ANALISIS VEGETASI

14

Click here to load reader

description

Kerjaan jaman S1 dulu.. Haha. Mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang dibimbing pak Arwin Achmad :)

Transcript of ANALISIS VEGETASI

Page 1: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

ANALISIS VEGETASI

A. Latar Belakang

Vegetasi (komunitas tumbuhan) digolongkan berdasarkan spesies atau bentuk

hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Oleh karena

itu, maka komunitas tumbuhan dapat dicontohkan seperti vegetasi padang

rumput, vegetasi pantai pasir, vegetasi kebun kopi, atau vegetasi hutan bakau.

Dalam mempelajari pengamat melakukan penelitian terhadap unit penyusun

vegetasi ditempat mana dilakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi

(komunitas) adalah populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah individu

yang berada di tempat pengamatan dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian

vegetasi tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati individu-individu dalam

penyusun populasi. Kajian mengenai vegetasi mengungkapkan sifat dari setiap

populasi sehingga dapat menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu

populasi tersebut.

Untuk mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit

dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Oleh

karena itu, dalam pelaksanannnya peneliti bekerja dengan melakukan

pencuplikan (sampling). Unit cuplikan atau unit sampling dalam analisis vegetasi

dapat berupa bidang (plot, kuadrat), garis atau titik. Dalam perkembangannya

unit cuplikan yang dipergunakan untuk suatu analisis vegetasi menggambarkan

metode yang dipergunakan. Dengan demikian dalam pencuplikan mengenai suatu

vegetasi digunakan berbagai alternetif metode diantaranya: metode kuadrat

(quadrat metods), metode garis (line intercept, strip transek, bisect metods) dan

metode titik (poin methods).

Page 2: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Dalam pelaksanaan pencuplikan, penempatan unit cuplikan di dalam sebuah

tegakan suatu vegetasi dapat dilakukan secara sistematik atau secara acak.

Pencuplikan secara acak dapat dilakukan dengan menempatkan unit cuplikan

pada tegakan berdasarkan angka random atau pengundian. Sedangkan pencuplian

secara sistematik dilaksanakan dengan menempatkan unit cuplikan secara merata

diseluruh tegakan. Untuk mencapai pola ini, unit cuplikan ditempatkan pada jarak

yang seragam di sepanjang garis transek dan merata diseluruh tegakan. Walaupun

pengambilan unit cuplikan yang dilakukan secara ramdom lebih sahih dalam

pnerapan statistic, tetapi menurut Greig-Smit (1964) penyusunan plot-plot secara

sistematis relatif mudah dicapai, dan oleh beberapa peneliti dianggap lebih

mendekati ciri sebenarnya dari tegakan yang bersangkutan.

Gambaran tentang suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun

vegetasi yang dicuplik. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan variabel berupa

nilai dari :

1. Kerapatan. Kerapatan menggambarkan cacah anggota populasi persatuan unit

cuplikan (luas dalam metode kuadrat atau panjang dalam metode line

intercept). Dalam pengunaan metode kuadrat kerapatansering dinyatakan

sebagai kepadatan (density). Kepadatan diartikan sebagi cacah individu untuk

setiap unit sampling (luasan). Kerapatan sering juga di samakan dengan

kelimpahan (abundance) merupakan ukuran rerata keberadaan spesies

tumbuhan pada unit cupikan (kuadrat atau segmen) tumbuhan yang dimaksud

berada.

2. Penutupan (cover), adalah persentase daerah yang ditutupi oleh kanopi dari

setiap unit cuplikan. Kanopi dari tumbuhan membuat suatu lingkungan mikro

yang lebih kecil. Penutupan dapat pula dinyatakan dengan dominansi.

Dominansi merupakan basal area atau naungan tajuk per satuan luas.

3. Frekuensi, adalah persentase terdapatnya tumbuhan dalam unit cuplikan atau

merupakan fraksi (bagian) unit cuplikan yang didapatkan adanya spesies

tertentu.

Semua nilai untuk analisis vegetasi tersebut di atas dapat dihitung secara mutlak

(absolut) maupun secara nisbi (relatif). Nilai mutlak merupakan nilai yang

Page 3: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

diperoleh untuk menggambarkan keberadaan spesies tumbuhan tertentu dari

totalitas unit cuplikan yang dilakukan. Sedangkan nilai relatif merupakan

perbandingan keberadaan spesies tumbuhan dibandingkan dengan totalitas

keberadaan semua spesies pada semua unit cuplikan yang diambil.

