ARTIKEL

download ARTIKEL

of 14

Transcript of ARTIKEL

PERANAN JAMAAH IMRAN DALAM PERISTIWA PEMBAJAKAN PESAWAT GARUDA DC-9 WOYLA PADA TANGGAL 28-31 MARET 1981 DI BANDARA DON MUANG, BANGKOK Oleh Teguh Handoyono (074284049) ABSTRAK

Pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama pada tahun 1970-1981 masalah pertama yang dihadapi pemerintah adalah mewaspadai kelompok gerakan ekstrim kanan yang berpotensi memberontak dan mengancam disentegrasi bangsa. Kelompok gerakan ekstrim kanan yang muncul pada masa Orde Baru antara lain: kelompok Komando Jihad yang muncul pada tahun 19701976, kelompok Teror Warman yang muncul pada tahun 1978-1980 dan kelompok Jamaah Imran pada tahun 1980-1981. Kelompok Gerakan ekstrim kanan bertujuan mendirikan Dewan Revolusi Islam Indonesia dan melakukan aksi teror untuk mencapai tujuan. Salah satu aksi teror yang dilakukan kelompok Jamaah Imran yaitu melakukan pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woylapada tanggal 28-31 Maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini berusaha menjelaskan tentang: perkembangan kelompok gerakan ekstrim kanan pada masa Orde Baru, latar belakang lahirnya kelompok Jamaah Imran, latar belakang Jamaah Imran melakukan pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla, jalannya pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada tanggal 28-31 Maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok, pelaksanaan operasi penumpasan pembajak pesawat Garuda DC-9 Woyla dan dampak peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla bagi kelompok gerakan ekstrim kanan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, meliputi: heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dilakukan di ANRI, Perpustakaan Nasional, Pusjarah TNI dan Museum Satria Mandala serta Makopassus Cijantung, Jakarta Timur. Kritik yaitu menguji kebenaran dan kesesuaian sumber-sumber dengan cara memilah-milah data yang relevan sesuai tema penelitian. Interpretasi dilakukan dengan cara menyusun hubungan antar fakta yang telah diteliti dan asumsi imajinasi tentang fakta-fakta yang ada sesuai dengan tema penelitian. Historiografi, tahap penulisan sejarah. Kelompok gerakan ekstrim kanan yang muncul pada masa Orde Baru antara lain: Kelompok Komando Jihad dan Teror Warman (kelompok yang meneruskan cita-cita DI/TII), serta kelompok Jamaah Imran. Kelompok Jamaah Imran muncul karena terinspirasi revolusi Iran pada tahun 1979. Kelompok Jamaah Imran melakukan aksi teror berupa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada tanggal 28-31 Maret 1981 dan mengalihkan penerbangan ke Bandara Don Muang, Bangkok. Pembajakan pesawat merupakan tindakan balas dendam dan bertujuan untuk membebaskan anggota Jamaah Imran yang ditangkap karena terlibat penyerangan Pos Polisi Kosekta 8606, Cicendo Bandung pada tanggal 11 Maret 1981. Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla dapat ditumpas oleh Tim Antiteror Kopasandha pada tanggal 31 Maret1

1981 pukul 02.40. Operasi antiteror hanya berjalan tiga menit dan berhasil menewaskan kelima pembajak. Pemerintah akhirnya melakukan tindakan preventif, mengawasi dan menindak tegas kelompok gerakan ekstrim kanan. Kata Kunci: Jamaah Imran, Pembajakan, Garuda DC-9 Woyla

