ANALISIS WACANA PERCINTAAN BEDA AGAMA DALAM FILM...
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
274 -
download
43
Transcript of ANALISIS WACANA PERCINTAAN BEDA AGAMA DALAM FILM...
ANALISIS WACANA PERCINTAAN BEDA AGAMA
DALAM FILM CINTA TAPI BEDA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLEH:
ZAKIYAH AL-WAHDAH
NIM: 109051000139
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Jakarta, 30 April 2014
Zakiyah Al-Wahdah
i
ABSTRAK
Analisis Wacana Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda
Oleh: Zakiyah Al-Wahdah
Film Cinta Tapi Beda merupakan film bergendre drama yang bertema besar
tentang percintaan beda agama. Inspirasi dalam film ini didapat dari salah satu
cerita pendek karya Dwitasari yang berjudul Beda Cinta, Setipis Keyakinan.
Selain itu film ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh sang sutradara film
Cinta Tapi Beda, yaitu Hestu Saputra. Di satu sisi film ini banyak mengajarkan
tentang toleransi antar umat beragama. Disisi lain film ini menuai pro dan kontra
terutama dikalangan masyarakat beragama Islam dan suku Minang.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaannya adalah, bagaimana
wacana percintaan beda agama dalam film Cinta Tapi Beda? Bagaimana wacana
seputar percintaan beda agama dikonstruksi dalam film Cinta Tapi Beda karya
Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra dilihat dari level teks (struktur makro,
superastruktur, struktur mikro), level kognisi sosial, dan level konteks sosial?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
wacana Teun A Van Dijk. Teun A Van Dijk membagi analisis wacana menjadi
tiga bagian yaitu level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Level teks terbagi
menjadi tiga, pertama struktur makro yaitu tematik/topik, kedua superstruktur
yaitu skematik/skema, dan ketiga struktur mikro yaitu semantik (latar, detail,
maksud peranggapan), sintaksis (bentuk kalimat, koherensi, kata ganti), stilistik,
dan retoris (grafis, metafora, ekspresi). Level kognisi sosial melihat permasalahan
dari kognisi/mental penulis naskah/skenario. Level konteks sosial melihat
bagaimana wacana tersebut berkembang di masyarakat.
Tema besar dalam film ini adalah percintaan beda agama, toleransi antar
umat beragama, keimanan antar umat kepada Tuhannya, serta kebudayaan dan
kebhinekaan suku Minang dan Jawa. Bahasa yang digunakan oleh pemain yaitu
bahasa Indonesia serta bahasa Jawa dan Minang. Dari segi kognisi sosial Hestu
Saputra selaku sutradara sekaligus penulis skenario film ini memandang bahwa
selain dirinya banyak masyarakat Indonesia yang mengalami hal serupa
dengannya. Dari segi konteks sosial semua agama menginginkan yang terbaik
untuk pemeluknya, yaitu menikah dengan yang seagama dengan mereka.
Walaupun dalam Katolik menikah dengan orang yang berbeda agama
diperbolehkan (kawin campur), tetapi pada dasarnya dianjurkan untuk menikah
dengan seseorang yang memiliki satu keyakinan.
Film ini merupakan kisah nyata dari Hestu Saputra selaku sutradara film
Cinta Tapi Beda. Selain itu banyaknya masyarakat yang mengalami hal serupa
dengannya. Toleransi antar umat beragama sangat dibutuhkan oleh setiap orang.
Seseorang hendaknya tidak mengambil keputusan disaat tidak seimbang demi
kelangsungan hidup yang seimbang dan bahagia. Rekomendasi seputar percintaan
beda agama menurut agama Islam dan Kristen Katolik dalam skripsi ini di
dapatkan dari Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi dan Romo Rudi Yakobus, SJ.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah Wa Syukurillah, puji syukur yang tak terhingga penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang tiada tara, serta
atas segala kemurahan, cinta dan kasih sayang-Nya lah skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah yang
telah memberikan inspirasi bagi seluruh manusia di bumi ini hingga akhir zaman,
baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan segala usaha dan tekad yang kuat, walaupun
hambatan dan rintangan yang penulis hadapi cukup banyak, namun atas izin dari
Allah SWT semua hambatan dapat diatasi dan skripsi ini terselesaikan dengan
baik. Namun, penulis juga yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
perlu diperbaiki, mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba
terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini merupakan salah satu anugrah terindah yang
pernah penulis rasakan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai. Dalam
kesempatan ini dengan penuh rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih kepada:
iii
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, beserta Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs, Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi,
dan Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky,
MA, serta Ibu Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak H. Zakaria, MA selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan memberi saran
mengenai judul skripsi.
4. Dosen Pembimbing penulis, Ibu Siti Nurbaya, M.Si terimakasih banyak
karena telah sabar dalam membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
mengajar dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga
ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat nantinya.
6. Bapak dan Ibu, Yusuf Erwan Syahbuddin dan Nurhayati yang jauh di
Timika (Papua). Tetapi cinta, kasih sayang, do’a dan semangat yang
diberikan tidak pernah putus, hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Serta adikku satu-satunya, Bakar Al-Shidiq yang
telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis. Terimakasih
iv
atas segalaya yang telah diberikan untuk penulis. Maaf untuk
keterlambatan wisuda yang telah penulis janjikan sebelumnya.
7. Sahabat, teman, saudara, Firman Gumilang yang telah banyak membantu
penulis dalam menulis skripsi ini. Terimakasih atas saran film yang
diajukan, perhatian dan pengertiannya kepada penulis selama menulis
skripsi ini. Terimakasih atas waktu yang telah diluangkan kepada penulis
saat penulis membutuhan pertolongan dan saat penulis mulai merasa lelah
dan menyerah. Untuk Mamak, Bapak, dan dede Hanif yang selalu
memberikan semangat dan doa kepada penulis, serta selalu ada untuk
penulis disaat penulis jauh dari orang tua dan keluarga.
8. Sutradara film Cinta Tapi Beda, Hestu Saputra yang telah mengizinkan
penulis meneliti film yang disutradarainya, serta banyak membantu
penulis dalam mengumpulkan data-data penting yang dibutuhkan dalam
skripsi ini. Terimakasih atas banyaknya ilmu dan masukan yang sangat
bermanfaat seputar perfilman kepada penulis.
9. Ustadz Achmad Mubarok. M.Hi dan Romo Rudi Yakobus, SJ, yang telah
membantu penulis dalam melengkapi data dalam skripsi ini.
10. Sahabat serta saudara seperjuangan Rangers, Noflim Trisna Ayuningsih,
Yulia Nur Rohmah, Yudid Dwi Septyarini, dan Nur Oktaviani yang telah
banyak membantu penulis serta selalu ada untuk penulis saat penulis
membutuhkan pertolongan. Terimakasih atas empat tahun selama
perkuliahan yang tidak akan pernah bisa terlupakan.
v
11. Sahabat KPI D yang selalu kompak hingga saat ini dan selalu
menyemangati, Arie Bushairi (yang banyak membantu penulis semasa
perkuliahan), Devi, Eko Wahyudi, Ririn, Fajrin, Rina, Dina, Bintang, Tika,
Tari, Fitri, Mbak Yuli, Icha, Levi, Ridwan, Fadli, Rizal, Rikza, Noval,
Yusuf, Zidni, Rizky Maul, Owner, Mas Ryan, Bowo, Mahdi, Bayu,
Angga.
12. Sahabat KKN SADARI yang selalu kompak dan lucu, Tika, Bintang,
Ririn, Diah, Uswah, Ajeng, Titin, Rita, Risa, Ami, Sarah, Khoirul, Angga,
Wanda, Hadid, Endang, Ikhwan, Alif, Yunus, Ronggo. Terimakasih atas
segala semangat, kekompakan, dan rasa persaudaraan kita yang tinggi.
Semoga kekompakan ini akan melekat selamanya.
13. Berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini
dalam bentuk apapun untuk penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Jakarta, 30 April 2014
Zakiyah Al-Wahdah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitiian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5
F. Kerangka Konsep .................................................................................. 6
G. Metodologi Penelitian ........................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Wacana Percintaan Beda Agama .............. ........................................ 13
1. Menurut Agama Islam................................................................... 16
2. Menurut Agama Katolik ............................................................... 17
B. Wacana Film ..................................................................................... 18
1. Pengertian Film ............................................................................ 18
2. Sejarah Film ................................................................................. 21
3. Klasifikasi Film ............................................................................. 23
4. Jenis-jenis Film ............................................................................. 25
5. Perkembangan Film di Indonesia .................................................. 26
C. Analisis Wacana ................................................................................ 28
1. Konsep Analisis Wacana .............................................................. 28
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ............................................. 31
vii
a. Teks ........................................................................................... 31
b. Kognisi Sosial ........................................................................... 39
c. Konteks Sosial .......................................................................... 39
BAB III GAMBARAN UMUM FILM CINTA TAPI BEDA
A. Latar Belakang Pembuatan Film Cinta Tapi Beda ......................... 40
B. Latar Belakang Pemilihan Artis ....................................................... 41
C. Sinopsis Film Cinta Tapi Beda ....................................................... 42
D. Tim Produksi Film Cinta Tapi Beda ............................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film
Cinta Tapi Beda Dilihat Dari Level Teks ............................................. 52
B. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film
Cinta Tapi Beda Dilihat Dari Level Kognisi Sosial ............................ 85
C. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film
Cinta Tapi Beda Dilihat Dari Level Konteks Sosial ............................ 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 100
B. Saran ................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ..... 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 107
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Struktur Wacana Van Dijk
2. Tabel 3.1 Crew Film Cinta Tapi Beda
3. Tabel 3.2 Tokoh Pemain Film Cinta Tapi Beda
4. Tabel 4.1 Tentang Toleransi Beda Agama
5. Tabel 4.2 Tentang Cinta Beda Agama
6. Tabel 4.3 Tentang Keimanan Antar Agama
7. Tabel 4.4 Tentang Kebudayaan Minang dan Jawa
8. Tabel 4.5 Opening Bill Board
9. Tabel 4.6 Opening Scene
10. Tabel 4.7 Conflic Scene (Klimaks)
11. Tabel 4.8 Anti Klimaks (Solusi)
12. Tabel 4.9 Ending (Akhir Cerita)
13. Tabel 4.10 Stilistik (Gaya Bahasa)
14. Tabel 4.11 Metafora
15. Tabel 4.12 Ekspresi
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
2. Gambar 4.2 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
3. Gambar 4.3 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
4. Gambar 4.4 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
5. Gambar 4.5 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
6. Gambar 4.6 Potongan Adegan; Toleransi Beda Agama
7. Gambar 4.7 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
8. Gambar 4.8 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
9. Gambar 4.9 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
10. Gambar 4.10 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
11. Gambar 4.11 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
12. Gambar 4.12 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
13. Gambar 4.13 Potongan Adegan; Cinta Beda Agama
14. Gambar 4.14 Potongan Adegan; Keimanan Antar Agama
15. Gambar 4.15 Potongan Adegan; Keimanan Antar Agama
16. Gambar 4.16 Potongan Adegan; Keimanan Antar Agama
17. Gambar 4.17 Potongan Adegan; Keimanan Antar Agama
18. Gambar 4.18 Potongan Adegan; Kebudayaan Jawa
19. Gambar 4.19 Potongan Adegan; Kebudayaan Jawa
20. Gambar 4.20 Potongan Adegan; Kebudayaan Jawa
21. Gambar 4.21 Potongan Adegan; Kebudayaan Jawa
22. Gambar 4.22 Potongan Adegan; Kebudayaan Jawa
23. Gambar 4.23 Potongan Adegan; Kebudayaan Minang
24. Gambar 4.24 Potongan Adegan; Kebudayaan Minang
25. Gambar 4.25 Potongan Adegan; Kebudayaan Minang
26. Gambar 4.26 Opening Bill Board
27. Gambar 4.27 Opening Scene
28. Gambar 4.28 Conflic Scene
29. Gambar 4.29 Conflic Scene
30. Gambar 4.30 Anti Klimaks
31. Gambar 4.31 Anti Klimaks
32. Gambar 4.32 Ending
33. Gambar 4.33 Potongan Adegan; Stilistik
34. Gambar 4.34 Potongan Adegan; Stilistik
35. Gambar 4.35 Potongan Adegan; Stilistik
36. Gambar 4.36 Potongan Adegan; Stilistik
37. Gambar 4.37 Potongan Adegan; Stilistik
x
38. Gambar 4.38 Potongan Adegan; Metafora
39. Gambar 4.39 Potongan Adegan; Metafora
40. Gambar 4.40 Ekspresi
41. Gambar 4.41 Ekspresi
42. Gambar 4.42 Ekspresi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film adalah gambar atau animasi yang bergerak. Oleh karna itu film dapat
diartikan sebagai sebuah karya seni yang bersifat hidup. Film itu bergerak dengan
cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang continue.1 Bagi sebagian
orang, film juga merupakan sebuah hiburan bahkan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling
spektakuler. Film juga merupakan salah satu media komunikasi dan sarana yang
dapat digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi atau pesan-pesan yang
sangat efektif.
Sebagai salah satu media komunikasi serta informasi maka film secara
otomatis akan membawa dampak (side effect), baik itu positif maupun negatif
kepada penontonnya.2 Film juga memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa
manusia. Hal ini berhubungan dengan ilmu jiwa sosial tentang gejala “identifikasi
psikologi” yaitu orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan sehingga ia
ikut merasa apa yang dirasakan tokoh tersebut.3
Saat ini perfilman di Indonesia sudah berkembang sangat pesat. Film yang
disajikan dalam layar lebar Indonesia kini beraneka ragam. Atas dasar itulah
1 Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 48.
2 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta; Ikhtisar Baru – Van Hoeve, 1980), h.
1007. 3 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, (Bandung; Remaja Rosda
Karya, 2005), h. 236.
2
penulis terdorong untuk menelaah hasil karya sebuah film, salah satunya berupa
skenario film, yang juga menentukan keberhasilan sebuah film. Dalam hal ini,
film yang menjadi perhatian penulis yaitu film yang bertemakan tentang
percintaan beda agama.
Salah satu film Indonesia yang kini sedang membooming adalah film
Cinta Tapi Beda yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra.
Film ini sangat menarik perhatian penulis untuk menganalisanya secara
mendalam, karena secara narasi film ini juga memiliki alur cerita yang sagat
menarik untuk dianalisis. Film ini mengangkat tentang sebuah kisah percintaan
antara dua insan manusia yang dilatar belakangi perbedaan agama dan budaya.
Film Cinta Tapi Beda ini di angkat oleh Hanung Bramantyo dari salah satu
cerita pendek (cerpen) karya Dwitasari yang berjudul Beda Cinta, Setipis
Keyakinan. Inspirasi kisah dalam cerpen yang berjudul Beda Cinta, Setipis
Keyakinan ini diambil oleh Dwitasari dari kisah nyata sahabat wanitanya yang
menjalani pernikahan beda agama. Selain itu film ini sendiri berawal dari ide
Hestu Saputra karena beliau sendiri menjalani hubungan atau berpacaran dengan
seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda dengannya. Pada intinya beliau
sendiri merupakan salah seorang pelaku kisah percinta beda agama.4
Film ini merupakan salah satu film terlaris di akhir tahun 2012. Dalam
waktu singkat, film ini ditonton oleh kurang lebih sebanyak 120 ribu penonton.
Banyak pelajaran yang dapat di ambil dalam film ini. Salah satu pelajaran yang
4 www.kapanlagi.com, http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/hanung-ajak-bicara-
film-cinta-tapi-beda-eea7b0.html informasi ini diakses pada tanggal 10 Januari 2013, jam: 21:00.
3
dapat diambil dalam film ini adalah tentang toleransi dalam perbedaan agama.
Dalam film ini terdapat beberapa adegan yang menunjukkan bahwa Islam harus
menghargai perbedaan dalam beragama. Film ini juga memuat testimoni-testimoni
dari para pelaku pernikahan beda agama bahwa mereka bisa rukun tanpa harus
mengganggu atau menjatuhkan agama masing-masing pasangan.
Tetapi di tengah semaraknya pemutaran film Cinta Tapi Beda yang mulai
ditayangkan pada tanggal 27 Desember 2012, muncullah berbagai macam
pendapat yang menimbulkan kontroversi. Dalam film ini terdapat nuansa agama
yang sangat sensitif antara agama Islam dengan agama Kristen Katolik. Meski
pesan moral film ini lebih kepada bagaimana manusia menghadapi perbedaan-
perbedaan dalam kehidupan, terutama kepada sesama pemeluk agama.
Hal-hal yang di anggap kontroversi dalam film ini tidak hanya
mempersoalkan mengenai percintaan beda agama saja, namun juga muncul dari
gugatan masyarakat Minangkabau yang menganggap film itu mengandung unsur
sara dan telah menistakan kebudayaan Minangkabau yang kental dengan ajaran
agama Islam. Alur cerita film ini oleh sebagian suku Minangkabau dianggap
menyimpang dari falsafah adat yang terkenal dengan “Adat Basandi Sarak, Sarak
Basandi Kitabullah”. Atau dengan kata lain, Adat bersandar (bertopang) pada
syariat dan syariat bersandar pada Kitabullah, yang kurang lebihnya bermakna
orang minang menjunjung tinggi ajaran syariat Islam.5
5 www.republika.co.id, http://www.republika.co.id/berita/senggang/film/13/01/07/mg921h-
film-cinta-tapi-beda-dipolisikan. informasi ini diakses pada tanggal 10 Januari 2013, jam: 21:15.
4
Dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas lah penulis tertarik
untuk mengangkat film Cinta Tapi Beda sebagai bahan untuk penelitian. Oleh
karenanya judul yang di ambil oleh penulis adalah “Analisis Wacana Percintaan
Beda Agama Dalam Film Cinta Tapi Beda”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya batasan masalah, maka
penelitian ini dibuat suatu batasan. Ruang lingkup dibatasi hanya tentang wacana
percintaan beda agama yang terdapat dalam film Cinta Tapi Beda, dan juga hanya
dibatasi dengan model analisis wacana Teun A Van Dijk yang membahas tentang
tiga struktur dalam suatu teks, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur
mikro, serta dilihat dari level kognisi sosial dan konteks sosial. Scene yang
diambil juga hanya scene tentang percintaan beda agama, walaupun terdapat
beberapa scene tentang toleransi antar umat beragama, keimanan antar umat
beragama, dan juga tentang kebudayaan Minang dan Jawa untuk melengkapi data
yang didapatkan dari hasil wawancara kepada sutradara film Cinta Tapi Beda
yang kemudian disambungkan dengan analisis wacana Teun A Van Dijk tersebut.
Sedangkan perumusan masalah yang di angkat adalah:
1. Bagaimana wacana seputar percintaan beda agama yang ditampilkan
dalam film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra
dilihat dari level teks (struktur makro, superstruktur, struktur mikro)?
2. Bagaimana wacana film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan
Hestu Saputra dilihat dari level kognisi sosial?
5
3. Bagaimana wacana film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan
Hestu Saputra dilihat dari level konteks sosial?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penulisan proposal ini adalah:
1. Mengetahui tentang wacana seputar percintaan beda agama yang
ditampilkan dalam film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan
Hestu Saputra dilihat dari level teks (struktur makro, superastruktur,
struktur mikro).
2. Mengetahui kognisi sosial yang melatarbelakangi penulis skenario dalam
membuat naskah film Cinta Tapi Beda.
3. Mengetahui konteks sosial menurut pandangan para ulama tentang
wacana percintaan beda agama.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis:
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu komunikasi, khususnya penelitian tentang analisis
wacana film. Di samping itu penelitian analisis wacana film Cinta Tapi
Beda ini juga memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang analisis
wacana model Teun A Van Dijk yang dilihat pada level teks (struktur
makro, superastruktur, struktur mikro), level kognisi sosial dan level
konteks sosial.
6
2. Manfaat Praktis:
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penggambaran mengenai percintaan
beda agama yang dianalsis dengan menggunakan wacana Teun A Van
Dijk bagi para remaja khususnya untuk memaknai konsep percintaan beda
agama yang kemudian dibuat dalam satu film, yaitu film Cinta Tapi Beda.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam proses penelitian ini, penulis mengambil beberapa hasil penelitian
wacana terhadap film yang terdahulu guna dijadikan bahan perbandingan. Yaitu
penelitian yang menganalisa film sebagai media informasi dan juga komunikasi
massa, yaitu:
1. “Analisis Semiotik Film CIN(T)A Karya Sammaria Simanjuntak” yang ditulis
oleh Nurlaelatul Fajriah, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari
judul film CIN(T)A, serta makna dari symbol-simbol yang terdapat di dalam
film tersebut. Penelitian yang di tulis oleh Nurlaelatul Fajriah ini
menggunakan analisis semiotik, sedangkan penelitian saya menggunakan
analisis wacana. Persamaan dalam penelitian ini adalah media yang di
gunakan, yaitu film. Selain itu latar belakang dari film yang diteliti hampir
sama, yaitu tentang konsep percintaan serta toleransi antar umat beda agama.
2. “Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani”
yang ditulis oleh Sukasih Nur, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
7
Jakarta, tahun 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Sukasih Nur ini meneliti
tentang pesan moral dalam film tersebut, sedangkan penelitian yang saya teliti
meneliti tentang percintaan beda agama dalam film Cinta Tapi Beda.
Persamaannya adalah kedua penelitian ini sama-sama mengguanakan media
film dan menggunakan analisis wacana dalam penelitiannya.
F. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model dari analisis wacana
Teun A Van Dijk. Analisis wacana (Discourse analysis) yaitu studi tentang
struktur pesan atau mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic).6 Metode analisis
wacana lebih melihat kepada „Bagaimana‟ (how) dari sebuah wacana (cerita, teks,
kata) disusun atau dikemas dan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan
sebuah kalimat atau paragraph.
Analisis wacana tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana juga
pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora yang disampaikan.
Analisis wacana bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks. Analisis
wacana lebih melihat kepada bagaimana isi pesan yang diteliti.7
Van Dijk melihat wacana terdiri atas tiga struktur teks. Pertama, struktur
makro, yakni makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan
melihat topik dari suatu teks. Kedua, superstruktur, yaitu kerangka suatu teks,
bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
Ketiga, struktur mikro merupakan makna yang dapat diamati dengan menganalisis
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 68. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar, h. 68.
8
kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para frase yang dipakai, dan sebagainya.
Elemen-elemen yang terdapat dalam struktur tersebut antara lain: tematik,
skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.8
Tabel 1.1 Struktur Wacana Van Dijk
Sumber: Eriyanto: Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik
Tema atau topik yang
dikedepankan dalam film Cinta
Tapi Beda
Topik
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan film
film dikemas dalam teks/naskah
film yang utuh
Skema
Struktur Mikro Semantik
Makna yang ingin ditekankan
dalam film
Sintaksis
Bagaimana kalimat atau bentuk,
susunan yang di pilih
Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam film Cinta Tapi
Beda
Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan
Latar, Detail,
Maksud, Peranggapan
Bentuk Kalimat,
Koherensi, Kata Ganti
Leksikon
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Dua level lain dalam analisis wacana Teun A Van Dijk yaitu kognisi sosial
dan konteks sosial. Kognisi sosial merupakan kesadaran mental penulis skenario
dalam membentuk teks atau narasi. Sedangkan konteks sosial merupakan nilai-
8 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, Cet. ke-4, (Jakarta; Kencana, 2007), h. 195.
9
nilai atau berita yang berkembang dan menyebar di masyarakat seputar film
tersebut.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A Van Dijk.
Untuk mengkaji atau mendeskripsikan dan menganalisa dengan nalar
kritis, maka digunakan pendekatan deskriptif – analitis. Tipe penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara
sistematis, faktual, dan akurat yang disertai dengan petikan hasil
wawancara.
Pengertian dari analisis deskriptif sendiri adalah suatu cara
melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan
mengualifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara
apa adanya, setelah itu baru disimpulkan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah film Cinta Tapi Beda yang
disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra. Adapun objek
penelitiannya adalah kisah percintaan beda agama yang terdapat dalam
film Cinta Tapi Beda tersebut. Percintaan beda agama dalam film ini lebih
spesifiknya kepada agama Islam dan agama Kristen Katolik.
10
3. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
Jika dikaitkan dengan analisis wacana Teun A Van Djik, maka
pengumpulan data penelitian ini di dapatkan dari film Cinta Tapi Beda
dan skenarionya, serta wawancara. Film merupakan sasaran utama
dalam analisis, dari film itu penulis dapat mengambil beberapa unit
scene yang ingin diteliti seputar percintaan beda agama, sedangkan
skenario diperlukan guna mempertajam analisis wacana pada level teks
(struktur makro, superastruktur, struktur mikro) sekaligus dapat
dijadikan bahan pelengkap.
Wawancara merupakan metode pengambilan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
dilakukan sebagai pendukung untuk mengetahui analisis wacana Teun
A Van Dijk yang mengkaji tentang level teks (struktur makro,
superastruktur, struktur mikro) pada film Cinta Tapi Beda, level kognisi
sosial dan level konteks sosial.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara secara
langsung kepada Suatradara film Cinta Tapi Beda, yaitu Hestu Saputra.
Selain itu penulis juga mewawancarai Ustadz (ulama dalam agama
Islam) dan Romo (ulama dalam agama Katolik) untuk melengkapi data
pada analisis wacana dalam level konteks sosial.
11
b. Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian
dasar.9 Setelah semua data dan informasi yang sesuai dengan
permasalahan penelitian terkumpul, selanjutnya penulis melakukan
analisis terhadap data dan informasi tersebut. penulis akan
menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif, analisis
wacana menurut Teun A Van Dijk untuk menjawab perumusan masalah
dalam penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, penulis secara
sistematis membagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan meliputi; Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Kerangka Konsep, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, di dalamnya diuraikan tentang metode-metode,
meliputi Wacana Percintaan Beda Agama, terdiri dari Menurut Agama
Islam dan Menurut Agama Kristen Katolik; Wacana Film, terdiri dari
Sejarah Film, Klasifikasi Film, Jenis-jenis Film, Perkembangan Film
di Indonesia; Analisis Wacana, terdiri dari Konsep Analisis Wacana
Teun A Van Djik.
9 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung; Alfabeta, 2007), h. 88.
12
BAB III : Gambaran umum film Cinta Tapi Beda. Bab ini menggambarkan
secara umum film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan
Hestu Saputra, terdiri dari Latar Belakang Pembuatan Film Cinta Tapi
Beda, Latar Belakang Pemilihan Artis, Sinopsis Film Cinta Tapi Beda,
Tim Produksi Film Cinta Tapi Beda.
BAB IV : Temuan dan Analisis Data, di dalamnya dibahas tentang data dan hasil
penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya.
BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wacana Percintaan Beda Agama
1. Menurut Agama Islam
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan
ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Cinta
adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda
lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Secara terminologi penggunaan
istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi
perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan
dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Sedangkan secara etimologi
terdapat beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu
apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat
lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk
juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep:
eros, philia, dan agape.1
Banyak yang mengartikan cinta dengan pemikiran yang sempit, salah
satunya adalah hanya tertuju pada hubungan laki-laki dan perempuan. Cinta
lebih dari itu. Hubungan dengan sesama makhluk ciptaan juga termasuk
dalam lingkup cinta, baik kepada hewan maupun kepada tumbuhan dan
1 Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta, diakses pada tanggal 1 Mei 2014, pukul
14:00 WIB.
14
lingkungan sekalipun. Terlebih lagi kepada Sang Pencipta cinta, tentu saja
lebih wajib untuk dimasukkan dalam lingkup pengertian cinta itu sendiri.2
Percintaan beda agama dalam islam dapat diartikan sebagai percintaan
antara seorang muslim dengan non-muslim. Islam mengajarkan kita berbuat
baik kepada sesama umat manusia, berbuat baik kepada sesama muslim dan
juga non muslim. Tetapi jika hubungan percintaan sepasang manusia yang
berbeda agama, maka dalam Islam itu tidak boleh. Hal ini terdapat dalam
Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 221. Di dalam ayat ini ditegaskan oleh
Allah tentang larangan bagi seorang muslim menikahi perempuan-
perempuan musyrik dan larangan menikahi perempuan mukmin dengan
laki-laki musyrik, kecuali jika mereka telah beriman.3
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik
dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
2 Abu Musa Abdurrahim, Kitab Cinta:Perjalanan Menuju Surga, (Jakarta; Gema Insani,
2011), h. 20. 3 H Amirullah Syarbini, dan Dr. H. Hasbiyallah, Anda Bertanya Ustadz Menjawab,
(Bandung; Ruang Kata, 2013), h. 165-166.
15
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran (Qs. Al-Baqarah: 221).
Dalam ayat tersebut ditegaskan tentang ancaman terhadap seseorang
yang berhubungan dengan orang-orang musyrik karena mereka mengajak
kepada kekufuran dengan prilaku, ucapan dan perbuatan mereka, dengan
demikian berarti mereka mengajak kepada neraka. Al-Qur‟an Surat Al-
Baqarah ayat 221 tersebut umum untuk seluruh wanita musyrik, lalu
dikhususkan oleh ayat dalam surat Al-Maidah ayat 5 tentang bolehnya
menikahi wanita ahli kitab, sebagaimana Allah berfirman,
Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini)
wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman
dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang
diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin
mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan
tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir
sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah
amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi (Qs. Al-
Maidah: 5).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang muslim dilarang membawa
seorang musyrik yang tidak beriman untuk dijadikan istri. Dalam ayat
tersebut Allah menyebutkan hukum haramnya seorang mukmin atau wanita
16
mukmin menikah dengan selain agama mereka. Dalam firman Allah
tersebut “..sebelum mereka beriman..” hal ini menunjukkan bahwa ketika
label kemusyrikan pada diri seseorang telah hilang maka halal dinikahi, dan
sebaliknya ketika label kemusyrikan tersebut masih ada maka haram
menikahinya.4
Pada intinya percintaan beda agama dalam agama Islam diharamkan.
