Anestesi & Surgery Ambulatory

18
TUGAS ANESTESI ANESTESI & PEMBEDAHAN RAWAT JALAN ANGGOTA KELOMPOK 1 UNRAM Andri Irfan (H1A006002) Anggun Safariatiningrum (H1A006003) Arief Herry Kurniawan (H1A006004) Bq. Intan Permata (H1A006005) Bq. Karina Aisya Chaswin (H1A006006) Dedy Muhadi (H1A006007) Dian Fitriati (H1A006008) Dinmas Arif A. (H1A006009) Dwi Putri Saraswati (H1A006010) Dwityo Rahmat Setiawan (H1A006011) Dyan Rahayu Cinta Dewi (H1A006012) Fahmi Anshori (H1A006013) Faradika Noptha H. (H1A006014) Gede Bayu Marguna P. (H1A006015) Husniati (H1A006016) I Ketut Anom W.E.D.W.M (H1A006017) UNIZAR I Nyoman Teguh Apriana 06.06.0001 Warda El-maida 06.06.0002 Ashabul Kahfi 06.06.0003 Mushawir Umar 06.06.0004 M. Taufik Farid Ismail 06.06.0005

description

sajnbxjndewnre

Transcript of Anestesi & Surgery Ambulatory

Page 1: Anestesi & Surgery Ambulatory

TUGAS ANESTESI

ANESTESI & PEMBEDAHAN RAWAT JALAN

ANGGOTA KELOMPOK 1

UNRAM

Andri Irfan (H1A006002)

Anggun Safariatiningrum (H1A006003)

Arief Herry Kurniawan (H1A006004)

Bq. Intan Permata (H1A006005)

Bq. Karina Aisya Chaswin (H1A006006)

Dedy Muhadi (H1A006007)

Dian Fitriati (H1A006008)

Dinmas Arif A. (H1A006009)

Dwi Putri Saraswati (H1A006010)

Dwityo Rahmat Setiawan (H1A006011)

Dyan Rahayu Cinta Dewi (H1A006012)

Fahmi Anshori (H1A006013)

Faradika Noptha H. (H1A006014)

Gede Bayu Marguna P. (H1A006015)

Husniati (H1A006016)

I Ketut Anom W.E.D.W.M (H1A006017)

UNIZAR

I Nyoman Teguh Apriana 06.06.0001

Warda El-maida 06.06.0002

Ashabul Kahfi 06.06.0003

Mushawir Umar 06.06.0004

M. Taufik Farid Ismail 06.06.0005

Ida Bagus Viktor Joshua 06.06.0006

Dian Mustika Purwita 06.06.0007

Yuyun Susilasnaya 06.06.0008

Ni Kadek Rita 06.06.0009

Nurwarini 06.06.0010

Aulia Savitri 06.06.0029

Page 2: Anestesi & Surgery Ambulatory

ANESTESI & PEMBEDAHAN RAWAT JALAN

Pendahuluan

Pembedahan rawat jalan meliputi sekitar 60% dari semua prosedur operasi

elektif dilakukan di Amerika Serikat. Dengan perkembangan terbaru di dalam

pembedahan laparoskopi mayor dan office-based, persentase ini bisa meningkat 70%

pada masa yang akan datang. Ketika pembedahan dilakukan di luar lingkungan

rumah sakit konvensional, hal itu dapat menawarkan sejumlah keuntungan bagi

pasien, penyediaan pelayanan kesehatan, pembayar pihak ketiga, dan bahkan rumah

sakit. Keuntungan pasien-pasien dari hari pembedahan karena hal itu memperkecil

biaya-biaya, mengurangi separasi dari rumah mereka dan lingkungan keluarganya,

mengurangi idah perawatan, mengurangi kemungkinan mereka terkena infeksi

hospital-acquired, dan mengurangi timbulnya komplikasi pascaoperasi. Perbandingan

pada perizinan rumah sakit tradisional, disana lebih sedikit tes laboratorium pra- dan

pascaoperasi dan juga menurunkan permintaan untuk pengobatan nyeri pascaoperasi

mengikuti pembedahan rawat jalan. Tidak sama dengan perawatan pasien yang

dirawat di rumah sakit, pembedahan rawat jalan tidak tergantung pada ketersediaan

tempat tidur dan boleh mengijinkan pasien lebih leluasa untuk memilih waktu operasi

efektif mereka. Lagipula, disana lebih efisiensi pemanfaatan operasi dan ruang

pemulihan pada pengaturan rawat jalan, mendukung penurunan biaya keseluruhan

pasien dibandingkan biaya pada perawatan mendasar rumah sakit serupa.

