya akan membuat 44 juta buruh manjadi miskin
lagi.58
Kenaikan BBM jenis premium dari 4.500,-/L menjadi 6.500,-/L membuat
daya beli turun. Upah minimum provinsi yang sudah dinaikan sia-sia karena harga
sembako naik, sewa ruma/kontrakan naik, apalagi transport yang pastinya juga
akan naik. Setiap terjadi kenaikan BBM, tren laju inflasi selalu naik, misalnya,
kenaikan BBM 2005 inflasi naik sampai 17,11% dari tahun sebelumnya 6,4% dan
57
http://fspmi.or.id/alasan-buruh-menolak-kenaikan-bbm.html diakses 20 Mei
2016 58
http://finance.detik.com/read/2013/06/17/131250/2275504/1034/ini-alasan-
serikat-buruh-tolak-harga-bbm-naik Diakses 20 Mei 2016
54
kenaikan BBM 2008 naik 11,06% dari tahun sebelumnya 6,59%.59
Dengan
demikian bisa dipastikan kalau hargaBBM nak makan inflasi akan berada di atas
10%.
Usaha kecil juga terancam dengan kebijakan kenaikan BBM, bahkan
sangat mungkin gulung tikar. Pasalnya dengan modal seadanya dan biaya
produksi bertambah. Meskipun tidak guling tikar pastinya akan mengurangi beban
usaha, salah satunya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ketika PHK
terjadi maka bertambahlah jumlah pengangguran dan akan terancam jatuh
miskin.60
c. Gagalnya Pemerintah
Jebolnya APBN yang diakibatkan oleh besarnya subsidi BBM merupakan
gagalnya pemerintah dalam mengelola keuangan Negara dan pengelolaan
kebijakan energi. Gagalnya pemerintah dalam pengelolaan energi bisa dilihat dari
kebijakan pengelolaan, Pertamina (BUMN) hanya mengelola 14% dari total yang
ada selebihnya dikuasai oleh swasta dan asing.61
Pemerintah juga tidak serius dalam usaha mencukupi kebutuhan energi
khususnya minyak. Produksi minyak Indonesia semakin rendah jadi untuk
mencukupi kebutuhan harus impor. Seharusnya pemerintah bisa menyelesaikan
59
http://fspmi.or.id/alasan-buruh-menolak-kenaikan-bbm.html diakses 20 Mei
2016 60
http://fspmi.or.id/alasan-buruh-menolak-kenaikan-bbm.html diakses 20 Mei
2016 61
http://m.liputan6.com/bisnis/read/614590/5-alasan-buruh-demo-besar-besaran-
tolak-kenaikan-harga-bbm Diakses 20 Mei 2016
55
permasalahan seperti ini. Misalnya membangun kilang minyak baru dan memulai
mencari energi alternatif.62
Gagalnya pemerintah dalam mengelola keuangan Negara dalam
mengoptimalkan potensi pajak. Pertama, Orang yang membayar pajak, baru 14%.
Dari 60 juta orang kenak pajak, baru 8,8 juta yang membayar, artinya yang belum
membayar pajak 52,2 juta orang. Kedua, dari 5 juta badan usaha yang terdaftar
sebagai wajib pajak, baru 520 ribu yang membayar. Artinya yang belum
membayar pajak 4,48 juta badan usaha wajib pajak.63
Di Dirjen Pajak malah tersangkut korupsi, apa lagi ada temuan BPK
tentang bantuan dana sosial yang bermasalah mencapai 31,66 triliun.64
Ini bukti
gagalnya pemerintah dalam mengelola kebijakan energi dan mengelola keuangan
Negara. Sebenarnya banyak cara untuk mengatasi defisit, salah satunya
optimalkan potensi pajak dan memperbaiki kebijakan pengelolaan enrgi
khususnya BBM.
d. BBM Bersubsidi Dikonsumsi Rakyat Menengah Kebawah.
Alasan pemerintah yang didukung oleh Partai Demokrat tentang subsidi BBM
yang tidak tepat sasaran dianggap salah oleh publik. Pemerintah menjelaskan
bahwa subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh orang mampu dan kaya padahal
menurut data yang didapat dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENA),
62
http://www.maklumat-independen.com/nasional/politik/1060-empat-alasan-
mahasiswa-tolak-kenaikan-bbm.html Diakses 20 Mei 2016 63
http://finance.detik.com/read/2013/06/17/131250/2275504/1034/ini-alasan-
serikat-buruh-tolak-harga-bbm-naik Diakses 20 Mei 2016 64
http://m.liputan6.com/bisnis/read/614590/5-alasan-buruh-demo-besar-besaran-
tolak-kenaikan-harga-bbm Diakses 20 Mei 2016
56
pengguna BBM bersubsidi terdiri dari 2% orang kaya, 6% kelompok menengah
keatas, 27% kelompok menengah dan 65% dinikmati oleh kelompok menengah
ke bawah.65
2. Alasan Partai Demokrat Mendukung
Di tengah-tengah penolakan publik terhadap kenaikan BBM 2013, Partai
Demokrat malah mendukung rencana pemerintah menaikkan BBM 2013. Namun,
dukungan terhadap kebijakan pemerintah oleh Partai Demokrat tidak serta-merta
mendukung, Partai Demokrat mempunyai alasan dalam mendukung kebijakan
yang akan diperjuangkan. Alasan Partai Demokrat mendukung kebijakan
kenaikan BBM atau mengurangi subsidi sebagai berikut.
a. APBN dan Fiskal Tidak Sehat dan Kurang Aman
Rasionalitas Partai Demokrat tidak jauh beda dengan pemerintah karena
memang posisi Partai Demokrat adalah partai pemerintah. Temuan pemerintah
yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bahwa Fiskal
dan APBN tidak sehat dan kurang aman, oleh karena itu perlu memperbaiki
defisit anggaran, kalau tidak diperbaiki maka akan terjadi defisit yang terlalu
besar bahkan bisa mencapai lebih 3%. Defisit yang melibihi 3% persen melanggar
Undang-undang dan ketahanan ekonomi Indonesia terganggu. jika Fiskal dan
APBN dibiarkan saja maka pembangunan untuk Infrastruktur juga sangat terbatas.
65
http://female.kompas.com/read/2011/03/08/13374993/PDI-
P.Pemerintah.Keliru.Soal.BBM.Bersubsidi 20 Mei 2016
57
Fiskal dan APBN kita tidak sehat dan kurang aman. Kalau kita tidak
perbaiki defisit anggaran, maka defisit anggaran akan terlalu besar, dan
melibihi 3% yang tentu itu melanggar UU. Dengan defisit yang besar,
selain melanggar UU kita, maka ketahanan ekonomi kita juga akan
terganggu, Selasa (30/4/2013.66
b. Subsidi BBM memberatkan APBN
Subsidi BBM yang sangat tinggi dinilai oleh pemerintah memberatkan
APBN. Sebelum pemerintah melakukan perubahan APBNP 2013 penerimaan
diperkirakan 1500 Triliun, belanja Negara direncanakan 1683 Triliun, defisit
APBN diperkirakan akan mencapai 153,2 Triliun 1,65% dari Pendapatan
Domistik Bruto (PDB), subsidi total 317,2 Triliun, subsidi BBM 193,8 Triliun.
Artinya lebih separuh dari total subsidi yang dipakai untuk subsidi BBM. defisit
1,65% dari PDB masih dinilai wajar.
Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan asumsi serta dinamika di
dalam dan di luar negeri. Dinamika yang terjadi di luar negeri adalah meroketnya
harga minyak dunia waktu itu, sedangkan dinamika yang terjadi di dalam negeri
adalah meningkatnya konsumsi terhadap BBM bersubsidi. sampai pada bulan
april 2013 jika tidak dilakukan perbaikan maka subsidi total akan mencapai 446,8
Triliun, dari total subsidi tersebut yang dipakai untuk subsidi BBM 297,7 Triliun.
66
Pidato Presiden RI Pada Pembukaan Musrenbangnas Tahun 2013
https://www.youtube.com/watch?v=UKPf77biNEE Diakses 18 Mei 2016.
58
sehingga defisit akan mencapai angka 353,6 Triliun setara dengan 3,8% dari PDB.
Selain melanggar UU, juga tidak sehat.67
c. Subsidi BBM Tidak Tepat Sasaran
Subsidi diprioritaskan kepada golongan miskin tapi data yang didapat oleh
pemerintah dan Fraksi Partai Demokrat menunjukkan bahwa subsidi BBM lebih
banyak dinikmati oleh orang mampu dan kaya, bahkan subsidi yang dinikmati
oleh rakyat yang tergolong miskin hanya 10%, 70% dinikmati orang mampu dan
kaya dan 20% sisanya dinikmati oleh penyelundup. “fakta membuktikan 70%
subsidi bbm ini tidak dinikmati oleh masyarakat miskin, artinya 10% dinikmati
oleh orang mampu, mungkin 20% sisanya dinikmati oleh penyelundup”
(17/6/2013).68
Subsidi BBM yang tidak tepat sasaran kalau dibiarkan akan tercipta
ketidakadilan pada rakyat, terutama pada rakyat miskin yang paling berhak
mendapatkan subsidi tersebut malah lebih banyak dinikmati oleh orang mampu
dan kaya. Banyaknya subsidi yang nikmati oleh orang mampu dan kaya tersebut
membuat pemerintah tidak bisa menanggulangi kemiskinan, pembangunan
infrastruktur.
BBM bersubsidi Indonesia banyak yang diselundupkan ke Negara
tetangga karena harga BBM di Indonesia sangat relative murah dibandingkan
67
Pidato Presiden RI Pada Pembukaan Musrenbangnas Tahun 2013
https://www.youtube.com/watch?v=UKPf77biNEE Diakses 18 Mei 2016. 68
Achsanul Qosasi – Rapat Paripurna Membahas APBN-P 2013 (17 Juni 2013)
https://www.youtube.com/watch?v=vn9baTL__PE Diakses 17 Mei 2016.
59
dengan Negara tetangga, sebut saja Singapura yang harganya mencapai 15.
695/L, sementara di Malaysia sekitar 5.750/L. Belum lagi mobil dengan pelat
Timor Leste yang setiap hari keluar masuk NTT dan mengkonsumsi BBM
bersubsidi dengan bebas. Hal seperti itu dianggap sangat merugikan Negara ini.
Tidak ikut membayar pajak tapi subsidi dinikmati.
Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menegaskan bahwa
dengan rasionalisasi kebijakan pemerintah dalam kebijakan keaikan BBM 2013,
seperti subsidi BBM hanya dinikmati oleh sebagian orang saja maka Fraksi Partai
Demokrat akan mendukung kebijakan kenaikan BBM yang diusulkan oleh
pemerintah. “menurut kami apa yang diusulkan pemerintah tersebut sudah tepat.
Mengingat selama ini subsidi BBM hanya dinikmati oleh sebagian orang saja.
Oleh karena itu kami mendukung pemerintah”.69
Jadi dari alasan-alasan yang disampaikan oleh pemerintah yang didukung
oleh Partai Demokrat akan menuai banyak manfaat, diantaranya adalah pertama,
fiskal dan APBN akan lebih sehat. Kedua, ekonomi menjadi lebih aman ditengah
resesi perekonomian dunia. Ketiga, ketahanan ekonomi tetap terjaga. Keempat,
lebih banyak biaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti membangun
infrastruktur dan subsidi akan lebih adil.
69
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2013/06/17/pro-kontra-kenaikan-
harga-bbm-di-senayan Diakses 19 April 2016.
60
B. Proses Artikulasi Kepentingan Dalam Partai Demokrat
Dalam sebuah organisasi, pengartikulasian kepentingan harus dikaji secara
matang dan penuh dengan kehati-hatian karena akan berdampak pada stabilitas
politik. Mengartikulasikan kepentingan bukan perkara yang mudah, banyak yang
harus dipertimbangkan, pertimbangan yang meliputi dampak terhadap masa kini
dan masa yang akan datang. Juga dilihat dari segi manfaat dan mudharatnya kalau
suatu kebijakan lebih banyak modharotnya maka kebijakan tersebut tidak perlu
didukung atau disahkan dan sebaliknya, jika manfaat dari sebuah kebijakan dilihat
lebih banyak maka merupakan kewajiban mendukung terhadap kebijakan
tersebut.
Mengartikulasikan kepentingan menjadi tugas yang berat bagi semua
partai politik, tidak terkecuali Partai Demokrat. Pengambilan keputusan dalam
pengartikulasian kepentingan tidak selalu sama juga tidak selalu berbeda antar
partai, artinya ada partai yang melakukan mekanisme yang sama dalam
mengartikulasikan kepentingan dan ada pula yang berbeda satu sama lain. Berikut
akan menjelaskan tentang mekanisme pengartikulasian kepantingan di dalam
Partai Demokrat.
Pengartikulasian kepentingan dalam menentukan pro atau kontra, setuju
atau tidak dan mendukung atau menolaknya suatu kebijakan, Partai Demokrat
melalui berbagai mekanisme, pertama melakukan penyerapan kepentingan dari
publik (Interest Agregation), kedua melakukan kajian akademis, dan yang ketiga
mengartikulasikan kepentingan (Interest Articulation).
61
Agregasi dilakukan oleh Dewan Pengurus Cabang Partai Demokrat (DPC
PD) terkait kebijakan yang akan disikapi oleh partai, kemudian dilaporkan hasil
penyerapannya kepada Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat (DPP PD). Selain
mendapatkan informasi dari DPC, anggota Parlemen dari Fraksi Partai Demokrat
juga melakukan penyerapan, penyerapan tersebut dilakukan ketika reses dan
anggota turun kedapail.
...kita biasanya melakukan dengan tiga hal: pertama, data Badan Pusat
Statistik (BPS), kedua data dari DPC, artinya suara DPC lah, entah DPC
dapat suara dari mana kita gak tau lah, apa pertimbangan DPC. ketiga
adalah suara di parlemen. Parlemen ini penting karena 148 anggota saat itu
melakukan reses, nah di reses itu lah mereka mendengar.70
Kajian Akademis juga menjadi salah satu indikator Partai Demokrat dalam
Mengartikulasikan Kepentingan. Kajian Akademis ini dilakukan oleh tenaga ahli
fraksi Partai Demokrat dengan mengumpulkan data kemudian mengkajinya.
Mempertimbangkan dampak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Misalnya dalam kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM),
dampak terhadap APBN dengan melihat tren kenaikan BBM dari tahun-tahun
sebelumnya, tren kenaikan subsudinya sebesar apa dan tingkat pemakaian BBM
tiga tahun terahir bagaimana.
