Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...
Transcript of Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...
Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No.
10/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi
Muhamad Akil Fariabi, Sofyan Pulungan
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16436, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Pada bulan september 2015, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XII yang mana salah satu poin kebijakannya mengatur terkait dengan deregulasi 28 peraturan yang disesuaikan dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM. Dari 28 peraturan menteri dirampingkan menjadi 16 permen. Yang mana, salah satu peraturan yang dideregulasikan ialah mengenai kelembagaan koperasi. Peraturan ini terbit demi terciptanya kepastian hukum, tertib administrasi, penguatan peran notaris, penggunaan media elektronik, serta penarikan wewenang pengesahan, perubahan, serta pembubaran pada kementerian. Disatu sisi terbitnya peraturan ini memberikan kemudahan terhadap koperasi dengan sistem Online serta memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha koperasi seperti diperjelasnya terkait dengan ketentuan jangka waktu dalam beberapa rumusan pasal yang ada. Namun disisi lain, Terdapat pasal yang bertentangan dengan ketentuan diatasnya, pengaturan yang tidak jelas, serta beban pelaku usaha bertambah dengan diharuskannya mempersiapkan SDM yang memahami ITE. Penelitian ini bersifat yuridis normatif, melalui wawancara kepada informan dan studi dokumen untuk dapat memberikan gambaran terhadap permasalahan yang diteliti.
Juridical Analysis towards the Enforcement of Ministry Regulation No.
10/PER/M.KUKM/IX/2015 About Cooperative Institution
Abstract
In september 2015, the government enacted the Economic Policy Package Volume XII in which one of the policy points regulate related to the deregulation of the 28 rules which are adjusted in order to improve the quality of cooperatives and small medium entreprises. From 28 ministerial regulations were trimmed to 16 ministerial regulations. Which one of the deregulated regulation is regarding the cooperative institutions. This regulation is published in order to create legal certainty, good administration, strengthening the role of the notary, the use of electronic media, as well as the withdrawal of approval authority, changes, and dissolution of the cooperative by the ministry. The publication of this regulation provide convenience to the cooperative with Online systems and providing legal certainty for cooperative businesses such as clarity regarding provisions period in some of the formulation of the articles. On the other hand, there are several articles that are contrary to the provisions above, the regulation is not clear, and the burden of cooperative businesses is increased by the must to understand regarding information and electronic transaction. This research is normative juridical research, through interviews with informants and document to provide a picture of the problems researched.
Keywords: deregulation; cooperative; institutional.
Pendahuluan
Ide koperasi lahir pada masa kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada
paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih
mengutamakan peranan manusia didalam memupuk modal.1
1 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia
(Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha), (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 14.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Koperasi-koperasi yang didirikan didalam negara-negara yang menganut paham
kapitalis menyadari bahwa koperasi merupakan jawaban atas permasalahan ekonomi dari
orang-orang yang jatuh miskin sebagai akibat dari pelaksanaan sistem kapitalisme. Mereka
akhirnya menyadari bahwa untuk dapat menaikkan taraf kehidupan haruslah bekerja bersama
satu dengan yang lain dalam sebuah wadah yang terorganisir dan mempunyai program yang
teratur dan dikelola bersama-sama secara demokratis.2
Kemudian masuknya ideologi ekonomi koperasi di Indonesia berawal pada tahun
1896 yang semakin berkembang dari masa ke masa. Koperasi di Indonesia terus mengalami
pasang surut sesuai dengan perkembangan dunia perekonomian Indonesia.3
Koperasi pertama yang lahir di Indonesia ialah koperasi dengan konsep simpan pinjam
atau biasa dikenal dengan sebutan Kosipa4, lahirnya koperasi simpan pinjam berdasarkan dari
buah pikir kedua orang Belanda yang turut memperhatikan nasib rakyat hindia belanda pada
saat itu yaitu E. Siedeburgh (Kepala Daerah Purwokerto) dan penggantinya, De Wolf van
Westerrede.5
Raden Aria Wiria Atmadja ialah orang Indonesia pertama yang mendirikan koperasi
di Indonesia, Aria merupakan seorang pegawai negeri di Purwokerto yang tergugah hatinya
untuk memperbaiki kondisi nasib rekan sejawat yang pada saat itu termakan jeratan rentenir.
