Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung...

16
Aplikasi Budaya Lumajang Pada Interior Masjid Agung K.H Anas Mahfudz Citra Maya Rusafi Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147 Abstrak Kebudayaan Lumajang pada saat ini belum banyak dikenal masyarakat luas. Hal ini dikarenakan rendahnya kepedulian masyarakat akan budaya setempat. Kebudayaan Lumajang contohnya motif batik Lumajang sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk di kembangkan. Motif dan warnanya yang khas memiliki keindahan tersendiri untuk di olah ke berbagai elemen interior. Masjid sebagai pusat budaya umat Islam memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul, edukasi dan juga pengembangan budaya. Dilihat dari fungsinya pemilihan masjid sebagai tempat pengenalan budaya Lumajang kepada masyarakat sangat optimal karena selain mengembangkan budaya Islam itu sendiri masyarakat juga bisa sekaligus mengenal budaya Lumajang. Abstract Culture Lumajang not currently widely known public. This is due to low public awareness of local culture. Culture Lumajang example Lumajang motif actually hasgreat potential to be developed. Motifs and a distinctive color has its own beauty tothe interior if the various elements. The mosque as a center of Islamic culture has a function as a gathering place, educational and cultural development. Judging from thefunction selection of the mosque as a place of cultural introduction to the communityLumajang is optimal because in addition to developing the Islamic culture of the community itself could also be well familiar with the culture Lumajang. Kata Kunci Lumajang, Masjid, Batik Lumajang Pendahuluan Latar belakang Perkembangan arsitektur masjid di Indonesia pada saat ini lebih mengarah ke arah arsitektur timur tengah. Penggunaan ornamen khas timur tengah seakan menghilangkan kekhasan budaya lokal setempat. Pada awal perkembangan Islam di indonesia arsitektur masjid masih menggunakan arsitektur lokal seperti penggunaan joglo dan ukiran khas Jawa. Di Lumajang arsitektur awal dari Masjid Agung K.H Anas Mahfudz pada awalnya juga menggunakan arsitektur tradisional. Seiring dengan perkembangannya bangunan ini

Transcript of Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung...

Page 1: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Aplikasi Budaya Lumajang Pada Interior Masjid Agung

K.H Anas Mahfudz Citra Maya Rusafi Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147

Abstrak

Kebudayaan Lumajang pada saat ini belum banyak dikenal masyarakat luas. Hal ini dikarenakan rendahnya kepedulian masyarakat akan budaya setempat. Kebudayaan Lumajang contohnya motif batik Lumajang sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk di kembangkan. Motif dan warnanya yang khas memiliki keindahan tersendiri untuk di olah ke berbagai elemen interior. Masjid sebagai pusat budaya umat Islam memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul, edukasi dan juga pengembangan budaya. Dilihat dari fungsinya pemilihan masjid sebagai tempat pengenalan budaya Lumajang kepada masyarakat sangat optimal karena selain mengembangkan budaya Islam itu sendiri masyarakat juga bisa sekaligus mengenal budaya Lumajang.

Abstract

Culture Lumajang not currently widely known public. This is due to low public awareness of local culture. Culture Lumajang example Lumajang motif actually hasgreat potential to be developed. Motifs and a distinctive color has its own beauty tothe interior if the various elements. The mosque as a center of Islamic culture has a function as a gathering place, educational and cultural development. Judging from thefunction selection of the mosque as a place of cultural introduction to the communityLumajang is optimal because in addition to developing the Islamic culture of the community itself could also be well familiar with the culture Lumajang.

Kata Kunci Lumajang, Masjid, Batik Lumajang

Pendahuluan

Latar belakang Perkembangan arsitektur masjid di Indonesia pada saat ini lebih mengarah ke arah arsitektur timur tengah. Penggunaan ornamen khas timur tengah seakan menghilangkan kekhasan budaya lokal setempat. Pada awal perkembangan Islam di indonesia arsitektur masjid masih menggunakan arsitektur lokal seperti penggunaan joglo dan ukiran khas Jawa. Di Lumajang arsitektur awal dari Masjid Agung K.H Anas Mahfudz pada awalnya juga menggunakan arsitektur tradisional. Seiring dengan perkembangannya bangunan ini

Page 2: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

di renovasi sehingga struktur bangunan awalnya sudah hilang dan digantikan dengan arsitektur modern dengan ciri khas timur tengah. Hilangnya elemn tradisional pada bangunan ini menyebabkan hilangnya ciri khas budaya lumajang.

