ANDAL 6

10
6. EVALUASI DAMPAK PENTING 6.1 Evaluasi Dampak Penting Kondisi lingkungan suatu daerah merupakan interaksi dari berbagai macam komponen lingkungan yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya serta kondisi kesehatan lingkungan yang kesemuanya tergabung dalam satu sistem. Dengan adanya kegiatan pertambangan PT. Arutmin Indonesia saat ini (daerah tambang Satui) dan rencana peningkatan produksi dengan perluasan daerah penambangan ke daerah Bukit Baru, Kintap, dan Karuh maka parameter-parameter lingkungan tersebut akan terpengaruh akibat adanya interaksi langsung maupun tidak langsung. Pada Tabel 6-1 disajikan matrik yang lebih jelas mengenai hubungan antara komponen lingkungan dan aktivitas penambangan yang menyebabkan timbulnya dampak. Pengkajian atau evaluasi pengaruh mengacu pada Surat Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056/1994 mengenai panduan dalam pengukuran pengaruh pada lingkungan. Kajian evaluasi dampak diuraikan secara holistik untuk masing-masing tahap kegiatan pertambangan PT. Arutmin Indonesia sebagai berikut. 6.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini dampak penting terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan dan pembangunan fasilitas dan infranstruktur tambang. Pembukaan Lahan Pembukaan dan pembersihan lahan dapat menghilangkan sumber mata pencaharian penduduk yang secara tradisional telah memanfaatkan hutan sekitar sebagai tempat mencari kayu, berburu, sumber tanaman penyedap dan obat-obatan, madu, rotan, sarang burung dan lain sebagainya. Walaupun jumlah penduduk yang bergantung pada hutan di daerah rencana lahan bukaan relatif kecil yaitu kurang dari 1 % dibandingkan penduduk daerah studi, tetapi dampak akan berlangsung dalam waktu lama. Dampak ini akan terlihat di Kampung Tandui, Kampung Km. 29, dan Kampung Log Padi di Desa Bukit Baru, Desa Salaman dan Desa Riam Andungan. Pembangunan Fasilitas dan Infrastruktur Tambang Potensi banjir akibat terpotongnya drainase alam oleh pembangunan jalan akan meningkatkan volume air larian. Bila tidak dikelola dengan pembangunan drainase dan gorong-gorong yang baik, akan berpotensi menimbulkan banjir di lokasi-lokasi tertentu yang selanjutnya akan menurunkan kualitas lingkungan di lokasi tersebut.

Transcript of ANDAL 6

Page 1: ANDAL 6

6. EVALUASI DAMPAK PENTING

6.1 Evaluasi Dampak Penting

Kondisi lingkungan suatu daerah merupakan interaksi dari berbagai macam komponen lingkungan yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya serta kondisi kesehatan lingkungan yang kesemuanya tergabung dalam satu sistem. Dengan adanya kegiatan pertambangan PT. Arutmin Indonesia saat ini (daerah tambang Satui) dan rencana peningkatan produksi dengan perluasan daerah penambangan ke daerah Bukit Baru, Kintap, dan Karuh maka parameter-parameter lingkungan tersebut akan terpengaruh akibat adanya interaksi langsung maupun tidak langsung.

Pada Tabel 6-1 disajikan matrik yang lebih jelas mengenai hubungan antara komponen lingkungan dan aktivitas penambangan yang menyebabkan timbulnya dampak. Pengkajian atau evaluasi pengaruh mengacu pada Surat Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056/1994 mengenai panduan dalam pengukuran pengaruh pada lingkungan.

Kajian evaluasi dampak diuraikan secara holistik untuk masing-masing tahap kegiatan pertambangan PT. Arutmin Indonesia sebagai berikut.

6.1.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini dampak penting terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan dan pembangunan fasilitas dan infranstruktur tambang.

Pembukaan Lahan

Pembukaan dan pembersihan lahan dapat menghilangkan sumber mata pencaharian penduduk yang secara tradisional telah memanfaatkan hutan sekitar sebagai tempat mencari kayu, berburu, sumber tanaman penyedap dan obat-obatan, madu, rotan, sarang burung dan lain sebagainya. Walaupun jumlah penduduk yang bergantung pada hutan di daerah rencana lahan bukaan relatif kecil yaitu kurang dari 1 % dibandingkan penduduk daerah studi, tetapi dampak akan berlangsung dalam waktu lama. Dampak ini akan terlihat di Kampung Tandui, Kampung Km. 29, dan Kampung Log Padi di Desa Bukit Baru, Desa Salaman dan Desa Riam Andungan.

