ANCHOR ASSESSMENT · memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun ... Desain...

147
ANCHOR ASSESSMENT Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam

Transcript of ANCHOR ASSESSMENT · memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun ... Desain...

i

ANCHOR ASSESSMENT

Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam

ii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat [1]).

2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).

iii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat [1]).

2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).

ANCHOR ASSESSMENT

Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam

Tim Penulis

iv

Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis

Anchor Assessment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam/ Tim Penulis.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.

viii + 140 hlm. ; 16 x 24 cm. ISBN : 978-602-5610-22-6

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan I, Januari 2018 Pengantar :A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si Editor : Moh Khoerul Anwar, S.Pd.,M.Pd Reviewer : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si,

Nailul Falah, S.Ag., M.Si, Slamet, S.Ag., M.Si, Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I., Larinda Septiyani, S.Pd, Agus Syahputra, S.Kom.I, Saidah Ramadhan, S.Pd. I, Lestari, S.Sos.I.

Desain & Layout : Muhammad Agung Pratama dan Asmul Fauzi Tata Aksara : Salma Husniyati dan Afaaf Mauilaa Tim Penulis : Sifatul Aliyah, Muhammad Agung Pratama, Salma Husniyati, Suandara Pratiwi, Afaaf Mauilaa, Asmul Fauzi, Siti Rohmah Azzahroh, Dita Exnes Septiyana, Zeffa Yurihana, Anom Sarianingsih, Zayinhida Rahman, Gina Amaliah Shalehah, Nur Ati Qotullutfyah, Farikhah Yuniarti, Amin Aulawi Zuhri, Nisma Luthfi Laila, Aghisti Hidayati, Luthfia Faridatun Nisa, Tika Wahyu Saputri,Sundari, Mar’ul Khoiriyah, Yulia Putri Intan Sari, Mekha Eka Sari, Nadya Rizqi Mufidah, Eva Rahmanitami, Rio Anggi Fernando, Barokat Mamah. Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30 Banguntapan Bantul DI Yogyakarta Email/FB : [email protected] website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id Phone: 0813-2752-4748/0811-264-4745

v

Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis

Anchor Assessment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam/ Tim Penulis.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.

viii + 140 hlm. ; 16 x 24 cm. ISBN : 978-602-5610-22-6

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan I, Januari 2018 Pengantar :A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si Editor : Moh Khoerul Anwar, S.Pd.,M.Pd Reviewer : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si,

Nailul Falah, S.Ag., M.Si, Slamet, S.Ag., M.Si, Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I., Larinda Septiyani, S.Pd, Agus Syahputra, S.Kom.I, Saidah Ramadhan, S.Pd. I, Lestari, S.Sos.I.

Desain & Layout : Muhammad Agung Pratama dan Asmul Fauzi Tata Aksara : Salma Husniyati dan Afaaf Mauilaa Tim Penulis : Sifatul Aliyah, Muhammad Agung Pratama, Salma Husniyati, Suandara Pratiwi, Afaaf Mauilaa, Asmul Fauzi, Siti Rohmah Azzahroh, Dita Exnes Septiyana, Zeffa Yurihana, Anom Sarianingsih, Zayinhida Rahman, Gina Amaliah Shalehah, Nur Ati Qotullutfyah, Farikhah Yuniarti, Amin Aulawi Zuhri, Nisma Luthfi Laila, Aghisti Hidayati, Luthfia Faridatun Nisa, Tika Wahyu Saputri,Sundari, Mar’ul Khoiriyah, Yulia Putri Intan Sari, Mekha Eka Sari, Nadya Rizqi Mufidah, Eva Rahmanitami, Rio Anggi Fernando, Barokat Mamah. Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30 Banguntapan Bantul DI Yogyakarta Email/FB : [email protected] website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id Phone: 0813-2752-4748/0811-264-4745

KATA PENGANTAR

Buku ini memberikan gambaran awal bagi siapapun yang bekerja

untuk membantu masalah orang lain, khususnya untuk bantuan masalah psikologis, baik level individual, kelompok maupun masyarakat. Karena melalui asesmen inilah kita akan memperoleh informasi yang relatif akurat terkait kondisi orang yang kita bantu. Asesmen secara umum merujuk kepada proses memperoleh informasi yang relevan untuk membantu individu dalam menghadapi kesulitan maupun dalam pengambilan keputusan hingga masalah-masalah psikologis. Karena pada awalnya asesmen ini memang berkembang dalam ranah ilmu psikologis. Yang kemudian berkembang ke ilmu-ilmu atau bidang-bidang lainnya. Jadi, penggunaannya luas dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan. Yang di dalamnya ada bimbingan dan konseling, bahkan dalam pendidikan menjadi bagian dari evaluasi dari pendidikan itu sendiri.

Apalagi kalau kita kembalikan pada tujuannya. Asesmen ini benar-benar aplikatif bagi kita walaupun hanya digunakan untuk membantu diri sendiri dalam merespon stimulus yang datang ke kita. Untuk tujuan yang lebih prinsip, tentunya semakin banyak. Dimana tujuan utamanya penggunaan asesmen ini tergantung pada karakteristik sasaran dan obyek yang dikaji. Karena bermacam-macam, ada assessment personality, authentic assessment, performance assessment, portofolio assessment, classroom assessment dan lain sebagainya.

Pertanyaannya sekarang adalah kenapa kita harus menggunakan asesmen. Karena dengan asesmen kita dengan mudah dapat menilai hasil belajar yang kompleks dari individu (wujud dari perilaku yang menjadi karakter dan kompetensi serta kapasitas-kapasitas yang manusia miliki itu semuanya adalah hasil belajar). Dan kita bisa menilai dan mengukurnya salah satunya bisa melalui asesmen. Contohnya: jika anda ingin mengukur kinerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas karangan tersebut.

Salah satu jenis assesmen pendidikan dalam implementasi layanan Bimbingan dan Konseling Islam adalah teknik non tes untuk memahami konseli. Dalam buku ini dijelaskan beberapa variabel-variabel psikologis manusia yang kemudian dibuat instrumennya untuk mengukur variabel-variabel psikologis tersebut. Instrumennya ini berupa skala sikap, yang ditujukan untuk mengukur sikap individu. Misalkan religiusitas, kepatuhan, dan lain sebagainya.

Buku ini akan memberikan gambaran kepada kita bagaimana cara-cara menyusun, memvalidasi dan menyajikan skala sikap tersebut sebagai instrument yang bisa digunakan dalam asesmen. Walaupun jumlah sampel yang digunakan belum ideal baik dari jumlah, variasi maupun heterogenitas. Tetapi paling tidak dapat memberikan alternatif bagi kita untuk mempelajari proses pembuatannya. Karena pada fase penyusunan kata menjadi kalimat

vi

pernyataan yang memiliki nilai desirable yang tinggi tidaklah mudah, perlu kemampuan bahasa dan penilaian dari ahli sebagai masukan. Nah ini memiliki standar-standar yang juga dipaparkan pada tiap instrumen tersebut.

Buku ini merupakan karya mahasiswa yang sangat menarik untuk ditindaklanjuti. Karena proses standisasi instrumen itu tidaklah mudah. Membutuhkan cost yang besar agar bisa diaplikasikan pada berbagai sampel yang berbeda. Jadi, buku ini merupakan langkah awal menuju hal tersebut. Yang jelas, apresiatif bagi mahasiswa yang telah bekerja keras melakukan konstruksi instrument non tes ini menjadi alternatif rujukan bagi yang membutuhkan.

Yogyakarta, Januari 2018

A. Said Hasan Basri

vii

pernyataan yang memiliki nilai desirable yang tinggi tidaklah mudah, perlu kemampuan bahasa dan penilaian dari ahli sebagai masukan. Nah ini memiliki standar-standar yang juga dipaparkan pada tiap instrumen tersebut.

Buku ini merupakan karya mahasiswa yang sangat menarik untuk ditindaklanjuti. Karena proses standisasi instrumen itu tidaklah mudah. Membutuhkan cost yang besar agar bisa diaplikasikan pada berbagai sampel yang berbeda. Jadi, buku ini merupakan langkah awal menuju hal tersebut. Yang jelas, apresiatif bagi mahasiswa yang telah bekerja keras melakukan konstruksi instrument non tes ini menjadi alternatif rujukan bagi yang membutuhkan.

Yogyakarta, Januari 2018

A. Said Hasan Basri

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

ASESMEN PSIKOLOGIS DALAM BKI ............................................... 1

ASESMEN PRAKTIS DALAM BKI

A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN ............................................ 9 1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan

(Sifatul Aliyah).................................................................................. 9 2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan

(Zayinhida Rahman) ...................................................................... 16 3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa

(Farikhah Yuniarti) ........................................................................ 20 B. ASESMEN TENTANG BELAJAR ................................................... 27

1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir (Asmul Fauzi) ................................................................................. 27

2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar (Siti Rohmah Azzahroh) ................................................................. 31

3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi (Nisma Luthfi Laila) ....................................................................... 36

4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan Emosional Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta (Luthfia Faridatun Nisa) ................................................................ 41

5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa (Tika Wahyu Saputri) ................................................................... 455

6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa (Mar’ul Khoiriyah) ......................................................................... 49

7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna Meningkatkan Religiusitas Lansia (Yulia Putri Intan Sari) .................................................................. 53

8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa Organisasi (Rio Anggi Fernando) .................................................................... 59

viii

C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL ..................................... 67 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada

Ayah-Ibu Karir (Salma Husniyati) ........................................................................... 67

2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas (Suandara Pratiwi) ......................................................................... 72

3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru (Afaaf Mauilaa) .............................................................................. 77

4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial (Dita Exnes Septiyana) ................................................................... 81

5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa(Zeffa Yurihana) .......................................................... 86

6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal (Anom Sarianingsih) ...................................................................... 89

7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak (Gina Amaliah Shalehah) .............................................................. 94

8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru(Amin Aulawi Zuhri) ............................................................. 99

9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal (Aghisti Hidayati).......................................................................... 107

10.Instrumen Skala Pengendalian Diri (Sundari) ....................................................................................... 110

11.Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial (Nadya Rizqi Mufidah) ................................................................. 115

12.Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa ( Eva Rahmanitami) ..................................................................... 119

13. InstrumenSkala Hubungan Sosial Remaja (Barokat Mamah) ......................................................................... 123

D. ASESMEN TENTANG KELUARGA ............................................ 127 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia

0 – 12 Tahun (Muhammad Agung Pratama) ..................................................... 127

2. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan (Nur Atiqotul Lutfiyah) ................................................................ 132

3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun (Mekha Eka Sari) ......................................................................... 135

1

C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL ..................................... 67 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada

Ayah-Ibu Karir (Salma Husniyati) ........................................................................... 67

2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas (Suandara Pratiwi) ......................................................................... 72

3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru (Afaaf Mauilaa) .............................................................................. 77

4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial (Dita Exnes Septiyana) ................................................................... 81

5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa(Zeffa Yurihana) .......................................................... 86

6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal (Anom Sarianingsih) ...................................................................... 89

7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak (Gina Amaliah Shalehah) .............................................................. 94

8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru(Amin Aulawi Zuhri) ............................................................. 99

9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal (Aghisti Hidayati).......................................................................... 107

10.Instrumen Skala Pengendalian Diri (Sundari) ....................................................................................... 110

11.Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial (Nadya Rizqi Mufidah) ................................................................. 115

12.Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa ( Eva Rahmanitami) ..................................................................... 119

13. InstrumenSkala Hubungan Sosial Remaja (Barokat Mamah) ......................................................................... 123

D. ASESMEN TENTANG KELUARGA ............................................ 127 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia

0 – 12 Tahun (Muhammad Agung Pratama) ..................................................... 127

2. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan (Nur Atiqotul Lutfiyah) ................................................................ 132

3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun (Mekha Eka Sari) ......................................................................... 135

ASSESMEN PSIKOLOGIS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

(Moh Khoerul Anwar)

Telaah sejumlah besar literatur yang diterbitkan selama 25 tahun terakhir pada Assesment umum (Burden, 1994; Moore, 2005; Norwich, 2000; Woods dan Farrell, 2006) dan fokus pada khususnya masalah [misalnya penilaian dinamis; Stringer dkk. (1997) dan Konsultasi; Watkins dan Wagner, (2000)]. Dengan demikian, pembahasan assesemen telah di diskusikan selama 25 tahun lalu dan dalam assesmen membahas tentang penilaian. Lebih lanjut mengenai assesmen akan di jelaskan. A. KONSEP DASAR ASSESMEN

1. Pengertian Assesmen Kumano (2001) menyatakan bahwa asesmen merupakan

proses pengumpulan data yang menunjukkan perkembangan pembelajaran. Sependapat dari hal tersebut, Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa assesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, perencanaan karier, dan pengembangan rencana layanan untuk orang muda. Lebih lanjut Gabel (1993) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa assesmen lebih menekankan pada proses. Hal ini didukung oleh Rustaman (2003) bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses.

2. Ruang lingkup Assesmen Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam

asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu: a. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.

b. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian

2

program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.

c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.

d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.

e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.

Selanjutnya Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam penilaian yakni a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur

prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.

b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilan-pekerjaan tertentu juga termasuk.

c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk dalam kategori ini.

d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional seperti melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk pengujian obat.

Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen, program perencanaan, program implementasi, program peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan penilaian medis.

3

program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.

c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.

d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.

e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.

Selanjutnya Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam penilaian yakni a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur

prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.

b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilan-pekerjaan tertentu juga termasuk.

c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk dalam kategori ini.

d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional seperti melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk pengujian obat.

Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen, program perencanaan, program implementasi, program peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan penilaian medis.

3. Tujuan dan Peran Assesmen Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam

bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan

menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah.

b. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara mendetil.

c. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.

d. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut.

e. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum

Rudner dan Scaper (2002) menjelaskan bahwa peran assesmen adalah penilaian secara inheren proses penghakiman profesional, penilaian berdasarkan prinsip terpisah tapi terkait pengukuran bukti dan evaluasi, penilaian pengambilan keputusan dipengaruhi ketegangan, penilaian mempengaruhi siswa dan motivasi belajar, penilaian meningkatkan instruksi dan penilaian tepat jika di gabungkan dengan teknologi. Lebih lanjut Departmen of Labor (1999) menegaskan bahwa salah fungsi menggunakan alat dan prosedur penilaian adalah untuk mengeksplorasi karir dan bimbingan; untuk membantu orang membuat pilihan pendidikan dan kejuruan;dan untuk memberikan informasi yang membantu individu memilih pekerjaan di mana mereka mungkin berhasil dan puas. Dengan demikian, assesmen memiliki peranan masing-masing tergantung dari sudut mana kami memandang assesmen tersebut. Lebih lanjut Lemke, Hoerandner dan Mcmahon (2006) menegaskan bahwa assesmen dilakukan oleh ahli pendidikan, guru, administrator, dan orang tua untuk memutuskan pada tingkat apa siswa akan diuji dan apakah siswa akan mengambil penilaian standar (SAT atau PSAT) atau penilaian dimodifikasi. Artinya, penggunaan assesment di lihat dari situasi dan kondisi yang akan di asses sehingga tool atau alat yang digunakan dalam assesmenpun dapat sesuai dengan kebutuhan yang di harapkan.

4. Proses Assesmen Selama proses penilaian, alternatif penilaian siswa

mengandalkan sampel pekerjaan siswa atau penilaian kinerja aktual yang dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir (Resnik dan Resnik, 1999; Supovity dan Brennan, 1997). Dari hal tersebut, dapat di artikan bahwa assesment melihat proses yang

4

dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan, perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan. Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber (konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan dari bias prediktif, keadilan dan pertimbangan konsekuensi dari pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat non-tes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.

Departemen Pendidikan U.S menjelaskan bahwa dalam assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses. Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam assesmen yakni diantaranya adalah

Formative <---------------------------------> Summative Informal <---------------------------------> Formal Continuous <----------------------------------> Final Process <---------------------------------> Product Divergent <---------------------------------> Convergent

Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen, selanjutnya Federation for Children with Special Need macam-macam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.

5

dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan, perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan. Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber (konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan dari bias prediktif, keadilan dan pertimbangan konsekuensi dari pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat non-tes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.

Departemen Pendidikan U.S menjelaskan bahwa dalam assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses. Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam assesmen yakni diantaranya adalah

Formative <---------------------------------> Summative Informal <---------------------------------> Formal Continuous <----------------------------------> Final Process <---------------------------------> Product Divergent <---------------------------------> Convergent

Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen, selanjutnya Federation for Children with Special Need macam-macam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.

B. ASSESMENT FORMAL Penilaian formal terutama terdiri dari tes standar atau ulasan

kinerja yang telah divalidasi dan diuji menggunakan sampel dari kelompok tes dimaksudkan. Mereka memiliki administrasi tes dan penilaian prosedur tertentu, serta kredensial atau pelatihan persyaratan untuk administrator tes. Skor tes mungkin-kriteria berdasarkan (berdasarkan pengetahuan atau kemampuan dalam bidang akademis atau kejuruan tertentu) atau norma-direferensikan (berdasarkan perbandingan dengan sampel dari rekan-rekan tes-taker itu). Mereka biasanya dibeli dari penerbit atau perusahaan pengembangan tes. Hay Danica, G (2007) menjelaskan bahwa beberapa tipe assesmen meliputi assesmen intellegensi, tes bakat, assesmen perencanaan hidup dan karier, pengukuran minat dan nilai, assesmen kepribadian dan assesmen hubungan interpersonal. Lebih lanjut Saifuddin Azwar (2014) menjelaskan bahwa assesmen tes yang di gunakan dapat dikategorikan baik dan layak digunakan jika memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan tepat. Drummond dan Jones (2006) menjelaskan bahwa assesmen dapat dikembangkan. Adapun langkah-langkah mengembangkan adalah sebagai berikut menentukan kebutuhan, mendefinisikan objek dan parameter tes, melibatkan masukan penasihat komite, menulis pentanyaan, melakukan uji lapangan, mengulas item, merakit salinan akhir dan mengamankan data teknis yang diperlukan. Dengan mengembangkan instrumen atau alat assesmen, maka guru BK dapat berkarya secara produktif dalam menggunakan assesmen yang tepat untuk digunakan pada tempatnya bekerja.

Beberapa contoh tes yang dapat digunakan sebagai assesmen (Anastasi dan Urbina, 2007) adalah skala intellegensi Stanford Binet, Weshcler, Kaufman, Tes Bakat, Tes Minat, CAT, ACT Assesmen, BVRT dan lain sebagainya. Beberapa tes tersebut dapat anda pelajari secara lengkap pada pembahasan lain (tertentu) tentang masing-masing tes.

C. ASSESMEN NON FORMAL Penilaian informal termasuk observasi, wawancara, ulasan

catatan, dan ulasan kinerja yang kurang terstruktur dari penilaian formal dan tidak dapat divalidasi atau diuji untuk keandalan. Beberapa dikembangkan oleh guru atau praktisi pelayanan pemuda, dan beberapa yang tersedia secara gratis di Internet. Penilaian informal dapat mencakup portofolio, persediaan bunga, contoh kerja, dan kuesioner preferensi pribadi. Gantina K, Eka W, dan Karsih (2011) menjelaskan bahwa assesmen teknik non tes dalam perspektif BK komprehensif meliputi wawancara, observasi, angket, sosiometri, daftar cek masalah (DCM), alat ungkap masalah (AUM), dan inventori tugas

6

perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masing-masing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.

7

perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masing-masing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.

DAFTAR PUSTAKA Anastasi dan Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Indexs. Burden, R. L. (1994) „Trends and Developments in Educational

Psychology‟, School Psychology International 15: 295–347. Departermen Labor of US. Assesment. Departemen Pendidikan U. S. Measuring Student Growth for Teachers in

Non-Tested Grades and Subjects. Drummond dan Jones. (2006). Assesment Prosedure for Counselors and

Helping Profesionals. US: Pearson. Federation for children with special need. Assesment. Boston: Massachusetts

University. Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and

Learning. New York: Maccmillan Company. Gantina K, Eka W, dan Karsih. (2011). Assesmen teknik nontes dala

perspektif BK komprehensif. Jakarta: Indexs. Hays. Danica, G. (2013). Assesment in Counseling. Alexandria: ACA Wiley. Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to

the Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition.

Huysamen. (2002). The relevance of the new APA standards for educational and psychological testing for employment testing in South Africa. S. Afr. J. Psycho!. 2002,32 (2) Downloaded from sap.sagepub.com at Midlands State University on January 19, 2016.

Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University.

Lemke, Hoerandner dan Mcmahon. (2006). Student Assessments, Non-test-takers, and School Accountability. Education EconomicsVol. 14, No. 2, 235–250, June 2006.

Moore, J. (2005) „Recognising and Questioning the Epistemological Basis of Educational Psychology Practice‟, Educational Psychology in Practice 21(2): 103–16.

McAlpine, M. (2002). Principles of assessment. Glasgow: University of Glasgow, Robert Clark Center for Technological Education. Available at: http://www.caacentre.ac.uk/dldocs/Bluepaper1.pdf.

Norwich, B. (2000). Education and Psychology in Interaction: Working withn Uncertainty in Interconnecting Systems. London: Routledge.

Resnik dan Resnik. (1999). Assesing the Thinking : New Tool for educational reform. New York: Sage .

Rustaman,N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah. Makalah Penataran guru-guru NTT di Jurusan pendidikan Biologi.

Rudner, Lawrence M dan. Schafer, William D. (2002). What Teachers Need to Know about Assessment. Washinton: National Education Association.

8

Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) „Dynamic Assessment and its Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next Development?‟, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.

Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3; Arts & Humanities Full Text pg. 472.

Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London: Sagen Publications.

Woods, K. and Farrell, P. (2006) „Approaches to Psychological Assessment by Educational Psychologists in England and Wales‟, School Psychology International 27(4): 387–404.

9

Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) „Dynamic Assessment and its Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next Development?‟, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.

Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3; Arts & Humanities Full Text pg. 472.

Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London: Sagen Publications.

Woods, K. and Farrell, P. (2006) „Approaches to Psychological Assessment by Educational Psychologists in England and Wales‟, School Psychology International 27(4): 387–404.

A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN 1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan

Oleh: Sifatul Aliyah ([email protected]) Profesional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si. a. Pengantar

Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk mrnjawab permasalahan penelitian. Alasan instrumen bimbingan keagamaan dibuat karena Pada dasarnya agama sangatlah berguna bagi setiap orang, instansi, serta berbagai lapangan kehidupan dan pekerjaan yang banyak mendayagunakan tenaga kemanusiaan dalam kegiatannya. Hal ini sangat penting karena semua aktivitas manusia meletakkan nilai agama sebagai nilai tertinggi dalam mengapresiasi dan melaksanakan aktivitas hidup. Selain itu agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan.

Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur efektivitas bimbingan keagamaan dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada lalu dikembangkan oleh peneliti. Teori yang digunakan adalah teori Jamaludin dan Ramayulis. Jamaludin dan Ramayulis menyebutkan tiga komponen psikologis dalam keagamaan yaitu pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Ketiga hal tersebut yang dijadikan peneliti sebagai aspek instrumen lalu dikembangkan menjadi beberapa indikator selanjutnya dari indikator dikembangkan lagi untuk mendapatkan deskriptor dan terakhir dari deskriptor peneliti membuat beberapa item pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh profesional judgment. Oleh karena itu instrumen telah dicobakan kepada 17 responden. Manfaat instrumen dibuat untuk mengetahui efektivitas bimbingan keagamaan. Dengan subjek bimbingan mencakup semua khalayak yang melakukan bimbingan keagamaan.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan

dan arahan yang membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi keagamaan yang diberikan oleh pembimbing agar dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Diukur dengan skala bimbingan agama yang disusun berdasarkan teori Jamaludin dan Ramayulis dengan aspeknya yaitu aspek pikiran (kognitif), perasaan (afektif), tingkah laku (konatif).

10

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item Jumlah Favora

ble Unfavorable

Bimbingan

Keagamaan

Aspek Pikiran (Kogni

tif)

Mengetahui ajaran agama

secara benar seperti cara ibadah yang benar dan melakukan

aktivitas sesuai syariat agama.

Mampu mengetahui

pengetahuankeagamaananta

ra yang dilarang dan

diperbolehkan

1,2 3,4 4

Mampu mengetahui

tatacara ibadah

5, 6 7,8 4

Yakin terhadap

Tuhannya dan ajaran

setiap agama dengan cara

menggali informasi,

percaya diri untuk

melakukan ajaran

diperoleh.

Mampu mempercayaiajaran agama atas dasar

pertimbangan pemikiran

yang matang, bukan sekedar

ikut-ikutan.

9 10 3

Mampu menggali informasi

keagamaan seputar

kehidupan sehari-hari

yang dilakukan

dalam agama yang

dianutnya.

11 12 2

AspekPerasa

an (Afektif

)

Merasakan transmisi

perubahan baik emosi,

sikap, maupun

nilai.

Mampu merasakan perubahan

setelah mengikuti bimbingan

keagamaan.

13, 14 15,16 4

Mampu merasakan ketenangan

ketika melaksanakan

17 18 2

11

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item Jumlah Favora

ble Unfavorable

Bimbingan

Keagamaan

Aspek Pikiran (Kogni

tif)

Mengetahui ajaran agama

secara benar seperti cara ibadah yang benar dan melakukan

aktivitas sesuai syariat agama.

Mampu mengetahui

pengetahuankeagamaananta

ra yang dilarang dan

diperbolehkan

1,2 3,4 4

Mampu mengetahui

tatacara ibadah

5, 6 7,8 4

Yakin terhadap

Tuhannya dan ajaran

setiap agama dengan cara

menggali informasi,

percaya diri untuk

melakukan ajaran

diperoleh.

Mampu mempercayaiajaran agama atas dasar

pertimbangan pemikiran

yang matang, bukan sekedar

ikut-ikutan.

9 10 3

Mampu menggali informasi

keagamaan seputar

kehidupan sehari-hari

yang dilakukan

dalam agama yang

dianutnya.

11 12 2

AspekPerasa

an (Afektif

)

Merasakan transmisi

perubahan baik emosi,

sikap, maupun

nilai.

Mampu merasakan perubahan

setelah mengikuti bimbingan

keagamaan.

13, 14 15,16 4

Mampu merasakan ketenangan

ketika melaksanakan

17 18 2

perintah agama.

Ingin selalu memperbaiki diri setelah mengikuti bimbingan keagamaan.

19,20 21,22 4

Suka melakukan apa yang diajarkan

dalam agama yang

dianutnya.

23,24 25,26 4

Tingkah Laku

(Konatif)

Melakukan tindakan

nyata setelah mengikuti bimbingan keagamaan

yang meliputi

kebiasaan, kegiatan,

dan berperilaku.

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan selalu ingin

mendekatkandiri

kepadaTuhan

27 28 2

Bimbingan keagamaan

mampu membuat penganut agamanya

rajin beribadah.

29,30 31,32 4

Bimbingan keagamaan

dapat menjadikan

diri kita Sabar ketika menghadapi

masalah.

33 34 2

Mampu menjadikan hidup yang lebih baik dan selalu

bersikap baik kepada semua

makhluk

35 36 2

12

Tuhan. Mampu

melakukan tatacara ibadah

dengan benar

37 38 2

Jumlah 19 19 38

Alpha Cronbach’s = 0,919 ; Sampel = 17 Orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur

4,5,7,8,10,12,13,15,16,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,31,32,33,34,35,36,38

1,2,3,6,9,11,14,17,24,30,37

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

4 Saya merasa pengetahuan saya tidak bertambah dengan mengikuti bimbingan keagamaan.

SL SR KD P TP

5

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya belum dapat memahami cara membaca kitab suci yang benar.

SL SR KD P TP

7

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan saya mengetahui cara ibadah yang benar sesuai apa yang diajarkan dalam agama saya.

SL SR KD P TP

8 Saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum beribadah. SL SR KD P TP

10

Dengan mengikuti bimbingan agama, saya justru hanya ikut-ikutan pemateri karena saya tidak mengetahui dasar hukum untuk melakukannya.

SL SR KD P TP

12 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan,saya tidak mengetahui apapun mengenai fungsi agama dalam

SL SR KD P TP

13

Tuhan. Mampu

melakukan tatacara ibadah

dengan benar

37 38 2

Jumlah 19 19 38

Alpha Cronbach’s = 0,919 ; Sampel = 17 Orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur

4,5,7,8,10,12,13,15,16,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,31,32,33,34,35,36,38

1,2,3,6,9,11,14,17,24,30,37

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

4 Saya merasa pengetahuan saya tidak bertambah dengan mengikuti bimbingan keagamaan.

SL SR KD P TP

5

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya belum dapat memahami cara membaca kitab suci yang benar.

SL SR KD P TP

7

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan saya mengetahui cara ibadah yang benar sesuai apa yang diajarkan dalam agama saya.

SL SR KD P TP

8 Saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum beribadah. SL SR KD P TP

10

Dengan mengikuti bimbingan agama, saya justru hanya ikut-ikutan pemateri karena saya tidak mengetahui dasar hukum untuk melakukannya.

SL SR KD P TP

12 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan,saya tidak mengetahui apapun mengenai fungsi agama dalam

SL SR KD P TP

kehidupan saya.

13 Saya merasakan rasa solidaritas saya semakin tinggi kepada sesama manusia.

SL SR KD P TP

15 Saya merasa kebingungan terhadap apa yang diajarkan di dalam agama saya.

SL SR KD P TP

16 Saya merasa tidak suka terhadap ajaran yang ada di dalam agama saya. SL SR KD P TP

18 Saya merasa bimbang dengan apa yang diajarkan dalam bimbingan keagamaan.

SL SR KD P TP

19 Saya merasa ingin selalu memperbaiki diri setiap mengikuti bimbingan keagamaan.

SL SR KD P TP

20 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bisa mengendalikan emosi.

SL SR KD P TP

21

Saya merasa tidak ingin melakukan apa2 ketika saya menapatkan materi yang tidak sesuai dengan apa yang saya ketahui.

SL SR KD P TP

22

Saya merasakan tidak mendapatkan manfaat ketika harus memperbaiki diri saya setelah mengikuti bimbingan keagamaan.

SL SR KD P TP

23 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih menyukai kegiatan sosial keagamaan.

SL SR KD P TP

25 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan,saya lebih suka tertutup dengan orang lain.

SL SR KD P TP

26

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan jiwa saya merasa tergoncang karena materi yang disampaikan kurang sesuai dengan hati nurani saya.

SL SR KD P TP

14

27 Dengan mengikuti bimbigan keagamaan, saya lebih khusyu dalam beribadah.

SL SR KD P TP

28 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya justru lebih jauh dengan Tuhan.

SL SR KD P TP

29 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya bertambah rajin menjalankan ibadah.

SL SR KD P TP

31

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak selalu mengamalkan apa yang diperintahkan dalam agama saya.

