penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

137
TESIS PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA ISMANINGSIH NIM : 1390361023 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Transcript of penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

Page 1: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

TESIS

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN

KELINCAHAN PADA PEMAIN

SEPAKBOLA

ISMANINGSIH

NIM : 1390361023

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

i

TESIS

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN

KELINCAHAN PADA PEMAIN

SEPAKBOLA

ISMANINGSIH

NIM : 1390361023

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

KONSENTRASI FISIOTERAPI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

ii

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE MENINGKATKAN

KELINCAHAN PADA PEMAIN

SEPAKBOLA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga

Konsentrasi Fisioterapi, Program Pascasarjana

Universitas Udayana

ISMANINGSIH

NIM 1390361023

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

KONSENTRASI FISIOTERAPI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

iii

Pembimbing I,

Dr. dr. I Wayan Weta, MS

NIP: 195811051987021001

Pembimbing II,

Muh. Ali Imron, SMPh, S Sos. M.Fis

NIDN: 0526056801

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 2 JULI 2015

Mengetahui

Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga

Program Pascasarjana,

Universitas Udayana

Dr.dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO

NIP. 19680929 199903 2 001

Direktur

Program Pascasarjana,

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 195902151985102001

Page 5: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

iv

Tesis ini telah diuji pada

Tanggal 2 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Ini Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No.: 1911 / UN.14.4 / HK / 2015 Tanggal 1 Juli 2015

Ketua : Dr.dr.I. Wayan Weta, MS

Sekretaris : Muh. Ali Imron, SMPh, S. Sos. M. Fis

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, AIFO

2. Dr. dr. I Made Muliarta, M. Kes

3. Sugijanto, Dipl. PT, M. Fis

Page 6: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

v

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Kampus Bukit Jimbaran Telepon (0361) 701812, 701954, 703139, Fax, (0361)-701907, 702442

Laman: www.unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ismaningsih

NIM : 1390361023

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga

Judul Tesis : PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA

INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH

MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN

SEPAKBOLA

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis* ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010

dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015

Pembuat Pernyataan

( ISMANINGSIH )

NIM : 1390361023

Page 7: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT, karena hanya atas

ridho-Nya dan atas izin-Nya sehingga penulis di beri kesehatan serta kemampuan

untuk menyelesaikan Tesis dengan judul “Penambahan Proprioceptive Exercise

pada Intervensi Strengthening Exercise Lebih Meningkatkan Kelincahan Pada

Pemain Sepakbola”.

Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama

menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD selaku Rektor Universitas

Udayana.

2. Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

3. Dr. dr. Susy Purnawati, M. K. K. AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi

Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana.

4. Dr.dr. I Wayan Weta MS selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan serta saran selama proses penyelesaian

Tesis ini.

5. Muh. Ali Imron, SMPh, S. Sos. M. Fis, selaku Pembimbing II yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada

penulis.

6. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes, AIFO yang telah menjadi

penguji dan memberi banyak masukan membangun dalam penyelesaian Tesis

ini.

7. Dr. dr. I Made Muliarta, M. Kes yang telah menjadi penguji dan memberi

banyak masukan membangun dalam penyelesaian Tesis ini.

8. Sugijanto, Dipl. PT, M. Fis yang telah menjadi penguji dan memberi banyak

masukan membangun dalam penyelesaian Tesis ini.

Page 8: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

vii

9. Para Dosen dan seluruh staff Program Magister Fisiologi Olahraga yang

secara tulus telah memberikan materi perkuliahan, bimbingan, motivasi serta

kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi.

10. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Fisiologi Olahraga jurusan Fisioterapi

Angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam

penyusunan tesis ini.

11. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta

dorongan moril maupun materil yang tak terhingga.

12. Adikku Tersayang terima kasih atas doa dan dukungannya.

13. Anakku tersayang Ghaly Hanif Fakhri dan si bungsu yang selalu menjadi

motivasi, karena kalian lah mama semangat menyelesaikan tesis secepatnya.

14. Suamiku tercinta yang dengan penuh pengertian, kesabaran, memberikan

dorongan semangat, menjadikan penulis berhasil menyelesaikan tesis ini.

15. Dan semua teman-teman atau pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu. Terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa dalam Tesis ini masih terdapat kelemahan dan

kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semoga Tesis ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi banyak orang.

Denpasar, Juni 2015

Hormat Saya,

Ismaningsih

Page 9: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

viii

ABSTRAK

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN

KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Cedera dalam berolahraga akan mengakibatkan penurunan dari kesadaran

proprioceptive dan kelemahan otot. Sehingga akan ditemukan ketidakstabilan

postural, yang mengarah pada rasa yang tidak terkoordinasi atau hilangnya kontrol

gerakan, Hal tersebut juga berpengaruh terhadap nilai kelincahan. sehingga

diperlukan latihan berupa proprioceptive exercise dan strengthening exercise

untuk menghindari cedera saat berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efek Penambahan Proprioceptive Exercise Pada Intervensi

Strengthening Exercise Lebih Meningkatkan Kelincahan Pada Pemain Sepakbola

.

Metode penelitian ini bersifat uji klinis eksperimental dengan ramdomized

pre and post test two group design. Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu.

Sampel siswa SMA N 5 Pekanbaru, yang terdiri dari 44 anak laki-laki berusia

antara 15-18 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari kelompok I

perlakuan pada intervensi strengthening exercise berjumlah 22 orang dan

kelompok II perlakuan pada penambahan proprioceptive exercise pada intervensi

strengthenng exercise berjumlah 22 orang juga. Pengukuran nilai kelincahan

dengan menggunakan Illinois Agility Run Test.

Hasil analisis menunjukkan peningkatan nilai waktu tempuh kelincahan

secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi

penurunan waktu tempuh nilai rerata (16.,58±0.80) menjadi (15,43±0,62).

demikian pula kelompok II terjadi penurunan waktu tempuh yang lebih besar dari

(16,61±0,85) menjadi (14,92±0,42) dengan nilai (p = 0.000). nilai rerata sebelum

perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.914) kemudian

setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok terdapat perbedaan

signifikan dan juga didapatkan nilai (p= 0,003) yang berarti terdapat perbedaan

secara signifikan pada panurunan waktu tempuh pada kelompok I lebih menurun

dibandingkan dengan kelompok II sehingga kelincahannya meningkat.

Simpulan : Penambahan Proprioceptive Exercise Pada Intervensi

Strengthening Exercise Terbukti Lebih Baik Daripada Strengthening Exercise

Tunggal Dalam Meningkatkan Kelincahan Pada Pemain Sepakbola.

Kata kunci: proprioceptive exercise/strengthening exercise/kelincahan/closed

kinetic chain.

Page 10: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

ix

ABSTRACT

INTERVENTION IN ADDITION PROPRIOCEPTIVE EXERCISE TO

STRENGTHENING EXERCISE FOR INCREASE AGILITY SOCCER

PLAYERS

Injuries in sport would lead to a reduction of proprioceptive awareness and

muscle weakness. So it will be found postural instability, which leads to a sense of

uncoordinated or loss of control of movements, It also affects the value of agility.

so that the necessary training in the form of proprioceptive exercises and

strengthening exercises to avoid injury while exercising. This study aims to

determine the effect of addition of Proprioceptive Exercise Exercise More On

Strengthening Interventions Improve Agility On Football Players.

This research method is experimental clinical trials with pre and post test

ramdomized two group design. Research carried out for 6 weeks. Samples of high

school students N 5 Pekanbaru, consisting of 44 boys aged between 15-18 years,

divided into two groups consisting of Group I treatment at strengthening exercise

intervention was 22 people and group II proprioceptive exercise treatment in

addition to the intervention strengthenng exercise amounted to 22 people as well.

Measurement of the value of agility by using the Illinois Agility Run Test.

The analysis showed an increase in the value of travel time agility

significantly (p = 0.000) in both groups. In the first group decreased travel time

mean values (16, 58 ± 0.80) to (15.43 ± 0.62). group II as well as a decline in

travel time greater than (16.61 ± 0.85) to (14.92 ± 0.42) with values (p = 0.000).

average value before treatment in both groups there was no difference (p = 0914)

and then after treatment in both groups exerts a significant difference, and also

obtained the value (p = 0.003), which means that there are significant differences

in A decrease in travel time on more decreased compared to group I with group II

this increasing agility.

Conclusions: The addition of Proprioceptive Exercise On Strengthening

Exercise Intervention Proven Better Than Single Strengthening Exercise In

Improving Agility On Football Players.

Keywords: proprioceptive exercise / strengthening exercise / agility / closed

kinetic chain.

Page 11: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

x

RINGKASAN

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN

KELINCAHAN

PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak

dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai

kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam

keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang eksplosif.

Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan

kontraksi otot tergantung dari daya serabut - serabut otot dan kecepatan transmisi

impuls saraf. Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi ke posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak yang baik berarti

memiliki kelincahan cukup tinggi.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Responden penelitian

adalah anak laki-laki pemain sepakbola SMA N 5 Pekanbaru. Secara keseluruhan

sampel berjumlah 44 orang yang berusia antara 15-18 tahun. Responden dibagi

menjadi dua kelompok yaitu 22 orang siswa merupakan kelompok perlakuan I dan

22 orang siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan intervensi,

terlebih dahulu dilakukan illinois agility run test yang dalam hal ini dilakukan

untuk mengetahui nilai kelincahan awal sampel. Ini dilakukan baik pada

kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil

nilai kelincahan yang objektif. Kemudian responden dijadwalkan untuk

melakukan intervensi strengthening exercise dan penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening exercise dengan frekuensi tiga kali dalam

seminggu selama 6 minggu dan dilakukan evaluasi pengukuran dengan

mengunakan agility illinois run test kembali setiap minggunya.

Adanya perbedaan pada penelitian ini dikarenakan pada sistem

proprioceptive pada tingkat sadar otomatis mempengaruhi reflek kinerja otak

memungkinkan fungsi locomotor agar bekerja dengan baik yang memberikan

informasi kinestetik yang lebih besar terhadap sensorik halus dan kesadaran setiap

saat. Hal tersebut mempengaruhi tonus otot serta otomatis mempengaruhi

stabilisasi sendi dan terjadi pemeliharaan posisi tubuh yang seimbang dan akan

menimbulkan kelincahan yang sangat baik. Dalam penelitian ini juga disebutkan

bahwa latihan dengan berdiri satu kaki dengan mata tertutup memiliki nilai

konsentrasi yang tinggi menyebabkan proprioceptive bekerja lebih dominan

sehingga terjadi peningkatan proprioceptive yang signifikan karena adanya

adaptasi yang lebih baik terhadap saraf pusat dan perifer.

Berdasarkan distribusi penyebaran nilai kelincahan sesuai illinois agility

run ratings (seconds) sebelum perlakuan pada kelompok I berada pada penilaian

dengan kategori bagus sekali (22,7%) dan setelah perlakuan pada kelompok I

Page 12: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xi

meningkat ke kategori sangat baik (27,3%) sedangkan penilaian kelincahan

sebelum perlakuan pada kelompok II berada pada kategori bagus sekali (20,5%)

setelah perlakuan pada kelompok II berada pada kategori sangat baik (47,7%). Hal

ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan peningkatan nilai kelincahan yang

diukur dengan menggunakan Illinois Agility Run Test sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan pada kelompok I dan kelompok II.

Hasil analisis dengan uji statistik menunjukkan bahwa pada nilai rerata pre

dan post kelompok 1 didapatkan nilai p = 0,000 hal ini menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan, sedangkan pada nilai rerata pre dan post kelompok II

didapatkan nilai p = 0,000 hal tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Kemudian pada perlakuan kelompok I dan kelompok II nilai pre

didapatkan p = 0,914 dan pada perlakuan kelompok I dan kelompok II nilai post

didapatkan p = 0,003 yang berarti adanya penurunan rerata pada variabel nilai

kelincahan. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada

nilai p < 0,05 yang berarti bahwa penambahan proprioceptive exercise lebih baik

daripada intervensi strengthening exercise tunggal dalam meningkatkan

kelincahan pada pemain sepakbola.

Page 13: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................................ i

PRASYARAT GELAR ..................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi

ABSTRAK DAN RINGKASAN ...................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

1.4.1 Manfaat Ilmiah ................................................................... 9

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelincahan ................................................................. 11

2.1.1 Jenis Kelincahan ................................................................ 12

2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kelincahan .............. 13

2.1.3 Fisiologi Otot ..................................................................... 30

2.2 Anatomi dan Biomekanik ............................................................ 38

2.3 Proprioceptive Exercise .............................................................. 40

2.3.1 Mekanisme Fisiologis Pemberian Proprioceptive

Exercise untuk Meningkatkan Kelincahan ........................ 46

2.4 Strengthening Exercise ................................................................ 47

2.4.1 Faktor-faktor yang Penting Terhadap Peningkatan

Strengthening Exercise ...................................................... 52

2.4.2 Perubahan sistem Neuromuskular dalam Peningkatan

Kekuatan Otot .................................................................... 55

2.4.3 Mekanisme fisiologis pemberian Strengthening exercise

untuk meningkatkan kelincahan ......................................... 58

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 60

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 62

3.3 Hipotesis ...................................................................................... 63

Page 14: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xiii

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 64

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 65

4.2.1 Tempat Penelitian .............................................................. 65

4.2.2 Waktu Penelitian ................................................................ 65

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 65

4.4 Penentuan Sumber Data .............................................................. 66

4.4.1 Variabilitas Populasi .......................................................... 66

4.4.2 Sampel ................................................................................ 66

4.4.3 Kriteria Eligibilitas ............................................................. 66

4.4.4 Besar Sampel...................................................................... 67

4.4.5 Teknik Sampling ............................................................... 68

4.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 69

4.5.1 Identifikasi Variabel .......................................................... 69

4.6 Definisi Operasional .................................................................... 69

4.7 Instrumen Penelitian .................................................................... 75

4.8 Alur Penelitian ............................................................................. 76

4.9 Analisis Data Penelitian .............................................................. 77

4.9.1 Uji Statistik ........................................................................ 77

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 79

5.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................... 79

5.1.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ....................................... 81

5.1.3 Uji Komparabilitas Data Nilai Kelincahan Sebelum Pada

Perlakuan Kelompok I dan Kelompok II ........................... 82

5.1.4 Uji Beda Rerata Peningkatan Nilai Kelincahan Terhadap

Kelompok Intervensi Strengthening Exercise dan

Kelompok Penambahan Proprioceptive Exercise Pada

Pemain Sepakbola. ............................................................. 83

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan ................................................................................. 84

6.2 Kondisi Subjek ............................................................................ 84

6.3 Efek Penambahan Proprioceptive Exercise pada Intervensi

Strengthening Exercise lebih meningkatkan Kelincahan pada

Pemain Sepakbola ....................................................................... 85

6.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 87

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ...................................................................................... 89

7.2 Saran ............................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90

LAMPIRAN ....................................................................................................... 94

Page 15: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Serat Otot Rangka ...................................................... 34

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia pada Kelompok Perlakuan 1

dan Kelompok Perlakuan 2 .............................................................. 79

Tabel 5.2 Diskripsi Sampel Menurut Tinggi Badan (TB) Pada Kelompok

Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II ........................................ 79

Tabel 5.3 Diskripsi Sampel Menurut Berat Badan (BB) Pada Kelompok

Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II ......................................... 80

Tabel 5.4 Diskripsi sampel menurut nilai Illinois Agility Run Ratings (detik) 80

Tabel 5.5 Uji Normalitas dan Uji Homegentitas .............................................. 81

Tabel 5.6 Uji Komparabilitas Sebelum Pada Kelompok Perlakuan I dan II

dengan Independent t-Test ............................................................... 82

Tabel 5.7 Uji Beda Rerata Peningkatan Nilai Kelincahan Terhadap

Kelompok Intervensi Strengthening Exercise dan Kelompok

Penambahan Proprioceptive Exercise Pada Pemain Sepakbola. ..... 83

Page 16: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan ................................ 21

Gambar 2.2 Garis Gravitasi ............................................................................. 27

Gambar 2.3 Perbedaan Posisi Aktin dan Miosin Saat Relaksasi an Kontraksi 32

Gambar 2.4 Hubungan Antara Dengan Muscle Fiber ..................................... 35

Gambar 2.5 Neuromuscular Junction ............................................................. 36

Gambar 2.6 Motor Neuron dan Serabut Otot ................................................. 37

Gambar 2.7 Lintasan Proprioceptive .............................................................. 42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 62

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian ....................................................... 64

Gambar 4.2 Illinois Agility Run Test ............................................................... 70

Gambar 4.3 Strengthening exercise closed kinetic chain ................................ 72

Gambar 4.4 Strengthening exercise closed kinetic chain ................................ 72

Gambar 4.5 Strengthening exercise closed kinetic chain ................................ 72

Gambar 4.6 Strengthening exercise closed kinetic chain ................................ 73

Gambar 4.7 Proprioceptive exercise closed kinetic chain dilakukan dengan

mata tertutup/ terpejam (side to side, one foot, squat) ................ 75

Gambar 4.8 Alur Penelitian ............................................................................. 76

Page 17: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Besaran Elastic Resistance ............................................................... 51

Page 18: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak

dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari

hampir dalam keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang

eksplosif. Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut

otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya serabut - serabut otot dan

kecepatan transmisi impuls saraf. Seseorang yang mampu mengubah arah

dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi

gerak yang baik berarti memiliki kelincahan cukup tinggi (Wahjoedi, 2001).

Menurut Maksum (2007) kelincahan adalah kemampuan tubuh atau

bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam

kecepatan yang tinggi. Misalnya mampu berlari berbelok-belok, lari bolak-

balik dalam jarak dan waktu tertentu, atau kemampuan berkelit dengan cepat

dalam posisi tetap berdiri stabil.