Pembangunan Fasilitas dan Infrastruktur Tambang

Potensi banjir akibat terpotongnya drainase alam oleh pembangunan jalan akan meningkatkan volume air larian. Bila tidak dikelola dengan pembangunan drainase dan gorong-gorong yang baik, akan berpotensi menimbulkan banjir di lokasi-lokasi tertentu yang selanjutnya akan menurunkan kualitas lingkungan di lokasi tersebut.

Page 2: ANDAL 6

Tabel 6-1Matriks Evaluasi Dampak Lingkungan Penting Operasi Pertambangan Batubara

PT. Arutmin Indonesia

Page 3: ANDAL 6

6.1.2 Tahap Operasi

Kegiatan Penambahan Tenaga Kerja

Penerimaan tenaga kerja pada tahap operasional tambang akan berdampak pada perubahan struktur penduduk karena penempatan tenaga kerja sebanyak 93% di luar Kamp PT. Arutmin Indonesia, meningkatnya ketidakseimbangan rasio jenis kelamin, dan memacu peningkatan laju pertumbuhan penduduk baik akibat langsung dari penerimaan maupun mobilitas tenaga kerja karena adanya peluang usaha dan kegiatan lain di dalam daerah studi. Dampak ini akan terlihat jelas di desa-desa yang sangat berdekatan dengan kegiatan penambangan yaitu di Desa Bukit Baru, Riam Andungan, Salaman, Jombang dan Sungai Danau. Terutama untuk Desa Sungai Danau dampak ini akan terlihat karena tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi, yaitu 466 jiwa/km2, dan sebagian besar tenaga kerja yang tinggal di luar kamp bermukim di desa ini.

Dampak kependudukan akan berdampak turunan pada pengunaan lahan dan tata ruang, dimana dengan adanya penambahan pekerja pendatang yang mengadu nasibnya untuk membuka kesempatan berusaha yang marak di sekitar wilayah tambang, seperti warung, rumah sewa dan tempat-tempat rekreasi yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya kawasan-kawasan kumuh.

Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan operasional tambang di daerah Satui-Kintap dan Karuh membutuhkan tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu. Ketersediaan tenaga kerja lokal dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan peluang bagi terserapnya tenaga kerja lokal menjadi kecil. Selain itu dampak negatif penting yang berasal dari kehilangan sumber mata pencaharian secara tetap dari penduduk lokal pada tahap persiapan akan berlanjut terutama apabila tidak ada kesinambungan pemakaian tenaga kerja lokal pada tahap ini.

Beroperasinya kegiatan pertambangan milik PT. Arutmin Indonesia dalam waktu yang relatif lama dan berkembangnya kegiatan perekonomian lain baik akibat langsung maupun tidak langsung dari keberadaan perusahaan akan memberikan dampak penting terhadap pergeseran dan komposisi mata pencaharian penduduk yang akan diikuti oleh peningkatan pendapatan penduduk di daerah studi.

Dampak pertumbuhan ekonomi daerah studi terlihat jelas di Desa Sungai Danau yang juga merupakan daerah pusat pemerintahan Kecamatan Satui. Pertumbuhan aktivitas perekonomian di Desa Sungai Danau terlihat dari tumbuh pesatnya sarana perekonomian, sarana dan prasarana umum dan kondisi perkembangan pemukiman (lihat Gambar 4-14 dan 4-15). Selain itu melihat kontribusi pertambangan secara umum di tingkat regional terjadi peningkatan penerimaan daerah melalui pajak dan royalti yang dibayarkan oleh perusahaan sebesar 13% pertahunnya juga terjadinya peningkatan pendapatan rata-rata penduduk di daerah studi pada tahun 1989/1990 sekitar Rp100.000 menjadi sekitar Rp 500.000 ada tahun 1999/2000.

