Angka Kematian Ibu Merupakan Masalah Besar Di Indonesia
-
Upload
wulan-ulan-dari -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
description
Transcript of Angka Kematian Ibu Merupakan Masalah Besar Di Indonesia
Angka kesakitan dan kematian ibu merupakan masalah besar di Indonesia
(Imbarwati,2009;Utami et el,2013). Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI), angka kematian ibu di Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2003-2007 (Depkes,2011), tetapi pada tahun 2012 angka kematian ibu melonjak sangat
signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Saputra, 2013).
Menurut WHO (2013) angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 1990 sekitar 390 per
100.000 kelahiran hidup jauh lebih rendah dibandingkan Kamboja, Myanmar, Nepal, India,
Bhutan, Bangladesh dan Timur Leste. Tetapi jika dibandingkan hasil SDKI (2012) angka
kematian ibu di Indonesia jauh lebih tinggi dari Kamboja yang sudah mencapai 208 per 100.000
kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran hidup, Nepal sebesar 193 per
100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per
100.000 kelahiran hidup, Bangladesh sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan yang
lebih memprihatinkan saat ini, Indonesia sudah tertinggal dari Timur Leste dalam pencapaian
angka kematian ibu, dimana Timur Leste sudah mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup
(Saputra, 2013:02)
(Imbarwati, 2009: Utami et al, 2013) mengatakan angka kematian ini sangat perlu
diturunkan untuk mencapai angka target millennium development Goals (MDGs) tahun 2015,
yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu
adalah program keluarga berencana. Program keluarga berencana berperan dalam menurunkan
angka kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan
menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS) (Imbarwati,
2009; Yanti, 2012; Utami et al, 2013).
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program Keluarga Berencana
untuk pengendalian fertilitas atau menekan pertumbuhan penduduk yang paling efektif dan
Program keluarga berencana nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian metoda
kontrasepsi jangka panjang (MKJK). Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi
yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk
tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada
pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda yang termasuk dalam kelompok
ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita), implant, dan Intra Uterine Device (IUD)
(BKKBN, 2009).
Menurut data SDKI pada tahun 1991, proporsi pemakaian MKJP 19,7 persen; tahun
1994: 19 persen, tahun 1997: 17,5 persen, tahun 2002 14,6 persen dan pada tahun 2007 turun
menjadi 10,9 persen. Data terakhir dari SDKI tahun 2007 memperlihatkan prevalensi pemakaian
untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4 persen dan 11 persen diantaranya adalah
pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 persen), implant (2,8 persen), MOW (3 persen) dan MOP (0,2
persen). Tampaknya para wanita peserta KB lebih menyukai pemakaian metoda kontrasepsi non-
MKJP dan yang terbanyak adalah suntikan (31,9 persen) dan pil (13,2 persen) (BKKBN, 2009)
Sedangkan hasil mini survei 2011 mengatakan pemakain MKJK ( IUD, Implant, MOW,
MOP) mengalami sedikit peningkatan dari 11,6 persen pada tahun 2010 menjadi 12,7 persen
pada tahun 2011 dengan proporsi pemakaian IUD 5,28 persen, MOW 2,19 persen, MOP 0,27
persen, dan Implant 4,92 persen (BKKBN, 2011). Meskipun pemakaian MKJK mengalami
peningkatan, jumlah pemakaian IUD masih tergolong rendah terutama di Kabupaten Rokan
Hulu, dari 89,784 pasangan usia subur yang memakai metoda IUD hanya 310 peserta atau 2,0
persen peserta kb baru sedangkan peserta kb aktif 1,073 peserta atau 1.73 persen (Depkes Riau,
2012).
Rendahnya peserta KB IUD disebabkan beberapa faktor, salah satunya ketidaktahuan
peserta tentang kelebihan KB IUD. Dimana pengetahuan terhadap alat kontarsepsi merupakan
pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan (Imbarwati, 2009). untuk
meningkatkan pengetahuan terhadap alat kontrasepsi maka dilakukan peningkatan promosi kb
MKJK (BKKBN, 2011) salah satunya penyuluhan, yang dapat mempengaruhi minat ketertarikan
metode kontrasepsi IUD.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : apa pengaruh
penyuluhan metode kontrasepsi terhadap minat ketertarikan metode kontrasepsi IUD
Untuk mengetahuan apakah ada pengaruh penyuluhan metode kontrasepsi terhadap minat
ketertarikan metode kontrasepsi IUD
Untuk mengetahui bagaiman minat pasangan usia subur terhadap metode kontrasepsi
Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengalaman penelitian
Bagi wanita usia subur
Untuk menambah pengetahuan tentang metode kontrasepsi
Bagi tenaga kesehatan sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kontrasepsi