Anemia

13
ANEMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FA 2121 – FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1

description

Farmakologi

Transcript of Anemia

  • ANEMIA

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

    FA 2121 FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1

  • PEMBENTUKAN ERITROSIT DI SUMSUM TULANG

    Darah dibentuk melalui pembelahan sel di sumsum tulang. Proses eritropoiesis distimulasi oleh hormon eritropoietin yang dikeluarkan dari ginjal.

    Hal yang dapat mengganggu eritropoiesis adalah: 1) Penghambatan multiplikasi karena sintesis DNA tidak cukup, terjadi karena

    kekurangan vitamin B12 atau asam folat ( anemia makrosistik hiperkromik) 2) Kerusakan sintesis hemoglobin, terjadi karena kekurangan zat besi yang

    merupakan komponen hemoglobin ( anemia mikrositik hipokromik)

  • Penyebab : penurunan haemoglobin atau sel darah merah kemampuan mengikat oksigen menurun

    ANEMIA

  • Berdasarkan morfologi : 1. Anemia makrosistik : Anemia megaloblastik - anemia defisiensi vitamin B12 - anemia defisiensi asam folat 2. Anemia mikrosistik - Anemia defisiensi besi - Anomali genetik : (thalasemia,

    sickle cell anemia,hemoglobin abnormal )

    3. Anemia normosistik

    - kehilangan darah

    - hemolisis

    - kegagalan susmsum tulang

    - anemia penyakit kronis

    - gagal ginjal

    -kelainan endokrin

    -anemia mieloplastik

    KLASIFIKASI ANEMIA

  • VITAMIN B12 DAN ASAM FOLAT

    Metilkobalamin dibutuhkan untuk mentransfer gugus metil dari N5-metiltetrahidrofolat menjadi homosistein, kemudian menjadi metionin. Tanpa adanya Vitamin B12, perubahan sebagian besar makanan dan penyimpanan folat menjadi tetrahidrogolat tidak akan terjadi.

    Bentuk aktif Vit B12 adalah metilkobalamin dan 5-deoksiadenosilkobalamin. Metilkobalamin dbutuhkan untuk pembentukan metionin dari homosistein. 5-deoksiadenosilkolbalamin dibutuhkan untuk pembentukan suksinil KoA dari L-metilmalonil KoA.

  • VITAMIN B12 DAN ASAM FOLAT

    Jeroan, daging, ikan dan produk susu adalah sumber Vitamin B12.

    Jumlah minimal = 1 g/hari. Absorpsi vitamin B12 terjadi di

    ileum, tetapi jika Vit b12 sudah berikatan dengan faktor instrinsik yang disekresi oleh sel parietal lambung . Vitamin B12 akan berikatan dengan protein transport, transkobalamin, kemudian disimpan di hati atau digunakan langsung oleh jaringan.

    Defisiensi Vitamin B12 terjadi karena anemia megaloblastik, kerusakan mukosal sehingga absorpsi terganggu dan terjadi selubung myelin di saraf.

    Terapi optimal Vit B12 jika diberikan parenteral dalam bentuk sianokobalamin atau hidoksikobalamin.

    Efek samping hipersensitivitas jarang terjadi.

    Vitamin B12 (cyanocobalamin)

  • Folic Acid (B) Sumber asam folat : sayuran dan

    hati Kebutuhan minimal : ~ 50

    g/hari Sebelum diabsorpsi,

    poliglutamin-asam folat akan dihidrolisa menjadi monoglutamin-asam folat

    Penyebab defisiensi: kekurangan asupan, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan asam folat saat kehamilan.

    VITAMIN B12 DAN ASAM FOLAT

    Obat antiepilepsi dan kontrasepsi oral dapat menurunkan absorpsi asam folat, dengan menghambat pembentukan monoglutamin-asam folat.

    Gejala defisiensi adalah terjadinya anemia megaloblastik dan kerusakan mukosa Terapi dengan obat oral mengandung asam folat.

