Artikel Bidang Fisiologi Tumbuhan

5
Bidang Fisiologi Tumbuhan Indonesia merupakan negara yang menduduki posisi yang penting dalam peta keanekaragaman hayati dunia karena termasuk dalam sepuluh negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi (Primack et al, 1998). Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan benua Australia (Pulau Papua) dan sebaran wilayah peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara) yang memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dengan tingkat kekhasan yang tinggi dengan tingkat endemisme masing-masing. Keanekaragaman hayati menyediakan berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat. Selain itu keanekaragaman hayati juga berfungsi untuk mendukung sistem kehidupan, seperti menjaga kualitas tanah, menyimpan-memurnikan dan menjadi reservoir air, menjaga siklus pemurnian udara, siklus karbon, dan nutrisi. Sebagai salah satu Negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia memiliki banyak sekali jumlah spesies flora dan fauna. Salah satu contoh adalah keanekaragaman jenis tumbuhan

Transcript of Artikel Bidang Fisiologi Tumbuhan

Page 1: Artikel Bidang Fisiologi Tumbuhan

Bidang Fisiologi Tumbuhan

Indonesia merupakan negara yang menduduki posisi yang penting dalam peta

keanekaragaman hayati dunia karena termasuk dalam sepuluh negara dengan

kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi (Primack et al, 1998). Indonesia

merupakan negara kepulauan yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman

hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan benua Australia

(Pulau Papua) dan sebaran wilayah peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan

Nusa Tenggara) yang memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dengan tingkat

kekhasan yang tinggi dengan tingkat endemisme masing-masing. Keanekaragaman

hayati menyediakan berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan

produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas

serta obat. Selain itu keanekaragaman hayati juga berfungsi untuk mendukung sistem

kehidupan, seperti menjaga kualitas tanah, menyimpan-memurnikan dan menjadi

reservoir air, menjaga siklus pemurnian udara, siklus karbon, dan nutrisi.

Sebagai salah satu Negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang

sangat tinggi, Indonesia memiliki banyak sekali jumlah spesies flora dan fauna. Salah

satu contoh adalah keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove yang tersebar hampir

di seluruh bagian perairan Nusantara. Tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan

golongan pohon dan semak yang telah mengembangkan adaptasi pada lingkungan

pasang surut air laut (intertidal). Mangrove merupakan hutan dengan pohon-pohon

yang selalu hijau, toleran terhadap kadar garam tinggi, tumbuh subur pada pantai

yang terlindung dari hempasan ombak besar, muara-muara sungai, dan delta pada

negara-negara tropis dan sub tropis. Keunikan lain dari tumbuhan mangrove ini

adalah memiliki barisan-barisan jenis mangrove yang sama pada daerah yang

digenangi sepanjang hari oleh air laut sampai yang tidak digenangi oleh air laut, dan

menjadi habitat bagi berbagai jenis mahluk hidup yang tinggal di sana seperti

berbagai jenis kepiting, serangga, dll. Selain itu tumbuhan mangrove memiliki

kemampuan untuk dapat memecah laju gelombang ombak yang besar sehingga air

tidak dapat meluap ke permukaan daratan sehingga dapat mencegah kerusakan.

Page 2: Artikel Bidang Fisiologi Tumbuhan

Penelitian yang dilakukan oleh tim Fisiologi Tumbuhan bertempat di Taman

Nasional Alas Purwo, di daerah Bedul dan Grajagan. Taman Nasional Alas Purwo

berbatasan dengan Teluk Grajagan, kawasan hutan produksi Perum Perhutani

Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyuwangi Selatan, Desa Grajagan, Desa

Purwoagung, Desa Sumberasri, di sebelah barat. Sebelah timur berbatasan dengan

Selat Bali dan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Teluk Pangpang,

Selat Bali, Desa Sumber Beras, Desa Kedungrejo, Desa Wringinputih Kecamatan

Muncar serta Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo dan sebelah selatan berbatasan

dengan Samudera Indonesia. Kawasan Alas Purwo, sebelum ditetapkan sebagai

Taman Nasional, semula berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan.

