APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan...

87
APARATUR PEMERINTAH

Transcript of APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan...

Page 1: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

APARATUR PEMERINTAH

Page 2: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

L

Page 3: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Ne-gara dan seperti telah dirumuskan dalam Repelita III, maka usaha penyempurnaan aparatur Pemerintah merupakan kegiatan yang dilaksanakan terus menerus secara melembaga. Melalui berbagai kegiatan tersebut diusahakan agar aparatur peme-rintah memiliki kemampuan yang tinggi untuk dapat mendukung kelancaran proses pembangunan nasional.

Tujuan tersebut hanya dapat dicapai dalam jangka waktu yang cukup panjang. Namun berbagai usaha penyempurnaan apa-ratur Pemerintah yang telah dilakukan secara terus menerus itu telah memberikan hasil yang cukup memadai. Hal ini di-mungkinkan melalui serangkaian pelaksanaan kebijaksanaan dan langkah-langkah penyempurnaan aparatur Pemerintah yang menye-luruh, yang dilakukan secara bertahap dan berencana dengan penentuan sasaran dan prioritas yang realistis.

Dalam tahun keempat Repelita III, seperti pada tahun-ta-hun sebelumnya, kegiatan penyempurnaan aparatur Pemerintah ditujukan kepada penyempurnaan bidang-bidang kelembagaan, ke-tatalaksanaan, kepegawaian, fasilitas dan sarana kerja, baik ditingkat Pusat maupun ditingkat Daerah. Selanjutnya diterus-kan pula usaha perbaikan sistem perencanaan operasional ta-hunan, pelaksanaan anggaran belanja Negara, serta bidang-bi-dang lainnya yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pe-laksanaan pembangunan. Begitu pula terus ditingkatkan lang-kah-langkah untuk menyempurnakan sistem pengendalian, penga-wasan serta penertiban operasional.

B. KEBIJAKSANAAN DAN SASARAN PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERIN-TAH

Kebijaksanaan penyempurnaan aparatur Pemerintah pertama-tama ditujukan untuk meningkatkan pengabdian dan kesetiaan aparatur pemerintah kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian aparatur Pemerintah harus benar-benar merupa-kan abdi masyarakat yang bermental baik dalam menjalankan tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan dan tugas pembe-rian bimbingan serta pelayanan kepada masyarakat.

XXII/3

Page 4: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Kebijaksanaan pokok penyempurnaan aparatur Pemerintah yang dituangkan dalam Bab 26 Repelita III telah dirumuskan secara kongkrit dalam berbagai peraturan perundang-undangsn, seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri dan sebagainya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain meliputi penyempurnaan kelembagaan, personalia/kepegawaian, ketatalaksanaan, tata hubungan kerja, pengendalian dan pengawasan, dan lain sebagainya.

Penyempurnaan aparatur Pemerintah mencakup segi-segi ke-pemimpinan, kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan un-tuk pelaksanaan tugas operasional guna tercapainya kerjasama yang serasi, selaras, teratur, terpadu dan mantap dalam rang-ka pelaksanaan pemerintahan secara menyeluruh.

C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN DAN HASIL PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH TAHUN 1982/83

1. Lembaga-lembaga Tertinggi Negara

Berbagai langkah dan usaha telah dilakukan untuk meman-tapkan kedudukan dan wewenang Lembaga-lembaga Tertinggi/-Tinggi Negara, yaitu MPR, Kepresidenan, DPR, Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan dalam rangka pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Hal ini didasarkan atas Ketetapan MPR No. III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tatakerja Lembaga Tertinggi Negara de-ngan/atau antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara. Di samping pe-mantapan kedudukan dan hubungan tatakerja sebagai penghayatan dan pengamalan kehidupan kenegaraan yang demokratis-kons-titusional berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, diadakan pula penyempurnaan organisasi dan personalia, termasuk Sekreta-riatnya, sehingga memungkinkan pelaksanaan fungsinya masing-masing.

Hal-hal penting yang dilakukan selama tahun keempat pe-laksanaan Repelita III dapat dikemukakan sebagai berikut :a. Dalam rangka memperkuat, kehidupan Demokrasi Pancasila maka

untuk ketiga kali dalam masa Orde Baru, pada tahun 1982 telah dapat dilangsungkan dengan aman dan tertib pemilihan anggota-anggota MPR, DPR dan DPRD berdasarkan azas-azas LUBER (langsung, umum, bebas dan rahasia).

b. Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1975 tentang Susunan serta Kedudukan MPR/DPR/DPRD maka untuk ketiga kali telah dapat dibentuk MPR dan DPR serta DPRD hasil pemilihan umum sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

XXII/4

Page 5: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

c. Sidang-sidang Umum MPR yang berlangsung dengan sukses pada tanggal 1 s/d 11 Maret 1983 telah membuahkan 10 Ketetapan MPR.Kemudian daripada itu pada tanggal 16 Maret 1983 telah

tersusun Kabinet Pembangunan IV yang mempunyai 5 sasaran pro-gram (Panca Krida) sebagai berikut:

pertama: Meningkatnya trilogi pembangunan yang didukung oleh ketahanan nasional yang makin mantap;

kedua : Meningkatnya pendayagunaan aparatur Pemerintah me-nuju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan ber-wibawa;

ketiga : Meningkatnya pemasyarakatan ideologi Pancasila da-lam mengembangkan demokrasi Pancasila dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila;

keempat: Meningkatnya pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional;

kelima : Terlaksananya pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam tahun 1987.

2. Aparatur Pemerintah Tingkat Pusat

Usaha-usaha penyempurnaan di bidang kelembagaan terhadap organisasi Departemen-departemen pada tahun ke-empat Repelita III merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 44 dan No. 45 tahun 1974 dan Keputusan-keputusan Menteri tentang organisasi departemen masing-masing. Keputusan-keputusan Menteri ter-sebut merupakan pengaturan mengenai tugas pokok, fungsi, su-sunan organisasi dan tatakerja dari semua jenis unit-unit pe-laksana teknis yang merupakan satuan organisasi yang melaksa-nakan sebagian tugas-tugas departemen. Usaha-usaha penyem-purnaan diarahkan agar aparatur Pemerintah senantiasa mampu menanggapi perkembangan, tuntutan dan tantangan baru sebagai akibat peningkatan dan berhasilnya usaha pembangunan.

Penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan bertitik tolak dari sifat dan ruang lingkup tugas pokok, fungsi dan beban kerja departemen-departemen bersangkutan sebagai pelayan ma-syarakat. Meskipun asas fleksibilitas dalam pengorganisasian telah diterapkan, namun asas kontinuitas dan asas organisasi jalur dan staf yang terdiri dari unsur-unsur pimpinan, pem-bantu pimpinan termasuk pengawasan dan unsur pelaksana tetap diberlakukan.

XXII/5

Page 6: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Untuk dapat lebih menjamin tercapainya sasaran-sasaran pembangunan nasional maka berdasarkan Keppres No. 45/M tahun 1983 sebagai realisasi Ketetapan MPR No. VI/MPR/1983 telah dibentuk Kabinet Pembangunan IV dengan 37 orang Menteri. Mengingat makin beratnya serta meningkatnya dan meluasnya tugas-tugas pembangunan, maka telah diadakan penambahan jumlah Departemen dengan memecah beberapa Departemen yang ruang lingkup tugasnya perlu memperoleh perhatian yang lebih besar dan harus ditangani lebih intensif dalam Repelita IV yang akan datang. Dalam hubungan itu maka :a. Departemen Pertanian dipecah menjadi Departemen Pertanian

dan Departemen Kehutanan.b. Departemen Perhubungan menjadi Departemen Perhubungan dan

Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.c. Departemen Perdagangan dan Koperasi menjadi Departemen

Perdagangan dan Departemen Koperasi.d. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menjadi Depar

temen Tenaga Kerja dan Departemen Transmigrasi.

Selanjutnya agar pelaksanaan tugas Kejaksaan Agung lebih berdayaguna dan berhasilguna maka dengan Keppres No.86 tahun 1982 telah disempurnakan pula Pokok-pokok Organisasi Kejak-saan Agung.

Sejalan dengan penyempurnaan organisasi departemen, maka organisasi lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen juga me-merlukan penyempurnaan secara menyeluruh. Walaupun pada da-sarnya usaha-usaha penyempurnaannya perlu dilakukan secara menyeluruh, namun perhatian khusus diberikan kepada masalah-masalah yang mendesak, yaitu perlunya penyempurnaan organi-sasi dari lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen tertentu untuk dapat melaksanakan tugas yang sangat mendesak dari lem-baga yang bersangkutan. Dalam tahun 1982/83 penyempurnaan organisasi telah dilakukan terhadapa. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Keppres

No. 31 tahun 1982 dengan perluasan organisasi;b. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Keppres No.

19 tahun 1983 dengan penambahan satu Deputi Ketua.

Dalam tahun keempat Repelita III diteruskan pula usaha peningkatan hubungan kerja institusional maupun prosedural sebagai bagian usaha penyempurnaan administrasi melalui jalur komunikasi antar departemen/lembaga, guna membantu tercapainya koordinasi secara lebih baik. Keserasian tata hubungan kerja antara berbagai Departemen/Lembaga yang telah ditingkatkan terutama berkenaan dengan pelaksanaan program-program yang

XXII/6

Page 7: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

merupakan prioritas dalam pembangunan, yaitu program-program peningkatan dan pengadaan produksi pangan, tata penyelengga-raan transmigrasi, pembinaan golongan ekonomi lemah, perbaik-an gizi rakyat, keluarga berencana, penanaman modal, peles-tarian lingkungan hidup, dan lain-lain. Koordinasi pelaksa-naan berbagai program di dalam suatu sektor atau antar sektor yang melibatkan berbagai departemen/lembaga telah ditingkat-kan dengan cukup berhasil seperti di bidang administrasi pe-labuhan, administrasi perencanaan dan pembiayaan pembangunan, administrasi bantuan luar negeri, tata penyelenggaraan eks-por, impor dan lalu lintas devisa yang ditujukan untuk me-ningkatkan ekspor bukan minyak dan gas bumi.

Dalam pada itu pengembangan hubungan kerja yang lebih baik telah dapat dilakukan melalui forum kerjasama ataupun melalui pelembagaan dalam bentuk badan-badan koordinasi se-perti Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi, Badan Koordinasi Bimas, Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda, Badan Koordinasi Penanggu-langan Bencana Alam dan Badan Koordinasi Energi Nasional.

Kecuali itu dilakukan pula berbagai penyempurnaan tata hubungan kerja dalam badan-badan koordinasi yang diadakan oleh beberapa Departemen cq. Direktorat Jenderal seperti pem-bentukan Panitia Tetap Kerjasama Bidang Industri Bahan Ba-ngunan dan Industri Konstruksi, Team Bantuan mengenai Masalah Perburuhan serta Team Koordinasi Pengelolaan Irigasi Untuk Budidaya Ikan.

Pengembangan tata hubungan kerja dalam dan antara depar-temen/lembaga seperti dikemukakan di atas terutama ditujukan untuk membina komunikasi dan koordinasi yang mendukung kese-rasian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan secara lebih baik.

3. Aparatur Pemerintah Tingkat Daerah

Dalam tahun keempat Repelita III telah dilakukan langkah-langkah penyempurnaan administrasi dan aparatur Pemerintah tingkat Daerah, sebagai kelanjutan dan rangkaian kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam rangka tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Men-teri Dalam Negeri selanjutnya telah mengeluarkan berbagai ke-putusan tentang susunan organisasi Pemerintah daerah, tugas dan wewenang tiap unit organisasi, demikian pula tata kerja dan tata hubungan kerja. Dalam hubungan ini BAPPEDA Tingkat I

XXII/7

Page 8: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

diperluas peranannya dengan membina secara teknis kegiatan BAPPEDA Tingkat II agar mampu mengembangkan sistem perenca-naan dari bawah pada tingkat Desa dalam berbagai program pem-bangunan, antara lain Program Pengembangan Wilayah Kecamatan Terpadu di mana para Camat ditunjuk sebagai pemimpin proyek-proyeknya.

Selanjutnya sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa telah ditetapkan berbagai Peraturan/Keputusan Menteri Dalam Negeri, yang penting di antaranya ialah susunan organisasi dan tatakerja Pemerintah Desa, susunan organisasi dan tatakerja Lembaga Musyawarah Desa, pengambilan keputusan Desa, tatacara pemilih-an/pengesahan/pengangkatan/pemberhentian Kepala Desa serta persyaratan, tatacara pengangkatan/pemberhentian Sekretaris Desa, Kepala urusan dan Kepala Dusun.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas diharapkan pada akhir Repelita III kebijaksanaan Pemerintah yang melandasi penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai pelaksanaan Undang-undang No.5 tahun 1979 tersebut telah terlaksana sebagaimana mestinya.

