APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH...

71
APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH PERCERAIAN DI KELURAHAN, SAWANGAN BARU KECAMATAN SAWANGAN, KOTA DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: DWI PRASETYO NIM: 106043201330 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011

Transcript of APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH...

APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH

PERCERAIAN DI KELURAHAN, SAWANGAN BARU

KECAMATAN SAWANGAN, KOTA DEPOK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

DWI PRASETYO

NIM: 106043201330

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011

APLIKASI PEMBERIAN BIAYA HIDUP ANAK SETELAH

PERCERAIAN DI KELURAHAN SAWANGAN BARU

KECAMATAN SAWANGAN

KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Dwi Prasetyo

NIM: 106043201330

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. KH.A.Juaini Syukri, Lc.,MA Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag.,M.Si

NIP : 95507061992031001 NIP : 197412132003121002

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Aplikasi Pemberian Biaya Hidup Anak Setelah Perceraian

Di Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok” telah diajukan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta oleh Dwi Prasetyo, Nim 106043201330 pada tanggal 24 Agustus 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata

satu, yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Madzhab dan

Hukum.

Jakarta, 11 September 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H.Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM

NIP. 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 19651119 199803 1 002

Sekertaris : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.SI

NIP. 197421132003121002

Pembimbing I :Dr. H.A. Juaini Syukri, Lcs., MA

NIP. 195507061992031001

Pembimbing II : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.SI

NIP. 197421132003121002

Penguji I : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP. 19651119 199803 1 002

Penguji II : Kamarusdiana, S,Ag.,MH

NIP. 197202241998031003

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar srata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 12 September 2011

Dwi Prasetyo

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas Penulis ucapkan selain memanjatkan

untaian puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya

yang berlimpah kepada Penulis, sehingga Penulis diberi kemampuan, kekuatan serta

ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tidak lupa Penulis hanturkan kepada revolusioner besar

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman

kegelapan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Para sahabat dan

keluarga beliau yang telah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai

gelombang kehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Kini tiba saat dinanti-nantikan, sebuah

perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan walau dengan tertatih-tatih dan

melelahkan, akhirnya Penulis mampu menyelesaikan studi di kampus tercinta

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum Islam. Oleh karena itu, penulis

menghanturkan ucapan terima kasih ddan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

vi

1. Teristimewa, kedua orang tua yang tercinta yaitu Bapak Sutrisno dan Ibu Sri

wayati, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah memberikan semua

bantuan yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan bangga penulis

persembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis merinci jasa

dan kebaikan beliau berdua. “ Semoga Allah selalu menyertai dalam setiap

langkah beliau”. Semoga penulis bisa menwujudkan cita-cita dan impian

kalian. Amin

2. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Muhammad Taufiki. M.Ag. Ketua Studi Perbandingan Madzhab dan

Hukum (PMH) dan Bapak Fahmi. M. Ahmadi, Sag, M.si. Sekretaris Program

Studi yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membantu

Penulis dalam berbagai hal yang berhubungan dengan akademis.

4. Bapak Dr. KH. A. Juaini Syukri, LC., MA pembimbing I, Bapak Fahmi

Muhammad Ahmadi, S.Ag., M.S.i Pembimbing II., Dr. H. Muhammad

Taufiki, M.Ag, penguji I dan Kamarusdiana, S.Ag.,MH, penguji II. Terima

kasih atas kebaikan dan kesabarannya dalam membimbing penulis, semoga

waktu, tenaga dan pikiran yang tersita untuk membimbing penulis selalu

dicatat sebagai amal ibadah. Amin

5. Para Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah

membantu memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

vii

6. Para pengurus Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, pengurus

Perpustakaan Utama yang telah mengizinkan Penulis untuk meminjam buku-

buku yang Penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Para Staf Pengadilan Agama Depok dan KUA Kec Sawangan, terima kasih

karena telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam memberikan

data ataupun salinan putusan hakim yang penulis butuhkan. Semoga Allah

memberikan yang terbaik bagi kalian.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan semoga kebaikan dan bantuan kepada

penulis menjadi amal ibadah dan mendapatkan Ridha Allah SWT.

Akhirnya Penulis ucapkan mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika Penulis

melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, karena Penulis

sadar tidak ada manusia yang sempurna, melainkan memaafkan satu sama lain adalah

hal yang lebih baik, semoga amal baik kalian diterima dan dibalas oleh Allah SWT.

Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari

sistematika bahasa maupun dari segi materi yang terkandung di dalamnya. Atas dasar

ini, komentar, saran, dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian

dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 12 September 2011

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................. 5

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5

E. Review Kajian Terdahulu ................................................................ 6

F. Metode Penelitian ............................................................................ 7

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

BAB II KONSEP NAFKAH ANAK

A. Biaya Hidup Anak Menurut Agama ................................................ 11

B. Biaya Hidup Anak Menurut Tata Hukum Indonesia

1. Menurut Perundang-Undangan Indonesia ................................. 21

2. Menurut KHI ............................................................................. 22

ix

BAB III MASYARAKAT KELURAHAN SAWANGAN BARU,

KEC. SAWANGAN KOTA DEPOK

A. Sejaran dan Letak Geografis kelurahan Sawangan Baru, Kec.

Sawangan. Kota Depok ................................................................... 26

B. Demografis Masyarakat Kelurahan Sawangan Baru, Kec.

Sawangan, Kota Depok

1. Kependudukan ........................................................................... 33

2. Pendidikan Masyarakat .............................................................. 34

3. Sosial Dan Ekonomi Masyarakat .............................................. 35

4. Keagamaan ................................................................................ 35

5. Data-Data perceraian ................................................................. 36

BAB IV BIAYA HIDUP BAGI ANAK SETELAH PERCERAIAN

A. Kehidupan mantan Istri beserta Anak setelah terjadi Perceraian … 38

B. Putusan Perceraian di Pengadilan Agama Depok

Nomor Registrasi. 1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk……………………..… 48

C. Biaya Hidup Anak dan Istri setelah terjadi Perceraian ……………....52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 57

B. Saran-Saran ...................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... .. ix

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak Merupakan Amanah Allah SWT yang telah di anugerahkan kepada

pasangan suami istri yang telah menikah. Maka menjadi suatu kewajiban kepada

suami istri untuk mendidik dan memelihara anak mereka selagi anak mereka

masih belum bisa berdiri sendiri.1

Keluarga adalah tonggak setiap masyarakat dan segala bentuk

kegoncangan didalamnya akan melahirkan problema dalam masyarakat itu,

pembahasan ini berkisar pada perceraian wanita dan laki-laki, dalam ayat ini

nasib anak-anak khususnya para bayi setelah perceraian, akan dijelaskan pada

ayat ini dengan memperhatikan emosional para ibu dan pentingnya pemberian air

susu ibu (asi) untuk anak, menganjurkan penyusuan anak selama dua tahun

penuh, sekalipun ibunya sudah bercerai dengan suaminya ataupun si ayah sudah

meninggal dunia, ibu harus memperhatikan hak anak dan perselisihan antara

dirinya dengan suaminya jangan menyebabkan terganggunya jasmani maupun

jiwa anak. Sebagai timbal balik dari kewajiban yang di tetapkan Allah terhadap si

ibu kepada anaknya itu, maka si ayah (meskipun telah menceraikannya)

1 Ayyub Hasan, Fiqih Keluaraga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Maret 2004), h.387.

2

berkewajiban untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu secara patut dan

baik. Jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab terhadap si kecil

yang masih menyusui ini. Seorang ibu merawatnya dengan menyusui dan

memeliharanya dan ayah harus memberi pakaian kepada si ibu agar dia dapat

memelihara anaknya.2

Pemeliharaan anak adalah wajib hukumnya bagi kedua orang tua dan sekiranya

terjadi perceraian, maka anak tidak boleh menjadi korban perceraian tadi. Dalam Islam,

laki-laki bertanggung jawab memenuhi keperluan-keperluan mendasar keluarga dan

wanita tidak memiliki tanggung jawab mengenai pemenuhan biaya hidup.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa anak merupakan penerus bangsa

yang mengemban tugas bangsa yang belum terselesaikan oleh generasi-generasi

sebelumnya. Sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara, anak harus dapat

tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat rohani dan jasmani,

cerdas, bahagia, berpendidikan dan bermoral tinggi. untuk itu, anak tersebut harus

memperoleh kasih sayang, perlindungan, pembinaan, dan pengarahan yang tepat.

Selain mempunyai hak untuk dihormati dan dilindungi anak juga memiliki

hak untuk mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan

psikologisnya. Anak secara Alamiah sebagai makluk Tuhan yang membutuhkan

perlakuan dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensinya,

2 Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid I. (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.302.

3

sehingga tercerabutnya anak dari keadaan demikian berpotensi menghambat

pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan yang optimal.3

Anak adalah titipan Allah yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik,

tapi pada kenyataannya masih banyak orang tua yang lalai dalam memelihara dan

mendidik anaknya, baik dalam segi ekonomi ataupun sosial, banyak orang tua

yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, tanpa memikirkan nasip Anaknya.

Di dalam wilayah kelurahan Sawangan Baru kecamatan Sawangan Kota Depok

masih banyak yang terjadi masalah seperti ini yang dimana setelah terjadi

pernikahan dan berakhir dalam perecaraian orang tua yang seharusnya

berkewajiban membesarkan anak dari segi materi atau kasih sayang tapi tidak

melaksanakanya, hal ini sering terjadi di pihak mantan suami, dimana mantan

suami berkewajiban membiayayai anak sampai kelak sang anak dapat membiayai

hidupnya sendiri tetapi kenyataannya tidak, biaya hidup anak di tangguhkan atau

di bebankan kepada pihak mantan istri, hal ini sungguh memberatkan pihak istri

tersebut, di karenakan berbagai faktor-faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.

Mengenai biaya hidup anak, seorang bapak yang seharusnya bertanggung

jawab dalam membiayai penghidupannya, namun seorang bapak sering

mengabaikan tanggung jawabnya terhadap pemenuhan nafkah hidup anak. Dari

hasil penelitian diwilayah Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota

Depok penulis mengambil putusan untuk dijadikan bahan untuk analisis yaitu

3 Yuli Fajar Susetyo, Mengembangkan Perilaku Mengajar Yang Humanis, (Jakarta: Warta

Hukum dan Perundang-Undangan Vol. 8 No. 2, 2007), h. 26.

4

salinan putusan perceraian dengan No.Reg.Perkara: Nomer

:1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk yang mana pemohon ( HARRIS YUDHO BASKORO

bin R. SOETRISNO ADI)Dengan termohon ( FEBBY SRI HANDAYANI binti

HERI) .

