Bab i Vi Membangun Program Aplikasi Remote Data Interaktif for Siswa
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING …/Aplikasi...aplikasi model pembelajaran interaktif...
Transcript of APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING …/Aplikasi...aplikasi model pembelajaran interaktif...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING
KOOPERATIF (PISK) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI DENGAN KOMPETENSI DASAR SUMBER DAYA ALAM
DI INDONESIA SISWA KELAS XI IPS 2 DI SMA NEGERI 1 GUBUG
KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN
SKRIPSI
Oleh:
KHOIRIYAH WIDYANINGRUM
K5404042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING
KOOPERATIF (PISK) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI DENGAN KOMPETENSI DASAR SUMBER DAYA ALAM
DI INDONESIA SISWA KELAS XI IPS 2 DI SMA NEGERI 1 GUBUG
KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN
OLEH:
KHOIRIYAH WIDYANINGRUM
K5404042
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M. Pd Danang Endarto, ST, M.Si
NIP. 19560420 198303 1 003 NIP. 19690430 199903 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ................................................
Tanggal : ................................................
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
1. Ketua : Drs. Wakino, M. S (……………..)
2. Sekretaris : Singgih Prihadi, S. Pd, M. Pd (……….…..)
3. Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M. Pd (……………..)
4. Anggota II : Danang Endarto, ST, M.Si (………...…)
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 1987021 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Khoiriyah Widyaningrum. APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
SETTING KOOPERATIF (PISK) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 2 DENGAN KOMPETENSI DASAR SUMBER
DAYA ALAM DI INDONESIA DI SMA NEGERI 1 GUBUG KECAMATAN GUBUG
KABUPATEN GROBOGAN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah dengan model Pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS 2
semester satu SMA Negeri I Gubug untuk Kompetensi Dasar Sumber Daya Alam di
Indonesia.
Bentuk penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
penelitian ini adalah kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Gubug jumlah siswa adalah 40 siswa,
terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, sedangkan objek penelitian ini adalah
model Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar Geografi
pada Kompetensi Dasar Sumber Daya Alam di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan tes untuk hasil belajar dan didukung instrumen antara lain angket dan lembar
observasi. Teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar dari
tes awal ke sikus 1 dan sikus 1 ke sikus 2. Tes awal siswa yang mendapat nilai dengan
kategori tuntas adalah 62, 5% dari 40 siswa dan kategori belum tuntas adalah 37,5% dari 40
siswa. Sedangkan pada sikus 1 siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori tuntas adalah
70 % dari 40 siswa dan siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori belum tuntas adalah
30 % dari 40 siswa . Pada siklus 2 siswa yang mendapatkan niai dengan kategori tuntas
adalah 85 % dari 40 siswa dan siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori belum tuntas
adalah 15 % siswa dari 40 siswa. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPS 2 dengan materi pokok Sumber Daya Alam di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Khoiriyah Widyaningrum. APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING
KOOPERATIF (PISK) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA
KELAS XI IPS 2 DENGAN KOMPETENSI DASAR SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA
DI SMA NEGERI 1 GUBUG KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN. Thesis,
Surakarta: Teaching and Science Education Faculty of Sebelas Maret University, January
2012.
The aim purpose of this study was to determine wether the method of interactive
learning cooperative setting can improve student learning out comes geography class XI IPS
2 of odd semester SMA Negeri I Gubug too basic competence of Natural Resource in
Indonesia.
Form this study using action research class (ARC). Action research class was
conducted on a class of problems, namely the class of XI IPS 2. These study subyek were
students class XI IPS 2 by the number of students is 40 students, consist of 25 male students
and 15 female students. Data collection technignes by using a test for learning outcomes.
Data analysis tehnignes used were quetionnares, observation, and tests.
Based on the research result can be seen that the minimum crteria for completeness of
student in the initial conditions of learning is 60 with a minimum completeness criteria were
62,5% of grade 40 students scored ≥ 60 and 37,5% of the whole student receives a grade of
lees than 60.The success rate on the value of the cycle I was 70, while the minimum criteria
for completeness is 70% of grade 40 students scored ≥ 70 and 30% kmore of students scored
less than 70.The success rate on the value of cycle II was 70, while the minimum criteria for
completeness is 85% of grade 40 students scored ≥ 70 and 15% more of students scored less
than 70. It can be concludud that learning by applying methods of interactive learning
cooperative setting can improve learning outcomes of students class XI IPS 2 with the subject
matter of natural resources in indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. maka apabila kamu telah selesai
( dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan) yang lain. dan
hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap.”
( Q.S. AL-Inssyirah : 6-8)
Kebesaran orang bukan ditentukan oleh besar kecilnya tubuhnya, melainkan besar
kecilnya hati. (Mario Teguh)
Marah itu gampang, tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas,
pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.
(Aristoteles)
Seperti hujan yang tiba-tiba, niat baik tidak selalu terencana. (Penulis)
Orang yang bisa mengontrol dirinya akan menjadi orang yang kuat. Siapa yang bisa
mengontrol isi kepalanya akan meraih kemajuan.
(Fokus)
Jangan berfikir untuk mendapatkan sesuatu dari sahabat tetapi berpikirlah menjadi
yang terbaik untuk sahabat
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT,
Karya ini kupersembahkan kepada:
♥ Ibu tersayang, terimakasih atas kesabarannya
membimbing dan memberikanku motivasi.
♥ Bapak tercinta, atas kasih sayang, doa, dan semua
pengorbanan yang diberikan untukku
♥ Suamiku, Sony Andhika Sabhara tercinta dan
tersayang, terimakasih atas semua yang diberikan
terutama kesabarannya
♥ Permataku, Khairunnisa Hanifah Putri Andhika
terimakasih selalu menghibur Bunda
♥ Kedua adikku Fatul dan Munif tersayang yang selalu
memberiku semangat
♥ Ma’e yang selalu sabar menjaga permataku
♥ Teman- teman Geografi Angkatan 2004
♥ Almameter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi.
untuk itu, atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang telah menyetujui permohonan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si, Ketua Program Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang telah memberikan ijin penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M. Pd selaku Pembimbing I yang dengan tulus dan
penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Danang Endarto, ST, M.Si, selaku Pembimbing II yang dengan tulus dan
penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. Ahmad, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang Selalu mengingatkan
dan memberi arahan serta perhatian, bimbingan dan nasehat yang berkaitan dengan
akademik selama peneliti menjadi mahasiswa.
7. Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga menunjang
dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Kardiyono, M. Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gubug yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Bapak Drs Partono, selaku Guru Mata Pelajaran Geografi yang selama penelitian telah
memberikan bantuan dan bimbingan sehingga peneliti dapat dengan mudah
memperoleh data yang diperlukan.
10.Siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Gubug yang telah mengikuti proses
pembelajaraan dengan tekun dan aktif sehingga penulis tidak mengalami kesulitan
yang berarti dalam melaksanakan penelitian.
11.Sahabat-sahabatku Mbak Eri, Habib, teman-teman guru SMA Keluarga
Gubug,G’Penk, Dewi, Intan 05, adek Neny, adek Fajar, mbak Tri yang selalu
memberi semangat, mendukung serta mendoakanku.
12.Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
maha Esa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
pembaca yang budiman,
Surakarta, Januari 2012
Penulis,
Khoiriyah Widyaningrum
NIM. K5404042
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTA GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................6
A. Kajian Teori ............................................................................. 6
1. Belajar dan Pembelajaran.........................................6
2. Pembelajaran Geografi ............................................6
3. Model Pembelajaran ................................................8
4. Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) 8
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .....11
6. Hasil Belajar ...........................................................13
7. Komponen yang mempengaruhi Hasil Belajar Siswa ..19
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 20
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 26
D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 30
1. Tempat Penelitian ..............................................................30
2. Waktu Penelitian.................................................................30
3. Subyek Penelitian................................................................30
B. Bentuk Penelitian ..................................................................... .31
C. Sumber Data............................................................................. .31
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... .31
1. Variabel Penelitian............................................................31
2. Teknik Pengumpulan Data...............................................32
2.a. Metode Angket..................................................32
2.b. Metode Dokumentasi.........................................32
2.c. Metode Observasi...............................................33
2.d. Metode Tes.........................................................34
E. Validitas Data .............................................................................34
F. Teknik Analisis Data ..................................................................35
G. Indikator Kinerja ........................................................................36
H. Prosedur Penelitian .....................................................................36
1. Tahap Persiapan ................................................................36
2. Tahap Perencanaan ............................................................37
3. Tahap Tindakan / Pelaksanaan ..........................................37
4. Tahap Evaluasi dan Observasi ...........................................37
5. Tahap Analisis dan Refleksi ..............................................37
6. Tahap Tindak Lanjut ..........................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... ....39
A. Deskripsi Daerah Penelitian ..................................................... ....39
B. Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal .................................. ....42
C. Deskripsi Hasil Siklus I ........................................................... ....43
D. Kegiatan Tindakan II ............................................................... ....54
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .....................................68
A. Kesimpulan .............................................................................. ....68
B. Implikasi .................................................................................. ....68
C. Saran ....................................................................................... ....68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ....70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pernyataan dan Skor Observasi ................................................................................. 18
2. Penelitian yang Relevan….. ..................................................................................…. 20
3. Jadwal Penyusunan Skripsi ........................................................................................ 30
4. Nilai tes Siswa Kelas XI IPS 2 .................................................................................. 42
5. Nilai tes Siswa Kelas XI IPS 2 pada Siklus I ............................................................ 50
6. Ketuntasan Nilai Tes Siswa Kelas XI IPS 2 pada Siklus II ....................................... 62
7. Proses Pembelajaran Siklus I ..................................................................................... 66
8. Proses Pembelajaran Siklus II .................................................................................... 66
9. Perbandingan KKM .......................................................................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Berpikir ...................................................................................... 28
2. Skema Metode Triangulasi ..................................................................................... 36
3. Prosedur Penelitian .................................................................................................. 38
4. Lokasi SMA Negeri I Gubug ................................................................................... 40
5. Lokasi kelas XI IPS 2 .............................................................................................. 40
6. Frekuensi Ketuntasan Nilai Tes Kondisi Awal dan Siklus I ................................... 50
7. Frekuensi Nilai Tes Siklus I dan Siklus II ............................................................... 62
8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Nilai Tes Awal Siklus Idan II ....................... 67
9. Pelaksanaan Siklus 1 ............................................................................................... 46
10. Pelaksanaan Siklus 2 ............................................................................................... 46
11. Pelaksanaan Tes Siklus 1 ......................................................................................... 47
12. Pengisian Lembar Observasi ................................................................................... 48
13. Presentasi Siklus 1 ................................................................................................... 48
14. Presentasi Siklus 2 ................................................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus Siklus I ..................................................................................................... 1
2. Silabus Siklus II .................................................................................................... 3
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ........................................................ 6
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................................ 9
5. Soal-soal Siklus I ................................................................................................... 13
6. Soal-soal Siklus II ..................................................................................... ............ 16
7. Kunci Jawaban Soal Siklus I...................................................................... ............ 19
8. Kunci Jawaban Soal Siklus II ................................................................................ 20
9. Lembar Observasi Siswa ....................................................................................... 21
10. Lembar Observasi Kinerja Guru ........................................................................... 23
11. Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Survei Awal ................................................. 25
12. Daftar Nilai Siswa Pada Siklus I ............................................................................ 26
13. Daftar Nilai Siswa Pada Siklus II .......................................................................... 27
14. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I .................................................................... 28
15. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II .................................................................. 30
16. Pengamatan Siswa Terhadap Kinerja Guru Siklus I .............................................. 32
17. Pengamatan Siswa Terhadap Kinerja Guru Siklus I .............................................. 33
18. Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus I .................................................................. 34
19. Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus II................................................................. 35
20. Kelompok Diskusi Siklus I .................................................................................... 36
21. Kelompok Diskusi Siklus II ................................................................................... 37
22. Pokok Bahasan Siklus I ......................................................................................... 38
21. Pokok Bahasan Siklus II ........................................................................................ 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya
manusianya. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu cara yang
baik dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan
perlu mendapat perhatian, baik oleh pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para
pengelola pendidikan pada khususnya. Berbagai upaya telah ditempuh oleh
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya penyempurnaan
kurikulum, mempersiapkan tenaga pengajar yang professional, pengadaan buku
penunjang pelajaran, adanya program wajib belajar sembilan tahun serta berbagai
upaya peningkatan lainnya.
Dalam dunia pendidikan proses belajar pembelajaran merupakan faktor
penentu yang tidak kalah pentingnya. Proses ini melibatkan berbagai kegiatan
maupun tindakan yang harus dilakukan. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar
mengajar terlihat dari hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Dalam kenyataannya proses belajar mengajar tidak dapat berjalan lancar
sesuai yang diharapkan. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai
siswa. Menurut Pargiyo (2000 : 57), “Komponen yang berpengaruh dalam proses
belajar mengajar adalah: siswa, kurikulum, guru,metode, sarana-prasarana dan
lingkungan. Faktor dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah
bakat, minat, kemampuan awal dan motivasi untuk belajar”.
Selain itu, proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa
adanya guru. Guru merupakan faktor yang sangat penting terhadap kelancaran proses
belajar pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran oleh guru dalam
menyampaikan materi berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat
tercapainya tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dalam kenyataannya sekarang guru dalam proses belajar mengajar
menggunakan pembelajaran yang monoton yaitu pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional, pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya duduk
mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara guru
menyelesaikan soal-soal yang pada akhirnya dapat membuat siswa menjadi pasif dan
merasa kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal yang bervariasi.
