artikel ilmiah page 2-end Horyani.doc

download artikel ilmiah page 2-end Horyani.doc

of 11

Transcript of artikel ilmiah page 2-end Horyani.doc

PENDAHULUANDalam berinvestasi di pasar modal seorang investor pasti akan memperhitungkan tingkat keuntungan yang diharapkan dan akan menghadapi risiko atas investasi yang dipilihnya. Risiko dalam investasi dibagi menjadi dua jenis risiko, yaitu risiko tidak sistematik dan risiko sistematik (Ang, 1995 dalam Suseno, 2009). Risiko tidak sistematik adalah risiko yang dapat di-diversifikasi (diversifiable risk) sebaliknya, risiko yang tidak dapat di-diversifikasikan oleh portofolio disebut dengan nondiversifiable risk.Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan perkataan lain, beta merupakan pengukur sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2010). Risiko berasal dari beberapa faktor karakteristik pasar, salah satunya adalah operating leverage yang menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Susi Widyorini (2003) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi resiko sistematik saham menunjukkan adanya pengaruh operating leverage secara signifikan terhadap beta saham. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan Bram Hadianto dan Lauw Tjun Tjun (2009) yang meneliti pengaruh leverage operasi, leverage keuangan, dan karakteristik perusahaan terhadap risiko sistematik saham menunjukkan bahwa leverage operasi tidak mempunyai pengaruh terhadap beta saham.Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dalam Jogiyanto (2010) mengembangkan penelitian Ball dan Brown dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan beberapa variabel fundamental. Salah satu variabel yang digunakan adalah Asset growth. Asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total (Jogiyanto, 2010). Soeratno (2008) yang menyajikan perhitungan beta dengan menggunakan beberapa variabel fundamental menemukan asset growth mempengaruhi beta saham. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustiantomo Budi Suseno (2009) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham menyatakan bahwa asset growth tidak berpengaruh terhadap beta saham. Dari keragaman hasil penelitian terdahulu maka peneliti merumuskan berbagai masalah penelitian berikut:Apakah operating leverage dan asset growth secara parsial berpengaruh terhadap beta saham?, dan apakah operating leverage dan asset growth secara simultan berpengaruh terhadap beta saham?.

Adapun tujuan penelitian ini meliputi: memberikan bukti empiris pengaruh operating leverage dan asset growth secara parsial terhadap beta saham; memberikan bukti empiris pengaruh operating leverage dan asset growth secara simultan terhadap beta saham.METODE PENELITIANBeta Saham

Setiap investasi mengandung risiko. Untuk memperoleh return yang besar investor juga harus menghadapi risiko yang besar. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2010). Menurut Tandelilin (2001) beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar.

Operating Leverage

Horne dan Wachowicz (2011) memberikan pengertian operating leverage sebagai penggunaan biaya operasional tetap oleh perusahaan yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa. Besarnya operating leverage disebut sebagai degree of operating leverage (DOL) yang menunjukkan persentase perubahan EBIT sebagai akibat persentase perubahan penjualan. Berdasarkan Balancing Theory (Suseno, 2009) bahwa, perusahaan yang memiliki laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang besar berkecenderungan memiliki jumlah utang yang besar untuk mengurangi pembayaran pajak. Dengan perkataan lain, perusahaan yang memiliki laba yang besar, akan memiliki rasio utang yang besar sehingga perusahaan tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi. Asset Growth

Variabel pertumbuhan aktiva didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total (Jogiyanto, 2010). Suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Karena kebutuhan dana semakin besar, maka perusahaan lebih cenderung menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin rendah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Rendahnya pembayaran dividen menjadikan perusahaan makin kurang menarik bagi investor (Hidayat, 2001).

Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan aktiva tinggi (diatas tingkat pertumbuhan normal) mempunyai peluang untuk mendapatkan excessive earning (Beaver et al, 1970). Hal ini mengakibatkan perusahaan tersebut menghadapi ketidakpastian lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang mempunyai normal earning. Ini berarti bahwa perusahaan yang mendapatkan excessive earning mempunyai variabilitas keuntungan yang tinggi. Perusahaan yang mempunyai variabilitas keuntungan yang tinggi menyebabkan harga saham perusahaan berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi harga saham menyebabkan variasi return saham relatif lebih tinggi terhadap variasi return pasar. Hal ini berarti risiko perusahaan semakin tinggi. Berdasarkan landasan teori diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 = Operating leverage dan Asset growth berpengaruh secara parsial terhadap beta saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.H2 = Operating leverage dan Asset growth berpengaruh secara simultan terhadap beta saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Metode Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan LQ 45. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 di BEI periode 2007-2011, saham emiten yang listing dan tercatat di BEI periode 2007-2011, menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dari tahun 2006-2011 dan tahun buku berakhir tanggal 31 Desember, perusahaan yang tetap bertahan dalam faktor penghitung LQ 45 selama periode 2007-2011, pertumbuhan asset pada perusahaan meningkat secara terus menerus (tahun 2006-2011).Operasional VariabelVariabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).

a. Variabel terikat (dependent variable). Variabel yang dimaksudkan yaitu beta saham yang dihitung dengan menggunakan model indeks tunggal.Ri = i + i . Rm + e

Ri = Pi Pit-1

Pit-1 Rm = IHSGt IHSGt-1 IHSGt-1Keterangan :

Ri = Return saham

Rm = Return pasar

Pit = Harga saham penutupan pada bulan ke t

Pit-1 = Harga saham penutupan pada bulan ke t-1 b. Variabel bebas (independent variable). Variabel yang dimaksudkan yaitu operating leverage dan asset growth.

1. Operating leverage = % Perubahan EBIT % Perubahan penjualan2. Asset growth = Aset it Aset it-1

Aset it-1Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisis regresi data panel. Model yang digunakan adalah:

Yit = 0 + 1X1it + 2X2it + eitDalam analisis model data panel terdapat tiga macam model yang terdiri dari model kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect) dan model efek acak (random effect). Sebelum menentukan untuk menggunakan model regresi yang paling baik untuk digunakan, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji model seperti:

1. Uji statistik F atau chow test (likelihood ratio test) untuk memilih model pooled least square atau model fixed effect.2. Uji Hausman untuk memilih model random effect atau model fixed effect.

3. Uji Lagrange Multiplier (LM) untuk memilih model pooled least square atau model random effect.HASIL DAN PEMBAHASANStatistik Deskriptif

Tabel 1

NMinimumMaximumMeanStd. Deviation

Beta saham45-1,7893,3521,22822,777068

Operating leverage45-20,72932,5513,754698,486960

Asset growth45-,1152,647,31740,461822

Valid N (listwise)45

Hasil Statistik DeskriptifHasil Estimasi dengan Model Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)Tabel 2

Hasil Estimasi Pooled EGLS (Cross-section weights)

VariableCoefficientStd. Errort-StatisticProb.

C1.2269630.09135113.431250.0000

OPT_LEVERAGE?0.0123590.0093731.3185060.1945

ASSET_GROWTH?0.2243170.2059871.0889840.2824

Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect)Tabel 3

Hasil Estimasi Fixed Effect/ LSDV (Cross-section weights)

VariableCoefficientStd. Errort-StatisticProb.

C1.2189090.07539716.166520.0000

OPT_LEVERAGE?0.0120980.0117831.0266800.3118

ASSET_GROWTH?-0.1137650.142879-0.7962350.4314

Fixed Effects (Cross)

_AALIC-0.134253

_ASIIC0.147465

_BUMIC0.530448

_INDFC-0.558219

_PTBAC0.168716

_SMCBC-0.073017

_UNSPC0.771532

_UNTRC0.066026

_UNVRC-0.918698

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Hasil Estimasi dengan Model Efek Acak (Random Effect)Tabel 4

Hasil Estimasi Random Effect (Cross-section random effects)

VariableCoefficientStd. Errort-StatisticProb.

C1.2423800.1539678.0691540.0000

OPT_LEVERAGE?0.0013040.0125880.1035970.9180

ASSET_GROWTH?-0.0600320.232836-0.2578270.7978

Random Effects (Cross)

_AALIC-0.057970

_ASIIC0.052517

_BUMIC0.217779

_INDFC-0.217158

_PTBAC0.058994

_SMCBC0.010930

_UNSPC0.274826

_UNTRC0.021640

_UNVRC-0.361558

Effects Specification

S.D.Rho

Cross-section random0.2411700.1112

Idiosyncratic random0.6818430.8888

Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Uji Statistik F atau Chow Test (Likelihood Ratio Test)

Tabel 5

Hasil Chow Test (Likelihood Ratio Test)Redundant Fixed Effects Tests

Pool: FE

Test cross-section fixed effects

Effects TestStatisticd.f.Prob.

