Analisis Vegetasi Hutan Lindung Tagafura di Kota Tidore ...

9
426 OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 426-434 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.426-434 Analisis Vegetasi Hutan Lindung Tagafura di Kota Tidore Kepulauan (Vegetation Analysis of the Tagafura Forest Park in Tidore Island) Sabaria Niapele 1 dan Tamrin Salim 1 1 Dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Nuku. Tidore-Indonesia, Email : [email protected] ; [email protected] Info Artikel: Diterima: 06 Nov. 2020 Disetujui: 25 Nov. 2020 Dipublikasi: 30 Nov. 2020 Reserch Article Keyword: Vegetation Analysis, Forest Fark, INP Korespondensi: Sabaria Niapele Universitas Nuku. Tidore, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Keberadaan Hutan Lindung Tagafura sebagai hutan penutupan vegetasi sangatlah penting untuk dijaga dan dilestarikan keberadaannya, karena sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Dimana fungsinya dapat memberikan perlindungan pada kawasan sekitarnya sebagai pengaturan tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Potensi sumber daya hutan yang terdapat di kawasan hutan lindung tagafura sangat melimpah, namun belum seluruhnya diketahui struktur dan komposisi yang terdapat pada kawasan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka menjadi dasar pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis vegetasi di Kawasan Hutan Lindung Tagafura Kota Tidore Kepulaua degan tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi pada Kawasan Hutan Lindung Tagafura dan diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan dalam pengelolaan Hutan Lindung Tagafura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk Penempatan petak ukur dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan garis berpetak.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus kerapatan dan kerapatan relatife, Dominasi dan dominasi relatife, frekuensi dan frekuensi relatife, dan Indeks Nilai Penting (INP). Struktur hutan yang ditemukan pada Kawasan Hutan Lindung Tagafura meliputi 25 jenis yang terdiri dari semai 15 jenis, pancang 10 jenis, tiang 13 jenis dan pohon 12 jenis. Komposisi jenis yang mendominasi semua tingkat pertumbuhan berdasarkan nilai INP yaitu jenis (1). Augenia aromatic dengan nilai INP pada semai sebesar 45,49, INP pancang sebesar 18,05. INP tiang sebesar 23.67, INP pohon sebesar 132.08 , (2). Myristica fragrans, INP pada semai sebesar 31,44, INP pancang sebesar 15,11, INP tiang sebesar 30,27, INP pohon sebesar 47,25, (3). Gnetum gnemo INP pada semai sebesar 19,48, INP pancang sebesar 24,21, INP tiang sebesar 49,92, INP pohon sebesar 10,83, (4). Arenga Pinnata INP semai sebesar 18,13, INP pancang sebesar 36,11, INP tiang sebesar 24,04, INP pohon sebesar 17,51 dan (5). Cinnamomum verum INP pada semai sebesar 11,84, INP pancang sebesar 33,17, INP tiang sebesar 26,42, INP pohon sebesar 7,36. Abstract. The existence of Forest park vegetation in Tagafura as the vegetation cover are important to be maintain and preserved, since it’s effective for the human live on the earth. The function of this forest park is to defend the field around the forest in several ways such as, the water cycle, avoid the flood, erosion scheming and the soil fruitfulness keeper. The Tagafura Forest Park has a lot of natural resource, but the structure and the composition of the field are not completely found yet. Based on the the statement above the Researcher are interested to conduct the research entitled “ VEGETATION ANALYSIS OF THE TAGAFURA FOREST PARK IN TIDORE ISLAND to know about the structure and the composition of the vegetation in the Forest park of Tagafura and be able to being as the government substance while made a decision about the Forest park. This research used purposive sampling with a combination of to track and double plot to placement the plot. The data then analyzing used the density and relative density formula, domination and relative domination formula, frequency and relative frequency formula and The Importance Value Index (INP). Based on the research result, the data was founded that the forest has 25 structures include 15 types of Seedlings, 10 type of Stakes, 13 type of poles and 12 types of tress. The domination of the composition type amount the growth based on the INP is (1). Augenia aromatic with the INP in Seedling are 45,49. INP for Stand are 18,05. INP for the are 23,67 and the INP for the trees are 132.08. (2). Myristica fragrans has the INP for the seedlings are 31.44. INP for Stand are 15.11. INP for the poles are 30.27 and the INP for the trees are 47.25. (3). Gnetum gnemo has the INP for the seedlings are 19,48. INP for Stand are 24.21. INP for the poles are 49.92 and the INP for the trees are 10.83. (4). Arenga Pinnata has the INP for the seedlings are 18,13. INP for Stand are 36.11. INP for the poles are 24.04 and the INP for the trees are 17.51. (5). Cinnamomum verum has the INP for the seedlings are 11.84. INP for Stand are 33.17. INP for the poles are 26.42 and the INP for the trees are 7.36. I. PENDAHULUAN Kawasan hutan Propinsi Maluku Utara yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI Nomor SK.302/Menhut-II/2013 Tanggal 1 Mei 2013 adalah seluas ± 2.515.220 ha. Luas kawasan ini mencakup Kawasan Suaka Alam