SL SR KD P TP

32 Saya tidak menjalankan syariat agama karena saya tidak percaya apa yang akan diperoleh setelah beribadah.

SL SR KD P TP

33 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bersabar dalam menghadapi masalah.

SL SR KD P TP

34 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan saya selalu emosi dalam menjalankan hidup.

SL SR KD P TP

35 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya bersikap lebih baik lagi kepada orang di sekitar saya.

SL SR KD P TP

36 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya cuek dalam menjalankan kehidupan saya.

SL SR KD P TP

38 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak bisa melakukan ibadah dengan benar.

SL SR KD P TP

Keterangan: SL = Jika pernyataan tersebut Selalu dilakukan. SR = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KD = Jika pernyataan tersebut Kadang dilakukan. P = Jika pernyataan tersebut Pernah dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.

15

27 Dengan mengikuti bimbigan keagamaan, saya lebih khusyu dalam beribadah.

SL SR KD P TP

28 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya justru lebih jauh dengan Tuhan.

SL SR KD P TP

29 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya bertambah rajin menjalankan ibadah.

SL SR KD P TP

31

Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak selalu mengamalkan apa yang diperintahkan dalam agama saya.

SL SR KD P TP

32 Saya tidak menjalankan syariat agama karena saya tidak percaya apa yang akan diperoleh setelah beribadah.

SL SR KD P TP

33 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bersabar dalam menghadapi masalah.

SL SR KD P TP

34 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan saya selalu emosi dalam menjalankan hidup.

SL SR KD P TP

35 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya bersikap lebih baik lagi kepada orang di sekitar saya.

SL SR KD P TP

36 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya cuek dalam menjalankan kehidupan saya.

SL SR KD P TP

38 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak bisa melakukan ibadah dengan benar.

SL SR KD P TP

Keterangan: SL = Jika pernyataan tersebut Selalu dilakukan. SR = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KD = Jika pernyataan tersebut Kadang dilakukan. P = Jika pernyataan tersebut Pernah dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤88,7 Sedang 88,7 ≤ Skor ≤ 139,3 Tinggi Skor ≥ 139,3

d. Penutup Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen skala bimbingan keagamaan dapat digunakan untuk

khalayak umum untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan bimbingan keagamaan.

2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,919.

16

2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Oleh:Zayinhida Rahman ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si

a. Pengantar Dalam menunjang terpenuhinya penelitian, seseorang perlu

mengetahui lebih jauh tentang subjek yang diteliti. Untuk mengasses berbagai informasi subjek, peneliti mampu menggunakan berbagai metode dalam penelitian guna mendapat informasi yang diperlukan.Salah satunya adalah dengan instrumen, instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi kepatuhan seorang santri terhadap aturan.

Seperti yang kita ketahui. Santri tentunya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, hal ini membuat cara beradaptasi santri dalam mentaati aturan pun berbeda. Ada yang mentaati aturan karena terpaksa, ada yang mentaati aturan karena lingkungan mengharuskan, ada yang mentaati aturaan karena takut hukuman, namun ada juga yang mentaati aturan karena ikhlas.

Maka dari itu, pentingnya instrumen ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh atau seberapa ikhlas seorang santri dalam mentaati aturan. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu para pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh dalam memperlakukan dan mengetahui kepribadian santrinya.

b. Perkembangan Instrumen Skala Psikologis Perilaku kepatuhan santri terhadap aturan menurut tokoh

psikologi sosial (Freedman:1985) adalah bilamana orang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun mereka lebih tidak suka menampilkannya. Sedangkan menurut (Kiesler&Kiesler 1969 dalam Atkinson) yaitu adanya perubahan perilaku atau keyakinan karena ada tekanan dari kelompok untuk melakukan suatu perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepatuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek sikap dan aspek tindakan.

Variabel Aspek Deskriptor No Item Juml

ah Favorable Unfavorable

Kepatuhan Santri

Terhadap Aturan

Aspek Sikap

(attitude)

Penerimaan 1,2,3 4,5,6 6

Ta‟dzhim 7,8,9 10,11,12 6

13,14,15,16

17,18,19,20 8

17

2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Oleh:Zayinhida Rahman ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si

a. Pengantar Dalam menunjang terpenuhinya penelitian, seseorang perlu

mengetahui lebih jauh tentang subjek yang diteliti. Untuk mengasses berbagai informasi subjek, peneliti mampu menggunakan berbagai metode dalam penelitian guna mendapat informasi yang diperlukan.Salah satunya adalah dengan instrumen, instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi kepatuhan seorang santri terhadap aturan.

Seperti yang kita ketahui. Santri tentunya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, hal ini membuat cara beradaptasi santri dalam mentaati aturan pun berbeda. Ada yang mentaati aturan karena terpaksa, ada yang mentaati aturan karena lingkungan mengharuskan, ada yang mentaati aturaan karena takut hukuman, namun ada juga yang mentaati aturan karena ikhlas.

Maka dari itu, pentingnya instrumen ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh atau seberapa ikhlas seorang santri dalam mentaati aturan. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu para pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh dalam memperlakukan dan mengetahui kepribadian santrinya.

b. Perkembangan Instrumen Skala Psikologis Perilaku kepatuhan santri terhadap aturan menurut tokoh

psikologi sosial (Freedman:1985) adalah bilamana orang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun mereka lebih tidak suka menampilkannya. Sedangkan menurut (Kiesler&Kiesler 1969 dalam Atkinson) yaitu adanya perubahan perilaku atau keyakinan karena ada tekanan dari kelompok untuk melakukan suatu perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepatuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek sikap dan aspek tindakan.

Variabel Aspek Deskriptor No Item Juml

ah Favorable Unfavorable

Kepatuhan Santri

Terhadap Aturan

Aspek Sikap

(attitude)

Penerimaan 1,2,3 4,5,6 6

Ta‟dzhim 7,8,9 10,11,12 6

13,14,15,16

17,18,19,20 8

Aspek Tindakan

Konformitas 21,22,23,24

25,26,27,28 8

Menurut (Compliance) 29,30,31 32,33 5

Ketaatan Dalam

Otoritas Yang Sah

34 35 2

Jumlah 18 17 35 Alpha Cronbach’s = 0,442 ; Sampel = 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,18,19,21,27,29,30,31,32,33

1,2,3,9,16,17,20,22,23,24,25,26,28,34,35

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

4 Saya merasa bahwa di Pesantren tidak harus ditetapkan aturan SS S TS STS

5 Saya menerima semua aturan di pesantren dengan terpaksa SS S TS STS

6 Saya merasa peraturan yang ditetapkan di pesantren kurang sesuai SS S TS STS

7 Mentaati semua peraturan pesantren sama saja dengan mentaati perintah Kyai SS S TS STS

8 Saya merasa dengan mentaati aturan pesantren merupakan bentuk ta‟dzhim kepada Kyai

SS S TS STS

10 Mentaati perintah Kyai bukan berarti harus mentaati aturan Pesantren SS S TS STS

11 Saya merasa berdosa kepada Kyai apabila tidak mentaati aturan di pesantren SS S TS STS

12 Saya merasa kesal dan tertekan ketika harus mentaati aturan di pesantren

SS

S

TS

STS

13 Saya mampu mentaati peraturan yang ada di pesantren dengan baik SS S TS STS

18

14 Selaku santri saya wajib mentaati aturan di Pesantren SS S TS STS

15 Peraturan di pesantren dapat membentuk saya menjadi pribadi yang baik SS S TS STS

18 Saya berperilaku baik ketika di pesantren saja SS S TS STS

19 Ketika di luar pesantren saya merasa bebas dan menjadi diri saya sendiri SS S TS STS

21 Saya menyadari peraturan itu untuk ditaati dan dilaksanakan, bukan untuk dilanggar SS S TS STS

27 Melanggar peraturan pesantren bukan sebuah dosa besar SS S TS STS

29 Saya patuh terhadap aturan atas keinginan saya sendiri bukan paksaan dari orang lain SS S TS STS

30 Baik buruknya perilaku santri ditentukan patuh atau tidaknya mereka terhadap aturan SS S TS STS

31 Para santri harus berlomba dalam mentaati aturan SS S TS STS

32 Saya enggan mentaati peraturan setiap saat dan setiap hari SS S TS STS

33 Saya sering mengabaikan peraturan pesantren SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri

19

14 Selaku santri saya wajib mentaati aturan di Pesantren SS S TS STS

15 Peraturan di pesantren dapat membentuk saya menjadi pribadi yang baik SS S TS STS

18 Saya berperilaku baik ketika di pesantren saja SS S TS STS

19 Ketika di luar pesantren saya merasa bebas dan menjadi diri saya sendiri SS S TS STS

21 Saya menyadari peraturan itu untuk ditaati dan dilaksanakan, bukan untuk dilanggar SS S TS STS

27 Melanggar peraturan pesantren bukan sebuah dosa besar SS S TS STS

29 Saya patuh terhadap aturan atas keinginan saya sendiri bukan paksaan dari orang lain SS S TS STS

30 Baik buruknya perilaku santri ditentukan patuh atau tidaknya mereka terhadap aturan SS S TS STS

31 Para santri harus berlomba dalam mentaati aturan SS S TS STS

32 Saya enggan mentaati peraturan setiap saat dan setiap hari SS S TS STS

33 Saya sering mengabaikan peraturan pesantren SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri

Kategorisasi

Kategori

Rendah Skor ≤ 40 Sedang 40 ≤ Skor ≤ 60 Tinggi Skor ≥ 60

d. Penutup Santri adalah seseorang yang tinggal di pesantren untuk

mengaji ilmu agama. tentunya mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Hal ini yang mempengaruhi keseharian seorang santri dalam mentaati aturan di pesantren. Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan santri terhadap aturan, yang menjadi sasarannya adalah seluruh santri di suatu pondok pesantren baik santri umum ataupun santri salaf.

Diharapkan instrumen ini dapat bermanfaat pada ruang lingkup psikologi, khususnya psikologi sosial, tentang kepatuhan santri terhadap aturan. Yang dengan memeatuhi aturan berarti seorang santri telah ikhlas menjalani kehidupannya. Selain itu juga sebagai sumbangan pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

20

3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa Oleh: Farikhah Yuniarti ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si

a. Pengantar Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu

terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu instink atau naluri yang disebut sebagai naluri beragama (religious instink), yaitu suatu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan-kegiatan religius (Spinks, 1963). Kuypers (dalam Walgito, 1986) menggunakan istilah motif teologis untuk menjelaskan dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.

Dradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama (religiousconsciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Apapun istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri manusia, kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan-kegiatan religius itu memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Penyusan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa. Tingkat religiusitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat kereligiusitasan mahasiwa yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kereligiusitasan mahasiswa di kampus.

Skala tingkat kereligiusitasan mahasiwa merupakan upaya untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran mahasiswa dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan

21

3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa Oleh: Farikhah Yuniarti ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si

a. Pengantar Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu

terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu instink atau naluri yang disebut sebagai naluri beragama (religious instink), yaitu suatu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan-kegiatan religius (Spinks, 1963). Kuypers (dalam Walgito, 1986) menggunakan istilah motif teologis untuk menjelaskan dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.

Dradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama (religiousconsciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Apapun istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri manusia, kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan-kegiatan religius itu memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Penyusan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa. Tingkat religiusitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat kereligiusitasan mahasiwa yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kereligiusitasan mahasiswa di kampus.

Skala tingkat kereligiusitasan mahasiwa merupakan upaya untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran mahasiswa dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan

dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kereligiusitasan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek islam, aspek iman, aspek ilmu, aspek ikhsan, dan aspek amal.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Nomer item

Jumlah Favorable Unfavo

rable

Tingkat Religius

Mahasiswa

Aspek Islam

Seberapa intens seseorang melakukan

praktek ibadah.

Nyaman 1,2,3,4,5 6,7,8,9 9

Aspek Iman

Menjadikan Al-qur‟an dan

Hadits sebagai orientasi

kehidupan.

Penyelesaian masalah

dengan Al-Qur‟an dan

Hadits.

10,11 12 3

Mempelajari Al-Qur‟an dan Hadits

13,14 15,16 4

Memfokuskan fikiran pada

Sang Pencipta.

Meyakini bahwa Allah

selalu mengiringi

langkah manusia.

17,18 19 3

Meyakini tentang

adanya alam semesta.

20 21 2

Aspek Ilmu

Penerimaan tentang ajaran

baru dalam agamanya.

Tabayyun 22 23 2 Saat

seseorang memberikan

ajaran berkaitan dengan

agama, ia merasa itu hal

yang baik.

24 25 2

Mengambil sikap ketika

sudah diketahui bahwa itu

26 27 2

22

baik untuk dirinya.

Memiliki pengetahuan

mengenai agama.

Mengemukakan pendapat mengenai

pengetahuannya seputar

agama.

28 29 2

Mencari dan mengumpulkan

fakta-fakta keagamaan.

Mengemukakan fakta-fakta

mengenai agama.

30 31 2

Memfokuskan fikiran pada fakta-fakta

yang penting

Menyeleksi fakta-fakta

yang berhasil dikumpulkan.

32 33 2

Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan

dijadikan sebagai

sarana untuk memperkuat

iman.

34 35 2

Aspek Ikhsan

Respon saat melihat

kemunkaran.

Suka 36,37 38,39 4

Tidak suka 40 41 2

Sikap saat doanya belum

terkabul.

Menerima. 42 43 2

Tidak Menerima 44 45 2

Aspek Amal

Mengaktualisasi ajaran agama.

Mengikuti pengajian

agama 46 47 2

Memakai pakaian

sesuai syariat. 48 49,50 3

Jumlah 26 24 50

Alpha Cronbach’s = 0,824 Sampel 20 orang

23

baik untuk dirinya.

Memiliki pengetahuan

mengenai agama.

Mengemukakan pendapat mengenai

pengetahuannya seputar

agama.

28 29 2

Mencari dan mengumpulkan

fakta-fakta keagamaan.

Mengemukakan fakta-fakta

mengenai agama.

30 31 2

Memfokuskan fikiran pada fakta-fakta

yang penting

Menyeleksi fakta-fakta

yang berhasil dikumpulkan.

32 33 2

Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan

dijadikan sebagai

sarana untuk memperkuat

iman.

34 35 2

Aspek Ikhsan

Respon saat melihat

kemunkaran.

Suka 36,37 38,39 4

Tidak suka 40 41 2

Sikap saat doanya belum

terkabul.

Menerima. 42 43 2

Tidak Menerima 44 45 2

Aspek Amal

Mengaktualisasi ajaran agama.

Mengikuti pengajian

agama 46 47 2

Memakai pakaian

sesuai syariat. 48 49,50 3

Jumlah 26 24 50

Alpha Cronbach’s = 0,824 Sampel 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,2,3,9,12,,13,16,17,18,19,20,21,28,31,32,36, 39,40,42,43,44,46,47, 48,49

4,5,6,7,8,10,11,,14,15,22,23,24,25,26,27,29,30,33,34,35,37, 38,41,45,50

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya solat diawal waktu. SS S TS STS

2 Saya selalu berpuasa di bulan Ramadhan. SS S TS STS

3 Saya hafal kalimat syahadat dengan benar. SS S TS STS

9 Saya menganggap zakat hanya akan membuat harta semakin berkurang.

SS S TS STS

12 Saya sedikit mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an. SS S TS STS

13 Saya hafal beberapa Hadits. SS S TS STS

16 Saya belum lancar membaca Al-Qur‟an. SS S TS STS

17 Saya meyakini bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Allah.

SS S TS STS

18 Saya meyakini bahwa udara yang saya hirup adalah kasih sayang Allah.

SS S TS STS

19 Saya menggangap bahwa Allah bisa lengah. SS S TS STS

20 Saya meyakini bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah semata.

SS S TS STS

21 Saya menganggap bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya. SS S TS STS

28 Saya senang ketika pendapat saya diterima. SS S TS STS

24

31 Saya suka menyimpan sendiri fakta tentang agama yang saya dapatkan.

SS S TS STS

32 Saya suka mencari fakta-fakta baru keagamaan. SS S TS STS

36 Semakin sering mempelajari ilmu agama semakin banyak ilmunya. SS S TS STS

39 Saya kesal ketika melihat seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.

SS S TS STS

40 Saya menganggap perbuatan mencotek saat ujian diperbolehkan jika mendesak.

SS S TS STS

42 Saya tidak menyukai seseorang yang berbohong demi keselamatan diri.

SS S TS STS

43 Saya menganggap setiap dosa akan diampuni jika seseorang mau bertaubat.

SS S TS STS

44 Saya beranggapan bahwa Allah pilih kasih terhadap hamba-Nya

SS

S

TS

STS

46 Saya menginstropeksi diri jika doa saya belum terkabul. SS S TS STS

47 Saya sering mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS

48 Saya malas mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS

49 Saya suka berpakaian sesuai syariat. SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

25

31 Saya suka menyimpan sendiri fakta tentang agama yang saya dapatkan.

SS S TS STS

32 Saya suka mencari fakta-fakta baru keagamaan. SS S TS STS

36 Semakin sering mempelajari ilmu agama semakin banyak ilmunya. SS S TS STS

39 Saya kesal ketika melihat seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.

SS S TS STS

40 Saya menganggap perbuatan mencotek saat ujian diperbolehkan jika mendesak.

SS S TS STS

42 Saya tidak menyukai seseorang yang berbohong demi keselamatan diri.

SS S TS STS

43 Saya menganggap setiap dosa akan diampuni jika seseorang mau bertaubat.

SS S TS STS

44 Saya beranggapan bahwa Allah pilih kasih terhadap hamba-Nya

SS

S

TS

STS

46 Saya menginstropeksi diri jika doa saya belum terkabul. SS S TS STS

47 Saya sering mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS

48 Saya malas mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS

49 Saya suka berpakaian sesuai syariat. SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi

Kategori

Rendah Skor ≤ 50 Sedang 50 ≤ Skor ≤ 75

Tinggi Skor ≥ 75 d. Penutup

Instrumen ini bertujuan untuk mengukur skala religiusitas mahasiswa , fungsinya agar seseorang mengetahui seberapa besar tingkat kereligiusitasannya. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya semakin dekat mereka dengan Tuhan-Nya. Semoga dengan adanya skala ini bisa membantu meningkatkan, mengembangkan, bahkan memperbaiki tingkat kereligiusitasan seseorang.

26

27

B. ASESMEN TENTANG BELAJAR

1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir Oleh:Asmul Fauzi ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar

Untuk mengetahui tingkat stress pada mahasiswa akhir atau yang sedang mengerjakan tugas akhir, dalam instrument ini kita peneliti bisa mengetahui hal yang menyebabkan mahasiswa tersebut menglami stress, dalam tahun ke tahun pastinya ada hal yang berbeda sebagai efek dari stress mahasiswa akhir tersebut baik dari segi ekonomi, sosial atau apapun, dasar teori berdasarkan teori Helmi dengan dua aspek yaitu fisiologis/fisik dan aspek pskis.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Tingkat stress pada mahasiswa akhir merupakan upaya

mengungkapkan informasi atau keadaan diri saat mengahadapi tugas akhir yang bertujuan untuk mencapai hal yang diinginkan. Kisi-kisi skala disusun berdasdarkan aspek-aspek tingkat stress. Aspek-aspek tersebut antara lain fisiologis/fisik dan aspek pskis.

Variabel Aspek Indikator

No item

Jumlah Favourable

Unfavourable

Tingkat Stres

Mahasiswa Akhir

Fisiologis/Fisik

pandangan individu terhadap keadaan,

peranan, dan kemampuan dirinya dalam memelihara

kesehatan

1,3,40,42 2,26,35,41 8

peranan sosial yang diperankan “tingkat

stres pada mahasiswa tingkat akhir”

individu mencakup hubungan antara individu dengan

keluarga dan individu dengan lingkungan.

4,8,27,37 5,6,7,36 8

nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah

agar tetap fokus terhadap target akhir

9,11, 28,38

10,12,13,39 8

28

Aspek Psikis

Dengan keadaan jiwa yang sangat

berpengaruh dalam tingkat kesetresan yag

dialami.

14,31, 33 15,32, 34 6

Tingkat kesetabilan psikis saat menjelang pada mahasiwa akhir

dan tugas ahir

16,19, 29 20,17, 18 6

Kemampuan bertindak dan

bersikap dalam memahami diri

maupun orang lain secara emosi

21,25, 30 22,23, 24 6

Jumlah 21 21 42

Alpha Cronbach's = 0, 518; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 4,6,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,26,29,31,34,35,37,38

1,2,3,5,7,8,9,10,11,20,22,24,25,27,28,30,32,33,36,39,40,41,42

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

4 Kelemahan saya terhadap pemahaman teori-teori

SS S TS STS

6 Cemas terhadap suatu yang akan saya dihadapi pada situasi yang penting

SS S TS STS

12 Saat saya mendapat prinsip yang bagus namun saya merasa itu sulit untuk terwujud

SS S TS STS

13 Sulit fokus dalam suatu hal yang saya targetkan

SS S TS STS

14 Memiliki perasaan yang optimis terhadap apa yang saya hasilkan

SS S TS STS

29

Aspek Psikis

Dengan keadaan jiwa yang sangat

berpengaruh dalam tingkat kesetresan yag

dialami.

14,31, 33 15,32, 34 6

Tingkat kesetabilan psikis saat menjelang pada mahasiwa akhir

dan tugas ahir

16,19, 29 20,17, 18 6

Kemampuan bertindak dan

bersikap dalam memahami diri

maupun orang lain secara emosi

21,25, 30 22,23, 24 6

Jumlah 21 21 42

Alpha Cronbach's = 0, 518; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 4,6,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,26,29,31,34,35,37,38

1,2,3,5,7,8,9,10,11,20,22,24,25,27,28,30,32,33,36,39,40,41,42

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

4 Kelemahan saya terhadap pemahaman teori-teori

SS S TS STS

6 Cemas terhadap suatu yang akan saya dihadapi pada situasi yang penting

SS S TS STS

12 Saat saya mendapat prinsip yang bagus namun saya merasa itu sulit untuk terwujud

SS S TS STS

13 Sulit fokus dalam suatu hal yang saya targetkan

SS S TS STS

14 Memiliki perasaan yang optimis terhadap apa yang saya hasilkan

SS S TS STS

15 Saya terbawa suasana masa lalu yang membuat down (lemas)

SS S TS STS

16 Saya percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri

SS S TS STS

17 Merasa kurang siap dengan diri saya sendiri

SS S TS STS

18 Tergesa terhadap suatu hal yang saya akan di hadapi

SS S TS STS

19 Merasa sudah matang terhadap apa yang akan saya dihadapi

SS S TS STS

21 Sabar terhadap apa yang dilakukan teman saya

SS S TS STS

23 Terlalu cepat dalam menyimpulkan suatu keadaan baru yang baru saya temui

SS S TS STS

26 Sedih dengan keadaan saya sendiri

SS S TS STS

29 Menikmati keadaan apa yang sedang saya alami

SS S TS STS

31 Dengan kemampuan dan minat yang saya raih, sesuai dengan prediksi

SS S TS STS

34 Terasa lelah ketika saya melakukan kegiatan yang besar

SS S TS STS

35 Konsultasi tehadap apa yang saya alami kepada keluarga

SS S TS STS

37 Yakin dengan prinsip yang saya miliki

SS S TS STS

38 Melihat suatu yang baru bedasarkan dari cerita yang saya dengar dari orang disekitar saya

SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan

kondisi diri.

30

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 40,4 Sedang 40,4 ≤ Skor ≤ 54,6 Tinggi Skor ≥ 54,6

d. Penutup Jadi dalam instrument Tingkat Stress Pada Mahasiswa

Akhir ini, banyak diantara responden yang mereka merasa biasa saja dalam tugas akhirnya namun juga ada yang takut, panik dan berbagai macam. Karena disetiap orang itu berbeda-beda karakter dalam kehidupan mereka masing-masing. Instrument ini membeikan pandangan baru terhadap si peneliti dan bagi mereka responden yang merasakan bahwa saya normal atau tidak, sehat atau tidak. Memebrikan ilmu baru yang kita belum ketahui agar disaat seseorang bertanya kita sudah pernah mengerti tentang hal tersebut.

31

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 40,4 Sedang 40,4 ≤ Skor ≤ 54,6 Tinggi Skor ≥ 54,6

d. Penutup Jadi dalam instrument Tingkat Stress Pada Mahasiswa

Akhir ini, banyak diantara responden yang mereka merasa biasa saja dalam tugas akhirnya namun juga ada yang takut, panik dan berbagai macam. Karena disetiap orang itu berbeda-beda karakter dalam kehidupan mereka masing-masing. Instrument ini membeikan pandangan baru terhadap si peneliti dan bagi mereka responden yang merasakan bahwa saya normal atau tidak, sehat atau tidak. Memebrikan ilmu baru yang kita belum ketahui agar disaat seseorang bertanya kita sudah pernah mengerti tentang hal tersebut.

2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Oleh:Siti Rohmah Azzahroh ([email protected]) Profesional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi.,M.Si.

a. Pengantar Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh

gaya belajar terhadap tingkat berprestasi mahasiswa. Setiap orang umumnya memiliki gaya dalam belajarnya sendiri. Ada beberapa orang harus menyendiri ada pula sebagian yang lainnya menyukai keramaian atau memilih musik sebagai penyemangat belajarnya.

Instrument ini akan membantu seseorang untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga memudahkannya dalam mencapai penguasaan materi yang sebenarnya dengan cara dan gaya yang tepat. Dengan demikian belajar bukan lagi merupakan hal yang membisankan dan sulit untuk dilakukan.

Gaya belajar adalah suatu cara yang dilakukan secara berulang-ulang oleh sesroang sesuai dengan yang disukainya untuk menangkap informasi, berfikir, meningat sesuatu, dan memecahkan soal.

b. Pengembangan Instrumen Harun Nasution mengemukakan gaya belajar adalah cara

yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal. Jadi, gaya belajar adalah cara yang disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses, dan mengingat suatu informasi.

Kisi-kisi skala disusun berdasarkan konsep Taksonomi Bloom yang dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek Kogitif (proses berfikir) yaitu kemampuan intelektual individu dalam berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom tujuan domain kognitif terdiri atas enam (6) bagian, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi.Dan aspek Psikomotorik yaitu kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) tujuan domain psikomotorik terbagi lima yaitu peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, pengalamiahan.

32

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jumlah Favorable

Unfavorable

Pengaruh gaya

belajar terhadap tingkat

berprestasi

mahasiswa

Aspek Kogniti

f

Merasa nyaman

lingkungan yang

digunakan saat belajar

Memahami materi 1,2 3,4 4

Menangkap materi

dengan baik 5,6 7,8 4

Mengalisis setiap

pembelajaran yang

telah diperoleh

Mengulang Pembelajara

n 9,10 11,12 4

Mencatat Materi yang

telah dipahami

13,14 15, 16 3

Menggunakan

pembelajaran dalam

kehidupan sehari-hari

Penerapan materi 17,18 12,20 4

Materi untuk menyelesaikan masalah

21, 22, 23

24, 25, 26 5

Aspek

Psiko

Motorik

Menggunakan tulisan

sebagai pogram

pembelajaran

Belajar dengan menulis

27,28 29,30 4

Menggunakan Audio

sebagai program

pembelajar

Belajar dengan

mendengarkan orang lain

berbicara

31, 32 33, 34 3

33

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jumlah Favorable

Unfavorable

Pengaruh gaya

belajar terhadap tingkat

berprestasi

mahasiswa

Aspek Kogniti

f

Merasa nyaman

lingkungan yang

digunakan saat belajar

Memahami materi 1,2 3,4 4

Menangkap materi

dengan baik 5,6 7,8 4

Mengalisis setiap

pembelajaran yang

telah diperoleh

Mengulang Pembelajara

n 9,10 11,12 4

Mencatat Materi yang

telah dipahami

13,14 15, 16 3

Menggunakan

pembelajaran dalam

kehidupan sehari-hari

Penerapan materi 17,18 12,20 4

Materi untuk menyelesaikan masalah

21, 22, 23

24, 25, 26 5

Aspek

Psiko

Motorik

Menggunakan tulisan

sebagai pogram

pembelajaran

Belajar dengan menulis

27,28 29,30 4

Menggunakan Audio

sebagai program

pembelajar

Belajar dengan

mendengarkan orang lain

berbicara

31, 32 33, 34 3

an Belajar sambil

mendengarkan musik

35,36 37, 38 3

Menggunakan

gambar sebagai program

pembelajaran

Belajar dengan

menggunakan gambar

39 40 2

Jumlah 20 20 40

Alpha Cronbach's = 0,729; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 22, 23, 27, 28, 30, 33

3, 7, 14, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 29, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya selalu memperhatikan ketika pemberi materi sedang menjelaskan SS S TS STS

2 Mendengarkan materi yang disampaikan dengan metode apapun yang digunakan pemateri

SS S TS STS

4 Saya merasa cepat bosan ketika pemberi materi menjelaskan dengan monoton SS S TS STS

5 Bisa memahami materi yang disampaikan dengan baik SS S TS STS

34

6

Saya menanyakan materi yang tidak saya pahami kepada pemateri agar mendapatkan penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi tersebut

SS S TS STS

8

Saya merasa sungkan dan malu untuk bertanya atau meminta penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi yang kurang saya pahami

SS S TS STS

9 Saya selalu mengulang kembali materi yang telah saya dapatkan SS S TS STS

10 Saya mengingat materi yang telah disampaikan minggu lalu pada pertemuan berikutnya

SS S TS STS

11 Mengulang materi hanya saat materi tersebut akan diujikan SS S TS STS

12 Mengulang materi akan membuat saya bingung SS S TS STS

13 Saya mencatat kembali materi yang saya dapatkan SS S TS STS

15 Mengandalkan Hang out dari pada catatan saya sendiri SS S TS STS

16 Saya lebih suka menggunakan media yang lebih praktis dari pada mencatatnya SS S TS STS

17 Saya menggunakan materi yang telah saya dapatkan dalam aktivitas sehari-hari saya SS S TS STS

35

6

Saya menanyakan materi yang tidak saya pahami kepada pemateri agar mendapatkan penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi tersebut

SS S TS STS

8

Saya merasa sungkan dan malu untuk bertanya atau meminta penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi yang kurang saya pahami

SS S TS STS

9 Saya selalu mengulang kembali materi yang telah saya dapatkan SS S TS STS

10 Saya mengingat materi yang telah disampaikan minggu lalu pada pertemuan berikutnya

SS S TS STS

11 Mengulang materi hanya saat materi tersebut akan diujikan SS S TS STS

12 Mengulang materi akan membuat saya bingung SS S TS STS

13 Saya mencatat kembali materi yang saya dapatkan SS S TS STS

15 Mengandalkan Hang out dari pada catatan saya sendiri SS S TS STS

16 Saya lebih suka menggunakan media yang lebih praktis dari pada mencatatnya SS S TS STS

17 Saya menggunakan materi yang telah saya dapatkan dalam aktivitas sehari-hari saya SS S TS STS

22 Materi yang saya dapatkan membuat saya berfikir rasional dalam penyelesaian masalah SS S TS STS

23 Penyelesaian masalah lebih tertata jika diselesaikan dengan materi SS S TS STS

27 Menurut saya mencatat materi adalah bagian terpenting dalam belajar SS S TS STS

28 Saya selalu mencatat materi yang saya dapatkan agar dapat memahami lebih dalam lagi materi tersebut

SS S TS STS

33 Penjelasan dari orang lain terkadang membingungkan SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi

diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi

diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan

kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57

d. Penutup Intrumen ini ditujukan agar para Mahasiswa mampu

mengetahui dan menemukan gaya belajar yang sesuai dengan kesukaannya sehingga dapat memahami informasi yang telah didapatkannya dengan lebih mudah.