Kelincahan merupakan kombinasi antara kekuatan otot, fleksibilitas,

kecepatan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi neuromuskular.

Pada masa sekarang ini banyak terjadi penurunan kelincahan yang terjadi

akibat sedentary lifestyle yang di alami oleh remaja akan menggangu remaja

tersebut dalam aktivitas fisiknya dan kemampuan dalam berolahraga ketika

1

Page 19: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

2

berada dalam usia produktif. Sedentary lifestyle menyebabkan banyak remaja

yang malas melakukan aktivitas olahraga hingga aktivitas fisik dikarenakan

orang dengan sedentary lifestyle sering mengabaikan aktivitas fisik atau

melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan energi, hal ini dapat terlihat

bahwa saat orang lebih suka duduk di depan televisi ataupun komputer.

Keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukung dirinya dalam beraktifitas

mengakibatkan penurunan komponen kebugaran yang ada di dalam tubuh

remaja sehingga terjadi pula penurunan kualitas hidup. Hal ini juga

menjadikan penurunan kemampuan fisiologis dari jaringan lunak dalam

bekerja. Penurunan kemampuan fisiologis dari jaringan lunak tersebut

mengakibatkan penurunan keterampilan dalam berolahraga salah satunya

adalah penurunan kelincahan yang dapat menimbulkan cedera dalam olahraga

(Charlotte, 2015).

Cedera dalam berolahraga akan dapat mengakibatkan penurunan dari

kesadaran proprioceptive dan kelemahan otot. Sehingga akan ditemukan

ketidakstabilan postural, yang mengarah pada rasa yang tidak terkoordinasi

atau hilangnya kontrol gerakan (Edson, 2010).

Kelincahan sering dapat kita amati dalam situasi permainan

sepakbola, misalnya seorang pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan,

namun masih dapat menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan

tepat kepada temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah

mengalami situasi yang sama kemungkinan besar tidak akan mampu

Page 20: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

3

menguasai bola, namun kemungkinan justru akan mengalami cedera karena

jatuh.

Pada permainan sepakbola, kelincahan memiliki peran yang cukup

penting dalam memperoleh kemenangan di dalam suatu pertandingan. Hal ini

dikarenakan dengan karakteristik permainan sepakbola cepat dan terus

bergerak, dimana tim memiliki kecepatan yang lebih baik, melakukan

pergerakan yang lebih banyak, akan memiliki peluang yang lebih untuk dapat

mencetak gol lebih banyak, yang pada akhirnya akan memenangkan

pertandingan. Pemain sepakbola dalam hal ini yaitu pemain sepakbola amatir

yang didefinisikan seseorang yang melakukan kegiatan olahraga karena

didorong oleh kegemaran saja bukan untuk mencari nafkah.

Menurut Herwin (2006), permainan sepakbola saat ini merupakan

permainan yang atraktif dan menarik untuk ditonton. dengan durasi waktu

permainan 2 kali 45 menit, banyak kemampuan teknik dan gaya permainan di

tampilkan oleh seseorang pemain. Permainan sepakbola modern dewasa ini

banyak diperagakan oleh pemain yang memiliki kemampuan teknik yang

baik. Disamping itu kemampuan fisik merupakan kemampuan dasar yang

perlu dimiliki oleh pemain untuk menunjang kemampuan lainnya. kondisi

fisik tidak dapat ditingkatkan dan dikembangkan hanya dalam waktu sesaat

atau dalam beberapa pertemuan saja, melainkan perlu dilakukan dalam jangka

waktu relatif lama. Untuk mencapai kondisi fisik yang baik diperlukan latihan

yang kontinyu dan progresif.

Page 21: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

4

Salah satu teknik dasar yang cukup penting untuk dikuasai dalam

permainan sepakbola adalah teknik dribbling (menggiring bola). Menurut

Sucipto, (2008) menyatakan dribbling adalah : “menendang putus – putus

atau pelan – pelan”. Dribbling dapat diartikan sebagai gerakan menggiring

bola dengan menggunakan kaki, mendorong bola agar bergulir terus –

menerus di atas tanah. Selain itu juga menyatakan bahwa. “menggiring bola

adalah salah satu keterampilan individu yang sangat penting”. Pernyataan ini

menunjukkan sangat pentingnya dribbling. Dribbling erat kaitannya dengan

penguasaan bola di lapangan. Tim yang menguasai bola menunjukkan tim

tersebut memiliki kualitas bermain yang lebih baik dipandang dari sudut

kelincahan.

Menurut Scheunemann, (2005) bahwa : memiliki skill menggiring

bola memang penting, tapi pemain hendaknya tidak lupa bahwa menggiring

bola sangat menguras tenaga dan sering kali memperlambat tempo

permainan. Sedangkan menurut Koger (2007), menggiring bola atau

(dribbling) adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain di

lapangan dengan menggunakan kaki. Tujuan menggiring bola antara lain

untuk mendekati jarak ke sasaran (gawang lawan), melewati hadangan lawan,

mencari kesempatan untuk memberikan umpan dan menghambat permainan.

Memiliki kemampuan dribbling yang baik sangat penting dalam permainan

sepakbola. Kelincahan kaki merupakan hal yang sangat penting, dengan

memiliki kelincahan kaki maka seorang pemain sepakbola akan bergerak ke

segala arah dalam menggiring bola sehingga akan mampu menerobos

Page 22: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

5

pertahanan lawan, untuk itu diperlukan latihan berupa proprioceptive exercise

dan strengthening exercise.

Proprioceptive exercise merangsang sistem saraf yang mendorong

terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuskuler.

Proprioceptive dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular,

dan sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting

dalam menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan

proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor, meliputi integrasi

sensorik. Motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam

mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem

sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang

terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan dan geometri tulang yang

terlibat dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptor sensorik khusus

bertanggung jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis

yang terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf (Rienmann, 2002).

Proprioceptor sensorik bertanggung jawab dalam sensasi yang

ditemukan di otot, tendon, ligamen, persendian dan fascia. Proprioceptive

dapat diartikan sebagai keseluruhan kesadaran dari posisi tubuh.

Proprioceptive diatur oleh mekanisme saraf pusat dan saraf tepi yang datang

terutama dari reseptor otot, tendon, ligamen, persendiaan dan fascia.

Kesadaran posisi akan berpengaruh terhadap gerak yang akan dilakukan,

gerak yang timbul tersebut akibat impuls yang diberikan stimulus yang

diterima dari receptor yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak

Page 23: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

6

yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke

bagian tubuh yang bersangkutan (Lephart, 2013).

Proprioceptive exercise memfasilitasi otak, saraf, dan otot dalam

berkomunikasi lebih baik agar benar mengidentifikasi posisi tubuh dan

bagaimana tubuh bergerak. Dalam hal ini penulis memilih latihan

proprioceptive exercise berupa closed kinetic chain exercise dimana bahwa

latihan closed kinetic chain exercise memberikan umpan balik proprioceptive

dan kinestetik lebih besar daripada open kinetic chain exercise. Menurut teori

saat bergerak beberapa kelompok otot yang dilintasi untuk menerima impuls,

sendi akan diaktifkan selama latihan closed kinetic chain exercise

berlangsung sedangkan selama latihan open kinetic chain exercise reseptor

sensorik, otot, jaringan intra artikular dan ekstra artikular diaktifkan dalam

mengendalikan gerak (Kisner and Colby, 2007).

Strengthening exercise (latihan penguatan) adalah perubahan

peningkatan kekuatan otot pada latihan dengan beban yang terus meningkat

dikarenakan adanya perubahan morfologikal otot, yaitu semakin besar

diameter serabut otot maka otot akan semakin kuat, semakin besar otot

terbentuk maka mitokondria akan semakin banyak (Ganong, 2010).

Strengthening exercise dikenal dengan Progressive Resistance

Exercise (PRE), yaitu dengan meningkatkan intensitasnya pada interval

waktu yang pendek, kecepatan cepat dan kekuatan berubah-ubah sehingga

bersifat anaerobik dan merangsang serabut saraf tipe IIA yang menghasilkan

Page 24: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

7

tegangan yang besar dalam waktu singkat, mengarah pada aktifitas metabolik

anaerob dan cepat lelah.

Strengthening exercise mengarah kepada output tenaga dari suatu

kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tension yang

dihasilkan oleh kontraksi otot, dimana otot adalah sebagai salah satu

komponen yang dapat menghasilkan suatu gerakan dan merupakan suatu

jaringan yang terbesar dalam tubuh dan otot mempunyai kemampuan

ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas (Kisner and Colby, 2007).

Strengthening exercise memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan

kinerja otot, terjadinya peningkatan kekuatan pada jaringan ikat (tendon,

ligamen dan jaringan ikat intramuskular), kepadatan mineral tulang menjadi

lebih besar atau demineralisasi tulang kurang, penurunan stres selama

aktivitas fisik, mengurangi risiko cedera jaringan lunak selama aktivitas fisik,

memungkinkan terjadinya peningkatan kapasitas untuk memperbaiki dan

menyembuhkan jaringan lunak dari kerusakan karena dampak positif pada

proses perbaikan jaringan, dapat memungkinkan terjadi peningkatan

keseimbangan tubuh, meningkatkan kinerja fisik dalam kehidupan sehari-

hari, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, terjadi perubahan positif dalam

komposisi tubuh (peningkatan massa otot atau penurunan lemak tubuh),

perasaan fisik menjadi lebih tenang, kemungkinan peningkatan persepsi

kecacatan dan kualitas hidup menjadi lebih baik (Kisner and Colby, 2012).

Menurut penelitian Minoonejad (2012), menyatakan bahwa

strengthening exercise berupa closed kinetic chain exercise dan open kinetic

Page 25: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

8

chain exercise, keduanya sama-sama efektive untuk strengthening exercise

pada otot. Closed kinetic chain exercise adalah gerakan yang terjadi pada

rangkaian gerak tertutup dimana gerakan tubuh lebih pada segmen distal

tertentu. Sebagai contoh, gerakan closed kinetic chain terjadi pada posisi

menumpu berat badan dimana kaki ditumpukkan dilantai dan otot

mengangkat atau bagian bawah tubuh seperti memanjat gunung atau

berjongkok. Closed kinetic chain exercise ditampilkan pada postur fungsional

dengan beberapa derajat menumpu berat badan dan bisa meliputi gerakan

konsentrik, eksentrik, atau isometrik.

Berdasarkan pengalaman klinis, sebagian besar fisioterapi diklinik dan

pelatih olahraga mengabungkan keduanya proprioceptive exercise dan

strengthening exercise untuk dapat neningkatkan ataupun mengembalikan

kondisi seorang atlit, klien atau pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-

hari kembali. Sejumlah penelitian telah melihat efek dari proprioceptive

exercise, strengthening exercise, atau mengkombinasikan keduanya untuk

mengembalikan aktivitas fungsional serta meningkatkan kelincahan (Ross,

2006).

Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya

mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani kondisi penurunan

kelincahan yang disebabkan oleh faktor kecepatan, kekuatan otot, kecepatan

reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan kondisi neuromuskular. Pada

penelitian ini penulis memberikan penambahan proprioceptive exercise pada

Page 26: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

9

intervensi strengthening exercise lebih baik dalam upaya peningkatan

kelincahan pada pemain sepakbola.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah penambahan proprioceptive exercise pada intervensi

strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan daripada intervensi

strengthening exercise tunggal pada pemain sepakbola?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan penambahan proprioceptive exercise pada

intervensi strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain

sepakbola.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah

tentang efek pemberian proprioceptive exercise dan intervensi

strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain

sepakbola, serta mendapatkan penjelasan ilmiah bahwa efek aplikasi

Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening

exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kelincahan

pemain sepakbola dengan diberikannya penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening exercise yang menyatakan lebih

Page 27: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

10

meningkatkan kelincahan daripada intervensi strengthening exercise

tunggal, sehingga selanjutnya dapat di manfaatkan dalam menjaga serta

meningkatkan kelincahan.

Page 28: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang berperan

penting dalam merespon suatu gerakan yang didapatkan dikarenakan harus

mampu bergerak dengan cepat merubah arah atau melepaskan diri.

Kelincahan didefinisikan sebagai kemapuan untuk mengubah

kecepatan dan arah posisi tubuh atau bagian-bagiannya dengan cepat dan

tepat, sementara perpindahannya dengan cepat tanpa kehilangan

keseimbangannya (Ismaryati, 2008).

Menurut Maksum (2007), Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau

bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam

kecepatan yang sangat tinggi. Misalnya mampu berlari berbelok-belok, lari

bolak-balik dalam jarak dan waktu tertentu, atau kemampuan berkelit dengan

cepat dalam posisi tetap berdiri stabil. Maksum (2007), mengatakan bahwa

komponen kelincahan erat kaitannya dengan komponen kecepatan dan

koordinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa kelincahan bagi seseorang

sangat erat kaitannya dengan kamampuan melakukan gerakan mengubah-

ubah arah dengan kecepatan yang tinggi (Purwanto, 2004).

Menurut Sumiyarsono (2006) “kelincahan adalah kemampuan

seseorang untuk berlari cepat dengan mengubah-ubah arahnya”. Kelincahan

merupakan hal dasar yang dimiliki tubuh baik untuk beraktivitas fungsional,

11

Page 29: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

12

kemampuan dalam berolahraga seperti kemampuan untuk gerakan cepat, dan

berhenti mendadak, perubahan arah dengan cepat, efisien dan penyesuaian

gerak kaki pada tubuh atau bagian tubuh pada saat melakukan gerakan saat

aktivitas. Setiap individu dengan kelincahan yang baik memiliki kesempatan

lebih baik untuk sukses dalam aktivitas fisik dibandingkan dengan individu

yang memiliki kelincahan buruk. Dinyatakan demikian karena kelincahan

sendiri merupakan aspek dari beberapa kondisi fisik yang harus dimiliki

untuk meningkatkan performance dan menghindari cedera.

2.1.1 Jenis Kelincahan

Menurut Ismaryati (2008) ditinjau dari keterlibatan atau

perannya dalam beraktivitas, kelincahan dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu, kelincahan umum dan kelincahan khusus. Berdasarkan

jenis kelincahan tersebut menunjukkan bahwa, kelincahan umum

digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau kegiatan olahraga secara

umum. Sedangkan kelincahan khusus merupakan kelincahan yang

bersifat khusus yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu.

Kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu sesuai

tuntutan cabang olahraga yang dipelajari.

Menurut Purwanto (2004) bahwa seorang pemain yang

mempunyai kelincahan yang baik akan memiliki keuntungan antara lain

: mudah melakukan gerakan yang sulit, tidak mudah jatuh atau cedera,

dan mendukung teknik-teknik yang digunakannya terutama teknik

menggiring bola, ciri-ciri kelincahan dapat dilihat dari kemampuan

Page 30: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

13

bergerak dengan cepat, mengubah arah dan posisi tergantung pada

situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu yang relative singkat

dan cepat.

2.1.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kelincahan

Kelincahan merupakan kombinasi dari kekuatan otot,

fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, kecepatan reaksi dan koordinasi

neuromuskular. Dengan kata lain kelincahan juga dipengaruhi oleh

faktor kekuatan otot, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, kecepatan

reaksi dan koordinasi neuromuskular. Faktor-faktor tersebut merupakan

faktor yang sangat menentukan dalam tinggi atau rendahnya

kemampuan kelincahan.

a. Kekuatan Otot

Kekuatan adalah kemampuan otot atau grup otot

menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik

secara dinamis maupun statis (Kisner dan Colby, 2007). Kekuatan

otot juga dapat diartikan sebagai kekuatan maksimal otot yang di

tunjang oleh cross sectional otot yang merupakan otot untuk

menahan beban maksimal pada aksis sendi.

Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan

memerlukan suatu tenaga atau kekuatan. Kekuatan mengarah

kepada output tenaga dari kontraksi otot dan secara langsung

berhubungan dengan sejumlah tension yang dihasilkan oleh

Page 31: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

14

kontraksi otot, sehingga meningkatkan kekuatan otot berupa level

tension, hipertropi, dan recruitment serabut otot.

Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang sangat kuat antara fisiologi cross-sectional area dan

tegangan maksimal otot ketika dilakukan stimulasi elektrik.

Kekuatan otot-otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan

kurang lebih 3-8 kg/cm2 pada cross–sectional area tanpa

memperhatikan jenis kelamin (Lea, 2010). Namun variabilitas

cross-sectional area pada suatu otot akan berbeda setiap saat karena

pengaruh latihan inaktifitas.

Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin,

dapat di pengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti: faktor

biomekanik, neuromuskular (ukuran cross-sectional otot, motor

unit recruitment, tipe kontraksi, jenis serabut otot, dan kecepatan

kontraksi), faktor metabolisme (ketersediaan energi) dan faktor

psikologis.

Karena kekuatan merupakan salah satu komponen dari

kecepatan, maka semakin besar kekuatan dalam suatu gerakan,

semakin besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan

mampu meningkatkan kelincahan.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakkan

sendi-sendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Keluwesan

Page 32: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

15

otot dan kebebasan gerak persendian sering dikaitkan dengan hasil

pergerakan yang terkoordinasi dan efisien. Kelenturan di arahkan

kepada kebebasan luas gerak sendi atau ROM. Fleksibilitas

menjadi faktor yang juga penting dalam mempengaruhi kelincahan.

Semakin lentur jaringan otot atau jaringan yang secara

bersama–sama bekerja seperti sendi, ligamen, dan tendon maka

juga akan di dapat peningkatan kelincahan. Dalam hal latihan

penguatan dan fleksibilitas keduanya memiliki saling keterkaitan.

