Apc

8
CONTOH KASUS : Mahasiswi aborsi, tarik janin kepala putus tertinggal di rahim Merdeka.com - Kisah cinta pasangan kekasih yang masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Maritim Cilacap, MK (19) dan RH (20), berakhir di balik jeruji besi. Sebab mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan aborsi mengerikan itu. Mereka berdua nekat melakukan aborsi janin berusia 5 bulan dari hasil hubungan gelap sepasang kekasih ini. Ironisnya, kepala janin tertinggal dalam rahim RH. Dari pengakuan RH dan MK, keduanya memang berniat melakukan aborsi. Kepala UPT Puskesmas Kroya dr Pujianto Basuki mengatakan, Senin pagi sekitar pukul 05.00 WIB, kedua pelaku datang ke Puskesmas karena RH mengalami pendarahan. "Yang kami tahu, pagi itu ada pasien yang menderita pendarahan hebat," kata Kepala UPT Puskesmas Kroya Dr Pujianto Basuki saat dihubungi, Jumat (4/4). Melihat pasien pendarahan, pihaknya langsung melakukan pertolongan lantaran saat itu RH dalam kondisi kritis. Dari keterangan petugas di Puskesmas, saat RH datang sudah terlihat tali pusarnya keluar dari rahim. Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap ternyata di dalam (perut) hanya kepala bayi saja. "Sempat ditanya oleh bidan, kenapa hanya ada kepala dan di mana badan dan kaki, RH menjawab ditarik sama suaminya," katanya. MK pun diminta untuk mengambil kepala janin, agar bisa disambung dengan cara dijahit. Sehingga janin seberat 0,5 kg dan berjenis kelamin perempuan itu bisa dikuburkan. "Saat itu, kami baru tahu jika mereka bukan suami istri setelah saudaranya datang kemari," katanya.

description

apc

Transcript of Apc

Page 1: Apc

CONTOH KASUS :

Mahasiswi aborsi, tarik janin kepala putus tertinggal di rahim

Merdeka.com - Kisah cinta pasangan kekasih yang masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Maritim Cilacap, MK (19) dan RH (20), berakhir di balik jeruji besi. Sebab mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan aborsi mengerikan itu.

Mereka berdua nekat melakukan aborsi janin berusia 5 bulan dari hasil hubungan gelap sepasang kekasih ini. Ironisnya, kepala janin tertinggal dalam rahim RH. Dari pengakuan RH dan MK, keduanya memang berniat melakukan aborsi.

Kepala UPT Puskesmas Kroya dr Pujianto Basuki mengatakan, Senin pagi sekitar pukul 05.00 WIB, kedua pelaku datang ke Puskesmas karena RH mengalami pendarahan. 

"Yang kami tahu, pagi itu ada pasien yang menderita pendarahan hebat," kata Kepala UPT Puskesmas Kroya Dr Pujianto Basuki saat dihubungi, Jumat (4/4). 

Melihat pasien pendarahan, pihaknya langsung melakukan pertolongan lantaran saat itu RH dalam kondisi kritis. Dari keterangan petugas di Puskesmas, saat RH datang sudah terlihat tali pusarnya keluar dari rahim. 

Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap ternyata di dalam (perut) hanya kepala bayi saja. "Sempat ditanya oleh bidan, kenapa hanya ada kepala dan di mana badan dan kaki, RH menjawab ditarik sama suaminya," katanya.

MK pun diminta untuk mengambil kepala janin, agar bisa disambung dengan cara dijahit. Sehingga janin seberat 0,5 kg dan berjenis kelamin perempuan itu bisa dikuburkan. "Saat itu, kami baru tahu jika mereka bukan suami istri setelah saudaranya datang kemari," katanya.

Melihat adanya kejanggalan dalam kasus tersebut, pihak kepolisian resor Cilacap kemudian mengamankan MK.

Page 2: Apc

PEMBAHASAN

1. Definisi Abortus

Definisi abortus secara umum adalah menggugurkan kandungan. Berdasarkan ilmu

kedokteran, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup

hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya 400 – 1000 g, atau

usia kehamilan kurang dari 28 minggu.1

Abortus menurut hukum adalah pengguguran kandungan atau tindakan menghentikan

kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga

tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati. Yang

dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut

masih hidup.2

Pada kasus ini, dilakukan pengguguran kandungan atau tindakan menghentikan kehamilan pada

saat usia kehamilan 5 bulan.

