APLIKASI NANO SILIKA PADA TANAMANrepository.upm.ac.id/802/2/Monograf Silika Sulis 2019.pdfpupuk...
Transcript of APLIKASI NANO SILIKA PADA TANAMANrepository.upm.ac.id/802/2/Monograf Silika Sulis 2019.pdfpupuk...
Aplikasi Unsur Hara Nano Silika dan Silika Alami untuk meningkatkan Pertumbuhan,
Perkembangan dan Ketahanan pada Tanaman
Sulis Dyah Candra Ngatimun
Judi Suharsono
Penerbit LPPM UPM
MONO
GRAF
APLIKASI NANO SILIKA
PADA TANAMAN
APLIKASI NANO SILIKA
PADA TANAMAN
APLIKASI NANO SILIKA
PADA TANAMAN
Sulis Dyah Candra Ngatimun
Judi Suharsono
Penerbit LPPM UPM Probolinggo 2019
APLIKASI NANO SILIKA PADA TANAMAN
Aplikasi Unsur Hara Nano Silika dan Silika Alami untuk meningkatkan Pertumbuhan, Perkembangan dan Ketahanan pada Tanaman Penulis: Sulis Dyah Candra Ngatimun Judi Suharsono 2020 Diterbitkan oleh: Penerbit LPPM UPM Jl Yos Sudarso Dringu Probolinggo Telp./ Fax : 0335 422715 Email: [email protected] Cetakan Pertama, Desember 2019 Ukuran/ Jumlah hal.: 15,5 x 23 cm/ 50 hal.
ISBN : XX-XXXX-01
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Nomor pencatatan 0001686866 Desember 2019 pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual.
UCAPAN TERIMA KASIH
(ACKNOWLEDGEMENT) Ucapan terima kasih utamanya ditujukan kepada pihak
Kementrian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi yang telah
memberikan Hibah Ipteks bagi Masyarakat dari Dana Riset dan
Pengabdian Masyarakat Tahun Anggaran 2019; serta pihak
Universitas Panca Marga yang telah memfasilitasi pelaksanaan
pengabdian masyarakat melalui koordinasi dari segenap
pengurus Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Panca Marga Probolinggo.
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur, Alhamdulillah atas segala nikmat dan karunia Allah
SWT yang telah memberikan segala karunia, rahmat dan
kesempatan hingga penyusunan buku ini dapat diselesaikan
dengan baik. Buku monograf berjudul "Aplikasi NanoSilika
pada Tanaman " ini merupakan salah satu bentuk luaran dari
pelaksanaan program Hibah Penelitian Dosen Pemula dari
Dana Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementrian Riset
Teknologi Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2019.
Diharapkan dengan beredarnya buku dengan tema
pelaksanaan pengabdian masyarakat bidang pertanian ini,
maka dapat menjadi kontribusi positif untuk masyarakat awam,
pelajar dan mahasiswa. Diharapkan pula keberadaan buku ini
dapat membantu meningkatkan pemahaman dan tingkat
adopsi teknologi dalam pemanfaatan unusr hara beneficial
Silika untuk tanaman.
Dalam penyusunan buku edisi cetakan pertama ini, kami
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang
dapat dijumpai, sehingga kami harapkan masukan dan kritik
pembaca. Semoga buku ini dapat memberi manfaat ilmu bagi
para pembaca sekalian.
v
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................ v
DAFTAR ISI ......................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................. viii
I. UNSUR HARA BENEFICIAL SILIKA .............. 1
II. PEMANFAATAN SILIKA ................................ 9
III. METODOLOGI PERCOBAAN SILIKA........ 16
IV. TINJAUAN PUSTAKA ................................. 19
MEKANISME KERJA UNSUR SILIKA .......... 19
VI. PEMBAHASAN ............................................. 38
VII. SIMPULAN .................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................... 48
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Fraksi Silika dalam Tanah 1
Gambar 2. Siklus Si dalam tanah 2
Gambar 3. Pemanfaatan Silika pada berbagai bidang 8
DAFTAR TABEL Tabel 1. Berbagai sumber Silika di tanah dan larutan 3
Tabel 2. Takaran Si total dan terlarut 3
Tabel 3. Kandungan Si total dan tersedia di dalam tanah 8
I. UNSUR HARA BENEFICIAL SILIKA
Indonesia adalah salah satu negara agraria yang menghasilkan
padi dengan jumlah yang melimpah. Indonesia memiliki
sawah seluas 12,84 juta hektar yang menghasilkan padi
sebanyak 65,75 juta ton. Limbah sekam padi yang dihasilkan
sebanyak 8,2 sampai 10,9 ton. Potensi limbah yang besar ini
hanya sedikit yang baru dioptimalkan[1]. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Arif Rahman tahun 2017, ternyata sekam
padi secara umum mengandung silika yang tinggi yaitu 93,46
%[2]. Oleh karena itu, abu sekam padi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber silika pada pembuatan bahan berbasis silika.
Gambar 1. Fraksi Silika dalam Tanah (TubaΓ±a, 2015)
Gambar 2. Siklus Si dalam tanah (Panah hijau mewakili
transformasi atau proses yang meningkatkan konsentrasi
silikon dalam larutan tanah. Panah kuning mewakili
transformasi atau proses yang mengurangi konsentrasi silikon
dalam larutan tanah. Panah merah mewakili proses yang
mengakibatkan hilangnya silikon dari sistem tanah atau
produksi stabil, tanaman tidak tersedia bentuk silikon. Panah
biru merupakan proses transformasi silikon menjadi
kumpulan silika yang menyumbangkan elemen ini ke dalam
larutan tanah) (TubaΓ±a, 2015).
