Artikel Ku

14
  PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA MATERI ALAT OPTIK TERINTEGRASI KARAKTER MENGGUNAKAN PENDEKATAN  SC I E NT I F I C  Artikel disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh : Bagus Purwo Nugroho 4201410014 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 

description

Pendidikan

Transcript of Artikel Ku

  • PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA

    MATERI ALAT OPTIK TERINTEGRASI KARAKTER

    MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

    Artikel

    disajikan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Fisika

    oleh :

    Bagus Purwo Nugroho

    4201410014

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2014

  • PENGESAHAN

    Artikel yang berjudul

    Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Fisika Materi Alat Optik Terintegrasi

    Karakter Menggunakan Pendekatan Scientific

    disusun oleh:

    Bagus Purwo Nugroho

    4201410014

    telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 1

    September 2014

    Dosen Pembimbing

    Dra. Dwi Yulianti, M.Si.

    NIP. 19600722198403 2 001

  • PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA

    MATERI ALAT OPTIK TERINTEGRASI KARAKTER

    MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

    Bagus Purwo Nugroho & Dwi Yulianti

    Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

    Semarang, Indonesia Email: [email protected]

    Abstrak

    Penelitian bertujuan untuk mendapatkan produk LKS yang terintegrasi karakter dan menggunakan pendekatan scientific, mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS. Karakter yang dikembangkan adalah jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, komunikatif, dan tanggungjawab. Penelitian pengembangan ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk non-equivalent control group design. Prosedur penelitian meliputi: (1) pendahuluan, (2) merancang produk, dan (3) pengembangan produk. LKS diuji kelayakan dan keterbacaan dengan menggunakan angket kelayakan serta tes rumpang. Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS layak digunakan sebagai panduan pembelajaran fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa LKS mudah dipahami. LKS dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS mengalami peningkatan pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan LKS. LKS juga dapat mengembangkan karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, komunikatif, dan tanggungjawab.

    Kata Kunci: pengembangan, LKS, alat-alat optik, karakter, pendekatan scientific.

    Abstract The study aimed to get a product that is integrated character worksheet and using scientific approach, determine the increase in cognitive achievement and character development of students after using the Worksheet. The characters are developed are honest, discipline, creative, curiosity communicative, and responsibility. The development research using quasi-experimental design with a form of non-equivalent control group design. Research procedures include: (1) introduction, (2) designing products, and (3) product development. Worksheet tested the feasibility and readability by using questionnaires and cloze test. Feasibility test results showed that the worksheet is feasible to use as a guide the learning of physics. Readability test results indicate that worksheet is easy to understand. Worksheet can increase students' cognitive learning result. Students who get a guided learning worksheet to increase understanding of the concept of a higher than students who had learning without the use of worksheet. Worksheet can also develop character honest, discipline, creative, curiosity communicative, and responsibility.

    Keywords: development, worksheets, character, scientific approach.

    PENDAHULUAN

    Hasil survei yang dilakukan UNESCO pada tahun 2012 menyatakan bahwa

    indeks perkembangan pendidikan Indonesia berada pada posisi ke-64, dibandingkan

    Qatar (55) dan Mongolia (45). Untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia,

    pemerintah mengeluarkan Permendikbud No.54 tahun 2013 sebagai upaya

  • menyempurnakan standar kompetensi lulusan (SKL) 2006 menjadi SKL 2013 atau

    lebih dikenal kurikulum 2013. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) 2013,

    pembelajaran pada kurikulum 2013 mencakup pengembangan ranah kompetensi

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan

    pendidikan. Untuk mewujudkan tercapainya ketiga ranah kompetensi tersebut,

    diterapkan sebuah pendekatan pada pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan

    dengan jenjang pendidikan. Untuk jenjang pendidikan SD-MI menggunakan

    pendekatan tematik terpadu, SMP-MTs menggunakan pendekatan trans-disciplinarity,

    sedangkan SMA-MA, diterapkan pendekatan pembelajaran yang berbasis sains atau

    pendekatan scientific (Permendikbud, 2013).

    Pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi menggali informasi melalui

    pengamatan, bertanya, melakukan percobaan, mengolah data atau informasi,

    menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan

    mencipta. Hasil penelitian Fauziah et al. (2013), menyatakan bahwa tahap-tahap

    pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

    mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan temuannya,

    sehingga berdampak positif terhadap kemampuannya. Kegiatan ilmiah tersebut

    dilaksanakan untuk semua mata pelajaran, tak terkecuali mata pelajaran fisika.

    Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam. Sesuai dengan

    Permendikbud No.69 tahun 2013, salah satu materi fisika yang diajarkan pada tingkat

    pendidikan menengah atas (SMA-MA) adalah alat optik. Untuk memahami peralatan

    optik, sebaiknya siswa diajak untuk melakukan percobaan/praktikum. Namun saat ini

    banyak guru fisika masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi

    alat optik. Sehingga siswa kesulitan mengilustrasikan materi yang disampaikan guru.

    Salah satu upaya yaitu menggunakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif

    dalam memahami dan melakukan kegiatan langsung mengenai materi alat optik.

    Berdasarkan Permendikbud No.87 tahun 2013 perangkat pembelajaran yang

    komprehensif mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar,

    media pembelajaran, evaluasi, dan lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan lembar

    kegiatan bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk

    mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Lebih dari itu,

    Permendikbud No.64 tahun 2013 menekankan pengembangan sikap rasa ingin tahu,

    jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika.

    Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS mata

    pelajaran fisika dengan mengintegrasikan pendidikan karakter efektif digunakan dalam

    pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan karakter siswa. Sedangkan

  • menurut penelitian Astuti et al. (2013), LKS hasil pengembangan memberikan alternatif

    strategi pembelajaran yang inovatif, konstruktif, dan berpusat pada siswa, dengan

    memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan.

    Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Kemendikbud telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara

    nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Salah satu program utama untuk meningkatkan

    mutu proses dan output pendidikan adalah integrasi pendidikan karakter di semua

    mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud No.69 tahun 2013 tentang kurikulum

    SMA-MA, pendididkan karakter diintegrasikan pada semua materi pelajaran fisika

    SMA-MA. Hasil penelitian Raharjo (2010), menyimpulkan bahwa pendidikan karakter

    dapat mempengaruhi akhlak mulia peserta didik. Menurut Musyarofah et al. (2013)

    pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA disimpulkan dapat

    menumbuhkan kebiasaan bersikap ilmiah pada siswa.

    METODE

    Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIIA SMA Negeri 1 Cilacap. Metode penelitian

    yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)

    dengan prosedur sebagai berikut:

    Pelaporan

    Melakukan Analisis Data

    Validasi pakar

    Uji Coba Skala Kecil 1. Uji Kelayakan LKS Fisika 2. Uji Keterbacaan LKS Fisika

    Revisi LKS Fisika

    Validasi pakar

    Melakukan uji coba LKS fisika pada kelas X MIA SMA N 1 Cilacap

    Melakukan obeservasi dan menganalisis penggunaan LKS di kelas X SMA berdasarkan kurikulum 2013.

    Membuat LKS fisika materi alat optik terintegrasi karakter menggunakan pendekatan scientific beserta perangkat pembelajaranan lainnya.

    Gambar 1. Prosedur Penelitian

    Tahap Define

    Tahap Design

    Tahap Development

  • Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dokumentasi, tes tertulis dan

    angket. Tes tertulis terdiri dari tes rumpang untuk menguji keterbacaan LKS, serta pilihan

    ganda untuk menguji hasil belajar kognitif siswa yang telah melalui uji validitas, reliabilitas,

    tingkat kesukaran dan daya beda. Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS

    dan perkembangan karakter siswa menggunakan skala Likert.

    Data awal dianalisis melalui normalitas dan homogenitas untuk menentukan sampel.

    Analisis kelayakan, keterbacaan dan karakter dihitung dengan mencari persentase.

