ANODONTIA
description
Transcript of ANODONTIA
ANODONTIA
A. Definisi
1,3
Anodontia atau anodontia vera (complete anodontia) merupakan kelainan yang secara umum
digambarkan dengan keadaan tidak tumbuhnya semua gigi, dan sangat jarang terjadi dalam
bentuk kelainan tunggal tanpa abnormalitas lain. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi
tetap/permanen, walaupun semua gigi susu terbentuk dalam jumlah lengkap. Anodontia termasuk
dalam kriteria gangguan maloklusi yaitu susunan gigi yang tidak beraturan dan hubungan gigi
antara rahang atas dan bawah tidak ideal. Kelainan lain yang jarang terjadi namun lebih umum
daripada anodontia vera adalah anodontia parsial yang terdiri dari hipodontia dan oligodontia.
Hipodontia merupakan suatu kelainan genetik yang melibatkan absennya 1 hingga 6 gigi,
sedangkan istilah oligodontia dipakai untuk mendeskripsikan kondisi di mana lebih dari 6 gigi
hilang/ tidak tumbuh.
Gambar 1.1.Hipodontia, Oligodontia, dan Anodontia
Kondisi ini dapat melibatkan gigi sulung dan gigi permanen, namun kebanyakan kasus hanya
terjadi pada gigi permanen. Fenomena ini sering dikaitkan dengan sindroma non-progresif kulit
dan saraf yang disebut ectodermal dysplasia. Anodontia, khususnya, sering menjadi bagian dari
gejala sindroma tersebut dan jarang terjadi sebagai satu kondisi tunggal.
B. Etiologi
2
Penyebab anodontia, baik complete maupun partial anodontia, secara garis besar disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan dan genetik. Kegagalan proliferasi sel basal gigi dari
lamina dental dapat disebabkan oleh infeksi (misal: rubella, osteomielitis), trauma, obat-obatan
(misal: thalidomide), kemoterapi atau radioterapi. Mutasi beberapa gen diketahui menyebabkan
tidak tumbuhnya gigi permanen. Anodontia sering terlihat sebagai bagian gejala dari sebuah
sindroma, terutama yang melibatkan anomali ektodermal (seperti sindroma
oculomandibulodyscephaly, mesoectodermal dysplasia dan ectodermal dysplasia), dan juga pada
beberapa kondisi non-sindrom seperti labioschisis dengan atau tanpa palatoschisis.
Oculomandibulocephaly ditandai dengan adanya mikroftalmia, sclera biru, mikrosefali, gigi
sulung tumbuh namun gigi permanen tidak terbentuk. Tanda-tanda mesoektodermal dysplasia
adalah wajah yang lebar, deformitas mata, distrofi otot, premaksila tidak berkembang, dan
komplit hypodontia. Ektodermal dysplasia pada pasien ditandai dengan adanya kuku jari tangan
dan kaki yang distrofi, kelainan kelenjar eksokrin dan kelenjar keringat. Agenesis gigi
kemungkinan disebabkan oleh defek beberapa gen, yang secara sendiri-sendiri atau bersamaan
menyebabkan munculnya gejala.
C. Patogenesis
Gigi berasal dari dua jaringan embrional, yaitu ektoderm, yang membentuk enamel, dan
mesoderm yang membentuk dentin, sementum, pulpa, dan juga jaringan-jaringan penunjang.
Perkembangan gigi geligi pada masa embrional dimulai pada minggu ke-6 intrauterin ditandai
dengan proliferasi epitel oral yang berasal dari jaringan ectodermal membentuk lembaran epitel
yang disebut dengan primary epithelial band. Primary epithelial band yang sudah terbentuk ini
selanjutnya mengalami invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal membentuk 2 pita pada
masing-masing rahang yaitu pita vestibulum yang berkembang menjadi segmen bukal yang
merupakan bakal pipi dan bibir dan pita lamina dentis yang akan berperan dalam pembentukan
benih gigi. Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu
perkembangan,kalsifikasi, dan erupsi. Tahap perkembangan gigi dibagi lagi menjadi
inisiasi, proliferasi, histodiferensiasi, morfodiferensiasi, dan aposisi. Penderita anodontia
mengalami halangan pada proses pembentukan benih gigi dari epitel mulut, yakni pada tahap
inisiasi.
D. Klasifikasi
1. Hipodontia adalah keadaan dimana pada rahang tidak tumbuh 1-6 gigi.
2. Oligodontia adalah keadaan dimana lebih dari 6 gigi tidak tumbuh.
3. Anodontia adalah keadaan dimana semua gigi tidak tumbuh, dan lebih sering mengenai gigi-
gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Anodontia diklasifikasikanlagi menjadi:
a. Anodontia total adalah keadaan dimana pada rahang tidak ada lagi gigi susu maupun gigi
tetap.
b. Anodontia parsial adalah keadaan dimana pada rahang terdapat satu atau lebih gigi yang tidak
tumbuh dan lebih sering terjadi pada gigi permanen daripada gigi susu.
E. Diagnosis
Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan radiografik untuk memastikan memang
semua benih gigi benar-benar tidak terbentuk. Pada kasushypodontia, pemeriksaan radiografik
panoramik berguna untuk melihat benih gigi manasaja yang tidak terbentuk
F . Terapi
Dilakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin bila terdapat kecurigaan terjadinya
kelainan ini. Terapi yang diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan dan pemasangan gigi
prostetik.
Daftar Pustaka
1. Institute of Dental and Craniofacial Research. 2011. Anodontia.
http://children.webmd.com/anodontia
2. Wu, C.C., Wong, R.W., Hagg, U. A review of hypodontia: the possible etiologiesand
orthodontic, surgical and restorative treatment options — conventional andfuturistic.
Hong Kong Dent J. Vol 4 No 2 December 2007.
3. Ohno, K., Ohmori, I. Anodontia with hypohidrotic ectodermal dysplasia in a
youngfemale: a case report. Pediatric Dentistry –22:1, 2000