Dengan dorongan dari E. Siedeburgh, tahun 1896, Raden Aria Wiriatmadja mendirikan Hulp
en Spaarbank (Bank Bantuan dan Tabungan). Terkait permasalahan operasional, pada
awalnya didayagunakan uang dana masjid dan selanjutnya berhasil mengumpulkan sendiri
dana sebesar 4000 gulden sebagai modal kerja.6
Di Indonesia sendiri, koperasi dianggap sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
Memiliki makna bahwa ekonomi koperasi berfungsi sebagai tulang punggung perekonomian
Indonesia. Koperasipun terlahir sebagai suatu sistem ekonomi yang bertujuan untuk
menghimpun potensi pembangunan yang terpencar diantara warga negara Indonesia.
2 Ibid.
3.Riazuddin Ahmed, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to Development. Dalam Dr.
Mauritz Bonow (Ed). The Role of Cooperatives in Social and Economic Development. London: International
Cooperative Alliance, 1964), hlm 57.
4 Ibnoe Soedjono, The Role of Cooperatives in The Indonesian Society. Dalam H.J. Esdert (ED). Can
Cooperatives Become the Motive Force in the Economic of Indonesia? (Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 1983),
hlm 7.
5 Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, hlm. 39.
6 Ibid. hlm 40.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Keberadaannya pun diharapkan mampu menjadi jawaban atas permasalahan
kesejahteraan rakyat, Koperasi mempunyai peran yang positif untuk menuntaskan
ketimpangan ekonomi yang menjadi salah satu permasalahan utama di Indonesia. Dengan
adanya koperasi setiap anggota koperasi dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan
berpartisipasi secara maksimal dalam koperasi sehingga tujuan besar dari terlahirnya koperasi
untuk pemerataan kesejahteraan tercapai.
Di dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 secara tegas mengamanatkan agar
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Yang berarti
para pendiri negara Indonesia menaruh harapan bahwa perekonomian Indonesia
mengedepankan perekonomian yang berdasarkan asas kekeluargaan, maka seluruh lini dan
bagian dalam perekonomian Indonesia seharusnya juga disusun dengan asas tersebut. Artinya,
pada tingkat dunia usaha, asas kekeluargaan seharusnya diamalkan pula oleh seluruh pelaku
usaha di Indonesia.
Menurut Bung Hatta, sebagai bapak koperasi Indonesia menjelaskan bahwa gerakan
koperasi melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan sel-help
dan tolong menolong di antara anggota-anggotanya yang melahirkan diantara mereka rasa
percaya diri sendiri yang didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan
kebersamaan.7
Dalam pidatonya tertanggal 12 juli 1951, Mohammad Hatta mengungkapkan bahwa
“Apabila kita membuka UUD 45 dan membaca serta menghayati isi pada pasal 38, maka
tampaklah disana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuannya
ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Perekonomian yang tidak mempertentangkan
antara majikan dengan buruh, antara pemimpin dan pekerja.8
Namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XII
yang mana salah satu poin kebijakannya mengatur terkait dengan deregulasi 28 peraturan
yang disesuaikan dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM. Dari 28
peraturan menteri (permen) dirampingkan menjadi 16 permen.9
7 Ibid, hlm. 19.
8 Ibid, hlm. 20.
9..http://www.beritasatu.com/ekonomi/307625-kemkop-ukm-akan-rampungkan-deregulasi-28-
peraturan.html diunduh 10 November 2016.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Menurut Akhmad Akbar Susamto, seorang Ekonom Center of Reform on Econom ics
(Core). Kebijakan pemerintah melakukan deregulasi dalam waktu singkat berpotensi
menimbulkan permasalahan dikemudian hari, dikhawatirkan dengan proses yang sangat
pendek, menimbulkan dampak yang tak terperhatikan dikemudian hari.10
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat ditelaah
lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan kelembagaan koperasi di Indonesia sebelum terbitnya
Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 hingga terbitnya Peraturan Peraturan Menteri
No. 10 Tahun 2015?
2. Bagaimanakah kesesuaian antara Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang
kelembagaan Koperasi dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994,
Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2006, Keputusan Menteri No 123 Tahun 2004,
Keputusan Menteri No. 124 Tahun 2004, Keputusan Menteri No. 36 Tahun 1998,
Keputusan Menteri No. 19 Tahun 2000?