Juga sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No. 5 tahun 1979 telah makin dimantapkan sistem Unit Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai sistem perencanaan pembangunan terpadu di tingkat Kecamatan untuk pembangunan desa-desa menjadi Desa Swaswembada. Pengendalian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan desa dalam ruang lingkup kecamatan dimaksudkan agar rakyat pedesaan akan lebih terarah perhatian dan kegiatannya sehingga dana yang digunakan dapat mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya. Dapat dikemukakan bahwa dari seluruh Kecamatan yang berjumlah 3.484 buah telah dilaksanakan sistem UDKP pada 1.863 Kecamatan dalam tahun 1982/83.

Usaha-usaha penyempurnaan telah dilakukan pula dalam pe-ngelolaan program-program bantuan pembangunan kepada Daerah dalam bentuk proyek-proyek yang dikenal sebagai proyek-proyek Inpres. Proyek-proyek Inpres tersebut dalam tahun 1982/83 ada-lah sebagai berikut:

a. Inpres untuk Program Bantuan Pembangunan Desa dengan ban-tuan langsung kepada desa masing-masing Rp.1.250.000,-termasuk Rp.250.000, untuk PKK.

b. Inpres untuk Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II yang besarnya bantuan didasarkan pada jumlah penduduk dengan

XXII/8

Page 9: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

perhitungan Rp. 1.150 tiap penduduk dengan ketentuan bahwa besarnya bantuan sedikit-dikitnya Rp.160.000,000,

c. Inpres untuk Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dengan bantuan sedikit-dikitnya Rp. 900.000.000,

d. Inpres untuk Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar yang untuk keseluruhannya disediakan biaya sebesarRp.589.159.000.000,

e. Inpres untuk Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan yang un-tuk keseluruhannya disediakan biaya sebesarRp.98.450.000.000,-.

f. Inpres untuk Bantuan Penghijauan dan Reboisasi kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II yang luasnya, loka-sinya serta keperluan biayanya ditentukan oleh Menteri Da-lam Negeri, Menteri Pertanian, Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas. Untuk keseluruhannya disediakan biaya sebesar Rp.87.313.000.000,-.

g. Inpres untuk Bantuan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pa-sar yang diberikan kepada Daerah Tingkat II dan Daerah Tingkat I DKI Jakarta dengan persyaratan pengembalian da-lam jangka waktu 10 tahun, termasuk tenggang waktu 2 tahun dengan bunga 0%. Jumlah dana yang disediakan ialah Rp.75.000.000.000,-.

h. Inpres untuk Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten yang di-berikan kepada Kabupaten untuk pembangunan jalan-jalan yang menunjang kegiatan ekonomi rakyat, jalan yang mem-bantu pembukaan daerah terisolasi dan jalan yang rusak. Jumlah dana yang disediakan ialah Rp.80.100.000.000,-.

Tatacara pelaksanaan program-program bantuan tersebut yang dituangkan dalam Surat-surat Keputusan Bersama beberapa Menteri yang bersangkutan secara terus-menerus telah menga-lami penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut antara lain menga-rah pada fungsionalisasi dinas-dinas, yaitu penunjukan Pemim-pin Proyek dari instansi yang paling berwenang dan Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sebagai penanggung-jawab. Demikian pula tatacara perencanaan, pelaksanaan, pe-ngendalian dan pengawasan terus disempurnakan.

4. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Usaha-usaha peningkatan hubungan antara aparatur Peme-rintah Pusat dan Daerah dilakukan antara lain dengan mense-rasikan kegiatan perencanaan pembangunan, baik sektoral mau-pun regional, guna memeratakan serta meningkatkan kemanfaatan pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Untuk mencapai kesera-sian, Bappeda diwajibkan senantiasa melaksanakan dan memeli

XXII/9

Page 10: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

hara hubungan kerja secara konsultatif dengan instansi-ins-tansi vertikal Departemen dan hubungan kerja secara koordi-natif dengan instansi-instansi Daerah. Kecuali itu untuk ke-serasian pembangunan antar daerah serta keserasian antara pembangunan sektoral dan regional diselenggarakan konsultasi regional dan nasional. Konsultasi-konsultasi tersebut pada tahun 1982/83 diselenggarakan masing-masing pada bulan Okto-ber dan Nopember 1982 untuk mendapatkan bahan-bahan regional bagi perencanaan operasional tahunan.

Selanjutnya peranan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan telah dirumuakan dalam berbagai pasal dari Keppres No. 14A tahun 1980 yang disempurnakan dengan Keppres No. 18 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Walaupun Keppres 18 tahun 1981 berlaku bagi kegiatan-kegiatan dalam rangka pelaksanaan APBN, namun untuk segala pekerjaan yang dibebankan kepada APBD, prinsipnya adalah sama. Dengan kesamaan prinsip dalam pelaksanaan anggaran maka diharapkan adanya pemantapan koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan baik sektoral maupun regional.

Selanjutnya di bidang pengendalian dan pengawasan peranan Pemerintah Daerah makin ditingkatkan. BAPPEDA Tingkat I yang merupakan aparatur perencanaan pembangunan di Daerah sejak tahun anggaran 1977/78 telah dilibatkan dalam pengendalian proyek-proyek sektoral yang ada di Daerah dengan turut me-nyampaikan laporan triwulan kepada instansi-instansi yang me-merlukan di Pusat. Demikian pula Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengikuti dan mengawasi perkembangan proyek-proyek yang ada di daerahnya baik berdasarkan laporan dari Pemimpin Proyek dan BAPPEDA Tingkat I maupun dengan melakukan peneli-tian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para Pemimpin Proyek/Bendaharawan Proyek dalam wilayahnya dan selanjutnya melaporkan secara berkala ataupun insidentil me-ngenai keadaan proyek-proyek bersangkutan kepada Presiden me-lalui Menteri Dalam Negeri dan kepada beberapa Menteri lainnya.

5. Aparatur Perekonomian Negara

Dalam tahun keempat Repelita III terus ditingkatkan usaha penyempurnaan aparatur perekonomian Negara yang meliputi badan-badan usaha dan lembaga-lembaga keuangan milik Negara yang dilakukan secara terus-menerus sejak tahun 1967.

XXII/10

Page 11: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap Perusahaan-perusahaan Negara, yaitu Perjan, Perum dan Persero, dalam rangka mencapai maksud dan tujuan diadakannya Badan Usaha Milik Negara maka dengan PP No.3 tahun 1983 telah diatur tatacara pembinaan dan pengawasannya. Dalam PP ini di-tegaskan fungsi-fungsi Badan Usaha Milik Negara sebagai apa-ratur perekonomian negara, sebagai berikut

a. Sifat usaha dari Badan Usaha Milik Negara adalah terutama:(i) Perjan berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi

masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat;(ii) Perum berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi

kemanfaatan umum di samping mendapatkan keuntungan;(iii) Persero bertujuan memupuk keuntungan dan berusaha

di bidang-bidang yang dapat mendorong perkembangan sektor swasta dan/atau koperasi, di luar bidang usaha Perjan dan Perum.

b. Maksud dan tujuan kegiatan Perjan, Perum dan Persero ada-lah :(i) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian

negara pada umumnya dan penerimaan negara pada khu-susnya;

(ii) Mengadakan pemupukan keuntungan/pendapatan;(iii) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan

jasa yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

(iv) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

(v) Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat me-lengkapi kegiatan swasta dan koperasi dengan.antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun dalam bentuk jasa dengan mem-berikan pelayanan yang bermutu dan memadai;

(vi) Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi;

(vii) Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang eko-nomi dan pembangunan pada umumnya.

Dengan demikian walaupun sifat usaha dari Perjan, Perum dan Persero berbeda-beda, namun ketiganya memiliki persamaan kedudukan, yakni merupakan aparatur perekonomian Negara serta merupakan salah satu unsur utama dalam perekonomian nasional. Seperti dikemukakan terdahulu maksud dan tujuan perusahaan-

XXII/11

Page 12: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

perusahaan milik Negara tersebut adalah serasi pula dengan seluruh kegiatan pembangunan lainnya. Oleh sebab itu kegiatan perusahaan-perusahaan milik Negara harus dapat menunjang pe-laksanaan kebijaksanaan maupun program Pemerintah di bidang pembangunan pada khususnya dan perekonomian pada umumnya, terutama sebagai perintis dalam rangka melengkapi kegiatan sektor swasta dan sektor koperasi.

Langkah-langkah dalam rangka pembinaan Badan-badan Usaha Milik Negara yang telah dilakukan antara.lain adalah sebagai berikuta. Pembinaan Kepelabuhanan dengan PP No.11 tahun 1983;b. Pendirian Perum Pelabuhan I, Pelabuhan II, Pelabuhan III

dan Pelabuhan IV masing-masing Dengan PP No.14, No.15, No. 16 dan No.17 tahun 1983;

c. Pendirian Perum Pengerukan dengan PP No.18 tahun 1983;d. Penyusunan Pokok-pokok Organisasi Bursa Komoditi dengan

Keppres No.80 tahun 1982.

Sementara itu proses pengalihan Perusahaan Negara (PN) yang belum ditentukan atatusnya menurut Undang-undang No.9 tahun 1969 dan Perseroan Terbatas (PT) lama yang belum dise-suaikan dengan PP No.12 tahun 1969 berjalan terus. Sampai pa- da akhir tahun keempat Repelita III badan-badan usaha milik Negara berstatus Persero berjumlah 143 buah, termasuk 26 Per- sero Patungan. Dari jumlah Persero tersebut maka 16 berope- rasi di sektor jasa keuangan, 51 Persero di sektor jasa umum, 41 Persero .di sektor jasa induatri/pertambangsn dan 35 di sektor pertanian/perhubungan/perikanan.

Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perum di 21 Departemen berjumlah 24 buah.

Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perjan ber-jumlah 2 buah, yaitu Perusahaan Jawatan Pegadaian di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan serta Perusahaan Jawatan Kereta Api di bawah pembi-naan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhu-bungan.

Perusahaan Negara (PN) yang belum ditentukan statusnya tinggal 31 buah sedangkan PT lama adalah 12 buah.

Perusahaan Negara yang mempunyai status khusus karena pembentukannya didasarkan pada Undang-udang teraendiri ber- jumlah 9 buah, yaitu 8 buah Bank Pemerintah yang berada di bawah pembinaan Departemen Keuangan dan PERTAMINA di bawah Departemen Pertambangan dan Energi.

XXII/12

Page 13: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Perkembangan keadaan badan-badan usaha milik Negara sampai 31 Maret 1983 dapat dilihat pada Tabel XXII - 1.

Berbagai kebijaksanaan khusus dalam rangka usaha pengembangan dunia usaha terus dilakukan. Dalam hubungan ini maka dalam rangka mengembangkan pemasaran komoditi yang dapat mem-berikan kepastian berusaha dengan PP No.35 tahun 1982 telah dibentuk Badan Pelaksana Bursa yang dilengkapi dengan Badan Usaha Kliring dan Jaminan Komoditi. Pokok-pokok organisasi Badan Pelaksana Bursa telah diatur dengan Keppres No.80 tahun 1982. Badan tersebut merupakan sarana perniagaan yang disedi- akan sebagai wadah pertemuan untuk mengadakan transaksi da- gang antara pengusaha yang melakukan kegiatan usaha dalam bi- dang komoditi. Dengan penciptaan sistem pemasaran komoditi yang tertib dan teratur maka diharapkan Badan Pelaksana Bursa Komoditi dapat memberikan perlindungan terhadap kelangsungan usaha produsen, khususnya petani produsen, dan meningkatkan pendapatannya serta meningkatkan penghasilan devisa.

Untuk lebih mengembangkan pasar uang dan modal maka Nenteri Keuangan dengan Keputusan No.755/KMK.011/1982 telah menetapkan tatacara penawaran obligasi kepada masyarakat oleh badan usaha selain Bank atau Lembaga Keuangan non Bank. Obli- gasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan hutang atas pe-minjam uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu untuk jang- ka waktu sekurang-kurangnya 3 tahun dengan menjanjikan im-balan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah diten-tukan terlebih dahulu. Penetapan tatacara penawaran obligasi adalah sehubungan dengan semakin meningkatnya kebutuhan in-vestasi dalam rangka pembangunan. Demikian pula tatacara pe-nawaran yang telah diatur itu memberikan kemudahan-kemudahan guna menghimpun serta mengerahkan dana dari masyarakat untuk tujuan pembangunan.

