Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

16
Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No. 10/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi Muhamad Akil Fariabi, Sofyan Pulungan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16436, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Pada bulan september 2015, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XII yang mana salah satu poin kebijakannya mengatur terkait dengan deregulasi 28 peraturan yang disesuaikan dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM. Dari 28 peraturan menteri dirampingkan menjadi 16 permen. Yang mana, salah satu peraturan yang dideregulasikan ialah mengenai kelembagaan koperasi. Peraturan ini terbit demi terciptanya kepastian hukum, tertib administrasi, penguatan peran notaris, penggunaan media elektronik, serta penarikan wewenang pengesahan, perubahan, serta pembubaran pada kementerian. Disatu sisi terbitnya peraturan ini memberikan kemudahan terhadap koperasi dengan sistem Online serta memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha koperasi seperti diperjelasnya terkait dengan ketentuan jangka waktu dalam beberapa rumusan pasal yang ada. Namun disisi lain, Terdapat pasal yang bertentangan dengan ketentuan diatasnya, pengaturan yang tidak jelas, serta beban pelaku usaha bertambah dengan diharuskannya mempersiapkan SDM yang memahami ITE. Penelitian ini bersifat yuridis normatif, melalui wawancara kepada informan dan studi dokumen untuk dapat memberikan gambaran terhadap permasalahan yang diteliti. Juridical Analysis towards the Enforcement of Ministry Regulation No. 10/PER/M.KUKM/IX/2015 About Cooperative Institution Abstract In september 2015, the government enacted the Economic Policy Package Volume XII in which one of the policy points regulate related to the deregulation of the 28 rules which are adjusted in order to improve the quality of cooperatives and small medium entreprises. From 28 ministerial regulations were trimmed to 16 ministerial regulations. Which one of the deregulated regulation is regarding the cooperative institutions. This regulation is published in order to create legal certainty, good administration, strengthening the role of the notary, the use of electronic media, as well as the withdrawal of approval authority, changes, and dissolution of the cooperative by the ministry. The publication of this regulation provide convenience to the cooperative with Online systems and providing legal certainty for cooperative businesses such as clarity regarding provisions period in some of the formulation of the articles. On the other hand, there are several articles that are contrary to the provisions above, the regulation is not clear, and the burden of cooperative businesses is increased by the must to understand regarding information and electronic transaction. This research is normative juridical research, through interviews with informants and document to provide a picture of the problems researched. Keywords: deregulation; cooperative; institutional. Pendahuluan Ide koperasi lahir pada masa kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia didalam memupuk modal. 1 1 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia (Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha), (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 14. Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Transcript of Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Page 1: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No.

10/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi

Muhamad Akil Fariabi, Sofyan Pulungan

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16436, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pada bulan september 2015, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XII yang mana salah satu poin kebijakannya mengatur terkait dengan deregulasi 28 peraturan yang disesuaikan dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM. Dari 28 peraturan menteri dirampingkan menjadi 16 permen. Yang mana, salah satu peraturan yang dideregulasikan ialah mengenai kelembagaan koperasi. Peraturan ini terbit demi terciptanya kepastian hukum, tertib administrasi, penguatan peran notaris, penggunaan media elektronik, serta penarikan wewenang pengesahan, perubahan, serta pembubaran pada kementerian. Disatu sisi terbitnya peraturan ini memberikan kemudahan terhadap koperasi dengan sistem Online serta memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha koperasi seperti diperjelasnya terkait dengan ketentuan jangka waktu dalam beberapa rumusan pasal yang ada. Namun disisi lain, Terdapat pasal yang bertentangan dengan ketentuan diatasnya, pengaturan yang tidak jelas, serta beban pelaku usaha bertambah dengan diharuskannya mempersiapkan SDM yang memahami ITE. Penelitian ini bersifat yuridis normatif, melalui wawancara kepada informan dan studi dokumen untuk dapat memberikan gambaran terhadap permasalahan yang diteliti.

Juridical Analysis towards the Enforcement of Ministry Regulation No.