Cross-section F7.973137(8,34)0.0000

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F stat sebesar 7,97 dengan degree of freedom (8,34). Sementara pada taraf signifikansi 0,05, dan dengan numerator 8 dan denumerator 34, F tabelnya adalah sebesar 2,23. Dengan demikian F stat > F tabel (7,97 > 2,23) dan nilai p-value 0 (< 0,05). Berdasarkan hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect lebih baik daripada model Pooled Least Square.Uji HausmanTabel 6

Hasil Uji HausmanCorrelated Random Effects - Hausman Test

Pool: RE

Test cross-section random effects

Test SummaryChi-Sq. StatisticChi-Sq. d.f.Prob.

Cross-section random8.59749720.0136

Dari tabel diatas diperoleh nilai chi-square hitung adalah 8,597 dengan degree of freedom 2. Sementara nilai chi-square tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan degree of freedom 2 adalah 5,991. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai chi-square statistik lebih besar daripada nilai chi-square tabel (8,597 > 5,991) dan nilai p-value 0,014 (< 0,05), sehingga dapat disimpulkan model fixed effect adalah model yang paling baik untuk digunakan dalam penelitian ini.Pada uji Statistik F atau Chow Test (Likelihood Ratio Test) dan uji Hausman diperoleh bahwa model fixed effect lebih baik daripada model pooled least square maupun model random effect, sehingga tidak perlu dilakukan uji LM untuk membandingkan pooled least square dan random effect.Persamaan Regresi Data PanelHasil dari analisis regresi data panel antara beta saham sebagai variabel dependen dengan operating leverage dan asset growth sebagai variabel independen yang tercantum dalam tabel 3 dapat dirumuskan sebagai berikut:Yit = 1,219 + 0,012 X1it 0,114 X2it + eit

dimana :

Yit = Beta Saham

X1it = Operating LeverageX2it= Asset GrowthUji HipotesisUji Statistik tTabel 7Hasil Uji Statistik t

VariableCoefficientStd. Errort-StatisticProb.

C1.2189090.07539716.166520.0000

OPT_LEVERAGE?0.0120980.0117831.0266800.3118

ASSET_GROWTH?-0.1137650.142879-0.7962350.4314

Hipotesis 1Berdasarkan pada tabel 7, pengujian variabel operating leverage dan asset growth secara parsial terhadap variabel beta saham menghasilkan nilai statistik t sebesar 1,027 dan -0,796 dengan tingkat signifikansi 0,312 dan 0,431 (>0,05). Dengan demikian H0 diterima dan menolak H1 yang berarti bahwa operating leverage dan asset growth secara parsial tidak berpengaruh terhadap beta saham. Uji Statistik FTabel 8

Weighted Statistics

R-squared0.666622Mean dependent var2.029133

Adjusted R-squared0.568570S.D. dependent var1.546185

S.E. of regression0.653770Sum squared resid14.53214

F-statistic6.798643Durbin-Watson stat2.382229

Prob(F-statistic)0.000010

Hasil Uji Statistik FHipotesis 2Berdasarkan pada tabel 8, diperoleh nilai statistik F sebesar 6,799 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan demikian H0 ditolak, dan menerima H1 yang berarti bahwa operating leverage dan asset growth secara simultan berpengaruh terhadap beta saham.Koefisien Determinasi ( R2)

Berdasarkan pada tabel 8, dapat dilihat nilai adjusted R2 sebesar 0,569 atau 56,9%. Nilai tersebut menggambarkan bahwa sumbangan variabel operating leverage dan variabel asset growth terhadap beta saham adalah sebesar 56,9% dan sisanya sebesar 44,1% merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

PembahasanPengaruh Operating Leverage dan Asset Growth secara Parsial terhadap Beta Saham

a. Pengaruh Operating Leverage terhadap Beta Saham

Berdasarkan hasil analisis regresi data panel dengan model fixed effect GLS (weighted least square) diperoleh nilai statistik t sebesar 1,027 dengan tingkat signifikansi 0,312 (> 0,05), sehingga H0 diterima dan menolak H1 yang berarti bahwa operating leverage tidak berpengaruh terhadap beta saham.

