Anatomi Fisiologi Mata
-
Upload
idafajriyah -
Category
Documents
-
view
137 -
download
17
description
Transcript of Anatomi Fisiologi Mata
A. ANATOMI FISIOLOGI MATA
Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita
membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu
diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa diderita
yang berkaitan dengan kelainan pada mata.
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:
a. Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya
bola mata.
b. Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus
rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior
(mengerakan mata ke bawah).
c. Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
d. Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa
untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.
e. Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
f. Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
g. Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
h. Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
i. Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
1. Otot, Saraf dan Pembuluh darah Pada Mata
Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata
terdiri enam otot yaitu:
1. Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki
aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
2. Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder
berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
3. Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi,
dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam
depresi.
4. Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5. Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6. Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi
sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
1. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
2. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
3. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
2. Struktur pelindun
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas
ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur
dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk.
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu
dan cahaya yang sangat terang.
Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan
mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata.
Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.
Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus
permukaan mata.
1. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
2. Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
3. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer.
Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap
duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata
berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-
partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga
lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva
adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi
melindungi bola mata dari gangguan.
b. Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi
banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna
gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan,
koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di
bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris
berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang
masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata.
Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
c. Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan
badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke
otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut
bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi
dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan
bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak
berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan
bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi.
Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut
konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung
lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan
pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
Normalnya, sinar – sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh
sistem optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini
disebut emmetropia. Dari proses jatuhnya titik cahaya diretina inilah, yang biasanya
menyebabkan kelainan pada mata, baik itu kelainan dengan mata minus, ataupun mata
dengan positif, atau biasa disebut dengan rabun.
Anatomi Tambahan pada Mata
Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan
aparatus lakrimalis.
Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak
dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik
kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot
yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis
oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini
menentukan “melotot” atau “sipit” nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat
tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak)
dan sudorifera (keringat).
Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi
kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).
Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis
lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.
B. DEFINISI
a. Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
b. Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
c. Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
d. Glaukoma adalah nama yang diberikan kepada sekelompok penyakit mata di mana
terjadi kerusakan saraf optik di bagian belakang mata menyebabkan penurunan perifer
(samping) visi dan akhirnya kebutaan. Pada kebanyakan orang, kerusakan ini
disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam mata sebagai akibat dari penyumbatan
sirkulasi atau drainase air (cairan jernih yang membawa oksigen, gula, dan nutrisi
penting lainnya ke struktur mata dan membantu untuk mempertahankan bentuk mata).
Pada sebagian pasien kerusakan dapat disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke
serabut saraf optik penting, adanya kelemahan struktur dari syaraf, atau masalah
dalam kesehatan serabut saraf.
e. Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan
pada orang di seluruh bagian dunia. The 2 jenis yang paling umum adalah glaukoma
primer sudut terbuka glaukoma (POAG) dan akut atau kronis glaukoma sudut
tertutup. Jenis lain dari glaukoma meliputi ketegangan glaukoma normal, glaukoma
kongenital, glaukoma pigmen, dan sekunder glaukoma.
C. KLASIFIKASI
a. Jenis dan Tipe Glaukoma
Bila merujuk South East Asia Glaucoma Interest Group (http://www.seagig.org), ada
berbagai jenis glaukoma yang paling sering menyerang manusia seperti Primary Open Angle
Glaucoma (glaukoma sudut terbuka), Acute/chronic closed angle glaucoma (glaukoma sudut
tertutup), Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan
secondary glaucoma. Antara orang Asia-Afrika dengan orang Eropa berbeda jenis penyakit
galukoma yang sering menyerangnya.
Tipe pertama, Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka). Tipe ini
merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut
usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang
terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16
milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan
di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel
daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel
tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang
pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah
yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih
tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak
dapat kembali normal lagi (ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya
sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak
menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium
lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit
glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.
Tipe kedua, Normal tension glaucoma (Glaukoma bertekanan normal). Glaukoma
bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap
syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola
matanya tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan
kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian dari
sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari retina menuju ke otak.
Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola
mata juga bisa terjadi pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan
yang lebih rendah dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya
penglihatan yang lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada
orang-orang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada
wanita.
Tipe ketiga, Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup). Glaukoma sudut
tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan
jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi
bisa saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan
kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari
rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang
terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris
terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk
mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan
karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal.
Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork,
maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi
peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam
serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan
kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan
segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan
kerusakan penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala serangan
akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris
secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi,
maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak
meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah
dengan memberikan pengobatan. Berdasarkan hasil survey epidemiologi, glaukoma sudut
tertutup lebih sering terjadi di Asia Timur, khususnya keturunan Cina.
Tipe keempat, Pigmentary glaucoma. Pigmentary glaucoma adalah suatu bentuk
yang diturunkan dari bentuk glaukoma sudut terbuka yang mana kejadiannya lebih banyak
terjadi pada pria daripada wanita. Orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya
yang lebih sering terkena. Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk
berkembangnya bentuk ini.
