Anatomi Ureter

27
ANATOMI DAN FISIOLOGI URETER URETER Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20-30 cm yang letaknya retroperitoneal. Dindingnya terdiri atas: 1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, 2) otot polos sirkuler, dan 3) otot polos longitudinal. Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria dan berada di dalam otot buli-buli (intramural). Keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter pada saat buli-buli berkontraksi. Sepanjang perjalanan ureter dari ginjal menuju vesica urinaria, terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain yang mana pada

Transcript of Anatomi Ureter

Page 1: Anatomi Ureter

ANATOMI DAN FISIOLOGI URETER

URETER

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan

urin dari ginjal ke vesica urinaria. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20-

30 cm yang letaknya retroperitoneal. Dindingnya terdiri atas: 1) mukosa yang dilapisi

oleh sel transisional, 2) otot polos sirkuler, dan 3) otot polos longitudinal. Ureter

setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu

menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara

postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk

mencapai vesica urinaria dan berada di dalam otot buli-buli (intramural). Keadaan ini

dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter pada saat buli-

buli berkontraksi.

Sepanjang perjalanan ureter dari ginjal menuju vesica urinaria, terdapat

beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat

lain yang mana pada tempat ini sering terbentuk batu atau kalkulus, yaitu sebagai

berikut:

a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter

b. Tempat menyilang arteri iliaka di rongga pelvis

c. Pada saat ureter masuk ke vesica urinaria

Page 2: Anatomi Ureter

a

b

c

Gambar 1. Penyempitan anatomis pada ureter a) Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, b) tempat menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, c) pada saat ureter masuk ke vesica urinaria.

Syntopi ureter

Ureter kiri Ureter kanan

Anterior Kolon sigmoid

a/v. colica sinistra

a/v. testicularis/ovarica

Duodenum  pars descendens

Ileum terminal

a/v. colica dextra

a/v.ileocolica

mesostenium

Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferensPerempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

Page 3: Anatomi Ureter

Untuk kepentingan pembedahan, ureter dibagi menjadi dua bagian, yakni

ureter pars abdominalis, yang membentang mulai dari pelvis renalis sampai

menyilang vasa illiaka, dan ureter pars pelvica, yang membentang dari

persilangannya dengan vasa illiaka sampai muaranya didalam buli-buli. Disamping

itu secara radiologis, ureter dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 1) ureter 1/3 proximal

mulai dari pelvis renalis sampai batas sakrum, 2) ureter 1/3 medial mulai dari batas

atas sakrum sampai batas bawah sakrum, dan 3) ureter 1/3 distal mulai dari batas

bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.

Vaskularisasi Ureter

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca

communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior.

Persarafan Ureter

Uretes mendapatkan persarafan otonom simpatis dan parasipatis.

1. Simpatis: serabut paraganglionik dari segmen spinal T10-L2 melalui serabut

post ganglionik berasal dari coeliak, pleksus aorticus, serta pleksus

hipogastricus superior dan inferior.

2. Parasimpatis: serabut vagal melalui coeliac ke ureter sebelah atas,

sedangkan serabut dari S2-S4 ke ureter bawah.

Peranan persarafan otonom belum jelas, dan tidak berperan dalam peristaltik ureter

(meskipun ada kemungkinan memodulasi gerakan tersebut). Gelombang peristaltik

berasal dari pacemaker yang berada didalam intrinsik sel otot polos yang terletak di

kaliks minor sistem pelvicalises.

Page 4: Anatomi Ureter

KOLIK URETER

1. DEFINISI

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil berfungsi mengalirkan urine dari

pielum ginjal ke dalam bladder. Pada orang dewasa panjangnya sekitar 20 cm. Dindingnya

terdiri dari mukosa ynag dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan

longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik mengeluarkan urine ke buli-buli

(Purnomo, 2003).

Jika karena sumbatan pada aliran urine, maka akan terjadi kontraksi otot polos yang

berlebihan yang bertujuan mendorong atau mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih

(Purnomo, 2003). Batu yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri luar biasa yang

disebut nyeri kolik dan menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa ingin berkemih

namun hanya sedikit urine yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat adanya

abrasif batu. Keluhan ini yang disebut dengan kolik ureter (Muttaqin dan Sari, 2011).