Instrument ini akan membuat pikiran negative bahwa belajar merupakan hal yang sulit dan membosankan untuk dijalani menjadi hilang dan tergantikan menjadi belajar adalah hal yang sangat asyik untuk dilakukan. Dengan dua faktor diatas akan memudahkan seorang Mahasiswa untuk mencapai nilai dan meningkatkan prestasi seperti yang selama ini diidam-idamkan.

36

3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi Oleh: Nisma Luthfi Laila ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S. Psi, M. Si a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang menyukai drama korea. Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa kini yang menggemari drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Dengan menonton drama korea, tidak hanya mendapat cerita yang bagus dan juga aktor & aktris yang tampan namun juga berpengaruh pada kecerdasan emosi penonton. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi pula pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bisa berempati, membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang

untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi), mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kecerdasan diri, pengaturan emosi, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.

37

3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi Oleh: Nisma Luthfi Laila ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S. Psi, M. Si a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang menyukai drama korea. Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa kini yang menggemari drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Dengan menonton drama korea, tidak hanya mendapat cerita yang bagus dan juga aktor & aktris yang tampan namun juga berpengaruh pada kecerdasan emosi penonton. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi pula pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bisa berempati, membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang

untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi), mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kecerdasan diri, pengaturan emosi, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Kecerdasan emosi

Kecerdasan diri

Mengenali emosi diri

Merasakan sesuatu dengan adegan tertentu

3 7 2

Merasa drama korea

mampu meningkatkan kepekaan

emosi

8 11 2

Pengaturan

emosi

Mengelola emosi

Memahami emosi yang dirasakan

9 40 2

Merasa dapat

mengungkapkan

emosi/perasaan dengan

tepat

4, 13 5, 10 4

Merasa tenang setelah

menonton drama korea

1 2 2

Merasa bahwa emosi

menjadi stabil setelah

menonton drama korea

35 39 2

Kecemasan hilang setelah

menonton drama korea

6 12 2

Motivasi

Motivasi diri sendiri

Motivasi meningkat

setelah melihat hal

yang disukai dalam drama

15 25 2

Kreatifitas meningkat 14 37 2

38

setelah menonton

drama korea

Empati Mengenali

emosi orang lain

Terbuka pada orang

lain 36 38 2

Mampu mengenali perasaan

orang lain

16 19 2

Mampu menghormat

i perasaan orang lain

17 20 2

Merasakan apa yang dirasakan

oleh aktor/aktris

saat menonton

drama korea

18, 21 24, 22 4

Ketrampilan sosial

Membina hubungan

Mampu mengungkapkan perasaan

kepada orang lain

23 27 2

Mampu menerima apa yang

diungkapkan orang lain

28 26 2

Mampu meningkatka

n minat hubungan

sosial setelah

menonton drama korea

29, 30, 31

32, 33, 34 6

Jumlah 20 20 40

Alpha Cronbach's = 0, 529; Sampel = 25 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 18, 24, 25, 28, 30, 39

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40

39

setelah menonton

drama korea

Empati Mengenali

emosi orang lain

Terbuka pada orang

lain 36 38 2

Mampu mengenali perasaan

orang lain

16 19 2

Mampu menghormat

i perasaan orang lain

17 20 2

Merasakan apa yang dirasakan

oleh aktor/aktris

saat menonton

drama korea

18, 21 24, 22 4

Ketrampilan sosial

Membina hubungan

Mampu mengungkapkan perasaan

kepada orang lain

23 27 2

Mampu menerima apa yang

diungkapkan orang lain

28 26 2

Mampu meningkatka

n minat hubungan

sosial setelah

menonton drama korea

29, 30, 31

32, 33, 34 6

Jumlah 20 20 40

Alpha Cronbach's = 0, 529; Sampel = 25 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 18, 24, 25, 28, 30, 39

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

8 Mudah merasa iba jika aktor dalam drama diperlakukan semena-mena, misalnya: dirisak (dibully)

SS S TS STS

9 Dengan melihat aktor yang saya sukai muncul dalam drama, semangat menjadi meningkat

SS S TS STS

10 Terkadang saya merasa bingung saat melihat jalan cerita drama yang berputar-putar

SS S TS STS

11 Saya merasa biasa saja saat melihat adegan pembunuhan didalam drama SS S TS STS

12 Saya menonton drama korea jika saya mau saja SS S TS STS

14 Seringkali mendapat ide baru saat menonton drama korea SS S TS STS

17 Saya mampu menghargai orang lain yang tidak suka menonton drama korea SS S TS STS

18 Seringkali ikut terhanyut dalam peran yang diperankan oleh aktor SS S TS STS

24 Terkadang merasa bahwa akting sang aktor dalam drama kurang menghayati perannya

SS S TS STS

25 Saya tidak mendapat hal atau pelajaran apapun saat menonton drama korea SS S TS STS

28 Mampu menerima saran dan kritikan dari orang lain dengan hati yang lapang SS S TS STS

30 Melihat kegigihan pelajar Korea dalam drama membuat saya menjadi termotivasi dalam belajar

SS S TS STS

39 Menonton drama korea saat bad mood justru membuat mood semakin memburuk

SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri subyek S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri subyek TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri subyek STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri subyek

40

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 26 Sedang 26 ≤ Skor ≤ 39 Tinggi Skor ≥ 39

d. Penutup Dengan menonton drama korea tentunya tidak hanya

mendapatkan hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea terhadap Kecerdasan Emosi dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. Apabila skor yang didapat diatas 39 maka termasuk kategori tinggi. Jika skor yang didapatkan antara 26 sampai 39 maka termasuk golongan sedang dan bila skor yang didapat dibawah 26 maka termasuk kategori rendah. Semoga instrumen ini dapat dijadikan acuan oleh para pembaca untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.

41

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 26 Sedang 26 ≤ Skor ≤ 39 Tinggi Skor ≥ 39

d. Penutup Dengan menonton drama korea tentunya tidak hanya

mendapatkan hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea terhadap Kecerdasan Emosi dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. Apabila skor yang didapat diatas 39 maka termasuk kategori tinggi. Jika skor yang didapatkan antara 26 sampai 39 maka termasuk golongan sedang dan bila skor yang didapat dibawah 26 maka termasuk kategori rendah. Semoga instrumen ini dapat dijadikan acuan oleh para pembaca untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.

4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan Emosional Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta Oleh:Luthfia Faridatun Nisa ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si a. Pengantar

Instrumen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial dengan cara mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Alasan instrumen skala kemampuan kecerdasan emosional dibuat karena untuk mengetahui seberapa tinggi rendahnya tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah yang notabenenya mayoritas merupakan mahasiswa. Hal ini sangat penting karena untuk mengenali diri sendiri dan memahami perasaan orang lain.

Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada kemudian dikembangkan oleh peneliti. Teori yang digunkan adalah teori Daniel Goleman. Daniel Goleman menyebutkan lima komponen psikologis dalam kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Kelima komponen tersebut dijadikan sebagai aspek instrumen kemudian dikembangkan lagi menjadi indicator, selanjutnya indicator tersebut dikembangkan lagi menjadi descriptor, dari descriptor tersebut dibuat beberapa item pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh professional judgement. Oleh karena itu, instrumen telah diuji cobakan kepada responden yang bermanfaat untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional. Dengan subyek santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.

b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis Daniel Goleman (Hariwijaya, 2005:7) mengungkapkan

bahwa kecerdasan emosi adalah : 1) Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya

sehingga tahu kelebihan dan kekurangnnya; 2) Kemampuan sesorang untuk mengelola emosi tersebut; 3) Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan

dorongan untuk maju kepada diri sendiri; 4) Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan

kepribadian orang lain; 5) Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan

pihak lain secara baik. Jika kita memang mampu memahami dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi

42

tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.

Kemampuan mengukur kecerdasan emosional merupakan upaya untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan, pengukuran kecerdasan emosional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengukur kecerdasan emosional. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

Variabel Aspek Indikato

r Deskripto

r

No item Jumlah Favorab

le Unfavora

ble

Kemampua

n mengukur kecerdasan emosional

Aspek mengenali emosi

diri

Kemampuan

individu untuk

mengenal dan

merasakan emosi sendiri

Perasaan menerima 1,2,3 4,5 5

Percaya diri 7 6,8,9 4

Aspek mengelola emosi

Kemampuan

individu dalam

menangani

perasaan

Menghibur diri sendiri

10, 12, 13, 15 11, 14 6

Melepas kecemasan

16, 17, 18 3

Kemurungan atau

ketersinggungan

19 20,21,22 4

Aspek memotivasi diri sendiri

Kemampuan

untuk mengatur

emosi

Pengendalian

dorongan hati

23, 24, 25, 26 27, 28, 29 7

Kekuatan berpikir positif

30 31 2

Kekuatan berpikir optimis

32,34, 35, 37 33, 36 6

Aspek mengenali emosi orang

Kemampuan

individu untuk

Mampu mendengarkan orang

lain

38, 39, 41 40, 42, 43 6

43

tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.

Kemampuan mengukur kecerdasan emosional merupakan upaya untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan, pengukuran kecerdasan emosional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengukur kecerdasan emosional. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

Variabel Aspek Indikato

r Deskripto

r

No item Jumlah Favorab

le Unfavora

ble

Kemampua

n mengukur kecerdasan emosional

Aspek mengenali emosi

diri

Kemampuan

individu untuk

mengenal dan

merasakan emosi sendiri

Perasaan menerima 1,2,3 4,5 5

Percaya diri 7 6,8,9 4

Aspek mengelola emosi

Kemampuan

individu dalam

menangani

perasaan

Menghibur diri sendiri

10, 12, 13, 15 11, 14 6

Melepas kecemasan

16, 17, 18 3

Kemurungan atau

ketersinggungan

19 20,21,22 4

Aspek memotivasi diri sendiri

Kemampuan

untuk mengatur

emosi

Pengendalian

dorongan hati

23, 24, 25, 26 27, 28, 29 7

Kekuatan berpikir positif

30 31 2

Kekuatan berpikir optimis

32,34, 35, 37 33, 36 6

Aspek mengenali emosi orang

Kemampuan

individu untuk

Mampu mendengarkan orang

lain

38, 39, 41 40, 42, 43 6

lain berempati

terhadap orang lain

Empati 44, 45, 46 3

Aspek membina hubunga

n

Kemampuan

individu dalam

bergaul dengan orang lain

Cakap komunikas

i 48 47 2

Membuka diri 49 50 2

Jumlah 30 20 50 Alpha Cronbach's = 0,180 ; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2, 7, 11, 14, 20, 24, 28, 34, 36, 49, 50

1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

2 Saya menghargai perasaan orang lain SS S TS STS

7 Saya selalu percaya diri tampil di depan umum

SS S TS STS

11 Ketika saya sedih, saya selalu pergi jalan-jalan

SS S TS STS

14 Saya marah kalau teman saya tidak mau diajak pergi berlibur

SS S TS STS

20 Saya sering merasa bosan jika tidak ada kegiatan ketika liburan

SS S TS STS

24 Saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri

SS S TS STS

28 Saya tidak bisa menghibur teman saat sedih SS S TS STS

34 Saya mampu mengatasi permasalahan dengan kepala dingin

SS S TS STS

36 Saya tidak bisa menenangkan teman ketika cemas

SS S TS STS

49 Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru

SS S TS STS

50 Saya mengalami kesulitan dalam bersosialisasi

SS S TS STS

44

Keterangan : SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.

Kategorisasi : Kategori

Rendah Skor ≤ 23,83 Sedang 23,83 ≤ skor ≤ 31,17 Tinggi Skor ≥ 31,17

d. Penutup Instrumen skala kemampuan mengukur kecerdasan

emosional dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional seseorang. Pada instrumen tersebut merupakan instrumen yang keseluruhanya terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk empat alternative jawaban yang dimiliki skor tersendiri. Semakin tinggi alternative jawaban yang dipilih responden, maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional siswa. Semakin rendah alternatif jawaban yang dipilih responden, maka semakin rendah pula kecerdasan emosional responden tersebut. Adapun manfaat mengukur kecerdasan emosional yaitu membangun kekuatan dan kesadaran diri, membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam hidupnya. Upaya mengukur kecerdasan emosional tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.

45

Keterangan : SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.

Kategorisasi : Kategori

Rendah Skor ≤ 23,83 Sedang 23,83 ≤ skor ≤ 31,17 Tinggi Skor ≥ 31,17

d. Penutup Instrumen skala kemampuan mengukur kecerdasan

emosional dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional seseorang. Pada instrumen tersebut merupakan instrumen yang keseluruhanya terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk empat alternative jawaban yang dimiliki skor tersendiri. Semakin tinggi alternative jawaban yang dipilih responden, maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional siswa. Semakin rendah alternatif jawaban yang dipilih responden, maka semakin rendah pula kecerdasan emosional responden tersebut. Adapun manfaat mengukur kecerdasan emosional yaitu membangun kekuatan dan kesadaran diri, membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam hidupnya. Upaya mengukur kecerdasan emosional tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.

5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Oleh: Tika Wahyu Saputri ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si. a. Pengantar

Setiap orang mempunyai tingkat kebutuhan masing-masing, dan hal ini akan mempengaruhi tingkat motivasi seseorang untuk mencapai kepuasannya. Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Salah satu motivasi yang terdapat dalam diri individu ialah motivasi berprestasi. Motivasi prestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan dikembangkan.

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap motivasi berprestasi dikalangan mahasiswa perguruan tinggi negeri. Dengan melihat banyaknya tuntutan kampus mulai dari nilai minimum IPK mahasiswa dan tugas akhir. Karena terkadang motivasi berprestasi mahasiswa dipengaruhi juga oleh lingkungannya contohnya bila ada teman yang malas dalam kuliah atau mengerjakan tugas akan memberikan dampak pada individu utnuk ikut-ikutan. Dalam instrumen ini mengembangkan teori Mc Clelland yang dijelaskan dalam definisi operasional instrumen.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Motivasi berprestasi adalah dorongan internal dan

eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang diukur dengan skala motivasi berprestasi menurut teori Mc Clelland, dengan indikator sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, (6) adanya kegiatan yang menarik.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item Jumlah Favora

ble Unfavorable

Motivasi Berprestasi

Aspek Internal

Adanya hasrat dan keinginan

untuk melakukan kegiatan

Memiliki keinginan melakukan

kegiatan

4 28, 29, 3

Adanya dorongan

dan kebutuhan

Melaksanakan

kegiatan dengan

16, 25 17, 32 4

46

melakukan kegiatan

baik Memiliki kebutuhan melakukan

kegiatan

18,19, 26,31 8, 9, 33 7

Adanya harapan dan cita-

cita

Memiliki cita-cita 1, 2, 24 35, 36 5

Penghargaan dan

penghormatan atas

diri

Mengutamakan

pencapaian hasil

ketimbang memperoleh imbalan

6, 7, 22, 23, 27, 34 6

Aspek Eksternal

Adanya lingkungan yang baik

Lingkungan yang

kondusif 11 37 2

Memilih pergaulan yang baik

12, 13, 14 38, 39 5

Adanya kegiatan

yang menarik

Memiliki tempat

mengaktualisasikan

diri

5, 15, 21 30, 40 5

Mengikuti kegiatan 3, 10 20 4

Jumlah 23 17 40 Alpha Cronbach's = 0,846; Sampel = 21 orang.

Item Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur

4, 5, 7, 8, 9, 15, 16, 18, 19, 21, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39

1, 2, 3, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 37, 40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban 4 Banyak kegiatanseminar di kampus yang

ingin saya ikuti SS S TS STS

5 Saya mengikuti kegiatan tersebut karena sesuai dengan bakat SS S TS STS

7 Saya tidak malu bertanya dengan dosen atau teman yang sekiranya menurut saya sukar diselesaikan sendiri

SS S TS STS

47

melakukan kegiatan

baik Memiliki kebutuhan melakukan

kegiatan

18,19, 26,31 8, 9, 33 7

Adanya harapan dan cita-

cita

Memiliki cita-cita 1, 2, 24 35, 36 5

Penghargaan dan

penghormatan atas

diri

Mengutamakan

pencapaian hasil

ketimbang memperoleh imbalan

6, 7, 22, 23, 27, 34 6

Aspek Eksternal

Adanya lingkungan yang baik

Lingkungan yang

kondusif 11 37 2

Memilih pergaulan yang baik

12, 13, 14 38, 39 5

Adanya kegiatan

yang menarik

Memiliki tempat

mengaktualisasikan

diri

5, 15, 21 30, 40 5

Mengikuti kegiatan 3, 10 20 4

Jumlah 23 17 40 Alpha Cronbach's = 0,846; Sampel = 21 orang.

Item Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur

4, 5, 7, 8, 9, 15, 16, 18, 19, 21, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39

1, 2, 3, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 37, 40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban 4 Banyak kegiatanseminar di kampus yang

ingin saya ikuti SS S TS STS

5 Saya mengikuti kegiatan tersebut karena sesuai dengan bakat SS S TS STS

7 Saya tidak malu bertanya dengan dosen atau teman yang sekiranya menurut saya sukar diselesaikan sendiri

SS S TS STS

8 Saya mengikuti organisasi karena ikut-ikutan teman SS S TS STS

9 Saya melakukan sesuatu terkadang harus dibujuk teman SS S TS STS

15 Organisasi adalah ruang bagi saya untuk mengaktualisasikan diri SS S TS STS

16 Menulis adalah kegiatan favorit saya SS S TS STS 18 Saat di kos saya mengulang materi yang

disampaikan dosen di kelas SS S TS STS

19 Sebelum kuliah saya resume materi supaya saat ditanya dosen saya sudah paham SS S TS STS

21 Diskusi membuat saya berani dalam berbicara di depan orang banyak SS S TS STS

25 Saya selalu aktif saat diskusi berlangsung SS S TS STS 26 Saya suka melakukan praktek konseling di

luar jam kuliah SS S TS STS

28 Banyak kegiatan yang ingin saya ikuti tapi saya sulit membagi waktu antara kuliah dan kegiatan lain

SS S TS STS

30 Saat waktu luang saya manfaatkan untuk pergi bermain dengan teman SS S TS STS

31 Saya mengikuti les private bahasa inggris sebagai penunjang keterampilan berbahasa inggris saya

SS S TS STS

32 Belajar kelompok terkadang tidak menyelesaikan tugas dengan baik karena terlalu banyak cerita dengan teman

SS S TS STS

33 Saya hanya akan praktek konseling kalau disuruh dosen SS S TS STS

34 Saya terkadang kurang percaya diri terhadap kemampuan yang saya miliki SS S TS STS

35 Saya terkadang pesimis terhadap impian saya SS S TS STS 36 Impian saya tidak sesuai dengan kemampuan

yang saya miliki SS S TS STS

38 Teman yang sering membolos kuliah membuat saya ikut-ikutan bolos SS S TS STS

39 Ketika teman malas dalam mengerjakan tugas membuat saya ikut-ikutan malas SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

48

Kategorisasi

Kategori

Rendah Skor ≤ 44

Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66

Tinggi Skor ≥ 66

d. Penutup Motivasi berprestasi ialah dorongan internal dan eksternal

yang ada dalam diri individu untuk mengadakan perubahan dalam diri mahasiswa dalam hal perkuliahan. Instrumen ini membantu melihat motivasi berprestasi yang ada dalam diri mahasiswa dalam hal keinginan untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan motivasi untuk mendapatkan nilai IPK diatas minimum.

49

Kategorisasi

Kategori

Rendah Skor ≤ 44

Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66

Tinggi Skor ≥ 66

d. Penutup Motivasi berprestasi ialah dorongan internal dan eksternal

yang ada dalam diri individu untuk mengadakan perubahan dalam diri mahasiswa dalam hal perkuliahan. Instrumen ini membantu melihat motivasi berprestasi yang ada dalam diri mahasiswa dalam hal keinginan untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan motivasi untuk mendapatkan nilai IPK diatas minimum.

6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa Oleh: Mar‟ul Khoiriyah ([email protected]) Profesional Judgment: A. Said Hasan Basri, S. Psi., M. Si. a. Pengantar

De Porter dan Hernacki (1999), mengungkapkan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi, cara memproses informasi, dan karakteristik dasar kepribadian.

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam instrumen skala gaya belajar ini, mencoba dilakukan penelitian pada gaya belajar mahasiswa. Setiap mahasiswa pasti memiliki pola dan teknik gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan gaya belajar visual atau melalui penglihatan, gaya belajar auditori atau pendengaran, dan gaya belajar kinestetik yang dominan pada gerakan. Namun, tidak semua orang mengerti dan memahami pola gaya belajar apa yang lebih dominan dalam diri mereka. Oleh karena itu, instrumen ini dibuat untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai pada mahasiswa.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Gaya belajar seseorang biasanya berasal dari variabel

kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis berdasarkan latar belakang sosio kultural dan pengalaman pendidikan. Selanjutnya, skala belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi, cara memproses informasi dan karakteristik dasar kepribadian. Kisi-kisiskaladisusun berdasarkanaspek-aspek Gaya belajar mahasiswa. Aspek-aspektersebut antaralainaspek visual, aspek auditori, dan aspek kinestetik.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item Jumlah Favora

ble Unfavorable

Gaya Belajar Mahasi

swa

Aspek Visual

Mengilustrasikan materi di dalam pikirannya menggunakan gambar

Mengasosiasikan informasi yang diperoleh melalui gambar

1, 2, 3 4, 5, 6 6

50

Menulis dan membaca dengan detail serta rapi dan teratur

Menulis dan membaca secara detail

7, 8, 9, 10, 11

12, 13, 14, 15 9

Rapi dan teratur

16, 17, 18, 19

20, 21, 22 7

Aspek Auditori

Mudah mencerna informasi dari suara

Menangkap informasi dari apa yang didengar

23, 24, 25, 26

27, 28, 29, 30 8

Belajar dengan diskusi verbal

31, 32, 33, 34,

35 36 6

Membaca keras-keras

Menghafal dengan membaca dengan keras

37, 38 39 3

Aspek kinesteti

k

Tidak tahan duduk dalam waktu lama

Lebih mudah menangkap informasi dari peragaan

40, 41 42 3

Belajar dengan terjun langsung ke lapangan

43, 44 45 3

Berorientasi pada fisik dan gerak

Menyentuh orang untuk memperoleh tanggapan dari orang lain

47, 48 49 3

Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

50, 51 52, 53 4

Jumlah 31 21 52

Alpha Cronbach’s = 0,498 ; Sampel = 17 orang

51

Menulis dan membaca dengan detail serta rapi dan teratur

Menulis dan membaca secara detail

7, 8, 9, 10, 11

12, 13, 14, 15 9

Rapi dan teratur

16, 17, 18, 19

20, 21, 22 7

Aspek Auditori

Mudah mencerna informasi dari suara

Menangkap informasi dari apa yang didengar

23, 24, 25, 26

27, 28, 29, 30 8

Belajar dengan diskusi verbal

31, 32, 33, 34,

35 36 6

Membaca keras-keras

Menghafal dengan membaca dengan keras

37, 38 39 3

Aspek kinesteti

k

Tidak tahan duduk dalam waktu lama

Lebih mudah menangkap informasi dari peragaan

40, 41 42 3

Belajar dengan terjun langsung ke lapangan

43, 44 45 3

Berorientasi pada fisik dan gerak

Menyentuh orang untuk memperoleh tanggapan dari orang lain

47, 48 49 3

Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

50, 51 52, 53 4

Jumlah 31 21 52

Alpha Cronbach’s = 0,498 ; Sampel = 17 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 5, 13, 20, 21, 22, 29, 30, 33, 34, 35, 40

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban SS S TS STS

5 Saya tidak terlalu aktif berdiskusi di dalam kelas SS S TS

STS

13 Penyampaian materi oleh dosen yang terlalu cepat membuat saya gagal paham SS S TS

STS

20 Saya merasa minder ketika harus mengemukakan pendapat di depan umum

SS S TS STS

21 Sering kali saya mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya

SS S TS STS

22

Ketika disuruh untuk memperhatikan dosen, sering kali saya merasa mengantuk ataupun kehilangan konsentrasi

SS S TS STS

29 Saya aktif dalam kegiatan tanya jawab saat diskusi di kelas SS S TS STS

30 Saya selalu menggerak-gerakkan bibir/berkomat-kamit ketika membaca SS S TS

STS

33 Apabila ada materi yang tidak dipahami, maka saya akan bertanya kepada dosen SS S TS

STS

34

Seringnya saya merasa malas mencatat materi dari dosen dan lebih memilih untuk memfoto materi apabila ditayangkan dalam bentuk slide

SS S TS STS

35 Biasanya saya malas membaca informasi di papan informasi SS S TS

STS

40 Saya belajar dengan memperhatikan mimik muka dan gerak tubuh dosen saat mengajar

SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

52

Kategorisasi

Kategori Rendah Skor ≤ 17 Sedang 17 ≤ Skor ≥ 28 Tinggi Skor ≥ 28

d. Penutup Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan

dalam penelitian untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Skala Gaya Belajar Mahasiswa” ini, dikelompokkan menjadi tiga aspek gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik. Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam menentukan gaya belajar pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu menyusun strategi belajar yang tepat sesuai dengan kecenderungan aspek gaya belajar yang dimilikinya. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis, pembaca, maupun responden.

53

Kategorisasi

Kategori Rendah Skor ≤ 17 Sedang 17 ≤ Skor ≥ 28 Tinggi Skor ≥ 28

d. Penutup Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan

dalam penelitian untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Skala Gaya Belajar Mahasiswa” ini, dikelompokkan menjadi tiga aspek gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik. Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam menentukan gaya belajar pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu menyusun strategi belajar yang tepat sesuai dengan kecenderungan aspek gaya belajar yang dimilikinya. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis, pembaca, maupun responden.

7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna Meningkatkan Religiusitas Lansia Oleh:Yulia Putri Intan Sari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si a. Pengantar

Untuk melakukan suatu penelitian, berarti seseorang tersebut akan mengumpulkan informasi suatu data. Pengumpulan suatu data tersebut ada berbagai macam bentuknya, untuk mendapatkan informasi atau data dari sebuah penelitian maka kita perlu alat untuk mengumpulkan informasi yang kita inginkan. Instrumen adalah salah satu bentuk untuk mendapatkan informasi atau data. Alasanya, instrumen skala bimbingan konseling islam ini digunakan untuk mengetahui tingkat religious seorang lansia dalam kehidupan sehari-harinya. Masa Lanjut usia merupakan masa dimana seseorang identik dengan menerima kesiapan dalam hal apapun, seperti perkembangan dalam hidupnya salah satunya adalah nilai-nilai tentang ketuhanan atau tentang religiusitas seseorang dalam menghadapi masa lanjut usia, dimana waktu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan memanfaatkan hari tuanya dengan hal yang bermanfaat.

Adapun aspek-aspek yang terdapat pada instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia yaitu aspek menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori, 2001) mendefinisikan religiusitas sebagai system symbol, system keyakinan, system nilai dan system perilaku yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Dari beberapa aspek-aspek tersebut kemudian dikembangkan dalam berbagai indicator, kemudian menjadi indicator, dan kemudian menjadi item-item pernyataan. Sebelum instrumen di uji cobakan kepada responden maka perlu diteliti terlebih dahulu oleh professional judgement. jika dirasa sudah layak maka instrumen siap untuk diujikan kepada para lanjut usia.

b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis Skala tingkat kereligiusitasan lansia merupakan upaya

untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran lansia dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya. Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori, 2001) mendefinisikan religiusitas sebagai system symbol, system keyakinan, system nilai dan system perilaku yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Orang yang religious akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agama, berusaha mempelajarinya pengetahuan

54

tentang agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanaya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama (Nashori dalam Risnawita & Gufron, 2011).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jumlah Favor able

Unfav orable

Tingkat

Kereligiusan Lansia.

Aspek Keyakinan

Yakin terhadap

kebenaran ajaran-ajaran

agama, dan yakin

adanya Tuhan

Yakin adanya Tuhan 1,2,3 4 4

Yakin terhadap agama yang di

anutnya 5,6,7 8,9 5

Selalu berfikir positif

Menunjukkan sikap tenang

10,11 12 3

Aspek Perilaku

Melaksanakan kewajiban

agama secara konsisten

Melaksanakan ibadah sehari-hari

13,14,15

16,17,18 6

Membaca dan

Mendengar ayat-ayat

suci

19,20,21,22,23,2

4 25,26 8

Aspek Penghayata

n

Perasaan dan pengalaman keagamaan

yang dialami

Ketika doanya

dikabulkan Tuhan

27,28 29 3

Aspek Peribadatan

Sejauh mana dalam

mengerjakan kewajiban

ritual diagamanya

Selalu tertib

menunaikan ibadah

30,31,32,33 34,35 6

55

tentang agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanaya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama (Nashori dalam Risnawita & Gufron, 2011).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jumlah Favor able

Unfav orable

Tingkat

Kereligiusan Lansia.

Aspek Keyakinan

Yakin terhadap

kebenaran ajaran-ajaran

agama, dan yakin

adanya Tuhan

Yakin adanya Tuhan 1,2,3 4 4

Yakin terhadap agama yang di

anutnya 5,6,7 8,9 5

Selalu berfikir positif

Menunjukkan sikap tenang

10,11 12 3

Aspek Perilaku

Melaksanakan kewajiban

agama secara konsisten

Melaksanakan ibadah sehari-hari

13,14,15

16,17,18 6

Membaca dan

Mendengar ayat-ayat

suci

19,20,21,22,23,2

4 25,26 8

Aspek Penghayata

n

Perasaan dan pengalaman keagamaan

yang dialami

Ketika doanya

dikabulkan Tuhan

27,28 29 3

Aspek Peribadatan

Sejauh mana dalam

mengerjakan kewajiban

ritual diagamanya

Selalu tertib

menunaikan ibadah

30,31,32,33 34,35 6

Aspek pengetahua

n

Mengerti dan memahami

pokok ajaran islam

Pengetahuan tentang

agama 36,37 38 3

Berbuat baik

kepada sesama

39,40 41,42 4

Jumlah 27 15 42

Alpha Cronbach's : 0,889 ; Sampel 17orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 35, 36, 39, 41, 42.