Tabel 1. Berbagai sumber Silika di tanah dan larutan nutrisi
(Meena et. al., 2014)
Tabel 2. Takaran Si total dan terlarut pada beberapa sumber
Si (TubaΓ±a and Heckman, 2015)
Silikon (Si) banyak terkandung pada tanaman graminae,
seperti padi, jagung, dan tebu, terutama di permukaan daun,
batang, dan gabah (padi). Tanaman kahat Si menyebabkan
ketiga organ tanaman di atas kurang terlindungi oleh lapisan
silikat yang kuat, akibatnya: (1) daun tanaman lemah terkulai,
tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga
produktivitas tanaman rendah/tidak optimal; (2) penguapan
air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat,
sehingga tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan;
(3) daun dan batang menjadi peka terhadap serangan penyakit
dan hama; (4) tanaman mudah rebah; dan (5) kualitas gabah
(padi) berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit.
Akibatnya, hasil optimal tanaman tidak tercapai, kestabilan
hasil rendah (fluktuatif) dan mutu produk rendah. Penggunaan
kembali Si yang dahulu selalu diperhatikan pada budi daya
padi, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, hampir dapat
dipastikan akan meningkatkan produktivitas, kestabilan dan
kualitas hasil padi. Memopulerkan kembali penggunaan
pupuk silikat pada tanaman padi saat ini sangat tepat, seiring
dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi
padi nasional sebesar 5%, dimana pemanfaatan lahan-lahan
suboptimal, lahan-lahan endemik hama dan penyakit, serta
lahan optimal dengan penggunaan pupuk N dosis tinggi
semakin meluas dan intensif. Lahan-lahan tersebut
memerlukan tambahan silikat.
Silikon tidak termasuk hara esensial tanaman pada umumnya,
dikarenakan fungsinya secara fisiologis belum diketahui.
Menurut definisi, unsur kimia mineral dapat dikatakan hara
esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
apabila (1) unsur tersebut terlibat atau berfungsi
dalammetabolisme tanaman; dan (2) tanaman tidak dapat
melengkapi daur hidupnya bila tanpa unsur tersebut (Tisdale
et al. 1993).Namun demikian,manfaat unsur Si pada tanaman-
tanaman graminea, terutama padi dan tebu cukup penting dan
telah diketahui sejak lama. Si diperlukan untukmenjadikan
tanamanmemiliki bentuk daun yang tegak (tidak terkulai),
sehingga daun efektif menangkap radiasi surya dan efisien
dalam penggunaan hara N yang menentukan tinggi/
rendahnya hasil tanaman. Tanaman cukup Si memiliki daun
yang terlapisi silikat dengan baik, menjadikannya lebih tahan
terhadap serangan berbagai penyakit yang diakibatkan oleh
fungimaupun bakteri seperti blas, HDB. Dengan Si, batang
tanaman menjadi lebih kuat dan kekar, sehingga lebih tahan
terhadap serangan penggerek batang, wereng coklat, dan
tanaman menjadi tidak mudah rebah. Si juga menyebabkan
perakaran tanaman lebih kuat, intensif, dan menaikkan root
oxidizing power, yaitu kemampuan akar mengoksidasi
lingkungannya seperti ion fero (Fe2+)menjadi feri (Fe3+)
sehingga pada lahan yang banyak besinya, tanaman
tidak/sedikitmengalami keracunan besi atau lebih tahan;
demikian pulaMn2+ yang biasanya dalamjumlah banyak
meracuni tanaman menjadi berkurang karena teroksidasi
menjadi Mn4+. Tanaman yang kekurangan Si banyak
kehilangan air dari tanaman (transpirasinya tinggi), karena
permukaan daunnya kurang terlindungi silikat, sehingga
tanamanmudah kekeringan. Pemberian Simenyebabkan
tanaman lebih tahan kekeringan.
Kandungan silika dari sekam padi dapat diperoleh melalui
proses ekstraksi. Proses ekstraksi silika dari sekam padi dapat
dilakukan dengan metode refluks. Proses mengesktrak
kandungan silika dari sekam padi dimulai dengan
membersihkan sekam padi dengan air bersih lalu di keringkan
menggunakan cahaya matahari untuk menghilangkan unsur
pengotor dan tanah liat. Silika yang telah bersih tersebut
kemudian dipanaskan selama 4 jam pada suhu 750oC agar
menjadi abu sekam padi. Selanjutnya, sebanyak 10 gram abu
sekam padi dicampur dengan 60 ml larutan NaOH (Natrium
Hidroksida) dengan konsentrasi 4 N kemudian dipanaskan
selama 1 jam pada suhu 80oC sambil diaduk. Setelah dingin
kemudian disaring sehingga menghasilkan natrium silikat.
Natrium silikat yang dihasilkan kemudian dicampur denggan
larutan HCL 4 N lalu campuran disaring kembali[3] . Hasil
yang diperoleh dari proses tersebut adalah silika murni yang
apabila dipasarkan memiliki harga yang tinggi.
Untuk tanah-tanah sawah, berdasarkan kriteria status Si
tersedia, nilai di bawah 600 mg/kg tergolong rendah
sedangkan nilai di bawah 300 mg/kg sudah tergolong defisit
bagi tanaman. Penurunan ketersediaan Si pada tanah-tanah
sawah disebabkan oleh pengurasan Si terus menerus tanpa
usaha pengembaliannya ke dalam tanah. Apalagi satu-satunya
sumber bahan organik yang mengandung Si tinggi dan paling
mudah diakses petani yaitu jerami biasanya dibakar oleh
petani, yang menyebabkan hilangnya sebagian Si. Metode
penentuan kadar Si: metode ekstraksinya yaitu: 1) Inkubasi
dengan acetic acid (Incu AA), 2) Inkubasi dengan distilled
water (Incu DW), 3) Inkubasi dengan acetate buffer (Ac
Buffer), 4) Ekstraksi dengan citric acid (Citric Acid), dan 5)
Ekstraksi dengan distilled water (DW). Kebutuhan Unsur hara
Si Tanaman Padi: untuk setiap 5 t/ha hasil padi, dibutuhkan
sebanyak: 230-470 kg Si/ha, 75-120 kg N/ha, 20-25 kg P/ha,
dan 23-257 kg K/ha.