Nilai nisbi untuk kerapatan, penutupan (dominansi), dan frekuensi merupakan

tiga macam ukuran yang berbeda tentang arti penting spesies yang bersangkutan

di dalam komunitas. Ketiganya dapat dikombinasikan menjadi nilai penting yang

menggambarkan ketiga ukuran tersebut. Berbagai ukuran tersebut dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Cacah individu

Kerapatan Total =

Ukuran cuplikan

Perhitungan kerapatan dilakukan pula untuk setiap spesies dalam bentuk

kerapatan mutlak dan kerapatan nisbi. Perhitungan kerapatan nisbi dinyatakan

sebagai berikut :

Kerapatan untuk suatu spesies

Kerapatan Nisbi = X 100%

Total kerapatan untuk semua spesies

Total nilai basal area atau penutupan

Dominansi Total =

Ukuran pencuplikan

Dominansi juga dapat dihitung untuk setiap spesies dalam bentuk dominansi

mutlak dan dominansi nisbi. Perhitungan dominansi nisbi dinyatkan dengan

perhitungan sebagai berikut :

Dominansi untuk suatu pesies

Dominansi Nisbi = X 100%

Total dominansi untuk semua spesies

Cacah plot yang didalamnya terdapat spesies ybs

Frekuensi Total =

Total cacah plot yang dicuplik

Seperti kerapatan dan dominansi frekuensi juga dapat dinyatakan untuk setiap

setiap spesies dengan frekuensi mutlak dan frekuensi nisbi.

Page 4: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Nilai frekuensi untuk suatu spesies

Frekuensi Nisbi= X 100%

Total nilai frekuensi untuk semua spesies

Pada akhirnya dari penjumlahan setiap nilai nisbi didapat Nilai Penting suatu

spesies dalam suatu vegetasi.nilai penting suatu spesies dinyatakan sebagai

berikut :

Nilai Penting = Kerapatan Nisbi + Dominansi Nisbi + Frekuensi Nisbi

B. Tujuan

Setelah praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. melakukan pencuplikan dan analisis suatu vegetasi dengan metode kuadrat

(quadrat metods)

2. membandingkan nilai penting pada vegetasi yang berbeda

3. melatih keterampilan dalam pengamatan dan determinasi tumbuhan

4. meningkatkan kemampuan dalam menganalisis vegetasi.

C. Analisis Vegetasi dengan Cara Pencuplikan Kuadrat

Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi

komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling umum diterapkan adalah cara

pencuplikan dengan kuadrat atau plot ukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat

dapat digunakan untuk semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk

mempelajari komunitas hewan yang menempel (sessile) atau yang tidak

berpindah (sidentary). Rincian mengenai prosedur pencuplikan kuadrat meliputi

ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk bentuk

komunitas tertentu yang dicuplik berdasarkan pada macam informasi yang

diinginkan.

1. Bentuk dan Ukuran Plot

Bentuk plot penting artinya sehubungan dengan kemudahan untuk

meletakkan plot dan dalam efisiensi pencuplikan. Pada vegetasi rendah, plot

Page 5: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

lingkaran dapat dengan mudah diletakkan dengan menggunakan sebuah kutub

pusat dan garis jari-jari (radius) yang berputar bebas. Dengan garis jari-jari

yang berupa pita ukur dari kain, plot lingkaran dengan ukuran yang

diinginkan akan dapat ditentukan dengan cepat. Tingkat efisiensi berdasarkan

sejumlah studi yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa plot empat

persegi panjang dapat menghasilkan analisis yang lebih akurat mengenai

komposisi suatu tegakaan vegetasi daripada plot melingkar dalam jumlah

yang sama di daerah yang sama. Hal ini berlaku terutama bila sumbu

memanjang plot tersebut diorientasikan sejajar dengan sumbu gradien

lingkungan di daerah yang dicuplik.

Ukuran plot hendaknya ditemntukan berdasarkan pada kondisi objektif dari

ukuran dan kerapatan tumbuhan yang dicuplik. Plot hendaknya mencakup

individu-individu dalam cacah yang memadai sehingga individu-individu

yang ada dapat dipilah-pilah, dihitung, dan diukur tanpa membingungkan,

sehingga mengakibatkan adanya individu yang terlampaui atau dihitung lebih

dari satu kali. Oleh karena itu, perlu ditentukan ukuran plot minimal untuk

vegetasi yang akan diamati.

Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan untuk

menentukan ukuran luas plot minimal. Menentukan luas minimal plot dapat

dilakukan dengan cara membuat kurva minimal terlebih dahulu. Untuk

bentuk plot persegi, dimulai dengan membuat sebuat plot (bidang datar)

persegi pada suatu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk

lapangan rumput 25 x 25 cm2, selanjutnya dicatat speises tumbuhan yang

terdapat dalam kuadtrat terkecil tersebut. Kemudian kuadrat diperluas dua

kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yang terdapat dalam

kuadrat luasan dicatat. Perluasan kuadrat dilanjutkan dengan ukuran dua kali

luas sebelumnya, sampai tidak ada lagi penambahan spesies baru. Bila tidak

penambahan spesies baru atau penambahan kurang dari 10%, maka ukuran

kuadrat minimal dapat ditentukan. Bila bentuk plot berupa lingkaran, maka

penentuan luas minimal ukuran plot dapat ditentukan dengan survey

menggunakan ukuran jari-jari terkecil, selanjutnya ukuran jari-jari

Page 6: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

diperpanjang untuk mendapakan luasana dua kali ukuran luas pertama,

demikian seterusnya sampai perluasan lingkaran yang dilakukan tidak

mengakibatkan penambahan spesies baru.

V

III

IV

I II

Survey Luas Minimal

Cacah spesies

Kuadrat

Kurva Luas Minimal

Beberapa ahli ekologi , secara arbitrar tidak lagi menentukan luas minimal

untuk ukuran kuadrat yang diperlukan dalam analisis vegetasi. Mereka

mempergunakan beberapa pengalaman untuk menentukan ukuran luas

kuadrat minimal pada wilayah tertentu, misalnya ukuran kuadrat untuk daerah

kepualauan di Inggris menurut Gilbertson (1985) adalah:

Bentuk vegetasi Ukuran kuadrat

Lumut/lichen 0,5 x 0,5 m2

Rerumputan 1 x 1 – 2 x 2 m2

Herba/semak 2 x 2 – 4 x 4 m2

Tumbuhan perdu/pohon pendek 10 x 10 m2

Pepohonan dengan kanopi besar 20 x 20 – 50 x 50 m2

Ukuran kuadrat

minimal

Page 7: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Sementara itu menurut Oosting (1956) untuk vegetasi herba disarankan plot

berukuran 1 m, untuk komunitas semak atau pohon muda yang tingginya

hingga 10 kaki disarankan 10 – 20 m2, dan untuk komunitas pepohonan di

hutan 100 m2.

2. Cacah dan Susunan Plot

Cacah plot yang dicuplik setidaknya harus cukup memadai untuk mencakup

sebagian besar spesies yang ada di tegakan. Cacah ini dapat ditentukan secara

semi objektif dengan kurva plot spesies pada saat pencuplikan dilaksanakan.

Kurva tersebut merupakan kumulatif spesies yang ada dalam cacah plot

cuplikan yang diambil. Kurva tersebut biasanya mula-mula meningkat tajam,

karena cuplikan pertama meliputi banyak spesies baru, tetapi akhirnya

mendatar. Hal tersebut menunjukkan bahwa cuplikan-cuplikan berikutnya

hanya sedikit mendapatkan spesies baru.

Kesesuaian cuplikan lebih jauh dapat diperiksa dengan mejelajahi tegakan

setelah pencuplikan selesai, kemudian mencatat cacah dan kelimpahan

spesies umum yang tidak tercakup dalam plot cuplikan.

Cacah spesies

Kuadrat

3. Pencuplikan

Tempatkan plot pengamatan pada suatu daerah secara acak, kemudian

individu tumbuhan harus diidentifikasi dan dihitung. Mungkin diperlukan

kriteria secara kasar untuk memasukkan atau mengeluarkan tumbuhan yang

terdapat di ujung plot. Misalnya, tumbuhan yang dasar perakarannya terletak

lebih dari separo di dalam batas plot, dapat dihitung dan diukur seakan-akan

Cacah kuadrat

minimal

Page 8: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

tumbuhan itu sepenuhnya ada di dalam plot, sedangkan tumbuhan yang lebih

dari separo terletak di luar dapat diabaikan.

Untuk beberapa tipe vegetasi mungkin diperlukan batasan secara kasar

mengenai yang dianggap sebagai suatu individu tunggal. Pengukuran basal

area atau daerah naungan tajuk harus dilakukan untuk tumbuhan dalam plot.

Untuk tumbuhan besar berkayu, diameter atau keliling batang dapat diukur

dan basal areanya dapat ditentukan dengan tabel 1 atau 2 halaman....Untuk

tumbuhan yang kecil , diameter dedaunan tajuk dapat dikur dan daerah

naungan tajuk dapat diperoleh dari tabel 1. Sedangkan untuk tumbuhan yang

lebih besar dan tinggi, basal area dapat ditentukan dengan mengukur diameter

batang yang selanjutnya dikonversikan pada basal area pada tabel 2.