Adanya pertanyaan-pertanyaan diatas bertujuan untuk Mengidentifikasi pengaturan
kelembagaan koperasi sebelum terbitnya Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 hingga
terbitnya Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi serta
menganalisis kesesuaian antara Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang kelembagaan
Koperasi dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994, Peraturan Menteri No.
01 Tahun 2006, Keputusan Menteri No 123 Tahun 2004, Keputusan Menteri No. 124 Tahun
2004, Keputusan Menteri No. 36 Tahun 1998, Keputusan Menteri No. 19 Tahun 2000.
Tinjauan Teoritis
A. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.11
B. Kelembagaan
10..https://www.selasar.com/ekonomi/ekonom-core-pertimbangkan-dampak-jangka-panjang-deregulasi
diunduh 10 November 2016.
11 Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, TLN
No. 3502, Ps 1 btr 1.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana
setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai
tujuan bersama yang diinginkan.12
C. Pembentukan Koperasi
Untuk membentuk sebuah koperasi, haruslah memenuhi berbagai macam syarat, yakni:13
• Siapapun yang ingin untuk membentuk sebuah koperasi wajib memiliki kepentingan
ekonomi yang sama, misal dalam hal koperasi peternak sapi, orang yang bergabung
dalam KPS tersebut ialah orang-orang yang memiliki sapi untuk diternak dan
dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan bergabungnya pada KPS tersebut para anggota
yang memiliki sapi memiliki akses yang lebih terkait dengan ternak sapi.
• Orang tersebut pun harus memiliki tujuan ekonomi yang sama, seperti bekerja
bersama dalam meningkatkan hasil produksi susu.
• Sekurang-kurangnya berjumlah 20 anggota dengan berkebangsaan Indonesia.
• Bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.
1. Persiapan Pendirian
• memenuhi syarat sebagaimana disebutkan diatas, untuk mengetahui terkait dengan
orang yang memenuhi syarat tersebut dapat diperoleh keterangan dari pemerintah
ataupun kepala desa setempat.
• Ada orang yang memprakarsai berdirinya koperasi.
• Memiliki konsep anggaran dasar yang disiapkan oleh panitia persiapan pendirian
koperasi
• Disiapkan secara tertulis atau lisan untuk menghadiri rapat pendirian koperasi. 14
12 Dikutip dari Jurnal World Agroforestry Center “Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan
Agroforesty yang mengutip pada pendapatnya Ruttan dan Hayami, 1984 ”Toward a theory of induced
institutional innovation. Journal of Development Studies.Vol. 20: 203-22.
13 Direktorat Jenderal Koperasi, Pengetahuan Koperasi, hlm. 63.
14 Ibid., hlm. 64.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
2. Rapat pendirian koperasi
Terlebih dahulu meneliti persiapan, yang mana panitia persiapan meneliti apakah
hal-hal yang diperlukan untuk rapat telah tersedia, yakni:
• Tempat rapat sesuai dengan jumlah undangan.
• Alat keperluan rapat telah dipersiapkan seperti papan tulis, palu untuk pimpinan
rapat serta daftar hadir.
• Konsep anggaran dasar yang akan dibahas ketika rapat berlangsung.
• Jalannya rapat pendirian. • Tersedianya daftar hadir untuk mencatat nama serta alamat peserta rapat yang
hadir. 15
a. Acara Rapat Pembentukan
1) Pembukaan
Dalam pembukaan, ketua panitia persiapan menanyakan alasan dari
beberapa orang yang ingin mendirikan koperasi, yakni:
• memiliki kepentingan ekonomi yang sama.
• memiliki tujuan ekonomi yang sama.
• Adanya minat untuk mencapai tujuan secara bersama-sama
• Terkait dengan maksud diatas telah meminta nasehat dari
pejabat/penyuluh koperasi.
• Penjelasan maksud dan tujuan koperasi.
• Ketua panitia meminta kesediaan pejabat/penyuluh untuk menjelaskan
terkait dengan maksud, tujuan, serta manfaat dari koperasi.
• Persetujuan untuk mendirikan koperasi.
• Setelah itu ditanyakan terkait dengan persetujuan pembentukan
koperasi dengan minimal 20 orang yang menyetujui.
• Penjelasan dan persetujuan anggaran dasar.
• Memberikan penjelasan terkait anggaran dasar dan meminta
persetujuan terkait hal tersebut.
