and Strengthening Project · Bab 3 Kebijakan Manajemen Lingkungan PLN dan 23 Pelaksanaannya Bagian...

19
E733 V. 2 March 2003 Java-Bali Power Sector Restructuring and Strengthening Project Pengkajian dan Rencana Pengelolaan Lingkungan & Sosial Maret 2003 PT. PLN (PERSERO) CORNE tGe i Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Transcript of and Strengthening Project · Bab 3 Kebijakan Manajemen Lingkungan PLN dan 23 Pelaksanaannya Bagian...

  • E733 V. 2March 2003

    Java-Bali Power Sector Restructuring

    and Strengthening Project

    Pengkajian dan Rencana

    Pengelolaan Lingkungan & Sosial

    Maret 2003

    PT. PLN (PERSERO)

    CORNE tGe i

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

    Pub

    lic D

    iscl

    osur

    e A

    utho

    rized

  • JAVA-BALI POWER SECTOR RESTRUCTURING

    AND STRENGTHENING PROJECT

    Pengkajlan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan & Sosial

    Daftar Isi

    Hal.

    Rangkuman 1

    Bagian I Kerangka Xebijakan, Peraturan & Hukum dan 9

    Administratif

    Bab 1 Sistem AMDAL Yang Berkembang dan Peraturan 11

    Otonomi Daerah

    Bab 2 Perlindungan Lingkungan Bank Dunia 19

    Bab 3 Kebijakan Manajemen Lingkungan PLN dan 23

    Pelaksanaannya

    Bagian II Uraian Lingkup Proyek dan Pengkajian Dampak Yang 33

    Mungkin Terjadi

    Bab 4 Aktivitas-aktivitas Proyek 35

    Bab 5 Dampak Yang Mungkin dari Aktivitas-aktivitas 39

    Proyek

    Bagian III Rencana Pengelolaan Lingkungan 45

    Bab 6 Pengkajian dan Mitigasi 47

  • Bab 7 Pemberdayaan Kelembagaan 53

    Bab 8 Jadual Pelaksanaan dan Perkiraan Biaya 59

    Bagian IV Catatan: Harmonisasi Prosedur-prosedur Lingkungan 61

    Annex

    A. Tim Pengkajian - Komposisi dan Rangkuman A1-3

    Kerangka Acuan

    B. Daftar Pustaka B1-3

    C. Rangkuman Dampak Yang Mungkin dan Langkah- C1-2

    langkah Mitigasi untuk Proyek-proyek Transmisi

    D. Laporan Konsultasi Publik untuk Subproyek D1-4

    Perak-Ujung

    E. Kebijakan Umum PLN mengenai Pembangunan Jalur E1-21

    Transmisi

  • Daftar Akronim dan Singkatan

    Yang Digunakan

    AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

    ANDAL Analisis Dampak Lingkungan

    BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

    BAPEDALDA Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

    DIVLING Divisi Lingkungan

    EIA Environmental Impact Assessment, Studi Pengkajian

    Dampak Lingkungan

    EMD Environmental Management Development, (Proyek)

    Pengembangan Pengelolaan Lingkungan

    EMF Electromagnetic fields, medan elektromagnet

    EMP Environmental Management Plan, Rencana Pengelolaan

    Lingkungan

    EMS Environmental Management System, Sistem Pengelolaan

    Lingkungan

    ICNIRP International Commission on Non-Ionizing Radiation

    Protection, Komisi Internasional untuk Proteksi

    Radiasi Non-Pengion

    IFI International financial institution, lembaga

    keuangan internasional

    ISO International Standards Organization, Organisasi

    Standard Internasional

    iv

  • JBPSRS Java-Bali Power Sector Restructuring and

    Strengthening Project

    LH (Menteri) Lingkungan Hidup

    MNKLH Menteri Negara Kependudukan & Lingkungan Hidup

    NGO Non-Government Organizations, Lembaga Swadaya

    Masyarakat

    PCB Polychlorinated biphenyls, bifenil poliklorinasi

    PET Project Environmental Team, Tim Lingkungan Proyek

    PIU Project Implementation Unit, Unit Pelaksana Proyek

    PLN PT. Perusahaan Listrik Negara

    RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan

    RPL Rencana Pemantauan Lingkungan

    SIL Sector Investment Loan, Pinjaman Investasi Sektor

    SOP Standard Operating Procedure, Prosedur Operasi

    Standard

    UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan

    UPL Upaya Pemantauan Lingkungan

    WHO World Health Organization, Organisasi Kesehatan

    Dunia.

