Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

7
ANGGARAN KONVENSIONAL VS ANGGARAN BERBASIS KINERJA (ABK) A. Ciri-Ciri Anggaran Konvensional 1. Tidak adanya muatan indikator (ukuran) kinerja dalam anggaran untuk mencapai tujuan dan sasaran layanan publik. Metode ini, penetapan kinerjanya didasarkan pada ketersediaan anggaran. Kinerjalah yang diubah- ubah sesuai dengan jumlah anggaran tertentu. Artinya, anggaran bersifat tetap dan menjadi dasar dari penentuan target kinerja. 2. Digunakan untuk mengendalikan pengeluaran. Karena pengendalian pengeluaran hanya dapat dilakukan apabila pos/akun/keuangan dilaporkan dalam bentuk lebih rinci. Oleh karena itu semakin rinci suatu akun anggaran, maka instansi pemerintah semakin tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri anggarannya. 3. incremental budgeting, yaitu metoda penyusunan anggaran yang berorientasi input dan menentukan kenaikan anggaran berdasarkan inflasi atau perubahan harga. 4. Anggaran dengan metode konvensional adalah sentralistis 5. Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang 6. Konvensional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-item, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar terhadap anggaran baru. Hal ini

description

Ciri-Ciri Anggran Konvensional dan Anggaran Berbasis Kinerja

Transcript of Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

Page 1: Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

ANGGARAN KONVENSIONAL VS ANGGARAN BERBASIS KINERJA (ABK)

A. Ciri-Ciri Anggaran Konvensional

1. Tidak adanya muatan indikator (ukuran) kinerja dalam anggaran untuk mencapai

tujuan dan sasaran layanan publik. Metode ini, penetapan kinerjanya didasarkan

pada ketersediaan anggaran.  Kinerjalah yang diubah-ubah sesuai dengan jumlah

anggaran tertentu. Artinya, anggaran bersifat tetap dan menjadi dasar dari

penentuan target kinerja.

2. Digunakan untuk mengendalikan pengeluaran. Karena pengendalian pengeluaran

hanya dapat dilakukan apabila pos/akun/keuangan dilaporkan dalam bentuk lebih

rinci. Oleh karena itu semakin rinci suatu akun anggaran, maka instansi

pemerintah semakin tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri

anggarannya.

3. incremental budgeting, yaitu metoda penyusunan anggaran yang berorientasi

input dan menentukan kenaikan anggaran berdasarkan inflasi atau perubahan

harga.

4. Anggaran dengan metode konvensional adalah sentralistis

5. Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang

6. Konvensional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-

item, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya

realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan

mendasar terhadap anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan

kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat.

Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan

anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus

mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientsi

kepada kepentingan publik.

Setelah terjadi krisis keuangan, administrator negara mulai memikirkan kembali

proses penganggaran secara serius. Perubahan dalam pola pikir ini akhirnya

Page 2: Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

menghasilkan penerbitan Undang-Undang 17/2003 mengenai Keuangan Negara, yang

mengubah standar – yaitu, belanja rutin dan pembangunan – dan mengonsolidasikannya

menjadi satu anggaran bersama. Undang-undang ini pun memperkenalkan perencanaan

pengeluaran jangka menengah dan konsep pengganggaran berbasis kinerja. Disebutkan

bahwa pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara

pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program

termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut. Konsep ini dikenal

dengan istilah Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

B. Ciri-Ciri Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)

1. ABK diartikan sebagai penyusunan anggaran yang didasarkan pada target kinerja

tertentu. Anggaranlah yang disusun sesuai dengan beban target kinerja. Artinya,

target kinerja bersifat tetap dan menjadi dasar dari penyusunan anggaran.

2. Anggaran berbasis kinerja bersifat desentralisasi & devolved management,

berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money), utuh dan

komprehensif dengan perencanaan jangka panjang, berdasarkan sasaran dan target

kinerja, lintas departemen, (cross department), Zero-Base Budgeting, Planning

Programming Budgeting System, Sistematik dan rasional, Bottom-up budgeting.

3. Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistimatis menunjukkan

alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai

variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani

berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen,

prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.

Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan

sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

4. Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen

untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan

dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian

hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target

Page 3: Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai,

dituangkan dalam program, diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat

pencapaian tujuan.

5. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen

kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta

memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan

oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai

kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang

merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan

komponen dari anggaran berbasis kinerja.

Metode dalam sistem anggaran publik ini cenderung memiliki karakteristik umum

sebagai berikut:

Ø Komprehensif/komparatif

Ø Terintegrasi dan lintas departemen

Ø Proses pengambilan keputusan yang rasional

Ø Berjangka panjang

Ø Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas

Ø Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)

Ø Berorientasi input, output, dan outcome (value for money), bukan sekedar

input.

Ø Adanya pengawasan kinerja.

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan antara lain prinsip-

prinsip penganggaran, aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja dan

peranan  senat. Prinsip-prinsip penganggaran berbasis kinerja adalah:

a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran. Anggaran harus dapat menyajikan

informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh

masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota

Page 4: Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja

masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran

karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut

pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

b. Disiplin anggaran. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas

tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak

dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia

anggarannya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan setiap pos anggaran harus

sesuai dengan kegiatan/proyek yang diusulkan

c. Keadilan anggaran. Perguruan tinggi wajib mengalokasikan penggunaan

anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok sivitas

akademika dan karyawan  tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan, karena

pendapatan perguruan tinggi  pada hakikatnya diperoleh melalui peran serta

masyarakat secara keseluruhan.

d. Efisiensi dan efektivitas anggaran. Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan

berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan

penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus

dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan

kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan stakeholders.

e. Disusun dengan pendekatan kinerja. Anggaran yang disusun dengan

pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome)

dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya

harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain

itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja

yang terkait.

Page 5: Anggaran Konvensional vs Anggaran Berbasis Kinerja