Nilai yang terukur pada analisis vegetasi ini menunjukkan cacah dan ukuran

individu untuk tiap spesies yang didapatkan. Pengukuran vegetasi dalam

bentuk ringkas dapat dicatat dalam tabel 3. Cara pencuplikan kuadrat dapat

digunakan untuk pengkajian yang berhubungan dengan masalah-masalah

ekologi seperti suksesi, zonasi, atau aspeksi. Kajian-kajian dapat pula

dilakukan untuk membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan ukuran

dan bentuk kuadrat yang berbeda. Hasil yang diperoleh dengan teknik

pencuplikan kuadrat bisa juga dibandingkan dengan hasil yang diperoleh

dengan cara-cara pencuplikan vegetasi yang lain.

Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertetntu berdasarkan

pada perbedaan zona atau gradien yang terdapat dalam suatu daerah.

Perbedaan gradien faktor lingkungan biasanya akan mengakibatkan adanya

perbedaan spesies dan perbedaan pertumbuhan. Zona peralihan komunitas

dinamakan sebagai suatu ekoton. Pada zona ini, komunitas umumnya

memiliki organisme yang khas. Cacah dan macamnya spesies , seringkali

lebih besar dalam suatu ekoton daripada dalam komunitas tetangganya.

Kenaikan keanekaragaman spesies dan kerapatan spesies dalam zona

peralihan dinamakan pengaruh tepi (edge). Umumnya semakin curam gradien

lingkungan makin beragam komunitasnya.

Page 9: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

D. Tugas

1. Rencanakan tahapan kegiatan untuk analisis vegetasi lapangan rumput di

sekitar kampus!

2. Lakukan kegiatan pengamatan untuk menentukan nilai penting dari spesies-

spesies tumbuhan yang ada di daerah lapangan rumput di sekitar kampus!

3. Berapa luas ukuran kuadrat minimal dan jumlah kuadrat minimal yang

ditemukan?

4. Bandingkan dengan kelompok lain, mengapa terdapat perbedaan ukuran dan

jumlah kuadrat minimal?

5. Jelaskan peringkat arti penting berdasarkan kerapatan, dominansi, dan

frekuensi, bisa memberikan hasil yang berbeda!

6. Apa guna mengubah ketiga nilai mutlak tadi menjadi nilai nisbi?

7. Apa alasannya untuk menggabungkan ketiga nilai nisbi tersebut menjadi

sebuah nilai penting?

8. Diantara batas-batas apa nilai penting tersebut berkisar?

E. Daftar Pustaka

Supriatno, Bambang. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Page 10: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Tabel 1. Conversion of circumference measurements to circular area values