Tabel 3. Kandungan Si total dan tersedia di dalam tanah pada
beberapa lahan di Jawa Barat (Husnain. 2009)
Penentuan Kandungan Si pada Tanaman dapat dilakukan
dengan Diperlukan banyak detil pengamatan: keragaman jenis
tanah dan ketersediaan Si, serapan Si tanaman padi dan
tanaman lain, serta korelasi antara kebutuhan tanaman dengan
ketersediaan Si dalam tanah. Diperlukan data kandungan Si
tanaman pada lokasi sampling tanah secara detil dan dalam
jumlah sampel yang representatif. Pengembalian Si terutama
dari jerami pada lahan sawah intensifikasi sangat diperlukan
untuk menjaga sustainabilitas produksi tanaman padi.
Inkubasi dan ekstraksi tanah untuk penetapan Si tersedia pada
tanah dan tanaman padi dilakukan di laboratorium Soil and
Ecological Engineering, Shimane University, Jepang.
Kandungan Si pada tanah dan tanaman di dalam tanah diukur
dengan ICPS-2000, Shimadzu.
Tabel 4. Kandungan Si di dalam daun bendera tanaman padi
dan ketersediaan Si pada beberapa tanah sawah di
DAS Citarum
II. PEMANFAATAN SILIKA
Kebutuhan pangan, khususnya beras, terusmeningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk, sedangkan usaha
diversifikasi pangan berjalan sangat lambat. Peningkatan
produksi padi nasional tetap menjadi prioritas pemerintah,
karena beras selain sebagai makanan pokok penduduk
Indonesia, juga sebagai barang ekonomi, sosial, dan politik.
Oleh karena itu, perluasan areal panen dan peningkatan
produktivitas padi menjadi suatu keharusan gunamemenuhi
kebutuhan di atas.
Dalam upaya perluasan areal tanampadi, lahan-lahan
suboptimal seperti lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan
lahan rawa pasang surut (termasuk lahan gambut) dengan
berbagai kendala biotik (hama dan penyakit) serta abiotik
(kekeringan dan kesuburan rendah) akan turut dimanfaatkan
guna mencukupi kebutuhan produksi nasional. Pada lahan-
lahan semacam ini, tanaman padi perlu memiliki kandungan
silikat yang cukup agar tanaman terlindung dari serangan
hama dan penyakit, serta pertumbuhan tanaman yang tegar.
Padahal pada tanah-tanah tersebut, terutama pada lahan
gambut, kandungan silikatnya termasuk rendah. Demikian
pula pada lahan sawah beririgasi, di daerah endemik hama dan
penyakit, yang menggunakan pupuk N dosis tinggi
kadangkala terjadi ledakan hama dan penyakit yang berakibat
pada penurunan hasil. Pengaruh negatif dari pemberian pupuk
N tinggi adalahmelemahnya jaringan tanaman (succulent),
sehingga tanaman lebih peka terhadap serangan hama dan
penyakit. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan tingkat
produktivitas, penurunan pendapatan, kerugian dan ketidak-
pastian produksi. Kejadian ini dikhawatirkan akan semakin
meluas dan semakin parah, apabila tidak ada upaya perbaikan
dalamsistemproduksi padi. Saran perbaikan tersebut adalah
mengangkat kembali peran dan penggunaan silikat pada
tanaman padi guna meningkatkan produktivitas danmenjaga
kestabilan hasil yang sudah tinggi. Pengaruh positif silikon
pada tanaman padi ini telah banyak dilaporkan di berbagai
negara sepertiAmerika Serikat, Jepang,Cina,
KoreaSelatan,Taiwan, India, Sri langka, Brazil dan Kolombia.
Silikon (Si) merupakan salah satu unsur kimia kedua
terbanyak di kerak bumi (lithosphere) yaitu 27,6%dan diserap
oleh hampir semua tanaman dalam bentuk asam monosilikat
(monosilicic acid) atau Si(OH)4. Tanaman serealia dan
rumput-rumputan mengandung 0,2-2,0% Si, sedangkan
dikotiledon mengandung sepersepuluhnya. Tanaman tertentu
bahkan dapat mengandung 10% Si.Adanya fungsi Si dalam
akar menyebabkan tanaman seperti sorgum menjadi toleran
terhadap kekeringan.
Silikon terdapat dalam struktur dinding sel. Rumput-
rumputan, sedges (rumput rawa), nettles, dan horsetails
mengakumulasi Si dalam daunnya 2-20%. Silikon berfungsi
memperkuat dinding jaringan epidermis dan jaringan
pembuluh,mengurangi kekurangan air, danmenghambat
infeksi jamur.
Meskipun peran Si dalam metabolisme pertumbuhan tanaman
belum diketahui, namun pada tanaman tebu diketahui adanya
komplek enzim-Si yang berperan sebagai protektor dan
regulator dalam proses fotosintesis dan kegiatan enzim.
Silikon dapatmenekan aktivitas enzim invertase dalamtebu,
sehingga produksi sukrosameningkat. Pengurangan aktivitas
enzimfosfatase menyebabkan peningkatan penyediaan
prekursor berenergi tinggi esensial
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tebu dan
produksi gula yang optimal.