…. kajian akademisnya di tenaga ahli fraksi, tenaga ahli fraksilah yang
mengumpulkan data2, misalnya tren kenaikan BBM dari tahun 2010
sampai 2012 itu seperti apa?, yang kedua tren kenaikan subsidinya sebesar
70
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
62
apa?, implikasinya terhadap APBN seperti apa? Kebutuhan BBM tiga
tahun terahir menaiknya seberapa besar,71
Artikulasi Kepentingan (Interest Articulation), pengartikulasian
kepentingan dilakukan setelah proses penyerapan aspirasi dan kajian akademis
dilakukan. Pengartikulasian kepentingan ini diputuskan di rapat pleno terbatas
yang diikuti sekirar 18 orang diantaranya pengurus harian dan orang-orang yang
terkait dengan kebijakan yang akan disikapi, seperti juru bicara (jubir), jubir
kemudian melakukan presentasi hasil kompilasi dari data yang didapat dari
sejumlah unsure.
Jubir ini mengkompilasi dari unsur kajian akademis dan komisi terkait,
misalnya kalau berkenaan dengan alutsista komisi I, kalau pencabutan subsidi
komisi XI. Pleno terbatas tersebut membahas dari data yang didapat dengan
mempertimbangkan pertama, pengaruh terhadap masyarakat apa. Kedua,
pengaruh terhadap APBN apa. Ketiga, pengaruh terhadap Negara apa, setelah itu
baru diputuskan sikap terhadap kebijakan tersebut.
kepentingan penarikan subsidi waktu itu. Komisi XI yang melakukan itu,
jadi saya melakukan presentasi dari sejumlah unsur plus data akademis
plus data-data yang masuk kemisi XI dari pemerintah, trus nanti itu
dikompilasi kemudian diputuskan, pengaruhnya terhadap masyarakat apa?
Pengaruhnya terhadap APBN apa? Pengaruhnya terhadap Negara seperti
apa? Nah itu nanti diputuskan, biasanya komisi terkait, kalau itu alutsista
itu komisi I yang memberi keterangan, presentasilah di depan Pleno baru
diputuskan.72
71
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016. 72
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
63
Ketika Partai Demokrat menjadi partai pemerintah, maka kebijakan
apapun yang akan pemerintah ajukan harus didukung oleh Partai Demokrat,
karena seorang presiden mempunyai instrument yang lengkap. Kalau
dibandingkan dengan instrument yang dimiliki oleh parati politik jauh lebih
banyak punya presiden. Presiden mempunyai instrument dari sisi pertahanan,
tentara, kepolisian, kementrian, lenbaga-lemabaga Negara, dan jejaring hirarki
kekuasaan di bawahnya seperti gubernur, bupati/wali kota sampai pada level
paling bawah lurah/kades. Artinya dalam Partai Politik sosok SBY sebagai
presiden harus didengarkan dan diikuti segala apa yang dianggap oleh presiden
baik.73
Setelah partai menjadi penguasa maka akan ada satu sosok yang dianggap
sumber kebenaran.
Pengartikulasian kepentingan Partai Demokrat bila dianalisi memakai
fungsi partai politik, sudah lengkap. Misalnya fungsi partai politik yang
dipaparkan Budiardjo sangat jelas. Sebelum melakukan pengartikulasian
kepentingan partai politik melakukan penggabungan kepentingan (Interest
Agregation) dari berbagai pendapat dan aspirasi, guna mendapatkan bahan untuk
dijadikan pertimbangan dalam pengartikulasian kepentingan. Partai Demokrat
melakukan hal itu dengan cara yang sudah disinggung diatas, melalui Dewan
Pengurus Cabang (DPC) dan penyerapan langsung oleh anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dengan turun ke dapil saat reses.
73
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
64
Namun hasil serapan dari publik tidak menjadi pertimbangan satu-satunya
dalam mengartikulasikan kepentingan. Partai Demokrat dalam mengartikulasikan
kepentingan juga mempertimbangkan hasil dari kajian akademis yang dilakukan
oleh staf ahli fraksi, dengan cara mengelola data-data yang didapat dari berbagai
unsur, seperti Badan Pusat Statistik (BPS).
Mekanisme pengartikulasian kepentingan Partai Demokrat antara
mendukung dan menolak atau pro dan kontra terhadap seuatu kebijakan yang
akan disikapi dengan cara melakukan rapat pleno terbatas yang hanya diikuti oleh
segelintir orang menunjukan bahwa Partai Demokrat kecenderungannya sebagai
partai yang oligarki dalam istilah Robert Michels. Karena kalau dilihat dari
perhatian Partai Demokrat lebih kepada segelintir elit saja dari pada keseluruhan
anggota.
C. Partai Demokrat Dalam Melaksanakan Fungsinya
Ada beberapa fungsi partai politik yang bisa dipakai untuk menganalisis
Partai Demokrat dalam mengartikulasikan kepentingan kebijakan kenaikan BBM
2013. Di antaranya adalah partai sebagai sarana komunikasi politik dan sarana
partisipasi politik. Berikut ini akan jelaskan tentang Partai Demokrat dalam
mengartikulasikan kepentingan BBM 2013 yang berkaitan dengan fungsi yang
disebut di atas.
65
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Fungsi sebagai sarana komunikasi politik merupakan inti pokok dari partai
politik. Dengan fungsi ini partai politik disebut sebagai pilar demokrasi posisinya
mirip dengan pers, sama-sama menjadi penghubung atau jembatan, perbedaannya
adalah pers tidak ikut serta dalam menentukan kebijakan tapi kalau partai politik
ikut dalam memutus suatu kebijakan melalui fraksi yang ada di parlemen.
Pada saat kebijakan kenaikan BBM ini muncul yakni tahun 2013, anggota
DPR RI semuanya berasal dari partai politik (tidak ada yang indipenden) oleh
karena itu hanya partai politiklah yang bisa menjadi jembatan atau penghubung
antara rakyat di satu sisi dan pemerintah di sisi yang lain.
Partai politik sebagai sarana komunikasi telah dijelaskan panjang di bab 2,
namun di sini akan mengulas sedikit tentang partai politik sebagai saran
komunikasi. Partai politik dalam hal ini posisinya sebagai pelantara (broker)
dalam suatu bursa ide-ide (cleaning house of ideas).74
Fungsi ini untuk mendapatkan keputusan yang akan diperjuangkan, karena
dalam sarana komunikasi politik, partai politik harus melakukan beberapa hal,
yakni, melakukan penggabungan kepentingan dari rakyat (agregation), kalau
dalam bahsa Ramlan Surbakti “pemadu kepentingan” dalam masyarakat banyak
sekali kepentingan-kepentingan yang beragam bahkan ada yang bertentangan satu
sama lain, seperti yang dicontohkan Surbakti:
74
Miriam Budiardjo, Dasar–Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009), h.
66
“antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan
kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi
bermutu; antara kehendak untuk mencapai dan mempertahankan
pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi dengan jumlah penerimaan
mahasiswa yang lebih sedikit dan kehendak masyarakat menyekolahkan
anaknya ke perguruan tinggi.”75
Begitu juga perbedaan yang berkenaan dengan kebijakan kenaikan BBM
2013 tidak semua masyarakat menolak terhadap kebijakan tersebut, di sinilah
partai politik harus melaksanakan fungsinya, agar perbedaan dalam masyarakat
tidak menimbulkan kekacauan akibat dari perbedaan tersebut.