2

Fenomena terorisme di Indonesia sudah dikenal di awal kemerdekaan RI yang berawal dari radikalisme anasir-anasir DI/TII. Memang gerakan DI/TII bukanlah salah-satu awal munculnya terorisme di Indonesia. Setidaknya anasir DI/TII dengan varian-variannya menjadi cikal bakal dari radikalisme Islam di Tanah Air.1 DI/TII ini merupakan gerakan menentang pemerintahan Republik Indonesia dan berusaha mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, terutama setelah Soeharto ditetapkan sebagai Presiden dalam Sidang MPRS V pada tanggal 27 Maret 1968. Langkah pertama yang dilakukan pemerintah adalah membersihkan sisa-sisa anggota PKI di tubuh pemerintahan. Selain menumpas sisa-sisa anggota PKI, Presiden Soeharto juga sangat mewaspadai kelompok gerakan ekstrim kanan yang juga memiliki potensi untuk memberontak. Gerakan ekstrim kanan di Indonesia muncul, sebagai akibat kekecewaan kelompok-kelompok gerakan ekstrim kanan yang gagal menerapkan Piagam Jakarta dalam kehidupan kenegaraan. Gerakan ekstrim kanan yang muncul pada tahun 1970-1981, antara lain Komando Jihad, kelompok Teror Warman dan kelompok Jamaah Imran. Kelompok Gerakan ekstrim kanan ini melakukan aksi teror, berusaha mengganti dasar negara Indonesia dan bertujuan mendirikan Dewan Revolusioner Islam Indonesia.2 Pemerintahan Orde Baru menganggap gerakan ini sebagai ancaman serius yang akan mengganggu stabilitas nasional.

Irfan Awwas, Menelusuri Perjalanan Jihad Kartosoewiryo, (Yogyakarta: Wihdah Press, 1999), halaman 20. 2 Maftuh Abegebriel dan Ibida Syitaba, Gerakan ekstrim kanan; Akar Teologis dan Politis, dalam A. Maftuh Abegebriel dan A. Yani Abevario, Negara Tuhan: The Thematic Ecyclopedia, (Jakarta: SR-INS Publishing, 2004), halaman 549.

1

3

Kelompok gerakan ekstrim kanan pada masa Orde Baru terutama pada tahun 1980-1981 yang mengganggu stabilitas nasional kelompok Jamaah Imran. Kelompok Jamaah Imran muncul karena terilhami adanya revolusi Islam yang terjadi di Iran pada Februari 1979. Kelompok Jamaah Imran dipimpin oleh Imran bin Muhammad Zein yang bertujuan mendirikan Dewan Revolusioner Islam dan berusaha mengganti UUD 45 dan Pancasila. Salah satu tindakan teror yang dilakukan kelompok Jamah Imran aksi pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada tanggal 28 -31 Maret Maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok.3 Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla merupakan tindakan balas dendam yang dilakukan kelompok Jamaah Imran dan bertujuan untuk membebaskan anggota jamaah yang ditahan pemerintah karena terlibat penyerangan Pos Polisi Kosekta 8606 Cicendo, Bandung pada tanggal 11 Maret 1981 serta mempunyai tujuan politik.4 Pada tanggal 11 Maret 1981 itu juga, operasi pengejaran dilakukan bersama antara pihak Laksuda dan Polri Jawa Barat. Penyelidikan dan operasi pengejaran berhasil membekuk anggota kelompok Jamaah Imran yang terlibat langsung penyerbuan dan sebagian besar merupakan simpatisan.5 Operasi pengejaran membuat kelompok Jamaah Imran semakin terpojok. Malam itu juga Imran, Mahrizal dan Zulfikar melarikan diri ke Malang, Jawa Timur utuk menghindari operasi pengejaran.6

Bambang Koesowo, dkk, 40 Tahun Indonesia Merdeka 1975-1985, (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995), halaman 1170. 4 Pikiran Rakyat, 20 Maret 1981. 5 Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia,(Jakarta: Pustaka, Primatama, 2008), halaman 161. 6 Surabaya Post, 22 April 1981.