Dalam pada itu minat perusahaan baik PMDN maupun PMA yang akan "go public" cukup besar. Keadaan tersebut dimungkinkan antara lain karena pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini semakin mantap sehingga kepercayaan masyarakat terus mening- kat. Dengan diaktifkannya Pasar Modal proses perluasan pengi-kutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan telah berjalan cepat. Jika jumlah saham yang terdaftar pada tahun 1977 tercatat 260.260 lembar maka dewasa ini naik menjadi 37.902.696 lembar. Demikian pula peredaran saham yang pada tahun 1977 adalah rata-rata 149 lembar per hari maka kini peredaran telah menjadi 18.084 per hari. Jumlah dividen yang dinikmati para pemilik saham selama 5 tahun pasar modal telah aencapai Rp. 19,74 milyar.

XXII/13

Page 14: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 1

KEADAAN BADAN-BADAN USAHA NEGARA,SAMPAI 31 MARET 1983

(perusahaan)

1) Perseroan Terbatas yang berdiri sebelum terbit PP 12/19692) Bank Pemerintah3) Pertamina

XXII/14

Page 15: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Selanjutnya untuk lebih memantapkan usaha pembinaan dan pengembangan konsultansi maka dengan keputusan Menteri Koor-dinator Bidang Ekuin/Ketua Bappenas No. 069/Ket/11 tahun 1982 telah ditentukan tugas-tugas dan disempurnakan suaunan Team Pembina Pengembangan Konsultansi Indonesia. Team bertugas me-nyusun sasaran penyempurnaan dan pertimbangan mengenai keten-tuan-ketentuan cara penggunaan jasa-jasa konsultansi oleh instansi-instansi Pemerintah beserta pedoman pelaksanaannya. Ditentukan pula bahwa Team bertugas membantu pengembangan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia dan memberi pengarahan kepada Proyek Pengembangan Konsultansi Indonesia dalam ke-giatan-kegiatannya dalam peningkatan ketrampilan para konsul- tan. Sehubungan dengan itu maka dengan Keputusan-keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Negara Penertiban Apa-ratur Negara tahun 1983 telah ditetapkan Petunjuk mengenai Pengadaan dan Biaya Pekerjaan Konsultansi Konsultan Indonesia.

Dalam rangka mendorong ekspor barang-barang non migas serta makin memperlancar lalu lintas perdagangan luar negeri, maka Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan tentang pelak-sanaan ekspor, impor dan lalu lintas devisa. PP No. 1 tahun 1982 yang disusul dengan peraturan-peraturan Menteri Perda-gangan dan Koperasi, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Gubernur Bank Indonesia pada pokoknya memberikan kepada eksportir maupun eksportir produsen, beberapa macam kemudahan seperti kredit lunak, asuransi ekspor, keringanan biaya pela-buhan dan lain-lain. Eksportir juga dibebaskan dari kewajiban untuk menjual devisa/hasil ekspor kepada Bank Indonesia de- ngan tujuan agar para eksportir dapat memanfaatkan devisa yang diperolehnya semaksimal mungkin untuk pembelian bahan atau barang modal guna menunjang ekapornya lebih lanjut.

Mengenai pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah, pem-binaan oleh Pemerintah pada hakekatnya ditujukan untuk menga- tasi kesulitan yang dihadapi oleh para pengusaha golongan ekonomi lemah, yaitu kekurangan modal, kesulitan memasarkan hasil produksi, kesulitan memperoleh bahan baku/penolong dan kekurangan keahlian teknis/management. Dalam rangka membantu kebutuhan modal pengusaha golongan ekonomi lemah selama ini telah dikembangkan lembaga-lembaga keuangan bukan bank se-perti PT Bahana, PT Askrindo dan terakhir pendirian Perum Pe-ngembangan Keuangan Koperasi yang merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) lama.

XXII/15

Page 16: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Dalam pada itu untuk membantu para pengrajin sebagai pe-ngusaha golongan ekonomi lemah sejak Repelita I telah dikem-bangkan program BIPIK (Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil) dengan jalan memberikan latihan ketrampilan, bimbingan dan penyuluhan, bantuan peralatan dan percontohan, bantuan promosi serta pemasaran. Akhir-akhir ini Pemerintah telah me-nerapkan konsep pengembangan industri kecil dengan pemba-ngunan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) di samping pemba-ngunan Lingkungan Industri Kecil (LIK) sebagai model pengem-bangan industri kecil yang memberikan prasarana fisik tempat berproduksi dan berusaha. Diharapkan dengan model pengem-bangan ini dapat ditampung tenaga kerja yang lebih banyak dan dapat mendorong daya kreasi yang lebih maju. Demikian pula sistem "Bapak/Anak Angkat" juga sistem sub-kontrak dalam hu-bungan perusahaan besar dan perusahaan kecil yang dikembang- kan oleh Pemerintah, dan akhirnya pemberian pengutamaan ke-pada pengusaha golongan ekonomi lemah dalam pemborongan pekerjaan dan pembelian barang/bahan Pemerintah merupakan langkah pembinaan oleh Pemerintah dalam rangka pemerataan kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha.

6. Pengawasan dan Penertiban Operasional

Dalam rangka peningkatan pengawasan dan penertiban maka dengan Operasi Tertib atas dasar Instruksi Presiden No.9 tahun 1977 telah dilakukan serangkaian tindakan operasional berupa pemeriksaan serta penindakan untuk membantu Depar-temen/Lembaga dalam mengadakan penertiban di lingkungan masing-masing. Operasi Tertib terhadap penyalahgunaan ja-batan, komersialisasi jabatan, korupsi, pemborosan-pemboros- an, pungutan liar dan perbuatan tercela lainnya dimaksudkan untuk mendinamisasikan fungsi aparatur pengawasan Pemerintah dalam peningkatan tertib organisasi, kepegawaian, keuangan dan ketatalaksanaan dalam lingkungan Departemen/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Jika Operasi Tertib dihubungkan dengan pe-nertiban yang dilaksanakan oleh Departemen/Lembaga yang de- wasa ini menggunakan PP No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin sebagai dasar penindakan, maka dapatlah diartikan bahwa hasil-hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam Operasi Tertib dapat sepenuhnya digunakan sebagai dasar dalam penja- tuhan hukuman disiplin menurut PP No. 30 tahun 1980. Demikian pula hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Departemen sepe-nuhnya dapat digunakan sebagai dasar dalam penindakan menurut PP No. 30 tahun 1980.

XXII/16

Page 17: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Penerapan hukum seperti dikemukakan di atas telah berlaku dalam rangka tindak lanjut Operasi Tertib pada operasi-ope- rasi yang telah dilancarkan sejak sebelum keluarnya PP No.30 tahun 1980 antara lain Operasi Teratai, Operasi Merpati, Ope- rasi Tunas II dan III, Operasi Bersih dan Berwibawa yang baru-baru ini dilancarkan.

Walaupun Operasi Tertib telah memperoleh hasil-hasil yang nyata, sekurang-kurangnya dapat menciptakan iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan, namun tetap disadari bahwa peningkatan pengawasan dan penertiban masih harus terus dilaksanakan.

Mengenai hasil penertiban yang telah dicapai sejak dilan-carkannya operasi Tertib dari Juni 1977 sampai dengan Maret 1983 dapat dikemukakan bahwa aparatur Pemerintah yang ditin- dak meliputi 11.319 orang yang tersangkut dalam 7.839 kasus. Dari 11.319 orang yang ditindak, 10.098 orang dikenakan tin-dakan administratif, 981 orang dikenakan tindakan hukum dan 240 orang dikenakan tindakan lain.

Ikhtisar perkembangan Operasi Tertib periode Juni 1977 sampai dengan Maret 1983 dapat dilihat pada Tabel XXII - 2.

Pada tahun keempat Repelita III langkah-langkah usaha pe-nertiban yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya masih terus dilaksanakan. Antara lain telah dilakukan pener-tiban-penertiban eecara khusus sepertia. Operasi "Sihwa" dalam rangka penyelesaian pengangkatan te-

naga honorer Daerah menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan pengangkatan Kepala/Perangkat Kelurahan menjadi Pe- gawai Negeri Sipil. Pada bulan Desember 1982 sampai dengan Januari 1983 dilakukan Operasi Sihwa II pada 12 PropinsiDaerah Tingkat I dengan tujuan memperlancar proses pe-ngangkatan sisa-sisa tenaga honorer Daerah serta untuk me-nemukan hambatan-hambatan serta penyimpangan-penyimpangan yang ada.Dalam operasi tersebut telah terungkap pula penyelewengan yang dilakukan oleh oknum-oknum aparatur Pemerintah se-jumlah 36 orang, dan terhadap mereka telah dilakukan tin-dakan administratif berdasarkan PP No.30 tahun 1980 ten- tang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri.

b. Operasi Teratai dalam rangka penertiban angkutan jalan raya.

c. Operasi Tunas dalam rangka penertiban dalam proses peneri- maan murid baru SMTP/SMTA tahun ajaran 1982/83 di 8 Ibu- kota Propinsi. Dalam Operasi Tunas III yang diadakan pada

XXII/17

Page 18: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 2

IKHTISAR PERKEMBANGAN OPSTIB DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA,PERIODE JUNI 1977 s/d MARET 1983

*) Bukan pegawai negeri atau pegawai Perusahaan Negara (Perusahaan swasta sebagai supplier/kontraktor)

XXII/18

Page 19: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

bulan Juni dan Juli 1982 telah terungkap berbagai bentuk penyelewengan seperti penyalahgunaan wewenang, pungutan liar, penerimaan hadiah, pemalsuan lembar dokumen Peneri- maan Murid Baru, dan sebagainya. Oknum-oknum yang terlibat dalam kasus-kasus penyimpangan tersebut berjumlah 154 orang yang terdiri dari 70 orang Kepala SMTP, 59 orang Ke- pala SMTA, 8 orang guru SMUTP, 11 orang guru SMUTA dan 6 orang pejabat/pegawai Kanwil. Terhadap mereka telah dike- nakan tindakan hukuman disiplin berdasarkan PP No.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai. Demikian pula telah dilakukan operasi terhadap pemilikan ijazah palsu dan ijazah asli tetapi palsu dalam ling-kungan Departemen/instansi Pemerintah yang telah berhasil menindak 224 orang pegawai pemilik ijazah tersebut dengan perincian 63 orang tingkat sarjana, 47 orang tingkat sar- jana muda dan 114 orang tingkat SLTA ke bawah, sedangkan 363 orang lainnya masih dalam proses penelitian. Dalam pada itu melalui sarana operasi justisi terus diusahakan pemberantasan korupsi terhadap sementara pegawai negeri atau mereka yang telah memperoleh fasilitas dari Negara.

d. Operasi Vidya Griya dilakukan dalam rangka penertiban pe-laksanaan pembangunan gedung Inpres Sekolah Dasar.Hasil operasi yang dilakukan di 13 Propinsi dengan sasaran 178 Kecamatan tersebut meliputi keterlibatan 15 orang Bu- pati Kepala Daerah Tingkat 11, 548 orang pegawai negeri, 110 orang swasta dan seorang ABRI. Kepada yang bersang-kutan telah disarankan penindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam tahun 1982/83 dilanjutkan langkah-langkah kebijak- sanaan untuk memantapkan pelaksanaan pengawasan dan pener- tiban yang telah dimulai tahun-tahun sebelumnya, antara lain sebagai berikut:a.Terus mengembangkan sistem pengawasan yang diusahakan se-

cara terpadu dan terarah antara sesama aparatur pengawas- an, baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah dan Badan Usaha Milik Negara.

b.Meningkatkan pengawasan yang merupakan fungsi organik dari pelaksanaan manajemen, yaitu pengawasan oleh atasan lang-sung terhadap bawahan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.

c.Menciptakan dan memantapkan iklim pengawasan sehingga pe-ngawasan diterima sebagai sesuatu yang wajar serta dirasa-kan untuk kepentingan yang diawasi juga.

d.Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan atas pelaksana-an pembangunan dari berbagai macam segi, penggunaan uang,

XXII/19

Page 20: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

fisik pembangunan serta pemenuhan fungsional proyek se-hingga pengawasan itu bermanfaat sebagai umpan balik untuk penyempurnaan/perbaikan perencanaan dan pelaksanaan.

e. Meningkatkan kepekaan terhadap sorotan masyarakat dalam berbagai bentuk kritik dan lain-lain mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan sebagai abdi negara maupun abdi/pelayan masyarakat.

f. Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan untuk mende-teksi penyimpangan sedini mungkin agar dapat diambil langkah koreksi sebelum terlambat.

g. Makin memantapkan kedudukan dan fungai Inspektorat Jenderal Departemen sebagai aparatur pengawasan fungsional.

h. Mengembangkan hubungan kerja pengawasan secara terkoordi-nasikan di daerah dengan cara lebih memantapkan kedudukan dan fungsi Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagai aparat pengawasan Pe-merintah Daerah.

