Angular Cheilitis Words

download Angular Cheilitis Words

of 4

Transcript of Angular Cheilitis Words

2.2. Angular Cheilitis 1. Diagnosis Berdasarkan kasus yang ada pada skenario, didapatkan; gambaran secara klinis didapatkan gambaran sebagai berikut; fissure

horizontal,multiple,panjang sekitar 4 mm,kemerahan dan sakit serta letaknya pada sudut yang terjadi secara bilateral (kiri dan kanan), diagnosa sebagai angular cheilitis (Lewis,Michael A.O,Tinjauan Klinis Penyakit Mulut,hal 42). Gejala yang nampak adalah bahwa luka ini terasa nyeri dan akan menyebabkan sedikit berdarah bila penderita membuka mulut. Angular cheilitis terjadi secara bilateral karena sudut mulut yang didukung oleh dua muskulus Pterigoideus medialis pada masingmasing sisi. Muskulus tersebut dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum. Pada kedua sisi mukosa tersebut mengalami gaya yang sama saat proses mastikasi, dan akhirnya dapat mengerosi mukosa sudut mulut, sehingga angular cheilitis terjadi secara bilateral. Jika dibiarkan terus-menerus maka erosi tadi akan melebihi lapisan basal, yang disebut sebagai ulser. Angular cheilitis ini dapat diasosiasikan dengan kandidosis intraoral dalam bentuk apa saja. Spesies Candida dapat diisolasi dari dua per tiga penderita angular cheilitis, baik sendiri maupun berkombinasi dengan Staphilokokus atau Streptokokus.

Gambaran Klinis Angular Cheilitis

Untuk memastikan diagnosa angular cheilitis pada skenario, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaaan mikrobiologi. Angular cheilitis ini lebih baik dilakukan pemeriksaan penunjang, dalam hal ini adalah biopsi dari hasil swab pada daerah yang tererosi. Hasil swab tersebut diletakkan pada glass obyek dan difiksasi dengan alcohol 95 %, setelah itu langsung dikirim ke laboratorium mikrobiologi guna diteliti etiologi dari angular cheilitis. Dari pemeriksaan patologi tersebut dapat diketahui etiologi dari angular

cheilitis, apakah single etiologi atau multiple etiologi. Mengetahui banyaknya etiologi suatu penyakit merupakan hal yang penting karena berhubungan erat dengan penatalaksaannya. Jika etologinya jamur, nantinya pada pemeriksaan mikrobiologi akan terlihat bentukan hifahifa dari Candida albicans. Sedangkan jika etiologinya adalah bakteri maka akan terlihat koloni-koloni bakteri. Hapusan dan usapan secara terpisah harus dilakukan untuk tiap sudut mulut, setiap anterior nares, palatum, dan permukaan geligi tiruan atas yang berkontak dengan palatum. Bekas kumur-kumur juga harus dikirim untuk pemeriksaan kultur (Lewis,Michael A.O,Tinjauan Klinis Penyakit Mulut,hal 42). Jika berdasarkan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, etiologi kasus yang ada pada skenario merupakan multiple faktor, dalam hal ini karena jamur (Candida albicans) dan bakteri (Staphilokokus aureus atau Streptokokus aureus). Maka terapi yang diberlakukan juga lebih dari satu.

Candida albicans pada spesimen

Streptokokus aureus pada spesimen

2. Faktor Predisposisi Angular Cheilitis kemungkinan juga bisa didorong oleh kurangnya vitamin B2 (riboflavin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine), atau B12 (cyanocobalamin) bersamaan dengan kurangnya asupan zat besi atau bisa juga melemahnya daya tahan tubuh seperti pada penderita HIV.

Pasta gigi dan peralatan kosmetik juga telah diketahui memperparah kelainan ini. Alergi kontak yang disebabkan oleh pasta gigi dan kosmetik juga memicu terjadinya angular chelitis ini. Bahkan kadang kala beberapa makanan dan minuman seperti orange juice akan bisa memperparah keadaan ini. Angular cheilitis ini juga bisa terjadi pada seseorang dengan gigi tiruan dimana gigi tersebut tidak pas lagi. Gesekan dan lipatan pada jaringan lunak rongga mulut oleh karena denture atau gigi tiruan yang tidak pas juga akan menciptakan kelainan ini. Gigi tiruan yang tidak pas akan menyebabkan air liur terkumpul di dalam sudut mulut dan bisa menimbulkan kelainan ini. Kebiasaan buruk seperi menghisap jari, menghisap bibir, menggigit kuku, pemakaian dot pada bayi, hilangnya gigi, paparan sinar matahari, bibir yang terlalu terpapar angin dan udara yang terlalu dingin serta melemahnya sistem imun juga bisa mendorong kelainan ini. Beberapa kelainan kulit seperti atopic atau seborrhoiec dermatitis bisa memicu terbentuknya Angular cheilitis ini pada individu yang peka. 3. Rencana Perawatan Terapi pertama kali yang dapat dilakukan adalah terapi simptomatis. Terapi ini berfungsi untuk menghilangkan keluhan-keluhan yang ada, misalnya perih saat mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam. Untuk menghilangkan keluhan seperti ini dapat digunakan cream, misalnya Decubal cream (merk dagang). Cream ini berfungsi sebagai pelembab. Cream ini mengandung lanolin dalam bentuk murni dan bersifat hipoalergenik. Decubal cream juga mengandung zat lemak yang sama dengan zat-zat lemak yang terdapat pada kulit, sehingga membuat cream ini mudah meresap ke dalam kulit dan melumasi mukosa sudut mulut. Selain Decubal cream, juga dapat diberikan Solcoseryl. Solcoseryl merupakan obat topical lesi mulut. Solcoseryl ini berfungsi meningkatkan regenerasi sel dan bekerja degam cara merekat pada mukosa dengan membentuk suatu selaput yang dapat melindungi mukosa terhadap iritasi selama makan. Selanjutnya dapat diberikan anti jamur, misalnya Mikostatin dan Polyene. Anti jamur ini bersifat fungisidal, artinya dapat berikatan dengan sterol pada dinding membran sehingga merusak permeabilitas dinding jamur dan metabolisme sel jamur. Dapat diberikan tiap 6 jam selama 4 minggu. Selain anti jamur, juga dapat diberikan antibiotik, dalam hal ini adalah Efisol liquid yang bekerja dengan cara memusnahkan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang bersifat pathogen. Penggunannya dengan cara kumur-kumur. Jika terdapat kekurangan vitamin dan zat besi, maka juga diberikan suplai vitamin dan zat besi. Hal ini

bisa didapatkan dari produk makanan olahan yang mengandung susu, cereal atau biji bijian, kemudian sayuran yang berdaun dan sebagainya. Yang paling penting sebelum terapi di atas adalah Dental Health Education. Artinya pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan mulut juga memegang peranan penting. Misalnya saja tanpa kita sadari, kebiasaan membasahi bibir, terutama pada sudut mulut dengan saliva mengakibatkan Candida dan bakteri berkumpul pada sudut tersebut dan akhirnya dapat menginfeksi jaringan mukosa ketika sistem imun tubuh menurun. Hasil dari infeksi tersebut secara klinis, mukosa sudut mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi, setelah itu menjadi fisura eritematosa yang dalam dan melebar dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir, selanjutnya menimbulkan ulkus dan keropeng dan membentuk nodula-nodula. Bila terdapat faktor predisposisi denture atau gigi palsu, maka diperlukan perawatan atau pembuatan denture atau gigi tiruan yang baru.