Dari hasil analisis yang dilakukan juga dapat diketahui bahwa pembiayaan

hidup anak pasca perceraian adalah orang tua perempuan (ibu) dengan dibantu

oleh keluarga ibunya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembiayaan hidup yang

seharusnya menjadi kewajiban seorang ayah, namun mengabaikan tanggung

jawabnya sebagai orang tua. Dan putusan pengadilan juga tidak dihiraukan oleh

pihak ayah atau orang tua laki-laki.

B. Identifikasi Masalah

Dari pembahasan latar belakang diatas, yang penulis akan bahas dalam

perkembangan masyarakat terdapat sebuah perubahan dalam pola kehidupan

sosial dan ekonomi masyarakat diantaranya yaitu dengan cara melakukan

perkawinan dimulai dari menyatukan dua individu dan mendapat keturunan

sampai terjadinya perceraian yang berimbas kepada anak. oleh karena itu penulis

selaku mahasiswa Syari‟ah dan Hukum berkeinginan mengangkat sebuah judul

skripsi dengan judul “Aplikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah

Perceraian Di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota

Depok”

5

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dalam pembahasan latar belakang diatas, maka penulis membatasi

penulisan skripsi ini pada ruang lingkup wilayah kelurahan Sawangan baru,

kecamatan Sawangan, kota Depok dan hanya membatasi mengenai biaya hidup

bagi anak setelah perceraian di pengadilan agama kota depok saja.

Setelah adanya pembatasan masalah, maka penulis merumuskan

permasalahan yang akan dibahas dengan tujuan dalam penulisan skripsi agar lebih

sistematis dan pembahasannya tidak melebar. Perumusan masalah tersebut

sebagai berikut:

1. Bagaimana Apikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian ?

2. Bagaimana Putusan PA Depok Mengenai Perceraian Dan Biaya Hidup Anak Pasca

Cerai?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Selain gambaran di atas, pembuat skripsi dengan judul: “Aplikasi

Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian Di Kelurahan Sawangan

Baru, kec. Sawangan kota Depok” Mempunyai tujuan, diantaranya :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya hukum

perdata yang berkaitan dengan hukum perkawinan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman kepada penegak hukum, praktis dan masyarakat umum.

6

Manfaat penulisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain :

- Menambah wawasan pembaca terhadap ilmu hukum perdata

khususnya hukum keluarga yang berkaitan dengan hak pemeliharaan

anak di bawah umur dan kewajiban pemberian nafkah terhadap anak

E. Review Kajian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1 Mohamad

fazrulizan

bin mohd

(skripsi)

Problematika

Perceraian Dan

Pengaruhnya

Terhadap

Nafkah Iddah

Dan Biaya Anak

Studi Di

Mahkamah

Syariah

Kuching,

Sarawak dari

tahun 1996

hingga tahun

2007

Sama-sama

membahas

tentang biaya

anak setelah

cerai.

membahas mengenai

perceraiannya saja secara

umum, tidak membahas

mengenai masalah biaya hidup

anak secara khusus, biaya

hidup anak hanya di bahas

secara umum saja, tidak ada

penjelasan mengenai biaya

hidup anak secara lebih

mendalam atau spesifik

2 Nizam, S H

(Tesis)

Kewajiban

Orang Tua Laki-

Laki (Ayah)

Atas Biaya

Nafkah Anak

Sah Setelah

Terjadinya

Perceraian

Kajian Putusan

Pengadilan

Agama Depok

Sama-sama

membahas

tentang biaya

anak setelah

cerai.

Tesis ini membahas secara

terperinci mengenai

KEWAJIBAN ORANG TUA

LAKI-LAKI saja setelah

perceraian, pembahasan

mengenai biaya hidup bagi

anak hanya di bahas secara

umum saja, tidak ada ke

khususan yang mendalam

mengenai cakupan biaya hidup

anak, dalam penulisan tesis

yang penulis tulis ini

membahas perceraian secara

secara umum, dan ketentuan

7

anak menurut hukum, sehingga

tidak membahas secara detail

mengenai biaya hidup anak.

F. Metode Penelitian

Metode Yang di gunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah metode

kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan

metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang

fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Proses penelitian Kualitatif supaya dapat menghasilkan temuan yang

benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal

yang dipandang perlu. Dalam memperbincangkan proses penelitian kualitatif

paling tidak tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi

penelitian dan desain penelitian kualitatif

1. Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Hukum Empiris,

yaitu penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara

mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu

tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi

(sosial) yang terjadi di dalamnya. Pendekatan yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitik. Deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu , keadaan, gejala atau

8

kelompok tertentu, atau untuk menetukan frekuensi atau penyebaran suatu

gejala lain dalam masyarakat.4 Analitik yaitu studi terhadap serangkaian

gagasan primer dalam bentuk perbandingan, hubungan, pengembangan,

model rasional dan penelitian historis.

2. Objek (lokasi ) dan subjek penelitian

Objek penelitian hanya pada wilayah kelurahan sawangan baru Kecamatan

Sawangan Kota Depok,. Sedangakan subjeknya terdiri dari isteri yang telah

bercerai serta informan dan pejabat-pejabat instansi terkait yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini yang berada diwilayah Kelurahan Sawangan

Baru , Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung melalui

wawancara dari masyarakat yang berada di Wilayah Kelurahan

Sawangan Baru Kecamatan Sawangan , Kota Depok Dan Kantor

Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Data

ini juga meliputi hasil interview warga sekitar yang mengalami hal

seperti ini.

4 Meli G tan, Masalah Perencanaan Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1981), h. 42.

9

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari hasil bahan

pustaka. Data ini terdiri dari fiqh, kompilasi hukum Islam, undang-

undang dan buku yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

2. Teknik pengumpulan data

Dalam upaya mengumpulkan data yang di perlukan, digunakan Teknik

sebagai berikut:

a. Wawancara/interview

Teknik interview ini digunkan untuk memperoleh informasi tentang

praktik biaya hidup anak, dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara penulis atau pewawancara dengan informan, wawancara

tersebut menggunakan instrument pengumpulan data yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara).5

Penulis menggunakan teknik ini karena merupakan teknik

tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan tertulis

dan terbuka untuk mencari informasi secara detail dan terperinci,

Dengan demikian diperoleh jawaban secara langsung sedalam-

dalamnya tentang masalah yang di bahas.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

Pedoman Skripsi Fakultas Syari‟ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

5 Moh. Nazir, Metode penelitian, (Jakarta: Ghia Indonesia, 1998), h.234.

10

Jakarta, Yang Di Terbitkan Oleh Fakultas Syariah Dan Hukum Tahun

2007.

G. Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan Persoalan Yang Akan Dibahas Dalam Skripsi Ini

Akan Penulis Sajikan Atau Paparkan Dalam 5 Bab, Diantaranya :

Bab I Bab Ini Memuat Tentang Pendahuluan, Terdiri Dari Latar Belakang

Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan

Kegunaan Penelitian, Review terdahulu, Metodelogi Penelitian Dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Dalam Bab Ini Membahas Tinjauan Hukum Mengenai Konsep

Nafkah Anak Menurut Agama Dan Tata Hukum Indonesia

BAB III Dalam Bab Ini Menjelaskan Tentang Letak Geografis dan Demografis

Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

BAB IV Bab Ini Menjelaskan hasil dari penelitian, mengenai biaya hidup bagi

anak setelah terjadinya perceraian yang di lakukan di daerah kelurahan

sawangan baru, kecamatan sawangan, kota. Depok, analisa putusan

Pengadilan Agama Depok Dengan No Reg. 1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk.

BAB V Bab Ini Menjelaskan Tentang Kesimpulan, Penutup, Dan Saran-Saran.

11

BAB II

KONSEP NAFKAH ANAK

A. Biaya Hidup Anak Menurut Agama

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan untuk waktu yang lama. undang-undang memandang perkawinan

hanya dari hubungan keperdataan, demikian pasal 26 Burgerlick Wetboek.

Menurut pasal 26 BW bahwa suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan

yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan dalam kitab undang-undang

hukum perdata.6

Anak adalah salah satu tujuan dari adanya suatu pernikahan atau

perkawinan, yang dikatakan dengan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari

rahim seorang wanita, bila hanya dikaitkan dengan ibu. bila dikaitkan dengan

kedua orangtua , ibu dan bapak maka anak adalah seseorang yang dilahirkan

setelah adanya pernikahan yang sah antara kedua orangtuanya. Anak merupakan

anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya, tidak semua insan di dunia

diberi kepercayaan untuk memiliki dan mengasuh anak. oleh karena itu kehadiran

anak dalam rumah tangga adalah suatu kenikmatan yang tiada tara, oleh karena

itu harus dan wajib disyukuri dan tidak disangsikan lagi bahwa putra dan putri

6 Subekti, Pokok-Pokok hukum Perdata (Jakarta : Pt intermasa2001), h.23.

12

merupakan cinderamata yang tidak diragukan lagi, karena merupakan belahan

jiwa setiap jiwa. Mereka adalah sumber kebahagiaan dan kesejukan yang mampu

membuat setiap insan menjadi lebih bahagia. karena mereka jugalah rezeki dicari

dan lantarannya pula cita-cita dan harapan di gapai.

Nafkah hadhanah secara bahasa nafkah yang berarti membiayai. Dengan

demikian, kata Nafaqah berarti biaya. Maksudnya ialah menyangkut biaya

penghidupan. Disebutkan juga oleh Ahmad Warson Munawir dalam Al-Munawir

kamus bahasa arab indonesia bahwa nafkah mempunyai arti yaitu biaya, belanja

dan biaya pengeluaran, dibelanjakan.7

Nafkah menurut istilah berarti sesuatu kewajiban sang suami memberikan

suatu penghasilan pekerjaan (nafkah) kepada dirinya, isterinya dan anak-

anaknya.8 Hadhanah sendiri berasal dari kata Alhidn yang artinya rusuk,

kemudian kata hadanah dipakai sebagai istilah “Pengasuhan Anak” karena sang

ibu yang sedang mengasuh anak sering meletakkan disebelah rusuk. Istilah ahli

fiqh hadhanah berarti memelihara dan menjaga kesehatan jasmani dan rohani

anak.9 nafkah hadanah adalah yang wajib oleh ayah terhadap anak untuk

7 Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka

Progresif), cet. 14, h. 1449.

8 Ash-Shabuni, Hadiyyatul Afraa lil’Aruusain) Hadiah untuk pengantin, (Jakarta : Mustaqim),

h. 229.