Secara otomatis, jika seseorang melakukan latihan penguatan juga

berpengaruh terhadap fleksibilitas, begitu juga sebaliknya, jika

seseorang melakukan latihan fleksibilitas juga akan berpengaruh

terhadap kekuatannya. Kekuatan dan fleksibilitas merupakan

komponen dari kecepatan, sehingga dapat mempengaruhi

kelincahan.

Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang

gerak sendi, meningkatkan kinerja otot, mengurangi risiko cedera,

dan memperbaiki nutrisi kartilago. latihan fleksibilitas, yang

dilakukan pada latihan fisik tahap pertama, dapat meningkatkan

panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi.

c. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-

gerakan yang sejenis secara beturut-turut dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu

Page 33: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

16

jarak dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan bukan hanya

berarti menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Kecepatan tergantung dari faktor yang

mempengaruhinya, yaitu kekuatan, waktu reaksi (reaction time),

dan fleksibilitas (Willmore, 2004).

d. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan (2004), keseimbangan adalah

kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang

tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann

Thomson (2003), keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam

keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang

minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan

relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau

pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of

support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap

segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan

bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh

dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk

beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan merupakan

integrasi yang kompleks dari sistem somatosensorik (visual,

Page 34: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

17

vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal, otot,

sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak

terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian

otak yang mengatur meliputi, basal ganglia, cerebellum, area

asosiasi (Batson, 2009).

1. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu

a) Keseimbangan statis:

Kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada

posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas

papan keseimbangan).

b) Keseimbangan dinamis :

Adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan dinamik

adalah pemeliharaan pada tubuh melakukan gerakan atau saat

berdiri pada landasan yang bergerak (dynamic standing) yang

akan menempatkan ke dalam kondisi yang tidak stabil.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari

integrasi sistem sensorik (vestibular, visual, dan

somatosensorik termasuk proprioceptive dan muskuloskeletal

(otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi /

diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,

cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan

kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor

Page 35: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

18

lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,

pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

2. Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak

dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi

yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari

tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyanggah

tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan

bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian

tubuh lain bergerak.

Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia

memungkinkan kita untuk melakukan reaksi keseimbangan.

Bagian paling penting adalah proprioceptive yang menjaga

keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi bagian

sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al, 2006). Beberapa

jenis reseptor sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan

ligamen memberikan tubuh kemampuan untuk mengenali

perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal pada

setiap sendi dan akhirnya berpengaruh pada peningkatan

keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi

klinis karena fakta bahwa meningkatkan kemampuan

Page 36: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

19

keseimbangan pada atlet membantu mereka untuk mencapai

kinerja atletik yang unggul (Riemann, 2002). Proprioception

dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular,

dan sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran

penting dalam menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan

dalam meningkatkan proprioception adalah fungsi dari sitem

sensorimotor, meliputi integrasi sensorik. Motorik, dan

komponen pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan

homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem sensori

sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui

reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang

rawan dan geometri tulang yang terlibat dalam struktur setiap

sendi. Mechanoreceptor sensorik khusus bertanggung jawab

secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang

terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf (Rienmann, 2002).

Empat jenis utama dari mechanoreceptor yang

membantu dalam proprioception yaitu, termasuk reseptor

ruffini, reseptor pacinian, golgi tendon organ (GTO) dan muscle

spindle ruffini dan pacinian reseptor berhubungan dengan

sensasi sentuhan dan tekanan pada umumnya terletak di kulit

(Shier et al, 2004). Reseptor ruffini dianggap sebagai reseptor

statis dan dinamis berdasarkan ambang rendahnya, reseptor ini

lambat mengadaptasi karakteristik. Melalui perubahan impuls

Page 37: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

20

tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis pada kulit dan

sangat sensitif terhadap peregangan, reseptor pacinian, agak

cepat beradaptasi, namun reseptor dengan ambang batas rendah

yang dianggap reseptor lebih dinamis (Rienmann, 2002).

Sementara juga sensor tekanan, reseptor pacinian mendeteksi

tekanan berat dan mengenali perubahan percepatan dan

perlambatan gerak (Shier et al, 2004). Golgi tendon organ dan

muscle spindle mempunyai peran yang lebih besar untuk

mengetahui posisi sendi selama bergerak. Pertama GTOs berada

dipersimpangan musculotendinous dan bertanggung jawab untuk

memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah otot dari

kelebihan beban (Brown et al, 2006). Terhubung ke satu set

serat otot dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki

ambang batas yang tinggi dan dirangsang oleh ketegangan otot

yang meningkat.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera

yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika

salah satu system mengalami gangguan maka akan terjadi

gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance), system indera

yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual,

vestibular, dan somatosensorik (tactile & proprioceptive).

Page 38: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

21

Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan

sumber : Anonim, 2015

3. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah:

a. Sistem Informasi Sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular,

dan somatosensoris (Chandler, 2000).

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang

berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan

gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam

telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis

semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem

sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem

labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan

percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-

Page 39: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

22

occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika

melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan

melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju

nukleus vestibular tetapi ke cerebellum, formatio retikularis,

thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari

reseptor labyrinthine, retikular formasi, dan serebelum.

Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor

neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron

yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada

leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem

vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol

otot-otot postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau

proprioceptive serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi

disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.

Sebagian besar masukan (input) proprioceptive menuju

cerebellum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri

melalui lemniskus medialis dan thalamus.

Page 40: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

23

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam

ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat

indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah

ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan

ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di

kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi

kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

d. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.

Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan

akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu

agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan

keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan

gerak statis atau dinamis. Penglihatan juga merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita

berada, penglihatan memegang peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan

tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata

menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat

menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada

lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang

sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

Page 41: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

24

e. Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot didefinisikan sebagai jumlah

maksimum kekuatan yang dapat mengerahkan otot terhadap

beberapa bentuk resistensi dalam sebuah gerakan.

Hal ini berbeda untuk daya tahan otot, yang

merupakan kontraksi otot ganda atau kontraksi otot terus –

menerus selama periode waktu, misalnya selama berjalan,

mendaki atau melakukan repetisi berganda misalkan

dumbbell di gym (matt, 2009).

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan

aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil

dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon

motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai

kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal

(eksternal force) maupun beban internal (internal force).

Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga

semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin

besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus

adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat

Page 42: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

25

adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan

langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya

garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus

menerus mempengaruhi posisi tubuh.

f. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles

response synergies)

Sebuah sinergi otot fungsional didefinisikan sebagai

pola co-aktivasi otot direkrut oleh sinyal perintah saraf

(Oveido, 2006). Beberapa kelompok otot baik pada

ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan

postur serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai

gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi

hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot – otot

postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan

posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah

pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang

diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol

postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas

maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri

tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai

gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi

hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural

Page 43: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

26

bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari perubahan posisi,

titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon

yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot

yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

g. Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input

sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi

perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

h. Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan

mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang

memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor - faktor yang mempengaruhi keseimbangan menurut Suhartono,

2005 adalah :

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat

gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik

utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata.

Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan

seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah

atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah

tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke

dua.

Page 44: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

27

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang

tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat

stabilitas tubuh.

Gambar 2.2 Garis Gravitasi (Dhaenkpedro, 2009)

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang

tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari

Page 45: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

28

luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi

stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding

berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat

gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.

d. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan

respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan. Karena

melalui rangsangan (stimulus) reaksi tersebut mendapat sumber dari:

pendengaran, pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara

pendengaran dan rabaan (Wahjoedi, 2000). Berdasarkan penjelasan diatas

jelas bahwa kecepatan reaksi sangatlah penting dalam kecepatan bergerak.

Neurofisiologis melibatkan potensiasi (perubahan karakteristik kekuatan

kecepatan komponen kontraktil otot yang disebabkan oleh bentangan aksi

otot konsentris dengan menggunakan refleks regangan. Refleks regangan

adalah respon paksa tubuh untuk stimulus eksternal yang membentang

pada otot.

Apabila waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik

atas suatu stimulus atau rangsangan cepat, maka hal ini akan

mengakibatkan terjadinya kecepatan dalam melakukan suatu pergerakan,

yang akan meningkatkan kemampuan kelincahan.

e. Koordinasi Neuromuscular

Merupakan kemampuan untuk mengintegrasi indera (visual,

auditori, dan proprioceptive untuk mengetahui jarak pada posisi tubuh)

Page 46: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

29

dengan fungsi motorik untuk menghasilkan akurasi dan kemampuan

bergerak. Selain itu masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kelincahan, yaitu:

1. Usia

Tes Shuttle Run 30 feet, menunjukkan bahwa anak laki-laki rata-rata

makin bertambah baik mulai usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak

lagi bertambah baik setelah usia 13 tahun (M. Sajoto, 2005).

2. Jenis Kelamin

Anak pria memperlihatkan kelincahan yang lebih baik daripada wanita

sebelum mereka mencapai usia pubertas. Setelah pubertas perbedaan

tersebut lebih mencolok.

3. Berat Badan

Berat badan yang berlebihan secara langsung akan mengurangi

kelincahan. Dimana berat badan yang berlebihan cenderung

mengakibatkan muscle imbalance di bagian trunk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi kelincahan, karena orang yang lelah

akan menurun kecepatan lari dan koordinasinya.

Selain faktor – faktor diatas ada juga faktor –faktor lain yang dapat

mempengaruhi kelincahan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi

kelincahan menurut Depdiknas (2002), yaitu :

1. Tipe Tubuh

2. Orang yang tergolong mesomorf lebih tangkas dari pada eksomorf dan

endomorf.

Page 47: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

30

3. Umur

4. Kelincahan meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun pada waktu mulai

memasuki pertumbuhan cepat (rapid grow). Selama periode tersebut

kelincahan tidak meningkat, bahkan menurun. Setelah melewati

pertumbuhan cepat (rapid grow) kelincahan meningkat lagi sampai anak

mencapai umur dewasa, kemudian menurun lagi menjelang umur lanjut.

5. Jenis Kelamin

6. Anak laki-laki memperlihatkan kelincahan sedikit lebih dari pada

perempuan sebelum umur pubertas. Setelah umur pubertas perbedaan

kelincahan lebih mencolok.

7. Berat Badan

Berat badan mengurangi kelincahan.

2.1.3 Fisiologi Otot

Jaringan otot terdiri dari sel – sel yang megkhususkan diri untuk

berkontraksi dan menghasilkan gaya. Terdapat tiga jenis jaringan otot: otot

rangka, yang menggerakkan tulang, otot jantung, yang memompa darah

keluar jantung, dan otot polos, yang membungkus dan mengontrol gerakan

isi organ berongga atau berbentuk tabung, misalnya gerakan makanan

melalui saluran cerna. Dengan menggerakkan komponen – komponen intra

sel tertentu, sel menghasilkan tegangan dan memendek, yaitu berkontraksi.

Melalui kemampuan berkontraksinya yang berkembang sempurna,

kelompok – kelompok sel otot yang bekerja sama dalam suatu otot dapat

menghasilkan gerakan dan melakukan kerja (Sherwood, 2011).

Page 48: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

31

Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh,

menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh. Otot rangka saja

membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita,

dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10% lainnya dari berat

total. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda

namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan

berdasarkan karakteristik umumnya. Pertama, otot dikategorikan sebagai

lurik atau serat lintang (otot rangka dan otot jantung) atau otot polos,

bergantung pada ada dan tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis

– garis, jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya. Kedua, otot dapat

dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot

jantung dan otot polos), masing – masing bergantung pada apakah otot

tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada dibawah kontrol

kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berada di

bawah kontrol kesadaran meskipun otot rangka digolongkan sebagai

volunter, karena dapat dikontrol oleh kesadaran, namun banyak aktivitas

otot rangka juga berada dibawah kontrol involunter bawah - sadar,

misalnya aktivitas yang berkaitan dengan postur, keseimbangan, dan

gerakan stereotipikal seperti berjalan (Sherwood, 2011).

Dilihat dengan mikroskop elektron, sebuah miofibril

memperlihatkan pita gelap (pita A) dan pita terang (pita I) bergantian. Pita

pada semua miofibril tersusun sejajar satu sama lain yang secara kolektif

menghasilkan gambaran serat lintang atau lurik serat otot rangka seperti

Page 49: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

32

terlihat dibawah ini. Tumpukan filamen tebal dan tipis bergantian yang

sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan menghasilkan gambaran

pita A dan I (Sherwood, 2011).

Gambar 2.3 Perbedaan Posisi Aktin dan Miosin Saat Relaksasi an Kontraksi

Sumber: Raven and Johnson, 2005

Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen tebal bersama dengan

sebagian filamen tipis yang tumpang tindih dikedua ujung filamen tebal.

Filamen tebal hanya terletak di dalam pita A dan terbentang di seluruh

lebarnya; yaitu, kedua ujung filamen tebal di dalam suatu tumpukan

mendefinisikan batas luar suatu pita A. Daerah yang lebih terang ditengah

pita A, tempat yang tidak dicapai oleh filamen tipis, adalah zona H, hanya

bagian tengah filamen tebal yang ditemukan di bagian. Suatu sistem

protein penunjang manahan filamen – filamen tebal vertikal di dalam

setiap tumpukan. Protein – protein ini dapat dilihat sebagai garis M, yang

berjalan vertikal di bagian tengah pita A di dalam bagian tengah zona H

(Sherwood, 2011).

Page 50: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

33

Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menjulur

ke dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I terlihat suatu garis vertikal

pada garis Z. Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yaitu unit

fungsional otot rangka. Unit fungsional setiap organ adalah komponen

terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ tersebut. Karena itu,

sarkomer adalah komponen terkecil serat otot yang dapat berkontraksi.

Garis Z adalah lempeng sitoskeleton gepeng yang menghubungkan

filamen tipis dua sarkomer yang berdekatan. Setiap sarkomer dalam

keadaan lemas memiliki lebar sekitar 2,5 µm dan terdiri dari satu pita A

utuh dan separuh dari masing – masing dua pita I yang terletak di kedua

sisi. Pita I mengandung hanya filamen tipis dari dua sarkomer yang

berdekatan tetapi bukan panjang keseluruhan filamen – filamen ini.

Selama pertumbuhan, otot bertambah panjang dengan menambahkan

sarkomer baru di ujung miofibril, bukan dengan meningkatkan ukuran

masing – masing sarkomer (Sherwood, 2011).

Didalam gambar tidak diperlihatkan adanya untaian tunggal protein

raksasa yang sangat elastik dan dikenal sebagai titin yang berjalan di

kedua arah dari garis M di sepanjang filamen tebal ke garis Z di ujung

sarkomer yang berlawanan. Titin adalah protein terbesar di tubuh,

terbentuk dari hampir 30.000 asam amino. Protein ini memiliki dua fungsi:

(1) bersama denga protein – protein garis M. Titin membantu

menstabilkan posisi filamen tebal dalam kaitannya dengan filamen tipis;

(2) berfungsi sebagai pegas, protein ini sangat meningkatkan kelenturan

Page 51: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

34

otot yaitu, titin membantu otot yang teregang oleh gaya eksternal kembali

secara pasif ke panjang istirahatnya ketika gaya tersebut dihilangkan,

seperti pegas yang diregangkan (Sherwood, 2011).

a. Karakteristik Tipe Serabut Otot

Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat

kontraktil otot seperti kekuatan atau strenght, ketahanan atau endurance,

tenaga atau power, kecepatan dan ketahanan terhadap kelelahan / fatique.

Komposisi serabut otot terdiri serat merah dan putih. Seseorang yang

memiliki lebih banyak serat otot berwarna merah lebih tepat untuk

melakukan kegiatan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak

memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan bersifat

anaerobic (Brian Sharkey, 2003).

Tabel 2.1 Karakteristik Serat Otot Rangka

Jenis Serat

Karakteristik Oksidatif

Lambat (Tipe I)

Oksidatif Cepat

(Tipe IIa)

Glikolitik Cepat

(Tipe IIb)

Aktivasi ATPase Miosin Rendah Tinggi Tinggi

Kecepatan Kontraksi Lambat Cepat Cepat

Resistansi Terhadap Kelelahan Tinggi Sedang Rendah

Kapasitas Fosforilasi

Oksidatif

Tinggi Tinggi Rendah

Enzim Untuk Glikolisis

Anaerob

Rendah Sedang Tinggi

Mitokondria Banyak Banyak Sedikit

Kapiler Banyak Banyak Sedikit

Kandungan Mioglobin Tinggi Tinggi Rendah

Warna Serat Merah Merah Putih

Kandungan Glikogen Rendah Sedang Tinggi

Sumber : Sherwood, 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem

Serabut otot tipe I (slow twitch fiber) dan serabut otot tipe IIa-b

(fast twich fiber) memiliki motor unit yang berbeda walaupun sama – sama

terletak pada area anterior horn cell dari medulla spinalis. Setiap motor

Page 52: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

35

unit hanya mengaktivasi jenis serabut otot yang sama sehingga tidak

tumpang tindih antara serabut otot tipe I, IIa, Iib. Setiap otot pada manusia

memiliki perbandingan 50:50 antara slow twitch fiber dan fast twitch fiber.

Slow twitch fiber memiliki 100 serat per – unit serabut ototnya sedangkan

fast twitch fiber memiliki 10.000 serat per – unit serabut ototnya

(Campbell, 2013).