Manfaat Si yang sudah diketahui antara lain (1) dapat
mengurangi pengaruh keracunan Mn, Fe, dan Al yang sering
terjadi pada tanah-tanah masam dan tanah-tanah berdrainase
buruk; (2) mencegah akumulasi Mn pada daun tebu yang
berupa spot-spot hitam; (3)menguatkan batang sehingga
tanaman tahan rebah; (4) meningkatkan ketersediaan hara P
dalam tanah; (5) mengurangi transpirasi; dan (6) pada
ketimun, pemberian Si dapat meningkatkan hasil,mengurangi
penyakit embun tepung (powdery mildew) danmeningkatkan
kesehatan tanaman secara umum.
Partikel Silika dengan ukuran sangat kecil (nanometer)
memiliki karakterisitik yang khas sehingga dapat
meningkatkan potensi efisiensi aplikasinya. Gambar 1.
menunjukkan potensi aplikasi nanosilika yang selama ini
hanya dimanfaatkan pada berbagai bidang industri.
Gambar 3. Pemanfaatan Silika pada berbagai bidang selain
pertanian
Selain itu jika ditinjau dari segi nilai ekonomi, silika bisa
menjadi salah satu proyek yang menguntungkan. Sebagai
gambaran, harga 1 kg pasir silika adalah Rp. 500. Namun,
apabila ditingkatkan kadar kemurnian silikanya maka
harganya menjadi Rp. 150.000/kg. Akan tetapi, apabila silika
tersebut dipasarkan dalam bentuk nanopartikel silika, harga
akan mencapai Rp 3.000.000/kg
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah petani
seharusnya dapat memanfaatkan potensi ini demi peningkatan
ekonomi petani. Hal tersebut, akan membuat petani menjadi
lambang kemakmuran bagi Indonesia.
Terkait dengan perilaku petani yang masih didominasi dalam
menggunakan pestisida kimia, sangat dipengaruhi oleh: (1)
persepsi petani terhadap risiko, semakin tinggi persepsi petani
terhadap risiko maka semakin tinggi kuantitas pestisida kimia
yang digunakan, (2) persepsi petani tentang ketahanan
kultivar terhadap OPT, semakin rendah ketahanan suatu
kultivar semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang
digunakan, serta (3) pengetahuan petani tentang bahaya
pestisida, semakin rendah pengetahuan petani semakin tinggi
kuantitas pestisida yang digunakan (Ameriana, 2008). Maka
sangat disarankan untuk mengurangi penggunaan pestisida
dalam produksi padi untuk menerapkan teknologi pertanian
yang ramah lingkungan (Suswati, 2006).
Tabel 4. Penurunan Serangan OPT Akibat Pemberian Si
Sumber: Meena et. al. (2014)
Tabel 5. Silicon based induced resistance (Atta et.al., 2019)
III. METODOLOGI PERCOBAAN SILIKA
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki secara
eksperimental pentingnya silika dalam mendukung
pertumbuhan dan hasil tanaman padi baik secara agronomis
dan ekonomis, serta berdasarkan pada penampilan
mikroanalisis dan konten elemen mikro.
Parameter pengamatan pada penelitian ini Pengamatan
dilakukan dengan interval 14 hari sekali dengan mengamati
pada bagian: tinggi tanaman (cm), jumlah daun per rumpun,
jumlah anakan per rumpun, tingkat prosentase serangan hama
(Penggerek Batang dan Wereng), jumlah malai per rumpun,
jumlah biji per malai, bobot per 1000 butir gabah (gram), dan
hasil gabah per hektar (ton). Sementara untuk mengetahui
aspek sosial ekonomi pertaniannya, dilakukan pula analisis
usahatani yang mencakup biaya produksi tanaman padi
dengan menggunakan teknologi ini.
Penelitian ini disusun dalam adalah dengan menggunakan
Rancangan Petak Terbagi Faktorial yang diulang tiga kali
dengan menggunakan uji lanjut BNT 5%. Sebagai petak
utamanya adalah Silika Alami dengan taraf: A0 (kontrol), A1
(Silika Jerami), A2 (Silika Sekam), A3 (Silika Arang Jerami),
A4 (Silika Arang Sekam). Sebagai Anak petaknya adalah
perlakuan Nano Silikon (N) terdiri dari 4 taraf yaitu: N1
(frekuensi pemberian 1x), N2 (frekuensi pemberian 2x), N3
(frekuensi pemberian 3x), N4 (frekuensi pemberian 4x).
Pengumpulan data secara kuantitatif dilaksanakan dengan
mengamati tanaman sampel pada Parameter pengamatan pada
penelitian ini. Pengamatan dilakukan dengan interval 14 hari
sekali pada tanaman padi yang telah diperlakukan secara
faktorial pada aplikasi macam jenis Si alami dan frekuensi
nano Si.
Data hasil pengamatan di lapang kemudian diolah dengan
Split Plot Design/Sidik Ragam Rancangan Petak Terbagi
berdasarkan model Yijk = ΞΌ + k + Ξ±i + ik + Ξ²j + (Ξ±Ξ²)ij + Ξ΅ijk
Yijk = Nilai hasil pengamatan pada unit percobaan
dalam blok ke-k yang memperoleh taraf ke-
i dari faktor Silikon Alami dan taraf ke-j dari
faktor frekuensi pemupukan Silikon.
ΞΌ = Nilai rata-rata tengah yang sebenarnya
(rata-rata populasi)
k = Efek aditif dari kelompok blok ke-k
Ξ±i = Efek aditif dari taraf ke-i faktor Silikon
Alami
ik = pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i
faktor A (Silikon Alami) dalam kelompok
ke-k (galat petak utama = galat a)
Ξ²j = pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor B
(Nano Silika)
(Ξ±Ξ²)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A
(Silikon Alami) dan taraf ke-j faktor B
(Nano Silika)
Ξ΅ijk = Efek galat pada kelompok ke-k yang
memperoleh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-
j faktor B (Galat Anak Petak = galat b).