    Peningkatan hasil belajar kognitif siswa diuji dengan uji gain dan t-test. Pengembangan

    karakter siswa dianalisis dengan uji gain.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Susunan LKS

    Produk yang dikembangkan adalah lembar kegiatan siswa (LKS) fisika materi alat-alat

    optik untuk kelas X MIA SMA semester genap. LKS ini disusun berdasarkan kurikulum 2013,

    yang mengamanatkan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Selain itu, LKS ini

    juga mengintegrasikan pendidikan karakter (character building) bagi peserta didik. Nilai

    karakter yang diintegrasikan antara lain jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /

    komunikatif, dan tanggung jawab. LKS memiliki beberapa bagian yang meliputi pendahuluan,

    isi, penutup. Bagian pendahuluan terdapat judul, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi

    dasar yang harus dicapai, tujuan pembelajaran, dan indikator perkembangan karakter siswa.

    Selanjutnya pada bagisan isi, LKS memiliki empat sub isi yaitu: (1) LKS 9.1 Mata dan

    Kacamata; (2) LKS 9.2 Kamera dan Lup; dan (3) LKS 9.3 Mikroskop; dan (4) LKS 9.4

    Teropong. Setiap sub isi LKS memiliki tujuan pembelajaran, ringkasan materi, dan aktivitas

    terbimbing yang disesuaikan dengan pendekatan scientific. Hal tersebut sesuai dengan

    pernyataan Prastowo (2012: 208), LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk

    belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan tugas atau langkah

    kerja. Bagian penutup berisi daftar pustaka.

    LKS disusun menggunakan pendekatan scientific. Langkah-langkah pendekatan

    scientific yang ada dalam LKS adalah mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, dan

    menyimpulkan. Melalui aktivitas dalam LKS, siswa diajak untuk mengamati peristiwa yang

    berkaitan langsung dengan alat-alat optik. Siswa diharapkan mampu mengajukan pertanyaan

    mengenai peristiwa yang diamati. Rancangan praktikum sederhana disajikan dengan tujuan

    agar siswa terlibat dalam penemuan pengetahuan baru. Berdasarkan data atau informasi

    yang diperoleh siswa dari kegiatan praktikum, siswa dibimbing agar mampu menganalisis dan

    menyajikan data. Selanjutnya siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan

    mempresentasikan hasilnya di kelas.

  • Nilai karakter diintegrasikan melalui aktivitas dalam LKS dan dilakukan berulang-ulang.

    Pendidikan karakter dilakukan terus-menerus dan berkelanjutan hingga menjadi suatu

    kebiasaan bagi siswa. Integrasi karakter dalam LKS disisipkan dalam kalimat ajakan dan

    instruksi yang disesuaikan dengan indikator masing-masing nilai. Kalimat tersebut dicetak

    tebal dan berwarna untuk memberikan penekanan dan menarik perhatian siswa. Karakter

    yang diintegrasikan dalam LKS adalah jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /

    komunikatif, dan tanggungjawab.

    Hasil Uji Kelayakan

    Berdasarkan analisis data, diperoleh persentase kelayakan sebesar 86,78%, artinya

    LKS berada dalam kriteria sangat layak. Kelayakan LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi,

    penyajian, dan kebahasaan. Hasil uji kelayakan ketiga aspek disajikan dalam Tabel 1.

    Tabel 1 Hasil Analisis Kelayakan LKS

    Aspek Kelayakan Persentase (%) Kriteria

    Isi 88,53 Sangat Layak

    Penyajian 86,82 Sangat Layak

    Kebahasaan 85,00 Sangat Layak

    Total Persentase 86,78 Sangat Layak

    Aspek kelayakan isi terdiri dari kesesuaian materi, keakuratan materi, materi

    pendukung pembelajaran, keterkaitan komponen utama pendekatan scientific dan

    pengintegrasian karakter. Aspek kelayakan penyajian terdiri dari teknik penyajian, penyajian

    pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. Konsep materi secara ringkas disajikan dahulu

    sebelum siswa diajak untuk melakukan kegiatan menemukan konsep yang lebih rumit. Bahasa

    yang digunakan dalam LKS adalah bahasa Indonesia sesuai dengan Ejaan Yang

    Disempurnakan (EYD). Susunan kalimat dalam LKS memperhatikan struktur SPO/SPOK.

