7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

28
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “EKOLOGI DI HUTAN WANAGAMA” Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S. Disusun oleh: Nama : Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 / Pendidikan Sains B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 1

Transcript of 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Page 1: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

“EKOLOGI DI HUTAN WANAGAMA”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S.

Disusun oleh:

Nama : Sofyan Dwi Nugroho

NIM : 16708251021 / Pendidikan Sains B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

1

Page 2: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah

memberikan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan

praktikum Biologi. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti Beliau

hingga akhir zaman.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir semester sekaligus

melaporkan hasil yang diperoleh selama kegiatan praktikum. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Djukri dan Dr. Heru Nurcahyo, M.Kes, selaku

dosen Pengampuh mata kuliah praktikum Biologi yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran sehingga kami memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat untuk

bekal mengajar dan membantu dalam mengembangkan wawasan keilmuan sains.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu

dalam menyelesaikan laporan ini.

Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat. Penyusun menyadari dalam

penyusunan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Akhir kata marilah kita terus

menggali ilmu sampai menemukan hakikat ilmu padi.

Yogyakarta, 16 Juni 2017

Penyusun

2

Page 3: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul............................................................................................... i

Kata Pengantar.............................................................................................. ii

Daftar Isi......................................................................................................... iii

A. Tujuan......................................................................................................... 1

B. Latar Belakang ........................................................................................... 2

C. Metode Praktikum....................................................................................... 2

D. Hasil Pengamatan........................................................................................ 5

E. Analisa Data................................................................................................ 8

F. Pembahasan ................................................................................................ 18

G. Kesimpulan................................................................................................. 19

H. Daftar Pustaka............................................................................................. 19

3

Page 4: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

PRAKTIKUM EKOLOGI DI HUTAN WANAGAMA

A. TUJUAN

Mempelajari struktur vegetasi dan membuat interpretasi fungsi komunitas

tumbuhan pada tegakan yang dipelajari.

B. LATAR BELAKANG

Vegetasi (komunitas tumbuhan) diberi nama atau di golongkan berdasarkan

spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional.

Oleh karena itu maka kita dapat menyatakan suatu komunitas seperti; vegetasi

padang rumput, vegetasi pantai pasir, vegetasi kebun teh, vegetasi hutan bakau.

Dalam mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian terhadap unit penyusun

vegetasi di tempat mana di lakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas)

adalah populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah semua individu yang

berada ditempat pengamatan dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai

vegetasi tumbuhan di lakukan dengan cara mengamati individu dalam menyusun

populasi.

Untuk mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit di

lakukan karena pertimbanagan kompleksitas, luas area waktu dan biaya. Oleh karena

itu dalam pelaksanaannya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan

(sampling). Unit cuplikan atau unit sampling dalam analisis vegetasi dapat berupa

bidang (plot, kuadrat), garis atau titik. Dalam perkembangannya unit cuplikan yang

dipergunakan untuk suatu analisis vegetasi menggambarkan metode yang digunakan.

Dengan demikian dalam pencuplikan mengenai suatu vegetasi di gunakan berbagai

alternatif metode diantaranya: metode kuadrat (quadrat methods), metode garis (line

intercept, strip transect, bisect methods) dan metode titik (point methods)

4

Page 5: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

C. DASAR TEORI

Vegetasi

Vegetasi merupakan unsur yang dominan yang mampu berfungsi sebagai

pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan

sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang alamiah dari garis,

bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang,

akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan dari daun, bunga maupun

buahnya (Rochman, 2005).

Hutan hujan tropis mencapai perkembangan sepenuhnya pada bagian belahan

bumi sebelah barat dan pada bagian tengah dan selatan mempunyai spesies yang

sangat beragam. Disana, jarang dijumpai dua pohon dari spesies yang sama yang

tumbuh berdekatan. Vegetasinya sedemikian rapat, sehingga cahaya sangat sedikit

yang sampai kedasar hutan (Kimball, 2005).

Wilayah hutan hujan tropis mencakup ± 30% dari luas permukaan bumi dan

terdapat mulai dari Amerika Selatan, bagian tengah dari benua Afrika, sebagian anak

benua India, sebagian besar wilayah Asia Selatan dan wilayah Asia Tenggara,

gugusan kepulauan di samudera Pasifik, dan sebagian kecil wilayah Australia. Pada

umumnya wilayah hutan hujan tropis dicirikan oleh adanya 2 musim dengan

perbedaan yang jelas, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Ciri lainnya

adalah suhu, kelembaban udara yang tinggi, dan curah hujan, sedangkan hujan

merata sepanjang tahun (Ewusie, 1980).