10/PER/M.KUKM/IX/2015 About Cooperative Institution

Abstract

In september 2015, the government enacted the Economic Policy Package Volume XII in which one of the policy points regulate related to the deregulation of the 28 rules which are adjusted in order to improve the quality of cooperatives and small medium entreprises. From 28 ministerial regulations were trimmed to 16 ministerial regulations. Which one of the deregulated regulation is regarding the cooperative institutions. This regulation is published in order to create legal certainty, good administration, strengthening the role of the notary, the use of electronic media, as well as the withdrawal of approval authority, changes, and dissolution of the cooperative by the ministry. The publication of this regulation provide convenience to the cooperative with Online systems and providing legal certainty for cooperative businesses such as clarity regarding provisions period in some of the formulation of the articles. On the other hand, there are several articles that are contrary to the provisions above, the regulation is not clear, and the burden of cooperative businesses is increased by the must to understand regarding information and electronic transaction. This research is normative juridical research, through interviews with informants and document to provide a picture of the problems researched.

Keywords: deregulation; cooperative; institutional.

Pendahuluan

Ide koperasi lahir pada masa kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada

paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih

mengutamakan peranan manusia didalam memupuk modal.1

                                                                                                                         1 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia

(Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha), (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 14.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 2: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Koperasi-koperasi yang didirikan didalam negara-negara yang menganut paham

kapitalis menyadari bahwa koperasi merupakan jawaban atas permasalahan ekonomi dari

orang-orang yang jatuh miskin sebagai akibat dari pelaksanaan sistem kapitalisme. Mereka

akhirnya menyadari bahwa untuk dapat menaikkan taraf kehidupan haruslah bekerja bersama

satu dengan yang lain dalam sebuah wadah yang terorganisir dan mempunyai program yang

teratur dan dikelola bersama-sama secara demokratis.2

Kemudian masuknya ideologi ekonomi koperasi di Indonesia berawal pada tahun

1896 yang semakin berkembang dari masa ke masa. Koperasi di Indonesia terus mengalami

pasang surut sesuai dengan perkembangan dunia perekonomian Indonesia.3

Koperasi pertama yang lahir di Indonesia ialah koperasi dengan konsep simpan pinjam

atau biasa dikenal dengan sebutan Kosipa4, lahirnya koperasi simpan pinjam berdasarkan dari

buah pikir kedua orang Belanda yang turut memperhatikan nasib rakyat hindia belanda pada

saat itu yaitu E. Siedeburgh (Kepala Daerah Purwokerto) dan penggantinya, De Wolf van

Westerrede.5

Raden Aria Wiria Atmadja ialah orang Indonesia pertama yang mendirikan koperasi

di Indonesia, Aria merupakan seorang pegawai negeri di Purwokerto yang tergugah hatinya

untuk memperbaiki kondisi nasib rekan sejawat yang pada saat itu termakan jeratan rentenir.

Dengan dorongan dari E. Siedeburgh, tahun 1896, Raden Aria Wiriatmadja mendirikan Hulp

en Spaarbank (Bank Bantuan dan Tabungan). Terkait permasalahan operasional, pada

awalnya didayagunakan uang dana masjid dan selanjutnya berhasil mengumpulkan sendiri

dana sebesar 4000 gulden sebagai modal kerja.6

Di Indonesia sendiri, koperasi dianggap sebagai soko guru perekonomian Indonesia.

Memiliki makna bahwa ekonomi koperasi berfungsi sebagai tulang punggung perekonomian

Indonesia. Koperasipun terlahir sebagai suatu sistem ekonomi yang bertujuan untuk

menghimpun potensi pembangunan yang terpencar diantara warga negara Indonesia.                                                                                                                          

2 Ibid.

3.Riazuddin Ahmed, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to Development. Dalam Dr.

Mauritz Bonow (Ed). The Role of Cooperatives in Social and Economic Development. London: International

Cooperative Alliance, 1964), hlm 57.

4 Ibnoe Soedjono, The Role of Cooperatives in The Indonesian Society. Dalam H.J. Esdert (ED). Can

Cooperatives Become the Motive Force in the Economic of Indonesia? (Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 1983),

hlm 7.