Kolik ureter merupakan kondisi yang sering terjadi dalam keadaan emergency non

trauma. Sebagian besar diakibatkan oleh obstruksi pada saluran pencernaan oleh kalkuli.

Antara 50% populasi akan menunjukkan adanya batu di saluran perkemihan (Masarani dan

Dinneen, 2007).

Page 5: Anatomi Ureter

2. ETIOLOGI

Nyeri pada kolik ureter sering digambarkan sebagai nyeri paling hebat yang pernah

dialami pasien. Kolik ureter terjadi karena obstruksi pada saluran urine oleh kalkuli;

pelviureteric junction (PUJ), berdekatan dengan pelvis yang pada tepi pembuluh darah iliaka

dan penyempitan area dan vesicoureteric junction (VUJ). Lokasi dari nyeri dapat

berhubungan namun tidak dapat menjadi prediksi akut posisi batu di saluran urine. Jika

melalui vesioreteric junction, gejala iritabilitas kandung kemih dapat terjadi (Masarani dan

Dinneen, 2007).

Penyebab sumbatan pada umumnya adalah batu, bekuan darah atau debris yang

berasal dari ginjal yang turun ke ureter. Ada beberapa faktor yang memungkinkan

terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu sebagai berikut (Muttaqin dan Sari, 2011):

a. Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolik paling umum. Beberapa kasusu

hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan

kalsium (dikaitkan dengan diet kalsium dan atau mekanisme penyerapan kalsium

terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resopsi kalsium dari tulang (yaitu

hiperparatiroidisme) dan beberapa berhubungan dengan ketidakmampuan dari

tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal

kebocoran hiperkalsiuria)

b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan dan pH urine

c. Lamanya kristal terbentuk di dalam urine dan dipengaruhi mobilisasi rutin

d. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine

e. Infeksi saluran kemih

f. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu

g. Idiopatik

3. PATOFISIOLOGI

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot pelvikalises dan turun

ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu

hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (< 5mm) pada umumnya dapat

keluar spontan, sedangkan yang lebih besar menimbulkan obstruksi kronis berupa

hidronefrosis dan hidroureter (Muttaqin dan Sari, 2011).

Batu yang terletak pada ureter maupum sistem pelvikalises mampu menimbulkan

obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.

Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat

Page 6: Anatomi Ureter

menimbulkan hidronefrosis dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliektasis pada

kaliks yang bersangkutan (Muttaqin dan Sari, 2011).

4. MANIFESTASI KLINIS

Kolik ureter berasal dari ginjal namun menghasilkan nyeri pada lokasi ureter. Nyeri

pada kolik ureter berjalan secara intensif dan pasien kemungkinan akan mengalami rasa

nyeri sehingga mengubah posisi ke fetal (Masarani dan Dinneen, 2007). Batu kecil yang

turun ke pertengahan ureter padaumumnya menyebabkan penjalaran nyeri ke pinggang

sebelah lateral dan seluruh perut. Jika batu turun mendekati bladder biasanya disertai

dengan keluhan lain berupa sering kencing dan urgensi (Purnomo, 2003).

Nyeri kolik terjadi akibat spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya

terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing. Nyeri ini dirasakan sangat sakit,

hilang-timbul sesuai dengan gerakan peristaltik ureter. Pertama-tama dirasakan di daerah

sudut kosto-vertebra kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal

hingga ke daerah kemaluan (Purnomo, 2003).

Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri di seluruh area

kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan

ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal dapat menyebabkan

refleks retrointestinal dan proksimitas anatomik ureter ke lambung, pankreas dan usus besar

(Muttaqin dan Sari, 2011).

Respon dari nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal meliputi keluhan

anoreksia, mual dan muntah yang memberikan manifestasi penurunan asupan nutrisi.