Menurut Soedjiran et all (1993) hutan hujan tropis (tropical rain forest) terdapat

di daerah tropis yang basah dengan curah hujan yang tinggi dan tersebar sepanjang

tahun, seperti di Amerika tengah dan selatan, Asia tenggara, Indonesia dan Australia

timur laut. Dalam hutan ini pohon-pohonnya tinggi dan pada umumnya berdaun

lebar dan selalu hijau, jumlah jenis besar. Sering terdapat paku-paku pohon, tanaman

merambat berkayu liana yang sering dapat mencapai puncak pohon-pohon yang

tinggi dan epifit. Hutan ini kaya akan jenis-jenis hewan invertebrata dan vertebrata.

Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan

struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam, yaitu

metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak

digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan

5

Page 6: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

metode garis petak (untuk risalah permudaan) dalam kegiatan-kegiatan penelitian di

bidang ekologi hutan seperti halnya pada bidang-bidang ilmu lainnya yang

bersangkut paut dengan Sumber Daya Alam (Latifah, 2005). Analisis vegetasi dibagi

dalam 2 teknik plot yaitu sebagai berikut.

a. Quadrat Sampling Techniques

Penggambaran pengambilan vegetasi dalam teknik quadrat sampling dengan

plot untuk menentukkan jumlah minimal plot.

b. Point Quarter Techniques

Struktur Vegetasi

6

I II IV VI VIII DAN

SETERUSNYA

HINGGA

VEGETASI

TERLIHAT

HOMOGEN

III

V

VII

COMPASS LINE (GARIS PERTAMA)

JARAK YANG DIUKUR

GARIS KEDUASAMPLING POINT

Page 7: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Struktur vegetasi merupakan susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu

area yang dapat dinilai dari tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas

(keanekaragaman) jenis. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi

dari beberapa faktor seperti: flora setempat, habitat, (iklim, tanah dan lain-lain),

waktu dan kesempatan. Komposisi dan struktur vegetasi tumbuhan tidak dapat

dilepaskan dari pentingnya mengetahui air tanah dan ketersediaan air tanah bagi

tumbuhan di sekitarnya. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh kemampuan

partikel tanah memegang air. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang

terdapat dalam ruang-ruang antar butir tanah yang membentuknya. Air tanah dapat

dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah

dangkal terdapat pada bidang tanah yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses

pembentukan tanaman.

Melalui profil, kedalaman air dapat diduga berdasarkan tinggi, maka air tanah

yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau faktor

lingkungan luar lainnya. Kedalaman muka air tanah yang dimaksud adalah

kedalaman muka priotik yaitu kedalaman muka air tanah sumur-sumur galian yang

ada (Kusumawati, 2008). Cara memperoleh angka penting adalah sebagai berikut.

a. Densitas Absolut = jumlah individu / luas area

b. Densitas Relatif = (densitas setiap spesies / jumlah densitas semua spesies) x 100 %c. Dominansi

Absolut

= nilai area tertutup / luas area

d. Dominansi Relatif = (dominasi setiap spesies / jumlah dominasi seluruh spesies) x 100%e. Frekuensi Absolut = jumlah plot yang di tempati spesies ybs / jumlah seluruh plotf. Frekuensi Relatif = (frekuensi setiap spesies / jumlah frekuensi seluruh spesies) x 100%g. Nilai Penting = densitas relatif + dominansi relatif + frekuensi relatif

Penyelamatan fungsi hutan dan perlindunganya sudah saatnya menjadi tumpuan

harapan bagi kelangsungan jasa produksi ataupun lingkungan untuk menjawab

kebutuhan mahkluk hidup Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya

pelestarian hutan wajib dilakukan apapapun konsekuensi yang harus dihadapi, karena

sebetulnya peningkatan produktivitas dan pelestarian serta perlindungan hutan

sebenarnya mempunyai tujuan jangka panjang. Produktivitas tegakan ataupun

7

Page 8: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

ekosistem hutan Perlindungan dan aspek kesehatan hutan sebagai mata rantai

pemeliharaan (Marsono, 2004).