Gambar 2.4 Hubungan Antara Dengan Muscle Fiber

Sumber: Lopez 2014

Urutan perekrutan dimulai pada motor unit tipe I lalu maju ke

motor unit tipe IIa dan berakhir pada motor unit tipe IIb. Baik jenis latihan

yang bersifat mengaktivasi slow twitch fiber maupun fast twitch fiber,

sama – sama akan melalui urutan perekrutan motor unit tersebut. Tetapi

tetap ada perbedaan titik fokus pencapaian yang terjadi yaitu : ketika

sedang mengaktivasi slow twitch fiber, memang akan melalui urutan

tersebut tetapi fokus aktivasi serat otot lebih pada motor unit tipe I

sedangkan saat mengaktivasi fast twitch fiber, urutan aktivasi tetap seperti

Page 53: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

36

itu tetapi akan fokus pada motor unit tipe IIa-b dengan melewati tipe I

secara singkat (Culcea, 2012).

b. Sistem Neuromuskular

Sistem neuromuskular berhubungan dengan tiga komponen yaitu

saraf, neuromuscular junction, dan otot. Dalam hal ini mencakup sistem

muskuloskeletal yang sangat erat kaitannya dengan sistem neuromuskular

(proprioceptive) karena ada serabut saraf yang terhubung dengan otot yang

disebut neuromuscular juntion yang akan menyampaikan impuls kepada

otot untuk bereaksi (kontraksi maupun relaksasi) sehingga terbentuk

aktivasi secara menyeluruh pada otot tersebut karena impuls yang kuat

yang ditangkap oleh motor unit dan motor neuron yang mempersarafi otot

tersebut (Budnik, 2006)

Gambar 2.5 Neuromuskular Junction

Sumber: Amato, 2008

Setiap otot memiliki motor unit yang terdiri dari anterior motor

neuron (terdiri dari: slow twitch fiber dan fast twitch fiber). Tidak semua

Page 54: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

37

motor unit pada serabut otot akan teraktivasi secara bersamaan. Hal ini

berarti neuron mempersarafi slow twitch fiber dan fast twitch fiber akan

secara selektif teraktivasi sesuai dengan impuls yang mengaktivasinya

(Brown, 2007)

Gambar 2.6 Motor Neuron dan Serabut Otot

Sumber : Marieb, 2010. Human anatomy & physiology,9th

edition.

Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Ketika

masuk ke otot, sebuah neuron motorik membentuk cabang – cabang,

dengan setiap terminal akson mensarafi satu serat otot. Satu neuron

motorik mensarafi sejumlah serat otot, tetapi setiap serat otot hanya

disarafi satu neuron motorik. Ketika suatu neuron motorik diaktifkan,

semua serat otot yang disarafi akan terangsang untuk berkontraksi

serentak. Kelompok komponen yang diaktifkan bersama ini (satu neuron

motorik plus semua serat otot yang disarafi) disebut motor unit. Untuk

kontraksi lemah suatu otot, hanya satu atau beberapa motor unit yang

diaktifkan. Untuk kontraksi yang lebih kuat, lebih banyak motor unit yang

direkrut, fenomena ini disebut recruitment motor unit.

Page 55: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

38

Sistem saraf pusat dapat meningkatkan kekuatan kontraksi otot

dengan mekanisme: meningkatkan jumlah motor unit yang diaktifkan

(spatial recruitment motor unit) dan meningkatkan laju aktivasi / firing

rate yang dimana pada setiap motor unit dirangsang untuk

mengoptimalkan jumlah tegangan / tension yang dapat dicapai (temporal

recruitment motor unit). Kedua mekanisme ini berjalan bersamaan.

Mekanisme utamanya, aktivasi kontraksi otot yang belum mencapai

kekuatan kontraksi maksimal menyebabkan penambahan recruitment

motor unit, tetapi firing rate pada motor unit awal akan terekrut,

peningkatan firing rate menjadi mekanisme yang mendominasi untuk

meningkatkan kekuatan motorik. Pada tingkat ini dan seterusnya, motor

unit dapat didorong untuk firing rate tahap kedua yang lebih besar dari 50

Hz (Sanbrink, 2012).

2.2 Anatomi dan Biomekanik

Manusia sepanjang daur hidupnya tidak terlepas dari proses gerak.

Mulai dari tingkatan mikroskopik atau gerakan yang terjadi pada tingkatan

intra sel sampai gerak aktual yang setiap hari dilakukan oleh manusia saat

beraktivitas. Kemampuan gerak dan keterampilan yang dimiliki

merupakan hasil dari proses pembelajaran atau adaptasi terhadap

lingkungan.

Proprioceptive exercise dan strengthening exercise berfungsi untuk

meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, kecepatan reaksi, keseimbangan

dan kooordinasi neuromuskular pada anggota gerak bawah. Proprioceptive

Page 56: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

39

exercise dengan gerakan seperti menutup mata diatas wobble board

memberikan penekanan yang lebih agar proprioceptive meningkat,

sedangkan pelatihan dengan isotonik menggunakan elastic resistence

untuk menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training. Adaptasi

yang terjadi adalah Hipertropi otot yaitu berkembangnya ketebalan otot

dan meningkatnya diameter (massa) otot hal ini terjadi karena adanya

ketegangan selama kontraksi yang memberikan stimulus untuk

meningkatkan diameter serabut otot sehingga otot akan semakin kuat.

Kelincahan sangat dibutuhkan ketika seseorang dalam berolahraga

karena akan melakukan pergerakan dalam keadaan berdiri atau dalam

keadaan berlari merubah arah secara cepat dan tepat. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan illinois agility run test merupakan

pengukuran untuk menilai kelincahan dan bisa juga dijadikan latihan

setelah dilakukan intervensi proprioceptive exercise dan strengthening

exercise. Secara umum berlari akan menimbulkan kontraksi otot dan hal

ini terjadi karena adanya proprioceptive yang bekerja pada saat proses

berlari. Namun berlari dilapangan yang luas sangat berbeda dengan berlari

dilintasan illinois agility run test. Berlari dilintasan illinois agility run test

membutuhkan fleksibilitas, keseimbangan, kecepatan reaksi, kekuatan otot

dan koordinasi neuromuscular hal tersebut membutuhkan juga konsentrasi

yang tinggi dengan kata lain dibutuhkan adaptasi neuromuscular karena

saat berlari bolak-balik diantara cone terjadi gerakan yang kompleks

dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Adaptasi ini disebabkan

Page 57: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

40

oleh adaptasi sistem persarafan (nervosum) yaitu terjadinya peningkatan

persentase aktivasi motor unit, perubahan fungsi kontraktil yaitu

peningkatan persentase gaya kontraksi (twitch torque), dan terjadi

hipertropi otot serta terjadinya peningkatan pada koordinasi sistem

neuromuskuler pada keterampilan fisik yang menghasilkan ketepatan

gerak.

Dalam hal ini keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks

dari integrasi atau interaksi sistem sensorik (vestibular, visual,

somatosensorik serta proprioceptive) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan

jaringan lunak) yang dimodifikasi atau diatur dalam otak (kontrol motorik,

sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap

perubahan kondisi internal dan eksternal.

2.3 Proprioceptive Exercise

Proprioceptive exercise merangsang sistem saraf yang mendorong

terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuskuler.

Proprioceptive umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menilai dimana masing-masing posisi ekstremitas berada tanpa bantuan

indera penglihatan. Proprioceptive diatur oleh mekanisme saraf pusat dan

saraf tepi yang datang terutama dari reseptor otot, tendon, ligamen,

persendiaan dan fascia (Liu, 2013).

Proprioceptive dapat juga diartikan sebagai keseluruhan kesadaran

dari posisi tubuh. Kesadaran posisi akan berpengaruh terhadap gerak yang

akan dilakukan, gerak yang timbul tersebut akibat impuls yang diberikan

Page 58: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

41

stimulus yang diterima dari receptor yang selanjutnya informasi tersebut

akan diolah di otak yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh

reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan.

Proprioceptive merupakan rasa sentuhan atau tekanan pada sendi

yang disusun oleh komponen pembentuk sendi dari tulang, ligamen dan

otot serta jaringan spesifik lainnya. proprioceptive merupakan bagian dari

somatosensoris dimana proprioceptive bekerjasama dengan persepsi dan

taktil untuk memberikan informasi tentang daerah sekitar, kondisi

permukaan sehingga dapat mengirimkan sinyal ke otak untuk mengatur

perintah kepada otot dan sendi seberapa menggunakan kekuatan dan

bagaimana menyikapi lingkungan. Proprioception memberikan gambaran

sama seperti sistem kerja visual, dimana memberikan informasi tentang

daerah sekitar, namun hal yang membedakannya adalah proprioceptive

bekerja saat sebuah sendi terjadi kontak langsung dengan permukaan

sebuah benda. Pada kondisi tanpa cahaya (visual gelap) tidak dapat

memberikan banyak informasi untuk tubuh, maka proprioceptive bekerja

lebih dominan saat sendi menyentuh atau terjadi tekanan langsung dengan

permukaannya. Saat mata tertutup kaki masih bisa merasakan dimana kita

berdiri sekarang, tempat miring, berbatu kasar atau datar, dll. Dari

informasi yang diterima oleh golgi tendon dan muscle spindle terkumpul

cukup baik selanjutnya neuron akan meneruskan untuk dikirim ke sistem

saraf pusat melalui ganglion basalis hingga sampai ke sistem saraf pusat

Page 59: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

42

seperti perjalanan di gambar kemudian otak menentukan bagaimana kita

menyikapi terhadap permukaan tersebut (Kisner, 2007).

Gambar 2.7 Lintasan Proprioceptive

Sumber: Martin Riemer,2015

Reseptor yang diterima neuron saat menerima rangsangan sendi

dikirim ke dua tempat yaitu ke korteks cerebri atau disebut dengan

proprioceptive sadar karena dapat dikontrol penuh oleh otak baik

penerimaan maupun pengembaliaan impuls ke afektor, dan kortek

cerebellum biasa disebut dengan proprioceptive tak sadar atau bekerja

otomatis (Scholary, 2011). Neuron yang dikirim melalui lintasan ke

korteks cerebri memuat informasi lingkungan dikirim ke otak untuk

mengatur kontraksi dan sistem tubuh, sedangkan neuron yang melalui

korteks cerebri memuat informasi yang akan diberikan ke otak kecil untuk

diolah sehingga hasil yang didapat adalah menjaga keseimbangan tubuh.

Page 60: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

43

Cara penyampaian reseptor proprioceptive ke cortex cerebri menggunakan

tiga neuron berbeda, neuron I sel berada di ganglion spinal akan

dikirimkan melalui Proprioception dihasilkan melalui respon secara

simultan, visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing-masing

memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural. Paling

diperhatikan dalam meningkatkan proprioception adalah fungsi dari sitem

sensorimotor, meliputi integrasi sensorik, motorik, dan komponen

pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan homeostasis bersama

selama tubuh bergerak, sistem sensorimotor mencakup informasi yang

diterima melalui reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi,

tulang rawan dan geometri tulang yang terlibat dalam struktur setiap sendi.

Mechanoreceptor sensorik khusus bertanggung jawab secara kuantitatif

terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam jaringan menjadi

impuls saraf (Rienmann, 2002).

Proprioceptive merupakan bagian dari kontrol postural manusia

yaitu fungsi yang kompleks yang mencakup komponen seperti deteksi

gerakan serta respon otot bekerja menurut kesadaran untuk

membangkitkan dan mengendalikan saat terjadinya gerakan. Reseptor

proprioceptive berada di kulit, otot, sendi, ligamen dan tendon. Mereka

memberikan informasi kepada CNS berkaitan dengan jaringan deformasi.

Pada ujung ruffini terletak di kapsul sendi dan ligamen. Karena

mechanoreseptor ini maksimal di rangsang pada sudut sendi tertentu serta

menghubungkan sensasi posisi sendi dan perubahan posisi.

Page 61: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

44

Proprioceptive berkaitan dengan dimana rasa posisi

mekanoreseptor berada. Hal tersebut meliputi dua aspek yaitu posisi statis

dan dinamis. dalam hal ini statis di definisikan yaitu memberikan orientasi

sadar pada satu bagian tubuh yang lain sedangkan arti dinamis yaitu

memberikan fasilitasi pada sebuah sistem neuromuskular berkaitan dengan

tingkat dan arah gerakan kelincahan (Laskowski, 2012). Proprioceptive

exercise sangat dianjurkan untuk meningkatkan proprioception untuk

meningkatkan keseimbangan dan koordinasi sehingga tercapainya

kelincahan yang baik (Elsevier, 2012).

Dalam hal ini penulis memilih latihan proprioceptive exercise

dengan wobble board berupa closed kinetic chain exercise dimana bahwa

latihan closed kinetic chain exercise memberikan umpan balik

proprioceptive dan kinestetik lebih besar daripada open kinetic chain

exercise. Menurut teori saat bergerak beberapa kelompok otot yang

dilintasi untuk menerima impuls, sendi akan diaktifkan selama latihan

closed kinetic chain exercise berlangsung sedangkan selama latihan open

kinetic chain exercise reseptor sensorik, otot, jaringan intra artikular dan

ekstra artikular diaktifkan dalam mengendalikan gerak (Kisner and Colby,

2007).

Aktifitas closed kinetic chain exercise dilakukan untuk menumpu

berat badan, khusus untuk menstimulasi mechanoreseptor dan sekitar sendi

maka latihan ini lebih efektif daripada open kinetic chain exercise. Dengan

demikian akan menstimulasi kontraksi otot, menambah stabilitas sendi,

Page 62: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

45

keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan kelincahan pada fungsional

tubuh dengan menumpu berat badan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan wobble board (papan keseimbangan).

Papan keseimbangan atau lebih dikenal di dunia fisioterapi dan

olahraga yang disebut wobble board yaitu sebuah alat yang digunakan

untuk melatih proprioceptive ekstremitas atas atau bawah (Kisner and

Colby, 2007). Wobble board dapat digunakan sebagai alat ukur atau

treatment keseimbangan, stabilisasi, dan koordinasi (Mattacola dan Dwyer,

2002). Latihan ini meningkatkan fungsi saraf proprioceptive dari sistem

saraf pusat dan mengurangi waktu dalam merespon sehingga dapat

memiliki kelincahan yang baik serta dapat melindungi diri dari cedera

(McKeon dan Harte, 2008). Pengertian yang lain tentang wobble board

adalah titik tumpu dari semua wobble board berbentuk setengah lingkaran

atau semi bola, hal ini dapat memungkinkan papan bergerak ke segala

arah, maju – mundur, kiri dan kanan berputar 360 derajat. Wobble board

banyak digunakan untuk perkembangan anak, gymnasium, latihan olah

raga, mencegah terjadinya cidera pada knee dan ankle, proses rehabilitasi

setelah cidera hip, knee dan ankle serta biasa digunakan sebagai salah satu

alat fisioterapi (Waddington et al, 2004). Latihan dengan menggunakan

wobble board ini merupakan latihan stabiliasasi dinamic pada posisi tubuh

statis yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga stabilitas pada posisi tetap.

Prinsip latihan ini adalah meningkatkan fungsi dari pengontrol

keseimbangan tubuh yaitu sistem informasi sensoris, central processing,

Page 63: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

46

dan affector untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Fungsi

dari latihan ini meningkatkan proprioceptive, meningkatkan stabilitas

tubuh, dan mengontrol postur alligment.

2.3.1 Mekanisme Fisiologis Pemberian Proprioceptive exercise untuk

Meningkatkan Kelincahan

Pada kelincahan salah satu komponen jaringan non-kontraktil yang

diperlukan adalah ligamen, pada saat pemberian proprioceptive exercise,

ligamen akan menstimulasi aktifitas biologi dengan cairan synovial yang

membawa nutrisi pada bagian avaskuler dikartilago sendi. Hal ini akan

meningkatkan tingkat keseimbangan dan kestabilan karena karena berefek

langsung pada sistem neuromuskular dan muskuloskeletal (mengaktifkan

kontraksi otot). Gerakan yang berulang (repetisi yang dilakukan) pada saat

latihan akan meningkatkan mikrosirkulasi dan cairan yang keluar akan

lebih banyak sehingga kadar air dan matriks pada jaringan dan jaringan

menjadi lebih elastic dan kekuatan ligamen dalam mengikat sendi

meningkat maka akan menimbulkan stabilitas yang lebih baik, yang

selanjutnya juga akan meningkatkan performance seseorang dalam

meningkatkan kemampuan kelincahan.

Disamping ligamen, salah satu stabilisator tubuh yang juga

berperan penting terhadap peningkatan kelincahan adalah sendi. Sendi

merupakan salah satu stabilisator pasif yang diikat oleh ligamen. Pada

kemampuan kelincahan diperlukan suatu kondisi sendi yang stabil dan

tanpa ada keluhan seperti nyeri, karena jika terdapat keluhan tersebut akan

mengurangi kemampuan sendi dalam melakukan suatu gerakan. Gerakan

Page 64: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

47

yang dilakukan oleh sendi diperoleh melalui proprioceptive pada sendi

tersebut maka ketika melakukan exercise, sendi lebih akan stabil karena

ditunjang juga oleh kekuatan otot (penggerak sendi) dan stabilitas dari

ligamen sehingga adanya peningkatan kelincahan.

2.4 Strengthening Exercise

Strength (kekuatan) mengarah kepada output tenaga dari suatu

kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tension

yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Dimana otot adalah sebagai salah satu

komponen yang dapat menghasilkan suatu gerakan dan merupakan suatu

jaringan yang terbesar dalam tubuh. Otot mempunyai kemampuan untuk

ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas.