    Bahasa yang digunakan dalam LKS disusun dengan jelas agar mudah dipahami dan

    menggunakan istilah yang konsisten.

    Hasil Uji Keterbacaan

    Untuk mengetahui tingkat keterbacaan, LKS diujikan pada 10 siswa yang

    mendapatkan pembelajaran fisika materi alat optik menggunakan LKS. Siswa diarahkan untuk

    mengisi bagian rumpang dari teks materi alat optik. Berdasarkan analisis data, diperoleh

    persentase sebesar 84,29% yang artinya LKS berada dalam kriteria mudah dipahami. Kalimat-

    kalimat yang disusun dalam LKS adalah kalimat yang sederhana namun memperhatikan

    struktur SPO/SPOK, sehingga mudah dipahami. Menurut Yulianti (2010: 11), media visual

    yang dibuat hendaknya menggunakan kalimat sederhana tetapi bermakna.

  • Hasil Uji Keefektifan dari Segi Hasil Belajar Kognitif Siswa

    Hasil posttest kedua kelas diuji perbedaan dua rata-rata dan menunjukkan bahwa

    kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil posttest siswa disajikan pada Tabel 2

    dan Gambar 2 berikut.

    Tabel 2 Perbandingan Rata-rata Posttest

    Kelas Rata-rata Posttest Kelas Rata-rata Posttest

    Kontrol 76,32 Eksperimen 81,18

    Gambar 2 Perbandingan Rata-rata Posttest

    Besar peningkatan pemahaman konsep fisika di kelas eksperimen dianalisis

    menggunakan uji gain. Hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2

    sebagai berikut.

    Tabel 3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa

    Kelas Rata-rata Pretest Rata-rata Posttest Kriteria Peningkatan

    Eksperimen 61,91 81,18 Sedang

    Gambar 3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa

    Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

    siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan

    81.18

    61.91

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    Post Test Pre Test

    Rata-Rata Hasil Belajar

    81.1876.32

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Eksperimen Kontrol

    Perbandingan Rata-rata Posttest

  • pembelajaran tanpa LKS. Pemahaman konsep siswa meningkat setelah mendapatkan

    pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yildirim et al. (2011)

    yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran

    menggunakan LKS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS.

    Hasil penelitian Mustofa et al. (2013) juga menunjukkan bahwa penggunaan LKS dalam

    pembelajaran sains dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pretest dan posttest pada

    kelas eksperimen diperoleh faktor gain sebesar 0,506. Berdasarkan hasil tersebut maka

    peningkatan pemahaman konsep fisika materi alat optik berada dalam kriteria sedang.

    Hasil Uji Keefektifan dari Segi Perkembangan Karakter Siswa

    Karakter yang diintegrasikan dalam LKS adalah rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kreatif,

    rasa ingin tahu, komunikatif dan tanggungjawab. Pengambilan data perkembangan karakter

    melalui dua cara yaitu angket dan observasi. Observasi karakter dilakukan karena angket tidak

    selalu mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Azwar (2013: 96), meskipun pernyataan

    sikap yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan indikator yang paling dapat diandalkan,

    namun tidaklah berarti bahwa skala sikap selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat

    dengan jitu mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Observasi karakter siswa dilakukan

    langsung oleh tiga observer yang merupakan mahasiswa.

    Hasil perkembangan karakter siswa disajikan pada Tabel 4, Gambar 4, dan Tabel 5

    sebagai berikut.