7. Penyempurnaan di bidang kepegawaian

Usaha penyempurnaan dibidang kepegawaian pada tahun 1982/ 83 merupakan kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Sebagai landasan untuk pembi-naan, telah ditetapkan Undang-undang No.8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang mengatur tentang kedudukan, ke-wajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri secara menyeluruh.

Lanjutan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bidang pembinaan pegawai negeri meliputi : (a) penyempurnaan pera-turan perundang-undangan di bidang kepegawaian; (b) pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian kepangkatan; (c) perbaikan penghasilan pegawai negeri; (d) pemberian jaminan lainnya; (e) perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun; (f) tata usaha kepegawaian; (g) pe-ningkatan kemampuan manajemen para pejabat dan peningkatan ketrampilan dan produktivitas kerja pegawai; dan (h) usaha-usaha lain di bidang pembinaan pegawai negeri.

Dengan berbagai usaha pembinaan dan penyempurnaan serta peningkatan diatas diharapkan akan semakin terjamin kete-nangan dan kegairahan bekerja pegawai negeri dan pada gilir-annya akan mendorong pegawai negeri untuk berprestasi dengan ketekunan dan rasa tanggungjawab yang besar sehingga pelak-aanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat teraelenggaia dengan lebih lancar.

XXII/20

Page 21: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

Sebagai salah satu lanjutan usaha untuk lebih memantapkan pembinaan pegawai negeri maka dalam tahun anggaran 1982 - 83 telah dikeluarkan peraturan perundang-undangan di bidang ke-pegawaian melalui empat Peraturan Pemerintah, enam Keputusan Presiden dan sejumlah Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Sebagai diketahui Undang-undang No.8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian bersifat mengatur berbagai pembinaan pegawai negeri, dengan Peraturan Pemerintah diatur ketentuan pelaksanaannya sedangkan dengan bentuk Keputusan Presiden diatur pelaksanaan operasionalnya. Selanjutnya petunjuk pe-laksanaan teknis dituangkan dalam Surat Keputusan atau Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Perincian dari peraturan-peraturan perundang-undangan se- perti dimaksud dapat dilihat pada Tabel XXII-3.

b. Pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian kepangkatan

Dalam tahun 1982/83 pengangkatan calon pegawai negeri pada Departemen/Lembaga berjumlah 138.507 orang.

Selain dari pengangkatan tersebut diatas maka diangkat pula:(i) Guru dan Penjaga Sekolah Dasar Inpres 121.100 orang;(ii) Tenaga medis dan para medis yang diperbantukan

pada Daerah otonom 8.587 orang;(iii) Pegawai negeri Daerah Otonom dan pegawai Honorer Daerah

34.083 orang;

Dengan demikian pengangkatan seluruh pegawai baru dalam tahun anggaran 1982/83 berjumlah 302.277 orang.

c. Perbaikan Penghasilan Pegawai Negeri dan Pejabat Negara

Dalam rangka usaha meningkatkan prestasi kerja untuk men-capai dayaguna dan hasilguna sebesar-besarnya Pemerintah se- cara bertahap telah berusaha memperbaiki penghasilan pegawai negeri dalam batas-batas kemampuan keuangan Negara. Semula perbaikan penghasilan itu dilakukan dengan menaikkan jumlah

XXII/21

Page 22: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 3

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKANTAHUN 1982/83 SEBAGAI PERATURAN PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1974

XXII/22

Page 23: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

tunjangan yang kemudian ditingkatkan dengan penyempurnaan sistem penggajian. Sejak tanggal 1 April 1977 telah diadakan Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil berdasarkan PP. No.7 tahun 1977. Perbaikan sistem penggajian didasarkan pada pe-ningkatan gaji pokok sehingga sangat menguntungkan bagi pe- gawai negeri kelak bila tiba waktunya menjalani masa pensiun karena pensiun pokok ditetapkan berdasarkan gaji pokok.

Sesuai dengan kemampuan keuangan Negara, tetap diusahakan perbaikan penghasilan rata-rata pegawai negeri (Tabel XXII-4).

d. Pemberian jaminan lainnya

Dalam rangka memperbaiki hak atas tabungan hari tua maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 685/KMK.0ll/1982 tahun 1982 pegawai negeri yang berhenti dengan hak pensiun berhak memperoleh tabungan hari tua sekurang-kurangnya Rp. 125.000,- demikian pula bagi pegawai negeri yang me-ninggal dunia sebelum masa pensiun, ahli warisnya menerima sekurang-kurangnya sebesar Rp. 125.000,

Apabila pegawai negeri sakit karena dinas atau mengalami kecelakaan karena dinas dan mengakibatkan yang bersangkutan sakit atau cacad maka ia mendapatkan pengobatan perawatan dan /atau rehabilitasi atas biaya Negara. Kepada pegawai negeri yang cacad karena dinas yang mengakibatkan ia tidak dapat be-kerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan yang besarnya ditentukan menurut kea- daan cacad yang diderita pegawai negeri yang bersangkutan.

Selanjutnya biaya pemakaman pegawai negeri yang tewas se-luruhnya ditanggung oleh Negara dan kepada keluarganya dibe-rikan penghargaan dalam bentuk uang duka tewas sebesar 6 kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,-.

Ketentuan-ketentuan di atas telah dilengkapi dengan PP No.1 tahun 1983 tentang Perlakuan terhadap Calon Pegawai Negeri yang Tewas Atau Cacad Akibat Kecalakaan Karena Dinas.

Dengan adanya jaminan pengobatan, perawatan dan/atau re-habilitasi serta penghargaan sebagaimana dimaksud di atas maka diharapkan setiap pegawai negeri melaksanakan tugasnya dengan bergairah dan dengan penuh rasa pengabdian serta ber-tanggung jawab.

XXII/23

Page 24: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII – 4

PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PEGAWAI NEGERI SIPIL,1979/80 – 1982/83

XXII/24

Page 25: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

e. Perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun

Perbaikan penghasilan pensiun yang berlaku bagi pensiunan pegawai negeri, pokok-pokoknya berlaku juga untuk pensiunan pejabat Negara. Untuk itu telah dikeluarkan peraturan per-undang-undangan tersendiri.

Dalam hubungan ini perincian perbaikan penghasilan rata- rata pensiunan pegawai negeri sejak tahun 1977/78 sampai de- ngan tahun 1982/83 dapat dilihat pada Tabel XXII - 5

Dalam rangka pemberian penghargaan kepada perangkat apa- ratur pemerintahan Desa maka Pemerintah telah pula menetapkan kebijaksanaan tentang pemberian pensiun atau tunjangan peng-hargaan bagi bekas kepala kelurahan dan perangkat kelurahan.

Berhubung dengan itu maka dengan PP No. 27 tahun 1982 telah diatur tentang pemberian pensiun atau tunjangan peng-hargaan bagi bekas kepala kelurahan dan pegawai kelurahan se- agai berikut

(i) Bagi kepala kelurahan yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih dan pegawai kelurahan yang telah mencapai usia 56 tahun atau lebih dan mempunyai masa kerja untuk pensiun 10 tahun atau lebih diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dengan hak pensiun sesuai dengan ketentuan Undang-undang No 11 tahun 1969.

(ii) Bagi kepala kelurahan yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih dan pegawai kelurahan yang telah mencapai usia 56 tahun atau lebih mempunyai masa kerja untuk pensiun kurang dari 10 tahun diberhentikan dengan hor- mat sebagai pegawai negeri dan diberikan tunjangan penghargaan. Besarnya penghargaan adalah 40% dari gaji pokok terakhir setiap bulan, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tunjangan penghargaan tersebut diberikan kepada yang bersangkutan selama masa kerja yang pernah dimiliki oleh yang bersangkutan pada waktu diberhentikan sebagai pegawai negeri, lamanya pemberian penghargaan tersebut sekurang-kurangnya 2 tahun.

Selanjutnya Pemerintah telah pula melakukan penetapan kembali pensiun bekas guru dalam dinas tetap pada perguruan swasta bersubsidi (PP No. 37 tahun 1982). Perlunya penetapan

XXII/25

Page 26: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 5

PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL,1979/80 dan 1982/83

(dalam rupiah)

XXII/26

Page 27: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

kembali tersebut ialah karena dengan berlakunya PP No. 13 ta- hun 1978 tentang Pengangkatan Guru Sekolah Swasta Bersubsidi Menjadi Pegawai Negeri Sipil timbul perbedaan pensiun pokok antara pensiunan bekas guru dalam dinas tetap pada perguruan swasta bersubsidi yang dipensiunkan sebelum berlakunya PP No. 13 tahun 1978 dan mereka yang dipensiunkan sejak berlakunya PP No. 13 tahun 1978.

Untuk menghilangkan perbedaan tersebut telah dikeluarkan PP No. 37 tahun 1982 tentang Penyesuaian/Penetapan Kembali Pensiun Pokok Bekas Guru Dalam Dinas Tetap Sekolah Swasta Bersubsidi yang menetapkan berlakunya peraturan perundang-undangan di bidang penaiun untuk pegawai negeri bagi mereka yang diberhentikan dengan hormat sebagai guru dalam dinas tetap sekolah swasta bersubsidi sebelum berlakunya PP No. 13 tahun 1978.

Perincian penyesuaian/penetapan kembali pensiun pokok ba- gi pensiunan bekas guru dalam dinas tetap sekolah swasta ber-subsidi dapat dilihat pada Tabel XXII - 6

f. Tata usaha kepegawaian

Dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan pegawai negeri atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja sangat di- perlukan adanya data kepegawaian yang lengkap, dapat diper- caya dan mudah ditemukan apabila diperlukan. Untuk itu perlu disusun dan dipelihara tata usaha kepegawaian.

Untuk penyusunan dan pemeliharaan tata usaha kepegawaian maka dalam tahun keempat Repelita III dilanjutkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

(i) Penetapan NIP bagi calon pegawai negeri sebanyak 301.836 orang.

(ii) Pemberian KARPEG bagi pegawai negeri yang baru diangkatdari calon pegawai negeri sebanyak 150.694 orang.

(iii)Perekaman data setiap pegawai negeri berikut perkem-bangannya ke dalam pita magnetis.

(iv) Penyusunan berkas pegawai negeri pada almari takah yang diperuntukkan untuk itu.

(v) Pengadaan standarisasi formulir usul-usul kenaikan pangkat yang merupakan penyederhanaan tata usaha kepe-gawaian.

XXII/27

Page 28: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 6

PENYELESAIAN PENETAPAN KEMBALI PENSIUN POKOK BAGI BEKAS GURU*)PADA SEKOLAH SWASTA BERSUBSIDI,

KEADAAN 31 MARET 1983(orang)

*) Bekas guru dalam dinas tetap sekolah bersangkutan

XXII/28

Page 29: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Mengenai inventarisasi jabatan dapat dikemukakan bahwa dalam Repelita III usaha inventarisasi jabatan yang telah di-mulai dalam Repelita II dilanjutkan dengan melengkapi daftar jabatan yang telah terkumpul di instansi Pusat maupun Daerah, sedang terhadap jabatan yang telah terkumpul setelah diteliti disusun dalam suatu daftar jabatan yang lengkap, yang memuat Daftar Nama, Susunan dan Jumlah Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

g. Peningkatan kemampuan manajemen para pejabat dan pening-katan ketrampilan dan produktivitas kerja pegawai

Penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan terus-menerus dilakukan bersamaan dengan usaha peningkatan kemampuan dan ketrampilan pegawai negeri melalui berbagai jenis kegiatan pendidikan dan latihan. Hal itu penting karena apabila unsur utama aparatur Pemerintah memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi disertai oleh disiplin dan dedi- kasi yang besar maka pelaksanaan tugas-tugas, baik tugas- tugas umum pemerintahan maupun pembangunan, akan berjalan lancar.