Tujuan Makalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih bisa di kembangkan ke dalam berbagai elemen interior termasik di dalam masjid. Selain itu keberadaan elemen budaya Lumajang di dalam masjid bisa menambah ciri khas budaya sehinnga bisa lebih di ketahui oleh masyarakat luas.

Masalah Permasalahan yang dihadapi adalah bisakah budaya Lumajang di aplikasikan di dalam interior Masjid Agung K.H Anas Mahfudz? Jika iya maka sejauh mana aplikasi budaya tersebut? Apakah tidak mengganggu kegiatan ibadah yang ada di dalamnya ?.

Pembahasan Pengertian Masjid Masjid secara etimologi berarti tempat sujud, namun dalam perkembangannya juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya umat Islam untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan atau kenegaraan. Berdasarkan uraian tersebut, pengertian ruang masjid adalah sebuah tempat yang dapat menampung aktivitas umat Islam dalam menjalankan ibadah dan kegiatan kemasyarakatan. Ada beberapa hal pokok dalam merancang masjid yang tidak boleh dilanggar. Masjid harus menghadap ke arah ka'bah (kiblat). Posisi imam (pemimpin shalat) berada paling depan kemudian diikuti jamaah/makmum. Posisi makmum pria adalah di depan makmum wanita. Satu hal yang harus diperhatikan yaitu dalam masjid diharamkan adanya gambar/wujud makhluk hidup (manusia dan hewan). Hal ini untuk mencegah musyrik atau menyembah selain Allah SWT. Oleh karena itu menerangkan bahwa jalan keluar dari adanya larangan bagi umat islam untuk memvisualkan makhluk hidup sebagai motif adalah penggunaan motif geometric, seni kaligrafi dan sulur-suluran atau stilasi tumbuhan. Motif- motif tersebut mengakibatkan adanya ciri khas elemen hias pada ruang masjid. Fungsi Masjid Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:

1. Sebagai tempat beribadah.

Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya

Page 3: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna

ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan

yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping

sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai

dengan ajaran Islam.

2. Sebagai tempat menuntut ilmu.

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu

agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-

ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya

dapat diajarkan di Masjid.

3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.

Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam

mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat.

Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid

dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya.

Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.

Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk

menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula

direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah

dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu

Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.

5. Sebagai pusat kaderisasi umat.

Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid

memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan

berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan

kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil

sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA),

Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.

6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.

Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad

kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam

percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan

Page 4: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik

ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah

itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat.

Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam

segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

Langgam dan Ragam Hias Masjid Ada beberapa langgam yang sangat mempengaruhi gaya arsitektur pada bangunan masjid di dunia, diantaranya:

- Langgam Syria – Mesir (syro=egypto style) - Langgam Arab – Spanyol ( Hispano – moresque style) - Langgam Persia (Persian Style) - Langgam Turki Ustmaniah ( Ottoman style) - Langgam India (indian style) - Langgam Tiongkok (chinesse style) - Dan lain lain

Gambar 1 Contoh interior salah satu masjid di turki yang menggunakan langgam ottoman style Sumber: google.com/ottoman mosque Gambar 2 Masjid dengan Langgam Persia Sumber: google.com/persian mosque