    v

  • RANGKUMAN

    1. Pendahuluan: Proyek, Pengkajian, dan Rencana Pengelolaan

    Lingkungan

    Studi Pengkajian Lingkungan dan Sosial serta Pengelolaan

    Lingkungan ini telah disiapkan oleh PT Perusahaan Listrik

    Negara (PT PLN Persero) dengan dukungan jasa konsultan yang

    disediakan oleh Bank Dunia sebagai bagian dari persiapan dalam-

    rangka usulan proyek kepada Bank Dunia, yaitu Java-Bali Power

    Sector Restructuring and Strengthening (JBPSRS) Project.

    Dalam pembicaraan dengan misi Bank Dunia pada bulan-bulan

    November 2001 dan Mei 2002, pendanaan Proyek JBPSRS merupakan

    Pinjaman Investasi Sektor (SIL). Pinjaman tersebut dimaksudkan

    untuk mendanai berbagai proyek untuk menangulangi keadaan

    kritis dalam Skenario Terbatas PLN (2002-2006) untuk daerah

    kelistrikan Jawa-Bali. Kegiatan utama proyek yang tercakup

    dalam paket pinjaman adalah:

    * Mengatasi kendala-kendala dalam sistem transmisi untuk

    memperbaiki kemampuan penyaluran ke daerah Cirebon dan

    ke Jawa Tengah bagian selatan,

    * Memperbaiki ketersediaan dan kepastian kapasitas

    pembangkitan dengan memperbaiki sistem transmisi dari

    1

  • pembangkit-pembangkit listrik tenaga panas bumi di

    Wayang Windu, Kamojang dan Drajat di Jawa Barat,

    Memperkuat Sistem Transmisi dan Gardu Induk 500 kV dan

    150 kV di Cirebon, Surabaya, Bandung dan Bali.

    Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistem

    transmisi yang telah ada, sehingga dapat memberikan manfaat

    nyata secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat di Jawa-Bali.

    Namun demikian, PLN menyadari bahwa untuk itu diperlukan

    analisis yang komprehensif serta mitigasi dampak-dampak

    negatif yang buruk yang mungkin timbul bagi lingkungan dan

    masyarakat sekitarnya. Berdasarkan pengalaman PLN di masa

    lalu, bahwa akan lebih hemat mencegah, menghindari, dan

    meminimalkan masalah-masalah daripada penanganan masalah di

    kemudian hari. Kegiatan usaha PLN tentunya harus tunduk kepada

    peraturan-peraturan lingkungan hidup di Indonesia. Dan PLN

    memahami pula bahwa kegiatan yang didukung didanai dengan

    pinjaman Bank Dunia perlu pula mematuhi kebijakan-kebijakan

    dan pedoman-pedoman Bank Dunia untuk pengamanan lingkungan dan

    sosial.

    PENGKAJIAN DAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

    Pada periode bulan Mei-September 2002, Bank Dunia menugaskan

    konsultan untuk memberi dukungan pada PLN dalam melaksanakan

    studi pengkajian lingkungan dan sosial atas rencana kegiatan

    proyek JBPSRS serta menyiapkan rencana pengelolaan lingkungan

    2

  • (RPL) dan Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman

    Kembali.1 Laporan ini mendokumentasikan hasil-hasil konsultasi

    tersebut.

    Sebagai Pinjaman Investasi Sektor, setelah penandatanganan

    perjanjian pinjaman dan perjanjian proyek, lingkup proyek yang

    akan dilaksanakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan PLN yang

    mendesak pada waktunya. Dengan demikian, tujuan dari RPL ini

    tidak hanya spesifik pada proyek, melainkan juga berorientasi

    pada proses; sehubungan dengan pekerjaan pada proyek

    pembangunan transmisi PLN pada umumnya, dan juga dengan

    efektifitas manajemen lingkungan dalam operasional PLN.