Melihat kondisi komposisi suku dan asal penduduk yang bermukim di daerah studi termasuk karyawan di PT. Arutmin Indonesia yang beragam, maka interaksi sosial yang intensif akan memacu perubahan nilai-nilai dalam sistim budaya dari berbagai suku di daerah studi. Dampak ini

Page 4: ANDAL 6

akan jelas terlihat terutama pada suku asli Dayak di Log Padi, Desa Bukit Baru dan Desa Riam Andungan. Suku asli ini masih memeluk kepercayaan “Kaharingan” yang memuat norma-norma dan nilai tradisional. Masuknya nilai-nilai baru dari berbagai sistem budaya dari luar akan mempengaruhi kultur budaya masyarakat asli ini. Intesifnya interaksi sosial diakibatkan oleh kemudahan aksesibilitas dan perubahan gaya hidup dengan peningkatan pendapatan dan perubahan cara pandang masyarakat tradisional akibat perubahan lingkungan sekitar.

Adanya kesenjangan permintaan tenaga kerja yang menuntut pemenuhan tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu untuk kegiatan operasional tambang PT. Arutmin Indonesia dengan ketersediaan tenaga kerja lokal yang mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah dan terbatas akan memacu terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Selain itu struktur penduduk yang sangat beragam terutama suku dan asal penduduk yang mendiami daerah studi berpeluang menciptakan konflik sosial terutama apabila tidak terjadi pemahaman dan saling pengertian tentang sistem budaya yang dijalankan. Adanya konflik sosial yang terjadi akan memacu timbulnya gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah studi diperbesar oleh kondisi kurang pemahaman masyarakat sekitar terhadap keberadaan PT. Arutmin Indonesia.

Kegiatan Pembukaan Lahan

Peningkatan erosi tanah pada tahap operasi terjadi pada saat kegiatan pembukaan lahan untuk lubang tambang yang mencapai 3 hingga 1000 kali. Bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum ada kegiatan pembukaan lahan, maka erosi tersebut akan menimbulkan dampak lanjutan yang berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya. Komponen lingkungan yang akan terpengaruh adalah pelumpuran dan sedimentasi sungai, kualitas air sungai dan biota air.

Terjadinya erosi akan menyebabkan peningkatan laju aliran permukaan, yang akan membawa partikel-partikel tanah ke dalam sungai, sehingga kandungan lumpur dalam sungai akan meningkat. Sungai-sungai yang akan terkena dampak adalah Sungai Baru, Sungai Satui dan Sungai Pabilahan yang semuanya mengalir ke Sungai Satui, serta Sungai Murung Pudak, Sungai Karuh, Sungai Keladan dan Sungai Wauran yang selanjutnya mengalir ke Sungai Kintap.

Pembukaan lahan juga menyebabkan terjadinya peningkatan air permukaan yang akan berhubungan dengan peningkatan tingkat pengikisan lapisan tanah. Meningkatnya volume air larian akan mengakibatkan banjir bila hujan tinggi, selanjutnya menurunkan kualitas air akibat tingginya kadar kekeruhan di air sungai.

Peningkatan konsentrasi TSS akibat tingginya air limpasan yang membawa tanah yang tererosi akibat pembukaan lahan tambang dapat mengganggu penetrasi matahari ke dalam sungai yang membawa dampak lanjutan berupa gangguan proses fotosintesis.

Proses fotosintesis oleh komunitas phytoplankton akan terganggu, akibat penetrasi cahaya terhambat oleh partikel tersuspensi. Kondisi tersebut akan menyebabkan penurunan produktivitas primer perairan. Lingkungan perairan akan memiliki selektifitas yang tinggi terhadap biota air. Hal ini diindikasikan oleh jenis Microcystis dan Hydrodiction yang selalu terlihat kosmopolitan

Page 5: ANDAL 6

pada perairan yang telah tercemar. Selanjutnya zooplankton yang berperan sebagai herbivora pada tingkat tropik ke-2 akan kekurangan bahan makanan, kecuali beberapa jenis zooplankton yang juga memangsa bakteri air, seperti kelompok Copepoda (tidak ditemukan dalam pengamatan sampel) masih dapat hidup. Kondisi ini dapat diketahui dari nilai indeks keragaman dan keseragaman yang rendah pada kelompok zooplankton. Partikel/massa tererosi tersebut juga mengganggu system pernafasan/resfirasi biota air, seperti larva/anak ikan dan telur ikan. Sedangkan partikel yang mengendap akan menutupi lapisan dasar perairan sehingga mengganggu proses resfirasi biota dasar. Selanjutnya kelompok ikan, akan bermigrasi ke perairan yang lebih subur, baik ke hulu maupun hilir DAS. Dengan demikian fishing ground nelayan setempat, khususnya nelayan tangkap akan berpindah, sehingga nelayan akan kesulitan untuk mendapatkan hasil tangkapan. Penduduk yang memanfaatkan air sungai untuk mandi-cuci-kakus (MCK) dan kebutuhan air minum akan mudah terserang penyakit, karena penurunan kualitas perairan. Artinya kualitas sanitasi lingkungan telah menurun dan berpotensi terjadinya penyebaran penyakit, khususnya penyakit perut dan kulit.

