Anemia Defisiensi Besi

11
Anemia Defisiensi Besi Pendahuluan Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC (total iron binding capacity) meningkat, saturasi transferin menurun, ferritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative, dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi (1,2). Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-negara tropic atau Negara dunia ketiga karena sangat berkaiatan erat dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius (1,2). Etiologi Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya asupan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. 1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari : 1

description

anemia defisiensi Besi

Transcript of Anemia Defisiensi Besi

Page 1: Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi Besi

Pendahuluan

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan

besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis

berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini

ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC (total

iron binding capacity) meningkat, saturasi transferin menurun, ferritin serum

menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative, dan adanya respon terhadap

pengobatan dengan preparat besi (1,2).

Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di

negara-negara tropic atau Negara dunia ketiga karena sangat berkaiatan erat

dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk

dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak

sosial yang cukup serius (1,2).

Etiologi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya asupan besi, gangguan

absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :

a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptic, kanker lambung, kanker

kolon, diverticulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang;

b. Saluran genitalia wanita: menorrhagia, atau metrorhagia;

c. Salura kemih: hematuria;

d. Saluran nafas: hemoptoe.

2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau

kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,

rendah vitamin C, dan rendah daging).

3. Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhan dan kehamilan.

4. Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue, atau kolitis kronik.

1

Page 2: Anemia Defisiensi Besi

Pada orang dewasa, anemia yang dijumpai di klinik hampir identik dengan

perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang

sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan pada laki-laki yang paling sering

adalah perdarahan gastrointestinal, di Negara tropik paling sering karena infeksi

cacing tambang. Sementara itu, pada wanta paling sering karena menor-

metrorhagia (1-4).

Epidemiologi

Negara yang penduduknya sedikit mengkonsumsi daging dalam dietnya memiliki

resiko anemia defisiensi besi 6-8 kali lebih besar dari Amerika Utara dan Eropa.

Hal ini diperburuk dengan parasit di saluran pencernaan atau cacing tambang yang

menyebabkan perdarahan di saluran pencernaan.

Pada bayi baru lahir yang sehat, kejadian anemia defisiensi besi akan lebih sering

apabila bayi terbiasa mengkonsumsi susu sapi, bukan ASI. Hal ini disebabka susu

sapi lebih banyak mengandung kalsium, diamana kalsium akan menghambat

peyerapan besi. Pada laki-laki dewasa, jarang terjadi anemia ini kecuali karena

infeksi parasit, hal ini dikarenakan laki-laki dewasa membutuhkan hanya 1mg besi

setiap harinya, sedangkan makanan sehari-hari sudah mengandung 10-20mg besi.

Berbeda dengan laki-laki, wanita lebih mudah mengalami anemia ini dikarenakan

kebutuhan besi per hari wanita 2mg sedangkan porsi makan wanita umumnya

lebih sedikit dari laki-laki, ditambah lagi setiap bulannya wanita mengalami siklus

menstruasi. Setiap siklus menstruasi wanita bisa kehilangan 4-100 mg besi (4).

Patogenesis

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi

makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted

state atau negative iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin

serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam

sumsum tulang negatif.. Apabila kekurangan besi berlajut terus maka penyediaan

besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk

eritrosit tetapi anemia secaraklinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai iron

deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah

2

Page 3: Anemia Defisiensi Besi

peningkatan kadar free protophorfirin atau zink protophorfyrin dalam eritrosit.

Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat.

Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor

transferin dalam serum. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer

sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi

kekurangan besi pda epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan

gejala pada kuku,epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya (1,2).

Manifestasi Klinis

Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :

1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai

pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah

7-8g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-

kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena

penurunan hemoglobin yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali

sindrom anemia tidak terlalu mencolok dibandingkan anemia lain yang

penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat.

2. Gejala khas akibat defisiensi besi

a. Koilonychia: kuku sendok (spoon nail): kuku menjadi rapuh,

bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti

sendok;

b. Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap

karena papil lidah menghilang;

c. Stomatitis angularis: adanya keradangan pada sudut mulut

sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan;

d. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring;

e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulka akhloridia.

Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly:

adalah kumpulan gejala yang terdiri dari anemia hipokromik

mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.

3

Page 4: Anemia Defisiensi Besi

3. Gejala penyakit dasar

Pada Anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang

menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia

akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak,

dankulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami (1).

Diagnosis

Anamnesis terutama dapat ditanyakan riwayat gizi, asupan besi dalam makanan,

riwayat infeksi dan perdarahan, riwayat menderita penyakit kronis, riwayat

penyakit keluarga / genetik, riwayat pemakaian obat.

Pemeriksaan fisik akan didapatkan warna kulit: pucat, ikterus; kuku: coilonychia

(kuku sendok); mata: sklera ikterik, konjungtiva anemis; mulut: ulserasi,

perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis dan stomatitis angularis;

organomegali: splenomegali, hepatomegal; dan kelainan sistem saraf.