Kemudian pada kondisi psikososial secara umum akan didapatkan adanya kecemasan dan

perlunya memberikan informasi tentang keperluan intervensi selanjutnya dan informatif

tentang praoperatif (Muttaqin dan Sari, 2011).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Fisik Fokus

Pada pemeriksaan fisik diadaptkan adanya perubuhan TTV sekunder dari

nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, nyeri ketuk pada daerah

kosto vertebra dan pada beberapa kasusu bisa teraba ureter pada sisi sakit akibat

hidronefrosis. Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuria,

retensi urine dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien mual dan

muntah.

Page 7: Anatomi Ureter

b. Pemeriksaan sedimen urine

Sedimen urine dapat menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan

dijumpainya kristal-kristal pembentuk batu

c. Pemeriksaan Fungsi Ureter

Digunakan untuk memonitor fungsi ureter tentang adanya penurunan fungsi,

d. Pemeriksaan elektrolit

Memungkinkan menunjukkan adanya pertumbuhan dan kuman pemecah

urea

e. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram dan USG untuk menilai posisi,

besar dan bentuk batu pada saluran kemih.

7. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

Serangan kolik ureter harus segera diatasi dengan medikamentosa dan terapi

lainnya. Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi serangan kolik ureter

adalah antispasmodik, aminofilin, anti inflamasi non steroid, meperin atau morfin

(Purnono, 2003).

b. DJ Stent

Jika pasien mengalami episode kolik yang sulit ditangani maka ditawarkan

untuk pemasangan kateter ureter double J (DJ stent). DJ stent adalah suatu kateter

yang ditinggalkan mulai dari pelvis renalis, ureter hingga bladder (Purnono, 2003).

Page 8: Anatomi Ureter

DJ stent adalah tabung halus yang dimasukkan melalui operasi pembedahan.

Tabung ini memiliki lengkungan pada kedua ujungnya yang didesain untuk

mencegah stent berpindah ke bawah menuju bladder atau ke atas menuju ginjal.

Beberapa stent memiliki benang yang menghubungkan hingga ke uretra. Stent

diletakkan di ureter yang menghubungkan ginjal dengan bladder,

Stent ditempatkan dalam ureter untuk mencegah atau mengurangi hambatan

dalam ureter. Stent mendorong ureter untuk melakukan dilatasi yang dapat

mempermudah batu melewati ureter. Ketika pasien miksi menjelang akhir, akan

terasa kekakuan pada punggung. Jika seseorang terlalu kurus atau memiliki otot

punggung yang lebar, stent dapat mendorong saraf di belakang abdomen yang

menghasilkan sensai terbakar pada daerah punggung atau paha atas.Minum banyak

air agar menjaga warna urine tetap normal dan tidak terjadi perdarahan.

c. Diuresis

Pasien yang menunjukkan gejala-gejala gangguan sistem saluran cerna

(mual-muntah) sebaiknya masuk rawat inap rumah sakit untuk hidrasi pasien tetap

terjaga. Diuresis pasien harus diperbanyak karena peningkatan diuresis dapat

mengurangi frekuensi serangan kolik (Purnono, 2003).

ASKEP KOLIK URETER

Page 9: Anatomi Ureter

1. PENGKAJIAN ANAMNESIS FOKUS

Keluhan yang didapat dari pasien bergantung pada posisi atau letak batu, besar batu

dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama yang lasim didapatkan adalah nyeri pada

pinggang. Pengkajian nyeri dapat menggunakan pendekatan PQRST:

Provoking Incident Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi

pada beberapa kasus didapatkan adanya perubahan posisi yang

tiba-tiba dai posisi duduk atau melakukan fleksi badan

Quality of Pain Kualitas nyeri kolik ureter terjadi karena aktivitas peristaltik otot

polos ureter meningkat dalam usaha mengeluarkan batu dari

saluran kemih. Peningkatan perisataltik tersebut menyebabkan

tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan

dari terminal syaraf yang memberikan sensasi nyeri.