Keharamannya bersifat mutlak, artinya wanita Islam mutlak haram menikah
dengan laki-laki selain Islam, baik laki-laki musyrik atau Ahlil kitab. Tidak
bolehnya wanita muslimah menikah dengan orang yang berbeda agama
dikuatkan oleh firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 10.
“..mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu
tidak halal pula bagi mereka...” (Qs. Al-Mumtahanah: 10).5
Bagaimanapun faktor agama merupakan patokan seseorang dalam
setiap mengambil keputusan terutama dalam hal memilih pasangan. Sebab
pasangan hidup nukanlah benda mati yang dapat kita ganti sekehendak hati
kita. Di dalam Islam terdapat anjuran untuk menikahi wanita karena
agamanya. Jabir RA memberitahukan, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya wanita itu dinikahi oleh karena agamanya, hartanya, dan
kecantikannya. Maka pilihlah yang beragama.” (HR. Muslim & Tarmidzi).6
4 Bachtiar Nasir, Anda Bertanya Kami Menjawab, (Jakarta; Gema Insani, 2012), h. 348.
5 H Amirullah Syarbini, dan Dr. H. Hasbiyallah, Anda Bertanya Ustadz Menjawab,
(Bandung; Ruang Kata, 2013), h. 166. 6 Syamsul Rijal Hamid, Tuntutan Perkawinan Dalam Islam, (Bogor; Cahaya Islam, 2012),
h. 78.
17
2. Menurut Agama Kristen Katolik
Sama halnya seperti dalam agama Islam, agama Katolik juga
menganjurkan umatnya untuk berbuat baik kepada sesama, baik itu dengan
orang yang dibaptis dan orang yang tidak dibaptis. Percintaan beda agama
menurut agama Kristen Katolik merupakan hubungan antara orang Katolik
(sudah dibaptis) dengan orang yang tidak dibababtis. Dalam ajaran katolik,
seseorang boleh berhubungan dengan orang yang berbeda agama, karena
menurut ajaran mereka hal itu merupakan hak asasi manusia, jadi siapapun
bebas menentukan siapa pasangan hidupnya.7
Dalam Katolik tidak ada larangan untuk berhubungan cinta antara
orang Katolik dengan agama lain. Walaupun begitu, pada dasarnya dalam
agama Katolik juga menginginkan hubungan yang seimbang dan bahagia
dalam kehidupan berkeluarga. Maksud dari hubungan yang seimbang dan
bahagia itu adalah hubungan yang terjalin antara lelaki dan perempuan yang
memiliki keyakinan yang sama agar kehidupan mereka akan lebih seimbang
dan bahagia.
Dalam perkawinan Katolik, pernikahan antara umat Katolik dengan
umat lainnya disebut sebagai kawin campur. Perkawinan campur menurut
KHK adalah perkawinan antara orang Katolik (dibaptis dalam Greja Katolik
atau diterima di dalamnya) dan orang yang dibaptis non-Katolik. Sedangkan
yang dimaksud dengan perkawinan beda agama adalah perkawinan antara
orang Katolik (dibaptis dalam Greja Katolik atau diterima di dalamnya) dan
7 Kriswanta, Tanya Jawab Tentang Perkawinan Secara Katolik, (Yogyakarta; Kinanius,
2012), h. 37.
18
orang yang tidak dibaptis. Perkawinan campur dalam Gereja Katolik adalah
perkawinan yang dilangsungkan antara orang Katolik dan bukan Katolik
dan disahkan secara gerejawi. Bisa terjadi perkawinan antara Katolik-Islam,
Katolik-Kristen, Katolik-Hindu, Katolik-Budha, Katolik Khong Hu Cu, atau
yang lainnya.8
Pada intinya dalam Katolik diperbolehkan menjalin hubungan atau
menikah berbeda agama, tetapi ada syaratnya dan tidak diperbolehkan
menikah begitu saja. Yang idealnya adalah orang Katolik menikah dengan
sesama orang Katolik, tetapi tidak semua kondisi selalu ideal. Maka, gereja
Katolik memberi kemungkinan adanya perkawinan campur dengan syarat-
syarat yang ditentukan oleh Gereja Katolik.9
Walaupun itu merupakan kebebasan setiap orang, tetapi mereka
memiliki asas-asas hukum agama, yaitu hukum kanonik yang harus dipatuhi
oleh kedua belah pihak dalam menjalani hubungan mereka, terutama bagi
yang ingin menikah beda agama. Perkawinan beda agama dalam Katolik
tidak menuntut pihak selain Katolik menjadi Katolik terlebih dahulu. Justru
karena mereka ingin mempertaankan perbedaan itu, maka dikenal
perkawinan beda agama, dan greja dengan alat hukumnya menyediakan
sarana untuk membantu perkawinan beda agama agar tetap sah dan layak.10
B. Wacana Film
1. Pengertian Film
8 Kriswanta, Tanya Jawab Tentang Perkawinan Secara Katolik, h. 35.
9 Kriswanta, Tanya Jawab Tentang Perkawinan Secara Katolik, (Yogyakarta; Kinanius,
2012), h. 35. 10
Kriswanta, Tanya Jawab Tentang Perkawinan Secara Katolik, h. 40.
19
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi
massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton
film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya.11
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis
yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat
potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).12
Secara etimologis, film adalah susunan gambar yang berada dalam selluloid
kemudian diputar dengan menggunakan proyektor, dan bisa ditafsirkan
dengan berbagai makna.13
Menurut Onong Uchyana Effendi film merupakan medium
komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk
penerangan dan pendidikan. Film dikenal dengan movie yang mengandung
arti gambar hidup, dan bioskop.14
Film juga merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika yang
komplek. Dalam pengertian lain, film adalah dokumen yang terdiri dari
cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik.15
Saat ini film tidak
lagi dimaknai sebagai karya seni (films as art) saja, tetapi lebih sebagai
“komunikasi massa”. Terjadinya pergeseran perspektif ini, paling tidak telah
11
Ardianto, Elvinaro dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 134. 12
Eko Endarmoko, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Gramedia, 2006) h. 180. 13
Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Analogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter,
(Jakarta; Fatma Press, 1977), h. 22. 14
John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia,
2000), h. 387. 15
Sean Mc Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara
dan Satu Dimensi, (Jakarta; PN Balai Pustaka, UNESCO, 1983), h. 120.
20
mengurangi bias normatif dari teoritisi film yang cenderung membuat
lokalisasi dan karena itu film mulai diletakkan secara obyektif.16
Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat
tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas
kedua dari kehidupan manusia. Kisah-kisah yang ditayangkan lebih bagus
dari kondisi nyata sehari-hari, atau sebaliknya bisa menjadi lebih buruk. 17
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh
bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru
yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan
mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang
dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.18
Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik
dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara
bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual
dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani
berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.19
Industri film disebut juga sebagai industri yang dibangun dari mimpi
karena sifatnya yang imajinatif dan sebagai media kreatif.20
Industri film
adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang
16
Budi Irwanto, Film, Ideologi: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, (Yogyakarta;
Aksara, 2005), h. 11. 17
Rivers, William, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta; Kencana, 2008),
h. 199. 18
Morrisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Tangerang:
Ramdina Prakarsa, 2005), h. 12. 19
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta; BPSDM Citra Pusat
Perfilman, 2000), h. 6. 20
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa, (Jakarta; Salemba Humanika,
2010), h. 168.
21
masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara
kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah
bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan,
kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari
kaidah artistik film itu sendiri.21
2. Sejarah Film
Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan
prinsip-prinsip fotografi dan proyektor.22
Film tidak ditemukan oleh satu
orang. Pertama, perangkat untuk foto objek bergerak harus ditemukan,
kemudian diikuti dengan alat untuk menampilkan foto-foto itu. Proses ini
melibatkan enam orang: Etienne Jules Marey, Eadweard Muybridge,
Thomas Edison, William K.L Dickson, Auguste, dan Louis Lumiere.23
Gerakan menari seorang wanita merupakan salah satu gambar yang
ditangkap oleh Eadweard Muybridge yang menjadi awal ditemukannya
rangkaian gerak pada film. Percobaan Muybridge menyebabkan
perkembangan kamera film pertama.24
Semua film pada awal permulaan
adalah hitam-putih dan tanpa suara. Suara baru ditemukan ke dalam film
pada tahun 1920-an dan eksperimen warna dimulai pada tahun 1930-an.
21
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 134. 22
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h.
134. 23
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa, (Jakarta; Salemba Humanika,
2010), h. 171. 24
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa, h. 171.
22
Dua pembuat film yang mempengaruhi perkembangan film menjadi seni
adalah: Georges Melies dan Edwin S. Porter.25
Film pertama yang dikenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah
The Life Of art American Fireman dan film The Great Train Robbery yang
dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Pada tahun 1906 sampai 1916
merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika
Serikat, karena pada decade ini lahir film feature, lahir juga bintang film
serta pusat perfilman yang dikenal sebagai Hollywood. Periode ini disebut
sebagai the age of Griffith karena David Wark Griffith-lah yang telah
membuat film sebagai media yang dinamis.26
Griffith memperoleh gaya berakting yang lebih alamiah, organisasi
cerita yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film sebagai
media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan-gerakan kamera
yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, serta teknik edit yang
baik. Apabila film permulaannya merupakan film bisu, maka pada tahun
1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara yang pertama
meskipun belum sempurna.27
Sejarah film dunia mengajarkan tentang perkembangan film dari
mulai film bisu (tanpa suara), yang kemudian mampu mencangkok
teknologi suara, dan menjadi film yang bersuara. Hal ini mengakibatkan
25
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa, h. 174. 26
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 134. 27
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdiana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h.
135.
23
jumlah penonton dua kali lipat lebih banyak. Demikian juga kemampuan
film yang awalnya tidak berwarna (hitam putih) menjadi berwarna.
Meskipun film sebagai penemuan teknologi baru telah muncul pada
akhir abad kesembilan belas, film berperan sebagai sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan
terdahulu, serta menyajikan cerita peristiwa, musik, drama, lawak, dan
sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.28
3. Klasifikasi Film
Klasifikasi film atau genre dalam film berawal dari klasifikasi drama
yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut muncul berdasarkan
atas jenis manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan.29
ada beberapa jenis naskah drama saat itu, di antaranya ada lelucon,
banyolan, opera balada, komedi sentimental, komedi tinggi, tragedi borjois
dan tragedi neoklasik. Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu
diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: tragedi (duka cita), komedi
(drama ria), melodrama, dagelan (farce).30
Seiring berkembangnya zaman dan dunia perfilman, genre dalam
filmpun mengalami sedikit perubahan. Namun, tetapi tidak menghilangkan
28
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta; Erlangga, 1987), h.
13. 29
John M Echols, dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia,
2000), h. 265. 30
Hermawan J Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta; PT Hanindita,
2003), cet. Ke-2, h. 38.
24
keaslian dari awal pembentukannya. Sejauh ini diklasifikasikan menjadi
lima jenis, yaitu:31
a. Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan, kebanyolan
pemain (aktor/aktris). Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku,
hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton
tidak bosan.
b. Drama, film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling
hidup manusa. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat
membuat penonton tersenyum, sedih, dan meneteskan air mata.
c. Horror, film beraroma mistis, alam ghaib, dan spiritual. Alur ceritanya
bisa membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan
berteriak histeris.
d. Musikal, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama
seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film para
pemain (aktor/aktris) bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog
menggunakan musik (seperti bernyanyi).
e. Laga (action), film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-
menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya yang
mendebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar
biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak
beranjak dari kursi.
31
Ekky Imanjaya, Who Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung; PT Mizan Budaya
Kreativa, 2004), h. 104.
25
4. Jenis-jenis Film
Menurut Elvinaro dan Lukiati dalam bukunya Komunikasi Masssa
Suatu Pengantar, film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film
berita, film dokumenter dan film kartun.32
a. Film cerita (story film) merupakan film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang
film tenar dan film ini biasanya didistribusikan sebagai barang
dagangan.
b. Film berita (newsreel) adalah film yang mengkaji tentang fakta,
peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film
yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news
value) yang penting dan menarik.
c. Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty
sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment off
actually)”. Film dokumenter merupakan hasil dari interpretasi pribadi
(pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.
d. Film Kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian
besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa
karena kelucuan-kelucuan dari pada tokoh pemainnya, karena inti dari
tujuan film kartun adalah menghibur.
32
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.138-140.
26
5. Perkembangan Film di Indonesia
Film pertama yang diputar di Indonesia adalah film Lady Van Java
yang diproduksi di Bandung tahun 1926 oleh David. Film pada waktu itu
masih merupakan film bisu. Film bicara pertama di Indonesia berjudul
Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar berdasarkan
naskah seorang penulis Indonesia Saerun.33
Di penghujung tahun 1941 Perang Asia Timur Raya pecah. Dunia
filmpun berubah wajah. Perusahaan-perusahaan film, seperti Wong
Brothers, South Pacific, dan Multi Film diambil alih oleh Jepang, ketika
pemerintah Belanda sebagai penguasa di Indonesia menyerah kalah kepada
balatera Jepang34
.
Pada saat itu, semua perusahaan perfilman yang diusahakan oleh
Belanda dan Cina berpindah kepada pemerintah Jepang. Namun saat bangsa
Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6
Oktober 1945 perusahaan film diserahkan secara resmi kepada Pemerintah
Republik Indonesia.35
Sejak tanggal 6 Oktober 1945 lahirlah Berita Film Indonesia atau BFI
bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta, BFI pun
33
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 135. 34
Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung; Citra Aditya Bakti,
2003), h. 217. 35
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h.
135.
27
pindah dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara, yang pada akhirnya
mengganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional.36
Dengan menginjak dekade tahun 50-an, dunia film Indonesia
memasuki alam yang cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas
film nasional dalam bentuk perusahaan-perusahaan film. Garis grafik yang
menarik untuk mencapai puncaknya yaitu pada tahun 1955 dengan adanya
59 judul film. Pada tahun itulah diadakan Festival Film Indonesia (FFI)
pertama.37
Pada tahun 1959 grafik perfilman di Indonesia terus menurun dengan
hanya adanya 17 judul film. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya
produksi film. Pertama adalah pergolakan politik, seperti pemberontakan
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau perjuangan
semesta (PERMESTA), yang dengan sendirinya mempengaruhi bidang
ekonomi. Kedua, yaitu saingan dari film-film luar negri seperti India,
Filiphina, Melayu dan Amerika yang muncul dengan film-film
berwarnanya.38
Dunia perfilman semakin suram dengan adanya gerakan komunis PKI,
yang memanfaatkan politik sebagai panglima.hingga akhirnya kegiatan
mereka terhenti karena terjadinya peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965.
Kemudian tahun 1967 produksi film Nasional mulai kembali membaik dan
muncullah berbagai jenis dan tema film, sehingga memacu banyak produksi
36
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h.
136. 37
Onong Uchjana, Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi, (Bandung; Citra Aditya Bakti,
2003), h. 218. 38
Gatot Siagian, Menilai Film, (Jakarta; Dewan Kesenian Jakarta, 2006), h. 88.
28
film untuk memproduksi film, yang menyebabkan perfilman Indonesia
meningkat.39
Pada tahun 1970, film masih menunjukan udara segarnya dengan
dibantu oleh kebijaksanaan pemerintah Orde Baru. Pada tahun itu pulalah
berdiri Akademi Sinematografi dari Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
(LPKJ) yang kini dikenal dengan nama Institut Kesenian Jakarta (IKJ),
sebagai satu-satunya akademi di bidang perfilman.40
Karena ketidakjelasan skema investasi film di Indonesia, Usmar
Ismail mendirikan PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia).
Kemudian ditetapkanlah Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30
Maret, sehingga film baru diakui pemerintah pada masa pasca reformasi di
tahun 1999.
Perkembangan film Indonesia pasca reformasi semuanya dimulai pada
tahun 1998. Kemudian di awal tahun 2000, pencerahanpun mulai terjadi
pada dunia perfilman di Indonesia, dengan jumlah penonton yang semakin
meningkat. Sampai saat inipun perfilman Indonesia telah mengalami banyak
perubahan dan kemajuan, serta mampu bersaing dengan film-film luar negri,
terbukti dengan banyak diperolehnya penghargaan oleh sineas Indonesia di
ajang festival internasional.
C. Analisis Wacana
1. Konsep Analisis Wacana
39
Tony Ryanto, Film Indonesia Sudah Tumbuh, (Jakarta; Pintar Press, Persatuan
Perusahaan Film Indonesia), h. 38. 40
Gatot Siagian, Menilai Film, (Jakarta; Dewan Kesenian Jakarta, 2006), h. 89.
29
Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vak yang
memiliki arti „berkata‟ atau „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami
perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada dibelakang adalah bentuk
sufiks (akhiran) yang bermakna membedakan (nominalisasi). Dengan
demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Dalam
kamus bahasa Jawa kuno Indonesia karangan Wojowasito terdapat kata waca
yang berarti baca, wacaka berarti mengucapkan dan kata wacana berarti
perkataan.41
Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu
pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi,
sastra, dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik pengertian, definisi,
dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut.42
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisaannya
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagai ahli bahasa
mengalihkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana.43
Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam
komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka
fungsi (pragmatik) bahasa. Analisis wacana lahir karena adanya persoalan
41
Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana, (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2005), h. 3. 42
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media,
(Jakarta; Kencana, 2012), h. 16. 43
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 47.
30
dalam komunikasi, bukan hanya terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian
kalimat, serta fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih
kompleks dan inheren yang disebut wacana.44
Sebuah tulisan adalah sebuah wacana. Tetapi, apa yang dinamakan
wacana itu tidak perlu hanya sesuatu yang tertulis seperti diterangkan dalam
kamus Webster; sebuah pidato pun adalah wacana juga. Jadi, wacana bisa
dibagi menjadi wacana lisan dan wacana tertulis.45
Analisis wacana tidak
terlepas dari pemaknaan kaidah berbagai cabang ilmu bahasa, seperti halnya
semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi.46
Secara sederhana, wacana merupakan cara objek atau ide
diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas. Sedangkan secara umum wacana
merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonmental bahasa.47
Secara ringkas dan sederhana, teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa
terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan, karena itulah ia
dinamakan analisis wacana.48
44
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 48. 45
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10. 46
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 48. 47
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 11. 48
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000),
h. 344.
31
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Wacana menurut Van Dijk merupakan bangunan teoritis yang abstrak
(the abstrack theoretical construck).49
Wacana belum dapat dilihat sebagai
perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan wacana adalah teks.50
Van Dijk
melihat wacana lebih kepada wacana tulis atau teks. Van Dijk melihat suatu
teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang satu sama yang lain
berhubungan dan saling mendukung yang dibaginya ke dalam tiga tingkatan,
yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Makna global dari
suatu teks didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya mempengaruhi
pemilihan kata dan kalimat.51
Dalam pandangan Van Dijk segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen-elemen seperti tematik, skematik, semantik, sintaksis,
stilistik, dan retoris. Meski terdiri dari beberapa elemen, semua elemen itu
merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan, dan mendukung satu sama
lainnya. Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen struktur wacana
tersebut, berikut adalah penjelasan singkat mengenai elemen-elemen tersebut:
a. Teks
1) Struktur Makro
a. Tematik
49
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media,
(Jakarta; Kencana, 2012), h. 17. 50
Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang; Bayu Media, 2003), h. 4. 51
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000),
h. 225-226.
32
Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks.
Disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari
sebuah teks. Topik menunjukkan informasi yang paling penting atau
inti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dari topik ini
kita bisa mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh
komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tindakan, keputusan,
atau pendapat dapat diamati pada struktur makro dari suatu masalah.52
Tema sebuah wacana akan tampak dalam pengembangan
wacana. Temapun akan memandu alur pengembangan sebuah wacana
lisan maupun tulisan.53
Intinya, tematik merupakan strtuktur yang
menjelaskan tentang tema yang diambil dari sebuah film.
2) Superstruktur
a. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti. Jadi, jika topik menunjukkan makna umum dari suatu
wacana, maka struktur skematik atau suprastruktur menggambarkan
bentuk umum dari suatu teks.54
52
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000),
h. 230. 53
JD Parera, Teori Semantik, (Jakarta; Erlangga, 2004), h. 233. 54
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 231.
33
Alur memberikan tekanan dalam suatu teks, bagian mana yang
berada di awal, dan bagian mana yang berada di akhir, hal itu juga
bisa sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi yang penting.
Intinya skematik merupakan bentuk umum dari sebuah teks yang
berkaitan dengan judul. Skematik mempelajari tentang bagaimana alur
atau suasana teks dibuat.55
3). Struktur Mikro
a. Semantik
Pengertian umum semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang
menelaah makna suatu bahasa. Semantik dalam skema Van Djik
dikategorikan sebagai makna lokal, yakni makna yang muncul dari
hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun
makna tertentu dalam suatu bagunan teks. Semantik tidak hanya
mendefinisikan bagian mana yang terpenting dari struktur wacana,
tetapi juga yang mengiringi kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa.
Pada intinya, semantik membahas tentang makna yang ditekankan
dalam sebuah teks dan membahas tentang hubungan antar kalimat
yang mempunyai makna tertentu dalam sebuah teks yang mempunyai
makna tersirat.
Terdapat beberapa strategi semantik yaitu pertama; latar. Latar
merupakan bagian berita atau cerita yang mempengaruihi semantik
(arti) yang ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan kemana arah
55
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 78.
34
pandangan khalayak dibawa. Tujuan dari latar teks ini adalah
membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat teks.
Kedua; detail. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator/penulis skenario).
Komunikator menampilkan informasi yang menguntungkan dirinya
dan citra baik secara berlebihan dan digambarkan secara mendetail.
Dalam hal ini penulis skenario secara sengaja membuat sesuatu secara
mendetail dengan tujuan menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
Ketiga; maksud. Elemen ini hampir sama dengan detail. elemen
maksud melihat informasi yang menuntungkan komunikator dan akan
dirugikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang
merugikan akan disampaikan secara tersamar, implisit dan
tersembunyi. Tujuan akhir dari maksud adalah memberikan informasi
yang menguntungkan komunikator. Keempat; peranggapan. Elemen
ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna
suatu teks, dan biasanya pernyataan tersebut dipandang terpercaya
sehingga tidak perlu dipertanyakan kembali. Disebut peranggapan
karena pernyataan tersebut merupakan kenyataan yang belum terjadi,
namun didasarkan pada anggapan yang masuk akal.56
b. Sintaksis
Secara terminologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani
(sun = dengan + tattei = menempatkan), berarti menempatkan
56
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 78-79.
35
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dapat
dikatakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, kalusa, dan frase.
Inti dari sintaksis adalah mengelompokkan kata-kata menjadi sebuah
kalimat.57
Dalam sintaksis ada beberapa strategi elemen yang mendukung,
pertama; koheren. Koheren adalah pengaturan secara rapi kenyataan
dan gagasan, fakta, ide yang menjadi suatu untaian yang logis
sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya. Koherensi
dalam analisis wacana adalah pertalian dan jalinan antar kata,
proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang
menggambarkan fakta berbeda dapat dihubungkan dengan memakai
koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat
menjadi berhubungan ketika komunikator menghubungkannya.
Koherensi dapat ditampilkan melalui sebab akibat, bisa juga sebagai
penjelas dan mudah untuk diamati. Di antaranya kata hubung yang
dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan
makna berlainan ketika hendak menghubungkan proposisi.58
Kedua; bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah bentuk sintaksis
yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas,
logika kausalitas, akan diterjemahkan dalam bahasa menjadi susunan
57
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 80. 58
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 81.
36
subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk
kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam
kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subjek dari
pernyataannya, sedangkan dari struktur pasif seseorang menjadi objek
dari pernyataannya. Penempatan itu dapat mempengaruhi makna
timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan
kepada khalayak.59
Ketiga; kata ganti. Kata ganti merupakan elemen untuk
memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.
Kata ganti timbul untuk menghindari pengulangan kata dalam
kalimat-kalimat berikutnya dan menghindari segi-segi yang negatif.
Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam
wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat
menguraikan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan
bahwa sikap tersebut adalah sikap resmi komunikator semata-mata.
Tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadi sikap tersebut
sebagai representasi dari sikap bersama dari suatu komunitas
tertentu.60
59
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 81. 60
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82-83.
37
c. Stilistik
Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan
seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksud dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana. Apa yang disebut gaya bahasa
itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan
dan tulisan, ragam sastra dan ragam non sastra, karena gaya bahasa
adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang
tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya
bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks secara
tertulis. Intinya, stilistik merupakan kata yang digunakan untuk
mengkonstruksi wacana, atau gaya bahasa yang digunakan oleh
penulis.61
d. Retoris
Strategi dalam level retoris merupakan gaya yang diungkapkan
ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya dengan pemakaian
kata yang berlebihan (hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris
mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana
pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak.62
Van Dijk membagi elemen retoris menjadi tiga bagian, pertama;
grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
61
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 82. 62
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 83-84.
38
seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana skenario, grafis
biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan
tulisan lain (pemakaian huruf tebal, miring, garis bawah, dan huruf
yang dibuat dengan ukuran besar). Bagian yang ditulis berbeda adalah
bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia
menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian
tersebut.63
Kedua; metafora. Metafora merupakan ornamen atau bumbu
dari suatu berita atau script film. Metafora tertentu dipakai oleh
pembuat teks secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan
pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Pembuat
teks menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,
peribahasa, pepatah, petuah, leluhur, kata-kata kuno, yang semuanya
dipakai untuk memperkuat pesan utama.
Ketiga: ekspresi. Ekspresi dimaksudkan untuk membantu
menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang
disampaikan. Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa
yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam teks tertulis, ekspresi
ini muncul misalnya dalam bentuk grafis, gambar atau foto,
sedangkan dalam film, ekspresi biasanya muncul dari wajah pemain
63
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000),
h. 259.
39
atau biasanya kalimat yang dilontarkan yang berasal dari teks
skenario. 64
b. Kognisi Sosial
Kognisi sosial adalah titik kunci dalam memahami sebuah produksi
teks atau cerita, maksudnya adalah selain meneliti teks, penulis juga
meneliti proses terbentuknya teks. Kognisi sosial menggambarkan
bagaimana kesadaran mental penulis skenario membentuk teks. Untuk
mengetahui hal tersebut, maka diperlukan wawancara mendalam kepada
penulis skenario.65
c. Konteks Sosial
Menurut Van Dijk, wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk
meneliti suatu teks perlu dilakukan wawancara seputar bagaimana wacana
tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Pada
intinya, konteks sosial itu berhubungan dengan pengetahuan yang
berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana.66
64
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259. 65
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000),
h. 259-260. 66
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM CINTA TAPI BEDA
A. Latar Belakang Pembuatan Film Cinta Tapi Beda
Film Cinta Tapi Beda merupakan film bergendre Drama dengan durasi 96
menit yang diproduksi oleh Multivision Plus Picture (MVP Picture).“Bikin film
itu yang dekat sama kamu, itu pointnya” ungkap Hestu Saputra sebagai Sutradara
dalam film Cinta Tapi Beda saat diwawancarai. Film ini merupakan kisah nyata
yang dialami oleh sang Sutradara itu sendiri, ia beragama Katolik dan kekasihnya
beragama Islam. Selain itu banyak dikalangan masyarakat yang memiliki
permasalahan yang sama dengannya.
Hestu Saputra dilahirkan dan dibesarkan di Jawa, tepatnya di kota
Yogyakarta. Kakek dan Neneknya berkepercayaan kejawen. Seiring
perkembangan zaman, keluarga mereka butuh sesuatu yang konkrit dan akhirnya
mereka memilih agama Katolik sebagai agama mereka. Dalam keluarga besarnya
tidak sedikit saudara-saudaranya yang melangsungkan pernikahan beda agama.
Kakak dari Hestu Saputra sendiri adalah seorang mualaf. Jadi dalam keluarga
besarnya memang terjadi hal seperti itu. Dan atas dasar itulah Hestu Saputra
memberikan ide cerita dengan latar belakang persoalan tersebut kepada Hanung
Bramantyo yang saat itu adalah gurunya bahwa ia ingin membuat film yang
melatar belakangi tentang percintaan beda agama. Akhirnya ide itu diterima oleh
41
Hanung Bramantyo dan mereka sepakat membuat film dengan tema besar
percintaan beda agama tersebut.1
Sebelum ia membuat film ini ia melakukan observasi terlebih dahulu
dengan mendatangi orang-orang dan menceritakan tentang film yang ingin ia buat.
Respon dari orang-orang tersebut sangat baik, bahkan mereka menceritakan
kembali permasalahan serupa yang dialami oleh saudara atau kerabat mereka.