3

4

Selama melarikan diri di Malang, Jawa Timur Imran berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada tanggal 19 Maret 1981 Imran, Mahrizal dan Zufikar kembali ke Jakarta.7 Imran kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan anggota jamaah yang masih tersisa dengan tujuan untuk mengatur siasat membebaskan anggota jamaah. Pertemuan itulah kemudian menghasilkan ide pembajakan pesawat yang disampaikan oleh Mahriza di rumah Imran di Jl. Flapon I Rawamangun. Langkah pertama yang dilakukan Imran untuk melaksanakan pembajakan pesawat adalah membentuk tim survey. Anggota tim survey terdiri dari Mahrizal, Fuad dan Darussalam melakukan survey ke Bandara Kemayoran.8 Perencanaan pembajakan kemudian di lakukan Imran di rumah K. Sofyan Jl. Karang Tembok. Gg. 1 No. 5A Surabaya.9 Pertemuan akhirnya menghasilkan kesepakatan tentang jenis pesawat yang dibajak, rute pesawat, tujun akhir dan tuntutan yang akan diajukan.10 Setelah melakukan tahap perencanaan kemudian anggota Jamaah Imran kembali ke Jakarta. Imran dan anggota jamaah kembali ke Jakarta, pada hari Selasa malam, tanggal 24 Maret 1981. Pada tanggal 25 Maret 1981 anggota kelompok Jamaah Imran yang bertugas membajak pesawat segera menuju Sumatera. Setelah tiba di Tanjungkarang, Mahrizal dan anggota lainnya menuju Palembang naik kereta api siang Lintas Expres (Limex) tujuan Tanjungkarang-Palembang.11 Tanggal 26 Maret 1981, anggota Jamaah Imran tiba di Palembang. Anggota Jamaah ImranPikiran Rakyat, 1 April 1981. Markas Besar TNI Pusjarah Dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid IV (1966-1983), (Jakarta: Mabes TNI, 2000), halaman 154. 9 Emron, Pangkapi, Hukuman Mati Untuk Imam Imran, Sebuah Catatan Peradilan, (Bandung: Alumni, 1982), halaman 86. 10 Berita Buana, 30 Maret 1981. 11 Arsip Departemen Pertahanan Keamanan, Keterangan Resmi Pangkopkamtib, No. 4555 Tanggal 11 Mei 1981.8 7

5

yang dipimpin Mahrizal menginap di hotel Lusyana terletak di sudut persimpangan Jl. Letkol Iskandar dan Jl. Sudirman Palembang.12 Mahrizal dan anggota lainnya menginap di kamar No. 14 selama 2 hari. Pagi hari tanggal 28 Maret 1981, sekitar pukul 06.00, Mahrizal dan anggotanya meninggalkan hotel menuju Bandara Talangbetutu Palembang dengan membawa 5 tiket pesawat jurusan Medan. Anggota Jamaah Imran yang betugas membajak pesawat, diantaranya Mahrizal, Abdullah Mulyono, Abu Sofyan, Zulfikar dan Wendy dengan selamat dapat memasuki pesawat Garuda DC-9 Woyla jurusan Jakarta-PalembangMedan dengan membawa senjata tajam, pistol dan granat tangan.13 Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla terjadi pada tanggal 28 Maret 1981, sekitar pukul 10.10 WIB. Pesawat DC-9 Garuda dengan No. Penerbangan GA206 jurusan Jakarta-Palembang-Medan dibajak di udara pada posisi 25 mil sebelum Pekanbaru.14 Pesawat Garuda DC-9 Woyla mengangkut 48 penumpang dan 5 awak pesawat.15 Pembajak menyuruh Captain Pilot Herman Rante dan Co-Pilot Hendhy Juwantoro merubah arah pesawat dari tujuan semula ke Medan langsung diterbangkan ke Colombo, Sri Lanka, namun usulan itu ditolak. 16 Penerbangan kemudian diarahkan ke Penang. Berita pembajakakan pesawat kemudian dilaporkan kepada Presiden dan Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Muhammad Yusuf yang sedang memimpin Rapim ABRI di Ambon.1712 13

Tempo, 4 April 1981. Angkatan Bersenjata, 3 April 1981. 14 Sinar Harapan, 29 Maret 1981. 15 Kompas, 1 April 1981. 16 Markas Besar TNI Pusjarah Dan Tradisi TNI, op. cit., halaman 155. 17 Sinar Harapan, 30 Maret 1981.