9 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta : Bulan Bintang,

1993), h. 138.

13

pemeliharaan dan pengasuhan, baik pemberian itu berupa sandang, pangan, papan

maupun pendidikan berdasarkan kemampuannya.

Dasar hukum Nafkah Hadhanah dalam Al-Qur‟an yaitu nafkah yang

merupakan hak istri dan anak maka ayah wajib membiayainya, hal ini tertuang

dalam Q.S al-Baqarah: 233

. (233: 2/البقرة)

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan

kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan

cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan

karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua

tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak

ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh

14

orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan

ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-

Baqarah/2: 233).

Abu Ali al-Fahdli berpendapat bahwa kewajiban suami memberi nafkah

itu bukan disebabkan karena isteri itu menyusui anaknya,10

melainkan karena

isteri itu sendiri yang diceraikan oleh suaminya dan suami wajib memberi nafkah

atas isteri sesuai dengan keadaan pada waktu itu.dapat diartikan bahwa kewajiban

nafkah kepada mantan isteri yang telah mempunyai anak, adalah satu kesatuan

yaitu nafkah istri dan pemeliharaan anak (Hadhanah).

Begitu juga Ash-Shabuni menyatakan bahwa makna Ayat diatas adalah

seorang ayah wajib memberikan Nafkah dan pakaian kepada isterinya yang telah

diceraikan jika ia menyusui anak-anaknya.11

Dalil itu merupakan wajibnya

seorang ayah menafkahi anak-anaknya, sebab mereka belum mampu dan lemah.12

Keharusan Nafkah dari seseorang suami tak hanya sewaktu dia masih

menjadi isteri sahnya dan terhadap anak-anak dari isteri itu, tetapi suami wajib

memberi mereka nafkah bahkan saat perceraian. Apabila terhadap perawatan anak

dan kesejahteraan ibu merupakan tanggung jawab seorang ayah, meskipun terjadi

10

Abu Ali al-Fadhli Bin al-Hasan ath-Thabrasi, Majmaul al-Bayan Fi Tafsiri, (Beirut : Dar

al-Fikr), h. 115.

11

Ali ash-Shabuni, Shafwat at-Tafsir, Juz I, T.t, h. 150.

12

Imam Ibnu al-„Arabi, Ahkam al-Quran, Juz I,T.t, h. 274.

15

perceraian jangan sampai mengurangi nafkah yang wajar bagi ibu dan anaknya

sesuai keadaannya.13

Islam sebagai agama yang praktis, tidak memaksakan beban yang

berlebihan kepada salah satu pihak, tetapi mereka harus melakukan yang terbaik

untuk kepentingan anak sesuai dengan kemampuan mereka. Apalagi mereka

bertindak dengan tulus, maka Allah memberi solusi untuk mengatasi masalah

pemeliharaan yang dijelaskan dalam al-Quran surat at-Thalq ayat 6 yang

berbunyi:

( 6: 65/الطالق)

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang

sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka

nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan

(anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan

jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan

(anak itu) untuknya. (QS. At-Thaq/65: 6)

13

A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo), h. 270.

16

Ayat diatas mempertegas hak-hak wanita itu tempat tinggal yang layak.

Hal ini perlu dalam rangka mewujudkan yang ma‟ruf, sekaligus memelihara

hubungan agar tidak semakin keruh dengan perceraian itu, dimana kamu yang

menceraikannya bertempat tinggal. Kalau dahulu kamu bertempat tinggal yang

mewah sedangkan penghasilan menurun atau sebaliknya tempatkanlah mereka

ditempat menurut atau sesuai dengan kemampuannya kamu sekarang dan

janganlah sekali-kali kamu menyusahkan mereka dalam hal tempat tinggal atau

selainnya dengan tujuan untuk menyempitkannya hati dan keadaan mereka

sehingga mereka terpaksa keluar atau minta keluar.14

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat diatas menjelaskan prinsip

umum mencakup penyusuan dan sebagainya sekaligus menengahi kedua pihak

dengan menyatakan bahwa hendaklah yang lapang yakni mampu dan memiliki

banyak rezeki memberi nafkah untuk isteri dan anak-anaknya sebatas kemampuan

suami dan dengan demikian hendaknya ia memberi sehingga anak dan isterinya

itu memiliki pula kelapangan dan keluasan berbelanja dan siapa yang disempitkan

rezekinya yakni terbatas penghasilannya.15

Dalam jumlah nafkah, M. Quraish Shihab mengatakan tidak ada ketentuan

yang pasti melainkan melihat kondisi masing-masing dan adat kebiasaan yang

berlaku pada suatu masyarakat atau apa yang diistilahkan oleh al-Quran dan

14

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keseharian. (Al-Qur‟an juz 14), h.

300.

15

Ibid, h. 303.

17

sunnah dengan „urf” yang tentu saja dapat berbeda antara satu masyarakat dengan

masyarakat yang lain serta waktu dan waktu yang lain.16

pendapat ini juga

dikemukakan oleh Imam Maliki dan Abu Hanifah.17

Berbeda dengan pendapat Imam Syafi‟i bahwa nafkah itu ditentukan

besarnya, bagi orang-orang yang kaya dikenakan dua mud, 1 mud dikenakan 6 ons

gandum/beras. Orang-orang menengah dikenakan satu setengah Mud, sedangkan

orang-orang yang miskin dikenakan satu Mud.18

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa seseorang yang telah menjalani

perceraian, maka seorang suami diwajibkan pula untuk menafkahkan istri dan

anak-anaknya. Besaran penafkahan ini disesuaikan kepada kemampuan seorang

suami dan keikhlasan antara kedua belah pihak.

1. Kadar Nafkah Hadanah

Tentang ukuran nafkah yang harus diberikan suami kepada isteri dan

anak-anaknya baik pada waktu perkawinan atau setelah perceraian tidak diatur

batas-batasnya hanya diatur secara umum yaitu menurut kemampuan suami.

Namun ketika suami menentukan pemberian nafkah kepada isteri atau

anak-anaknya, maka hendaklah diperhatikan beberapa hal, yaitu:

16

Ibid, h. 300.

17

Al-Faqih Abu Wahid Muhammad Bin Ahmad Bin Muhammad Ibnu Rusyd, Terjemah

Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (Analisa Fiqih para mujtahid), h. 519.

18

Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, h. 519

18

a. Hendaklah jumlah nafkah itu mencukupi istri dalam memelihara dan

mengasuh anak dan disesuaikan keadaan kemampuan mantan suami, baik

yang berhubungan dengan sandang, pangan maupun pendidikan anak.

b. Hendaklah nafkah itu ada pada waktu yang tepat, yaitu ketika mantan istri

itu membutuhkan atau dengan cara yang ditentukan waktunya.

c. Sebaiknya ukuran nafkah tersebut didasarkan pada kebutuhan pokok dan

pendidikan anak, dan hal ini disesuaikan keadaan perekonomian

dimasyarakat.19

Dengan demikian, kadar nafkah keluarga bagi isteri atau anak pada

waktu perkawinan atau setelah perceraian yang menjadi tanggung jawab

suami harus disesuaikan dengan:

1. Kemampuan Suami

Dalam nafkah keluarga begitu juga nafkah anak baik pada waktu

perkawinan atau setelah percerian, bahwa isteri dituntut untuk tidak

membebani suami diluar kemampuannya. Suami hanya berkewajiban

memberikan nafkah sesuai dengan kemampuanya. Seperti dijelaskan

dalam Surat at-Thalaq Ayat 7:

(7: 65/اطالق)

19

Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, h. 134.

19

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah

memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah

tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa

yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan” (QS. at-Thalaq/65: 7)

2. Tidak Kikir Dan Berlebihan

Jika suami bakhil, tidak memberikan Nafkah secukupnya kepada

isteri tanpa alasan yang benar, maka isteri berhak menuntut jumlah nafkah

tertentu baginya dan anak-anaknya. Dalam hal ini hakim boleh

memutuskan beberapa jumlah nafkah yang harus diterima oleh istri serta

mengharuskan suami untuk membayarnya jika tuduhan-tuduhan yang

dilontarkan oleh istri ternyata benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam surat al-Isra Ayat 29 Yaitu:

(29: 17/اإلسرأ)

Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu

kamu menjadi tercela dan menyesal”. (QS. al-Isra/17: 29)

Maksud dari ayat ini adalah jangan kamu terlalu kikir, dan jangan

pula terlalu Pemurah karena berlaku kikir dalam memberikan nafkah

keluarga.

20

2. Dasar Hukum Nafkah Hadhanah Dalam Al-Hadits

Dalam hal Nafkah adalah kewajiban seorang suami terhadap istri

maupun anaknya, Dalam Islam, disebutkan dalam Hadist yang berbunyi :

اءوجحريلهحواء ذاكنبطنيلهوع ولاللهه تیآرس أمرةقلا نعمرأن اب الله عنعبد

Artinya: “Dari Abdullah Bin Umar bahwasanya seorang wanita

berkata: Ya Rasulullah, bahwasanya anakku ini perutkulah

yang mengandungnya, asuhankulah yang mengawasinya,

air susukulah yang diminumnya. Bapaknya hendak

mengambilnya dariku. Maka berkatalah Rasulullah: engkau

lebih berhak atasnya selama engkau belum menikah lagi

dengan laki – laki lain”.

Serta didalam riwayat lain Abu Bakar berkata, bahwa “Ibu adalah

satu-satunya yang menguatkan tentang hak asuh anak ini, bahwasanya

anaknya cenderung ke ibunya. Namun apabila si anak telah menginjak

dewasa/baligh maka diantara kedua belah pihak menanyakan kepadanya tanpa

ada penekanan, agar si anak bisa memilih untuk tinggal bersama ibu atau

bapaknya. Yang paling berhak melakukan hadhanah adalah ibu baik masih

terikat perkawinan, ataupun masa iddah, selama dia masih belum menikah

lagi dengan laki – laki lain.

21

Jika ibu telah meninggal ataupun tidak ada maka yang berhak menjadi

hadhanah adalah ibu dari ibunya anak itu terus keatas, begitupun sebaliknya

ibu dari bapaknya hingga keatas

Dan juga hadis dari Fatimah bin Qais yang artinya: “Dari Fathimah

Bin Qais Dari Nabi SAW bersabda bahwa ia telah ditalak tiga oleh suaminya

baginya tidak ada hak tempat tinggal dan nafkah (HR. Muslim). 20

Dari uraian hadis diatas dapat dipahami bahwa seorang suami setelah

terjadinya perceraian dibebankan pula untuk menafkahkan keluarganya dan

tidak dibenarkan untuk berbuat kikir.