5 Benemay, Hukum Koperasi Indonesia, hlm. 39.

6 Ibid. hlm 40.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 3: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Keberadaannya pun diharapkan mampu menjadi jawaban atas permasalahan

kesejahteraan rakyat, Koperasi mempunyai peran yang positif untuk menuntaskan

ketimpangan ekonomi yang menjadi salah satu permasalahan utama di Indonesia. Dengan

adanya koperasi setiap anggota koperasi dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan

berpartisipasi secara maksimal dalam koperasi sehingga tujuan besar dari terlahirnya koperasi

untuk pemerataan kesejahteraan tercapai.

Di dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 secara tegas mengamanatkan agar

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Yang berarti

para pendiri negara Indonesia menaruh harapan bahwa perekonomian Indonesia

mengedepankan perekonomian yang berdasarkan asas kekeluargaan, maka seluruh lini dan

bagian dalam perekonomian Indonesia seharusnya juga disusun dengan asas tersebut. Artinya,

pada tingkat dunia usaha, asas kekeluargaan seharusnya diamalkan pula oleh seluruh pelaku

usaha di Indonesia.

Menurut Bung Hatta, sebagai bapak koperasi Indonesia menjelaskan bahwa gerakan

koperasi melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan sel-help

dan tolong menolong di antara anggota-anggotanya yang melahirkan diantara mereka rasa

percaya diri sendiri yang didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan

kebersamaan.7

Dalam pidatonya tertanggal 12 juli 1951, Mohammad Hatta mengungkapkan bahwa

“Apabila kita membuka UUD 45 dan membaca serta menghayati isi pada pasal 38, maka

tampaklah disana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuannya

ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Perekonomian yang tidak mempertentangkan

antara majikan dengan buruh, antara pemimpin dan pekerja.8

Namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XII

yang mana salah satu poin kebijakannya mengatur terkait dengan deregulasi 28 peraturan

yang disesuaikan dalam rangka meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM. Dari 28

peraturan menteri (permen) dirampingkan menjadi 16 permen.9

                                                                                                                         7 Ibid, hlm. 19.

8 Ibid, hlm. 20.

9..http://www.beritasatu.com/ekonomi/307625-kemkop-ukm-akan-rampungkan-deregulasi-28-

peraturan.html diunduh 10 November 2016.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 4: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Menurut Akhmad Akbar Susamto, seorang Ekonom Center of Reform on Econom ics

(Core). Kebijakan pemerintah melakukan deregulasi dalam waktu singkat berpotensi

menimbulkan permasalahan dikemudian hari, dikhawatirkan dengan proses yang sangat

pendek, menimbulkan dampak yang tak terperhatikan dikemudian hari.10

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat ditelaah

lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan kelembagaan koperasi di Indonesia sebelum terbitnya

Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 hingga terbitnya Peraturan Peraturan Menteri

No. 10 Tahun 2015?

2. Bagaimanakah kesesuaian antara Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang

kelembagaan Koperasi dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994,

Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2006, Keputusan Menteri No 123 Tahun 2004,

Keputusan Menteri No. 124 Tahun 2004, Keputusan Menteri No. 36 Tahun 1998,

Keputusan Menteri No. 19 Tahun 2000?

Adanya pertanyaan-pertanyaan diatas bertujuan untuk Mengidentifikasi pengaturan

kelembagaan koperasi sebelum terbitnya Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 hingga

terbitnya Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi serta

menganalisis kesesuaian antara Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang kelembagaan

Koperasi dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994, Peraturan Menteri No.

01 Tahun 2006, Keputusan Menteri No 123 Tahun 2004, Keputusan Menteri No. 124 Tahun

2004, Keputusan Menteri No. 36 Tahun 1998, Keputusan Menteri No. 19 Tahun 2000.

Tinjauan Teoritis

A. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.11

B. Kelembagaan

                                                                                                                         10..https://www.selasar.com/ekonomi/ekonom-core-pertimbangkan-dampak-jangka-panjang-deregulasi

diunduh 10 November 2016.

11 Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN No. 116 Tahun 1992, TLN

No. 3502, Ps 1 btr 1.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 5: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang

menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana

setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai

tujuan bersama yang diinginkan.12

C. Pembentukan Koperasi

Untuk membentuk sebuah koperasi, haruslah memenuhi berbagai macam syarat, yakni:13

• Siapapun yang ingin untuk membentuk sebuah koperasi wajib memiliki kepentingan

ekonomi yang sama, misal dalam hal koperasi peternak sapi, orang yang bergabung

dalam KPS tersebut ialah orang-orang yang memiliki sapi untuk diternak dan

dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan bergabungnya pada KPS tersebut para anggota

yang memiliki sapi memiliki akses yang lebih terkait dengan ternak sapi.