    Sebagai tambahan atas rangkuman ini dan beberapa Annex,

    kedelapan bab dari laporan tersebut disusun menjadi empat

    bagian, yaitu :

    Bagian I - Kerangka Kebijakan, Peraturan & Hukum dan

    Administratif (Bab 1-3), memberikan informasi

    mengenai persyaratan-persyaratan pengkajian

    lingkungan dan mitigasinya, baik dari pemerintah

    Indonesia maupun Bank Dunia, dan mengenai sejarah

    pengelolaan lingkungan di PLN serta situasinya

    saat ini;

    1 Jasa konsultan disediakan oleh Nexant, Inc., Konsultasi Jasa ManajemenEnergi yang Berafiliasi dengan Bechtel. Susunan anggota Tim Konsultan, danRangkuman Kerangka Acuannya, diberikan di dalam Annex A.

    3

  • * Bagian II - Uraian Lingkup Proyek dan Pengkajian Dampak-

    dampak Yang Mungkin Terjadi (Bab 4-5);

    * Bagian III - Rencana Pengelolaan Lingkungan (Bab 6-7),

    menjelaskan proses evaluasi lingkungan yang

    sedang berjalan untuk proyek yang diusulkan,

    serta langkah-langkah mitigasi dan pelaporannya;

    Dalam bagian ini disampaikan juga usulan program

    5-tahun untuk meningkatkan kapasitas PLN dalam-

    bidang manajemen lingkungan;

    * Bagian IV - Catatan mengenai Harmonisasi Prosedur-

    prosedur Lingkungan, memberikan sumbang saran

    guna menggabungkan prosedur pengkajian lingkungan

    internasional dan Indonesia.

    2. Dampak-dampak Yang Mungkin Terjadi

    Dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap lingkungan

    dan sosial dari rencana proyek kemungkinan berkisar dari

    dampak kecil sampai dampak yang dapat diabaikan.

    Lingkup proyek yang diusulkan terdiri atas penggantian

    atau up-rating konduktor pada jalur transmisi yang telah

    ada dan peluasan gardu-gardu induk. Untuk lingkup proyek

    yang sedang disiapkan ini, PLN telah memiliki atau

    mempunyai semua lahan yang bersangkutan; dengan demikian,

    4

  • tidak diperlukan lagi pembebasan lahan atau pemukiman

    kembali, dan tidak akan berpengaruh pada perumahan atau

    bangunan. Namun demikian, setiap pembebasan lahan dan

    ganti rugi yang mungkin terjadi untuk proyek yang harus

    disiapkan selama implementasi proyek akan dilaksanakan

    sesuai dengan Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan

    Pemukiman Kembali untuk Proyek. Tidak ada Polychlorinated

    Biphenyls (PCB) yang digunakan dalam proyek ini dan hanya

    akan ada kenaikan terbatas pada paparan medan

    elektromagnetik (EMF). Perhatian lebih diutamakan pada

    pengaturan lalu lintas selama pemasangan konduktor,

    pengangkutan material bekas, koordinasi aktivitas dengan

    departemen/ instansi lain, dan penyampaian informasi

    kepada publik serta hubungan dengan masyarakat di daerah

    pelaksanaan proyek.

    3. Rencana Pengelolaan Lingkungan

    Menurut kategorisasi Pedoman Lingkungan Bank Dunia, Proyek

    JBPSRS ini termasuk dalam kategori B, atau proyek berdampak

    rendah.

    Sebagai Proyek dengan Kategori B, pada umumnya tidak

    mensyaratkan EMP lengkap. Namun demikian, berdasarkan

    Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001 yang

    mensyaratkan studi AMDAL untuk setiap proyek transmisi

    150kV, maka PLN akan melaksanakannya, kendatipun

    5

  • kemungkinan proyek tersebut hanya menimbulkan dampak yang

    kecil.