• Pemilihan pengurus serta badan pemeriksa.
15 Ibid., hlm. 65.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
• Kemudian ketua panitia menawarkan peserta rapat untuk memilih
pengurus dan badan pemeriksa.
• Penetapan terkait dengan orang-orang yang akan menandatangani akte
pendirian koperasi.
• Penetapan orang-orang yang dikuasakan menandatangani akte
pendirian.
2) Penutup
Terkait dengan cara penutup pengurus mengumumkan:
• Rapat pendirian koperasi telah selesai dan pengurus akan
menyampaikan surat permohonan pengakuan terhadap pejabat yang
berwenang, dan didaftarkan dalam buku daftar umum.
• Dalam waktu yang singkat diadakan rapat kembali dengan pembahasan
rencana kerja dan rencana anggaran belanja.
• Ketua pengurus mengumumkan bahwa rapat ditutup.
3. Setelah Rapat pendirian koperasi
Langkah setelah rapat pembentukan koperasi yakni:16
• Membuat buku daftar anggota.
• Membuat buku daftar pengurus
• Memberitahukan secara tertulis terhadap pemerintah dan pimpinan lingkungan
setempat terkait pendirian tersebut
• Menyampaikan surat permohonan pengakuan badan hukum koperasi kepada
kementerian
• Kemudian pengurus mengadakan pembagian tata kerja para anggota pengurus.
• Menarik simpanan pokok dari orang yang telah menyatakan diri sebagai anggota.
16 Ibid., hlm. 67.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
D. Anggaran Dasar
Anggaran Dasar berisikan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar dari
perkumpulan. Yang mana anggaran dasar berfungsi untuk menjamin tata tertib koperasi yang harus
selalu dijadikan pegangan dan pedoman, baik bagi pengurus, maupun bagi anggota-anggotanya dan
siapa saja yang terikat di dalam koperasi tersebut. Yang sering disebut sebagai pengelola koperasi.17
E. Keanggotaan Koperasi
Pada bahasan ini menjelaskan terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan
koperasi yakni:
1. Pengertian Anggota Koperasi
Tujuan khusus dibentuknya koperasi ialah untuk memajukan kepentingan
ekonomis para anggota melalui jasa-jasa yang diberikan oleh badan usaha koperasi
kepada badan usaha anggota ataupun rumah tangga anggota.
Badan usaha koperasi dibiayai dan dikelola oleh para anggota. Oleh karena itu
koperasi mempersilahkan kepada para anggota untuk turut andil dalam kemajuan
koperasi melalui konstribusi keuangan dan kontribusi perorangan mereka sendiri,
sehingga badan usaha koperasi dapat menghasilkan jasa-jasa yang dapat dipergunakan
oleh anggota untuk memajukan badan usaha atau rumah tangga mereka sendiri.18
Yang mana dalam perilaku berkoperasi, anggota koperasi haruslah
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Hak keanggotaan harus dilaksanakan secara pribadi tidak diwakilkan.
b. Para anggota diperlakukan sama dan setara, mereka mempunyai hak yang sama
terlepas dari konstribusi modal mereka terhadap koperasi.
c. Akibat lain dari sifat koperasi sebagai perhimpunan orang ialah dalam keputusan
dirumuskan bersama sesuai dengan asas demokratis dan perwakilan yang
demokratis:
d. Semua anggota mempunyai hak suara yang sama;
e. Keputusan diambil dengan suara terbanyak;
17Ibid., hlm. 70.