    Tabel 4 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket

    Sebelum Kriteria Setelah Kriteria Gain

    Jujur 76,74% Mulai Berkembang

    81,94% Membudaya Rendah

    Disiplin 74,77% Mulai Berkembang

    78,82% Mulai Berkembang

    Rendah

    Kreatif 61,11% Mulai Terlihat 63,02% Mulai B`erkembang

    Rendah

    Rasa Ingin Tahu

    69,91% Membudaya 72,57% Mulai Berkembang

    Rendah

    Komunikatif

    70,83% Mulai Berkembang

    75,26% Mulai Berkembang

    Rendah

    Tanggungjawab

    77,87% Mulai Berkembang

    87,85% Membudaya Sedang

  • Gambar 4 Perkembangan Karakter Sebelum dan Sesudah Diberikan LKS

    Tabel 5 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi

    Karakter Yang Dikembangkan Persentase Kriteria

    Jujur 97,78% Membudaya

    Disiplin 81,11% Mulai Berkembang

    Kreatif 56,67% Mulai Terlihat

    Rasa Ingin Tahu 81,11% Mulai Berkembang

    Komunikatif 77,78% Mulai Berkembang

    Tanggung jawab 88,89% Membudaya

    Berdasarkan data yang diperoleh, persentase karakter awal yang tertanam dalam diri

    siswa sebesar 71,39% dan berada dalam kriteria mulai berkembang. Mulai berkembangnya

    karakter sebelum pemberian LKS dipengaruhi berbagai macam faktor, baik intern siswa

    maupun ekstern. Salah satu faktor ekstern yaitu siswa telah mendapatkan pendidikan karakter

    dari guru dan orang tua. Menurut Azwar (2013: 30-38), faktor-faktor yang mempengaruhi

    pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

    penting, media massa, institusi atau lembaga, agama, serta emosi dalam diri individu.

    Setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS, terdapat perkembangan

    karakter jujur dalam diri siswa. Persentase perkembangan karakter jujur mengalami

    peningkatan. Setelah melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter jujur siswa masuk

    dalam kategori membudaya. Hasil observasi juga mendapatkan hal yang sama, yaitu

    perkembangan karakter jujur masuk dalam kategori membudaya. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa LKS dapat mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Musyarofah et al.

    (2013) menunjukkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA dapat

    menumbuhkan kebiasaan bersikap jujur. Untuk mengembangkan karakter jujur, kegiatan

    dalam LKS mengajak siswa untuk percaya pada kemampuan diri dan tidak mencontek hasil

    0.00%

    20.00%

    40.00%

    60.00%

    80.00%

    100.00%

    Perkembangan Karakter

    Sebelum Sesudah

  • kerja kelompok lain. Kegiatan dalam LKS juga mengharuskan siswa untuk melaporkan hasil

    praktikum secara jujur.

    Kegiatan dalam LKS juga terintegrasi nilai kedisiplinan. Persentase perkembangan

    nilai karakter disiplin siswa mengalami peningkatan walaupun masih dalam kategori yang

    sama. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama, yaitu karakter disiplin siswa berada

    dalam kriteria mulai berkembang. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat

    mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Sari et al. (2013) menunjukkan

    pembelajaran berbasis karakter dan konservasi efektif untuk pembentukan karakter disiplin

    siswa. Untuk mengembangkan karakter disiplin, siswa diharuskan menaati prosedur kerja

    laboratorium dan prosedur pengamatan masalah. Ketika melakukan kegiatan dalam LKS,

    siswa wajib mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan.

    Setelah melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter kreatif siswa masuk dalam

    kategori mulai berkembang. Namun hasil observasi menunjukkan hal yang berbeda, yaitu

    karakter kreatif siswa masih berada dalam kriteria mulai terlihat. Hasil analisis tersebut

    menunjukkan bahwa LKS belum dapat mengembangkan karakter kreatif dengan maksimal.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurang maksimalnya integrasi karakter kreatif pada

    LKS. Yaitu kebijakan guru fisika pada kelas eksperimen untuk tidak melakukan praktikum

    membuat skema teropong Keppler. Padahal membuat skema teropong Keppler sengat

    memicu kreativitas siswa. Menurut Azwar (2013: 30-38), faktor-faktor yang mempengaruhi

    pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

    penting, media massa, institusi atau lembaga, agama, serta emosi dalam diri individu. Untuk

    mengembangkan karakter kreatif, siswa diharuskan menggambar skema semenarik mungkin.