Kemudian untuk mengetahui apakah perlakuan tersebut
berpengaruh atau tidak secara nyata, maka dilakukan Uji F.
Jika dari analisa didapatkan perbedaan pengaruh yang nyata
maka untuk membedakan pengaruh dilakukan pengolahan
data dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.
Selanjutnya untuk bidang manajemen pertanian, maka
Analisa Usahatani padi dihitung dengan rumus: Pd = TR β
TC (Keterangan: Pd = Pendapatan Usahatani; TR = Total
Penerimaan; TC = Total Biaya).
Pada mikroanalisis dan konten elemen mikro, dilaksanakan
analisa SEM-EDX dan XRF advanced material laboratory
analysis.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
MEKANISME KERJA UNSUR SILIKA
Gambar 7. Sintesis manfaat Si untuk tanaman di bawah
berbagai tekanan lingkungan; mekanisme mekanis
disebabkan oleh keberadaan phytoliths (Guntzer, 2012).
Gambar 8. Microphotographs of phytoliths dari tanah yang
diolah; Jenis phytolith adalah: 1 Bilobate, 2 Clavate, 3 dan 4
Trapeziform polylobate short cell, 5 Cylindric elongate, 6
Parallepipedal bulliform cell, 7 Elongate echinate long cell, 8
Rondel (Guntzer, 2012).
Gambar 9. Efektivitas Si pada pengendalian OPT Padi
Gambar Mekanisme Induksi Ketahanan Si terhadap serangan
dari Hama dan Patogen pada Tanaman
Gambar Peran silikon (Si) pada interaksi tanaman-patogen.
(Wang et. al., 2017).
Sebagaimana tertera pada gambar di atas, bahwa Respons
pertahanan tanaman yang dimediasi diklasifikasikan sebagai
mekanisme fisik, biokimia, dan molekuler.Dimana
mekanisme fisik yang terlibat dalam penguatan dinding sel
dan deposisi papilla, mekanisme biokimia dikaitkan dengan
mengaktifkan enzim yang berhubungan dengan pertahanan,
merangsang produksi senyawa antimikroba serta mengatur
jaringan jalur sinyal yang kompleks, dan mekanisme
molekuler terutama mengandung regulasi gen dan protein
terkait untuk tanggapan pertahanan (Wang et. al., 2017).
Gambar 10. Transporter Silikon.
Pada gambar di atas, menunjukkan bahwa penyerapan umum
Si pada tanaman padi dari akar hingga pucuk. Dari sel
epidermis akar, asam silikat diangkut melalui sel eksodermis
oleh Lsi1 pasif dan transporter Lsi2 Si aktif. Dalam
aerenchyma silicic acid bergerak secara apoplastik hingga
mencapai endodermis tempat transporter Lsi1 dan Lsi2
memuat asam silicic dalam sel-sel kortikal. Transporter yang
tidak terdefinisi memuat asam silikat dalam xilem. Melalui
asam silikat xilem tiba di tunas, di mana transporter Lsi6
menurunkan asam silikat ke dalam sel parenkim xilem.
Protein yang tidak terdefinisi mengangkut asam silikat ke
dalam sel daun tempat ia dipolimerisasi baik sebagai silika
dalam sel atau sebagai lapisan silika subkutikuler di luar sel.
Diadaptasi dari Ma dan Yamaji (2006); Ma et al. (2011)
Tabel 6. Mekanisme Resistensi Tanaman akibat Si (Housari,
2018)
Tabel 7. Mekanisme Si dalam Melawan Stess Biotik dan
Abiotik (Zargar, 2019)
Tabel 8. Enzim terkait ketahanan oleh Silikon
Penerapan silikon pada pertanian padi berkelanjutan, terkait
program PBB Sustainability Development Goals adalah:
1. Tidak ada kemiskinan (1) - petani kemungkinan akan
kehilangan hasil karena kapasitas yang lebih tinggi untuk
mengatasi cekaman biotik/ abiotik untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman.
2. Nol kelaparan (2) - petani dapat menyajikan lebih banyak
makanan kepada masyarakat, mencegah kehilangan
panen akibat serangan hama dan patogen
3. Kesehatan dan kesejahteraan yang baik (3) - tanaman
dengan silikon akan memiliki kualitas kesehatan yang
lebih tinggi karena kadar residu pestisida yang jauh lebih
rendah dalam makanan
4. Air bersih dan sanitasi (6) - sumber air utama berasal dari
sungai yang tercemar bahan kimia dari pertanian, dengan
residu kimia yang lebih rendah akan lebih baik untuk air
yang lebih bersih.
5. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (12) -
tanaman yang lebih sehat akan menjadi bentuk produksi
pangan yang bertanggung jawab
6. Aksi iklim (13) β Aplikasi silikon pada padi mendukung
skenario mitigasi perubahan iklim
7. Kehidupan di bawah air (14) - dengan ekosistem
pertanian yang lebih sehat dan residu pestisida yang lebih
rendah, kehidupan di bawah air akan lebih sehat dan
berlimpah ragam populasinya.