• Orang tersebut pun harus memiliki tujuan ekonomi yang sama, seperti bekerja

bersama dalam meningkatkan hasil produksi susu.

• Sekurang-kurangnya berjumlah 20 anggota dengan berkebangsaan Indonesia.

• Bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.

1. Persiapan Pendirian

• memenuhi syarat sebagaimana disebutkan diatas, untuk mengetahui terkait dengan

orang yang memenuhi syarat tersebut dapat diperoleh keterangan dari pemerintah

ataupun kepala desa setempat.

• Ada orang yang memprakarsai berdirinya koperasi.

• Memiliki konsep anggaran dasar yang disiapkan oleh panitia persiapan pendirian

koperasi

• Disiapkan secara tertulis atau lisan untuk menghadiri rapat pendirian koperasi. 14

                                                                                                                         12 Dikutip dari Jurnal World Agroforestry Center “Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan

Agroforesty yang mengutip pada pendapatnya Ruttan dan Hayami, 1984 ”Toward a theory of induced

institutional innovation. Journal of Development Studies.Vol. 20: 203-22.

13 Direktorat Jenderal Koperasi, Pengetahuan Koperasi, hlm. 63.

14 Ibid., hlm. 64.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 6: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

2. Rapat pendirian koperasi

Terlebih dahulu meneliti persiapan, yang mana panitia persiapan meneliti apakah

hal-hal yang diperlukan untuk rapat telah tersedia, yakni:

• Tempat rapat sesuai dengan jumlah undangan.

• Alat keperluan rapat telah dipersiapkan seperti papan tulis, palu untuk pimpinan

rapat serta daftar hadir.

• Konsep anggaran dasar yang akan dibahas ketika rapat berlangsung.

• Jalannya rapat pendirian. • Tersedianya daftar hadir untuk mencatat nama serta alamat peserta rapat yang

hadir. 15

a. Acara Rapat Pembentukan

1) Pembukaan

Dalam pembukaan, ketua panitia persiapan menanyakan alasan dari

beberapa orang yang ingin mendirikan koperasi, yakni:

• memiliki kepentingan ekonomi yang sama.

• memiliki tujuan ekonomi yang sama.

• Adanya minat untuk mencapai tujuan secara bersama-sama

• Terkait dengan maksud diatas telah meminta nasehat dari

pejabat/penyuluh koperasi.

• Penjelasan maksud dan tujuan koperasi.

• Ketua panitia meminta kesediaan pejabat/penyuluh untuk menjelaskan

terkait dengan maksud, tujuan, serta manfaat dari koperasi.

• Persetujuan untuk mendirikan koperasi.

• Setelah itu ditanyakan terkait dengan persetujuan pembentukan

koperasi dengan minimal 20 orang yang menyetujui.

• Penjelasan dan persetujuan anggaran dasar.

• Memberikan penjelasan terkait anggaran dasar dan meminta

persetujuan terkait hal tersebut.

• Pemilihan pengurus serta badan pemeriksa.

                                                                                                                         15 Ibid., hlm. 65.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 7: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

• Kemudian ketua panitia menawarkan peserta rapat untuk memilih

pengurus dan badan pemeriksa.

• Penetapan terkait dengan orang-orang yang akan menandatangani akte

pendirian koperasi.

• Penetapan orang-orang yang dikuasakan menandatangani akte

pendirian.

2) Penutup

Terkait dengan cara penutup pengurus mengumumkan:

• Rapat pendirian koperasi telah selesai dan pengurus akan

menyampaikan surat permohonan pengakuan terhadap pejabat yang

berwenang, dan didaftarkan dalam buku daftar umum.

• Dalam waktu yang singkat diadakan rapat kembali dengan pembahasan

rencana kerja dan rencana anggaran belanja.

• Ketua pengurus mengumumkan bahwa rapat ditutup.

3. Setelah Rapat pendirian koperasi

Langkah setelah rapat pembentukan koperasi yakni:16

• Membuat buku daftar anggota.