Orang-orang yang ditanyaipun tidak hanya orang Katolik saja, bahkan ada orang-
orang dari kalangan muslim, mualaf, dan agama yang lain. Bahkan ia sempat
pergi ke bogor, tepatnya ke kaki gunung salak untuk menenangkan diri. Disana ia
juga meminta saran tentang film yang ingin dibuat kepada penjaga yang ada
disana. Sama seperti yang lainnya, ia juga menceritakan kembali bahwa ada
beberapa temannya, bahkan ada beberapa tetangganya juga begitu. Dari situlah
Hestu Saputra semakin kuat untuk membuat film tentang percintaan beda agama
tersebut.2
B. Latar Belakang Pemilihan Artis
Artis yang menjadi pemeran utama dalam film Cinta Tapi Beda tidak
diambil dari artis-artis papan atas, melainkan dari artis yang baru memulai
karirnya. Hal ini diangkat oleh sutradara, Hestu Saputra karena ia ingin membuat
filmnya menjadi lebih nyata. Selain itu hal ini bertujuan agar pesan dalam film
tersebut mudah diterima oleh penonton. Reza Nangin merupakan salah satu
pemeran utama dalam film Cinta Tapi Beda, ia berperan sebagai Cahyo. Dalam
film tersebut Reza berperan sebagai orang yang beragama Islam, walaupun
1 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
2 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
42
sebenarnya Reza sendiri beragama Kristen. Begitupun dengan Agni Pratistha yang
berperan sebagai Diana dalam film Cinta Tapi Beda. Dalam film tersebut Agni
berperan sebagai orang yang beragama Kristen, walaupun sebenarnya Agni
sendiri beragama Islam. Hal ini dilakukan oleh Hestu Saputra sebagai sutradara
agar mereka dapat belajar dan mendalami karakternya masing-masing dengan
mengetahui agama yang lain.3
C. Sinopsis Film Cinta Tapi Beda
Cerita berawal dari seorang pemuda bernama Cahyo yang diperankan oleh
Reza Nangin. Cowok ganteng asal Kota Gudeg Yogya ini bekerja sebagai chef di
Jakarta. Cahyo sendiri anak pertama dari pasangan Fadholi dan Munawaroh,
sebuah keluarga muslim yang taat beribadah. Saat itu Cahyo sedang berusaha
menghibur diri dari luka hati karena diselingkuhi oleh kekasihnya yang bernama
Mitha. Suatu saat Cahyo bertemu dengan Diana saat ia pergi ke pertunjukan tari
kontemporer yang dibimbing oleh bu’lenya (Mbak Diyah).
Diana merupakan mahasiswi cantik jurusan seni tari bimbingan bu’lenya
Cahyo. Diana adalah gadis asal Padang. Diana sendiri tinggal bersama om dan
tantenya di Jakarta, dan keluarga Diana merupakan penganut Katolik yang taat
beribadah. Om Diana bernama Om Thalib menikah dengan Istrinya yang
beragama Islam. Mereka menjalankan kehidupan rumah tangga dengan berbeda
agama. Walaupun mereka berbeda agama tetapi kehidupan rumah tangga mereka
bisa dibilang cukup harmonis. Disini diceritakan bahwa Diana sangat menyukai
masakan berupa babi rica-rica yang memang diharamkan dalam keluarga muslim.
3 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
43
Setelah Cahyo bertemu dengan Diana pada saat itu, mereka jadi sering
bertemu dan akhirnya hubungan mereka menjadi semakin dekat. Sampai pada
akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan meski berbeda
keyakinan. Tetapi mereka sama-sama menghargai keyakinan masing-masing.
Waktu terus berlanjut hingga mereka serius untuk melanjutkan ke jenjang
pernikahan.
Masalah bermula pada saat Cahyo mengajak Diana untuk bertemu dengan
Keluarganya di Yogya. Tepat pada saat itu disana ada acara Khitanan adik ketiga
Cahyo yang bernama Lintang. Diana sangat khawatir akan keputusan Cahyo yang
ingin mengenalkannya kepada keluarganya. Setelah mereka sampai di kediaman
Cahyo yang berada di Yogya, Diana menjadi sorotan mata semua orang yang
berada di sana. Bukan hanya karena Diana dikenalkan sebagai calon istri Cahyo,
tetapi karena di leher Diana tergantung kalung salib yang menjadi simbol pemeluk
agama Kristen. Sedangkan seluruh keluarga Cahyo adalah Muslim yang taat
beribadah. Ibunda Cahyo sendiri bisa memaklumi cinta antara dua sejoli tersebut,
namun tidak dengan ayahnya, Fadholi. Ayah Cahyo tersebut sampai kapanpun
tidak akan memberi restu hubungan tersebut, bahkan sang ayah mengancam akan
memutuskan tali hubungan keluarga dengan anaknya, bila Cahyo sampai nekat.
Di lain pihak, ibunda Diana pun juga keberatan dengan pilihan putrinya
tersebut. Ia ingin Diana meninggalkan Cahyo dan tetap memeluk agama Katolik,
karena Kakak-kakak Diana, termasuk om dan tantenya telah meninggalkan
keyakinan mereka dengan menikahi orang yang beragama selain Katolik. Diana
tidak bisa membohongi hatinya bahwa ia sudah sangat mencintai Cahyo,
44
begitupun dengan Cahyo. Saat itu Cahyo terus berusaha menemui ibunda Diana
untuk membicarakan semuanya tetapi Ibunda Diana tidak ingin mendengarnya.
Waktu berlalu, tapi Cahyo dan Diana masih sulit untuk melupakan satu sama lain.
Karena mereka disatukan bukan oleh keyakinan tapi oleh cinta.
Perjuangan cinta mereka tidak berhenti sampai disitu saja, Diana dan
Cahyo diam-diam masih saling berhubungan meskipun hubungan mereka dilarang
oleh keluarga mereka masing-masing. Suatu hari mereka pergi ke Kantor Urusan
Agama (KUA) untuk menanyakan tentang pernikahan beda agama di Indonesia.
Disana mereka dijelaskan bahwa salah satu dari mereka harus pindah keyakinan
jika ingin menikah. Diana dan Cahyo keberatan dengan peraturan ini. Mereka
berdua tetap berpegang teguh dengan keyakinan mereka masing-masing. Saat itu
juga mulailah mereka bimbang akan nasib hubungan mereka kedepannya.
Pada saat Diana selesai melaksanakan ujian tari, ibunda Diana
mengenalkan seorang lelaki yang berprofesi sebagai dokter kepada Diana. Lelaki
itu bernama Oka. Dokter Oka adalah teman satu Gereja ibunda Diana. Ibunda
Diana berniat menjodohkan anaknya dengan Dokter tersebut, tetapi Diana
menolak perjodohan tersebut, karena ia sangat mencintai Cahyo. Pada hari itu
juga Cahyo menemui ibunda Diana dan menyatakan bahwa ia ingin melamar
Diana. Saat itu Ibunda Diana marah besar kepada Cahyo dan tidak
mengizinkannya untuk mendekati Diana lagi. Karena sampai kapanpun juga
ibunda Diana tidak akan merestui hubungan mereka berdua.
45
Untuk menuruti keinginan sang bunda dan demi kesehatan beliau, Diana
akhirnya pulang ke Padang dan menerima perjodohannya dengan dokter Oka,
lelaki pilihan sang ibu yang memiliki keyakinan yang sama. Diana mencoba
menutup hati untuk Cahyo. Cahyopun melewati masa terburuk dalam hidupnya
dan memilih pulang ke Yogyakarta. Dengan kejadian tersebut, bagi Cahyo, Diana
tak ada bedanya dengan Mitha yang lebih memilih laki-laki lain dari pada dia.
Sedangkan di Padang, Diana berusaha mencintai calon suaminya dan Oka
berusaha membantu Diana untuk melupakan sang mantan.
Saat hari pernikahan Oka dan Diana tiba, Diana mencoba untuk
memberitahu Cahyo melalui telepon tentang pernikahannya, tetapi Cahyo tidak
merespon teleponnya. Di Gereja pada saat ikrar pernikahan Katolik diucapkan,
Diana hanya terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan pendeta. Akhirnya Oka
membatalkan pernikahannya dengan Diana. Dengan alasan bahwa ia tidak mau
Diana menikah dengannya karena terpaksa dan tanpa mencintainya sehingga
nantinya tidak bahagia. Saat itu juga Diana tersungkur di pangkuan ibunya,
meminta maaf pada ibunya bahwa ia tidak bisa menikai Oka dan berjanji akan
menjadi anak berbakti. Ibu Diana tak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya ibu
Diana memberikan kebebasan pada anaknya jalan mana yang akan diambil oleh
Diana.
Saat tahu Diana menikah, akhirnya Cahyo bergegas untuk pergi ke
Padang. Ia meminta restu pada ibunya, namun ibunya mengatakan untuk meminta
restu juga pada ayahnya. Setelah Cahyo meminta dan memaksa meminta restu
46
pada ayahnya, ayahnya pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan memberikan
kebebasan pada Cahyo untuk memilih jalannya. Cahyo menyusul Diana ke
Padang dan mereka pun bertemu.
Pada akhirnya mereka bertemu kembali. Tetapi tidak diceritakan apa yang
mereka lewati setelah pertemuan itu. Karena setiap orang memiliki jalan hidupnya
masing-masing, dan semua orang yang mengalami kasus percintaan beda agama
memiliki jawabannya masing-masing. Jadi akhir dari film tersebut sepenuhnya
diserahkan kepada seluruh penonton yang menilainya.
“Karena dari awal bangunannya ya memang tidak bisa diwakili oleh
personal siapapun. Ketika nanti saya memilih mereka menikah terus
bahagia,saya takutnya nanti malah mendoktrin penonton. Saya gak mau
itu. Jadi ya biarin, yang ngejalanin ya jalanin, kalo bingung ya mereka bisa
konsultasi dengan orang-orang terdekatnya mana jalan yang terbaik,
mereka punya jalanan hidupnya masing-masing kok”.4
D. Tim Produksi Film Cinta Tapi Beda
1. Biografi Hanung Bramantyo Sebagai Sutradara Film Cinta Tapi Beda
Sutradara yang memiliki nama asli Setiawan Hanung Bramantyo yang
biasa akrab dipanggil Hanung Bramantyo ini lahir di Yogyakarta pada 1
Oktober 1975. Hanung Bramantyo pernah kuliah di Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia (UII) namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah
itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan
Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).5
4 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
5 Wikipedia, http/wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo, diakses pada tanggal 19
September 2013, pukul 13.00 WIB.
47
Suami dari artis Zaskia Adya Mecca ini memulai karirnya sebagai
seorang sutradara sekitar tahun 2000. Pada saat itu ia banyak membuat
sinetron-sinetron, FTV, dan film pendek. Hanung Bramantyo merupakan
sutradara senior yang telah banyak mendapatkan penghargaan-penghargaan
atas film-filmnya. Dalam Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai
sutradara terbaik lewat film arahannya yang berjudul Brownies dan meraih
Piala Citra. Ia juga dinominasikan sebagai sutradara terbaik untuk film cerita
lepasnya, Sayekti dan Hanafi. Namun, yang kemudian mendapatkan
penghargaan adalah Guntur Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia 2007
ia kembali terpilih sebagai sutradara terbaik melalui film Get Married.6
Nama Hanung Bramantyo kembali booming di dunia perfilman pada
tahun 2008 lewat film Ayat-Ayat Cinta, sebuah film religi yang diangkat dari
novel sukses karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama. Film
ini berhasil meraih 1,5 juta penonton selama sembilan hari masa tayang di
bioskop. Hanung Bramantyo sangat menikmati perannya sebagai sutradara
dengan tema film religius.Beberapa karya yang dihasilkan dari tangan
dinginnya. Meskipun sempat dijuluki sebagai sutradara film religius, Hanung
justru ingin lebih dikenal sebagai sutradara yang mengedepankan
keyakinannya dalam melawan kebodohan dan keawaman masyarakat akan
keadaan di sekitar mereka.7
6 Wikipedia, http/wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo, diakses pada tanggal 19
September 2013, pukul 13.08 WIB. 7 Gemintang, http://gemintang.com/dunia-film-musik/hanung-bramantyo-dan-karya-
karyanya diakses pada tanggal 19 September 2013, pukul 13.15 WIB.
48
2. Biografi Hestu Saputra Sebagai Sutradara dan Penulis Skenario Film
Cinta Tapi Beda
Sutradara yang memiliki nama asli Reni Nur Cahyo Hestu Saputra
yang biasa akrab dipanggil Hestu ini lahir di Yogjakarta pada tanggal 31
Juli 1985. Ia lahir dalam keluarga Katolik. Ia adalah salah satu dari
mahasiswa lulusan Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) dalam
bidang Penyiaran TV. Ia bergabung bersama komunitas film di jogja dan
sering membuat film-film saat disana. Salah satu alasan ia ke Jakarta adalah
ia ingin membuat sebuah film nasional dan tidak hanya terpaku di
Yogyakarta saja.8
Awal mula ia bergabung dengan Dapur Film (sanggar kreatif untuk
film dan drama Hanung Bramantyo) ia hanya seorang Mahasiswa yang
magang. tepat pada tahun 2007 ia magang disana dan menjadi penulis script
dalam film Get Married. Walaupun pada saat itu yang dia inginkan adalah
magang menjadi sutradara, tetapi saat itu juga kesutradaraan sedang penuh.
Setelah film Get Married selesai, ia menjadi sutradara dalam film Sundel
Bolong. Dalam film tersebut ia ditugaskan menjadi pemeran sekaligus
sutradara oleh Hanung Bramantyo.9
Setelah magang menjadi seorang sutradara di Jakarta, ia kembali ke
Yogja dan menyusun laporan-laporan hasil magangnya tersebut. Disana ia
kembali membuat film dan mengaplikasikan seluruh ilmu yang ia dapatkan
8 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
9 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
49
selama magang di Jakarta. Pada tahun 2009 ia kembali diajak oleh Hanung
Bramantyo ke Jakarta untuk menjadi asisten ke dua dalam film Janda
Kembang. Pertama kali ia menjadi Co-director pada tahun 2009 dalam film
Get Married 2. Saat itu ia bersama Iqbal Rais dan dilepas oleh Hanung
Bramantyo. Itu menjadi ujian pertama bagi dia. Setelah film itu selesai ia
mulai dilepas oleh Hanung Bramantyo untuk membuat film sendiri.10
Dimana Ada Surga merupakan film pendek pertama yang ia directori.
Setelah itu ia membuat FTV dan video clip sendiri karna sudah dilepas oleh
Hanung Bramantyo. Film layar lebar pertama yang ia buat adalah film
Pengejar Angin pada tahun 2011. Film ini memiliki dua nominasi dari
Sembilan kategori dalam Festival Film Indonesia (FFI). Pada tahun 2012 ia
berhasil membuat satu film layar lebar lagi, yaitu film Cinta Tapi Beda.
Penghargaan yang didapat dalam film Cinta Tapi Beda adalah:11
1. Asean International Film Festival & Awards (AIFFA) 2013 -ASEAN
Spirit Award
2. Melbourne Indonesia Film Festival – Screening
3. Perth Indonesia Film Festival – Screening
3. Crew Film Cinta Tapi Beda
Tabel 3.1
Crew Film Cinta Tapi Beda
Tim Produksi Nama Crew
Diproduksi oleh Multivision Plus (MVP Picture)
Sutradara Hestu Saputra, Hanung Bramantyo
10
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013. 11
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
50
Crew Nama Crew
Produser Raam Punjabi
Produser Eksekutif Gobind Punjabi
Pimpinan Kreatif Raakhee Punjabi
Produser Superfisi Albert Limboro
Produser Livi Ari Seftilia
Penulis Skenario Taty Apriliyana, Perdana Kartawiyudha, Novia
Faizal
Ide Cerita Hanung Bramantyo, Hestu Saputra
Supervisi Fotografi Faozan Rizal
Penata Fotografi Batara Goempar Siagian
Penyunting Gambar Wawan I Wibowo
Penata Musik Erros Chandra, Ferry Efka
Penata Suara Satrio Budiono, Sutrisno
Paska Produksi Andi A. Manoppo
Koordinator Casting Zaskia Adya Mecca, Riri Pohan
Penata Artistik Benny Lauda
Penata Rias & Busana Retno Ratih Damayanti
4. Tokoh Pemain Film Cinta Tapi Beda
Tabel 3.2
Tokoh Pemain Film Cinta Tapi Beda
Tokoh dalam film Nama Pemeran
Cahyo Fadholi Reza Nangin
Diana Fransisca Agni Pratistha
Oka Choky Sitohang
Mitha Ratu Felisha
Bunda Diana Jajang C Noer
Om Roland Supit Leroy Osmany
Tante Stella Ayu Dyah Pasha
David Hudson Prananjaya
Made Haris Gepeng
Dyah Murtiwi Nungky Kusumastuty
Pak Biakto August Melasz
Cook Cafe Ari Galih, Anto Galon
Waiters Cafe Shara, Deni Javer, Airi, Mila, Zakaria, Albera,
Feri
Pemain Band Cafe Hery Koplo, Reinaldo, Edo, Eko
Fadholi (Ayah Cahyo) Suharyoso
Lestari (Ibunda Cahyo) Sitoresmi
Retno Fadholi Rara Nawangsih
Lintang Fadholi Nokky
51
Tokoh dalam film Nama Pemeran
Ibu di Khitanan Mbah Dar, Isma
Pemuda Panitia Ibnu Gundul
Petugas KUA Urip Arphan
Penari Danang Cahyo, Luluk Ari Prasetyo, Chitra, Novi
Dosen Elly D Luthan, Eko Supriyanto, Katia Angel, Toto
Annoncher Tari Esti Haryani
Pelanggan Cafe Hanung Bramantyo
Pak Lurah Marwoto
Tukang Pijat Pak Lurah Ratna
Arum Puti
Anak Pak Lurah Indah
Pacar Mitha Agus Kuncoro
Ustadz Suryadin Tanjung
Ustadz Jogja Riyanto
Pastur Marcellinus Roselawanto
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film Cinta Tapi Beda
Dilihat Dari Level Teks
Sesuai dengan model analisis wacana Teun A Van Dijk, wacana teks
terdiri dari tiga struktur atau tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur,
struktur mikro, yang masing-masing saling mendukung.
1. Struktur Makro
a. Tematik
Tema atau topik menggambarkan apa gagasan inti atau pesan inti, yang
menunjukkan informasi penting yang ingin diperkenalkan atau diungkapkan
oleh penulis skenario dalam film “Cinta Tapi Beda”. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan sutradara sekaligus penulis skenario film Cinta Tapi
Beda yaitu Hestu Saputra dalam film Cinta Tapi Beda topik utama atau tema
umum yang diangkat oleh sang penulis skenario yaitu tentang kisah dua
manusia yang berbeda keyakinan yang berisi mengenai persoalan:
1. Tentang Toleransi Beda Agama
Toleransi antar umat beragama merupakan salah satu tema besar
dalam film ini. Dalam film ini sang sutradara mengangkat toleransi
antara agama Islam dengan agama lainnya. Hestu Saputra sebagai
sutradara dalam film Cinta Tapi Beda membuat film ini berdasarkan
tema besar yaitu sebuah kerukunan antar agama, serta toleransi antar
53
umat manusia yang berbeda-beda agama. Sedangkan agama yang
diceritakan dalam film ini lebih kepada agama Islam dengan Katolik,
hal ini diambil dari kisah hidupnya sendiri. Ia yang beragama Katolik
dan kekasihnya yang beragama Islam. Dalam film Cinta Tapi Beda
sang sutradara menukar agama tersebut dengan kisah hidupnya yang
asli, Diana berperan sebagai Katolik, sedangkan Cahyo Islam. Banyak
sekali toleransi yang diperlihatkan dalam film ini. Hal ini ditujukan agar
semua orang dapat memahami perbedan serta mengerti arti dari sebuah
kerukunan antar agama.
“Biar orang-orang tertentu itu tau bahwa kita ini kan hidup
berbeda-beda dengan lima agama. Nah maksud aku itu ada
keseimbangan disitu. Mau membicarakan kerukunan sih
sebenarnya, toleransi.”1
Tidak sedikit adegan yang memperlihatkan toleransi beda agama
dalam Film ini. Salah satu contohnya adalah Cahyo yang berperan
sebagai agama Islam dalam film ini tinggal satu atap dengan kedua
sahabatnya yang beragama Katolik dan Hindu. Mereka saling
bersahabat dan sangat akrab, mereka sangat menghargai agama satu
sama lain. Mereka tidak menjadikan itu suatu masalah yang sangat
besar. Hal itu dapat dilihat dari persahabatan mereka yang lekat.
Tolernsi juga sangat erat antara hubungan antara Diana dan Cahyo.
Dalam segi Ibadah, Diana sangat menghargai Cahyo begitupun
sebaliknya. Hal ini diperlihatkan dalam adegan saat Diana menunggu
Cahyo yang sedang Sholat di Masjid, ia menunggu di depan Masjid
1 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
54
dengan sabar. Sedangkan dalam segi makanan, Diana yang menyukai
babi rica-rica sangat menghargai Cahyo yang tidak boleh makan
makanan tersebut. Mereka selalu mencari tempat makan yang bisa
mereka makan masing-masing.
Selain Diana dan Cahyo, toleransi dalam film ini juga sangat
diperlihatkan oleh keluarga Om dan Tante Diana yang notabennya
mereka sudah menikah dan agama mereka berbeda, yaitu Islam dan
Katolik. Tante Diana yang beragama Islam sangat menghargai
Suaminya yang beragama Katolik. Hal ini diperlihatkan dalam adegan
saat mereka makan bersama dengan Cahyo dan Diana, Tante Diana
sering memasak babi rica-rica kesukaan Diana dan Omnya, tetapi ia
juga membuat makanan untuk Cahyo dan dirinya. Keluarga Tante dan
Om Diana sangatlah harmonis walaupun mereka menikah dengan
keyakinan yang berbeda, yaitu Islam dan Katolik.
Keluarga Cahyo juga sangat toleransi dalam hal perbedaan agama.
Hal ini dapat dilihat dalam adegan saat Diana berkunjung ke rumah
Cahyo yang berada di Yogyakarta, saat itu Diana mengunakan kalung
salib dan Cahyo tidak ingin ia melepasnya karna menurutnya
keluarganya sangat toleransi akan hal tersebut. Ibu dan adik Cahyo
sangat menerima Diana di rumahnya, tapi Ibu Cahyo keberatan dengan
kalung yang digunakan oleh Diana. Sedangkan Ayah Cahyo tidak bisa
menerima kedatangan Diana karena menurutnya Diana bukan calon
yang tepat untuk Cahyo, ia berbeda keyakinan dengan keluarga Cahyo.
55
Tabel 4.1
Tentang Toleransi Beda Agama
Scene Toleransi Beda Agama Skenario dan Keterangan
7 Gambar 4.1 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Cahyo: Laper ndak?
Made dan David: Banget Yo
Cahyo: Gimana kalau
malam ini aku traktir nasi
goreng yang lewat?
Made: Wahhh
Cahyo: Wih ekspresinya
bagus, kamu dapat telur dua
Made: Makasih Yooo
David: Mbo‟ yo masake
dirumah opo gitu, ini nasi
goreng yang lewat, bosen
Made: Ga apa-apa yang
penting gratis
Cahyo: Ya udah David ga
usah ya?
Ket: Toleransi beda agama
diperlihatkan oleh Cahyo
yang tinggal satu atap
dengan dua sahabatnya yang
beragama Hindu dan
Katolik. Mereka terlihat
sangat akur dan saling
menghargai kepercayaan
masing-masing.
21 Gambar 4.2 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Diana: Sebelum makan
berdoa dulu
Cahyo: Iya
Diana: Udah, makan yuk
Ket: Cahyo dan Diana
makan di sebuah tempat
makan dan mereka makan
makanan favourit mereka,
Diana memakan babi rica-
rica dan Cahyo memakan
makanan halal yang ada di
tempat makan tersebut.
Mereka saling menghargai
masing-masing makanan
pilihan mereka dan berdoa
menurut keyakinan mereka.
56
Scene Toleransi Beda Agama Skenario dan Keterangan
22 Gambar 4.3 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Pria: Neng gak
sholat?Diana: Engga pak
Pria: Cantik-cantik kok ga
sholat?
Diana: Saya non-Muslim
pak
Pria: Lah Neng ngapain
disini?
Diana: Nungguin temen
Pria: Wah cantiknya
nambah tuh Neng
Ket: Diana dengan sabar
menunggu Cahyo yang
sedang Sholat di depan
Masjid.
24 Gambar 4.4 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Om Roland: Cahyo, Tante
hari ini masak dua versi.
Versi pertama Om dan
Diana, versi kedua Cahyo
dan Tante. Nah ini yang
merah ini babi merah, ini
babi panggang, dan ini babi
rica. Yang lain halal, alat
masaknya juga dibedakan.
Tante Stela: tante juga udah
buatin ikan bakar sambal
dabu-dabu, terus ada daun
pepaya, terong, sama ayam
rica-rica.
Ket: Cahyo makan bersama
dengan keluarga Diana.
Tante Stela yang beragama
Islam memasak makanan
halal untuk dirinya dan
Cahyo. Tante Stela juga
memasak makanan
kesukaan Suaminya dan
Diana yaitu Babi rica-rica.
57
Scene Toleransi Beda Agama Skenario dan Keterangan
42 Gambar 4.5 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Diana: Yo, aku lepas
kalung aku aja kali ya?
Cahyo: Gak usah, Bapak
aku orangnya toleransi kok,
kamu ga perlu khawatir
Ket: Diana ingin melepas
kalung salibnya saat ingin
ke rumah Cahyo tetapi
Cahyo menolaknya karena
menurutnya Ayah dan
keluarganya sangat
mengerti akan toleransi
beda agama.
43 Gambar 4.6 Potongan Adegan;
Toleransi Beda Agama
Cahyo: Ini Diana Bu
Ibu: Ah Diana, cantik
kamu
Cahyo: Aku ndak salah
pilih kan Bu?
Ibu: Enggak
Cahyo: Cantik, hatinya yo
cantik seperti Ibu
Ibu: Iya. Retno, ajak Mbak
Diana ke kamarnya
mungkin Mbak Diana mau
rebahan dulu ya.
Ket: Ibunda Cahyo
menerima kedatangan
Diana ke rumahnya dengan
baik dan ramah. Walaupun
Ibunda Cahyo kurang
setuju jika saat itu Diana
menggunakan kalung Salib
agar menghormati
Bapaknya.
2. Tentang Cinta Beda Agama
Cinta beda agama merupakan tema besar juga dalam film ini. Sama
halnya seperti dalam judul film ini yaitu Cinta Tapi Beda, terdapat
beberapa perbedaan antara dua manusia yang saling mencintai dalam
58
film ini. Salah satunya adalah perbedaan agama. Hal ini merupakan
salah satu problema besar dalam film ini. Perbedaan yang diambil
dalam film ini adalah perbedaan antara agama Islam dan Katolik. Hal
ini diambil dari kisah sang Sutradara sendiri.
Menurut sang sutradara banyak masyarakat yang mengalami hal
serupa dengan apa yang ia alami tersebut. Bahkan keluarnya sendiri
banyak yang melangsungkan kawin campur.2 Masalah mereka hanyalah
satu, yaitu perbedaan keyakinan. Sebagian orang berfikir bahwa itu
adalah suatu masalah dan hambatan yang besar, tetapi bagi sebagian
orang juga menganggap itu adalah sebuah perbedaan yang memiliki
kekayaan.
Tidak sedikit orang yang mengalami hal yang sama dengan dirinya.
Saat ia ingin membuat film tentang perbedaan agama ini, ia mendatangi
beberapa orang dan menceritakan idenya tersebut, dan respon mereka
postif, bahkan mereka menceritakan kembali kepadanya kisah serupa
yang mereka atau saudara mereka alami. Dari situlah sang sutradara
berfkir bahwa banyak masyarakat mengalami hal yang sama dengan
dirinya. Hal ini adalah salah satu yang menyebabkan sutradara
membuat film Cinta Tapi Beda dan mengangkat tentang kisah hidupnya
sendiri yang bertemakan tentang perbedaan.3
Dalam film ini cinta beda agama ditunjukan kepada Cahyo dan
Diana. Mereka saling mencintai walaupun orang tua mereka tidak
2 Kawin campur adalah istlah perkawinan dalam Katolik dimana orang Katolik menikah
dengan orang selain Katolik. 3 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013
59
merestui hubungan mereka. Banyak sekali rintangan dan masalah yang
mereka hadapi bersama dalam perbedaan tersebut. Selain Cahyo dan
Diana, cinta beda agama juga ditujukan kepada Om dan Tante Diana
yang telah menikah beda agama. Mereka tinggal rukun dan damai
dalam ikatan keluarga walaupun mereka berbeda keyakinan. Jadi, garis
besar dari tema percintaan beda agama ini adalah bagaimana kondisi
cinta mereka dan bagaimana mereka memperjuangkan cinta mereka
yang berbeda keyakinan tersebut.4
Tabel 4.2
Tentang Cinta Beda Agama
Scene Cinta Beda Agama Skenario dan Keterangan
19 Gambar 4.7 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Tante Stela: Gimana Diana
Pah?
Om Rolan: Tenang saja Ma,
Diana pasti bisa jaga diri
Tante Stela: Sebenernya
bukan Cuma itu Pah.
Om Rolan: apa?
Tante Stela: Semakin
mereka sering bersama
semakin kuat peraasan
mereka dan cobaan yang
akan mereka hadapi akan
sangat kuat. Kita kan sudah
pernah melewatinya Pah.
Mama khawatir sekali sama
Diana. Dan sampai
sekarangpun cobaan itu
masih kita rasakan kan Pah?
Om Rolan: Mungkin kita
bukan contoh yang baik Ma,
tapi kalau mereka mau,
mereka bisa mencontoh kita.
4 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013
60
Scene Cinta Beda Agama Skenario dan Keterangan
Ket: Tante Stela yang
beragama Islam dan Om
Rolan yang beragama
Katolik merupakan Tante
dan Om dari Diana yang
sudah menikah berbeda
agama dan tinggal satu
rumah.
20 Gambar 4.8 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Diana: Yo, menurut kamu
hubungan kita bakal
berakhir enak ga ya? Kok
jawabnya lama? Kamu ragu
ya?
Cahyo: Enggak, menurut
aku ya hubungan kita ya
kita penentunya. Kalo
misalnya kita bilang
berhasil ya pikiran kita akan
menuntun ke hal itu, jangan
negatif thinking dulu lah.
Ket: Diana dan Cahyo
saling jatuh cinta dan mulai
sering jalan bersama serta
membicarakan tentang
keseriusan hubungan
mereka berdua. Mereka
mulai menghargai
perbedaan mereka masing-
masing.
