ARTIKEL - repository.uksw.edu€¦ · ARTIKEL . Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada ....

22
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Oleh Pawestri Kurnia Ningrum 292012018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of ARTIKEL - repository.uksw.edu€¦ · ARTIKEL . Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada ....

  • 1

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

    MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN

    NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

    SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

    2015/2016

    ARTIKEL

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Oleh

    Pawestri Kurnia Ningrum

    292012018

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

    MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN

    NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

    SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

    2015/2016

    Pawestri Kurnia Ningrum, Romirio Torang Purba

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2016

    Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711

    E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil belajar IPA kelas V SDN Katekan 02

    rendah. Model yang digunakan guru belum tepat. Solusi pemecahan masalah dengan Model

    Pembelajaran Examples non Examples. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

    hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SDN Katekan 02. Data dalam penelitian ini

    menggunakan teknik analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini

    merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif 2 siklus. Penelitian ini menggunakan tahap

    perencanaan,pelaksanaan,observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN

    Katekan 02 siswa kelas V sebanyak 18 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan

    adalah observasi, tes dan dokumentasi. Prasiklus presentase ketuntasan mencapai 33,3%

    dengan jumlah siswa yang telah mencapai KKM (=70) sejumlah 7 siswa dan 11 siswa belum

    mencapai KKM. Siklus 1 presentase ketuntasan mencapai 55,5% dengan sejumlah 10 siswa

    telah mencapai KKM dan 8 siswa belum memenuhi KKM. Siklus 2 presentase ketuntasan

    mencapai 94,4% dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sejumlah 17 dan 1 siswa belum

    mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan

    hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Examples non

    Examples.

    Kata Kunci : Model pembelajaran, Examples non Examples, Hasil Belajar, PTK.

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 2006: 484) Ilmu

    Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar mempunyai tujuan yang salah satunya adalah agar

    peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

    konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

    hari.Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru menggunakan

  • 8

    model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa

    secara efektif didalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada

    dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa

    dapat meraih hasil belajar yang optimal. Untuk dapat menggunakan model pembelajaran yang

    efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan tentang penerapan model-model dalam

    proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterlibatan dengan tingkat

    pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelasjuga pentingnya

    pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah.

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap yang telah dilakukan, dijelaskan bahwa pada

    saat proses belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah bervariasi.

    Guru juga kurang memaksimalkan alat peraga. Sehingga siswa berpikir abstrak dan merasa

    kurang termotivasi untuk belajar, siswa bermain dengan teman sebelah, bercerita sendiri,

    siswa bingung dalam menerima informasi. Kendala yang ditemui guru ketika pembelajaran

    adalah siswa terlihat kurang tertarik dengan materi pelajaran dan sebagian besar siswa masih

    pasif. Penilaian dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran untuk memantau hasil

    belajar siswa. Namun hasilnya belum memuaskan, ada beberapa siswa yang belum tuntas

    KKM sehingga masih perlu bimbingan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

    menunjukkan bahwa hasil belajar IPA rendah karena model yang digunakan guru belum tepat

    sehingga siswa pasif saat pembelajaran. Guru juga belum mengoptimalkan penggunaan media

    pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang tertarik dengan materi pelajaran.

    Dalam pembelajaran siswa tidak hanya pasif tetapi siswa dapat membangun

    pengetahuan secara aktif. Kegiatan belajar mengajar juga harus menekankan pada hasil

    sehingga guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Dalam

    proses belajar mengajar pendidikan menjadi interaksi pribadi diantara para siswa dan menjadi

    interaksi antara guru dan siswa. (Anita Lie, 2005). Penggunaan Model Pembelajaran

    Examples non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih

    dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan

    menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti;

    kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan

    berinteraksi dengan siswa lainnya. Dari teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan

    adanya motivasi, semangat tanggung jawab, reaksi yang positif, rasa senang dan rasa puas

    dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Hal tersebut juga

    dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

  • 9

    Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru menggunakan

    model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa

    secara efektif didalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada

    dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa

    dapat meraih hasil belajar yang optimal. Untuk dapat menggunakan model pembelajaran

    yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan

    konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran.

    Model pembelajaran yang efektif memiliki keterlibatan dengan tingkat pemahaman guru

    terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas. Model pembelajaran yang dipakai

    dalam penelitian ini adalah model Examples non Examples.