Perlindungan dan aspek kesehatan hutan sebagai mata rantai pemeliharaan atau

pembinaan hutan harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam satu kesatuan

pengelolaan hutan dalam rangka melindungi hutan berikut komponen yang ada

didalamnya dari berbagai macam faktor penyebab kerusakan. Hutan jika ditinjau dari

aspek kesehatannya terbagi atas tiga komponen yakni dari sisi pemanfaatan yakni

pada tegakkan hutan, lingkungan yakni terhadap sebuah komunitas dan kesehatan

ekosistem yang lebih menjurus pada landscape (Marsono, 2004).

Hutan Wanagama

Wanagama terletak di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Luasnya mencapai 600

hektar meliputi empat desa di dua kecamatan yang berbeda, yakni Kecamatan Patuk

dan Playen. Tepatnya di sebelah tenggara Kota Yogyakarta yang berjarak tempuh

kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sepanjang jarak

sekitar 35 kilometer tersebut terhampar hijaunya pesona alam dan indahnya

pemandangan Kota Yogyakarta dari ketinggian. Kawasan hutan wanagama yang

luasnya hampir mencapai 600 hektar merupakan tumpuan harapan bagi banyak orang

yang bermukim di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya untuk

kepentingan ekonomis ataupun kebutuhan akan jasa lingkungan sebagai paru-paru

kota dan sebagai media pembelajaran alamiah ataupun oleh pemerintah daerah

sebagai salah satu aset wisata alam bagi daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh lewat kehadiran kawasan Hutan

wanagama ini, maka upaya untuk mempertahankan fungsi dan peran kawasan ini

harus terus dilakukan (Irwanto, 2006).

Hutan Wanagama pada awalnya hanya ditujukan sebagai hutan pendidikan.

Seiring perkembangan yang semakin meningkat Wanagama akhirnya mempunyai

multifungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: sebagai area konservasi sumber daya

genetik, lokasi uji genetik spesies-spesies Hutan Tanaman Industri (HTI), daerah

tujuan wisata biologi dan ecotourism, tempat studi banding bidang konservasi tanah

dan air, serta pusat studi ekosistem kehutanan. Wanagama benar-benar menjelma

8

Page 9: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

menjadi sebuah research and education forest yang terbaik di Indonesia. Kawasan

Hutan Wanagama menyimpan kekayaan flora dan fauna. Lebih dari 550 jenis

tanaman tumbuh di area ini, di dalamnya terdapat pula beragam jenis binatang

unggas, kera serta hewan reptilia khas penghuni hutan. Hutan memang menawarkan

sensasi kembali ke alam yang kental, di Wanagama rasanya seperti sedang berada di

miniatur hutan yang berisikan banyak tanaman dari berbagai daerah. Dimulai dari

deretan pohon akasia (Acacia auriculiformis), pohon penghasil bubur kayu yang

menjadi primadona banyak perusahaan HTI di Indonesia. Dilanjutkan dengan pohon

kayu putih (Melaleuca leucadendra, tanaman yang menghasilkan minyak atsiri yang

berkhasiat untuk menghangatkan badan. Selain itu ada juga barisan pohon pinus

(Pinus merkusii) yang meneduhkan kala matahari bersinar terik. Pohon ini banyak

ditemukan tumbuh di Sumatera Bagian Tengah. Wanagama masih memiliki aneka

ragam pepohonan lain, misalnya: eboni (Diospyros celebica), si kayu hitam dari

Sulawesi; cendana (Santalum album), si pohon wangi dari Nusa Tenggara Timur;

murbei (Morus alba) dan tak ketinggalan pohon jati (Tectona grandis) (Suwarni &

Heri Santoso, 2009).