    PLN telah membentuk sebuah Project Implementation Unit (PIU)

    yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir dan mengelola proyek

    berdasarkan Keputusan Direksi PLN No. 134.K/010/DIR/2002,

    tanggal 18 September 2002. Tim Lingkungan Proyek (PET) di

    bawah koordinasi PIU akan mengawasi dan mengkoordinasikan

    semua aspek EMP ini, termasuk Kerangka Kebijakan Pembebasan

    Lahan dan Pemukiman Kembali.

    PET akan bekerja di bawah pengarahan Ketua PIU.

    Di dalam Bab 7, diusulkan pembentukan sebuah Grup CHESS yang

    menangani masalah kemasyarakatan, kesehatan, lingkungan,

    sistem dan kesinambungan. Pimpinan grup ini juga merupakan

    anggota dalam PET. Grup CHESS akan siap untuk memberikan

    dukungan teknis, pelatihan dan pemantauan apabila diperlukan.

    Hubungan kerja antara tim manajemen proyek, manajemen PLN,

    Bank Dunia dan pemerintah diperlihatkan pada Gambar 1.

    6

  • Gambar 1. Organisasi Proyek untuk Implementasi EMP

    Bank Dunia

    ELPrUrSI U ,nveta JgPET aka mempunaituga m Menengah Jawa-Bali

    setiap subproyearoak JBPSRSanaiUt Mmplementasi P k *anajamen PIN

    Untu seu subproyek yan tecn[ mdl3 a /araa

    T Proy k PLN//-

    RAPEDALDA

    EVALUASI SUTBPROYEK:

    PET akan mempunyai tugas mengevaluasi studi lingkungan dari

    setiap subproyek atau tambahan lingkup proyek yang akan

    didanai pinjaman ini.

    Untuk semua subproyek yang tercantum dalam daftar awal

    seperti pada Bab 4, kategori lingkungan menurut Bank

    Dunia adalah B. Namun demikian, berdasarkan kriteria

    AMDAL Indonesia, ada tiga subproyek yang mensyaratkan

    suatu studi AMDAL yaitu transmisi-transmisi Perak-

    Ujung, Bandung Selatan-Kamojang-Drajat-Ciamis, dan Wayang

    Windu Incomer. PET perlu memastikan bahwa untuk setiap

    perubahan atau penambahan atas subproyek yang diusulkan

    telah dilakukan pemeriksaan yang memadai sehingga dampak-

    7

  • dampak yang mungkin adalah konsisten dengan nilai

    Kategori Lingkungan B menurut versi Bank Dunia.

    PENGKAJIAN AMDAL:

    PET akan mengevaluasi kebutuhan studi AMDAL, bekerja sama

    dengan unit-unit pelaksana proyek PLN.

    Dalam hal diperlukan adanya studi AMDAL atau UKL-UPL,

    maka PET akan mengevaluasi kerangka acuan, dan akan

    memberikan masukan serta dukungan bagi unit pelaksana

    proyek. PET juga akan mengevaluasi hasil studi tersebut

    untuk memastikan bahwa telah diselesaikan dengan baik dan

    siap untuk disampaikan ke Komisi AMDAL.

    KONSULTASI PUBLIK:

    Pada saat ini disyaratkan adanya konsultasi publik dengan

    masyarakat yang akan terkena proyek dalam tahap persiapan

    Kerangka Acuan studi AMDAL, dan masyarakat yang terkena dampak

    tersebut mempunyai wakil dalam Komisi AMDAL yang akan

    memeriksa studi AMDAL tersebut.

    Dalam penyiapan studi pengkajian ini, PLN telah

    menyelenggarakan konsultasi publik di Surabaya berkaitan

    dengan proyek up-rating jalur transmisi Perak-Ujung.

    Pertemuan ini yang dilaporkan di dalam Annex D, merupakan

    suatu model konsultasi yang dapat dilaksanakan di masa

    8

  • yang akan datang untuk proyek ini dan proyek-proyek

    lainnya. Disamping itu, Kementerian Lingkungan Hidup

    dengan dukungan Bank Dunia sedang menyiapkan Pedoman

    Konsultasi Publik untuk diterapkan dalam proses AMDAL.