4, 8, 12, 25, 29, 32, 34, 37, 38, 40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1 Saya yakin adanya Tuhan SS S TS STS

2 Saya yakin Tuhan itu hanya satu SS S

TS

STS

3 Saya percaya, Tuhan Maha melihat dimanapun saya berada SS S TS STS

5 Saya percaya adanya Surga dan Neraka SS S TS STS

6 Saya yakin malaikat mencatat semua amal perbuatan manusia yang baik dan buruk

SS

S

TS

STS

7 Saya percaya terhadap Al-Quran dan Sunah SS S TS STS

9 Saya tidak yakin adanya hari pembalasan diakhirat nanti SS S TS STS

10 Saya merasa Allah selalu mengabulkan doa-doa saya SS S TS STS

56

11 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan SS S TS STS

13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah terlebih dahulu sebelum shalat wajib SS S TS STS

14 Sesibuk apa pekerjaan saya, saya akan berusaha untuk tetap beribadah SS S TS STS

15 Saya merasa gelisah saat meninggalkan shalat SS S TS STS

16 Saya merasa tidak harus memenuhi panggilan adzan walaupun tidak sedang sibuk SS S TS STS

17 Saya masih malas untuk melakukan ibadah SS S TS STS

18 Ibadah saya masih tidak teratur SS

S

TS

STS

19 Hati saya tergetar bila mendengar suara adzan SS S TS STS

20 Saya merasa tenang jika membaca Al-Quran SS S TS STS

21 Saya selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran SS S TS STS

22 Saya merasa tenang jika mendengar orang lain membaca Al-Quran SS S TS STS

23 Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan sholat SS S TS STS

24 Setiap mendapat nikmat, saya tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS

26 Saya membaca Al-Quran dengan terbata-bata SS S TS STS

27 Jika keinginan belum terpenuhi, saya yakin Tuhan akan mengabulkan SS S TS STS

28 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan SS S TS STS

30 Saya melaksanakan shalat dengan tepat waktu SS S TS STS

57

11 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan SS S TS STS

13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah terlebih dahulu sebelum shalat wajib SS S TS STS

14 Sesibuk apa pekerjaan saya, saya akan berusaha untuk tetap beribadah SS S TS STS

15 Saya merasa gelisah saat meninggalkan shalat SS S TS STS

16 Saya merasa tidak harus memenuhi panggilan adzan walaupun tidak sedang sibuk SS S TS STS

17 Saya masih malas untuk melakukan ibadah SS S TS STS

18 Ibadah saya masih tidak teratur SS

S

TS

STS

19 Hati saya tergetar bila mendengar suara adzan SS S TS STS

20 Saya merasa tenang jika membaca Al-Quran SS S TS STS

21 Saya selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran SS S TS STS

22 Saya merasa tenang jika mendengar orang lain membaca Al-Quran SS S TS STS

23 Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan sholat SS S TS STS

24 Setiap mendapat nikmat, saya tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS

26 Saya membaca Al-Quran dengan terbata-bata SS S TS STS

27 Jika keinginan belum terpenuhi, saya yakin Tuhan akan mengabulkan SS S TS STS

28 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan SS S TS STS

30 Saya melaksanakan shalat dengan tepat waktu SS S TS STS

31 Saya selalu melaksanakan ibadah puasa dibulan Ramadhan SS S TS STS

33 Saya tidak pernah meninggalkan shalat satu waktu pun SS S TS STS

35 Saya jarang beribadah karna fisik saya yang sudah menurun SS S TS STS

36 Malaikat diciptakan Allah dari cahaya SS S TS STS

39 Saya selalu menolong orang lain tanpa imbalan SS S TS STS

41 Menolong sesama tidak perlu dilakukan jika tidak mendapat imbalan SS S TS STS

42 Saya tidak akan menolong orang lain jika berbeda agama SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64 Sedang 64 ≤ Skor ≤ 240 Tinggi Skor ≥ 240

d. Penutup Lansia adalah proses menua yaitu proses alami yang

dihadapi manusia, dalam tahap lanjut usia ini pada diri manusia mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial. Kesimpulan dari instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia yaitu, bahwa instrumen ini diuji cobakan hanya kepada seorang lansia saja dan instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat religious seorang lansia dalam menjalani hidupnya dan upaya peningkatan dalam hal melakukan kegiatan ibadah dan amalan yang baik bagi kehidupan

58

masa lanjutnya. Seorang lansia dalam meningkatkan religiusitas dalam mengisi kegiatan hari-hari tuanya dengan memperbanyak melakukan ibadah. Oleh karena itu dengan instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia ini untuk mengetahui seberapa besar upaya seorang lansia tersebut.

59

masa lanjutnya. Seorang lansia dalam meningkatkan religiusitas dalam mengisi kegiatan hari-hari tuanya dengan memperbanyak melakukan ibadah. Oleh karena itu dengan instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia ini untuk mengetahui seberapa besar upaya seorang lansia tersebut.

8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa Organisasi Oleh:Rio Anggi Fernando ([email protected]) Professional Judgment: Agus Syahputra S.Kom.I a. Pengantar

Melihat gejala tidak sinergisnya prestasi atau pencapaian yang terjadi pada mahasiswa organsasi ekstra kampus, memungkinkan perlu diadakannya sebuah penelitian kenapa gejala tersebut bisa muncul. Sudah menjadi pembicaraan di masyarakat kampus ketika mahasiswa yang mengikuti organ ekstra dikategorikan sebagai mahasiswa yang malas dan aneh dari mahasiswa umumnya. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori belajar dan teori managemen organisasi. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang seperti budaya dan warisan tersebut.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai atau

ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar baik angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing dalam periode tertentu. Angka atau hasil belajar itulah yang menunjukkan hasil belajar. Jadi, pengertian prestasi belajar adalah tingkat kemampuan intelektual yang dapat diukur, berupa penugasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil belajar. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek psikis belajar. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No item

Jumlah Favo

rable

Unfavorable

Skala Pencapaian

prestasi mahasiswa organisasi

Aspek Kognitif

Pengamatan: dapat

menunjukkan, membandingka

n dan menghubungka

n

Mengetahui apa

saja kewajiba

n dan hak

sebagai mahasis

wa.

1 2 2

60

Ingatan: dapat menyebutkan

dan menunjukkan

kembali

Belajar sebelum

maju presentasi di kelas

dan presentasi dengan lancar.

3 4 2

Pemahaman: dapat

menjelaskan dan

mendefinisikan dengan lisan

sendiri

Pahamkan apa yang

disampaikan

dosen dan bias menjelas

kan ulang.

5 6 2

Memahami suatu materi tidak hanya dari

penjelasan dosen tetapi dari

lingkup organisas

i.

7 8 2

Penerapan: dapat

memberikan contoh dan

menggunakan secara tepat

Aktif berbicara

dalam hal

penyampaian

materi dengan

memberi contoh yang jelas.

9 10 2

Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti):

dapatmenguraik

Berteman dengan

siapa saja, dari golongan

11 12 2

61

Ingatan: dapat menyebutkan

dan menunjukkan

kembali

Belajar sebelum

maju presentasi di kelas

dan presentasi dengan lancar.

3 4 2

Pemahaman: dapat

menjelaskan dan

mendefinisikan dengan lisan

sendiri

Pahamkan apa yang

disampaikan

dosen dan bias menjelas

kan ulang.

5 6 2

Memahami suatu materi tidak hanya dari

penjelasan dosen tetapi dari

lingkup organisas

i.

7 8 2

Penerapan: dapat

memberikan contoh dan

menggunakan secara tepat

Aktif berbicara

dalam hal

penyampaian

materi dengan

memberi contoh yang jelas.

9 10 2

Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti):

dapatmenguraik

Berteman dengan

siapa saja, dari golongan

11 12 2

andanmengklasifikasi/memilah-

milah

mana saja yang berbuah kebaikan pada diri sendiri.

Sintesis (membuat

paduan baru dan utuh): dapat

menghubungkan,

menyimpulkan dan

menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)

Tidak terikat

pada isu bahwa

mahasiswa

organisasi

memakan waktu

lama dalam

mencapai prestasi akademi

k.

13 14 2

Aspek Afektif

Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam

menerima rangsangan

Dalam kepekaan

tidak harus

disampaikan

dengan lisan,

mengerti lewat

tindakan atau

gerak gerik.

15 16 2

Responding atau jawaban, yakni reaksi

yang diberikan seseorang terhadap

stimulus yang datang dari luar

Mengerti cara

berbicara dengan

berbagai tipe

manusia.

17 18 2

Menggunakanintonasisuaraberbedadalampembicaraan

19 20 2

62

yang berbeda.

Valuing (penilaian),

yakni berkenaan dengan

penilaian dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus

Mempercayai

bahwa setiap

mahasiswa

mempunyai cara sendiri dalam

menentukan masa depannya

.

21 22 2

Organisasi,yakni

pengembangan nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk

menentukan hubungan suatu nilai yang telah

dimilikinya.

Mempelajari suatu hal tidak terpaku hanya pada

perkuliahan saja, tetapi di dalam segala forum

terdapat kandungan ilmu.

23 24 2

Karakteristik atau interalisasi

nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang

Merasa bahwa

mahasiswa yang aktif di kampus maupun

organisasi adalah

perpaduan yang bagus.

25 26 2

63

yang berbeda.

Valuing (penilaian),

yakni berkenaan dengan

penilaian dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus

Mempercayai

bahwa setiap

mahasiswa

mempunyai cara sendiri dalam

menentukan masa depannya

.

21 22 2

Organisasi,yakni

pengembangan nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk

menentukan hubungan suatu nilai yang telah

dimilikinya.

Mempelajari suatu hal tidak terpaku hanya pada

perkuliahan saja, tetapi di dalam segala forum

terdapat kandungan ilmu.

23 24 2

Karakteristik atau interalisasi

nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang

Merasa bahwa

mahasiswa yang aktif di kampus maupun

organisasi adalah

perpaduan yang bagus.

25 26 2

Aspek Psikomotor

ik

Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering

tidak disadari karena sudah merupakan kebiasaan)

Menemukan

pemecahan

masalah dengan

tepat dan terkadang tidak

terduga.

27 28 2

Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

Bergerak cepat dalam

menyelesaikan suatu

urusan.

29 30 2

Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya

membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain

Mengingat dengan

jelas suara orang lain

tanpa perlu

melihat wajah orang

tersebut.

31 1

Kemampuan di bidang fisik

seperti kekuatan,

keharmonisan dan ketepatan

Mampu bekerja disela-

sela kesibukan kuliah

dan organisas

i.

32 33 2

Kemampuan yang berkenaan

dengan non decursive

komunikasi

Penyampaian

pendapat secara lisan

maupun tulisan.

34 35 2

Jumlah 18 17 35

Alpa Cronbach’s = 0,802 ; Sampel = 17 orang

64

Item Pernyataan Item shohih Item gugur

2,4,9,10,11,12,13,14,20,21,22, 23,26,27,28,30,31,33,34

1,3,5,6,7,8,15,16,17,18,19,24,25, 29,32,35

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

2 Saya acuh terhadap peraturan-peraturan kampus yang dibuat untuk mahasiswa.

SS S TS STS

4 Saya mampu menjelaskan di depan umum tentang suatu materi tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.

SS

S

TS

STS

9 Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan memberikan beberpa contoh. SS S TS STS

10 Saya hanya dapat menjelaskan tentang suatu teori dari buku yang saya baca. SS S TS STS

11 Saya mempunyai banyak teman dari kelas maupun organisasi. SS S TS STS

12 Saya hanya mempunyai beberapa teman satu jurusan.

SS

S

TS

STS

13 Saya percaya bahwa organisasi dapat membantu mahasiswa berprestasi di bidang manapun.

SS S TS STS

14 Saya menganggap bahwa organisasi hanya mengganggu perkuliahan. SS S TS STS

17 Saya selalu memperdulikan cara berbicara saya dengan orang yang berbeda. SS S TS STS

20 Saya memperhatikan intonasi suara dan tekanan dalam berbicara dalam suatu forum atau personal.

SS S TS STS

65

Item Pernyataan Item shohih Item gugur

2,4,9,10,11,12,13,14,20,21,22, 23,26,27,28,30,31,33,34

1,3,5,6,7,8,15,16,17,18,19,24,25, 29,32,35

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

2 Saya acuh terhadap peraturan-peraturan kampus yang dibuat untuk mahasiswa.

SS S TS STS

4 Saya mampu menjelaskan di depan umum tentang suatu materi tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.

SS

S

TS

STS

9 Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan memberikan beberpa contoh. SS S TS STS

10 Saya hanya dapat menjelaskan tentang suatu teori dari buku yang saya baca. SS S TS STS

11 Saya mempunyai banyak teman dari kelas maupun organisasi. SS S TS STS

12 Saya hanya mempunyai beberapa teman satu jurusan.

SS

S

TS

STS

13 Saya percaya bahwa organisasi dapat membantu mahasiswa berprestasi di bidang manapun.

SS S TS STS

14 Saya menganggap bahwa organisasi hanya mengganggu perkuliahan. SS S TS STS

17 Saya selalu memperdulikan cara berbicara saya dengan orang yang berbeda. SS S TS STS

20 Saya memperhatikan intonasi suara dan tekanan dalam berbicara dalam suatu forum atau personal.

SS S TS STS

21 Saya berbicara keras sesuai yang saya inginkan dimanapun saya berada. SS S TS STS

22 Saya mengerti bahwa menjadi mahasiswa itu dituntut menjadi dewasa.

SS

S

TS

STS

23 Saya bersikap santai dengan apa yang akan terjadi nantinya. SS S TS STS

26 Saya mempelajari berbagai hal di perkuliahan maupun di organisasi. SS S TS STS

27 Saya merasa mahasiswa organisasi itu bukan perpaduan yang pas.

SS S TS STS

28 Saya banyak mempelajari hal dari perkuliahan maupun organisasi salah satunya adalah berpikir cepat tentang problem solving.

SS S TS STS

31 Saya sulit menemukan titik suatu masalah karena saya mahasiswa organisasi.

SS S TS STS

32 Saya bersikap santai dalam menangani suatu masalah.

SS

S

TS

STS

33 Saya dapat mengingat suara orang lain sejak pertama kali mendengar suaranya.

SS S TS STS

34 Saya mampu membagi waktu saya dalam bekerja, kuliah dan berorganisasi. SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

66

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66

d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang

membutikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra tidak selalu sesuai dengan justifikasi orang kebanyakan. Anggapan-anggapan negatif yang berkembang setidaknya sedikit terbelah atau terkacaukan. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa mahasiswa organisasi ekstra juga mampu mencapai prestasi dalam hal akademik.

67

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66

d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang

membutikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra tidak selalu sesuai dengan justifikasi orang kebanyakan. Anggapan-anggapan negatif yang berkembang setidaknya sedikit terbelah atau terkacaukan. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa mahasiswa organisasi ekstra juga mampu mencapai prestasi dalam hal akademik.

C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada

Ayah-Ibu Karir Oleh:Salma Husniyati ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap keterbukaan diri (self disclosure) anak pada ayah-ibu karir. Keterbukaan diri (self disclosure) ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala keterbukaan diri (self disclosure). Skala keterbukaan diri (self disclosure) disusun berdasarkan aspek-aspek keterbukaan diri (self disclosure) yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang keterbukaan diri (self disclosure). Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi keterbukaan diri (self disclosure) tersebut. Menurut Person (1987) self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Keterbukaan diri (self disclosure) merupakan upaya

mengungkapkan informasi atau keadaan diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek keterbukaan diri (self disclosure). Aspek-aspek tersebut antara lain aspek motivasi, waktu, ketepatan, keintensifan, kedalaman dan keluasan.

Variabel Aspek Indikator Deskript

or

No Item Jumlah Favora

ble Unfavor

able

Keterbukaan Diri (Self

Disclosure)

Aspek Motiva

si

Keinginan atau tujuan seseorang

dalam mengung-

kapkan dirinya kepada

orangtua

Tujuan bercerita 1,2,3 4,5,6 6

Kepercayaan diri

seseorang dalam

mengungkapkan

informasi dirinya

Percaya diri

dalam bercerita

7,8 9,10 4

68

kepada orangtua Pengaruh keluarga dalam

mengungkapkan

informasi dirinya kepada

orangtua

Sikap orangtua 11, 12 13, 14 4

Kondisi/ keadaan orangtua

15, 16 17, 18 4

Aspek Waktu

Intensitas kebersamaan

Tingkat kebersam

aan orangtua dengan

anak

19, 20 21, 22 4

Kesempatan waktu yang diberikan orantua kepada dirinya

Peluang waktu untuk

bercerita

23, 24 25 3

Ketepatan waktu dalam mengungkapkan kejadian

yang ada pada dirinya

kepada orangtua

Pemilihan waktu

yang tepat dalam

bercerita

26 27, 28, 29

4

Aspek Ketepat

an

Kesesuaian informasi diri yang diberikan kepada

orangtua

Kesesuaian antara fakta dan

cerita yang

disampaikan

30 31, 32 3

Aspek Keinten

sifan

Seberapa sering

seseorang mengungkap

kan informasi

diri kepada orangtua

Frekuensi

bercerita 33, 34 35, 36 4

Aspek Kedala

Informasi diri yang

Informasi khusus 37 38 2

69

kepada orangtua Pengaruh keluarga dalam

mengungkapkan

informasi dirinya kepada

orangtua

Sikap orangtua 11, 12 13, 14 4

Kondisi/ keadaan orangtua

15, 16 17, 18 4

Aspek Waktu

Intensitas kebersamaan

Tingkat kebersam

aan orangtua dengan

anak

19, 20 21, 22 4

Kesempatan waktu yang diberikan orantua kepada dirinya

Peluang waktu untuk

bercerita

23, 24 25 3

Ketepatan waktu dalam mengungkapkan kejadian

yang ada pada dirinya

kepada orangtua

Pemilihan waktu

yang tepat dalam

bercerita

26 27, 28, 29

4

Aspek Ketepat

an

Kesesuaian informasi diri yang diberikan kepada

orangtua

Kesesuaian antara fakta dan

cerita yang

disampaikan

30 31, 32 3

Aspek Keinten

sifan

Seberapa sering

seseorang mengungkap

kan informasi

diri kepada orangtua

Frekuensi

bercerita 33, 34 35, 36 4

Aspek Kedala

Informasi diri yang

Informasi khusus 37 38 2

man dan

Keluasan

diungkapkan kepada

orangtua (khusus atau

umum)

Informasi umum 39 40 2

Jumlah 19 21 40

Alpha Cronbach's = 0, 914 ; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,17,19,20,21,22,24,25, 26,28,29,30,31,33,34,35,37,

38,40

16, 18, 23, 27, 32, 36, 39

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1 Saya senang curhat dengan orangtua untuk mengurangi beban masalah SS S TS STS

2 Saya menceritakan apapun yang saya alami kepada orangtua agar mereka dapat memahami saya

SS S TS STS

3 Saya ingin orangtua dapat mengarahkan saya kearah yang lebih positif dengan bercerita kepada mereka

SS S TS STS

4 Menceritakan masalah kepada orangtua hanya akan menambah masalah SS S TS STS

5 Hidup saya akan menjadi rumit jika curhat kepada orangtua SS S TS STS

6 Saya akan mengganggu orangtua jika menceritakan apapun yang saya lakukan SS S TS STS

7 Saya yakin bahwa orangtua adalah pemberi solusi terbaik untuk masalah saya SS S TS STS

8 Saya percaya untuk menceritakan apapun kepada orangtua karena kebijaksanaan mereka dalam memberi nasehat atau saran

SS S TS STS

9 Saya takut untuk curhat dengan ayah karena sifatnya yang pemarah SS S TS STS

10 Lelah yang dirasa orangtua membuat saya memilih untuk menyimpan masalah sendiri SS S TS STS

11 Saya nyaman bercerita dengan ayah karena keterbukaannya SS S TS STS

12 Saya selalu menceritakan apapun yang sedang/akan saya lakukan kepada ibu karena kasih sayangnya

SS S TS STS

13 Saya jarang bercerita dengan ayah karena sifatnya yang cuek SS S TS STS

70

14 Saya memilih tidak bercerita kepada ibu karena sifatnya yang terlalu khawatir SS S TS STS

15 Orangtua selalu meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah saya meskipun lelah

SS S TS STS

17 Saya sulit terbuka dengan orangtua karena kesibukan mereka SS S TS STS

19 Saya selalu menceritakan apa yang saya alami ketika sedang bersama orangtua SS S TS STS

20 Kami menghabiskan waktu bersama untuk saling bercerita SS S TS STS

21 Saya sukar cerita kepada orangtua karena kurangnya waktu bersama SS S TS STS

22 Saya memilih untuk bersenang-senang daripada menceritakan masalah saya ketika waktu bersamanya terbatas

SS S TS STS

24 Orangtua memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan mereka setiap minggunya

SS S TS STS

25 Orangtua saya tidak menyediakan waktu khusus untuk saya, karena sibuk dalam karir SS S TS STS

26 Orangtua selalu siap mendengarkan saya tanpa harus menunggu waktu yang tepat SS S TS STS

28 Ketika merasa lelah, saya malas curhat kepada orangtua SS S TS STS

29 Terlalu berfikir kapan waktu yang tepat membuat saya gagal bercerita kepada orangtua SS S TS STS

30 Saya menceritakan kejadian sebenarnya kepada orangtua meskipun saya yang bersalah SS S TS STS

31 Saya berbohong tentang fakta suatu masalah jika saya yang bersalah karena takut dimarahi SS S TS STS

33 Saya lebih sering curhat kepada orangtua dibandingkan dengan teman SS S TS STS

34 Saya selalu bercerita kepada orangtua setiap hari meskipun hanya hal yang sepele SS S TS STS

35 Saya curhat kepada orangtua hanya saat hari libur mereka SS S TS STS

37 Saya memberikan informasi secara detail tentang yang terjadi pada diri saya kepada orangtua

SS S TS STS

38 Memberikan informasi secara detail kepada orangtua tidak akan memberikan efek apapun pada saya

SS S TS STS

40 Saya takut membuat orangtua risih jika saya banyak bercerita SS S TS STS

71

14 Saya memilih tidak bercerita kepada ibu karena sifatnya yang terlalu khawatir SS S TS STS

15 Orangtua selalu meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah saya meskipun lelah

SS S TS STS

17 Saya sulit terbuka dengan orangtua karena kesibukan mereka SS S TS STS

19 Saya selalu menceritakan apa yang saya alami ketika sedang bersama orangtua SS S TS STS

20 Kami menghabiskan waktu bersama untuk saling bercerita SS S TS STS

21 Saya sukar cerita kepada orangtua karena kurangnya waktu bersama SS S TS STS

22 Saya memilih untuk bersenang-senang daripada menceritakan masalah saya ketika waktu bersamanya terbatas

SS S TS STS

24 Orangtua memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan mereka setiap minggunya

SS S TS STS

25 Orangtua saya tidak menyediakan waktu khusus untuk saya, karena sibuk dalam karir SS S TS STS

26 Orangtua selalu siap mendengarkan saya tanpa harus menunggu waktu yang tepat SS S TS STS

28 Ketika merasa lelah, saya malas curhat kepada orangtua SS S TS STS

29 Terlalu berfikir kapan waktu yang tepat membuat saya gagal bercerita kepada orangtua SS S TS STS

30 Saya menceritakan kejadian sebenarnya kepada orangtua meskipun saya yang bersalah SS S TS STS

31 Saya berbohong tentang fakta suatu masalah jika saya yang bersalah karena takut dimarahi SS S TS STS

33 Saya lebih sering curhat kepada orangtua dibandingkan dengan teman SS S TS STS

34 Saya selalu bercerita kepada orangtua setiap hari meskipun hanya hal yang sepele SS S TS STS

35 Saya curhat kepada orangtua hanya saat hari libur mereka SS S TS STS

37 Saya memberikan informasi secara detail tentang yang terjadi pada diri saya kepada orangtua

SS S TS STS

38 Memberikan informasi secara detail kepada orangtua tidak akan memberikan efek apapun pada saya

SS S TS STS

40 Saya takut membuat orangtua risih jika saya banyak bercerita SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi

d. Penutup Instrumenskala keterbukaan diri (self disclosure) anak

pada ayah-ibu karir ini disusun untuk mengetahui seberapa besar angka keterbukaan anak jika kedua orangtuanya berkarir. Tak semua yang orangtuanya berkarir anaknya menjadi pribadi yang tertutup atau tidak terbuka. Meski kedua orangtua berkarir, jika perannya dimaksimalkan keterbukaan anak juga akan tinggi. Namun ketika anak kurang terbuka dapat dikatakan bahwa orangtua kurang memaksimalkan perannya.

Kategori Rendah Skor ≤ 68 Sedang 68 ≤ Skor ≤ 101 Tinggi Skor ≥ 101

72

2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas Oleh: Suandara Pratiwi ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar

Menurut coopersmith (1967:4-5) Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana self esteem pada penyandang disabilitas. Self esteem ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh oleh subjek pada skala self esteem. Self esteem disususn berdasarkan aspek-aspek self esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka makin tinggi self esteem pada diri individu. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek self esteem .

Sehingga instrumen ini penting untuk melihat sejauh mana tingkat keberhargaan diri yang apa pada penyandang disabilitas. Agar menjadi tolak ukur untuk bahan evaluasi dalam proses sosialisasi dan belajar mengajar dengan penyadang disabilitas.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Self esteem merupakan upaya untuk menegevaluasi diri

tentang pandangan secara menyeluruh tentang diri sendiri sehingga menimbulkan keberhargaan terhadap diri sendiri. Coopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam self esteem individu, yaitu power, significance, virtue, dan competence. Sehingga kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek sekf esteem antara lain kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), kemampuan (competence).

Variabel Aspek Indikator Deskripto

r

No Item Jumlah Favorab

el Unfavorabel

Kekuatan (power)

Kemampuan untuk mengontrol tingkah laku

Mengontrol tingkah laku

1,3 2 3

73

2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas Oleh: Suandara Pratiwi ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar

Menurut coopersmith (1967:4-5) Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana self esteem pada penyandang disabilitas. Self esteem ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh oleh subjek pada skala self esteem. Self esteem disususn berdasarkan aspek-aspek self esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka makin tinggi self esteem pada diri individu. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek self esteem .

Sehingga instrumen ini penting untuk melihat sejauh mana tingkat keberhargaan diri yang apa pada penyandang disabilitas. Agar menjadi tolak ukur untuk bahan evaluasi dalam proses sosialisasi dan belajar mengajar dengan penyadang disabilitas.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Self esteem merupakan upaya untuk menegevaluasi diri

tentang pandangan secara menyeluruh tentang diri sendiri sehingga menimbulkan keberhargaan terhadap diri sendiri. Coopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam self esteem individu, yaitu power, significance, virtue, dan competence. Sehingga kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek sekf esteem antara lain kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), kemampuan (competence).

Variabel Aspek Indikator Deskripto

r

No Item Jumlah Favorab

el Unfavorabel

Kekuatan (power)

Kemampuan untuk mengontrol tingkah laku

Mengontrol tingkah laku

1,3 2 3

Kemampuan untuk mengontrol emosi

Mengontrol emosi

4, 5 6 3

mendapat Pengakuan terhadap diri sendiri

Kepercayaan diri

7, 8, 9, 10

11,12, 13,14,15

9

mendapat Pengakuan dari orang lain

Fakta-fakta tentang diri

16, 17 18, 19, 4

Keberartian (significance)

Kepedulian dan perhatian yang diterima dari orang lain dan lingkungannya.

Penerimaan di lingkungan terhadap diri yang sebenarnya

20, 21, 22

23, 24, 25, 26

7

afeksi dan ekspresi cinta yang diterima dari orang lain dan lingkungannya

Cinta dan kasih sayang dari orang lain

27,28 29, 30, ,31, 32

6

Kebajikan (virtue)

Ketaatan untuk mengikuti standar moral dan etika

Penilaian positif terhadap diri karena sudah menaati moral, dan etika

33, 34 35 3

Ketaatan untuk mengikuti standar agama

Penilaian positif terhadap diri karena sudah menaati nilai agama

36, 37, 38, 39

40, 41, 42

7

Kemampuan (competence)

Suatu performasi yang tinggi

Mengoptimalkan kemampua

43, 44, 45

46, 47 5

74

untuk memenuhi kebutuhan

n dengan baik dalam memenuhi kebutuhan

Suatu performasi yang tinggi untuk mencapai prestasi

Mengoptimalkan kemampuan dengan baik dalam mencapai prestasi

48, 49 50, 51 4

Jumlah 26 25 51 Alpha Cronbach’s = 0,867 ; Sampel = 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2,8,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,25,27,28,29,34,36,37,38,39,41,42,43,44,45,46,49,51.

1,3,4,5,6,7,9,10,11,14,18,24,26,30,31,32,33,35,40,47,48,50.

c. Item Pertanyaan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban 2 Saya berbuat baik kepada orang tertentu saja SS S TS STS 8 Saya percaya pada kemampuan yang saya

miliki SS S TS STS

12 Saya kurang percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang

SS S TS STS

13 Saya kurang bahagia dengan kehidupan saya saat ini

SS S TS STS

15 Saya takut untuk menjalani kehidupan pada saat ini dan masa yang akan datang

SS S TS STS

16 orang terdekat saya selalu mendukung dan bangga terhadap apa yang saya lakukan

SS S TS STS

17 Teman-teman saya bersedia membantu ketika saya meminta tolong kepada mereka

SS S TS STS

19 Saya jarang diajak oleh teman-teman saya ketika mereka mengadakan sebuah kegiatan.

SS S TS STS

20 Ketika saya sakit orang terdekat saya datang untuk menjenguk

SS S TS STS

21 Saya selalu diajak ngobrol dengan orang terdekat saya

SS S TS STS

22 Orang terdekat saya selalu mengingatkan untuk kuliah dan mengerjakan tugas

SS S TS STS

23 Orang terdekat saya hanya datang kepada saya saat mereka membutuhkan saja

SS S TS STS

25 saya kurang berintekasi dengan orang sekitar SS S TS STS 27 Saya merasa orang terdekat saya

menyayangi saya SS S TS STS

28 saya butuh kasih sayang dari orang terdekat SS S TS STS

75

untuk memenuhi kebutuhan

n dengan baik dalam memenuhi kebutuhan

Suatu performasi yang tinggi untuk mencapai prestasi

Mengoptimalkan kemampuan dengan baik dalam mencapai prestasi

48, 49 50, 51 4

Jumlah 26 25 51 Alpha Cronbach’s = 0,867 ; Sampel = 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2,8,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,25,27,28,29,34,36,37,38,39,41,42,43,44,45,46,49,51.