Hutan yang sehat terbentuk apabila faktor-faktor biotik dan abiotik dalam hutan

tersebut tidak menjadi faktor pembatas dalam pencapaian tujuan pengelolaan hutan

saat ini maupun masa akan datang. Kondisi hutan sehat ditandai oleh adanya pohon-

pohon yang tumbuh subur dan produktif, akumulasi biomasa dan siklus hara cepat,

tidak terjadi kerusakan signifikan oleh organisme pengganggu tumbuhan, serta

membentuk ekosistem yang khas (Kimmins, 1987). Ekosistem hutan yang sehat

terbentuk setelah hutan mencapai tingkat perkembangan klimaks, yang ditandai oleh

tajuk berlapis, pohon-pohon penyusun terdiri atas berbagai tingkat umur, didominasi

oleh pohon-pohon besar, serta adanya rimpang yang terbentuk karena matinya

pohon. Ekosistem hutan yang sehat tercapai bila tempat tumbuhnya dapat

mendukung ekosistem untuk memperbaharui dirinya sendiri secara alami,

mempertahankan diversitas penutupan vegetasi, menjamin stabilitas habitat untuk

flora dan fauna, serta terbentuknya hubungan fungsional di antara komunitas

tumbuhan, hewan dan lingkungan (Widyastuti, 2004).

9

Page 10: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Kesehatan hutan dan kesehatan ekosistem tersebut menunjukkan bahwa

keduanya merupakan tingkatan-tingkatan integrasi biologis. Konsekuensinya ialah

antara keduanya mempunyai karakteristik yang sama, namun demikian terdapat

perbedaan yang fundamental. Aspek kesehatan ekosistem lebih berhubungan dengan

pola penutupan vegetasi dalam kisaran kondisi-kondisi ekologi yang luas, sedangkan

kesehatan hutan lebih menekankan pada kondisi untuk memperoleh manfaatnya

(Sumardi, 2004).

D. Metode Praktikum

1. Jenis kegiatan : Observasi

2. Waktu kegiatan : Minggu, 21 Mei 2017

3. Tempat kegiatan : Hutan Wanagama

4. Obyek pengamatan : Species dan individu tiap plot

5. Bahan dan alat

Pada pengamatan analisis vegetasi memerlukan alat-alat dan bahan sebagai

berikut: patok, tali, meteran, pisau, kantong plastik, kertas label, cetok, dan

sabit

6. Cara kerja

a. Menentukan lokasi studi dan menentukan batas-batasnya.

Lokasi studi dapat berupa rerumputan, sesemakan, peperduan, dan

pepohonan. Daerah tersebut kemudian dibatasi

b. Menentukan luas minimal plot contoh (sample plot).

c. Menentukan jumlah minimal plot.

d. Pengamatan jumlah species dan jumlah individu tiap plot contoh.

e. Menghitung densitas, frekuensi, dominansi, dan nilai penting suatu jenis

pada vegetasi/tegakan/areal.

Untuk memperoleh nilai penting setiap spesies, perlu dihitung :

1)

2)

10

Page 11: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

3)

4)

5)

6)

7)

Membuat luas minimal plot

a. Secara random mengambil tempat untuk meletakkan kuadrat I dengan sisi

4m x 4m, atau luas kuadrat I = 16 m2

b. Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat I

c. Memperluas kuadrat I menjadi 2 kali lipat luasnya, yang selanjutnya

kuadrat I ditambah perluasannya disebut kuadrat II, dan luasnya 4m x 8 m

= 32 m2

d. Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat II, dalam hal ini

berarti menghitung dan mencatat jumlah spesies baru yang belum

dijumpai pada kuadarat I, dan apabila ditambahkan pada jumlah spesies

pada kuadrat I akan diperoleh jumlah spesies pada kuadrat II.

e. Memperluas kuadrat II menjadi 2 kali lipat luasnya, sehingga luasnya

menjadi = 8 m x 8 m = 64 m2, selanjutnya kuadrat II ditambah

perluasannya disebut kuadrat III.

f. Menghitung dan mencatat jumlah spesies pada kuadrat III.

11

Page 12: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

g. Perluasan dilanjutkan dan perhitungan diadakan setiap selesai

memperluas luas plot, sehingga jumlah kumulatif spesies tidak bertambah

lagi.

h. Membuat grafik atas dasar hasil yang dikerjakan mulai butir a sampai

degan g, dengan ketentuan, *sumbu X menunjukkan luas kuadrat dan

sumbu Y menunjukkan jumlah kumulatif spesies.

i. Setelah grafik terbentuk, menentukan titik pada sumbu X seharga 10%

dari luas kuadrat terbesar

j. Menentukan titik pada sumbu Y seharga 10% dari jumlah kumulatif

tertinggi spesies

k. Membuat garis ordinasi melalui titik temu 10% jumlah spesies dan 10%

luas plot terbesar

l. Membuat garis sejajar dengan garis ordinasi yang menyinggung grafik

harga-harga jumlah kumulatif spesies.

m. Dari titik singgung anatara garis sejajar dengan garfik, dibuat proyeksi ke

sumbu X, maka ditemukan luas minimal plot yang dimaksudkan

Cara menentukan jumlah minimal plot

a. Dengan luas minimal yang telah diketahui, dilakukan pengamatan dan

penghitungan jumlah spesies pada setiap plot, sekaligus dilakukan

penghitungan jumlah individu tiap-tiap spesies pada masing-masing plot.