Kegiatan Pemboran, Peledakan, Pengupasan dan Penempatan Lapisan Batuan Penutup serta Kegiatan Pengupasan Dan Penggalian Batubara

Penggunaan alat berat dan alat angkut tambang yang melewati daerah pemukiman penduduk atau yang berdekatan dengan penduduk pada saat kegiatan tersebut berlangsung akan menimbulkan dampak kebisingan. Dampak kebisingan juga berlangsung terus seiring dengan kegiatan operasi tambang, dan meningkat pada siang hari dimana aktivitas kegiatan berlangsung cukup padat.Luas daerah terkena dampak meliputi perkampungan sekitar lokasi tambang dan jalan raya (Haul Road). Seperti halnya dengan kualitas udara, penyebaran dampak kebisingan terkait langsung dengan media disekitarnya. Dampak langsung dari peningkatan kebisingan ini adalah :

• Meningkatnya intensitas kebisingan siang malam (Lsm) sehingga melebihi baku mutu. Kondisi saat ini menunjukkan di beberapa lokasi pengukuran, tingkat kebisingan sudah melebihi baku mutu sesuai dengan peruntukannya.

• Gangguan kenyamanan penduduk di sekitar lokasi tambang dan jalan raya (Haul Road) seperti di kampung Pabilahan, Dungai Danau, Kampung Bukit Baru dan Log Padi.

Selain kebisingan, kegiatan operasional penambangan batubara juga akan mengubah bentuk permukaan lahan. Perubahan ini akan terjadi selamanya, walaupun setelah selesai kegiatan tambang, batuan penutup akan dikembalikan ke dalam lubang tambang dan dilakukan reklamasi dan revegetasi, bentang alam semula tidak akan pulih kembali, karena telah dilakukan penggalian lapisan batubara.

Kegiatan pemboran, peledakan dan penggalian batuan penutup serta penggalian batubara juga dapat mengakibatkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral berkontak dengan udara dan kemudian bereaksi dengan air tanah ataupun air hujan menjadi Fe terlarut dan H2SO4. Timbulnya H2SO4 menimbulkan peningkatan derajat keasaman pada air buangan tambang, disamping peningkatan kadar Fe dan total metal. Seperti telah diuraikan pada bab V, prakiraan konsentrasi campuran utnuk kekeruhan dan COD/BOD di badan air cukup tinggi sehingga kurang mendukung

Page 6: ANDAL 6

untuk kehidupan biota perairan yang baik. Kemungkinan ada air buangan tambang yang mengalir ke badan air tanpa melalui settling pond juga dapat memberi kontribusi pencemaran badan air. Kontribusi terhadap peningkatan konsentrasi COD, BOD, TSS dan bakteri coli juga dihasilkan dari limbah domestik para pekerja tambang; terutama buruh kasar; selama operasional pertambangan batubara dimulai dari pembukaan lahan hingga penggalian batubara.

Limpasan air asam akibat pembukaan/pemboran/pengupasan lapisan batubara akan mengalir ke daerah tangkapan air, seperti sungai dan sebagian akan meresap dan bercampur dengan air tanah yang telah ada. Hal ini akan menurunkan kualitas air dan kehidupan didalamnya. Kondisi tersebut juga merupakan proses penurunan kualitas sanitasi lingkungan, dimana pada tahapan selanjutnya derajat kesehatan penduduk yang memanfaatkan sumberdaya air untuk kebutuhan sehari-hari akan menurun.