1,3,4,5,6,7,9,10,11,14,18,24,26,30,31,32,33,35,40,47,48,50.

c. Item Pertanyaan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban 2 Saya berbuat baik kepada orang tertentu saja SS S TS STS 8 Saya percaya pada kemampuan yang saya

miliki SS S TS STS

12 Saya kurang percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang

SS S TS STS

13 Saya kurang bahagia dengan kehidupan saya saat ini

SS S TS STS

15 Saya takut untuk menjalani kehidupan pada saat ini dan masa yang akan datang

SS S TS STS

16 orang terdekat saya selalu mendukung dan bangga terhadap apa yang saya lakukan

SS S TS STS

17 Teman-teman saya bersedia membantu ketika saya meminta tolong kepada mereka

SS S TS STS

19 Saya jarang diajak oleh teman-teman saya ketika mereka mengadakan sebuah kegiatan.

SS S TS STS

20 Ketika saya sakit orang terdekat saya datang untuk menjenguk

SS S TS STS

21 Saya selalu diajak ngobrol dengan orang terdekat saya

SS S TS STS

22 Orang terdekat saya selalu mengingatkan untuk kuliah dan mengerjakan tugas

SS S TS STS

23 Orang terdekat saya hanya datang kepada saya saat mereka membutuhkan saja

SS S TS STS

25 saya kurang berintekasi dengan orang sekitar SS S TS STS 27 Saya merasa orang terdekat saya

menyayangi saya SS S TS STS

28 saya butuh kasih sayang dari orang terdekat SS S TS STS

saya 29 Orang terdekat saya kurang peduli dengan

diri saya SS S TS STS

34 Saya selalu mengikuti peraturan yang ada, karena menurut saya peraturan merupakan tata cara kita bertindak dan berperilaku

SS S TS STS

36 Dengan keterbatasan saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai umat beragama

SS S TS STS

37 Saya percaya dengan agama dan tuhan yang saya sembah

SS S TS STS

38 Saya sangat merasakan dampak positif ketika saya dekat denga tuhan saya

SS S TS STS

39 Saya selalu bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan agama yang saya anut

SS S TS STS

41 Saya merasa biasa saja ketika saya meninggalkan sholat

SS S TS STS

42 Terkadang dalam hidup saya merasa tuhan tidak adil terhadap saya

SS S TS STS

43 Saya termasuk orang yang aktif SS S TS STS 44 saya tidak suka merepotkan orang lain ketika

saya mampu melakukannya SS S TS STS

45 Saya mampu menyelesaikan masalah saya sendiri

SS S TS STS

46 Saya tidak dapat melakukan banyak hal karena kekurangan saya

SS S TS STS

49 Saya berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita saya

SS S TS STS

51 Motivasi belajar saya tidak stabil SS S TS STS Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi:

Kategori Rendah Skor ≤ 58 Sedang 58≤ skor ≤ 87 Tinggi Skor ≥ 87

76

d. Penutup Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala ini untuk melihat

sejauh mana tingkat keberhargaan diri (self esteem) yang ada pada penyandang disabilitas, yang mana ketika skor yang didapat semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhargaan diri pada penyandang disabilitas, begitu pula sebaliknya.

77

d. Penutup Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala ini untuk melihat

sejauh mana tingkat keberhargaan diri (self esteem) yang ada pada penyandang disabilitas, yang mana ketika skor yang didapat semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhargaan diri pada penyandang disabilitas, begitu pula sebaliknya.

3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru Oleh: Afaaf Mauilaa ([email protected]) Professional Judgement: Larindah Septiyani, S.Pd. a. Pengantar

Dalam kehidupan bersosial seseorang, akan ada saatnya ia bertemu dengan seseorang lainnya maupun bertemu dengan lingkungan atau keadaan yang lain. Karena hal tersebut, seseorang dituntut untuk bisa menyesuaikan dirinya sesuai dimana ia berada. Namun, dengan kepribadian setiap orang yang berbeda-beda, maka bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungannya pun akan berbeda pula. Ada seseorang yang dengan mudah untuk menyesuaikan diri, adapula yang membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang ada. Apalagi kehidupan di pesantren yang notabene mengumpulkan beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari ras maupun suku. Maka dari itu, penulis ingin mengetahui bagaimana para santri baru dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan yang baru. Dalam pengambilan skala instrument ini, penulis mengambil sampel beberapa siswa baru (kelas VII) di SMP Ali-Maksum Yogyakarta.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru

merupakan suatu usaha yang dilakukan agar dapat diterima oleh kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya. Biasanya seorang individu dalam melakukan penyesuaian diri lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspekaspek kemampuan pemecahan penyesuaian diri. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek self knowledge dan self insight, aspek self objectifity dan self acceptance, aspek self development dan self control, serta aspek satisfaction.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No. Item Jumlah Favorab

le Unfavorable

Penyesuaian Diri

terhadap

Lingkungan Baru

Aspek self

knowledge dan

self insight

Mengenal

kelebihan diri

1, 3 2

Mengena

l kelemaha

2 1

78

n diri

Dapat menunju

kkan emosional insight

Menyikapi kelebihan yang ada pada diri

6 4 2

Menyikapi kelemahan yang ada pada diri

5 7 2

Aspek self

objectifity dan self

acceptance

Berfikir rasional

dan bersikap realistic

8,9 2

Kemampuan

untuk mengatas

i stress dan

kecemasan

11 10 2

Penerimaan diri 12, 15 13, 14 4

Aspek self

development dan

self control

Mengendalikan

diri berupa

mengarahkan diri, pemikira

n-pemikira

n, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah

laku yang

sesuai

16,19, 20, 22,

24

17,18, 21,23 9

Mengembangkan kepribadi

an kea rah

25, 27, 29,30,

32,

26,28, 31 8

79

n diri

Dapat menunju

kkan emosional insight

Menyikapi kelebihan yang ada pada diri

6 4 2

Menyikapi kelemahan yang ada pada diri

5 7 2

Aspek self

objectifity dan self

acceptance

Berfikir rasional

dan bersikap realistic

8,9 2

Kemampuan

untuk mengatas

i stress dan

kecemasan

11 10 2

Penerimaan diri 12, 15 13, 14 4

Aspek self

development dan

self control

Mengendalikan

diri berupa

mengarahkan diri, pemikira

n-pemikira

n, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah

laku yang

sesuai

16,19, 20, 22,

24

17,18, 21,23 9

Mengembangkan kepribadi

an kea rah

25, 27, 29,30,

32,

26,28, 31 8

kematangan yang

positif

Aspek satisfacti

on

Kepuasan dalam hal yang

sudah dilakuka

n

34, 36,38 35,37 5

Pengalaman yang

membuat kepuasan

39, 45 40,41, 42,43,

44 7

Jumlah 25 20 45 Alpha Cronbach's = 0, 746; Sampel = 31 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 23, 27, 28, 31, 33, 35, 37, 41, 42, 45

2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 29, 30, 32, 34, 36, 38, 39, 40, 43, 44

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya hanya bisa melihat kelemahan orang lain SS S TS STS

7 Saya mengggunakan kelebihan saya untuk hal-hal yang positif SS S TS STS

10 Saya malu dengan kelemahan yang saya miliki SS S TS STS

13 Saya merasa tidak tenang jika berada di lingkungan baru SS S TS STS

14 Saya masih belum bisa menerima keadaan diri saya SS S TS STS

15 Saya merasa minder ketika tahu kelebihan orang lain SS S TS STS

16 Saya dapat mengendalikan diri saya sendiri karena saya mempunyai prinsip SS S TS STS

17 Saya mudah terpangaruh oleh teman-teman saya SS S TS STS

18 Saya tidak bisa menerima pendapat orang lain yang tidak sependapat dengan saya SS S TS STS

23 Saya mau menerima pendapat orang lain yang memang lebih baik SS S TS STS

27 Saya belum bisa mengontrol kebiasaan-kebiasaan saya di lingkungan baru SS S TS STS

80

28 Saya belum merasa kepribadian saya sudah terbentuk SS S TS STS

31 Kepribadian saya mempengaruhi saya dalam bertindak dan bersikap SS S TS STS

33 Saya akan mengikuti tren pergaulan tanpa memikirkan kepribadian saya yang sebenarnya

SS S TS STS

35 Saya merasa bahwa saya tidak diterima oleh teman-teman saya karena kepribadian saya SS S TS STS

37 Saya merasa bahwa saya belum melakukan sesuatu yang hebat dalam hidup saya SS S TS STS

41 Saya belum menemukan pengalaman yang bisa membuat saya puas SS S TS STS

42 Saya tidak ingin mendapatkan banyak pengalaman SS S TS STS

45 Saya merasa bahwa mendapatkan pengalaman hanya membuang waktu saja SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57

d. Penutup Dari instrument yang sudah disebar kepada beberapa santri

baru kelas VII di SMP Ali-Maksum Yogyakarta dapat diketahui apabila skor yang didapatkan semakin tinggi, maka ia mudah menyesuaikan diri, dan begitu pula sebaliknya, apabila skor semakin rendah maka ia sulit untuk menyesuaikan diri.

Dari sampel 15 santri, ada 1 santri yang memiliki skor rendah sehingga dapat dikatakan bahwa ia masih sulit untuk menyesuaikan dirinya. Ada 9 santri yang masih berusaha untuk menyesuaikan diri dan ada 5 santri yang sudah bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.

81

28 Saya belum merasa kepribadian saya sudah terbentuk SS S TS STS

31 Kepribadian saya mempengaruhi saya dalam bertindak dan bersikap SS S TS STS

33 Saya akan mengikuti tren pergaulan tanpa memikirkan kepribadian saya yang sebenarnya

SS S TS STS

35 Saya merasa bahwa saya tidak diterima oleh teman-teman saya karena kepribadian saya SS S TS STS

37 Saya merasa bahwa saya belum melakukan sesuatu yang hebat dalam hidup saya SS S TS STS

41 Saya belum menemukan pengalaman yang bisa membuat saya puas SS S TS STS

42 Saya tidak ingin mendapatkan banyak pengalaman SS S TS STS

45 Saya merasa bahwa mendapatkan pengalaman hanya membuang waktu saja SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57

d. Penutup Dari instrument yang sudah disebar kepada beberapa santri

baru kelas VII di SMP Ali-Maksum Yogyakarta dapat diketahui apabila skor yang didapatkan semakin tinggi, maka ia mudah menyesuaikan diri, dan begitu pula sebaliknya, apabila skor semakin rendah maka ia sulit untuk menyesuaikan diri.

Dari sampel 15 santri, ada 1 santri yang memiliki skor rendah sehingga dapat dikatakan bahwa ia masih sulit untuk menyesuaikan dirinya. Ada 9 santri yang masih berusaha untuk menyesuaikan diri dan ada 5 santri yang sudah bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.

4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial Oleh: Dita Exnes Septiyana ([email protected]) Profesional Judgement : Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar

Layanan dukungan psikososial adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan individu, keluarga, atau kelompok pasca kejadian tertentu sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif, berfungsi optimal (berpikir, merasa, bertindak, berinteraksi, menjalankan perannya), memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah, menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidup

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga. Karena tidak sedikit individu maupun masyarakat mengalami stress, depresi, bahkan gangguan kejiwaan lainnya. Skala Layanan Dukungan Psikososial disusun berdasarkan aspek-aspek mengenai kekhawatiran pasca mengalami kejadian yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang kemungkinan yang akan terjadi yaitu gangguan mental dan jiwa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin tinggi pula pentingnya Layanan Dukungan Psikososial.

b. Pengembanagn Instrumen Skala Psikologis Layanan dukungan psikososial ini diukur berdasarkan

skala layanan dukungan psikososial dan disusun berdasarkan teori Sarafino dengan aspek sebagai berikut: 1) Dukungan Emosional 2) Dukungan Penghargaan 3) Dukungan Informasi

Variabel Aspek Indikat

or Deskriptor No Item

Jumlah Favorable

Unfavorable

Pentingnya

Layanan

Dukungan

Psikososial

Aspek Emosio

nal

Perhatian

Penerima dukungan merasa nyaman

1,2 3,4,5 5

Tentram kembali

6,7 8,9 4

Empati Selalu memberikan perhatian kepada orang lain

10,11 12,13 4

Merasa dimiliki dan dicintai ketika

14, 15, 16

17 5

82

sedang mengalami stress Mampu memberikan bantuan dalam bentuk semangat

18, 19, 20, 21 4

Turut membantu ketika melihat orang lain kesusahan

Menunjukkan rasa empati

22 23 2

Memberikan bantuan kepada orang yang sedang susah

24 25 2

Suka menolong

26 27 2

Aspek Penghargaan

Mampu memberikan nilai kepada diri sendiri

Percaya diri 28, 29 30 3

Mampu mengarahkan diri untuk melakukan hal yang positif

Membangun rasa menghargai dirinya

31 32 2

Mampu menumbuhkan semangat dari dalam diri

Percaya diri 33, 34 35 3 Merasa bernilai

36, 37 38, 39 3

Aspek Inform

asi

Nasihat Memberikan arahan serta pengertian mengenai hal yang seharusnya

40 41 2

83

sedang mengalami stress Mampu memberikan bantuan dalam bentuk semangat

18, 19, 20, 21 4

Turut membantu ketika melihat orang lain kesusahan

Menunjukkan rasa empati

22 23 2

Memberikan bantuan kepada orang yang sedang susah

24 25 2

Suka menolong

26 27 2

Aspek Penghargaan

Mampu memberikan nilai kepada diri sendiri

Percaya diri 28, 29 30 3

Mampu mengarahkan diri untuk melakukan hal yang positif

Membangun rasa menghargai dirinya

31 32 2

Mampu menumbuhkan semangat dari dalam diri

Percaya diri 33, 34 35 3 Merasa bernilai

36, 37 38, 39 3

Aspek Inform

asi

Nasihat Memberikan arahan serta pengertian mengenai hal yang seharusnya

40 41 2

dilakukan dan tidak dilakukan

Arahan Mengarahkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawab

42 43 2

Saran Mampu menerima masukan dari orang lain

44, 45 46, 47 4

Tidak mudah tersinggung dan welcome

48,49 50 3

Berita yang didapat

Mampu menyaring berita/informasi yang ada

51 52, 53 3

Penuh pertimbangan

54 55 2

Tidak melakukan hal-hal yang dilarang

Tidak membiarkan dirinya terbawa suasana dan bersedih

56 57, 58 3

Jumlah 30 28 58 Alpha Cronbach's : 0,745 : Sampel; 17 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur

2,6,10,11,18,19,20,21,24,29,31,35,36,37,40,43,44,48,49,50,51,52,56,58.

1,3,4,5,7,8,9,12,13,14,15,16,17,22,23,25,26,27,28,30,32,33,34,38,39,41,42,45,46,47,53,54,55,57.

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No. Pernyataan Jawaban

2 Datang ke konselor merupakan cara saya untuk mempermudah menyelesaikan suatu SS S TS STS

84

masalah

6 Menceritakan masalah kepada teman membuat saya merasa lega SS S TS STS

10 Saya menerima jika ada teman yang peduli terhadap saya SS S TS STS

11 Berbagi cerita kepada teman dekat menurut saya merupakan suatu keharusan SS S TS STS

18 Saya selalu memberikan semangat kepada teman SS S TS STS

19 Semangat yang diberikan orang lain sangat membantu saya untuk menghadapi segala sesuatu

SS S TS STS

20 Saya malas ketika harus akrab dengan orang lain SS S TS STS

21 Semangat yang saya berikan tidak berpengaruh kepada mereka yang sedang mengalami suatu permasalahan

SS S TS STS

24 Ketika saya mampu menolong sesama, maka dengan senang hati akan saya lakukan SS S TS STS

29 Saya mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi SS S TS STS

31 Saya merasa optimis dengan apa yang saya kerjakan SS S TS STS

35 Saya merasa orang lain lebih mampu daipada saya SS S TS STS

36 Teman-teman saya selalu mendukung ketika saya menginginkan sesuatu SS S TS STS

37 Saya merasa kelebihan yang saya punya dibutuhkan orang lain SS S TS STS

40 Saya selalu menerima dan menuruti nasihat teman-teman SS S TS STS

43 Saya merasa rugi jika ada orang lain meminta untuk membantunya SS S TS STS

44 Nasihat dari orang sekitar sangat membantu menyelesaikan persoalan hidup SS S TS STS

48 Siapapun orangnya berhak untuk memberikan semangat kepada saya SS S TS STS

49 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang di sekitar saya SS S TS STS

50 Jika ada permasalahan, saya lebih baik menyendiri dan tidak mendengarkan kata orang

SS S TS STS

51 Dengan mudah saya mampu menyaring informasi dan saran yang diberikan orang lain SS S TS STS

52 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak persoalan yang harus saya hadapi SS S TS STS

85

masalah

6 Menceritakan masalah kepada teman membuat saya merasa lega SS S TS STS

10 Saya menerima jika ada teman yang peduli terhadap saya SS S TS STS

11 Berbagi cerita kepada teman dekat menurut saya merupakan suatu keharusan SS S TS STS

18 Saya selalu memberikan semangat kepada teman SS S TS STS

19 Semangat yang diberikan orang lain sangat membantu saya untuk menghadapi segala sesuatu

SS S TS STS

20 Saya malas ketika harus akrab dengan orang lain SS S TS STS

21 Semangat yang saya berikan tidak berpengaruh kepada mereka yang sedang mengalami suatu permasalahan

SS S TS STS

24 Ketika saya mampu menolong sesama, maka dengan senang hati akan saya lakukan SS S TS STS

29 Saya mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi SS S TS STS

31 Saya merasa optimis dengan apa yang saya kerjakan SS S TS STS

35 Saya merasa orang lain lebih mampu daipada saya SS S TS STS

36 Teman-teman saya selalu mendukung ketika saya menginginkan sesuatu SS S TS STS

37 Saya merasa kelebihan yang saya punya dibutuhkan orang lain SS S TS STS

40 Saya selalu menerima dan menuruti nasihat teman-teman SS S TS STS

43 Saya merasa rugi jika ada orang lain meminta untuk membantunya SS S TS STS

44 Nasihat dari orang sekitar sangat membantu menyelesaikan persoalan hidup SS S TS STS

48 Siapapun orangnya berhak untuk memberikan semangat kepada saya SS S TS STS

49 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang di sekitar saya SS S TS STS

50 Jika ada permasalahan, saya lebih baik menyendiri dan tidak mendengarkan kata orang

SS S TS STS

51 Dengan mudah saya mampu menyaring informasi dan saran yang diberikan orang lain SS S TS STS

52 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak persoalan yang harus saya hadapi SS S TS STS

56 Saya sering menghibur diri agar tidak larut dalam kesedihan SS S TS STS

58 Ketika mendapat suatu persmasalahan, saya sering terlarut dalam kesedihan itu SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.

Kategorisasi

Kategori Rendah Skor ≤ 48 Sedang 48 ≤ Skor ≤ 180 Tinggi Skor ≥ 180

d. Penutup Layanan Dukungan Psikososial merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk mengembalikan hubungan antara kondisi seseorang dengan kesehatan mental/emosional pada seseorang pasca kejadian yang melibatkan aspek psikologis dan sosial. Layanan Dukungan Psikososial ini biasa dilakukan oleh petugas yang memiliki keahlian pada bidang Layanan Dukungan Psikososial.

Maka dari itu skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.

86

5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa Oleh: Zeffa Yurihana ([email protected]) Profesional Judgment: Lestari S.Sos.I a. Pengantar

Maraknya perilaku apatis di kalangan mahasiswa, ternyata tidak lepas dari faktor globalisasi. Hal tersebut terbukti dengan pola interaksi antar mahasiswa yang bisa dibilang tidak seperti mahasiswa dulu. Peristiwa itu di dukung oleh pengaruh alat komunikasi yang sudah meenjadi kebutuhan primer mahasiswa dewasa ini.. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita apatis yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori sosial. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang marak dewasa ini.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Interaksi sosial adalah tanda kehidupan sosial manusia.

Pertemuan orang-orang secara badaniyah belaka di tengah keramaian pasar atau mal, tak kenal tanpa bicara, bukanlah sejatinya interaksi sosial atau pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru terasa dan terjadi ketika manusia, baik perorangan atau kelompok-kelompok saling berbicara sambil minum kopi, mengadakan kerja sama, atau bersaing, bertikai sampai marah-marah. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial yang dinamis.

Pada era modern seperti sekarang ini, tidak ada mahasiswa yang tidak mempunyai gadget, atau kita kenal sebagai smartphone atau ponsel pintar. Dalam tingkatan sebagai mahasiswa, sudah saatnya terjun ke masyarakat dan berguna bagi bangsa dan negara. Melihat teknologi yang sangat maju di seluruh dunia, salah satunya gadget, alat komunikasi paling praktis dan mudah dipenggunaannya, apalagi harganya yang tidak begitu mahal, membuat semua manusia terobsesi memiliki gadget paling mutakhir dan menggunakannya untuk sekedar memuaskan rasa kekinian.

Variabel Aspek Indikat

or Deskriptor

No Item Jumlah Favor

able Unfavorable

Pengaruh

Gadget

Komunikatif

Kontak sosial

Kontak sosial positif

1,2 3 3

87

5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa Oleh: Zeffa Yurihana ([email protected]) Profesional Judgment: Lestari S.Sos.I a. Pengantar

Maraknya perilaku apatis di kalangan mahasiswa, ternyata tidak lepas dari faktor globalisasi. Hal tersebut terbukti dengan pola interaksi antar mahasiswa yang bisa dibilang tidak seperti mahasiswa dulu. Peristiwa itu di dukung oleh pengaruh alat komunikasi yang sudah meenjadi kebutuhan primer mahasiswa dewasa ini.. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita apatis yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori sosial. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang marak dewasa ini.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Interaksi sosial adalah tanda kehidupan sosial manusia.

Pertemuan orang-orang secara badaniyah belaka di tengah keramaian pasar atau mal, tak kenal tanpa bicara, bukanlah sejatinya interaksi sosial atau pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru terasa dan terjadi ketika manusia, baik perorangan atau kelompok-kelompok saling berbicara sambil minum kopi, mengadakan kerja sama, atau bersaing, bertikai sampai marah-marah. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial yang dinamis.

Pada era modern seperti sekarang ini, tidak ada mahasiswa yang tidak mempunyai gadget, atau kita kenal sebagai smartphone atau ponsel pintar. Dalam tingkatan sebagai mahasiswa, sudah saatnya terjun ke masyarakat dan berguna bagi bangsa dan negara. Melihat teknologi yang sangat maju di seluruh dunia, salah satunya gadget, alat komunikasi paling praktis dan mudah dipenggunaannya, apalagi harganya yang tidak begitu mahal, membuat semua manusia terobsesi memiliki gadget paling mutakhir dan menggunakannya untuk sekedar memuaskan rasa kekinian.

Variabel Aspek Indikat

or Deskriptor

No Item Jumlah Favor

able Unfavorable

Pengaruh

Gadget

Komunikatif

Kontak sosial

Kontak sosial positif

1,2 3 3

Pada Interaksi Sosial Mahasi

swa

Kontak sosial negative

6 4,5 3

Komunikasi sosial

Komunikasi langsung

7,8 9 3

Komunikasi tidak langsung

10,12 11 3

Komunikasi satu arah

14,15 13 3

Komunikasi timbal balik

16,17 18 3

Sikap (attitude)

Faktor internal

Bertahan hidup dengan interaksi sosial

19,20 21 3

Faktor eksternal

Imitasi 23,24 22 3

Sugesti 26,27 25 3

Identifikasi 28,30 29 3

Simpati 33 31,32 3

Jumlah 20 13 33

Alpha Cronbach's = 0,30 ; Sampel = 17 orang.

88

Item Pernyataan

Item shohih Item gugur

12,14,15,23,26 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,16,17,18,19,20,21,22,24,25,27,28,29,30,31,32, 33

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

12 Saya senang ketika ada suatu kegiatan yang membuat saya tidak memperhatikan gadget.

SS S TS STS

14 Saya suka menceritakan pengalaman saya apapun itu kepada orang lain. SS S TS STS

15 Saya lebih suka mendengarkan orang berbicara. SS S TS STS

23 Saya menggunakan gadget untuk melihat dan mengikuti tren terbaru. SS S TS STS

26 Saya mengikuti perkembangan zaman sebagai manusia modern. SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 6,7 Sedang 6,7 ≤ Skor ≤ 13,3 Tinggi Skor ≥ 13,3

d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang

membutikan bahwa interaksi mahasiswa dipengaruhi oleh gadget masing-masing. Gadget yang seharusnya menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dewasa ini, malah menjadi penghambat komunikasi serta interaksi sosial antar mahasiswa. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa gadget juga mempunyai banyak sisi negatif. Oleh sebab itu, kita juga harus bijak menggunakan gadget sesuai kebutuhan.

89

Item Pernyataan

Item shohih Item gugur

12,14,15,23,26 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,16,17,18,19,20,21,22,24,25,27,28,29,30,31,32, 33

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

12 Saya senang ketika ada suatu kegiatan yang membuat saya tidak memperhatikan gadget.

SS S TS STS

14 Saya suka menceritakan pengalaman saya apapun itu kepada orang lain. SS S TS STS

15 Saya lebih suka mendengarkan orang berbicara. SS S TS STS

23 Saya menggunakan gadget untuk melihat dan mengikuti tren terbaru. SS S TS STS

26 Saya mengikuti perkembangan zaman sebagai manusia modern. SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 6,7 Sedang 6,7 ≤ Skor ≤ 13,3 Tinggi Skor ≥ 13,3

d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang

membutikan bahwa interaksi mahasiswa dipengaruhi oleh gadget masing-masing. Gadget yang seharusnya menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dewasa ini, malah menjadi penghambat komunikasi serta interaksi sosial antar mahasiswa. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa gadget juga mempunyai banyak sisi negatif. Oleh sebab itu, kita juga harus bijak menggunakan gadget sesuai kebutuhan.

6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal Oleh: Anom Sarianingsih ([email protected]) Professional Judgement: Saidah Ramadhan, S.Pd. I a. Pengantar

Setiap manusia memliki emosi, Daniel Goleman mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan dan serangkaia kecenderugan bertindak. Sedangkan regulasi emosi sendiri yakni kappasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat itensitas untuk mencapai suatu tujuan.

Dari pengertian diatas maka Instrumen skala inidimaksudkan untukmengetahui regulasi emosi pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Regulasi emosi ini kemudian di tunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala Regulasi emosi yang digunakannya. Skala disusun berdasarkan aspek-aspek yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang regulasi emosi. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka akan semakin besar regulasi emosi individu tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi interpersonal.

b. Pengembangan Insrumen Skala Psikologis Regulasi Emosi menurut Gross (2007) merupakan Strategi

yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat, mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan berdasarkan aspek aspek regulasi emosi interpersonal. Aspek-aspek tersebut antara lain Strategies to emotion regulation (strategies), Engaging in goal directed behavior (goals), Control Emotional Responses (Impulse), Acceptance of emotional response (acceptance).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item Jumlah Favora

ble Unfavor

able

Regulasi

Emosi Interper

sonal

Strategies to

emotion

regulation

(strateg

Keyakinan Individu

untuk mengatasi masalah

Memandang

suatu permasalaha

n interpesonal

1, 2,3,

4 5,6, 6

mampu 7,8 9, 10 4

90

ies) mengatasi permasalaha

n interpersonal

Memiliki kemampuan menentukan suatu cara

emosi

Mengurangi emosi

negatif yang dirasakan

11, 12 13,14 4

Menenangkan diri setelah

setelah merasakan

emosi

Menenangkan diri setelah emosi yang berlebihan

15, 16 17, 18 4

Engaging in goal

directed

behavior

(goals)

Kemampuan individu

untuk tidak terpengaruh oleh emosi

negatif yang dirasakanya

sehingga tetap berfikir

dan melakukan

sesuatu dengan baik

Tidak terpegaruh oleh emosi

negatif

19, 20 21, 22 4

Berfikir positif

23, 24,25 26, 27 5

Melakukan sesuatu

dengan baik

28, 29, 30, 31

32, 33,34,35 5

Control Emotio

nal Respon

ses (Impuls

e)

Kemampuan individu

untuk dapat megontrol emosi yang dirasakanya dan respon

ditampilkan.

Mengtrol emosi yang dirasakan

36 , 37, 38, 39

40, 41, 42 7

Respon yang ditampilkan

43,44,45

46, 47, 48 6

Acceptance of emotio

nal respons

e (acceptance)

Kemampuan individu

untuk menerima

suatu peristiwa

yang menimbulka

n emosi negatif dan

tidak merasa malu merasakan

Individu menerima

suatu peritiwa

yang menimbukan emosi negati

49, 50, 51,52

53, 54,55, 56, 57

9

91

ies) mengatasi permasalaha

n interpersonal

Memiliki kemampuan menentukan suatu cara

emosi

Mengurangi emosi

negatif yang dirasakan

11, 12 13,14 4

Menenangkan diri setelah

setelah merasakan

emosi

Menenangkan diri setelah emosi yang berlebihan

15, 16 17, 18 4

Engaging in goal

directed

behavior

(goals)

Kemampuan individu

untuk tidak terpengaruh oleh emosi

negatif yang dirasakanya

sehingga tetap berfikir

dan melakukan

sesuatu dengan baik

Tidak terpegaruh oleh emosi

negatif

19, 20 21, 22 4

Berfikir positif

23, 24,25 26, 27 5

Melakukan sesuatu

dengan baik

28, 29, 30, 31

32, 33,34,35 5

Control Emotio

nal Respon

ses (Impuls

e)

Kemampuan individu

untuk dapat megontrol emosi yang dirasakanya dan respon

ditampilkan.

Mengtrol emosi yang dirasakan

36 , 37, 38, 39

40, 41, 42 7

Respon yang ditampilkan

43,44,45

46, 47, 48 6

Acceptance of emotio

nal respons

e (acceptance)

Kemampuan individu

untuk menerima

suatu peristiwa

yang menimbulka

n emosi negatif dan

tidak merasa malu merasakan

Individu menerima

suatu peritiwa

yang menimbukan emosi negati

49, 50, 51,52

53, 54,55, 56, 57

9

emosi tersebut

Individu tidak merasa

malu merasakan

emosi negatif

58,59,60,61,

62

63, 64, 65, 66, 67, 68

10

Jumlah 35 33 68

Alpha Cronbach’s = 0,7688 ; Sampel = 18 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 14, 19, 22, 23, 25, 28, 30, 31, 32, 33, 38, 43, 50, 52, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68.