Bila nyeri mendadak akut disertai keluhan di seluruh area

kostovertebra dan gastrointestinal seperti mual dan muntah maka

diare dapat terjadi. Gejala gastronitestinal ini terjadi akibat refleks

retrointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung,

pankreas dan usus besar

Region, Radiation,

Relief

Batu ureter menyebabkan keluhan nyeri luar biasa dan menyebar

ke paha hingga genetalia. Urine biasanya mengandung darah

akibat abrasif batu.

Severity (scale) of

Pain

Pasien bisa ditanya dengan rentang 0-4 dan menilai seberapa

jauh rasa nyeri yang dirasakan

0 = tidak ada nyeri

1= nyeri ringan

2 = nyeri sedang

3- nyeri berat

4 = nyeri berat sekali/tak tertahankan

Time Sifat mula timbulnya, mentukan gejala timbul mendadak,

perlahan-lahan atau seketika itu juga. Menentukan gejala timbul

terus-menerus atau hilang timbul (intermitten). Menanyakan

lamana timbul, tindakan yang dilakukan pasien ketika gejala dan

awal timbul gejala

Pengkajian riwayat penggunaan obat sebelumnya khususnya pasien yang menderita

peradangan sendi akan menggunakan OAINS dan pasca intervensi kemoterapi. Riwayat

Page 10: Anatomi Ureter

penurunan imunitas seperti kanker, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan dan gagal

ginjal dapat menjadi faktor gejala nyeri.

Pengkajian anamnesis lainnya yang perlu ditanyakan perawat meliputi:

a. Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan muntah?

b. Bagaimana keluhan terjadi? Pada waktu kapan saja?Setelah atau sebelum makan

atau setelah mencerna obat tertentu?

c. Bagaimana cara pasien menurunkan keluhan?

d. Apa ada keluhan yang berhubungan dengan perubahan posisi, beraktivitas,

ansietas, stress, makan dan minum baik?

e. Bagaimana keluhan bisa berkurang?

f. Apakah ada riwayat keluarga dengan gejala atau penyakit saluran perkemihan?

g. Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam?

2.POHON MASALAH

3. PRIORITAS PERENCANAAN INTERVENSI DIAGNOSA YANG MEMUNGKINKAN

Diagnosa 1:

Page 11: Anatomi Ureter

Nyeri kolik berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos ureter dari adanya batu

ureter

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau pasien mampu beradaptasi

dengan nyeri

Kriteria Hasil:

- Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi

- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

- Ekspresi pasien rileks

Intervensi Rasional

Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik,

serangan, durasi, kualitas, frekuensi.

Mengidentifikasi faktor presipitasi dan

faktor pereda nyeri

Catat penyebab yang memungkinkan

menimbulkan nyeri (insisi jaringan

Nyeri akut biasanya terjadi jika mengalami

trauma, luka, ataupun proses

pembedahan.

Monitor tanda-tanda vital selama nyeri. Tekanan darah, pernafasan, dan nadi

biasanya berubah

Observasi isyarat nonverbal adanya

ketidaknyaman terutama yang tidak dapat

diungkapkan.

Membantu dalam mengenali terjadinya

nyeri, isyarat yang tidak kongruen dengan

laporan klien secara verbal

mengindikasikan perlu evalusi lebih lanjut.

Melakukan manajemen nyeri

keperawatan:

a. Mendorong pasien beristirahat

b. Manajemen lingkungan yang

tenang

c. Memberikan kompres hangat pada

pinggang

d. Melakukan teknik stimulasi per

kutaneus

a. Istirahat dengan menggunakan

relaksasi dapat menurunkan

kebutuhan O2 jaringan perifer

sehingga akan meningkatkan

suplai darah ke jaringan

b. Lingkungan yang tenang akan

menurunkan stimulus nyeri

eskternal

c. Vasodilatasi dapat menurunkan

spasme otot dan kontraksi otot

pinggang sehingga menurunkan

stimulus nyeri

d. Salah satu teknik ditraksi untuk

menstimulasi pengeluaran

Page 12: Anatomi Ureter

e. Melakukan masase sekitar nyeri

f. Mengajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam

g. Mengajarkan teknik distraksi pada

saat nyeri

h. Meningkatkan pengetahuan

tentang sebab nyeri dan

menghubungkan lama nyeri akan

berlangsung

endorfin-ekenfalin yang berguna

sebagai analgetik internal untuk

memblok nyeri

e. Meningkatkan kelancaran suplai

darah untuk menurunkan iskemia

f. Meningkatkan suplai 02 sehingga

menurunkan nyeri sekunder

g. Ditraksi pengalihan perhatian

dapat menurunkan stimulus

interna dengan mekanisme

produksi endorfin dan ekenfalin

yang memblok nyeri untuk tidak

dikirimkan ke korteks serebral dan

menurunkan persepsi nyeri

h. Pengetahuan akan membantu

mengurangi nyerinya dan

membantu mengembangkan

kepatuhan pasien kepada rencana

terapeutik

Kolaborasi dokter pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri

sehingga nyeri akan berkurang

Diagnosa 2:

Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi saluran kemih

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi dapat optimal sesuai kondisi klien

Kriteria Hasil:

- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 kali/24 jam

- Pasien mampu minum 2.000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari cairan yang

mengiritasi kandung kemih

Intervensi Rasional

Mengkaji pola kemih dan mencatat

produksi urine tiap 6 jam

Mengetahui pengaruh kolik ureter dengan

frekuensi miksi

Menganjurkan pasien minum 2.000

cc/hari

Membantu mempertahankan fungsi ginjal,

mencegah hidronefrosis dengan

pemberian cairan peroral untuk

mendukung aliran urine dan mendorong

Page 13: Anatomi Ureter

batu ke bawah

Mendorong pasien menghindari minum

kopi, teh, alkohol dan kola

Menurunkan iritasi dari minuman yang

dapat mengiritasi saluran perkemihan

Kolaboasi pemberian mediakmentosa Terapi medikamentosa ditujukan pada

batu yang ukurannya kurang dari 5 mm

karena diharapkan batu dapat keluar

secara spontan. Pemberian diuretikum

bertujuan mengurangi nyeri dan

memperlancar aliran urine dan minum

banyak mendorong batu keluar dari

saluran kemih

Pembedahan pemasangan DJ stent Pemasangan DJ stent dapat membantu

dilatasi saluran ureter dan meminimalkan

gerakan peristaltik ureter yang dapat

menyebabkan nyeri. Tujuan utamanya

adalah untuk membantu batu ureter

keluar dari saluran kemih

Tindakan ESWL (Extracorporeal

Shockwave Lothotripsy)

Membantu memecah batu ureter

proksimal tanpa tindakan invasif dan

tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi

fragile kecil dan mudah dikeluarkan dari

saluran kemih

Diagnosa 3:

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam ansietaspada pasien dapat dikurangi

Kriteria Hasil:

- Pasien menyatakan kecemasan berkurang

- Pasien menyatakan dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang

mempengaruhi kecemasan

- Wajah pasien rileks

- Pasien kooperatif terhadap tindakan

Intervensi Rasional

Membantu pasien mengekspresikan Cemas bekelanjutan memberikan dampak

Page 14: Anatomi Ureter

perasaan takut gangguan sirkulais darah

Memberikan dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara

perawat dan pasien akan mempengaruhi

penerimaan pasien dengan pembedahan.

Keterbukaan mengenai tindakan bedah,

anestesi dan perubahan pascaoperatif

akan menghilangkan banyak ketakutan

tak berdasar. Kecemasan klien yang

dimintai pendapat sebelum operasi akan

berkurang saat tiba di kamar operasi

dibandingkan mereka yang hanya diberi

pramedikasi dengan fenobartial

Menghindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningaktkan rasa

marah, menurunkan kerjasama dan

memperlambat penyembuhan

Dengarkan keluhan klien dengan penuh

perhatian.

Menciptakan hubungan terapeutik klien

Observasi perilaku klien yang

mengindikasikan kecemasan.

Perilaku klien dapat menjadi tanda level

kecemasan (ringan, sedang ,berat, panik)

Dukung penggunaan mekanisme koping

yang tepat.