43 Gambar 4.9 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Cahyo: Di, tiga hari lagi kan
adik aku sunatan, aku ajak
kamu ke Yogya yah? Ga
pernah denger sunatan?
Emangnya di Padang ga
ada?
Diana: Ya ada sunatan di
Padang.
Cahyo: Ya terus kok kaget
gitu?
61
Scene Cinta Beda Agama Skenario dan Keterangan
Diana: Kamu ga ngerasa
aneh apa? Kamu mau bawa
aku ke Yogya itu sebuah
langkah yang besar loh
untuk hubungan kita.
Cahyo: Iya, aku mau
kenalin kamu ke keluarga
aku.
Diana: Kamu yakin ini
langkah yang tepat?
Cahyo: Sangat tepat untuk
melanjuti langkah kita.
Ket: Cahyo mengajak Diana
menemui keluarganya di
Yogyakarta agar Diana bisa
kenal dan dekat dengan
keluarga besar Cahyo.
Tetapi Ayah Cahyo tidak
menyukai Diana karna
berbeda keyakinan.
65 Gambar 4.10 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Cahyo: Tante beri saya
waktu sebentar untuk bicara.
Diana: Ma dengerin cahyo
dulu Ma.
Cahyo: Tante ga ada
maksud dari saya maupun
juga Diana untuk membuat
orang lain menderita Tante,
tapi kenapa kalian membuat
kami menderita?
Ibunda Diana: Ini bukan lagi
masalah kamu dan Diana,
Ini masalah dua hal yang
tidak pernah direstui untuk
bersatu. Kamu tau itu.
Cahyo: Tapi beri saya
kesempatan Tante.
62
Scene Cinta Beda Agama Skenario dan Keterangan
Ket: Cahyo berusaha terus
mengejar Ibunda Diana
untuk membicarakan
tentang hubungannya
dengan Diana. Tetapi
sayangnya Ibunda Diana
tidak menyukai kedekatan
mereka karena berbeda
keyakinan.
83 Gambar 4.12 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Cahyo: Saya ingin melamar
Diana.
Ibunda Diana: Kamu tidak
bisa melamar Diana.
Cahyo: Saya ga akan
memaksa Diana untuk
mengikuti keyakinan saya
Tante.
Ibunda Diana: Saya tidak
bisa menerima lamaran
kamu.
Diana: Mah, Cahyo
orangnya bertanggung
jawab. Dia masa depan
Diana. Diana janji Mah,
Diana ga akan pernah
ninggalin Tuhan Jesus.
Ibunda Diana: Pada awalnya
juga kakak-kakak kau
bilang begitu.
Cahyo: Tante, saya berani
bersumpah demi apapun
juga Tante, saya ga akan
memaksakan Diana untuk
ikut keyakinan saya.
Ket: Cahyo datang ke rumah
tante Stela dan melamar
Diana untuk membuktikan
keseriusan cintanya kepada
Diana dan meyakinkan
orang tua Diana bahwa ia
tidak akan menyuruh Diana
untuk ikuti keyakinannya.
63
Scene Cinta Beda Agama Skenario dan Keterangan
89 Gambar 4.13 Potongan Adegan;
Cinta Beda Agama
Pria: Susah de, sekarang itu
peraturannya ketat.
Cahyo: Kan dari dulu juga
peraturannya ketat pak,
Cuma pelaksanaannya kan
bisa dikompromi.
Pria: Tapi yang ini lain.
Kecuali salah satu dari lo
pindah agama
Diana: Terus nanti kalo
kami punya anak gimana
pak?
Pria: Gimana sih, anak kan
ikut orang tuanya.
Diana: Lah kalo orang
tuanya beda agama?
Pria: Makanya salah satu
musti ngalah.
Cahyo dan Diana saat
mendatangi Kantor Urusan
Agama (KUA) untuk
memperjuangkan cinta
mereka berdua.
3. Tentang Keimanan Antara Agama
Dalam film Cinta Tapi Beda, keluarga Cahyo yang beragama Islam
sangatlah taat kepada agama. Tidak sedikit adegan yang menunjukan
ketaatan dan kecintaannya kepada Allah. Seluruh wanita dalam
keluarga Cahyo menggunakan kerudung, ayah Cahyo juga sangat taat
beribadah. Ia sering mengajarkan kepada anak-anaknya tentang
keimanan kepada Allah. Banyak adegan-adegan saat Cahyo
melangsungkan ibadah.
Keluarga Diana juga sangat taat kepada Tuhan-nya. Bahkan Diana
sendiri menggunakan kalung yang melambangkan agamanya, yaitu
64
salib. Ibunda Diana juga sangat taat pada agamanya, sehingga ia
melarang Diana dekat dengan Cahyo.
Tabel 4.3
Tentang Keimanan Antar Agama
Scene Keimanan Antar Agama Keterangan
55 Gambar 4.14 Potongan Adegan;
Keimanan Antar Agama
Cahyo saat sedang
beribadah dan berdoa.
56 Gambar 4.15 Potongan Adegan;
Keimanan Antar Agama
Ibunda Cahyo saat sedang
beribadah. Ia berdoa agar
Cahyo mendapatkan yang
terbaik.
23 Gambar 4.16 Potongan Adegan;
Keimanan Antar Agama
Diana: Ya Bapa, semoga
saya bisa melalui tugas
akhir ini dengan lancar.
Mohon berkat dan
perlindunganMu ya Bapa.
Atas nama Bapa, dan Putra,
dan Roh Kudus. Amin.
Ket: Diana saat berdoa dan
beribadah di depan patung
Bunda Maria.
52 Gambar 4.17 Potongan Adegan;
Keimanan Antar Agama
Om Rolan: Sebenarnya saya
ingin memberitahu Uni
langsung masalah Diana,
tapi dia kan sudah besar, dia
tau apa yang dilakukan.
Ibunda Diana: Dulu kakak-
kakaknyapun sudah besar,
meninggalkan aku,
meninggalkan ajaran Jesus
Kristus.
65
Scene Keimanan Antar Agama Skenario dan Keterangan
Tante Stela: Sebenarnya itu
juga yang menjadi
ketakutan kami Uni.
Ibunda Diana: Kalian yang
membuka jalan untuk
Diana. Rolan, kamu kan
lama ikut aku di Padang,
kamu tahu tidak mudah bagi
keluarga kami menghadapi
seperti ini dari dulu. Diana
anak bungsuku, tinggal dia
harapanku. Aku tidak mau
kehilangan dia.
Ket: Ibunda Diana tidak
menyukai hubungan Diana
dan Cahyo karena ia tidak
ingin Diana meninggalkan
ajaran Jesus Kristus seperti
yang dilakukan oleh kakak-
kakaknya.
4. Tentang Kebudayaan Minang dan Jawa
Kultur atau kebudayaan merupakan salah satu tema besar dalam
film Cinta Tapi Beda. Kebudayaan yang diambil dalam film ini adalah
kebudayaan Minang dan Jawa. Sang sutradara, Hestu Saputra
mengangkat kedua kebudayaan ini berdasarkan kisah nyata yang ia
alami sendiri. Ia sendiri adalah orang Jawa yang tinggal di Yogyakarta,
sedangkan kekasihnya adalah orang Minang. Selain itu, ia mengangkat
kedua kultur ini karena menurutnya kedua kultur ini sangatlah beragam
dan kaya akan kebhinekaan.
Banyak pendatang yang tinggal di daerah Jawa dan Padang. Rata-
rata orang Padang berkeyakinan Islam sebagai agamanya, dan mereka
66
sangat taat beribadah. Tetapi banyak juga pendatang yang datang
kesana beragama selain Islam. Disana juga terdapat Greja Katedral, jadi
tidak sedikit juga orang yang beragama Kristen disana. Oleh sebab itu
sang sutradara memilih kebudayaannya adalah Minang dan Jawa,
karena Ia melihat banyak sekali kebhinekaan disana.
“Karena waktu itu kita melihat disana itu ada kebhinekaan. Jadi
kita mencari apa saja yang menarik. Nah di Padang itu terkenal
dengan teman-teman muslim dan ketika itu juga ada yang bukan
muslim, itu sangat menarik dan real. Itu lebih menarik dari pada
yang muslim itu sudah biasa. Bukan berarti kita mencari konflik
atau kontroversi.”5
Dalam film ini Cahyo yang diperankan oleh Reza Nangin berperan
sebagai orang Yogyakarta. Sedangkan Diana yang diperankan oleh
Agni berperan sebagai orang Minang. Mereka berdua sama-sama
merantau ke Jakarta. Budaya Jawa sangat lekat dalam keluarga Cahyo.
Ibu dan Bapak Cahyo sendiri berbicara dengan menggunakan logat
khas Jawa. Begitupun dengan Diana, budaya Minang sangat lekat
dalam dirinya dan keluarganya.
Tabel 4.4
Tentang Kebudayaan Minang dan Jawa
Scene Kebudayaan Minang dan Jawa Keterangan
41 Gambar 4.18 Potongan Adegan;
Kebudayaan Jawa
Wihara yang terdapat di
kota Yogyakarta. Di
dalamnya terdapat orang-
orng Hindu yang sedang
melangsungkan Ibadah.
5 Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
67
Scene Kebudayaan Minang dan Jawa Keterangan
41 Gambar 4.19 Potongan Adegan;
Kebudayaan Jawa
Greja Katedral yang
berada di Yogyakarta.
Kota yogyakarta
merupakan kota yang
penuh dengan
keharmonisan antar
pemeluk agama.
41 Gambar 4.20 Potongan Adegan;
Kebudayaan Jawa
Masjid Gedhe Kraton
Yogyakarta. Yogyakarta
dikenal dengan agama
Islam yang kental dan
kuat.
41 Gambar 4.21 Potongan Adegan;
Kebudayaan Jawa
Anak-anak remaja di
Yogya sedang latihan
marawis.
41 Gambar 4.22 Potongan Adegan;
Kebudayaan Jawa
Anak-anak kecil di
Yogya sedang belajar
mengaji.
85 Gambar 4.23 Potongan Adegan;
Kebudayaan Minang
Pemandangan di Padang.
Tepat di depannya
terdapat kakek tua
sedang meniup suling
yang mengalunkan
lantunan musik khas
Padang.
68
Scene Kebudayaan Minang dan Jawa Keterangan
84 Gambar 4.24 Potongan Adegan;
Kebudayaan Minang
Keindahan pemandangan
alam di Padang yang
penuh dengan
pegunungan dan
bebukitan.
114 Gambar 4.25 Potongan Adegan;
Kebudayaan Minang
Greja Katedral yang
berada di Padang.
Walaupun disana
mayoritas orang Muslim
tetapi disana juga ada
orang selain Muslim.
2. Superstruktur
a. Skematik
Skemantik merupakan strategi penulis dalam mengemas pesannya dengan
memberikan tekanan bagian mana yang didahulukan, dan bagian mana yang
diakhirkan.6 Pada film Cinta Tapi Beda, sutradara dan penulis skenario
mengemas pesannya dalam lima tahap.
Pertama: Opening Bill Board. Menampilkan sesosok Cahyo yang merupakan
seorang Chef sedang memasak di dapur cafe tempat Cahyo bekerja.
Menggambarkan keadaan dapur dan masakan yang sedang ia hidangkan.
Cahyo menceritakan kebahagiaannya menjadi seorang Chef yang membuat
berbagai jenis makanan, ditambah dengan instrumen musik serta
dikombinasikan dengan sound effect.
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 50.
69
Tabel 4.5
Opening Bill Board
Scene Opening Bill Board Keterangan
1 Gambar 4.26 Opening Bill Board
Cahyo sedang memasak dan
menyajikan makanan di
dapur cafe tempai ia
bekerja.
Kedua: Opening scene. Adegan pertama dimulai saat Cahyo bergegas
meninggalkan cafe dengan mengayuh sepedanya dan berjalan melewati jalanan
yang dipadati oleh kendaraan untuk menemui kekasihnya yang bernama Mitha,
kemudian diikuti dengan tampilan nama-nama pemain dan tim produksi.
Tabel 4.6
Opening Scene
Scene Potongan Scene Keterangan
4 Gambar 4.27 Opening Scene Cahyo mengendarai
sepedanya di jalan raya
diikuti dengan nama-nama
pemain.
Ketiga: Conflic Scene (klimaks). Pada bagian ketiga ini barulah masuk
kedalam bagian-bagian scene (adegan). Pada scene ini terlihat klimaks yakni
benturan kepentingan para tokoh pemain yang berujung pada konflik. Dalam
film ini konflik datang dari Cahyo dan Diana saat mereka sudah menjalin
hubungan baik tetapi keluarga mereka tidak merestui hubungan mereka berdua.
70
Sampai akhirnya Cahyo melawan orang tuanya dan pergi bersama Diana.
Tetapi masalah datang kembali ketika Ibu Diana datang dari Padang dan Diana
diminta oleh Ibunya agar ikut kembali ke Padang untuk dinikahi oleh lelaki
pilihan Ibunya.
Tabel 4.7
Conflic Scene (Klimaks)
Scene Conflic Scene (Klimaks) Skeanrio dan Keterangan
45 Gambar 4.28 Conflic Scene
Cahyo: Pak, saya keberatan
dengan Bapak nyindir di depan
orang banyak tadi. Kasihan
Diana toh Pak, harusnya kita
itu memuliakan tamu.
Bapak Fadholi: Siapa yang
menyindir?
Cahyo: Itu kekanak-kanakan
namanya Pak.
Bapak Fadholi: Kamu kok
keminther, jelas-jelas kamu
bawa calon istri yang tidak
seiman dan seagama. Apa aku
tidak boleh marah dirumahku
sendiri? Coba baca surat Al-
Maidah, bagi seorang Muslim
itu dilarang membawa wanita
Musyrik yang tidak beriman
untuk dijadikan Istri.
Cahyo: Pak, yang punya
otoritas untuk menentukan
seorang beriman atau tidak,
Musyrik atau bukan itu sinten
Pak? Bapak? Kulo? Sing kulo
ngerti Pak, boten enten
paksaan dalam beragama.
Bukannya Bapak yang
mengajarkan toleransi sama
warga disini?
Bapak Fadholi: Yang jelas
dalam sejarah keluarga kita
tidak pernah ada perkawinan
beda agama. Kalau tetap kau
lakukan itu, itu sama saja kamu
memutus ikatan keluarga.
71
Scene Conflic Scene (Klimaks) Keterangan
Ket: Ayah Cahyo marah besar
kepada Cahyo saat Cahyo
membawa calon mantu orang
yang berbeda keyakinan ke
rumahnya.
48 Gambar 4.29 Conflic Scene
Ibunda Diana: Mau kau ikuti
jejak kakak-kakak kau?
Meninggalkan agama?
Diana: Bukan itu maksud
Diana Mah
Ibunda Diana: Seharusnya
Rolan bisa menasihati Diana.
Menyesal Mama membiarkan
kau kuliah di Jakarta.
Diana: Apa yang Mama dengar
itu ga bener.
Ibunda Diana: Ada asap berarti
ada api. Kau pikir kenapa
Mama mau tiba-tiba datang ke
Jakarta tanpa bilang-bilang,
buat apa? Terntara kau pergi ke
Yogya. Di Islamkan yah kau
disana?
Diana: Cahyo ga seperti yang
Mama pikir.
Ket: Ibunda Diana marah besar
kepada Diana saat tau
hubungan antara Diana dan
Cahyo yang berbeda
keyakinan. Ia tidak merestui
hubungan mereka dan akhirnya
Diana diminta agar ikut
kembali ke Padang oleh
Ibunya.
Keempat: Anti Klimaks (solusi). Setelah konflik terjadi, scene selanjutnya
menampilkan solusi atau jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang
terjadi. Dalam film ini solusi yang diambil oleh Cahyo dan Diana yaitu
72
mengikuti keinginan orang tuanya masing-masing walaupun hati mereka berat
untuk berpisah. Cahyo kembali ke Yogya dan Diana mengikuti perintah Ibunya
yaitu kembali ke Padang.
Tabel 4.8
Anti Klimaks (Solusi)
Scene Anti Klimaks (Solusi) Skenario dan Keterangan
98 Gambar 4.30 Anti Klimaks
Ibunda Diana: Mama
bahagia. Tuhan Jesus
menjaga keluarga kita. Kau
tetap bersama Mama.
Ket: Diana kembali ke
Padang untuk tinggal
bersama Ibunya yang
sedang sakit dan mengikuti
apa yang diinginkan oleh
Ibunya, yaitu menjauhi
Cahyo.
110 Gambar 4.31 Anti Klimaks
Cahyo: Maafin Cahyo pak.
Cahyo bener-bener minta
maaf.
Ket: Cahyo kembali ke
Yogyakarta dan meminta
maaf kepada Ayahnya
sambil bertekuk lutut
dihadapan Bapaknya
karena telah meninggalkan
keluarganya. Ia tinggal
bersama keluarganya
kembali di Yogya.
Kelima: Ending (akhir cerita). Akhir dari cerita film Cinta Tapi Beda yaitu
Cahyo dan Diana kembali bertemu di depan Greja tempat Diana ingin
menikah. Mereka berdua sama-sama tidak bisa membohongi kedua hati mereka
bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dianapun tidak jadi menikah
73
dengan lelaki pilihan Ibunya. Cahyopun mendapat restu dari Ibunya untuk
menemui Diana di Padang.
Tabel 4.9
Ending (akhir cerita)
Scene Ending (akhir cerita) Keterangan
137 Gambar 4.32 Ending
Cahyo akhirnya bertemu
kembali dengan Diana di
depan Greja tepat Diana
ingin melangsungkan
pernikahannya. Karena
kekuatan cinta mereka
akhirnya mereka
dipertemukan kembali dan
pada akhirnya kedua orang
tua mereka merestui
hubungan mereka
3. Struktur Mikro
a. Semantik
1. Latar
Latar merupakan peristiwa yang dipakai dalam menyajikan teks
atau cerita. Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan kearah mana
pandangan khalayak akan dibawa. Pada intinya latar membantu seseorang
dalam memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.7 Skema atau alur yang
terdapat dalam film Cinta Tapi Beda dikemas oleh sutradara dan penulis
skenario sebagai berikut:
7 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LkiS, 2000), h.
235.
74
Pertama: latar pertama pada film Cinta tapi Beda mengarahkan penonton
pada percintaan beda agama yang dialami oleh Cahyo dan Diana. Sangat
jelas digambarkan bagaimana mereka dapat bertahan mempertahankan dan
memperjuangkan cinta mereka walaupun kedua orang tua mereka tidak
merestui hubungan mereka dengan alasan berbeda keyakinan. Banyak
sekali rintangan dan cobaan yang menerpa hubungan mereka berdua.
Penulis menggambarkan bahwa dalam kehidupan ini tidak sedikit orang
yang mengalami hal yang serupa dengan kisah Cahyo dan Diana. Banyak
orang yang memperjuangkan cinta mereka, banyak juga yang berhenti.
Kedua: latar kedua pada film Cinta Tapi Beda mengarahkan penonton
pada kebudayaan Minang dan Jawa. Dalam film tersebut kebudayaan
Minang dan Jawa sangatlah kental melekat dalam jiwa Diana yang
berperan sebagai orang Minang, dan Cahyo sebagai orang Jawa. Bahasa
yang digunakan oleh keluarga Cahyo dan Diana juga menggunakan bahasa
khas Jawa dan Minang. Dalam hal ini penulis ingin menamilkan
kebudayaan Jawa dan Minan yang kaya akan kebhinekaan.
2. Detail
Dalam film Cinta Tapi Beda, pihak yang banyak digambarkan
secara detail adalah Cahyo dan Diana. Film ini merupakan kisah nyata dari
sang sutradara film Cinta Tapi Beda, yaitu Hestu Saputra. Walaupun film
ini merupakan kisah nyata dari sang Sutradara, tetapi ia tidak memerankan
tokoh itu sendiri. Kisah yang diangkat olehnya adalah tentang kisah
percintaan.
75
Dapat disimpulkan bahwa dalam film Cinta Tapi Beda penulis
ingin memunculkan pesan-pesan toleransi beda agama kepada penonton.
Pesan-pesan toleransi beda agama sangat diperlihatkan oleh tokoh Cahyo
dan Diana. Mereka berbeda keyakinan tetapi mereka saling memiliki sikap
toleransi kepada satu sama lain. Selain itu film ini juga menggambarkan
sesosok pasangan berbeda keyakinan dalam mengarungi kehidupan
mereka dalam memperjuangkan cinta mereka.
3. Maksud
Dalam film Cinta Tapi Beda, elemen maksud dapat dilihat dari
ungkapan Cahyo saat ingin melamar Diana tetapi ditolak oleh Ibunda
Diana.
CAHYO:
Harusnya Tante mengerti apa yang menjadi kalimat keyakinan
Tante sendiri, bahwa apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat
dipisahkan oleh manusia.
Dialog tersebut diambil dari Al-Kitab yang diucapkan oleh Cahyo yang
berperan sebagai tokoh muslim dalam film tersebut saat cahyo ingin
melamar Diana, dan saat itulah Ibunda Diana marah besar menyuruhnya
pergi dari rumah Omnya Diana. Kalimat itu diucapkan oleh Cahyo saat ia
tidak mempunyai senjata apapun untuk meyakini hati Ibunda Diana lagi.
Kata-kata “apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh
manusia” juga terdapat pada poster film Cinta Tapi Beda.
Elemen maksud dalam film ini juga terdapat dalam scene 48
tepatnya pada saat Diana sedang kumpul bersama keluarga Om Thalib dan
Ibunya di meja makan.
76
Ibunda Diana: Ada asap berarti ada api. Kau pikir buat apa mama
datang ke Jakarta tanpa bilang-bilang, buat apa? Dan ternyata kau
pergi ke Yogya. Di Islamkan yah kau disana?
Dalam adegan tersebut terlihat bahwa Ibunda Diana sangat kecewa akan
perlakuan Diana terhadapnya. Ia tidak ingin anaknya jatuh ke lubang yang
sama seperti kakak-kakak Diana yang menikah dengan orang Islam.
4. Peranggapan
Elemen peranggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks, dan biasanya pernyataan tersebut dipandang
terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan. Disebut peranggapan
karena pernyataan tersebut merupakan kenyataan yang belum terjadi,
namun didasarkan pada anggapan yang masuk akal atau logis.
Peranggan ini dapat dilihat dalam scene 65 saat Cahyo ingin
berbicara dengan Ibunda Diana tentang hubungan mereka, tetapi Ibunda
Diana tidak menghiraukan omongan Cahyo karena menurutnya percintaan
yang berlandaskan pada perbedaan keyakinan tidak akan pernah direstui
untuk bersatu.
Cahyo: Tante, ga ada maksud Saya dan Diana membuat orang lain
menderita tante, tetapi kenapa kalian yang malah membuat kami
menderita?
Ibunda Diana: Ini bukan lagi masalah kamu dan Diana, ini
masalah dua hal yang tidak pernah direstui untuk bersatu, kamu tau
itu.
b. Sintaksis
1. Koherensi
77
Koherensi merupakan pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat
dalam sebuah teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Koherensi juga
merupakan pertalian antar kata atau kalimat yang dapat diamati dengan
memakai kata penghubung (konjungsi) : dan, atau, tetapi, namun, seperti,
karena, meskipun, demikian pula, dan sebagainya. Dalam film Cinta Tapi
Beda, koherensi ini dapat dilihat pada scene 43.
Cahyo: Saya nggak bisa bu, apa tidak sebaiknya dia tidak usah
melepasnya, justru akan jadi baik, karena akan menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang lembut dan toleran, aku
yakin bapak bisa memahami itu
Scene tersebut menceritakan saat Diana berada di rumah Cahyo
yang berada di Yogja, dan pada saat itu Diana menggunakan kalung
berlambangkan salib di lehernya. Koherensi pada adegan di atas terdapat
pada kata „karena‟. Kata „karena‟ tersebut menghubungkan kalimat bahwa
Cahyo tidak keberatan jika Diana menggunakan kalung yang
berlambangkan salib di rumahnya dengan kalimat selanjutnya yang
membahas bahwa Cahyo menunjukkan jika Bapaknya bisa memahami dan
toleransi akan hal tersebut.
2. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan
cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas, dimana ia menanyakan apakah
A yang menjelaskan B, ataukah yang menjelaskan A.8 Dalam film Cinta
8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LkiS, 2000), h.
236
78
Tapi Beda terdapat pada scene 43 yang menceritakan tentang Diana saat
berkunjung ke rumah Cahyo dan bertemu dengan keluarganya. Ibunda
Cahyo sangat menyukai Diana yang ramah, tetapi seketika setelah ia
melihat kalung yang digunakan oleh Diana wajahnya sedikit mengkerut.
Ibu Cahyo melihat liontin corpus (Yesus tersalib di leher Diana),
Subjek Predikat Objek
Wajah Ibu sedikit berubah, namun bisa menutupi.
Keterangan
3. Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh penulis skenario
untuk menunjukkan di mana seseorang ditempatkan dalam wacana.
Berbagai kata ganti yang berlainan digunakan secara strategi sesuai
dengan kondisi yang ada.9 Dalam film Cinta Tapi Beda, kata ganti yang
digunakan yaitu terdapat dalam scene 43 dan 45. Dalam scene tersebut
Cahyo dipanggil dengan sebutan „Mas‟ yang artinya kakak oleh adiknya
yang bernama Retno. Panggilan tersebut berasal dari bahasa Jawa,
termasuk Yogyakarta.
Retno: Oh, ini tho calon kakak iparku, ayu yo Mas.
Retno: Mas, mas Cahyo ndak kasihan sama Ibu?
9 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta; LkiS, 2000hal.
253.
79
c. Stilistik
Stilistik atau style dapat diterjemahkan sebagai gaya bagasa.10
Gaya
bahasa digunakan oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Gaya bahasa
dalam film Cinta Tapi Beda yang digunakan oleh penulis yang bertujuan untuk
menyampaikan maksudnya. Pada skenario dalam film Cinta Tapi Beda, gaya
bahasa yang digunakan yaitu bahasa daerah, antara lain bahasa Jawa dan
bahasa Padang.
Tabel 4.10
Stilistik (Gaya Bahasa)
Scene Potongan Adegan Stilistik (gaya bahasa)
37 Gambar 4.33 Potongan Adegan;
Stilistik
Cahyo: Insya Allah pak, kulo
demugi wayahe tetahane
Lintang
Bapak: iyo, sing ati-ati yo le‟
Cahyo: Bapak juga jaga
kesehatan injih pak
Bapak: iyo, Assalamualaikum
132 Gambar 4.34 Potongan Adegan;
Stilistik
Ibu: Ibu ora iso mbendung
tresnamu, mangkato. Pamit
Bapak, mohon restu.
Cahyo: Matur nuwun bu
133 Gambar 4.35 Potongan Adegan;
Stilistik
Bapak: Bocah ora urus! Yen
koe ngormati bapakmu iki. Koe
ora bakal lungo melu howo
nafsumu dewe
Ibu: pak nuwun sewu pak, apa
gunanya kita minta dihormati
anak kalo kita sendiri tidak bisa
memberikan kebahagiaannya.
10
Alex Sobur. Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 81.
80
Scene Potongan Adegan Stilistik (gaya bahasa)
Bapak sendiri sering berbicara
dengan orang-orang tentang
toleransi.
Bapak: iki udhu toleransi! Iki
keyakinan!
Ibu: Nuwun sewu Pak tugas kita
sebagai orang tua menyayangi,
mendidik, mengingatkan,
kosekuensinya sudah lebih dari
cukup.
Bapak: ora bu, ora cukup! Yen
anakmu melebu neroko Bapake
dikatutke dosane, ibunya juga!
15 Gambar 4.36 Potongan Adegan;
Stilistik
Diana: Iyo ma? Ini udah mau
balik pulang. Lancar ma puji
Tuhan. Lun tau Diana kapan
baliak ke Padang.
48 Gambar 4.37 Potongan Adegan;
stilistik
Ibu Diana: Bilu ujian tugas
akhir kau?
Diana: minggu depan ma.
Ibu Diana: bagus lah, mama
tunggu kau seminggu sudah tu
ke padang kita pulang.
d. Retoris
1. Grafis
Elemen pertama dalam retoris adalah grafis. Grafis menampilkan
bagian yang menonjol dari sebuah film yang dilihat dari pengambilan
gambar. Dalam film Cinta Tapi Beda penulis mendapat beberapa istilah
81
pengambilan gambar yaitu close up, medium close up, establish shot, zoom
in, dan lain sebagainya. Walaupun pengambilan gambar establish shot
tidak dilakukan berulang-ulang kali dan secara detail. Dalam pengambilan
gambar, seorang sutradaralah yang menentukan. Tetapi di dalam skenario
film Cinta Tapi Beda itu sendiri istlah pengambilan gambar tersebut tidak
tercantum.
“Malah justru kesulitannya itu bagaimana film ini pada hasilnya
nanti semuanya berjalan beriringan, itu yang paling susah disitu.
Makanya disitu tidak ada istablish Greja, istablish masjid, dan itu
gak ada ditampilkan berulang-ulang. Paling di grejanya pas terakhir
mereka menikah itu, dan paling saat berdoa dikamar dengan symbol-
simbol kecil. Dan itu adil, ada yang lagi sholat, ada yang lagi berdoa.
Dan pas di Masjidpun gak istablismen Masjid terus mereka berdua,
di Grejapun hanya didalam aja ada istablish kecil, jadi saya
menampilkan itu sesuatu hal yang besar”.11
2. Metafora
Metafora merupakan kiasan atau ungkapan yang dapat dijadikan
sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atau pendapat kepada publik.
Beberapa ungkapan metafora yang terdapat dalam film Cinta Tapi Beda
terdapat pada scene 38, tepatnya saat Tante Stela menasihati Diana tentang
masalah yang dihadapinya. Selain itu metafora juga terdapat dalam scene
39 saat Pak Ustadz memberikan ceramah di rumah Cahyo kepada warga.