Transcript of Analisis Vegetasi Hutan Lindung Tagafura di Kota Tidore ...

426

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 426-434 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.426-434

Analisis Vegetasi Hutan Lindung Tagafura di Kota Tidore Kepulauan

(Vegetation Analysis of the Tagafura Forest Park in Tidore Island)

Sabaria Niapele1 dan Tamrin Salim1

1 Dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Nuku. Tidore-Indonesia, Email : [email protected] ;

[email protected] Info Artikel:

Diterima: 06 Nov. 2020

Disetujui: 25 Nov. 2020

Dipublikasi: 30 Nov. 2020

Reserch Article

Keyword:

Vegetation Analysis, Forest

Fark, INP

Korespondensi:

Sabaria Niapele

Universitas Nuku. Tidore,

Indonesia

Email: [email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak. Keberadaan Hutan Lindung Tagafura sebagai hutan penutupan vegetasi sangatlah penting untuk

dijaga dan dilestarikan keberadaannya, karena sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia di muka

bumi. Dimana fungsinya dapat memberikan perlindungan pada kawasan sekitarnya sebagai pengaturan tata

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Potensi sumber daya hutan yang

terdapat di kawasan hutan lindung tagafura sangat melimpah, namun belum seluruhnya diketahui struktur

dan komposisi yang terdapat pada kawasan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka menjadi dasar

pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis vegetasi di Kawasan Hutan Lindung

Tagafura Kota Tidore Kepulaua degan tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi pada

Kawasan Hutan Lindung Tagafura dan diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah daerah untuk

mengambil kebijakan dalam pengelolaan Hutan Lindung Tagafura. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini untuk Penempatan petak ukur dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan metode

kombinasi antara metode jalur dan garis berpetak.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan rumus kerapatan dan kerapatan relatife, Dominasi dan dominasi relatife, frekuensi dan

frekuensi relatife, dan Indeks Nilai Penting (INP). Struktur hutan yang ditemukan pada Kawasan Hutan

Lindung Tagafura meliputi 25 jenis yang terdiri dari semai 15 jenis, pancang 10 jenis, tiang 13 jenis dan

pohon 12 jenis. Komposisi jenis yang mendominasi semua tingkat pertumbuhan berdasarkan nilai INP yaitu

jenis (1). Augenia aromatic dengan nilai INP pada semai sebesar 45,49, INP pancang sebesar 18,05. INP

tiang sebesar 23.67, INP pohon sebesar 132.08 , (2). Myristica fragrans, INP pada semai sebesar 31,44, INP

pancang sebesar 15,11, INP tiang sebesar 30,27, INP pohon sebesar 47,25, (3). Gnetum gnemo INP pada

semai sebesar 19,48, INP pancang sebesar 24,21, INP tiang sebesar 49,92, INP pohon sebesar 10,83, (4).

Arenga Pinnata INP semai sebesar 18,13, INP pancang sebesar 36,11, INP tiang sebesar 24,04, INP pohon

sebesar 17,51 dan (5). Cinnamomum verum INP pada semai sebesar 11,84, INP pancang sebesar 33,17, INP

tiang sebesar 26,42, INP pohon sebesar 7,36.