    Model pembelajaran kooperatif tipe Examples non Examples adalah kegiatan

    pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

    mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Setiap anggota kelompok

    terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen ,ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung

    jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno, 2009: 51-52). Oleh karena itu,

    berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian dengan

    judul “Penerapan Model Examples non Examples Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Kelas V Mata Pelajaran IPA di SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten

    Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat hasil

    belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA di SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo

    Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu

    pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar siswa dan peran serta

    siswa dalam proses pembelajaran.diharapkan memberikan sumbangan ilmu, menurut Buehl

    dalam (Apriani dkk, 2007:219) mengemukakan kelebihan Examples non Examples.

    Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bagi siswa dengan diterapkannya Model

    Pembelajaran Examples non Examples ini dapat menumbuhkan motivasi dan daya tarik siswa,

    rasa ingin tahu yang tinggi, keaktifan siswa, minat siswa dalam pelajaran IPA dan dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Bagi guru dengan dilaksanakannya penelitian ini guru

    mampu menerapkan model pembelajaran Examples non Examples dengan baik pada mata

    pelajaran IPA. Bagi sekolah hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada

  • 10

    sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. Bagi peneliti dapat memperoleh

    pengetahuan sekaligus ketrampilan dalam melakukan penelitian dan wawasan tentang

    penerapan model Examples non Examples dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi

    siswa.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi Pembelajaran

    Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan

    siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

    langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2011).

    Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang

    dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.

    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

    IPA merupakan pengetahuan yang rasinonal dan objektif tentang alam emesta dengan

    segala isinya. Selain itu, IPA adalah cara untuk mengamati alam. Dijelaskan juga bahwa cara

    IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat dan IPA dapat menghubungkan

    antara suatu fenomena dengan fenomena lain. IPA membahas tentang berbagai gejala alam

    yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

    dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan

    kebendaan yang sistematis yang disusun secara teratur dan tidak berdiri sendiri yang

    merupakan kumpulan dari observasi atau eksperimen.

    Hakikat IPA SD

    Menurut Samatowa (2010), IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk

    memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka

    mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta

    mengembangkan cara berfikir ilmiah fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya

    ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik. Jadi pembelajaran IPA di

    SD seharusnya membekali keterampilan proses siswa dalam mempelajari sesuatu secara

    ilmiah. Guru dapat memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah melalui penyelidikan atau

    penemuan. Selain itu memberikan pengalaman belajar langung agar siswa dapat belajar secara

    leih konkret.

    Hasil Belajar

    Dalam proses belajar mengajar,hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

    sangat penting untuk diketagui oleh guru, agar guru dapat merencanakan suatu pembelajaran

  • 11

    secara tepat. Setiap proses belajar mengajar keberhasilanya diukur dari segi prosesnya. (

    Sudjana, 1989) Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian

    tujuan pengajaran.Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran,

    dampak pengiring. Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah hasil yang di peroleh siswa berkat tindak guru di dalam kelas. Dimana kedua dampak

    tersebut akan membawa siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

    Model Examples Non Examples

    Rusman (2013) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bentuk pembelajaran

    dengan membentuk siswa pada suatu kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan

    struktur kelompok yang heterogen. Jadi, pembelajaran kooperatif menekankan pada

    pembelajaran secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu tugas.Pembelajaran kooperatif

    memiliki berbagai tipe. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa

    dalam bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi juga dapat mendorong siswa untuk

    menemukan dengan cara penyelidikan seperti yang diharapkan dalam proses pembelajaran

    IPA adalah tipe Examples non Examples.

    Model pembelajaran Examples non Examples adalah tipe pembelajaran yang

    mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai

    dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran,

    kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga

    siswa dapat membuat konsep yang esensial. Berdasarkan paparan menurut Agus Suprijono

    (2011) tentang langkah-langkah implementasi Examples non Examples dapat dikaji bahwa

    dalam menerapkan pembelajaran Examples non Examples terdapat 7 tahapan yang perlu

    dilakukan. Masing-masing tahapan menunjukkan kegiatan yang berbeda-beda yang perlu

    dipahami oleh guru sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

    Tahap pertama adalah guru mempersiapkan gambar contoh dan bukan contoh yang

    akan digunakan dalam pembelajaran. Dalam tahap ini, guru mulai menyiapkan beberapa

    gambar yang akan diberikan kepada siswa untuk menyampaikan materi pembelajaran

    sehingga siswa tertarik mengikuti pelajaran. Tahap kedua adalah gambar-gambar disajikan

    melalui LCD ( contoh dan bukan contoh). Siswa mulai memperhatikan contoh dan bukan

    contoh melalui gambar yang ditampilkan oleh guru.