VI. PEMBAHASAN
A. Analisa Usahatani Penanaman Padi dengan Aplikasi
Silika
Pertimbangan mengenai penggunaan teknologi silika, dengan
asumsi penggunaan penambahan silika sebagai nutrisi
beneficial bagi tanaman,yang dapat mengurangi cekaman
tanaman terhadap stress lingkungan dan membantu resistensi
tanaman terhadap OPT, namun sampai saat ini penggunaan di
lapang masih sangat terbatas; dapat didukung dari perhitungan
usahatani pelaksanaan pertanian silika di lahan padi
sebagaimana tertera pada Tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Rata-rata penggunaan input usahatani padi sistem
silika dan konvensional per ha
No Komponen input
Pertanian Silika Petani Konvensional
Volume Harga (Rp)
Nilai (Rp) Volume Harga (Rp)
Nilai (Rp)
I BIAYA
1 Bibit
25 9.000
225.000
25
9.000
225.000
2 Pupuk
Urea (kg)
290
1.900
550.487
290
1.900
550.487
SP 26 (kg)
50
2.100
104.307
50
2.100
104.307
Phonska (kg)
227
2.350
533.027
227
2.350
533.027
ZA
66 1.450
96.019
66
1.450
96.019
Kompos
199 800
158.944
3 Pestisida
4
125.000
500.000
16
125.000
2.000.000
4 Silika organic
7
68.000
476.000
5 TKLK
Mengolah lahan
2
80.000
160.000
2
80.000
160.000
Mencacah tanah
4
80.000
320.000
4
80.000
320.000
Menanam
8
80.000
640.000
8
80.000
640.000
Memupuk
4
80.000
320.000
4
80.000
320.000
Mencabut gulma
4
80.000
320.000
4
80.000
320.000
Mengendalikan OPT
2
80.000
160.000
16
80.000
1.280.000
Aplikasi Si
6
80.000
480.000
Panen
10 80.000
800.000
10
80.000
800.000
Mengeringkan gabah
2
80.000
160.000
2
80.000
160.000
6 Peralatan
Hand Sprayer
1
650.000
650.000
1
650.000
650.000
Sewa Traktor
1
350.000
350.000
1
350.000
350.000
Penyusutan 1
58.500
58.500 1
58.500
58.500
Pajak 1
477.778
477.778 1
589.884
589.884
Total Biaya
7.540.062
9.157.224
II PENDAPATAN
Hasil Panen
2.676
6.500
17.394.000
2.676
6.500
17.394.000
III KEUNTUNGAN
9.853.938
8.236.776
BEP Volume Produksi
1.160,01 1.408,80
BEP Harga Produksi
2.817,66 3.421,98
B/C Ratio
2,31 1,90
ROI 130,69% 111,17%
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa nilai keuntungan kotor
dari usahatani silika adalah sebesar sekitar Rp 9.853.900
sementara pada pertanian konvensional sebesar Rp 8.236.800.
Selanjutnya untuk menentukan kelayakan pelaksanaan usahatani
padi dengan aplikasi silika, maka dilakukan penghitungan
ekonominya:
1. Analisa Biaya Produksi BEP Volume Produksi, dengan rumus:
π΅πΈπ ππππ’ππ πππππ’ππ π = πππ‘ππ ππππ¦π πππππ’ππ π
π»ππππ ππ π‘ππππππ‘ πππ‘πππ
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada saat
diperoleh produksi padi yang mampu dicapai sebanyak
1.160,01 kg pada sistem silika, atau 1.408,80 kg pada
sistem konvensional, maka usahatani padi tersebut pada
kondisi impas, yaitu tidak menghasilkan untung tetapi juga
merugi.
2. Analisa Biaya Produksi BEP Harga Produksi, dengan rumus:
π΅πΈπ π»ππππ πππππ’ππ π = πππ‘ππ π΅πππ¦π πππππ’ππ π
πππ‘ππ πππππ’ππ π
Hal ini menunjukkan bahwa pada saat harga padi di tingkat petani
yang mencapai Rp 2.817,66 pada sistem silika, atau Rp 3.421,98
pada sistem konvensional, maka usaha tani padi tersebut tidak
mengalami keuntungan, tetapi tidak pula mengalami kerugian.
3. B/C Ratio, dengan rumus:
π΅ πΆβ π ππ‘ππ = πππ‘ππ ππππππππ‘ππ
πππ‘ππ π΅πππ¦π πππππ’ππ π
Nilai B/C ratio sebesar 2,31 pada sistem silika, atau 1,90
pada sistem konvensional menunjukkan bahwa dari
pengeluaran biaya sebesar Rp. 7.540.062 akan diperoleh
penerimaan 2,31 kali dari biaya yang dikeluarkan pada
sistem silika, dan dari pengeluaran biaya sebesar Rp.
9.157.224 akan diperoleh penerimaan 1,90 kali dari biaya
yang dikeluarkan pada sistem konvensional.
4. Return Of Investment, dengan rumus:
π ππΌ = πΎππ’ππ‘π’ππππ ππ πβππ‘πππ
πππππ ππ πβππ‘ππππ₯ 100%
Nilai ROI sebesar 130,69% pada sistem silika dan 111,17% pada
sistem konvensional menunjukkan bahwa pada setiap pengeluaran
modal usahatani sebesar Rp 100 maka akan diperoleh keuntungan
sebesar sebesar Rp 13.069 pada sistem silika dan Rp 11.117 pada
sistem konvensional.
B Hasil Analisa Mikroskop Elektron dan X-Ray pada gabah
padi (Analisis SEM-EDX dan XRF)
Hasil analisis SEM-EDX dari sekam padi menunjukkan perbedaan
fisik dalam penampilan permukaan seperti logam dari lapisan
permukaan sekam padi, yang menunjukkan peningkatan
intensitasnya, pada aplikasi Nano-Silika yang lebih sering (3x dan
4x). Analisis XRF menunjukkan ketersediaan Si, P, K, Ca, Mn, Fe,
Ni, Cu, Zn, Eu, dan Re dari semua perlakuan, dan menunjukkan
perbedaan puncak masing-masing elemen. Satu-satunya hasil
menonjol yang muncul dari data XRF adalah bahwa keberadaan
unsur Ytterbium (Yb), yang dikenal sebagai Elemen Tanah
Langka (Rare Earth Elements) pada frekuensi aplikasi Nano-silika
yang lebih tinggi (sebagaimana yang tertera pada Tabel 2). Hasil
ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan
hubungan antara Si dan Yb, yang keduanya ditemukan saling
berhubungan dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Wyttenbach, 1998)1.
