Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

52

description

EPIDEMIOLOGI

Transcript of Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Page 1: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf
Page 2: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Gambaran Klinis dan Diagnosis dan terapi

Tb-HIV

Page 3: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Gambaran Klinis TB yang Umum

Onset perlahan dan perjalanan penyakit kronik

Gejala Respirasi

Batuk (biasanya berdahak) > 2-3 minggu

Batuk darah

Nyeri dada (biasanya nyeri pleuritik)

Gejala sistemik yang tidak khusus (nonspecific) –

lebih umum pada anak dan penderita HIV

Gejala ekstra paru (jika terlibat)

Page 4: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Gejala Sistemik yang Tidak Khas

Demam 65-80% kasus

Menggigil/keringat malam hari

Lekas lelah/malaise

Anorexia/turun berat badan

Tapi, 10-20% kasus TB tidak ada bergejala

saat diagnosis

Page 5: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Diagnosis TB utk Penderita HIV Tidak dapat berpegang pada gejala TB

yang khas

Demam dan berat badan adalah gejala yg penting

Batuk jarang dijumpai

Gambaran pada foto toraks bervariasi

Lebih banyak dijumpai TB ekstra paru dan TB sistemik

Diagnosis banding lebih banyak

Page 6: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 1: Batuk yang Lama

Setiap orang dgn batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberkulosis

Page 7: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 2: Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

Standard 2: Semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.

Page 8: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standar 3

Pada semua pasien (dewasa, remaja,

dan anak) yg diduga menderitaTB

ekstra paru, spesimen dari bagian

tubuh yang sakit harus diambil

untuk pemeriksaan mikroskopik

dan jika fasilitas dan sumber

daya tersedia maka harus

dilakukan biakan dan

pemeriksaan histopatologi

Page 9: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 4

Semua orang dengan

foto toraks diduga TB

seharusnya menjalani

pemeriksaan dahak

secara mikrobiologi.

Page 10: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif

harus didasarkan kriteria berikut:

minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari)

temuan foto toraks sesuai tuberkulosis

tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas

(Catatan: fluorokuinolon harus dihindari karena aktif terhadap M. tuberculosis

complex sehingga dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita

tuberkulosis)

Standard 5: Diagnosis Hapusan Negatif

(1 dari 2)

Page 11: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

(Lanjutan)

Untuk pasien ini, biakan dahak harus dilakukan.

Pada pasien yang sakit berat atau diketahui atau diduga terinfeksi HIV, evaluasi diagnostik harus disegerakan dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus dimulai.

Standard 5: Diagnosis Hapusan Negatif

ISTC Training Modules 2008

(2 dari 2)

Page 12: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Evaluasi klinis, uji HIV1,

hapusan BTA

Paling tidak 2 spesimen BTA negatif

HIV + dan/atau sakit berat2 HIV-, sakit ringan2

1. Dianjurkan di negara atau daerah dimana prevalensi HIV di orang dewasa >1% atau prevalensi HIV di kasus TB >5%

2. Sakit berat= kecepatan napas >30x/menit, suhu badan >39

C , nadi >120x/menit, tidak bisa jalan tanpa bantuan, gejala2 makin buruk.

Alur Diagnosis TB: Hapusan Negatif TB HAPUSAN DAHAK NEGATIF

Page 13: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

HIV + dan/atau sakit berat

TB HAPUSAN DAHAK NEGATIF

Hasil klinis/foto toraks TIDAK mengarahTB

Biakan negatif

Timbangkan diagnosis lain

Bukan TB

• Hasil klinis/foto toraks mengarah TB

• Biakan negatif atau positif

Obati (OAT empiris jika parah dan diagnosis belum ditegakkan)

• Nilai tahap HIV • Evaluasi utk ARV • Pencegahan CPT

Ulang evaluasi klinis Foto toraks Biakan dahak (atau tes lain)

Pengobatan injeksi antibiotik luas (kecuali fluorokuinolon)