18 Hans H. Munkner, Hukum Koperasi [Co-operative Law]. Diterjemahkan oleh Abdulkadir
Muhammad. (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 59.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
f. Pemimpin serta wakil koperasi dipilih oleh anggota koperasi mereka sendiri.19
F. Pembubaran Koperasi
Keputusan terkait dengan pembubaran koperasi harus dipertimbangkan secara
matang serta harus diambil dengan suara mayoritas dari para anggota yang aktif.20
Jika koperasi dibubarkan, Kepentingan para kreditur haruslah dilindungi dengan
mekanisme khusus apabila aset koperasi tidak mencukupi untuk melunasi hutang
kreditor.21
Konsep terkait dengan undang-undang koperasi umumnya beranggapan bahwa
orang-orang yang bergabung dengan koperasi ialah orang yang mempunyai sumber
pendapatan terbatas, yang ingin memperbaiki situasi ekonominya sendiri. Karena itu
modal koperasi relatif rendah. Ditambah kewajiban koperasi untuk membayar kembali
konstribusi modal kepada para anggota yang mengundurkan diri dari koperasi
menyebabkan modal menjadi berubah-ubah.22
Dikarenakan kelemahan dasar modal koperasi ini, para kreditur koperasi
membutuhkan perlindungan khusus. Untuk membuat koperasi layak kredit, kendatipun
kelemahan modal yang sudah disebut terdahulu, banyak undang-undang koperasi
menentukan tidak hanya bagi kewajiban membentuk dana cadangan, melainkan juga para
anggota diminta secara perorangan bertanggungjawab bagi hutang-hutang koperasi dalam
hal pembubaran.23
G. Penyelesaian Koperasi
Pemerintah berhak untuk memutuskan sah atau tidaknya suatu koperasi
dibubarkan. Maka dari itu pejabat koperasi membuat surat keputusan, dan bertepatan
dengan itu pula pejabat mengangkat “Penyelesai”. Selanjutnya Penyelesai meneruskan
pengelolaan Koperasi sampai seluruhnya secara tertib dapat diselesaikan. Penyelesai
19 Ibid., hlm. 59.
20 Ibid., hlm. 167.
21 Ibid.
22 Ibid., hlm. 168.
23 Ibid.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
dapat berbentuk suatu badan atau terdiri dari seorang atau beberapa orang yang mengurus
tugas penyelesaian atas nama Koperasi yang akan dibubarkan. Perlu diperhatikan bahwa
Koperasi yang telah dibubarkan, untuk sementara masih sebagai badan hukum.24
Pengurus Koperasi yang lama sudah tidak berfungsi lkagi dan telah digantikan
oleh Penyelesai tadi. Memang ada kemungkinan bahwa diantara anggota badan penyelesai
diangkat beberapa orang bekas anggota Pengurus Koperasi yang dibubarkan itu, untuk
mempermudah pekerjaan Badan Penyelesai. Jika pembubaran dilakukan atas keputusan
Rapat Anggota Koperasi, maka anggota penyelesai terdiri dari calon-calon yang diajukan
oleh Rapat Anggota Tersebut.25
H. Pengaturan Mengenai Pendaftaran Ulang Koperasi dalam Peraturan Menteri Nomor 10
Tahun 2015
Demi terlaksananya ketertiban administrasi badan hukum, Koperasi yang didirikan
sebelum tahun 2015 wajib melakukan pendaftaran ulang paling lambat 2 (dua) tahun sejak
dikeluarkannya Peraturan Menteri ini.26
Pendaftaran ulang dengan melaporkan secara langsung kepada Menteri disertai
dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:27
Foto kopi anggaran dasar koperasi, keputusan pengesahan, laporan kinerja koperasi yang
ditandatangani oleh pengurus, Nomor Pokok Wajib Pajak, laporan keuangan, SPT Pajak
Penghasilan Badan terakhir, daftar susunan pengurus dan pengawas periode yang masih
berjalan.
Koperasi dapat melakukan pendaftaran secara atau melalui sistem elektronik.28
I. Peraturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi dalam Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun
2015
24 Direktorat Jenderal Koperasi, Pengetahuan Koperasi, hlm, 134.
25 Ibid.
26 Ibid., Ps. 57 ayat 1.
27 Ibid., Ps. 57 ayat 2.
28 Ibid., Ps. 57 ayat 3.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan kelembagaan dan usaha koperasi
yang wilayah keanggotannya lintas propinsi.29 Kemudian jika wilayah keanggotaannya lintas
kabupaten/ kota dalam satu propinsi, maka itu menjadi kewenangan Gubernur30 dan jika
wilayah keanggotannya berada dalam 1 (satu) kabupaten/kota maka hal tersebut merupakan
kewenangan Bupati/Walikota. 31
Pembinaan dan pengawasan terkait kelembagaan dan usaha dilakukan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang membidangi koperasi32 dan pembinaan dan pengawasan
kelembagan dan usaha dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi
sektor usaha.33
Pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam dengan pola
pelayanan konvensional maupun pola pelayanan syari’ah diatur terpisah.34
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian yuridis normatif, sifat penelitiannya deskriptif
analitis, dengan metode analisa data kualitatif, disini peneliti akan menganalisis pengaturan-
pengaturan mengenai kelembagaan koperasi. Untuk memenuhi keperluan data untuk meneliti,
penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan
penelitian yang bersumber dari bahan-bahan pustaka atau data sekunder. Data yang akan
digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitiannya adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang berasal dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Kemudian
penulispun melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait untuk memperjelas bahan
hukum primer.