B. Biaya Hidup Anak Menurut Tata Hukum Indonesia

1. Dasar Hukum Nafkah Hadanah Dalam Hukum Undang-undang

Keluarga adalah tonggak setiap masyarakat dan segala bentuk

kegoncangan di dalamnya melahirkan problema dalam masyarakat itu. Anda

ingat bahwa dalam ayat-ayat sebelum ini, pembalasan kita berkisar pada

perceraian wanita dan laki-laki, dalam ayat ini nasib anak-anak khususnya

para bayi setelah perceraian akan dijelaskan. Ayat ini dengan memperhatikan

emosional para ibu dan pentingnya pemberian air susu ibu (asi) untuk anak,

menganjurkan penyusuan anak selama dua tahun penuh, sekalipun ibunya

sudah bercerai dengan suaminya ataupun si ayah sudah meninggal dunia, ibu

20

Imam Abi Husen Muslim Bin Hujaz bin muslim, Shahih Muslim, (Riyadh : dar as-salam),

h. 641

22

harus memperhatikan hak anak dan perselisihan antara dirinya dengan

suaminya jangan menyebabkan terganggunya jasmani maupun jiwa anak.

Sebagai timbal balik dari kewajiban yang di tetapkan Allah terhadap si

ibu kepada anaknya itu, maka si ayah (meskipun telah menceraikannya)

berkewajiban untuk memberi nafkah dan pakaian kepada ibu secara patut dan

baik. Jadi kedua-duanya mempunyai beban dan tanggung jawab terhadap si

kecil yang masih menyusui ini. Ibu merawatnya dengan menyusui dan

memeliharanya, dan si ayah harus memberi pakaian kepada si ibu agar dia

dapat memelihara anaknya.21

Adapun dalam masalah nafkah hadhanah dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam pasal 41 dikemukakan akibat

putusnya perkawinan ialah bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya

pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat

menentukan bahwa ibu ikut langsung memikul biaya tersebut.

Berdasarkan firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 233 yang telah

disebutkan diatas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran, diantaranya:

21

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema insani press, 2000). h.302.

23

a. Pemeliharaan Anak adalah wajib hukumnya bagi kedua orang tua dan

sekiranya terjadi perceraian, maka anak tidak boleh menjadi korban

perceraian.

b. Dalam pemerintahan Islam, laki-laki bertanggung jawab memenuhi

keperluan-keperluan mendasar keluarga dan wanita tidak memiliki

tanggung jawab mengenai pemenuhan biaya hidup.

2. Dasar Hukum Nafkah Hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam

Dasar hukum nafkah hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat

pada Pasal 104 sampai pasal 106 yaitu:

Pasal 104

a. Semua biaya penyusuan anak dipertanggung jawabkan kepada

ayahnya. Apabila Ayahya telah Meninggal dunia, maka biaya

Penyusuan dibebankan kepada orang yang berkewajiban membeir

Nafkah kepada Ayahnya atau Walinya.

b. Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun, dan dapat

dilakukan penyapihan dalam masa kurang dua tahun dengan

persetujuan Ayah dan Ibunya.

Pasal 105

Dalam hal terjadinya perceraian:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12

tahun adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak

untuk memilih diantara ayah

c. Atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya;

d. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Pasal 106

a. Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya

yang belum dewasa atau dibawah pengampunan, dan tidak

diperbolehkan memindahkan atau menggadaikannya kecuali karena

24

keperluan yang mendesak jika kepentingan dan keselamatan anak itu

menghendaki atau suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi.

b. Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena

kesalahan dan kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat (1).22

Pasal 80 ayat (d) sesuai dengan dengan penghasilan, suami

menanggung:

1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri

dan anak

3. Biaya pendidikan anak

Dalam membangun keluarga tidak akan tercapai keluarga yang bahagia

tanpa tercukupnya nafkah. Hal ini merupakan kewajiban suami sebagai kepala

keluarga, meskipun telah terputus perkawinannya.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat an-Nisa ayat 34:

22

Lihat Kompilasi Hukum Islam, pasal 104-106

25

(34: 4/النساء)

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita

yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah

kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya

Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. an-Nisa/4: 34)

Dari ayat diatas Imam Ash-Shabuni menyatakan bahwa kaum pria

memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah maupun larangan yang

wajib ditaati oleh para wanita (istri-istrinya) serta memiliki kewajiban untuk

memberikan belanja (Nafkah) dan pengarahan sebagaimana kewajiban

seorang wali (penguasa) atas rakyatnya.

Karena itu suami harus menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya

dalam memenuhi Nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Maka suami

hendaknya berusaha sekuat tenaga, agar dapat mencukupi nafkah yang hal dan

diperoleh dengan jalan yang diridhoi Allah Swt. Suami tidak pantas jika

berpangku tangan dan tidak selayaknya berlaku kikir terhadap orang yang

menjadi tanggung jawabnya.

26

BAB III

MASYARAKAT KELURAHAN SAWANGAN BARU

KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK

A. Sejaran dan Letak Geografis Keluraan Sawangan Baru Kecamatan

Sawangan Kota Depok

Awalnya Depok merupakan sebuah dusun terpencil ditengah hutan belantara

dan semak belukar. Pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tinggi VOC,

Cornelis Chastelein, membeli tanah yang meliputi daerah Depok serta sedikit

wilayah Jakarta Selatan, Ratujaya dan Bojonggede. Chastelein mempekerjakan

sekitar seratusan pekerja. Mereka didatangkan dari Bali, Makassar, Nusa

Tenggara Timur, Maluku, Jawa, Pulau Rote serta Filipina. Selain mengelola

perkebunan, Cornelis juga menyebarluaskan agama Kristen kepada para

pekerjanya, lewat sebuah Padepokan Kristiani. Padepokan ini bernama De Eerste

Protestante Organisatie van Christenen, disingkat DEPOK. Dari sinilah rupanya

nama kota ini berasal. Sampai saat ini, keturunan pekerja-pekerja Cornelis dibagi

menjadi 12 Marga. Adapun marga-marga tersebut adalah :

1. Jonathans

2. Laurens

3. Bacas

27

4. Loen

5. Soedira

6. Isakh

7. Samuel

8. Leander

9. Joseph

10. Tholense

11. Jacob

12. Zadokh

Tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk

Pemerintahan dan Presiden sendiri setingkat Gemeente (Desa Otonom).

Keputusan tersebut berlaku sampai tahun 1942. Gemeente Depok diperintah oleh

seorang Presiden sebagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekeuasaannya

terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para

Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial

Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha, namun dihapus pada tahun 1952 setelah

terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente

Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya.

Sejak saat itu, dimulailah pemerintahan kecamatan Depok yang berada dalam

lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung, yang meliputi 21

Desa. Pada tahun 1976 melalui proyek perumahan nasional di era Orde Baru,

28

dibangunlah Perumnas Depok I dan Perumnas Depok II. Pembangunan tersebut

memicu perkembangan Depok yang lebih pesat sehingga akhirnya pada tahun

1981 Pemerintah membentuk kota Administratif Depok yang peresmiannya

dilakukan tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir

Machmud). Sejak tahun 1999, melalui UU nomor 15 Tahun 1999 Tentang

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah

Tingkat II Cilegon, Depok meningkat statusnya menjadi Kotamadya atau Kota.

Menurut Undang-Undang tersebut, wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Depok

memiliki luas wilayah 20.504,54 Ha yang meliputi :

1. Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 1614 Ha.

2. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas wilayah 3.398

Ha.

3. Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan

dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan jumlah

penduduk 156.118 jiwa dan luas wilayah 2.671 Ha.

4. Kecamatan Limo, terdiri dari 8 desa dengan luas wilayah 2.595,3 Ha.

5. Kecamatan Cimanggis, terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan luas

wilayah 5.077,3 Ha.

6. Kecamatan Sawangan, terdiri dari 14 desa dengan luas wilayah 4.673,8 Ha.

29

Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas)

kecamatan merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun

2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, yang diharapkan akan

berdampak positif bagi masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah kecamatan

tersebut, akan semakin mendekatkan pelayanan sehingga memudahkan

masyarakat dalam mengurus berbagai keperluannya yang membutuhkan layanan

aparatur pemerintah di kecamatan. Di samping itu, dengan pemekaran ini

menjadikan setiap kecamatan hanya akan membawahi empat hingga tujuh

kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14 Kelurahan, diharapkan camat

dapat lebih intensif untuk berkoordinasi dengan para Lurah dan aparaturnya

sehingga dapat memperkokoh fungsinya dalam mensukseskan program-program

yang digulirkan Pemkot melalui berbagai OPD.

Adapun selangkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut:

1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur,

Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan

Kelurahan Tanah Baru.

2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas,

Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan

Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

30

3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan

Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan

Kelurahan Pondok Jaya.

4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan

Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan

Kelurahan Cisalak.

5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan

Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.

6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung,

Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.

7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul,

Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.

8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan

Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan

Harjamukti, dan Kelurahan Curug.

9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan

Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan

Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.

10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan

Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan,

Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.

31

11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan

Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug,

Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.

Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota

Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan

perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.

Kelurahan Sawangan Baru adalah suatu Kelurahan Kota Depok dengan

Kecamatan Sawangan. Terletak di perbatasan kota Negara, Kelurahan Sawangan

Baru menempati di persilangan arus transportasi Parung-Depok dan Ciputat-

Citayam. Yang mempunyai jarak ke ibukota kecamatan 5,4 km dan lama jarak

tempuh ke ibu kota dengan kendaraan bermotor selama 2 jam, jarak Ibu Kota ke

kabupaten/ kota 5,4 km dan jarak ke ibukota provinsi 250 km.