Page 5: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Setiap langgam tersebut sedikit banyak selalu dipengaruhi oleh alam lingkungan tempatnya berada dan juga dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat setempat ssehingga terjadilah akulturasi budaya yang dianggap akan memperkaya kebudayaan Islam. Maka langgam tersebut bukanlah suatu dogma atau keharusan yang harus dianut sebab ia selalu dipengaruhi oleh ruang dan waktu sehingga jika langgam tersebut masih cocok maka masih boleh di gunakan, apabila sudah tidak cocok tidak ada larangan untuk di tinggalkan. Dengan tidak adanya larangan dalam bentuk maupun langgam yang digunakan maka Islam memberikan kita kesempatan untuk berinovasi terhadap bentukan-bentukan arsitektur maupun interior yang baru selama tidak melanggar kaidah – kaidah yang sudah dijabarkan didalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Elemen hias Islam lebih mengacu pada wujud atau jenis motif yang dipilih untuk diterapkan dalam interior bangunan khususnya masjid, sebagai sentuhan akhir yang menunjang estetika dan tentunya berdasarkan aturan-aturan Islam. Apa saja dan bagaimana wujud elemen hias Islam, bisa kita tinjau berdasarkan elemen hias masjid-masjid terdahulu terutama yang ada di dacrah tempat berkembangnya arsitektur Islam dan kemudian mcnjadi corak yang simbolis bagi arsitektur Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rochym ( 1983:153-154), elemen hias masjid tumbuh dari seni hias negara-negara tempat berkembangnya arsitektur Islam seperti Siria, Mesir, Iran, dan negara-negara Afrika Utara serta Asia Kecil. Mereka mcmpunyai kecakapan dalam bidang seni rupa. Seni hias tersebut biasa mereka terapkan pada setiap sudut rumah atau istana, misalnya pada mebel, alat-alat rumah tangga (jambanaan, alat rias dan lampu) maupun hiasan ruangan (permadani dan bantal-bantal). Kekayaan seni budaya tradisional negara-negara tersebut akhirnya menjadi dasar bagi seni hias di jaman setelah datangnya agama Islam.

Gambar 3 Salah satu ragam hias dalam masjid Pola arabesque Sumber: google.com/arabesque

Page 6: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Budaya Lumajang Kota Lumajang terletak di Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan kota Malang,Probolinggo dan Jember. Memiliki luas wilayah 17790,90 Km dibagi menjadi 21 kecamatan. Kondisi iklim lumajang termasuk sejuk karena berada di daerah dataran tinggi. Berbatasan langsung dengan gunung semeru dan pegunungan tengger membuat kondisi lahan di daerah ini sangat subur sehingga memiliki potensi alam,perkebunan dan Ikon dari kota lumajang adalah buah pisang agung yang hanya tumbuh di kota ini. Selain itu potensi alam yang lain yaitu pasir besi, kayu2an,batu koral laut sangat melimpah dikota ini sehingga bisa dijadikan lahan penghasilan oleh masyarakat. Kondisi kota lumajang yang terapit 3 kota sekaligus membuat posisi kota ini sedikit ’terjepit’ sehingga sedikit sulit untuk di eksplor. Namun saat ini pemerintahan sudah gencar mempromosikan pariwisata dan potensi lain tentang lumajang kepada masyarakat luas. Hal ini ditandai dengan adanya acara ’Visit Lumajang’ yang sudah berjalan selama 2 tahun yang digagas oleh Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lumajang. Batik kota Lumajang awalnya dikembangkan oleh Bapak Munir di daerah Kunir, Lumajang. Beliau mengembangkan batik kota lumajang sudah sejak tahun 1960. Dibekali keahlian membatik yang beliau dapat dari kota Sidoarjo beliau mulai merintis usaha batik di lumajang dengan memberdayakan pemuda-pemudi di lingkungannya.

Gambar 4 Pola Batik Khas Lumajang Sumber: anaksemeru.blogspot.com

Pada awalnya beliau membuat pola yang konvensional seperti batik-batik pada umumnya, namun seiring dengan berkembangnya usaha batik tersebut motif mulai dikembangkan dengan memasukkan cirri khas kota Lumajang ke dalam motif batik. Saat ini yang menjadi cirri khas motif batik Lumajang adalah motif pisang, burung penglor, gelombang samudro, dan sulur-suluran. Warna yang digunakan sebagai cirri khas adalah warna turquoise yang diyakini sebagai warna kota lumajang. Masjid Agung K.H Anas Mahfudz Masjid agung K.H Anas Mahfudz ini berada di kota Lumajang dan berperan sebagai Masjid Agung kota. Terletak di pusat kota tepatnya sebelah barat alun – alun kota Lumajang sehingga menjadi tempat yang strategis untuk melakukan kegiatan ibadah.