Strength (kekuatan) otot sangat bergantung pada diameter otot

tersebut. Latihan yang sistematik dapat menghasilkan adaptasi otot

terhadap stimulus training. Adaptasi yang terjadi adalah hipertropi otot,

Hipertropi otot yaitu berkembangnya ketebalan otot dan meningkatnya

diameter otot. Dampak dari latihan tersebut menjadikan setiap serabut otot

akan meningkat massa dan jumlahnya. Hal tersebut terjadi karena adanya

ketegangan selama kontraksi dapat memberikan stimulus untuk

meningkatkan diameter serabut otot sehingga otot akan semakin kuat.

Strengthening exercise merupakan peningkatan tegangan otot

sebagai respon motorik, dengan berlatih melawan tahanan, yang bertahap

ditambah kekuatannya. Strengthening exercise adalah latihan penguatan

pada otot yang menggunakan tahanan atau beban baik dari luar atau alat

Page 65: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

48

maupun dari beban tubuh itu sendiri. Strengthening exercise dilakukan

secara teratur, terencana, berulang – ulang dan semakin bertambah

bebannya serta dimulai dari gerakan yang sederhana ke gerakan yang lebih

kompleks.

Strengthening exercises (latihan penguatan) untuk sistem muskular

memiliki peran yang sangat penting (esensial) dalam fisioterapi dan dalam

retraining (pemulihan). Pemahaman tentang metode training yang

beragam merupakan kebutuhan yang paling penting untuk efektifitas

kinerja otot.

Kontraksi otot membutuhkan energi dan otot sebagai mesin

pengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Sumber energi yang

didapat dan segera digunakan adalah derifat pospat organik berenergi

tinggi yang terdapat dalam otot. Selain itu sumber utama energi diperoleh

dari metabolisme intermedier karbohidrat lipid dan hidrolisis ATP yang

menghasilkan energi untuk berkontraksi.

Strengthening exercise dapat mencegah penurunan kekuatan otot

dan mempertahankan massa otot. Strengthening exercise otot juga mampu

mencegah penurunan massa tulang, meningkatkan metabolisme, dan

dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan tekanan darah. mengingat

banyaknya manfaat yang diperoleh, disarankan untuk melakukan

strengthening exercise yang ditargetkan pada otot-otot besar tungkai

bawah.

Page 66: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

49

Menurut penelitian Minoonejad (2012), menyatakan bahwa

strengthening exercise berupa closed kinetic chain exercise dan open

kinetic chain exercise, keduanya sama-sama efektive untuk strengtening

exercise pada otot. Closed kinetic chain exercise adalah gerakan yang

terjadi pada rangkaian gerak tertutup dimana gerakan tubuh lebih pada

segmen distal tertentu. Sebagai contoh, gerakan closed kinetic chain terjadi

pada posisi menumpu berat badan dimana kaki ditumpukkan dilantai dan

otot mengangkat atau bagian bawah tubuh seperti memanjat gunung atau

berjongkok. Closed kinetic chain exercise ditampilkan pada postur

fungsional dengan beberapa derajat menumpu berat badan dan bisa

meliputi gerakan konsentrik, eksentrik, atau isometrik. Penambahan beban

otot pada closed kinetic chain exercise pada strengthening exercise juga

akan memberikan pembebanan pada tulang, sendi dan jaringan lunak non

kotraktil seperti ligamentum dan tendon serta capsul sendi.

Pada dasarnya meningkatkan kekuatan otot berdasarkan prinsip

overload. Dimana prinsip overload ini dilakukan secara meningkat

(progresif) berarti beban dalam latihan mendekati maksimal dan secara

bertahap terus meningkat, sebagai akibat kapasitas kekuatan otot seseorang

semakin meningkat pula. Kekhususan overload adalah meningkatnya

kekuatan, daya tahan dan hipertropi sebagai akibat meningkatnya

intensitas kerja yang diberikan persatuan waktu, sehingga akan

meningkatkan kekuatan otot. Dalam hal ini strengthening exercise

menggunakan karet elastic resistance. Karet elastic resistance merupakan

Page 67: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

50

karet berwarna dengan merk theraband salah satu produk dunia

terkemuka.

Latihan strengthening dengan elastic resistance adalah latihan

isotonic dengan menggunakan theraband atau suatu alat berupa karet

berwarna yang mempunyai fleksibilitas yang cukup tinggi. Sedangkan

latihan isotonic sendiri adalah suatu bentuk latihan melawan tahanan atau

beban yang konstan dan terjadi pemanjangan atau pemendekan otot dalam

range of motion gerakan (Kisner and Colby, 2007).

Theraband merupakan suatu produk bermerek terkemuka didunia.

Secara progresif theraband memiliki ketahanan elastisitas yang cukup

tinggi untuk rehabilitasi secara profesional, pelatihan atlet dan senam

kebugaran dirumah.

Theraband diproduksi dan dikembangkan oleh the hygenic

corporation pada tahun 1978 dan sejak memperoleh reputasi internasional

dengan terapis, ahli tulang, serta pelatih olahraga untuk kualitas dan

efektivitas latihan yang didukung oleh American Physical Therapy

Association (APTA). Theraband tersedia melalui jaringan internasional,

rehabilitasi, latihan dan distributor produk olahraga, dokter, dan melalui

outlet ritel online.

Latihan dengan theraband digunakan sebagai alat untuk

merehabilitasi, memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan

keseimbangan dan kekuatan. Elastic resisistance (theraband) exercise

bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dinamik, endurance, dan power

Page 68: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

51

otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force (Fleck,

2004).

Grafik 2.1 Besaran Elastic Resistance

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat tolak ukur yang dapat

digunakan sebagai pemilihan theraband yang tepat untuk latihan sesuai

dengan warna yang terbagi berdasarkan berat dalam kilogram dan

kekuatan panjang otot dalam satuan persen.

Menurut Foran (2001) efek meningkatkan kekuatan dinamik pada

otot sehingga power otot bertambah. Apabila power bertambah maka

endurance dan keseimbangan akan bertambah pula. Pada peredaran darah

akan meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu juga akan

memperbaiki kekuatan, ukuran serta mencegah peradangan dan terjadinya

peningkatan kelenturan jaringan.

Dalam hal ini penelitian menggunakan kontraksi isotonik yang

dalam aplikasinya mempunyai tahanan yang sama dari awal hingga akhir.

Page 69: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

52

Kontraksi isotonik memiliki koordinasi neuromuskular yang lebih baik

karena innervasi pada nerve musle lebih kompleks, dengan kata lain pada

kontraksi isotonik lebih menerapkan prinsip motor performance. Latihan

ini juga merupakan latihan yang dinamis maka dapat meningkatkan

tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatnya aliran darah,

sehingga latihan ini tidak cepat menimbulkan kelelahan.

2.4.1 Faktor-faktor lain yang penting Terhadap Peningkatan Strengthening

Exercise

a. Recruitment motor unit

Setiap otot terdiri dari sejumlah unit motorik yang bercampur baur,

dimana motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuromuscular

yang terdiri dari anterior motor neuron yaitu terdiri dari axon, dendrit,

serta badan sell dan serabut otot yang terdiri dari slow twitch fiber dan

fast twitch fiber. Untuk menimbulkan kontraksi lemah pada suatu otot,

hanya satu atau beberapa motor unit yang diaktifkan, sedangkan untuk

kontraksi yang lebih kuat akan lebih banyak motor unit yang direkrut

atau dirangsang untuk berkontraksi. Peningkatan recruitment motor unit

akan meningkatkan kekuatan otot.

Kontraksi otot dengan dengan tenaga kecil akan menghasilkan

sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan

menghasilkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut

otot aktif pada saat yang sama. Pada kontrol neural slow twitch fiber

dan fast twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang

Page 70: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

53

akan digunakan sesuai karakteristiknya. Jenis latihan akan

mempengaruhi motor unit yang aktif, pada latihan untuk meningkatkan

endurance akan lebih meningkatkan slow twitch fiber sedangkan pada

resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan

lebih mengaktifkan fast twitch fiber.

1. Hubungan antara panjang dengan tegangan otot pada saat

berkontraksi.

Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit

perubahan panjang otot ketika berkontraksi. Tenaga kontraktil otot

yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh,

karena pada saat full ekstensi otot dalam keadaan 1/3 kali lebih

panjang daripada saat istirahat. Tenaga pada otot dapat terus

berkurang ketika otot berkontraksi (memendek). Ketika otot dalam

kontraksi penuh maka tenaga kontraktil yang dihasilkan dapat

berkurang sampai nol dan yang harus menjadi catatan adalah selama

pemanjangan otot tenaga kontraktil tidak menghasilkan proporsi

yang sama.ketegangan maksimum otot dapat dicapai pada saat

panjang yang lebih besar saat otot berkontraksi.

2. Tipe kontraksi otot

Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi eksentrik

atau memanjang melawan tahanan. Dan otot juga mengeluarkan

tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik serta mengeluarkan

Page 71: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

54

tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi eksentrik yaitu

memendek melawan beban.

3. Tipe serabut otot

Karakteristik tipe serabut otot memiliki peran pada sifat kontraktil

otot seperti kekuatan atau strenght, endurance, power, kecepatan

dan ketahanan terhadap kelelahan / fatigue. Tipe IIA dan B (fast

twitch fiber) memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah

tegangan tetapi sangat cepat mengalami kelelahan/fatigue. Tipe I

(slow twitch fiber) menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan

lebih lambat dibandingkan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap

kelelahan / fatigue.

4. Ketersediaan energi dan aliran darah

Tipe serabut otot yang predominan dan suplai darah yang adequat,

serta transport oksigen dan nutrisi ke otot, akan mempengaruhi hasil

tegangan otot dan kemampuan untuk melawan kelelahan / fatique.

5. Usia dan jenis kelamin

Kekuatan otot pada pria muda hampir sama dengan wanita muda

sampai menjelang usia puber. Setelah itu pria akan mengalami

peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding dengan

wanita, dan perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (30

sampai 50 tahun). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan massa

otot pria 50% lebih besar dibandingkan massa otot wanita.

Page 72: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

55

Meskipun kekuatan otot menunjukkan keterkaitan usia dan jenis

kelamin secara keseluruhan, banyak pengecualian yang dapat

ditemukan karena variasi yang besar pada seseorang dalam menjaga

kondisinya melalui latihan.

2.4.2 Perubahan Sistem Neuromuskular dalam Peningkatan Kekuatan Otot

a. Hypertropi Otot

Hypertropy otot atau pembesaran otot, merupakan hasil aktifitas

muskular yang kuat dan berulang, bukan hasil aktifitas ringan. Jumlah

serabut yang bertambah, tetapi ada peningkatan diameter dan panjang

serabut yang juga berkaitan dengan peningkatan unsur –unsur filamen.

Kapasitas kekuatan otot secara langsung berhubungan dengan

fisiologi cross sectional area pada serabut otot. Meningkatnya

kekuatan otot dan ukuran serabut otot skeletal disebut hypertropi.

Faktor yang berperan pada hypertropi meliputi: peningkatan jumlah

protein pada serabut otot, peningkatan kepadatan kapiler, perubahan

biokimia pada serabut otot.

Hypertropi otot yaitu bertambahnya ukuran serabut otot yang

sebabkan :

1. Bertambahnya ukuran pada miofibril

2. Peningkatan elemen kontraktil (aktin-miosin)

3. Peningkatan densitas kapiler otot menjadikan muscular endurance

meningkat

Page 73: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

56

4. Peningkatan jumlah jaringan otot, misalnya tendon, ligamen, dan

jaringan penunjang (conective tissue).

Secara Biokimia hypertropi otot akan terlihat :

1. Peningkatan konsentrasi creatin, PC, ATP, dan Glycogen

2. Peningkatan enzim glycolitik (PFK, LDH, Hexokinase)

3. Peningkatan enzim pengaktif ATP (myokinase dan creatin

fossokinase)

4. Peningkatan enzim pengaktif pada siklus krebs (Malat

Dehidrogenase atau MDH dan Suksinat Dehidrogenase)

5. Penurunan sensitas mitokondria oleh karena peningkatan

ukuran miofibril

6. Peningkatan serabut cepat (fast twitch fiber)

b. Recruitment

Faktor lain yang penting untuk meningkatkan kekuatan otot adalah

peningkatan jumlah recruitmen motor unit. Banyaknya jumlah motor

unit yang aktif akan menghasilkan kekuatan otot yang besar. Kekuatan

otot dapat dicapai dengan cepat pada fase awal dari program resistance

exercise yang mungkin lebih menghasilkan recruitment dari pada

hypertropi.

c. Fleksibilitas

Kelenturan merupakan penunjang penting dalam melakukan

gerakan yang nyaman dan merupakan salah satu komponen yang

menentukan dalam aktivitas gerak manusia. Bagi non olahragawan

Page 74: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

57

fleksibilitas dapat untuk menunjang aktivitas kegiatan sehari – hari

sedangkan bagi olahragawan fleksibilitas juga sangat diperlukan.

Fleksibilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

menampilkan suatu keterampilan yang memerlukan gerak sendi yang

luas dan memudahkan dalam melakukan gerakan – gerakan yang cepat

dan lincah.

Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendi –

sendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Fleksibilitas

menunjukkan luasnya ruang pada persendiaan. Dengan fleksibilitas

yang memadai seseorang dapat melaksanakan suatu gerakan

(performa) yang memadai, Karena itu fleksibilitas merupakan unsur

penting dari kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan dan

juga performa (Lutan, 2003).

Rusli Lutan (2003) mendefinisikan fleksibilitas sebagai

kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi disekitanya

untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak

maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas yang optimal memungkinkan

sekelompok atau sendi untuk bergerak dengan efisien.

Fleksibilitas dinamis adalah prestasi luas gerak sendi yang dapat

dicapai saat tubuh bergerak cepat. Manfaat yang diperoleh dari latihan

fleksibilitas akan membantu otot untuk rileks, meningkatkan

kesehatan, menghilangkan otot kejang dan mengurangi potensi cedera

(Lutan, 2003).

Page 75: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

58

Fleksibilitas terkait dengan unit musculotendinosus yang melintasi

bersama, berdasarkan kemampuannya untuk relaks atau berubah

bentuk karena kekuatan peregangan. Arthrokinematik sendi bergerak

(kemampuan permukaan sendi roll dan geser) serta kemampuan

jaringan penghubung pariarticular untuk berubah bentuk juga

mempengaruhi ROM sendi dan fleksibilitas keseluruhan individu

(Kisner and Colby, 2007)

Fleksibilitas juga merupakan faktor yang sangat penting dalam

lompat jauh karena semakin lentur jaringan otot atau jaringan yang

secara bersama – sama bekerja seperti sendi, ligament, dan tendon.

2.4.3 Mekanisme Fisiologis pemberian strengthening exercise untuk

meningkatkan kelincahan.

Pemberian strengthening exercise dengan theraband adalah berupa

latihan isotonic yaitu suatu bentuk latihan melawan tahanan atau beban

yang konstan dan terjadi pemanjangan atau pemendekan otot dalam range

of motion gerakan dengan menggunakan theraband.

Strengthening exercise sangat bergantung pada diameter otot

tersebut serta mempengaruhi kekuatan otot. Latihan yang sistematik dapat

menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training. Adaptasi yang

terjadi adalah Hipertropi otot – hipertropi otot adalah berkembangnya

ketebalan otot dan meningkatnya diameter otot. Dampak dari

Strengthening exercise adalah setiap serabut otot akan meningkat

massanya. Peningkatan jumlah serabut otot juga dapat terjadi. Adanya

Page 76: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

59

ketegangan selama kontraksi dapat memberikan stimulus untuk

meningkatkan diameter otot sehingga meningkatkan kelincahan.

Pada dasarnya meningkatkan kekuatan otot berdasarkan prinsip

overload. Dimana prinsip overload ini dilakukan secara meningkat

(progresif) berarti beban dalam latihan mendekati maksimal dan secara

bertahap terus meningkat, sebagai akibat kapasitas kekuatan otot seseorang

semakin meningkat pula. Kekhususan overload adalah meningkatnya

kekuatan, daya tahan dan hipertropi sebagai akibat meningkatnya

intensitas kerja yang diberikan persatuan waktu, sehingga akan

meningkatkan kekuatan otot.

Page 77: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

60

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kelincahan pada penampilan saat aktivitas fisik merupakan suatu

kinerja interaksi antar sistem neuromuskular yang dapat menghasilkan

kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara

mendadak dalam kecepatan yang tinggi. Misalnya mampu berlari berbelok-

belok, lari bolak-balik dalam jarak dan waktu tertentu, atau kemampuan

berkelit dengan cepat dalam posisi tetap berdiri stabil.

Kelincahan sangat diperlukan sekali pada saat terjadinya pergerakan

tubuh yang cepat dan mendadak seperti pada saat berolahraga yang

membutuhkan kecepatan dalam bergerak dan membutuhkan kecepatan

reaksinya terhadap suatu rangsang yang diperlukan. Dalam hal ini

proprioceptor juga sangat berperan.

Proprioceptive sensorik bertanggung jawab dalam sensasi yang

ditemukan di otot, tendon, ligamen, persendian dan fascia. Proprioception

dapat didefinisikan sebagai kesadaran dimana posisi ekstremitas dan gerakan

juga merupakan variasi khusus dari modalitas sensorik yang mencakup

sensasi gerakan bersama (kinesthesia) dan posisi sendi (joint position sense).

Proprioceptive exercise (dengan menggunakan wobble board)

merupakan latihan pada permukaan yang tidak stabil yang dapat merangsang

mechanoreceptor sehingga mengaktifkan joint sense atau dikenal dengan

istilah rasa pada sendi dimana sangat berpengaruh terhadap jaringan intrafusal

60

Page 78: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

61

(myofibril) dan serabut ekstrafusal (golgi tendon organ) sebab rangsangan

yang diterima oleh neuromuscular junction akan mengaktifasi serabut

myofibril memerintahkan otot segera berkontraksi sesuai kebutuhan,

disamping itu joint sense akan membagi tekanan sama rata keseluruh area

sehingga dapat menginhibisi serabut ekstrafusal untuk mengendalikan tonus

otot.