Tabel 2. Konsentrasi Komponen Nutrisi dari Frekuensi Nano
Silikon yang berbeda (%) berdasarkan Analisa XRF Si P K Ca Mn Fe Ni Cu Zn Eu Re Yb
N1 77,90 3,30 11,10 5,27 0,62 0,50 0,13 0,27 0,10 0,50 0,30 0,00
N2 71,60 2,40 19,90 3,79 0,46 0,31 0,12 0,25 0,06 0,40 0,40 0,00
N3 71,40 3,70 16,60 5,44 0,50 0,56 0,10 0,31 0,09 0,50 0,40 0,43
N4 73,70 3,40 15,10 5,60 0,15 0,22 0,43 0,08 0,25 0,40 0,30 0,30
M
ag
N1
N1 =
Frekuensi
Nano Silika
1x
N2
N2 =
Frekuensi
Nano Silika
2x
N3
N3 =
Frekuensi
Nano Silika
3x
N4
N4 =
Frekuensi
Nano Silika
4x
50
x
35
0x
1.0
00
x
Gambar 1. Hasil analisa SEM-EDX pada gabah tanaman padi
N1
N1 =
Frekuensi
Nano Silika
1x
N2
N2 =
Frekuensi
Nano Silika
2x
N3
N3 =
Frekuensi
Nano Silika
3x
N4
N4 =
Frekuensi
Nano Silika 4x
Gambar 2. Hasil analisa XRF pada gabah tanaman padi
Hasil Pengamatan Analisa Split Plot terhadap Beberapa Parameter
Tanaman
1. Parameter Vegetatif
Pada pengamatan pertumbuhan yaitu Parameter Tinggi Tanaman,
Jumlah Daun dan Jumlah Malai maupun intensitas serangan pada
aplikasi pemberian silika alami dan frekuensi nano-silikon,
berdasarkan analisa varians tidak menunjukkan perbedaan nyata
maupun interaksi antar faktor.
Gambar 3. Pengamatan Faktor Tunggal Parameter Tinggi
Tanaman pada Aplikasi Silika
2. Parameter Generatif
Pada parameter generatif, yaitu pengamatan parameter berat basah
tanaman (panen) pada aplikasi silika juga tidak menunjukkan
pengaruh nyata maupun interaksi antar perlakuan.
0
100
200
300
400
500
600
700
T T 1 T T 2 T T 3 T T 4
TINGGI TANAMAN
A1 A2 A3 A4
V1 V2 V3 V4
Gambar 4. Pengamatan Faktor Tunggal Parameter Berat Basah
Tanaman pada Aplikasi Silika
Pada hasil pengamatan analisa split plot terhadap beberapa
parameter tanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata maupun
interaksi. Penyebabnya antara lain kemungkinan adalah: tidak ada
tanaman lain sejenis pada radius lebih dari 10 km2 di wilayah
tersebut, sehingga serangan hama terkonsentrasi di lahan
percobaan, terutama dari jenis hama burung pipit, belalang, walang
sangit; sementara konsentrasi awal pengendalian ketahanan adalah
terhadap serangan Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav.)yang
ternyata penyebab utamanya adalah diabaikannya sanitasi lahan
berupa gulma oleh sebagian besar petani di wilayah tersebut.
Sehingga berikutnya disarankan bagi petani dalam penanganan
pengendalian serangan stem blast tersebut, dilakukan pengendalian
terpadu yang berkesinambungan antara budidaya yang dengan
pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya
adalah dengan penggunaan silika yang dapat mengurangi
penggunaan pestisida dan meningkatkan keuntungan usahatani
tanaman padi.
Dari beberapa hambatan di lapang tersebut, peneliti belum mampu
memberi bukti pendukung bagi pernyataan Husnain dkk. (2012)2,
53,67
69,2264,42
50,00 49,08
67,67 68,50
46,08
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
A1 A2 A3 A4 V1 V2 V3 V4
Berat Basah Tanaman
yang menyatakan bahwa sebagian besar lahan memiliki kandungan
Si tersedia tanah yang rendah, sementara dengan pemberian nano-
silika 160 kg hingga 200 kg ha-1 dapat meningkatkan hasil padi
secara nyata; dimana pemberian nano-silika dapat pula disetarakan
dengan aplikasi kompos jerami dan abu sekam pada lahan sawah.
Selanjutnya Yohana dkk. (2013)3, menyatakan bahwa aplikasi
nano-silika dapat memberi pengaruh yang nyata dalam
meningkatkan pH tanah, serapan Si tanaman, jumlah anakan
maksimum dan bobot kering gabah. Dari hasil riset yang lain, yang
dilakukan oleh Ningsari (2017)4, pemberian silikon dari bahan abu
sekam pada tanaman padi berpengaruh secara signifikan pada tinggi
tanaman, sudut daun, jumlah anakan produktif. Serta pernyataan
menurut Sabatini dkk. (2017)5, bahwa dengan perlakuan nano
silikon memberikan peningkatan pada parameter tinggi tanaman
dan jumlah anakan padi. Perlakuan nano silikon 10ml.L-1
memberikan pengaruh yang terbaik, sementara pola pertumbuhan
tinggi tanaman cenderung meningkat hingga umur 40 Hari Setelah
Tanam.