Objek yang menjadi kajian adalah mengenai tumbuhan mangrove. Selain itu

ada pula penelitian yang dilakukan di daerah Triangulasi yang objek kajiannya adalah

hutan pinggir pantai. Untuk kajian mengenai mangrove ada 2 judul yang diteliti yaitu

bagaimana pengaruh intensitas cahaya dan salinitas terhadap adaptasi fisiologis

tumbuhan mangrove Ceriops tagal, dan bagaimana pengaruh intensitas cahaya

dengan luas dan jumlah daun terhadap kadar klorofil Avicennia lanata. Satu

penelitian lagi yaitu pendugaan biomassa pohon di kawasan pantai hutan Triangulasi.

Pada objek mangrove, kondisi di lapangan agak begitu sukar untuk dilakukan

pengambilan data apabila menjelajah sampai bagian tengah hutan mangrove karena

pasang surut air laut yang tidak menentu serta begitu rapatnya vegetasi yang

menutupi jalur masuk untuk sampai ke hutan, sehingga penetian dibatasi hanya di

sekitar pinggirannya saja. Dalam hutan mangrove tersebut, selain ditemukannya

berbagai jenis mangrove yang melimpah, juga kita dapat menemukan berbagai jenis

satwa rawa seperti berbagai jenis kepiting, reptile, burung, dan ikan laut yang hidup

dan memanfaatkan mangrove untuk tinggal, berkembang biak, dan mencari makan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya dan salinitas

mempengaruhi daya adaptasi tumbuhan mangrove Ceriops tagal, bahwa semakin

tinggi intensitas cahaya yang diterima membuat ukuran organ menjadi lebih besar

Page 3: Artikel Bidang Fisiologi Tumbuhan

namun kerapatan stomatanya menjadi kecil, begitu pula sebaliknya pada tumbuhan

yang kurang mendapat paparan cahaya. Kemudian untuk kaitan intensitas cahaya

dengan luas permukaan daun terhadap jumlah klorofil tumbuhan daun Avicennia

lanata, pada tumbuhan yang ternaungi jumlah klorofilnya lebih banyak dibandingkan

dengan yang tidak ternaungi. Kemudian dalam pendugaan biomassa, didapatkan hasil

tumbuhan yang memiliki jumlah biomassa terbesar di hutan pantai Triangulasi adalah

pada tumbuhan Ficus glomerata L.

Begitu banyaknya keanekaragaman jenis hayati khususnya mangrove yang

ada di Taman Nasional Alas Purwo, membuat mangrove memiliki banyak sekali

potensi yang dapat diperoleh. Seperti pada penelitian yang telah dilakukan, yaitu

dapat mengetahui bagaimana tumbuhan mangrove Ceriops tagal dapat tumbuh

sehingga dapat dijadikan bahan pelajaran dan acuan bagi pengelolaan pembibitan

untuk mangrove jenis ini sehingga potensi konservasi dapat dilakukan dan organisme

lain yang hidup disana dapat terus terjaga keberadaaannya. Selain itu banyaknya

kandungan kimia pada semua organ mangrove yang belum sepenuhnya diketahui

seperti alkaloid dan bahan pewarna alami dapat dijadikan potensi lain sebagai bahan

alternatif bagi industri rumah tangga. Dalam bidang ketersediaan karbon, dengan

diketahuinya jumlah karbon tertinggi di sana maka dapat dijadikan sumber ekonomi

tinggi dari hasil perdagangan karbon. Selain itu dapat pula dijadikan sebagai keytone

species yang berperan sebagai penyedia kehidupan bagi organisme lain seperti

berbagai jenis reptil, burung, ikan, dll, sehingga usaha konservasi dapat berlangsung.

Potensi lain yang dapat diperoleh dari tumbuhan mangrove adalah sebagai bahan

makanan, obat-obatan, pakan ternak, penghasil tannin.