2. Klasifikasi abortus

Abortus di dalam ilmu kedokteran terbagi menjadi :1

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor – faktor

mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus Provokatus (Induced Abortion)

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan

maupun alat-alat. Abortus provokatus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica)

Abortus provokatus medisinalis adalah abortus yang dilakukan dengan alasan bila

kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli.

b. Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Pada kasus di atas, tindakan tersangka (MK dan RH) merupakan suatu tindakan abortus

provokatus kriminalis karena tindakan aborsi di atas tidak berdasarkan indikasi medis.

Page 3: Apc

3. Jenis - Jenis Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis

1. Kekerasan mekanik lokal

Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri

oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh,

pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran

listrik pada serviks dan sebagainya.2

Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus. Manipulasi

vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio;

aplikasi asam arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift

atau kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan

melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus. Pemecahan

selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil

melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan

Higginson tipe syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas.

Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.2

2. Obat / zat tertentu

Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu

yang dapat merangsang saluran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi

uterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil

yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan

kandungannya (usia gestasi).2

Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas muda, bubuk beras

dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat, laksans

dan lain-lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan

lain-lain. Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata sangat efektif.

Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika (aminopterin) sebagai abortivum.2

Pada kasus di atas, tersangka melakukan kekerasan mekanik dari luar, seperti kekerasan

langsung pada perut dan penarikan janin secara langsung dari rahim.

4. Pemeriksaan Pada Abortus Provokatus Kriminalis (3,4)

1. Korban Hidup

a. Tanda kehamilan

b. Usaha penghentian kehamilan tanda kekerasan pada genitalia, perut bawah dan

pemeriksaan toksikologi.

Page 4: Apc

c. Hasil dari usaha penghentian kehamilan

IUFD (Intra Uterine Fetal death)

Sisa jaringan ------> Mikroskopis/ PA

2. Korban mati

Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin, sebaiknya ( 12-16 jam), pemeriksaan luar dilakukan

seperti biasa.

Pemeriksaan post mortem meliputi :

Tentukan apakah hamil/ baru saja hamil

Tanda baru saja abortus

Tanda kekerasan

Tentukan sebab kematian.

Pada kasus di atas, korban masih hidup dan pada pemeriksaan didapatkan sisa jaringan berupa

kepala janin di dalam rahim korban.

5. Komplikasi Abortus Provocatus Kriminalis. (3,4)

1. Kematian segera (Immediate Death)

a. Vagal refleks, tanda utama sesak nafas, vagal refleks terjadi oleh karena karbon, serta

intervensi instrument atau penyuntikan cairan secara tiba-tiba yang mana cairan

tersebut dapat terlalu panas atau terlalu dingin.

b. Emboli udara/lemak

Emboli udara yang terjadi beberapa jam setelah tindakan, dimungkinkan udara yang

masuk dalam uterus tertahan di dalam sampai terjadi separasi plasenta yang membuka

pembuluh darah sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam sirkulasi. Adanya

muleus plug dapat menjelaskan mengapa udara dalam uterus tidak dapat keluar melalui

mulut rahim.

Dosis dari udara yang dapat mematikan dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya

keadaan umum korban dan kecepatan masuk udara ke dalam tubuh. Pada umumnya

jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian minimal 100 ml, walaupun secara

eksperimental udara yang dapat menyebabkan kematian berkisar antara 10 ml sampai

480 ml.

c. Perdarahan lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan kedua hal tersebut.

2. Kematian tidak begitu cepat/ lambat ( Delayed death )

a. Emboli cairan

b. Perdarahan

Page 5: Apc

c. Septikemia

d. Peritonitis generalisata

e. Infeksi lokal/ toxemia

f. Tetanus

3. Kematian Paling Lambat ( Remote Death)

a. Sepsis : tercium bau busuk dari vagina (foetor), demam tinggi,gemetar.

b. Gagal ginjal akut

c. Jaundice dan renal suppression

d. Endocarditis bacterial

e. Pneumoni, empyema, meningitis

Pada kasus di atas, belum didapatkan komplikasi abortus berupa kematian.

Page 6: Apc

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jilid 1.

Jakarta : EGC.

2. Budiyanto A, dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Idries, Abdul Mun’im. 2000. Abortus dan Abortus Provokatus dalam Pedoman Ilmu

Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

4. Chadha, PV. 2000. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologik. Jakarta :

Widya Medika.