Strengthening exercise (latihan penguatan) untuk sistem muskular

memiliki peran yang sangat penting (esensial) dalam fisioterapi dan dalam

retraining (pemulihan) dan penting untuk efektifitas kinerja otot.

Strengthening exercise akan sangat mempengaruhi diameter otot. Latihan

yang sistematik dapat menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training.

Adaptasi yang terjadi adalah Hipertropi otot – hipertropi otot adalah

berkembangnya ketebalan otot dan meningkatnya diameter otot. Dampak dari

latihan tersebut adalah setiap serabut otot akan meningkat massanya.

Peningkatan jumlah serabut otot juga dapat terjadi. Adanya ketegangan

selama kontraksi dapat memberikan stimulus untuk meningkatkan diameter

otot.

Berdasarkan pengalaman klinis, sebagian besar fisioterapi diklinik dan

pelatih olahraga mengabungkan keduanya proprioceptive exercise dan

strengthening exercise untuk dapat meningkatkan ataupun mengembalikan

kondisi seorang atlit, klien atau pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-

hari kembali. Sejumlah penelitian telah melihat efek dari proprioceptive

exercise, strengthening exercise, atau mengkombinasikan keduanya untuk

kelincahan pada pemain sepakbola.

Page 79: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

59

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

62

Strengthening Exercise Proprioceptive exercise

Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot

Meningkatkan koordinasi neuromucular

Meningkatkan stabilisasi

Meningkatkan fleksibilitas

Meningkatkan kecepatan reaksi

peningkatan aktifitas neuromuscular junctoin

peningkatan kecepatan konduktifitas saraf

peningkatan koordinasi neuromuscular

peningkatan kecepatan reaksi

peningkatan kekuatan otot

peningkatan keseimbangan

Peningkatan adaptasi sistem

neuromuskuler

Meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola

Meningkatkat diameter/massa

otot

Page 80: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

63

3.3 Hipotesis

Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening

exercise lebih baik daripada intervensi strengthening exercise tunggal dalam

meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola.

Page 81: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

64

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih untuk penelitian ini adalah penelitian

eksperimen untuk menggambarkan karakteristik responden, dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah Ramdomized pre and post test

two with two group design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap

dua kelompok. Kelompok pertama yaitu penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening execise. Kelompok kedua yaitu hanya

pemberian strengthening exercise saja untuk meningkatkan kelincahan pada

pemain sepakbola.

Gambar 4.1.

Bagan Rancangan Penelitian

Keterangan:

P = Populasi.

S = Sampel.

R = Randomisasi.

O1 = Pre test illinois agility run test

P1 = Strengthening exercise

O2 = Post test illinois agility run test

O3 = Pre test illinois agility run test

P2 = Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening

exercise

O4 = Post test illinois agility run test

P

o

o

o

R S

O4

O2 O1

O3

P1

P2

64

Page 82: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

65

Penelitian ini bersifat true experimental karena sampel diambil secara

random dari populasi dan sampel dialokasikan secara random menjadi

kelompok kontrol (kelompok perlakuan I) dan kelompok perlakuan

(kelompok perlakuan II). Subjek penelitian dibagi dua kelompok, Kelompok

perlakuan I adalah subjek yang mendapatkan latihan strengthening exercise

sedangkan kelompok perlakuan II adalah subjek yang mendapatkan

proprioceptive dan intervensi strengthening exercise.

Sebelum perlakuan dan pada akhir penelitian kelompok perlakuan I

dan kelompok perlakuan II dilakukan pengukuran nilai kelincahan dengan

Illinois Agility Run Test Hasil pengukuran akan dianalisa dengan uji statistik

yang tepat pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II sebelum

dan sesudah 6 minggu perlakuan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 5 Pekanbaru Jalan. Bawal no

43 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.

4.2.2 Waktu Penelitian

24 Maret sampai 05 Mei 2015.

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang akan diteliti adalah dengan batas-batas

penelitian dilakukan terhadap semua pemain sepakbola SMA Negeri 5

Pekanbaru.

Page 83: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

66

4.4 Penentuan Sumber Data

4.4.1 Variabilitas Populasi

a. Populasi target : adalah pemain sepakbola pekanbaru

b. Populasi terjangkau : adalah pemain sepakbola SMA N 5 Pekanbaru.

Bersedia menjadi sampel untuk melakukan program latihan dalam

waktu 6 Minggu, mulai dari 24 Maret sampai 05 Mei 2015.

4.4.2 Sampel

Adalah jumlah subjek yang diambil dari populasi terjangkau,

disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria

eligibilitas.

4.4.3 Kriteria Eligibilitas

Adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik populasi

terjangkau.

a. Kriteria inklusi:

Yang dimasukkan sebagai sampel penelitian dalam penelitian

ini harus memenuhi krtiteria inklusi sebagai berikut:

1. Pemain sepakbola

2. Usia 15-20 tahun

3. Bisa bekerja sama.

4. Memiliki keinginan meningkatkan kelincahan saat bertanding

5. Tidak memiliki keluhan nyeri karena suatu penyakit/ tidak

didapati kelainan

Page 84: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

67

6. Bersedia menjadi sampel dan mengisi, menanda tangani dan

mengumpulkan kembali inform consent kepada peneliti.

b. Kriteria eksklusi:

1. Tidak sedang mengalami cedera pada tungkai menyebabkan

keterbatasan ROM.

2. Tidak sedang mengalami pasca operasi pada tungkai

c. Kriteria drop out:

Adalah sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi tetapi

tidak memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Pasien tidak kooperatif dan tidak memenuhi program terapi yang

sudah dijadwalkan.

2. Tidak mengikuti pelatihan sesuai prosedur pelatihan.

4.4.4 Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan

rumus Pocock (2008):

,

22

12

2

n

Keterangan :

n = Jumlah Sampel = Simpang baku (standard deviation) = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)

= Interval kepercayaan 7,9

1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol sebelum perlakuan

2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan sesudah perlakuan

),(

Page 85: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

68

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai agility pada

tahun 2014 didapatkan hasil rerata μ1 = 18,4 dan standar deviasi σ = 1,8

dengan nilai harapansetelah intervensi terdapat peningkatan sebesar

10% didapatkan rerata μ2 = 20,24. Setelah disubstitusikan ke dalam

rumus Pocock dapat dihitung sebagai berikut :

5,10)4,1824,20(

)8,1(22

2

xn

3856,3

5,1048,6 xn

n = 20,09

Maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dibulatkan

menjadi 20 orang.

4.4.5 Teknik Sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola. Sampel

yang dipilih dibagi menjadi dua kelompok, secara acak masing-masing

terdiri dari 22 sampel sesuai dengan penghitungan rumus Pocock.

Kelompok I sebagai kelompok kontrol (kelompok perlakuan I) yang

mendapatkan intervensi strengthening exercise, dan kelompok II

sebagai kelompok perlakuan (kelompok perlakuan II) yang

mendapatkan penambahan proprioceptive exercise pada intervensi

strengthening exercise.

Page 86: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

69

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

Yang termasuk dalam klasifikasi variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable): Dalam penelitian ini adalah

intervensi strengthening exercise, proprioceptive exercise.

2. Variabel tergantung (dependent variable): adalah penilaian

kelincahan siswa SMA N 5 Pekanbaru yang diukur dengan

menggunakan Agility Illinois Run Test.

4.6 Definisi Operasional

Yang termasuk di dalam definisi operasional variabel dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Kelincahan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang berperan

penting dalam merespon suatu gerakan yang didapatkan dikarenakan harus

mampu bergerak dengan cepat merubah arah atau melepaskan diri. Pada

permainan sepakbola, kelincahan memiliki peran yang cukup penting

dalam memperoleh kemenangan di dalam suatu pertandingan. Hal ini

dikarenakan dengan karakteristik permainan sepakbola cepat dan terus

bergerak, dimana tim memiliki kecepatan yang lebih baik, melakukan

pergerakan yang lebih banyak, akan memiliki peluang yang lebih untuk

dapat mencetak gol lebih banyak, yang pada akhirnya akan memenangkan

pertandingan. Dalam hal ini kelincahan diukur dengan illinois agility run

test, adapun prosedur pelaksaan pengukurannya sebagai berikut:

Page 87: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

70

1. Tandai lapangan atau lahan yang permukaannya datar dengan ukuran 5

X 10 meter lalu letakkan cone pada setiap ujungnya, dan diberi tanda

start dan finish.

2. Letakkan 4 cone lainnya pada pertengahan lapangan dari dan diberi

jarak 3,3 meter

3. Sample melakukan test dimulai dari start dalam posisi telungkup

dibawah tanah, kepala sejajar dengan garis start.

4. Sample pada saat melakukan diberi aba-aba pluit atau go

5. Ketika aba-aba “Ya” sample berlari secara maksimal dengan arah

seperti dalam gambar “illinois agility run test” dibawah mulai dari start

sampai dengan garis finish.

6. Seiring itu dicatat waktu dengan menggunakan stopwatch

Gambar 4.2 Illinois Agility Run Test

Michele A Raya, 2012

b. Strengthening exercise merupakan latihan penguatan untuk sistem

muskular memiliki peran yang sangat penting (esensial) dalam fisioterapi

dan dalam retraining (pemulihan) dan penting untuk efektifitas kinerja

otot. Strengthening exercise mempengaruhi diameter otot. Latihan yang

Page 88: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

71

sistematik dapat menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training.

Adaptasi yang terjadi adalah hipertropi otot, yaitu berkembangnya

ketebalan otot dan meningkatnya diameter otot.

Strengthening exercise berupa closed kinetic chain exercise sangat

efektif untuk penguatan otot. Closed kinetic chain exercise adalah gerakan

yang terjadi pada rangkaian gerak tertutup dimana gerakan tubuh lebih

pada segmen distal tertentu. Closed kinetic chain exercise ditampilkan

pada postur fungsional dengan beberapa derajat menumpu berat badan dan

bisa meliputi gerakan konsentrik, eksentrik, atau isometrik. Penambahan

beban otot pada closed kinetic chain exercise pada strengthening exercise

juga akan memberikan pembebanan pada tulang, sendi dan jaringan lunak

non kotraktil seperti ligamentum dan tendon serta capsul sendi. Adapun

prosedure pelaksaannya sebagai berikut:

Latihan penguatan dengan menggunakan elastic resistance, posisi

subjek berdiri dengan kedua kakinya dan posisi badan tegak lurus

kemudian pasien tersebut diberikan penjelasan oleh fisioterapis untuk

menggerakkan kakinya ke depan dan belakang, ke samping kanan dan kiri.

Fisioterapis melihat kekuatan pasien tersebut dalam pertahanan posisinya

pada waktu otot bergerak kontraksi Latihan ini dilakukan 1 menit.

Page 89: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

72

Gambar 4.3 Strengthening exercise closed kinetic chain

Sumber : Kisner and Colby, 2012

Gambar 4.4 Strengthening exercise closed kinetic chain

Sumber : KyungMo Han and Mark D Ricard, 2011

Gambar 4.5 Strengthening exercise closed kinetic chain

Sumber : Kyungmo Han and Mark D Ricard, 2011

Page 90: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

73

Gambar 4.6 Strengthening exercise closed kinetic chain

Sumber : Kyungmo Han and Mark D Ricard, 2011

1. Dosis Latihan

a. Frekuensi : 3x seminggu

b. Intensitas : 3 set latihan (meningkat)

c. Time 1 : 1 menit

d. Repetisi : 15 X pengulangan

Sample memiliki waktu istirahat 30 detik antara latihan dan waktu

istirahat 2 menit antara set.

c. Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening

exercise merupakan latihan yang dapat meningkatkan fungsi saraf

proprioceptive dari sistem saraf pusat dan mengurangi waktu dalam

merespon sehingga dapat memiliki kelincahan yang baik serta dapat

melindungi diri dari cedera, meningkatkan stabilitas tubuh, dan

mengontrol postur alligment tubuh. dikombinasikan dengan strengthening

exercise yang bertujuan untuk penguatan otot dengan latihan berupa

resisted exercise.

Page 91: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

74

Proprioceptive exercise memfasilitasi otak, saraf, dan otot dalam

berkomunikasi lebih baik agar benar mengidentifikasi posisi tubuh dan

bagaimana tubuh bergerak. Dalam hal ini penulis memilih latihan

proprioceptive exercise berupa closed kinetic chain exercise dimana

bahwa latihan closed kinetic chain exercise memberikan umpan balik

proprioceptive dan kinestetik lebih besar daripada open kinetic chain

exercise. Menurut teori saat bergerak beberapa kelompok otot yang

dilintasi untuk menerima impuls, sendi akan diaktifkan selama latihan

closed kinetic chain exercise berlangsung sedangkan selama latihan open

kinetic chain exercise reseptor sensorik, otot, jaringan intra artikular dan

ekstra artikular diaktifkan dalam mengendalikan gerak (Kisner and Colby,

2007). Adapun teknik latihan proprioceptive exercise closed chain dengan

menggunakan wobble board sebagai berikut:

Latihan balance board (side to side, one foot, squat) : Latihan

stabilisasi dinamis dengan menggunakan wobble board, posisi pasien

berdiri kemudian pada semua gerakan dilakukan dalam keadaan mata

tertutup dengan kedua kakinya berdiri dan posisi badan tegak lurus diatas

wobble kemudian pasien tersebut diberikan penjelasan oleh fisioterapis

untuk menggerakkan kakinya ke samping kanan-kiri, berdiri di atas satu

kaki, dan berjongkok. Fisioterapis melihat tingkat stabilitas pasien

tersebut dalam pertahanan posisinya.

Page 92: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

75

Gambar 4.7 Proprioceptive exercise closed kinetic chain dilakukan dengan

mata tertutup/ terpejam (side to side, one foot, squat)

Sumber : Carolin Pelletier, 2012

1. Dosis Latihan

a. Frekuensi : 3x seminggu

b. Intensitas : 2 set latihan (meningkat)

c. Time 1 : 30 detik

4.7 Instrumen Penelitian

Peneliti mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian antara lain 1)

formulir penelitian dan alat tulis, 2) alat pemeriksa antara lain: Stetoskop,

tensimeter, timbangan pengukur berat badan, meteran pengukur tinggi badan,

stopwatch, wobble board, theraband, cone, pluit, alat dokumentasi.

Sedangkan urutun-urutan kerja sebagai berikut (1) subyek yang datang

mengambil formulir penelitian (2) sebelum dilakukan penelitian subyek

diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian (3) subyek yang

memenuhi kriteria inklusi, kemudian peneliti atau yang membantu

mengumpulkan data peneliti dengan malakukan pemeriksaan subyektif

Page 93: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

76

(anamnesis) data yang dikumpulkan antara lain adalah Karakteristik subyek

(yang terdiri dari : nama, umur, tinggi badan, berat badan).

Kamera digital / kamera handphone yang digunakan untuk

mendokumentasikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan penelitian ini

4.8 Alur Penelitian

Gambar 4.8

Alur Penelitian

Pemain Sepakbola

Penambahan

Proprioceptive Exercise

pada intervensi

Strengthening Exercise

Strengthening

Exercise

S

R

Pre test illinois

agility run test

Post test illinois

agility run test

Post test illinois

agility run test

Pre test illinois

agility run test

Page 94: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

77

4.9 Analisis Data Penelitian

4.9.1 Uji Statistik

Dalam menganalisa data yang telah diperoleh, maka peneliti

menggunakan beberapa uji statistik, yaitu:

a. Deskriptif statistik untuk memberikan gambaran tentang

karakterisitik sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

nilai-nilai rerata dan standar deviasi. Hal ini dapat menjelaskan

variasi sampel secara

b. Uji normalitas data kelincahan menggunakan uji saphiro wilk test.

Dimana sampel dikatakan berdistribusi normal jika nilai p > 0,05.

c. uji homogenitas data usia, berat badan, kelincahan kelompok I dan

II menggunakan Levene’s Test untuk mengetahui varians data

subjek penelitian. Data dikatakan homogen jika nilai p > 0,05.

d. Uji komparasi data pada kedua kelompok perlakuan sebelum

perlakuan dengan menggunakan uji independent t-test, dikatakan

komparabel jika nilai p > 0,05.

e. Uji beda

1. Uji beda data yang digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan nilai kelincahan antara sample yang diberikan

perlakuan pada kelompok 1 sebelum dan sesudah perlakuan pada

kelompok I dengan menggunakan dengan uji paired sample t test

karena data berdistribusi normal, nilai p < 0,05

Page 95: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

78

2. Uji beda data yang digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan antara sample yang diberikan perlakuan pada

kelompok II sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok II

dengan menggunakan dengan uji wilcoxon karena data

berdistribusi tidak normal, nilai p> 0,05

3. Uji beda data yang digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan antara sample sebelum diberikan perlakuan pada

kelompok 1 dan kelompok 2, dengan menggunakan dengan uji

independent t test karena data berdistribusi normal, nilai p < 0,05

4. Uji beda data yang digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan antara sample sesudah perlakuan pada kelompok 1 dan

kelompok 2, dengan menggunakan uji mann whitney karena data

berdistribusi tidak normal, nilai p > 0,05

Page 96: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

79

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada bab ini menyajikan analisis efektifitas

penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise

lebih meningkatkan daripada hanya strengthening exercise terhadap

peningkatan kelincahan pada pemain sepakbola. Hasil perhitungan dari

penelitian ini disajikan berikut ini.