SMA Negeri 1 Gubug merupakan salah satu sekolah negeri yang mempunyai
siswa yang memiliki prestasi yang bervariasi. Artinya SMA Negeri I Gubug ini bisa
menerima siswa yang mempunyai hasil akademis tinggi, sedang dan rendah. Dari
hasil pengamatan melalui observasi kelas, penyebaran angket kepada siswa dan
wawancara dengan guru mata pelajaran Geografi kelas XI semester satu di SMA
Negeri I Gubug tahun pelajaran 2009/ 2010 menunjukkan hasil belajar Geografi
belum optimal serta keadaan kelas yang kurang kondusif. Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa penulis mencoba menerapkan model pembelajaran baru yang
menekankan pada kerjasama dalam belajar sehingga siswa diharapkan mampu
mengembangkan kekritisan dan kreativitas tanpa rasa malu terhadap guru ketika
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada tahun ajaran 2009/ 2010 SMA Negeri I
Gubug sudah menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), namun
pelaksanaannya belum optimal. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Geografi
masih terfokus pada guru sehingga siswa cenderung hanya mendengarkan dan
mencatat. Akibatnya proses belajar mengajar Geografi lebih menekankan pengajaran
daripada pembelajarannya. Siswa yang aktif dan berani akan lebih aktif / kritis dan
sebaliknya siswa yang kurang berani dan pasif hanya menerima pengetahuan yang
disampaikan guru sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah.
Motivasi siswa dalam belajar Geografi kurang. Hal ini dikarenakan guru
kurang memberikan pujian atau penghargaan atas jawaban/ perilaku siswanya. Guru
kurang merangsang siswa untuk lebih giat belajar. Ini faktor yang menjadikan
motivasi siswa kurang dalam belajar Geografi. Pembelajaran Geografi yang hanya
terfokus oleh guru tidak merangsang siswa untuk tertarik dengan Geografi. Media
pembelajaran Geografi hanya berupa buku paket pegangan guru, sedangkan siswanya
mempunyai pegangan buku LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model
pembelajaran yang dapat melibatkan kekritisan dan kreativitas siswa. Model PISK
merupakan pembelajaran interaktif yang disertai dengan pembagian siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar, yaitu dengan cara siswa dihadapkan pada suatu permasalahan atau
persoalan dan siswa diminta mendiskusikannya kemudian salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain memberikan
tanggapan.
Teknik presentasi dilakukan di depan siswa dengan cara perwakilan kelompok
maju kedepan sedangkan kelompok lainnya menunggu giliran untuk
mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Kelompok yang belum mendapat giliran
presentasi harus mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah
dipresentasikan. Peran guru disini adalah sebagai sumber belajar dan fasilitator.
Disamping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa
mereka dapat mengatur pekerjaan dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi
di dalam interaksi kelompok tersebut.
Dengan model PISK ini dimungkinkan siswa dapat mengkonstruksikan
pengertian sendiri terhadap suatu konsep sekaligus berinteraksi sosial dalam belajar
Geografi. Dalam model PISK ada fase aktivitas atau pemecahan masalah dan fase
saling membagi dan diskusi, fase ini sangat penting dalam hubungannya dengan
proses konstruksi pengertian (pemahaman) siswa terhadap bahan ajar Geografi
termasuk konsep dan prinsip yang dipelajari. Dengan penguasaan konsep yang telah
dimiliki siswa maka siswa benar-benar mengerti dan paham.
Berangkat dari kondisi tersebut, perlu diadakan penelitian tentang “Aplikasi
Model Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Sumber Daya Alam di Indonesia
Siswa Kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Gubug Purwodadi”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakarng masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa.
2. Pengelolaan kelas yang kurang kondusif.
3. Hasil belajar siswa yang belum optimal.
4. Motivasi belajar siswa rendah.
5. Pembelajaran Geografi kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian
model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif maka pembatasan masalah perlu
dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah.
Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah: Penggunaan model pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif dalam proses belajar mengajar dalam kaitannya upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar Geografi siswa kelas XI semester satu di SMA Negeri I Gubug untuk
kompetensi dasar sumber daya alam di Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran interaktif setting kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS 2 semester satu SMA
Negeri I Gubug untuk kompetensi dasar Sumber Daya Alam di Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa : Siswa mampu mengembangkan kebiasaan belajar
bekerjasama dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran yang
mendukung keaktifan siswa lebih optimal ketika proses belajar
mengajar berlangsung.
b. Bagi Guru : Guru memperoleh tambahan referensi baru berupa metode
pembelajaran interaktif setting kooperatif dalam melakukan
pembelajaran siswa di kelas sehingga guru dapat membuat suasana
belajar tidak membosankan dan bervariasi. Disisi lain dapat
meningkatkan keakatifan siswa dalam belajar.
c. Bagi Sekolah : Dapat digunakan sebagai alat dasar dalam membuat
kebijakan dalam rangka peningkatan mutu proses belajar mengajar,
khususnya mata pelajaran geografi.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi bahwa metode pembelajaran yang digunakan
di kelas bervariasi.
b. Sebagai bahan mengambil langkah-langkah dalam melakukan
pembelajaran dan meningkatkan hasil pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan dan pengalaman.
Pengertian belajar dalam kontek ilmu pendidikan merupakan proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja yang dilakukan oleh guru
untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern
yang dipunyainya. Seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran harus
membawa siswa ke arah perubahan tingkah laku. Sehubungan dengan hal tersebut,
dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi
semata, tetapi membimbing siswa menuju kearah perubahan yang lebih baik. Dalam
proses kebebasan yang bertanggungjawab untuk menyampaikan ide dan gagasan
yang pada akhirnya pemahaman siswa tentang materi akan lebih tertanam dalam
pikirannya dengan sendirinya.
2. Pembelajaran Geografi
a. Hakikat pembelajaran geografi
Untuk mengetahui hakikat pembelajaran geografi, maka harus diketahui
terlebih dahulu tentang konsep geografi. Konsep - konsep Geografi menurut pakar-
pakar bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam
konteks keruangan. “ Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengajaran
geografi pada hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat
manusia dengan variasi kewilayahannya.
b. Tujuan pembelajaran geografi di sekolah
1) Menggambarkan pengetahuan tentang aliran pola-pola keruangan dan proses
yang berkaitan.
2) Mengembangkan ketrampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,
mengkonsultasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi.
3) Menanamkan sikap kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan
sumberdaya dan toleransi terhadap keragaman sosial budaya.(Sumaatmadja,
1997: 1)
c. Sumber materi pembelajaran geografi
Sumber materi pembelajaran geografi menurut Sumaatmadja, (1997 : 13)
adalah segala kenyataan yang ada dan terjadi di permukaan bumi baik yang
berkenaan dengan alam lingkungan dan segala prosesnya.
d. Kompetensi dasar pembelajaran geografi di SMA
Pengembangan silabus mata pelajaran geografi SMA harus mengacu pada
standar kompetensi. Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan
atau ditampilkan siswa dari hasil mempelajari Geografi. Pengajaran dan
pembelajaran Geografi harus memperhatikan 3 aspek yaitu : 1) Apa yang akan
diajarkan, 2) Bagaimana cara mengajarkan, dan 3) Bagaimana mengetahui bahwa
yang diajarkan dapat dipahami siswa.
Berkaitan dengan tujuan dan materi Geografi yang akan diajarkan, hal ini
berarti harus mengacu pada silabus yang telah dibuat oleh Depdiknas. Silabus
tersebut berupa penjabaran lebih jauh dari standar kompetensi yang ingin dicapai
menjadi kemampuan dasar, materi pelajaran serta uraiannya yang terdapat didalam
kurikulum.
Standar kompetensi mata pelajaran Geografi SMA ada 7 yaitu:
1) Menjelaskan pengertian fenomena biosfer.
2) Menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan dipermukaan bumi.
3) Menjelaskan pengertian fenomena antroposfer.
4) Menganalisis aspek kependudukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
5) Menjelaskan pengertian sumber daya alam.
6) Mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya alam.
7) Menjelaskan manfaat sumber daya alam secara arif.
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional.
Menurut Joyce (Trianto, 2007 : 5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.
Menurut Winataputra (Sugiyanto, 2008 : 7) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan proseduryang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang sudah direncanakan secara
sistematis yang digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran,
mengatur materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar.
4. Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK)
Model pembelajaran interaktif setting kooperatif ini menempatkan tim dalam
kooperatif antara satu dengan yang lain, dengan kata lain satu kelompok bekerja
sama. Di dalam kelompok tiap siswa diberi kesempatan untuk memahami suatu
materi yang sudah disajikan, selanjutnya mereka akan saling berbagi pendapat
tentang materi tersebut (interaktif). Menurut Holmes (Ratumanan, 2000 : 3),
“Pembelajaran interaktif didasarkan pada dua premis mayor yakni : 1) pemahaman
berkembang sebagai suatu proses informasi dan kontruksi ide-ide secara mental dan
2) pemecahan masalah sangat penting untuk menstimulasi pikiran”. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Leikin dan Zaslavsky (Ratumanan, 2000 : 4) mengemukakan bahwa “pembelajaran
interaktif memungkinkan guru dan siswa untuk saling mempengaruhi berpikir
masing-masing. Guru membuat tugas yang memancing berpikir, siswa
mengkonstruksikan konsep-konsep, membangun aturan-aturan dan belajar strategi
pemecahan masalah”.
Ratumanan (2000 : 3) mengemukakan bahwa :
“Pembelajaran interaktif menekankan pada adanya interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat saja terjadi antara siswa dengan
siswa (student – student = S – S), siswa dengan bahan ajar (student – learning
material = S – LM), siswa dengan guru (student – teacher = S – T), siswa –
bahan ajar – siswa (siswa – learning material – student = S – LM – S) dan
siswa – bahan ajar – guru (student – learning material – teacher = S – LM –
T).
Lebih lanjut lagi, Heinich (1986) dalam http: /psi.ut.ac.id/jurnal/82benny.htm
mengemukakan enam bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan antara
lain praktek dan latihan (drill and practice), tutorial, permainan (games) simulasi
(simulation), penemuan (discovery) dan pemecahan masalah (problem solving).
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin,
suku/ ras, dan satu sama lain saling membantu (Trianto, 2007 : 41). Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses bepikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Menurut Holmes (Ratumanan, 2000 : 5), “Pelaksanaan pembelajaran
interaktif setting kooperatif dapat diklasifikasikan dalam lima tahap yaitu:
a. Pengantar
Guru memulai kegiatan belajar pembelajaran dengan menjelaskan kegiatan
apa yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk melakukan kegiatan
tersebut. Setelah itu siswa melakukan kegiatan yang telah ditentukan guru dan
hasilnya kemudian didiskusikan. Tingkatan ini adalah guru merangsang berpikir
dengan cara melontarkan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(didiskusikan). Selanjutnya adalah membagi siswa kedalam kelompok. Setiap
kelompok diberikan kisi-kisi materi.
b. Aktivitas atau fase pemecahan masalah
Tahap aktivitas ini adalah inti dari kegiatan pembelajaran interaktif setting
kooperatif. Dalam tahap ini siswa akan merencanakan apa yang harus kita gali dari
materi ini, siapa yang akan melakukan ini (pembagian tugas). Disini akan terlihat
suasana yang interaktif, antara siswa satu dengan yang lain, dengan cara saling
bertukar pendapat antara siswa satu dengan yang lain.
c. Fase presentasi hasil kerja kelompok dan meringkas
Pada fase ini perwakilan tiap kelompok maju ke depan dengan membawa
hasil diskusi serta mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setelah semua kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya, guru akan mengambil kesimpulan dari semua hasil
diskusi memberikan postest kepada tiap siswa.
d. Penilaian unit materi
Pada tahap ini setiap siswa dan guru bersama-sama menilai proses belajar
sehingga siswa diharapkan bisa menguasai semua mater.
e. Fase pemberian postest dan pemberian PR
Tahap ini adalah memberikan postest kepada tiap siswa dan selanjutnya
pemberian pekerjaan rumah.
Model PISK merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa
dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota
kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Suasana
belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota
kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran
dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian, juga membantu
mereka yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang
kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh siswa yang mempunyai gairah lebih
tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
Menurut Stahl (Etin dan Rahardjo, 2008 : 13), bahwa penggunaan model
cooperative learning ini mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
keterbukaan diantara siswanya. Selain itu menurut Van Sickle (Etin dan Rahardjo,
2008 : 13), menemukan bahwa sistem belajar dan debriefing secara individual dan
kelompok dalam model cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab
sosial dan individual siswa, mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa,
serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Model PISK dapat memberikan beberapa dampak positif bagi siswa,
diantaranya (1) Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar,
(2) Membuat dinamika kelas semakin berkembang, siswa dapat bekerja sama,
berinteraksi dan melakukan negosiasi makna secara baik, dan (3) Meningkatkan
penguasaan siswa terhadap bahan ajar Geografi.
Dalam model ini akan menimbulkan ketergantungan yang bersifat positif.
Guru harus dapat mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga
memahami dan mungkin melakukan hal tersebut. Guru harus merancang struktur
kelompok dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan siswa untuk belajar dan
mengevaluasi diri dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan
memahami materi pelajaran. Pembelajaran interaktif yang disertai dengan pembagian
siswa dalam kelompok-kelompok inilah yang dinamakan Pembelajaran Interaktif
Setting Koperatif (PISK).