    Tahap ketiga adalah guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa

    untuk memperhatikan/ menganalisa gambar (contoh dan bukan contoh). Pada tahap ini guru

    meminta siswa untuk menuliskan contoh gambar dan yang bukan merupakan contoh

    gambar. Tahap keempat adalah melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil analisa

  • 12

    gambar-gambar dicatat pada kertas. Guru meminta siswa untuk membentuk beberapa

    kelompok kemudian berdiskusi dan menganalisa gambar-gambar setelah menemukan isi

    dari materi.

    Tahap kelima adalah tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil

    diskusi menjelaskan pengertian dari gambar yang ditampilkan ke depan kelas. Pada tahap ini

    setiap kelompok diminta untuk bergantian maju membacakan hasil diskusi menganalisa

    gambar-gambar yang telah ditampilakan oleh guru. Tahap keenam adalah mulai dari

    komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang inin

    dicapai. Setelah siswa berdiskusi kemudian guru berkomentar tentang hasil diskusi siswa

    kemudian guru juga mulai menyampaikan materi pembelajaran. Tahap ketujuh adalah

    kesimpulan, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil keseluruhan pembelajaran.

    Pada tahap ini semua pelajaran atau materi di ulas kembali kemudian diringkas menjadi satu

    kesimpulan sehingga siswa lebih mudah memahami.

    Setiap model tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut buehl (dalam

    Apriani dkk, 2007) memaparkan kelebihan Examples non Exampless. Kelebihan yang

    pertama, siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas

    pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek. Kedua yaitu siswa

    terlibat aktif dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk

    membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Examples non Examples.

    Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep

    dengan mempertimbangkan dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non

    example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter

    dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. Sedangkan kelemahanya menurut,

    dari model Examples non Examples antara lain yang pertama tidak semua materi dapat

    disajikan dalam bentuk gambar. Kedua yaitu memakan waktu yang lama.

    Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan

    hipotesis penelitian tindakan kelas adalah melalui model pembelajaran Examples non

    Examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada

    siswa kelas V di SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II

    Tahun Pelajaran 2015/2016.

  • 13

    METODE PENELITIAN

    Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Katekan 02 Kelurahan Katekan

    Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Penelitian akan dilaksanakan pada semester II

    tahun ajaran 2015/2016 sesuai dengan jadwal dan izin dari sekolah. Penelitian ini

    dilaksanakan kurang lebih selama 4 bulan. Subjek dalam peneltian ini adalah siswa kelas V

    SDN Katekan 02 pada tahun ajaran 2015/2016. Keseluruhan dengan jumlah siswa 18 orang,

    yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

    Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi

    menjadi dua yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Variabel

    dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah proses belajar dan hasil belajar IPA. Karena

    proses dan hasil belajar merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Variabel bebas

    dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples non

    Examples. Berdasarkan pada kajian teori dan kajian penelitian yang relevan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe Examples non Examples salah satu model pembelajaran

    kooperatif yang kegiatan belajar mengajar dengan cara berdiskusi dengan kelompok tentang

    gambar-gambar yang telah ditampilkan oleh guru.

    Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Tahapan

    prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh

    Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2012). Yaitu tahap perencanaan pada tahap ini peneliti

    menyusun rumusan masalah, tujuan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), termasuk

    di dalamnya instrumen penelitian,dan bahan ajar. Selanjutnya tahap pelaksanaan adalah

    kegiatan mengimplementasi atau menerapkan perencanaan sesuai dengan rencana tindakan

    yang sudah dibuat. Tahap observasi Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah

    pengamat. Tahapan refleksi adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang

    terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah teknis tes dan non

    tes. Tes ialah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

    sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan Arikunto (2012:

    67). Teknis nontes meliputi Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak

    digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

    yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan (Sudjana,

    2009: 84). Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

  • 14

    berupa catatan lapangan, transkrip, buku surat notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti,

    agenda dan sebagainya (Arikunto, 2012: 206).