(catatan: data tentang jumlah spesies selanjutnya akan digunakan untuk

menentukan jumlah minimal plot, contoh: data tentang jumlah individu

selanjutnya akan digunakan untuk menentukan nilai penting masing-

masing spesies tiap tegakan). Oleh karena itu, maka peletakan plot-plot

(dengan luas minimal seperti yang telah diketahui dari butir m, serta

jumlah spesies dan jumlah individu dari butir a), harus diusahakan dapat

mewakili seluruh daerah tagakan. Perlu diingat bahwa tegakan yang

dipilih bentuk dan komposisinya belum tentu beraturan

b. Setelah diperoleh catatan mengenai jumlah spesies tidak bertambah lagi

pada plot yang kesekian kali, maka dapat digambarkan garfik seperti pada

waktu menentukan luas minimal plot, hanya saja sumbu X bukan

12

Page 13: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

menggambarkan luas plot melainkan jumlah plot, sehingga yang

ditemukan adalah jumlah minimal plot contoh

Cara mengamati spesies pada setiap plot contoh

a. Membuat plot seluas yang sama dengan luas minimal plot dan jumlahnya

sama dengan jumlah membuat plot dengan luas dan jumlah yang lebih

dari minimal.

b. Melakukan pengamatan dan penghitungan jumlah individu masing-

masing spesies setiap plot

Cara menghitung nilai penting spesies untuk masing-masing tegakan

Untuk memperoleh nilai penting setiap spesies pada masing-masing tegakan

maka perlu dihitung:

a. Densitas : Jumlah individu per luas areal

b. Densitas realatif : Densitas setiap spesies per jumlah densitas semua

spesies kali 100

c. Dominansi : Jumlah basal area, atau nilai areal tertutup, atau luas

areal yang ditumbuhi spesies per luas areal

d. Dominan relatif : dominansi setiap spesies per jumlah dominansi

seluruh spesies kali 100

e. Frekuensi : Jumlah plot yang ditempati spesies yang

bersangkutan per jumlah seluruh plot

f. Frekuensi relatif : Frekuensi setiap spesies per jumlah frekuensi seluruh

spesies kali 100.

g. Nilai penting : Densitas relatif + dominansi realatif + frekuensi

realatif.

E. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan tiap plot yang berukuran 4 x 4 m

Tabel 1. Data pengamatan tiap plot berukuran 4 x 4 meter

Spesies

Jumlah Spesies dalam Transek

Plot I

Plot II Plot III

Plot IV

13

Page 14: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Spesies A (Podocarpus) 80% 50% 25% 25%Spesies B (Leresede) 10% - - -Spesies C (Akasia) - 40% 25% 50%Spesies D (Mahoni) 5% 5% 10 % 2%Spesies E (tanaman lain) 5% 2% 10% 3%Spesies F (rumput) - 3% - -Tanah/tidak dihuni - - 30% 20%Densitas 8 10 9 8

Suhu udara sekitar adalah 36,4 ⁰C

Kecepatan angin 1,1 m/s.

Kelembaban udara 66%

F. Analisis Data

Dalam studi lanjut di lokasi Hutan Wanagama ini, untuk mempelajari

analisis vegetasi. Hal ini dimulai dengan membuat luas minimal plot,

menentukan jumlah minimal plot, menghitung jumlah spesies dan individu tiap

spesies sampai menghitung nilai penting suatu jenis dalam komunitas. Dari

serangkaian kegiatan tersebut di dapatkan data bahwa berdasarkan hasil

perhitungan, luas minimal plot yang didapat adalah 4 meter x 4 meter dengan

data jumlah spesies yang sampai pada jumlah konstan yaitu pada plot keenam

adalah sebanyak sepuluh spesies. Maka untuk melanjutkan pengamatan,

berdasarkan kesepakatan bersama luas minimal plot yang dipakai adalah 4 meter

x 4 meter.