• Membuat buku daftar pengurus

• Memberitahukan secara tertulis terhadap pemerintah dan pimpinan lingkungan

setempat terkait pendirian tersebut

• Menyampaikan surat permohonan pengakuan badan hukum koperasi kepada

kementerian

• Kemudian pengurus mengadakan pembagian tata kerja para anggota pengurus.

• Menarik simpanan pokok dari orang yang telah menyatakan diri sebagai anggota.

                                                                                                                         16 Ibid., hlm. 67.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 8: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

D. Anggaran Dasar

Anggaran Dasar berisikan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar dari

perkumpulan. Yang mana anggaran dasar berfungsi untuk menjamin tata tertib koperasi yang harus

selalu dijadikan pegangan dan pedoman, baik bagi pengurus, maupun bagi anggota-anggotanya dan

siapa saja yang terikat di dalam koperasi tersebut. Yang sering disebut sebagai pengelola koperasi.17

E. Keanggotaan Koperasi

Pada bahasan ini menjelaskan terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan

koperasi yakni:

1. Pengertian Anggota Koperasi

Tujuan khusus dibentuknya koperasi ialah untuk memajukan kepentingan

ekonomis para anggota melalui jasa-jasa yang diberikan oleh badan usaha koperasi

kepada badan usaha anggota ataupun rumah tangga anggota.

Badan usaha koperasi dibiayai dan dikelola oleh para anggota. Oleh karena itu

koperasi mempersilahkan kepada para anggota untuk turut andil dalam kemajuan

koperasi melalui konstribusi keuangan dan kontribusi perorangan mereka sendiri,

sehingga badan usaha koperasi dapat menghasilkan jasa-jasa yang dapat dipergunakan

oleh anggota untuk memajukan badan usaha atau rumah tangga mereka sendiri.18

Yang mana dalam perilaku berkoperasi, anggota koperasi haruslah

memperhatikan hal-hal berikut:

a. Hak keanggotaan harus dilaksanakan secara pribadi tidak diwakilkan.

b. Para anggota diperlakukan sama dan setara, mereka mempunyai hak yang sama

terlepas dari konstribusi modal mereka terhadap koperasi.

c. Akibat lain dari sifat koperasi sebagai perhimpunan orang ialah dalam keputusan

dirumuskan bersama sesuai dengan asas demokratis dan perwakilan yang

demokratis:

d. Semua anggota mempunyai hak suara yang sama;

e. Keputusan diambil dengan suara terbanyak;

                                                                                                                         17Ibid., hlm. 70.

18 Hans H. Munkner, Hukum Koperasi [Co-operative Law]. Diterjemahkan oleh Abdulkadir

Muhammad. (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 59.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 9: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

f. Pemimpin serta wakil koperasi dipilih oleh anggota koperasi mereka sendiri.19

F. Pembubaran Koperasi

Keputusan terkait dengan pembubaran koperasi harus dipertimbangkan secara

matang serta harus diambil dengan suara mayoritas dari para anggota yang aktif.20

Jika koperasi dibubarkan, Kepentingan para kreditur haruslah dilindungi dengan

mekanisme khusus apabila aset koperasi tidak mencukupi untuk melunasi hutang

kreditor.21

Konsep terkait dengan undang-undang koperasi umumnya beranggapan bahwa

orang-orang yang bergabung dengan koperasi ialah orang yang mempunyai sumber

pendapatan terbatas, yang ingin memperbaiki situasi ekonominya sendiri. Karena itu

modal koperasi relatif rendah. Ditambah kewajiban koperasi untuk membayar kembali

konstribusi modal kepada para anggota yang mengundurkan diri dari koperasi

menyebabkan modal menjadi berubah-ubah.22

Dikarenakan kelemahan dasar modal koperasi ini, para kreditur koperasi

membutuhkan perlindungan khusus. Untuk membuat koperasi layak kredit, kendatipun

kelemahan modal yang sudah disebut terdahulu, banyak undang-undang koperasi

menentukan tidak hanya bagi kewajiban membentuk dana cadangan, melainkan juga para

anggota diminta secara perorangan bertanggungjawab bagi hutang-hutang koperasi dalam

hal pembubaran.23

G. Penyelesaian Koperasi

Pemerintah berhak untuk memutuskan sah atau tidaknya suatu koperasi

dibubarkan. Maka dari itu pejabat koperasi membuat surat keputusan, dan bertepatan

dengan itu pula pejabat mengangkat “Penyelesai”. Selanjutnya Penyelesai meneruskan

pengelolaan Koperasi sampai seluruhnya secara tertib dapat diselesaikan. Penyelesai