Mekanisme koping yang tepat dapat

menurunkan kecemasan dan manajemen

masalah

Instruksikan klien untuk menggunakan

teknik relaksasi (ex: relaksasi progresif)

Membantu dalam menurunkan level

kecemasan dengan meningktkan level

endorpin untuk meningkatkan keadaan

yang lebih baik

Diagnosa 3:

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan post pembedahan

Tujuan: Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi dan terjadi perbaikan pada

integritas jraingan lunak

Kriteria Hasil:

- Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi dan peradangan area luka pembedahan

- TTV batas normal

Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan Mengidentifikasi kemajuan atau

Page 15: Anatomi Ureter

dan adanya order khusus perawatan luka penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan

Lakukan mobilisasi miring kiri dan kanan

tiap 2 jam

Mencegah penekanan setempat yang

berlanjut pada nekrosis jaringan lunak

Melakukan perawatan luka:

a. Melakukan perawatan luka steril

dan diulangi setiap hari

b. Membersihkan luka dengan cairan

antiseptik dengan cara swabing

dari arah dalam ke luar

c. Membersihkan sisa dengan NS

dengan swabing arah dalam

keluar

d. Menutup luka dengan kassa steril

dan tutup dengan plester menutupi

seluruh kassa

a. Perawatan luka sebaiknya

dilakukan setiap hari untuk

mencegah adanya kontaminasi

b. Pembersihan debris dan kuman

sekitar luka mengotimalkan

pencegahan kontaminasi

c. NS dapat berfungsi sebagai

pembersihan luka

d. Penutupan area menyeluruh dapat

menghindari kontaminasi dari

benda dan udara skeitar luka

Monitor adanya tanda infeksi sekitar luka

(kemerahan, bengkak, panas lokal dan

nyeri)

Infeksi luka operasi memberikan

manifestasi adanya peradangan disekitar

luka

Evaluasi kondisi luka setelah perawatan

luka

Peran utama perawat dalam

pemeliharaan perawatan luka sebelum

luka dibuka

DAFTAR PUSTAKA

Masarani, M dan Dinneen, M. 2007. Ureteric colic: new trends in diagnosis and treatment.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2600100/pdf/469.pdf. Diakses

tanggal 17 April 2013. Jam 16.10 WIB

Metro Urology. 2008. Double J Stent Instructions. http://www.metro-urology.com/wp-

content/uploads/pdf/Procedures/Double%20J%20Stent%20Instructions.pdf.

Diakses tanggal 17 April 2013. Jam 16.13 WIB.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011, Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta: Salemba Medika

Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto

Page 16: Anatomi Ureter

Batu Ureter

Batu ureter adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke

ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat

berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan

ureter dengan vasa iliaka dan muara ureter di dinding buli. Untuk kepentingan

alternatif terapi (minimal invasif), ureter dibagi 2 saja, yaitu proksimal (diatas pelvic

brim) dan distal (dibawah pelvic brim).

Gejala dan tanda

Gejala yang ditimbulkan tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan

penyulit yang telah terjadi. Keluhan yan paling dirasakan pasien adalah nyeri pada

pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik

terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises atau pun ureter meningkat

dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik

itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan

dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat

peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Nyeri

pada pinggang bisa disertai nyeri rujukan pada kandung kemih, vulva atau skrotum

dan testis.

Hematuria bisa dikeluhkan oleh karena trauma pada mukosa saluran kemih yang

disebabkan oleh batu. Kadang – kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan

urinalisis berupa hematuria mikroskopik.

Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan

kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak

kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan

segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotik.

Tanda yang terjadi mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba

ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda – tanda gagal ginjal, retensi

urin, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.

Diagnosis

Diagnosis batu ureter dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Page 17: Anatomi Ureter

Pada anamnesa, berdasarkan keluhan kolik yang disertai nyeri rujukan ke daerah ke

lipat paha, testis atau sampai ujung penis, tergantung pada lokasi obstruksi.

Hematuria baik gross maupun mikroskopis juga bisa dikeluhkan.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan sedimen urin, fungsi

ginjal, dan juga kultur urin.