    Selain itu siswa juga diajak untuk membuat skema teropong Keppler.

    Persentase perkembangan karakter rasa ingin tahu mengalami peningkatan, walaupun

    masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Hasil observasi juga menunjukkan

    bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai berkembang. Berdasarkan

    dua hal tersebut, maka dapat disimpulkan LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan

    nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Windarsih (2011)

    menunjukkan hasil, bahwa pembelajaran berbasis karakter dapat meningkatkan karakter rasa

    ingin tahu. Untuk membangkan rasa ingin tahu, siswa diajak untuk aktif bertanya pada ahli

    atau guru, membaca, mencari informasi dari segala sumber baik buku, internet, maupun

    lingkungan. Kegiatan dalam LKS juga mengajak siswa untuk mengamati fenomena yang

    berkaitan dengan materi pelajaran.

    Kegiatan LKS mengintegrasikan nilai karakter komunikatif. Terdapat peningkatan

    persentase perkembangan karakter komunikatif walaupun masih dalam kategori yang sama,

    yaitu mulai berkembang. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama. Hasil analisis

  • tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter komunikatif siswa. Hasil

    penelitian Bestari et al. (2014) menunjukkan pembelajaran fisika terintegrasi karakter dapat

    meningkatkan karakter komunikatif. Untuk mengembangkan karakter komunikatif, siswa

    diajak untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Siswa juga diajak untuk

    memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas.

    Selain lima karakter diatas, LKS juga dapat membangun tanggungjawab dalam diri

    siswa. Persentase perkembangan karakter tanggungjawab mengalami peningkatan. Setelah

    melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter tanggungjawab siswa masuk dalam kategori

    membudaya. Hasil observasi juga mendapatkan hal yang sama, yaitu perkembangan karakter

    tanggungjawab masuk dalam kategori membudaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS

    dapat mengembangkan karakter tanggungjawab siswa. Hasil penelitian yang dilakukan

    Musyarofah et al. (2013) menunjukkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam

    pembelajaran IPA dapat menumbuhkan kebiasaan bersikap tanggungjawab. Untuk

    mengembangkan karakter tanggungjawab, kegiatan dalam LKS mengajak siswa melakukan

    kegiatan diskusi dan praktikum dengan sungguh-sungguh.

    Secara umum, persentase perkembangan karakter siswa mengalami peningkatan, artinya

    LKS mampu mengembangkan karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa

    ingin tahu, komunikatif, dan tanggungjawab. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Musyarofah et al. (2013) pengintegrasian pendidikan karakter dalam

    pembelajaran IPA disimpulkan dapat menumbuhkan kebiasaan bersikap ilmiah yaitu tanggung

    jawab, jujur, kerjasama, ingin tahu, dan kreatif. Peningkatan persentase perkembagan

    karakter siswa juga dianalisis menggunakan uji gain. Namun tidak ada peningkatan

    persentase perkembangan karakter yang berada pada kriteria tinggi. Hal ini dikarenakan untuk

    menumbuhkan karakter siswa, diperlukan proses yang sangat panjang dan berkelanjutan.