    Suharsimi Arikunto (2005: 101), mengartikan instrumen penelitian sebagai alat bantu

    merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya angket, daftar cek, pedoman

    wawancara, dan lembaran pengamatan. Observasi yaitu pengamatan secara langsung ke objek

    penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi merupakan cara

    pengumpulan data dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung dengan

    menggunakan alat atau instrumen observasi (Sanjaya, 2013: 270). Metode tes digunakan

    sebagai alat untuk memperoleh data dengan menguji kemampuan siswa selama mengikuti

    pembelajaran IPA dengan model Examples Non Examples.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi Awal

    Hasil belajar IPA yang rendah membuat peneliti berpikir untuk melakukan penelitian.

    Peneliti mulai merencanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model yang lain

    dari pembelajaran sehari-hari untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

    pembelajaran dengan materi daur air dan peristiwa alam. Hasil belajar siswa yang masih

    rendah ditunjukkan pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan

    Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 70 Data hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai Ulangan harian dapat dilihat

    pada Tabel 1.

    Tabel 1

    Analisis Ketuntasan Kondisi Awal

    No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

    Frekuensi Presentase(%)

    1 Tuntas ≥ 70 6 33,33

    2 Tidak Tuntas < 70 12 66,66

    Jumlah 18 100

    Berdasarkan Tabel 1 analisis ketuntasan belajar kondisi awal, maka dapat dianalisis

    bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 6 siswa atau mencapai 33.33%. Sedangkan untuk

    siswa yang belum tuntas adalah 10 siswa atau mencapai 66,66%. Ketuntasan belajar disajikan

    dalam gambar sebagai berikut:

  • 15

    Gambar 1

    Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar

    Siswa Kelas V SDN Katekan 02

    Tahun Pelajaran 2015/2016

    Kondisi Awal

    Berdasarkan hasil observasi hasil belajar IPA di SDN Katekan 02 dapat diketahui

    bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Sehingga peneliti perlu mengadakan perbaikan

    dengan menerapkan model pembelajaran IPA Examples non Examples. Melalui model

    pembelajaran Examples non Examples ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    Melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.

    Hasil Belajar Siswa Siklus 1

    Melalui penerapan model Examples non Examples pada siklus 1, perilaku guru dan

    siswa telah berubah dibandingkan pada kondisi awal. Perilaku guru yang semula banyak

    mendominasi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, kini mulai

    berubah dengan hanya menjadi fasilitator atau konselor dengan memberikan bimbingan

    kepada siswa. Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang materi atau topik

    yang akan dipelajari pada tahap kegiatan Examples non Examples yang pertama yaitu

    mempersiapkan gambar-gambar. Pada tahap ini, guru hanya memberikan penjelasan secara

    singkat tentang materi yang akan dipelajari.

    Perilaku siswa yang teramati juga nampak berubah jika dibandingkan dengan kondisi

    awal. Pada kondisi awal guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa

    cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya menjawab pertanyaan yang diajukan

    oleh guru. Berdasarkan hasil observasi, secara umum pembelajaran sudah terpantau berjalan

    dengan baik dan sesuai dengan RPP. Perubahan perilaku guru dan siswa pun sudah dapat

    teramati. Namun pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Hal ini

    dikarenakan masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak nampak dilakukan oleh guru dan

    siswa.

    Seperti yang telah dijelaskan dalam proses pelaksanaan tindakan siklus 1, terdapat

    beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru pada pelaksanaan siklus 2. Peneliti bersama guru

  • 16

    melakukan perencanaan untuk tindakan siklus 2. Peneliti bersama guru juga mendiskusikan

    tentang hal-hal yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan siklus 2. Guru harus lebih bisa

    memahami langkah-langkah model pembelajaran sehingga dalam penerapanya semua

    kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru dapat mengingatkan siswa agar dapat

    bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal ini ditujukan agar dapat

    terciptanya interaksi yang baik antar siswa maupun guru dengan siswa.

    Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) maka dapat dialakukan analisis

    untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas. Analisis ketuntasan hasil

    belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan dalam Tabel 2.