Abstract. The existence of Forest park vegetation in Tagafura as the vegetation cover are important to be

maintain and preserved, since it’s effective for the human live on the earth. The function of this forest park is

to defend the field around the forest in several ways such as, the water cycle, avoid the flood, erosion scheming

and the soil fruitfulness keeper. The Tagafura Forest Park has a lot of natural resource, but the structure and

the composition of the field are not completely found yet. Based on the the statement above the Researcher are

interested to conduct the research entitled “ VEGETATION ANALYSIS OF THE TAGAFURA FOREST

PARK IN TIDORE ISLAND to know about the structure and the composition of the vegetation in the Forest

park of Tagafura and be able to being as the government substance while made a decision about the Forest park.

This research used purposive sampling with a combination of to track and double plot to placement the plot.

The data then analyzing used the density and relative density formula, domination and relative domination

formula, frequency and relative frequency formula and The Importance Value Index (INP). Based on the

research result, the data was founded that the forest has 25 structures include 15 types of Seedlings, 10 type of

Stakes, 13 type of poles and 12 types of tress. The domination of the composition type amount the growth

based on the INP is (1). Augenia aromatic with the INP in Seedling are 45,49. INP for Stand are 18,05. INP

for the are 23,67 and the INP for the trees are 132.08. (2). Myristica fragrans has the INP for the seedlings are

31.44. INP for Stand are 15.11. INP for the poles are 30.27 and the INP for the trees are 47.25. (3). Gnetum

gnemo has the INP for the seedlings are 19,48. INP for Stand are 24.21. INP for the poles are 49.92 and the

INP for the trees are 10.83. (4). Arenga Pinnata has the INP for the seedlings are 18,13. INP for Stand are

36.11. INP for the poles are 24.04 and the INP for the trees are 17.51. (5). Cinnamomum verum has the INP

for the seedlings are 11.84. INP for Stand are 33.17. INP for the poles are 26.42 and the INP for the trees are

7.36.

I. PENDAHULUAN

Kawasan hutan Propinsi Maluku Utara

yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri

Kehutanan RI Nomor SK.302/Menhut-II/2013

Tanggal 1 Mei 2013 adalah seluas ± 2.515.220 ha.

Luas kawasan ini mencakup Kawasan Suaka Alam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

427

(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

seluas ± 218.499 hektar, Kawasan hutan Lindung

(HL) seluas ± 584.058 hektar, Kawasan Hutan

Produksi Terbatas (HTP) seluas ± 666..851 hektar,

Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas ± 481.730

hektar dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat

Dikonversi (HPK) seluas 564.082 hektar.[1]

Salah satu kawasan hutan yang ditetapkan

berdasarkan SK Menhut No. 302 Tahun 2013

terdapat di Kota Tidore Kepulauan, dimana salah

satunya adalah Kawasan Hutan Lindung.

Keberadaan Hutan Lindung sebagai hutan

penutupan vegetasi sangatlah penting untuk

dijaga dan dilestarikan keberadaannya, karena

sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup

manusia di muka bumi. Dimana fungsinya dapat

memberikan perlindungan pada kawasan

sekitarnya sebagai pengaturan tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara

kesuburan tanah

Berdasarkan peta lampiran SK No.

302/Menhut-II/2013 tentang Kawasan Hutan

Maluku Utara terdapat Kawasant Hutan Lindung

Tagafura yang terletak di wilayah Kota Tidore

Kepulauan dengan luasanya secara digital seluas ±

2.181 hektar. Dimana tutupan lahan hutannya

terdiri dari Hutan Lahan Kering ± 702,73 hektar,

semak belukar ± 610,87 hektar, dan pertanian

lahan kering seluas ± 867,40 hektar.

