Aristoteles
-
Upload
virzah-syalvira -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Aristoteles
ARISTOTELESHani Samantha 1112113000047
Virzah Syalvira 1112113000089
Riwayat Hidup dan Perkembangan Intelektual
Aristoteles lahir 384 SM di Stageira yang terletak
disebelah utara Yunani. Ayahnya, Nichomachus, adalah
sahabat dan dokter pribadi keluarga Amyntas II, raja
Macedonia. Aristoteles berasal dari keluarga menengah.
Sejak kecil ia diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri
dalam bidang kedokteran. Ketika Aristoteles berusia 17
tahun, ia berangkat ke Athena dan menjadi murid Plato.
Di Akademia Plato , Aristoteles sering kali mengecam dan
mendebat guru besarnya Plato. Ia dikenal sebagai seorang
pemikir politik empiris-realis, bertentangan dengan Plato
yang dijuluki idealis-utopianis.
Pada tahun 322 SM ia jatuh sakit yang kemungkinan besar
disebabkan, karena ia bekerja tanpa mengenal waktu. Ia
meninggal dunia di Khalkis pada usia sekitar 62 tahun.
Negara: Watak dan TujuanMenurut Aristoteles, Negara merupakan suatu perseketuan hidup politis, itu
artinya bahwa Negara bukan hanya suatu instrumen belaka melainkan suatu
persekutan hidup yang menunjukkan adanya suatu keterhubungan yang bersifat
organik antara warga Negara satu dengan yang lainnya. Negra dibutuhkan
sebagai sarana untuk aktualisasi watak manusia
Negara lahir dalam bentuknya yang sederhana (primitif), kemudian berkembang
menjadi kuat dan dewasa, setelah itu hancur dan tenggelam dalam sejarah. Bila
Negara bersifat rganis, maka semua warga Negara berkewajiban memiliki
tanggung awab memelihara persatuan dan kesatuan serta keutuhan Negara dan
mempelihara keamanan.
Aristoteles juga menyetujui pendapat Plato mengenai ukuran Negara, yaitu agar
Negara hendaknya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Negara yang
terlalu kecil akan sulit dipertahankan eksistensinya sebaliknya jika Negara
terlalu besar akan sangat sulit untuk menciptakan, memelihara, dan menjamin
kesatuan serta keutuhan Negara. Negara ideal (dari segi ukuran) menurut
Aristoteles adalah seperti polis atau city state.
Tujuan dibentuknya Negara adalah untuk mensejahterakan seluruh warga
Negara, bukan individu-individu tertentu. Dengan kesejahteraan masyarakat,
maka kesejahteraan individu akan tercapai dengan sendirinya. Tujuan Negara
lainnya yaitu; bagaimana Negara bisa memanusiakan manusia. Dengan kata
lain, tujuan Negara menurut Aristoteles sama dengan tujuan hidup manusia
yaitu agar manusia mencapai kebahagiaan.
Bentuk Pemerintahan Ideal
Klasifikasi Aristoteles dalam menilai baik buruknya suatu
Negara yaitu dari bagaimana Negara tersebut sanggup
mencapai tujuan-tujuan Negara, sedangkan yang buruk ialah
yang gagal melaksanakan cita-cita itu.
Aristoteles menetapkan beberapa kriteria dalam melihat
bentuk Negara, yaitu; berapa jumlah orang yang memegang
kekuasaan, dan apa tujuan dibentuknya Negara. Berdasarkan
kriteria ini, Aristoteles mengklasifikasikan Negara ke dalam
beberapa kategori antara yang baik vs yang buruk.
• Monarkhi, apabila kekuasaan terletak di tangan satu orang dan
bertujuan untuk kebaikan kesejahteraan semua. Kebalikannya
Tirani, kekuasaan terletak di tangan satu orang, dan bertujuan
demi kepentingan penguasa.
• Aristokrasi, kekuasaan di tangan beberapa orang, dan bertujuan
demi kepentingan umum. Lawannya Oligarkhi, kekuasaan pada
beberapa orang, dan tujuannya bukan untuk kesejahteraan dan
kepentingan bersama.
• Politea, kekuasaan berada di tangan orang banyak, dan bertujuan
demi kepentingan semua masyarakat. Kebalikannya Demokrasi,
kekuasaan dipegang oleh banyak orang dan bertujuan hanya demi
kepentingan mereka.
Bentuk pemerintahan ideal menurut Aristoteles ialah
monarki. Dan dari bentuk monarki itu, jenis idaman ialah
monarki yang diperintah oleh seorang raja filsuf. Apabila
seorang filsuf menjadi raja, maka Negara itu akan sempurna.
Karena seorang raja filsuf adalah yang paling unggul dalam
kebajikan, dan kebajikan kedudukannya berada di atas
hukum. Sedangkan pemerintahan demokratik bagi Aristotees
bukanlah sesuatu yg ideal elainkan hanya bentuk yg paling
bisa berjalan
Manusia dan MasyarakatManusia menurut Aristoteles tidak akan bisa hidup sendiri dan akan selalu
bergantung dengan menusia lain. Oleh karena itu, dalam kehidupan
kemasyarakatan dan Negara akan selalu terjadi hubungan saling
ketergantungan antara individu dalam masyarakat.