Kompetensi Dasar yang diambil dalam model Pembelajaran Interaktif Setting
Kooperatif adalah Sumber Daya di Indonesia. Mengapa peneliti mengambil
kompetensi dasar tersebut? Hal ini dikarenakan kompetensi dasar tersebut
mempunyai cakupan yang luas, selain itu kompetensi dasar ini memudahkan siswa
untuk mencari materi, dikarenakan terdapat pada sekitar lingkungan kita sendiri.
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun
global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah
kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan
setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh
guru dan kepala sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut Mulyasa (2007 : 8) “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena mereka dilibatkan dan diharapkan memiliki
tanggungjawab”.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah memandirikan dan
memperdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang dicapai.
Memahami tujuan diatas, KTSP dapat dipandang sebagai pola pendekatan yang baru
dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang
berkembang saat ini. Oleh karena itu, KTSP perlu dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal dibawah ini:
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik untuk sekolahnya.
4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.
6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
7) Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat, serta mengkomodasikan dalam KTSP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai karakteristik yang bisa
diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian
diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut (Mulyasa,
2007 : 29):
1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.
2) Partisipasi masyarakat dan orangtua yang tinggi.
3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional.
4) Tim kerja yang kompak dan transparan.
6. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 700), “Hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
b. Ranah hasil belajar
Ranah hasil belajar terdiri dari 3 macam
1) Ranah kognitif
Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
2) Ranah afektif
Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan
pemberian respon, presiasi, penilaiandan internalisasi. Konsep ranah afektif
yang menekankan pada keaktifan siswa dalam taksonomi Bloom terdiri dari
beberapa aspek dan indikator.
Aspek dan indikator ranah afektif adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan: Menunjukkan kesadaran dan kemauan.
2) Partisipasi: Memenuhi peraturan, perintah, dan ikut serta aktif.
3) Penilaian/ penentuan sikap: Menerima suatu nilai dan bersikap.
4) Organisasi: Membentuk sistem nilai dan bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup: Menunjukkan kepercayaan dan disiplin.
(Winkle, 1996 : 252).
Aspek dan indikator ranah afektif dijabarkan menjadi lembar observasi siswa.
Item-item tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Siswa senang dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran Geografi.
2) Siswa dapat mempersiapkan materi diskusi dengan baik
3) Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan baik.
4) Siswa aktif dalam dikusi kelas.
5) Siswa mematuhi tata tertib kelas.
6) Siswa mengerjakan tugas dari guru.
7) Siswa meninggalkan pelajaran tanpa alasan.
8) Siswa membuat catatan Geografi pada setiap pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
9) Siswa mengerjakan soal-soal tes sendiri.
10) Siswa berbicara sendiri ketika guru sedang menerangkan pelajaran.
11) Siswa tidak aktif dalam kerja kelompok
12) Siswa datang tepat waktu.
13) Siswa mau bertanya tentang materi yang belum dipahami.
14) Siswa berusaha memberi tanggapan hasil diskusi.
3) Ranah psikomotor.
Ranah ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. (Depdikbud, 1996 : 20-22).
Hasil belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar. Berdasarkan hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap metode
pengajaran, sarana dan prasarana maupun bahan yang akan disampaikan. Hasil
belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian.
Penilaian dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar dapat
memperoleh gambaran mengenai perubahan yang dialami oleh peserta didik.
Dari pengertian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa
dalam periode tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 238) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh
faktor ekstern dan intern. Faktor intern meliputi:
1) Sikap siswa terhadap belajar.
2) Kreativitas.
3) Konsentrasi belajar.
4) Kemampuan mengolah bahan ajar.
5) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar.
6) Kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan.
7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar.
8) Rasa percaya diri siswa, intelegensi, keberhasilan belajar, dan kebiasaan
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1) Guru sebagai pembimbing belajar siswa.
2) Sarana dan prasarana belajar.
3) Kondisi pembelajaran.
4) Kebijakan penilaian.
5) Kurikulum yang ditetapkan dan lingkungan sosial siswa.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang telah dicapai siswa setelah melakukan atau mengikuti kegiatan pembelajaran
selama kurun waktu tertentu yang kemudian diadakan penilaian.
d. Pengukuran hasil belajar
Evaluasi mengandung unsur mengukur (measurement) dan tidak mengukur (non
measurement) / menilai. Suatu proses yang sistematis dalam menganalisis dan
menginterpretasikan informasi sebagai landasan dalam menentukan tingkat
pencapaian hasil belajar sering disebut evaluasi. Mengukur adalah membandingkan
sesuatu dengan ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat kualitatif. Dibawah ini alat-alat yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar:
1) Tes.
Tes hasil belajar dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu tes
bentuk obyektif dan tes bentuk uraian. Tes bentuk obyektif terdiri dari: tes
obyektif benar salah, tes obyektif menjodohkan, tes obyektif bentuk
melengkapi, tes bentuk isian, dan tes obyektif bentuk pilihan ganda
(Sudijono,1996 : 107). Tes bentuk uraian disusun dengan cara membuat
pertanyaan yang menuntut jawaban dalam bentuk uraian, baik uraian singkat
maupun penjelasan. Dalam hal ini tes merupakan alat ukur aspek kognitif
siswa.
Dalam hal ini penulis menggunakan tes obyektif bentuk pilihan ganda. Dalam tes
bentuk obyektif, siswa menghadapi tugas-tugas yang disusun secara sempurna,
sehingga ia tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Keuntungan
menggunakan tes obyektif adalah mudah, cepat, dan obyektif dalam pemeriksaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
penilaian, serta dapat mencakup bahan uji yang luas meliputi semua topik yang ingin
diungkapkan, sehingga dapat mencakup mengenai seluruh bahan yang harus
dipelajari siswa.
2) Lembar Observasi.
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap
(Arikunto, 2002 : 146).
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk
menyebut jenis observasi yaitu: a) Observasi non sistematis, yang dilakukan
oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan,
b) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul
dan diamati. Dalam proses observasi, observator tinggal memberikan tanda atau tally
pada kolom tempat peristiwa muncul. Itulah cara bekerja demikian disebut sistem
tanda (sign system).
Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran
sebagai sebuah gambaran proses pengajaran. Instrumen tersebut berisi tentang semua
hal yang guru lakukan dalam proses belajar mengajar, yaitu misalnya guru
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya pada kelompok, guru
bertanya kepada individu siswa, guru menjawab, siswa bertanya dan sebagainya.
(Arikunto, 2002 : 147)
Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah
variabel, misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktifan atau partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar. Dalam pengamatan ini akan memperhatikan proses
diskusi, seperti dalam fase pemecahan masalah, fase presentasi hasil kelompok dan
meringkas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistem category system yang
diwujudkan dalam lembar observasi siswa (chek list) untuk mengetahui tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
partisipasi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan sign
system ini diwujudkan dalam observasi kinerja guru. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kinerja guru apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
metode pembelajaran, langkah apa yang akan diambil untuk bahan evaluasi dan
refleksi tindak lanjut untuk mengatasi kondisi tersebut agar menjadi lebih baik. Hasil
pengukuran berupa skor atau angka. Hasil ini diwujudkan dalam kriteria. Kriteria
yang digunakan tergantungpada skala dan jumlah butir yang digunakan. Instrumen
lembar observasi yang digunakan penulis ada 14 butir pertanyaan dengan 5 (lima
pilihan)dengan skor yang digunakan adalah 1-5. Untuk mengukur keaktifan siswa
yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel pernyataan observasi siswa dan skornya.
Tabel 1. Pernyataan dan skor observasi siswa.
No Pernyataan positif Pernyataan negatif
1. Selalu (skor 5) Selalu (skor 1)
2. Sering (skor 4) Sering (skor 2)
3. Kadang-kadang (skor 3) Kadang-kadang (skor 3)
4. Jarang ( skor 2) Jarang ( skor 4)
5. Tidak pernah (skor 1) Tidak pernah (skor 5)
Dalam lembar observasi penelitian yang termasuk pernyataan positif adalah
nomor 1-6,8,9,12,13, dan 14. Sedangkan untuk pernyataan negatif adalah nomor 7,10,
dan 11.
Untuk mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran digunakan format Sign
system yang diwujudkan dalam lembar observasi kinerja guru. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat dengan kata lain
apakah metode ini dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik atau
belum. Apabila dalam tindakan atau dalam penerepan metode pembelajaran terdapat
kelemahan, hal ini dapat digunakan untuk bahan evaluasi dan refleksi tindak lanjut
kondisi pembelajaran selanjutnya. Untuk menilai kinerja guru terdapat 13 aktifitas
guru yang harus diamati dan dinilai oleh guru kolaborasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Untuk siswa juga diberi kesempatan untuk menilai, mengamati kinerja guru pada
saat melakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan Lembar Observasi
Kinerja Guru (khusus siswa). Hal yang diamati oleh siswa tentang kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:
a. Komentar siswa terhadap kegiatan pembelajaran interaktif setting
kooperatif.
b. Pendapat siswa tentang pembelajaran yang disertai dengan diskusi.
c. Apakah metode PISK dapat menghidupkan suasana pembelajaran?
d. Komentar siswa terhadap penyampaian materi oleh guru.
e. Bagaimana kondisi guru saat melakukan pembelajaran?
f. Komentar tentang penampilan guru ketika melakukan pembelajaran.
g. Menilai volume suara guru pada saat mengajar di kelas.
h. Menilai kecepatan suara guru pada saat mengajar di kelas.
i. Menilai tata bahasa guru saat mengajar.
j. Menilai intensitas guru dalam menggunakan media dalam
pembelajaran.
k. Menilai intensitas guru dalam memberiakn pujian, motivasi, dan
hadiah kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
l. Menilai guru dalam menanggapi siswa yang bertanya.
m. Menilai intensitas guru dalam memberikan humor dalam
pembelajaran agar suasana tidak tegang.
7. Komponen yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa
Hasil belajar siswa tidak akan maksimal tanpa adanya proses pembelajaran
yang efektif. Sedangkan proses belajar pembelajaran dapat terlaksana jika seluruh
komponen yang berpengaruh dalam proses pembelajaran saling mendukung. Menurut
Pargiyo (2000 : 57), “Komponen-komponen yang berpengaruh dalam proses
pembelajaran adalah :
a. Siswa
Faktor dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah bakat,
minat, kemampuan dan motivasi untuk belajar. Siswa merupakan masukan
mentah (raw input).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Kurikulum
Mencakup : Landasan program dan pengembangan, GBPP dan pedoman GBPP
berisi materi atau bahan kajian yang telah disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa.
c. Guru
Guru bertugas membimbing dan mengarahkan cara belajar siswa agar mencapai
hasil optimal. Besar kecilnya peranan guru akan tegrantung pada tingkat
penguasaan materi, metodologi dan pendekatannya.
d. Metode
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisien
proses pembelajaran.
e. Sarana-prasarana
Yang dimaksud sarana-prasarana antara lain buku pelajaran, alat pelajaran, alat
praktek, ruang belajar, laboratorium dan perpustakaan. Kurikulum, guru, metode
dan sarana-prasarana merupakan “masukan instrumental” yang berpengaruh
dalam proses belajar.
f. Lingkungan
Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, lingkungan budaya dan juga
lingkungan alam merupakan sumber belajar dan sekaligus masukan ligkungan.
Pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
proses belajar pembelajaran terdapat komponen-komponen yang mempengaruhi
diantaranya siswa, kurikulum, guru, sarana prasarana dan lingkungan.
B. Penelitian yang Relevan.
1. Tinto Agus Ariamo (K1301079) Perbandingan Metode Pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif dan Metode Ceramah Pada Prestasi Belajar Matematika Pokok
Bahasan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau Dari Aktifitas Belajar Siswa di SMP
Negeri I Colomadu Kelas VIII Semester ke 2.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: 1. Untuk mengetahui
apakah pembelajaran matematika dengan metode PISK menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode ceramah pada pokok bahasan garis
singgung lingkaran. 2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa kategori
tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kategori
sedang atau rendah pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. 3. Untuk
mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pokok bahasan garis singgung lingkaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu, dengan variabel
bebas metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa serta variabel terikat adalah
prestasi belajar matematika siswa. Populasi adalah siswa kelas VII SMP Negeri I
Colomadu Tahun ajaran 2006/ 2007, terdiri atas enam kelas sample yang diambil dari
penelitian ini sebanyak dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) yang setiap
kelasnya terdiri dari 40 siswa, dan pengambilan sampel dengan teknik sampling
random clauster. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah 1. Dokumentasi,
data yang diperoleh digunakan untuk menguji rataan keseimbangan pada sampel. 2.
Angket, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas belajar siswa pada sampel.
3. Tes, data diperoleh dari sampel yang berisi tentang materi pokok bahasan garis
singgung lingkaran. Instrumen tes dan angket sebelum digunakan pada sampel
terlebih dahulu diuji-cobakan di SMPN 3 Colomadu untuk memperoleh syarat-syarat
instrumen yang baik.
2. Giyastutik (K 4304032) Penerapan pembelajaran Kooperatif Think Pair – Share
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2
Karanganyar Tahun Ajaran 2007/2008.
Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar biologi siswa
kelas VII A SMP Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2007/2008 dengan
menggunakan metode pembelajaran Kooperatf Think Pair – Share.
