Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat Palsu (1)

3
Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat Palsu INILAH.COM,Jakarta - Di Indonesia, pemalsuan obat tumbuh pesat dengan estimasi omset per tahun sebesar 200 juta USD, atau sebesar 10 % dari total pasar farmasi di Indonesia . Karenanya, Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) meminta sekaligus mendorong para apoteker untuk terus melakukan perlawanan terhadap peredaran obat palsu yang ada di Indonesia. Hal ini diungkapkan Ketua MIAP Widyaretna Buenastuti, dalam acara Kongres Federasi Asosiasi Farmasi Asia (FAPA) 2012, di Bali beberapa waktu lalu. "Pemalsuan obat menimbulkan resiko serius bagi kesehatan masyarakat dan pemakaiannya dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, bahkan hingga kematian," kata Widya. Widya menjelaskan di Indonesia, apotek merupakan satu-satunya saluran resmi untuk mendapatkan obat resep, sementara toko obat hanya diijinkan untuk menjual obat bebas (over-the-counter/OTC). Namun, banyak obat resep dengan mudah diperoleh di toko-toko obat, bahkan di lapak-lapak pinggir jalan. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), ada banyak jenis obat palsu di Indonesia, diantaranya obat anti-infeksi, anti-diabetes dan obat disfungsi ereksi. Untuk meningkatkan jaminan terhadap keaslian obat, dan mendapatkan informasi yang tepat, maka pasien dianjurkan membeli obat resep dengan cara bertemu langsung dengan Apoteker. Sementara itu, Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menambahkan dalam sebuah penelitian tinjauan pasar terhadap satu obat resep yang dilakukan

Transcript of Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat Palsu (1)

Page 1: Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat Palsu (1)

Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat PalsuINILAH.COM,Jakarta - Di Indonesia, pemalsuan obat tumbuh pesat dengan estimasi omset per tahun sebesar 200 juta USD, atau sebesar 10 % dari total pasar farmasi di Indonesia .

Karenanya, Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) meminta sekaligus mendorong para apoteker untuk terus melakukan perlawanan terhadap peredaran obat palsu yang ada di Indonesia.

Hal ini diungkapkan Ketua MIAP Widyaretna Buenastuti, dalam acara Kongres Federasi Asosiasi Farmasi Asia (FAPA) 2012, di Bali beberapa waktu lalu.

"Pemalsuan obat menimbulkan resiko serius bagi kesehatan masyarakat dan pemakaiannya dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, bahkan hingga kematian," kata Widya.

Widya menjelaskan di Indonesia, apotek merupakan satu-satunya saluran resmi untuk mendapatkan obat resep, sementara toko obat hanya diijinkan untuk menjual obat bebas (over-the-counter/OTC). Namun, banyak obat resep dengan mudah diperoleh di toko-toko obat, bahkan di lapak-lapak pinggir jalan.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), ada banyak jenis obat palsu di Indonesia, diantaranya obat anti-infeksi, anti-diabetes dan obat disfungsi ereksi. Untuk meningkatkan jaminan terhadap keaslian obat, dan mendapatkan informasi yang tepat, maka pasien dianjurkan membeli obat resep dengan cara bertemu langsung dengan Apoteker.

Sementara itu, Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menambahkan dalam sebuah penelitian tinjauan pasar terhadap satu obat resep yang dilakukan di bulan April 2012 hingga Agustus 2012 di empat kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, obat palsu dapat ditemukan pada toko ritel di kota-kota tersebut, termasuk apotek dan toko obat.

"Tidak mengejutkan ketika tinjauan pasar ini menemukan indikasi bahwa sebagian besar lapak obat di pinggir jalan menjual obat palsu. Penelitian tinjauan pasar ini melibatkan pembelian dari 86 apotek, 36 toko obat dan 30 lapak obat pinggir jalan," tambah akmal

Menurut Akmal, hal menunjukkan betapa seriusnya isu tentang peredaran obat palsu dan bagaimana peran apoteker menjadi penting dan harus lebih proaktif dalam mengatasi permasalahan serta mengedukasi pasien agar tidak membeli obat resep selain dari apotek.

Page 2: Apoteker Diminta Perangi Peredaran Obat Palsu (1)

Karenanya, sambung Widya, MIAP bekerja sama dengan para pemangku kepentingan, termasuk Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), BPOM, dan Komite Farmasi Nasional untuk memperkenalkan program sertifikasi untuk apoteker dengan tujuan untuk bergabung memerangi pemalsuan obat dan melindungi kesehatan dan jiwa pasien.

“Namun, pengalaman menunjukkan kami bahwa kami tidak bisa memerangi obat palsu dalam sendiri-sendiri. Pemerintah, lembaga penegak hukum, apoteker dan juga pelaku industri perlu bekerja sama untuk menangani masalah yang terus berkembang ini,” imbuhnya.

Semua apoteker harus membeli obat langsung pada distributor resmi. Distributor resmi hanya menyediakan 1 atau 2 jenis obat, sedangkan sales man freelance menawarkan obat dengan berbagai jenis dan harga yang lebih murah. Ini bisa menjadi salah satu pintu masuk obat palsu ke apotek.

Seperti diketahui, pemalsuan obat dapat menghasilkan penjualan hingga sekitar USD75 miliar secara global di tahun 2010, seperti dikemukakan oleh Center for Medicine in the Public Interest di Amerika .