Aplikasi Teknologi Penyempurnaan Anti Kusut Dan Anti Bakteri Menggunakan Tannin Ekstrak Daun Jambu...
-
Upload
nadya-lestari -
Category
Documents
-
view
87 -
download
3
Transcript of Aplikasi Teknologi Penyempurnaan Anti Kusut Dan Anti Bakteri Menggunakan Tannin Ekstrak Daun Jambu...
APLIKASI TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI
MENGGUNAKAN TANNIN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI PADA
MASKER
I. Pendahuluan
Masker adalah bahan yang terbuat dari
kain, masker biasanya digunakan untuk medis
maupun untuk kehidupan sehari-hari yang
berfungsi untuk menyaring udara yang
diperkirakan mengandung virus dan bakteri.
Selain itu masker pun biasa digunakan ketika
seseorang mengidap flu sehingga tidak
menularkan kepada orang lain, namun dalam
penggunaannya kontak antara masker dengan
bakteri dari udara sangatlah rentan, maka dari
pengujian teknologi penyempurnaan anti
bakteri pada masker dapat aplikasikan.
Pada saat ini banyak sekali zat anti
bakteri yang digunakan untuk proses
penyempurnaan anti bakteri berasal dari zat
kimia, namun mengingat rentannya kesehatan
diakibatkan karena zat kimia maka perlu
adanya terobosan baru menggunakan zat anti
bakteri yang berasal dari alam. Salah satu
tumbuhan yang mengandung zat anti bakteri
adalah daun jambu biji merah.
I.1 Difinisi Jambu Biji Merah
Nama ilmiah jambu biji adalah psidium
guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani
yaitu “psidium” yang berarti delima, “guajava
” berasal dari nama yang diberikan oleh orang
spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu
biji diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
Daun jambu biji mengandung senyawa
aktif yang mempunyai berbagai manfaat,
yaitu: tannin, saponin, flavonoid, minyak
atsiri, eugenol, triterpenoid, dan lain-lain
(Heyne, 1987). Kemampuan zat anti bakteri
dari daun jambu biji adalah dikarenakan
adanya tannin. Tanin adalah senyawa fenolik
konpleks yang memiliki berat molekul 500-
3000. Tanin dibagi menjadi dua kelompok
atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya
terhadap senyawa hiidrolitik terutama asam,
1
tannin terkondensasi (condensed tannin ) dan
tannin tannin yang dapat dihidrolisis
(hyrolyzable tannin) (Naczk et al., 1994 dan
Hagerman et al., 2002).
Gambar 1. Struktur inti Tanin
Tanin memiliki aktivitas antibakteri,
secara garis besar mekanisme yang
diperkirakan adalah sebagai berikut : toksisitas
tanin dapat merusak membran sel bakteri,
senyawa astringent taniin dapat menginduksi
pembentukan kompleks senyawa ikatan
terhadap enzim atau substrat mikroba dan
pembentukan suatu kompleks ikatan tanin
terhadap ion logam yang dapat menambah
daya toksisitas tannin itu sendiri terhadap
bakteri. Sementara menurut ajizah (2004)
tannin dapat mengkerutkan dinding sel atau
membrane sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Masduki (1996) menyatakan bahwa tannin
juga mempunyai daya antibakteri dengan cara
mempresipitasi protein, karena diduga
tanin mempunyai efek yang sama
dengan senyawa fenolik. Efek
antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi
dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
destruksiatau inaktivasi fungsi materi genetik.
2. Metode
Persiapan sampel
Sampel berasal dari kain campuran polyester
kapas 70:30, kain kemudian dilakukan proses
persiapan penyempurnaan, pencelupan
kemudian proses penyempurnaan anti bakteri.
penyempurnaan anti bakteri.
Pembuatan ekstrak tannin dari daun
jambu biji
menyiapkan daun Jambu biji sebanyak 18 g di
ekstraksi tanninya dengan cara perebusan
dengan akuadest sebanyak 252 g. Filtrat yang
dihasilkan dikeringkan dengan oven,
menghasilkan ekstrak kering sebanyak 3,19 g
(17,6 %). Serbuk kering tersebut merupakan
tanin terkondensasi, dengan kadar tanin 2,401
%(Nasution 2005).
Proses Penyempurnaan Anti Bakteri
Kain yang telah melalui proses ppersiapan
penyempurnaan dan pencelupan kemudian di
rendam dalam larutan anti bakteri, lalu
dilakukan proses padding dengan
menggunakan WPU 70%, lakukan proses
padding sebanyak 2 kali. Kemudian lakukan
proses drying pada suhu 1000C selama 1 menit
dan proses curring pada suhu 1300C selama
3menit.
2
Persiapan Mikroorganisme
inkubasi dan inokulum bakteri (anti
bakteri SNI ISO 20743-2011)
1. Inkubasi A
Ambil induk bakteri dari tempat
penyimpanan menggunakan loop
inokulasi. Goreskan diatas permukaan
pelat EA dan diinkubasi pada 370C ± 20C
selama 24 jam hingga 48 jam. Pelat
disimpan pada suhu 50C hingga 100C
dan harus digunakan dalam satu minggu
dari tanggal preparasi.
2. Inkubasi B
Tempatkan 20 ml kkaldu nutrisi ke dalam
labu Erlenmeyer 100ml. Gunakan loop
inokulasi untuk mengambil koloni dari
inkubasi A lalu inokulasi dalam kaldu.
Inkubasi pada kondisi sebagai berikut:
Waktu inkubasi : 18 jam hingga
24 jam Suhu : 270C ±
20C
Kecepatan pengocokan : 10 menit-1dan
lebar 3cm
3. nkubasi c
Tempatkan 20ml kaldu nutrisi ke dalam
labu Erlenmeyer 100ml. Tambahkan
0,4ml inokulum dari inkubasi B yang
mengandung konsentrasi bakteri 1 x 108
CFU/ml hingga 3x108 CFU/ml kedalam
labu dan inkubasi pada kondisi:
Suhu : 370C ±
20C
Kecepatan pengocokan : 110 menit-1 dan
lebar 3cm
Waktu inkubasi : 3jam ± 1 jam
Pengujian anti mikroba
Biakan murni bakteri streptococcus aerus 0,1
ml disuspensikan dengan aquadest steril dan
dituangkan ke dalam cawan petri steril dan
ratakan. Agar KNA steril dengan suhu 450C
dituangkan kedalam cawan petri kemudian
dibekukan. Kain hasil pengujian anti bakteri
dan blanko disiapkan dengan 0,40 g ± 0,05 g.
Siapkan enam contoh uji dari control dan
enam contoh uji yang mengalami pengerjaan
anti bakteri. Kemudian beberapa contoh uji
tersebut dimasukkan kedalam cawan petri
yang sudah diinokulasi dengan bakteri, dan di
inkubasi selama 24jam pada suhu 22-370C.
Evaluasi pengujian anti bakteri adalah dengan
melihat zona bening atau daerah hambat
kemudian diukur zona hambatnya dengan
mistar. Semakin lebar zona bening/ zona
hambat yang terbentuk maka kemampuan anti
bakteri semakin baik, begitupun sebaliknya
3
semakin kecil zona hambat maka kemampuan anti bakteri semakin kecil.
.
4