                                                                                                                         19 Ibid., hlm. 59.

20 Ibid., hlm. 167.

21 Ibid.

22 Ibid., hlm. 168.

23 Ibid.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 10: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

dapat berbentuk suatu badan atau terdiri dari seorang atau beberapa orang yang mengurus

tugas penyelesaian atas nama Koperasi yang akan dibubarkan. Perlu diperhatikan bahwa

Koperasi yang telah dibubarkan, untuk sementara masih sebagai badan hukum.24

Pengurus Koperasi yang lama sudah tidak berfungsi lkagi dan telah digantikan

oleh Penyelesai tadi. Memang ada kemungkinan bahwa diantara anggota badan penyelesai

diangkat beberapa orang bekas anggota Pengurus Koperasi yang dibubarkan itu, untuk

mempermudah pekerjaan Badan Penyelesai. Jika pembubaran dilakukan atas keputusan

Rapat Anggota Koperasi, maka anggota penyelesai terdiri dari calon-calon yang diajukan

oleh Rapat Anggota Tersebut.25

H. Pengaturan Mengenai Pendaftaran Ulang Koperasi dalam Peraturan Menteri Nomor 10

Tahun 2015

Demi terlaksananya ketertiban administrasi badan hukum, Koperasi yang didirikan

sebelum tahun 2015 wajib melakukan pendaftaran ulang paling lambat 2 (dua) tahun sejak

dikeluarkannya Peraturan Menteri ini.26

Pendaftaran ulang dengan melaporkan secara langsung kepada Menteri disertai

dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:27

Foto kopi anggaran dasar koperasi, keputusan pengesahan, laporan kinerja koperasi yang

ditandatangani oleh pengurus, Nomor Pokok Wajib Pajak, laporan keuangan, SPT Pajak

Penghasilan Badan terakhir, daftar susunan pengurus dan pengawas periode yang masih

berjalan.

Koperasi dapat melakukan pendaftaran secara atau melalui sistem elektronik.28

I. Peraturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi dalam Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun

2015

                                                                                                                         24 Direktorat Jenderal Koperasi, Pengetahuan Koperasi, hlm, 134.

25 Ibid.

26 Ibid., Ps. 57 ayat 1.

27 Ibid., Ps. 57 ayat 2.

28 Ibid., Ps. 57 ayat 3.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 11: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan kelembagaan dan usaha koperasi

yang wilayah keanggotannya lintas propinsi.29 Kemudian jika wilayah keanggotaannya lintas

kabupaten/ kota dalam satu propinsi, maka itu menjadi kewenangan Gubernur30 dan jika

wilayah keanggotannya berada dalam 1 (satu) kabupaten/kota maka hal tersebut merupakan

kewenangan Bupati/Walikota. 31

Pembinaan dan pengawasan terkait kelembagaan dan usaha dilakukan oleh Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang membidangi koperasi32 dan pembinaan dan pengawasan

kelembagan dan usaha dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi

sektor usaha.33

Pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam dengan pola

pelayanan konvensional maupun pola pelayanan syari’ah diatur terpisah.34

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian yuridis normatif, sifat penelitiannya deskriptif

analitis, dengan metode analisa data kualitatif, disini peneliti akan menganalisis pengaturan-

pengaturan mengenai kelembagaan koperasi. Untuk memenuhi keperluan data untuk meneliti,

penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan

penelitian yang bersumber dari bahan-bahan pustaka atau data sekunder. Data yang akan

digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitiannya adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang berasal dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Kemudian

penulispun melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait untuk memperjelas bahan

hukum primer.