Page 7: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Diawali dengan didirikannya sebuah masjid kecil di sebelah barat alun – alun kota oleh laskar diponegoro pada tahun 1825 M. setelah itu pada tahun 1968 dilakukan perluasan oleh Bupati Subowo yang awalnya menempati 1 kapling lahan diperluas menjadi 3 kapling lahan. Setelah perluasan dilakukan, pada tahun 1987 masa kepemimpinan Bupati karsid dilakukan pemugaran total, dari awalnya bangunan masjid jawa kuno lengkap dengan atap joglo menjadi bangunan masjid modern dengan atap kubah setengah lingkaran. Pada masa pemerintahan H.Syamsi Ridwan (1988 – 1993) ditambahkan menara di sebelah utara masjid. Pada masa pemerintahan Bupati Tamrin Hariaydi (1993-1998) dilakukan peresmian nama Masjid Agung Lumajang yang pada masa sebelumnya dikenal sebagai Masjid Jami’. Setelah itu pada tahun 2002 – 2003 dilakukan renovasi besar- besaran oleh Bupati Fauzi. Renovasi dilakukan dengan perubahan tampilan fasad depan masjid dan penambahan menara di sebelah selatan masjid.Selain itu juga terjadi perubahan nama dari Masjid Agung Lumajang menjadi Masjid Agung K.H. Anas Mahfudz. Penamaan masjid agung ini diambil dari nama ulama yang berpengaruh di Lumajang yaitu K.H Anas Mahfudz. Beliau merupakan perintis didirikannya masjid agung sekaligur perawat masjid setelah didirikannya masjid oleh Laskar Diponegoro. Penerus K.H Anas Mahfudz sampai saat ini masih menjadi pengurus ( takmir ) dari masjid ini. Pengguna atau pengunjung dari masjid ini adalah masyarakat sekitar yang berniat melakukan kegiatan ibadah seperti sholat fardu’ dan sholat jum’at. Selain itu pengguna masjid ini juga dari kelompok pengajian dan TPA yang memiliki jadwal mingguan untuk menggunakan masjid. Pengguna dari masjid ini mencakup semua golongan masyarakat, tidak ada larangan ataupun batasan untuk mengunjungi masjid selama mematuhi aturan formal yang ada seperti berpakaian sopan, tidak melakukan hal-hal senonoh, dan juga bersuci dahulu sebelum memasuki masjid. Masjid ini mengadopsi arsitektur khas timur tengah dengan penggunaan kubah lengkung panjang dan juga bentukan kusen - kusen yang bercirikan timur tengah. Penggunaan kolom yang berderet panjang dengan bentukan yan besar merupakan bekas renovasi kedua yang tidak di bongkar sehingga menjadikan ciri khas tersendiri dari bangunan masjid ini.

Gambar 5 Arsitektur masjid Agung K.H Anas Mahfudz Sumber: Dokumen Pribadi

Page 8: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Di sisi kanan dan kiri masjid didirikan menara sebagai ikon masjid. Hal yang unik dari arsitektur masjid ini adalah kubah tumpuk yang disebabkan karena kubah lama tidak dibongkar pada saat renovasi kubah, langsung di tumpuk dengan kubah baru seperti yang di lihat saat ini. Interior masjid ini memiliki sirkulasi yang cukup luas dengan pembagian saf wanita di sebelah kiri belakang dari bagian saf laki-laki. Pembagian tempat wudlu wanita berada di sebelah selatan dan laki-laki berada sebelah utara sehigga sirkulasi wanita dan laki-laki tidak berbenturan.

Gambar 6 Interior masjid Agung K.H Anas Mahfudz Sumber: Dokumen Pribadi

Pencahayaan di dalam masjid ini sudah cukup baik dengan pencahayaan alami yang didapat dari kubah atas dan juga dari jendela lebar di sisi dinding selatan dan utara. Penghawaan sebenarnya sudah cukup baik meskipun tidak menggunakan penghawaan buatan ( AC ) hal ini dikarenakan terdapat ventilasi di sekeliling dinding masjid. Ventilasi ini berbentuk unik dengan pengulangan bentuk persegi yang cukup statis dan memberikan kesan simetris. Metodologi Desain Metodologi penelitian erat kaitannya dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian. Tahapan proses penelitian ini mengalir sesuai alur yang logis. Tujuannya adalah memberikan petunjuk yang jelas, teratur dan sistematis. Susunan ini sangat mempengaruhi mutu dari hasil yang diperoleh. Dalam penelitian interior Masjid Agung K.H Anas Mahfudz Lumajang ini diperlukan data – data akurat sebagai dasar dari pemecahan masalah yang diambil. Sebagai metode pokok yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu mengambil data yang diperlukan untuk dianalisis dan diolah untuk dicari suatu kesimpulan akhir atau pemecahan masalah yang ada. Data yang digunakan terbagi atas dua kelompok yaitu :

- Data primer : yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan yang kemudian dianalisis seperti wawancara atau interview dan observasi

Page 9: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

- Data pustaka : yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung seperti pustaka pustaka yang ada baik buku, majalah, jurnal dan brosur.