    MITIGASI DAMPAK

    PLN telah menyiapkan serangkaian prosedur dalam hal disain,

    pembangunan dan pemeliharaan jalur transmisi yang dirangkum

    dalam Kebijakan Umum Pembangunan Transmisi, yang dicantumkan

    dalam Annex E dan telah dimasukkan dalam EMP ini.

    Kebijakan umum yang mencakup peran serta masyarakat,

    ganti rugi dan rehabilitasi harta benda, dan tindakan-

    tindakan mitigasi secara umum sebelumnya telah diperiksa

    dan disetujui oleh Bank Dunia. Kebijakan Umum yang telah

    ada memberikan cukup pedoman bagi kegiatan Proyek JBPSRS.

    Namun Kebijakan Umum tersebut perlu diperbaharui dan

    diperluas lingkupnya. Hal ini dapat dilaksanakan dalam

    pelaksanaan Pengembangan Manajemen Lingkungan proyek.

    Kebijakan serta prosedur khusus dalam hal pembebasan

    lahan dan ganti rugi yang mungkin timbul selama

    pelaksanaan proyek telah dibahas dalam Kebijakan Umum dan

    EMP ini, namun telah dicantunkan juga secara terpisah

    dalam suatu Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan

    Pemukiman Kembali (sebagaimana disyaratkan olah Kebijakan

    dan Prosedur Pengamanan Bank Dunia).

    9

  • PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

    Pemantauan lingkungan untuk Proyek JBPSRS berada di bawah

    koordinasi PET.

    Ketua tim PET seyogyanya menerima tembusan semua laporan

    kemajuan proyek dan laporan-laporan lainnya yang

    disyaratkan dalam proses AMDAL.

    Disamping laporan-laporan AMDAL yang harus disampaikan

    kepada instansi yang berkepentingan di Indonesia, PET

    juga harus menyiapkan rangkuman lingkungan dalam bahasa

    Inggris untuk dikirimkan kepada pejabat lingkungan Bank

    Dunia di Jakarta, dan manajer proyek Bank Dunia di

    Washington setiap 6 bulan. Laporan secara ringkas

    menjelaskan:

    * daftar tambahan lingkup proyek atau lingkup proyek yang

    telah disetujui untuk dilaksanakan beserta kategorisasi

    dampak lingkungan yang mungkin timbul;

    * rangkuman kemajuan studi AMDAL yang sedang berjalan;

    * rangkuman tindakan-tindakan mitigasi yang penting,

    apabila ada, yang dilaksanakan dalam enam bulan

    terakhir;

    10

  • * uraian mengenai masalah-masalah yang penting atau

    keberhasilan di dalam mitigasi lingkungan selama jangka

    waktu pelaporan; dan

    * identifikasi setiap kejadian lingkungan atau sosial

    yang mencolok selama enam bulan kedepan, untuk

    diantisipasi.

    4. Pemberdayaan Kelembagaan

    Pada pertengahan tahun 1980-an, PLN telah mempunyai sebuah

    Komisi Lingkungan Hidup, dan kemudian terbentuk Pusat

    Pelayanan Enjiniring yang mempunyai kelompok ahli bidang

    lingkungan hidup, yang bertanggung jawab atas kewajiban-

    kewajiban PLN dalam memenuhi peraturan lingkungan nasional dan

    peraturan lingkungan lainnya pada masa itu.

    Pada tahun 1995, dibentuk Divisi Lingkungan (DIVLING) di PLN

    dibawah koordinasi Direktorat Operasi. Bank Dunia memberi

    pinjaman untuk mendanai suatu program Pembangunan Kapasitas

    yang berlangsung selama 18 bulan untuk memberdayakan kemampuan

    manajemen lingkungan PLN pada tahun 1997-98. Program tersebut

    menghasilkan beberapa pedoman dan prosedur .

    Pada bulan Oktober 2001, Divisi Lingkungan di PLN dilikuidasi

    dan sebagian besar tanggungjawab mengenai manajemen lingkungan

    diserahkan kepada unit-unit operasi, sesuai dengan

    desentralisasi yang dilaksanakan oleh perusahaan.