6

. Menhankam/Pangab kemudian menunjuk Wapangab/Pangkopkamtib Laksamana Sudomo sebagai koordinator penanggulangan kasus pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla dan bertugas mengurusi masalah diplomasi. Letjend TNI Benny Murdani diperintahkan untuk mempersiapkan Pasukan Khusus Anti Teroris dan urusan tekhnis penerbangan diserahkan kepada Ditjen Perhubungan Sugiri.18 Pukul 11.48 pesawat Garuda DC-9 Woyla mendarat di Bandara Penang, Malaysia19. Pembajak ketika tiba di Bandara Penang Malaysia mengajukan tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia, diantaranya:1. Pembajak menuntut pesawat untuk diisi bahan bakar.

2. Pembajak meminta dikirimkan makanan. 3. Pembajak meminta peta-peta penerbangan ke Colombo, Sri Lanka dan Flight Plan tujuan Bangkok.20 Pembajak ketika tiba di Bandara Penang Malaysia, membebaskan salah seorang sandera wanita bernama Ny. Panjaitan berusia 76 tahun karena dianggap terlalu tua.21 Pesawat Garuda DC-9 Woyla akhirnya tinggal landas dari Bandara Bayan Lepas Penang, Malaysia pada pukul 16.05 setelah tuntutan-tuntutan yang diajukan pembajak dipenuhi oleh pemerintah Malaysia.22 Pemerintah Indonesia dan Kuala Lumpur, berusaha menganalisis pelaku pembajakan pesawat berdasarkan informasi-informasi yang sudah diperoleh. Hasil analisis pemerintah Indonesia mengenai pembajak pesawat Garuda DC-9 Woyla antara lain:Atmadji Sumarkidjo, Jenderal M Yusuf Panglima Para Prajurit, ( Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2006), halaman 304. 19 Arsip Jabatan Penerbangan Awam Pulau Penang, Catatan Tangan Rajaratnam. 20 Arsip Departemen Pertahanan Keamanan Ruang Yudha, Kronologis Pembajakan Pesawat Garuda. 21 Berita Buana, 30 Maret 1981. 22 Sinar Harapan, 6 April 1981.18

7

1. Pembajak kira-kira terdiri dari 5 orang, berumur sekitar 30 tahun. Senjata yang digunakan antara lain; pistol, pisau dan granat. Sebagian besar pembajak adalah orang Indonesia dan ada seorang pembajak dengan ciri-ciri berbadan tegap, tinggi seperti orang Eropa dengan wajah Arab. 2. Tekhnik pembajakan cukup berencana, terutama dalam menghadapi kemungkinan sergapan. 3. Pembajak merampas semua barang berharga penumpang dan kartu tanda pengenal dan menyuruh penumpang mengosongkan bangku depan. 4. Motif pembajakan belum jelas dan kemungkinan pembajak berasal dari kelompok Islam fanatik. 5. Kemungkinan pembajak berangkat dari Bandar Udara Talangbetutu, Palembang.23 Sudomo kemudian melihat daftar nama penumpang yang naik dari Palembang dan merasa mengenal daftar nama penumpang yang sudah tidak asing lagi dengan pihak Kopkamtib. Pembajak diketahui berjumlah 5 orang yang keseluruhannya merupakan buronan alat-alat keamanan negara karena terkait penyerangan Pos Polisi Kosekta 8606, Cicendo Bandung.24 Pesawat akhirnya terpaksa terbang ke Bangkok karena tidak dilengkapi dengan peta penerbangan nonstop ke Colombo, Sri Lanka. Pesawat Garuda DC-9 Woyala tiba di Bandara Don Muang, Bangkok pada hari Sabtu pukul 17.12 waktu setempat.25 Pesawat Garuda DC-9 Woyla diarahkan untuk berhenti di landasan pacu Spot A, milik Angkatan Udara Kerajaan Thailand. Pembajak ketika tiba di Badara Don Muang, Bangkok mengajukan tuntutan-tuntutan diantaranya: 1. Pemerintah RI diminta membebaskan 84 rekan-rekannya yang ditahan karena terlibat penyerangan Pos Polisi Kosekta 8606, Cicendo, Bandung tanggal 11 Maret 1981, tahanan yang terlibat dalam teror Warman di Rajapolah tanggal 22 Agustus 1980 dan tahanan yang23 24 25