Kegiatan Pengangkutan Batubara

Pada tahap ini diperkirakan terjadi dampak negatif penting pada aspek kualitas udara terutama pada kegiatan pengangkutan batubara. Kegiatan ini berlangsung seiring dengan kegiatan operasi tambang ( hingga akhir operasi tambang ) dan selalu konstan selama 24 jam dan 7 hari dalam satu minggu. Dampak yang terjadi bersifat terus menerus dan terakumulasi. Komponen lain yang akan terkena dampak adalah kesehatan masyarakat. Penyebaran utama debu tambang terjadi pada radius 100 meter dari jalan raya ( Haul Road ). Perkampungan yang akan terkena dampak adalah Kampung Pabilahan dan Sungai Danau. Selain debu juga akan terjadi peningkatan konsentrasi gas buang yang cukup penting.

Dampak langsung yang diakibatkan adalah :

• Penurunan kualitas udara terutama konsentrasi debu dan gas, potensi debu jatuh (dust fall) serta deposisi debu maupun asam.

• Gangguan terhadap pemakai jalan lainnya baik pernapasan maupun pandangan mata

• Penurunan metabolisme tumbuhan di sekitar jalan karena tertutup oleh debu

Sedangkan dampak turunannya adalah :

• Gangguan kesehatan terutama pernapasan pada penduduk dan pengguna jalan di sekitarnya.

• Gangguan berkendaraan yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan kerusakan kendaraan ( pecah kaca ).

Peningkatan jumlah kendaraan perusahaan terutama yang berlalu lalang di sekitar Simpang Empat Sumpol pada tahap operasi akan menyebabkan peningkatan konsentrasi debu dan tingkat kebisingan. Peningkatan konsentrasi debu dan parameter polutan lainnya seperti karbon monoksida dan hidrokarbon serta naiknya tingkat kebisingan berdampak pada komponen lingkungan lain dan bersifat kumulatif. Dampak tersebut diantaranya adanya keluhan masyarakat akibat merasa terganggu dan gangguan kesehatan terutama gejala atau penyakit yang berhubungan

Page 7: ANDAL 6

dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan penurunan kondisi sanitasi lingkungan akibat debu.

Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi

Kegiatan reklamasi akan berpengaruh terhadap kondisi tanah yaitu mengurangi terjadinya erosi tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan juga meningkatkan kembali fungsi lahan menjadi daerah konservasi tanah yang sangat penting bagi cadangan air tanah dan mengembalikan fungsi lahan sebagai hutan produksi. Keberhasilan upaya reklamasi lahan akan juga mengembalikan fungsi estetika lahan.

Reklamasi lahan dalam jumlah besar merupakan langkah awal dalam mengembalikan keseimbangan alam untuk sistem aliran air permukaan yang merupakan salah satu penyebab dalam menurunkan kemungkinan pengikisan tanah dan pelarutan sedimen serta peningkatan resapan air yang selanjutnya meningkatkan aliran air tanah di daerah tambang.

Reklamasi daerah penambangan mencakup pengaturan kembali drainase pada skala mikro dapat memulihkan fungsi daerah tangkapan ke kondisi serupa seperti sebelum penambangan. Peningkatan kondisi tanah akan meningkatkan laju infiltrasi, menurunkan limpasan dan mengurangi muatan sedimen sehingga mengurangi penambahan konsentrasi TSS yang menuju ke badan perairan juga.

Penanaman kembali lahan bekas tambang akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap ekosistem darat yaitu tertutupnya kembali lahan yang semula terbuka dengan pepohonan. Terbentuknya komunitas vegetasi tersebut akan akan mengembalikan habitat satwa liar.

Tahap Paska Operasi

Pemutusan hubungan kerja pada tahap paska operasi mengakibatkan hilangnya sumber mata pencaharian penduduk, dampak ini akan dirasakan langsung oleh penduduk setempat yang sangat bergantung pada beroperasinya kegiatan penambangan di daerah tambang Satui-Kintap dan Karuh baik yang bekerja langsung pada PT. Arutmin Indonesia juga penduduk yang membuka usaha untuk menunjang kegiatan tersebut.

Pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari pada tahap ini, jumlah tenaga kerja yang akan kehilangan mata pencaharian akibat langsung dari penutupan tambang PT. Arutmin Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan total jumlah tenaga kerja di daerah studi.

Dampak dari kehilangan sumber mata pencaharian akan terasa bagi penduduk lokal yang bekerja maupun yang melakukan kegiatan usaha berkaitan langsung dengan kehadiran PT. Arutmin Indonesia. Dampak ini dapat ditekan dengan tersedianya peluang kerja lain serta keinginan dari sebagian karyawan untuk mencari lapangan pekerjaan di tempat lain di dalam maupun di luar daerah studi.