Batas wilayah Kelurahan Sawangan Baru ini meliputi:

BATAS DESA/ KELURAHAN KECAMATAN

Sebelah utara Kel. Rangkapan jaya Pancoran mas

Sebelah selatan Kel. Bedahan Sawangan

Sebelah timur Kel. Pasir putih Sawangan

Sebelah barat Kel. Sawangan Sawangan

32

Luas Wilayah menurut penggunaan, meliputi:

Luas pemukiman 3 ha/m2

Luas kuburan 0,4 ha/m2

Tanah/sawah irigrasi teknis 16 ha/m2

Tanah kering tegal/lading 196,48 ha/m2

Adapun iklim kelurahan sawangan baru beriklim tropis, yaitu dengan rata-

rata curah hujan sepanjang tahun 2010 sebesar 60.00 Mm. Banyak curah hujan

tergantung pada kelembapan udara yang tinggi, tetapi tekanan udara yang rendah

dengan kecepatan angin, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta

penguapan sedang-sedang saja. Curah hujan sebanyak 433mm dengan

kelembapan 87 persen, tekanan udara 1008,5 hpa, kecepatan angin 4knots, suhu

udara rata-rata 29 c dan lama penyinaran matahari 98jam serta penguapan air

sebesar 127mm, tinggi tempat dari permukaan laut 100 mdl, kondisi curah hujan di

seluruh wilayah di daerah depok relatif sama dengan rata-rata curah hujan sebesar

327 mm/tahun. Kondisi curah hujan seperti diata, mendukung kegiatan di bidang

pertanian, terutama pertanian lahan basah di areal irigasi teknis, sedangkan untuk

daerah tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebih sesuai untuk tanaman

palawija. Kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai

pertanian tadah hujan.selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga

penting untuk pemberian gambaran penentuan lahan terutama lokasi, pola cocok

tanam dan jenis tanaman yang sesuai.

33

B. Demografis Masyarakat Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan,

Kota Depok

1. Kependudukan

Jumlah penduduk di kota depok pada berdasarkan data dari BPS

adalah 1.204.687 jiwa, sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,06

km2, maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 5.818 jiwa / km2. Jumlah

penduduknya berkisar antara 115.575 jiwa (kecamatan Beji) dan 331.778 jiwa

(kecamatan Cimanggis), sedangkan kepadatan penduduknya berkisar antara

2.918 jiwa/km2 (kecamatan Sawangan) sampai dengan 11.371 jiwa/km2

(kecamatan Sukmajaya).

Jumlah penduduk kota depok berkembang sangat pesat dari tahun ke

tahun, ditinjau dari penyebaran lokasi kegiatannya. Kegiatan industri sebagian

besar berkembang pada kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya (wilayah kota

bagian timur), yaitu sepanjang jalan raya Bogor, sedangkan kawasan pertanian

masih banyak terdapat di kecamatan Sawangan, kecamatan Pancoran Mas

bagian selatan dan sedikit di kecamatan Limo (wilayah kota bagian barat).

Untuk kegiatan perkantoran, jasa, perdagangan dan kegiatan pendidikan

berkembang di wilayah kota bagian tengah, terutama di sepanjang jalan

Margonda dan kawasan perumahan banyak berkembang di wilayah kota

bagian utara yang berdekatan dengan Jakarta, yaitu Kecamatan Limo, Beji,

Sukmajaya, dan Pancoran Mas bagian utara.

34

Untuk sarana dan prasarana dasar perkotaan, direncanakan untuk terus

dikembangkan sistem transportasi (jaringan jalan dan angkutan intra kota

yang efisien dan terintegrasi dengan inter kota. Selain itu kapasitas produksi

dan distribusi air bersih perpipaan sedang ditingkatkan, selain itu juga

masalah permukiman karena sesuai dengan arahan kegiatan fungsional kota

Depok.

Potensi sumber daya manusia antara jumlah laki-laki dengan

perempuan diwilayah Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota

Depok terlihat sangat signifikan, perbedaan antara jumlah laki-laki dengan

perempuan hampir sekitar 1000 orang yaitu laki-laki berjumlah 7.728 orang,

dan peremupan berjumlah 5.643 Orang, dan jumlah kepala keluarga di

Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok sekitar 11.371

KK.

2. Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan dikelurahan Sawangan baru kecamatan Sawangan

berdasarkan pada data pendidikan dikelurahan sawangan antara lain: Tamatan

SD/ sederajat yaitu berkisar 185 siswa, tamatan smp sederajat berkisar 1374

siswa, tamatan SMA sederajat berkisar 1691 siswa, tamatan D-1 berkisar 940

orang, tamatan D-2 berkisar 268 orang, tamatan D-3 berkisar 314 orang dan

tamtan S-1 berkisar 223 orang.

35

3. Sosial Dan Ekonomi

Perkembangan kelurahan sawangan baru, kecamatan sawanga kota

Depok dari aspek geografis, demografis maupun sumber pendapatan begitu

pesat, terutama di bidang administrator pembangunan. Lompatan yang begitu

cepat, serta pancaran keberhasilan dalam pembangunan adalah merupakan

prestasi bersama, antara pemerintah daerah dan kesadaran masyarakatnya.

Mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Sawangan Baru

kecamatan Sawangan kota Depok adalah buruh tani, yaitu sebanyak 1396

laki-laki, dan 1403 perempuan, pekerjaan bertani dilakukan masyarakat untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari masyarakat, sedangkan masyarakan yang

menjadi pengrajin industri rumah di wilayah tersebut sebanyak 25 orang,

yakni terdiri dari 12 orang lak-laki, dan 13 orang perempuan

4. Keagamaan

Agama yang dianut oleh penduduk sawangan baru kecamatan

sawangan kota Depok beragama. Menurut data pemerintah kota depok,

kelurahan sawangan baru kecamatan sawangan pada tahun 2010, komposisi

penganut agama di wilayah ini adalah sebagai berikut:

a. Islam 84,4%

b. Kristen Protestan 6,2 %

c. Katolik 5,7 %

d. Hindu 1,2 %

36

e. Buddha 3,5 %

Jumlah umat buddha terlihat agak besar mungkin karena umat

konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Berbagai tempat peribadatan

agama-agama seperti masjid dan mushola juga banyak ditemukan di

kelurahan ini.

5. Data-data perceraian

Angka perceraian terus saja meningkat. Menurut data yang

disampaikan Pengadilan Agama Kota Depok, perceraian yang terjadi pada

2010 di Depok mencapai 1.200 pasangan. Jumlah ini merupakan perceraian

yang sudah selesai diproses. penggugat kebanyakan berasal dari pihak wanita

atau istri. "Ada beberapa faktor yang memengaruhi perceraian ini.Yang paling

umum adalah ketidakcocokkan dalam rumah tangga. Faktor ekonomi pun

cukup berpengaruh. " suami tidak memberi nafkah atau semacam itu. Gugatan

yang dilaporkan juga karena suami berselingkuh atau suka melakukan tindak

kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, lingkungan pun dapat menjadi

pemicu perceraian.

Sementara itu, jumlah pernikahan di tahun 2010 mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2009. Di 2010, kantor Kementerian Agama Kota Depok

hanya menerima sekitar tiga ribu pasang saja. Sedangkan, pada tahun 2009

tercatat ada sekitar 11 ribu orang yang menikah pada tahun tersebut. faktor

37

pendorong mengapa orang banyak menikah di tahun 2009. Orang-orang

menganggap 2009 merupakan tahun yang spesial, jadi banyak yang memilih

untuk menikah pada tahun itu. Sedangkan pada tahun 2010, orang kebanyakan

menikah pada 10-10-2010.dan perceraian di KUA Kecamatan Sawangan pada

tahun 2009-2010 khususnya di Kelurahan Sawagan baru Kota Depok sangat

memperihatinkan, dimana tercatat pernikahan dan perceraian di KUA

kecamatan itu sekitar 1 (orang) di tahun 2009, dan 2 orang di tahun 2010 yang

menikah dan bercerai secara resmi.dari hasil data melalui observasi yang

diperoleh tercatat 15 orang yang menikah dan kemudian bercerai secara tidak

resmi (dibawah tangan), yang kemudian ber imbas kepada biaya hidup anak

setelah perceraian. KUA di Depok masih berada di enam kecamatan induk,

yakni Cimanggis, Pancoran Mas, Sukmajaya. Sawangan, Beji, dan Limo.

Kementerian Agama pada 2010 telah menerima sekitar 500 pengajuan

pemekaran KUA di seluruh Indonesia, namun baru terealisasisetengahnya.

38

BAB IV

BIAYA HIDUP BAGI ANAK SETELAH PERCERAIAN

A. Kehidupan Mantan Istri Beserta Anak Setelah Terjadi Perceraian

Perlu disadari, bahwa Negara Indonesia sebagai negara yang

berdasarkan atas Hukum (rechtstaat), Hukum mempunyai status dan

kedudukan yang sangat menentukan kehidupan ketatanegaraan.

Konsekuensi logis dari kenyataan tersebut adalah keharusan adanya

tatanan/perangkat Hukum yang mampu mengatur kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara secara Nasional.

Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian Hukum

dalam masyarakat. Hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang

tidak main Hakim sendiri. Setiap sengketa, apakah sengketa rumah

tangga atau sengketa mengenai Harta dan lainnya, harus diselesaikan

melalui proses Hukum di Pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku

tanpa kecuali, oleh karena setiap orang terikat oleh Hukum, setiap

perbuatan mereka harus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

Apabila Akad Nikah telah berlangsung dan Sah memenuhi

rukunnya, maka akan menimbulkan akibat Hukum. Dengan demikian,

akan menimbulkan pula Hak dan kewajiban suami istri dalam

39

keluarga.23

Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawab

masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan

hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga.

Kata cerai dalam kamus bahasa Indonesia berarti berpisah atau putus

hubungan sebagai suami istri.24

Anggapan mengenai perceraian sama

dengan suatu kegagalan yang biasa karena semata–mata mendasarkan

perkawinan pada cinta yang romantis, padahal pada semua sistem

perkawinan paling sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal

bersama dimana masing–masing memiliki keinginan, kebutuhan serta

latar belakang sosial yang berbeda satu sama lain. Akibatnya sistem ini

biasanya memunculkan ketegangan dan ketidakbahagiaan yang

dirasakan oleh semua anggota keluarga.

Perceraian merupakan akhir dari suatu pernikahan, Ketika

suatu perkawinan sering diwarnai pertengkaran, merasa tidak bahagia,

ketidaksetiaan pasangan, atau masalah lainnya, seringkali terpikir

untuk segera mengakhiri pernikahan tersebut. Bercerai dengan

pasangan hidup dianggap sebagai solusi terbaik bagi banyak pasangan

yang menikah. Alasan lain bercerai adalah memberi pasangan hidup

pelajaran sebagai jalan keluar yang baik untuk mengakhiri rasa sakit

23

Abd. Rahman Ghajali, Fiqh Munakahat, (JakaRta : Kencana, 2006), Ed. 1, Cet. 2, h. 155.

24

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(JakaRta:Balai Pustaka, 1989), h.168.

40

hati. Tetapi dengan bercerai tidak berarti bebas dari masalah. Ada

masalah-masalah lain yang harus dihadapi pasca perceraian.