Perbandingan antara anestesi umum, spinal dan lokal

Tehnik anestesi yang optimal dalam pelaksanaan operasi akan menghasilkan

hasil operasi yang memuaskan, masa recovery yang cepat, tidak adanya efek samping

pasca operasi dan tentunya menghsilkan tingkat kepuasan yang tinggi bagi pasien.

Selain untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan harga servis anestesi, tehnik

anestesi yang ideal juga meningkatkan efisiensi operating room (OR) dan juga

mempercepat pemulangan pasien ke rumah tanpa efek samping. Anestesi local

dengan sedasi intravena (IV) (disebut monitored anesthesia care [MAC] ), anestesi

spinal, serta anestesi umum umumnya membutuhkan tehnik anestesi untuk

menjalankan pembedahan. Bagaimanapun, lebih banyak pendapat berbeda yang

mengatakan bahwa local anestesi merupakan tehnik anestesi “yang paling baik” bagi

Page 3: Anestesi & Surgery Ambulatory

prosedur pembedahan dari pada yang mengatakan bahwa general anestesi adalah

metode yang terbaik dalam menjalankan pembedahan, ini penting untuk di analisis

secara individual tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing prosedur. Sebagai

contoh, pada editorial Anestesi dan Analgesi, Kehlet dn White mendiskusikan tehnik

anestesi yang paling optimal untuk penyembuhan hernia inguinal.

Dengan timbulnya kesadaran terhadap biaya, penting juga untuk melihat

dampak dari teknik anestesi yang akan dikerjakan, seperti proses penyembuhan

setalah tindakan pembedahan rawat jalan, karena pemanjangan waktu penyembuhan

dan penurunan efisiensi dan produktivitas menyebabkan peningkatan biaya perawatan

bedah. Kepuasan pasien dengan pengalaman selama operasi dan kualitas

penyembuhan dapat ditingkatkan dengan cara memilih teknik anestesi dengan

insidensi komplikasi atau efek samping post operasi yang rendah (seperti, nyeri

dizziness, sakit kepala, mual, muntah post operasi). Sebagai contoh, penggunaan obat

anti muntah profilaksis sebelum anestesi umum dapat meningkatkan kepuasan pasien

bedah setelah operasi. Selanjutnnya pada penggunaan anestesi local infiltrative dan

blok nervus perifer dapat menekan nyeri yang timbul setelah operasi pada pasien

bedah rawat jalan yang sudah terlepas dari pengaruh anestesi.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan “home-readiness”(sehat dan

fit) dipengaruhi oleh varietas operasi yang luas dan faktor-faktor anestesi. Ada

beberapa hal yang diharapkan terjadi setelah anestesi pada pembedahan rawat jalan

yaitu menunda terjadinya adalah mual, muntah, mengantuk, nyeri, dan blockade

simpatis dan motorik yang lama. Meskipun insiden dari PONV (mual muntah setelah

operasi) dapat dikurangi dengan menggunakan obat antiemesis profilaksis. PONV

merupakan efek samping yang paling sering terjadi setelah pemberian anestesi umum

dan akan terjadi lebih lama setelah pembedahan rawat jalan. Faktor-faktor utama yang

memperlambat kembalinya seseorang ke keadaan normal setelah anestesi spinal

adalah pemulihan dari sisa pemblokan motorik dan efek simpatolitik dari bloking

subarachnoid juga berkonstribusi dalam memperlambat ambulation dan tidak bisa di

tangguhkan. Efek-efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan Lidokain

fentanil dosis kecil dengan teknik anestesi spinal. Beberapa hal yang sering

ditimbulkan oleh teknik anestesi spinal antara lain nyeri punggung, PDPH (post-dural

puncture headache) dan iritasi radicular yang reversible dengan pemberian lidokain.

Meskipun MAC (monitored anesthesia care) menyebabkan rendahnya insidensi efek

samping setelah operasi, kemungkinan terjadinya lesi/palsy pada syaraf secara

Page 4: Anestesi & Surgery Ambulatory

reversible adalah menjadi focus perhatian saat dilakukan teknik pemblokan syaraf

perifer.