Penelitian ini merupakan PTK (classroom action research) dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah : siswa kelas VII A SMP Negeri 2
Karanganyar, sedangkan objek penelitian adalah metode pembelajaran Kooperatif
Think Pair – Share untuk meningkatkan hasil belajar pada materi Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan.
Peningkatan hasil belajar diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan
rata-rata capaian kognitif siklus I sebesar 72,13 % dan pada siklus II 80,16 %.
3. Anisa Wardati Hamra (K 4305004) Upaya peningkatan Keaktifan bertanya dan
berdiskusi melalui Optimalisasi Penggunaan Modul Hasil Penelitian pada pokok
bahasan Limbah Siswa Kelas X 8 SMA Al Islam I Surakarta.
Tujuan penelitian adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a. Meningkatkan Keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran biologi
melalui optimalisasi penggunaan modul hasil penelitian.
b. Meningkatkan Keaktifan berdiskusi siswa dalam pembelajaran
biologi melalui optimalisasi penggunaan modul hasil penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Validasi data dengan menggunakan teknik Triangulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
N
o
Nama Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Tinto Agus
Ariamo
(K1301079)
Perbandingan Metode
Pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif dan
Metode Ceramah Pada
Prestasi Belajar
Matematika Pokok
Bahasan Garis
Singgung Lingkaran
Ditinjau Dari Aktifitas
Belajar Siswa di SMP
Negeri I Colomadu
Kelas VIII Semester ke
2.
1.Untuk mengetahui apakah
pembelajaran metode PISK
menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik
daripada metode ceramah.
2.Untuk mengetahui apakah
aktivitas belajar siswa
kategori tinggi menghasilkan
prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada
kategori sedang atau rendah.
3.Untuk mengetahui apakah
terdapat interaksi antara
Jenis penelitian ini
termasuk penelitian
eksperimental semu
1. Ada perbedaaan efek
antar metode
pembelajaran terhadap
prestasi belajar
matematika siswa.
2. Tidak ada perbedaan
efek antar aktivitas
belajar siswa terhadap
prestasi belajar
matematika siswa.
3. Tidak ada interaksi
antara metode
pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
metode pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
aktivitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
2. Giyastutik
(K 4304032)
Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif Think Pair-
Share untuk
meningkatkan hasil
belajar Biologi Siswa
kelas VII A SMP
Negeri 2 Karanganyar
Tahun pelajaran
2007/2008
Untuk mengetahui
peningkatkan hasil belajar
biologi siswa kelas VII A
SMP Negeri 2 Karanganyar
Tahun Ajaran 2007/2008
dengan menggunakan metode
pembelajaran Kooperatf
Think Pair – Share.
Penelitian ini
merupakan PTK
dengan pendekatan
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penggunaan metode
Kooperatif Think Pair –
Share dapat
meningkatkan hasil
belajar Biologi.
Peningkatan hasil
belajar diukur dari
siklus I dan siklus
IIdengan rata-rata
capaian kognitif sebesar
72, 13% dan 80, 16%.
3. Anisa Wardati
Hamra
(K 4305004)
Upaya peningkatan
Keaktifan bertanya dan
berdiskusi melalui
1. Meningkatkan Keaktifan
bertanya siswa dalam
pembelajaran biologi melalui
Penelitian ini
merupakan PTK
dengan pendekatan
Hasil penelitian
membuktikan bahwa
dengan PTK melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Optimalisasi
Penggunaan Modul
Hasil Penelitian pada
pokok bahasan Limbah
Siswa Kelas X 8 SMA
Al Islam I Surakarta.
optimalisasi penggunaan
modul hasil penelitian.
2. Meningkatkan Keaktifan
berdiskusi siswa dalam
pembelajaran biologi melalui
optimalisasi penggunaan
modul hasil penelitian.
deskriptif kualitatif.
penggunaan modul pada
hasil penelitian pada
pokok bahasan Limbah
siswa kelas X 8 SMA Al
Islam I Surakarta
meningkat. Hal ini
didasarkan pada hasil
angket, observasi dan
wawancara.
4. Khoiriyah
Widyaningrum
(K5404042)
Aplikasi Model
Pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif
untuk meningkatkan
hasil belajar geografi
dengan kompetensi
dasar sumber daya alam
di indonesia pada siswa
kelas XI IPS 2 di SMA
N I Gubug
Untuk mengetahui apakah
dengan pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif
dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPS 2
di SMA N I Gubug
Penelitian ini
merupakan PTK
dengan pendekatan
deskriptif kualitatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Kerangka Berpikir
Komponen-komponen yang berpengaruh dalam proses belajar pembelajaran
adalah siswa, kurikulum, guru, sarana prasarana dan lingkungan. Dalam proses
belajar pembelajaran guru dalam menyajikan suatu bahan pengajaran sangat
menentukan keberhasilan proses belajar pembelajaran itu sendiri. Kreativitas guru
sangat diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses belajar pembelajaran adalah model
belajar siswa. Diketahui bahwa pada kelas XI IPS 2 rata-rata nilai kelas masih rendah.
Maka dari itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Interaktif Setting
Kooperatif. Model PISK merupakan pembelajaran interaktif yang disertai dengan
pembagian siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar pembelajaran, yaitu dengan cara siswa dihadapkan pada suatu
permasalahan atau persoalan Geografi dan siswa diminta mendiskusikannya
kemudian salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan
kelompok lain memberikan tanggapan. Dengan metode ini siswa dilatih untuk
menyelesaikan soal Geografi secara berkelompok dan bantuan guru hanya pemberian
petunjuk terbatas yang mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapi serta sebagai mediator dan fasilitator. Bentuk bantuan ini berupa penjelasan
terbatas terhadap konsep terkait yang belum dipahami siswa atau dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang berpikir siswa dan dapat menggiring siswa
pada pemecahan masalah yang dihadapi.
Dengan metode pembelajaran yang sesuai dan didukung dengan dilibatkannya
siswa secara emosional dalam proses belajar pembelajaran mungkin akan
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan Pembelajaran Interaktif Setting
Koperatif (PISK), siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan cenderung aktif dalam
kelompoknya. Oleh karena itu, dengan pembelajaran yang dihadapkan pada suatu
permasalahan siswa akan aktif dalam berdiskusi untuk menemukan jawaban dari
permasalahan. Diharapkan dengan kegiatan presentasi siswa juga akan aktif
menanggapi jawaban kelompok lain, mengeluarkan pendapat jika tidak setuju dan
bertanya jika kurang jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Materi yang diambil dalam proses Pembelajaran Interaktif Setting Koperatif
(PISK) adalah Persebaran Sumber Daya Alam di Indonesia. Mengapa penulis
mengambil materi atau kompetensi dasar tersebut? Hal ini diharapkan agar siswa
mengetahui cara pemanfaatanya serta dapat melestarikan sumber daya alam yang
berada di sekitar kita. Selain itu siswa diharapkan agar dapat menjelaskan pengertian
dan penggolongan sumber daya alam. Materi Sumber Daya Alam di Indonesia lebih
luas karena di sekitar kita banyak contoh nyata seperti tumbuhan, hewan, air, udara
dan lain sebagainya.
Dengan penerapan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Geografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Metode Pembelajaran
Kondisi Awal
Ceramah Tanya Jawab
Hipotesa sebagai berikut :
Hasil belajar siswa kurang
optimal
Tindakan I
Pembelajaran Interaktif Setting
Kooperatif Siklus I dengan jumlah
kelompok 6 setiap kelompok anggotanya
terdiri dari 6-7 siswa
Hipotesa sebagai berikut : a) Apabila Hasil belajar siswa belum
mengalami peningkatan atau sudah
meningkat tetapi belum memenuhi target
pada indikator kinerja maka akan
dilakukan tindak lanjut pembelajaran
Siklus II
b) Apabila hasil belajar siswa sudah
mengalami peningkatan di dan sudah
memenuhi target pada indikator kinerja
maka tindakan siklus II tidak dilakukan
Tindakan II
Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif
Siklus II dengan jumlah kelompok 6 setiap
kelompok anggotanya terdiri dari 6-7 siswa.
Yang ditambahi dengan pemberian
motivasi.
Hipotesa sebgai berikut :
a) Apabila hasil belajar atau sudah
meningkat tetapi belum memenuhi
target pada indikator kinerja maka akan
dilakukan tindak lanjut pembelajaran
Siklus III dst.
b) Apabila hasil belajar siswa sudah
mengalami peningkatan di dan sudah
memenuhi target pada indikator kinerja
maka tindakan siklus II tidak dilakukan.
GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA BERPIKIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Hipotesis Tindakan
Dari kegiatan hasil dari diskusi dengan tutor atau guru selain itu juga
mengkaji dari buku-buku pembelajaran Geografi di SMA, maka dapat disimpulkan
sementara:
Dengan penggunaan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sumber Daya Alam di
Indonesia pada siswa kelas XI IPS 2 semester satu SMA Negeri I Gubug, Grobogan
Tahun ajaran 2009/ 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di
SMA Negeri 1 Gubug yang beralamat di Jln.A.Yani 171, Gubug, Kecamatan Gubug,
Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, penelitian akan dimulai sejak
disetujuinya proposal sampai selesai. Penelitian ini dilaksanakan pada semester satu
(ganjil) tahun ajaran 2009/ 2010.
Table 3. Jadwal Penyusunan Skripsi.
No Jadwal
penyusunan
skripsi
Nop
08
Januari
09
Sept-
Okt
09
Nop
09
Feb
10
Jun
10
Agustus
10 –
Juli 11
1. Persiapan
2. Penyusunan
penelitian
3. Pembuatan
instrumen
4. Pengumpulan
data
5. Analisis data
6. Penyusunan
penelitian
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kelas XI IPS 2 SMA Negeri I Gubug, Purwodadi
dengan jumlah siswa 40 anak, yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 15 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perempuan. Hasil belajar siswa mempunyai rata-rata kelas paling rendah bila
dibandingkan dengan kelas lain.
B. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu
Action Research yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007 : 13) .Menurut Mills
(Wardhani, 2007 : 14) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk
mengumpulkan informasi tentang praktik yang dilakukannya.
Penelitian tindakan kelas dilakukan pada kelas yang mempunyai masalah
dalam hasil belajar. Kondisi kelas XI IPS 2 adalah siswa pada kelas ini terlalu banyak
berbicara dengan teman sebangku atau teman yang berada di depan atau di belakang
bangku. Selain masalah tersebut masih ada masalah lain yaitu siswa-siswi senang
menyibukkan diri seperti bersolek, memainkan bollpoint, melamun dan lain-lainnya.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil belajar siswa kelas XI IPS 2
SMA Negeri I Gubug, Grobogan serta faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar. Data penelitian yang dikumpulkan dalam berbagai sumber meliputi :
1. Guru pengajar mata pelajaran Geografi kelas XI IPS 2 data yang diperoleh
berupa buku nilai siswa dari peneliti ketika mengajar dalam bentuk lembar
observasi siswa.
2. Siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri I Gubug, Grobogan: data yang diperoleh
berupa penilaian terhadap kondisi pembelajaran Geografi di kelas.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran interaktif setting
kooperatif.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa nilai tes.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan
dengan permasalahan, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan
teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan
dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a.Metode Angket
Menurut pendapat Budiyono (2003: 47) “Metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
responden tentang suatu masalah yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh
informasi dari responden atau subyek penelitian. Dalam penelitian ini, metode angket
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dari objek yang akan dipelajari.
b. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1999 : 148) “Dokumentasi adalah cara mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”.
Menurut Moleong (2001 : 161) “Dokumen adalah setiap bahan tertulis
ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”.
Ada dua macam dokumen yang dikemukan oleh Moleong (2001 : 161) yaitu :
1) Dokumen pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan
mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian nyata
tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Dokumen resmi
Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan sesuatu
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri
termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan
kantor, dan semacamnya. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-
bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya
majalah, bulletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media
massa.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi, berupa
daftar nilai siswa mata pelajaran Geografi kelas XI IPS 2 semester satu tahun ajaran
2009/2010 dan silabus Geografi SMA Negeri 1 Gubug, Purwodadi serta dokumen
lain yang menunjang dalam penelitian.
c. Metode Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati terhadap objek penelitian dan
mencatat fenomena yang diselidiki. Dalam pelaksanaan teknik observasi dapat dibagi
menjadi :
a. Observasi tak berperan
Dalam observasi ini, peneliti sama sekali kehadirannya dalam melakukan
observasi tidak diketahui oleh subjek yang diamati.
b. Observasi berperan
Pada observasi yang dilakukan dengan mendatangi peristiwanya,
kehadiran peneliti di lokasi sudah menunjukkan peran yang paling pasif,
sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh yang diamati, dan
bagaimanapun hal ini membawa pengaruh pada yang diamati.
Observasi berperan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Observasi berperan pasif
Peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan
sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif, namun hadir dalam
konteksnya. Mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian bisa
dilakukan observasi baik secara formal ataupun informal.
b. Observasi berperan aktif
Peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai
peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan
penelitiannya, dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya
yang bermanfaat bagi pengumpulan data.
c. Observasi berperan penuh
Peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya, sehingga benar-
benar terlihat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif yang dilakukan
secara formal maupun informal, karena peneliti hanya berperan sebagai pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pelaksanaan KBM dan dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru
mitra.
d. Metode Tes
Budiyono (2003: 54) berpendapat “Metode Tes adalah cara pengumpulan data
yang dihadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada
subyek penelitian. Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dalam hal ini
materi tersebut adalah tentang konsep menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan di
permukaan bumi.
E. Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu setiap peneliti harus
bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang telah diperolehnya. Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka
keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Moleong (2000 : 178),
“triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu”.
Denzin seperti yang dikutip oleh Moleong (2000 : 178) membedakan empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyelidikan dan teori. Adapun definisi triangulasi metode menurut
Sutopo (2006 : 80) adalah “Mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan
tehnik atau metode pengumpulan yang data yang berbeda”. Triangulasi data dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk
menggali data yang sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali
informasi dari suatu narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktivitas yang
menggambarkan perilaku orang tua, warga masyarakat, atau dari sumber yang berupa
catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data
yang dimaksud peneliti (Sutopo, 2006 : 79). Misalnya, untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada semester ganjil, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Memberikan tes tentang materi yang diajarkan pada semester satu yaitu
tentang menganalisis sumber daya alam yang ada di indonesia.
2. Menerapakan metode pembelajaran interaktif setting kooperatif.
Tehnik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data
dan triangulasi metode.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data
sampai diperoleh suatu kesimpulan. Menurut Moleong (2001 : 103), analisis data
adalah “Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan
satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema, dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data”.
Secara sederhana oleh Miles dan Huberman (dikutip oleh H.B. Sutopo,
2002:4) dinyatakan “Terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis
penelitian kualitatif, yaitu model analisis jalinan atau mengalir (flow model of
Analysis) dan model analisis interaktif (interactive of Analysis)”. Menurut Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Sutopo (2002 : 94) “analisis dalam penelitian kualitatif
terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan (verifikasi)”. Ketiga hal itu merupakan sesuatu yang menjalin dalam
bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat
dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan
dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara
sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan
observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data dalam
penelitian digunakan tehnik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini
adalah triangulasi metode. Jenis triangulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan tehnik atau metode berbeda, danuntuk diusahakan
mengarah pada sumberdata yang sama untuk menguji kebenaran informasinya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
hasil tindakan, observasi selama proses belajar mengajar berlangsung dan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Skema Triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut :
Angket
Data Observasi Siswa
Tes
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode
G. Indikator Kinerja
1. Bagi siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan siswa memperoleh nilai tes
minimal 70 dan secara klasikal 80% siswa harus mencapai batas minimal tersebut.
2. Aspek Proses
a. Perhatian siswa pada mata pelajaran Geografi dengan menggunakan model
pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkat.
b. Kerjasama antar siswa dalam diskusi proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkat.
H. Prosedur Penelitian
Secara umum, langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap
persiapan, tahap perencanaan atau penyusunan model, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap analisis, dan tahap refleksi serta tahap tindak lanjut.
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru Geografi SMA Negeri
Gubug, Purwodadi.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMA Negeri I Gubug,
Purwodadi secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar Geografi
kelas XI IPS 2 pada khususnya.
c. Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar Geografi kelas XI IPS 2
yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan meliputi:
Penyusunan beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam tindakan
menggunakan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif. Instrumen
penelitian tersebut terdiri dari skenario pembelajaran, silabus, LKS, soal tes
formatif, angket proses pembelajaran, lembar observasi siswa, dan lembar kinerja
guru.
3. Tahap Tindakan/ Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah implementasi
model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif.
4. Tahap Evaluasi dan Observasi
Peneliti bertugas sebagai guru pengajar dan juga sebagai pengamat pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang dibantu oleh guru kolaborasi. Fokus pengamatan
ditekankan pada implementasi model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif
terhadap kualitas kegiatan belajar mengajar Geografi secara menyeluruh meliputi
hasil dan proses belajar siswa.
5. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses KBM, dan
penguasaan materi (nilai tes). Berdasarkan pelaksanaan tahap observasi dan
evaluasi sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi
peneliti untuk perbaikan metode pembelajaran materi pokok berikutnya.
6. Tahap Tindak Lanjut
Melakukan perbaikan pengelolaan kelas dalam pengaplikasian model
pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif. Guru perlu memberikan penguatan
kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dan aktif ketika mengikuti KBM.
Selain itu perlu strategi baru dalam mengoptimalkan potensi siswa di kelas pada
waktu mengikuti pelajaran. Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat
digambarkan dalam skema berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
SIKLUS I SIKLUS II
TINDAK LANJUT TINDAK LANJUT
GAMBAR 3. PROSEDUR PENELITIAN
Analisis:
Analisis
pelaksanaan PISK
dan evaluasi
Analisis hasil tes
Analisis dan refleksi:
Analisis
pelaksanaan format
baru dari metode
PISK
Analisis hasil tes
Refleksi untuk
perbaikan KBM
siklus selanjutnya
Perencanaan:
Penyusunan
recana
pembelajaran
PISK dan
instrumennya
Perencanaan:
Membuat format
PISK baru dengan
jumlah kelompok
sama dengan yang
awal dan divariasi.
Tindakan:
Pelaksanaan
metode PISK dg
kelompok
berjumlah 6 yang
beranggotakan 4-
7
Observasi:
Observasi
pelaksanaan
metode PISK
Observasi dan evaluasi:
Observasi
pelaksanaan PISK
yang baru
Tes formatif
Evaluasi:
Tes formatif
diberikan setelah
materi diulas
Tindakan:
Pelaksanaan format
PISK yang baru
sesuai perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di SMU Negeri I Gubug yang berlokasi di Jl. A.
Yani 171 Gubug, Grobogan.
Secara astronomi SMA Negeri I Gubug terletak pada 07 3’ 11” LS dan
110 39’14” BT. Berdasarkan letak lokasinya, SMA Negeri I Gubug berada pada
tempat yang kondusif sebagai wahana terjadinya proses belajar mengajar, karena
berada jauh dari keramaian kota sehingga ketenangan, keamanan, kenyamanan
dan ketertiban merupakan faktor yang dapat membangkitkan motivasi belajar.
SMA Negeri I Gubug dikelola oleh tenaga kependidikan yang bersama-sama
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
SMA Negeri I Gubug mempunyai fasilitas sebagai berikut: laboratorium
kimia, laboratorium biologi, laboratorium komputer, lapangan basket, parkir,
perpustakaan, ruang BK, koperasi, dan gudang. Di sekeliling SMA Negeri I
Gubug ini hanya terdapat hamparan sawah, sehingga suasananya cukup
mendukung untuk belajar. Ruang kelas di SMA Negeri I terdiri dari 5 ruang kelas
XII meliputi 3 kelas IPA dan 2 kelas IPS, 5 ruang kelas XI meliputi 3 kelas IPA
dan 2 kelas IPS, dan 5 ruang kelas X.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di kelas XI IPS 2 yang terletak di
sebelah utara menghadap ke selatan. Di depan kelas terdapat whiteboard selain itu
juga terdapat meja dan kursi guru. Dinding terdapat jendela kaca sehingga
membuat ruangan kelas menjadi lebih terang dan membuat suasananya terasa
menyenangkan. Kelas ini tertata rapi, bersih, dan mendapatkan sinar matahari
yang cukup serta pergantian udara yang baik sehingga kelas ini cukup sehat dan
nyaman untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 4. Lokasi SMA Negeri I Gubug
Gambar 5. Kelas XI IPS 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal
Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru dalam menyampaikan materi geografi di kelas XI IPS 2 SMA
Negeri I Gubug. Siswa kelas XI IPS 2 mempunyai karekteristik dan tingkat
kecerdasan beraneka ragam. Cara menyerap materi pelajaran juga bermacam-
macam. Diantara siswa juga masih suka bermain dan bercerita saat pelajaran
berlangsung. Terdapat beberapa masalah yang mendorong untuk pelaksanaan
observasi. Salah satunya adalah metode pelajaran yang diterapkan oleh guru
monoton yaitu hafalan, sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran
Geografi. Hal ini menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar Geografi.
Siswa kelas IPS sebagian besar tidak aktif dalam pembelajaran, mereka
cenderung diam tetapi tidak memperhatikan penjelasan guru yang sedang
mengajar di depan kelas. Ada juga siswa yang duduk di belakang biasanya ramai
dan membuat gaduh suasana kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa
rendahnya hasil belajar siswa yang belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan.
Tabel 4. Nilai Tes Siswa Kelas XI IPS 2
Kategori Frekuensi Persen Rata-rata kelas
Tuntas 25 siswa 62, 5
63, 3 Belum Tuntas 15 siswa 37, 5
Sumber : Data Primer PTK 2009/2010
Berdasarkan penyebaran angket pada siswa kelas XI IPS 2 diperoleh data
mengenai pembelajaran geografi yang materinya cenderung hafalan dan guru
menjadi pusat utama sebagai pemberi materi, sehingga aktivitas dan kreativitas
belajar siswa terhambat dan interaksi antar siswa ketika proses pembelajaran
hampir tidak ada. Guru jarang membentuk kelompok diskusi, padahal secara
umum dapat merubah suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan siswa dapat
belajar mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan dan belajar untuk bisa
bekerjasama. Penulis mencoba mengaplikasikan model baru yaitu model
pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif. Model pembelajaran Interaktif Setting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kooperatif menekankan pada interaksi siswa sehingga siswa dapat
berkomunikasi antar siswa dalam berkelompok.
C. Deskripsi Hasil Siklus I
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti menerapkan dua
siklus pembelajaran dengan model pembelajaran yang sama pada tiap
siklusnya.
1. Perencanaan Siklus I
Pada tahap ini penulis mengambil silabus geografi yang ada dengan
materi pokok Sumber Daya Alam di Indonesia. Guru menyiapkan satuan
pembelajaran dan rencana pembelajaran untuk satu siklus, menyiapkan materi
serta kisi-kisinya dan menyediakan instrumen yang diperlukan selama siklus I
antara lain yaitu lembar observasi siswa, lembar observasi kinerja guru oleh
guru kolaborasi dan oleh siswa serta soal tes siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan I
Pada pelaksanaan tindakan I peneliti menerapkan model pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif. Untuk mengawali guru melakukan perkenalan
dan pengarahan pada siswa. Jadi siswa mengetahui secara lebih jelas tentang
proses dan pembelajaran tersebut. Uraian proses pembelajaran dengan Model
Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif, sebagai berikut :
a. Pengantar atau mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok
Pembagian kelompok didasarkan pada keheterogenan nilai ulangan harian
pada materi sebelumnya yang dibuat merata dari range nilai paling baik,
sedang dan yang terendah. Kelompok Interaktif Setting Kooperatif terbagi
menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6-7 orang siswa.
Topik yang didiskusikan adalah berupa kisi-kisi tentang Sumber Daya
Alam di Indonesia.
Kelompok I :
- Pengertian Sumber Daya Alam
- Manfaat Sumber Daya Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kelompok II :
- Sumber Daya Alam berdasarkan bagian atau yang dapat
dimanfaatkan
Kelompok III :
- Bahan galian menurut kepentingan negara
Kelompok IV :
- Persebaran tanaman padi di Indonesia
- Jenis-jenis tanaman perkebunan
Kelompok V :
- Terbentuknya minyak bumi
- Keunggulan minyak bumi dan gas alam
Kelompok VI :
- Proses pengarangan batu bara
- Batu bara berdasarkan kadar arangnya.
b. Aktifitas atau fase pemecahan masalah
Pada tahap ini setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan kontribusinya
terhadap kelompoknya masing-masing kemudian setiap kelompok
memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas. Agar
tugas belajar lebih terarah dengan baik maka peneliti membuat skenario
pembelajaran sebagai berikut :
- Siklus I
KBM Pertemuan 2, waktu (2x45’) Senin, 23 Nopember 2009
(a) Pemberian dan penjelasan materi PISK dan kisi-kisinya (5’)
(b) Presentasi kelompok investigasi (25’)
(c) Tanggapan guru terhadap materi dan hasil diskusi kelas serta
kesimpulan (15’)
(d) Guru kolaborasi menilai siswa pada saat diskusi sedang
berlangsung dibantu oleh penulis (15’)
(e) Pelaksanaan tes siklus I (25’)
(f) Pengumpulan lembar jawab tes dan penutup (5’)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisa, mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Setiap anggota
kelompok memberikan kontribusi, saling tukar menukar informasi dan
mengumpulkan ide-ide tersebut menjadi satu kesimpulan.
c. Fase presentasi hasil kerja kelompok dan meringkas
Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian semua bagian menjadi
keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap
kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan
tentang laporan hasil penyelidikannya kemudian setiap anggotanya
mendengarkannya. Setiap kelompok telah siap memberikan hasil di depan
kelas dalam bentuk presentasi secara keseluruhan. Terdapat 3 orang
penanya yaitu:
1) Riyan bertanya pada kelompok I tentang daerah pertanian potensial
dapat menjadi sumber daya alam yang tinggi nilainya
Kelompok I menjawab : tanah yang diolah dengan baik seperti
pemberian pupuk yang alami tanpa ada bahan kimia akan menjadikan
tanah tersebut subur sehingga dapat dijadikan pertanian. Pemanfaatan
tersebut dapat dikatakan sumber daya alam yang tinggi nilainya.
Pemanfaatan tanah dengan porsi yang baik akan menjadikan tanah
tersebut berpotensi baik.
2) Frengki bertanya kelompok II tentang maksud sumber daya alam
ruang.
Kelompok II menjawab : Di kota-kota besar seperti Jakarta lahannya
dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat, pabrik-pabrik serta
pemukiman. Contoh itu dikategorikan menjadi sumber daya alam
ruang. Tata kota yang penuh dengan gedung-gedung sehingga kita
akan kesulitan untuk mencari ruang yang kosong.