Dalam pemeriksaan laboratorium (5):

1. Indeks eritrosit dan sediaan apusan darah

Bahkan sebelum terjadi anemia, indeks eritrosit sudah menurun dan

pnurunan terjadi secara progresif sejalan dengan memberatnya anemia.

Sediaan apus darah menunjukan sel mikrositik hipokrom dan kadang

ditemukan sel target dan poikilosit berbentuk pensil. Hitung retikulosit

rendah jika dibandingkan dengan derajat anemia. Pada defisiensi besi,

seringkali jumlah trombosit meningkat sedang, terutama jika perdarahan

berlanjut.

2. Besi sumsum tulang

Pemeriksaan sumsum tualng tidak diperlukan untuk menilai cadangan besi

kecuali pada kasus dengan komplikasi. Pada anemia defisiensi besi, tidak

ada besi dari eritroblas cadangan (makrofag) dan yang sedang

berkembang. Eritroblas berukuran kecil dan mempunyai sitoplasma yang

bergerigi.

3. Besi serum dan daya ikat besi total

Besi serum turun dan daya ikat besi total (total iron binding capacity,

TIBC) meningkat sehingga TIBC kurang dari 10% tersaturasi.

4

Page 5: Anemia Defisiensi Besi

4. Reseptor transferrin serum (sTfR)

Reseptor transferin dilepaskan dari sel ke dalam plasma. Kadar sTfR

meningkat pada anemia defisiensi besi.

5. Ferritin serum

Sebagian kecil ferritin serum bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya

sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel.

Kisaran normal pada pria lebih tinggi dari wanita. Pada anemia defisiensi

besi, kadar ferritin serum sangat rendah.

Penatalaksanaan

Terapi anemia defisiensi besi dapat berupa

1. Terapi kausal: tergantung penyebabnya misalnya pengobatan cacing

tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi ini perlu

dilakukan jika tidak anemia kambuh lagi.

2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh

dengan memberikan besi per oral sebagai obat pilihan pertama karena

efektif, murah dan aman. Preparat yang tersedia ferrous sulphat (3 x 200

gr), ferrous gluconat, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous

succinate. Efek samping pemberian terapi ini dapat berupa mual, muntah,

serta konstipasi.

Selain pemberian besi secara oral, dapat juga diberikan besi parenteral.

Namun efek samping preparat besi parenteral lebih berbahaya dan

harganya lebih mahal. Indikasinya yaitu, intoleransi oral berat, kepatuhan

berobat kurang, colitis ulserativa, dan perlu peningkatan Hb secara cepat

(misalnya praoperasi, hamil trimester akhir). Preparat yang tersedia berupa

iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complex. Dapat diberikan

secara intramuscular dalam atau intravena pelan. efek sampingnya berupa

reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri

perut dan sinkop. Besarnya dosis dapat dihitung dengan: kebutuhan besi

(mg) = (15-Gb sekarang) x BB x 3 (2,5).

5

Page 6: Anemia Defisiensi Besi

3. Pengobatan lain

Diet sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama

yang berasal dari protein hewani. Selain itu dapat juga diberikan vitamin c

3 X 100 mg perhari untuk meningkatkan absorpsi besi. Anemia

kekurangan besi jarang memerlukan transfuse darah. Indikasi pemberian

transfuse darah pada anemia kekurangan besi : adanya penyakit jantung

anermik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat simtompatik,

misalnya anemia dengan gejala pusing yang sangatmencolok. Penderita

memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat,seperti pada

kehamilan trimester akhir atau praoperasi. Jenis darah yang diberikan

adalah PRC dengan pemberian furosemide intravena.

Penutup

Anemia defisiensi besi terjadi karena kosongnya cadangan besi dalam tubuh.

Gejala yang timbul koilonychias, stomatitis angularis, disfagia, atrofi papil lidah

dan lainnya. Diagnosa ditegakan selain dari anamnesis juga dari pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan laboratorium khususnya indeks eritrosit dan apusan darah.

Terapi yang sesuai tentunya mengatasi kekurangan besi dari pasien, dengan

pemberian preparat besi.

6

Page 7: Anemia Defisiensi Besi

Daftar Pustaka

1. Bakta M. Hematologi Klinik Ringkas. Ed 1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2007. pp 26-39.

2. Bakta M, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. Buku Ajar

Penyakit Dalam. Ed 5. Vol 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. editors. Jakarta: Interna Publishing; 2009. pp 1127-1137.

3. WHO. Anemia. [Accessed 2012 May]. Available from:

http://www.who.int/topics/anaemia

4. Harper JL. Iron Deficiency Anemia. Medscape Reference [Accessed 2012

May]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article

5. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita Selekta Hematologi. Ed 4.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. pp 25-34.

7