2, 4, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 29, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 53, 54, 55, 56,57, 58, 59.

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban SS S TS STS

1 Setiap orang pasti mempunyai masalah. SS S TS STS

3 Masalah adalah bagian dari hidup saya. SS S TS STS

5 saya merasa sedih ketika sedang menghadapi masalah SS S TS STS

6 Bagi saya masalah adalah sumber penderitaan SS S TS STS

9 Saya sulit menemukan solusi dari masalah yang saya hadapi SS S TS STS

10 Saya menjadi tidak bersemangat ketika mengahadapi masalah SS S TS STS

11 Ketika saya sedang marah, saya berusaha menenangkan diri SS S TS STS

14 Ketika marah saya cenderung menyalahkan orang lain SS S TS STS

19 Saya selalu bersabar dengan situai SS S TS STS

92

yang ada.

22 Saya mudah terbawa suasana SS S TS STS

23 Saya yakin pasti berhasil. SS S TS STS

25 Bagi saya semua hal Mungkin untuk dilakukan, asal mau berusaha dan berdoa.

SS S TS STS

28 Bagi saya, niat baik akan selalu berhasil SS S TS STS

30 Saya suka mengeluh SS S TS STS

31 Saya merasa puas terhadap hasil kerja saya sendiri. SS S TS STS

32 Segala hal yang sederhana pasti akan berhasil. SS S TS STS

33 Saya tidak puas dengan hasil yang saya dapatkan. SS S TS STS

38 Saya selalu meminta saran dari orang lain terhadap rencana yang akan saya lakukan.

SS S TS STS

43 Sering saya membaca untuk menemukan ide. SS S TS STS

50 Saya menerima dengan baik setiap peristiwa yang tidak menyenangkan. SS S TS STS

52 Kejadian yang tidak menyenangkan hanyalah bagian dari proses pendewasaan saya.

SS S TS STS

60 Bagi saya emosi negatif bukan suatu yang tidak perlu ditolak. SS S TS STS

61 Pegalaman buruk di masa lalu tak perlu di sembunyikan. SS S TS STS

62 Bagi saya pengalam buruk bukan suatu masalah besar. SS S TS STS

63 Saya tidak menyesal mempunyai pengalaman yang kurang baik. SS S TS STS

93

yang ada.

22 Saya mudah terbawa suasana SS S TS STS

23 Saya yakin pasti berhasil. SS S TS STS

25 Bagi saya semua hal Mungkin untuk dilakukan, asal mau berusaha dan berdoa.

SS S TS STS

28 Bagi saya, niat baik akan selalu berhasil SS S TS STS

30 Saya suka mengeluh SS S TS STS

31 Saya merasa puas terhadap hasil kerja saya sendiri. SS S TS STS

32 Segala hal yang sederhana pasti akan berhasil. SS S TS STS

33 Saya tidak puas dengan hasil yang saya dapatkan. SS S TS STS

38 Saya selalu meminta saran dari orang lain terhadap rencana yang akan saya lakukan.

SS S TS STS

43 Sering saya membaca untuk menemukan ide. SS S TS STS

50 Saya menerima dengan baik setiap peristiwa yang tidak menyenangkan. SS S TS STS

52 Kejadian yang tidak menyenangkan hanyalah bagian dari proses pendewasaan saya.

SS S TS STS

60 Bagi saya emosi negatif bukan suatu yang tidak perlu ditolak. SS S TS STS

61 Pegalaman buruk di masa lalu tak perlu di sembunyikan. SS S TS STS

62 Bagi saya pengalam buruk bukan suatu masalah besar. SS S TS STS

63 Saya tidak menyesal mempunyai pengalaman yang kurang baik. SS S TS STS

64 Kejadian buruk di masa lalu adalah suatu hal yang memalukan. SS S TS STS

65 Bagi saya pengalaman buruk, harus di simpan rapat-rapat karena memalukan. SS S TS STS

66 Emosi negatif akan meperburuk keadaan SS S TS STS

67 Saya menyesali kejadian buruk yang saya alami saya. SS S TS STS

68 Bagi saya pengalaman buruk suatu hal yang menjijikan. SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri. Kategorisasi

Kategori Rendah Skor ≤ 60 Sedang 18 ≤ Skor ≥ 90 Tinggi Skor ≥ 90

d. Pentutup Instrumen skala adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Regulasi Emosi” ini, dikelompokkan menjadi 4 aspek yakni Strategies to emotion regulation (strategies/ strategi), Engaging in goal directed behavior (goals/tujuan), Control Emotional Responses (Impulse), Acceptance of emotional response (acceptance/penerimaan). Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam engolah emosi pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu mencapai tujuan sesuai dengan jati diri individu. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis maupun responden. Serta berguna bagi pembaca dan peneliti yang menjadikan instrumen ini sebagai acuan.

94

7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Oleh: Gina Amaliah Shalehah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si a. Pengantar

Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.

Manusia adalah manusia sosial yang senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain di sekitarnya. Setiap orang tua pasti merasa senang ketika anaknya mendapat nilai yang tinggi atau pintar dalam pelajaran namun sebenarnya sebagai mahluk sosial kepintaran seseorang dalam hal tersebut tak akan dipandang berguna tanpa kecerdasannya dalam kehidupan di masyarakat seperti membangun relasi dengan orang lain atau mempertahankan dan semakin memperbaiki relasi itu menjadi lebih erat. Kecerdasannya berinteraksi dengan orang lain atau orang di luar dirinya adalah sesuatu kecerdasan yang seharusnya di miliki dan terus di kembangkan oleh setiap orang.

Setiap orang punya kemampuan sosial dengan orang lain namun ada orang yang memang sangat memperhatikan kecerdasan sosial atau sangat peka dengan sosialnya ada yang kadang sekedar acuh tak acuh. Maka dari itu, instrumen atau skala ini dipandang perlu untuk dibuat untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam sosialnya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Kecerdasan sosial adalah sekumpulan keterampilan yang

membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial tersebut diukur dengan skala kecerdasan sosial berdasarkan teori Goleman dengan dua aspek yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.

Variable Aspek Indikator Deskript

or

No Item Jumlah Favor

able Unfav orable

Kecerdasan sosial

Kesadaran sosial

Berempati dasar atau mampu membaca isyarat non

Membaca isyarat non verbal

1,2 3,37 4

95

7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Oleh: Gina Amaliah Shalehah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si a. Pengantar

Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.

Manusia adalah manusia sosial yang senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain di sekitarnya. Setiap orang tua pasti merasa senang ketika anaknya mendapat nilai yang tinggi atau pintar dalam pelajaran namun sebenarnya sebagai mahluk sosial kepintaran seseorang dalam hal tersebut tak akan dipandang berguna tanpa kecerdasannya dalam kehidupan di masyarakat seperti membangun relasi dengan orang lain atau mempertahankan dan semakin memperbaiki relasi itu menjadi lebih erat. Kecerdasannya berinteraksi dengan orang lain atau orang di luar dirinya adalah sesuatu kecerdasan yang seharusnya di miliki dan terus di kembangkan oleh setiap orang.

Setiap orang punya kemampuan sosial dengan orang lain namun ada orang yang memang sangat memperhatikan kecerdasan sosial atau sangat peka dengan sosialnya ada yang kadang sekedar acuh tak acuh. Maka dari itu, instrumen atau skala ini dipandang perlu untuk dibuat untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam sosialnya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Kecerdasan sosial adalah sekumpulan keterampilan yang

membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial tersebut diukur dengan skala kecerdasan sosial berdasarkan teori Goleman dengan dua aspek yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.

Variable Aspek Indikator Deskript

or

No Item Jumlah Favor

able Unfav orable

Kecerdasan sosial

Kesadaran sosial

Berempati dasar atau mampu membaca isyarat non

Membaca isyarat non verbal

1,2 3,37 4

verbal yang diberikan orang lain Mendengarkan secara efektif lawan bicara

Meperhatikan secara penuh

4,5,6 7,8,9 6

Memberi respon

10 11 2

Memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui bahasa nonverbal yang diberikan

Memahami pikiran

14,15 16,17 4

Memahami perasaan

12 13 2

Memahami dan memilih hal yang tepat dalam situasi yang berbeda-beda

Memilih hal yang tepat

27 28 2

Fasilitas sosial

Melakukan interaksi dengan individu lain menggunakan bahasa non verbal

Berinteraksi dengan orang lain

19, 20,21, 23

24, 25,26, 31

8

Menampilkan diri secara efektif di depan orang lain

Percayaan diri

29, 30, 44

32, 33,39 6

Mempengaruhi orang lain dengan perkataan

Mempengaruhi orang lain dengan

34 36 2

96

hati-hati dan pengendalian diri

perkataan

Mengendalikan diri

38, 40 2

Peduli terhadap orang lain dan membantu sesama

Membantu orang lain

41,42, 18

43,22, 35 6

Jumlah 22 22 44 Alpha Cronbach's = 0,830 ; Sampel = 20 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,4,6,8,10,11,15,18,19,20,21,25, 29,32,33,37,38,39,41,42,43,44

2,3,5,7,9,12,13,14,16,17,22,23, 24,26,27,28,30,31,34,35,36,40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Mengetahui mood seseorang adalah hal yang mudah bagi saya SS S TS STS

4 Saya mendengarkan lawan bicara saya dengan seksama SS S TS STS

6 Saya mengetahui inti dari apa yang dibicarakan lawan bicara saya SS S TS STS

8 Saya memilih mempehatikan barang atau menunduk saat berbicara dengan lawan bicara

SS S TS STS

10 Saya merespon pembicaraan lawan bicara saya SS S TS STS

11 Saya rasa kurang dalam memberi respon SS S TS STS 15 Saya selalu berpikir positif tentang apa yang

diucapkan orang lain SS S TS STS

18 Saya menyisihkan uang atau baju bekas untuk disumbangkan pada orang yang membutuhkan

SS S TS STS

19 Saya bisa mengobrol banyak dengan orang baru SS S TS STS

20 Saya memapu berbicara dengan baik dengan SS S TS STS

97

hati-hati dan pengendalian diri

perkataan

Mengendalikan diri

38, 40 2

Peduli terhadap orang lain dan membantu sesama

Membantu orang lain

41,42, 18

43,22, 35 6

Jumlah 22 22 44 Alpha Cronbach's = 0,830 ; Sampel = 20 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,4,6,8,10,11,15,18,19,20,21,25, 29,32,33,37,38,39,41,42,43,44

2,3,5,7,9,12,13,14,16,17,22,23, 24,26,27,28,30,31,34,35,36,40

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Mengetahui mood seseorang adalah hal yang mudah bagi saya SS S TS STS

4 Saya mendengarkan lawan bicara saya dengan seksama SS S TS STS

6 Saya mengetahui inti dari apa yang dibicarakan lawan bicara saya SS S TS STS

8 Saya memilih mempehatikan barang atau menunduk saat berbicara dengan lawan bicara

SS S TS STS

10 Saya merespon pembicaraan lawan bicara saya SS S TS STS

11 Saya rasa kurang dalam memberi respon SS S TS STS 15 Saya selalu berpikir positif tentang apa yang

diucapkan orang lain SS S TS STS

18 Saya menyisihkan uang atau baju bekas untuk disumbangkan pada orang yang membutuhkan

SS S TS STS

19 Saya bisa mengobrol banyak dengan orang baru SS S TS STS

20 Saya memapu berbicara dengan baik dengan SS S TS STS

lawan bicara saya 21 Saya mampu merespon dengan baik

pertanyaan yang lawan bicara saya tanyakan SS S TS STS

25 Saya tidak begitu pintar dalam menjawab pertanyaan lawan bicara saya SS S TS STS

29 Saya bicara dengan lancar di depan orang banyak SS S TS STS

32 Saya bergetar atau berkeringat saat berbicara di depan orang banyak SS S TS STS

33 Saya merasa minder ketika teman saya berbicara dengan lancar di depan orang banyak

SS S TS STS

37 Melihat isyarat non verbal seseorang adalah kelemahan saya SS S TS STS

38 Saya mampu mengendalikan emosi dan perasaan saya dengan baik SS S TS STS

39 Sering kali saya merasa malu saat berbicara di depan orang banyak SS S TS STS

41 Ketika waktu luang atau weekend saya gunakan untuk kegiatan sosial SS S TS STS

42 Saya selalu membantu teman saya atau orang lain yang kesusahan SS S TS STS

43 Saya mengisi akhir minggu saya dengan tidur seharian SS S TS STS

44 Saya selalu berusaha untuk berbicara walaupun belum begitu banyak persiapan SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66

98

d. Penutup Demikianlah penyusunan skala kecerdasan sosial anak,

besar harapan penyusun skala ini mampu berguna dan di manfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kecerdasan sosial anak. Dalam penyusunan skala ini, penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan sehingga besar penyusun agar pembaca mampu menyempurnakan kekurangan tersebut dengan kritik dan saran.

99

d. Penutup Demikianlah penyusunan skala kecerdasan sosial anak,

besar harapan penyusun skala ini mampu berguna dan di manfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kecerdasan sosial anak. Dalam penyusunan skala ini, penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan sehingga besar penyusun agar pembaca mampu menyempurnakan kekurangan tersebut dengan kritik dan saran.

8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru Oleh: Amin Aulawi Zuhri ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si. a. Pengantar

Penyusunan intrumen skala gejala kecemasan sosial merupakan langkah awal untuk mengukur dan mengetahui individu yang mengalami gejala kecemasan sosial. Kecemasan Sosial adalah adalah kecemasan dalam bergaul dengan orang atau kelompok lain, suatu bentuk rasa cemas yang diarahkan pada lingkungan sosialnya. Individu khawatir dirinya akan mendapat penilaian negatif dari orang lain, khawatir tidak mampu mendapat persetujuan dari orang lain serta takut melakukan perilaku memalukan di muka umum yang termanifestasi dalam dua bentuk yaitu penarikan diri dan ketegangan sosial.

Instrumen skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan unfavorableyang disusun berdasarkan tiga aspek kecemasan sosial yang disusun dalam proporsi sama. Setiap aitem dalam skala gejala kecemasan sosial memiliki rentang skor antara 1 sampai 4. Subjek diminta untuk memberikan respon terhadap semua alternatif jawaban yang tersedia. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat kecemasan sosialnya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah pula tingkat kecemasan sosialnya.

Uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas Skala Gejala Kecemasan Sosial dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dan Cronbach's Alpha if Item Deleted. Batas indeks diskriminasi yang aitem yang digunakan untuk menguji skala ini adalah 0,30. Uji daya diskriminasi pada Skala Gejala Kecemasan Sosial dilakukan terhadap 58 aitem. Uji diskriminasi aitem tersebut menghasilkan 39 aitem sahih dengan koefisien reliabilitas Alpha (a) sebesar 0,902.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Gejala kecemasan sosial merupakan upaya dalam

mengenali, menemukan dan memilih perasaan ketakutan yang ekstrim dan konsisten ketika bertindak dengan cara yang memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan dalam berbagai kinerja dan atau situasi interaksional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar gejala kecemasan sosial yang muncul dalam situasi interaksi sosial yang ada pada diri individu dapat tertangani atau diatasi oleh dirinya sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan gejala kecemasan sosial. Aspek-aspek tersebut antara lain, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek behavioral.

100

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Gejala Kecemasan Sosial

Aspek Kognitif

Berpikir positif dan

kritis dalam memikirkan faktor yang

dapat mempengaru

hi dan mengganggu

perasaan atau

emosinya

Bersikap positif 1,2 3,4,5 5

Bersikap kritis 6,7 8,9 4

Berpikir positif

terhadap masalah gejala

kecemasan sosial yang baik dengan percaya diri, menyadari

sumber masalah, dan menciptakan

ide penyelesaian

masalah.

Percaya diri dalam

menyelesaikan gejala

kecemasan sosial

10,11 12,13 4

Mampu menyadari

sumber gejala kecemasan

sosial

14, 15, 16 17 5

Mampu menemukan

ide penyelesaian

gejala kecemasan

sosial

18, 19, 20, 21 4

Berpikir positif

dengan sikap hati-hati, langsung mengenal

dan menyadari

permasalahan.

Berfikir secara hati-hati dengan

menyelesaiakan

permasalahan gejala

kecemasan social

22 23 2

Mengenal permasalahan

gejala 24 25 2

101

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Gejala Kecemasan Sosial

Aspek Kognitif

Berpikir positif dan

kritis dalam memikirkan faktor yang

dapat mempengaru

hi dan mengganggu

perasaan atau

emosinya

Bersikap positif 1,2 3,4,5 5

Bersikap kritis 6,7 8,9 4

Berpikir positif

terhadap masalah gejala

kecemasan sosial yang baik dengan percaya diri, menyadari

sumber masalah, dan menciptakan

ide penyelesaian

masalah.

Percaya diri dalam

menyelesaikan gejala

kecemasan sosial

10,11 12,13 4

Mampu menyadari

sumber gejala kecemasan

sosial

14, 15, 16 17 5

Mampu menemukan

ide penyelesaian

gejala kecemasan

sosial

18, 19, 20, 21 4

Berpikir positif

dengan sikap hati-hati, langsung mengenal

dan menyadari

permasalahan.

Berfikir secara hati-hati dengan

menyelesaiakan

permasalahan gejala

kecemasan social

22 23 2

Mengenal permasalahan

gejala 24 25 2

kecemasan sosial yang

ada pada diri sendiri.

Menyadari permasalahan

gejala kecemasan sosial yang

ada pada diri sendiri

26 27 2

Aspek Afektif

(Perasaan)

Meredam perasaan

yang berkaitan terhadap

situasi social

Mampu meredam

respon emosi yang

menimbulkan kecemasan soaial pada diri individu

28, 29 30 3

Menghindarkan perasaan dari permasalahan

Mampu menghindarka

n diri dari situasi yang

mungkin menimbulkan

kecemasan sosial.

31 32 2

Menemukan perasaan

negatif dan memberikan respon positif

terhadap permasalahan

Menemukan perasaan yang negatif yang muncul pada diri individu

terkait dengan kecemasan

social

33, 34 35 3

Memberikan respon yang

positif terhadap perilaku

kecemasan sosial

sehingga dapat mengurangi

perasaan cemas

36, 37 38, 39 3

Aspek Behavioral

Mengungkap komponen

Mampu mengungkap 40 41 2

102

(Perilaku)

perilaku individu terhadap

penghindaran diri

terhadap interaksi

social

komponen individu terhadap

gejala kecemasan

sosial

Menemukan permasalahan

individu tentang

menghindari interaksi sosial

42 43 2

Bersikap tenang dalam

menghadapi interaksi sosial,

memfokuskan pikiran terhadap

Mampu bersikap

tenang, tidak gugup dalam menghadapi

gejala kecemasan sosial saat

berinteraksi terhadap

lingkungan

44, 45 46, 47 4

Memfokuskan fikiran tentang

tindakan mengurangi

masalah gejala kecemasan

sosial

48,49 50 3

Menemukan gagasan-gagasan untuk

mengurangi masalah

Menyampaikan gagasan

tentang mengurangi

masalah kecemasan

gejala sosial

51 52, 53 3

Mempertimbangkan aspek positif dan

negatif serta fokus terhadap

gagasan tentang

mengurangi masalah gejala

54 55 2

103

(Perilaku)

perilaku individu terhadap

penghindaran diri

terhadap interaksi

social

komponen individu terhadap

gejala kecemasan

sosial

Menemukan permasalahan

individu tentang

menghindari interaksi sosial

42 43 2

Bersikap tenang dalam

menghadapi interaksi sosial,

memfokuskan pikiran terhadap

Mampu bersikap

tenang, tidak gugup dalam menghadapi

gejala kecemasan sosial saat

berinteraksi terhadap

lingkungan

44, 45 46, 47 4

Memfokuskan fikiran tentang

tindakan mengurangi

masalah gejala kecemasan

sosial

48,49 50 3

Menemukan gagasan-gagasan untuk

mengurangi masalah

Menyampaikan gagasan

tentang mengurangi

masalah kecemasan

gejala sosial

51 52, 53 3

Mempertimbangkan aspek positif dan

negatif serta fokus terhadap

gagasan tentang

mengurangi masalah gejala

54 55 2

kecemasan sosial.

Memilih gagasan

terbaik dan melaksanaka

nnya

Melaksanakan gagasan yang paling baik

terhadap penurunan

gejala kecemasan

sosial

56 57, 58 3

Jumlah 30 28 58

Alpha Cronbach's = 0, 902; Sampel = 20 orang.

Item Pertanyaan

Item Shohih Item Gugur 2, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58

1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 20, 22, 23, 24, 26, 28, 37, 38, 40, 41, 50, 53

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

2 Ketika saya menyapa seseorang dan orang lain tidak merespon, saya berfikir orang itu sedang sibuk

SS S TS STS

6 Saya memahami bahwa apa yang orang lain katakan tentang diri saya itu hanyalah untuk membangun diri saya sendiri

SS S TS STS

10 Saya selalu merasa percaya diri dengan kemampuan apa yang saya miliki saat ini SS S TS STS

11 Ketika sedang merasa cemas, saya mampu menyelesaikannya dengan baik SS S TS STS

12 Selalu merasa pesimis jika dihadapkan dengan situasi yang mengahruskan berbicara di depan umum

SS S TS STS

13 Tidak bisa menangani diri sendiri jika harus berinteraksi dengan orang banyak dan memilih tidak menghadapinya.

SS S TS STS

14 Saya mampu mengatasi kecemasan saat sedang berinteraksi dengan orang banyak SS S TS STS

15 Saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk tidak gugup dengan orang lain SS S TS STS

16 Mudah menjalin komunikasi dengan orang SS S TS STS

104

yang baru saja dikenal

17 Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika dihadapkan dengan orang banyak SS S TS STS

18 Saya selalu berfikir objektif dalam kesuliatan saya berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS

19 Saya selalu menahan dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan kecemasan

SS S TS STS

21

Saya tidak bisa mengembangkan diri untuk dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial

SS S TS STS

25

Saya mendadak gagap dan tidak bisa berbicara saat disuruh mengemukakan gagasan

SS S TS STS

27

Saya memilih diam jika disuruh untuk berinteraksi dengan orang banyak dam menyampaikan gagasan

SS S TS STS

29

Saya selalu berperasangka positif terhadap diri sendiri dan tindakan orang lain terhadapku

SS S TS STS

30

Saya tidak bisa meredam emosi yang menggebu-gebu dalam diri saya yang cenderung tidak bisa mengendalikannya

SS S TS STS

31

Daripada menimbulkan permasalahan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik saya mengindari permasalahan tersebut

SS S TS STS

32

Saya cenderung orang yang ceroboh, tidak bisa menggendalikan diri terhadap kecemasan yang saya miliki

SS S TS STS

33

Dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan orang lain, saya mampu menemukan kekurangan yang ada pada diri saya

SS S TS STS

34

Selanjutnya saya mampu menutupi kekurangan saya tersebut dengan kelebihan yang saya miliki

SS S TS STS

35

Saya tidak suka jika ada seseorang yang mengkritik terhadap tindakan apa yang saya lakukan

SS S TS STS

36 Saya selalu memberikan respon yang positif SS S TS STS

105

yang baru saja dikenal

17 Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika dihadapkan dengan orang banyak SS S TS STS

18 Saya selalu berfikir objektif dalam kesuliatan saya berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS

19 Saya selalu menahan dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan kecemasan

SS S TS STS

21

Saya tidak bisa mengembangkan diri untuk dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial

SS S TS STS

25

Saya mendadak gagap dan tidak bisa berbicara saat disuruh mengemukakan gagasan

SS S TS STS

27

Saya memilih diam jika disuruh untuk berinteraksi dengan orang banyak dam menyampaikan gagasan

SS S TS STS

29

Saya selalu berperasangka positif terhadap diri sendiri dan tindakan orang lain terhadapku

SS S TS STS

30

Saya tidak bisa meredam emosi yang menggebu-gebu dalam diri saya yang cenderung tidak bisa mengendalikannya

SS S TS STS

31

Daripada menimbulkan permasalahan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik saya mengindari permasalahan tersebut

SS S TS STS

32

Saya cenderung orang yang ceroboh, tidak bisa menggendalikan diri terhadap kecemasan yang saya miliki

SS S TS STS

33

Dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan orang lain, saya mampu menemukan kekurangan yang ada pada diri saya

SS S TS STS

34

Selanjutnya saya mampu menutupi kekurangan saya tersebut dengan kelebihan yang saya miliki

SS S TS STS

35

Saya tidak suka jika ada seseorang yang mengkritik terhadap tindakan apa yang saya lakukan

SS S TS STS

36 Saya selalu memberikan respon yang positif SS S TS STS

terhadap perbuatan orang lain terhadap saya

39 Saya sering bersikap acuh dengan tikah laku orang-orang disekeliling saya SS S TS STS

42

Saya dapat menemukan penyelesaian kecemasan jika berhadapan dengan orang banyak

SS S TS STS

43 Sampai saat ini saya bingung dalam bertindak dan kesusahan berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS

44 Dalam bertindak disegala hal, saya selalu tenang dalam menghadapi masalah SS S TS STS

45

Bertindak positif dalam menyelesaikan kegelisahan yang sedang dialami saat berhadapan dengan orang banyak

SS S TS STS

46

Saya dalam menghadapi masalah tidak bisa menyelesaikan dengan kepala dingin dan selalu terburu-buru

SS S TS STS

47

Saya selalu merasa gugup dan tidak tenang dalam menghadapi permasalahan yang sedang saya alami saat ini

SS S TS STS

48 Dalam menghadapi kecemasan sosial yang dirasakan saya selalu fokus untuk tetap tenang SS S TS STS

49

Saya menerima dan menyaring informasi yang didapatkan dari orang lain terkait mengurangi rasa gugup dan cemas

SS S TS STS

51

Saya menemukan dan dapat penyampaikan tindakan apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi rasa cemas yang saya alami

SS S TS STS

52

Saya tidak bisa menyampaikan gagasan apa terkait dengan tindakan saya untuk mengurangi rasa cemas yang saya alami

SS S TS STS

54

Saya mempertimbangkan sisi positif dan negatif terhadap sikap saya dalam mengurangi rasa cemas

SS S TS STS

106

55

Saya tidak mempertimbangkan entah itu positif atau negatif yang penting tindakan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya SS S TS STS

56

Akan saya laksanakan tindakan apa yang yang paling baik dalam menyelesaikan permasalahan kecemasan SS S TS STS

57 Saya masing bingung dalam melaksanakan tindakan yang saya pilih SS S TS

STS

58

Saya masih ragu apakah tindakan yang saya lakukan sudah tepat dalam mengurangi rasa cemas yang sedang dialami SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi: Kategori

Rendah Skor ≤ 78 Sedang 78 ≤ Skor ≤ 117 Tinggi Skor ≥ 117

d. Penutup Demikianlah penyusunan instrumen skala gejala

kecemasan sosial pada mahasiswa baru. Besar harapan penyusun adalah semoga instrumen skala ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kecemasan sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam penyusunan intrumen skala ini penulis juga menyadari banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan instrumen skala gejala kecemasan sosial ini.

107

55

Saya tidak mempertimbangkan entah itu positif atau negatif yang penting tindakan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya SS S TS STS

56

Akan saya laksanakan tindakan apa yang yang paling baik dalam menyelesaikan permasalahan kecemasan SS S TS STS

57 Saya masing bingung dalam melaksanakan tindakan yang saya pilih SS S TS

STS

58

Saya masih ragu apakah tindakan yang saya lakukan sudah tepat dalam mengurangi rasa cemas yang sedang dialami SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi: Kategori

Rendah Skor ≤ 78 Sedang 78 ≤ Skor ≤ 117 Tinggi Skor ≥ 117

d. Penutup Demikianlah penyusunan instrumen skala gejala

kecemasan sosial pada mahasiswa baru. Besar harapan penyusun adalah semoga instrumen skala ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kecemasan sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam penyusunan intrumen skala ini penulis juga menyadari banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan instrumen skala gejala kecemasan sosial ini.

9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal Oleh: Aghisti Hidayati ([email protected]) Professional Judgement: Nanang Rekto Wulanjaya a. Pengantar

Ainsworth (1998) menyatakan kelekatan adalah suatu hubunganemosionalatau hubunganyang bersifat afektifantara satuindividudengan individu lainnyayang mempunyaiarti khusus. Seperti hubungan pasangan, yang secara langsung dan tidak langsung menjadi lekat karena terikat hubungan emosional dan komitmen bersama.

Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan akan memberikan rasa aman walaupun figur lekat itu tidak tampak. Itemdisusun berdasarkan dimensi dari kelekatanyang meliputi, ketergantunganyaitusejauhmana orangpercayadan bergantung pada ketersediaanorang lain, kecemasanyaitu tingkatkecemasan dalam hubungan ini, seperti takut diting-galkan atau tidakdicintai,dankedekatan,yaitu tingkatkenyamanan individu dengan kelekatan.