    Karakter siswa tidak terbentuk instan hanya dengan menggunakan LKS, tetapi dibentuk

    melalui pembelajaran yang terintegrasi karakter secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal

    tersebut sesuai dengan pandangan Kemendiknas (2010: 11-14), ada beberapa prinsip dalam

    pengembangan pendidikan karakter, salah satunya adalah berkelanjutan, artinya

    pengembangan nilai - nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang,

    dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

    SIMPULAN Produk penelitian adalah LKS fisika materi alat optik terintegrasi karakter

    menggunakan pendekatan scientific untuk kelas X MIIA SMA semester genap. Materi LKS

    adalah alat optik mata, kacamata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong. Hasil uji kelayakan

    yang ditinjau dari aspek kelayakan isi, penyajian, dan kebahasaan menunjukkan persentase

    kelayakan sebesar 86,78% yang artinya bahwa LKS sangat layak digunakan sebagai panduan

  • pembelajaran fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan persentase sebesar 84,29% yang

    artinya LKS berada dalam kriteria mudah dipahami. LKS dapat meningkatkan hasil belajar

    kognitif siswa. Pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa

    kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. LKS dapat mengembangkan

    karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /

    komunikatif, dan tanggung jawab

    SARAN

    Komunikasi dengan guru kelas harus baik agar tidak terjadi kesalahpahaman saat

    pengambilan data maupun ketika pembelajaran menggunakan LKS. Guru hendaknya

    menganjurkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya terlebih dahulu sebelum diajarkan

    di sekolah. Himbauan pada tiap indikator karakter hendaknya lebih ditekankan dan dilakukan

    secara berulang-ulang agar pengintegrasian karakter berhasil diterapkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amelia, O.T., Yurnetti, & Asrizal. 2013. Pembuatan LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X Semester 2. Pillar of Physics Education, vol. 2, 89-96. Tersedia di http://ejournal.unp.ac.id [diakses 14-1-2014].

    Astuti & Setiawan. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif Pada materi kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1): 89-94. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii [diakses 7-1-2014].

    Azwar, S. 1995. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Bestari, D., D. Yulianti, & P. Dwijananti. 2014. Pembelajaran Fisika Menggunakan Sea Berbantuan Games Untuk Mengembangkan Karakter Siswa SMP. Unnes Physics Education Journal, 3(1). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej.

    Fauziah, R., A.G. Abdullah, & D.L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Journal Of Vocational Technology Education, 9(2): 165-178.

    Hussain, A., M. Azeem., & A. Shakoor. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1(19):269-276.

    Halomoan, M._____. Kajian Terhadap Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa Di Satuan Pendidikan. Tersedia di http://sumut.kemenag.go.id/ [diakses 7-1-2014].

    Mugiono, S. 2001. Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa yang Menggunakan LKS Fisika Terbitan Depdikbud dengan Siswa yang Menggunakan LKS Fisika Rancangan Guru. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

  • Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik. 2013. Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran IPA Guna Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics Education Journal, 2(2). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej.

    Nagl, M.G., Dusanka Z. Obadovic, & Mirjana Segedinac. 2012. Effective Teaching of Physics and Scientific Method. TEM Journal, 1(2):85-89.

    Permendikbud no.54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

    Permendikbud no.64 tahun 2013 tentang Standar Isi

    Permendikbud no.65 tahun 2013 tentang Standar Proses.

    Permendikbud no.69 tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar & Struktur Kurikulum SMA-MA.

    Permendikbud no.81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

    Permendikbud no.87 tahun 2013 tentang Layanan Hukum dan Organisasi

    Raharjo, S.B. 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia: Balitbang Kemendiknas di Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 3: 229-238.

    Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan (Edisi 3). Translated by Diana Angelica, 2009. Jakarta : Salemba Humanika.

    Sari, Y.K., Sri Mulyani E.S., & Saiful Ridlo. 2013. Efektivitas Penerapan Metode Quantum Teaching Pada Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Karakter Dan Konservasi. Unnes Journal of Biology Education, 2(2). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb.

    UNESCO. 2012. The Education for All Development Index. Tersedia di http://unesco.org/new/en/education [diakses 10-1-2014].

    UU Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    Widodo, A. T. 1993. Tingkat Keterbacaan Teks: Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks Ilmu Kimia Kelas 1 SMA. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.

    Yildirim, N., Sevil Kurt, & Alipasa Ayas. 2011 . The Effect Of The Worksheets On Students Achievement In Chemical Equilibrium. Journal of Turkish Science Education, 8(3):44-

    58.