Keberadaan Hutan Lindung Tagafura

sebagai hutan penutupan vegetasi sangatlah

penting untuk dijaga dan dilestarikan

keberadaannya, karena sangat bermanfaat untuk

kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

Dimana fungsinya dapat memberikan

perlindungan pada kawasan sekitarnya sebagai

pengaturan tata air, mencegah banjir,

mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan

tanah

Fungsi Hutan Lindung Tagafura sangat

ditentukan oleh vegetasi yang menutupi kawasan

hutan tersebut dimana keberadaan vegetasi dapat

digambarkan dengan menganalisa struktur

vegetasi.[2]. Analisis vegetasi merupakan suatu

cara mempelajari susunan atau komposisi jenis

dalam bentuk struktur atau struktur vegetasi. Oleh

karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam

analisis vegetasi adalah untuk mengetahui

komposisi dan struktur vegetasi pada suatu

kawasan.

Potensi sumber daya hutan yang terdapat di

kawasan hutan lindung tagafura sangat melimpah,

namun belum seluruhnya diketahui struktur dan

komposisi yang terdapat pada kawasan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka menjadi

dasar pertimbangan peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul Analisis vegetasi di

Kawasan Hutan Lindung Tagafura Kota Tidore

Kepulaua degan tujuan untuk mengetahui

struktur dan komposisi vegetasi pada Kawasan

Hutan Lindung Tagafura dan diharapkan dapat

menjadi pertimbangan untuk kebijakan

pengelolaan Hutan Lindung Tagafura.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan

Lindung Tagafura Kota Tidore Kepulauan

yang direncanakan pada Tahun 2020

2.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu: Kompas, GPS, Phi Band, Haga Meter,

Rol Meter, Tally Sheet, Tali RafiaKamera dan

Alat Tulis

2.3. Prosedur Penelitian

1. Penentuan Petak Pengamatan

Petak pengamatan pada areal hutan

lindung tagafura dengan menggunakan metode

stratified sampling ( sampling berlapis). Dalam

cara sampling ini populasi yang heterogen

dipisah-pisahkan menjadi beberapa kelompok

yang masing-masing mempunyai mempunyai

ragam yang lebih kecil dibanding dengan

ragam populasinya. [14]. Dimana petak

pengamatan dibagi menjadi stratum

berdasarkan arah mata angin yaitu: Utara,

Timur, Selatan, dan Barat,

2. Penentuan Petak Ukur

Penempatan petak ukur dilakukan secara

purposive sampling denganmenggunakan

metode kombinasi antara metode jalur dan

garis berpetak dengan jumlah petak untuk

setiap stratum sebanyak 5 petak sehingga

jumlah keseluruhan petak ukur yang

digunakan sebanyak 20 buah petak ukur.

3. Pembuatan Petak Ukur

Petak yang dibuat berbentuk bujur

sangkar dengan luas 1 petak ukur (PU) 0.04 Ha

(20 meter x 20 meter) untuk pengamatan tingkat

pohon, (10 meter x 10 meter) untuk pengamatan

tingkat tiang, (5 meter x 5 meter) untuk

pengamatan tingkat sapihan dan (2 meter x 2

meter) untuk pengamatan tingkat semai

4. Pengambilan Data

Dalam setiap petak ukur dilakukan

pengamatan terhadap tingkat pohon, tiang,

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

428

sapihan dan semai. Parameter yang diamati

meliputi: jenis, jumlah individu yang ada dan

parameter diameter dan tinggi untuk tingkat

pohon dan tiang.

2.4. Analisis Data

Data vegetasi yang telah terkumpul

kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan

jenis (K), kerapatan relatife (KR), dominasi jenis

(D), dominasi relative (DR), frekwensi jenis (F),

frekwensi relative (FR), serta indeks nilai penting

(INP) menggunakan rumus Mueller-Dombais dan

Ellenberg sebagai berikut:[15]

100%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan

Lindung Tagafura Kota Tidore Kepulauan

Maluku Utara. Berdasarkan hasil analisis vegetasi

yang dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Kie

Matubu ditemukan sturktur vegetasi meliputi

semai, pancang, tiang dan pohon sebanyak 25

jenis. Berikut komposisi jenis tingkat semai dan

pancang dapat dilihat pada diagram (Gambar 1

dan Gambar 2.