Tempo, 4 April 1981. Pikiran Rakyat, 1 April 1981. Pikiran Rakyat, 31 Maret 1981.

8

2. 3. 4. 5.6.

terlibat dalam Komando Jihad tahun 1977/1978. Pembajak menuntut agar para tahanan tersebut diterbangkan ke luar negeri dengan tujuan beberapa negara tertentu yang akan mereka sebutkan kemudian. Meminta menyiapkan crew pilot pengganti. Meminta uang tunai sebesar US $ 1,5 Juta Menuntut untuk mengusir perwira-perwira Israel yang ada di lingkungan ABRI dari Indonesia Memerintahkan agar orang-orang Yahudi yang tinggal di Indonesia diusir dari Indonesia. Menuntut agar memecat Wapres Adam Malik dari jabatan karena beliau koruptor besar. 26

Pemerintah Indonesia segera membentuk persiapan-persiapan untuk mengatasi pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla. Pemerintah membentuk delegasi perundingan yang dipimpin Kabakin Jenderal TNI Yoga Sugama dan Pasukan Khusus Anti Teror Indonesia yang langsung diawasi Assisten Intel Hankam Letjen TNI Benny Murdani.27 Pada hari Sabtu, 28 Maret 1981, pukul 19.25 Kabakin Yoga sugama dan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri berangkat ke Don Muang, Bangkok menggunakan pesawat Garuda DC-9 Digul.28 Yoga Sugomo dan rombongan tiba di Bandara Don Muang, Bangkok sekitar 22.25. Yoga Sugomo setelah mengadakan kontak dengan pembajak, kemudian langsung mengadakan perundingan dengan pejabat-pejabat tinggi Thailand yang dipimpin oleh Menteri Perhubungan Laksamana Amoru Sirigaya mengenai izin menggunakan operasi militer untuk menumpas pembajak.29 Pemerintah Muangthai, pada hari Minggu tanggal 29 Maret 1981,sore akhirnya memberikan izin kepada Indonesia untuk mendatangkan Tim Antiteror Kopasandha.Arsip Departemen Pertahanan Keamanan, Kantor Pusat Pemberitaan. Telegram No. 297/Bangkok Tgl. 28-3-1981. 27 Atmadji Sumarkidjo,op. cit., halaman 304. 28 Angkatan Bersenjata, 31 Maret 1981. 29 Bangkok Post, 30 Maret 1981.26

9

Telegram untuk memanggil pasukan Komando Indonesia kemudian langsung dikirim pada pukul 21.35 waktu Bangkok. Letnan Jenderal L.B Moerdani dan Tim Antiteror Kopasandha yang berjumlah 30 orang berangkat dari Jakarta pukul 21.45 menggunakan pesawat Garuda DC-10. Pesawat Garuda DC10 Sumatera. Pesawat tiba di Bandara Don Muang Bangkok, hari Senin 30 Maret 1981 pukul 00.45.30 Pasukan Tim Antiteror intinya diambil dari Kopasandha. Berdasarkan Surat Perintah No. 193/III/1981 terbentuklah Tim Antiteror di bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan.31 Sintong Panjaitan dan anggota Tim Antiteror kemudian mempelajari seluk-beluk pembajakan. Langkah selanjutnya yaitu, menyusun rencana penyerbuan ke dalam pesawat dimulai dari tahap pendahuluan, tahap perencanaan, tahap persiapan sampai ke tahap pelaksanaan. Tim Antiteror sebelum berangkat juga melakukan latihan penyerbuan di Hanggar Bandara Kemayoran Jakarta. Tim Antiteror Kopasandha mengadakan latihan lagi di