Komponen Negara adalah desa yang terdiri dari unit-unit keluarga. Dalam
manajemen keluarga, terdapat 3 hubungan yang terkenal; yaitu majikan dan
budak, suami dan istri, serta ayah dan anak. Masing-masing
mempresentasikan aturan yang berbeda.
Aturan majikan tehadap budak disebut despotik. Budak tidak memiliki
pilihan dalam hal tersebut dan aturan-aturan itu pada dasarnya hanya untuk
kebaikan majikan.
Aturan suami terhadap istrinya disebut konstitusional, yakni aturan kesetaraan
atas kesetaraan. Perempuan memiliki kebebasan tertentu dan setara dengan
laki-laki rumah tangga, dan pandangan-pandangannya seta keinginannya tidak
bisa diabaikan. Namun karena Aristoteles melihat adanya instabilitas dalam
kebijaksanaan percampran, lebih baik ntuk menaruh otoritas pada suami.
Aturan ayah terhadap anaknya disebut aturan royal. Anak secara alamiah
setara dengan ayahnya, namun karena kematangan dan ketidakmampuan anak
untuk megatur sendiri tindakannya secara benar, dia harus menjadi subjek bagi
pengarahan dan ontrol orang tuanya.
Etika
Tujuan dibentuknya Negara yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup
manusia. Dan menurut Aristoteles, etika adalah sarana untuk mencapai
kebahagiaan hidup. Kebahagiaan yang sejati hanya bisa dicapai dengan
mengupayakan kehidupan moral dan kebaikan intelektual.
Jika tujuan utama Negara adalah untuk membantu individu mencapai
tujuan hidupnya, maka penting bagi negarawan untuk menyadari tujuan
ini. Dan untuk memiliki pengetahuan ini, pertama-tama ia harus
mengetahui watak manusia.
Perbudakan
Aristoteles berpendapat perbudakan merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat, baik
bagi majikan maupun si budak. Oleh karena itu, perbudakan harus dipertahankan.
Perbudakan merupakan bagian integral dari kehidupan ekonomi masyarakat Yunani
purba dan selama berabad-abad perbudakan telah diterima sebagai hal yang benar.
Karena perbudakan merupakan kodrat manusia dan tidak dapat ditentang.
Perbudakan legal yang terjadi karena peperangan bukan perbudakan kodrati karena
didasarkan atas paksaan oleh pihak yang menang. Aristoteles menentang perbudakan
legal karena sesuatu yang dipaksakan bertentangan dengan kodrat. Oleh karena dasar
paksaan itu pula, perbudakan legal tidak akan sanggup menjalin suatu persahabatan
berdasarkan kesadaran bahwa tuan dan budak itu sesungguhnya saling membutuhkan.
Kebebasan dan Persamaan Hak
Menurut Aristoteles, demokrasi berarti semua manusia memiliki derajat yang
sama dalam hal tertentu. Karena semua manusia sama-sama meiliki kebebasan
maka semua manusia secara mutlak memiliki kesamaan hak. Dasar dari Negara
demokratik ialah kebebasan, para penganut paham demokrasi mengatakan
kebebasan hanya dapat dinikmati dalam Negara demokratik saja.
Aristoteles mengatakan bahwa para penganut paham demokrasi memuja
kebebasan yang keliru dan merusak keutuhan Negara. Mereka berpendapat
bahwa demi kebebasan, maka setiap orang harus hidup menurut kehendaknya
masing-masing, karena itulah bukti yang paling nyata yang sanggup
menunjukkan bahwa mereka benar-benar bebas.
Pemikiran yang demikian itu menurut Aristoteles, pada puncaknya akan menuntut absennya
pemerintahan dalam Negara. Karena semua orang bebas dan karena semua memiliki kesamaan
hak, maka yang terbaik adalah biarkan tiap-tiap orang memerintah dirinya sendiri, namun apabila
itu tidak mungkin maka biarkanlah setiap orang ikut mengambil bagian dalam pemerintahan
Menurut Aristoteles, kebebasan dan kesamaan hak tidak mungkin dapat diberlakukan bagi semua
orang yang miskin, yang harus bekerja keras untuk memperoleh nafkah mereka. Aristoteles
menegaskan bahwa kebebeasan dan kesamaan hak hanya berlak di kalangan terbatas, yaitu di
antara orang-orang yang kaya dan berkecukupan materialnya saja. Orang kaya memiliki waktu
yang banyak untuk memikirkan segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan kehidupan
bernegara.
Dalam konteks hak milik individu, Aristoteles betentangan dengan Plato. Arisoteles berpendapat
bahwa hak milik penting karena memberikan tanggung jawab bagi seseorang untuk
mempertahankan keberlangsungan kehidupan social. Hak milik juga memungkinkan orang untuk
memikirkan persoalan Negara.