Gambar 1. Diagram Komposisi Jenis Pada Tingkat Semai

Diagram 2. Komposisi Jenis Tingkat Pancang

429

Berdasarkan diagram diatas diketahui

bahwa pada tingkat semai jenis Augenia aromatica

dan Myristica fragrans merupakan jenis yang

paling banyak ditemukan di kawasan Hutan

Lindung Tagafura pada tingkat semai bila

dibandingkan dengan jenis yang lainnya.

Sedangkan pada tingkat pancang diketahui bahwa

jenis Pania sp merupakan spesies yang paling

banyak pada tingkat pancang, selanjutnya Arenga

pinata, Cinnamomun verum dan Gnetum gnemo.

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa

masyarakat yang tinggal disekitar Hutan Lindung

Tagafura sebagian besar memanfaatkan jenis

Pania sp, Arenga pinata, Cinnamomun verum dan

Gnetum gnemo untuk memenuhi kehidupan

sehari-hari. Menurut Sutisna (1972) dalam Faisal

(2013) bahwa keberadaan suatu jenis ditentukan

oleh beberapa faktor antara lain: 1). Habitat akan

mengadakan seleksi terhadap jenis yang mampu

menyesuaikan dengan kondisi lingkungan

setempat, 2). Waktu dengan sendirinya diperlukan

untuk mantapnya mengatasi hal ini. Dengan

berjalannya waktu, vegetasi tumbuh dengan

keadaan stabil. 3). Komposisi suatu vegetasi

ditentukan pula adanya kesempatan suatu jenis

untuk mengembangkan diri. Berdasarkan hasil

analisis data diketahui struktur vegetasi di Hutan

Lindung Kie Matubu pada tingkat semai dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Struktur Vegetasi Tingkat Semai Yang Ditemukan di Hutan Lindung Tagaura

Spesies Famili Nama Latin KR FR INP

Pala Myristicaceae Myristica fragrans 18.10 13.33 31.44

Beringin Moraceae Ficus benjamina 0.86 3.33 4.20

Biji Kala Zingiberaceae pania sp 6.47 6.67 13.13

Rotan Calamus axillaris Palmae 0.43 1.67 2.10

Pinang Arecaceae Area catechu 4.31 5.00 9.31

Cengkih Myristicaceae Augenia aromatic 27.16 18.33 45.49

Melinjo Gnetaceae Gnetum gnemo 9.48 10.00 19.48

Awar-awar Moraceae Ficus septic 1.29 3.33 4.63

Aren Arecaceae Arenga pinnata 6.47 11.67 18.13

Kayu Manis Lauraceae Cinnamomum verum 5.17 6.67 11.84

Siri Hutan Piperaceae Piper betle 3.45 3.33 6.78

Durian Welfaceae Durio zibethinus 2.16 5.00 7.16

Temulawak Zingiberaceae Curcuma zanthorrhiza 2.59 3.33 5.92

Daun Gatal Urticaceae Lapertea aestuans 1.29 3.33 4.63

Tumbuhan Paku Lomaiopsidaceae Nephrolepis biserrata 10.78 5.00 15.78

Sumber: Data Primer 2020

Gambar 3. Diagram Nilai INP Tingkat Semai

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

430

Berdasarkan tabel 1 dapat dibuat diagram

perbandingan nilai INP tingkat semai pad Gambar

3, dimana berdasarkan diagram diatas diketahui

bahwa nilai INP tertinggi pada tingkat semai yaitu

jenis Augenia aromaticsebesar 45,49, dimana nilai

kerapatan relatife tertinggi sebesar 27,16 % dan

frekuensi relatife sebesar 18,33 %. Menurut

Sutisna (1998) mengatakan bahwa semakin banyak

individu dan semakin tinggi frekuensi relatife

suatu jenis maka hal ini menunjukan jenis

tersebut merata di suatu areal. Berdasarkan hasil

penelitian di lapangan diketahui nilai kerapatan

relatife jenis Augenia aromaticmemiliki

nilaitertinggi tetapi nilai frekuensi relatife rendah

hal ini menujukan bahwa jenis Augenia aromatic

tidak merata pada semua petak penelitian.

