Anthon Wahju Pramono

3
BENY HANDOKO VS MISBAKHUN Para tweeps (sebutan pengguna situs jejaring sosial Twitter) gempar. Beny “@benhan” Handoko, resmi dipolisikan. Tuduhannya cukup mengejutkan. Beny dianggap mengotori nama baik mantan politisi partai Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Misbakhun. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis enam bulan penjara dengan masa percobaan satu tahun terhadap terdakwa kasus penghinaan dan pencemaran nama baik. Hakim menilai Benny bersalah karena telah dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau mentransmisikan dokumen yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik terhadap Muhammad Misbakhun. Menurut majelis hakim, Benny terbukti melanggar Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Pasal 27 ayat 3 sendiri berisi “setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.” Sebagai akibatnya, Beny dikenai sanksi seperti yang termuat di Pasal 45 Ayat 1 “setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).” Putusan ini lebih ringan dibanding tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang menuntut Benny satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun. Hal yang meringankan adalah karena Benny bersikap santun selama persidangan berlangsung. Benny juga dianggap masih berusia muda dan diharapkan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Apalagi ia mempunyai sepasang tanggungan, anak dan istri. Terakhir, Benny masih bersih dari hukuman pidana. Sementara itu, hal yang memberatkan, perbuatan Benny dianggap merugikan orang lain.

description

knkn

Transcript of Anthon Wahju Pramono

Page 1: Anthon Wahju Pramono

BENY HANDOKO VS MISBAKHUN

Para tweeps (sebutan pengguna situs jejaring sosial Twitter) gempar. Beny “@benhan” Handoko, resmi dipolisikan. Tuduhannya cukup mengejutkan. Beny dianggap mengotori nama baik mantan politisi partai Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Misbakhun.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis enam bulan penjara dengan masa percobaan satu tahun terhadap terdakwa kasus penghinaan dan pencemaran nama baik. Hakim menilai Benny bersalah karena telah dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau mentransmisikan dokumen yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik terhadap Muhammad Misbakhun.

Menurut majelis hakim, Benny terbukti melanggar Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Pasal 27 ayat 3 sendiri berisi “setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.” Sebagai akibatnya, Beny dikenai sanksi seperti yang termuat di Pasal 45 Ayat 1 “setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Putusan ini lebih ringan dibanding tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang menuntut Benny satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun. Hal yang meringankan adalah karena Benny bersikap santun selama persidangan berlangsung. Benny juga dianggap masih berusia muda dan diharapkan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Apalagi ia mempunyai sepasang tanggungan, anak dan istri. Terakhir, Benny masih bersih dari hukuman pidana.

Sementara itu, hal yang memberatkan, perbuatan Benny dianggap merugikan orang lain.

Rinci kasus ini sendiri diawali saat Benny menyebut Misbakhun sebagai perampok Bank Century melalui akun Twitter-nya.

"@Misbakhun: perampok bank Century, pembuat akun anonim penyebar fitnah, penyokong PKS, mantan pegawai Pajak di era paling korup," tulis Benny Desember 2012 lalu.

Kicauan itu berujung panjang. Terjadi twitwar (perang tweet) yang cukup sengit di antara Misbakhun dan Benny saat itu. Hingga endingnya, Misbakhun pun mengancam akan memproses Benny secara hukum.

"Anda @benhan harus bisa menjelaskan ke saya 'merampok' Bank Century. Walaupun kata merampoknya menggunakan tanda petik. Sudah saya capture. Sulit lari," tulis Misbakhun mengakhiri twitwar itu.

Tiga hari kemudian, Misbakhun mendatangi Mapolda Metro Jaya untuk melaporkan kasus pencemaran nama baik tersebut. Benny pun menanggapi santai laporan Misbakhun itu. Lalu, kasus ini kembali mencuat ke publik ketika Benny ditahan di rutan Kelas I Cipinang oleh pihak kejaksaan.

Page 2: Anthon Wahju Pramono

Anthon Wahju Pramono vs HM Lukminto

Pada Juli 2013, Anthon Wahju Pramono, seorang notaris berusia 64 tahun, disidangkan dalam kasus pengancaman kepada HM Lukminto di Pengadilan Negeri Solo, Jawa Tengah. Anthon digugat karena menegur dan mengirimkan SMS dengan bahasa yang dinilai kasar ke Lukminto, yang merupakan pemilik pabrik tekstil raksasa, Sritex. Anthon dijerat dengan Pasal 29 junto Pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Dalam pasal 29 sendiri disebutkan “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.” Sehingga putusan hakim yang didasarkan pada keterangan saksi beserta alat bukti tentu memenuhi syarat pelanggaran UU ITE pasal 29. Dan sebagaimana di atur dalam UU yang sama setiap orang yang terbukti melakukan tindak kriminal seperti yang tertuang dalam pasal 29, maka akan digiring ke pasal 45 ayat 3 yang berbunyi, “setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”

Sampai sekarang tidak jelas detail isi pesan singkat yang dikirimkan oleh Anthon kepada HM Lukminto karena korban (Lukminto) meyebut tak mau isi sms tersebut dipublikasikan secara luas. Namun dalam persidangan, saksi ahli yang didatangkan dari Universitas Gadjah Mada, Prof DR Chamamah Soeratno yang merupakan ahli bahasa dari Fakultas Ilmu Budaya meyebut jika substansi pesan yang dikirimkan oleh Anthon harus dilihat dari konteksnya. Jika si pengirim tidak berniat mengancam dan penerima tidak merasa terancam, maka itu tidak masuk unsur pidana. Ia menjelaskan, bahasa merupakan alat efektif untuk berkomunikasi antara pihak satu dengan lawan bicaranya sehingga, orang melakukan komunikasi harus dilihat konteksnya. Menurut dia, bahasa yang dituliskan oleh Anthon melalui pesan pendek terhadap korban jika dinilai dari konteksnya tersebut dianggap suatu peringatan. Karena, orang melakukan hal itu, pasti ada penyebabnya sebelumnya. Ia menilai sms itu hanya peringatan kepada korban. Jika korban merasa takut, juga harus dilihat dulu konteksnya. Keduanya harus dihadirkan untuk diperiksa dampak dari sms itu. Menurut dia, jika dilihat dari bahasa setiap orang berkomunikasi mempunyai konteks yang berbeda seperti seorang ibu dengan anaknya. Seseorang melakukan ancaman itu, ada tingkatannya. Prof Chamamah menilai bahasa yang dituliskan oleh terdakwa bukan ancaman tetapi peringatan kepada korban agar jangan melakukan lagi perbuatan yang pernah dilakukan.