5.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Hasil deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada

tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.1

Distribusi Sampel Berdasarkan Usia pada Kelompok

Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2

Usia (Tahun) Perlakuan I Perlakuan II Total

n (%) n (%) n (%)

15 0 0 1 4,5 1 2,3

16 9 41 10 45,5 19 43,2

17 12 54,5 10 45,5 22 50

18 1 4,5 1 4,5 2 4,5

Jumlah 22 100 22 100 44 100

Berdasarkan Tabel 5.1 usia sampel dominan 17 tahun (50%)

Tabel 5.2

Diskripsi Sampel Menurut Tinggi Badan (cm) Pada Kelompok

Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II

Tinggi badan

(Kg) Perlakuan I Perlakuan II Total n (%) n (%) n (%)

155-159 1 4,55 0 0 1 2,273 160-164 2 9,09 2 9,09 4 9,091 165-169 4 18,18 6 27,27 10 22,727 170-174 7 31,82 6 27,27 13 29,545 175-179 8 36,36 4 18,18 12 27,273 180-184 0 0 4 18,18 4 9,091 Jumlah 22 100 22 100 44 100

79

Page 97: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

80

Berdasarkan Tabel 5.2 pada kelompok perlakuan I tidak ada

sampel dengan tinggi badan 180-184 cm. Pada kelompok perlakuan II

tidak ada sampel dengan tinggi badan 155-159 cm. Dalam penelitian

ini sebagian besar sampel memiliki tinggi badan 170-174cm sebesar

29,545 %.

Tabel 5.3

Diskripsi Sampel Menurut Berat Badan (Kg) Pada Kelompok

Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II

Berat Badan

(Kg)

Perlakuan I Perlakuan II Total

n (%) n (%) n (%)

50-59 15 68,18 15 68,18 30 68,182

60-69 3 13,64 6 27,27 9 20,455

70-79 4 18,18 1 4,55 5 11,364

80-89 0 0 0 0 0 0

Jumlah 22 100 22 100 44 100

Berdasarkan Tabel 5.3 dalam penelitian ini 68,182 % sampel

memiliki berat badan pada rentang 50-59 kg.

Tabel 5.4

Diskripsi Sampel Menurut Nilai Illinois Agility Run Ratings (detik)

Rating

(Male)

Pre

Perlakuan I

Pre

Perlakuan II

Total Post

Perlakuan I

Post Perlakuan

II

Total

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

Sangat Baik

(<15,2)

1 2,3 2 4,5 3 6,8 12 27,3 21 47,7 33 75

Bagus Sekali

(16,1-15,2)

10 22,7 9 20,5 19 43,2 9 20,5 1 2,3 10 22,8

Baik (18,1-16,2) 9 20,5 11 25 20 45,5 1 2,3 0 0 1 2,3

Sedang

(18,3-18,2)

2 4,5 0 0 2 4,5 0 0 0 0 0 0

Perlu perbaikan

(>18,3)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 22 50 22 50 44 100 22 50 22 50 44 100

Berdasarkan Tabel 5.4 nilai kelincahan sebelum perlakuan

pada kelompok I berada pada penilaian dengan kategori bagus sekali

Page 98: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

81

(22,7%) dan setelah perlakuan pada kelompok I meningkat ke kategori

sangat baik (27,3%) sedangkan penilaian kelincahan sebelum

perlakuan pada kelompok II berada pada kategori bagus sekali

(20,5%) setelah perlakuan pada kelompok II berada pada kategori

sangat baik (47,7%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan

peningkatan nilai kelincahan yang diukur dengan menggunakan

Illinois Agility Run Test sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada kelompok I dan kelompok II.

5.1.2 Uji Normalitas dan Homogenitas

Untuk menentukan jenis uji statistik komparasi yang akan

digunakan untuk membandingkan hasil pre test dan post test antara

perlakuan kelompok 1 dan kelompok 2 maka terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk

Test, sedangkan uji homogenitas varian data dengan menggunakan uji

Levene’s Test yang akan disajikan pada tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Variable

p. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk

Test)

p. Uji

Homogenitas

(Levene’s Test) Perlakuan 1

(n=22)

Perlakuan 2

(n=22)

Pre test 0,649 0,523 0,864

Post test 0,881 0,035

Selisih 0,000 0,006

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hasil penelitian didapatkan

hasil uji normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk Test pada

semua variabel pre test dan post test pada kedua kelompok data adalah

Page 99: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

82

p > 0,05 maka data disimpulkan berdistribusi normal, uji pengaruh

yang digunakan adalah Uji Beda Dua Sampel berpasangan (Paired

sample t-test) untuk mengetahui uji hipotesis I dan uji hipotesis II, dan

uji homogenitas dengan menggunakan uji levene’s tes of varian pada

semua variabel pre test pada ke dua kelompok data adalah p > 0,05

maka data disimpulkan homogen.

5.1.3 Pengaruh Perlakuan Nilai Kelincahan Sebelum Pada Perlakuan

Kelompok I dan Kelompok II

Uji ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan nilai rerata

kelincahan sebelum perlakuan pada kelompok I (intervensi

strengthening exercise) dan kelompok II (penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening exercise). Maka pada masing-

masing kelompok ini dilakukan uji Independent t-Test. yang disajikan

pada Tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.6

Pengaruh Perlakuan Nilai Kelincahan Sebelum Pada Kelompok I dan II

dengan Independent t-Test

Variabel

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

P-value Rerata

(detik)

SB

(detik)

Rerata

(detik)

SB

(detik)

Sebelum

Perlakuan

16,58 0,80 16,61 0,85 0,864

Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa nilai p= 0,864 sehingga

data tersebut dinyatakan komparabel (p>0,05).

Page 100: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

83

5.1.4 Pengaruh Perlakuan Nilai Kelincahan Terhadap Kelompok I

(Intervensi Strengthening Exercise) dan Kelompok II

(Penambahan Proprioceptive Exercise) Pada Pemain Sepakbola.

Uji ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan nilai kelincahan

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok I dan kelompok II

dengan menggunakan paired sample t-test yang disajikan pada tabel

5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7

Pengaruh Perlakuan Nilai Kelincahan Terhadap Kelompok I dan

Kelompok II Pada Pemain Sepakbola.

Kelincahan Pre test Post test P

(detik) (Rerata ± SB) (Rerata ± SB)

Kelompok I 16,58±0,80 15,43±0.62 0,000 *

Kelompok II 16,61±0,85 14,92±0.42 0,000 **

P 0,914*** 0,003****

Keterangan :

P* : dilakukan dengan uji Paired t test

P** : dilakukan dengan uji Wilcoxon

P*** : dilakukan dengan uji Indepandent t test

P**** : dilakukan dengan uji Mann whitney

Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa pada nilai rerata pre dan

post kelompok 1 didapatkan nilai p = 0,000 hal ini menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan pada nilai rerata pre

dan post kelompok II didapatkan nilai p = 0,000 hal tersebut juga

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kemudian pada

perlakuan kelompok I dan kelompok II nilai pre didapatkan p = 0,914

dan pada perlakuan kelompok I dan kelompok II nilai post

didapatkan p = 0,003 yang berarti adanya penurunan rerata pada

variable nilai kelincahan. Hal tersebut menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan pada nilai p < 0,05.

Page 101: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

84

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian pada bab ini menyajikan analisis efektifitas

penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise

lebih meningkatkan daripada strengthening exercise tunggal terhadap

peningkatan kelincahan pada pemain sepakbola. Hasil perhitungan dari

penelitian ini disajikan berikut ini.

6.2 Kondisi Subjek

Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang berasal dari

Siswa SMA N 5 Pekanbaru, Sampel seluruhnya laki – laki. Umur siswa yang

menjadi responden pada penelitian ini adalah 15-18 tahun. Pada kelompok

kontrol yang diberikan intervensi strengthening exercise berjumlah 22 orang

dan pada kelompok perlakuan yang diberikan penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening exercise berjumlah 22 orang juga.

Kelincahan diakui sebagai kemampuan untuk mempertahankan posisi

dan kontrol saat bergerak cepat dan mengubah arah sebagai respon terhadap

stimulus. Hal ini sangat terkait dengan faktor kecepatan, kekuatan otot,

kecepatan reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan kondisi neuromuskular

yang menjadi kamampuan seorang atlit yang menjadi penentu kinerja saat

olahraga di lapangan seperti sepakbola (Eugenia Gortsila, 2013). Aktivitas

fisik mempengaruhi karakter fisik dan pertumbuhan yang cepat dalam

84

Page 102: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

85

pengembangan otot pada tingkat yang lebih cepat dan segera. Perubahan ini

dimulai sekitar usia 10 tahun terjadi pada anak laki-laki (Olukunmi, 2013).

Komponen keterampilan meliputi kelincahan, keseimbangan,

koordinasi kecepatan, kekuatan dan waktu reaksi (Tajudeen, 2013). Umur,

berat badan, tinggi badan, diukur guna mengetahui kategori kebugaran fisik

dalam memenuhi kriteria populasi sampel penelitian (Daniel, 2014). Latihan

dan olahraga merupakan bagian penting dari masa kanak – kanak dan remaja,

pembelajaran dalam olahraga ini berlaku sepanjang hidup baik ketika

berolahraga secara individu maupun tim. Anak-anak atau remaja yang

membangun kebiasaan olahraga teratur idealnya akan terus mereka lakukan

hingga dewasa sehingga mereka akan memiliki tekananan darah maupun

denyut nadi normal. Hal ini sesuai dengan rekomendasi pusat pengendalian

dan pencegahan penyakit American academy of pediatrics yang

merekomendasikan bahwa semua anak usia sekolah agar berpartisipasi

setidaknya dalam waktu 60 menit dari aktivitas sedang hingga aktivitas fisik

sesuai dengan tahapan perkembangannya yang kuat setiap harinya (Katherine,

2009).

6.3 Efek Penambahan Proprioceptive Exercise pada Intervensi Strengthening

Exercise lebih meningkatkan Kelincahan pada Pemain Sepakbola

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan Mann-Whitney Test

seperti pada tabel 5.7 diperoleh hasil nilai p=0,003 (p<0,05), ini berarti

adanya perbedaan peningkatan kelincahan yang bermakna. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penambahan proprioceptive exercise pada

Page 103: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

86

intervensi strengthening exercise terbukti dalam meningkatkan kelincahan

pada pemain sepakbola.

Adanya perbedaan pada penelitian ini dikarenakan pada sistem

proprioceptive pada tingkat sadar otomatis mempengaruhi reflek kinerja otak

memungkinkan fungsi locomotor agar bekerja dengan baik yang memberikan

informasi kinestetik terhadap sensorik halus dan kesadaran setiap saat. Hal

tersebut mempengaruhi tonus otot serta otomatis mempengaruhi stabilisasi

sendi dan terjadi pemeliharaan posisi tubuh yang seimbang dan akan

menimbulkan kelincahan yang sangat baik. Dalam penelitian ini juga

disebutkan bahwa latihan dengan berdiri satu kaki dengan mata tertutup

memiliki nilai konsentrasi yang tinggi menyebabkan proprioceptive bekerja

lebih dominan sehingga terjadi peningkatan proprioceptive yang signifikan

karena adanya adaptasi yang lebih baik terhadap saraf pusat dan perifer

(adriana L, 2012).

Menurut penelitian Witvrouw (2004) penambahan proprioceptive

exercise pada intervensi strengthening exercise dengan closed kinetic chain

exercise sangat efektif karena setiap segmen tubuh bergerak menerima

kekuatan yang sama sehingga akan menyebabkan recruitment otot yang

dirangsang oleh otak bekerja dengan reflek yang sangat baik.

Menurut penelitian Minoonejad (2012), menyatakan bahwa

strengthening exercise berupa closed kinetic chain exercise dan open kinetic

chain exercise, keduanya sama-sama efektif untuk strengthening exercise

pada otot. Dampak dari Strengthening exercise adalah setiap serabut otot akan

Page 104: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

87

meningkat massa dan jumlahnya karena adanya ketegangan selama kontraksi

yang memberikan stimulus untuk meningkatkan diameter otot sehingga dapat

meningkatkan kelincahan.

Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa latihan penambahan

proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise dapat

meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola. Hal tersebut terbukti sama

dengan penelitian yang dilakukan Gaurav, Pooja, Shishir dan Tanvi (2013),

dalam penelitiannya mengenai efek pemberian intervensi strengthening

exercise dengan menggunakan theraband dan proprioceptive exercise

dengan menggunakan wobble board mampu signifikan meningkatkan

keseimbangan sehingga terjadi peningkatan kelincahan pada atlet.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan agar mendapat data yang

akurat, namun demikian adanya berbagai keterbatasan yang bersifat teknis

maupun non teknis, Perlu dikemukakan berberapa keterbatasan yang muncul

dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai beriku:

6.4.1 Peneliti hanya menghubungkan dua variabel bebas yaitu intervensi

strengthening exercise dan proprioceptive exercise terhadap

kelincahan.

6.4.2 Peneliti tidak dapat mengontrol sampel apakah sebelum dilakukan tes

sampel melakukan aktivitas berat atau tidak.

Page 105: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

88

6.4.3 Terbatasnya jumlah siswa yang menjadi sampel.

6.4.4 Tidak diperhitungkan masalah kondisi fisik dan mental pada waktu

melaksanakan tes.

Page 106: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

89

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan

proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise terbukti lebih

baik daripada strengthening exercise tunggal dalam meningkatkan kelincahan

pada pemain sepakbola.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, Disarankan beberapa hal yang

berkaitan dengan peningkatan kelincahan pada pemain sepakbola.

a. Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening

exercise dapat menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan

kelincahan.

b. Perlu dilakukan meta analisis atas hasil-hasil penelitian yang telah ada di

Indonesia.

c. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan mengaplikasikan metode latihan

yang sama terhadap sampel yang lebih banyak dan menggunakan Illinois

Agility Run Test.

89

Page 107: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

90

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan. Available at:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-786-1413682297-

bab%20ii.pdf (diakses 25 Januari 2015).

Adriana, L. 2012. Snezana, B., Meta, Z., Lepa, R., Kristina P. 2012. Effect of

Training Balance Skill among Sport. Available at:

acta.junis.ni.ac.rs/pe/pe201203/pe201203-09.pdf (diakses 02 juli 2015).

Caroline Pelletier. 2012. Strengthening, Stretching and Proprioceptive Program

for Injure Prevention.

Charlotte, S. 2015. Balance and Aging. Available at:

http://vestibular.org/sites/default/files/page_files/Documents/Balance%20a

nd%20Aging.pdf ( diakses pada 2 januari 2015).

Depdiknas. 2002. Seleksi dan Penelusuran Minat dan Bakat Olahraga. Jakarta:

Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa. Direktorat Jenderal Olahraga

Departemen Pendidikan Nasional.

Edson, C. 2010. Proprioceptive and Strength Endurance Training Prevent Soccer

Injuries. Available at: http://www.unip.br/comunicacao/publicacoes/ics/edicoes

/2010/02_abr-jun/V28_n2_2010_p187-190.pdf. (diakses pada 5 januari 2015).

Foran, B. 2001. The Scientific and Clinical Application of Elastic Resistance.

Gaurav, S., Pooja, A., Shishir, N dan Tanvi, A . 2013. Comparative Analysis Of

Effectiveness Of Conventional Proprioceptive Training and Multistation

Proprioceptive Training On Vertical Jump Performance In Indian

Basketball Players. Available at:

http://medind.nic.in/jau/t13/i2/jaut13i2p97.pdf (diakses 01 Juni 2015).

Ganong.W.F 2010, Review of medical physiology, Ganong’s.23rd

edition. New

York: The McGraw-Hill Companies.Inc.

Herwin. 2006. Jurnal Latihan Fisik Untuk Usia Muda. FIK UNY.

Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret

Universitas Press.

Kisner, C and Allen,L. 2007. Therapeutic Exercise. Davis Company.

Philadelphia.

90

Page 108: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

91

Kisner, C. and Colby, L. A., 1996. Therapeutic Exercise Foundation and

Technique; Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia.

Koger, R. 2007. Latihan Dasar Andal SepakBola Remaja. Klaten: Saka Mitra

Kompetensi.

Kyungmo Han and Mark, D. Ricard. 2011. Effets Of 4 Weeks Of Elastic-

Resistance Training on Ankle- Evertor Strength and Latency.

Lephart, S.M., Pincivero, D.M., Giraldo, J.L., Fu, FH. 2013. The role of

Propriception in the Management and Rehabilitation Of Athletic Injuries.

Am J Sports Med.

Lopez, R.2014. Orderly Recruitmen of Muscle Fiber: Muscle Fibers Activation,

available at: http://www.nutridesk.com.au/orderly-recuitment-of-muscle-

fibers.phtml. (diakses 06 Januari 2015).

Maksum. A. dan Toho C. M. 2007. Sport Development Index. Jakarta: PT. Index.

Marieb, E.N., Hoen, K. 2010. Human Anatomy & physiology, 9th

edition. San

fransisco: Pearson Benjamin Cummings.

Martin, R. 2015.defensive activation during the rubber owership versus

proprioceptive Available at:

www.sciencedirect.com/science.article/pii/s03010511150001040. (diakses

24 januari 2015).

Michele A. R. Robert. S. Gailey. Ignacio A.Gaunaurd.,Daniel M.Jayne., 2014

Comparison of three agility tests with male servicemembers: Edgren Side

Step Test, T-Test, and Illinois Agility Test. Available at:

http://www.rehab.research.va.gov/jour/2013/507/jrrd-2012-05-0096.html.