Berbeda dengan jenis Arenga Pinnata dimana jenis

tersebut memiliki nilai kerapatan relatifnya

rendah tetapi nilai frekuensi relatifnya tinggi. Hal

ini menunjukan bahwa jenis Arenga pinnata

jumlahnya sedikit tetapi terdapat di beberapa

petak penelitian. Hasil analisis data diketahui

struktur vegetasi pada tingkat pancang dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Struktur Vegetasi Tingkat Pancang yang ditemukan di Hutan Lindung Tagafura

Family Nama Latin KR FR INP

Myristicaceae Myristica fragrans 9.23 5.88 15.11

Sterculiaceae Theobroma cacao 3.08 2.94 6.02

Lauraceae Cinnamomum verum 18.46 14.71 33.17

Gnetaceae Gnetum gnemo 15.38 8.82 24.21

Moraceae Ficus benjamina 3.08 2.94 6.02

Zingiberaceae pania sp 21.54 26.47 48.01

Arecaceae Arenga Pinnata 18.46 17.65 36.11

Myristicaceae Augenia aromatic 9.23 8.82 18.05

Urticaceae Lapertea aestuans 0.77 2.94 3.71

Arecaceae Area catechu 0.77 8.82 9.59

Sumber: Data Primer 2020

Gambar 4. Nilai INP Tingkat Pancang

Berdasarkan tabel 2 dapat dibuat diagram

perbandingan nilai INP tingkat pancang pada

Gmambar 4., dimana berdasarkan tabel diatas

menunjukan bahwa jenis Pania sp memiliki nilai

INP tertinggi sebesar 48,01 dengan nilai kerapatan

relatife yang tertinggi yaitu sebesar 21,54% dan

nilai frekuensi relatife yang juga tertinggi yaitu

sebesar 26,47%, hal ini menunjukan bahwa jenis

pania memiliki jumlah yang banyak dan tersebar

di beberapa petak ukur sedangkan jenis

Theobroma cacaodan Ficus benjamina memiliki

nilai kerapatan relatife yang rendah yaitu sebesar

3,08% dan juga nilai frekuensi relatife yang rendah

yaitu sebesar 2,94%, hal ini menunjukan bahwa

jenis tersebut banyak tetapi tidak menyebar di

petak pengamatan.

Hasil analisis data menunjukan bahwa

struktur vegetasi tingkat tiang dapat dilihat pada

tabel 3.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

431

Tabel 3. Struktur Vegetasi Tingkat Tiang Yang Ditemukan di Hutan Lindung Tagaura

Famili Nama Latin KR FR DR INP

Gnetaceae Gnetum gnemo 16.67 21.88 11.37 49.92

Rubiaceae Anthocephalus macrophyllus 2.38 3.13 1.28 6.79

Moraceae Ficus benjamina 2.38 3.13 12.84 18.35

Arecaceae Arenga Pinnata 9.52 9.38 5.14 24.04

Myristicaceae Augenia aromatic 7.14 6.25 10.28 23.67

Arecaceae Area catechu 33.33 25.00 25.69 84.02

Arecaceae Cocos nucifera 2.38 3.13 1.28 6.79

Myristicaceae Myristica fragrans 11.90 9.38 8.99 30.27

Lauraceae Cinnamomum verum 4.76 6.25 15.41 26.42

Malvaceae Durio zibethinus 2.38 3.13 3.85 9.36

Moraceae Artocarpus heterophyllus 2.38 3.13 1.28 6.79

Fabaceae Laucaena leococephala 2.38 3.13 1.28 6.79

Lauraceae Persea americana 2.38 3.13 1.28 6.79

Sumber: Data Primer 2020

Gambar 5. Diagram Nilai INP Tingkat Tiang

Berdasarkan tabel 3 dapat dibuat diagram

perbandingan nilai INP tingkat tiang seperti pada

Gambar 5. Tabel 3 menunjukan bahwa jenisArea

catechu memiliki nilai kerapatan relatife yang

tinggi dan nilai frekuensi relatife yang juga tinggi

hal ini menunjukan bahwa jenis tersebut memiliki

jumlah yang banyak dan tersebar di beberapa

petak ukur sedangkan jenis Anthocephalus

macrophyllus, Cocos nucifera, Artocarpus

heterophyllus, Laucaena leococephala, Persea

americana memiliki nilai kerapatan relatife yang

rendah dan frekuensi relatife yang rendah juga.