Page 8: ANDAL 6

Hilangnya mata pencaharian akibat pemutusan hubungan kerja dengan adanya penutupan kegiatan tambang akan menambah tingkat pengangguran di daerah studi. Ditambah dengan dampak kehilangan sumber mata pencaharian akibat hilangnya peluang kerja dan usaha yang tercipta dengan beroperasinya PT. Arutmin Indonesia serta tidak cepatnya tersedia alternatif peluang kerja lain maka dampak penganguran ini akan memacu terjadinya tindak kriminalitas yang akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah studi.

Seperti pada tahap operasional tambang, sikap dan persepsi masyarakat yang timbul pada tahap paska operasi ini juga bersifat positif dan negatif.

Sikap dan persepsi negatif penduduk terjadi terutama pada saat pemutusan hubungan kerja dan penanganan masalah lingkungan yang kurang serius oleh PT. Arutmin Indonesia. Namun dampak yang akan terjadi dapat ditekan terutama karena masyarakat akan menyadari bahwa umur kegiatan telah ditetapkan dan penanganan masalah lingkungan telah dimulai sejak tahap persiapan dan dilakukan menurut prosedur penanganan yang jelas dan terencana yang tentunya diketahui oleh masyarakat di daerah studi.

Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi Akhir

Seperti pada tahap operasi, kegiatan reklamasi dan revegetasi akhir, akan menurunkan tingkat erosi tanah. Lapisan tanah terutama tanah pucuk akan meningkat kualitasnya. Disamping itu, batuan di lereng terjal akan lebih stabil karena proses sedimentasi oleh oksida lempung maupun adanya proses konsolidasi oleh batuan itu sendiri.

Reklamasi lahan dalam jumlah besar merupakan langkah awal dalam pengembalian keseimbangan alam untuk sistem aliran air permukaan yang merupakan salah satu penyebab dalam menurunkan kemungkinan pengikisan tanah dan pelarutan sedimen serta peningkatan resapan air yang selajutnya meningkatkan aliran air tanah di lahan bekas area penambangan batubara.

Reklamasi dan revegetasi menyebabkan limpasan air permukaan menurun dengan terbentuknya vegetasi penutup pada lokasi bekas tambang. Daya serap air meningkat karena menurunnya kejenuhan tanah. Pengurangan limpasan air permukaan pada tahap paska operasi akan menguntungkan lingkungan karena mengurangi jumlah partikel padatan yang terbawa ke sungai-sungai di daerah bersangkutan sehingga nantinya mengurangi turbiditas atau kekeruhan air.

Seperti halnya pada tahap operasi, reklamasi dan revegetasi lahan tambang dapat memulihkan fungsi daerah tangkapan ke kondisi seperti sebelum penambangan. Peningkatan kondisi tanah akan meningkatkan laju infiltrasi sehingga menambah kuantitas air tanah. Vegetasi akan memperkaya kandungan air pada zona tanah dengan menjebak mineral pada permukaan sistem akar vegetasi dan dengan membebaskan unsur-unsur ke air tanah sebagai produk dekomposisi daun dan materi lain dalam vegetasi. Peningkatan kualitas air tanah ini akan memberi dampak positif pada penduduk yang berada di bawah (hilir) daerah pertambangan.

Kuantitas air tanah, kualitas air tanah dan resiko pencemaran terhadap air tanah akan diperbaiki oleh penghentian kepentingan tambang, penghentian aktivitas pencemaran (pemeliharaan mesin-

Page 9: ANDAL 6

mesin yang digunakan, peminyakan, dll) dan pengurangan sumber-sumber polusi (sumber dan daerah sebarannya).

Kegiatan reklamasi dan revegetasi akhir pada bahan-bahan yang terganggu oleh kegiatan tambang akan meningkatkan keanekaragaman hayati, sehingga akan terbentuk habitat satwa liar yang sebelumnya hilang selama kegiatan operasional tambang.