29 Ibid., Ps. 58 ayat 1.
30 Ibid., Ps. 58 ayat 2.
31 Ibid., Ps. 58 ayat 3.
32 Ibid., Ps. 58 ayat 4.
33 Ibid., Ps. 58 ayat 5.
34 Ibid., Ps. 58 ayat 6.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Hasil Penelitian
Terkait dengan aturan tambahan dalam anggaran dasar di dalam Peraturan Menteri No. 10
Tahun 2015 yakni mengenail Pengendalian sangatlah memberatkan mengingat aturan terkait
dengan pengendalian tidak diatur secara jelas dalam peraturan menteri ini, tata cara
pelaksanaan pengendalian tidaklah dibahas. Kemudian pengaturan terkait dengan Pembinaan
yang diatur pada pasal 58 Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidak membahas lebih lanjut
mengenai teknis pelaksanaan Pembinaan Koperasi. Kemudian terkait dengan ketentuan
Pendaftaran Ulang didalam Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidaklah dibahas mengenai
akibat dari tidak dilakukannya pendaftaran ulang oleh koperasi selama dua tahun setelah
peraturan ini terbit.
Kemudian di dalam Peraturan Menteri No.10 Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka
waktu dikeluarkannya keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang
tidak diajukan oleh pengurus bertentangan dengan PP No. 17 Tahun 1994 yang mana dalam
PP No. 17 Tahun 1994 ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan
pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus pada PP
No. 17 Tahun 1994 diputuskan maksimal selama empat bulan.
Namun didalam Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka
waktu dikeluarkannya keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang
tidak diajukan oleh pengurus ialah dua bulan.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Kesimpulan
Berdasar pada analisis yang telah dikemukakan diatas, penulis kemudian
berkesimpulan sebagai berikut:
1. Peraturan Kelembagaan Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri No.
10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi. Sebelum terbitnya
Peraturan tersebut. Pengesahan, Perubahan Akta, serta Pembubaran diatur dalam
Peraturan Menteri No. 01/PER/M.KUKM/I/2006. Terkait dengan kewenangan pejabat
untuk melakukan Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan
Pembubaran Koperasi Pada Propinsi dan Kabupaten/Kota diatur dalam Kepmenkop
Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan
Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan
Pembubaran Koperasi Pada Propinsi dan Kabupaten/Kota dan pada tingkat Nasional
diatur dalam Permenkop nomor 124/Kep/M.KUKM/X/2004. Terkait dengan
Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi diatur dalam Kepmenkop Nomor
36/KEP/M/II/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan
Koperasi. Terkait dengan Pedoman Kelembagaan dan Usaha Koperasi diatur dalam
Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 19/KEP/M/III/2000 tentang Pedoman Kelembagaan dan
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Usaha Koperasi. Terkait dengan pembubaran koperasi oleh pemerintah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah dan Peraturan Menteri Koperasi No. 269/M/IX/1994 tentang Petunjuk
pelaksanaan pemerintah terkait Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah yang mana
hingga saat ini masih berlaku.
2. Analisis Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi ialah
Terkait dengan penambahan ketentuan yang wajib diatur di dalam Peraturan Menteri
baru No. 10/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi perihal
Pengendalian sangatlah memberatkan mengingat penambahan aturan terkait dengan
pengendalian tidak diatur secara jelas dalam peraturan menteri ini, yang mana baik
definisi pengendalian maupun pada tata cara pelaksanaan pengendalian tidaklah
dibahas. Kemudian pengaturan terkait dengan Pembinaan yang diatur pada pasal 58
Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidak membahas lebih lanjut mengenai teknis
pelaksanaan Pembinaan Koperasi. Kemudian di dalam Peraturan Menteri No.10
Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan
pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus
bertentangan dengan PP No. 17 Tahun 1994 yang mana dalam Peraturan Menteri No.