Kerapatan relatife dan frekuensi yang rendah

menunjukan bahwa jenis tersebut jumlahnya

sangat sedikit dan penyebaranya sangat rendah.

Berdasarkan hasil analisi data diketahui

nilai INP tingkat Pohon yang dapat dilihat pada

tabel 4 dan Gambar 5. Selanjutnya Tabel 5

menunjukan bahwa jenis Augenia aromatic

memiliki nilai INP pohon tertinggi yaitu sebesar

132,08 dengan nilai kerapatan relatife yang tinggi

yaitu sebesar 45,24% dan nilai frekuensi relatife

yang juga tinggi yaitu sebesar 27,59% dan nilai

dominasi relatife yang tinggi yaitu sebesar 59,26% ,

hal ini menunjukan bahwa jenis tersebut memiliki

jumlah yang banyak dan tersebar di beberapa

petak ukur dan merupakan jenis yang paling

dominan. Sedangkan jenis memiliki nilai

kerapatan relatife yang rendah yaitu sebesar

2,38%,frekuensi relatife yang rendah yaitu sebesar

3,45 dan tingkat dominasi yang paling rendah

yaitu sebesar 1,26%.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

432

Tabel 4. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon Yang Ditemukan di Hutan Lindung Tagaura

Spesies Famili Nama Latin KR FR DR INP

Cengkih Myristicaceae Augenia aromatic 45.24 27.59 59.26 132.08

Mangga Anacardiaceae Mangifera 2.38 3.45 1.37 7.19

Pala Myristicaceae Myristica fragrans 16.67 20.69 9.90 47.25

Alvukad Lauraceae Persea americana 2.38 3.45 2.50 8.33

Lamtoro Fabaceae Laucaena leococephala 4.76 6.90 4.10 15.75

Durian Malvaceae Durio zibethinus 4.76 6.90 2.66 14.32

Sagu Arecaceae Metroxylon sagu 2.38 3.45 1.26 7.09

Samama Rubiaceae A. macrophyllus 4.76 6.90 2.89 14.55

Beringin Moraceae Ficus benjamina 4.76 6.90 6.08 17.73

melinjo Gnetaceae Gnetum gnemo 4.76 3.45 2.62 10.83

Aren Arecaceae Arenga Pinnata 4.76 6.90 5.85 17.51

Kayu Manis Lauraceae Cinnamomum verum 2.38 3.45 1.53 7.36

Gambar 6. Diagram Nilai INP Tingkat Pohon

Tabel 5. Nilai INP Tingkat Semai, Pancang, Tiang Dan Pohon

No Nama Spesies Semai Pancang Tiang Pohon

1 Myristica fragrans 31.44 15.11 30.27 47.25

2 Ficus benjamina 4.20 - - -

3 Pania sp 13.13 48.01 - -

4 Palmae 2.10 - - -

5 Area catechu 9.31 9.59 84.02 -

6 Augenia aromatic 45.49 18.05 23.67 132.08

7 Gnetum gnemo 19.48 24.21 49.92 10.83

8 Ficus septic 4.63 - - -

9 Arenga Pinnata 18.13 36.11 24.04 17.51

10 Cinnamomum verum 11.84 33.17 26.42 7.36

11 Piper betle 6.78 - - -

12 Durio zibethinus 7.16 - 9.36 14.32

13 Curcuma zanthorrhiza 5.92 - - -

14 Lapertea aestuans 4.63 3.71 - -

15 Nephrolepis biserrata 15.78 - - -

16 Theobroma cacao - 6.02 - -

17 Ficus benjamina - 6.02 18.35 -

18 Anthocephalus macrophyllus - - 6.79 14.55

19 Ficus benjamina - - - 17.73

20 Cocos nucifera - - 6.79 -

21 Artocarpus heterophyllus - - 6.79 -

22 Laucaena leococephala - - 6.79 15.75

23 Persea Americana - - 6.79 8.33

24 Mangifera - - - 7.19

25 Metroxylon sagu - - - 7.09

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

433

Berdasarkan tabel 5 dari hasil perhitungan

INP maka semua tingkat pertumbuhan yaitu

semai, pancang, tiang dan pohon ditemukan jenis

yang dominan pada semu tingkat pertumbuhan

dengan nilai INP tertinggi yaitu Augenia aromatic,

Myristica fragrans, Gnetum gnemo, Arenga

Pinnatadan Cinnamomum verum. Jenis yang

dominan pada semua tingkat pertumbuhan hal ini

disebabkan karena jenis tersebut mampu bersaing

