Aplikasi Penginderaan Jauh Di Bidang Transportasi

13

description

Penginderaan Jauh

Transcript of Aplikasi Penginderaan Jauh Di Bidang Transportasi

Presentasi Indraja

1JURNAL APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DI BIDANG TRANSPORTASIKel 1 A 2012 :Akhiar Junaidi0707112094Akirman 0707112415Andrian Tamtama0707132017Gian Habriandi 0707112327Hafid Akbar 0707134044Jasriadi 0707120112Muhammad Akbar Muttaqin 0707112607Rellyadi Saputra Laset0707120158

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus . ( Surah Al Jin : 14)

Materi Jurnal

Pengembangan Angkutan Umum di Daerah Suburban di Kota Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografi5PendahuluanKondisi yang dialami daerah suburban juga dialamim kota-kota metropolitan di Indonesia. Umumnya pola perkembangan permukiman di daerah suburban Semarang berbentuk Linear mengikuti pola jaringan jalan dan meloncat tidak beraturan (Aryani,2005).Kecenderungan pergerakan penduduk ke pusat kota dari daerah suburban kota Semarang sampai akhir 2007 masih cukup besar. Potensi pergerakan menjadi indikator kebutuhan layanan angkutan umum di masa mendatang.SIG mengembangkan interaksi antara manusia dan kondisi lingkungan fisik yang menjadikan SIG menarik untuk digunakan. Kajian karakteristik wilayah memiliki dampak jangka panjang untuk suatu perencanaan berkelanjutan(Hermawan et al, 2008). Fokus penelitian ini ialah pengembangan angkutan umum berdasarkan kondisi eksisting wilayah.Metodologi PenelitianBuffer Angkutan Umum ialah koridor pelayanan ideal, dengan syarat untuk mencapai perhentian di koridor pelayanan jarak dengan jarak (500-1000 m)

Lama operasional bis adalah 16 jam, dengan kapasitas 50 kursi utk bus besar dan 24 kursi untuk bus sedang dan mobil penumpang dengan kapasitas 12 penumpang.

Penumpukan trayek di istilahkan overlap trayek. Terjadi minimum 2 trayek overlap dan maksimum 13 trayek overlap. Panjang overlap dengan kisaran 1,3-19 km. Isoprice ialah garis yang menghubungkan daerah dengan biaya transportasi yang sama pada satu titik referensi tujuan.

Model yang dibuat menggunakan interpolasi titik biaya yang sama dalam garis kontur biaya (isoprice).

Wilayah dengan kepadatan rendah, maka isopricenya tinggi sedangkan wilayah dengan kepadatan tinggi isopricenya rendah. Tarif angkutan di lokasi studi berkisar Rp. 3000 Rp 10.000.

Sistem pelayanan angkutan di lokasi studi : Kec. Banyumanik : melingkar mengelilingi kawasan perumahan Kec. Gungungpati : linear dengan pemukiman yang menyebar Kec. Tembalang : linear dengan pemukiman yang menyebar

Bentuk pengembangan angkutan umum untuk mereduksi overlap trayek dapat dilakukan ialah konversi moda dengan kapasitas yang lebih besar dan penggabungan trayek pelayanan di wilayah yang sama.

Penanganan dengan penambahan angkutan umum dengan biaya tetap menunjukkan mobilitas mencapai 30.000 pergerakan di tahun 2015, di Kec. Gunungpati 9000an, sedangkan Kec. Tembalang cenderung hampir sama dengan Kec. Banyumanik namun perkembangan pemukiman yang belum pesat.

Metode Penelitian yang digunakan ialah metode Deskriptif dengan model biaya (isoprice) dari biaya penggunaan angkutan umum disekitar pelayanan angkutan umum. Menggunakan dua macam data : Data Primer (Biaya angkutan sekali jalan dan foto dokumentasi)Data Sekunder (data penduduk kota semarang, jaringan jalan kota, data kecamatan, rencana tata ruang kota Semarang 2000-2010, dan peta Digital GIS kota Semarang)Lokasi Penelitian : Kec. Tembalang, Banyumanik dan GunungpatiKesimpulanKecamatanKarakteristik Pola pelayanan Angkutan UmumBanyumanik1.Jaringan Trayek pendek2.Wilayah padat pemukiman 3.Tingkat pertumbuhan penduduk cenderung naik (2,53 3,28 %)TembalangSama dengan Kec. BanyumanikGunungpati1.Jaringan Trayek panjang2.Kepadatan penduduk rendah3.Pertumbuhan mobil pribadi tinggi (27,49%)4.Parameter Load factor pada kondisi pincak lebih tinggi dari kedua wilayah lain.1.Karakteristik pola pelayanan angkutan umum2. Pengguna angkutan umum terbesar di Kec. Banyumanik ( load factor 1,159), Pengguna sepeda motor terbesar di Kec. Gunungpati ( load factor 1,586), Pengguna mobil pribadi terbesar di Kec. Tembalang ( load factor 1,605). Pertumbuhan mobil tertinggi di Kec. Gunungpati

Kesimpulan (2)3.Dari ketiga model pengembangan, model mobilitas yang paling signifikan adalah model untuk kecamatan Banyumanik dengan kepadatan dan pemukiman yang tinggi akan menimbulkan mobilitas yang efisien. 4.Bentuk pengembangan yang paling tepat untuk rute angkutan umum yang padat adalah reduksi trayek diikuti konversi ke moda berkapasitas besar. Kesimpulan (3)Aplikasi Geospasial Sebagai Perencanaan Modifikasi Pengembangan Sistem Transportasi Bus Transjogja Sebagai Solusi Transportasi Perkotaan Yogyakarta11Aplikasi Geospasial Sebagai Perencanaan Modifikasi Pengembangan Sistem Transportasi Bus Transjogja Sebagai Solusi Transportasi Perkotaan Yogyakarta