Penghematan biaya pada penggunaan tehnik anestesi umum yang baru akan

berkurang bila peraturan praktek memberi mandat lama tinggal minimum pada unit

fase 1 [Post Anesthesia Care Unit (PACU)] dan tidak mengijinkan pasien fast-

tracking yang muncul secara cepat dari anestesi secara langsung menuju fase 2 [Day-

surgery(“langkah turun”)]. Tuntutan untuk mengurangi biaya total dengan

pengeluaran lebih awal biasanya berdasarkan pendapat bahwa ada hubungan linier

antara biaya perawatan serta waktu untuk menyediakannya. Akan tetapi, sejak biaya

perorangan lebih semi-fixed dari pembiayaan tidak tetap, tambahan 15-30 menit

tinggal di PACU menjadi tidak berhubungan dengan peningkatan pengeluaran untuk

institusi kecuali bila fasilitas dapat bekerja pada atau mendekati kapasitasnya. Pada

situasi tersebut, waktu tinggal yang lebih panjang secara potensial berhubungan

dengan “leher botol” dalam aliran pasien yang melalui OR / ruang observasi dan

daerah pemulihan, dan membutuhkan pembayaran untuk waktu lembur perawat dan

atau untuk menyewa personil operasi tammbahan. Akan menjadi berhubungan yang

lebih dekat antara biaya yang lebih rendah dan bypassing PACU (“fast-tracking”),

sebagai faktor utama dalam biaya perawatan penyembuhan yang berhubungan dengan

peningkatan jumlah pasien yang dibawa ke ruang PACU setiap waktu. Fast-tracking

meningkatkan pengurangan jumlah perawat dan suatu gabungan perawat yang sangat

terlatih, gaji perawatan oleh perawat yang lebih rendah dan perawat ruang pemulihan

yang sangat memenuhi syarat, dan mengurangi biaya lembur personil untuk unit

bedah rawat jalan. Waktu anestesi yang lebih pendek, kemampuan untuk

mempersingkat PACU (fase 1), serta penurunan lama tinggal pada unit day-surgery

(fase 2) akan mengurangi total biaya institusional. Beberapa penelitian telah

menunjukkan pasien fast track pada bedah rawat jalan menunjukkan penurunan

pengeluaran sebenarnya.

Kombinasi antara biaya yang rendah dan kepuasan pasien yang tinggi

menyatakan mutu yang paling tinggi, hal tersebut dapat dicapai dengan teknik MAC

(monitor anasthetic care) dengan anggapan bahwa prosedur pembedahan tersebut

dapat disesuaikan dengan prosedur anastesi ini.(ex., pembbedahan superfisial dan

endoscopi). Banyak studi parmakoekonomik yang telah membatasi petimbangan

biaya, biaya yang dibutuhkan untuk perolehan obat, lebih dipilih dari pada total harga

yang dicapai dengan menggunakan prosedur anastetik ini. Total biaya meliputi biaya

Page 5: Anestesi & Surgery Ambulatory

yang dibutuhkan untuk memperoleh obat dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk

mengontrol efek samping yang dapat terjadi (ex, PONV, nyeri, mengantuk, kelainan

fungsi kandung kemih). Biaya pribadi yang ikut ambil bagian dalam proporsi biaya

perawatan di ruang operasi dan ruang pemulihan, teknik anastetik yang membutuhkan

waktu yang lebih banyak untuk kunjungan perioperative akan meningkatkan biaya

yang lebih mahal.

Peningkatan ketersediaan obat penenang dan analgesia untuk melengkapi

teknik local anesthetic infiltration telah meningkatkan popularitas melakukan

pembedahan menggunakan MAC techniques.31 Tingginya kepuasan pasien terhadap

local anesthetic / sedasi juga terkait dengan kontrol yang efektif dari rasa sakit

pascaoperasi dan tidak adanya efek samping yang biasanya terjadi pada anestesi

umum dan spinal anesthetic. Keberhasilan teknik MAC tidak tergantung hanya pada

ahli anestesi, tetapi juga pada keterampilan ahli bedah dalam memberikan analgesia

infiltration yang efektif dan penanganan jaringan selama periode intraoperative.

