Artikel Ilmiah Ferry Krisnamurti PPH dan Usia
-
Upload
ferry-krisnamurti -
Category
Documents
-
view
234 -
download
5
description
Transcript of Artikel Ilmiah Ferry Krisnamurti PPH dan Usia
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
Ferry Krisnamurti1, Rizal Sanif2, Erial Bahar3
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas SriwijayaJl. dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia
E-mail: ferry.krisna [email protected]
Abstrak
Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris, terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko untuk mengalami atonia uteri, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2013 yang berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching kategori jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan uji regresi logistik. Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada populasi kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan postpartum (p=0,016) dengan OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli, riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik penelitian ini hanya usia ibu dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki OR adj 3,266 setelah dikontrol jarak antarkelahiran. Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.
Kata Kunci: usia ibu, perdarahan postpartum, kasus kontrol
Abstract
The Association between Maternal Age and Postpartum Hemorrhage (A Case Control Study of Inpatient at RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang on January 1st until December 31st 2013). One of the causes of maternal mortality is obstetric hemorrhage, especially postpartum hemorrhage. The incidence of postpartum hemorrhage increases in the recent years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of postpartum hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35 years old) could cause atonia uteri, leading to postpartum hemorrhage. Therefore, the aim of this study was to determine the association between maternal age and postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study was a case control study. Data was taken from the medical records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang period January 1st 2013-December 31st 2013. Case population in this study was all patients with postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was the patients without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who passed the criteria of inclusion and exclusion were included. Results were analyzed using Chi-Square and logistic regression test. High-risk maternal age on case population was higher than control population and there was a significant association between maternal age and postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between infant weight, delivery interval, gemeli, history of postpartum hemorrhage and postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were associated with postpartum hemorrhage from the statistical analysis. ORadj of maternal age was 3,266 after being controlled by delivery interval. Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high-risk maternal age compared to those with low-risk maternal age.
Keywords: maternal age, postpartum hemorrhage, case control1. Pendahuluan
Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan bahaya melahirkan secara dramatis, kematian akibat perdarahan masih merupakan penyebab utama kematian ibu1. Hingga kemudian dikenal dengan istilah tiga penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi, preeklampsia, dan perdarahan. Kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan penyebab lain 7%2.
Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah3.
Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Lampung tahun 2008 terdapat 412 kasus perdarahan postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan. Sementara pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus (7,40%) dari 1.758 persalinan4. Hal ini berbeda dengan angka kejadian perdarahan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011 yang terus meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009, menjadi 155 kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 20115.
Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena banyak sekali faktor yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah usia ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian di RSUD Majene menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna, pinggul terlalu kecil sehingga dapat terjadi partus macet. Pada keadaan partus macet, ibu akan mengalami kelelahan sehingga kontraksi miometrium tidak optimal. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan7. Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot tidak adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum8.
Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun apabila penelitian dilakukan dengan populasi yang berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case control) berdasarkan data sekunder rekam medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Populasi target penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 202 samoel yang terdiri dari 101 kasus dan 101 kontrol. Penelitian dilakukan di Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober hingga Desember 2014.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah perdarahan postpartum, usia ibu, berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli dan riwayat perdarahan postpartum. Setelah data dikumpulkan, data tersebut dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat akan menggunakan uji Chi Square, sedangkan analisis multivariat akan menggunakan uji regresi logistik. Data akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
3. Hasil
Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari data sekunder yaitu rekam medik pasien perdarahan postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien dengan persalinan spontan normal sebagai kontrol di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari sampai 31 Desember 2013.Jumlah populasi kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013 sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun hanya 101 data rekam medik pasien perdarahan postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol diambil rekam medik pasien yang melahirkan tanpa perdarahan postpartum dengan jumlah yang sama dengan populasi kasus setelah dilakukan matching dengan kategori paritas. Sehingga juga didapat data sebanyak 101 data.
Karakteristik Sampel Penelitian
Distribusi Kasus Perdarahan Postpartum
Pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan perdarahan postpartum primer sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel.
Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2013
n Persentase (%)Perdarahan postpartum primerPerdarahan postpartum sekunder
89
12
88,12
11,88
Jumlah 101 100
Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum
Dari data hasil penelitian etiologi perdarahan postpartum dibagi menjadi 4 penyebab dasar dan penyebab campuran. Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel, yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1 (0,99%) sampel. Gangguan tissue didapatkan sebanyak 57 (56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan pada trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2 (1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus. Distribusi etiologi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2013
n Persentase (%)Tone
Atonia UteriSubinvolusi Uterus
TissueRetensio PlasentaSisa Plasenta
TraumaLaserasi Jalan Lahir Ruptur PerineumHematomLuka Episiotomi
ThrombinKelainan Koagulasi Darah
CampuranAtonia Uteri dan Sisa PlasentaAtonia Uteri dan Laserasi Jalan LahirRetensio Plasenta dan Laserasi Jalan LahirSisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir
41
3423
27211
0
2
1
1
4
3,960,99
33,6722,77
26,731,980,990,99
0
1,98
0,99
0,99
3,96
Jumlah 101 100
Distribusi Sampel Menurut Paritas
Pada penelitian ini matchingjumlah paritas berdasarkan kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4), dan grandemultipara (Paritas ≥5)9. Dari 101 sampel kasus diperoleh kategori primipara sebanyak 25 (24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel. Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang sama berdasarkan kategori paritas tersebut.
Distribusi Usia
Berdasarkan penelitian ini didapatkan pada populasi kasus yang termasuk dalam kategori usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29 pasien (67,4%) dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus sebanyak 72 (45,3%) dan pada populasi kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel. Distribusi usia pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia
UsiaKasus Kontrol Jumlah
n % n % n %Usia risiko tinggi
29 67,4 14 32,6 43 100
Usia risiko rendah
72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Berat Badan Lahir
Dalam penelitian ini didapatkan dari 7 pasien yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195 sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi berat badan lahir pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir
Kasus Kontrol Jumlahn % n % n %
BBL ≥4000 gram
5 71,4 2 28,6 7 100
BBL <4000 gram
96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Jarak Antarkelahiran
Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol), karena termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (≤2 tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2 tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%) sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran
Jarak Antarkelahiran
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %Jarak risiko tinggi
12 63,2 7 36,8 19 100
Jarak risiko rendah
51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
Distribusi Gemeli
Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi kasus tidak dijumpai sampel gemeli (0%).Distribusi gemeli pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli
GemeliKasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Gemeli 0 0 1 100 1 100
Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu yang memiliki riwayat perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0 (0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat perdarahan postpartum pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan Postpartum
Riwayat Perdarahan Postpartum
Kasus Kontrol Jumlahn % n % n %
Riwayat perdarahan postpartum +
2 100 0 0 2 100
Riwayat perdarahan postpartum -
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Kadar Hb dan TrombositDari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%) sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia sedang 34 (36,6%), dan anemia berat sebesar 28 (30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%) sampel, trombosir normal 72 (80,0%) sampel, dan trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Postpartum
Kadar Hb n Persentase (%)
Hb normalAnemia ringanAnemia sedangAnemia berat
11203428
11,821,536,630,1
Jumlah 93 100
Tabel 9. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum
Kadar Trombosit n Persentase (%)
TrombositopeniaTrombosit normalTrombositosis
15723
16,780,03,3
Jumlah 90 100
Analisis BivariatHubungan antara Usia dan Perdarahan PostpartumSetelah analisis diperoleh nilai p=0,016, yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35
tahun.Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 10 berikut:Tabel 10. Hubungan Usia dengan Perdarahan Postpartum
Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
UsiaKasus Kontrol Jumlah
n % n % n %Usia risiko tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100
Usia risiko rendah
72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100P value 0,016OR(95% CI) 2,503 (1,230-5,092)
Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,445, yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Berat Badan Lahir
Kasus Kontrol Jumlahn % n % n %
Berat badan lahir ≥4000
5 71,4 2 28,6 7 100
Berat badan lahir <4000
96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100P value 0,445OR(95% CI) 2,578 (0,688-5,150)
Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,319, yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu
bersalin dengan jarak antarkelahiran >2 tahun.Hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12. Hubungan Jarak Antarkelahiran Dengan Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Jarak Antarkelahiran
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %Jarak risiko tinggi
12 63,2 7 36,8 19 100
Jarak risiko rendah
51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
P value 0,319OR(95% CI) 1,882 (0,688-5,150)
Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=1,000, yang berarti tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Hubungan Gemeli Dengan Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
GemeliKasus Kontrol Jumlah
n % n % n %Gemeli 0 0 1 100 1 100Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100Jumlah 101 50 101 50 202 100P value 1,000
Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,498, yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Riwayat Perdarahan Postpartum
Kasus Kontrol Jumlahn % n % n %
Ada riwayat perdarahan postpartum
2 100 0 0 2 100
Tidak ada riwayat perdarahan postpartum
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100P value 0,498
Analisis MultivariatBerdasarkan analisis multivariat didapatkan 2 variabel yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Model Akhir Uji Regresi Logistik
Variabel B SigExp(B)/(ORadj)
95% C.I. forEXP(B)
Lower UpperUsia 1,184 0,011 3,266 1,304 8,178Jarak antarkelahiran
0,681 0,195 1,975 0,705 5,533
Constant -3,377
4. Pembahasan
Etiologi Perdarahan Postpartum
Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar 33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta 22,77%, atonia uteri 3,96%, dan lain-lain.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, yang menemukan bahwa penyebab utama perdarahan postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan inversio uteri (2,4%)10. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al bahwa
penyebab perdarahan postpartum sebesar 90% karena atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah3. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Sari dan Sukamto di RS dr. H. Anshari Shaleh Banjarmasin bahwa perdarahan postpartum disebabkan karena atonia uteri 40 (48,8%) sampel, retensio plasenta 23 (28%) sampel, dan laserasi jalan lahir 19 (23,2%) sampel11.
Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di setiap daerah sangat beragam. Sehingga penyebab utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksikan secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain.
Retensio plasenta terjadi karena kelainan pada dinding uterus ibu sendiri. Plasenta tidak lepas dari dinding uterus sehingga tidak lahir dalam waktu setengah jam setelah janin lahir. Kontraksi uterus kurang kuat ataupun plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta tidak dapat lahir. Memijat uterus dan mendorongnya ke bawah secara paksa sementara plasenta belum terlepas dari dinding uterus dapat menyebabkan atonia uteri. Usaha untuk mengeluarkan plasenta ditunggu sampai 30 menit. Bila plasenta belum lahir, maka dilakukan manual plasenta12.
Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD Majene oleh Dina et al yang menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman et al bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun13.
Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman
bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu7. Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan7. Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum8.
Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,445 yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et al bahwa Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum1. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Bratakoesoema dan Angsar, yang menyatakan bahwa Bayi yang dilahirkan dengan berat ≥4000 gram sering sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab laserasi jalan lahir. Karena Bayi besar dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan sehingga terjadi robekan pada jalan lahir14.
Pada penelitian ini berat badan lahir tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh berat badan lahir terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol. Contoh bisa saja suatu sampel memiliki usia risiko tinggi, namun pada sampel yang sama jarak antar kelahiran dan berat bayi lahirnya normal, begitu juga sebaliknya.
Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki jarak antarkelahiran ≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran >2 tahun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD Abdoel Moloek Lampung yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan signifikan antara jarak antarkelahiran ≤2 tahun dan perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 4,2824. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% jarak antarkelahiran ≤2 tahun memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 3,14310.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Armagustinibahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga cenderung akan terjadi perdarahan postpartum. Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumya kurang dari 2 tahun, kondisi rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga cenderung mengalami partus lama dan perdarahan postpartum. Disamping itu persalinan yang berturut-turut dalam jarak waktu singkat mengakibatkan uterus menjadi fibrotik, sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Kondisi seperti ini berakibat terjadinya perdarahan postpartum15.
Pada penelitian ini jarak antarkelahiran tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh jarak antarkelahiran terlalu singkat terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian
tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.
Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus dan hanya terdapat 1 (100%) sampel dengan gemeli pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Karkata bahwa gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada uterus, sehingga menyebabkan otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Akibatnya timbul atonia uteri sebagai penyebab langsung perdarahan postpartum. Selain itu gemeli juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan, sehingga besar kemungkinan timbulnya laserasi jalan lahir8.
Pada penelitian ini gemeli tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel gemeli pada salah satu populasi, sehingga nilai hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh gemeli terhadap perdarahan postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.
Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus dan hanya terdapat 2 (100%) sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,498 yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung yang menyatakan bahwa riwayat perdarahan postpartum memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 7,408, 95 %CI: 3,781-14,5174.
Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada salah populasi kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh riwayat perdarahan posrpatum terhadap perdarahan postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.
Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum setelah Dikontrol Faktor Perancu
Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibanding ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran.
Apabila dibandingkan pada analisis bivariat jarak antarkelahiran tidak berhubungan secara statistik terhadap timbulnya perdarahan postpartum, padahal pada analisis multivariat jarak antarkelahiran juga merupakan faktor risiko timbulnya perdarahan postpartum. Hal ini bisa terjadi karena pada analisis multivariat variabel-variabel lain ikut dianalisis sekaligus, sehingga dapat dilihat perbandingan besar pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel dependen dibandingkan dengan variabel independen lain.
Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) fungsi organ reproduksinya tidak optimal sehingga dapat menyebabkan tonus otot rahim tidak adekuat. Dampaknya dapat timbul perdarahan postpartum. Bila
jarak antarkelahiran dengan anak sebelumya ≤2 tahun, kondisi otot rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga juga cenderung mengalami partus lama dan perdarahan postpartum. Oleh karena itu, pada ibu usia risiko tinggi dan jarak antar kelahiran ≤2 tahun harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan fasilitas dan pengawasan yang optimal sehingga persalinannya dapat berjalan dengan baik.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini dijumpai beberapa kendala-kendala, diantaranya:1. Tidak lengkapnya jumlah rekam medik yang
diperlukan, dikarenakan rekam medik yang tidak bisa ditemukan di installasi rekam medik.
2. Tidak lengkapnya data yang tercantum dalam rekam medik. Sebagian besar disebabkan karena pasien merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lain, sehingga data pengobatan sebelumnya tidak tercantum dalam rekam medik. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan variabel lain yang dapat mempengaruhi timbulnya perdarahan postpartum seperti lama partus, anemia dalam kehamilan, gangguan koagulasi darah tidak dapat diteliti.
3. Proses pencatatan rekam medik yang kurang rapi, menyebabkan adanya rekam medik yang tidak dapat terbaca. Pencataatan rekam medik juga terkadang kurang akurat atau kurang teliti menyebabkan bias informasi. Sehingga menyebabkan perbedaan hasil data dibanding teori yang ada.
4. Keterbatasan waktu, sehingga jumlah sampel yang bisa digunakan juga terbatas.
5. Simpulan
Berdasarkan penelitian dengan metode kasus kontrol yang dilakukan di RSUD dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013, dapat disimpulkanbahwa kasus perdarahan postpartum primer lebih banyak daripada kasus perdarahan postpartum sekunder. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum adalah retensio plasenta (33,67%).Distribusi usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) pada populasi kasus terdapat 29 (67,4%) sampel dibanding pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan usia risiko rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus terdapat 72 (45,3%) sampel dibanding pada populasi kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel.Ada hubungan antara usia ibu risiko tinggi dan perdarahan postpartum dengan kecenderungan 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum dibanding usia ibu risiko rendah.Variabel jarak antarkelahiran, berat badan lahir, gemeli, dan riwayat perdarahan postpartum tidak memiliki hubungan bermakna terhadap perdarahan postpartum.Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan
usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol dengan variabel jarak antarkelahiran.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua pihak yang membantu dalam upaya terlaksananya penelitian ini.
Daftar Acuan
1. Cunningham, F. G. et al. 2012. Obstetri Williams: “Perdarahan Obstetris” (edisi ke-23). Terjemahan oleh: Brahm, U. P. EGC: Jakarta, Indonesia, hal.795-839.
2. WHO. 2008. Maternal Mortality. (http://who.int. Diakses 15 Juli 2014).
3. Parisaei, Maryam, A. Shailendra, R. Dutta, J. A. Broadbent. 2008. Obstetrics and Gynecology (edisi ke-2). Elsevier: Amsterdam, Netherland.
4. Dewi, Rosma, M. Yamin. 2011. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Perdarahan Postpartum. Jurnal Kesehatan Volume II, Nomor 1, April 2011, hal. 290-298.
5. Christy, L. M. 2012. Karakteristik Perdarahan Postpartum yang Dirujuk di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP dr.Mohammad Hoesin. Skripsi Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Umum di Universitas Sriwijaya yang tidak dipublikasikan.
6. Dina, D., A. Seweng, M. Nyorong. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan Postpartum di RSUD Majene Kabupaten Majene. Stikes Bina Bangsa Majene.35(2):5-9.
7. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G. G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
8. Karkata, M. K. 2010. Perdarahan Pascapersalinan. Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Ilmu Kebidanan (halaman 523-529). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, Indonesia.
9. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G. G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
10. Suryani. 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi. Tesis Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hal 50-52.
11. Sari, Anggita dan Sukamto. 2011. Kejadian Perdarahan Postpartum di BLUD RS dr. H. Anshari
Shaleh Banjarmasin. Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin.
12. Wiknjosastro, G. H. 2009. Perdarahan Setelah Bayi Lahir. Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. (halaman 173). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
13. Sher Zaman, Bushra, et al. (2007). Risk factors for primary postpartum hemorrhage. Professional Med J; 14(3): 378-381
14. Bratakoesoema, D. S. dan M. D. Angsar. 2011. Perlukaan pada Alat-Alat Genital. Dalam: M. Anwar, A. Baziad, R. P. Prabowo. (Editors). Ilmu Kebidanan (halaman 325-326). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
15. Armagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan di Indonesia. Tesis Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Pascasarjana Kekhususan Kesehatan Reproduksi Universitas Indonesia, hal 19-20.