10 Tahun 2015 ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan
pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus
ialah dua bulan sedangkan ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya
keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh
pengurus pada PP No. 17 Tahun 1994 diputuskan maksimal selama empat bulan.
Kemudian terkait dengan ketentuan Pendaftaran Ulang didalam Peraturan Menteri No.
10 tahun 2015 tidaklah dibahas mengenai akibat dari tidak dilakukannya pendaftaran
ulang oleh koperasi selama dua tahun setelah peraturan ini terbit.
Saran
1. Pemerintah sebaiknya mensosialisasikan kembali tentang Peraturan Menteri No. 10
Tahun 2015, dikarenakan beberapa dari pelaku usaha koperasi menolak untuk
diwawancara dengan alasan bahwa pihaknya belum mengetahui terkait dengan
pengaturan ini, yang mana hal ini penting dikarenakan peraturan ini memiliki
pengaruh pada pelaku usaha koperasi tertutama pada ketentuan pendaftaran ulang
yang diberikan jangka waktu paling lambat dua tahun sejak dikeluarkannya Peraturan
Menteri ini dan juga agar masyarakat yang akan mendirikan Koperasi mengetahui
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
terkait dengan ketentuan baru mengenai syarat dan tatacara pendirian Koperasi
sehingga masyarakat yang menginginkan untuk mendirikan koperasi tidak ditolak
pengesahannya dengan alasan ketidaktahuan akan Peraturan Menteri ini.
2. Pemerintah sebaiknya menambahkan pengaturan mengenai konsekuensi akibat dari
tidak dilakukannya pendaftaran ulang agar peraturan ini dapat efektif berjalan demi
berlangsungnya ketertiban administrasi hukum.
3. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan pedoman teknis pelaksanaan Pembinaan
Koperasi, agar pelaku usaha dapat mengetahui serta mengimplementasikan terkait
dengan teknis pembinaan yang baik.
4. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan pedoman teknis pelaksanaan terkait dengan
Pengendalian Koperasi agar pelaku usaha koperasi paham terkait dengan pelaksanaan
Pengendalian Koperasi demi meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan
terhindar dari kemungkinan-kemungkinan untuk menjadi koperasi yang tidak sehat.
5. Pemerintah sebaiknya melakukan pelatihan kembali terkait dengan prosedur
pendaftaran dan perubahan anggaran dasar dengan sistem berbasis online ke segala
penjuru daerah di Indonesia, agar manfaat dari kebijakan ini dapat dirasakan secara
merata secara nasional.
Referensi
Ahmed, Riazuddin, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to
Development. Dr. Mauritz Bonow. ed. The Role of Cooperatives in Social and
Economic Development. London: International Cooperative Alliance, 1964.
Al Amin, M “Ekonom Core: Pertimbangkan Dampak Jangka Panjang Deregulasi”
https://www.selasar.com/ekonomi/ekonom-core-pertimbangkan-dampak-jangka-
panjang-deregulasi diakses pada 10 November 2016.
Edi Hardum, Siprianus “Kemkop UKM Akan Rampungkan Deregulasi 28 Peraturan”
http://www.beritasatu.com/ekonomi/307625-kemkop-ukm-akan-rampungkan-
deregulasi-28-peraturan.html diakses pada 10 November 2016.
Hayami, Ruttan ”Toward a theory of induced institutional innovation. Journal of
Development Studies.Vol. 20: 203-22. (1984) Dikutip oleh Tony Djogo, et
al.,“Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforesty” Bogor: World
Agroforestry Center, 2003.
Indonesia, Undang – Undang Perkoperasian, UU No. 25 tahun 1992, LN No.116 Tahun 1992,
TLN No. 3502.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017
Indonesia, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Peraturan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Kelembagaan Koperasi, Nomor
10/Per/M.KUKM/IX/2015.
Munkner, Hans H. Hukum Koperasi [Co-operative Law]. Diterjemahkan oleh Abdulkadir
Muhammad. Bandung: Alumni, 1982.
Pachta W, Andjar, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay. Hukum Koperasi
Indonesia (Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha). Jakarta: Kencana,
2007.
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh
Pemerintah, PP No. 17 Tahun 1994.
Soedjono, Ibnoe. The Role of Cooperatives in The Indonesian Society. Dalam H.J.
Esdert ed. Can Cooperatives Become the Motive Force in the Economic of Indonesia?
Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 1983.
Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017