Pada tahun keempat Repelita III di samping semakin me-ningkatnya penyelenggaraan pendidikan dan latihan, juga di-tandai oleh beberapa hal seperti mulai dilaksanakannya secara serempak pola yang seragam dalam latihan pra-jabatan di seluruh jajaran aparatur pemerintah serta meningkatnya intensitas pertemuan-pertemuan koordinasi pendidikan dan latihan antara Lembaga Administrasi Negara sebagai instansi yang ber-tanggungjawab atas pembinaan pendidikan dan latihan pegawai negeri dengan Departemen/instansi Pemerintah.

Pembinaan pendidikan dan latihan pegawai negeri mencakup bidang yang luas yang dapat dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut

(i) Pendidikan dan latihan teknis fungsional, yaitu yang bertalian dengan kemampuan teknis sesuatu pekerjaan se-bagai pelaksanaan tugas pokok dan tenggungjawab fungsi- onal dari sesuatu Departemen/Lembaga.

(ii) Pendidikan latihan bidang administrasi yang dibedakan menjadi administrasi umum dan administrasi pembangunan; administrasi umum berkenaan dengan peningkatan kemam- puan teknik organisasi dan manajemen yang menjadi syarat bagi pimpinan, sedangkan administrasi pembangun- an berkepentingan dengan peningkatan kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta penilasian proyek/program pembangunan.

XXII/29

Page 30: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai melalui pro- gram tersebut adalah meningkatnya kemampuan aparatur Pemerin- tah sehingga terwujud aparatur yang makin bersih dan berwi- bawa, dan dengan demikian mendapat dukungan yang kreatif dari masyarakat.

Dalam pada itu kegiatan Sekolah Staf dan Pimpinan Ad-ministrasi (SESPA) ditujukan untuk mempersiapkan pegawai yang potensial guna menduduki jabatan eselon II pada instansi-instansi Pusat dan Daerah. SESPA diselenggarakan oleh masing-masing Departemen di samping juga oleh LAN untuk SESPA Nasio- nal. Guna peningkatan fasilitas penyelenggaraan, telah dise-diakan gedung kampus SESPA yang pembangunannya diharapkan se-lesai pada tahun 1983/84. Penyelenggaraan SESPA selama tahun 1978/79 sampai akhir Maret 1983 adalah sebagaimana tercantum pada Tabel XXII - 7.

Dalam rangka meningkatkan dan memantapkan kewaspadaan na-sional yang tinggi terhadap bahaya laten ideologi Marxisme/ Leninisme/Komunisme berdasarkan Instruksi Presiden NO.10 tahun 1982 telah diselenggarakan penataran para pejabat eselon I.

Termasuk dalam pendidikan dan latihan bidang administrasi umum ialah program-program pendidikan dan latihan tingkat ma- dya (SEPADYA), tingkat lanjutan (SEPALA) dan tingkat dasar (SEPADA) yang secara terus-menerus dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan serta memantapkan kemampuan pegawai dalam jabatan struktural eselon III ke bawah. Program-program ini juga merupakan program penjenjangan bagi pegawai negeri yang dipromosikan ke jenjang jabatan setingkat lebih tinggi dalam golongan jabatan pimpinan.

Pendidikan dan latihan bidang administrasi pembangunan yang diselenggarakan oleh Departemen/Lembaga masing-masing telah menunjukkan jumlah peserta yang meningkat. Jenis program ini penting karena bersangkutan dengan penerapan prinsip administrasi dan management dalam praktek penye-lenggaraan pembangunan seperti dalam penyelenggaraan trans-migrasi, evaluasi proyek-proyek pembangunan, administrasi perhubungan udara, administrasi kesehatan, dan lain seba-gainya.

XXII/30

Page 31: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 7

JUMLAH LULUSAN SESPA,1979/80 - 1982/83

XXII/31

Page 32: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Program Perencanaan Nasional (PPN) yang telah diseleng-garakan sejak tahun 1972, pada tahun 1982/83 telah melaksa- nakan program angkatan ke 11 yang diikuti oleh 125 orang pejabat dari Pemerintah Pusat dan Daerah serta instansi-instansi lain yang terlibat dalam tugas perencanaan dan pe-laksanaan pembangunan. Dari tahun pertama Repelita III sampai dengan tahun keempat Repelita III PPN telah mendidik 494 orang yang bekerja pada berbagai instansi di seluruh Indo-nesia. Seperti diketahui Program Perencanaan Nasional dimak- sudkan untuk memberikan pengetahuan dalam penggunaan berbagai peralatan analisa yang diperlukan dalam teknik perencanaan dan evaluasi proyek-proyek pembangunan.

h. Usaha lain di bidang pembinaan pegawai negeri

Penyempurnaan di bidang kepegawaian melalui berbagai jenis kegiatan lainnya merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk memperlancar pembangunan. Pembinaan tersebut dimaksud- kan selain untuk meningkatkan kemampuan` aparatur Pemerintah dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan maupun pem-bangunan, juga ditujukan ke arah terwujudnya aparatur Pe- merintah yang makin bersih dan berwibawa karena aparatur yang demikian akan mendapat dukungan aktif dari masyarakat yang mendambakan keadilan dan kemakmuran.

i. Penyempurnaan adminiatrasi bidang-bidang lain

Dalam rangka penyempurnaan dan penertiban administrasi, pada tahun 1982/83 berbagai usaha lainnya telah pula dilan-jutkan antara lain di bidang administrasi pengerahan peneri- maan Negara, administrasi material dan pengelolaan perleng-kapan, administrasi pengadaan barang/peralatan Pemerintah, administrasi perijinan, kearsipan dan sebagainya.

Dalam tahun keempat Repelita III dilanjutkan usaha untuk, menciptakan iklim perpajakan yang semakin baik bagi pertum-buhan industri dan perdagangan serta memelihara kestabilan perekonomian. Lebih lanjut kebijaksanaan penerimaan Negara dilaksanakan untuk menunjang usaha-usaha memperluas lapangan kerja, meratakan pendapatan masyarakat dan meningkatkan kese-jahteraan rakyat. Khusus dalam rangka mendorong investasi ma-syarakat maka Pemerintah senantiasa berusaha menciptakan iklim fiskal dengan pemberian berbagai fasilitas pajak, an- tara lain pajak peraeroan, pajak penjualan impor, bea masuk dan sebagainya. Selanjutnya berbagai cara peningkatan pela-

XXII/32

Page 33: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

yanan kepada masyarakat dilakukan antara lain dengan penga- turan yang lebih baik seperti dalam penyelesaian banding dari berbagai pajak. Dalam pada itu Pemerintah telah memperketat persyaratan jasa Akuntan Publik. Tindakan ini diambil dalam usaha melindungi masyarakat agar tidak disesatkan oleh la- poran-laporan Akuntan Publik yang tidak benar.

Administrasi perlengkapan Pemerintah terus-menerus diusa- hakan penyempurnaannya pada semua tahap, yaitu dari tahap pe-rencanaan sampai dengan tahap penentuan penghapusan. Suatu team interdepartemental melalui Proyek Pengembangan Sistem Pengadaan dan Administrasi Pengurusan Barang telah merumuskan rancangan pengelolaan/administrasi perlengkapan yang lebih efisien, seragam dan terkoordinasikan. Team tersebut telah pula menyusun ketentuan-ketentuan penghapusan perlengkapan dalam kaitannya dengan pelelangan/penjualannya. Dalam hu-bungannya dengan penghapusan perlengkapan maka dengan Keppres No. 5 tahun 1983 telah ditentukan bahwa pengadaan dan pemeli-haraan kendaraan perorangan dinas milik Negara sebagai sarana pelaksanaan tugas para pejabat di lingkungan Departemen/Lem- baga dan instansi Pemerintah lainnya yang merupakan beban bagi keuangan Negara perlu dihapuskan dengan menjual kenda- raan kepada pejabat Pemerintah yang bersangkutan. Demikian pula dengan PP No. 82 tahun 1982 telah diperbarui pelaksanaan penjualan rumah negeri dengan cara-cara yang lebih baik. Juga dengan Keppres No. 81 tahun 1982 telah diperbarui penetapan status rumah-rumah negeri.

Selanjutnya dalam rangka pengendalian dan pengkoordina- sian pengadaan atau pembelian barang/peralatan yang diperlu- kan Departemen/Lembaga maka dengan Keppres No. 17 tahun 1983 telah disempurnakan susunan dan fungsi Team Pengendali Pe-ngadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang telah dibentuk de- ngan Keppres No. 10 tahun 1980 jo. Keppres No. 1 tahun 1981. Susunan Team menjadi sebagai berikut : Menteri Sekretaris Ne- gara sebagai ketua, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Ne-gara/ Wakil Ketua Bappenas dan Menteri Muda Urusan Peningkat- an Penggunaan Produksi Dalam Negeri masing-masing sebagai Wa- kil Ketua, dan Gubernur Bank Indonesia, Dirjen Anggaran, Dir- jen Industri Logam Dasar, Asisten Menteri Sekneg Urusan Admi-nistrasi Pemerintah dan Administrasi Lembaga-lembaga Pemerin- tah Non Departemen, Deputy Bappenas Bidang Ekonomi, Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Ketua BKPM dan Asisten Menko EKUIN dan Pengawasan Pembangunan masing-masing sebagai anggota.

Team di samping menyelenggarakan fungsi sebagaimana di-tentukan dalam Keppres No. 14 A tahun 1980 jo. Keppres No. 18

XXII/33

Page 34: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

tahun 1981, yaitu menetapkan standar surat perjanjian/kontrak untuk berbagai pemborongan/pembelian termasuk pembelian tanah serta pedoman penggunaan standar kontrak tersebut, juga me-ngadakana. penelitian dan penetapan jenis, jumlah spesifikasi, harga

serta cara pengadaan barang/peralatan serta pemborongan pekerjaan yang diperlukan oleh Departemen-departemen, Lem- baga-lembaga Pemerintah Non Departemen, Pertanina, Bank- bank milik Pemerintah dan Badan-badan Usaha Milik Negara serta Pemerintah Daerah Tingkat I dan Pemerintah Daerah Tingkat II.

b. penilaian terhadap segi teknis dan mutu barang/peralatan serta pemborongan pekerjaan agar diperoleh hasil yang ter- baik dengan harga yang paling menguntungkan bagi Negara serta sebanyak mungkin menggunakan produksi dalam negeri.

c. koordinasi dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan barang/peralatan serta pemborongan pekerjaan yang telah ditetapkan.

d. pembinaan administrasi dan dokumentasi pengadaan barang/ peralatan.

Penyempurnaan tatacara dalam rangka perluasan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan bagi pengusaha melalui berbagai kemudahan juga terus dikembangkan. Dalam tahun 1982/83 Departemen Pertanian berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 325/Kpta/Um/5/1982 telah mengadakan penyempur- naan terhadap prosedur perijinan untuk usaha dalam subsektor Perkebunan. Sebelumnya Departemen Perdagangan telah berhasil menyempurnakan tatacara pengajuan permohonan, penanganan dan pengeluaran surat ijin usaha perdagangan yang lebih sederhana dari masa sebelumnya. Dalam tahun keempat Repelita III Departemen Perdagangan bersama dengan Departemen Keuangan, Bank Indonesia dan Departemen Perhubungan telah melanjutkan perbaikan prosedur pelaksanaan ekspor dan impor sebagai tindak lanjut dari PP No. 1 tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan Lalu Lintas Devisa. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut di atas diharapkan dapat makin merangsang kegiatan dunia usaha.

Sementara itu usaha penyempurnaan kearsipan negara terus dilakukan dengan mengintensifkan penertiban dan pembinaan ke-arsipan. Dengan meningkatnya tugas-tugas pembangunan yang di-laksanakan oleh aparatur Pemerintah maka aemakin banyak pula arsip-arsip yang dibuat dan diterima oleh aparatur Peme-rintah. Bertambah banyaknya arsip ini merupakan tantangan tersendiri di bidang administrasi. Oleh karena itu agar arsip yang mengandung data dan informasi dapat dimanfaatkan dengan

XXII/34

Page 35: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

sebaik-baiknya diperlukan penyelenggaraan kearsipan yang di- dukung oleh sistem kearsipan yang mantap, personil yang meme- nuhi perayaratan di samping fasilitas yang memadai bagi ke-tertiban dan kelancaran pelaksanaannya.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas utama dalam program pembinaan dan penyempurnaan kearaipan diletak- kan pada bidang kearsipan dinamis untuk menunjang sistem in-formasi yang efektif dan efisien. Dalam hubungan ini untuk penyelenggaraan kearsipan dinamis telah dikembangakan sistem kearsipan yang akan menjadi pola baku dalam administrasi di Indonesia. Sistem ini yang dikenal dengan nama Sistem Kear-sipan Kartu Kendali telah disebarluaskan dan diterapkan oleh berbagai instasi Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Pada tahun 1982/83 kegiatan terus ditingkatkan untuk pemantapan sistem kearsipan kartu kendali.

