ANALISIS TINGKAT KRIMINALITAS DI KOTA MAKASSAR …
Transcript of ANALISIS TINGKAT KRIMINALITAS DI KOTA MAKASSAR …
ANALISIS TINGKAT KRIMINALITAS DI KOTA MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FADHIL T. NIM: 105710226615
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
i
ANALISIS TINGKAT KRIMINALITAS DI KOTA MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FADHIL T. NIM: 105710226615
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku, Bapak Taswar Waris dan Ibu Husniah yang telah
melimpahkan kasih sayang dan cintanya, doa yang tak pernah putus,
serta kerja keras ikhlas tanpa pernah lelah untuk memberikan yang terbaik
bagi kesuksesanku.
Almamaterku tercinta khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhamadiyah Makassar
Teman terkasih atas motivasi dan semangatnya
Para Dosen, Karyawan dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah banyak membantu.
MOTTO HIDUP
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Q.S Al-Insyirah Ayat 5 - 6 ”
vi
ABSTRAK
MUHAMMAD FADHIL T., Tahun 2019. Analisis Tingkat Kriminalitas di Kota
Makassar Dengan Pendekatan Ekonomi. Dibimbing oleh Pembimbing I Hj. Naidah dan Pembimbing II Ismail Badollahi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengangguran dan Kemiskinan Terhadap Tingkat Kriminalitas di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis data adalah regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 21. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari uji analisis t yang dimana untuk hipotesis pertama (X1) pengangguran secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variable (Y) Kriminalitas. Ini ditunjukkan oleh tabel coefficient yang dimana jika nilai signifikan > 0,05 maka keputusannya adalah ditolak atau variable dependen. Berbeda dengan uji hipotesis kedua (X) Kemiskinan yang dimana secara parsial berpengaruh terhadap tingkat kriminalitas ini disebabkan karena nilai signifikannya < 0,05 yang berarti keputusannya adalah diterima atau variable independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.
Kata Kunci : Pengangguran, Kemiskinan dan Tingkat Kriminalitas
vii
ABSTRACT
MUHAMMAD FADHIL T., 2019. Analysis of Criminality Levels in Makassar City with Economic Approach. Supervised by Supervisor I Hj. Naidah and Advisor II Ismail Badollahi. This study aims to determine the effect of unemployment and poverty on crime rates in the city of Makassar. This type of research is quantitative research with data analysis techniques is multiple linear regression with the help of SPSS 21. The results of this study can be seen from the t analysis test which for the first hypothesis (X1) unemployment significantly does not affect the variable (Y) Criminality . This is indicated by the coefficient table where if the value is significant> 0.05 then the decision is rejected or the dependent variable. In contrast to the second hypothesis test (X) Poverty which partially influences the level of crime is caused by the significant value <0.05 which means the decision is accepted or the independent variable partially has a significant effect on the dependent variable.
Keywords: Unemployment, Poverty and Crime
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW bserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kriminalitas di
Kota Makassar dengan Pendekatan Ekonomi”.
Skripsi yang penulis ini buat bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Taswar Waris dan ibu Husniah yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa
pamrih. Dan seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat serta doa restu atas keberhasilan penulis dalam
menuntut ilmu hingga akhir studi ini. Semoga apa yang telah mereka berikan
kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di
akhirat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
ix
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hj. Naidah, SE., M. Si., selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Ismail Badollahi, SE., M. Si.AK.CA.CSP selaku pembimbing II yang
telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian
skripsi.
6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Sahabat-sahabat Kapak Merah (A.Faisal Ansary, Nurul Fatwa, Taswin,
Fahrul Agussalim, Adnan Musyawir, Ancu Kundang, Muhammad Rifki, Tomy
Wahyudi, dan Ikhwan Saputra) yang telah menjadi sahabat sekaligus telah
menjadi saudara selama studi ini.
9. Saudara-Saudara UKM PAHALA Unismuh Makassar yang selalu menjadi
tempat ternyaman berbagi kisah dan kasih selama bersama-sama dalam
studi ini.
10. Teman-teman kelas EP.15 D yang telah menemani dan memperhatikan saya
selama studi ini.
x
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 (AGENSI) yang selalu belajar
bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
12. Rekan-rekan di Himpuanan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembanguan (HMJ
IESP) Periode 2017/2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
13. Dan taklupa juga saya berterima kasih dengan Nining Devina Ardita telah
membantu saya dan setia menemani saya dalam menyelesaikan skirpsi ini.
14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ..........................................................................................................
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ v
ABSTARK INDONESIA .................................................................................. vi
ABSTRACK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Tinjauan Teori .................................................................................... 7
B. Tinjauan Empiris ................................................................................ 18
C. Kerangka Konsep .............................................................................. 20
D. Hipotesis ............................................................................................ 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 22
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 22
C. Definisi Operasional dan Pengukuran ............................................... 23
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 24
F. Teknik analisis .................................................................................. 24
xii
VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 29
A. Gambaran Umum Obejek Penelitian ................................................. 29
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 33
C. Pembahasan ...................................................................................... 49
V. PENUTUP ................................................................................................ 53
A. Kesimpulan ........................................................................................ 53
B. Saran .................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
LAMPIRAN .....................................................................................................