Anestesi lokal tanpa pemantauan atau intravena adjuvants (yang disebut

"unmonitored” local anesthesia), telah berhasil digunakan dalam situasi di mana

anestesi lokal dapat memberikan analgesia yang sangat baik dan pasien tidak

keberatan untuk menjadi terjaga dan sadar pada saat di ruang operasi 32. Kepentingan

skill pembedahan yang baik ialah secara kritis sangat penting, karena ketidakcukupan

kontrol intaoperative nyeri dapat menyebabkan pemanjangan waktu operasi dan

ketidakpuasan pasien dengan pengalaman operasinya. Secara prospektif,

perbandingan antara infiltrasi local dengan spinal dan anestesi umum, ahli bedah yang

ada di swedia memberitahukan beberapa kesulitan teknisnya dan nyeri pasien akan

lebih hebat selama operasi dengan local anestesi. Temuan ini sama dengan laporan

sebelumnya oleh Fairclough et al. bagaimanapun, dengan ketentuan pembedahan ini,

sangat disetujui bahwa prosedur pembedahan dapat dilakukan lebih aman dan lebih

efektif dengan local anestesi dibandingkan bentuk anestesi-anestesi yang lain.

Faktanya, penemuan yang ada di swedia menyimpulkan bahwa untuk kebanyakan

pasien, local anestesi dapat direkomendasikan sebagai prosedur standar untuk

outpatient knee arthroscopy.

Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa local anestesi (local infiltrasi

dan blok nervus perifer) tidak hanya dapat diterima dengan baik oleh pasien dan ahli

bedah pada prosedur bedah rawat jalan (bedah mammae, atroskopi lutut, bedah

anorektal, dan herniorarphy inguinal) tetapi juga anestesi local lebih murah

Page 6: Anestesi & Surgery Ambulatory

dibandingkan dengan penggunaan anestesi spinal atau anestesi umum, pada beberapa

penelitian lain juga disebutkan bahwa spinal anestesi lebih murah dibandingkan

dengan anestesi umum. Penelitian itu dan beberapa penelitian lain juga menyebutkan

bahwa penggunaan lidokain dosis rendah (15 – 30 mg) atau bupivacaine (3-6 mg)

yang dikombinasikan dengan opioid poten (fentanyl, 12.5-25 g, atau sufentanil, 5-10

µg), dapat mempercepat proses pemulihan fungsi motorik dan fungsi kandung kemih

dibandingkan dengan penggunaan dosis tunggal dari local anestesi. Mempercepat

pemulangan pasien pada pasien dengan anestesi spinal yang menggunakan dosis

rendah dapat menurunkan biaya yang dibutuhkan pada pasien bedah rawat jalan.

Akan tetapi akan meningkatkan efek sampingnya seperti pruritus dan mual walaupun

hanya diberikan fentanil atau sufetanil dalam dosis rendah pada ruang sub araknoid.

Walaupun blok neuroaksis sentral dapat dibuat lebih efektif dengan

menggunakan anestesi lokal berdurasi pendek dengan dosis lebih kecil yang

dikombinasikan dengan analgesik opiat yang kuat, penggunaan tehnik MAC dalam

prosedur pembedahan ambulatori superfisial (non-kavitas) akan menghasilkan waktu

terpendek bagi kesiapan pasien, skor nyeri terendah pada lokasinya, dan biaya

tambahan terendah bila dibandingkan dengan analgesia spinal maupun anestesi

umum. Jadi, pada situasi yang membutuhkan tindakan cepat, pengunaan tehnik MAC

terlihat memberikan keuntungan yang lebih signifikan pada blok neuroaksis sentral

dan tehnik anestesi umum.

Paragraph 10 gembong setan blon ngumpulin

Konsep Fast-Tracking

Anastesi ambulatori diberikan dengan dua tujuan yang cepat dan peningkatan

keamanan pada kondisi yang nyaman untuk penampilan pengobatan atau diagnosis

prosedur sementara memastikannya cepat,perkiraan recovery denagn gejala sisa

postoperative yang minimal. Jika titrasi dengan hati-hati dari obat kerja pendek

membolehkan transfer yang aman secara langsung dario ruang operasi ke area

pemulihan yang intensive dimana pasieb dapat pulang kerumah dengan 1 jam setelah

operasi, penghematan biaya yang signifikan dapat tercapai juga. Bypass pada fase I

pemulihan (contohnya PACU) telah diartikan sebagai”fast tracking” setelah operasi

ambulatory. Tambahan, fast tracking dapat juga ditemani secara langsung dari PACU

dengan membuat area khusus dimana prosedur pemulihan di organisasikan sepanjang

garis dari unit step down. Kriteria yang digunakan untuk memenuhi syarat dari fast