11
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
82
Tabel 4.11
Metafora
Scene Potongan Adegan Skenario dan Metafora
38 Gambar 4.38 Potongan Adegan;
Metafora
Diana: Walau yang maha
satu kita beda apa semua
permintaan kita didengerin
ya tante?
Tante Stela: Yang penting
kita percaya pada apa
yang kita yakini, Dia tidak
pernah tidur.
Ket: Tante Stela
menjelaskan serta
memberikan nasihat
kepada Diana saat Diana
sedang mengalami
kebimbangan dalam
hubungannya dengan
Cahyo yang berbeda
keyakinan, ia menjelaskan
bahwa walaupun mereka
berbeda keyakinan tetapi
mereka harus
mempercayai apa yang
mereka yakini.
39 Gambar 4.39 Potongan Adegan;
Metafora
Ustadz: Pada Bapak dan
Ibu sekalian saya berpesan
kepada diri saya sendiri
dan juga kepada hadirin
sekalian marilah kita jaga
anak-anak kita, keturunan
kita, jangan sampai
menukarkan keyakinan
mereka yang sudah kita
bina sejak kecil itu, tauhid
mereka, kepercayaan
mereka kepada Allah
dengan kesenangan dunia
semata.
Ket: Ustadz menjelaskan
dalam ceramahnya untuk
menjaga keyakinan diri.
83
3. Ekspresi
elemen ekspresi merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks.
Misalnya ekspresi wajah marah, sedih, menangis, tersenyum, gembira,
tertawa, dan sinis.
Tabel 4.12
Ekspresi
Scene Ekspresi Skenario dan Keterangan
54 Gambar 4.40 Ekspresi
Cahyo: Kamu kenapa sih?
Diana: Kamu bikin aku
malu tau ga.
Cahyo: Ya aku emang ga
bisa makan disini.
Diana: Berapa kali mesti
aku bilang sih kamu itu bisa
pesen yang lain. Tante Stela
sama Om Rolan bisa makan
satu meja masa kita ga bisa?
Aku tuh takut Yo. Aku takut
ngadepin keluarga kamu,
ngadepin Mamah, aku takut
ngadepin ini semua. Tapi
intinya kita harus pisah.
Aku takut banget Yo.
Ket: Diana saat berkelahi
dengan Cahyo. Tampak
mimik di wajahnya yang
sangat marah karena Cahyo
tidak bisa mengikuti
keinginannya untuk makan
di rumah makan yang
menyediakan makanan khas
China yang banyak
menyajikan menu babi
sebagai hidangannya.
84
Scene Ekspresi Skenario dan Keterangan
133 Gambar 4.41 Ekspresi
Bapak Fadholi: Bocah ora
urus! Yen koe ngormati
bapakmu iki. Koe ora bakal
lungo melu howo nafsumu
dewe!
Ket: Ekspresi marah sangat
ditunjukkan oleh Ayah
Cahyo ketika Cahyo
meminta restu kepada
Ayahnya untuk menemui
Diana yang berada di
Padang. Ayah Cahyo sangat
marah besar, karena ia tidak
ingin lagi Cahyo
berhubungan dengan orang
yang berbeda agama.
136 Gambar 4.42 Ekspresi
Diana: Mah, Diana berusaha
menjadi anak yang berbakti
buat Mama, tapi Diana
gagal Ma maafin Diana.
Ibunda Diana: Mama tau
nak, kau sudah dewasa.
Perjodohan oleh orang tua
tidak pantas lagi untuk anak
yang sudah dewasa.
Pergilah nak, Mama tidak
mau lagi melihat air mata
kau.
Ekspresi kekecewaan sangat
terlihat dari raut wajah
Ibunda Diana saat Diana
tidak jadi menikah dengan
lelaki pilihan Ibunya dan
lebih memilih menjalin
hubungan dengan Cahyo.
Ekspresi sedih dan kecewa
juga sangat terlihat dari raut
wajah Diana yang menangis
dan bersimpuh di hadapan
Ibunya untuk meminta maaf
bahwa Ia tidak bisa
menikahi lelaki pilihan
Ibunya.
85
B. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film Cinta Tapi Beda
Dilihat Dari Level Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis wacana Teun A Van Dijk, perlu adanya penelitian
mengenai kognisi sosial, yaitu kesadaran mental penulis skenario yang
membentuk teks tersebut.12
Selain menganalisis teks yang terdapat dalam film
Cinta Tapi Beda, perlu dilakukan penelitian atas kesadaran mental penulis
skenario dalam memandang masalah percintaan beda agama dalam film Cinta
Tapi Beda.
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
yang tersembunyi dari sebuah teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi
sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya oleh
kesadaran mental pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian
atas representasi kognisi dan strategi penulis skenario dalam memproduksi
skenario. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran,
pengetahuan, prasangka tertentu terhadap suatu peristiwa.13
Dalam hal ini penulis
melakukan wawancara sutradara film Cinta Tapi Beda yaitu Hestu Saputra.
12
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LkiS, 2000), h.
260. 13
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260.
86
Film Cinta Tapi Beda merupakan karya yang diangkat dari kisah nyata dari
sang sutradara yaitu Hestu Saputra sendiri. Point terpenting yang ia dapat dari
gurunya, yaitu Hanung Bramantyo adalah “bikin film itu yang dekat sama kamu”.
Berawal dari kata-kata itutlah akhirnya ia membuat film Cinta Tapi Beda. Karna
menurutnya kisah yang dekat dengan dirinya adalah kisah percintaan beda agama.
Bahkan dalam keluarganya banyak yang melangsungkan pernikahan beda agama.
“Saya sendiri Katolik tapi saya punya pacar selalu muslim. Dikeluarga saya
juga gitu, kebetulan saya Jawa, kakek saya itu kepercayaannya kejawen,
kalau itu udah beda lagi tuh. Nah anak-anak pakde saya, om saya itu
Katolik, gak tau ikut siapa padahal kakek nenek saya kepercayaan kejawen,
gak tau ikut siapa mungkin karena perkembangan zaman dan mereka butuh
sesuatu yang konkrit, mungkin begitu menurut mereka. Om pakde saya
sendiri itu ada yang menikah sama temen-temen dari muslim, jadi dari situ
sudah kebangun itu. Di keluarga saya sendiri kakak saya juga mualaf, adik
saya juga udah nikah itu juga beda, jadi semua beda. Kakak-kakak sepupu
saya juga seperti itu, jadi di keluarga besar saya memang terjadi seperti
itu.”14
Selain karna latar belakang dari kisah hidup pribadinya sendiri dan
keluarganya, masyarakat juga banyak yang mengalami hal serupa dengannya.
Tidak sedikit orang yang memiliki kekasih beda agama, bahkan yang sudah
menikah berbeda agamapun banyak. Hal tersebut dibuktikan sendiri oleh sang
sutradara, Hestu Saputra. Sebelum membuat film tersebut ia mendatangi orang-
orang dan menceritakan tentang ide pembuatan filmnya tersebut. Respon dari
orang-orang itu menceritakan kembali kisah serupa yang ada di lingkungan
mereka. Bahkan di lingkungan tempat ia kuliahpun yang notabennya adalah orang
Katolik banyak diantara mereka yang menjalin hubungan dengan orang Muslim.
Hal itulah yang membuat sutradara film tersebut sangat yakin ingin membuat film
14
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
87
yang bertemakan percintaan beda agama, karna menurut ia banyak yang
mengalami hal tersebut.
“Sampe waktu itu saya ke Bogor, di kaki bukit gunung salak, waktu itu
memang sering menenangkan diri. Disitu kan ada penjaganya, penjaganya
kan orang terpencil gitu. Bahkan ketika saya minta saran dengan dia, dia
yang bukan siapa-siapa dan dia gak tau tentang film gak tau tentang apa-
apa, tapi saya cerita. Saya cerita bahwa saya mau bikin film tentang begini
begini begini, dia juga cerita akhirnya, ada beberapa teman saya, bahkan
dia bilang ada malah ada beberapa tetangga dia juga begitu. Ya sudah
berarti semakin kuat, oke saya jalan. Jalan bikin cerita segala macam, terus
riset, ya udah kita jalan semua”.15
Film ini dibuat berdasarkan “true story” atau kisah nyata dari sang Sutradara
film. Dan diyakinkan oleh banyaknya masyarakat yang mengalami hal serupa
dengannya. Film ini menceritakan tentang bagaimana mereka tetap bertahan dan
memperjuankan cinta mereka yang berbeda keyakinan tersebut. Alur cerita,
tempat, serta latar belakang dibuat sama seperti kisah dalam hidup sang sutradara
itu sendiri. Hanya saja karakternya yang diperankan oleh Cahyo berperan sebagai
agama Islam, sedangkan karakter dari kekasihnya yang diperankan oleh Diana
berperan sebagai agama Katolik. Ia juga ingin menanamkan toleransi antar umat
beragama yang berbeda-beda. Selain itu kebhinekaan dari suku-suku di Indonesia,
yaitu suku Minang dan Jawa yang terdapat dalam film tersebut.
Hampir tidak ada hambatan dalam pembuatan film Cinta Tapi Beda. Bahkan
Hestu Saputra selaku sutradara membuat para pemain belajar dan memahami arti
toleransi antar agama yang satu dengan yang lain. Salah satu masalahnya adalah
bagaimana film tersebut nantinya akan netral dan berjalan seirama antara Islam
dengan Katolik.
15
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
88
“Kesulitannya itu bagaimana film ini pada hasilnya nanti semuanya
berjalan beriringan, itu yang paling susah disitu. Makanya disitu tidak ada
istablish Greja, mana ada istablish Masjid, dan itu gak ada ditampilkan
berulang-ulang. Paling di Grejanya pas terakhir mereka menikah itu, dan
paling saat berdoa dikamar dengan simbol-simbol kecil. Dan itu adil, ada
yang lagi sholat, ada yang lagi berdoa. Dan pas di Masjidpun gak
istablismen Masjid terus mereka berdua, di Grejapun hanya di dalam aja
ada istablish kecil, jadi saya menampilkan itu sesuatu hal yang besar.
Itulah yang susah, mengimbangi dan berjalan bareng dan itu netral.
Disitulah saya merasa cukup berhasil. Kesulitannya itu, bagaimana kita
menjadi netral, karena saya si pelaku”.16
C. Wacana Seputar Percintaan Beda Agama Dalam Film Cinta Tapi Beda
Dilihat Dari Level Konteks Sosial
Anaisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan
struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas satu
wacana.17
Oleh karena itu, konteks sosial dalam hal ini adalah menjawab
pertanyaan bagaimana wacana yang berkembang di masyarakat mengenai
percintaan beda agama.
Permasalahan dalam film tersebut sama seperti permasalahan masyarakat
Indonesia pada umumnya, khususnya bagi yang menjalin hubungan beda agama.
Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menjalin hubungan berbeda agama.
Alasan itu juga menjadi salah satu pembuatan film Cinta Tapi Beda. Banyak
masyarakat yang mengganggap permasalahan dalam cerita tersebut sama seperti
dirinya, tetapi banyak juga orang-orang yang tidak menyukai atau tidak setuju
dengan hubungan yang melibatkan perbedaan dasar keyakinan.
16
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra. Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013. 17
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LkiS, 2000), h.
225.
89
Film ini dibuat oleh sutradara yaitu Hestu Saputra dengan latar belakang
percintaan dirinya sendiri dan juga masyarakat yang mengalami hal serupa
dengannya. Akhir dari film tersebut hanya menceritakan tentang Cahyo dan Diana
yang bertemu kembali tanpa ada cerita lagi setelah itu. Sutradara sengaja
membuat film tersebut dengan akhir “menggantung” karena film ini merupakan
film personal, jadi akhir dari film tersebut hanya masing-masing personal yang
menentukan, mereka akan bahagia bersama atau mereka akhirnya berpisah karna
perbedaan keyakinan.
“Karena dari awal bangunannya itu memang tidak bisa diwakili oleh
personal siapapun. Ketika nanti saya memilih mereka menikah terus
bahagia, memang film Indonesia itu penonton ingin semua filmnya happy
ending, ya tetap kita kasih happy ending tapi karena ini sebuah pemikiran
yang penting dan film itu sarana komunikasi yang baik dan bagus bahkan
sampai semuanya itu dibikin film segala macam buat menyampaikan
pesan, nah takutnya nanti saya malah mendoktrin penonton. Saya gak mau
itu. Jadi ya biarin, yang ngejalanin ya jalanin, kalo bingung ya mereka bisa
konsultasi dengan orang-orang terdekatnya mana jalan yang terbaik,
mereka punya jalanan hidupnya masing-masing kok.”18
Menurut salah satu Ustadz yang telah menonton film ini, ia menganggap
bahwa alur cerita dalam film ini sangat menarik karna memiliki konflik yang
sangat jelas, yaitu percintaan beda agama. Dalam agama Islam jelas cinta yang
hakiki yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan cinta yang melebihi
selain kepada Allah dan Rasulnya itu bukan merupakan cinta yang membawa
seseorang pada keimanan dan bukan merupakan cinta yang hakiki. Jadi dalam
Islam cinta yang berdasarkan perbedaan pada prinsip tidak akan sejalan dan tidak
menemukan sebuah kebahagiaan.
18
Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra, Dapur Film, Kamis 10 Oktober 2013.
90
“Kalau dari cerita bagus. Dari segi cerita film itu konfliknya ada, ceritanya
juga, penggambaran dan sebagainya juga bagus, hanya namun endingnya
saja yang tanda tanya. Kalau dari segi pemahaman memang ini adalah
sebuah gambaran nyata ketika ada orang yang akan menikah berbeda
agama itu di awalnya sudah ada konflik, itu sudah bermulakan dari awal.
Walaupun ada gambaran orang yang menikah berbeda agama tetap awet,
nah ini buktinya Jamal Mirdad dengan Lidya Kandau yang katanya rukun
dan sebagainya tapi tetap saja berpisah juga. Pasti berbeda prinsip itu tidak
akan bisa sejalan dan bisa menghasilkan suatu kebahagiaan itu tidak
mungkin”.19
Selain tentang percintaan beda agama film ini juga banyak menceritakan
tentang toleransi antar umat beragama. Menurut Ustadz Achmad Mubarok,
toleransi dalam film tersebut sangat baik, yaitu saat Cahyo dan Diana sama-sama
mengerti akan keyakinan pasangan mereka masing-masing. Tetapi di samping itu
terdapat beberapa adegan yang menggambarkan sikap toleransi yang sudah
melanggar aqidah atau yang sifatnya tidak lazim. Toleransi sosial antar umat
beragama itu sangat dibutuhkan dalam diri setiap manusia, tetapi jika toleransi
tersebut disalah artikan dengan toleransi percintaan antara seseorang yang berbeda
agama dalam agama Islam sudah jelas itu adalah hal yang salah. Karena umat
islam sendiri tidak boleh menikahi wanita atau lelaki yang berbeda keyakinan
dengannya.
“Dalam film itu bicara toleransi tetapi dalam hal-hal yang sifatnya tidak
lazim. Misalkan Cahyo mempersilahkan Diana beribadah menurut agama
Katoliknya, itu toleransi karena kan ibadah menurut keyakinannya,
begitupun sebaliknya. Tetapi ketika ada pemaksaan Cahyo untuk memakan
daging babi itu sudah tidak toleran sebenarnya. Dan ketika dia menyatukan
cinta beda agama demi toleransi itu juga tidak dibenarkan. Dan memang
Cahyo itu memberikan alasan Laikrohafiddin bahwa tidak ada paksaan
dalam agama, itu bukan konteks pernikahan tapi konteks pergaulan
keseharian umat Islam terhadap umat lain itulah toleransi kesana. Kita tidak
boleh memaksakan seseorang untuk masuk ke agama kita. Tetapi dalam
konteks pernikahan dan perkawinan Laa Tankihul Musyrikati Hatta
19
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi. Depok, 22 Juni 2013.
91
Yukmina, sudah jelas. Walaupun ada ayat lain yang mengatakan boleh bagi
laki-laki muslim itu menikahi perempuan ahli kitab, tapi dalam konteks
perkinian uhlul kitab itu dipertanyakan masih ada atau tidak”.20
Dalam agama Islam menurut Ustadz Achmad Mubarok cinta merupakan
sebuah hal yang manusiawi. Karena Allah menciptakan manusia dengan rasa cinta
di dalam diri setiap umat-Nya. Tetapi jika kita ingin menikahi seseorang yang
berbeda keyakinan itu sangatlah tidak diperbolehkan. Satu-satunya jalan keluar
dari permasalahan itu adalah salah satu diantara mereka harus berkorban
meninggalkan agamanya.
”Sebenarnya kalau mau ngomongin cinta, pengorbanan, Tuhan yang telah
menentukan, kalau bicara cinta ya harus berkorban. Kalau berani cinta
maka harus berkorban, nah disini siapa yang berani berkorban. Kalau mau
berkorban ya salah satu harus berkorban aqidahnya kalau mau bicara cinta,
jangan pengorbanan yang lain saja tapi hal yang seperti itu ketika orang
tidak setuju dengan dia, dia gak mau berkorban. Kalau masalah cintanya
itu sih sudah manusiawi. Makanya kalau tidak sanggup untuk berkorban
ya jangan melakukan percintaan yang seperti itu, jangan mau bercinta
dengan orang yang lain agama, kan begitu artinya”.21
Banyak pesan-pesan yang terkandung dalam film ini. Selain tentang
percintaan tetapi masyarakat juga dapat memahami tentang sebuah toleransi antar
umat beragama. Selain itu dalam film ini orang tua diajarkan untuk membimbing
anaknya agar anaknya tidak berpindah keyakinan demi suatu apapun. Seorang
anak juga hendaknya selalu berbakti kepada orang tua dan mendengarka sarannya.
“Sebenarnya ada banyak pesan dalam film ini, ada hal yang kontrofersi
tetapi ada juga pesan-pesan yang baik untuk kita, seperti pertama
bagaimana sikap orang tua pada prinsip keagamaannya dan berusaha
menjaga anaknya agar tidak berpindah agama, ini kan tugas orang tua,
pelajaran buat orang tua walaupun mungkin karena gerusan zaman,
pergaulan dan lain-lain ini bisa berubah. Kemudian yang kedua ada bakti
dari anak kepada orang tua, walaupun dalam film ini orang tua luluh juga.
20
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi. Depok, 22 Juni 2013. 21
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi. Depok, 22 Juni 2013.
92
Tapi tetap kalau bicara soal aqidah, siapapun, agama apapun, tidak akan
memperbolehkan keluarga anak itu menikah berbeda agama”.22
Dalam agama Katolik percintaan sendiri tidak bisa dipaksakan, karena
menurut mereka cinta itu merupakan hak asasi manusia yang tidak diganggu-
gugat oleh apapun. Cinta yang sesungguhnya yaitu cinta antara umat dengan
Tuhannya. Hal ini sama seperti apa yang ama Islam tanamkan, yaitu cinta yang
hakiki antara Allah dan umat-Nya. Bahkan setiap pemeluk agama lain juga
memiliki keyakinan yang sama, bahwa cinta yang tulus adalah cinta kepada
Tuhannya masing-masing.
“Dalam segi katolik cinta yang paling luhur, agung, tinggi, terungkap dalam
Jesus. Tiada orang lain yang cintanya lebih besar dari pada Dia yang
menyerahkan hidupnya untuk kamu. Maka total, tulus, dan tuntas, sampai di
kayu salip. Itulah prinsip dasar yang harus dipegang teguh. Totalitasnya ada
disana. Itulah cinta, bukan sekedar cinta yang manusiawi, tetapi diangkat
menjadi allah yang adalah cinta demi keselamatan kita”.23
Dalam agama Katolik seseorang yang sudah berumur diatas 21 tahun
berhak memilih pasangan hidupnya sendiri. Dalam agama Katolik terdapat istilah
perkawinan campur, yaitu perkawinan antara umat Katolik dengan umat selain
Katolik. Dalam agama Katolik tidak ada perceraian, karena pernikahan dalam
Katolik itu hanya sekali seumur hidup. Jika seseorang selain Katolik menikah
dengan seseorang yang bukan Katolik, maka ia harus bersedia menikah di Greja
dan tidak ada perceraian.
“Dalam penyelidikan kanonik yang sudah berumur 21 tahun keatas sudah
berhak menentukan dirinya sendiri, maka kalau sudah 21 tahun keatas izin
dari orang tua tidak mutlak. Dari segi adat, dari segi kekeluargaan, dari
segi sopan santun mungkin iya, tapi kalau dari segi hukum positif tidak
mutlak, dan karena mereka sudah boleh menentukan dirinya sendiri ya
22
Wawancara Pribadi Dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi. Depok, 22 Juni 2013. 23
Wawancara Pribadi Dengan Romo Yakobus Rudiyanto, SJ. Keuskupan, 07 Juni 2013.
93
akhirnya greja katolik mengakui bahwa ia berhak menentukan pilihannya,
meskipun orangtuanya tidak setuju. Maka kemudian terjadilah kawin
campur”.24
Menurut Romo Rudi Yakobus, tidak ada permasalahan tentang percintaan
dalam film Cinta Tapi Beda. Karena dalam Katolik sendiri umat Katolik
diperbolehkan menikahi orang yang selain Katolik. Cinta kepada siapapun dan
agama manapun itu bukan merupakan suatu halangan bagi seseorang yang ingin
menikah. Walaupun pada dasarnya agama Katolik juga menganjurkan jika
sebaiknya menikah dengan orang yang berkeyakinan sama dengannya. Tetapi jika
dilihat dari segi hukum Greja hal itu bukan merupakan suatu masalah.
“Judulnya itu kan Cinta Tapi Beda, ya kalau dari segi cinta sebetulnya ga
ada perbedaan, cinta itu kepada siapa, bagaimana, sebetulnya sama. Sejauh
mereka normal cinta perempuan kepada laki-laki atau sebaliknya. Pada
dasarnya jatuh cinta itu sendiri bukan merupakan suatu dosa. Dalam
karakter kerohanian terutama katolik pada umumnya yang sesuai dengan
moral, orang hendaknya jangan membuat keputusan penting ketika dia
tidak seimbang. Maka keputusan untuk menikah itu pertanyaannya
macam-macam agar terlihat seimbang atau tidak. Ditanya kebenarannya,
kebebasannya, saksi-saksinya, itu kan untuk menentukan apakah dia
mempunyai kemandirian pribadi untuk memutuskan sesuatu yang penting
dalam hidupnya. Kalau itu terjadi maka Greja tidak akan melarang itu
sebagai sebuah halangan”.25
Menurut Romo Rudi Yakobus film ini merupkan kisah yang serupa dengan
kalangan masyarakat banyak yang saat ini menjalin hubungan percintaan beda
agama. Film ini mewakili dari sekian banyak orang-orang yang mengalami hal
serupa dengan Cahyo dan Diana. Pada dasarnya semua agama memiliki pendirian
yang sama, yaitu menikah dengan orang yang berkeyakinan sama dengan kita. Hal
itu akan membuat hidup kita lebih seimbang dan lebih terarah.
24
Wawancara Pribadi Dengan Romo Yakobus Rudiyanto, SJ, Keuskupan, 07 Juni 2013. 25
Wawancara Pribadi Dengan Romo Yakobus Rudiyanto, SJ, Keuskupan, 07 Juni 2013.
94
“Diskusi-diskusi antara Diana dan Cahyo itu kan tajam juga. Kalau saya
lihat teksnya itu mereka membicarakan tentang bagaimana nanti,
bagaimana anaknya nanti, bagaimana keluarganya nanti, apakah kita akan
melepaskan seluruhnya apakah tidak, persis memang kawin campur itu
permasalahannya. Mengapa greja menganjurkan untuk tidak kawin campur
kalo bisa, saya kira semua agama mengkhendaki kalo perkawinan itu
boleh dikatakan cukup kuat ikatannya sebaiknya memang agamanya sama,
karena agama itu yang akan menentukan nilai-nilai yang akan dipegang.
Agama itu akan menentukan keselamatan yang diusahakan, bukan sekedar
keselamatan duniawi tapi juga keselamatan syurgawi. Kalau itu sama
melangkahnya lebih enak, nilanya sama”.26
Jika dilihat dari sudut pandang hukum yang berlaku di Indonesia, terdapat
Undang Undang (UU) yang membahas tentang pernikahan, yaitu terdapat dalam
Undang Undang Perkawinan (UUP) No. 1 tahun 1974. Pada dasarnya, hukum
perkawinan di Indonesia tidak mengatur secara khusus mengenai perkawinan
pasangan beda agama sehingga ada kekosongan hukum. Mengenai sahnya
perkawinan adalah perkawinan yang dilakukan sesuai agama dan kepercayaannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UUP yang berbunyi “Perkawinan
adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu”. Hal ini berarti UUP menyerahkan pada ajaran dari agama
masing-masing Jika dihubungkan dengan menikah beda agama, kita ketahui
bahwa dalam beberapa ajaran agama, tidak boleh pemeluk agama itu menikah
dengan orang yang berbeda agamanya. dalam ajaran Islam wanita tidak boleh
menikah dengan laki-laki yang tidak beragama Islam (Al Baqarah [2]: 221).
Selain itu, juga dalam ajaran Kristen perkawinan beda agama dilarang (II Korintus
6: 14-18).27
26
Wawancara Pribadi Dengan Romo Yakobus Rudiyanto, SJ, Keuskupan, 07 Juni 2013. 27
Hukum Online. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl290/kawin-beda-agama-
menurut-hukum-indonesia. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 3 Mei 2014, pukul 21:00 WIB.
95
Ada yurisprudensi Mahkamah Agung (MA) yaitu Putusan MA No. 1400
K/Pdt/1986. Putusan tersebut antara lain menyatakan bahwa Kantor Catatan Sipil
saat itu diperkenankan untuk melangsungkan perkawinan beda agama. Dalam
pertimbangannya, MA mengatakan bahwa dengan diajukannya permohonan untuk
melangsungkan perkawinan kepada Kepala Kantor Catatan Sipil di Jakarta, harus
ditafsirkan bahwa pemohon berkehendak untuk melangsungkan perkawinan tidak
secara Islam dan dengan demikian harus ditafsirkan pula bahwa dengan
mengajukan permohonan itu pemohon sudah tidak menghiraukan lagi status
agamanya (agama Islam). Sehingga Pasal 8 huruf f UU Perkawinan tidak lagi
merupakan halangan untuk dilangsungkannya perkawinan yang mereka
kehendaki, dan dalam hal/keadaan yang demikian seharusnya Kantor Catatan
Sipil sebagai satu-satunya instansi yang berwenang untuk melangsungkan atau
membantu melangsungkan perkawinan yang kedua calon suami istri tidak
beragama Islam wajib menerima permohonan pemohon. Jadi, pada dasarnya
secara ketentuan perundang-undangan tidak bisa dilakukan pernikahan beda
agama di Kantor Catatan Sipil. Akan tetapi dengan adanya yurisprudensi MA,
pernikahan beda agama di Kantor Catatan Sipil dimungkinkan.28
Sedangkan dalam hukum Islam yang ada di Indonesia, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil
Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M menetapkan bahwa perkawinan beda agama
haram hukumnya. Hal ini dipertimbangkan karena belakangan ini banyak
28
Hukum Online. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fbe3488e83de/
perkawinan-beda-agama-di-kantor-catatan-sipil-atau-di-luar-negeri, Diakses pada hari Sabtu,
tanggal 3 Mei 2014, pukul 21:00 WIB.
96
terjadinya perkawinan beda agama, selain itu perkawinan beda agama ini bukan
saja mengundangperdebatan di antara sesama umat Islam, akan tetapi juga
seringmengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat. di tengah-tengah
masyarakat telah muncul pemikiran yangmembenarkan perkawinan beda agama
dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan, maka dari itu diturunkanlah
fatwa MUI tentang pernikahan beda agama. Hal ini bertujuan mewujudkan dan
memelihara ketentraman kehidupanberumah tangga, MUI memandang perlu
menetapkan fatwa tentangperkawinan beda agama untuk dijadikan pedoman.29
Menurut sebagian Masyarakat yang menjalani hubungan beda agama,
perbedaan keyakinan bukan merupakan sebuah masalah besar jika mereka saling
menghargai agama dari pasangan masing-masing. Toleransi menjadi pondasi
utama dalam sebuah hubungan dalam menjalani sebuah hubungan yang
berbedakan keyakinan. Toleransi dalam hal ini merupakan saling pengertian
antara pasangan dan tidak adanya paksaan sebelah pihak untuk mengikuti agama
yang diyakininya. Selain toleransi komunikasi yang baik dan harmonis juga
sangat mempengaruhi suatu hubungan.
“Selama bisa saling menjaga (tidak mempengaruhi keyakinan) ya bagi kami
tidak ada masalah. Terkecuali salah satunya memang ingin memeluk salah
satu agama dari pasangan itu (bukan karena terpaksa). Sebenarnya wajar-
wajar saja. karena cinta itu tidak bisa dengan sengaja kita yang menentukan.
Hati kan Sang Pencipta yang membolak-balikannya.”30
Semua pandangan Masyarakat tentang percintaan beda agama
membicarakan seputar toleransi antar sesama. Komitmen yang kuat untuk saling
29
Scribd. http://www.scribd.com/doc/15117409/Fatwa-MUI-Tentang-Nikah-Beda-
Agama, diakses pada hari Sabtu, tanggal 3 Mei 2014, pukul 21:00 WIB. 30
Wawancara Pribadi Dengan Teguh Khadafi Samudra, Masyarakat yang Menjalin
Hubungan Beda Agama, Pamulang, Sabtu, 03 Mei 2014, 11:00 WIB.
97
bersama juga merupakan kunci kelancaran hubungan antar pasangan yang berbeda
keyakinan. Tidak sedikit masalah yang datang, dari pihak keluarga maupun diri
sendiri. Karena berbeda keyakinan merupakan perbedaan sakral sebuah pasangan.