dengan jenis yang lainnya baik itu persaingan

unsur hara, cahaya, tempat tumbuh, air, oksigen

maupun unsur yang lainnya. Berdasarkan

pengamatan di lapangan bahwa masyarakat yang

tinggal disektar Hutan Lindung Tagafura pada

umumnya memanfaatkan jenis Augenia aromatic,

Myristica fragrans, Gnetum gnemo, Arenga Pinnata

dan Cinnamomum verum sebagai sumber

penghasilan masyarakat setemapat.

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan

di Kawasan Hutan Lindung Tagafuradapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur hutan yang ditemukan pada Kawasan

Hutan Lindung Tagafura meliputi 25 jenis yang

terdiri dari semai 15 jenis, pancang 10 jenis,

tiang 13 jenis dan pohon 12 jenis

2. Komposisi jenis yang mendominasi semua

tingkat pertumbuhan berdasarkan nilai INP

yaitu jenis (1). Augenia aromatic dengan nilai

INP pada semai sebesar 45,49, INP pancang

sebesar 18,05. INP tiang sebesar23.67, INP

pohon sebesar132.08 , (2). Myristica

fragrans,INP pada semai sebesar 31,44, INP

pancang sebesar 15,11, INP tiang sebesar 30,27,

INP pohon sebesar 47,25, (3). Gnetum gnemoINP

pada semai sebesar 19,48, INP pancang sebesar

24,21, INP tiang sebesar 49,92, INP pohon

sebesar 10,83, (4). Arenga Pinnata INP semai

sebesar 18,13, INP pancang sebesar 36,11, INP

tiang sebesar 24,04, INP pohon sebesar 17,51dan

(5).Cinnamomum verum INP pada semai sebesar

11,84, INP pancang sebesar 33,17, INP tiang

sebesar 26,42, INP pohon sebesar 7,36.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

maka disarankan untuk perlu dilakukan

penelitian yang lebih lanjut di Kawasan Hutan

Lindung Tagafura pada beberapa titik ketinggian

agar keanekaragaman hayati tumbuhan yang

diketahui lebih beragam.

REFERENSI

Anonim, 2013. Surat Keputusan Mentri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 302/Menhut-II/2013 Tentang

Kawasan Hutan Propinsi Maluku Utara. Jakarta: Kementrian Kehutanan.

Direktorat Bina Program Kehutanan. 1981. Kumpulan Surat Keputusan.

Fisal, N. 2013. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang dan Tiang di Tman Nasional Aktajawe Lolobata (Studi

Kasus Blok Tayawi Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan). Skripsi mahasiswa Fapertahut

Universitas Nuku. Halmahera Tengah.

Haris, R. 2014. Keanekaragaman Vegetasi dan Satwa Liar Hutan Mangrove. Jurnal Bionature, 15

Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Indiarto, 2005. Dendrologi. Bandar Lampung: Universitas Lampug.

Indriyanto, 2008. Pengantar Budidaya Hutan: Bumi Aksara.

Kadri, W. dkk, 1992. Manual Kehutanan. Jakarta: Depaartemen Kehutanan Republik Indonesi

Kusmana, 1977. Metode Survei Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maridi, Saputra A., dan Agustina P, 2015. Analisis Struktu Vegetasi di Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali, Jurnal Bioedukasi Vol 8. No 1 . Halaman 28-42. ISSN: 1693-2654

Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

434

Soerianegara, T. 1972. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Management Hutan Fakultas Kehutanan

IPB. Bogor.

Soerianegara, I. Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Indonesia. Fakultas

Kehutanan. Institut Petanian Bogor. Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999. Kehutanan. Jakarta: Depatemen Kehutanan

dan Perkebunan.