Dengan melakukan reklamasi dan revegetasi berarti akan terjadi pemulihan kemantapan lahan. Dengan demikian diperkirakan kemampuan tanah untuk menangkap air permukaan akan berangsur pulih seiring perjalanan waktu. Paling tidak penutupan lahan oleh vegetasi semai akan berjalan cepat, sebagai perintis pemulihan suksesi. Akan tetapi diperkirakan kondisi ekosistem terestrial tidak dapat berlangsung dalam waktu singkat. Selanjutnya biota air akan mengalami pemulihan ke arah ekosistem yang lebih sehat/stabil, dimana produktivitas perairan akan meningkat, sehingga pada gilirannya daya dukung lingkungan perairan juga akan meningkat. Selanjutnya sanitasi lingkungan akan membaik, sehingga akan mendukung kesehatan masyarakat pemukim di sekitar daerah pertambangan.

Kegiatan reklamasi dan revegetasi akhir akan menimbulkan persepsi positif masyarakat. Sikap dan persepsi positif mulai terbentuk pada saat dimulainya kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas area penambangan batubara. Adanya rencana kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan yang diinformasikan dengan baik kepada penduduk sekitar kegiatan dan diharapkan penduduk setempat dapat terlibat dalam kegiatan ini akan memperbesar dampak positif yang akan terjadi. Sikap dan persepsi positif ini dapat berubah sebaliknya apabila hasil dari kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan tidak ditemukan masyarakat.

6.2 Arahan Umum Pengelolaan Lingkungan

6.2.1 Tahap Persiapan

Dari hasi evaluasi dampak pada tahap persiapan kegiatan pertambangan PT. Arutmin Indonesia akan berdampak negatif dan positif terhadap perubahan mata pencaharian peduduk, dalam jangka waktu panjang dapat berdampak yang sama terhadap pendapatan keluarga. Untuk menekan dampak negatif yang terjadi dan memperbesar dampak positifnya upaya yang dapat ditempuh untuk mencapai hal ini antara lain dengan melibatkan lebih banyak penduduk lokal dalam kegiatan pada tahap persiapan terutama yang bermukim dekat dengan daerah rencana tambang.

6.2.2 Tahap Operasi

Berbagai dampak yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan penambangan batubara PT. Arutmin Indonesia terhadap lingkungan fisik, kimia, biologi dan kependudukan, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat di daerah sekitar tambang seperti telah diuraikan pada subbab 6.1. Berikut ini yang perlu dikembangkan untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi:

Page 10: ANDAL 6

• Mengidentifikasikan lokasi spesifik saat penebangan vegetasi untuk menghindari punahnya/hilangnya tumbuhan dan habitat khusus satwa yang dilindungi.

• Pembukaan lahan untuk tapak tambang hendaknya dilengkapi dengan perencanaan drainase yang tepat untuk menghindari limpasan air permukaan, erosi tanah dan penurunan kualitas air permukaan serta air tanah.

• Pembuatan zona penyangga (buffer zone) terutama untuk melokalisir dampak kegiatan penambangan dan penjadwalan pengangkutan batubara dengan baik sehingga dampak negatif kebisingan dan pencemaran udara dan lalu lintas dapat ditekan sekecil mungkin dan pengelolaan daerah tambang.

• Perencanaan pembukaan lahan untuk tapak tambang semaksimal mungkin mencegah terjadinya perubahan pola hidrologi dan hidrogeologi di daerah sekitarnya.

• Penerimaan tenaga kerja semaksimal mungkin memprioritaskan tenaga kerja lokal untuk meningkatkan partisipasi kerja dari angkatan kerja yang besar dan meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan.

• Menanamkan prinsip kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar bagi karyawan yang terutama bertempat tinggal dipemukiman penduduk.

• Melakukan koordinasi dengan pemerintah lokal setempat dalam mengembangkan aktivitas perekonomian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar wilayah tambang, mengembangkan hubungan sosial kemasyarakatan, budaya dan peningkatan sanitasi lingkungan.

6.2.3 Tahap Paska Operasi

Pada tahap paska operasi pertambngan PT. Arutmin Indonesia, kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan adalah pemutusan hubungan kerja dan kegiatan reklamasi lahan. Pemutusan hubungan kerja yang berdampak negatif berupa hilangnya matapencaharian dan menurunnya pendapatan terutama bagi penduduk lokal diupayakan dilakukan secara bertahap dan pada kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan hendaknya semaksimal mungkin melibatkan tenaga kerja lokal. Untuk meningkatkan dampak positif dari kegiatan reklamasi dan revegetasi diupayakan menggunakan teknik reklamasi yang telah direkomendasikan dan memanfaatkan tanaman lokal (native plant) yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dan menghindari masuknya hama penyakit baru ke ekosistim setempat.