hangar Angkatan Udara Kerajaan Thailand pada hari Senin tanggal 30 maret 1981, pukul 18.00.32 Perdana Menteri Thailand Prem Tinsulanonda pada hari Senin tanggal 30 Maret 1981, akhirnya memberikan izin menggunakan operasi militer yang akan dilakukan Tim Antiteror Kopasandha.33 Tim Antiteror Kopasandha berencana melakukan penyerbuan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada pukul 03.00 tanggal 31 Maret 1981.34 Sintong Panjaitan mengadakan pembagian tugas kepada TimBangkok Post, 30 Maret 1981. Tim, Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX, (Jakarta:2000), halaman 183. 32 Julius Pour, Benny Tragedi Seorang Loyalis, ( Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2007), halaman 221. 33 Bangkok Post, 30 Maret 1981. 34 Markas Besar TNI Pusjarah dan Tradisi TNI, op. cit. halaman 157.31 30

10

Antiteror Kopasandha. Pembagian tugas penyerbuan pesawat Garuda DC-9 Woyla diantaranya, Subtim Perintis 1 dipimpin Kapten Untung Suroso, dengan anggota Cadet Slamet Rianto dan Sersan Teguh sebagai penyergap bertugas membuka pintu depan samping kiri dan sebagai penutup. Subtim Perintis 1 bertugas di bagian kokpit pesawat. Subtim Perintis 2 dipimpin Letda Rusman AT, dengan anggota Sersan Hidayat dan Suwarno sebagai penyergap bertugas membuka pintu darurat pesawat. Subtim Perintis 3 dipimpin Capa Ahmad Kirang, dibelakangnya adalah P.L Tobing dan seorang penyergap bertugas membuka pintu hidrolik belakang.35 Subtim Perintis 4 Penyelamat, dipimpim Mayor Isnoor. Subtim Perintis 5 (Subtim Pembantu) dipimpin Mayor Sunarto dan Mayor Subagyo HS bertugas sebagai sniper untuk menembak ban pesawat. Sintong Panjaitan, Letda Rusman nantinya berada di bawah leading-edge pesawat. Kapten Untung bertugas di bagian bawah pesawat dengan membawa senjata M16. Tim Antitero dalam penyerbuan menggunakan senapan serbu H&K MP5 SD-2 kaliber 9 mm.

Persiapan-persiapan penyerbuan pesawat Garuda DC-9 Woyla oleh Tim Antiteror Kopasandha mulai terlihat sekitar pukul 01.55, Selasa dini hari. Pukul 02.00 dinihari semua lampu di bangunan Komando Wing VI Angkatan Udara Muangthai mulai dipadamkan.36 Tim Antiteror mulai bergerak sekitar pukul 02.30 menuju pesawat yang jaraknya kira-kira 500 meter dari pesawat. Tim Antiteror berjalan santai secara berurutan dari arah belakang pesawat yang merupakan sudut35 36

Ken Conboy, op. cit., halaman 285. Bangkok Post, 1 April 1981.