Page 7: Anestesi & Surgery Ambulatory

tracking telah dibuat walaupun banyak bertalian dari standar PACU kriteria yang ada

untuk mengurangi kebutuhan akan area intervensi dengan personil perawat yang

lebih sedikit pula. Penggunaan teknik ansatesi yand digabungkan dengan pemulihan

yang lebih cepat akan memberikan hasil pada beberapa pasien, penurunan resiko

obstruksi jalan nafasdan ketidak stabilan cardiorespirasi dan penurunan jumlah

intervensi perawatan. Dengan mengurangi kebutuhan akan” perawatan yang intensive

pada periode postoperasi awal menggunakan teknik anastesi yang diasosiasikan

dengan kedaruratan cepat dari anstesi. Konsep fast track mendapatkan penerimaan

dari seluruh dunia. Walaupun pada awalnya pasien yang telah pulang dapat di fast

track setelah anastesi umum jika obat dengan kerja pendek yang digunakan.

Menambakan titrasi obat anestesi dengan menggunakan system EEG-cerebral

monitors (contohnya, bispectal index [BIS], physical state index [PSI], auditory-

evoked potential [AEP], dan entropy) dapat mempercepat fase berbahaya dari proses

anestesi, dan juga dapat menjadi sangat bermanfaat untuk memprediksi jalur cepat

yang dapat diterima. penelitian yang mengikutsertakan propofol dan obat anestesi

turunan baru volatile yaitu sevofluran dan desflurans menyatakan bahwa efek sparing

anestesi dapat menyebabkan fase berbahaya dari proses anestesi yang lebih cepat,

penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya waktu perawatan yang lebih pendek

karena penggunaan standar pemulihan. Cerebral monitoring dapat digunakan pada

pasien yang menjalani pemulihan segera.

Ketersediaan obat-obatan anestesi yang kerjanya cepat dan masa kerja singkat

(contohnya propofol, sevoflurane, desflurane, remifentanil) secara jelas memfasilitasi

proses pemulihan awal setelah anestesi umum. Sementara dengan penggunaan

terlebih dahulu analgesic non-opiod (contohnya anestesi lokal, ketamin, obat anti

inflamasi nonsteroid, COX-2 inhibitor, acetaminophen) dan antiemetic (contohnya

droperidol, metoclopamide, 5-HT3 antagonis, dexamethason), akan mengurangi efek

samping pasca operasi dan mempercepat fase pemulihan baik immediate phase

maupun late phase setelah dilakukannya operasi rawat jalan.

Pendekatan multimodal untuk mencegah komplikasi postoperasi

Sebagaimana dibutuhkannya prosedur rumit untuk menjalankan peralatan

operasi dengan tehnik minimal invasive, kemampuan untuk melakukan pengawasan

efektif terhadap efek samping pasca operasi dapat menimbulkan perbedaan dalam

melakukan prosedur terhadap pasien yang dirawat dirumah sakit dengan pasien rawat

Page 8: Anestesi & Surgery Ambulatory

jalan. Untuk antiemetic profilaksis yang rutin diberikan, kombinasi yang efektif untuk

diberikan adalah droperidol dosis rendah (0.5-1 mg) dan dexamethasone (4-8 mg).

Menariknya, dexamethasone terlihat dapat memfasilitasi suatu pengeluaran efek obat

secara awal pada PONV. Keluaran pasien dengan resiko tinggi PONV akan

mendapatkan manfaat dari pemberian 5-HT3 antagonis (contohnya, ondansetron,

dolasetron, granisetron) atau alat acustimulasi (contohnya, SeaBand®, ReliefBand®).

Droperidol tetap merupakan antiemetic terbaik dengan asumsi efek sampingnya dapat

dihindari. Walaupun terdapat kontroversi mengenai penggunaannya terhadap kondisi

aritmia jantung, droperidol tetap merupakan antiemetic yang aman dan efektif untuk

pasien dengan usia diatas 30 tahun. Suatu pendekatan multimodal untuk memperkecil

PONV dapat meningkatkan proses pemulihan dan kepuasan pasien. Sebagai tambahan

dengan memanfaatkan kombinasi terapi antiemetic, suatu hidrasi yang adekuat akan

dapat mengurangi terjadinya nausea dan efek samping lainnya (seperti, pusing,

mengantuk, haus) selama periode postoperasi.