Tabel 2 hasil perhitungan densitas, densitas relatif, dominansi, dominansi relatif

Spesies dalam PLOT

Nilai Densitas

(spesies/m2)Densitas Relatif

Dominansi Dominansi Relatif

PLOT ISpesies A 0,256 29,63 0,8 44,4Spesies B 0,032 2,66 0,1 100Spesies C 0 0 0 0

14

Page 15: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Spesies D 0,016 0,858 0,05 22,72Spesies E 0,016 0,858 0,05 25Spesies F 0 0 0 0PLOT II

Spesies A 0,16 18,51 0,5 27,77Spesies B 0 0 0 0Spesies C 0,128 14,81 0,4 34,78Spesies D 0,016 0,858 0,05 22,72Spesies E 0,0064 0,74 0,02 10Spesies F 0,0096 1,11 0,03 100PLOT IIISpesies A 0,08 4,25 0,25 13,8Spesies B 0 0 0 0Spesies C 0,08 9,25 0,25 21,70Spesies D 0,032 3,7 0,1 45,45Spesies E 0,032 3,7 0,1 50Spesies F 0 0 0 0PLOT IVSpesies A 0,08 4,250 0,25 13,8Spesies B 0 0 0 0Spesies C 0,16 18,51 0,5 43,47Spesies D 0,0064 0,74 0,02 9,09Spesies E 0,0096 1,40 0,03 15Spesies F 0 0 0 0

Perhitungan densitas, denitas relatif, dominansi, dominansi relatif:

Densitas

Plot I

256,025

8%80 == xADensitas spesies/m

032,025

8%10 == xBDensitas spesies/m2

025

8%0 == xCDensitas spesies/m2

15

Page 16: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

016,025

8%5 == xDDensitas spesies/m2

016,025

8%5 == xEDensitas spesies/m2

025

8%80 == xFDensitas spesies/m2

Plot II

16,025

8%50 == xADensitas spesies/m

025

8%0 == xBDensitas spesies/m2

128,025

8%40 == xCDensitas spesies/m2

016,025

8%5 == xDDensitas spesies/m2

0064,025

8%2 == xEDensitas spesies/m2

0096,025

8%3 == xFDensitas spesies/m2

Plot III

08,025

8%25 == xADensitas spesies/m

025

8%0 == xBDensitas spesies/m2

16

Page 17: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

08,025

8%25 == xCDensitas spesies/m2

032,025

8%10 == xDDensitas spesies/m2

032,025

8%10 == xEDensitas spesies/m2

025

8%0 == xFDensitas spesies/m2

Plot IV

08,025

8%25 == xADensitas spesies/m

025

8%0 == xBDensitas spesies/m2

16,025

8%50 == xCDensitas spesies/m2

0064,025

8%2 == xDDensitas spesies/m2

0096,025

8%3 == xEDensitas spesies/m2

025

8%0 == xFDensitas spesies/m2

Densitas Relatif

Plot I

17

Page 18: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Densitas relatif A = 864,0

256,0 x 100 = 29,63

Densitas relatif B = 864,0

032,0 x 100 = 2,66

Densitas relatif C = 864,0

0 x 100 = 0

Densitas relatif D = 864,0

016,0 x 100 = 0,858

Densitas relatif E = 864,0

016,0 x 100 = 0,858

Densitas relatif F = 864,0

0 x 100 = 0

Plot II

Densitas relatif A = 864,0

16,0 x 100 = 18,51

Densitas relatif B = 864,0

0 x 100 = 0

Densitas relatif C = 864,0

128,0 x 100 = 14,81

Densitas relatif D = 864,0

016,0 x 100 = 0,858

Densitas relatif E = 864,0

0064,0 x 100 = 0,74

18

Page 19: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Densitas relatif F = 864,0

0096,0 x 100 = 1,11

Plot III

Densitas relatif A = 864,0

08,0 x 100 = 9,25

Densitas relatif B = 864,0

0 x 100 = 0

Densitas relatif C = 864,0

08,0 x 100 = 9,25

Densitas relatif D = 864,0

032,0 x 100 = 3,7

Densitas relatif E = 864,0

032,0 x 100 = 3,7

Densitas relatif F = 864,0

0 x 100 = 0

Plot IV

Densitas relatif A = 864,0

08,0 x 100 = 9,25

Densitas relatif B = 864,0

0 x 100 = 0

Densitas relatif C = 864,0

16,0 x 100 = 18,51

19

Page 20: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Densitas relatif D = 864,0