“Jujur, jalanin hubungan yang beda keyakinan itu memang susah banget.
Karena beda agama itu intinya kita beda prinsip, beda cara memandang
sesuatu. Dan ada kalanya bertentangan banget, dan nggak mungkin untuk
kompromi.”31
Tidak sedikit juga Masyarakat yang masih bingung untuk membawa
hubungannya ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Karena pada
dasarnya tiap-tiap agama memiliki peraturan dan hukum agama yang berlaku.
Tetapi sebagian dari mereka lebih memilih hubungannya mengalir begitu saja,
tetapi belum mengetahui akhirnya akan dibawa seperti apa. Hal ini disebebkan
oleh hukum agama yang berlaku.
“tapi ya sesayang apapun tetap belum ada ujungnya (menikah). Dari
namanya aja udah cinta beda agama, jadi perjuangannya itu dua kali lipat
dari yang seagama. Tapi itulah yang buat hubungan kita makin spesial dan
kaya dimata semua orang. Karena kita beda, tapi bukan berarti dengan
perbedaan itu kita pecah. Tanggapan keluarga sejauh ini sama-sama saling
menerima dengan baik. Tapi kalau untuk hubungan yang lebih serius
(menikah) kayaknya belum deh.”32
Kebanyakan dari masyarakat yang menjalin hubungan beda agama
beranggapan bahwa tidak ada yang membeda-bedakan mereka. Agama bukanlah
hal besar yang membedakan mereka. Yang membedakan mereka hanya tata cara
beribadah dan berdoa saja. Prinsip dasar mereka dalam beragama sama, yaitu
menjadi manusia yang lebih baik lagi.
31
Wawancara Pribadi Dengan Djohan Effendy, Masyarakat yang Menjalin Hubungan
Beda Agama, Pamulang, Sabtu, 03 Mei 2014, 14:00 WIB. 32
Wawancara Pribadi Dengan Aqila Narayya, Masyarakat yang Menjalin Hubungan
Beda Agama, Bintaro, Minggu, 04 Mei 2014, 19:00 WIB.
98
“Dengan pacaran beda agama kita ambil positif bahwa di dunia ini kita
semua satu, cuma cara ritual atau ibadahnya saja yang beda-beda. Jadi kita
salah kalau kita menjudge orang yang berhubungan beda agama itu aneh
atau bahkan mungkin sesuatu yang menjijikan. Pada dasarnya semua agama
sama, mengajarkan tentang hal-hal kebaikan, hanya cara ibadahnya saja
yang berbeda.”33
Hampir semua Masyarakat yang menjalin hubungan beda agama sama
ketika menjawab prihal percintaan beda agama menurut pandangannya. Mereka
menjawab hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan tidak dapat dipaksakan
oleh siapapun. Perbedaan agama bukan menjadi sesuatu masalah yang besar bagi
mereka. Karena pada dasarnya semua agama sama, yaitu menginginkan
pemeluknya menjadi seseorang baik. Salah satu hal yang menjadi penghalang
besar dalam hubungan mereka adalah komunikasi yang tidak efektif antara kedua
belah pihak. Toleransi sangat ditekankan oleh semua yang menjalankan
percintaan beda agama.
“Kalau ditanya seperti apa ya sebenarnya kita itu sama saja seperti layaknya
orang pacaran pada umumnya. Tapi yang bikin kita berbeda dari pasangan
yang lainnya itu hanya tentang agama saja. Kalau masalah perbedaan agama
kita itu sih sudah termasuk bagaimana kita bertoleransi. Jadi kita harus bisa
sama-sama saling menghormati satu sama lain untuk mempertahankan cinta
kita. Pada intinya ya jalan terus karna kita sama-sama saling mencintai.
Masa agama menjadi halangan? Orang kadang lupa bahwa tujuan orang
beragama itu adalah menjadi orang yang lebih baik lagi. Agama adalah
sebuah penuntun, walaupun tiap agama punya ciri khas sendiri, tapi ujung
pangkalnya tetap sama yaitu berbuat baik. Jadi menurut kami agama itu
tidak diciptakan untuk menghalangi cinta. Kalau mau omongin tentang
kedepannya bagaimana ya kita harus siap dengan segala tuntutan dan
masalah yang ada. Tapi pada intinya cinta itu akan sangat terlihat jika kita
bisa mempertahankan pasangan kita satu sama lain apapun perbedaannya.”34
33
Wawancara Pribadi Dengan Dinda Ayuningtyas, Masyarakat yang Menjalin Hubungan
Beda Agama, Ciputat, Jum‟at, 02 Mei 2014, 11:00 WIB. 34
Wawancara Pribadi Dengan Dina Maulida, Masyarakat yang Menjalin Hubungan Beda
Agama, Ciputat, Jum‟at, 02 Mei 2014, 15:00 WIB.
99
Pada dasarnya agama manapun tidak menginginkan pernikahan yang
berlandaskan dengan perbedaan keyakinan. Tidak hanya agama Islam dan Katolik
saja, tetapi agama lainpun demikian. Hal ini banyak terjadi di kalangan
masyarakat pada umumnya. Kurangnya keimanan dan keyakinan dengan
Tuhannya merupakan salah satu pemicu terjadinya percintaan beda agama.
Walaupun menurut mereka pribadi mereka masing-masing cinta itu tidak dapat
dipaksakan atau tidak dapat diatur oleh apapun dan siapapun.
Oleh karena itu, permasalahan tentang percintaan beda agama yang terjadi
di masyarakat luas saat ini hendaknya harus diperhatikan oleh masing-masing
orang tua agar anaknya tidak berpindah keyakinan serta mendidik anak agar
menguatkan iman dan kepercayaan mereka kepada Tuhan-Nya agar terciptanya
kehidupan masyarakat beragama yang lebih baik.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdsarkan penelitian atau riset yang penulis lakukan terhadap analisis
wacana Teun A Van Dijk yang dilihat dalam segi teks, konteks sosial, dan kognisi
sosial tentang percintaan beda agama dalam film Cinta Tapi Beda, maka hasil dari
penelitian atau riset yang dilakukan oleh penulis menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari Segi Teks/Naskah Skenario
Dilihat dari segi teks/naskah skenario, penulis menyimpulkan bahwa:
a. Struktur Makro. Struktur makro merupakan tematik/tema dari
skenario/naskah film Cinta Tapi Beda. Tema besar yang terdapat dalam
film Cinta Tapi Beda adalah tentang percintaan antar dua orang yang
berbeda keyakinan, toleransi antar umat yang berbeda agama, keimanan
antar umat kepada Tuhannya, serta kebudayaan dan kebhinekaan suku
Minang dan Jawa.
b. Superstruktur. Superstruktur merupakan skematik/skema atau alur. Skema
dalam film Cinta Tapi Beda adalah membahas mengenai alur cerita dari
pendahuluan sampai akhir. Diawali dari Opening Bill Board (OBB) yang
menamilkan gambar dapur cafe tempat Cahyo bekerja. Kemudian Opening
Shoot, barulah memasuki bagian-bagian scene yang diikuti dengan
101
penampilan nama-nama tim produksi. Setelah itu barulah masuk pada
Conflic Scene atau klimaks yang menceritakan tentang perjuangan Cahyo
dan Diana dalam memperjuangkan cinta mereka. Kemudian masuk ke
tahap Anti Klimaks atau solusi yang menceritakan tentang solusi yang tepat
untuk persoalan mereka, setelah itu barulah masuk kepada Ending atau
akhir cerita yang berujung pada bertemunya antara Cahyo dan Diana,
diikuti dengan Theme Song film Cinta Tapi Beda dan penampilan judul
film yaitu Cinta Tapi Beda, lalu dilanjutkan dengan credite title yang
menayangkan nama-nama pemeran serta tim produksi film.
c. Struktur Mikro. Struktur mikro atau terdiri dari semantik, sintaksis,
stilistik, dan retoris. Semantik terbagi menjadi empat, yaitu latar, detail,
maksud, dan peranggapan. Sintaksis terdiri menjadi tiga, yaitu koherensi,
bentuk kalimat, dan kata ganti. Kata-kata yang dipakai merupakan gaya
bahasa yang dipakai oleh penulis skenario dan terdapat dalam skenario.
Stilistik atau gaya bahasa yang digunakan dalam film Cinta Tapi Beda
yaitu bahasa Indonesia, serta bahasa Minang dan Jawa. Retoris terbagi
menjadi tiga, yaitu grafis, metafora, dan ekspresi. Grafis dapat dilihat dari
pengambilan gambar dalam film Cinta Tapi Beda yaitu close up, medium
close up, establish shot, zoom in, dan lain sebagainya. Tetapi di dalam
skenario film Cinta Tapi Beda itu sendiri istlah pengambilan gambar
tersebut tidak tercantum.
102
2. Dari Segi Kognisi Sosial
Film ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh sutradara film Cinta
Tapi Beda. Sutradara sekaligus penulis skenario film Cinta Tapi Beda
memandang bahwa selain dirinya banyak masyarakat Indonesia yang
mengalami hal serupa dengannya. Memperjuangkan kisah percintaan mereka
walaupun berbeda pada landasan keyakinan. Masalah-masalah yang dihadapi
oleh Cahyo dan Diana dalam film Cinta Tapi Beda juga merupakan
permasalahan pada umumnya yang dihadapi oleh setiap pasangan yang
berbeda keyakinan.
3. Dari Segi Konteks Sosial
Sesuai dengan cerita film Cinta Tapi Beda, yang bertemakan kisah tentang
seseorang yang menjalani hubungan berdasarkan keyakinan yang berbeda.
Dalam konteks yang berkembang di masyarakat, banyak masyarakat Indonesia
yang menjalankan hubungan tersebut. Dari agama Islam sendiri dilarang keras
menikahi selain agama Islam, tetapi dalam agama Katolik dibolehkan dengan
adanya perkawinan campur atau perkawinan antara umat Katolik dengan umat
lainnya. Walaupun menurut pandangan dari ulama agama Islam dan Katolik
sebaiknya tidak terjadi hubungan tersebut demi kelangsungan hidup yang
seimbang dan bahagia.
103
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis terhadap percintaan
beda agama dalam film Cinta Tapi Beda, penulis ingin memberikan saran,
diantaranya:
1. Hendaknya film Indonesia, dapat terus memberikan film-film yang
berkualitas, tidak hanya menghibur penontonnya, tetapi juga memberikan
edukasi bagi penontonnya, bahkan jika perlu dapat memberikan perubahan
penonton ke arah yang lebih baik lagi.
2. Film Cinta Tapi Beda merupakan film tentang percintaan beda agama,
oleh karena itu, film ini bisa dijadikan bahan acuan diskusi tentang
percintaan beda agama pada umumnya.
3. Film Cinta Tapi Beda merupakan salah satu karya anak Negri yang
berkualitas, dengan dibuktikannya beberapa penghargaan yang didapat
dari film tersebut. Semoga film Indonesia dapat terus memberikan film
yang berkualitas.
4. Semoga dengan adanya film ini, bisa memberikan pesan yang mendalam
kepada masyarakat tentang permasalahan perbedaan agama, dan toleransi
antar umat beragama.
5. Semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan dorongan untuk
terus mengkaji dan menelaah setiap pesan yang terkandung dalam sebuah
film.
104
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, Abu Musa. Kitab Cinta:Perjalanan Menuju Surga. Jakarta: Gema
Insani, 2011.
Ardianto, Elvinaro dan Lukati Komala Erdiana. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Azhar, Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana, 2012.
Biagi, Shirley. Media/Impact Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet. ke-4. Jakarta: Kencana, 2007.
Endarmoko, Eko. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2006.
Erianto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS,
2000.
Dijk, Teun A Van. Analyzing Discourse: Text and Talk. Georgetown: Georgetown
University Press, 1981.
Hasan, Shadily. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ikhtisar Baru – Van Hoeve, 1980.
Imanjaya, Ekky. Who Not: Remaja Doyan Nonton. Bandung: PT Mizan Budaya
Kreativa, 2004.
J. Waluyo, Hermawan. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT
Hanindita, 2003, cet. Ke-2.
Kriswanta. Tanya Jawab Tentang Perkawinan Secara Katolik. Yogyakarta:
Kinanius, 2012.
M. Echols, John & Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia, 2000.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga,
1987.
Morisan. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan televisi. Tangerang:
Ramdina Prakarsa, 2005.
105
Nasir, Bachtiar. Anda Bertanya Kami Menjawab. Jakarta: Gema Insani, 2012.
Parera, JD. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.
Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Analogi Film Pendek, Eksperimental &
Documenter. Jakarta: Fatma Press, 1977.
Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BPSDM Citra
Pusat Perfilman, 2000.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005.
Rijal Hamid, Syamsul. Tuntutan Perkawinan Dalam Islam. Bogor: Cahaya Islam,
2012.
Rivers, William, dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana,
2008.
Ryanto, Tony. Film Indonesia Sudah Tumbuh. Jakarta: Pintar Press, Persatuan
Perusahaan Film Indonesia, 2012.
Siagian, gatot. Menilai Film. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Cet. ke-4. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.
Syarbini, H Amirullah, dan Dr. H. Hasbiyallah, Anda Bertanya Ustadz Menjawab.
Bandung: Ruang Kata, 2013.
Uchjana, Onong. Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003.
http://www.kapanlagi.com diakses pada tanggal 10 Januari 2013
http://www.republika.co.id diakses pada tanggal 10 Januari 2013
http://gemintang.com diakses pada tanggal 19 September 2013
http/wikipedia.org diakses pada tanggal 19 September 2013, 1 Mei 2014
106
http://www.scribd.com diakses pada tanggal 03 Mei 2014
http://www.hukumonline.com diakses pada tanggal 03 Mei 2014
Wawancara pribadi dengan Hestu Saputra. Jakarta, 10 Oktober 2013.
Wawancara pribadi dengan Romo Rudi Yakobus, SJ. Bekasi, 07 Juni 2013.
Wawancara pribadi dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi. Depok, 22 Juni 2013.
107
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Hasil Wawancara Pribadi dengan Hestu Saputra
Sutradara Film Cinta Tapi Beda
Hari rabu, tanggal 10 Oktober 2013, pukul 13:00-15:00. Tempat, Dapur Film
T: Bisa sedikit ceritakan bagaimana awal mula Mas memasuki dunia perfilman
sampai bisa menjadi seorang sutradara seperti sekarang ini?
J: Dulu itu pertamanya magang. Jadi saya dari Yogja, saya sekolah di akademi
komunikasi di Yogja, kemudian saya sering bikin film di Yogja, bikin film
karya, dan akhirnya kita butuh magang. Dan ketika magang itu saya gak mau
cuma di Yogja, saya butuh nasional, akhirnya saya berdua teman saya kita ke
Jakarta. Pertama kali itu di film Get Married, nah saat di film itu saya magang
dan saya menjadi script. Tadinya saya bilang ke Mas Hanung, Mas saya mau
jadi sutradara, saya mau magang kesutradaran. Katanya kalau sekarang gak
bisa udah penuh di pensutradaraan, kamu yang besok aja yang sundel bolong
waktu itu katanya. Ya sudah aku di Sundel Bolong oke. Aku waktu itu udah
mau pulang duluan, ternyata ada butuh bantuan di script, ya sudah aku masuk
ke script film Get Married. Sebenarnya script itu penyutradaraan juga. Habis
Get Married aku masuk ke Sundel Bolong, di Sundel Bolong aku jadi
sutradara, itu tahun 2006/2007. Nah disitu aku disuruh main sama Mas
hanung sekalian menyutradarai. Habis Sundel Bolong aku pulang nyusun
laporan skripsi, terus aku bikin film lagi disana. Setelah apa yang aku dapat
disini aku aplikasikan langsung, aku bikin film lagi aku kumpulin semua
teman-teman yang disana. Mereka support bikin film. Setelah bikin film terus
dan tepat pas film Perempuan Berkalung Sorban itu syutingnya di Yogja,
kemudian aku diajak ke Jakarta lagi untuk syuting Janda Kembang saat itu.
Waktu itu kan baru jadi asisten dua, tiga, nah pertama kali aku megang co-
director itu di Get Married 2, nah di Get Married 2 itu udah dilepas sama Mas
Hanung, waktu itu aku sama Iqbal Rais juga. Itu ujian pertama aku, pokoknya
disitu itu ujian banget. Setelah itu bikin film setelah-setelahnya selesai, itu
masih co-director. Kalo film layar lebar pertama itu ya Pengejar Angin, film
ini dilepas sama beliau. Sebelum ini bikin FTV dulu sama video clip itu juga
sedikit-sedikit mulai dilepas, setelah itu baru bikin layar lebar, film Pengejar
Angin sama Cinta Tapi Beda. Memang butuh proses dan step by stepnya.
T: Apa latar belakang Mas ingin membuat film tentang percintaan beda agama
ini? Apa yang menjadi problema mendasar yang diangkat dalam film ini?
J: Mas Hanung itu dulu selalu bilang, karna beliau guru saya beliau selalu bilang
“bikin film itu yang dekat sama kamu” itu pointnya. Yang deket sama aku ya
itu. Saya sendiri Katolik tapi saya punya pacar selalu muslim. Dikeluarga
saya juga gitu, kebetulan saya Jawa, kakek saya itu kepercayaannya kejawen,
kalau itu udah beda lagi tuh. Nah anak-anak pakde saya, om saya itu Katolik,
gak tau ikut siapa padahal kakek nenek saya kepercayaan kejawen, mungkin
karena perkembangan zaman dan mereka butuh sesuatu yang konkrit,
mungkin begitu menurut mereka. Om pakde saya sendiri itu ada yang
menikah sama temen-temen dari muslim, jadi dari situ sudah kebangun itu. Di
keluarga saya sendiri kakak saya juga mualaf, adik saya juga udah nikah itu
juga beda, jadi semua beda. Kakak-kakak sepupu saya juga seperti itu, jadi di
keluarga besar saya memang terjadi seperti itu. Hal ini direspon sama Mas
Hanung, gimana kalo bikin film itu aja, ya udah ayok gitu, kemudian diajuin
ke Multi. Oke kamu bikin cerita, aku bikin cerita. Aku bikin cerita, dan waktu
itu ada kontrak film 10 sama Multi, nah Cinta Tapi Beda itu film pertamanya.
Film pertama sama Multi ya itu yang dibikin. Terus saya observasi, setiap
orang yang ketemu saya, saya bilang kalau saya mau bikin film tentang beda
agama kemudian saya ceritakan sama mereka, dan responnya selalu orang
tersebut menceritakan kembali, mereka bilang kalau mereka juga punya
teman yang kasusnya sama, mereka punya saudara, keponakan, kakak atau
siapapun itu setiap orang kasih cerita tentang itu balik. Gak ada yang gak.
Malah mereka yang bercerita kembali. Saya berfikir berarti banyak, karena
dilingkungan kuliah saya juga begitu, semua yang waktu itu mempelajari
agama Katolik itu dapat pacarnya muslim semua. Terus saat saya mau bikin
film juga ada yang jadi mualaf, ada yang jadi katolik, ya pokoknya adil lah
disitu. Makin kuatlah saya bikin film itu. Sampe waktu itu saya ke Bogor, di
kaki bukit gunung salak, waktu itu saya memang sering menenangkan diri.
Disitu kan ada penjaganya, dan penjaganya kan orang terpencil gitu. Bahkan
ketika saya minta saran dengan dia, dia yang bukan siapa-siapa dan dia gak
tau tentang film, gak tau tentang apa-apa, tapi saya cerita. Saya cerita bahwa
saya mau bikin film tentang begini begini begini, dia juga cerita akhirnya, ada
beberapa temannya, bahkan dia bilang malah ada beberapa tetangga dia juga
yang begitu. Ya sudah berarti semakin kuat, oke saya jalan. Jalan bikin cerita
segala macam, terus riset, ya udah kita jalan semua.
T: Bagaimana proses pembuatan film itu sendiri?
J: Dalam cerita itu bagaimana kita mengemasnya, pengemasan yang kemudian
menjadi bentuk skenario. Ada beberapa hal yang paling dalam yaitu ketika
saya pacaran dengan orang Padang. Pacar saya orang Padang, sedangkan saya
orang Yogja. Di film itu saya balik religinya, tapi asalnya tetap. Karena waktu
itu kita melihat disana itu ada kebhinekaan. Jadi kita mencari apa saja yang
menarik. Ketika bikin film itu formula-formulanya itu harus terus digali, terus
dikasih ini dan itu, nah ketika di Padang itu terkenal dengan teman-teman
muslim dan ketika itu juga ada yang bukan muslim, hal itu sangat menarik
dan real. Itu lebih menarik dari pada yang muslim itu sudah biasa. Bukan
berarti kita mencari konflik atau kontroversi. Kemudian riset dulu, itu waktu
kita bedah naskah. Riset dan dikirim kesana, ternyata disana ada Greja
Kategral. Greja Kategral itu pasti disitu banyak Katoliknya. Terus saya
kesana ternyata memang banyak. Dan banyaknya itu memang bukan asli
Minang, tapi kebanyakan pendatang, ada yang dari Nias lah, dari Batak, dan
ada juga yang satu dua orang asli Minang. Dan sampai sekarang itu ada. Ya
udah akhirnya oke, kita berangkat dari situ. Setelah itu jadilah naskah dan
alur ceritanya sama seperti yang ada di skenario.
T: Selama proses pembuatan film apa saja hambatan-hambatannya?
J: Kalau hambatan tidak ada sebenarnya. Hambatannya waktu itu malah saat kita
syuting tinggal lima hari malah mau diberhentiin. Itu dari produsernya.
Produsernya merasa kenapa film ini harus dibikin, dia rasa film ini gak perlu
dibikin waktu itu. Produsernya waktu itu Pak Ramm dan Mas Hanung.
Kemudian saya meeting berdua sama Mas Hanung, pokoknya gimanapun
caranya film ini harus jalan, gimana caranya mau taruhan nyawapun film ini
tetap harus jalan. Karena sangkutannya udah orang banyak, udah persiapan
segala macam, kalo ga jalan malah pihak Multinya yang akan rugi. Kemudian
cari pemain itu pasti. Kebetulan pemainnya, Reza Nangin itu kan sebenarnya
dia Kristen disitu jadi tokoh Muslim, saya balik lagi itu. Agni sebenarnya
juga Muslim, dan dia jadi tau Kristen. Tapi selama proses syutingnya itu tidak
ada masalah, mereka pure main ya main. Mereka jujur kok mainnya secara
jujur. Jadi sebenarnya gak ada masalah. Syuting di Padangpun kita gak ada
masalah, syuting aja minta izin segala macam tetap ada semuanya di Yogja
juga sama. Hampir tidak ada masalah karena kita sudah riset segala macam
jadi hambatannya itu tidak ada. Malah justru kesulitannya itu bagaimana film
ini pada hasilnya nanti semuanya berjalan beriringan, itu yang paling susah
disitu. Makanya disitu tidak ada istablish Greja, mana ada istablish Masjid,
dan itu gak ada ditampilkan berulang-ulang. Paling di Grejanya pas terakhir
mereka menikah itu, dan paling saat berdoa dikamar dengan simbol-simbol
kecil. Dan itu adil, ada yang lagi sholat, ada yang lagi berdoa. Dan pas di
Masjidpun gak istablismen Masjid terus mereka berdua, di Grejapun hanya
didalam aja ada istablish kecil, jadi saya menampilkan itu sesuatu hal yang
besar. itulah yang susah, mengimbangi dan berjalan bareng dan itu netral.
disitulah saya merasa cukup berhasil. Kesulitannya itu, bagaimana kita
menjadi netral, karena saya si pelaku.
T: Kenapa film ini diberi judul “Cinta Tapi Beda”? Tolong dijelaskan filosofi dari
judul film tersebut?
J: Judul awalnya sebenarnya bukan Cinta Tapi Beda, tapi empat sisi. Filosofinya
itu ada empat tokoh, tapi tokoh yang satu itu gak kuat, empat tokoh itu si
Agni dengan Reza Nangin, terus si Choki, ada Ratu Felisa. Pada waktu itu tuh
mereka porsinya sama, mereka banyak. Tapi pas di draft terakhir si Choki itu
porsinya cuma di belakang, dan si Ratu Felisa porsinya cuma dua scene, nah
disitu menurut kita empat sisi ini gak kuat filosofinya, jadi kita ganti yang to
the point yaitu Cinta Tapi Beda, kenapa merah putih ya ini di Indonesia.
T: Tema besar yang ingin diangkat selain tentang percintaan beda agama serta
toleransi berbeda agama dalam film ini apa lagi?
J: Kultur. Memang sengaja. Biar orang-orang tertentu itu tau bahwa kita ini kan
hidup berbeda-beda dengan lima agama, bahkan enam yang satu itu dihapus
Konghuchu, masuk pas zamannya Mega dulu dan terhapus saat terakhir-
terakhir ini. Nah maksud aku itu ada keseimbangan disitu. Mau
membicarakan kerukunan sih sebenarnya, toleransi. Nah kalau mau
ngomongin garis besar cintanya ya bagaimana kondisi mereka mencintai,
bahkan bukan agama tapi ya kultur antara Chines dan Jawa, itu saja belum
tentu disetujui. Perjuangannya sama kayak beda agama lainnya, ketika Arab
sama Jawa, itu kan etnis. Itu semua gak jauh beda, dan gak boleh sebenernya.
Jadi biar mendobrak atau melihat bahwa kita itu berada di lingkungan ini, jadi
kalau bersinggungan antara satu dengan yang lain itu udah wajar.
T: Dalam hal pemilihan setting lokasi, kenapa mas memilih di Yogja dan di
Padang?
J: Kenapa saya memilih Yogja dan Padang itu sebenarnya dari true story, ini real
dan saya pengen menghadirkan semuanya itu real, jadi gak ada batasan. Ya
inilah Indonesia, punya banyak agama, kita punya banyak kultur, ketika itu
bersinggungan belum tentu itu bisa jadi satu.
T: Bagaimana proses pemilihan aktris atau aktor dalam pemeran film ini? Adakah
kriteria-kriteria tertentu?
J: Pasti ada kriterianya, jadi saya waktu itu pengen konsepnya itu sebagaimana
mungkin saya bisa ngejar bahwa itu realistis. Karna realistis, jadi saya gak
mencari pemain yang besar, karena kalau pemain besar udah ke cap disitu.
Misalkan kayak Reza Rahardian atau Lukman Sardi, itu orang sudah melihat
sosoknya dia, kalau disini itu mereka berangkat dari bukan siapa-siapa, ini
orang biasa. Orang biasa yang kebetulan mereka beda agama, beda kultur dan
ketika mereka di Jakarta mereka ketemu, kemudan mereka punya perasaan
suka sama suka yang menjadi cinta. Nah ketika mereka mencintai selanjutnya
mereka kan ingin berkeluarga dan punya anak, itu kan siklus kehidupan yang
normal, nah ketika mereka ingin menjalankan itu kok hambatannya banyak
banget ketika mereka beda. Nah maksud aku ini mereka berangkatnya dari
bukan siapa-siapa. Kalau artis seperti Lukman Sardi itu orang-orang udah
melihat ini kalangan artis, orang melihatnya bisa ada jarak, kalau disini
enggak dari semua konsep gambar, konsep apapun, konsep pergerakan
kamera itu semuanya aku bikin real, jadi gampang masuk ke penonton.
T: Pandangan Mas tentang tokoh Cahyo dan Diana dalam film tersebut
bagaimana? Orang tua Cahyo dan orang tua Diana, om dan tante Diana yang
berhasil menjalani hidup berumah tangga dengan beda agama, serta teman
dekat Cahyo (David) dan guru tari Diana (mbak Dhian)?
J: Memang si tante sama omnya Diana itu, karakter mereka sengaja kita hadirkan.
Bahwa ada juga yang beda agama dan mereka udah berkeluarga dan mereka
fine aja. Mau ngomongin itu aja, dan itu juga banyak. Film saya itu film
personal, jadi gak bisa dilihat dari sudut pandang siapapun sebenarnya.
Tergantung personalnya sebenarnya, dia mau apa, dia mau pemahamannya
seperti apa, itu film personal. Toh banyak juga yang memilih gak punya
agama kalau mau jujur-jujuran.
T: Dalam film tersebut ada kata-kata “Apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak
dapat dipisahkan oleh manusia” bisa dijelaskan maksud dan arti mendalam
dari kata-kata tersebut?
J: Itu dari salah satu ayat Al-Kitab. Kata-kata itu diucapkan oleh Cahyo ketika
melamar Diana. Cahyo kan Muslim, tapi dia orang yang intelek. Ketika dia
jadi chef dia belajar banyak, apa lagi punya pasangan. Maksudnya orang yang
berfikiran terbuka ya terbuka aja dia bisa menerima semuanya tapi masalah
keyakinan itu lain. Tapi dia bisa belajar apa aja. Nah itu karena si Cahyo udah
gak punya senjata lagi, waktu itu kan sudah klimaksnya dan dia gak punya
senjata lagi membuat ibunya berfikiran terbuka, disaat kalut dia harus
mengeluarkan kata-kata itu.
T: Pada ending film dibuat mengambang atau tidak diketahui ujungnya nanti
bagaimana kisah mereka, bisa dijelaskan maksud dari ending seperti itu
kenapa?