Mengenai pembinaan kearsipan dinamis-inaktif dapat dike-mukakan bahwa dewasa ini sedang disiapkan pedoman yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan nilaiguna arsip sehingga diharapkan setiap Departemen/Lembaga akan segera da- pat menyusun jadwal retensi arsip.

Mengenai kearsipan statis dapat disebutkan bahwa pada ta- hun 1982/83 telah diusahakan peningkatan pembinaannya dengan peningkatan penyimpanan dan penataannya serta perawatan dan pengawetannya. Arsip-arsip statis yang tersimpan pada Arsip Nasional selain terdiri dari arsip dalam bentuk tekstual/ter- tulis juga arsip pandang-dengar (audio-visual) yang meliputi arsip film, arsip foto dan arsip suara/rekaman. Untuk arsip pandang-dengar yang memerlukan tempat penyimpanan dan cara perawatan khusus sedang dibangun depot seluas 3.220 m2 yang diharapkan akan dapat digunakan pada akhir Repelita III.

Dalam pada itu untuk meningkatkan kemampuan para pelak- sana pengelolaan arsip maka pada tahun 1982/83 sebagai kelan- jutan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya telah diselenggarakan penataran arsip yang diikuti oleh peserta-peserta dari ins- tansi Pusat maupun Daerah. Selanjutnya dalam rangka pengadaan tenaga kearsipan secara menyeluruh Arsip Nasional telah me-ngadakan kerjasama dengan Universitas Indonesia sehingga pada tahun ajaran 1982/83 dapat dibuka program diploma ilmu kear-sipan yang bertujuan mendidik para calon archivist tingkat menengah. Sejak tahun 1982/83 itu pula Arsip Nasional setiap tahunnya menyediakan beasiswa ikatan dinas bagi 15 orang ma-hasiswa program diploma tersebut.

XXII/35

Page 36: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

D. SISTEM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

1. Pendahuluan

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1982/83 berfungsi sebagai rencana opera- sional tahunan yang diusahakan mencerminkan pola kebijaksa- naan, prioritas dan program dari pada rencana pembangunan un- tuk tahun bersangkutan.

Dalam penyusunan anggaran seperti pada tahun-tahun sebe-lumnya, dalam tahun keempat Repelita III Pemerintah tetap menganut prinsip bekerja atas dasar kemampuan keuangan yang dapat dihimpun dan melakukan kegiatan atas dasar prinsip-prinsip : (a) hemat, tidak mewah dan efisiensi, dan (b) ter- arah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan serta fungsi masing-masing Departemen/Lembaga. Lain dari pada itu sejak Repelita I ditempuh kebijaksanaan anggaran berim-bang yang dinamis, yaitu penyesuaian pengeluaran dengan penerimaan di mana realisasi penerimaan diusahakan meningkat me-lalui penciptaan tabungan Pemerintah. Sebagai gambaran dapat disebutkan bahwa apabila dalam tahun pertama Repelita III (tahun 1979/80) realisasi pembiayaan pembangunan yang dike-lola oleh Departemen/Lembaga berjumlah Rp. 1.480,3 milyar ma- ka dalam tahun anggaran 1982/83 telah meningkat menjadi Rp. 3.260,9 milyar. Sedangkan pembiayaan bantuan pembangunan Daerah yang dalam tahun 1979/80 berjumlah Rp. 548,9 milyar maka dalam tahun 1982/83 mencapai jumlah sebesar Rp. 1.090,4 milyar. Selanjutnya realisasi pembiayaan pembangunan lainnya dalam tahun 1979/80 adalah sebesar Rp. 668,7 milyar, sedang- kan dalam tahun 1982/83 telah mencapai jumlah sebesar Rp. 1.083,4 milyar.

Penyediaan biaya pembangunan dilakukan secara fungsional menurut program-program yang lebih lanjut diperinci dalam pe-nyediaan biaya untuk tiap proyek. Penyediaan biaya tersebut diarahkan untuk meningkatkan hasil pembangunan, yaitu menye-lesaikan proyek-proyek dari tahun sebelumnya, membangun pro- yek-proyek baru, dan sebagainya. Penyediaan biaya antara lain juga ditujukan untuk terus membina aparatur Pemerintah agar lebih mampu melaksanakan tugas yang makin meningkat sebagai konsekuensi dari makin meluasnya jangkauan pembangunan. Pada pokoknya sistem pembiayaan dan kebijaksanaan pelaksanaan pem-bangunan ditujukan untuk mendukung pelaksanaan rencana pem-bangunan yang tidak terlepas dan harus terkait erat dengan Trilogi Pembangunan.

XXII/36

Page 37: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Pada tahun anggaran 1982/83 sistem pembiayaan pembangunan yang meliputi tatacara penyelenggaraan pembiayaan tetap dida-sarkan pada Keputusan Presiden yang berlaku untuk tahun-tahun sebelumnya, yaitu Keppres No. 14 A tahun 1980 yang disempur-nakan dengan Keppres No. 18 tahun 1981 yang kedua-duanya me-rupakan pedoman pelaksanaan APBN dan juga sebagai salah satu pengaturan pengendaliannya. Tujuan yang hendak dicapai ialah agar pelaksanaan APBN dapat berjalan lebih efektif dan efi- sien serta sekaligus mengarah pada segi pemerataan pemba- ngunan dengan memberikan kesempatan pengembangan industri da- lam negeri. Penekanan pada segi pemerataan pembangunan dicer-minkan dalam berbagai pasal Keppres tersebut yang merumuskan pemberian kesempatan berusaha kepada pengusaha golongan eko- nomi lemah dengan pengutamaan produksi dalam negeri sebagai rekanan barang/jasa Pemerintah Pusat maupun Daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, untuk pembelian maupun pemborongan pekerjaan. Demikian pula pelaksanaan APBN ditujukan untuk me-nunjang sasaran-sasaran pemerataan kegiatan pembangunan dan perluahan kesempatan kerja di semua Daerah dengan pengutamaan pengusaha setempat untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksana- an proyek-proyek pembangunan.

Ketentuan berbagai pasal dalam Keppres tersebut telah di-lengkapi pula dengan prosedur pelaksanaan yang lebih memudah- kan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri atau Surat Keputusan Bersama beberapa Menteri seperti ketentuan tentang pengutama- an produksi dalam negeri, prakualifikasi di tingkat Daerah, pedoman pelaksanaan proyek Gedung Pemerintah dan perumahan dinas, biaya pengadaan tanah untuk keperluan proyek sek-toral,tatacara peraetujuan kontrak multiyears, prosedur dan penata usahaan bantuan luar negeri, dan lain sebagainya.

Keppres No. 14 A tahun 1980 jo. Keppres No. 18 tahun 1981 mempunyai sasaran pula untuk menunjang penyempurnaan aparatur Pemerintah melalui ketentuan pengendalian dan peningkatan pe-ngawasan, terutama pengawasan yang melekat pada fungsi orga- nik pimpinan terhadap bawahan. Untuk kelancaran, kedaya-guna- an dan kehasil-gunaan pengadaan barang/peralatan yang diper-lukan Departemen/Lembaga pada tahun 1980 telah dibentuk Team Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah dengan Keppres No. 10 tahun 1980 yang bertugas mengendalikan dan mengkoordinasi pengadaan atau pembelian barang/peralatan. Team tersebut telah diperluas keanggotaannya serta ditingkat- kan fungsinya dengan Keppres No. 17 tahun 1983 sebagai pe-nyempurnaan Keppres No. 10 tahun 1980. Berdasarkan Keppres No. 15 tahun 1980 telah ditetapkan tatacara penyediaan dana dan tatacara pelaksanaan pembayaran dalam rangka pengadaan

XXII/37

Page 38: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

barang/peralatan Pemerintah. Kebijaksanaan yang tertuang da- lam Keputusan-keputusan Presiden tersebut dimakaudkan agar pengendalian dan penentuan pengadaan barang/peralatan Peme-rintah dapat dilakukan secara terpusat dan terkoordinasikan.

Selanjutnya untuk dapat menilai pelaksanaan proyek terus dimantapkan sistem pengendalian proyek yang memungkinkan identifikasi bagi pemecahan masalah secepatnya serta penyem-purnaan perencanaan berikutnya. Dalam sistem pengendalian yang terus dikembangkan itu maka Bappeda Tingkat Propinsi di-ikutsertakan sebagai penguji silang terhadap pelaporan oleh Pemimpin Proyek. Dalam hubungan ini untuk pengefektifan pe-ngawasan dan pengendalian telah dibentuk Team Koordinasi Pe-ngendalian dan Pengawasan Pembangunan di Daerah yang bertugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan sektoral maupun regional.

2. Penyusunan Anggaran Pembangunan

Setiap tahun sebelum RAPBN diajukan untuk dibahas oleh DPR rancangan Anggaran Pembangunan diausun dan ditetapkan berdasarkan perkiraan tentang besarnya dana pembangunan yang dapat disediakan, khususnya tabungan Pemerintah dan dana ban- tuan yang berasal dari luar negeri. Guna menjamin kelangsung- an kegiatan pelaksanaan proyek-proyek, maka Pemerintah me-nganut sistem yang memungkinkan penggunaan siaa anggaran pem-bangunan. tahun-tahun lalu dalam tahun anggaran yang sedang berjalan. Untuk meningkatkan daya serap anggaran maka penggu- naan sisa anggaran pembangunan (SIAP) dalam tahun anggaran berikutnya dibatasi hingga selambat-lambatnya 3 tahun ang-garan berturut-turut.

Secara terus-menerus diusahakan agar perumusan rencana proyek menjadi lebih baik dan lebih terarah dengan tetap di-tuangkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP). DIP dimaksudkan se- bagai program kegiatan proyek untuk mencapai suatu hasil tertentu dalam jangka waktu setahun. Di samping itu DIP menunjukkan penggunaan dana berdasarkan suatu rencana fisik yang konkrit sehingga dengan demikian dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengendaliannya. Walaupun sejak tahun 1980/81 format DIP disederhanakan, yaitu yang semula terdiri dari 6 halaman menjadi 3 halaman, namun tetap mengandung pengarahan kegiatan secara berencana. DIP juga sekaligus berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Untuk pelaksanaan operasio- nal Proyek maka atas dasar DIP Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahi proyek ber-

XXII/38

Page 39: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

sangkutan menerbitkan Petunjuk Operasional (P0) bagi pelaksa- naan proyek yang memuat uraian dan perincian dari DIP ter-sebut serta petunjuk khusus yang perlu dilaksanakan oleh Pe-mimpin Proyek. PO digunakan sebagai sarana pengawasan bagi Inspektur Jenderal Departemen/Pemimpin Unit Pengawasan pada Lembaga dan juga sebagai alat pengawasan bagi Direktur Jen-deral atau Pejabat yang setingkat pada Departemen/Lembaga. Hal ini menunjukkan perubahan tekanan pengawasan pre-audit kepada pengawasan post-audit yang menyebabkan fungsi penga- wasan oleh atasan langsung menjadi sangat dominan.

Pengeluaran Anggaran Pembangunan diperinci berdasarkan alokasi menurut susunan Sektor yang diperinci lebih lanjut dalam Sub Sektor, Program dan Proyek. Kecuali itu Anggaran Pembangunan juga disusun dalam masing-masing Bagian Anggaran (Departemen/Lembaga) bersangkutan. Dengan demikian secara jelas dapat terlihat hubungan secara matriks antara susunan Anggaran Pembangunan menurut Sektor (vertikal) dan menurut Departemen/Lembaga (horisontal).

Sebagaimana dianut dalam Repelita III anggaran menurut susunan vertikal meliputi 18 Sektor, sedangkan menurut susun- an horisontal meliputi 27 Bagian Anggaran.

Sementara itu dalam tahun 1982/83 fleksibilitas dalam pe-laksanaan proyek tetap dimungkinkan dengan diberikannya ke-longgaran lebih luas sejak tahun anggaran 1979/80 kepada De-partemen/Lembaga untuk mengadakan perubahan/penggeseran (revisi DIP) hal-hal tertentu bila keadaan memerlukannya. Kriteria pokok revisi tetap menggunakan ketentuan dan tata cara yang berlaku pada tahun-tahun sebelumnya.