  • Folic Acid

    VITAMIN B12 DAN ASAM FOLAT

    Pemberian asam folat dapat menutupi kebutuhab vitamin B12. Vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah metiltetrahidro-asam folat menjadi tetrahidro-asam folat, yang penting untuk sintesis DNA; hambatan sintesis DNA ini karena defisiensi Vitamin 12 dapat ditutupi dengan peningkatan asupan asam folat

    Jika sudah terjadi anemia, dan ada degerarasi saraf yang tidak terdeteksi, pengunaan multivitamin mengandung asam folat dapat berbahaya.

  • ZAT BESI Tidak semua zat besi yang

    dikonsumsi dapat diabsorbsi Fe3+ tidak diperoleh dari usus

    halus, tetapi hanya Fe2+ Pengambilan zat besi akan

    efisien jika ada jumlah heme (yang ada di hemoglobin dan myoglobin) yang mencukupi

    Di sel mukosal usus, zat besi akan dioksidasi dan disimpan dalam bentuk feritin, atau terikat dengan protein transport dalam bentuk transferrin.

    Kebutuhan zat besi pada pria ~1mg/hari, sedangkan pada wanita ~2mg/hari (karena ada kehilangan darah saat menstruasi); dan ini berhubungan dengan asupan makanan sebanyak 10%.

  • ZAT BESI Sekitar 70% penyimpanan besi di tubuh (~ 5 g) terjadi di eritrosit. Dan jika eritrosit

    terdegradasi oleh makrofag, maka besi akan dibebbaskan dari hemoglobin. Fe3+ dapat disimpan sebagai feritin (= protein apoferritin + Fe3+) atau dikembalikan ke daerah erythropoiesis melalui transferrin.

    Pada konsisi sehat, satu liter darah mengandung 500mg of besi. Penyebab defisiensi besi adalah kehilangan darah kronik karenan tukak

    labung/usus atau terjadi tumir. Defisiensi besi terjadi jika terjadi kerusakan sintesis hemoglobin dan pada kondisi

    anemia. Terapi besi (jika penyebab kehilangan darah diketahui) : pemberian secara oral

    Fe2+, misal ferrous sulfate (dosis harian besi 100 mg, equivalent dengan 300 mg FeSO4, dibagi dalam dosis terbagi) Penggantian besi mebutuhkan waktu berbulan2. Penggunaan secara oral sangat menguntungkan, karena tubuh tidak akan kelebihan besi, karena ada pengaturan keseimbangan melalui mucosal block.

    Efek samping : Keluhan yang sering ada adalah gangguan saluran cerna (nyeri epigastric, diare, konstipasi) jika sediaan dgunakan bersama atau setelah makan. Absorpsi besi tertinggi jika perut dalam keadaan kosong.

    Interaksi obat : antasit akan menghambat absorpsi besi. Kombinasi dengan asam askorbat (Vitamin C) akan memproteksi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.

  • ZAT BESI Pengunaan garam Fe3+ secara parenteral : jika penggunaan oral tidakmencukupi

    kebutuhan akan besi, tetapi ada resiko overdosis, dan besi akan banyak tersimpan di jaringan (hemosiderosis).

    Yang harus diingat, kapasitas pengikatan Fe3+ oleh transferrin terbatas, dan Fe3+ bebas dapat bersfat toksik.

    Fek samping: jika digunakan i.m., ada nyeri di tempat injeksi dan ada perubahan warna kulit; jika diberikan i.v. dapat menyebabkan hipotensi dan syok anafilaktik.

  • TERIMA KASIH

  • ZAT BESI Absorption, transport, and storage of iron. Intestinal epithelial cells actively absorb inorganic iron and heme iron (H). Ferrous iron that is absorbed or released from absorbed heme iron in the intestine (1) is actively transported into the blood or complexed with apoferritin (AF) and stored as ferritin. In the blood, iron is transported by transferrin (Tf) to erythroid precursors in the bone marrow for synthesis of hemoglobin (Hgb) (2) or to hepatocytes for storage as ferritin (3). The transferrin-iron complexes bind to transferrin receptors (TfR) in erythroid precursors and hepatocytes and are internalized. After release of the iron, the TfR-Tf complex is recycled to the plasma membrane and Tf is released. Macrophages that phagocytize senescent erythrocytes (RBC) reclaim the iron from the RBC hemoglobin and either export it or store it as ferritin (4). Hepatocytes use several mechanisms to take up iron and store the iron as ferritin. See text.