Setiap hubungan dengan pasangan memiliki tingkat kelekatan berbeda. sesuai dengan tingkat emosi, kepercyaan dan kedekatan yang dibangun oleh masing-masing pihak dari tiap pasangan. Pada tahap kehidupan dewasa awal yang biasanya banyaknya perubahan pola hidup, lingkungan maupun tanggung jawab dalam keluarga maupun sosialnya. Dengan demikian perubahan-perubahan itu apakah berpengaruh dalam kelekatan dengan pasangannya.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Variable Aspek Indikator Deskriptor

No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Keintiman Pada Awal

Pernikahan

Ketergantungan

Sejauh mana orang percaya

dan bergantung pada

ketersediaan orang lain

Keterbiasaan bersama 1,2 3,4 4

Kepercayaan pada pasangan 6,8 5,7 4

Ketergantungan dengan pasangan

9,11,12 10,13 5

Kecemasan

Ketakutan akan ditinggalkan

Ketakutan akan di khianati

14, 16, 18

15,17 2

Akibat jika ditinggalkan

20, 22,

19,21,24 3

108

23

Tingkat kepercayaan pada lawan

hubungannya

Keterbukaan terhadap pasangan

26,27 25,28 5

Ketakutan akan tidak

dicintai 29,32 30,

31,33 6

Kepercayaan pada

keberhasilan dalam

hubungan

35,37 34,36 4

Kedekatan

Tingkat kenyamanan

individu dengan kedekatan dan

keintiman

Tingkat kenyamanan

dengan pasangan

38, 39, 41

40, 42 5

Tingkat hubungan emosional

43,44 45,46 4

Jumlah 19 27 46 Alpha Cronbach's = 0, 567; Sampel = 12 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2,3,13,16,22, 26,29,42,43,44

1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,23,24,25,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,45,46

c. Item Pernyataan Dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

2 Kami sering melakukan sesuatu hal bersama SS S ST STS

3 Saya merasa hampa jika dia tidak ada SS S ST STS

13 Saya sering tidak yakin saya mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari pasangan saya

SS S ST STS

16 Saya terkadang mencurigai pasangan saya diam-diam tentang hubungannya dengan seseorang

SS S ST STS

22 Saya akan bersabar jika dia pergi meninggalkan saya SS S ST STS

26 Saya masih berusaha untuk selalu terbuka dengan pasangan saya SS S ST STS

29 Saya mencari alasan kenapa dia masih mencintai saya SS S ST STS

42 Kami tidak merasa jenuh satu sama lain SS S ST STS

109

23

Tingkat kepercayaan pada lawan

hubungannya

Keterbukaan terhadap pasangan

26,27 25,28 5

Ketakutan akan tidak

dicintai 29,32 30,

31,33 6

Kepercayaan pada

keberhasilan dalam

hubungan

35,37 34,36 4

Kedekatan

Tingkat kenyamanan

individu dengan kedekatan dan

keintiman

Tingkat kenyamanan

dengan pasangan

38, 39, 41

40, 42 5

Tingkat hubungan emosional

43,44 45,46 4

Jumlah 19 27 46 Alpha Cronbach's = 0, 567; Sampel = 12 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2,3,13,16,22, 26,29,42,43,44

1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,23,24,25,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,45,46

c. Item Pernyataan Dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

2 Kami sering melakukan sesuatu hal bersama SS S ST STS

3 Saya merasa hampa jika dia tidak ada SS S ST STS

13 Saya sering tidak yakin saya mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari pasangan saya

SS S ST STS

16 Saya terkadang mencurigai pasangan saya diam-diam tentang hubungannya dengan seseorang

SS S ST STS

22 Saya akan bersabar jika dia pergi meninggalkan saya SS S ST STS

26 Saya masih berusaha untuk selalu terbuka dengan pasangan saya SS S ST STS

29 Saya mencari alasan kenapa dia masih mencintai saya SS S ST STS

42 Kami tidak merasa jenuh satu sama lain SS S ST STS

43 Dia inspirasi saya SS S ST STS

44 Dia orang yang tepat untuk menjadi sepenanggungan rasa dengan saya

SS S ST STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 20 Sedang 20≤ skor≤ 30 Tinggi Skor ≥ 30

d. Penutup Demikian skala kelekatan pada dewasa awal, besar

harapan penyusun skala ini mampu berguna dan dimanfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kelekatan pada dewasa awal. Dalam penyusunan skala tersebut penulis menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis meminta maaf dan sangat mengharapkan pembaca agar dapat menyempurnakan skala tersebut dengan kritik maupun saran.

110

10. Instrumen Skala Pengendalian Diri Oleh:Sundari ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si. a. Pengantar

Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.

Manusia adalah makhluk sosial (zone politikon) yang tentunya dalam kesehariannya (interaksi) membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal-hal yang besar sampai hal terkecil sekalipun, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lain. Sifat saling membutuhkan ini lantas menuntut setiap individu untuk bersikap sesuai aturan dan/ norma yang berlaku. Hal ini dilakukan mengingat betapa berharganya sebuah relasi yang terjadi guna menunjang kehidupan individu. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih banyak individu yang acuh terhadap hal „membutuhkan‟ satu sama lain, sehingga individu tersebut cenderung „mendekat‟ bila membutuhkan terhadap sesama. Terlebih didukung dengan semakin berkembang pesatnya teknologi yang kian membuat manusia menjadi makhluk individual. Dari kecacatan bersikap tersebut, instrumen ini dibuat guna mengukur seberapa tingkat pengendalian diri individu pada jaman ini, mengingat telah banyak pengaruh yang mengkontaminasi bersikap „baik‟-nya individu.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Pengendalian diri atau yang lebih sederhananya dikenal

dengan istilah kontrol diri, adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi yang positif, yang diukur dengan skala pengendalian diri yang disusun berdasarkan Teori Averill, dengan aspek sebagai berikut: kendali perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif Control) dan kendali keputusan (Decision Control).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Kemampuan

pengendalian diri

Behavior control (kendali perilaku)

Menentukan kegiatan

yang akan di lakukannya,

Menentukan jenis

kegiatan

1,32, 47

15,42,56 6

Menentukan 2,37, 14,25,5 6

111

10. Instrumen Skala Pengendalian Diri Oleh:Sundari ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si. a. Pengantar

Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.

Manusia adalah makhluk sosial (zone politikon) yang tentunya dalam kesehariannya (interaksi) membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal-hal yang besar sampai hal terkecil sekalipun, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lain. Sifat saling membutuhkan ini lantas menuntut setiap individu untuk bersikap sesuai aturan dan/ norma yang berlaku. Hal ini dilakukan mengingat betapa berharganya sebuah relasi yang terjadi guna menunjang kehidupan individu. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih banyak individu yang acuh terhadap hal „membutuhkan‟ satu sama lain, sehingga individu tersebut cenderung „mendekat‟ bila membutuhkan terhadap sesama. Terlebih didukung dengan semakin berkembang pesatnya teknologi yang kian membuat manusia menjadi makhluk individual. Dari kecacatan bersikap tersebut, instrumen ini dibuat guna mengukur seberapa tingkat pengendalian diri individu pada jaman ini, mengingat telah banyak pengaruh yang mengkontaminasi bersikap „baik‟-nya individu.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Pengendalian diri atau yang lebih sederhananya dikenal

dengan istilah kontrol diri, adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi yang positif, yang diukur dengan skala pengendalian diri yang disusun berdasarkan Teori Averill, dengan aspek sebagai berikut: kendali perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif Control) dan kendali keputusan (Decision Control).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Kemampuan

pengendalian diri

Behavior control (kendali perilaku)

Menentukan kegiatan

yang akan di lakukannya,

Menentukan jenis

kegiatan

1,32, 47

15,42,56 6

Menentukan 2,37, 14,25,5 6

antar mahasiswa Bki

.

baik menentukan

jenis kegiatan-kegiatan

yang menjadi

prioritasnya, bagaimana

ia manangani

masalah yang timbul

dalam rangka

melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

kegiatan yang

diprioritaskan

46 8

Pengendalian akan

masalah yang muncul

36,45 3,13,29 5

Kepuasan akan hasil

yang diperoleh

4,16, 34,48

43,53,61,63 8

Kognitif control (kendali kognitif)

Pengambilan keputusan

akan sesuatu ditentukan

dari pengetahuan

yang ia ketahui dan informasi yang ia

peroleh serta kematangan

sikap, pengembang

an bakat yang ia ketahui dalam dirinya

Menetukan sesuatu

berdasarkan baik atau

buruk, untung atau

rugi bila memilihnya

8,49, 50

21,30,40 6

Daya serap informasi

yang diambil dalam rangka

pembekalan diri

9,23, 28

51,59,62 6

Sikap bijak dalam

mengambil keputusan

berdasarkan pengetahuan

yang ada

10,22 26,39 4

112

Pengembangan bakat sesuai

pengetahuan tentang dirinya sendiri

11,24, 44 31 4

Decision control (kendali

keputusan)

Melakukan sesuatu sesuai

kemampuan dan

kebutuhan, memanfaatkan peluang yang ada

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

kemampuan

52,60 5,18,38 5

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

kebutuhan

12,54 20,33 4

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

keinginan

27,57 6,17 4

Memilih atau

melakukan sesuatu karena

terdapat peluang

7,35, 41 19,55 5

Jumlah 32 31 63 Alpha Cronbach's = 0,177; Sampel = 18 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,2,10,11,19,20,28,29,32,33,36,45,46,47,50,52,53,55

3,4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,24,25,26,27,30,31,34, 35,37,38,39,40,41,42,43,44,48,49,51,54,56,57,58,59,60,61,62,63

113

Pengembangan bakat sesuai

pengetahuan tentang dirinya sendiri

11,24, 44 31 4

Decision control (kendali

keputusan)

Melakukan sesuatu sesuai

kemampuan dan

kebutuhan, memanfaatkan peluang yang ada

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

kemampuan

52,60 5,18,38 5

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

kebutuhan

12,54 20,33 4

Memilih atau

melakukan sesuatu sesuai

keinginan

27,57 6,17 4

Memilih atau

melakukan sesuatu karena

terdapat peluang

7,35, 41 19,55 5

Jumlah 32 31 63 Alpha Cronbach's = 0,177; Sampel = 18 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,2,10,11,19,20,28,29,32,33,36,45,46,47,50,52,53,55

3,4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,24,25,26,27,30,31,34, 35,37,38,39,40,41,42,43,44,48,49,51,54,56,57,58,59,60,61,62,63

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Peryataan Jawaban

1 Ketika mood saya jelek saya akan melakukan hal-hal yang menyenangkan.

SS S TS STS

2 Membaca buku adalah kegiatan utama saya diwaktu luang. SS S TS STS

7 Saya selalu bertanya jika saya tidak memahami sesuatu. SS S TS STS

10 Saya akan membiarkan teman yang sedang butuh waktu sendiri. SS S TS STS

11 Training jurnalistik selalu saya ikuti karena saya suka dengan dunia kepenulisan.

SS S TS STS

19 Ketika ada hal yang tidak saya pahami, saya hanya akan diam dan mendengarkan.

SS S TS STS

20 Dalam mengerjakan tugas kuliah, saya selalu menunda. SS S TS STS

28 Nasehat orang lain sangat membantu, walaupun terkadang ada nasehat yang diberikan untuk tujuan lain.

SS S TS STS

29 Tugas kuliah selalu menyebalkan dan membuat frustasi. SS S TS STS

32 Lebih baik mendengarkan musik daripada mendengarkan teman bergosip.

SS S TS STS

33 Ketika teman-teman bergurau saya akan mendengarkan saja. SS S TS STS

36 Jika saya melakukan kesalahan saya akan merasa besalah dan harus meminta maaf.

SS S TS STS

45 Ketika ada teman yang bersikap acuh pada saya, saya akan memakluminya. SS S TS STS

46 Bercerita dengan teman sangat saya sukai dikala waktu luang. SS S TS STS

47 Menyanyi beramai-ramai dengan teman lebih menyenangkan daripada menyanyi sendirian.

SS S TS STS

50 Menjadi pribadi yang periang dapat mendatangkan teman yang banyak. SS S TS STS

52 Menulis karya fiksi itu lebih mudah dan unik. SS S TS STS

53 Saya senang jika mendapat nilai yang baik, walaupun dengan cara mencontek.

SS S TS STS

55 Saya tidak akan mengambil kesempatan lomba tilawah karena SS S TS STS

114

saya demam panggung. Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57

d. Penutup Demikianlah instrumen skala pengendalian diri, besar

harapan penulis skala ini dapat membantu acuan penelitian dan perbaikan sikap individu dimasa mendatang. Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam instrumen skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar dikemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.

115

saya demam panggung. Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57

d. Penutup Demikianlah instrumen skala pengendalian diri, besar

harapan penulis skala ini dapat membantu acuan penelitian dan perbaikan sikap individu dimasa mendatang. Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam instrumen skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar dikemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.

11. Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial Oleh: Nadya Rizqi Mufidah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar

Manusia merupakan makhluk sosial yaitu tidak lepas dari bantuan individu lain, karena itu interaksi dengan individu lain dilakukan secara intens, maka kebutuhan manusia dengan individu lain akan terpenuhi. Skala intensitas interaksi sosial ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial. Tingginya intensitas interkasi sosial ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subjek pada skala intensitas interaksi sosial. Skala intensitas interaksi sosial disusun berdasarkan aspek-aspek interaksi sosial.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Intensitas interaksi sosial adalah interaksi sebagai suatu

kejadian ketika suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No. Item

Jml Favorable

Unfavorable

Interaksi sosial dalam

meningkatkan

motivasi belajar

Motif atau tujuan

yang sama dalam

kelompok

Memiliki satu tujuan

Memiliki pendapat serta

pandangan yang sama

dalam suatu hal

1,2,3 4,5,6 6

Suasana emosional yang sama

dalam kelompok

Memiliki ambisiusita

s yang sama

Memiliki tingkat

kompetisi yang

seimbang

7,9, 12

8,10, 11 6

Ada aksi interaksi

Hubungan timbal balik

antara satu dengan yang

lainnya dalam suatu

kelompok

Saling bahu membahu

dalam menguasai

penegtauhuan

16, 17, 18, 19

15,14,13 7

Proses segitiga

Memebentuk

Menunjuk ketua

23, 24,

20,21,22 7

116

dalam interaksi

sosial

piramida posisi.

kelompok agar dapat

terkandali

25, 26

Dipandang dari sudut

totalitas

Setiap anggota berusaha

menyesuaikan diri

Saling memahami anatara satu dengan yang

lainnya

27, 30, 31, 32

28,29,33 7

Hasil penyesuaian diri dari

tiap anggota

kelompok

Melakukan usaha

penyesuain diri

dilingkungan

manapun

Mampu beradaptasi

dan membaur dengan semua

kalangan

34, 35, 38, 40

36,37,39 7

Jumlah 22 18 40 Alpha Cronbach's = 0,901 ; Sampel = 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,24,27,28,29,30,32,33,35,36,37,38,39,40

2,8,21,23,25,26,31,34

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban SS S TS STS

1 Saya senang berkumpul dengan teman-teman yang rajin belajar SS S TS STS

3 Saya selalu menghormati pendapat teman saya SS S TS STS

4 Saya tidak senang ketika teman saya berbeda pendapat dengan saya SS S TS STS

5 Saya selalu memprioritaskan pendapat saya dibandingkan teman saya

SS S TS STS

6 Saya tidak senang jika teman saya menyalahkan pekerjaan saya SS S TS STS

7 Ambisi saya untuk menjadi sukses sangatlah besar SS S TS STS

9 Saya selalu ingin mengetahui apa yang belum saya mengerti SS S TS STS

10 Saya merasa saya lebih rajin dibanding teman saya SS S TS STS

11 Saya menganggap cita-cita teman saya masih dibawah saya SS S TS STS

12 Saya yakin saya dapat menggapai SS S TS STS

117

dalam interaksi

sosial

piramida posisi.

kelompok agar dapat

terkandali

25, 26

Dipandang dari sudut

totalitas

Setiap anggota berusaha

menyesuaikan diri

Saling memahami anatara satu dengan yang

lainnya

27, 30, 31, 32

28,29,33 7

Hasil penyesuaian diri dari

tiap anggota

kelompok

Melakukan usaha

penyesuain diri

dilingkungan

manapun

Mampu beradaptasi

dan membaur dengan semua

kalangan

34, 35, 38, 40

36,37,39 7

Jumlah 22 18 40 Alpha Cronbach's = 0,901 ; Sampel = 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,24,27,28,29,30,32,33,35,36,37,38,39,40

2,8,21,23,25,26,31,34

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban SS S TS STS

1 Saya senang berkumpul dengan teman-teman yang rajin belajar SS S TS STS

3 Saya selalu menghormati pendapat teman saya SS S TS STS

4 Saya tidak senang ketika teman saya berbeda pendapat dengan saya SS S TS STS

5 Saya selalu memprioritaskan pendapat saya dibandingkan teman saya

SS S TS STS

6 Saya tidak senang jika teman saya menyalahkan pekerjaan saya SS S TS STS

7 Ambisi saya untuk menjadi sukses sangatlah besar SS S TS STS

9 Saya selalu ingin mengetahui apa yang belum saya mengerti SS S TS STS

10 Saya merasa saya lebih rajin dibanding teman saya SS S TS STS

11 Saya menganggap cita-cita teman saya masih dibawah saya SS S TS STS

12 Saya yakin saya dapat menggapai SS S TS STS

cita-cita saya

13 Saya merasa puas dengan pekerjaan saya dibanding teman saya SS S TS STS

14 Saya merasa apa yang dikerjakan teman saya selalu kurang sempurna SS S TS STS

15 Saya menganggap remeh teman saya SS S TS STS

16 Saya senang bergotong royong dalam menyelesaikan suatu permasalahan SS S TS STS

17 Ketika teman saya belum mengerti saya mencoba untuk menjelaskannya SS S TS STS

18 Saya senenag berteman dengan siapa saja tanpa memandang kepandaian SS S TS STS

19 Saya dapat berbicara singkat, padat dan jelas serta dapat memahamkan SS S TS STS

20 Saya tidak senang teman saya menjadi ketua kelas SS S TS STS

22 Saya tidak senang ketika teman yang lain memuji ketua kelas SS S TS STS

24 Saya merasa senang menjadi bagian dari struktur kelas SS S TS STS

27

Setiap belajar kelompok, saya menganggap teman yang lain sebagai teman belajar yang memiliki hak yang sama

SS S TS STS

28 Jika selesai mengerjakan tugas, saya langsung mengumpulkan tugas saya tanpa membantu teman yang lain

SS S TS STS

29 Jika saya berhasil dalam mempelajari sesuatu maka saya tidak ingin berbagi pengetahuan dengan teman saya

SS S TS STS

30 Apabila saya belum bisa dalam suatu pelajaran maka saya tidak takut untuk bertanya

SS S TS STS

32 Saya senang mendiskusikan pelajaran yang sulit bersama teman saya SS S TS STS

33 Saya tidak senang teman saya mengkritik kekurangan saya SS S TS STS

35 Dengan adanya kelemahan pada diri saya saya akan menerima apa adanya SS S TS STS

36 Saya belum bisa membaur dengan semua kalangan SS S TS STS

37 Saya sulit beradaptasi dengan lingkungan baru SS S TS STS

38 Saya tidak ragu untuk mencoba menyesuaikan diri saya dengan lingkungan baru

SS S TS STS

39 Saya merasa interaksi saya dengan orang lain belum berhasil SS S TS STS

118

40 Saya senang berkenalan dengan hal-hal baru dalam hidup saya SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dilakukan oleh anda. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dilakukan oleh anda. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dilakukan oleh anda. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan anda.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64

Sedang 64 ≤ Skor ≤ 96 Tinggi Skor ≥ 96

d. Penutup Instrumen ini adalah instrumen intensitas interaksi sosial.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial individu dalam sosialisasinya. Tujuan dari instrumen ini ialah sebagai pengetahuan intensitas interaksi sosial individu.

119

40 Saya senang berkenalan dengan hal-hal baru dalam hidup saya SS S TS STS

Keterangan:

SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dilakukan oleh anda. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dilakukan oleh anda. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dilakukan oleh anda. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan anda.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64

Sedang 64 ≤ Skor ≤ 96 Tinggi Skor ≥ 96

d. Penutup Instrumen ini adalah instrumen intensitas interaksi sosial.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial individu dalam sosialisasinya. Tujuan dari instrumen ini ialah sebagai pengetahuan intensitas interaksi sosial individu.

12. Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa Oleh: Eva Rahmanitami ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah S.Ag., M.Si. a. Pengantar

Instrument adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.Alasan instrumen ini kemampuan penyesuaian diri disusun pada dasarnya penyesuaian diri dapat berguna untuk diri sendiri,maka akan ketinggalan dalam segala hal yang dilakukannya.Hal ini yang saat penting karena didalam pada diri sendiri beraktivitas pada manusia terdapat pada nilai kepribadian dapat melakukan dirinya sendiri dalam kehidupannya.

Didalam instrument ini dapat digunakan untuk menilai tinggi skor yang telah diperoleh subyek kemampuan penyesuaian diri adapun kisi-kisi pernyataan yang sesuai berdasarkan pada teori yang dikembangkan menggunakan teori Schneiders. Pada teori Schneiders adalah aspek fisik, dan psikologi dapat tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk aspek instrumen yang telah dikembangkan oleh peneliti menjadi ada beberapa indikator dan oleh peneliti dapat dikembangkan lagi untuk dapat menjadi beberapa deskriptor dan selesai membuat deskriptor peneliti tersebut membuat item pertanyaan.

Pada instrument yang dibuat peneliti tersebut sudah disetujui oleh profesional judgment.Oleh karena itu instrument dicobakan kelapangan kepada 20 responden.Pada subyek kemampuan manusia berkaiatan dengan penyesuaian diri.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kemampuan penyesuaian diri mahasiswa adalah upaya

dalam mengenali, menemukan dan memilih penyesuaian diri mahasiswa melalui kemampuan penyesuaian diri mahasiswa ini diukur dengan skala kemampuan penyesuaian diri mahasiswa berdasarkan teori Schneiders adalah aspek fisik dan psikologi dapat tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Yang terdiri aspek-aspek Adaptasi,conformity,mastery, dan individual variation.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Adaptasi

Berpakaian sesuai dengan aturan kampus

Mampu menyesuaikan

berpakaian yang ada

1,9,17 5,13,21 6

120

Kemampuanpenye

su Aian diri mahasis

wa

Membuka diri untuk

berteman dengan yang

lain

Mampu beradaptasi

dengan teman

25, 33 29,37 4

Conformity

Mematuhi peraturan yang ada di kampus

Mampu mematuhi

peraturan yang ada

dilingkungan yang baru

2,10,18,26

,34

6,14,22,30,38 10

Mastery

Mengembangkan diri untuk

menjadi pribadi yang

lebih terkendali dan

terarah

Mampu mengembangkan diri untuk

dapat menjadi pribadi baik

3,11 7,15 4

Menyesuaikan diri dengan kenyataan

secara efektif dan efisien

Mampu menghafalkan karakter pada

seseorang yang ada di lingkungan

sekitar

19,27 23,31 4

Mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan dengan baik

Dapat memotivafi

dalam segala hal

35 29 2

Individual

variation

Keunikan individu dalam

menanggapi permasalahan

Mampu memberikan solusi pada teman dan

tidak akan ikut campur dalam permasalahan

yang telah dihadapinya.

4,12,20,28

,36

8,16,24,32,40 10

Jumlah 20 20 40 Alpha Cronbach's: 0,709 ; Sampel: 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,4,6,9,10,11,12,14,17,20,26,27,31,33,34,35,37,39,40

2,3,5,7,8,13,15,16,18,19,21,22,23,24,25,28,29,30,32,36,38

121

Kemampuanpenye

su Aian diri mahasis

wa

Membuka diri untuk

berteman dengan yang

lain

Mampu beradaptasi

dengan teman

25, 33 29,37 4

Conformity

Mematuhi peraturan yang ada di kampus

Mampu mematuhi

peraturan yang ada

dilingkungan yang baru

2,10,18,26

,34

6,14,22,30,38 10

Mastery

Mengembangkan diri untuk

menjadi pribadi yang

lebih terkendali dan

terarah

Mampu mengembangkan diri untuk

dapat menjadi pribadi baik

3,11 7,15 4

Menyesuaikan diri dengan kenyataan

secara efektif dan efisien

Mampu menghafalkan karakter pada

seseorang yang ada di lingkungan

sekitar

19,27 23,31 4

Mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan dengan baik

Dapat memotivafi

dalam segala hal

35 29 2

Individual

variation

Keunikan individu dalam

menanggapi permasalahan

Mampu memberikan solusi pada teman dan

tidak akan ikut campur dalam permasalahan

yang telah dihadapinya.

4,12,20,28

,36

8,16,24,32,40 10

Jumlah 20 20 40 Alpha Cronbach's: 0,709 ; Sampel: 20 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,4,6,9,10,11,12,14,17,20,26,27,31,33,34,35,37,39,40

2,3,5,7,8,13,15,16,18,19,21,22,23,24,25,28,29,30,32,36,38

c. Item pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

1 Lingkungan kampus cocok dengan pribadi saya SS S TS STS

4 Saya selalu bertanya saat ada materi pembelajaran yang tidak dimengerti kepada teman saya

SS S TS STS

6 Saya merasa tertekan dengan peraturan yang ada di kampus SS S TS STS

9 Suasana di kelas saya selalu menyenangkan SS S TS STS

10 Perasaan nyaman kepada teman selalu melekat pada diri saya SS S TS STS

11 Saya selalu memotivasi diri agar tidak malas belajar SS S TS STS

12 Saya selalu menjalankan perintah agama SS S TS STS

14 Suasana kelas tidak nyaman, sehingga saya berkeinginan untuk pindah kampus SS S TS STS

17 Tidakkah saya berkeinginan untuk pindah dari kampus ini SS S TS STS

20 Menjalin hubungan baik saya terhadap seluruh teman di kelas SS S TS STS

26 Saya Ikut berpartisipasi aktif pada acara-acara yang diadakan oleh kampus SS S TS STS

27 Bersuka cita terhadap teman yang sedang bergembira SS S TS STS

31 Saya merasa sulit mengenal teman yang berasal dari daerah yang berbeda SS S TS STS

33 Teman-teman dapat menerima saya apa adanya SS S TS STS

34 Selalu jujur dan percaya diri saat ujian berlangsung SS S TS STS

35 Kesuksesan teman memotivasi saya untuk mencapai kesuksesan dalam segala hal SS SS TS STS

37 Menjauhkan diri dari teman-teman kampus adalah sifat saya SS S TS STS

39 Merasa iri dengan keberhasilan teman yang memiliki hasil yang memuaskan adalah sifat saya.

SS S TS STS

40 Saya tidak mau tahu permasalahan yang sedang dihadapi teman SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

122

STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ skor ≤ 142,5 Tinggi Skor ≥ 142,5

d. Penutup Didalam instrumen penelitian diatas dapat mengumpulkan

data yang telah dikembangkan oleh peneliti dari teori Schneiders. Instrument yang dikembangkan diujicobakan dilapangan yang sesuai kemampuan penyesuaian diri.Instrument juga mempunyai fungsi untuk menjelaskan beberapa item pernyataan dalam membuat skala,dapat juga memudahkan menghitung item pernyataan yang akan di ujicobakan kelapangan dan dapat memahami data yang valid pada item pernyataannya.Pada data yang sudah dikumpulkan dan dikembangkan dengan tujuan memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis data yang sudah diperolehnya dari ujicoba lapangan dengan merancang instrument yang akan digunakan pada peneliti untuk mendapatkan data yang valid setelah diujicobakan dilapangan.Didalam instrument tersebut kegunaannya sebagai alat untuk mencatat informasi yang ada yang telah disampaikan oleh responden dan dapat mengevaluasi hasil dalam penelitian.

123

STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ skor ≤ 142,5 Tinggi Skor ≥ 142,5

d. Penutup Didalam instrumen penelitian diatas dapat mengumpulkan

data yang telah dikembangkan oleh peneliti dari teori Schneiders. Instrument yang dikembangkan diujicobakan dilapangan yang sesuai kemampuan penyesuaian diri.Instrument juga mempunyai fungsi untuk menjelaskan beberapa item pernyataan dalam membuat skala,dapat juga memudahkan menghitung item pernyataan yang akan di ujicobakan kelapangan dan dapat memahami data yang valid pada item pernyataannya.Pada data yang sudah dikumpulkan dan dikembangkan dengan tujuan memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis data yang sudah diperolehnya dari ujicoba lapangan dengan merancang instrument yang akan digunakan pada peneliti untuk mendapatkan data yang valid setelah diujicobakan dilapangan.Didalam instrument tersebut kegunaannya sebagai alat untuk mencatat informasi yang ada yang telah disampaikan oleh responden dan dapat mengevaluasi hasil dalam penelitian.

13. Instrumen Skala Hubungan Sosial Remaja Oleh: Barokat Mamah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag.,M.Si a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap skala hubungan sosial remaja. Kemampuan pemecahan masalah interpersonal ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala hubungan sosial remaja. Skala hubungan sosial remaja disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah interpersonal yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang kemampuan pemecahan masalah interpersonal. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi hubungan sosial remaja tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek hubungan sosial remaja.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam

mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah interpersonal melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar perbedaan diantara dua individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Hubungan sosial remaja diukur dengan skala hubungan sosial remaja dengan aspek Kontak sosial, Komunikasi, Penyesuaian Diri dan Kerjasama.

Variabel Aspek Indikator No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Hubungan sosial remaja

Kontak Sosial

Memberi masukan kepada guru. 1,19 10,28 4

Memberi masukan kepada karyawan 2,20 11,29 4

Memberi masukan kepada teman 3,21 12,30 4

Menerima masukan dari guru. 4,22 13,31 4

Menerima masukan dari karyawan. 5,23 14,32 4

Menerima masukan dari teman. 6,24 15,33 4

Menjalin hubungan dengan guru. 7,25 16,34 4

Menjalin hubungan dengan karyawan. 8,26 17,35 4

Menjalin hubungan dengan teman. 9,27 18,36 4

Komunik Dapat menyampaikan 37,47 42,52 4

124

asi pendapat secara lisan dalam diskusi.

Berbicara di depan orang banyak. 38,48 43,53 4

Berkomunikasi dengan guru. 39,49 44,54 4

Berkomunikasi dengan karyawan. 40,50 45,55 4

Berkomunikasi dengan teman. 41,51 46,56 4

Penyesuaian Diri

Dapat beradaptasi dengan lingkungan

sekolah. 57,61 59,63 4

Dapat bergabung dengan teman-teman. 58,62 60,64 4

Kerjasama

Kesediaan membantu teman demi mencapai

tujuan bersama. 65,69 67,71 4

Melakukan kegiatan kelompok bersama

teman. 66,70 68,72 4

Jumlah 36 36 72 Alpha Cronbach's= 0.937 ; Sampel = 21 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,39,42,43,44,45,46,49,52,54,55,56,59,60,63,64,65,66,67,68,70,71,72

2,3,4,5,6,7,8,9,10,19,23,24,25,26,37,38,40,41,47,48,50,51,53,57,58, 61,62,69

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengingatkan guru bahwa jam pelajarannya telah berakhir. SS S TS STS

11 Saya tidak memberikan masukan kepada karyawan sekolah. SS S TS STS

12 Saya orang yang malas memberi masukan kepada teman. SS S TS STS

13 Masukan dari guru hanya mempermalukan saya di depan siswa lain. SS S TS STS

14 Saya acuh tak acuh dengan masukan yang diberikan karyawan sekolah. SS S TS STS

15 Saya tidak suka dikritik oleh teman. SS S TS STS 16 Saya bersikap acuh tak acuh terhadap guru. SS S TS STS

17 Saya tidak dapat menjalin hubungan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS

18 Bertengkar dengan orang yang tidak saya sukai, membuat saya senang. SS S TS STS

125

asi pendapat secara lisan dalam diskusi.