Skema 1 Alur proses Desain

Sumber: catatan pribadi Konsep Desain Sesuai dengan tujuan tugas akhir ini, maka desain interior Masjid Agung K.H Anas Mahfudz ini menampilkan atmosfir ruang baik secara fisik maupun psikis. Dari segi fisik dihadirkan melalui desain dengan langgam modern Islami yang disesuaikan dengan kebutuhan masjid itu sendiri. Selain itu hadirnya bentukan dari transformasi motif batik khas Lumajang dan juga elemen interior bertema pisang yang menjadi ciri khas lumajang menghadirkan atmosfir psikis yang unik sebagai jawaban akan kebutuhan aplikasi budaya Lumajang di dalam interior. Kemudian dari kedua konsep tersebut dikembangkan melalui pengembangan konsep desain, yaitu pengoptimalan masjid sebagai fasilitas publik

Page 10: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

dengan menambahkan fungsi sosial, edukasi, dan kesehatan yang bisa digunakan oleh masyarakat umum sehingga bisa menarik lebih banyak jamaah untuk datang ke masjid. Pengembangan Desain Merupakan metode perencanaan elemen interior pada ruangan yang ada untuk mencapai hasil yang sesuai dengan konsep yang diterapkan sejak awal. Metode ini berangkat dari studi dan analisa sesuai kebutuhan proses perancangan desain interior, hingga mendapatkan hasil desain dan pembagian ruang secara keseluruhan. Denah layout

Gambar 7

Denah Layout Keseluruhan Kantor Masjid Agung K.H Anas Mahfudz Sumber: Catatan Pribadi

Area Lobby dan Area Tunggu Ruangan ini di desain dengan menonjolkan estetika penggabungan unsur budaya Islam dan Lumajang, karena di ruangan ini dibutuhkan pencitraan karakter konsep yang kuat. Penggunaan bentukan dari ornamen islam pada dinding dipadukan dengan signage yang berasal dari transformasi motif batik Lumajang pada backdrop lobby memberikan kesan elegan sekaligus unik.

Gambar 8 Prespektif Area Lobby Sumber: Catatan Pribadi

Page 11: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Desain ruangan yang dinamis dengan munculnya bentukan lengkung pada furnitur dan pertrmuan antara dinding dan plafond memberikan kesan ruang yang tidak monoton. Warna yang di tampilkan adalah warna hijau yang merupakan warna khas islam dipadukan dengan aksentuasi warna emas dan warna natural dari kayu.

Gambar 9 Prespektif Area Lobby Sumber: Catatan pribadi

Area Perpustakaan Penggunaan sirkulasi radial pada ruangan ini memberikan kebebasan ruang gerak pengunjung. Pemisahan area baca dan area simpan buku ditujukan agar konsentrasi pengunjung yang membaca tidak terpecah. Disediakan area baca lesehan bagi pengunjung yang lebih suka duduk lesehan dari pada duduk di kursi, juga memberi kesan yang lebih santai sehingga pengunjung merasa nyaman. Area internet corner yang berada tepat di belakang meja lobby memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk mengakses informasi dari perpustakaan digital maupun browsing internet. Selain itu juga disediakan katalog digital juga fasilitas fotocopy dan print. Bentukan yang muncul merupakan bentukan dinamis dengan tetap terinspirasi pada ornamen islami. Warna yang digunakan masih dengan dominasi warna hijau dan aksentuasi warna kayu pada lantai.

Page 12: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Gambar 10 Perspektif perpustakaan Sumber: Catatan Pribadi

Gambar 10 Perspektif perpustakaan Sumber: Catatan Pribadi

Gambar 10 Perspektif perpustakaan Sumber: Catatan Pribadi

Page 13: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Area TPA Pada area ini desain degan fungsi multifungsi, furniture di desain secara portable yang memberikan kemudahan untuk mengganti fungsi ruang. Kelas TPA dibagi menjadi 4 kelas dengan partisi semi transparan sebagai pembatas ruangan. Bentukan yang terisnpirasi dari ornamen islami hadir di dinding sebagai elemen estetis pembentuk suasana. Lantai menggunakan parket kayu yang memiliki karakter hangan, tidak licin dan nyaman di pijak sehingga pengguna ruangan merasa nyaman. Warna yang hadir di dominasi warna putih dengan aksentuasi hijau untuk memberi efek tenang dalam ruangan.