Tipe kelima, Congenital glaucoma. Bentuk ini adalah bentuk yang jarang terjadi,
yang disebabkan oleh system pengaliran cairan mata yang abnormal. Ini bisa terjadi pada
waktu lahir atau berkembang di kemudian hari. Para orang tua bisa mengetahui jika anaknya
menderita kelainan ini dengan cara memperhatikan apakah anaknya sensitif terhadap cahaya,
mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair berlebihan. Biasanya diperlukan
tindakan bedah untuk menanganinya.
Tipe keenam, Secondary glaucoma. Bentuk ini adalah sebagai hasil dari kelainan
mata lainnya seperti trauma, katarak, atau radang mata. Penggunaan obat-obat golongan
steroid (kortison) juga mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan tekanan di dalam
bola mata.
D. ETIOLOGI
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya
untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko
tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun. Faktor
risiko:
1. Riwayat glaukoma di dalam keluarga.
2. Tekanan bola mata tinggi
3. Miopia (rabun jauh)
4. Diabetes (kencing manis)
5. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
6. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
7. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
8. Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
9. Lebih dari 45 tahun
E. PATOFLOWRiwayat keluarga positif
Usia
Dm
kortikosteroid jangka panjang
miopia
trauma mata
obstruksi jaringan trabekuler peningkatan tekanan viterus
hambatan pengaliran cairan aqueous humor pergerakan iris ke depan
TIO glaukoma TIO
Ganguan saraf optik tindakan oprasi
Tanda dan gejala
Ganguan presepsi Perubahan penglihatan
sensori penglihatan perifer
nyeri
Kurang pengetahuan
Ganguan presefsi sensori visual
Resiko infeksi
anxietas
kebutaan
F. MANIFESTASI KLINIS
1.Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian
kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi)
tidak begitu dirasakan oleh klien.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mata teratur adalah cara terbaik untuk mendeteksi glaukoma awal. Sebuah tes
glaukoma biasanya meliputi tes berikut :
1. saraf optik cek dengan ophthalmoscope
2. mata tekanan cek (tonometri)
3. bidang penilaian visual (visual field assessment ) jika diperlukan - ini tes visi sisi,
yang pertama terkena glaukoma
H. KOMPLIKASIN
komplikasi glaukoma pada umunya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan ganguan fungsi lanjut fungsi mata pada kebutaan yaitu :
1. korne terlihat keru
2. bilik mata terlihat dangkal
3. papil atrofi dengan eksakavasi(pengganguan) glaukomatosa
4. mata keras seperti batu dengan rasa sakit
5. mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembulu darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan
rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan
sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
6. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma.
7. glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang mrugikan terutama pada lansia efek
ini dapat berupa pemburukan kondisi jantung,pernafasan,neurologis.
I. PENATALAKSANAAN
1. Obat tetes mata - ini adalah bentuk paling umum dari pengobatan dan harus
digunakan secara teratur. Beberapa pasien mungkin merespon dengan cepat terhadap
suatu obat sementara yang lain mungkin tidak merespon juga, tetapi tetesan dapat
bervariasi terbaik sesuai dengan pasien dan jenis glaukoma.
2. Laser (laser trabeculoplasty) - ini dilakukan ketika tetes mata tidak menghentikan
kerusakan dalam bidang visi. Dalam banyak kasus tetes mata perlu dilanjutkan
setelah laser. Laser tidak memerlukan tinggal di rumah sakit.
3. Pembedahan (trabeculectomy) - ini biasanya dilakukan jika tetes mata dan perawatan
laser telah gagal untuk mengontrol tekanan mata. Saluran baru yang memungkinkan
cairan untuk meninggalkan mata dibuat. Pengobatan dapat menyimpan sisa
penglihatan tetapi tidak memperbaiki penglihatan mata.
J. ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
A.Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari
kulit putih (dewit, 1998).
c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi) Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan
bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka
karena kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna, peningkatan
air mata.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
dalampada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap
cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)
b. Nyeri/ kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis
Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut). (www. IFC.com).
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu snellen / mesin telebinoklear Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata
dan sentral penglihatan.
b. Lapang penglihatanTerjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada
hipofisis / otak, karotis / patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran gonoskopi Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
e. Tes provokatif Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal /
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan aftalmoskop Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid, Memastikan arterosklerosis, PAK
i. Tes toleransi glukosa Menentukan adanya DM.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan : nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang Ekspresi wajah rileks
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
Rasional : mengidentifikasi kemajuan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
Rasional : stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
c. Ajarkan pasien teknik distraksi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi / respon nyeri
d.Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi nyeri
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.
Intervensi :
a.Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan /
mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah
dosis.
Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.
Rasional : untuk mengurangi TIO
3. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera.
Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.
Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap.
Rasional : mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes
mata dan salep mata.
Rasional : membersihkan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas
berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata
DAFTAR PUSTAKA
Junadi p. Ddk.kapita selekta kedokteran media acuslapius FK-UI
Sidarta Iiyas.ilmu penyakit mata,FK-UI 200
Long C barbara,medical surgical nursing,1992
Buku saku patofisiolofi elizabeth j.corwin edisi 3 2009
http://www.seagig.org (Asosias Glaukoma Asia)
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC)
Wikipedia
(Martinelli, 1991).