Alur Diagnosis TB

TB

Page 14: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

HIV–, sakit ringan

TB HAPUSAN DAHAK NEGATIF

Antibiotik spektrum luas (tanpa OAT dan fluorokuinolon)

Timbangkan diagnosis lain

Ulang evaluasi klinis Foto toraks Biakan dahak (atau tes lain)

Obati

TB Diagnostic Algorithm

TANPA PERBAIKAN

Bukan TB Bukan TB TB

Hasil klinis/foto toraks TIDAK mengarah TB

Biakan negatif

• Hasil klinis/foto toraks mengarah TB

Biakan positif

PERBAIKAN

Page 15: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 6: Biakan untuk Anak

Standard 6: Pada semua anak yang diduga

menderita tuberkulosis intratoraks (yakni paru,

pleura, dan kelenjar getah bening mediastinum

atau hilus), konfirmasi bakteriologis harus

dilakukan dengan pemeriksaan dahak (dengan

cara batuk, kumbah lambung, atau induksi

dahak) untuk pemeriksaan mikroskopik dan

biakan.

ISTC Training Modules 2008

(1 dari 3)

Page 16: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 6: Biakan untuk Anak

Jika hasil bakteriologis negatif, diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada :

• Kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis

• Riwayat terpajan kasus tuberkulosis yang menular, bukti infeksi tuberkulosis (uji tuberkulin positif atau interferon gamma release assay) dan

• Temuan klinis yang mendukung ke arah tuberkulosis

ISTC Training Modules 2008

(2 dari 3)

Page 17: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Standard 6: Biakan untuk Anak

Untuk anak yang diduga menderita

tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari lokasi

yang dicurigai harus diambil untuk dilakukan

pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan

histopatologis.

Addendum: Untuk penatalaksanaan di Indonesia, diagnosis didasarkan atas pajanan kepada kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi tuberkulosis (uji kulit tuberkulin positif atau interferon gamma release assay) dan kelainan radiografi toraks sesuai TB.

(3 dari 3)

Page 18: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Tipe Penderita TB

TB paru kasus baru

TB paru kasus kambuh (relaps)

TB paru kasus pindah (TB-09)

TB paru kasus gagal

• TB paru BTA (+) yang tetap positif atau kembali

menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir

pengobatan atau lebih

• TB paru BTA (-) yang menjadi (+) pada akhir bulan ke

2

Page 19: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV

1/3 ODHA terinfeksi TB

TB merupakan IO terbanyak dan penyebab

kematian utama pada ODHA

40 % kematian ODHA terkait dengan TB

Page 20: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Jumlah Infeksi Oportunistik HIV-AIDS,

di RSPI-SS 1995 – 2014

s.d. 25 Februari 2014

2100000 0000000 2100000 2020000 5314000

23

37806014102511

040

303838

19

090

130

60

80

60

0

43

0

193

95

62

158

72

0

192

136

302331

110

3

277

143

30

5045

91

3

301

145

13

3142

81

8

339

272

16

6871

129

2

239

191

1125

5656

0

105

1452

21110

133

24

44

3421

0

186

75

16823

48

0

184

141

5925

59

0

4028

32414

00

50

100

150

200

250

300

350

1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013

TB Kandidiasis Pneumonia Hep C Toksoplasmosis Diare Kriptokokosis

Page 21: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV

3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia

Selatan & Tenggara

Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang,

20-25% kasus TB pada beberapa negara di

Asia Selatan & Tenggara berhubungan

langsung dengan HIV

Page 22: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Infeksi TB vs Penyakit TB (TB aktif)

Infeksi TB – organisme ada, tetapi bersifat dormant

(tidur), tidak dapat menginfeksi orang lain

Penyakit TB – orang tsb sakit dan dapat menularkan

penyakitnya ke orang lain

10% orang dgn infeksi TB akan menjadi penyakit

TB

Setiap orang dgn TB aktif dapat menginfeksi 10-15

orang/tahun

Page 23: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Kapan infeksi TB menjadi penyakit?

Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun pertama setelah infeksi

Jika orang menjadi immunocompromised

HIV

Kanker

Khemoterapi

Diabetes yang tidak terkontrol

Malnutrisi

Page 24: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Interaksi TB-HIV

HIV merupakan faktor risiko utama menyebabkan TB aktif

Jumlah progresi menjadi TB aktif:

> 40 % pada pasien dengan HIV

5 % pada pasien tanpa HIV

Risiko reaktifasi infeksi TB:

2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn HIV

< 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa HIV

Page 25: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

TB mempercepat perjalanan infeksi HIV

Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyai viral

load sekitar 1 log lebih besar daripada pasien

tanpa TB

Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV k.l. 4

x lebih besar daripada pasien dengan hanya TB

sendiri

Interaksi TB-HIV

Page 26: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Kerentanan

Presentasi

Progresi Penyakit

Mortalitas

TB HIV

Interaksi TB-HIV

Page 27: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Masalah Tuberkulosis – kedaruratan global

Tuberkulosis di populasi dgn prevalensi HIV

yg tinggi merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas di antara ODHA

Ke-2 penyakit menimbulkan stigma

Ke-2 penyakit memerlukan perawatan jangka

panjang

Page 28: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

TB dan AIDS

Risiko TB

selama hidup

10%

60%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+

Page 29: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

200 CD4

Typical Tuberculosis

Atypical

PTB

EPTB

Jenis TB terkait dengan jumlah CD4

50 CD4

500 CD4

HIV awal

HIV lanjut

Page 30: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Manifestasi Klinis TB pada HIV

Dini Lanjut

Klinis Tipikal Atipikal

PPD Biasanya (+) Biasanya (-)

Foto dada Tipikal Atipikal

Gamb Paru Lobus Atas Lob. bawah/tengah

TB ekstra paru Jarang Sering/banyak

Mikobakteremi Tidak ada Ada

Adenopati hilus/ Tidak ada Ada

mediastinum

Efusi pleura Jarang Sering

Page 31: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Hasil X-foto dada pasien TB

dengan infeksi HIV

HIV awal HIV lanjut

(severe immuno-compromise)

Page 32: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Infiltrat interstitial

Page 33: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Limfadenopati hilar

Page 34: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Perbandingan gambaran klinis TB pada

penderita terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi HIV

Gambaran HIV (+) HIV (-)

Keluhan respirasi +++ +++

Penyakit ekstra paru +++ +

Kavitas + +++

Foto toraks atipikal +++ +

PPD neg ++ +

Efek samping obat ++ +

Angka mortalitas +++ +

Relaps ++ +

Page 35: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Diagnostik – Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan laboratorium

BTA 3 kali

Kultur

Identifikasi

Pemeriksaan BTA satu kali negatif , TB belum

dapat disingkirkan

BTA positif memerlukan pengobatan

Kultur darah bisa positif

20 sampai 40% koinfeksi HIV-TB

Page 36: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Proporsi pasien dgn TB paru yang

mempunyai smear BTA positif

0

10

20

30

40

50

60

70 HIV

Negatif

HIV awal

HIV lanjut

Positifitas BTA pd

pasien TB

Page 37: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Mycobacteremia

0

10

20

30

40

50

60

0-100 101-200 201-300 >300

CD4

% p

asie

n

Page 38: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Terapi TB aktif dan HIV

1. Menjamin terapi yang lengkap (penting)

2. Terapi TB/HIV sama seperti HIV (-),

kecuali:

Jangan gunakan pengobatan rifampin atau

rifabutin 2 x seminggu jika jumlah sel CD4 <

100 sel/μL

3. Waspada terhadap interaksi obat dan reaksi

paradoksikal (IRIS)

Page 39: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Terapi ko-infeksi TB-HIV

• Paling sedikit diberikan selama 6 bulan

• Pada kasus tertentu diberikan 9 bulan

Page 40: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Pedoman WHO 2010

Mulai ART pada semua TB-HIV berapapun

jumlah CD4nya

Mulai dengan terapi TB dan dilanjutkan ART

secepat mungkin

Gunakan EFV jika Odha sedang dalam terapi TB

Jika tidak ada EFV, bisa dipergunakan NVP

(2 minggu I 200 mg/hari, selanjutnya 2 x 200 mg)