    Tabel 2

    Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 1

    Berdasarkan Tabel 2 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka dapat dianalisis bahwa

    jumlah siswa yang tuntas adalah 10 siswa atau mencapai 55.5%. Sedangkan untuk siswa yang

    belum tuntas adalah 8 siswa atau mencapai 44.4%. Ketutasan belajar disajikan dalam diagram

    lingkaran pada Gambar 2.

    Gambar 2

    Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar

    Siswa Kelas V SDN Katekan 02

    Tahun Pelajaran 2015/2016

    Siklus 1

    Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat dianalisis bahwa hasil tindakan

    belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti. Ketuntasan belajar

    belum mencaapi 80% dari keseluruhan siswa atau nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat

    minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Berdasarkan analisis hasil tindakan

    siklus 1, baik dari analisis hasil belajar maupun proses masih diperlukan upaya perbaikan.

    No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

    Frekuensi Presentase (%)

    1 Tuntas ≥ 70 10 55.5

    2 Tidak Tuntas < 70 8 44.5

    Jumlah 18 100

  • 17

    Upaya dilakukan agar dapat mencapai indikator keberhasilan. Upaya perbaikan diperoleh

    setelah melakukan kegiatan refleksi siklus 1.

    Hasil Belajar Siswa Siklus 2

    Melalui penerapan model Examples non Examples pada siklus 2, perilaku guru dan

    siswa lebih baik dibandingkan pada siklus 1. Berdasarkan hasil observasi, semua langkah

    kegiatan telah dilakukan oleh guru dan siswa. Hanya saja pada pertemuan pertama, ada

    beberapa siswa yang nampak bergurau dengan teman saat mengerjakan tugas kelompok. Guru

    sudah dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaan dengan baik dan benar. Siswa sudah

    terlibat aktif dalam pembelajaran terlihat siswa juga sudah tidak bingung dengan model

    pembelajaran Examples non Examples. Siswa sudah mulai bertanya jawab dengan guru

    tentang materi sehingga pembelajaran sudah berpusat pada siswa.

    Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) maka dapat dialakukan analisis

    untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas. Analisis ketuntasan hasil

    belajar siswa pada Siklus 2 dapat disajikan dalam Tabel 3.

    Tabel 3

    Analisis Ketuntasan Belajar Siklus

    Berdasarkan tabel 3 analisis ketuntasan belajar Siklus 2, maka dapat dianalisis bahwa

    jumlah siswa yang tuntas mencapai 94.5% artinya 17 dari 18 siswa telah tuntas dari

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Ketutasan belajar disajikan dalam diagram

    lingkaran pada Gambar 3.

    Gambar 3

    Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar

    Siswa Kelas V SDN Katekan 02

    Tahun Pelajaran 2015/2016

    Siklus 2

    No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

    Frekuensi Presentase (%)

    1 Tuntas ≥ 70 17 94.5

    2 Tidak Tuntas < 70 1 5.5

    Jumlah 18 100

  • 18

    Hasil tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan peningkatan hasil belajar

    yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 95% atau 17 dari 18 siswa telah tuntas.

    Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 85. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

    tindakan pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan. Ketuntasan belajar siswa telah

    mencapai lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80%. Sedangkan untuk nilai rata-rata hasil

    belajar siswa juga telah naik lebih dari 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Hal

    ini membuktikan bahwa model pembelajaran Examples non Examples dapat meningkatkan

    hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Katekan 02 semester II tahun ajaran 2015/2016.

    Hasil Analisis Data

    Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar dari

    ketuntasan belajar siswa kelas V SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten

    Temanggung pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, maka dapat diketahui perbedaan dan

    peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan belajar IPA ditunjukan pada Tabel 4.

    Tabel 4

    Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

    No Ketuntasan

    Belajar Nilai

    Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

    Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

    1 Tuntas

    ≥ 70 6 33.33 10 55

    17 94.5

    2 Tidak tuntas

    < 70 12 66.66 8 45

    1 5.55

    Jumlah 18 100 18 100 18 100

    Nilai Rata-rata 63 69 85

    Berdasarkan Tabel 4 perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat diketahui

    bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada

    kondisi awal, siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70)

    hanya berjumlah 6 siswa (33.33%), sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 12 siswa

    (66.66%).

    Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, nampak peningkatan jumlah siswa yang

    tuntas yaitu dengan jumlah 10 siswa (55%), sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 8

    siswa (45%). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa ketuntasan

    belajar secara klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu mencapai 80% dari total

    keseluruhan siswa sehingga masih diperlukan perbaikan pada Siklus 2.

    Setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 2, jumlah siswa yang tuntas mencapai 94.5%

    atau 17 dari 18 siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70).

    Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar secara

  • 19

    klasikal telah mencapai atau memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu

    mencapai 80% dari total keseluruhan siswa. Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal,

    siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat dalam diagram tabel pada Gambar 4.

    Gambar 4

    Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

    Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain ketuntasan hasil belajar

    klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.

    Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Katekan 02 pada kondisi

    awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam Tabel 5

    Tabel 5

    Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

    Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

    Nilai RRata-rata Hasil Belajar IPA 63 69 85

    Berdasarkan Tabel 5 tentang perbandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa, dapat

    diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus 1

    dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 63. Setelah

    dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 69.

    Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-

    rata hasil belajar siswa juga belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan

    yaitu meningkat minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Oleh karena itu,

    perlu dilakukan perbaikan melalui pelaksanaan tindakan pada siklus 2.

    Setelah dilakukan tindakan pada siklus 2, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin

    mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus 2 mencapai 85.

    Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Katekan 02 pada kondisi

    awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat dalam diagram batang pada gambar 5 sebagai berikut:

  • 20

    Gambar 6

    Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

    PENUTUP

    Simpulan

    Berdasarkan analisis hasil tindakan pada bab IV mengenai hasil penelitian maka dapat

    disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples non Examples

    dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Katekan 02

    Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal

    tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa, yaitu peningkatan

    jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan

    dari jumlah siswa 18 hanya terdapat 7 siswa yang mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas

    adalah 63. Pada siklus I terdapat peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM

    ada 10 siswa dan nilai rata-rata kelas 69. Sedangkan pada siklus II yang mendapatkan nilai

    diatas KKM ada 17 siswa dan yang belum mencapai KKM ada 1 siswa dengan nilai rata-rata

    kelas 85. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Examples non

    Examples mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

    Saran

    Bagi Guru

    Guru hendaknya meningkatkan pemahaman dan kemampuan pada langkah-langkah

    pelaksanaan model pembelajaran Examples Non Examples sehingga penerapannya dalam

    pembelajaran IPA dapat lebih optimal lagi terutama untuk meningkatkan pemahaman konsep

    siswa. Guru hendaknya lebih kreatif, aktif, dinamis, dan reformatif dalam memilih atau

    menggunakan metode pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa merasakan kenyamanan

    dalam belajar sehingga mereka akan siap mencerna pembelajaran yang diberikan. Selain itu

    guru hendaknya dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa untuk lebih berani

    mengemukakan pendapat dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran IPA.

    Bagi siswa

  • 21

    Meskipun siswa sudah mengalami peningkatan pemahaman konsep IPA, dengan

    menggunakan Examples Non Examples melalui menganalisis contoh gambar/contoh kasus,

    namun alangkah baiknya jika siswa senantiasa meningkatkan pemahaman materi IPA yaitu

    baik dari buku paket maupun mencari informasi dari sumber lainnya seperti televisi, surat

    kabar, internet dan sebagainya.

    Bagi Sekolah

    Agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya

    sekolah memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada guru untuk berekspresi

    secara kreatif dan inovatif dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan di

    kelas. Selain itu, pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang

    dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.

    Bagi Peneliti selanjutnya

    Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang Examples Non Examples, sebaiknya

    mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai penerapan Examples Non Examples

    terhadap pemahaman konsep, motivasi dan prestasi belajar IPA siswa. Dalam menerapkan

    model pembelajaran Examples Non Examples, akan lebih baik lagi bila peneliti juga

    menggunakan multimedia untuk menanyangkan gambar, ataupun video.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S, dkk. 2012. Penelitian tindakan kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara

    Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

    Apriani, Atik dan David Indrianto.2010. Implementasi model pembelajaran examples non

    examples. Sumedang. FKIP PGMI

    Depdiknas. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

    Terbuka

    Lie. Anita. 2005. Cooperative learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

    Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

    Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Algesindo

  • 22

    Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

    Jogjakarta:Pustaka Pelajar.

    Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.

    Usman Samatowa. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta PT Indeks.

    .