Circ. Area Circ. Area Circ. Area Circ. Area

1 0,10 46 168,39 91 658,98 136 1471,81

2 0,32 47 175,79 92 673,56 137 1493,58

3 0,94 48 183,35 93 688,56 138 1515,47

4 1,68 49 191,06 94 703,17 139 1537,52

5 1,99 50 198,94 95 718,18 140 1559,72

6 2,86 51 206,98 96 733,41 141 1582,08

7 3,90 52 215,15 97 748,74 142 1604,60

8 5,09 53 223,53 98 764,28 143 1627,28

9 6,44 54 232,05 99 779,94 144 1650,12

10 7,96 55 240,72 100 795,80 145 1673,12

11 9,63 56 249,55 101 811,77 146 1696,27

12 11,46 57 258,55 102 827,95 147 1719,59

13 13,45 58 267,70 103 844,24 148 1743,07

14 15,60 69 277,02 104 860,74 149 1766,70

15 17,90 60 286,48 105 877,34 150 1790,50

16 20,37 61 296,11 106 894,16 151 1814,44

17 23,00 62 305,90 107 911,08 152 1838,56

18 25,78 63 315,69 108 928,21 153 1862,83

19 28,73 64 325,95 109 945,46 154 1887,26

20 31,83 65 336,21 110 962,92 155 1911,84

21 35,27 66 346,64 111 980,47 156 1936,60

22 38,51 67 357,23 112 998,25 157 1961,52

23 42,10 68 367,98 113 1016,12 158 1986,57

24 45,84 69 378,88 114 1034,22 159 2011,81

25 49,74 70 389,93 115 1052,41 160 2037,18

26 53,79 71 401,16 116 1070,83 161 2062,73

27 58,01 72 412,54 117 1089,33 162 2088,43

28 62,39 73 424,08 118 1108,07 163 2114,30

29 66,92 74 435,78 119 1126,89 164 2140,31

30 71,62 75 447,64 120 1145,95 165 2166,50

31 76,47 76 459,65 121 1165,10 166 2192,83

32 81,49 77 471,83 122 1184,43 167 2219,34

33 86,66 78 484,16 123 1203,93 168 2245,99

34 91,99 79 494,66 124 1223,58 169 2272,81

35 97,48 80 509,31 125 1243,40 170 2299,80

36 103,13 81 522,11 126 1263,37 171 2326,92

37 108,94 82 535,08 127 1283,51 172 2354,23

38 114,90 83 548,21 128 1303,79 173 2381,67

39 121,04 84 561,50 129 1324,25 174 2409,29

40 127,48 85 574,95 130 1344,86 175 2437,06

41 133,77 86 588,57 131 1365,63 176 2464,99

42 140,37 87 602,32 132 1386,56 177 2493,08

43 157,14 88 616,27 133 1407,64 178 2521,33

44 154,06 89 630,33 134 1428,90 179 2543,75

45 161,14 90 644,60 135 1450,30 180 2578,31

Page 11: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Tabel 2. Conversion of Diameter Measurement to Circular Area Values

Diameter Area Diameter Area Diameter Area

0,5 0,20 20,5 330,06 40,5 1288,25

1,0 0,78 21,0 346,36 41,0 1320,25

1,5 1,77 21,5 363,05 41,5 1352,65

2,0 3,14 22,0 380,13 42,0 1385,44

2,5 4,91 22,5 397,61 42,5 1418,62

3,0 7,07 23,0 415,48 43,0 1452,20

3,5 9,62 23,5 433,74 43,5 1486,17

4,0 12,57 24,0 452,39 44,0 1520,53

4,5 15,90 24,5 471,43 44,5 1555,28

5,0 19,63 25,0 490,87 45,0 1590,43

5,5 23,75 25,5 510,70 45,5 1625,97

6,0 28,77 26,0 530,93 46,0 1661,90

6,5 33,18 26,5 551,54 46,5 1698,22

7,0 38,48 27,0 572,55 47,0 1734,94

7,5 44,18 27,5 593,96 47,5 1772,05

8,0 50,27 28,0 615,75 48,0 1809,56

8,5 56,75 28,5 637,94 48,5 1847,45

9,0 63,62 29,0 660,52 49,0 1885,74

9,5 70,88 29,5 683,49 49,5 1924,42

10,0 78,50 30,0 706,86 50,0 1963,49

10,5 86,59 30,5 730,62 50,5 2002,96

11,0 95,03 31,0 754,77 51,0 2042,82

11,5 103,87 31,5 779,31 51,5 2083,07

12,0 113,10 32,0 804,25 52,0 2123,71

12,5 122,72 32,5 829,58 52,5 2164,75

13,0 132,73 33,0 855,30 53,0 2206,18

13,5 143,14 33,5 881,41 53,5 2248,00

14,0 153,94 34,0 907,92 54,0 2290,22

14,5 165,13 34,5 934,82 54,5 2332,83

15,0 176,71 35,0 962,11 55,0 2375,83

15,5 188,69 35,5 989,80 55,5 2414,22

16,0 201,06 36,0 1017,88 56,0 2463,01

16,5 213,82 36,5 1046,34 56,5 2507,18

17,0 226,98 37,0 1075,21 57,0 2551,76

17,5 240,53 37,5 1104,46 57,5 2596,72

18,0 254,47 38,0 1134,11 58,0 2642,08

18,5 268,80 38,5 1164,16 58,5 2687,83

19,0 283,53 39,0 1194,59 59,0 2733,97

19,5 298,65 39,5 1225,42 59,5 2780,50

20,0 314,16 40,0 1256,64 60,0 2827,43

Page 12: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Tabel 3

Lembar Pengamatan untuk pengukuran Penutupan atau Basal Area Dari berbagai Individu Dalam Cuplikan kuadrat

Tanggal Pengamatan: Lokasi: Tegakan:

Nama Pengamat: Ukuran Kuadrat:

Species tumbuhan Kuadrat 1 Kuadrat 2 Kuadrat 3 Kuadrat 4 Kuadrat 5

Page 13: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono

Tabel 4

Ringkasan Analisis Vegetasi Dengan Menggunakan Teknik Sampling Kuadrat

Tanggal: Lokasi: Tegakan:

Nama Pengamat: Ukuran Kuadrat: Jumlah Kuadrat:

Species Kepadatan Domonansi

Relatif

Dominansi Dominansi

Relatif

Frekuensi Frekuensi

Relatif

Nilai

penting

Total

Page 14: ANALISIS VEGETASI

Analisis Vegetasi Oleh: Tri Suwandi & Eko Budiyono