Kehidupan mantan istri dan anak setelah perceraian dalam

masyarakat Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota

Depok mengenai masalah biaya hidup anak setelah perceraian

awalnya berjalan cukup sulit Anak yang mengandung banyak arti

apalagi bila kata anak diikuti dengan kata lain misalnya anak Turunan,

anak Kecil, anak Sungai, anak Negeri, dan lain sebagainya.25

Anak adalah putra putri kehidupan masa depan Bangsa dan Negara.

Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan agar dapat berkembang

mental dan spiritualnya secara maksimal.26

faktor Psikologis dan

ekonomi sangat mempengaruhi hidup anak pasca perceraian, hari demi

hari di lalui tanpa adanya sosok seorang bapak, namun hal itu lama-

lama akan terbiasa dengan sendirinya, dimana anak yang seharusnya

mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya akan tetapi ini malah

hanya mendapat kasih sayang hanya dari salah satu orang tuanya saja,

hal ini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak.

Dalam membiayai keidupan anak mereka tak segan-segan

meminta bantuan kepada keluarga dari pihak mereka sendiri, mantan

25

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, h. 83

26

Darwan Prints dalam Iman Jauhari (1), Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Pustaka

Bangsa Press, Jakarta, 2003, h.80.

41

suami yang seharusnya ikut membantu tetapi malah tidak peduli

terhadap anak, banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti

fakktor Ekonomi dan faktor orang ketiga. faktor Ekonomi seperti

halnya suami yang tidak bekerja dan tidak mau berusaha dalam

memberikan biaya hidup bagi anaknya, faktor pihak ketiga yakni

suami yang setelah bercerain dengan istri pertamanya kemudian

menikah lagi dengan wanita lain, dalam hal ini mantan suami sudah

tidak perduli lagi terhadap biaya anaknya. Hak maupun kewajiban

orang tua terhadap anak dalam hukum dikenal dengan istilah salah

teknis hukum sebagai “kekuasaan orang tua” (ouderlijkemacht).

Kekuasaan orang tua ini penting artinya bagi kehidupan seorang anak

terutama yang belum dewasa karena melalui lembaga hukum ini Hak-

Hak dasar anak akan dipenuhi.

Dalam Keluarga yang orangtua bercerai pertumbuhan anak

dalam standar yang ideal kemungkinan sulit tercapai karena kebutuhan

jasmani dan rohaninya tidak dapat dipenuhi secara sempurna. Apabila

dikaitkan pula dengan kebutuhan materi/jasmani anak yang hidup

dalam keluarga yang kedua orang tuanya sudah bercerai, pertumbuhan

dan perkembangan anak tentu akan mengalami hambatan yang serius

apabila kebutuhan materi atau jasmani anak berupa biaya

pemeliharaan dan biaya pendidikan anak sampai dewasa tidak ada

kejelasannya.

42

Perceraian dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat

berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak

studi dilakukan untuk memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota

keluarga khususnya seorang anak. Dalam kasus perceraian tidak hanya

orang tua yang menanggung kepedihan, tapi yang lebih merasakan

beratnya perceraian adalah anak.

Mengemukakan bahwa anak bukannya tidak tahu tapi ia tidak

mampu menjelaskan, mengapa ia tidak ingin ada orang tahu bahwa ia

sedang pedih hatinya, dia juga tidak ingin mengatakan apapun yang

dapat memperburuk keadaan di rumah. Pada dasarnya, anak dapat

melihat ketegangan yang dialami orang tuanya. Tetapi seorang anak

khawatir untuk mengungkapkan emosinya, hal ini akan menambah

kepedihan setiap orang. Inilah alasan mengapa sebagian besar anak

tidak pernah bicara dengan orang tuanya tentang perasaannya mengenai

perceraian.

Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, perceraian berarti

menunjukkan cara yang sah mengakhiri perkawinan, meskipun Islam

memperkenankan perceraian jikalau alasan kuat baginya, Hak cerai itu

hanya dipergunakan dalam keadaan terpaksa.27

Meskipun perkawinan

telah putus, namun pasca perceraian tersebut masing-masing pihak

antara suami dan istri masih memiliki kewajiban yang harus dipenuhi

27

Djaman Nur, Fiqih Muamalah (Cet. 1; Semarang, Dina Utama, 1993), hlm. 130

43

dan ada Hak-Hak yang dapat dituntut. Salah satunya adalah

pemenuhan Nafkah dari seorang mantan suami terhadap anaknya.

Sebagian besar masyarakat Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan

Sawangan Kota Depok setelah terjadi perceraian masih banyak mantan

suami yang kurang memperhatikan anak, mulai dari faktor

pertumbuhan, pendidikan dan kesejahteraan anak, bahkan kebanyakan

acuh dan tidak peduli terhadap nasib anak. Masalah nafkah sangatlah

penting, namun setelah terjadinya perceraian kebanyakan yang bekerja

keras untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya adalah mantan istri.

keluarga dengan orang tua tunggal memiliki serangkaian

masalah khusus, hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua

yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih

sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu

orang tua dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap. Orang tua

tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya,

karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling

menopang.

Ada semacam kekhawatiran dalam keluarga dengan orang tua

tunggal, dimana orang tua tersebut harus bekerja sekaligus

membesarkan anaknya. Seorang yang menjadi orang tua tunggal harus

memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan juga keuangan, karena

berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus, serta mengendalikan

44

kemarahan atau depresi yang dialami oleh anaknya maupun dirinya

sendiri. Orang tua yang demikian mengalami masalah, karena terkucil

secara sosial dari kelompok orang tua yang masih lengkap

(berpasangan), semuanya ini memperberat tugas sebagai orang tua

tunggal. Seorang ibu dapat menjadi orang tua tunggal mungkin karena

kematian suaminya atau perceraian, dan beberapa ibu tentu tidak

pernah menikah lagi, termasuk mereka yang memilih menjadi ibu

tunggal. Saat ini perceraian menjadi cara yang umum untuk menjadi

orang tua tunggal. Ibu yang bercerai lebih banyak memiliki kesulitan

dalam masalah kekuasaan dan kedisiplinan. Beberapa ibu menjelaskan

tentang beratnya mengemban tugas tersebut. Para ibu ini mungkin

terpaksa mulai bekerja di luar rumah untuk pertama kalinya guna

memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya dengan penghasilan yang

tidak begitu banyak.

Dimana ibu yang seharusnya mengurus anak dengan dibantu

dengan uang dari mantan suami, namun kali ini tidak, ibu (mantan

istri) mengurus, membesarkan dan membiayainya hidup anak dengan

sendiri tanpa mengandalkan uang dari mantan suami, ini yang

memberatkan mantan istri, anak yang seharusnya masih menjadi

tanggung jawab mantan suami, yang seharusnya bertanggung jawab

untuk memberikan nafkah kepada mereka sampai nanti anak-anaknya

mampu untuk mencari nafkah sendiri. Dan sang ayah pun

45

berkewajiban untuk terus mendukung anak-anaknya secara moral dan

membantu mereka dalam urusan keuangan ini tidak dilaksanakan oleh

sang ayah atau mantan suami, hal ini yang sangat memberatkan

kehidupan mantan istri beserta anak akibat putusnya perceraian.

Dalam ajaran Islam, Anak adalah amanat Allah kepada kedua

orang tuanya, Masyarakat, Bangsa dan Negara sebagai waris dari

ajaran Islam, anak menerima setiap ukiran dan mengikuti semua

pengarahan yang diberikan kepadanya28

. Oleh karena itu anak perlu

dididik dan diajari dengan kebaikan. Menurut Abdullah Bin Abdul

Muhsin At Tuna sebagai mana dipaparkan oleh Abdul Rozak Husein

dalam bukunya yang berjudul Hak Anak dalam Islam „Disebutkan

bahwa masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih,

pendirian tiang pancang, pembuatan pondasi yang dapat disebut

dengan periode pembentukan. Kepribadian dan karakter dari seorang

manusia agar mereka kelak memiliki kemampuan dan kekuatan serta

mampu berdiri tegar dalam meniti kehidupan.

Dalam pandangan dunia internasional, Hak-Hak anak menjadi

aktual sejak dibicarakan pada tahun 1942 yang dinyatakan dalam

Deklarasi Jenewa yang menggelompokkan Hak-Hak manusia dan

memuatpula Hak Asasi anak selain itu Hak anak dituangkan dalam

28

Safuddin Mujtaba dalam Iman Jauhari (I),Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam,Pustaka

BangsaPress, Jakarta, h. 84.

46

Declaration Onthe Rights of the child yang dikenal dengan deklarasi

Hak Asasi Anak pada Tanggal 20 November 198929

.

Menurut Hukum Islam mengasuh Anak yang masih kecil

hukumnya wajib,30

sebab mengabaikannya berarti menghadapkan

anak-anak yang masih kecil kepada bahaya kebinasaan. Adapun

terhadap anak yang masih dibawah umur dalam KHI Impres No 1

Tahun 1991 Pasal 105 (a) di jelaskan bahwa pemeliharaan anak yang

belum Mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah Hak ibunya.

Meskipun begitu, kewajiban ayah tetap dituntut terhadap anaknya,

menurut Undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 45 (2)

karena pada dasarnya kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik

anaknya sampai anak dewasa dan dapat berdiri sendiri.

Secara bahasa Nafkah (Nafaqoh) berasal dari kata infak artinya

membiayai, dengan demikian kata nafaqah berarti biaya dalam Al-

Munawir disbebutkan bahwa Nafkah mempunyai arti biaya, belanja

dan pengeluaran uang.31

Sementara dalam kamus Bahasa Indonesia,

Nafkah adalah belanja untuk memelihara kehidupan, uang belanja

29

Thaha Abdullah Al Afifi, Hak Orang Tua Pada Anak dan Hak Anak Pada Orang Tua,

diterjemahkan oleh Zaid Husein Al Hamid, Dar El Fikr Indonesia, Jakarta, 1987

30

Satria Efendi, M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer, (Jakarta : CV

Predana Media, 2004), ed. 1, cet. 1, h. 166.

31

Ahmad Warson Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,

1997) h. 1449

47

yang diberikan kepada istri.32

Dalam suatu perkawinan, pembebanan

untuk menafkahi anak-anaknya terdapat kepada kedua orang tuanya.

Pembebanan untuk pembiayaannya pun tidak hanya pada keutuhan

keluarga, akan tetapi setelah terjadinya perceraian pun kedua orang tua

masih harus membiayai anak-anaknya (Hadhanah). Biaya hidup anak

Dikelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok sangat

menjadi sorotan banyak orang, dimana sebagian besar biaya hidup anak

di bebankan kepada pihak istri atau ibu, sedangkan ayah yang

seharusnya membiayai hidup anak sampai besar nyatanya tidak.