Pengaruh yang tidak signifikan antara operating leverage dan beta saham menunjukkan bahwa perubahan operating leverage tidak mempengaruhi beta saham perusahaan. Ditolaknya H1 mengisyaratkan bahwa pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba operasi tidak mempengaruhi minat investor terhadap saham yang dijual oleh perusahaan yang bersangkutan.

b. Pengaruh Asset Growth secara Parsial terhadap Beta Saham

Berdasarkan pada hasil pengujian statistik t dengan model regresi data panel fixed effect GLS (weighted least square) untuk menguji pengaruh asset growth terhadap beta saham, diperoleh nilai t statistik sebesar -0.796 dengan tingkat signifikansi 0,431 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan menolak H1 yang berarti bahwa asset growth tidak berpengaruh terhadap beta saham.

Pengaruh yang tidak signifikan antara asset growth dan beta saham menunjukkan bahwa perubahan aset perusahaan yang cenderung menahan sebagian besar pendapatannya (penahanan pendapatan yang berarti rendahnya pembagian dividen kepada pemegang saham) untuk memacu pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi tidak mempengaruhi investor dalam membeli saham perusahaan tersebut. Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya pembagian dividen tidak berpengaruh bagi investor.

Pengaruh Operating Leverage dan Asset Growth Secara Simultan terhadap Beta SahamBerdasarkan pada hasil uji statistik F, untuk melihat pengaruh operating leverage dan asset growth secara simultan terhadap beta saham menunjukkan nilai statistik F sebesar 6,799 dengan tingkat signifikansi 0 (< 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti bahwa beta saham dapat dipengaruhi oleh operating leverage dan asset growth secara bersama-sama atau simultan.

Perusahaan yang memiliki EBIT yang tinggi cenderung memiliki utang yang tinggi untuk mengurangi pembayaran pajak. Disamping itu, perusahaan dengan pertumbuhan aset yang tinggi, dapat melakukan ekspansi berupa investasi. Perusahaan dapat menggunakan utang yang dimiliki untuk melakukan investasi dalam aset. Investasi mengandung unsur ketidakpastian yang dapat menyebabkan kegagalan, sementara itu perusahaan harus tetap membayar pokok utang tersebut beserta bunganya. Hal ini berarti dengan meningkatnya utang yang dapat digunakan dalam investasi, risiko yang ditanggung perusahaan juga meningkat.SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian statistik t dapat disimpulkan bahwa operating leverage dan asset growth secara parsial tidak berpengaruh terhadap beta saham. Sedangkan berdasarkan uji statistik F menunjukkan bahwa variabel operating leverage dan asset growth secara simultan berpengaruh terhadap beta saham.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Reka Maiyarni, S.E., M.Ak., Ak dan Ibu Rita Friyani, S.E., M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga, serta kritik dan saran yang sangat berharga guna membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan artikel ilmiah ini.DAFTAR PUSTAKA

Beaver, W., Kettler, P., & Scholes, M. 1970. The association between market determined and accounting determined risk measures. The accounting review, October. Diunduh di www.paulcarlislekettler.net/docs/Beaver_Kettler_Scholes.pdf tanggal 27 Desember 2012Hadianto, B., & Tjun, L.T. 2009. Pengaruh leverage operasi, leverage keuangan, dan karakteristik perusahaan terhadap risiko sistematik saham (studi empirik pada emiten sektor pertambangan di Bursa efek indonesia). Jurnal akuntansi, 1(1): 1-16Hartono, J. 2010. Teori portofolio dan analisis investasi. Yogyakarta: BPFE

Hidayat, U. 2001. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko sistematik () saham perusahaan. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas DiponegoroHorne, J.C., & John M.W.Jr. 2011. Prinsip-prinsip manajemen keuangan. Buku II. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba EmpatSoeratno. 2008. Analisis korelasi antara faktor-faktor fundamental dengan beta. Jurnal akuntabilitas, 7(02): 114-121

Suseno, B . Y. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham (studi kasus perbandingan perusahaan finance dan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2005-2007). Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas DiponegoroTandelilin, E. 2001. Analisis investasi dan manajemen portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFEWidyorini, S. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi resiko sistematik saham (studi kasus pada perusahaan manufaktur go public di BEJ). Tesis, Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

2