J: Sengaja karena film kita itu film personal, jadi setiap orang itu punya jalan
masing-masing. Entah nanti si Cahyo jadi mualaf, entah nanti mereka kawin
beda agama, entah mereka bersatu atau enggak itu tuh kita open mind, ke
semua penonton itu terserah penonton mau pilih jalan yang mana, karena
udah banyak contoh ada yang nikah diluar terus dibawa ke Indonesia, ada
yang pisah, jadi banyak kasus yang kita gak bisa ngasih ke penonton
memaksa penonton untuk memilih salah satu itu. Karena dari awal
bangunannya ya memang itu tidak bisa diwakili oleh personal siapapun. Ya
disitu Cahyo ya Cahyo, si Diana ya Diana. Ketika nanti saya memilih mereka
menikah terus bahagia, memang film Indonesia penonton ingin semua
filmnya happy ending, tetap kita kasih happy ending tapi karena ini sebuah
pemikiran yang penting dan film itu sarana komunikasi yang baik dan bagus
bahkan sampai semuanya itu bikin film segala macam buat menyampaikan
pesan. Nah takutnya saya nanti saya malah mendoktrin penonton kalau seperti
itu. Saya gak mau itu. Jadi ya biarin, yang ngejalanin ya jalanin, kalo bingung
ya mereka bisa konsultasi dengan orang-orang terdekatnya mana jalan yang
terbaik, mereka punya jalanan hidupnya masing-masing kok.
T: Seperti yang telah kita ketahui banyak pemberitaan-pemberitaan positif dan
negative tentang film ini, bagaimana Mas menilai pemberitaan tentang film
ini dikalangan Masyarakat?
J: Kalau itu saya menyikapinya wajar. Ada yang pro dan kontra itu setiap
persoalan setiap hal dan apapun itu wajar. Bahkan di lingkungan kantor saya
ini juga ada yang suka bahkan gak suka sama saya nah itu hal wajar. Ketika
mereka mengeluarkan statement mereka itu ya kita terima, asalkan dalam
batas-batas tertentu. Kalau sampai mereka ke pengadilan ya udah ayo apa
salahnya kalau begitu, maksudnya kita merasa dan menyugukan bahwa ini
real kok. Ya memang ada yang menyinggung di dakwaannya ke saya, Mas
Hanung dan Pak Ramm, bertiga itu. Pasalnya karna itu menanamkan
kebencian, tapi menanamkan kebencian yang mana? Sampe saat waktu itu
saya temui sendiri si Mbak Fahira itu, menanam kebencian yang mana segala
macam, saya disuruh mana narasumbernya, ya narasumbernya itu secret gak
bisa. Kalo ini sampai ke pengadilan, baru saya akan tunjukkan itu
narasumbernya, kalo ini Cuma koar-koar aja ngapain nanti yang ada kamu
malah akan mengintimidasi dia, keselamatannya tidak terjamin, malah kamu
yang menanamkan kebencian aku bilang gitu. Sampe saya disuruh bikin
pernyataan apa-apa segala macam ya saya gak mau orang saya gak salah.
Sebenarnya dulu dilaporkan ke polda, sama polda gak diproses karna gak ada
bukti, terus dilaporkan ke mabes, pindah lagi ke poltabes, ke poltabes kita ga
pernah dipanggil sama sekali karna memang ya setelah melihat filmnya ya
gak ada kesalahan, kalo ga ada kesalahan ya ngapain dipanggil. Memang
orang cari-cari ya kepentingan politik atau apa orang cari panggung kan
begitu. Kaya sekarang yang film Soekarno kan juga seperti itu. Akhirnya
mereka nuntut polisi, kalo gak disidik berarti kamu akan saya tuntut,
polisinya yang akan dituntut. Berarti kamu ada fair, ada apa sama si Hestu
sama si Hanung sama pak Ramm gitu. Ya udah dari pada ribut akhirnya
polisinya ngalah, akhirnya kita disidik. Disidiknya juga santai gak apa-apa.
Gak taulah orang punya pemikiran berbeda-beda punya tendensi masing-
masing. Mungkin kalo itu nama saya sendiri itu gak ada apa-apa, cuma
karena ada nama Mas Hanung disitu. Memang pada awalnya gak mau ada
nama Mas Hanung, tapi dari Multinya yang katanya biar rame, biar banyak
yang nonton. Ya kita gak bisa maksa karena mereka yang punya uang. Ya
menurut saya sih gak masalah tapi resikonya ya itu tadi. Pokoknya yang ada
nama Mas Hanung ya gitu deh. Apa lagi kan ini masalah agama, gak main-
main karena sensitive sekali.
Narasumber,
Hestu Saputra
(Sutradara Film Cinta Tapi Beda)
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Achmad Mubarok, S.Hi
Ustadz di Daerah Depok
Hari rabu, tanggal 22 Juni 2013, pukul 17:00-17:30. Tempat, Depok
T: Pengertian Cinta sendiri menurut pandangan islam atau pandangan Ustadz
sendiri bagaimana?
J: Kalau cinta itu ada beragam versi, kalau versinya Romeo dan Juliet itu kan
seperti itu, versinya Siti Nurbaya seperti itu, saya fikir kalau dalam Islam itu
cinta yang memang berdasarkan iman. Kata Nabi, orang akan merasakan
lezatnya iman jika Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari apapun, maka dia
akan merasakan kelezatan iman. Cinta yang benar itu ya cinta yang bisa
membawa keimanan. Kalau dilihat dalam film itu betul kata Bapaknya Cahyo,
bahwa cinta itu lebih kepada hawa nafsu, dan dia sudah buta. Love is blind itu
ya cinta membutakan mata hati. Makanya tidak akan mungkin orang bisa
bersatu dengan berbeda agama dan dia bisa merasakan dan menjalankan
agamanya masing-masing dengan baik, itu tidak mungkin kalau misalkan
mengorbankan iman. Kan tadi itu, orang akan merasakan iman dengan baik,
islam dengan baik dengan manis, itu kalau Allah dan Rasulnya sudah ia cintai
lebih dari segalanya. Bukti cintanya pertama dengan menyebut, misalnya kalo
ada wanita mencintai seorang lelaki pasti minimal dalam sehari menyebutlah
dalam hati dan fikiran, kedua selalu diingat, ketiga apa yang diinginkan
berusaha untuk dipenuhi. Sekarang kalau memaksakan kehendak dan
mengatasnamakan cinta tapi justru melanggar cinta haqiqi yang milik Allah itu
ya dia tidak akan bisa merasakan apa yang diinginkan walaupun beda tetapi
bisa bersama.
T: Pendapat Ustadz tentang film Cinta Tapi Beda itu seperti apa dari segi
percintaannya saja?
J: Kalo dari cerita bagus. Dari segi cerita film itu konfliknya ada, ceritanya juga,
penggambaran dan sebagainya juga bagus, hanya namun endingnya saja yang
tanda tanya. Kalau dari segi pemahaman memang ini adalah sebuah gambaran
nyata ketika ada orang yang akan menikah berbeda agama itu di awalnya sudah
ada konflik, itu sudah bermulakan dari awal. Walaupun ada gambaran orang
yang menikah berbeda agama tetap awet, nah ini buktinya Jamal Mirdad
dengan Lidya Kandau yang katanya rukun dan sebagainya tapi tetap saja
berpisah juga. Pasti berbeda prinsip itu tidak akan bisa sejalan dan bisa
menghasilkan suatu kebahagiaan, itu tidak mungkin. Kemudian selanjutnya
disitu membicarakan tentang toleransi, toleransi itu memang sangat diajarkan
dalam Islam. Nabi Muhammad mengajarkan bagaimana bertoleransi dengan
orang-orang berbeda agama, bahkan dengan orang yang pernah menyakiti
beliau sendiri beliau sangat bertoleransi. Tapi toleransi dalam hal aqidah itu
tidak ada ruang karena jelas, Lakum Dinukum Waliyadin. Ceritanya kan ketika
orang-orang kafir kepada Nabi ingin barter Tuhan, barter agama. Satu tahun
Nabi Muhammad ikut menyembah berhala, tahun depan orang musrik ikut
menyembah Allah, dalam rangka toleransi katanya. Tapi ditolak mentah-
mentah dan tegas Allah katakan Qul Ya Ayyuhal Kafirun dan seterusnya Lakum
Dinukum Waliyadin. Tetapi dalam hal sosial Nabi Muhammad itu sangat
toleran. Orang Yahudi hidup bahagia, tenang, aman di Madinah. Bahkan
orang-orang Yahudi juga banyak yang masuk Islam karena mereka merasakan
sikap toleransi yang luar biasa dari Nabi Muhammad. Dalam film itu bicara
toleransi tetapi dalam hal-hal yang sifatnya tidak lazim. Misalkan Cahyo
mempersilahkan Diana beribadah menurut agama Katoliknya, itu toleransi
karena kan ibadah menurut keyakinannya, begitupun sebaliknya. Tetapi ketika
ada pemaksaan Cahyo untuk memakan daging babi itu sudah gak toleran
sebenarnya. Dan ketika dia menyatukan cinta beda agama demi toleransi itu
juga tidak dibenarkan. Dan memang Cahyo itu memberikan alasan Laa Ikroha
Fiddin bahwa tidak ada paksaan dalam agama, itu bukan konteks pernikahan.
Tapi konteks pergaulan keseharian umat Islam terhadap umat lain itulah
toleransi kesana, kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk masuk ke
agama kita. Tetapi dalam konteks pernikahan dan perkawinan Laa Tankihul
Musyrikati Hatta Yukmina, sudah jelas. Walaupun ada ayat lain yang
mengatakan boleh bagi laki-laki muslim itu menikahi perempuan ahli kitab,
tapi dalam konteks perkinian uhlul kitab itu dipertanyakan masih ada atau
tidak. Sebenarnya ada banyak pesan dalam film ini, ada hal yang kontrofersi
tetapi ada juga pesan-pesan yang baik untuk kita, seperti pertama bagaimana
sikap orang tua pada prinsip keagamaannya dan berusaha menjaga anaknya
agar tidak berpindah agama, ini kan tugas orang tua, pelajaran buat orang tua
walaupun mungkin karena gerusan zaman, pergaulan dan lain-lain ini bisa
berubah. Kemudian yang kedua ada bakti dari anak kepada orang tua,
walaupun dalam film ini orang tua luluh juga. Tapi tetap kalau bicara soal
aqidah, siapapun, agama apapun, tidak akan memperbolehkan keluarga anak
itu menikah berbeda agama. Makanya tadikan dibilang sama Ibunya Diana itu
dua kakaknya itu sudah pengalaman pindah agama, walaupun sebenarnya
kebalikannya juga banyak. Menikah dengan orang islam, bahkan ada yang
dihamili dulu kemudian mau ga mau dia harus ikut lelakinya, itu bagian dari
strategi sebenarnya. Jadi prinsipnya pluraritas dalam kehidupan itu adalah
sebuah kenistayaan, karena Allah menciptakan kita kan macam-macam,
berbeda-beda, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa, tetapi plularisme itu yang
tidak bisa kita toleransi, yang mengatakan seluruh agama itu benar. Memang
seluruh agama itu benar menurut pemeluknya. Islam mengatakan Islam benar,
Kristen mengatakan Kristen benar, begitupun agama lainnya. Tetapi ketika
orang Islam mengatakan bahwa orang Kristen, Budha, Hindu itu semuanya
adalah benar secara keyakinan, itu yang salah. Ibaratnya kita ga punya prinsip
kalau seperti itu. Ibaratnya seperti jika seseorang ada di partai A seharusnya
dipartai A orang itu bisa mengembangkan, loyalitas, dan sebagainya ke partai
A, tidak mungkin dia membaguskan partai lain atau partai lain lebih baik dari
partai dia, itu berarti orang yang tidak konsisten, overtunis apa lagi dalam hal
agama. Kalau orang-orang plularisme itu yang mengusung plurarisme itu ya
seperti itu, orang-orang yang tidak punya konsistensi dalam berkeyakinan dan
berideologi, saya pikir lebih tepatnya mereka cari aman. Dan dalam tanda kutip
mungkin juga cari dana. Makanya orang-orang seperti itu overtunis, mohon
maaf ya. Sebenarnya kalau mau ngomongin cinta, pengorbanan, Tuhan yang
telah menentukan, kalau bicara cinta ya harus berkorban. Kalau berani cinta
maka harus berkorban, nah disini siapa yang berani berkorban. Kalau mau
berkorban ya salah satu harus berkorban aqidahnya kalau mau bicara cinta,
jangan pengorbanan yang lain saja tapi hal yang seperti itu ketika orang tidak
setuju dengan dia, dia gak mau berkorban. Kalau masalah cintanya itu sih
sudah manusiawi. Makanya kalau tidak sanggup untuk berkorban ya jangan
melakukan percintaan yang seperti itu, jangan mau bercinta dengan orang yang
lain agama, kan begitu artinya. Walaupun inti dari film itu adalah tentang
percintaan beda agama tapi banyak pesan positif yang didapat dari film
tersebut. Saya pikir hampir semua agama sama, prinsip pada keyakinannya itu
sama, cuma cara berfikirnya saja yang berbeda.
Narasumber,
Ustadz Achmad Mubarok, S. Hi
Hasil Wawancara Pribadi dengan Romo Yakobus Rudiyanto, SJ
Romo di daerah Kampung Sawah, Pondok Gede
Hari Jum‟at, tanggal 07 Juni 2013, pukul 20:30-21:45. Tempat, Keuskupan
T: Latar belakang pendidikan dan latar belakang menjadi seorang Romo itu
bagaimana?
J: Saya ya biasa-biasa saja, setelah saya lulus SMA di magelang, kemudian saya
masuk Serikat Jesus tahun 1980, dua tahun di Novisia di Negri Santa.
Kemudian belajar filsafat di Driarkara, lulus tahun 1985 kemudian belajar
pendidikan di Sanatadarma, dulu masih IKIP, maka saya punya akta empat
supaya bisa mengajar, setelah itu saya belajar teologi di Gregoriana Roma
tahun 89 sampai 92, kemudian saya bekerja di Sminari Wacana Bakti dan
Kuli Segon Saga di Pejaten sampai 95, setelah itu saya ke Filiphina. Tujuh
tahun di Filiphina, saya sebagai staff international resident sebagai minister.
Minister itu kalau dalam Serikat Jesus adalah wakil rektor dalam urusan
kepegawaian, seperti PR 2. Sambil belajar untuk Masteral di Ateneo the
Maneo University di Education Department saya mengambil konseling, karna
di sanatadarma majornya saya konseling, maka disana saya ambil masternya
konseling. Tahun 2001 saya pulang ke Indonesia, kemudian saya kerja di
ATMI solo, Akademi Teknik Mesin Industri, bingung saya karna gak tau
mesin, jadi saya jadi direktur HRD disana. Kemudian tahun 2004 saya
kembali lagi ke Seminari Wacana Bakti dan Kuli Segon Saga sebagai Rektor
disana enam tahun dua periode, kemudian jadi Pastur paroki Kampung Sawah
ini sejak 2010 sampai sekarang. Kebanyakan saya di pendidikan bagian
kesiswaan, pernah jadi kepala sekolah, pernah jadi rektor. Karna saya belum
pernah mengurusi Greja saya ingin sekali-sekali mengurusi Greja, dan
ternyata mengasyikan juga meskipun lebih banyak jengkelnya. Karena lain
sekali menggembalakan umat dengan mengurusi sekolahan. Di ATMI itu
karyawannya ada sekitar 900-an, sebagai HRD berarti saya adalah karyawan
yang jam kerjanya tetap, kemudian di Seminari sekolahan juga jam kerjanya
tetap, kalau di paroki begini kan gak punya jam kerja itulah yang menarik.
Pendekatannya juga beda sekali, disana ada aturan kepegawaian, ada sanksi
tegas, apa lagi kami mengikuti issu maka dari segi management sangat ketat,
di paroki tidak ada aturan begitu, semua suka rela. Deadline tetap ada tetapi
seandainya tidak tercapai tidak ada sanksi. Saya dulu tidak pernah mengurusi
pelayanan sakramen seperti perkawinan, pembaptisan, krisma, kematian, nah
kalau disini pelayanan sakramental yang berhubungan khas iman dan agama
dan penerapannya, dulu kan ga pernah karna dulu kepegawaian, kesiswaan
dan lain-lain, nah itu menurut saya mempunyai dinamika dan rutinitas yang
sangat berbeda. Tetapi untuk memahami kemanusiaan itu jauh lebih kaya.
Maka kalau saya mengatakan nuansa kemanusiaan, nilai-nilai kehidupan,
makna hidup berhadapan dengan kematian, apa yang kau cari dalam
perkawinan, itu kan menjadi permenungan lahan sekaligus penerapan
imannya. Jika kamu bertanya tentang kawin campur, ranah dan bingkainya
ada disana, bahwa hal-hal seperti itu bukan bukan sekedar hukum Greja,
tetapi juga masalah-masalah pastural, pengembalaan umat dan nilai-nilai
sosial, itu yang menyebabkan hal-hal tersebut menarik. Masalah kawin
campur itu bukan masalah hukum saja, tapi masalah kemanusiaan, yang
membawa kita pada nilai-nilai luhur, kebijaksanaan lokal, sekaligus juga
menyangkut keluarga, membangun hidup, ekonomi, dan lain-lain. Maka
lingkup permasalahannya menurut saya menarik.
T: Pengertian „Cinta‟ menurut agama Kristen Katolik dan menurut Romo sendiri
seperti apa?
J: Cinta itu istilah saya kita harus bisa membedakan dan memilah-milah cinta itu
sebagai eros, agape, dan fi‟liyah. Cinta yang bersifat hubungan asmara antara
pria dan wanita dan ungkapannya. Kemudian agape yaitu cinta yang
mempunyai landasan kemanusiaan seseorang yang tidak mencari untung rugi,
tetapi mencari makna kehidupan, maka orang berani berkorban, orang berani
membela-bela. Seperti cinta tanah air, itu kan gak jelas, tetapi orang berani
mati dengan Negaranya, itu kan bagi kita tidak ada hubungannya dengan
asmara. Tapi juga fi‟liyah, cinta seorang ibu terhadap anaknya, yang tidak ada
hubungannya dengan asmara, tetapi ada hubungan batin yang begitu tajam,
erat, maupun lekat sehingga seorang ibu mengorbankan segalanya bagi
anaknya. Maka kalau dari segi iman katolik dari Paus kita yang baru itu Deus
Caritas S “Tuhan adalah cinta, hendaklah kamu sempurna dalam mencintai
seperti bapamu sendiri, sempurna adanya” maka bagi kami cinta itu sungguh
eksistensial, menyangkut keberadaan kita sendiri, keberadaan yang hanya
bisa bermakna jika dilandasi oleh cinta, cinta yang bukan sekedar eros, filiyah
dan agape, tetapi cinta yang menyangkut kepada yang transenden yang Ilahi.
Karna disana bedanya antara agama dan ilmu pengetahuan, tidak bisa di
ferifikasi karna itu landasannya iman bukan pengetahuan. Maka tingkatannya
makin lama makin tinggi. Tuhan ada, cinta ada, karna memang Tuhan
mencintai kita. Ketika kita masih berdosa, kita sudah dicintai, dan cinta itu
menyelamatkan, cinta itu memelihara, cinta itu demi kebaikan orang yang
dicintai, bukan demi kebaikan dan kepuasan sendiri, tapi sungguh memberi
kesempatan kepada orang yang dicintai untuk berkembang dengan apa yang
ada dalam dirinya. Maka kebebasan anak-anak Allah itu kebebasan dalam
cinta. Orang mengatakan unconditional love, cinta yang tanpa syarat, I love
you just the way you are, hal-hal yang berhubungan dengan cinta seutuhnya.
Maka dalam segi Katolik cinta yang paling luhur, agung, tinggi, terungkap
dalam Jesus. Tiada orang lain yang cintanya lebih besar dari pada Dia yang
menyerahkan hidupnya untuk kamu. Maka total, tulus, dan tuntas, sampai di
kayu salip. Itulah prinsip dasar yang harus dipegang teguh. Maka kalau kita
mencintai seseorang, seperti apa cintamu, berani ga kamu berkorban demi
yang kamu cintai, maka janji perkawinan katolik kan setia dalam untung dan
malam, susuah dan sakit. Totalitasnya ada disana. Itulah cinta, bukan sekedar
cinta yang manusiawi, tetapi diangkat menjadi Allah yang adalah cinta demi
keselamatan kita. Bukan demi kemuliaan Allah, karna cinta kita tidak
menambah kemuliaan Allah.
T: Pengertian percintaan beda agama menurut agama Katolik itu apa? Dan
sebetulnya bolehkah seorang Katolik mencintai seorang yang bukan Katolik?
J: Prinsip dasarnya bukan karna boleh atau tidak boleh, tetapi antara baik, lebih
baik, paling baik, dan lain-lain. Karena jika kita berbicara tentang perkawinan
Katolik yang utuh itu sebetulnya perkawinan yang sakramen. Sakramen itu
adalah tanda dan sarana kehadiran Allah di dunia yang menyelamatkan kita,
itulah sakramen. Dan khusus tentang perkawinan itu menjadi khas karena
perkawinan antara orang Katolik yang dibaptis pria dan wanita cintanya,
warnanya, prinsip dasarnya, sama seperti cinta Ilahi. Maka suami istri,
mempelai pria dan wanita itu di analogikan dengan cinta Kristus dengan
Grejanya. Maka Greja disebut mempelai Kristus, karna Kristus mencintai
Greja sedemikian tulus, tuntas dan total, sehingga hendaknya suami istri juga
begitu. Jesus tidak akan pernah meninggalkan greja, Jesus tidak akan pernah
mengkhianati Greja, Jesus tidak akan pernah berpaling dari Greja. Maka
perkawinan Katolik yang nilai-nilainya diturunkan dari situ, monogami tulen,
bukan hanya monogami suksesif, artinya sekali selamanya, tak terceraikan,
karena tidak akan pernah ada perceraian antara kristus dengan grejanya.
Monogami tulen artinya Kristus tidak pernah berkhianat, tidak pernah tidak
setia, dan tuntas. Kalau perkawinan sifatnya seperti itu, maka yang utuh
adalah mereka yang memahami ini sebagai nilai-nilai dasarnya. Jika yang
ditanyakan apakah boleh orang Katolik mencintai orang Islam, Budha, dan
lain-lain, tentu saja boleh. Karena Greja Katolik juga mengakui hak-hak asasi
manusia untuk membangun hidupnya, termasuk juga untuk jatuh cinta. Saya
tidak akan mengatakan kamu tidak boleh jatuh cinta kepada si ini, Negarapun
tidak berhak sebetulnya, agama juga tidak berhak, karena hak asasi itu
melekat pada manusia. Termasuk kebebasan beragama, kebebasan mencintai,
kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri, itu melekat secara hakiki pada
hak dan kewajiban manusia. Maka Greja juga tidak melarang seseorang untuk
jatuh cinta pada seorang sebangsanya, sesukunya, seagamanya, tidak pernah
dalam hukum Greja. Maka berdasarkan pengakuan terhadap hak asasi
manusia, hak yang paling mendasar itu, Greja mempunyai beberapa tipe
perkawinan, yaitu perkawinan Katolik dan perkawinan campur. Perkawinan
campur itu masih dibagi menjadi dua, perkawinan beda Greja (perkawinan
antara orang Katolik dengan Kristen yang lain) dan perkawinan beda agama
(perkawinan antara orang Katolik dengan agama lain). Hal itu dibedakan
karena jika perkawinan campur beda Greja dasarnya iman tidak begitu jauh.
Umpamanya antara katolik dengan Kristen lain sama-sama mengakui Tuhan
Jesus, Grejanya sama, prinsip-prinsip dasarnya sama, meskipun theologinya
berbeda, tetapi perbedaannya tidak begitu besar. Meskipun dalam greja
Kristen yang lain perkawinan itu bukan sakramen. Kalau dalam greja Katolik
perkawinan antara dua orang Katolik itu sakramen. Perkawinan campur itu
merupakan perkawinan beda Greja dan beda agama. Gradasinya berbeda juga
antara dua orang Katolik yang sudah dibaptis dua-duanya secara Katolik itu
sakramen, itu yang mengikat mutlak janji-janji dan nilainya, seperti yang tadi
dikatakan, sekali semumur hidup, tidak boleh cerai, monogami tulen, demi
kesejahteraan suami istri, keterbukaan untuk punya anak. Kalau kamu ingin
menikah secara Katolik dan kamu mengatakan kalau kamu tidak ingin punya
anak, maka Romonya tidak akan mau menikahkan kamu, karena prinsip dasar
adalah keterbukaan juga untuk progress, menjadi rekan sekerja Allah untuk
kelahiran baru, penciptaan baru. Kalau seseorang ingin menikah tetapi dia
tidak ingin punya anak, jangan menikah secara Katolik, menikahlah secara
lain.
T: Apakah ada penjelasan tentang perkawinan beda agama dalam Kitab Katolik?
J: Ada, Miksta Religiusta terdapat enam pembahasan tentang percintaan beda
agama dalam Kitab. Prinsip dasarnya itu tadi, kita tidak bisa mengatur orang
untuk jatuh cinta, dan memberi keleluasaan seorang untuk memilih, meskipun
demikian aturannya berbeda, upacaranya berbeda. Dulu saya tidak pernah
mengurusi hal-hal seperti itu, tetapi sekarang saya mengurusi itu, karna
sekarang saya mengurusi para jamaah. Disini banyak sekali kawin campur,
dan lucu-lucu yang artinya begini, jika ada seorang Katolik dan orang Islam
kemudian mereka sudah menilkah di KUA, sudah punya anak, lantas lama-
lama yang katolik tidak sreg untuk ke Masjid, tetap mempertahankan iman
Katoliknya, yang Islam ini lama-lama melihat kalau yang Katolik oke yang
Islam juga oke, tapi mereka dalam Greja belum tercatat dalam Greja sebagai
pasangan suami istri. Maka mereka juga belum memiliki surat nikah secara
Katolik, meskipun secara sipil mereka sudah. Tapi ketika kemudian mereka
mau mengurus hal-hal yang berhubungan dengan Kegerejaan, umpamanya
salah satu anaknya ingin dibaptis, agar anaknya bisa dibaptis maka orang
tuanya harus mempunyai surat nikah Katolik, karna nanti harus ada yang
bertanggung jawab atas pendidikan iman anak tersebut. Maka pernikahan
mereka juga harus diresmikan di Greja Katolik agar pernikahan mereka resmi
secara Katolik, dari situlah maka ada kawin campur. Tapi juga ada yang sejak
semula mereka ingin menikah di dua tempat, yang pihak Islam menghendaki
di KUA, yang pihak Katolik menghendaki di Greja, maka dua kali upacara.
Tapi perkawinan yang seperti itu bukan perkawinan sakramen. Maka
ikatannya tidak seketat mereka yang dua-duanya dibaptis, mereka masih bisa
cerai. Saya juga sedang mengurus empat perceraian, antara yang Islam
dengan yang Katolik, perceraian secara sipil mereka sudah selesai tetapi dari
Greja itu lama sekali. Meskipun mereka bisa cerai, prosesnya pasti panjang
dan lama, karena sangat detail sekali. Di dalam penyelidikan kanonik atau
dalam hukum perkawinan kanonik. Sebelum seseorang menikah akan ditanya
sungguh-sungguh, bahkan ada satu hari di Greja khususnya di Greja kampung
sawah, kami menyelenggarakan kursus persiapan perkawinan, yang datang
adalah pasangan-pasangan yang ingin menikah, baik yang seagama maupun
yang campur. Karena untuk menikah di Greja Katolik kamu harus tau apa
yang dituntut oleh Greja Katolik dalam perkawinan yang akan dilakukan di
Greja. Meskipun kamu tetap Islam, setelah itu kamu tetap mempertahankan
agamamu tetap boleh, tetapi prinsip-prinsip dasarnya kamu harus tau,
sehingga tuntutannya kamu akan tau. Kemudian seseorang yang ingin
menikah pertama-tama dia harus mengikuti kursus persiapan perkawinan
secara Katolik, apapun agamanya. Setelah dia tau tuntutan Greja Katolik dan
sifat-sifatnya ditanya lagi apa yang disebut sebagai penyelidikan kanonik.
Apakah kamu tau bahwa di greja katolik kamu tidak boleh cerai? Kamu akan
menikah di Greja, maka kamu tidak akan bisa bercerai, jika tidak mau aka
tidak usah menikah secara Katolik. Jadi dari awal sudah harus tau hukum-
hukum Greja Katolik, itulah alasannya orang-orang yang ingin cerai dan
prosesnya panjang sekali. Saya sudah mengurus tiga tahun ini tidak ada
satupun yang gol, padahal dia sudah siding di keuskupan tiga kali, tetapi
belum juga dikabulkan, dan padahal suaminya sudah menikah lagi dan punya
anak, tetapi Greja Katolik belum, maka dia belum bisa menikah lagi dalam
Katolik. Maka hati-hati jika ingin menikah di Greja Katolik, karna Greja
Katolik tidak mengenal perkenalan, karena Jesus tidak akan meninggalkan
Grejanya, begitu juga dengan suami yang tidak akan meninggalkan istrinya.
Maka jika saya membicarakan tentang kesetiaan antara orang Katolik dengan
orang Islam sangat beda prinsip dasarnya, jika kamu mempunyai
kemungkinan untuk beristri empat, jangan ngomong tentang kesetiaan, jangan
ngomong tentang perselingkuhan, karena itu hak kamu, berbagi istilahnya
begitu. Tapi di Katolik itu monogami tulen, tidak ada orang ketiga, satu
pasangan saja. Hal-hal yang berhubungan dengan hukum kanonik nomor
1101 tentang perkawinan seumur hidup dan tidak terceraikan apakah anda tau
dan memahami bahwa perkawinanmu itu nanti seumur hidup tidak
terceraikan? Kamu mau tapi tidak mau, ya maaf. Kalau kamu mau tapi tidak
tau, maka kursus dulu. Contohnya pertanyaan dalam hukum kanon nomor
1101 ayat dua “apakah anda tahu dan mengkhendaki bahwa perkawinan itu
sebgai kebersamaan dalam suka duka untuk seluruh hidup?” itu contoh
pertanyaan pada seseorang yang ingin menikah secara katolik. Saya harus tau
persis, saya bawa ini sendiri dan saya bagikan. Ini akan disimpan sampai
kamu mati di dalam Greja, sehingga besok jika ada masalah ini akan dibuka
lagi, bukti bahwa dulu kamu berjanji, ini sama halnya seperti surat perjanjian.