Sebuah pendekatan multimodal (atau "seimbang") untuk menyediakan

analgesia pasca operasi juga penting dalam ambulatori setting. Tidak mengherankan,

nyeri telah ditemukan sebagai faktor utama komplikasi pemulihan dan menunda

pengosongan setelah pembedahan ambulatori. Penambahan dosis rendah Ketamine

(75-150 g/kg) ke rejimen analgesik multimodal meningkatkan analgesia

pascaoperasi dan hasil fungsional setelah prosedur bedah ortopedi yang menyakitkan.

Mengikuti rawat jalan operasi, nyeri pasti dapat dikendalikan dengan analgesik oral

(misalnya, acetaminophen, ibuprofen, acetaminophen dengan kodein) sebelum pasien

dipulangkan dari fasilitas. Meskipun bertindak cepat analgesik opioid (misalnya,

fentanyl, sufentanil) biasanya digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat

pada awal periode pemulihan, senyawa ini meningkatkan kejadian PONV dan dapat

memberikan kontribusi cairan yang tertunda setelah operasi ambulatori. Sebagai

akibat dari keprihatinan tentang opioid berhubungan dengan efek samping, telah

terjadi peningkatan minat dalam penggunaan agent anti inflamasi non steroid

(misalnya, diclofenac, ketorolac), yang dapat secara efektif mengurangi kebutuhan

untuk opioid yang mengandung analgesik oral setelah operasi ambulatori, dan dapat

menyebabkan pelepasan sebelumnya lebih awal. Analgesik non-steroid oarl yang

lebih murah lainnya (misalnya ibuprofen, naproxen) dapat diterima sebagai alternatif

untuk fentanyl dan NSAID non-selektif parenteral jika diberikan dalam pre-emptive

mode. Baru-baru ini, premedikasi dengan COX-2 inhibitor (misalnya, celecoxib,

Page 9: Anestesi & Surgery Ambulatory

rofecoxib, valdecoxib, parecoxib) menjadi lebih populer karena mereka tidak

memiliki potensi efek samping pada fungsi platelet. Untuk penggunaan klinis rutin,

premedikasi oral dengan rofecoxib (50 mg) , celecoxib (400 mg) atau valdecoxib (40

mg) adalah sederhana dan biaya-pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kontrol

nyeri dan penurunan waktu pelepasan setelah operasi ambulatori. Injeksi COX-2

inhibitor, parecoxib, mungkin akan berguna di masa depan. Akhirnya, asetaminofen

adalah alternatif biaya yang sangat efektif untuk COX-2 inhibitor jika dapat diberikan

dalam dosis yang cukup tinggi (40-60 mg/kg po atau pr) sebelum akhir pembedahan.

Salah satu kunci untuk memudahkan proses pemulihan adalah penggunaan

anesthetisi local yang rutin sebagai bagian dari suatu multimodal regimen. Teknik

penggunaan anesthetic lokal untuk intraoperative tanpa rasa sakit selama MAC,

seperti halnya anesthesia umum (dan spinal), dapat memberikan sensasi tanpa rasa

sakit selama awal penyembuhan paska operasi dan postdischarge periode. Bahkan

teknik pemanasan/penyulingan dan perembesan luka ringan telah ditunjukkan untuk

lebih menghilangkan rasa sakit setelah operasi di daerah abdomen bagian bawah,

ekstremitas, dan bahkan prosedur laparoscopic. Berbagai macam blok pada

ekstrimitas telah digunakan untuk meminimalisir rasa sakit sesudah operasi. Baru-

baru ini, penggunaan anesthetic lokal berlanjut telah ditemukan untuk meningkatkan

pengendalian rasa sakit setelah perawatan bedah tulang dapat di perpanjang dengan

memblok periopheral syaraf. Pasien yang telah dipulangkan rasa nyerinya dapat

dikontrol dan diringankan dengan anesthetic lokal.Berikut prosedur laparoscopic,

nyeri abdominal dapat juga diringankan oleh penggunaan anesthesia lokal secara

menyeluruh dan topical pada tempat pembedah. Nyeri bahu sering diikuti pada

pembedahan laparoskopi, dan ini telah dilaporkan untuk dikurangi dengan pemanasan

subdiaphragmatic sebagai solusinya. Pada perawatan arthroscopic lutut, diberikan 30

ml bupivacaine 0.5% ke dalam join space, mengurangi kebutuhan opiate setelah

oprasi mengijinkan rawat jalan lebih awal. Penambahan morfin ( 1-2 mg), ketorolac