Pandangan akhir guru :
Untuk kelompok I bahwa tanah yang diolah dengan baik seperti
penggunaan alat-alat tani serta pupuk tanpa bahan kimia akan
menjadikan tanah dapat berreproduksi dengan baik. Artinya tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
akan dapat memperbaharui sendiri sehingga tanah berpotensi baik
untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, dan perhutanan. Hal ini
tanah akan mempunyai nilai potensi yang tinggi.
Untuk kelompok II tentang Jakarta jumlah penduduk yang besar dan
padat serta setiap tahun banyak yang mengadu nasib di sana, sumber
daya alam ruang semakin sulit diperoleh. Kalaupun ada ruang mesti
terdapat hambatan seperti lingkungan yang kumuh dan banjir.
d. Penilaian unit materi
Pada tahap ini setiap siswa memberikan tanggapan dari masing-
masing materi yang disajikan tiap kelompok. Guru dan siswa yang lain
berkolaborasi menilai proses belajar sehingga semua siswa diharapkan
menguasai semua materi yang disajikan. Serta menilai kinerja siswa dan
kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pelaksanaan siklus diakhiri dengan pemberian ulangan
harian dan penilaian siswa oleh guru kolaborasi. Pelaksanaan tindakan ini
terdiri atas I tatap muka. Setiap tatap muka mempunyai alokasi waktu
sebanyak 45 menit.
e. Pemberian postest atau pemberian pekerjaan rumah
Pada tahap ini para siswa akan diberi soal-soal yang bersangkutan
dengan materi yang sudah didiskusikan. Siswa diberi waktu 20 menit
untuk mengerjakan soal tersebut. Soal terdiri dari 15 soal objektif.
3. Observasi dan Evaluasi Siklus I
Dari hasil pembelajaran siklus tindakan-tindakan yang kurang
mengenai sasaran adalah situasi kelas yang belum betul-betul tenang, sistem
perubahan tempat duduk. Selama KBM berlangsung siswa agak
memperhatikan pelajaran yang dibahas dalam diskusi dan siswa sering
mengabaikan arahan dari guru. Selain itu siswa jarang bertanya dan
berpendapat tentang materi yang didiskusikan. Secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut di bawah ini :
a. Jumlah siswa yang bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti diperoleh temuan bahwa
pada awal pembelajaran, siswa kurang antusias dan kurang respon pada
pelajaran. Hal ini terbukti masih jarang siswa aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru dan dalam proses diskusipun siswa juga jarang
mengeluarkan ide atau pendapat yang membangun untuk kelompok lain,
hanya 2 orang.
b. Penilaian Kinerja Guru oleh Guru Kolaborasi
Dari hasil observasi melalui lembar kinerja guru dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru dalam pembelajaran harus ditingkatkan kembali karena masih
ada kekurangan yang harus diperbaiki.
Tindakan-tindakan yang kurang mengenai sasaran adalah sebagai berikut :
1. Sebanyak 50% dari 40 siswa menyatakan kurang dimengerti
materinya dalam kegiatan pembelajaran interaktif setting
kooperatif. Sedangkan siswa yang menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran interaktif setting kooperatif cukup dimengerti
sebanyak 37,5%.
2. Sebanyak 47,5% dari 40 siswa menyatakan bahwa pembelajaran
yang disertai diskusi kurang menarik. Sedangkan siswa yang
menyatakan pembelajaran disertai diskusi cukup menarik sebanyak
45%.
3. Sebanyak 85 % dari 40 siswa menyatakan model PISK kurang
menghidupkan suasana pembelajaran. Sedangkan siswa yang
menyatakan cukup menghidupkan suasana pembelajaran sebanyak
15 %.
4. Sebanyak 70 % dari 40 siswa menyatakan bahwa guru kurang
dalam penyampaian materi. Sedangkan siswa yang menyatakan
guru cukup dalam penyampaian materinya sebanyak 30 %.
5. Sebanyak 62,5 % dari 40 siswa menyatakan bahwa kondisi guru
kurang baik saat melakukan pembelajaran. Sedangkan siswa yang
menyatakan bahwa kondisi guru cukup baik saat melakukan
pembelajaran sebanyak 25%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
6. Sebanyak 50 % dari 40 siswa menyatakan bahwa penampilan guru
kurang baik ketika melakukan pembelajaran. Sedangkan siswa
yang menyatakan penampilan guru cukup baik ketika melakukan
pembelajaran sebanyak 42,5 %.
7. Sebanyak 62,5 % dari 40 siswa menyatakan volume suara guru
cukup baik pada saat mengajar di kelas. Sedangkan siswa yang
menyatakan volume suara guru kurang keras pada saat menhajar di
kelas sebanyak 37,5 %.
8. Sebanyak 62,5 % dari 40 siswa menyatakan kecepatan suara guru
cukup pada saat mengajar di kelas. Sedangkan siswa yang
menyatakan kecepatan suara guru kurang pada saat mengajar di
kelas sebanyak 25 %.
9. Sebanyak 50 % dari 40 siswa menyatakan tata bahasa guru cukup
saat mengajar. Sedangkan siswa yang menyatakan tata bahasa
cukup saat mengajar sebanyak 40 %.
10. Sebanyak 55 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru kurang
dalam menggunakan media dalam pembelajaran. Sedangkan siswa
yang menyatakan bahwa intensitas guru cukup sebanyak 27,5 %.
11. Sebanyak 60 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru kurang
dalam memberiakan pujian, motivasi, dan hadiah kepada siswa
pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangakan siswa yang
menyatakan intensitas guru cukup dalam memberiakan pujian,
motivasi, dan hadiah kepada siswa pada saat pembelajaran
berlangsung sebanyak 25%.
12. Sebanyak 50% dari 40 siswa menyatakan guru kurang dalam
menanggapi siswa yang bertanya. Sedangkan siswa yang
menyatakan guru cukup dalam menanggapi siswa yang bertanya
sebanyak 27,5 %.
13. Sebanyak 47,5 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru kurang
dalam memberikan humor dalam pembelajaran agar suasana tidak
tegang. Sedangakan siswa yang menyatakan intensitas guru cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dalam memberikan humor dalam pembelajaran agar suasana tidak
tegang sebanyak 27,5%.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa kekurangan guru terletak
pada kemampuan guru dalam menjelaskan, kemampuan guru
mengorganisasikan siswa dan persiapan instrumen sudah cukup baik.
c. Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran oleh Siswa.
Pandangan siswa terhadap kinerja guru dalam pembelajaran belum
memuaskan. Hal ini dikarenakan kurangnya menguasai model PISK. Di
setiap proses pembelajarannya guru cenderung hafalan dan hanya
menerangkan di depan. Guru yang menjadi pusat utama dalam
penyampaian materi sehingga siswa menjadi malas saat diskusi. Siswa
menjadi enggan bertanya dan mengemukakan pendapat. Siswa menjadi
malu saat presentasi di depan teman-temannya sendiri. Volume guru yang
kurang jelas, karena banyaknya siswa yang gaduh sendiri menyebabkan
materi yang disampaikan kurang jelas.
2 Analisis dan Refleksi Siklus I
Setelah peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ditemukan
beberapa data yang sinkron antara pencapaian nilai tes siswa, skor siswa,
pengamatan kinerja guru kolaborasi dan tanggapan siswa terhadap kinerja
guru. Data yang singkron tersebut adalah :
a. Nilai Tes Siswa
Nilai tes siklus I diperoleh dari pemberian tes kepada siswa setelah
akhir pembelajaran. Jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan nilai
tes adalah 70 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pencapaian
nilai tes sebesar 30 %. Untuk indikator kinerja ketuntasan nilai tes siswa
harus mencapai 80% berarti tujuan dari pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif pada
Siklus I belum tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 5. Nilai Tes Siswa Kelas XI IPS 2 Pada Siklus I
Kategori Frekuensi Persen Rata-rata Kelas
Tuntas 28 siswa 70
69, 6 Belum Tuntas 12 siswa 30
Sumber : Data Primer PTK 2009/2010
0
5
10
15
20
25
30
TES AWAL SIKLUS I
TUNTAS
BELUM TUNTAS
Gambar 6. Frekuensi Ketuntasan nilai tes kondisi awal dan siklus I
b. Hasil Pengamatan Guru Kolaborasi Terhadap Kinerja Guru
Ditemukan beberapa hal utama yang menyangkut kinerja guru pada siklus
I yang perlu diperbaiki agar tujuan pembelajaran tercapai adalah :
1. Pada awal model PISK ini diterapkan dalam persiapan guru
kolaborasi cukup dalam pembuatan RPP.
2. Dalam membuka pelajaran guru kurang.
3. Guru kurang menjelaskan model PISK.
4. Penggunaan media pembelajaran sangat kurang sehingga siswa
tidak memahami materi.
5. Dalam mengendalikan suasana, guru cukup menjadikan suasana
menjadi kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
6. Kurangnya guru menstimulus siswa untuk menemukan konsep
berdasarkan fenomena yang ada (masalah)
7. Guru sangat kurang memberikan pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan pemahaman konsep yang dijelaskan.
8. Guru cukup memberikan pujian bagi siswa yang menjawab
pertanyaan yang diberikan.
9. Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi.
10. Guru kurang memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah.
11. Guru kurang menumbuhkan tanggungjawab kepada siswa dalam
belajar maupun menyelesaikan tugas/PR.
12. Guru sangat kurang mempersiapkan instrumen evaluasi.
13. Guru cukup memberikan penekanan pada hal-hal yang penting
selama pelajaran maupun akhir pelajaran.
14. Guru cukup menumbuhkan semangat kerjasama siswa dalam
belajar.
15. Guru cukup dalam bekerjasama dengan guru kolaborasi untuk
mengawasi jalannya post tes.
16. Guru sangat kurang memberikan post tes.
17. Dalam menutup pelajaran guru kurang menyampaikan kesimpulan
dari materi yang diberikan.
Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah secara proses
kinerja guru belum baik menyababkan prestasi siswa (tujuan
pembelajaran) belum tercapai pada siklus I.
c. Tanggapan Siswa terhadap Kinerja Guru
Tanggapan siswa tentang materi yang disampaikan guru belum jelas
sinkron dengan hasil pengamatan guru kolaborasi. Tanggapan siswa
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pendapat siswa terhadap pembelajaran interaktif setting kooperatif
Tanggapan siswa tentang PISK adalah kurang jelasnya keterangan
yang diberikan guru membuat siswa kurang berminat mengikuti
pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Pembelajaran yang disertai diskusi.
Siswa kurang berpatisipasi dalam diskusi. Siswa hanya terbiasa
dengan metode hafalan dan guru yang menerangkan sehingga siswa
kurang aktif dalam diskusi.
3) Model PISK dapat menghidupkan suasana pembelajaran.
Siswa yang kurang terbiasa dengan diskusi menyebabkan suasana
pembelajaran kurang hidup. Banyak siswa yang gaduh sendiri
sehingga suasana tidak berjalan sebagaimana mestinya.
4) Penyampaian materi oleh guru.
Guru kurang jelas menyampaikan materi, hal ini mungkin disebabkan
karena guru kurang memahami tujuan model PISK.
5) Kondisi guru saat melakukan pembelajaran
Kondisi guru yang tegang menyebabkan siswa tidak mengindahkan
keterangan yang diberikan. Hal ini menyebabkan diskusi menjadi
gaduh.
6) Penampilan guru ketika melakukan pembelajaran
Penampilan guru rapi dan sopan.
7) Volume suara guru yang terlalu keras
Dengan suara guru yang terlalu keras akan menghambat siswa dalam
memahami materi yang tengah dijelaskan oleh guru.
8) Suara guru yang terlalu cepat pada saat menerangkan
Dengan suara yang terlalu cepat siswa sulit untuk memahami materi
yang diterangkan oleh guru.
9) Kedisiplinan guru ketika melakukan pembelajaran.
Guru kurang disiplin, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang ijin
keluar kebelakang.
10) Guru jarang menggunakan media pembelajaran
Penggunaan media yang tidak optimal akan mempengaruhi
kepahaman siswa terhadap materi. Materi yang tidak hanya cukup
diungkapkan secara verbalis tetapi juga perlu visualisasi agar mudah
ditangkap oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
11) Guru jarang memberikan humor/ice breaking pada saat pembelajaran.
Humor akan mengubah susasana yang tegang menjadi cair, santai dan
menyenangkan.
12) Guru belum baik dalam menanggapi pertanyaan siswa
Hal ini sinkron dengan pernyataan guru kolaborasi bahwa guru belum
baik dalam menggangapi pertanyaan siswa. Diperkirakan guru belum
melakukan persiapan yang matang ketika akan mengajar dan literatur
bacaan guru harus ditambah.
13) Guru jarang memberi motivasi dan reward pada siswa pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.
Dalam memandu siswa berdiskusi dalam pembelajaran, pemberian
reward dan motivasi akan meningkatkan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran yang berimbas pada pembelajaran akan
semakin hidup.
Dari uraian refleksi di atas dapat disimpulkan bahwa belum
berhasilnya pembelajaran siklus I adalah kurang mampunya guru dalam
menjelaskan pelajaran, kurang mampunya guru dalam mengorganisasikan
siswa dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan, maka
perlu adanya tindak lanjut sebagai bentuk perbaikan pembelajaran di
siklus I. Bentuk perbaikan tersebut adalah penggunaan Model
Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif ditambah dengan pemberian
ice breaking dan reward kompetisi.