Partai Demokrat dalam kebijakan kenaikan BBM 2013 sudah melakukan
hal-hal tersebut. Pertama, Partai Demokrat melakukan penggabungan kepentingan
dengan cara mendapatkan informasi dari DPC PD dan anggota DPR RI Fraksi
Partai Demokrat melakukan penyerapan aspirasi saat lagi reses para anggota turun
ke dapil.76
Kedua, Partai Demokrat juga melakukan apa yang disebut
pengartikulasian kepentingan (interest articulation). Pengartikulasian kepentingan
ini dilakukan setelah melakuakan penggabungan kepentingan (interest
agregation). Pengartikulasian kepentingan dalam Partai Demokrat dilakukan
dalam rapat pleno terbatas yang hanya dihadiri oleh 18 orang.77
75
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia 1992), h. 119 76
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016. 77
Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
67
Seperti yang dijelaskan di atas tentang mekanisme pengartikulasian
kepentingan dalam Partai Demokrat. Jika Partai Demokrat posisinya sebagai
partai pemerintah maka partai harus mendukung setiap kebijakan yang akan
diambil oleh pemerintah dengan alasan seorang presiden lebih banyak mempunyai
instrumen dari pada partai, jadi apapun yang akan presiden putuskan akan
didukung oleh partai. Dalam kasus Kebijakan kenaikan BBM 2013, Partai
Demokrat adalah partai pemerintah karena yang menjadi presiden dari kader
Partai Demokrat. Jadi hasil dari mengartiklasikan kepentingan kebijakan kenaikan
BBM 2013 Partai Demokrat otamatis mendukung atas kebijakan yang diambil
oleh pemerintah.
Partai Politik sebagai sarana komunikasi tidak hanya memposisikan
sebagai penyampai pesan dari bawah ke atas (dari rakyat ke pemerintah), tapi
berposisi sebagai penghubung dua arah dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.
Komunikasi dari bawah ke atas adalah bentuknya partisipasi rakyat atas apa yang
diinginkan seperti yang diuraikan di atas.
Komunikasi dari atas ke bawah bentuknya sosialisasi, misalnya
pemerintah mengesahkan kebijak A maka partai politik sebagai sarana
komunikasi politik harus menyampaikan kepada rakyat rasionalitas kebijikan A
tersebut diambil. Rasionalitas tersebut harus disampaikan guna untuk menghindari
kesalah pahaman dari rakyat yang bisa berakibat kegaduhan.
Partai Demokrat dalam dalam hal ini sudah mensosialisasikan kebijakan
kenaikan BBM 2013 dengan melalui media televisi dan media informasi serta
68
diskusi-diskusi yang dilakukan terkait tentang kebijakan kenaikkan BBM 2013.
Meskipun Partai Demokrat sudah melakukan sosialisasi kebijakan kenaikan BBM
namun kegaduhan yang sangat luar biasa masih terjadi.
Kegaduhan yang terjadi karena rasionalitas kenaikan BBM yang akan
pemerintah sahkan tidak bisa dipahami oleh masyarakat. Karena dalam hal ini
partai tidak bisa hanya semerta-merta menyampaikan begitu saja, harus juga
dirumuskan bagaimana caranya rakyat memahami apa yang disampaikan dengan
memakai bahasa rakyat.78
Ini menunjukkan kegagalan Partai Demokrat sebagai
sarana komunikasi dari atas ke bawah.
Sangat sederhana untuk menentukan kegagalan dan keberhasilan partai
politik dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana komunikasi politik. Fungsi
sebagai sarana komunikasi politik ada untuk menghindari kesalahpahaman yang
mengakibatkan kegaduhan. Ketika masih ada kegaduhan akibat dari
kesalahpahaman atau ketidak mengertian maka itu ada miskomunikasi yang
menunjukkan kurang maksimal partai politik dalam melaksanakan fungsi sebagai
sara komunikasi politik.
Begitupun kegaduhan yang terjadi dalam kebijakan kenaikan BBM 2013
akibat dari tidak sampainya atau tidak mengertinya publik terhadap alasan
pemerintah manaikan harga BBM. Partai Demokrat sebagai partai pemerintah
seharusnya bisa melaksanakan fungsinya sebagai sarana komunikasi politik
78
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia 1992), h. 120
69
dengan maksimal untuk menghindari kesalah pahaman publik atas kebijakan
kenaikan BBM yang akan disahkan.
2. Sebagai Pengendali Konflik
Nagara yang menganut sistem demokrasi bisa dipastikan adanya
perbedaan pendapat, karena banyaknya pendapat dapat menunjukkan kualitas
demokrasi dalam suatu negara, semakin banyak pendapat maka semakin banyak
pula yang ikut serta atau terlibat dalam proses perpolitikan, ketika banyak yang
terlibat dalam perpolitikan maka itu menunjukkan demokratisasi di negara
tersebut meningkat. Namun tidak jarang perbedaan pendapat berujung pada
konflik yang berkelanjutan. Konflik yang dimaksud yakni cakupannya cukup luas,
baik konflik yang berbentuk atau berujung pada benturan fisik, perdebatan
mengenai pendapat seseorang maupun masyarakat dan sebagainya. Dalam hal ini
partai politik sangat dibutuhkan sebagai peredam konflik, baik itu konflik yang
terjadi antara kelompok masyarakat ataupun konflik antar partai politik.
Kegaduhan dalam penolakan kebijakan kenaikan BBM yang masif tidak
bisa hanya dilihat sebagai ekpresi kesadaran yang timbul dari publik sendiri,
karena dalam kebijakan kenaikan BBM juga tidak bisa dielakkan adanya unsur
politis yang dimainkan oleh semua partai politik. Kenaikan harga BBM yang
selalu diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti beras, gula, minyak
goreng, transportasi dan sebagainya menjadi beban terhadap ekonomi rakyat. Hal
tersebut membuat resiko terhadap semua partai politik, maka partai-partai selalu
berhati-hati dalam menyikapi kebijakan kenaikan BBM. Ketika partai politik
70
mendukung kebijakan kenaikan BBM, konsekuensinya partai tersebut tidak akan
popular. Seperti yang dijelaskan oleh Djayadi Hanan dalam bukunya yang
berjudul Menakar Presidensialisme Multipartai:
Kenaikan harga BBM akan selalu diikuti oleh kenaikan harga bahan
kebutuhan pokok, seperti beras, minyak sayur, harga trassportasi, gula, dan
sebagainya. Dengan kata lain, beban ekonomi pada masyarakat luas
berpotensi menciptakan resiko politik kepada partai-partai: menjadi tidak
popular jika mereka mendukung kebijakan tersebut. 79
Kebijakan kenaikan BBM ini sering dijadikan momen oleh partai politik
untuk menarik simpati dari masyarakat, guna menjadikan partai tersebut popular
di masyarakat. Biasanya banyak dimanfaatkan oleh partai oposisi, bahkan kadang
partai yang bergabung dengan pemerintahanpun juga mengambil momen ini
dengan menolak kebijakan yang mendapatkan penolakan masif dari publik.
Dalam kebijakan kenaikan BBM 2013 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) sebagai oposisi sangat gencar menyerukan penolakan terhadap kebijakan
tersebut dengan menggelar aksi demonstrasi.80
Penolakan masif sangat mungkin
digerakkan oleh partai oposisi.
Untuk meredam kegaduhan dalam penolakan kebijakan kenaikan BBM
2013 sangat efektif apabila semua partai baik yang bergabung dengan pemerintah
maupun yang menjadi partai oposisi menyelasaikan konflik yang terjadi antar
partai dengan dengan cara berunding untuk kompromi. Partai Demokrat dalam
79
Djayadi Hanan, Menakar Presidensialisme Multipartai Di Indonesia: Upaya
Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis Dalam Konteks Indonesia,
(Bandung, Al-Mizan: 2014) h. 337 80 http://news.detik.com/berita/2277476/kalah-di-parlemen-pdip-gelar-aksi-tolak-
kenaikan-harga-bbm-hari-ini Diakses Pada 12 Juni 2016.