Seperti juga pada tahun-tahun sebelumnya maka pada tahun 1982/83 diusahakan agar supaya hubungan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan dapat lebih serasi dan konsisten serta dapat saling menunjang. Demikian pula terus diadakan peningkatan keserasian hubungan institusional antara Bappenas dan Departemen Keuangan maupun dengan Departemen/Lembaga lainnya dengan maksud agar terdapat kesesuaian jadwal waktu dalam penyusunan RAPBN, kesepakatan dalam penyusunan petunjuk penilaian DIP, keseragaman dalam pengolahan DIP, kerjasama dalam pengaturan pelaksanaan anggaran, dan lain sebagainya.

XXII/39

Page 40: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

3. Prosedur pelaksanaan anggaran pembangunan

Tiap tahun RAPBN disampaikan dalam minggu pertama bulan Januari, yaitu 3 bulan sebelum mulai berlakunya tahun ang- garan baru. Sebagai rencana operasional tahunan RAPBN disah- kan oleh DPR menjadi Undang-undang APBN, sedangkan pedoman pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Presiden. Undang- undang untuk tahun 1982/83 adalah Undang-undang No. 5 tahun 1982, sedangkan Keputusan Presiden dimaksud adalah tetap Keppres No. 14 A tahun 1980 yang disempurnakan dengan Keppres No. 18 tahun 1981 karena kedua Keppres dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran yang tidak terikat hanya untuk tahun tertentu.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara khususnya Anggaran Pembagunan, telah makin meningkat dari tahun ke tahun, yang untuk tahun anggaran 1982/83 mencapai jumlah sebesar Rp. 15.607,300 milyar. Untuk itu diperlukan tatacara sedemikian rupa sehingga pelaksanaannya semakin lancar, namun tanpa me-ninggalkan keterarahan dan tanpa meninggalkan asas-asas pe-ngawasan. Tatacara demikian yang menjamin kelancaran, keter-tiban, keterarahan dan keamanan pelaksanaan operasionalnya telah tertuang dalam Keppres No. 14A tahun 1980 yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 18 tahun 1981. Penyempurnaan Keppres No. 14 A tahun 1980 dengan Keppres No. 18 tahun 1981 menyangkut keikutsertaan pengusaha golongan ekonomi lemah dalam pelelangan untuk pembelian/pemborongan dengan maksud agar pemberian berbagai kelonggaran kepada pengusaha tersebut dapat mencapai sasarannya.

Selanjutnya untuk lebih lancarnya pelaksanaan pembiayaan maka atas dasar Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara telah dirumuskan pedoman prakualifikasi di tingkat Daerah yang berisi petunjuk prakualifikasi di tingkat Daerah tentang tatacara registrasi dan klasifikasi pekerjaan pembo-rongan, pengadaan barang dan jasa serta jasa konsultan. SKB 3 Menteri tersebut menunjukkan usaha Pemerintah yang lebih po- sitif guna menciptakan pemerataan. SKB 3 Menteri tersebut yang berlaku mulai tanggal 1 Maret 1982 menentukan bahwa se- tiap paket pekerjaan dengan biaya sampai Rp.100 juta harus dilaksanakan oleh rekanan/pemborong di lingkungan propinsi yang bersangkutan dengan pelelangan terbatas. Untuk pele-langan bernilai lebih dari Rp. 500 juta dicarikan rekanan/-pemborong dari luar propinsi bersangkutan apabila di propinsi tersebut tidak terdapat rekanan/pemborong yang mampu.

XXII/40

Page 41: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Selanjutnya pelaksanaan operasional proyek-proyek dilaku- kan atas dasar Petunjuk Operasional (P0) yang disusun oleh Direktur Jenderal atau Pejabat setingkat pada Departemen/Lem- baga yang membawahi proyek untuk mempertegas tanggung jawab atasan langsung terhadap pelaksanaan fisik dan keuangan pro- yek. Hal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Benda-harawan didudukkan sebagai pejabat komtabel murni sesuai de- ngan ketentuan-ketentuan Undang-undang Perbendaharaan Negara. Kemudian pengujian atas kebenaran tagihan Negara tidak lagi dilakukan oleh Kantor Perbendaharaan Negara, melainkan kini oleh pelaksana operasional, yaitu Pemimpin Proyek. Batas wak- tu penilaian oleh Kantor Perbendaharaan Negara bukan lagi 3 hari seperti sebelum tahun 1980/81, tetapi telah dipersingkat menjadi 2 hari.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pemimpin Proyek me-ngirimkan Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pem-bangunan (SPJP) selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada Direktur Jenderal atau Pejabat setingkat pada Depar-temen/Lembaga yang membawahkan proyek bersangkutan dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lembaga bersangkutan dan kepada Kepala KPN. Bersamaan waktunya dengan pengiriman tersebut selembar tem- busan SPJP disertai dengan tanda bukti pengeluaran bersang-kutan dikirimkan langsung oleh Pemimpin Proyek kepada Biro Keuangan Departemen/Lembaga bersangkutan. Dengan pengiriman SPJP kepada Direktur Jenderal atau pejabat setingkat mengan- dung arti bahwa penelitian pertanggungjawaban pada tingkat post-audit dilakukan oleh aparat Departemen/Lembaga sendiri. Kemudian selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan setelah penerimaannya KPN menyelesaikan pemeriksaan dan mengirimkan SPJP kepada Kanwil Ditjen Anggaran disertai tembusan tanda bukti pengeluaran dan catatan hasil pemeriksaan/penelitiannya.

Di samping SPJP yang dikirimkan oleh Pemimpin Proyek, Bendaharawan Proyek selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan mengirimkan Laporan Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) me-ngenai bulan yang baru lalu kepada KPN. Dalam hal ini Direk- tur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga mengambil langkah-langkah penyelesaian apabila terjadi kelam-batan penyampaian LKKP tersebut.

Dalam hal pelelangan untuk pemborongan, yang berlaku pula bagi Pemerintah Daerah maupun Badan Usaha Milik Negara meru-pakan usaha pemberian kesempatan yang lebih luas kepada pengusaha golongan ekonomi lemah. Dalam hubungan ini dapat di-

XXII/41

Page 42: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

kemukakan pula bahwa apabila dalam pelelangan untuk pembo-rongan/pembelian yang terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam surat per-janjian (kontrak) ditetapkan kewajiban untuk bekerjasama de- ngan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat, an-tara lain dengan Sub Kontraktor atau leveransir barang. Pem-borong/rekanan diwajibkan untuk membuat laporan periodik me-ngenai pelaksanaan ketetapan di atas untuk disampaikan kepada Pemimpin Proyek yang bersangkutan dan apabila ketentuan-ketentuan itu dilanggar maka di samping kontrak akan batal, pemborong/rekanan yang bersangkutan dikeluarkan dari Daftar Rekanan yang Mampu (DRM).

Dalam pada itu ditentukan pula bahwa pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang memperoleh pekerjaan pemborongan/ pembelian dengan kelonggaran 10% seperti disebutkan terda-hulu, maka ia harus melaksanakan sendiri pekerjaan pemborong-an/pembelian tersebut dan dilarang menyerahkan pekerjaan pem-borongan/pembelian barang tersebut kepada pihak lain. Pelang-garan terhadap ketentuan ini mengakibatkan batalnya kontrak dan dikeluarkannya pemborong/rekanan bersangkutan dari DRM.

Dalam rangka usaha untuk membantu pemborong/rekanan go-longan ekonomi lemah diadakan ketentuan bahwa pemborong/re-kanan yang memperoleh kontrak.pemborongan pekerjaan atau kon- trak pembelian Pemerintah dapat menggunakan kontrak tersebut sebagai bahan untuk memperoleh fasilitas pembayaran uang muka dari nilai perjanjian dan/atau fasilitas kredit dari Bank Pe-merintah untuk membiayai pelaksanaan kontrak tersebut. Keten- tuan ini telah dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan pelaksa-naannya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia.

Tentang kontrak "multiyears", yaitu kontrak untuk pelak-sanaan pekerjaan yang mengikat.dana anggaran untuk masa lebih dari satu tahun anggaran ditentukan agar dilakukan dengan pembuatan kontrak induk yang meliputi seluruh pekerjaan, se-dangkan pembiayaan tahunannya disesuaikan dengan anggaran da- lam masing-masing tahun anggaran bersangkutan. Ketentuan ter- sebut telah dilengkapi pula dengan tatacara berdasarkan Surat Edaran Bersama Departemen Keuangan dan Bappenas.

Selanjutnya prosedur pelelangan menggunakan asas yang le- bih terbuka dengan pengumuman dan penjelasan kepada Kamar Da-gang dan Industri Indonesia (KADIN) serta asosiasi anggota KADIN yang bersangkutan. Demikian pula ketentuan mengenai tempat diadakannya pelelangan yang lebih jelas untuk nilai-

XXII/42

Page 43: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

nilai pelelangan dengan batas tertentu dan di lokasi ter- tentu. Juga diperjelas ketentuan mengenai pembentukan Panitia Prakualifikasi di masing-masing Departemen/Lembaga untuk pe-kerjaan pemborongan/pembelian di tingkat Pusat dan dimasing-masing Daerah. Ketentuan keterbukaan lainnya ialah bahwa Gu-bernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Ke- pala Daerah Tingkat II mengumumkan proyek-proyek yang akan dilaksanakan di daerah masing-masing, baik proyek-proyek sek-toral maupun proyek-proyek bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah berdasarkan Instruksi Presiden melalui KADIN.

Ketentuan-ketentuan sebagaimana diuraikan di atas menun-jukkan adanya kaitan pelaksanaan APBN dengan kebijaksanaan pemerataan, terutama pemerataan berusaha, pemerataan kesem- patan kerja dan pemerataan pembangunan disemua daerah, demi-kian pula lebih diperluas pelimpahan kewenangan dan lebih di-perjelas pedoman operasionalnya.

4. Pengendalian pelaksanaan proyek

Dalam Keppres No. 14 A tahun 1980 jo. Keppres No. 18 ta- hun 1981 pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa tahun anggar- an berlaku dari tanggal 1 April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Dilengkapi dengan pasal 68 ayat (1) yang mewajibkan Pemimpin Proyek bertanggungjawab baik dari segi keuangan maupun dari segi fisik untuk proyek yang dipimpinnya sesuai dengan DIP dan PO untuk proyek tersebut, serta ayat (4) yang menentukan bahwa Pemimpin Proyek bertang-gungjawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya, me-nunjukkan secara jelas bahwa dalam pelaksanaan proyek, Pemim- pin Proyek berkewajiban untuk selalu berusaha melakukan ke-giatan-kegiatan sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan fisik dan pelaksanaan pembiayaan sebagaimana telah dijadwalkan da- lam PO berdasarkan DIP dari proyek bersangkutan.

Namun demikian dalam pelaksanaan proyek tidak jarang ter- jadi timbulnya hambatan-hambatan yang semula tidak diduga yang mengganggu kelancaran pelaksanaan. Untuk hal itu diper- lukan adanya sistem pengendalian proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan identifikasi masalah-masalahnya guna diada- kan tindak lanjut berupa tindakan korektif secepatnya serta penyempurnaan perencanaan berikutnya.

Dalam sistem pengendalian yang berlaku sejak tahun ang-garan 1977/78 terdapat unsur yang mendorong instansi-instansi

XXII/43

Page 44: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

yang berwenang untuk bertindak aktif dalam mengelola proyek masing-masing. Ketentuan-ketentuan yang berlaku secara nasio- nal mengenai pengendalian proyek-proyek pembangunan yang di-biayai oleh APBN melalui prosedur DIP adalah sebagaimana dia- tur pada pasal 68 ayat (3) yang menyatakan bahwa Pemimpin Proyek bertanggungjawab atas penyampaian laporan-laporan pada waktunya kepada pejabat-pejabat yang ditentukan. Selanjutnya pasal 75 serta Lampiran II Keppres No. 14 A tahun 1980 jo. Keppres No. 18 tahun 1981 menentukan kewajiban Pemimpin Pro- yek untuk menyampaikan laporan triwulan baik mengenai DIP ta- hun bersangkutan maupun mengenai DIP SIAP kepada Menteri/ Ketua Lembaga bersangkutan, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bersangkutan, Menteri Negara PPLH dan Inspektur Jenderal Departemen/Pemimpin Unit Penga-wasan pada Lembaga bersangkutan, selambat-lambatnya satu bu- lan setelah berakhirnya triwulan bersangkutan.