3 Tindak Lanjut
Menurut dari hasil analisis dan refleksi siklus I sesuai pengamatan guru
kolaborasi dan siswa terhadap kinerja guru ternyata terdapat kekurangan,
maka penulis membuat alternatif solusi berupa pemberian ice breaking dan
reward kompetisi. Adapun detail langkah-langkah tindak lanjut ke siklus II
adalah sebagai berikut :
a. Guru meningkatkan kemampuan menjelaskan materi dengan mengurangi
volume suara dan kecepatan suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Guru harus mampu memandu siswa berdiskusi dengan baik. Guru sering-
sering memberikan motivasi dan reward kompetisi agar suasana
pembelajaran lebih hidup.
c. Agar suasana pembelajaran lebih menyenagkan guru hendaknya
menyelipkan humor/ice breaking di sela-sela pembelajaran, kurangi
ketegangan dalam mengorganisasikan siswa.
d. Agar siswa memahami dan fokus pada pembelajaran sebaiknya guru
mengoptimalkan papan tulis sebagai media visualisasi materi.
e. Guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan
pembelajaran di kelas dan memperbanyak referensi dan literatur bacaan
yang mendukung pembelajaran.
D. Kegiatan Tindakan II
1. Perencanaan Tindakan 2
Pada tahap ini penulis menyusun silabus Geografi dengan materi
pokok Sumber Daya Alam di Indonesia dan yang tujuannya yaitu siswa dapat
menyebutkan kerusakan sumber daya alam, siswa dapat mendeskripsikan
pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan, siswa dapat mendeskripsikan pengelolaan sumber daya
alam berdasarkan prinsip mengurangi, dan siswa dapat mendeskripsikan
pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip daur ulang.
Pada kegiatan ini guru berpedoman pada LKS, untuk mengetahui
keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar siswa, digunakan lembar
observasi siswa, lembar observasi kinerja guru soal-soal serta satuan rencana
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan 2
Pada pelaksanaan tindakan II peneliti menerapkan tindakan perbaikan
dari hasil refleksi dan evaluasi dan refleksi pada siklus I.
Langkah perbaikan tersebut adalah :
a. Guru meningkatkan kemampuan menjelaskan materi dengan mengurangi
volume suara dan kecepatan suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Guru harus mampu memandu siswa berdiskusi dengan baik. Guru sering-
sering memberikan motivasi dan reward kompetisi agar suasana
pembelajaran lebih hidup.
c. Agar suasana pembelajaran lebih menyenangkan guru hendaknya
menyelipkan humor/ice breaking di sela-sela pembelajaran, kurangi
ketegangan dalam mengorganisasikan siswa.
d. Agar siswa memahami dan fokus pada pembelajaran sebaiknya guru
mengoptimalkan papan tulis sebagai media visualisasi materi
e. Guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan
pembelajaran di kelas dan memperbanyaknya referensi dan literatur
bacaan yang mendukung pembelajaran.
Uraian proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Interaktif Setting
Kooperatif sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan Topik dan pembentukan kelompok
Formasi kelompok Model Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif tetap
terdiri dari 6 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 6-7 orang
siswa. Hal ini dilakukan oleh penulis karena siswa lebih mudah
beradaptasi dengan temannya yang pada siklus I sudah menjadi satu
kelompok, hal ini dirasa dapat meningkatkan kerjasama mereka.
Sedangkan kisi-kisi materi yang disediakan guru pada siklus II adalah
sebagai berikut :
Kelompok I :
- Kerusakan Sumber Daya Alam
- Macam-macam pencemaran
Kelompok II :
- Kelestarian Sumber Daya Alam
- Penghijauan dan reboisasi.
Kelompok III :
- Pengolahan Air Limbah
Kelompok IV :
- Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kelompok V :
- Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur Ulang
Kelompok VI :
- Pemanfaatan Sumber Daya Alam Barang Tambang
b. Merencanakan Tugas Belajar.
Pada tahap ini setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan kontribusinya
terhadap investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap
kelompok memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas.
Setiap siswa ditugasi untuk menyelidiki lebih mendalam pada materi yang
ada. Agar tugas belajar lebih terarah dengan baik maka peneliti membuat
skenario pembelajaran sebagai berikut :
- Siklus II
KBM pertemuan I. Waktu 2x45’. Kamis, 26 Nopember 2009
(a) Pembagian materi dan kisi-kisi topik Model Pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif pada setiap kelompok. Selanjutnya
dilanjutkan dengan diskusi bahan dari buku paket, LKS dan
referensi lain yang mendukung.(5’)
(b) Presentasi kelompok hasil investigasi di kelas. (25’)
(c) Guru Kolaborasi mengamati siswa pada saat pembelajaran
berlangsung dibantu oleh peneliti. Selama diskusi
berlangsung.(15’)
(d) Guru menanggapi dan menyimpulkan hasil diskusi kelas. (15)
(e) Pelaksanaan Tes siklus II. (25’)
(f) Pengumpulan lembar jawab tes dan penutup. (5’)
c. Fase pemecahan masalah
Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisa, mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Setiap anggota
kelompok memberikan kontribusi, saling tukar-menukar informasi dan
mengumpulkan ide-ide tersebut menjadi satu kesimpulan.
d. Mempresentasikan hasil akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Setiap kelompok menunjuk salah satu temannya untuk mewakili maju ke
depan untuk mempresentasikan hasil diskusi.
e. Penilaian tiap materi
Pada tahap ini setiap siswa memberikan tanggapan dari masing-masing
materi yang disajikan tiap kelompok. Sedangkan guru dan siswa yang lain
berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa
diharapkan menguasai semua materi yang disajikan.
f. Pemberian postest atau pekerjaan rumah
Kegiatan pelaksanaan siklus diakhiri dengan pemberian tes soal siklus II
dan penilaian kinerja siswa oleh guru kolaborasi. Pelaksanaan tindakan ini
terdiri atas 1 tatap muka. Setiap tatap muka mempunyai alokasi waktu
sebanyak 45 menit. Dan penulis memberikan lembar observasi kinerja
guru pada siswa dan dikumpulkan setelah istirahat pertama selesai.
3. Observasi dan Evaluasi Tindakan 2
Kegiatan pembelajaran pada siklus I mendapatkan beberapa temuan yaitu :
selama KBM berlangsung siswa sudah memperhatikan pelajaran yang dibahas
karena mereka tertarik dengan sistem kompetisi yang dibuat oleh guru. Dalam
diskusi siswa jarang yang keluar masuk di sela-sela pelajaran dan suasana
gaduh agak berkurang karena siswa sudah tertarik pada sistem kompetisi dan
pemberian reward oleh guru. Selain itu siswa sudah banyak yang berani
bertanya, mengungkapkan pendapatnya dan memberikan saran/kritik kepada
kelompok lain. Secara rinci kondisi pembelajaran pada siklus II dapat
dijelaskan sebagai berikut di bawah ini :
a. Jumlah siswa yang bertanya
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, sudah mulai terlihat
adanya ketertarikan dan motivasi untuk belajar. Hal ini tampak dari
keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya dalam
diskusi yaitu ada 6 orang penanya yaitu :
1) Agus bertanya pada kelompok 1 : mengapa suara bisa dikategorikan
sebagai pencemaran suara?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Jawaban kelompok I : adalah suara yang berlebihan dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit gangguan syaraf, gangguan
pendengaran dan lain-lainnya.
2) Nining bertanya pada kelompok I tentang banyak di kota-kota besar
penduduknya tinggal di pinggir-pinggir sungai. Apakah setiap mereka
menyuci baju,sabun deterjennya menyebabkan pencemaran?
Kelompok VI membantu menjawab bahwa busa sabun sulit
dinetralkan, sehingga sungai yang mereka gunakan akan tercemar dan
tidak baik untuk minum.
3) Ukhty bertanya pada kelompok III : bahayanya apa kok air limbah
harus diolah?
Kelompok III menjawab : air limbah itu berbahaya dapat
menyebabkan penyakit kolera, disentri dan tipes, selain itu biotik yang
berada diperairan dapat terganggu karena keracunan.
4) Sumber daya alam apa sajakah yang harus berdasarkan prinsip
mengurangi?
Kelompok IV menjawab : tentu saja banyak sekali seperti hutan,
bahan-bahan tambang, air juga bisa. Kalau hutan kita tidak
mengurangi atau tambal sulam akan terjadi banjir. Contoh tambal
sulam dengan cara menanam kembali apa yang sudah kita ambil.
Bahan-bahan tambang kalau kita tidak kurangi pengambilannya bisa
habis karena termasuk sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui.
5) Mengapa sampah perlu adanya daur ulang ?
Kelompok V menjawab : dalam usahanya mengurangi sampah maka
dari itu satu-satunya jalan adalah mendaur ulang sampah menjadi
beberapa jenis barang yang berharga dan berguna bagi manusia,
misalnya daun-daun mati bisa diolah menjadi pupuk, plastik-plastik
yang tidak diurai oleh dapat dapat dijadikan barang-barang seperti tas
dan lain sebagainya.
b. Penilaian kinerja guru oleh guru kolaborasi adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dari hasil pengamatan guru kolaborasi melalui lembar observasi kinerja
guru Siklus II dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran
sudah mengalami peningkatan. Secara rinci penilaian guru kolaborasi
terhadap guru Siklus II adalah sebagai berikut :
1. Pada awal model PISK ini diterapkan dalam persiapan guru
kolaborasi baik dalam pembuatan RPP.
2. Guru sangat baik dalam membuka pelajaran.
3. Guru sangat baik menjelaskan model PISK.
4. Penggunaan media pembelajaran baik sehingga siswa tidak
memahami materi.
5. Dalam mengendalikan suasana, guru baik menjadikan suasana
menjadi kondusif.
6. Baiknya guru menstimulus siswa untuk menemukan konsep
berdasarkan fenomena yang ada (masalah)
7. Guru sangat baik memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan
dengan pemahaman konsep yang dijelaskan.
8. Guru sangat baik memberikan pujian bagi siswa yang menjawab
pertanyaan yang diberikan.
9. Guru baik jelas dalam menyampaikan materi.
10. Guru sangat baik memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah.
11. Guru cukup menumbuhkan tanggungjawab kepada siswa dalam
belajar maupun menyelesaikan tugas/PR.
12. Guru sangat baik mempersiapkan instrumen evaluasi.
13. Guru baik memberikan penekanan pada hal-hal yang penting
selama pelajaran maupun akhir pelajaran.
14. Guru baik menumbuhkan semangat kerjasama siswa dalam belajar.
15. Guru cukup dalam bekerjasama dengan kolaborasi untuk
mengawasi jalannya post tes.
16. Guru sangat baik memberikan post tes.
17. Dalam menutup pelajaran guru sangat baik dalam menyampaikan
kesimpulan dari materi yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pada siklus I
sudah diperbaiki pada siklus II dan mengalami peningkatan.
Kemampuan guru dalam menjelaskan sudah baik. Kemampuan
mengorganisasi dan memandu diskusi siswa sudah baik. Media papan
tulis sudah dioptimalkan sebagai visualisasi materi.
c. Penilaian kinerja guru dalam pembelajaran oleh siswa
Pandangan siswa terhadap kinerja guru dalam pembelajaran mengalami
peningkatan. Hal itu terlihat dalam hasil pengamatan siswa melalui lembar
observasi kinerja guru sebagai berikut ini :
1. Sebanyak 50% dari 40 siswa menyatakan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran interaktif setting kooperatif baik. Sedangkan siswa
yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran interaktif setting
kooperatif cukup dimengerti sebanyak 37,5%.
2. Sebanyak 47,5% dari 40 siswa menyatakan bahwa pembelajaran
yang disertai diskusi menarik. Sedangkan siswa yang menyatakan
pembelajaran disertai diskusi cukup menarik sebanyak 25%.
3. Sebanyak 42,5 % dari 40 siswa menyatakan model PISK
menghidupkan suasana pembelajaran. Sedangkan siswa yang
menyatakan cukup menghidupkan suasana pembelajaran sebanyak
32, 5 %.
4. Sebanyak 62, 5 % dari 40 siswa menyatakan bahwa guru baik
dalam penyampaian materi. Sedangkan siswa yang menyatakan
guru cukup dalam penyampaian materinya sebanyak 30 %.
5. Sebanyak 72,5 % dari 40 siswa menyatakan bahwa kondisi guru
baik saat melakukan pembelajaran. Sedangkan siswa yang
menyatakan bahwa kondisi guru cukup baik saat melakukan
pembelajaran sebanyak 27, 5%.
6. Sebanyak 47, 5 % dari 40 siswa menyatakan bahwa penampilan
guru baik ketika melakukan pembelajaran. Sedangkan siswa yang
menyatakan penampilan guru cukup baik ketika melakukan
pembelajaran sebanyak 27, 5 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
7. Sebanyak 62,5 % dari 40 siswa menyatakan volume suara guru
baik pada saat mengajar di kelas. Sedangkan siswa yang
menyatakan volume suara guru cukup keras pada saat mengajar di
kelas sebanyak 37,5 %.
8. Sebanyak 87, 5 % dari 40 siswa menyatakan kecepatan suara guru
baik pada saat mengajar di kelas. Sedangkan siswa yang
menyatakan kecepatan suara guru cukup pada saat mengajar di
kelas sebanyak 7, 5 %.
9. Sebanyak 45 % dari 40 siswa menyatakan tata bahasa guru baik
saat mengajar. Sedangkan siswa yang menyatakan tata bahasa
cukup saat mengajar sebanyak 32, 5%.