                                                                                                                         

29 Ibid., Ps. 58 ayat 1.

30 Ibid., Ps. 58 ayat 2.

31 Ibid., Ps. 58 ayat 3.

32 Ibid., Ps. 58 ayat 4.

33 Ibid., Ps. 58 ayat 5.

34 Ibid., Ps. 58 ayat 6.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 12: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Hasil Penelitian

Terkait dengan aturan tambahan dalam anggaran dasar di dalam Peraturan Menteri No. 10

Tahun 2015 yakni mengenail Pengendalian sangatlah memberatkan mengingat aturan terkait

dengan pengendalian tidak diatur secara jelas dalam peraturan menteri ini, tata cara

pelaksanaan pengendalian tidaklah dibahas. Kemudian pengaturan terkait dengan Pembinaan

yang diatur pada pasal 58 Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidak membahas lebih lanjut

mengenai teknis pelaksanaan Pembinaan Koperasi. Kemudian terkait dengan ketentuan

Pendaftaran Ulang didalam Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidaklah dibahas mengenai

akibat dari tidak dilakukannya pendaftaran ulang oleh koperasi selama dua tahun setelah

peraturan ini terbit.

Kemudian di dalam Peraturan Menteri No.10 Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka

waktu dikeluarkannya keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang

tidak diajukan oleh pengurus bertentangan dengan PP No. 17 Tahun 1994 yang mana dalam

PP No. 17 Tahun 1994 ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan

pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus pada PP

No. 17 Tahun 1994 diputuskan maksimal selama empat bulan.

Namun didalam Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka

waktu dikeluarkannya keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang

tidak diajukan oleh pengurus ialah dua bulan.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 13: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Kesimpulan

Berdasar pada analisis yang telah dikemukakan diatas, penulis kemudian

berkesimpulan sebagai berikut:

1. Peraturan Kelembagaan Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri No.

10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi. Sebelum terbitnya

Peraturan tersebut. Pengesahan, Perubahan Akta, serta Pembubaran diatur dalam

Peraturan Menteri No. 01/PER/M.KUKM/I/2006. Terkait dengan kewenangan pejabat

untuk melakukan Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan

Pembubaran Koperasi Pada Propinsi dan Kabupaten/Kota diatur dalam Kepmenkop

Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan

Pembubaran Koperasi Pada Propinsi dan Kabupaten/Kota dan pada tingkat Nasional

diatur dalam Permenkop nomor 124/Kep/M.KUKM/X/2004. Terkait dengan

Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi diatur dalam Kepmenkop Nomor

36/KEP/M/II/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan

Koperasi. Terkait dengan Pedoman Kelembagaan dan Usaha Koperasi diatur dalam

Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 19/KEP/M/III/2000 tentang Pedoman Kelembagaan dan

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 14: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Usaha Koperasi. Terkait dengan pembubaran koperasi oleh pemerintah diatur dalam

Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh

Pemerintah dan Peraturan Menteri Koperasi No. 269/M/IX/1994 tentang Petunjuk

pelaksanaan pemerintah terkait Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah yang mana

hingga saat ini masih berlaku.

2. Analisis Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi ialah

Terkait dengan penambahan ketentuan yang wajib diatur di dalam Peraturan Menteri

baru No. 10/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi perihal

Pengendalian sangatlah memberatkan mengingat penambahan aturan terkait dengan

pengendalian tidak diatur secara jelas dalam peraturan menteri ini, yang mana baik

definisi pengendalian maupun pada tata cara pelaksanaan pengendalian tidaklah

dibahas. Kemudian pengaturan terkait dengan Pembinaan yang diatur pada pasal 58

Peraturan Menteri No. 10 tahun 2015 tidak membahas lebih lanjut mengenai teknis

pelaksanaan Pembinaan Koperasi. Kemudian di dalam Peraturan Menteri No.10

Tahun 2015, ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan

pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus

bertentangan dengan PP No. 17 Tahun 1994 yang mana dalam Peraturan Menteri No.

10 Tahun 2015 ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya keputusan

pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh pengurus

ialah dua bulan sedangkan ketentuan terkait dengan jangka waktu dikeluarkannya

keputusan pembubaran oleh menteri terhadap surat keberatan yang tidak diajukan oleh

pengurus pada PP No. 17 Tahun 1994 diputuskan maksimal selama empat bulan.

Kemudian terkait dengan ketentuan Pendaftaran Ulang didalam Peraturan Menteri No.