Gambar 11 Perspektif TPA Sumber: Catatan Pribadi

Gambar 12 Perspektif perpustakaan Sumber: Catatan Pribadi

Page 14: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Area Cafetaria

Gambar 13 Perspektif perpustakaan Sumber: Catatan Pribadi

Penggunaan furnitur fabrikasi pada area makan untuk mengejar aspek fungsional, namun estetika ditampilkan pada pengolahan dinding dengan memunculkan signage dengan transformasi motif batik Lumajang. Warna yang digunakan di dominasi warna putih dengan aksentuasi warna kayu dan sedikit warna emas.

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh pembahasan adalah sebagai berikut :

- Untuk mendesain sebuah kantor Masjid yang memiliki fasilitas publik perlu adanya riset yang mendukung suasana interior di dalam fasilitas publik tersebut. Seperti melakukan studi ke Masjid yang memiliki beberapa fasilitas publik dibeberapa tempat, sehingga lebih bisa mengaplikasikan dengan baik dan sesuai akan kebutuhan.

- Dalam mendesain suatu fasilitas publik khususnya yang berada di dalam Masjid perlu adanya studi akan dasar- dasar aturan dalam Islam tentang Masjid sehingga dihasilkan desain yang bisa memenuhi kebutuhan akan sebuah fasilitas publik dan tidak melanggar kaidah – kaidah yang berlaku di dalam hukum Islam.

Page 15: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

- Untuk mengerti akan keinginan pengunjung khususnya untuk sebuah fasilitas publik, perlu adanya aktivitas dan fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kebanyakan, sehingga timbul keinginan bagi pengunjung untuk mengunjungi fasilitas publik tersebut.

Saran Saran yang dapat digunakan sebagai masukan berbagai pihak untuk memajukan Masjid Agung K.H Anas Mahfudz nantinya :

- Diperlukan sebuah pertimbangan yang matang untuk memutuskan sebuah pelaksanaan perubahan fungsi gedung sehingga gedung tersebut dapat lebih bermanfaat dan berfungsi bagi pihak pengelola.

- Dalam mengelola sebuah fasilitas publik perlu adanya perubahan suasana ruang, seperti perubahan tata letak dan fungsi dengan demikian fasilitas publik tersebut dapat tetap bertahan dan tetap diminati masyarakat umumnya.

- Penambahan dan pengembangan fungsi fasilitas publik yang sudah ada bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi dari sebuah Masjid sehingga bisa lebih bermanfaat bagi pengunjung ataupun penduduk sekitar.

Page 16: Aplikasi budaya Lumajang pada interior kantor masjid agung kdigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17408-Paper.pdfMakalah ini ingin menunjukkan bahwa kebudayaanLlumajang masih

Daftar Rujukan

Ashari, S.Ag. (1999). Bagaimana Shalat yang Benar. Jakarta: Eska Media. Ching, Francis, D, K. (1996). Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga. Dalidjo, D, Mulyadi. (1982). Pengenalan Ragam Hias Jawa. Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Keanekaragaman Bentuk Masjid di Jawa. Frishman, Martin. & Khan. Hasan-Uddin. (Eds.).(1994). The Mosgue - History, Architectural Development & Regional Diversity. London: Thames and Hudson Ltd. Griya Asri - Majalah Arsitektur Interior Taman dan Lingkungan. No.208/012. Desember 2000 <http://www.griya-asri.com/artikel/arsitektur/009/> Hasan, A. (1988). Soal-Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama. Bandung: CV Diponegoro. http://www.geocities.com/warsunnajib/warsun2file/medina.htm Irwin. Robert. (1997). Islamic Art. London: Laurence King. Israr, C. Sejarah Kesenian Islam Jilid 2. Jakarta: Bulan Bintang. Kuhnel. Emst. Islamic Art & Architecture. Ithaca, New York: Cornell University Press. Marizar, Eddy Suprayatna, Drs. (Ed). (1996). Upaya Membangun Citra - Arsitektur Interior & Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Djambatan. Nazir, Moh, Ph.D. (1988). Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia. Rochym, Abdul. (1983). Mesjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Angkasa. Rochym« Abdul. (1983). Sejarah Arsitektur Islam - Sebuah Tinjauan Bandung: Angkasa.