10. Sebanyak 62, 5 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru baik
dalam menggunakan media dalam pembelajaran. Sedangkan siswa
yang menyatakan bahwa intensitas guru cukup sebanyak 25 %.
11. Sebanyak 87, 5 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru baik
dalam memberiakan pujian, motivasi, dan hadiah kepada siswa
pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangakan siswa yang
menyatakan intensitas guru cukup dalam memberiakan pujian,
motivasi, dan hadiah kepada siswa pada saat pembelajaran
berlangsung sebanyak 12, 5%.
12. Sebanyak 67, 5% dari 40 siswa menyatakan guru baik dalam
menanggapi siswa yang bertanya. Sedangkan siswa yang
menyatakan guru cukup dalam menanggapi siswa yang bertanya
sebanyak 17, 5 %.
13. Sebanyak 75 % dari 40 siswa menyatakan intensitas guru baik
dalam memberikan humor dalam pembelajaran agar suasana tidak
tegang. Sedangakan siswa yang menyatakan intensitas guru cukup
dalam memberikan humor dalam pembelajaran agar suasana tidak
tegang sebanyak 12, 5 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Analisis dan Refleksi Tindakan 2
Sebagai refleksi dari siklus II ditemukan beberapa data yang sinkron antara
pencapaian nilai tes siswa, pengamatan kinerja guru oleh guru kolaborasi dan
tanggapan siswa terhadap kinerja guru. Data yang sinkron tersebut adalah :
a. Nilai Tes Siswa
Nilai tes siswa siklus II diperoleh dari pemberian tes obyektif kepada
siswa pada akhir siklus II. Jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan
nilai tes adalah sebesar 85 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam
pencapaian nilai tes sebesar 15 % . Untuk indikator kinerja ketuntasan
nilai tes siswa harus mencapai 80 %, berarti tujuan dari pembelajaran
dengan menggunakan model PISK pada siklus II sudah tercapai.
Tabel 6. Ketuntasan Nilai Tes Siswa Kelas XI IPS 2 pada siklus II.
Kategori Frekuensi Persen Rata-rata kelas
Tuntas 34 siswa 85 75, 3
Belum Tuntas 6 siswa 15
Sumber : data Primer PTK 2009/2010
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SIKLUS I SIKLUS II
TUNTAS
BELUM TUNTAS
Gambar 7. Frekuensi Nilai Tes Siklus I dan Siklus I
b. Hasil Pengamatan Guru Kolaborasi Terhadap Kinerja Guru
Ditemukan beberapa hal utama yang menyangkut kinerja guru pada siklus
I yang perlu diperbaiki agar tujuan pembelajaran tercapai adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Kemampuan guru dalam menjelaskan materi sudah baik.
Menurut guru kolaborasi, guru sudah jelas dalam menerangkan materi.
Hal tersebut sinkron dengan tanggapan siswa pada item 2 yang
menyatakan bahwa sebagian besar siswa menyatakan materi yang
disampaikan guru jelas hal ini disebabkan karena volume suara guru
sudah dikurangkan materi sedang atau tidak terlalu cepat.
2) Kemampuan guru memandu siswa dalam berdiskusi baik.
Meningkatnya kinerja guru dalam memandu siswa dalam berdiskusi
menyebabkan suasana pembelajaran lebih hidup. Hal tersebut sinkron
dengan tanggapan siswa dan menurut siswa guru pernah memberikan
motivasi dan reward hasil kompetisi kepada siswa yang menyebabkan
pembelajaran lebih hidup.
3) Kemampuan guru dalam mengorganisasi siswa.
Peningkatan guru dalam mengorganisasikan siswa mengakibatkan
suasana pembelajaran menyenangkan karena siswa terfokus pada
pelajaran. Salah satu tanggapan siswa yang sinkron terhadap
terorganisasinya siswa adalah karena guru sudah terlihat santai dan
rileks dalam pembelajaran, sehingga untuk mengendalikan siswa guru
mengalami kemudahan karena komunikasi yang baik. Dan guru dalam
pembelajaran pernah memberikan humor/ice breaking untuk
mencairkan suasana pembelajaran.
4) Media optimal dalam penggunaannya.
Hal ini sinkron dengan tanggapan siswa yang sebagian besar
menyatakan bahwa guru menggunakan papan tulis dan gambar dalam
menjelaskan materi pada siswa.
5) Kemampuan menanggapi pertanyaan siswa baik.
Hal ini sinkron dengan tanggapan sebagian besar siswa menyatakan
bahwa guru baik dalam menanggapi pertanyaan siswa. Diasumsikan
bahwa penyebab guru sudah bagus dalam menanggapi pertanyaan
siswa adalah persiapan guru dalam mengajar dan literatur/referensi
yang dibaca guru sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah secara
proses kinerja guru baik menyebabkan prestasi siswa (tujuan
pembelajaran) tercapai pada siklus II.
g. Tanggapan Siswa Terhadap Kinerja Guru
Tanggapan siswa tentang kinerja guru sinkron dengan hasil pengamatan
guru kolaborasi. Tanggapan siswa tersebut adalah sebagai berikut :
1) Materi yang disampaikan guru jelas.
Tanggapan siswa tentang materi yang disampaikan guru jelas sinkron
dengan pengamatan guru kolaborasi yang menyatakan bahwa guru
yang baik dalam menjelaskan materi pembelajaran.
2) Suasana pembelajaran lebih hidup.
Hal ini jika dianut mempunyai kaitan dengan pengamatan guru
kolaborasi yang menyatakan bahwa guru baik memandu siswa
berdiskusi yang sering memberikan siswa motivasi, reward hasil
kompetisi sehingga pembelajaran berlangsung seru (hidup).
3) Guru sudah tidak tegang dalam mengajar.
Dengan kondisi pembelajaran oleh guru yang rileks/santai akan
memperlancar jalannya pembelajaran. Komunikasi antara guru dan
siswa berjalan dengan baik yang menyebabkan guru mudah dalam
mengorganisasikan siswa.
4) Volume suara guru yang sedang.
Dengan suara guru yang sedang akan meningkatkan konsentrasi siswa
terhadap pembelajaran sehingga siswa dapat mamahami materi yang
dijelaskan oleh guru.
5) Suasana guru sedang pada saat menerangkan.
Dengan suara sedang memperlancar siswa menangkap materi yang
sedang dajarkan guru.
6) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Hal ini disebabkan guru memberikan humor/ice breaking disela-sela
pembelajaran, guru sudah terlihat santai/rileks dan guru sudah mampu
dalam mengorganisasikan siswa.
7) Guru menggunakan media pembelajaran.
Penggunaan media yang optimal akan mempengaruhi kepahaman
siswa terhadap materi. Materi perlu visualisasi agar mudah ditangkap
oleh siswa. Guru baik dalam menaggapi pertanyaan siswa.
Hal ini sinkron dengan pertanyaan guru kolaborasi bahwa guru baik
dalam menaggapi pertanyaan siswa. Diperkirakan guru sudah
melakukan persiapan yang matang ketika akan mengajar dan literatur
bacaan guru sudah ditambah.
8) Guru memberikan motivasi dan reward pada siswa pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.
Dalam memandu siswa berdiskusi dalam pembelajaran, pemberian
reward dan motivasi akan meningkatkan naluri kompetii siswa.
9) Guru memberikan humor/ice breaking pada saat pembelajaran.
Humor akan mengubah suasana yang tegang menjadi cair, santai dan
menyenangkan.
5. Analisis dan Refleksi Siklus II
Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif yang
divariasi dengan pemberian ice breaking dan reward kompetisi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa yang meliputi nilai tes dan keaktifan
siswa. Peningkatan tersebut adalah ketuntasan nilai tes siswa mencapai 85%.
Pencapaian tersebut sudah sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan
yaitu pencapaian ketuntasan hasil belajar sebesar 80%. Jadi pembelajaran
siklus II berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
6. Kegiatan Guru dan Siswa dalam proses pembelajaran.
Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
Tabel 7. Proses Pembelajaran Siklus I.
no Kegiatan guru Kegiatan Siswa Jumlah
Siswa Persen
1.
2.
3.
4.
Guru membuka pelajaran
Guru menjelaskan metode
Pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif
Guru menyampaikan materi
dan merangsang siswa
dengan pertanyaan
Guru memberikan tugas
Menyimak dan
memperhatikan
Memperhatikan
memperhatikan
dan menjawab
mengerjakan
15 siswa
17 siswa
20 siswa
5 siswa
23 siswa
37, 5
42, 5
50
12, 5
57, 5
Tabel 8. Proses Pembelajaran Siklus II
n
o
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Jumlah
Siswa Persen
1.
2.
3.
4.
Guru membuka pelajaran
Guru menjelaskan metode
Pembelajaran Interaktif
Setting Kooperatif
Guru menyampaikan materi
dan merangsang siswa
dengan pertanyaan
Guru memberikan tugas
Menyimak dan
memperhatikan
Memperhatikan
memperhatikan
dan menjawab
mengerjakan
35 siswa
38 siswa
38 siswa
10 siswa
36 siswa
87, 5
95
95
25
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
7. Perbandingan Kriteria Ketuntasan Minimum siswa pada kondisi awal, siklus I
dan siklus II
Tabel 9. Perbandingan KKM
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
KKM
Siswa
KKM Kelas Rata-
rata
Kelas
KKM
Siswa
KKM Kelas Rata-
rata
Kelas
KKM
Siswa
KKM Kelas Rata-
rata
Kelas
60 62,5 % dari
40 siswa
mendapatkan
nilai ≥ 60
63, 3 70 70 % dari 40
siswa
mendapatkan
nilai ≥ 70
69, 6 70 85 % dari 40
siswa
mendapatkan
nilai ≥ 70
75, 3
Kriteria ketuntasan minimum siswa pada kondisi awal pembelajaran adalah 60
dengan kriteria ketutasan minimum kelas adalah 62, 5% dari 40 siswa mendapatkan
nilai ≥ 60 dan 37,5% dari seluruh jumlah siswa mendapatkan nilai kurang dari 60.
Tingkat keberhasilan nilai pada siklus I adalah 70, sedangkan kriteria ketuntasan
minimum kelas adalah 70 % dari 40 siswa mendapatkan nilai ≥ 70 dan 30 % siswa
lainnya mendapatkan nilai kurang dari 70. Tingkat keberhasilan nilai pada siklus II
adalah 70, sedangkan kriteria ketuntasan minimum kelas adalah 85 % dari 40 siswa
mendapatkan nilai ≥ 70 dan 15 % siswa lainnya mendapatkan nilai kurang dari 70.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
TES AWAL SIKLUS I SIKLUS II
TUNTAS
BELUM TUNTAS
Gambar 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Nilai Tes Awal, Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dan hasil pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran dengan
model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif oleh peneliti pada siswa kelas
XI IPS 2 SMA Negeri I Gubug tahun pelajaran 2009/2010 dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Interaktif Setting
Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 dengan materi
pokok Sumber Daya Alam di Indonesia. (lihat halaman 66 - 67)
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis
maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar geografi.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Memperluas khasanah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca
mengenai arti pentingnya penggunaan variasi pendekatan dalam proses
belajar mengajar mata pelajaran geografi.
b. Sebagai salah satu acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian masalah ini lebih lanjut.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada kegiatan belajar
mengajar di SMA Negeri I Gubug, yakni dengan model pembelajaran
Interaktif Setting Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa hal yang perlu
peneliti sarankan, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Guru
Dalam pengajaran geografi diharapkan guru mempertimbangkan dan memilih
model pembelajan yang tepat, yaitu model pembelajaran yang dapat membuat
siswa kreatif dan interaktif. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah
model interaktif setting kooperatif, khususnya untuk menyampaikan materi
pelajaran sumber daya alam di indonesia.
2. Siswa
Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam
menyajikan model pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar geografi siswa.
3. Peneliti
a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat
mungkin terlebih dahulu menganalisa kembali perangkat pembelajaran
yang telah dibuat oleh peneliti ini untuk disesuaikan penerapannya,
terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media
pembelajaran dan hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media
pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat
penelitian tersebut dilakukan.
b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dan
dikembangkan dari variabel-variabel yang telah disebutkan di depan.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan
penelitian yang lebih mendalam. Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
________________. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
_________________. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 1996. Tes Prestasi (Fungsi dan Pembelajaran Prestasi
Belajar). Yogjakarta : Pustaka Belajar.
Budiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta ; Universitas
Sebelas Maret Press.
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Elliot, Stephen. N. 2000. Educational Phsycology : Effective Teaching,
Effective Learning. Boston : MC Graw Hill.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Hamalik Oemar. 1986. Psikologi Belajar dan Menagajar. Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
______________. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Kasbolah, Kasihani. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative diRuang-
ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Moleong, Lexy. J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pargiyo. 2000. Telaah Kurikulum Matematika SMU. Surakarta: UNS Press.
Purwoto, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta; UNS Press.
Ratumanan.T.G. 2001. " Modul Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif :
Pembelajaran Matematika". Makalah Disajikan pada Seminar Nasional
Matematika di ITS, 20 Oktober 2001.
_____________. 2000. " Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif : Arah
Baru Dalam Pengajaran Matematika". Makalah Disajikan pada Seminar
Nasional Matematika di ITS.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta : Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung : CV. Maulana.
Sutopo, H. B. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapan
dalam Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik.Bandung: Nusa Media.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
http: /psi.ut.ac.id/jurnal/82benny.htm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78