Sebagian besar ayah atau orang tua laki-laki setelah bercerai

malah menghilang dan mengabaikan begitu saja anaknya,

meninggalkan anak dengan mantan istrinya. Pada masa sekarang,

banyak dikalangan Masyarakat kurang sekali menyadari dalam masalah

yang terkait dengan hal-hal yang berakibat pada perceraian, terlebih

pada masalah pemberian biaya hidup untuk anak. Pada kenyataannya

banyak sekali hal yang menjadi faktor penyebab perceraian terjadi.

Diantara penyebab terjadinya perceraian yaitu mulai terjadinya

percecokan yang terus menerus, yang di picu oleh masalah ekonomi,

kehadiran orang ketiga, intervensi (campur tangan keluarga), bahkan

32

Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya, Mitra Pelajar 2005) h. 346

48

perceraian yang terjadi karena sering terjadi kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT),

Begitupun yang terjadi di Kelurahan Sawangan Baru

Kecamatan Sawangan Kota Depok. Akibat terjadinya perceraian

keluarga yang selalu menjadi korban adalah Anak. Dimana anak yang

seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya tetapi

tidak mendapatkannya juga dapat mempengaruhi perkembangan hidup

anak, dan biaya Nafkah anak pun sangat menjadi sorotan yang sangat

penting dari adanya perceraian tersebut. Anak berhak atas pelayanan

untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai

dengan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik anak

berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam

kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan

terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau

menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang wajar.33

B. Putusan Perceraian Di Pengadilan Agama Depok

Nomor Registrasi: 1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk

Kronologis kasus yang penulis sebutkan berikut ini adalah,

penulis salin sesuai dengan apa adanya, dengan maksud agar kronologis

33

Santy Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998, h. 13.

49

tersebut tidak ada penambahan maupun pengurangan. Kutipan kasus

tersebut adalah sebagai berikut:

Sebelum menganalisa kasus dari salinan putusan ini, perlu di

jabarkan secara kronologis tentang perceraian yang dialami YUDO

BASKORO bin R SOETRISNO ADI sebagai pemohon, dan FEBBY

SRI HANDAYANI binti HERI sebagai termohon. Yang awal mula

menikah pada tanggal 28 oktober 2007, di sawangan kota depok,

kutipan akta nikah Nomor 1379/19/x/2007 tanggal 28 oktober 2007,

yang dikeluarkan oleh kantor urusan agama (KUA) Kecamatan

Sawangan Kota Depok. selama berumah tangga antara Pemohon dan

Termohon dikaruniai satu orang anak bernama RADITHYA AL-

FARIZI BASKORO yang ber jenis kelamin laki-laki dan berumur

sepuluh bulan. Semula rumah tangga antara pemohon dan termohon

berjalan harmonis, tetapi sejak 2009 sampai sekarang antara pemohon

dan termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus,

disebabkan Termohon tidak pernah menghargai dan mendengarkan

nasihat pemohon, gahkan termohon lebih mendengarkan nasihat dari

keluarga termohon, Termohon lebih suka tinggal di rumah

keluarga/saudara termohon daripada dengan pemohon, Emosi yang

tidak bisa dikontrol, jika ada masalah termohon tidak mau

membicarakan dan selalu marah dan maki-maki pemohon, Termohon

50

tidak pernah menghargai ibu pemohon sebagai mertua termohon,

bahkan termohon sering melawan ibu pemohon.

Bulan Maret merupakan puncak perselisihan dan pertengkaran

dalam rumah tangga pemohon dan termohon, termohon tidak bisa

merubah sikap dan perbuatannya terhadap pemohon yang akibatnya

antara pemohon dan termohon sejak saat itu sampaisekarang telah pisah

rumah.dan keluarga telah berupaya mendamaikan pemohon dan

termohon agar kembali rukun dalam membina rumah tangga, namun

upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Dengan beberapa kejadian tersebut di atas, rumah tangga antara

pemohon dan termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik lagi,

sehingga rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, dan Rahma, tidak

tercapai, pemohon merasa menderita lahir batin dan sudah tidak

mungkin lagi untuk meneruskan rumah tangga dengan termohon serta

tidak ada jalan terbaik kecuali perceraian.

Menimbang, bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di

atas majelis berkesimpulan perselisihan dan pertengkaran antara

pemohon dan termohon, dipicu juga pertengkaran keluarga seperti

kakak pemohon, orang tua pemohon dengan termohon terbukti dengan

pengakuan pemohon, termohon dan keterangan para saksi keluarga

51

masing sehingga pertengkaran yang berkelanjutan sudah sedemikian

rupa sifatnya sehingga sulit untuk mewujudkan rumah tangga yang

bahagia antara keduanya, karena di antara keduanya terjadi

pertengkaran dan perselisihan terus menerus penyebab perselisihan dan

pertengkaran sehingga telah saling memilih jalan hidup masing-masing.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

wanita untuk membentuk rumah tangga yang bahagia berdasarkan

ketuhanan YME.34

Unsur terpenting dalam berumah tangga adalah

ikatan lahir dan batin, apabila unsure-unsur tersebut tidak terdapat lagi

dalam suatu perkawinan antara pemohon dan termohon suatu pertanda

ikatan perkawinan tersebut telah pecah dan mempertahankan

perkawinan yang sedemikian rupa merupakan usaha sia-sia.

Berdasarkan ketentuan pasal 39 Ayat 1 UU No.1 Tahun 1974,

untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri

tersebut tidak akan rukun lagi dalam berumah tangga. Dan untuk

melakukan perceraian harus di dasarkan atas ketentuan Pasal 39 Ayat 2

UU No. 1 Tahun 1974 yaitu “untuk melakukan perceraian harus ada

cukup alasan , bahwa antara suami istri tidak akan dapat Hidup rukun

sebgai suami istri”, dan berdasarkan ketentuan pasal 19 huruf (f)

peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Huruf (f)

34

Lihat Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974

52

Kompilasi Hukum Islam Inpres No. 1 Tahun 1991. Perceraian dapat

terjadi karena alasan “antara suami dan istri terus menerus terjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan Hidup rukun

lagi dalam berumah tanggga

C. Biaya Hidup Anak dan Istri Setelah Perceraian

Dalam pandangan Islam anak adalah titipan Allah SWT Kepada

orang tua, Masyarakat, Bangsa, Negara sebagai pewaris dari ajaran

Islam, Pengertian ini memberikan Hak atau melahirkan Hak yang harus

diakui, diyakini dan diamalkan.35

Ketentuan ini ditegaskan dalam Al-

Qur‟an Surat Al-Isra ayat 31.36

Masalah anak dalam pandangan Al-

Qur‟an menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya yaitu tanggung

jawab Syariat Islam yang harus diemban dalam kehidupan berumah

tangga, masyarakat bangsa dan Negara sebagai suatu yang wajib.

Ajaran Islam meletakkan tanggung jawab dimaksud pada dua aspek

yaitu : Pertama, aspek dhuniawiyah yang meliputi pengampunan dan

keselamatan di dunia kedua, aspek ukhrawiyah yang meliputi

pengampunan dan pahala dari tanggung jawab pembinaan,

pemeliharaan dan pendidikan diatas dunia.

35

M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Zahir Trading Co, Medan, 1975,

h. 123.

36

Al Qur”an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1987, h. 428

53

Hasil Putusan Perceraian pemohon ( HARRIS YUDHO

BASKORO bin R. SOETRISNO ADI) Dengan termohon ( FEBBY

SRI HANDAYANI binti HERI) dengan No.Reg.Perkara: Nomor

:1329/Pdt.G/2009/PA.Dpk, Yng di putus oleh Majelis Hakim

Pengadilan adalah Mengabulkan permohonan pemohon Menetapkan,

memberikan ijin terhadap pemohon ( HARRIS YUDHO BASKORO

bin R. SOETRISNO ADI) untuk mengucapkan Ikrar Talaq Satu Raj‟i

terhadap termohon ( FEBBY SRI HANDAYANI binti HERI) di depan

sidang pengadilan Agama Depok setelah putusan ini mempunyai

kekuatan Hukum yang tetap, Menghukum kepada termohon untuk

memberikan termohon Nafkah Iddah dan Maskah sejumlah Rp

450.000; (empat ratus ribu rupiah) setiap bulan, Nafkah Kiswah

sejumlah Rp 250.000; ( dua ratus limapuluh ribu rupiah) setiap bulan,

Mut‟ah sejumlah Rp 5.000.000; (lima juta rupiah),

Menetapkan anak pemohon dengan termohon yang bernama

RADITHYA AL FARIZI BASKORO lahir di Jakarta 28-11-2008

masih berusia satu tahun dua bulan berada dalam Asuhan dan

pemeliharaan termohon, Menghukum kepada pemohon untuk

membayar kepada termohon biaya pemeliharaan Anak tersebut Rp

400.000; ( empat ratus ribu rupiah) perbulan, Menghukum kepada

54

pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 191.000; (seratus

Sembilan puluh satu ribu rupiah).

Dalam Putusan Perceraian yang dilakukan pemohon ( HARRIS

YUDHO BASKORO bin R. SOETRISNO ADI) dengan termohon (

FEBBY SRI HANDAYANI binti HERI) awalnya berjalan sesuai

putusan tetapi akhirnya tidak berjalan atau tidak di indahkan putusan

pengadilan tersebut. Mengenai biaya hidup bagi anak sangat menjadi

salah satu sorotan yang sangat penting, dimana anak merupakan

generasi pemegang tongkat Estafet perjuangan dan khalifah di muka

bumi dan menjadi keturunan yang berahklak baik tetapi tidak di

pelihara dan di rawat dengan baik, melainkan di abaikan dan di anggap

tidak ada, se akan-akan tidak perduli terhadap anak.