71
kebijakan kenaikan BBM 2013 dinilai mampu merendam konflik karena
mayoritas anggota legislatif mendukung kebijakan tersebut. Meskipun ada partai
yang bergabung dengan pemerintah menolak.
Keberhasilan Partai Demokrat sebagai pengendali konflik juga bisa dilihat
dari perbandingan gejolak di parlemen dalam kenaikan BBM 2005 dan kenaikan
BBM 2013. Dalam kebijakan kenaikan BBM 2005 terjadi konflik antara
pemerintah dan DPR dari yang bentuknya perdebatan sengit sampai pada benturan
fisik yang terjadi pada saat pemerintah mengadakan rapat dengan DPR untuk
menjelaskan kebijakan tersebut. Beberapa anggota DPR saling pukul satu sama
lain.81
Sedangkan pada kebijakan kenaikan BBM 2013 ada perdebetan tapi tidak
sampai terjadi benteruran fisik. Ini bagian dari keberhasilan Partai demokrat
mengendalikan konflik di dalam parlemen.
Namun Partai Demokrat belum maksimal mengendalikan konflik diluar
parlemen. Banyak sekali yang melakukan aksi demonstran dengan cara yang
ilegal, penuh kekerasan dan perusakan. Ini menunjukkan belum maksimalnya
Partai Demokrat sebagai partai pemerintah dalam melaksanakan fungsinya
sebagai pengendali konflik di luar parlemen. Maskipun penolakan dari publik
dinilai sebagai kebutuhan partai oposisi oleh Partai Demokrat.82
81
Djayadi Hanan, Menakar Presidensialisme Multipartai Di Indonesia: Upaya
Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis Dalam Konteks Indonesia, h. 338. 82 Wawncara Dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil temuan penelitian tentang artikulasi kepentingan Partai Demokrat
dalam kebijakan kenaikan BBM 2013 menunjukkan bahwa Partai Demokrat
sudah melakukan fungsinya sebagai partai politik. Namun, belum bisa melakukan
fungsinya dengan maksimal. Terutama fungsi yang berkaitan dengan sarana
komunikasi politik dalam mengartikulasikan kepentingan.
Partai Demokrat dianggap belum maksimal dalam melaksanakan fungsinya
sebagai sarana komunikasi politik karena hasil dari pengartikulasian kepentingan
yang dilakukan Partai Demokrat tidak selaras dengan kepentingan yang
disuarakan oleh publik.
Dalam pengendalian konflik di dalam parlemen, Partai Demokrat sebagai
partai pemerintah dapat dikatakan sukses ketika dibandingkan dengan kebijakan
kenaikan BBM 2005 yang diwarnai oleh adu fisik anggota DPR dalam rapat
dengan pemerintah. Kebijakan kenaikan BBM 2013 tidak sampai terjadi adu fisik
di dalam parlemen.
Namun dalam pengendalian konflik di luar parlemen, Partai Demokrat
belum maksimal dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengendali konflik, hal
itu bisa dibuktikan dengan adanya aksi demonstrasi di berbagai daerah dan aksi
demonstrasinya menunjukkan kemarahan yang besar.
Partisipasi nonkonvensional yang dilakukan oleh para demonstran tidak
murni lahir dari kesadaran individu-individu, para demonstran bergerak karena
73
digerakkan oleh kepentingan partai oposisi. Hal tersebut yang membuat Partai
Demokrat sebagai pemerintah kesulitan untuk mengendalikan konflik yang terjadi
dalam menyikapi kebijkan kenaikan BBM 2013.
B. Saran
Ada beberapa saran yang penulis akan sampaikan sebagai akhir dari skripsi
yang diuraikan ini:
1. Partai Demokrat dalam merumuskan kepentingan harus lebih
memperhatikan kepentingan yang diaspirasikan oleh rakyat, guna untuk
memperbaiki citra partai dan proses demokrasi.
2. Dalam melakukan sosialisasi kebijakan, Partai Demokrat harus lebih
holistik karena sosialisasi yang menyeluruh dan terus menerus dapat
menghindari kesalahpahaman publik terhadap kebijakan yang akan
diambil oleh pemerintah sehingga dapat meredam atau mengendalikan
konflik.
3. Partai Demokrat harus lebih maksimal dalam mererdam konflik yang
terjadi di luar parlemen. Melakukan pendekatan persuasif kepada
kelompok yang melakukan aksi demonstrasi menjelaskan maksud dan
tujuan tentang kebijakn ini harus diambil. Serta melakukan peredaman
konflik secara holisti.
4. Penelitian ini dapat dikaji ulang dan dapat dilanjutkan oleh penelitian
berikutnya dari berbagai sudut pandang untuk memperluas khazanah
keilmuan terkait dengan perilaku partai politik. Sehingga menghasilkan
kesimpulan yang lebih matang.
74
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alam, Syamsir, dan Jaenal Aripin Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006
Amal, Ichlasul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1996.
Budiardjo, Mariam. Dasar–Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana, 2012.
DPP PD. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumh Tangga. Denpasar: Partai
Demokrat 2013.
Efriza. Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta, 2012.
Faizal, Akbar. Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Fariha, Ipah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
UIN Press, 2006.
Firmanzah. Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).
Hadani, Nawawi.Metode penelitian Bidang social. Yogyakata: Gajah Mada,
1995.
75
Hanan, Djayadi. Menakar Presidensialisme Multipartai Di Indonesia: Upaya
Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis Dalam Konteks
Indonesia. Bandung: Al-Mizan, 2014.
Horrizon, Lisa. Metodologi Penelitian-penelitian. Jakarta: Kencana,2007.
Imam, Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdaakarya,
2002.
Rahayu, Iin Tri, dan Tristiadi Ardi Adhani. Observasi & Wawancara. Malang:
Banyumedia, 2004.
Sugiono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2011.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992.
INTERNET
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/06/23/161900/LSI-
7921-Persen-Publik-Tak-Setuju-BBM-Naik Diakses Pada 16 November
2015.
http://regional.kompas.com/read/2013/06/17/12543447/Demo.BBM..Mahasiswa.
Makassar.Tutup.Jalan.Tol Diakses Pada 19 November 2015
http://news.detik.com/berita/2275752/demo-tolak-kenaikan-bbm-di-ternate-
berakhir-rusuh-wartawan-terkena-tembakan Diakses 19 November 2015
76
http://news.okezone.com/read/2013/06/21/501/825596/demo-tolak-kenaikan-
bbm-lumpuhkan-kawasan-industri Diakses Pada 19 November 2015
http://m.news.viva.co.id/news/read/420719-6-fraksi-di-dpr-dukung-kenaikan-
harga-bbm--3-tolak Diakses Pada 23 November 2015
http://www.demokrat.or.id/sejarah/ Diakses 30 Maret 2016
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf Diakses 26 April 2016
http://news.metrotvnews.com/read/2014/05/14/241830/ini-daftar-perolehan-kursi-
dpr-ri-tiap-parpol Diakses 29 April 2016
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2003_23.pdf Diakses 29 April
2016
http://nasional.sindonews.com/read/707064/profil-partai-demokrat-1358159314
Diakses 1 April 2016.
http://news.detik.com/berita/2277476/kalah-di-parlemen-pdip-gelar-aksi-tolak-kenaikan-
harga-bbm-hari-ini Diakses pada 12 Juni 2016.
Wawancara
Wawancara dengan Achsanul Qosasi di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Pada Tanggal 11 Mei 2016.