Dalam surat ini juga ada saksinya, maka disini terdapat saksi pertama, saksi
kedua, peneguh perkawinan (Romonya), disini suami, istri. Dan ini akan
seluruhnya disimpan sehingga kalau ada apa-apa mari kita lihat dulu, apa
yang dulu pernah kau katakana. Kok bisa toh janjimu dulu muluk-muluk
begini, sekarang kenyataannya begitu, salahnya dimana, mari kita lihat
bersama, dan dicoba untuk dikembalikan kepada prinsip dasar, ada nilai-nilai
yang dulu sungguh dipahami ketika sebelum menikah, karena kita juga sadar
bahwa cinta itu tidak selalu membara dan berkobar-kobar, mungkin tiga
sampai empat tahun pertama cintanya masih kencang, setelah peyot apa lagi.
Dalam suka kamu harus setia, dalam duka kamu juga harus setia. Jika kita
lihat dalam kerangka perkawinan beda agama, kita melihat bahwa Greja
Katolik menghargai hak asasi masing-masing pribadi, tetapi Greja Katolik
juga menuntut bahwa di dalam kebebasan itu kamu sungguh bebas yang
bertanggung jawab. Maka salah satu pertanyaannya disini adalah “apakah
kamu benar-benar mau menikah dan bebas dari paksaan atau ancaman dan
ketakutan?” kanonik 1103. Kalau di dalam perkawinan itu di atur oleh
keluarga, dan ada syaratnya maka Greja Katolik tidak dapat menerimannya
karena perkawinan itu bersyarat. Banyak orang yang menikah kemudian tidak
menjadi Katolik lagi, banyak orang yang pindah ke agama lain karena ingin
memiliki istri lebih dari satu, karena di Greja Katolik tidak mungkin lagi, tapi
ya biar, itu konsekuensi dari nilai-nilai yang memang dipegang oleh Greja
Katolik sesuai dengan hukum kanonik. Maka kalau kamu mau mempelajari
yang berhubungan dengan hukum kanonik itu ada, tetapi masalah perkawinan
itu bukan hanya sekedar masalah hukum, tetapi juga masalah pastural, juga
masalah sosial, maka sering aturan-aturan tertentu harus dikesampingkan
demi nilai lain yang mungkin lebih luhur, nah itulah mengapa kawin campur
dimungkinkan dalam Greja Katolik dan diatur secara tersendiri dalam hukum
kanonik. Disini hukum kanoniknya nomor 1124 – 1129, itu tentang
perkawinan campur. Kami tetap terbuka tentang pernikahan campur, tetapi
memang menuntut seseorang untuk tau tuntutan Greja Katolik macam ini,
maka kalau seseorang yang mau menikah di Greja tetapi tetap
mempertahankan nilai bahwa perkawinan saya bukan sekali untuk selamanya,
ya udah tidak usah menikah di Greja, menikah di KUA aja atau menikah di
Greja lain.
T: Kalau di Kristen yang lain ada hukum seperti ini juga?
J: Meskipun mereka juga tidak boleh cerai, tetapi tidak diatur oleh hukum yang
berlaku. Biasanya mereka antar Greja berbeda, antar pendeta berbeda, itulah
sebabnya kenapa Greja Kristen itu begitu banyak, sementara Greja Katolik
seragam, baik disini, di Eropa, di Cina, di Malaysia hukumnya sama, maka
umpamanya ada orang Australia dan orang Indonesia ingin menikah, yang
melakukan penyelidikan kanonik ini Romo dari Australia, tapi mereka mau
menikah di kampung sawah, kirim berkasnya kesini semua, saya bisa
menikahkan disini, asalkan ini ada, karna ini harus ada di Greja tempat ia
diberkati. Walaupun pasangan itu beda agama tetapi harus melakukan
penyelidikan kanonik. Menyelidiki orang yang sana tetapi pertanyaan dan
nomornya sama, seluruh Greja Katolik itu memiliki hukum dan akar yang
sama. banyak artis yang Katolik tetapi mereka tidak menikah secara Katolik,
ya itu resiko, prinsip dasar. Perkawinan di Greja Katolik suci dan tidak main-
main, benar-benar sekali seumur hidup. Jadi proses perceraiannya juga sangat
sulit. Kecuali kalau terjadi penipuan, apa yang terjadi di catatan dan
kenyataan semua menipu, saksinya ikut menipu juga, kalau itu ketahuan
maka batal secara hukum Greja, bahkan setelah menikahpun jika ia
berbohong secara hukum katolik itu sudah gagal, karna itu penipuan. Dan ini
menurut saya sebagai pastur paroki yang paling memusingkan, karena
mengurusi keluarga-keluarga yang hancur, mendamaikan keluarga-keluarga
yang ingin bercerai, itu sangat susah. Karena masalahnya bukan hanya
sekedar masalah hukum, tetapi masalah sosial yaitu anak, keluarga, macam-
macam. Kan masalahnya bukan hanya sekedar hukum kanon. Diberi
kesempatan, bahwa ada kebebasan, tapi juga konsekuensinya harus tegas
juga. Kalau ditanya apakah boleh berhubungan cinta antara katolik dengan
agama lain ya boleh, tapi kita melihat jangan hanya boleh dan tidak bolehnya,
tetapi baik, lebih baik, sangat baik, dan paling baik. Karena perkawinan
campur itu boleh dikatakan kalau lingkaran tidak bulat, sejak awal sudah
mempunyai perbedaan, tetapi kalau segama itu nilainya sama, hukumnya
sama, prinsipnya sama, dan nilai-nilai dasarnya sama. Kalau perkawinan
campur itu hari minggu yang satu ke Masjid sini yang satu ke Greja sana,
dirumah gimana, itu kan sejak awal sudah mempunyai celah-celah untuk
tidak akur, nah itu kan tantangannya jauh lebih berat. Berani gak kamu
melewati tantangan besar itu? Saya sendiri memiliki kaka kandung yang
kawin campur ada dua, yang satu menikah dengan orang Islam, yang satu
dengan orang Protestan. Kalau saya melihat ya memang tidak bisa luntang
luntung.
T: Bagaimana pendapat Romo tentang film Cinta Tapi Beda ini?
J: Ada yang menyoroti hukum adat, ada yang menyoroti hukum positif, ya
macam-macam. Salah satu contoh, saya lama mengajar di seminari, 16thun
saya ngajar calon-calon pastur. Mereka ya manusia biasa, kemudian mereka
jatuh cinta. Jatuh cinta itu kan gak berdosa, atau kalau saya disini memberi
pengakuan dosa bahwa saya jatuh cinta pada orang muslim ya gak usah
merasa berdosa karena jatuh cinta. Greja juga tidak akan mengatur kamu
harus jatuh cinta kepada siapapun. Karena hal-hal itu melekat pada
kemanusiaannya sebagai hak asasi seseorang. Judulnya itu kan Cinta Tapi
Beda, ya kalau dari segi cinta sebetulnya ga ada perbedaan, cinta itu kepada
siapa, bagaimana, sebetulnya sama. Sejauh mereka normal cinta perempuan
kepada laki-laki atau sebaliknya, meskipun pertentangan psikologi akhir-
akhir ini menerima gender ketiga yang tidak jelas gendernya. Kan ada Negara
yang mengakui perkawinan antar homo, itu dilihat dari sudut pandang
psikologi dan hak asasi mungkin. Tapi kalau dari segi itu menurut Greja
melekat pada hak asasi manusia, hak hidup dengan layak, maka kalau dilihat
dari Undang-undang Dasar fakir miskin diurus oleh negara itu berarti
Indonesia mengakui hak asasi untuk hidup, beragama termasuk di dalamnya
mnegatur dirinya sendiri, dalam hal ini juga jatuh cinta. Dalam penyelidikan
kanonik yang sudah berumur 21 tahun keatas sudah berhak menentukan
dirinya sendiri, maka kalau sudah 21 tahun keatas izin dari orang tua tidak
mutlak. Dari segi adat, dari segi kekeluargaan, dari segi sopan santun
mungkin iya, tapi kalau dari segi hukum positif tidak mutlak, dan karena
mereka sudah boleh menentukan dirinya sendiri ya akhirnya Greja Katolik
mengakui bahwa ia berhak menentukan pilihannya, meskipun orangtuanya
tidak setuju. Maka kemudian terjadilah kawin campur. Pada dasarnya jatuh
cinta itu sendiri bukan merupakan suatu dosa. Dalam karakter kerohanian
terutama Katolik pada umumnya yang sesuai dengan moral, orang hendaknya
jangan membuat keputusan penting ketika dia tidak seimbang. Maka
keputusan untuk menikah itu pertanyaannya macam-macam agar terlihat
seimbang atau tidak. Ditanya kebenarannya, kebebasannya, saksi-saksinya,
itu kan untuk menentukan apakah dia mempunyai kemandirian pribadi untuk
memutuskan sesuatu yang penting dalam hidupnya. Kalau itu terjadi maka
Greja tidak akan melarang itu sebagai sebuah halangan. Kalau kamu sudah
pernah menikah dan belum cerai ya itu malah halangan, karna secara hukum
kamu masih istri atau suami orang lain, tapi kalau beda agama bukan sesuatu
halangan. Kalau itu sudah menikah, maka di Greja Katolik tidak ada
perceraian. Kalau kamu berani menikah di Greja Katolik maka tidak ada
perceraian. Maka itu dibawa ke altar, diberkati, disucikan. Maka yang
dipersatukan allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Permasalahannya
bukan sekedar diblis, ini kan sekedar dasar Alkitabiyyah istilahnya.
Alasannya sering moral, alasannya sering tradisi, hukum adat, sosial,
ekonomi, dan macam-macam. Maka diskusi-diskusi antara Diana dan Cahyo
itu kan tajam juga. Kalau saya lihat teksnya itu mereka membicarakan tentang
bagaimana nanti, bagaimana anaknya nanti, bagaimana keluarganya nanti,
apakah kita akan melepaskan seluruhnya apakah tidak, persis memang kawin
campur itu permasalahannya. Mengapa greja menganjurkan untuk tidak
kawin campur kalo bisa, saya kira semua agama mengkhendaki kalo
perkawinan itu boleh dikatakan cukup kuat ikatannya sebaiknya memang
agamanya sama, karena agama itu yang akan menentukan nilai-nilai yang
akan dipegang. Agama itu akan menentukan keselamatan yang diusahakan,
bukan sekedar keselamatan duniawi tapi juga keselamatan syurgawi. Kalau
itu sama melangkahnya lebih enak, nilanya sama. Umpamanya kalau saya
mengatakan nilai kesetiaan, saya bicara dengan orang Islam dan bicara
dengan orang Katolik tentang kesetiaan itu beda banget pasti sudut
pandangnya, karena latar belakang pemikirannya berbeda, nilai yang
dipegang berbeda, keselamatannya juga berbeda, martabat yang diangkat
berbeda. Itu yang sebetulnya menjadi permasalahan besar, bukan sekedar
antara Diana dan Cahyo tapi semua perkawinan campur pada umumnya.
Bukan hanya Islam dan Katolik tapi dengan yang lainnya juga. Karena
memang titik tolak dan sudut pandangnya berbeda. Maka tu butuh cinta yang
jauh lebih besar untuk bisa bertahan. Sama seperti kalau kita menguru anak
normal dan anak cacat, anak cacat butuh cinta jauh lebih besar dari pada anak
normal, karena pengorbanannya lebih banyak. Cinta itu menggebu paling
lima tahun pertama, setelah itu yang ada hanya kesetiaan, pengorbanan, dan
win win solution. Maka kalau kamu memandang itu dari segi Katolik, apa
yang dipersatukan Allah jangan diceraikan oleh manusia. Maka kalau kamu
berani melangkah kesana, harus yakin bahwa perkawinanmu akan seumur
hidup. Dalam mengurus pekawinan campur itu saya mengalami berbagai
kasus, ada yang anti, ada yang biasa saja, ada yang mau datang ke Greja pada
saat pernikahan itu yang keluarganya bisa menerima, ada yang saat
pernikahan tidak ada yang datang, ya macam-macam. Tapi dari segi pandang
greja Katolik dan moral kristiani kalau saya mengatakan, dari segi jatuh
cintanya tidak ada masalah, dari segi perbedaan itu yang bermasalah, maka
kemudian butuh dispensasi istilahnya izin uskup setempat, pemimpin Greja
setempat itu uskup, Pastur paroki seperti saya ini pembantu uskup. Imamat
saya sebagai pastur, saya berpartisipasi dalam imamat bapak uskup, maka
yang mentahfidzkan bapak uskup. Saya boleh memberikan sakramen dosa itu
atas izin uskup. Garisnya seperti itu. Masalah percintaan itu tidak ada dalam
hirarki seperti itu. Masalah percintaan itu melekat pada masing-masing
pribadi orang yang dihargai sepenuhnya sebagai mutlak miliknya, bukan
milik greja, bukan milik bapak uskup, keluarga, dan bahkan ibu yang
melahirkanpun hak asasi manusia tidak melekat pada itu semua, tapi melekat
pada masing-masing. Kalau saya melihat cuplikan-cupikannya kan tidak
boleh bertengkar, tidak boleh ini itu, mungin begitu yang ikin menikah
campur itu, diskusinya pasti panjang, karena sering mengalami mereka lama
memutuskan iya atau tidaknya, ada yang sampai tujuh tahun, tarik ulur,
menanti sampai ayahnya meninggal dulu, sering ada yang sampai begitu. Itu
biasa, setidak-tidaknya saya melihat disini ada beberapa. Dalam film tersebut
kalau dilihat dari om dan tantenya Diana, Diana juga ingin membuktikahn
bahwa mereka saja bisa masa dia tidak bisa. Katolik dan Katolik memang
bukan jaminan, karena banyak orang Katolik yang jahat, sama saja banyak
orang Muslim yang jahat juga banyak. Tapi sebenarnya jauh lebih banyak
yang baik dibanding yang jahat. Tapi baik itu tidak jadi berita, yang jahat
malah jadi berita. Dari segi presentase kan yang jahat itu sedikit. Kalau saya
melihat dari segi perkawinan itu lebih banyak yanga berhasil, tapi bukan
berita jadi biasa-biasa saja. Umpamanya artis yang menikah beda agama
kalau kawin cerai ya rame, tapi kalau orang biasa ya mereka baik-baik saja
tapi tidak ada beritanya. Intinya pandangan saya tentang film ini tidak
masalah, untuk saya biasa. Saya menghadapi banyak hal, dan saya luluskan
permintaan mereka untuk menikah. Ada kalanya mereka menikah dua kali
kok, sekali di KUA sekali di Greja Katolik, ada beberapa yang begitu
terutama yang kasus-kasus khusus seperti hamil duluan dan pihak keluarga
menuntut harus menikah cepat, Katolik tidak bisa menikah instant, harus
kursus pernikahan dulu, ikut ini itu dan akhirnya mereka menikah di KUA,
dan setelah anaknya lahir barulah mereka menikah di Greja. Kalau saya
mengajukan dispensasi ke keuskupan, sebaiknya ada izin dari orang tua pihak
non katolik yang membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa
memperbolehkan anaknya menikah di Greja bukan menjadi Katolik tapi
hanya menikah di Greja, setelah itu yang satu ke masjid yang satu ke greja ya
boleh. Jadi untuk saya gak masalah. Ketika kursus perkawinan juga selalu
didata, biasanya lebih banyak yang campur dari pada seagama Katolik.
Camur itu kan ada dua macam, beda Greja dan beda agama. Beda Greja itu
antara Katolik dengan Kristen yang lain, itu juga gak sah karna lain
teologinya, metodenya, aturannya. Kemudian ada pernikahan beda agama, itu
yang Katolik dengan yang non-Kristen. Prinsip dasar saya sebagai Pastur
paroki itu saya membantu memecahkan permasalahan, tidak menghalangi
karena secara teoritis itu bukan halangan. Kalau perlu saya bicara dengan
masing-masing orang tuanya dulu, pandangan Greja katolik seperti ini maka
kalau menikah di Greja Katlik konsekuensinya begini. Karena junjungan
yang tinggi terhadap hak asasi manusia itu yang memberi celah-celah hukum
yang memungkinkan mereka menikah secara Katolik. Maka ada istilahnya
sakramen perkawinan, pemberkatan perawinan, peneguhan perkawinan. Itu
beda rumusannya, beda kasusnya, beda pendekatannya. Maka saya bilang
jatuh cinta itu tidak berdosa, ya gak sengaja juga kok. Diskusinya cukup jelas
sebetulnya, dari hukum positif, maupun hukum adat.
Narasumber,
Romo Yakobus Rudiyanto, SJ
Wawancara Kepada 5 Pasangan Yang Menjalin Hubungan Dengan Latar
Belakang Keyakinan Berbeda Tentang Percintaan Beda Agama
Pasangan Dinda Ayuningtyas dan Giovani Jamaal (Menjalin hubungan beda
agama antara Islam dan Kristen Protestan selama 2 tahun). Ciputat, Jum’at,
2 Mei 2014, pukul 11:00 WIB.
T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?
J: Sebenarnya percintaan beda agama itu memang tidak boleh. Tapi kita tahu
yang namanya cinta itu sangat susah, kalau sudah cinta ya kita tidak
memandang apapun, salah satunya agama. Dengan pacaran beda agama kita
ambil positif bahwa di dunia ini kita semua satu, cuma cara ritual atau
ibadahnya saja yang beda-beda. Jadi kita salah kalau kita menjudge orang yang
berhubungan beda agama itu aneh atau bahkan mungkin sesuatu yang
menjijikan. Pada dasarnya semua agama sama, mengajarkan tentang hal-hal
kebaikan, hanya cara ibadahnya saja yang berbeda. Saya menjalani percintaan
ini memang bukan hal yang mudah, kita tau hambatan dan kedepannya akan
lebih berat, tetapi ya inilah sebuah tantangan buat hubungan kita.
T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?
J: Pada intinya Cahyo dan Diana ingin bersatu dengan satu ikatan pernikahan tapi
hal itu sangat susah, karena tidak ada yang mau mengalah pindah ke agama
Islam atau Katolik. Dan juga banyak pertentangan dari keluarga pihak cowok
(Cahyo) dan cewek (Diana). Yah sama saja seperti apa yang saya alami pasti
banyak pertentangan karena menyangkut soal keyakinan dan itu bukan main
main. Film tersebut sangat menarik, karena alur dan kisahnya sama seperti apa
yang saya alami. Dari film tersebut kita bisa menilai bahwa pasangan beda
agama harus berfikir realistis baik lingkungan maupun keluarga.
Pasangan Dina Maulida dengan Dastan Andrian (Menjalin hubungan beda
agama antara Islam dengan Kristen Katolik selama 8 bulan). Ciputat,
Jum’at, 2 Mei 2014, pukul 15:00 WIB.
T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?
J: Kalau ditanya seperti apa ya sebenarnya kita itu sama saja seperti layaknya
orang pacaran pada umumnya. Tapi yang bikin kita berbeda dari pasangan
yang lainnya itu hanya tentang agama saja. Kalau masalah perbedaan agama
kita itu sih sudah termasuk bagaimana kita bertoleransi. Jadi kita harus bisa
sama-sama saling menghormati satu sama lain untuk mempertahankan cinta
kita. Pada intinya ya jalan terus karna kita sama-sama saling mencintai. Masa
agama menjadi halangan? Orang kadang lupa bahwa tujuan orang beragama itu
adalah menjadi orang yang lebih baik lagi. Agama adalah sebuah penuntun,
walaupun tiap agama punya ciri khas sendiri, tapi ujung pangkalnya tetap sama
yaitu berbuat baik. Jadi menurut kami agama itu tidak diciptakan untuk
menghalangi cinta. Kalau mau omongin tentang kedepannya bagaimana ya kita
harus siap dengan segala tuntutan dan masalah yang ada. Tapi pada intinya
cinta itu akan sangat terlihat jika kita bisa mempertahankan pasangan kita satu
sama lain apapun perbedaannya.
T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?
J: Menurut aku filmnya bagus, intinya film itu membuktikan bahwa cinta itu tidak
terbatas oleh apapun. Walaupun mungkin keluarga atau siapapun banyak yang
tidak setuju tapi toh mereka tetap bertahan memperjuangan cinta mereka. Nah
seperti yang dibilang tadi, cinta itu akan sangat terlihat jika kita bisa
mempertahankan pasangan kita. Begitu juga dengan cinta Cahyo dan Diana
dalam film itu.
Pasangan Teguh Khadafi Samudra dengan Cintya Tan (Menjalin hubungan
beda agama antara Islam dengan Kong Hu Chu selama 11 bulan). Pamulang,
Sabtu, 3 Mei 2014, pukul 11:00 WIB.
T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?
J: Ya menurut kami percintaan beda agama itu sendiri sudah jelas merupakan
cinta manusia yang memiliki keyakinan berbeda dalam hatinya tentang
bagaimana mereka mempercayai keyakinan mereka kepada Tuhannya masing-
masing. Selama bisa saling menjaga (tidak mempengaruhi keyakinan) ya bagi
kami tidak ada masalah. Terkecuali salah satunya memang ingin memeluk
salah satu agama dari pasangan itu (bukan karena terpaksa). Sebenarnya wajar-
wajar saja. karena cinta itu tidak bisa dengan sengaja kita yang menentukan.
Hati kan Sang Pencipta yang membolak-balikannya. Selama beberapa bulan ini
sih kita masih dibilang cukup aman dalam sebuah hubungan, karena dengan
perbedaan yang kita punya itu kita malah saling menghargai satu sama lain.
Komunikasi, kepercayaan, dan yang terpenting itu toleransi satu sama lain.
Kalau udah gak ada toleransi mungkin udah selesai hubungan ini.
T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?
J: Jujur aja kami belum nonton film itu. Tapi udah sempet lihat trailernya sih
dulu. Kalau dilihat-lihat filmnya hampir sama kayak “?” dulu ya? Kalau dilihat
dari trailernya sih menarik untuk ditonton. Terus juga masalahnya itu ngena
banget buat orang-orang yang beda agama. Dari mulai mereka berantem,
mereka adaa masalah dengan keluarga masing-masing, pokoknya ya memang
seperti itulah kurang lebih gambarannya ketika pasangan yang beda agama
sudah ingin melanjutkan hubungannya ke tingkatan yang lebih serius.
Pasangan Djohan Effendy dengan Maria Jenita (Menjalin hubungan beda
agama antara Islam dengan Kristen Katolik selama 4 tahun). Pamulang,
Sabtu, 3 Mei 2014, pukul 14:00 WIB.
T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?
J: Jujur, jalanin hubungan yang beda keyakinan itu memang susah banget.
Karena beda agama itu intinya kita beda prinsip, beda cara memandang
sesuatu. Dan ada kalanya bertentangan banget, dan nggak mungkin untuk
kompromi. Pada awalnya kami juga menjalani ini semua dengan sedikit
kecanggungan diantara kami. Tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa
bersama juga ya jadi perbedaan itu bukan suatu masalah besar lagi untuk kita.
Selama hampir empat tahun berhubungan pastinya banyak banget hambatan-
hambatan yang kita udah laluin. Tapi agama bukan merupakan salah satu
hambatan terbesar buat kita. Malah karena komunikasinya yang bikin kita jadi
sering berkelahi, bukan karena agamanya. Sudah pasti banyak kontranya
dibanding pronya. Kalau keluarganya demokratis dan memberikan kebebasan
pendapat dan tingkah laku (selama masih dipegang teguh dan diperbolehkan
oleh agama) tidak masalah. Tapi jika keluarga otoriter jangan banyak berharap
karena tipis kemungkinan tidak disetujui. Selama ini tanggapan keluarga ya
baik-baik saja, semuanya bisa menerima dengan senang hati.
T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?
J: Film ini berceritakan tentang kisah hidup seseorang dengan penambahan dan
pengurangan pada sedikit bagian dari kisah aslinya. Film itu juga merupakan
sebuah film yang memasukan unsur agama, budaya, dan cinta sebagai angle
cerita. Bila hanya mengambil kisah cinta saja, maka film ini akan monoton
ketika ditonton dan barangkali tidak menarik. Oleh karena itu, produser dan
sutradara mengaitkan film tersebut dengan isu agama dan etnis, maka makin
seksilah film ini untuk di tonton atau diperbincangkan oleh orang banyak.
Intinya film ini memasyarakatlah terutama bagi masyarakat yang berhubungan
beda agama seperti saya ini. Permasalahan yang dialami Cahyo dan Diana juga
sama persis seperti permasalahan saya dan pasangan ketika ingin
melangsungkan pernikahan. Ya memang berat, tapi kalau sudah cinta mau
diapakan lagi? Toh tidak ada yang bisa mengubah takdir Tuhan. Serahkan saja
semuanya sama Tuhan, pasrah, kan jodoh gak kemana-mana dan gak akan
tertukar juga. Jadi ya selalu postif aja sama seperti yang diungkapkan Cahyo
dalam film tersebut. Kalau kita yakin ujungnya akan bahagia ya nanti kita akan
bahagia. Tinggal tunggu waktu yang tepat untuk kebahagiaan itu. Pokoknya
terus berdoa dan meminta jalan yang terbaik.
Pasangan Aqila Narayya dengan Rakasa Bisma (Menjalin hubungan beda
agama antara Islam dengan Hindu selama 1 tahun 2 bulan). Bintaro,
Minggu, 4 Mei 2014, pukul 19:00 WIB.
T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?
J: Ga bisa di deskripsikan dengan kata-kata tentang seperti apanya, yang jelas
perasaannya campur aduk, senang karena bertemu orang yang sayang dan tulus
sama kita, nyaman, sedih, tapi ya sesayang apapun tetap belum ada ujungnya
(menikah). Dari namanya aja udah cinta beda agama, jadi perjuangannya itu
dua kali lipat dari yang seagama. Tapi itulah yang buat hubungan kita makin
spesial dan kaya dimata semua orang. Karena kita beda, tapi bukan berarti
dengan perbedaan itu kita pecah. Cara bertahannya, dia berusaha menjaga apa
yang ada (komunikasi, perhatian, sayang). Sedangkan kalo tanggapan keluarga
sejauh ini sama-sama saling menerima dengan baik. Tapi kalau untuk
hubungan yang lebih serius (menikah) kayaknya belum deh.
T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?
J: Iya aku udah nonton, filmnya bagus. Alurnya juga bagus banget. Sebenernya
gak ada masalah sih dalam filmnya. Maksudnya ga ada masalah disini ya
memnag itu kan cuma sebuah karya dalam bentuk sebuah film jadi menurut
aku ya gak ada masalah apa-apa. Malah bagus karena banyak temen-temen
juga yang mengalami hal serupa dengan film Cinta Tapi Beda itu. Pemeran
utamanya juga kelihatan total banget mainnya. Penghayatannya itu dapet
banget, bikin penonton ikut terbawa dan merasakan kisah percintaan mereka.
Foto Bersama Sutradara Film Cinta Tapi Beda, Hestu Saputra.
Foto Bersama Romo Rudi Yakobus, SJ.
Poster Film Cinta Tapi Beda
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telephone/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkunijakarta.ac.id., E-mail : [email protected]
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-93
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
1. Nama : Zakiyah Al-Wahdah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Oktober 1992
3. Nomor Pokok : 109051000139
4. Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
6. Program : S1
7. Judul Skripsi : Analisis Wacana Percintaan Beda Agama Dalam
Film CintaTapi Beda
8. Tanggal Lulus : 30 April 2014
9. No. Ijiazah ***) :
10.Indeks Prestasi :
11. Jabatan Dalam Organisasi
Kemahasiswaan : -
12. Alamat Asal : Jl. Cipinang Pulo No. 19 Rt 007 Rw 014, Kelurahan Cipinang
Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
13. Alamat Sekarang : Jl. Cipinang Pulo No. 19 Rt 007 Rw 014 Kelurahan Cipinang Besar
Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
14. Nama Ayah : Yusuf Erwan Syahbuddin
15. Pendidikan Ayah : D3
16. Pekerjaan Ayah : Wirausaha
17. Nama Ibu : Nurhayati
18. Pendidikan Ibu : SMA
19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jakarta, April 2014
Tanda Tangan Ybs.
Zakiyah Al-Wahdah
IDENTITAS ALUMNI
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telephone/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkunijakarta.ac.id., E-mail : [email protected]
Wisuda Ke : 93 / Tahun Akademik : 2014 / 2015
Yang bertandatangan di bawah ini,
1. Nama : Zakiyah Al-Wahdah
2. Nomor Pokok : 109051000139
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Oktober 1992
5. Alamat Asal : Jl. Cipinang Pulo No. 19 Rt 007 Rw 014 Kelurahan Cipinang Besar
Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
6. Alamat Sekarang : Jl. Cipinang Pulo No. 19 Rt 007 Rw 014 Kelurahan Cipinang Besar
Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
7. Kode Pos : 13410
8. Telepon : Hp : 085742851353
9. Jurusan/Program Studi : KPI / Komunikasi dan Penyiaran Islam
10. Judul Skripsi : Analisis Wacana Percintaan Beda Agama Dalam
Film CintaTapi Beda
11. Pembimbing : Siti Nurbaya, M.Si
12. Penguji 1 : Drs. H, Mahmud Jalal, MA
13. Penguji 2 : H. Zakaria, MA
14. Tanggal Lulus : 30 April 2014
15. IP/Yudisium : 3.54
16. Nomor & Tgl. Ijazah :
17. Pekerjaan : -
18. Alamat Pekerjaan : -
Mengetahui, Jakarta, April 2014
Ketua Jurusan Komunikasi Tanda Tangan Ybs.
dan Penyiaran Islam
Bapak Drs. Jumroni Zakiyah Al-Wahdah
19730822 199803 2 001 109051000139