Di samping itu Bappeda Tingkat I menyampaikan laporan triwulan dari proyek-proyek yang ada di daerahnya baik menge- nai DIP tahun bersangkutan maupun mengenai DIP SIAP kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bersangkutan, Menteri Keu-angan, Ketua Bappenas dan Menteri Negara PPLH, juga selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya triwulan bersang- kutan. Untuk keperluan itu telah ditetapkan formulir B-1 yang perlu diisi baik oleh Pemimpin Proyek masing-masing maupun oleh Bappeda Tingkat I. Yang terpenting dalam laporan itu ialah dimuatnya perkembangan pelaksanaan proyek dalam penca- paian sasaran-sasaran fisik/pembiayaan/fungsional proyek, ma-salah-masalah yang dihadapi, tindak lanjut yang diperlukan dan instansi-instansi yang diharapkan dapat membantu penyele-saian dan catatan-catatan lain dari pelapor.

Dalam rangka pengendalian proyek-proyek pembangunan se- cara nasional ditentukan pula bahwa Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengikuti dan mengawasi perkembangan proyek-proyek yang ada di daerahnya. Hal ini dilakukan berdasarkan laporan dari Pemimpin Proyek dan Bappeda Tingkat I maupun dengan me-lakukan penelitian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para Pemimpin/Bendaharawan Proyek dalam wila-yahnya dan selanjutnya melaporkan secara berkala ataupun in-sidentil mengenai keadaan suatu proyek atau proyek-proyek bersangkutan. Selanjutnya laporan tersebut disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, Departemen yang ber-sangkutan, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas dan Menteri Ne-gara PPLH.

XXII/44

Page 45: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Selanjutnya perkembangan pelaksanaan Anggaran Pembangunan yang sebagian besar digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan secara berkala dilaporkan oleh Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas kepada Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam pada itu berbagai Departemen/Lembaga mengembangkan pula berbagai kegiatan pelaporan yang,sistemnya dikembangkan oleh Departemen/Lembaga masing-masing dalam usaha pengendali- an pelaksanaan program dan proyek yang menjadi tanggungjawab- nya, disamping sistem pengendalian secara nasional.

Pada tahun anggaran 1982/83 Bappenas dan Ditjen Anggarantelah menelaah. usaha perbaikan sistem pengisian DIP dan Lem- baran Kerja (LK) yang berkaitan pula dengan usaha penyempur- naan sistem pengendalian. Penelaahan tersebut antara lain te- lah dapat menghasilkan perumusan batasan dan arti bagian pro- yek serta tolok ukur sehingga diharapkan akan memudahkan eva-luasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan berdasarkan kriteria yang lebih jelas.

Selanjutnya sebagai bagian dari sistem pengendalian pro- yek dikembangkan pula laporan bulanan dalam bentuk Surat Per-tanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangunan (SPJP) yang dikirimkan oleh Pemimpin Proyek selambat-lambatnya pada tang- gal 10 tiap bulan.kepada Direktur Jenderal atau pejabat se-tingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahkan proyek ber-sangkutan dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal Depar-temen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lembaga bersangkutan dan kepada Kepala KPN setempat. Demikian pula ditentukan kewa-jiban Bendaharawan Proyek untuk mengirimkan Laporan Keadaan Kas Anggaran Pembangunan (LKKP) selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan kepada Kepala KPN sebagai pelengkap sistem pengen-dalian proyek.

Sistem pengendalian pelaksanaan proyek-proyek pembangunan seperti diuraikan di atas telah dirasakan manfaatnya dalam memperlancar terselenggaranya pengelolaan proyek untuk menca- pai tujuan serta sasaran sesuai dengan jadwal waktu dan ren- cana yang telah ditetapkan.

5. Pengawasan Keuangan Negara

Untuk mengimbangi makin meningkatnya volume Anggaran Pembangunan sebagai akibat dari makin meluasnya kegiatan pem-bangunan, maka pengawasan yang dilakukan oleh aparatur penga- wasan perlu secara terus-menerus ditingkatkan. Tujuannya ada

XXII/45

Page 46: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

lah agar pelaksanaan pembangunan dapat. mencapai sasaran se- perti yang telah ditetapkan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna tanpa kebocoran atau penghamburan.

Salah satu peraturan pengawasan penting yang terarah de- wasa ini ialah Keppres No. 14 A tahun 1980 yang disempurnakan dengan Keppres No. 18 tahun 1981 tentang Pelaksanaan APBN ka-rena disamping mewajibkan peningkatan pengawasan fungsional, juga lebih menegaskan kewajiban atasan untuk mengawasi bawah- an. Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan seorang pelaksana adalah tugas atasan langsungnya yang merupakan tugas yang me-lekat pada setiap jabatan pimpinan, seperti halnya kewajiban setiap atasan untuk memberikan petunjuk operasional kepada bawahannya.

Mengenai kegiatan pengawasan keuangan Negara dapat dike-mukakan bahwa pada tahun anggaran 1982/83 makin dimantapkan perangkat pengawasan keuangan untuk dapat melakukan tugas me-meriksa pelaksanaan prosedur-prosedur administrasi maupun operasi dalam bidang keuangan, pemeriksaan pelaksanaan audit, dan sebagainya. Dalam hubungan ini Inspektur Jenderal Depar-temen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lembaga telah memperoleh sarana yang lebih memadai dengan penyempurnaan struktur dan organisasi, peningkatan anggaran belanjanya serta peningkatan jumlah dan mutu tenaga pengawas. Dalam hal ini langkah yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara ialah menambah jumlah tenaga pengawas dan meningkatkan penge-tahuan tenaga pengawas yang ada melalui Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Di samping itu telah juga ditambah beberapa kantor pengawasan di daerah dan meningkatkan kedudukan bebe-rapa kantor daerah menjadi kantor wilayah sesuai dengan me-ningkatnya kebutuhan pemeriksaan di daerah yang bersangkutan karena bertambahnya proyek-proyek pembangunan. Dalam rangka ini maka dalam tahun 1982/83 telah ditingkatkan kedudukan Kantor Akuntan Negara/Kantor Pengawasan Anggaran Negara di Denpasar, Banjarmasin dan Jayapura menjadi Kantor Wilayah, sehingga dewasa ini DJPKN memiliki kantor-kantor pengawasan di daerah sebanyak 10 buah Kantor Wilayah, 7 buah Kantor Akuntan Negara dan 7 buah Kantor Pengawasan Anggaran Negara.

Pengawasan oleh DJPKN dilakukan dengan pemeriksaan finan- sial dan pemeriksaan operasional. Pemeriksaan finansial dila-kukan terhadap proyek-proyek Repelita III yang dapat dilihat pada Tabel XXII - 8 dan Tabel XXII - 9 yang mencerminkan pe-ningkatan pemeriksaan dari tahun ke tahun. Di samping itu pe-meriksaan itu telah. menunjukkan kemajuan disiplin dari para

XXII/46

Page 47: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII - 8

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN1)TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA,

1978/79 - 1982/83

1) Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara2) Terdapat penggabungan (merger) dari beberapa badan

usaha milik negara (BUMN) dan likwidasi di beberapa BUMN

XXII/47

Page 48: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

TABEL XXII – 9

HASIL-HASIL PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN 1) TEHHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA,1978/79 - 1982/83

1) Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara2) Mulai tahun anggaran 1979/80, DIP berfungsi sebagai SK0 3) Nilai pembayaran barang atau pekerjaan yang fiktif

XXII/48

XXII/48

Page 49: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

pelaksana proyek yang dapat dilihat pada perkembangan berita acara yang tidak benar berturut-turut 0,2%, 0,2%, 0,1%, dan 0,1%, untuk tahun 1979/80, 1980/81, 1981/82 dan 1982/83 dari nilai anggaran yang diperiksa, demikian pula realisasi fisik yang tidak sesuai dengan DIP tercermin dari jumlah kejadian- nya, yaitu 0,5%, 0,2%, 0,2%, dan 0,1% masing-masing untuk ta- hun 1979/80, 1980/81, 1981/82 dan 1982/83. Ini berarti bahwa kejadiannya sangat terbatas meskipun jumlah proyek pembangun- an dari tahun ke tahun terus meningkat.

Meskipun berbagai kemajuan telah dicapai namun tetap di-sadari bahwa ada berbagai hal yang perlu mendapat perhatian dan usaha-usaha perbaikannya.

Selanjutnya pemeriksaan operasional telah dilakukan ter- hadap beberapa program pembangunan proyek-proyek Inpres. Dari hasil pemeriksaan ini diketahui bahwa masih ada beberapa ma-salah yang harus ditanggulangi, yaitu masalah koordinasi, mi-salnya antara program peningkatan poduksi pangan dengan pro- gram pengairan, perencanaan pembangunan jaringan irigasi baru dengan penempatan transmigran, dan lain sebagainya.

Di samping pemeriksaan terhadap anggaran proyek juga di-lakukan pemeriksaan terhadap Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang pelaksanaannya terus menerus ditingkatkan sehing- ga jumlah laporan pemeriksaan bertambah, yaitu berturut-turut 904 laporan, 978 laporan, 1.325 laporan dan 1.498 laporan, termasuk laporan atas pemeriksaan cabang-cabang perusahaan, dalam tahun 1979/80, 1980/81, 1981/82 dan 1982/83. Pelaksana-an pemeriksaan terhadap BUMN ini meliputi pemeriksaan atas Persero, Perum, Perjan dan Perusahaan-perusahaan Negara yang didirikan dengan Undang-undang tersendiri seperti Pertamina dan Bank-bank milik Pemerintah, yang pada umumnya dilakukan terhadap Neraca dan Perkiraan Rugi/Laba yang diakhiri dengan pernyataan akuntan yang dapat dipergunakan untuk menilai ke-majuan dan ketertiban administrasi BUMN. Berdasarkan tahun buku yang diperiksa dalam tahun 1979, 1980, 1981 dan 1982 ternyata pernyataan wajar atas laporan keuangan BUMN terus meningkat berturut-turut 56%, 64%, 71% dan 76% dari jumlah perusahaan yang diperiksa. Hal ini menunjukkan semakin ber-tambah baiknya administrasi perusahaan. Lebih lanjut pemerik- saan juga dilakukan secara rutin terhadap kontraktor minyak asing yang, sasaran pemeriksaannya ditujukan kepada kebenaran perhitungan pembagian hasil, ekspor minyak mentah dan kewa-jaran biaya-biaya serta penyetorannya kepada Negara.

XXII/49

XXII/49

Page 50: APARATUR PEMERINTAH - Bappenas · Web viewHal ini menunjukkan pengalihan titik berat pengawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan didudukkan sebagai

Dalam rangka makin meningkatkan hasil-hasil pelaksanaan pengawasan, maka penyempurnaan pelaksanaan pengawasan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah secara terus menerus diusahakan. Dalam tahun anggaran 1982/83 telah dilangsungkan serangkaian sarasehan sebagai forum koordinasi aparatur pe-ngawasan fungsional, yaitu DJPKN, Inspektorat Jenderal Depar-temen dan Inspektorat Jenderal Pembangunan yang diselenggara- kan oleh Menteri Negara PPLH. Dalam sarasehan-sarasehan ter-sebut telah dibahas masalah-masalah dasar pengawasan, faktor organisasi dan perangkat pengawasan, pelaksanaan pengawasan dewasa ini, lingkungan kerja aparatur pengawasan, pengolahan dan analisa data serta tindak lanjut hasil pengawasan. Kesim-pulan yang telah dirumuakan menunjukkan masih adanya berbagai kelemahan yang merupakan tantangan untuk diatasi dengan pe-nyempurnaan secara terus-menerus sejalan dengan usaha penyem-purnaan administrasi bidang-bidang lainnya. Dalam kaitan ini maka sebagai salah satu langkah penyempurnaan telah dapat di- susun suatu Rancangan Pedoman Juklak Pengawasan untuk menye-ragamkan penyelenggaraan pengawasan, kesatuan pengertian di bidang pengawasan dan memudahkan koordinasi serta meningkat- kan daya guna dan hasil guna pengawasan.

Dengan penyempurnaan administrasi pengawasan sebagai pe-nunjang penyempurnaan aparatur Pemerintah maka diharapkan pe-ngelolaan keuangan Negara terselenggara lebih baik dalam men- capai sasaran pembangunan yang telah ditentukan.

XXII/50