Transkrip hasil wawancara dengan Achanul Qosasi
Pengus Pusat Partai Demokrat dan anggota DPR RI Fraksi Demokrat (2009-2014)
Bertemapat di Kantor Bandan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
Jakarta, 11 Mei 2016
Selamat siang pak Achsanul, saya Abd. Rosiqin mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ingin mewawancarai bapak untuk menyelasaikan tugas akhir
studi saya (skrpsi). Kripsi saya mengambil Partai Demokrat sebagai objek penelitian,
berharap bapak bisa memberikan informasi terkait tema yang saya ambil ini.
T :Siapa yang berhak mengartikulasikan di partai demokrat, terkait kebijakan
yang akan didukung mau yang akan ditolak?
J :Jadi kalau di Demokrat itu waktu pada saat kita mendukung atau menolak
kebijakan pemerintah itu melalui rapat pleno DPP, namanya rapat pleno
terbatas, rapat Pleno terbatas itu dihadiri sekitar 18 orang. Karena kalau rapat
pleno yang luas eeee,,, rapat pleno saja, tidak ada kata luasnya itu hampir 120
orang. Jadi 18 itu lah yang mengmbil keputusan. Waktu itu kan pak SBY
belum menjadi ketua umum, waktu itu ketua mumnnya masih dipegang oleh
Syarif Hasan, pengurus harian. Jadi itu yang megang pleno terbatas. Tapi
karena partai demokrat partai pemerintah maka otomatis mendukung semua.
T :Kalau mekanisme pengartikulasiannya bagaimana?
J :Jadi karena itu banyak dinamika yang ada di DPR, maka biasanya komisi
terkait melakukan presentasi, misalnya untuk kepentingan APBN atau
kepentingan Raskin, kepentingan penarikan subsidi waktu itu. Komisi XI
yang melakukan itu, jadi saya melakukan presentasi dari sejumlah unsur plus
data akademis plus data-data yang masuk kemisi XI dari pemerintah, terus
nanti itu dikompilasi kemudian diputuskan, pengaruhnya terhadap masyarakat
apa? Pengaruhnya terhadap APBN apa? Pengaruhnya terhadap Negara seperti
apa? Nah itu nanti diputuskan, biasanya komisi terkait, kalau itu alutsista itu
komisi I yang memberi keterangan, presentasilah di depan Pleno baru
diputuskan.
T :Apakah partai juga melalukan penyerapan aspirasi dari rakyat?
J :Diserahkan kepada kadernya, kalau saya waktu itu karena dinamikanya
adanya di perlemen, jadi kondisi diparlemen, ada penyerapan kalau tingkat
sosialnya tinggi, misalnya pemberian BLT, biasanya kita pakai data tiga hal:
data BPS yang kedua data dari DPC, artinya suara DPC lah, entah DPC dapat
suara dari mana kita gak tau lah, apa pertimbangan DPC. Yang ketiga adalah
suara dari parlemen, seperti apa di parlemen dinamikanya, nanti ini
dikombinasi, baru.
T :Kalau terkait dengan Kebijakan kenaikan BBM apakah dalam
mengartikulaskannya juga hasil serapan aspirasi dari rakyat?
J :Karena saya jubirnya kamu bisa lihat di Youtube nanti “Achsanul Qosasi
APBN BBM 2013” nah disitu sudah ada data2, jadi saya sampaikan itu masih
ada di youtube.
T :Apakah Partai melakukan sosialisasi terkait kebijakan yang didukung?
J :Ohh ia,,, tapi sosialisasi itu pasca disahkan, kenapa partai demokrat
mengambil keputusan itu? Karena kalau melakukan penjelasasn sebelum
disahkan waktunya tidak cukup, sehingga lebih mengarah pada internal saja
kadernya. Kader ya itu tadi pertama dari suara rakyat, kedua suara DPC, dan
yang ketiga suara di parlemen. Parlemen ini penting karena 148 anggota Saat
itu melakukan reses, nah di reses itu lah mereka mendengar.
T :Turun Ke dapil?
J :Iya, entah ia turun bener atau enggak kan itu urusan mereka, tapi minimal
suara dari tiga tempat ini, pertama suara DPC, suara dari Rakyat dengan cara
dari BPS, data2nya seperti apa, yang ketiga suara dari anggota DPR itu
sendiri. Dianggap mewakili rakyat.
T :Apakah juga melalukan kajian akademis juga?
J :Kajian akademisnya di tenaga ahli fraksi, tenaga ahli fraksilah yang
mengumpulkan data2, misalnya tren kenaikan BBM dari tahun 2010 sampai
2012 itu seperti apa?, yang kedua tren kenaikan subsidinya sebesar apa?,
Emplekasinya terhadap APBN seperti apa? Kebutuhan BBM 3 tahun terahir
menaiknya seberapa besar?
T :Kenapa masih ada kegaduhan di masyarakat kalau sudah melakukan
sosialisasi?
J :Rata-rata waktu itu menerima, yang tidak menerima itu karena kebutuhan
partai dari oposisi, itu kan biasa, kalau dari sisi beban subsidi yang waktu itu
hampir sampai 300 triliun, rakyat tau bahwa ini sudah tidak sehat. Karena
seper empat dari APBN kita itu sudah diberikan untuk subsidi, itu kan enggak
sihat. Yang kedua, rakyat pada dasarnya itu juga menyadari hal ini, dimana
sebaiknya subsidi itu harus diarahkan kepada yang lebih efektif, apa misalnya
pembangunan infrastruktur, itu mungkin yang lebih efektif, yang ke tiga
dibandingkan dengan penerimaan kita, penerimaan kita cenderung yang pada
saat waktu itu stagnan tingkat kenaikan pajak pada saat itu tidak begitu besar,
berartikan peningkatan ekonomi ini melambat, kalau melambat berarti rakyat
tidak punya duit, kalau rakyat tidak punya duit maka harus ada sesuatu yang
dibuat oleh pemerintah agar rakyat pegang duit, maka diberikanlah BLT tadi,
T :Apakah ada pengaruh sosok karismatik SBY terhadap pengambilan
keputusan dalam pengartikulasian kepentingan?
J :Ada, jadi dia punya hak peto (keceplosan), bukan hak peto ya... tapikan dia
harus didengar sebagai presiden, tetap didengar suaranya karena
bagaimanapun Demokrat sangat bergantung pada figure sosok SBY, dan
rakyat waktu itu masih mempercayai SBY lebih dari 60 %, jadi ya wajar saja
kalau kita dengar beliau.
T :Kalau SBY menginginkan keputusan ini A maka DPP harus A gitu?
J :Iya…. Namanya partai harus begitu, itu yang paling tau kan presiden.
Seandai waktu itu pak SBY bukan presiden mungkin ada tantangan, tapi
karena pak SBY presiden, maka ia yang paling tau. Iya kan.. pertama ia
mempunyai instrumen, pertama instrumen dari sisi pertahanan ia punya,
tentara ia bisa maintain pendapat sampai ke pelosok dimintai pendapat, dia
punya kepolisian, dia punya jejaring pemerintahan sampai lurah, artinya
informasi yang didapat pengurus partai itu jauh lebih sedikit dari pada
informasi yang diberi oleh SBY, yak arena itu tadi ia punya infrastruktur, dia
punya kewenangan, dia punya jaringan, yang begitu komplit, baik yang dari
sisi sosial, politik, dari sisi hukum, tau semua dia, kalau sby bukan presiden
pasti ada tantangan.
Transkrip Keterangan Achsanul Qosasi dalam Rapat Paripurna
Membahas APBN-P 2013
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=vn9baTL__PE Pada Tanggal 17
Mei 2016
Data ini diambil sesuai rekomendasi dari Achasanu Qosasi sebagai
informen dalam penelitian ini.