  • Pada masa mendatang, PLN Pusat berfungsi sebagai "holding"

    untuk beberapa anak perusahaan dan unit bisnis, dimana masing-

    masing grup tersebut harus mematuhi ketentuan-ketentuan AMDAL

    dan standard lingkungan Indonesia. Untuk itu PLN tidak hanya

    perlu meningkatkan kemampuan dari masing-masing unit tersebut,

    namun juga perlu secara korporat menyiapkan kepemimpinan dalam

    bidang lingkungan sebagai unggulan dalam industri ketenaga

    listrikan di Indonesia. Kegagalan dalam melakukan hal tersebut

    berisiko PLN akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat

    konsumen, lembaga-lembaga keuangan internasional dan investor-

    investor lainnya, masyarakat dan orang-orang yang potensial

    untuk terkena dampak dari proyek-proyek tertentu, serta

    Kementerian Lingkungan Hidup dan pemerintah daerah yang

    memberi persetujuan atas rencana proyek PLN dan memantau

    pelaksanaannya.

    Dengan demikian, proyek JBPSRS harus mencakup pula Program 5

    tahun untuk Pengembangan Manajemen Lingkungan (EMD).

    Komponen program EMD ini akan mencakup kombinasi antara

    bantuan teknis, teknologi informasi dan pelatihan.

    Seperti dijelaskan di dalam Bab 7, EMD ini akan mempunyai

    tiga Gugus Tugas, yang sesuai dengan tiga tujuan

    utamanya, yaitu

    12

  • i) Pemantauan dan Dukungan Proyek JBPSRS;

    ii) AMDAL nasional dan internasional, serta dukungan dan

    Pemberdayaan untuk Konsultasi Publik; dan

    iii) Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Pelatihan.

    5. Harmonisasi Prosedur-prosedur Lingkungan

    Selama ini PLN telah memperoleh pinjaman dan bantuan pendanaan

    dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Jepang

    untuk Kerja Sama Internasional (JBIC). Masing-masing lembaga

    keuangan tersebut mempunyai peraturan dan persyaratan

    lingkungan tersendiri sebagai syarat pemberian pinjaman

    proyek. Akibatnya, untuk setiap proyek baru yang didukung oleh

    lembaga keuangan internasional (IFI), PLN melakukan pendekatan

    yang berbeda-beda dalam memenuhi prosedur pengkajian sosial

    dan lingkungan serta mitigasinya.

    Pada beberapa tahun terakhir, persyaratan-persyaratan AMDAL

    Indonesia juga semakin komprehensif. Dengan desentralisasi

    pemerintahan pada umumnya, pengawasan proses AMDAL juga telah

    mengalami desentralisasi. Evaluasi AMDAL kini dilaksanakan dan

    diputuskan di tingkat daerah (lokal), dengan partisipasi para

    pemegang saham lokal. Disamping itu, berdasarkan revisi AMDAL

    yang mutakhir, disyaratkan adanya konsultasi publik. Seara

    umum, persyaratan-persyaratan AMDAL telah selengkap dan

    seketat persyaratan-persyaratan dari IFI, bahkan adakalanya

    lebih berat.

    13

  • Nampaknya akan menguntungkan bagi setiap pihak apabila semua

    prinsipal IFI dapat menerima bahwa prosedur AMDAL Indonesia

    telah mempunyai standard yang tinggi dan memuaskan dalam

    proses pengkajian lingkungan.

    Apabila IFI dapat mengakui dan menerima prinsip tersebut,

    maka hal ini akan memudahkan PLN dan unit-unit bisnisnya

    dalam pelaksanaan pengkajian lingkungan dan sosial mulai

    dari perencanaan, pengkajian, implementasi, dan

    pelaporannya. Tentu saja, jaminan kualitas untuk

    persiapan laporan-laporan AMDAL, maupun pelaksanaan

    langkah-langkah mitigasi pada setiap rencana pengelolaan

    lingkungan, harus merupakan suatu proses yang terus

    berjalan.

    14