0064,0 x 100 = 0,74

Densitas relatif E = 864,0

0096,0 x 100 = 1,11

Densitas relatif F = 864,0

0 x 100 = 0

Dominansi relatif

Plot I

Dominansi relatif spesies A = 8,1

8,0x 100 = 44,44

Dominansi relatif spesies B = 1,0

1,0x 100 = 100

Dominansi relatif spesies C = 15,1

0x 100 = 0

Dominansi relatif spesies D = 22,0

05,0x 100 = 22,72

Dominansi relatif spesies E = 2,0

05,0x 100 = 25

Dominansi relatif spesies F = 03,0

0x 100 = 0

20

Page 21: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Plot II

Dominansi relatif spesies A = 8,1

5,0x 100 = 27,77

Dominansi relatif spesies B = 1,0

0x 100 = 0

Dominansi relatif spesies C = 15,1

4,0x 100 = 34,78

Dominansi relatif spesies D = 22,0

05,0x 100 = 22,72

Dominansi relatif spesies E = 2,0

02,0x 100 = 10

Dominansi relatif spesies F = 03,0

03,0x 100 = 100

Plot III

Dominansi relatif spesies A = 8,1

25,0x 100 = 13,8

Dominansi relatif spesies B = 1,0

0x 100 = 0

Dominansi relatif spesies C = 15,1

25,0x 100 = 21,74

Dominansi relatif spesies D = 22,0

1,0x 100 = 45,45

Dominansi relatif spesies E = 2,0

1,0x 100 = 50

21

Page 22: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Dominansi relatif spesies F = 03,0

0x 100 = 0

Plot IV

Dominansi relatif spesies A = 8,1

25,0x 100 = 13,8

Dominansi relatif spesies B = 1,0

0x 100 = 0

Dominansi relatif spesies C = 15,1

5,0x 100 = 43,47

Dominansi relatif spesies D = 22,0

02,0x 100 = 9,09

Dominansi relatif spesies E = 2,0

03,0x 100 = 15

Dominansi relatif spesies F = 03,0

0x 100 = 0

Tabel 3 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Frekuensi Relatif:

SpesiesNilai

Frekuensi Frekuensi RelatifSpesies A 1,00 23,53Spesies B 0,25 5,88Spesies C 0,75 17,64Spesies D 1,00 23,53Spesies E 1,00 23,53Spesies F 0,25 5,88

Frekuensi dan frekuensi relatif

Plot I

Frekuensi spesies A = 4/4 = 1

22

Page 23: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Frekuensi spesies B = 1/4 = 0,25

Frekuensi spesies C = 3/4 = 0,75

Frekuensi spesies D = 4/4 = 1

Frekuensi spesies E = 4/4 = 1

Frekuensi spesies F = 1/4 = 0,25

Frekuensi Relatif Spesies A = (1/4,25) x 100 = 23,53

Frekuensi Relatif Spesies B = (0,25/4,25) x 100 = 5,88

Frekuensi Relatif Spesies C = (0,75/4,25) x 100 = 17,64

Frekuensi Relatif Spesies D = (1/4,25) x 100 = 23,53

Frekuensi Relatif Spesies E = (1/4,25) x 100 = 23,53

Frekuensi Relatif Spesies E = (0,25/4,25) x 100 = 5,88

Tabel 4 Data nilai penting spesies untuk masing-masing tegakan:

Spesies Komponen Nilai Penting Spesies

Nilai Pentin

23

Page 24: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

gSpesies

Densitas

Relatif

Dominansi Relatif

Frekuensi Relatif

Spesies A 46,64 99,77 23,53 169,94

Spesies B 2,66 100 5,88 108,54

Spesies C 42,27 99,95 17,64 159,86

Spesies D 6,74 79,98 23,53 110,25

Spesies E 6,698 100 23,53 130,228

Spesies F 1,11 100 5,88 106,99

G. Pembahasan

Analisis vegetasi dilaksanakan di Hutan Wanagama pada Minggu, 21 Mei

2017. Hal yang pertama dilakukan dalam menganalisis vegetasinya adalah

menentukan lokasi dimana daerah hutan yang menjadi objek studi dan

menentukan batasnya. Kemudian membuat kuadrat dan menghitung jumlah

spesies pada kuadrat tersebut. Meluaskan kuadrat dengan skala tertentu dan

menghitung jumlah spesies, begitu seterusnya sampai jumlah kumulatif spesies

tidak bertambah lagi. Kemudian membuat grafik untuk menentukan luas

minimal plot. Tujuannya adalah agar objek kajian tidak meluas atau dalam hal

ini mengambil sampel dari populasi area yang akan distudi. Setelah luas minimal

plot diketahui maka dilakukan observasi dengan batas tepi pantai antara pasir

dan keberadaan tumbuhan, sedangkan batas daratan ialah area tempat aktivitas

manusia. Dari hasil observasi dan analisa data diketahui bahwa terdapat 15 jenis

spesies yaitu podocarpus, leresede, akasia, mahoni, rumput, dan masih ada 10

spesies lagi yang praktikan belum mengetahui namanya. Dalam pelaksanaan

praktikum vegetasi di hutan, praktikan hanya melakukan pengambilan data

empat kali (4 plot) yang berukuran 4 x 4 meter. Jumlah spesies masing-masing

plot berbeda antara dari ketiga plot tersebut terdapat 15 jenis spesies, spesies

yang memiliki nilai penting tertinggi adalah podocarpus. Tumbuhan ini

24

Page 25: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

memiliki karakteristik epimatium pada buahnya, daun tunggal, alternate,

pertulangan sejajar, ujung daun runcing, daun, tebal, panjang.

Dari hasil analisa data diketahui bahwa, untuk plot I didominasi oleh

podocarpus yang hampir mencapai 80%. Pada plot I juga terdapat tanaman

pandan sekitar 10%, selebihnya merupakan tanaman lain, jumlah spesies

tumbuhan yang ada di plot I ialah 8 jenis. Untuk plot II tumbuhan podocarpus

juga masih memdominasi namun jumlah berkurang hanya sekitar 50%,

sedangkan 40% tumbuhan akasia, sedangkan jumlah spesies tumbuhan lebih

banyak yaitu ada 10 jenis. Untuk plot III berbeda dengan plot I dan II, plot III

didominasi oleh tanah sekitar 30%, podocarpus sekitar 25%, dan akasia sekitar

25% dengan jumlah spesies tumbuhan 9 jenis. Untuk plot IV, akasia

mendominasi mencapai 50%, sedangkan podocarpus hanya 25%, sedangkan

tanah 20% dengan jumlah spesies tumbuhan 8 jenis.

Dari hasil kumulatif masing-masing plot didapatkan bahwa tumbuhan

yang mendominansi yaitu tumbuhan A (podocarpus) dengan densitas relatifnya

29,63 dominan relatifnya 44,44 dan frekuansi relatif 23,53. Maka dari itu dapat

diasumsikan bahwa pada vegetasi hutan wanagama didominansi oleh tumbuhan

podocarpus.

H. Kesimpulan

Tumbuhan podocarpus mendominansi daerah hutan wanagama, maka

vegetasi yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Spinifex littoralis.

Tumbuhan ini berkontribusi sebagai penstabil tanah sehingga memfasilitasi

kehadiran tumbuhan lain untuk tumbuh.

I. Daftar Pustaka

25

Page 26: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Campbell, Neil A. (2005). Biology seventh edition. San Francisco. Benjamin Cummings.

Djukri dan Heru Nurcahyo.(2009). Petujuk praktikum biologi.Yogyakarta: Program studi pendidikan sains program pascasarjana UNY.

Loveless, A.R. 1987.Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.PT. Gramedia Pustaka:Jakarta

J. Lampiaran

Foto praktikum analisis vegetasi di hutan Wanagama

26

Page 27: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

ANALISIS VEGETASI

27

Page 28: 7. laporan praktikum biologi analisis vegetasi di hutan wanagama

Jenis : Laporan kelompok

Penyusun :

1. Erwin Fertina (16708251027)

2. Clara Sri Wahyuni (16708251031)

3. Yustina Ovi (16708251032)

4. Eka Rachmawati (16708251033)

5. Luh Mitha Priyanka (16708251034)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Djukri

Pendidikan Sains

Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogyakarta

2017

28