Dalam pemberian nafkah anak yang di jatuhkan oleh termohon

selaku ibu anak kepada termohon selaku bapak anak atau mantan suami

termohon sebesar Rp 400.000; per bulan tidak dilakukan atau di

indahkan oleh pemohon, pemohon atau bapak anak yang seharusnya

memberikan kasih sayang terhada anaknya dan memberikan biaya

tetapi tidak memberikannya, banyak faktor yang mengakibatkan hal itu,

diantaranya karna faktor pemohon yang menikah lagi dan keadaan

ekonomi pemohon yang sulit bila harus membagi biaya hidup untuk

anak dengan istrinya yang baru.kejadian seperti ini sangatlah

55

memberatkan pihak termohon atau Ny Febby yang seharusnya

mendapatkan biaya dari mantan suami untuk keperluan anaknya tetapi

tidak, bahkan dia harus mencari sendiri untuk membiayai buah hatinya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Ny Febby kepada mantan suami

Tn Harris agar dia memberikan biaya Nafkah anak sesuai Putusan

Pengadilan Agama kota Depok sebesar Rp 400.000; (empat ratus ribu

rupiah) kepada Ny Febby sebagai biaya nafkah anak perbulannya.awal

mulanya Tn Harris membayar sesuai dengan ketentuan pengadilan

setelah kedua kalinya yang seharusnya Tn Harris membayar Rp

400.000 /bulan hanya membayar atau memberikan Rp 300.000 kepada

mantan istrinya untuk biaya anaknya dan seterusnya memberikan biaya

terhadap istrinya untuk biaya anaknya semampunya dia saja dengan

kata lain seadanya.

Hal ini sangatlah memberatkan pihak mantan istri khususnya.

Upaya demi upaya sudah dilakukan kepada mantan suami agar

membiayai, tetapi kondisi dan keadaan sangat menjadi faktor penyebab

terjadinya hal seperti itu. Ny Febby yang awalnya tidak terima dengan

mantan suami yang memberikan nafkah tidak sesuai yang di putuskan

pengadilan akhirnya membiarkan dan tidak meneruskannya lagi ke

muka Pengadilan, hal itu di lakukan atas dasar kemanusiaan kepada

mantan suami, dan karna faktor keadaan ekonomi juga yang semakin

56

lama semakin menurun dan menipis. di Kelurahan Sawangan Baru

Kecamatan Sawangan Kota Depok, apabila terjadi perceraian antara

suami isteri, maka Hak asuh anak dipelihara oleh ibu, baik terhadap

anak yang berusia di bawah 7 tahun maupun anak yang berusia di atas

7 tahun.

Kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan anaknya pun dibiayai

oleh ibunya dan keluarga ibunya, seorang suami yang seharusnya

membiayai pun tidak menghiraukan kewajibannya dalam pemenuhan

nafkah anak pasca perceraian. Dan putusan pengadilan tidak pernah di

jalankan penuh, hanya sesekali saja dalam pembiayaan kemudian

seterusnya membiarkannya saja, banyak faktor yang membuat mantan

suami atau orang tua laki-laki yang setelah perceraian tidak membiayai

anaknya, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor

ekonomi. Dimana keadaan ekonomi orang tua laki-laki yang

berpenghasilan minim tidak cukup untuk membiayai anaknya,

jangankan untuk membiayai anaknya, terkadang untuk biaya makan

sendiri saja masih kurang.

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan skripsi diatas, yang berkaitan tentang

Aplikasi Pemberian Biaya Hidup Bagi Anak Setelah Perceraian Di Kelurahan

Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa prinsip hukum tentang kewajiban memberi Nafkah anak setelah

terjadinya perceraian dalam peraturan Perundang Undangan di Indonesia, dalam

Hukum Islam hakikatnya membebankan kewajiban tersebut kepada orang tua

laki-laki (ayah)

Bahwa dari hasil penelitian putusan di Pengadilan Agama Depok, ternyata

tetap membebankan kewajiban memberikan biaya Nafkah anak kepada orang tua

laki-laki (ayah) setelah terjadinya Perceraian namun hal ini bisa saja didampingi

oleh majelis hakim yang memutuskan perkara dengan berbagai pertimbangan.

Adapun yang menjadi sikap dan pandangan hakim Pengadilan Agama Depok

dalam menentukan kewajiban orang tua laki-laki (ayah) untuk membiayai Nafkah

Anak setelah terjadinya Perceraian adalah dilihat dari kemampuan ekonomi orang

tua lakilaki (ayah) yang berkaitan dengan pekerjaan, gaji dan tanggungan lainnya

dari orang tua laki-laki (ayah) yang bersangkutan. Selain itu, juga dilihat dari

58

kemampuan orang tua laki-laki (ayah) tersebut secara fisik dalam mencari

Nafkah. Oleh karenanya dalam setiap menutus perkara yang menyangkut biaya

nafkah anak, majelis Hakim menentukan kewajiban orang tua laki-laki (ayah)

membiayai Nafkah anak setelah terjadinya perceraian adalah dilihat dari

kemampuan ekonomi orang tua laki-laki (ayah) yang berkaitan dengan pekerjaan,

gaji dan tanggungan lainnya dari orang tua lakilaki (ayah) yang bersangkutan.

Selain itu, juga dilihat dari kemampuan orang tua laki-laki (ayah) tersebut secara

fisik dalam mencari nafkah. Oleh karenanya dalam setiap memutus perkara yang

menyangkut biaya Nafkah Anak, majelis Hakim Pengadilan Agama Depok dalam

mempertimbangkan dan memutus dilihat secara Kasuitis.

Bahwa meskipun dalam Putusan Pengadilan Agama Depok diputus

mengenai biaya Nafkah Anak setelah Perceraian, akan tetapi tidak semua orang

tua laki-laki (ayah) mematuhi isi putusan yang menghukumnnya. Faktor-faktor

penyebabnya adalah, Pertama : dapat berupa faktor orang tua laki-laki (ayah)

telah menikah kembali dimana orang tua laki-laki (ayah) yang tidak mencukupi.

Kedua : dapat berupa faktor orang tua laki-laki (ayah) telah menikah kembali

dimana orang tua laki-laki (ayah) tersebut harus membiayai keluarganya yang

baru, disamping memberikan Nafkah anak dari perkawinan yang terdahulu.

Ketiga, dapat berupa faktor Psikologis baik yang dialami oleh orang tua

perempuan, orang tua laki-laki (ayah) maupun anak itu sendiri. Keempat : dapat

59

berupa faktor orang tua perempuan mampu memberikan biaya nafkah anak

sehingga orang tua laki-laki (ayah) tidak mau memberikan lagi biaya nafkah.

B. Saran-Saran

Ada banyak hal yang memotivasi pasangan suami istri untuk melakukan

perceraian , hal ini mengakibatkan dampak negatif bukan hanya pasangan suami

istri yang bercerai tersebut melainkan juga bagi anak mereka. Anak yang

seharusnya di besarkan oleh kedua orang tua tetapi hanya dengan ibu/ bapak

saja.dan masalah biaya hidup anak setelah perceraian tidaklah mudah maka dari

itu Untuk meminialisir dampak tersebut, penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Perlunya Sosialisasi kepada Masyarakat tentang biaya Hidup Anak setelah

perceraian, karna pada dasarnya anak adalah titipan Allah yang harus di jaga

dan di rawat dengan baik, inilah sebenarnya yang dikehendaki Agama Islam.

2. Tentang Hak dan kewajiban biaya Hidup Anak setelah perceraian sebaiknya

diberi pengertian sejak dini, seperti disekolah, Kampus dan Pemerintah juga

ikut andil dalam memberi pengertian kepada Masyarakat supaya mengurangi

terjadinya perceraian di Indonesia yang berakibat pada Anak.

60

DAFTAR PUSTAKA

Al- Afifi Abdullah Thaha, Hak Orang Tua Pada Anak dan Hak Anak Pada

Orang Tua,

al-„Arabi Imam Ibnu, Ahkam al-Quran, Juz I,

al-Qur‟an Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.

al-Fannan Zainudin Bin Abdul Aziz Al-Malibari I, Terjemah Fathul Mu’in,

Bandung:Sinar Baru al-Gesindo

al-Fadhli Ali Abu Bin al-Hasan ath-Thabrasi, Majmaul al-Bayan Fi Tafsiri al-Quran,

Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr). ash-Shabuni Ali, Shafwat At-Tafsir, Juz I, T.T.

ash-Shabuni, (Hadiyyatul Afraa Lil’aruusain) Hadiah Untuk Pengantin, (Jakarta :

Mustaqim).

Abas Sudirman Ahmad, Pengantar Pernikahan, Jakarta: Pt. Prima Heza Lestari,

2006.

Abdillah‟ Ali Ibn al-Janudi Abu Muhammad an-Naisaburi, al-Muntaqi Min as-Sunan

al-Musnad Juz 1 (Beirut: Muasisah al-Kitab al-Tsaqafiyah, 1408/1988).

Aziz Bi Faisasyekh Abdul, Terjemahan Nailul Author Himpunan Hadits-Hadits

Hukum.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta:Balai Pustaka, 1989.

Dellyana Santy, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998.

61

Doi, A. Rahman I Penjelasan Lengkap Hukum Allah (Syariah), Jakarta: PT. Raja

Grafindo.

Ghajali. Rahman Abd, Fiqh Munakahat, Jakarta : Kencana, 2006.

Hadikusuma Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992.

Hilman Hadikusuma, 1992, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni :Bandung.

Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005.

Jauuhari,Iman 2003, Hak-hak Anak Dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press:

Jakarta.

Kompilasi Hukum Islam

Muchtar Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1993.

Muhammad Bin Ahmad al-Faqih Abu Wahid Bin Muhammad Ibnu Rusyd, Terjemah

Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).

Muslim Husen Ab Imam I Bin Hujaz Bin Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar As-

Salam).

M.Zein Efendi, Satria, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer, Jakarta :

CV Predana Media, 2004

Nur Djaman, Fiqih Muamalah, Semarang: Dina Utama, 1993.

Quthub Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penerjemah As‟ad Yasin . dkk, Jilid

I.Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Rusyd Ibnu, Terjemah Bidayatul Mujtahid,

Shihab M. Quraish,Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan Dan Keseharian al-Qur‟an Juz14.

62

Salinan Putusan Pengadilan Agam Depok Nomer 1329/Pdt.G/2009/Pa. Dpk.

Sanny Dellyana, 1998, Wanita dan Hak Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta.

Subekti, Pokok-Pokok Hokum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2001.

Surian Sumantri S,Jujuj Penelitian Ilmiah,Kefilsafatan Dan Keagamaan: Mencari

Paradidma Kebersamaan Dalam Mastuhu Dan Deden Ridwan (Ed), Tradisi

Baru Penelitian Agama Islam, Bandung: Nuansa 1998.

Susetyo Fajar Yuli, Mengembangkan Perilaku Mengajar Yang Humanis,

Jakarta:Warta Hukum Dan Perundang-Undangan, 2007.

Tan, G Meli Masalah Perencanaan Penelitian Dalam Koentjaraningrat (Ed.),

Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1981

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Warson Munawir Ahmad, Al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pustaka

Progresif

Yahya Harahap M., Hukum Perkawinan Nasional, Zahir Trading Co, Medan, 1975.

Zein M Efendi Satria,. MA, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer,

Jakarta: CV Predana Media, 2004.