Bismillahirrohmanirrahim
Assalumualaikum warahmatullahi wa barkatuh
Mandat pengurangan subsidi ini sudah disetujui dalam APBN 2013, mandat dari DPR
kepada pemerintah, dalam perjalanan ada perubahan asumsi-asumsi, yang
menyebabkan pemerintah harus melakukan perubahan. Sebenarnya kita tidak diperlu
lagi larut dalam kenaikan BBM atau pengurangn subsidi karena ini sudah disetujui
dalam APBN 2013.
Tapi bagaimanapun pemerintah menghormati rakyat, menghormati parlemen untuk
lebih detel lagi membicarakan pengurangan subsidi berikut konvensasi-konvensasi
fiscal yang harus diberikan kepada rakyat kecil. Kedua, pemerintah sudah berkali-kali
menyampaikan kepada kita baik dari komisi I sampai komisi XI bahwa pengurangan
subsidi kali ini adalah semata-mata penyehatan fiscal, hanya peningkatan penerimaan.
Ada tiga hal yang menurut kami (Fraksi Partai Demokrat) yang menjadi penting
diperhatikan untuk penyihatan fiscal ini. Pertama adalah penghematan, pemerintah
sudah melakukan penghematan APBN yang sudah disampaikan oleh ketua banggar
tadi, bahwa penghematan 13 triliun sudah dilakukan oleh kementrian dan lembaga,
ini patut diapresiasi,
Kedua, peningkatan penerimaan sejak tahun 2010 sampai 2013 sekarang terbesar
penerimaan itu adalah di tahun 2013 data menyampaikan kepada kita bahwa 2010
penerimaan kita 100 triliun, meningkat. 2011 penerimaan kita meningkat 200 triliun,
2012 meningkat 2040 triliun, dan sekarang pemerintah berusaha dengan sengat
tinggi, mengajukan penerimaan kita menjadi 300 triliun, artinya seluruh upaya
meningkatkan itu sudah dilakukan oleh pemerintah, ini juga merupakan fakta dan
wajib diapresiasi.
Yang ketiga ialah mengenai pengurangn subsidi, dalam postur APBN dua hal yang
bisa dilakukan dalam postur APBN adalah penghematan dan pengurangn subsidi
yang lain tidak bisa kita lakukan karena ada penurunan gaji dan juga mengecilkan
nilai-nilai pembangunan, sehingga kalau penghematan sudah dilakukan, berarti
pengurangan subsidi akan dilakukan, impeknya adalah kenaikan bahan bakar minyak,
fakta membuktikan 70% subsidi bbm ini tidak dinikmati oleh masyarakat miskin,
artinya 10% dinikmati oleh orang mampu, mungkin 20% sisanya dinikmati oleh
penyelundup,
sehingga apabila ada yang menolak terhadap kenaiakan BBM ini secara nyata
mendukung penyelundup. Mendukng orang2 yang mampu dan tidak mendukung
rakyat kecil. Terakhir pimpinan. Semua presiden tidak ingin menyengsarakan
rakyatnya, sebelum presiden SBY juga dilakukan kenaikan BBM. tidak ada satu
presiden pun yang ingin menyengsarakan rakyatnya, kalau ada alternative untuk tidak
menaikan BBM mestinya dilakukan waktu berkuasa dulu.
Wassalam.
Pengurus Partai Demokrat Preode 2013-2015
Majlis Tinggi:
Ketua Umum : Susilo Bmbang Yudhoyono
Wakil Ketua : Marzuki Alie
Sekretaris : Jero Wacik
Anggota : Yarif Hassan
: Edie Baskoro Yudhoyono
: EE Mangindaan
: TB Silalahi
: Jhonny Allen Marbun
: Max Sopacua
: Totok Rianto
Dewan Pembina:
Ketua : EE Mangindaan
Wakil Ketua : Melani Lemina Suhari
Sekretaris : Deni Kalimang
Anggota : Roy Suryo
: Suaidi Marasabessy
Dewan Pimpinan Pusat
Ketua Umum : Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
Ketua Harian : Dr. Syariefuddin Hassan
Wakil Ketua Umum I : Dr. Jhonny Allen Marbun, MM
Wakil Ketua Umum II : Max Sopacua, SE, MSc
Wakil Ketua Umum III : Nurhayati Ali Assegaf, MSi
Wakil Ketua Umum IV : Dr. Soekarwo
Wakil Ketua Umum V : Ir. Agus Hermanto, MM
Sekretaris Jenderal : Edhie Baskoro Yudhoyono, MSc
Wakil Sekretaris Jenderal I : Saan Mustopa
Wakil Sekretaris Jenderal II : Drs. Ramadhan Pohan, MIS
Wakil Sekretaris Jenderal III : Syofwatillah Mohzaib, S.Sos I
Wakil Sekretaris Jenderal IV : Andi Nurpati
Bendahara Umum : Handoyo Mulyadi
Wakil Bendahara Umum I : Siswanto
Wakil Bendahara Umum II : Indrawati Sukandis
Direktur Eksekutif : Toto Riyanto
Wakil Derektur Eksekutif I : Bamnang Susanto
Wakil Derektur Eksekutif II : Fadjar Sampurno
Wakil Derektur Eksekutif III : Bonggas Adhi Chandra
Divisi-Divisi :
1. Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum
Ketua : HM Gagoek Soebagyanto, SH
Sekretaris : H Harry Witjaksono, SH
Anggota : Tisye Erlina Yunus
2. Divisi Pembinaan Anggota
Ketua : Yosef Tahir Ma’ruf
Sekretaris : Irwan Satrio Leksono
Anggota : Lis Dedeh
3. Divisi Pembinaan Organisasi
Ketua : Cornel Simbolon
Sekretaris : Khatibul Umam Wiranu
Anggota : Ir. Sahat Saragih
4. Divisi Program Pro-Rakyat
Ketua : Tri Yulianto, SH
Sekretaris : Azral Hardy
Anggota : Dra. Harfini Suhardi
5. Divisi Tanggap Darurat
Ketua : Drs. Umar Arsal
Sekretaris : H Pelly Yusuf
Anggota : Dian Rosana
6. Divisi Logistik
Ketua : Sartono Hutomo
Sekretaris : Andtya Djanaka
Anggota : Lendy
7. Divisi Kaderisasi Pendidikan dan Pelatihan
Ketua : H G Radityo Gambiro
Sekretaris : Agustinus Tamo Mbapa
Anggota : Daisy Margareth Silano
8. Divisi Komunikasi Publik
Ketua : Hinca I P Pandjaitan-XIII, SH, MH, ACCs
Sekretaris : Aswin Ali Nasution
Anggota : Eni Khairani, MSi
9. Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Ketua : Iwan Djalal
Sekretaris : Mohammad Husni Tamrin
Anggota : Irene Usmany
Komisi Pemenangan Pemilu
Ketua : Drs. Putu Suasta, MA
Sekretaris : Nurcahyo Anggorojati
Anggota : Novi Raudatul Jannah
Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan
Ketua : Ulil Abshar Abdalla
Sekretaris : Farhan Efendi
Anggota : Nurita Sinaga
Departemen-Departemen :
1. Departemen Politik dan Keamanan
Ketua : H Muhammad Yasin, SH
Sekretaris : Andi Saiman
Anggota : Desie Christyana, SE
2. Departemen Perekonomian
Ketua : Drs. H Sutan Bhatoegana
Sekretaris : Rinto Subekti
Anggota : Hilda Thawila, S.Sos