Page 41: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Efek Rifampisin terhadap obat2 anti

HIV Protease inhibitor

Saquinavir 80 % berkurang

Ritonavir 35 % berkurang

Indinavir 92 % berkurang

Nelfinavir 82 % berkurang

Amprenavir 81 % berkurang

Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) Nevirapine 37 % berkurang

Efavirenz 26 % berkurang

Reverse transcriptase inhibitor Tidak ada efek

Page 42: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

TB dan HIV:

Pemberian HAART segera vs ditunda

Alasan menunda terapi HIV sampai TB diobati:

1. HIV merupakan penyakit kronis.

2. Adherence dapat bermasalah.

3. Manajemen toksisitas lebih rumit.

4. Immune restoration dapat menimbulkan “paradoxical reactions.”

Page 43: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Alasan memulai terapi HIV pada awal TB:

1. TB berkaitan dengan aktifasi imun, peningkatan replikasi HIV, dan mempercepat progresi penyakit HIV.

2. Terapi antiretroviral yg poten dapat mengurangi jumlah HIV RNA, memperbaiki fungsi imun dan memperlambat progresi penyakit HIV.

3. Terapi HIV mengurangi risiko timbulnya IO yang lain.

TB dan HIV:

Pemberian HAART segera vs ditunda

Page 44: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Masalah terapi:

• Adherence / jumlah pil banyak

• Efek toksisitas yang tumpang tindih

mual

muntah, ruam kulit, hepatitis, anemi

• Interaksi obat

Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat

• ‘Paradoxical worsening’ TB

Reaksi Immune reconstitution

Lebih sering jika ART dimulai lebih dini pada terapi TB

Jika mungkin tunda ART sampai fase intensif selesai

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Page 45: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Efek samping

HAART

- demam

- ruam kulit

- gangguan hati

- neuropati

Terapi TB

- demam

- ruam kulit

- gangguan hati

- neuropati

Sering terjadi dan sama

Page 46: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)

Page 47: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

TB Immune reconstitution

Infeksi TB yang sebelumnya tenang menjadi

nyata 2-3 minggu setelah memulai ART

akibat meningkatnya respons inflamasi

Gejala meliputi demam, limfadenopati, abses,

lesi paru yang bertambah buruk dan

meluasnya lesi sus. saraf pusat, artritis

Page 48: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Rujukan dan perawatan TB-HIV Program AIDS Program TB

Pro

filaksis

IO

Tera

pi IO

AR

T

Pera

wata

n P

alla

tif

Intensive Phase

Du

ku

ng

an

psik

o-s

osio

-eko

no

mi

Pe

nc

eg

ah

an

HIV

Entry point/T&C

Terapi TB (DOT)

Fase lanjutan

Penemuan kasus/

diagnosis

Fase intensif

Page 49: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Three “I” utk HIV/TB

Intensified TB case finding

Isoniazid preventive therapy

Infection control for TB in HIV care

Page 50: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Hal penting - HIV-TB

TB adalah penyebab IO terbesar

TB bisa terjadi pada semua tahapan HIV

HIV merupakan faktor pencetus terbesar untuk

terjadinya TB aktif

Semakin lanjut tahapan dari HIV

semakin tidak

khas gambaran TB

Anergi terhadap tes tuberkulin meningkat seiring

dengan menurunnya CD4

Page 51: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf

Terapi jangka pendek adekuat untuk pengobatan

Profilaksis INH efektif tetapi masih

kontroversi

Penanganan klinis yang tepat memperbaiki

prognosis walaupun tanpa ART

ART

dapat diberikan bersama-sama dengan OAT,

tetapi dengan pilihan ART terbatas jika digunakan

rifampisin

Hal penting - HIV-TB

Page 52: Angsamerah-Koinfeksi_HIV_&_TB.pdf