Mielke, D. 2007. Dasar – Dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Mills, Jonathan, D, Jack, E and Taunton,William A.Mills. The effect of a 10-week

training regimen on lumbo-pelvic stability and athletic performance in

female athletes: A randomized-controlled trial *.2005.

Mogler Cristian. 2008. Adolescence: The Physical, Cognitive, Social, Personality,

Moral and Faith Development of Adolescence, Scholar Research Paper

Edition.Germany: Grin Verlag.

Minoonejad, H, Ebrahimi, E. R., Rajabi, M. H., Alizadeh, A.A., Jamshidi, A.,

Azhari and E.Fatehi. 2012. Combined open and closed kinetic chain

exercise.

Page 109: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

92

Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Olukunmi, Sarajudeen, Lanre Olaitan, Olusesi and Tajudeen Olarewaju Ibrahim,

2013 Physical Characteristic and Fitness Level of Secondary School

Student in Kwara, Nigeria.

O’Sullivan, D. 2004. Complexity Science and Human Geography, Transactions of

Institute of British Geography.

Pauole, K, Madole K, Garhammer J, Lacourse M and Rozenek R., Reliability and

validity of the T-Test as a measure of agility, leg power, and leg speed in

college aged men and women. J Strength Cond Res. 2000;14(4):443–50..

Raven and Johnson. 2005. Biolgy.2nd

ed.Mosby College Publishing,Toronto.

Resistance Band and Tubing Instruction Manual, 2012. Available at:

http://idscribd.com/doc/22745627/Theraband-exercise-manual.

Riemann, BL and Lephart, SM. 2002. The Sensory Motor System Part II: The

Role of Proprioception in Motor Control and Functional Joint Stability.

Available at :

http://www.pitt.edu/~neurolab/publications/2002/Articles/RiemannBL_20

02_JAthlTrain_The%20sensorimotor%20system,%20part%20II-

the%20role%20of%20proprioception%20in%20motor%20control%20and

%20functional%20joint%20stability.pdf (diakses pada 25 januari 2015.).

Ross, F. 2006. Functional Instability in Non Contact ankle ligamen Injuries.

Lutan, R. 2003. Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Depdiknas.

Sajoto. 1998. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam

Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Scheunemann, T. 2005 Dasar Sepakbola Modern. Malang: Dioma.

Sharkey, Brian J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan (Terjemahan dari buku Fitnesh

and Health). Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Sharma. 2011. A Study of Body Mass Index in Relation to Motor Fittnes

Components of School Going Children Involved in Physical Activities.

Sherwood Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Page 110: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

93

Sherwood Lauralee. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Penerbit buku

kedokteran EGC: jakarta.

Sucipto. 2008. Sepakbola latihan dan strategi. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Sucipto. 2000. Sepakbola. Bandung: FPOK UPI.

Sumiyarsono. 2006. Teori dan Metodologi Melatih Fisik Bolabasket. Yogyakarta:

FIK UNY.

Wahjoedi. 2000. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Wiley. 2010 Agility. New Jersey. Available at:

http://www.rci.rutgers.edu/~uzwiak/AnatPhys/APFallLect13.html.

William E Prentice. 2014. Open Versus Closed Kinetic Chain Exercise In

Rehabilitation.

Winter, EM. 2007,Sport and Exercise Physiology Testing, Volume Irouttledge

Tatlor & Francis Grap, London.

Witvrouw, E. 2004. Open Versus Closed Kinetic Chain Exercise.

ucsf.edu/sites/ptrehab.ucsf.edu/files/documents/Open versus Closed

Kinetic Chain Exercises for Patellofemoral Pain Syndrome_Tsai.pdf.

Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Page 111: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

94

LAMPIRAN

Page 112: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

95

PERSETUJUAN TINDAKAN FISIOTERAPI

(INFORMED CONSENT)

MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : (L/P)

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti atau membantunya, tentang

maksud / tujuan penelitian, cara pelaksanaan dan konsekuensinya, demi manfaat

yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan saya dan bagi kemajuan

upaya pelayanan, dengan ini saya menyatakan :

1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan

segala konsekuensinya.

2. Bersedia menyampaikan informasi dengan sejujur- jujurnya tentang segala hal

yang berkaitan dengan keluhan yang saya derita.

3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program penelitian yang

diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab secara rutin.

4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang kurang dipahami maupun

melaporkan hal-hal yang berkembang saat penelitian.

5. Bersedia sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna

penyempurnaan penelitian ini.

6. Tidak membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas

keluhan yang saya derita dalam penyelenggaraan penelitian ini.

7. Bersedia mengikuti penelitian ini secara tidak terpaksa dan sampai selesai.

Peneliti

(ISMANINGSIH)

Pekanbaru,.....2015

Subjek Peneliti

(........................................)

RAHASIA

Hanya untuk Keperluan

Penelitian

Page 113: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

96

KUESIONER PENELITIAN

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI

STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN

KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA

I. DATA PASIEN No Responden :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : (L/P)

Alamat :

No Telp :

Tekanan Darah : Mm Hg

Nadi : /menit

Tinggi Badan : cm

Berat Badan : kg

IMT :

Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan anda dengan benar.

1. Saya tidak memiliki masalah baik rasa sakit dan gerak pada anggota badan

bagian bawah saya ( ya/ tidak )

2. Saya tidak sedang atau pernah mengalami gejala stroke ( ya/ tidak )

3. Saya sedang sehat, tanpa ada gangguan lain baik badan maupun pikiran

saya ( ya/ tidak )

4. Saya mampu dan mengerti apa yang menjadi instruksi bagi saya ( ya/

tidak )

Demikian saya telah menjawab dan memberikan keterangan mengenai diri

saya dengan sebenar-benarnya. Tanpa sesuatu apapun yang saya sembunyikan.

Pekanbaru, …….2015

(………..…………………………)

RAHASIA

Hanya untuk Keperluan Penelitian

Page 114: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

97

M.F

Page 115: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

98

M.F

Page 116: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

99

M.R

Page 117: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

100

M.R

Page 118: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

101

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Tim Sepakbola SMA N 5 Pekanbaru

Tim SMA N 5 Pekanbaru saat beristirahat disela-sela waktu latihan

Page 119: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

102

Tim saat akan Memulai latihan

Lapangan yang didesain untuk Lintasan Illinois Agility Run Test

Page 120: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

103

Sampel saat berlari dilintasan Illinois Agility Run Test

p

Pemberian Proprioceptive Exercise

Page 121: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

104

Pemberian Intervensi Stengthening Exercise

Page 122: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

105

Ketua Tim PS

SMAN 5 Pekanbaru

di

Page 123: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

106

Page 124: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

107

Data-data Responden

No Nama Umur Berat Tinggi

badan

Tekanan

Darah

Denyut

Nadi

Indeks

Massa

Tubuh

1 I R A 17 73 1,75 120/80 60 24

2 M. R D 17 46 1,57 120/90 60 19

3 N A 16 48 1,6 110/80 60 19

4 M F 17 56 1,77 110/90 40 18

5 N E 17 53 1,68 110/70 60 19

6 K G 16 56 1,78 120/80 60 18

7 R N 16 70 1,75 110/80 55 23

8 M Z M 17 55 1,7 120/80 60 19

9 B W J 16 65 1,78 110/90 60 21

10 A N 16 54 1,68 120/80 40 19

11 F R 16 55 1,7 110/80 56 19

12 M A 17 60 1,7 120/80 40 21

13 R M 16 53 1,71 120/80 60 18

14 H F 16 50 1,71 120/80 50 17

15 M P Y 17 55 1,75 120/90 40 18

16 I A 16 50 1,6 120/80 60 20

17 M R 17 55 1,75 120/80 60 18

18 R T 17 50 1,68 110/80 60 18

19 N R P 17 63 1,78 120/80 55 20

20 G P 16 55 1,7 120/80 40 19

21 B C 15 52 1,65 120/80 60 19

22 R N F 18 55 1,71 120/80 60 19

23 H A 17 50 1,7 110/80 40 17

24 M F 16 55 1,62 110/80 40 21

25 R A 16 57 1,67 110/80 60 20

26 A N 17 54 1,68 110/80 60 19

27 D R 16 52 1,69 120/90 60 18

28 A P 17 56 1,78 120/80 60 18

29 I R 17 50 1,75 120/80 60 16

30 A Q G 16 52 1,65 110/80 60 19

31 R 17 60 1,75 110/80 60 20

32 I S 17 69 1,8 120/70 40 21

33 W H 17 70 1,8 120/80 40 22

34 M F D 16 51 1,68 120/70 50 18

Page 125: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

108

35 D I Y 17 52 1,73 110/90 40 17

36 Y I N 17 57 1,63 110/80 60 21

37 A 18 68 1,8 120/90 60 21

38 A H 17 53 1,76 120/80 60 17

39 A H 16 50 1,72 110/80 40 17

40 A R 17 50 1,7 120/90 50 17

41 M Z R 16 65 1,7 110/80 40 22

42 M I R 16 65 1,8 120/90 60 20

43 A A 17 68 1,75 120/80 40 22

44 M F R 16 55 1,73 120/80 40 18

45 R W 16 65 1,72 120/80 55 22

47 R I 17 50 1,71 120/80 60 17

Page 126: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

109

Hasil Tes Agility Run Illinois Tes pada responden dengan Pemberian

Strengthening Exercise dilakukan 3 kali seminggu, selama 6 minggu pengawasan.

(kelompok I).

No Nama Pre I Post 1 Post 2 Post 3 Post 4 Post 5 Post 6

1

I R A 16.75 16.73

16.70 16.65

16.50 16.48 16.10

2

M R D 17.43 17.41 17.09 16.80 15.00 14.90 14.36

3

M A

17.13 17.12 17.05 17.10 16.06 16.00 15.70

4

M F 16.16 16.10 16.06 15.85 15.41 15.48 15.10

5

N E 16.52 16.49 16.30 16.00 15.90 15.80 15.24

6

K G 15.74 15.72 15.59 15.60 16.03 16.02 15.57

7

R N 17.67 17.65 17.55 17.50 17.00 16.80 16.22

8

M Z M 16.22 16.20 16.10 15.93 15.50 15.45 15.18

9

B W J 16.71 16.69 16.65 16.50 16.20 16.15 15.86

10

A N 15.27 15.25 15.22 15.18 15.10 15.05 14.76

11

F R 15.80 15.78 15.70

15.45 16.18 16.15 15.59

12

M A 17.37 17.35 17.33 17.27 17.10 17.00 16.75

13

14

R M

H F

17.20

16.33

17.18

16.30

17.15

16.25

16.83

16.20

16.22

16.00

16.20

15.89

15.47

15.22

15

M P Y 15.71 15.71 15.69 15.50 15.45 15.40 15.10

16 I A

17.23 17.21 17.19 17.10 16.75 16.60 16.05

17

M R 18.24 18.22 18.20

18.15 16.90 15.09 14.55

18

R T 15.44 15.40 15.37 15.35 15.18 15.16 14.58

19

N R 16.45 16.43 16.40 16.30 16.12 16.06 15.57

20

G P 17.50 17.48 17.45 17.40 17.38 17.25 16.40

21

B C 16.20 16.17 16.13 16.00 15.80 15.74 15.15

22 R

15.75 15.73

15.50 15.88 15.70 15.44 15.05

Page 127: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

110

Hasil Tes Agility Illinois Run Tes pada responden dengan Penambahan

Proprioceptive Exercise pada Strengthening Exercise dilakukan 3 kali seminggu,

selama 6 minggu pengawasan. (kelompok II).

No Nama Pre I Post 1 Post 2 Post 3 Post 4 Post 5 Post 6

1

H A 16.10 16.05 16.00 15.90 15.87 15.68 15.05

2

M F 16.20 16.11 15.59 15.50 15.45 15.34

15.10

3

R A 15.30 15.20 15.017 15.05 15.00 14.90 14.48

4

A I N 15.83 15.79 15.60 15.55 15.47 15.27 15.05

5

D R 18.48 15.60 15.47 15.40 15.38 15.15 14.80

6

A P 16.30 16.05 15.80 15.75 15.60 15.26 15.00

7

I R 17.25 16.50 15.50 15.45 15.38 15.18 14.76

8

A Q S 18.25 16.65 16.40 16.35 16.27 16.02 15.55

9

R 15.44 15.30 15.15 15.10 15.00

14.80 14.35

10

I S 17.36 17.15 17.10 17.00 16..86

16.58 15.22

11

W H 16.05 16.00 15.80 15.65 15.57 15.25 14.99

12

M. F D 17.15 16.50 16.22 16.20 16.09

15.87 15.38

13

14

D I

Y

17.40

17.20

16.50

16.47

14.78

16.20

14.60

16.10

14.48

15.80

14.40

14.38

14.35

14.26

15

A 16.31 16.12 16.07 16.04

15.78 15.65

15.27

16 A

16.70 16.65 15.74 15.65 15.55

15.46 15.15

17

A H 15.55 15.20 15.00 14.90 14.65 14.48 14.27

18

A R 16.80 16.65 16.50 16.25 16.18 15.90 15.40

19

M Z R 16.40 16.10 15.94 15.87 15.63 15.26 15.05

20

M I R 16.78 16.60 16.43 16.31 16.10 15.80 15.45

21

A A 17.00 16.90 16.75 16.48 16.34 16.20 15.15

22 M F R

15.57 15.32 15.22 15.02 14.89 14.64 14.28

Page 128: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

111

Page 129: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

110

Distribusi Sampel Berdasarkan Usia, Berat Badan, Tinggi Badan, Tekanan Darah Sistole, Tekanan Darah Diastole, Denyut Nadi

dan Indeks Masa Tubuh Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

umur kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed .774 .384 .720 42 .476 .136 .190 -.246 .519

Equal variances not assumed .720 41.133 .476 .136 .190 -.246 .519

berat badan kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed .808 .374 .659 42 .514 1.364 2.069 -2.813 5.540

Equal variances not assumed .659 41.922 .514 1.364 2.069 -2.813 5.540

tinggi badan kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed 1.815 .185 1.360 42 .181 .04955 .03643 -.02397 .12306

Equal variances not assumed 1.360 25.862 .186 .04955 .03643 -.02535 .12444

indeks masa tubuh kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed 2.727 .106 -.333 42 .740 -.182 .545 -1.282 .919

Equal variances not assumed -.333 41.144 .740 -.182 .545 -1.283 .919

tekanan darah sistole kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed 2.625 .113 -.917 42 .365 -1.364 1.488 -4.366 1.639

Equal variances not assumed -.917 41.814 .365 -1.364 1.488 -4.367 1.639

tekanan darah diastole kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed .507 .481 .000 42 1.000 .000 1.556 -3.140 3.140

Equal variances not assumed .000 40.698 1.000 .000 1.556 -3.143 3.143

denyut nadi kelompok 1 dan kelompok 2

Equal variances assumed 3.764 .059 -1.264 42 .213 -3.455 2.732 -8.968 2.059

Equal variances not assumed -1.264 41.085 .213 -3.455 2.732 -8.972 2.063

112

3

Page 130: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

113

Frequencies

FREQUENCIES VARIABLES=pre1 pre2 post1 post2

/ORDER=ANALYSIS.

[DataSet1] D:\MY Thesis\dat freq.sav

Statistics

pre kelompok 1 pre kelompok 2 post kelompok 1 post kelompok 2

N Valid 22 22 22 22

Missing 22 22 22 22

Frequency Table

pre kelompok 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid excellent 1 2.3 4.5 4.5

very good 10 22.7 45.5 50.0

good 9 20.5 40.9 90.9

fair 2 4.5 9.1 100.0

Total 22 50.0 100.0

Missing System 22 50.0

Total 44 100.0

pre kelompok 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid excellent 2 4.5 9.1 9.1

very good 9 20.5 40.9 50.0

good 11 25.0 50.0 100.0

Total 22 50.0 100.0

Missing System 22 50.0

Total 44 100.0

Page 131: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

114

post kelompok 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid excellent 12 27.3 54.5 54.5

very good 9 20.5 40.9 95.5

good 1 2.3 4.5 100.0

Total 22 50.0 100.0

Missing System 22 50.0

Total 44 100.0

post kelompok 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid excellent 21 47.7 95.5 95.5

very good 1 2.3 4.5 100.0

Total 22 50.0 100.0

Missing System 22 50.0

Total 44 100.0

Page 132: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

115

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre kelompok 1 .115 22 .200* .967 22 .649

pre kelompok 2 .096 22 .200* .962 22 .523

post kelompok 1 .123 22 .200* .978 22 .881

post kelompok 2 .198 22 .025 .903 22 .035

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 133: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

112

Uji Homogenitas Data Kelincahan dengan Levene’s Test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

pre kelompok 1 dan 2 Equal variances assumed .030 .864 -.109 42 .914 -.02727 .25105 -.53392 .47937

Equal variances not assumed -.109 41.819 .914 -.02727 .25105 -.53398 .47944

110

Page 134: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

111

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Data sebelum

intervensi

strengthening

exercise - Data

sesudah intervensi

strengthening

exercise

1.14773 .82290 .17544 .78287 1.51258 6.542 21 .000

Page 135: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

112

Uji Wilcoxon

Test Statisticsb

post kelompok 2 - pre

kelompok 2

Z -4.107a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 136: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

114

Uji Independent t test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F

Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

pre kelompok 1 dan 2 Equal variances assumed .030 .864 -.109 42 .914 -.02727 .25105 -.53392 .47937

Equal variances not assumed -.109 41.819 .914 -.02727 .25105 -.53398 .47944

112

Page 137: penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening ...

113

Test Statisticsa

Data sesudah

kelompok

perlakan 1 dan 2

Mann-Whitney U 116.500

Wilcoxon W 369.500

Z -2.948

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Grouping Variable: kelompok 1 dan 2