10 tahun 2015 tidaklah dibahas mengenai akibat dari tidak dilakukannya pendaftaran

ulang oleh koperasi selama dua tahun setelah peraturan ini terbit.

Saran

1. Pemerintah sebaiknya mensosialisasikan kembali tentang Peraturan Menteri No. 10

Tahun 2015, dikarenakan beberapa dari pelaku usaha koperasi menolak untuk

diwawancara dengan alasan bahwa pihaknya belum mengetahui terkait dengan

pengaturan ini, yang mana hal ini penting dikarenakan peraturan ini memiliki

pengaruh pada pelaku usaha koperasi tertutama pada ketentuan pendaftaran ulang

yang diberikan jangka waktu paling lambat dua tahun sejak dikeluarkannya Peraturan

Menteri ini dan juga agar masyarakat yang akan mendirikan Koperasi mengetahui

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 15: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

terkait dengan ketentuan baru mengenai syarat dan tatacara pendirian Koperasi

sehingga masyarakat yang menginginkan untuk mendirikan koperasi tidak ditolak

pengesahannya dengan alasan ketidaktahuan akan Peraturan Menteri ini.

2. Pemerintah sebaiknya menambahkan pengaturan mengenai konsekuensi akibat dari

tidak dilakukannya pendaftaran ulang agar peraturan ini dapat efektif berjalan demi

berlangsungnya ketertiban administrasi hukum.

3. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan pedoman teknis pelaksanaan Pembinaan

Koperasi, agar pelaku usaha dapat mengetahui serta mengimplementasikan terkait

dengan teknis pembinaan yang baik.

4. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan pedoman teknis pelaksanaan terkait dengan

Pengendalian Koperasi agar pelaku usaha koperasi paham terkait dengan pelaksanaan

Pengendalian Koperasi demi meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan

terhindar dari kemungkinan-kemungkinan untuk menjadi koperasi yang tidak sehat.

5. Pemerintah sebaiknya melakukan pelatihan kembali terkait dengan prosedur

pendaftaran dan perubahan anggaran dasar dengan sistem berbasis online ke segala

penjuru daerah di Indonesia, agar manfaat dari kebijakan ini dapat dirasakan secara

merata secara nasional.

Referensi

Ahmed, Riazuddin, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to

Development. Dr. Mauritz Bonow. ed. The Role of Cooperatives in Social and

Economic Development. London: International Cooperative Alliance, 1964.

Al Amin, M “Ekonom Core: Pertimbangkan Dampak Jangka Panjang Deregulasi”

https://www.selasar.com/ekonomi/ekonom-core-pertimbangkan-dampak-jangka-

panjang-deregulasi diakses pada 10 November 2016.

Edi Hardum, Siprianus “Kemkop UKM Akan Rampungkan Deregulasi 28 Peraturan”

http://www.beritasatu.com/ekonomi/307625-kemkop-ukm-akan-rampungkan-

deregulasi-28-peraturan.html diakses pada 10 November 2016.

Hayami, Ruttan ”Toward a theory of induced institutional innovation. Journal of

Development Studies.Vol. 20: 203-22. (1984) Dikutip oleh Tony   Djogo, et

al.,“Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforesty” Bogor: World

Agroforestry Center, 2003.

Indonesia, Undang – Undang Perkoperasian, UU No. 25 tahun 1992, LN No.116 Tahun 1992,

TLN No. 3502.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017

Page 16: Analisis Yuridis Terhadap Keberlakuan Peraturan Menteri No ...

Indonesia, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Peraturan Menteri

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Kelembagaan Koperasi, Nomor

10/Per/M.KUKM/IX/2015.

Munkner, Hans H. Hukum Koperasi [Co-operative Law]. Diterjemahkan oleh Abdulkadir

Muhammad. Bandung: Alumni, 1982.

Pachta W, Andjar, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay. Hukum Koperasi

Indonesia (Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha). Jakarta: Kencana,

2007.

Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pembubaran Koperasi oleh

Pemerintah, PP No. 17 Tahun 1994.

Soedjono, Ibnoe. The Role of Cooperatives in The Indonesian Society. Dalam H.J.

Esdert ed. Can Cooperatives Become the Motive Force in the Economic of Indonesia?

Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 1983.

Analisis Yuridis ..., Muhamad Akil Fariabi, FH UI, 2017