11

mati pandang pembajak. Sintong Panjaitan berjalan paling depan diikuti Subtim Perintis Depan, Subtim Perintis Tengah dan Subtim Perintis Belakang. 37 Subtim Pembantu, Subtim Penyelamat dan Subtim 6 berangkat dari Daerah Persiapan 1 dan langsung menempati posisi masing-masing. Seluruh anggota Tim Antiteror berjalan secara santai dan teratur dengan memanggul 3 buah tangga lipat. Ketiga Subtim Perintis sekitar pukul 02.37, sudah menenempatkan tangga lipat di bawah pintu depan samping pesawat, di depan leading edge sayap kiri dekat badan pesawat dan bagian belakang pintu pesawat.38 Subtim Pembantu dan Subtim Penembak Runduk yang bertugas menutup pelarian pembajak membentuk pertahanan melingkar di sekeliling pesawat Garuda DC-9 Woyla pada jarak 30 meter.39 Pukul 02.45 tahap penyerbuan segera dimulai. Tim Antiteror Kopasandha masuk ke dalam pesawat melalui pintu-pintu pesawat dengan interval selang beberapa detik. Operasi pembebasan sandera pesawat Garuda DC-9 Woyla berlangsung hanya 3 menit.40 Operasi pembebasan sandera yang dilakukan Tim Antiteror Kopasandha berhasil menewaskan kelima pembajak, semua penumpang selamat, Captain Pilot Herman Rante luka berat dan salah satu anggota Tim Antiteror Kopasandha, Capa Achmad Kirang meninggal.41 Pesawat Garuda DC-9 Woyla hanya mengalami kerusakan kecil. Keberhasilan Gugurnya Captain Pilot Herman Rante dan Capa Ahmad Kirang disebabkan karena tembakan pembajak bukan karena salah tembak oleh TimMarkas Besar TNI Pusjarah dan Tradisi TNI, op. cit., halaman 158. Kompas, 1 April 1981. 39 Bangkok Post, 1 April 1981. 40 Kompas, 1 April 1981. 41 Iwan Santosa dan E.A Natanegara, Kopassus Untuk Indonesia, ( Jakarta: Rwpublishing, 2008), halaman 27.38 37

12

Antiteror Kopasandha. Pelaksanaan serbuan Tim Antiteror Kopasandha berlangsung sangat cepat dan secara mendadak sehingga pembajak tidak sempat meledakkan beberapa batang dinamit.

DAFTAR PUSTAKA Arsip: Arsip Departemen Pertahanan Keamanan, Keterangan Resmi Pangkopkamtib, No. 4555 Tanggal 11 Mei 1981 Arsip Departemen Pertahanan Keamanan, Kantor Pusat Pemberitaan. Telegram No. 297/Bangkok Tgl. 28-3-1981 Arsip Jabatan Penerbangan Awam Pulau Penang, Catatan Tangan Rajaratnam. Arsip Departemen Pertahanan Keamanan Ruang Yudha, Kronologis Pembajakan Pesawat Garuda. Surat Kabar: Angkatan Bersenjata, 31 Maret 1981, 3 April 1981. Bangkok Post, 30 Maret 198, 1 April 1981. Berita Buana, 30 Maret 1981. Kompas, 1 April 1981. Pikiran Rakyat, 20 Maret 1981, 31 Maret 1981, 1 April 1981. Sinar Harapan, 29 Maret 1981, 30 Maret 1981, 6 April 1981. Surabaya Post, 22 April 1981. Tempo, 4 April 1981. Buku: Atmadji Sumarkidjo. 2006. Jenderal M Yusuf Panglima Para Prajurit. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Bambang Koesowo, dkk. 1995. 40 Tahun Indonesia Merdeka 1975-1985. Jakarta: Negara Republik Indonesia. Conboy, Ken. 2008. Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia. Jakarta: Pustaka Primatama.

13

Emron, Pangkapi. 1982. Hukuman Mati Untuk Imam Imran, Sebuah Catatan Peradilan. Bandung: Alumni. Iwan Santosa dan E.A Natanegara. 2008. Kopassus Untuk Indonesia. Jakarta: Rwpublishing. Irfan Awwas. 1999. Menelusuri Perjalanan Jihad Kartosoewiryo.Yogyakarta: Wihdah Press. Julius Pour. 2007. Benny Tragedi Seorang Loyalis. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Maftuh Abegebriel dan A. Yani Abevario. 2004. Negara Tuhan: The Thematic Ecyclopedia. Jakarta: SR-INS Publishing. Markas Besar TNI Pusjarah Dan Tradisi TNI. 2000. Sejarah TNI Jilid IV (19661983). Jakarta: Mabes TNI. Tim. 2000. Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX. Jakarta.

14