( 15-30 mg), clonidine ( 0.1-0.2 mg) dan/atau triamcinolone ( 10-20 mg) kedalam

intraarticular merupakan solusi anesthetic local dan dapat mengurangi sakit setelah

perawatan arthroscopic. Electroanalgesia dapat juga digunakan sebagai bagian dari

suatu multimodal perawatan regimen. Dalam perkembangannya kompleksitas

prosedur pembedahan yang berhubungan pada suatu basis ambulatori akan

memerlukan peningkatan lebih lanjut di dalam kemampuan kita untuk lebih efektif

mengurangi sakit sesudah operasi di luar fasilitas yang berhubungan dengan

Page 10: Anestesi & Surgery Ambulatory

pembedahan itu ( e.g., subcutaneous opioid PCA, anesthesia lokal patient-controlled

dengan suatu sistem tersedia, transcutaneous sistem penyerahan obat penghilang

sakit).

Ringkasan

Anastesi rawat jalan telah diakui sebagai sebuah sub spesialis anastesi, dengan

lembaga formal yang telah lulus program percobaan. Perkembangan dari keahlian

khusus anastesi rawat jalan dan bedah seyogyanya akan berkembang seiring dengan

berkembanganya prosedur bedah dengan minimal invasive. Kecepatan ekspansi dari

anastesi rawat jalan mungkin akan bervariasi tergantung kebutuhan local, tingkatan

tambahan pelayanan pada rumah sakit, dan pertimbangan ekonomi. Baru-baru ini

banyak obat-obatan yang berkembang yang memiliki profil farmakologi yang

idealnya sangat cocok digunakan pada seting rawat jalan. Penggunaan obat anastesi

dan analgesi terbaru (seperti desflurane, sevoflurane, remifentanil, parecoxib) dan

system monitoring otak (seperti BIS, PSA, and perangkat AEP) harus memfasilitasi

pengamatan yang cepat dalam seting rawat jalan, membuat keadaan yang membuat

pasien dapat keluar dari rawat inap lebih cepat setelah procedure tindakan operasi

dengan menafikan keselamatan pasien. Untuk memelihara keselamatan pasien dalam

tingkatan yang tinggi dibutuhkan surat perintah dan surat mandate untuk standar

rumah sakit dan fasilitas anastesi rawat jalan swasta.

Memberikan pola perubahan dari pemberian pelayanan kesehatan, adalah

penting bagi semua praktisi untuk menguji dengan hati-hati dan seksama dampak dari

obat dan peralatan baru pada perawatan anastesi yang berjalan, yang dilakukan pada

pasien. Studi kedepan pada obat baru dan tehnik pada anastesi yang sedang berjalan

harus dipokuskan tidak hanya pada peningkatan secara subyektif pada pasien saat

periode perioperatif langsung, tapi juga pada keseluruhan efektifitas biaya yang

dibutuhkan. Studi-studi ini harus membandingkan peningkatan biaya dari perawatan

yang baru dengan keuangan potensial yang dimiliki, yang dihasilkan dari biaya awal,

berkurangya konsumsi obat-obatan suplemental, peningkatan faktor kepuasan pasien

dan mungkin yang paling penting, berlanjutnya aktifitas normal. Tantangan kedepan

yang harus dihadapi oleh semua praktisi adalah untuk menyediakan perawatan

anastesi yang berjalan dengan kualitas tinggi untuk prosedur pembedahan yang lebih

kompleks yang diadakan pada berbagai macam keadaan. Akhirnya kebutuhan untuk

Page 11: Anestesi & Surgery Ambulatory

mengatur tehnik anestesi yang paling efesien secara biaya untuk memberikan

prosedur pembedahan yang berjalan akan mungkin mengasumsikan peningkatan

kepentingan di masa depan.