3. Departemen Kesejahteraan Rakyat
Ketua : Dr. Ir. H Mohammad Jakfar
Sekretaris : Fariani Sugiharto, BSc, MBA
Anggota : Bokiratu Nitabudhi Susanti, SE
4. Departemen Dalam Negeri
Ketua : Ir. Nanang Samudra K A, Msc
Sekretaris : Syaiful Anwar
Anggota : Rusminiati, SH
5. Departemen Luar Negeri
Ketua : Dr. Kastorius Sinaga
Sekretaris : Imelda Sari
Anggota : Rezka Oktoberia
6. Departemen Keuangan
Ketua : Ikhsan Modjo
Sekretaris : Vera Febyanthy, BBA
Anggota : Nafisatul Khoiriyah
7. Departemen Pertahanan
Ketua : Syamsul Mapareppa, SIP
Sekretaris : Ir. Milton Pakpahan, MM
Anggota : Hj. Ai Suryani, SH, SP
8. Departemen Hukum dan Perundang-Undangan
Ketua : H Dasrul Djabar
Sekretaris : Edi Ramli Sitanggang
Anggota : Melati Sinaga
9. Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM
Ketua : Rachland Nasidik
Sekretaris : Jansen Sitindaon
Anggota : Umi haryati
10. Departemen Penegakan Hukum
Ketua : Dr. Benny Kabur Herman, SH
Sekretaris : Jemmy Setiawan
Anggota : Siar Anggretta Siagian, SS, MSi
11. Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum
Ketua : Didi Irawadi Syamsuddin, SH, MH
Sekretaris : Carel Ticualu, SH
Anggota : Agatha Lidyawati
12. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Ketua : Teuku Riefky Harsya
Sekretaris : Ir. Asfihani
Anggota : Yurika Pratiwi
13. Departemen Perindustrian
Ketua : Ir. Nova Iriansyah
Sekretaris : Ir. Muhammad Azhari, SH
Anggota : Dr. Verna Gladies Merry Inkiriwang
14. Departemen Perdagangan
Ketua : Pasha Ismaya Sukardi
Sekretaris : Yusyus Kuswanda
Anggota : Kartini Tilawati
15. Departemen Pertanian
Ketua : Ir. E Herman Khaeron, MSi
Sekretaris : Amal Al Ghozali
Anggota : Sri Hidayat
16. Departemen Kehutanan
Ketua : Rasyid Hidayat
Sekretaris : Boyke Novrizon
Anggota : Hening Tyas
17. Departemen Perhubungan
Ketua : Michael Wattimena
Sekretaris : Rocky Amu
Anggota : Nur Hafizah, SH
18. Departemen Kelautan dan Perikanan
Ketua : A Reza Ali
Sekretaris : Drs. Jafar Nainggolan, MM
Anggota : Hj. Nani Sulistyani Herawati
19. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Ketua : Zulmiar Yanri
Sekretaris : Diana Anwar
Anggota : Kasma Bouty
20. Departemen Perkerjaan Umum
Ketua : Ir. Bahrum Daido, MSi
Sekretaris : Agus Bastian
Anggota : Usmawarnie Peter
21. Departemen Kesehatan
Ketua : Dr. Dian A Syahkroza
Sekretaris : Dr. Hj. Nova Rianti Yusuf
Anggota : Prof. Dr. Dina Mahdi
22. Departemen Pendidikan Nasional
Ketua : Dr. Jeffri Riwu Kore, SE, MM
Sekretaris : Juhaini Alie
Anggota : Anjelica Tengker
23. Departemen Sosial
Ketua : Ratu Siti Romlah
Sekretaris : Munawar Fuad
Anggota : Cut Meutiawati
24. Departemen Agama
Ketua : Nurul Imam Mustofa
Sekretaris : H Nurul Qomar
Anggota : H Nurul Qomar
25. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Ketua : Putu Supadma Rudana
Sekretaris : Venna Melinda, SE
Anggota : Wiwin Burhani
26. Departemen Komunikasi dan Informatika
Ketua : Hari Kartana
Sekretaris : Anis Hariri
Anggota : Nurulita Nahdia
27. Departemen Riset dan Teknologi
Ketua : Ali Yacob
Sekretaris : Brahmana
Anggota : Merry Kasihani
28. Departemen Koperasi dan UKM
Ketua : Drs. I Wayan Sugiana,MM
Sekretaris : Paiman
Anggota : Nuraini Barung
29. Departemen Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim
Ketua : Fardan Fauzan, BA, MSc
Sekretaris : Dra. Hj. Ratu Siti Romlah, MAg
Anggota : Erma Hari Alijana, SH
30. Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Ketua : Ir. A P A Timo Pangerang
Sekretaris : Paula Sinjal
Anggota : Firliana Purwanti
31. Departemen Pedayagunaan Aparatus Negara dan Reformasi Birokrasi
Ketua : Agung Budi Santoso, SH
Sekretaris : M Baghowi
Anggota : Linda Megawati
32. Departemen Pembangunan Daerah Tertinggal
Ketua : Ir. Lim Sui Khiang, MH
Sekretaris : Dr. Atte Sugandi
Anggota : Nina Maryati
33. Departemen Perencanaan Pembangunan
Ketua : Heriyanto, SE, MM
Sekretaris : Yusnan
Anggota : Hj. Ditian Corisa, SE, MM
34. Departemen Perumahan Rakyat
Ketua : Roestanto Wahidi
Sekretaris : Panangian Simanungkalit
Anggota : Rosita
35. Departemen Badan Usaha Milik Negara
Ketua : Hartono Edhi Wibowo
Sekretaris : Jonny Buyung Saragih
Anggota : Yetty Heryati
36. Departemen Pemuda dan Olahraga
Ketua : Hans Silalahi
Sekretaris : Bintang prabowo
Anggota : Kris Magdalena
37. Departemen Perbankan
Ketua : I Wayan Gunastra
Sekretaris : Achsanul Qosasi
Anggota : Andi Jehan Indria
38. Departemen Pertahanan
Ketua : Albert Yaputra
Sekretaris : Muslim
Anggota : Aristya Agung Setiawan
39. Departemen Kependudukan dan Statistik
Ketua : Ferari Romawi
Sekretaris : Muchlis YS
Anggota : Anita Jacob Gah
40. Departemen Penanaman Modal dan Investasi
Ketua : Djoko Udjianto
Sekretaris : Nurhayati Pane
Anggota : Ir. Mariana Harahap, MBA
41. Departemen Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Ketua : Didik Makrianto, SH
Sekretaris : M Sukri
Anggota : Nuning Darmadi Samapaty, SS
42. Departemen Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen
Ketua : Anton Sukartono Suratto
Sekretaris : Aditya Indrajaya
Anggota : Ning Djaya Mintardo
43. Departemen Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran
Ketua : Hasan H Doa
Sekretaris : Ferdy Khalifah
Anggota : Hamayati, SE, MM
44. Departemen Pemberantasan AIDS dan Narkoba
Ketua : Dra. Lucy Kurniasari
Sekretaris : Ida Ria Simamora, SE, Ak
Anggota : Hj. Himmatul Aliyah, SH, MH
45. Departemen Pemberantasan Teroris
Ketua : Rtyono
Sekretaris : Rudi Kadarisman
Anggota : Umi Farida
46. Departemen Perlidungan Hak-Hak Perempuan dan KDRT
Ketua : Dra. GRAY Koes Moertiyah, MPd
Sekretaris : Ida Rianti
Anggota : Endah Maryani, SH
Sumber: www.nasional.kompas.com