Terapi

Terapi Konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm, dimana batu dengan

ukuran tersebut bisa keluar spontan. Karena itu dimungkinkan untuk pilihan terapi

konservatif berupa :

a. Minum sehingga diuresis 2 liter/hari

b. α – blocker

c. NSAID

Batas lama konservatif adalah 6 minggu. Disamping ukuran batu syarat lain untuk

observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan

obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan

merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien –

pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal transplan dan penurunan fungsi ginjal)

tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan

intervensi.

Shock Wave Lithotripsy (SWL)

SWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kencing. Prinsip SWL

adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang kejut yang

dihasilkan oleh mesin dan luar tubuh.

Ureteroskopi

Batu ureter dapat diekstraksi langsung dengan tuntunan URS. Dikembangkannya

semirigid URS dan fleksibel URS telah menambah cakupan penggunaan URS untuk

terapi batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung

batu ureter yang besar. Sehingga perlu alat pemecah batu seperti ESWL, Laser dll.

Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada

pengalaman masing – masing operator .

Page 18: Anatomi Ureter

PNL

PNL lebih diindikasikan untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat

Bedah Terbuka

Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan.

Tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi

pada flank, dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada

batu ureter kurang lebih tinggal 1-2 persen saja, terutama pada penderita –

penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

Pemasangan Stent

Merupakan tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter, misalnya pada

penderita sepsis yang disertai tanda – tanda obstruksi, pemakaian stent sangat

perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted)

Pedoman Pilihan Terapi

Pedoman pilihan terapi dibagi dalam beberapa kategori. Berikut ini untuk tiga

pedoman pertama digunakan pada batu ureter proksimal dan distal, sedang

pedoman selanjutnya dibedakan antara batu ureter proksimal dan distal :

1. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan kecil keluar spontan :Batu

ureter yang kemungkinan kecil keluar spontan harus diberitahu kepada pasiennnya

tentang perlunya tindakan aktif dengan berbagai modalitas terapi yang sesuai,

termasuk juga keuntungan dan resiko dari masing – masing modalitas terapi.

2. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan besar keluar spontan:Batu

ureter yang baru terdiagnosis dan kemungkinan besar keluar spontan, yang

keluhan/gejalanya dapat diatasi, direkomendasikan untuk dilakukan terapi

konservatif dengan observasi secara periodik sebagai penanganan awal.

3. Penanganan batu ureter dengan SWLStenting rutin untuk meningkatkan efisiensi

pemecahan batu tidak direkomendasikan sebagai bagian dari SWL.

4. Untuk batu < 1 cm di ureter proximal Pilihan terapi :

a. SWL

b. URS + Litotripsi

c. Ureterolitotomi

5. Untuk batu > 1 cm di ureter proximal

Pilihan terapi :

Page 19: Anatomi Ureter

a. Ureterolitotomi

b. SWL, PNL dan URS + Litotripsi

6. Untuk batu < 1 cm di ureter distal Pilihan terapi: a. SWL atau URS + litotripsi b. Ureterolitotomi 7. Untuk batu > 1 cm di ureter distal Pilihan terapi : a. URS + Litotripsi b. Ureterolitotomi c. SWL

Kasus untuk proses pembelajaran Penderita pria 45 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 hari yang lalu. Disamping itu juga dikeluhkan adanya mual. Nyeri pinggang timbul tiba – tiba dan menjalar ke perut dan kemaluannya. Nyeri juga dirasakan pasien bila kencing dan sering kencing. Kadang – kadang kencingnya kemerah-merahan. Penderita mengeluh pernah mengalami nyeri yang sama beberapa kali. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok di pinggang kiri dan Nadi 96 kali permenit serta temperature 37,4oC. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 15.000 dan leukosit urin penuh. Kreatinin 1,5. Pemeriksaan radiologis pada foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu di distal ureter kiri. USG menunjukkan hidronefrosis ringan ginjal kiri dan IVP menunjukkan adanya hidronefrosis ringan ginjal kiri dan hidroureter kiri.