Berbicara di depan orang banyak. 38,48 43,53 4

Berkomunikasi dengan guru. 39,49 44,54 4

Berkomunikasi dengan karyawan. 40,50 45,55 4

Berkomunikasi dengan teman. 41,51 46,56 4

Penyesuaian Diri

Dapat beradaptasi dengan lingkungan

sekolah. 57,61 59,63 4

Dapat bergabung dengan teman-teman. 58,62 60,64 4

Kerjasama

Kesediaan membantu teman demi mencapai

tujuan bersama. 65,69 67,71 4

Melakukan kegiatan kelompok bersama

teman. 66,70 68,72 4

Jumlah 36 36 72 Alpha Cronbach's= 0.937 ; Sampel = 21 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,39,42,43,44,45,46,49,52,54,55,56,59,60,63,64,65,66,67,68,70,71,72

2,3,4,5,6,7,8,9,10,19,23,24,25,26,37,38,40,41,47,48,50,51,53,57,58, 61,62,69

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengingatkan guru bahwa jam pelajarannya telah berakhir. SS S TS STS

11 Saya tidak memberikan masukan kepada karyawan sekolah. SS S TS STS

12 Saya orang yang malas memberi masukan kepada teman. SS S TS STS

13 Masukan dari guru hanya mempermalukan saya di depan siswa lain. SS S TS STS

14 Saya acuh tak acuh dengan masukan yang diberikan karyawan sekolah. SS S TS STS

15 Saya tidak suka dikritik oleh teman. SS S TS STS 16 Saya bersikap acuh tak acuh terhadap guru. SS S TS STS

17 Saya tidak dapat menjalin hubungan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS

18 Bertengkar dengan orang yang tidak saya sukai, membuat saya senang. SS S TS STS

20 Memberikan masukan kepada karyawan sekolah bukanlah hal yang percuma atau sia-sia.

SS S TS STS

21 Saya memberi masukan pada teman yang mempunyai masalah. SS S TS STS

22 Saya menerima kritik dan saran dari guru dengan senang hati. SS S TS STS

27 Saya memiliki banyak teman. SS S TS STS

28 Saya takut untuk memberikan masukan kepada guru. SS S TS STS

29 Percuma saja memberikan masukan pada karyawan sekolah. SS S TS STS

30 Saya tidak mau memberi solusi kepada teman yang mengalami masalah. SS S TS STS

31 Saya enggan menerima masukan dari guru. SS S TS STS

32 Saya keberatan diberi masukan oleh karyawan sekolah. SS S TS STS

33 Saya memilih menggunakan pendapat saya sendiri daripada menerima masukan dari teman.

SS S TS STS

34 Menjalin hubungan dengan guru itu tidak penting. SS S TS STS

35 Saya tidak mau mengawali hubungan kedekatan dengan karyawan di sekolah. SS S TS STS

36 Saya sulit bersosialisasi dengan teman-teman saya. SS S TS STS

39 Saya menyampaikan salam ketika bertemu guru. SS S TS STS

42 Saya malu menyampaikan pendapat saya dalam diskusi. SS S TS STS

43 Saya hanya berbicara dengan teman-teman dekat saya saja. SS S TS STS

44 Saya takut berbicara dengan guru. SS S TS STS

45 Saya acuh tak acuh bertemu dengan karyawan sekolah. SS S TS STS

46 Mengobrol dengan teman hanya membuang-buang waktu. SS S TS STS

49 Saya dapat menceritakan masalah belajar saya pada guru. SS S TS STS

52 Saya tidak dapat mengyampaikan pendapat saya secara lisan dalam diskusi. SS S TS STS

54 Saya tidak menyampaikan salam ketika bertemu guru. SS S TS STS

55 Saya takut mengawali percakapan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS

56 Saya cenderung diam daripada berbagi atau sharing dengan teman-teman. SS S TS STS

59 Peraturan di sekolah membuat kebebasan SS S TS STS

126

saya terikat.

60 Saya memilih menyendiri daripada bergabung dengan teman. SS S TS STS

63 Saya tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. SS S TS STS

64 Kehadiran saya tidak dapat diterima oleh teman-teman saya. SS S TS STS

65 Saya bergabung dengan kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. SS S TS STS

66 Saya dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. SS S TS STS

67 Bekerjasama dengan orang lain, membebani saya. SS S TS STS

68 Saya diam saja dalam melakukan kegiatan kelompok. SS S TS STS

70 Saya bergabung dalam kelompok untuk berbagi kegiatan dengan teman-teman. SS S TS STS

71 Berbeda pendapat dengan teman, membuat saya enggan berdiskusi. SS S TS STS

72 Saya memilih mendapatkan tugas secara individu daripada berkelompok. SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 88 Sedang 88 ≤ Skor ≤ 132 Tinggi Skor ≥ 132

d. Penutup Dari hasil skala ini hubungan sosial remaja diukur dengan

skala hubungan sosial remaja dengan aspek kontak sosial, komunikasi, penyesuaian diri dan kerjasama. Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah. Hasil peneliti, dapat dari teman-teman merespon beberapa pernyataan yang ada pada skala ini sesuai dengan pikiran, pendapat, perasaan dan kondisi yang ada pada diri teman masing-masing.

127

saya terikat.

60 Saya memilih menyendiri daripada bergabung dengan teman. SS S TS STS

63 Saya tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. SS S TS STS

64 Kehadiran saya tidak dapat diterima oleh teman-teman saya. SS S TS STS

65 Saya bergabung dengan kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. SS S TS STS

66 Saya dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. SS S TS STS

67 Bekerjasama dengan orang lain, membebani saya. SS S TS STS

68 Saya diam saja dalam melakukan kegiatan kelompok. SS S TS STS

70 Saya bergabung dalam kelompok untuk berbagi kegiatan dengan teman-teman. SS S TS STS

71 Berbeda pendapat dengan teman, membuat saya enggan berdiskusi. SS S TS STS

72 Saya memilih mendapatkan tugas secara individu daripada berkelompok. SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 88 Sedang 88 ≤ Skor ≤ 132 Tinggi Skor ≥ 132

d. Penutup Dari hasil skala ini hubungan sosial remaja diukur dengan

skala hubungan sosial remaja dengan aspek kontak sosial, komunikasi, penyesuaian diri dan kerjasama. Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah. Hasil peneliti, dapat dari teman-teman merespon beberapa pernyataan yang ada pada skala ini sesuai dengan pikiran, pendapat, perasaan dan kondisi yang ada pada diri teman masing-masing.

D. ASESMEN TENTANG KELUARGA 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia

0 – 12 Tahun Oleh:Muhammad Agung Pratama ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si a. Pengantar

Stres pengasuhan pada anak kerap dialami oleh orang tua yang belum siap memiliki anak. Instrumen ini penting untuk mengetahui seberapa besar stres pengasuhan pada ibu yang mengurus anak usia 0 sampai 12 tahun. Instrumen ini sangat berguna dimasa kini dimana angka pernikahan dan angka kelahiran yang tinggi sehingga ibu – ibu rentan mengalami stres.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Stres pengasuhan digambarkan sebagai kecemasan dan

ketegangan yang malampaui batas dan secara khusus berhubungan dengan peran orang tua dan interaksi antara orang tua dengan anak. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek Stres pengasuhan anak. Aspek – aspeknya adalah Aspek orang tua, Aspek anak, dan aspek hubungan disfungsional orangtua dan anak.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favor able

Unfav orable

Stres Pengasuhan

Anak

Aspek Orang

Tua ( The Parent

Distress)

Kemampuan orang

tua mengurus

anak

Praktek mengurus anak 1, 2 3,4 4

Mampu mengajarkan anak hal – hal

baru

5 6 2

Mampu mengendalikan

tingkah laku anak 7 8 2

Pengetahuan orang

tua dalam

hal kepengu

rusan anak

Memahami tata cara

mengurus anak

9 10 2

Mencari informasi tentang

kepengurusan anak

11,12 13 3

Menggunakan pedoman untuk mengurus anak

14 15,16 3

Hubungan sosial

Hubungan dengan keluarga 17,18 19,20 4

128

orang tua Hubungan dengan tetangga 21 22 2

Hubungan dengan teman

dan rekan 23 24 2

Kesehatan orang tua

Fisik 25 26 2

Mental 27 28 2

Aspek Anak (

The Difficult

Child

Kemampuan

Adaptasi Anak

Anak mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan lingkungan

29 30 2

Anak mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan fisik

31 32 2

Tuntutan anak

kepada orang tua

Anak memiliki permintaan 33 34 2

Anak menginginkan

perhatian 35

1

Kemandirian anak 36 37 2

Mood Anak

Anak memiliki ciri khasnya

38 39 2

Anak memiliki hal yang selalu

dilakukan sehari - hari

40 41 2

Keaktifan anak

Aktif di depan orang tua 42 1

Aktif di depan orang lain 43 1

Orang tua menerima keaktifan anaknya

44 45 2

Aspek

Hubungan Disfungsi

Kedekatan Emosional anak dan

Orang tua merasa senang jika dekat dengan anaknya

46 1

129

orang tua Hubungan dengan tetangga 21 22 2

Hubungan dengan teman

dan rekan 23 24 2

Kesehatan orang tua

Fisik 25 26 2

Mental 27 28 2

Aspek Anak (

The Difficult

Child

Kemampuan

Adaptasi Anak

Anak mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan lingkungan

29 30 2

Anak mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan fisik

31 32 2

Tuntutan anak

kepada orang tua

Anak memiliki permintaan 33 34 2

Anak menginginkan

perhatian 35

1

Kemandirian anak 36 37 2

Mood Anak

Anak memiliki ciri khasnya

38 39 2

Anak memiliki hal yang selalu

dilakukan sehari - hari

40 41 2

Keaktifan anak

Aktif di depan orang tua 42 1

Aktif di depan orang lain 43 1

Orang tua menerima keaktifan anaknya

44 45 2

Aspek

Hubungan Disfungsi

Kedekatan Emosional anak dan

Orang tua merasa senang jika dekat dengan anaknya

46 1

onal Anak dan Orang tua ( The Parent-Child

Dysfunctional

Interaction)

orang tua Intensitas bertemu dengan sang anak 47 1

Penerimaan orang tua kepada anak

Orang tua memiliki

ekspektasi dan realita yang berbeda jauh

48 1

Orang tua menerima keadaan

anaknya 49 1

Jumlah 26 23 49

Alpha Cronbach's = 0, 671; Sampel = 17 orang.

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 2,3,4,7,8,9,14,15,17,21,28,29,32,33,35,45,47,49

1,5,6,10,11,12,13,16,18,19,20,22,23,24,25,26,27,30,31,34,36,37,38,39,40,41,41,42,43,44,46,48

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

2 Saya merasa mudah untuk memenuhi kebutuhan anak SS S TS STS

3 Saya sulit memandikan anak SS S TS STS

4 Saya merasa risih ketika anak mengompol atau buang air besar di malam hari SS S TS STS

7 Anak saya bisa menuruti perkataan saya dengan baik SS S TS STS

8 Saya mempunyai kekurangan dalam hal memberi perintah kepada anak SS S TS STS

9 Saya memiliki pengetahuan yang baik dalam mengurus anak SS S TS STS

14 Saya mempunyai buku - buku tentang mengurus anak SS S TS STS

15 Saya jarang membaca petunjuk penggunaan barang – barang yang digunakan anak SS S TS STS

130

17 Saya memiliki orang tua yang peduli dengan anaknya SS S TS STS

21 Saya memiliki lingkungan tempat tinggal yang solidaritasnya tinggi SS S TS STS

28 Saya merasa tidak sanggup lagi mengurus anak SS S TS STS

29 Anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru SS S TS STS

32 Anak mampu memahami tentang perubahan fisik yang dialaminya (puber) SS S TS STS

33 Anak merasa kaget dan tidak terima tentang perubahan fisik yang dialami olehnya (puber) SS S TS STS

35 Anak memiliki permintaan yang mampu dituruti oleh orang tua SS S TS STS

45 Anak memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa ia ingin sebuah perhatian SS S TS STS

47 Saya merasa malas ketika harus memanggil anak pulang dari bermainnya SS S TS STS

49 Setiap hari saya bertemu dengan anak SS S TS STS

19 Saya menerima sepenuhnya anak saya SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 38,33 Sedang 38,33 ≤ Skor ≤ 56,67 Tinggi Skor ≥ 56,67

131

17 Saya memiliki orang tua yang peduli dengan anaknya SS S TS STS

21 Saya memiliki lingkungan tempat tinggal yang solidaritasnya tinggi SS S TS STS

28 Saya merasa tidak sanggup lagi mengurus anak SS S TS STS

29 Anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru SS S TS STS

32 Anak mampu memahami tentang perubahan fisik yang dialaminya (puber) SS S TS STS

33 Anak merasa kaget dan tidak terima tentang perubahan fisik yang dialami olehnya (puber) SS S TS STS

35 Anak memiliki permintaan yang mampu dituruti oleh orang tua SS S TS STS

45 Anak memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa ia ingin sebuah perhatian SS S TS STS

47 Saya merasa malas ketika harus memanggil anak pulang dari bermainnya SS S TS STS

49 Setiap hari saya bertemu dengan anak SS S TS STS

19 Saya menerima sepenuhnya anak saya SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 38,33 Sedang 38,33 ≤ Skor ≤ 56,67 Tinggi Skor ≥ 56,67

d. Penutup Instrumen ini ditujukan untuk mengetahui tingkat stres

pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia 0-12 tahun. Kategorisasi diatas memiliki kebalikan. Skor rendah berarti mereka yang memiliki stres pengasuhan yang tinggi, sedangkan skor tingga adalah mereka yang memiliki stres pengasuhan yang rendah.

132

2. Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Oleh: Nur Atiqotul Lutfiyah ([email protected]) Professional Judgement: Slamet S.Ag., M.Si a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering konflik yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Tingginya intensitas konflik yang terjadi dalam suatu pernikahan ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala intensitas konflik pernikahan. Skala intensitas konflik pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik yang terjadi dalam pernikahan. Aspek konflik perkawinan dalam skala penelitian ini adalah kekerasan fisik pada pasangan, melontarkan kekerasan secara verbal, sikap bertahan menarik diri dari interaksi dengan pasangannya yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang konflik dalam pernikahan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin sering konflik yang terjadi pada pasangan itu.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Skala intensitas konflik pernikahan merupakan upaya

untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan dan bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek konflik pernikahan.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Intensitas konflik dalam

perkawinan

kekerasan fisik

Menyakiti fisik

pasangan ketika terjadi

konflik

Memukul pasangan secara

langsung 2,4,5 1,3, 5

Memukul menggunakan

perantara benda lain

9,11 6,7,8, 10 6

kekerasan verbal

Menyakiti perasaan pasangan

Mengumpat pasangan 14 12,13,

15,16 5

Berkata kasar kepada

pasangan

17,18,23 19,22 5

Melontarkan ancaman kepada

pasangan 20,21 2

bertahan Membela diri saaat konflik

Tidak mau disalahkan atas terjadinya suatu

konflik

24,25,26, 27

4

berupaya 29,31 28,30 6

133

2. Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Oleh: Nur Atiqotul Lutfiyah ([email protected]) Professional Judgement: Slamet S.Ag., M.Si a. Pengantar

Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering konflik yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Tingginya intensitas konflik yang terjadi dalam suatu pernikahan ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala intensitas konflik pernikahan. Skala intensitas konflik pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik yang terjadi dalam pernikahan. Aspek konflik perkawinan dalam skala penelitian ini adalah kekerasan fisik pada pasangan, melontarkan kekerasan secara verbal, sikap bertahan menarik diri dari interaksi dengan pasangannya yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang konflik dalam pernikahan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin sering konflik yang terjadi pada pasangan itu.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Skala intensitas konflik pernikahan merupakan upaya

untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan dan bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek konflik pernikahan.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml Favorable

Unfavorable

Intensitas konflik dalam

perkawinan

kekerasan fisik

Menyakiti fisik

pasangan ketika terjadi

konflik

Memukul pasangan secara

langsung 2,4,5 1,3, 5

Memukul menggunakan

perantara benda lain

9,11 6,7,8, 10 6

kekerasan verbal

Menyakiti perasaan pasangan

Mengumpat pasangan 14 12,13,

15,16 5

Berkata kasar kepada

pasangan

17,18,23 19,22 5

Melontarkan ancaman kepada

pasangan 20,21 2

bertahan Membela diri saaat konflik

Tidak mau disalahkan atas terjadinya suatu

konflik

24,25,26, 27

4

berupaya 29,31 28,30 6

mempertahankan diri atas serangan

umpatan dari pasangannya.

,32, 33

menarik diri dari interaksi

menunjukkan

penghindaran dengan

pasangannya

Menghindari percakapan

dengan pasangan

34,37,42

35,36, 38 6

Tidak mau memulai

percakapan dengan

pasangan

40, 39,41, 43,44 5

Jumlah 21 23 44 Alpha Cronbach’s = 0,798 ; Sampel = 15 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 1,2,3,5,9,11,15,16,19,20,21, 23,24,25,26,29,30,32, 33, 38,39,42

4,6,7,8,10,12,13,14,17,18,22,27,28,31,34,35,36,37,40,41, 43,44

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pertanyaan Jawaban

1 Saya mudah untuk memukul pasangan ketika saya marah SS S KK TP

2 Saya enggan melibatkan anak dalam konflik dengan pasangan SS S KK TP

3 Saya melampiaskan emosi dengan menampar pasangan SS S KK TP

5 Saya malu ketika anak melihat saya sedang bertengkar SS S KK TP

9 Saya menghindari pertengkaran dihadapan anak SS S KK TP

11 Saya bisa menahan emosi untuk tidak menyakiti pasangan saya SS S KK TP

15 Saya sulit untuk mengontrol emosi SS S KK TP

16 Saya mengumpat pasangan saya ketika marah SS S KK TP

19 Saya kecewa ketika pasangan membantah omongan saya SS S KK TP

20 Saya akan mengancam pasangan jika ia tidak mau menuruti omongan saya SS S KK TP

21 Saya benar-benar serius terhadap ancaman tersebut SS S KK TP

23 Saya menyesal dengan sifat pemarah dalam diri saya SS S KK TP

24 Saya jarang memulai terjadinya konflik SS S KK TP

134

25 Konflik yang terjadi disebabkan factor eksternal keluarga SS S KK TP

26 Setiap terjadi konflik itu bukan karena saya SS S KK TP

29 Jika ada permasalahan, saya dan pasangan selalu memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah

SS S KK TP

30 Saya malu mengakui kesalahan yang saya perbuat terhadap pasangan SS S KK TP

32 Saya tidak pernah membesar-besarkan masalah yang terjadi SS S KK TP

33 Saya lebih suka mengalah saat terjadi masalah SS S KK TP

38 Jika pasangan tidak menuruti permintaan saya, maka saya akan mendiamkannya (tidak mengajak bicara)

SS S KK TP

39 Saya dan pasangan saling menjauhi ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan SS S KK TP

42 Saya memilih untuk keluar rumah ketika berselisih dengan pasangan SS S KK TP

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sering dilakukan. S = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KK = Jika pernyataan tersebut Kadang-kadang dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 22 Sedang 22≤ Skor ≤ 88 Tinggi Skor ≥ 88

d. Penutup Kesimpulan dari dibuatnya instrumen ini adalah untuk

mengetahui seberapa tingginya tingkat intensitas konflik yang terjadi antara suami istri dalam sebuah keluarga. Dengan adanya instrumen ini diharapkan akan diperoleh sebuah data yang mana akan menjadi rujukan untuk memberi solusi atau jalan keluar kepada pasangan suami istri untuk mengurangi konflik yang terjadi berdasarkan tingkat intensitasnya.

135

25 Konflik yang terjadi disebabkan factor eksternal keluarga SS S KK TP

26 Setiap terjadi konflik itu bukan karena saya SS S KK TP

29 Jika ada permasalahan, saya dan pasangan selalu memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah

SS S KK TP

30 Saya malu mengakui kesalahan yang saya perbuat terhadap pasangan SS S KK TP

32 Saya tidak pernah membesar-besarkan masalah yang terjadi SS S KK TP

33 Saya lebih suka mengalah saat terjadi masalah SS S KK TP

38 Jika pasangan tidak menuruti permintaan saya, maka saya akan mendiamkannya (tidak mengajak bicara)

SS S KK TP

39 Saya dan pasangan saling menjauhi ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan SS S KK TP

42 Saya memilih untuk keluar rumah ketika berselisih dengan pasangan SS S KK TP

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sering dilakukan. S = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KK = Jika pernyataan tersebut Kadang-kadang dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.

Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 22 Sedang 22≤ Skor ≤ 88 Tinggi Skor ≥ 88

d. Penutup Kesimpulan dari dibuatnya instrumen ini adalah untuk

mengetahui seberapa tingginya tingkat intensitas konflik yang terjadi antara suami istri dalam sebuah keluarga. Dengan adanya instrumen ini diharapkan akan diperoleh sebuah data yang mana akan menjadi rujukan untuk memberi solusi atau jalan keluar kepada pasangan suami istri untuk mengurangi konflik yang terjadi berdasarkan tingkat intensitasnya.

3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun Oleh:Mekha Eka Sari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si a. Pengantar

Kepuasan perkawinan adalah suatu evaluasi suami dan istri terkait hubungan mereka, dimana evaluasi tersebut cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahannya. Evaluasi ini merujuk pada bagaimana pasangan suami dan istri mengevaluasi hubungan mereka, apakah memuaskan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh keduanya. Oleh karena itu skala kepuasan ini dibuat untuk mengetahui tingkat kepuasan suami atau istri dalam pernikahanya. Selain itu skala kepuasan perkawinan ini perlu untuk mengetahui tingkat kepuasan perkawinan suami dan istri yang telah melewati masa-masa sulit dimana dinamika di awal pernikahan hingga telah memiliki anak evaluasi dan tingkat kepuasan pernikahanya berbeda. Inilah yang menjadi faktor sebuah keluarga dapat bertahan sampai bertahun-tahun karena adanya kepuasan pernikahan di dalamya yang tentu sesuai yang diharapkan oleh keduanya yakni suami maupun istri.

Dalam skala kepuasan perkawinan ini dikembangkan aspek yang sangat mempengaruhi hubungan pasangan suami dan istri dalam pernikahanya, yaitu kesepakatan bersama, kepuasan, dan kelekatan. Aspek kesepakatan yang meliputi tentang keuangan, pengasuhan, peran, pengekspresian perasaan, dan hubungan dengan orang lain bisa keluarga dan partner. Aspek kepuasan sendiri terkait tentang kepuasan suami atau istri meliputi penyelesaian konflik antar keduanya, menjaga kestabilan dan seksual. Sedangkan aspek kelekatan terkait dengan masalah aktivitas dan komunikasi baik dengan pasangan dan anggota keluarga. Ketiga aspek ini dijabarkan menjadi indikator-indikator dalam skala.

b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif dalam

kehidupan pernikahan dimana suami maupun istri bersikap sesuai yang inginkan untuk bisa memunculkan suasana senang, aman dan nyaman dalam pernikahannya. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepuasan perkawinan, yaitu menurut Busby, Christense, Crane dan Larson (1995) antara lain aspek consensus, satisfaction dan cohesion.

136

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jumlah Favorable

Unfavorable

Kepuasan

perkawinan

Consensus /

Kesepakatan

Kemampuan pasangan terkait dengan kesepakatan bersama antara suami dan isteri dalam membina rumah tangganya

Komitmen keuangan

1,2,4 3,5 5

Komitmen pengasuhan

7,8,9 6 4

Kemampuan pasangan terkait kesepakatan dalam menjalankan perannya masing-masing

Hak dan kewajiban suami dan istri 10,

11, 12, 13

14,15, 16 7

Kemampuan pasangan dalam mengekspresikan perasaan

Perilaku sebagai bentuk perhatian pada pasangan

17,18 19,20, 21 5

Kemampuan pasangan terkait kesepakatan mengenai hubungan keluarga dan teman

Refleksi harapan dan perasaan berhubungan dengan keluarga dan teman

41, 43,44

42,45, 46,47 6

Satisfaction /

Kepuasan

Kemampuan pasangan terkait dengan

Pertentangan pendapat 22,

23, 24,40

25,26 6

137

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jumlah Favorable

Unfavorable

Kepuasan

perkawinan

Consensus /

Kesepakatan

Kemampuan pasangan terkait dengan kesepakatan bersama antara suami dan isteri dalam membina rumah tangganya

Komitmen keuangan

1,2,4 3,5 5

Komitmen pengasuhan

7,8,9 6 4

Kemampuan pasangan terkait kesepakatan dalam menjalankan perannya masing-masing

Hak dan kewajiban suami dan istri 10,

11, 12, 13

14,15, 16 7

Kemampuan pasangan dalam mengekspresikan perasaan

Perilaku sebagai bentuk perhatian pada pasangan

17,18 19,20, 21 5

Kemampuan pasangan terkait kesepakatan mengenai hubungan keluarga dan teman

Refleksi harapan dan perasaan berhubungan dengan keluarga dan teman

41, 43,44

42,45, 46,47 6

Satisfaction /

Kepuasan

Kemampuan pasangan terkait dengan

Pertentangan pendapat 22,

23, 24,40

25,26 6

cara menyelesaikan masalah Kemampuan pasangan terkait dengan menjaga kestabilan hubungan

Pembicaraan terkait perceraian

27 28 2

Kemampuan pasangan terkait orientasi seksual

Sikap yang berhubungan dengan masalah seksual

48, 49, 50

- 3

Cohesion /

Kelekatan

kemampuan pasangan dalam melakukan komunikasi

Keterbukaan kondisi, situasi maupun perasaan

29,30 31 3

Mendengarkan pendapat 32 33 2

Kemampuan pasangan dalam mengatur aktivitas

Quality time 34, 35,

36,37 38,39 6

Jumlah 30 20 50 Alpha Cronbach's = 0, 871; Sample = 17 orang

Item Pernyataan

Item Shohih Item Gugur 3, 6, 7, 8, 10, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 40, 44, 48, 49, 50

1, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 24, 25, 29, 31, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47

c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban

3 Ketika pengeluaran keluarga berlebihan saya sering menyalahkan pasangan SS S TS STS

6 Saya jarang membicarakan pola pengasuhan anak dengan pasangan SS S TS STS

7 Sejauh ini, komitmen pengasuhan anak dilakukan bersama SS S TS STS

8 Saya tetap ikut memantau keadaan anak meskipun sibuk SS S TS STS

138

10 Saya memaklumi ketika pasangan belum bisa menjalankan perannya SS S TS STS

14 Pasangan saya egois SS S TS STS

17 Sering saya mengungkapkan perkataan mesra dengan pasangan SS S TS STS

19 Terkadang saya lupa tanggal-tanggal spesial dengan pasangan SS S TS STS

20 Saya kecewa ketika pasangan terkadang lupa dengan janjinya SS S TS STS

21 Saya menganggap perkataan mesra kepada pasangan hal yang tidak penting SS S TS STS

22 Ketika ada pertentangan, saya membicarakan secara damai dengan pasangan

SS S TS STS

23

Ketika muncul kesalahpahaman dalam berpendapat, saya terbuka mengungkapkan unek-unek dengan pasangan

SS S TS STS

26 Saya dendam dengan pasangan ketika kekerasan fisik muncul saat konflik SS S TS STS

27 Pasangan saya adalah pilihan yang tepat untuk saya SS S TS STS

28 Ketika kejenuhan memuncak, saya menyinggung soal perceraian SS S TS STS

30 Sering saya mengungkapkan perasaan suka atau tidak suka mengenai apapun dengan pasangan

SS S TS STS

32 Saya menerima masukan pasangan ketika sedang ada masalah SS S TS STS

33 Seringa saya berdiskusi dan tukar pendapat dengan pasangan SS S TS STS

34 Pasangan saya adalah partner diskusi yang tepat SS S TS STS

35 Saya memprioritaskan waktu bersama dengan pasangan SS S TS STS

36 Saya memberikan perhatian kecil kepada keluaraga meskipun sibuk SS S TS STS

40 Saya mengalah dengan pasangan ketika keadaan memang salah saat terjadi kesalahpahaman

SS S TS STS

44 Saya berkomitmen dengan pasangan masalah apapun jangan dibawa di keluarga besar

SS S TS STS

48 Saya percaya pasangan saya setia SS S TS STS

49 Saya menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan SS S TS STS

50 Saya merasa bahagia hidup bersama pasangan saya SS S TS STS

139

10 Saya memaklumi ketika pasangan belum bisa menjalankan perannya SS S TS STS

14 Pasangan saya egois SS S TS STS

17 Sering saya mengungkapkan perkataan mesra dengan pasangan SS S TS STS

19 Terkadang saya lupa tanggal-tanggal spesial dengan pasangan SS S TS STS

20 Saya kecewa ketika pasangan terkadang lupa dengan janjinya SS S TS STS

21 Saya menganggap perkataan mesra kepada pasangan hal yang tidak penting SS S TS STS

22 Ketika ada pertentangan, saya membicarakan secara damai dengan pasangan

SS S TS STS

23

Ketika muncul kesalahpahaman dalam berpendapat, saya terbuka mengungkapkan unek-unek dengan pasangan

SS S TS STS

26 Saya dendam dengan pasangan ketika kekerasan fisik muncul saat konflik SS S TS STS

27 Pasangan saya adalah pilihan yang tepat untuk saya SS S TS STS

28 Ketika kejenuhan memuncak, saya menyinggung soal perceraian SS S TS STS

30 Sering saya mengungkapkan perasaan suka atau tidak suka mengenai apapun dengan pasangan

SS S TS STS

32 Saya menerima masukan pasangan ketika sedang ada masalah SS S TS STS

33 Seringa saya berdiskusi dan tukar pendapat dengan pasangan SS S TS STS

34 Pasangan saya adalah partner diskusi yang tepat SS S TS STS

35 Saya memprioritaskan waktu bersama dengan pasangan SS S TS STS

36 Saya memberikan perhatian kecil kepada keluaraga meskipun sibuk SS S TS STS

40 Saya mengalah dengan pasangan ketika keadaan memang salah saat terjadi kesalahpahaman

SS S TS STS

44 Saya berkomitmen dengan pasangan masalah apapun jangan dibawa di keluarga besar

SS S TS STS

48 Saya percaya pasangan saya setia SS S TS STS

49 Saya menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan SS S TS STS

50 Saya merasa bahagia hidup bersama pasangan saya SS S TS STS

Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri saudara/i. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri saudara/i. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri saudara/i. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri saudara/i.

Kategorisasi Kategori

Rendah Skor ≤ 52 Sedang 52 ≤ Skor ≤ 78 Tinggi Skor ≥ 78

d. Penutup Instrumen skala kepuasan perkawinan ini digunakan untuk

mengevaluasi hubungan antara pasangan suami-istri dalam pernikahanya. Skala ini diharapkan bukan hanya menjadi evaluasi bagi pasangan namun juga penilaian kekurangan dan kelebihan pasangan dan intropeksi diri terkait tentang apa yang sudah disepakati di awal pernikahan sehingga diharapkan pernikahan dapat bertahan lama dan keharmonisan dalam pernikahanpun terus terwujud dan tidak berkurang bahkan hilang. Kebahagiaan dalam pernikahan tentu menjadi harapan pasangan suami-istri dalam pernikahannya. Skala ini bertujuan menjadi tolok ukur penilaian atau tingkat kepuasan perkawinan pasangan sehingga diketahui apa yang kurang dan perlu dibenahi dalam pernikahannya.