VII. SIMPULAN
Hasil pengamatan parameter pertumbuhan dan hasil pada
tanaman secara umum menunjukkan perbedaan yang berbeda
tidak nyata, namun pada pengaruh tunggal frekuensi
pemberian 3x memberikan hasil yang terbaik pada semua
pengamatan. Hasil analisis tanaman berdasar SEM-EDX dari
sekam padi menunjukkan perbedaan fisik dalam penampilan
permukaan seperti logam dari lapisan permukaan sekam padi,
yang menunjukkan peningkatan intensitas pada aplikasi yang
lebih sering. Analisis XRF menunjukkan ketersediaan Si, P,
K, Ca, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn, Eu, dan Re dari semua perlakuan,
dan menunjukkan perbedaan puncak.
Penemuan yang sangat penting adalah keberadaan Ytterbium
(Yb), yang dikenal sebagai Elemen Bumi Langka (REE) pada
frekuensi aplikasi Nano-silika yang lebih tinggi. Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan
hubungan antara Si dan Yb, yang keduanya ditemukan saling
berhubungan dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Dari pertimbangan ekonomi maupun
ekologi, manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan
pertanian silika akan memberikan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan metode konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Al Housari, Fadi and Maria Greger. 2018. Silicon and
Mechanisms of Plant Resistance to Insect Pests April
2018Plants 7(2):33 DOI: 10.3390/plants7020033
[2] Ameriana, M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam
Menggunakan Pestisida Kimia. J. Hort. 18(1):95-106,
2008
[3] Atta, B., Rizwan, M., Sabir, A.M, Gogi, M.D, & Ayub, M.
(2019). Silicon mediated induced resistance in plants for
the management of agricultural insect pests: A review.
World Journal of Biology and Biotechnology, 4(1), 19-28.
DOI: https:/doi.org/10.33865/wjb.004.01.0192
[4] Guntzer, Keller, Meunier. 2012. Benefits of plant silicon
for crops: a review. Agronomy for Sustainable
Development, Springer Verlag/EDP Sciences/INRA,
2012, 32 (1), pp.201-213. 10.1007/s13593-011-0039-
8.hal-00930510
[5] Hanani, dkk. 2017. The effect of Various Acids on
Properties of Microcrystalline Cellulose (MCC) Extracted
from Rice Husk (RH). MATEC Web of Conferences, 47,
pp. 05013-p.1-p.6.
[6] Husnain. 2009. Ketersediaan Silika (Si) Pada Tanah
Sawah Dan Metode Penetapan Si Tersedia Di Dalam
Tanah Serta Perbandingan Beberapa Metode
Ekstraksinya. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
[7] Meena, V. D., M. L. Dotaniya, Vassanda Coumar, S.
Rajendiran, Ajay, S. Kundu, A. Subba Rao. 2014. A Case
for Silicon Fertilization to Improve Crop Yields in
Tropical Soils. Proc. Natl. Acad. Sci., India, Sect. B Biol.
Sci. (JulyβSept 2014) 84(3):505β518 DOI
10.1007/s40011-013-0270-y
[8] Rahman, Arif. 2018. Pembuatan Nanosilika Gel Dari Abu
Sekam Padi. UIN Alauddin Makassar : Makassar.
[9] Rahmi, Nur Lulu. 2017. Optimasi Metode Absorbsi
Menggunakan Silika Sekam Padi Untuk Analisa
Senyawaa Polisilkik Aromatik Hidrokarbon (PAH).
Universitas Lampung : Lampung. 2017
[10] Suswati, Enny, Nur K. Agustin And Joko Mariyono. 2006.
Adverse Health Impacts Of Pesticide Use On Indonesian
Rice Production: An Economic Analysis. Jurnal SOCA
(SOcial-economiC of Agriculture) Vol. 6, No. 2 Juli 2006.
e-ISSN Nomor 2615-6628.
[11] TubaΓ±a, B.S., and J.R. Heckman. 2015. Silicon in Soils
and Plants. Silicon and Plant Diseases. Springer
International Publishing Switzerland 2015 7 F.A.
Rodrigues, L.E. Datnoff (eds.) DOI 10.1007/978-3-319-
22930-0_2
[12] Wahyudi, dkk. 2011. Penyiapan Nano Partikel Silika dari
Mineral Silikat secara Mekanis. Laporan Akhir Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara Badan Litbang Energi
dan Sumber Daya Mineral. Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral
[13] Zargar, Sajad Majeed, Reetika Mahajan, Javaid A.
Bhat,Muslima Nazir, Rupesh Deshmukh. 2019. Role of
silicon in plant stress tolerance: opportunities to achieve a
sustainable cropping system 3 Biotech (2019) 9:73
https://doi.org/10.1007/s13205-019-1613-z
Buku Monograf APLIKASI NANOSILIKA PADA
TANAMAN - Aplikasi Unsur Hara Nano Silika dan Silika
Alami untuk meningkatkan Pertumbuhan,
Perkembangan dan Ketahanan pada Tanaman
Sulis Dyah Candra, S.P., M.P. dosen tersertifikasi di
Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga dengan
bidang keahlian Sustainable Agriculture.
Drs. Ngatimun, M.M. dosen tersertifikasi di Fakultas
Ekonomi Universitas Panca Marga dengan bidang
keahlian Manajemen Sumberdaya Manusia dan
praktisi lapang di bidang pertanian.
Buku ini merupakan salah satu bentuk luaran
pelaksanaan Hibah DRPM Kemenristekdikti Skema
Penelitian Dosen Pemula TA 2019, yang ditujukan bagi
pembaca berbasis pengetahuan pertanian tingkat
madya mengenai teknologi nano dalam pemanfaatan
bidang pertanian.
Penerbit LPPM
Jl Yos Sudarso 107
Dringu Probolinggo
Telp./ Fax: 0335 422715
Email: [email protected]