BIOGRAFI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 21
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Makassar ............ ........ 33
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar ............................................. 35
Tabel 4.3 Jumlah Tingkat Kriminalitas di Kota Makassar ........................... 37
Tabel 4.4 Jumlah Penganggura di Kota Makassar ................................... 40
Tabel 4.5 Jumlah Kemiskinan di Kota Makassar ...................................... 42
Tabel 4.6 Uji Analisis Linear Berganda ..................................................... 43
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas .................................................................... 46
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 49
Tabel 4.9 Uji t ............................................................................................. 50
Tabel 4.10 Uji F .......................................................................................... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep…………………………………………………24
Gambar 4.1 Grafik Pengamatan Kriminalitas…………………………………37
Gambar 4.2 Uji Normalitas……………………………………………………...45
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas…………………………………………….48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata
pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks
perkembangan manusia yang kurang dibandingkan negara global. Sesuai
namanya, negara berkembang pastilah memiliki berbagai macam
permasalahan yang masih harus ditangani. Dibutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di negara
berkembang.
Menurut Jamaluddin (2016), beberapa permasalahan tersebut
membutuhka penaganan serius dari semua pihak, baik masalah yang
bersifat sosial, ekonomi, budaya dan politik. Bahkan hampir di setiap wilayah
daerah memiliki masalah sosial dengan karakteristiknya masing-masing.
Dari macam-macam masalah tersebut, tidak dapat dipungkiri mengakibatkan
timbulnya potensi tindak kriminalitas atau kejahatan. Kejahatan merupakan
akibat dari situasi dan kondisi ketidakadilan hukum, keberpihakan hukum
kepada kelompok dan status sosial tertentu, atau karena hukum itu hanya
tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Kejahatan disebabkan juga oleh
keserakahan manusia yang selalu merasa miskin sehingga ingin memenuhi
nafsunya untuk memenuhi kepuasan dirinya sendiri. Kejahatan juga
merupakan gejala perubahan orientasi manusia secara instan ingin
memuaskan hidup manusiawinya.
2
Berkembangnya zaman saat ini diiringi juga dengan perkembangan
kejahatan yang pesat dimana berkembang baik dari segi jumlah atau
bentuknya. Daerah perkotaan merupakan pusat terjadinya tindak kriminal hal
ini terjadi karena di daerah perkotaan terjadi persaingan yang ketat karena
daerah perkotaan menjadi pusat kegiatan perokonomian di suatu wilayah
sehingga setiap orang dituntut untuk dapat bersaing dengan keras sesuai
kemampuan dan keahlian masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi. Hal itu ditambah juga dengan tingginya arus urbanisasi yang
menyebabkan daerah perkotaan menjadi wilayah padat penduduk (Priatna,
2016).
Jumlah penduduk yang terlalu banyak sementara sumber daya yang
tersedia terbatas, penyebaran penduduk yang tidak merata, serta migrasi
penduduk dari daerah satu ke daerah lain yang amat berbeda dari sisi kultur
dan bahasanya memberikan kontribusi untuk lahirnya konflik. Kartono dalam
Icksan (2016) faktor penyebab kriminalitas antara lain faktor biologik,
sosiologik yang terdiri dari faktor-faktor ekonomi (sistem ekonomi, populasi,
perubahan harga pasar, krisis moneter, kurangnya lapangan kerja dan
pengangguran), faktor-faktor mental (agama, bacaan, harian-harian, film),
faktor-faktor fisik: keadaan Iklim dan lain-lain, dan faktor-faktor pribadi (umur,
ras dan nasionalitas, alkohol, perang). Kasus kejahatan yang terjadi pada
masyarakat saat ini sangat beraneka ragam jenisnya. Kasus kejahatan
konvensional yang menjadi gangguan keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat antara lain pembunuhan, pencurian dengan kekerasan,
pencurian dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor, kebakaran,
3
pemerkosaan, pemerasan, penyalah gunaan narkotika, kenakalan remaja
dan perjudian.
Jumlah kejahatan di Indonesia untuk provinsi/polda. Selama tahun
2016 telihat Sumatera Utara diurutan kedua, yaitu sebanyak 35.102 kasus.
Sedangkan untuk urutan pertama Polda Metro Jaya mencatat jumlah
kejahatan terbanyak yaitu 43.842 kasus, kemudian diurutan ketiga adalah
Jawa Barat sebanyak 29.351 kasus. Sedangkan Polda Maluku, Kep. Bangka
Belitung, dan Maluku Utara jumlah kejadian kejahatan berturut-turut
sebanyak 2.559 kasus, 2.094 kasus, dan 1.096 kasus, merupakan tiga Polda
dengan jumlah kejahatan paling sedikit. Perlu menjadi catatan bahwa jumlah
kejahatan bisa sangat dipengaruhi dengan banyaknya jumlah penduduk di
suatu wilayah.
Banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang mempunyai jumlah
penduduk tinggi terkadang mempunyai banyak permasalahan sosial yang
timbul akibat efek dari pertumbuhan penduduk. Terlebih lagi didaerah
perkotaan yang identik dengan banyaknya penduduk dan disertai dengan
terbatasnya lahan yang tersedia, menimbulkan banyak sekali permasalahan
sosial. Seringkali masalah yang timbul diperkotaan akibat banyaknya
penduduk antara lain kemiskinan, pengganguran, kriminalitas, pemukiman
kumuh, gelandangan, dan lain-lain (Nugroho,2014). Maka dari itu, baik
secara nasional maupun daerah, kriminalitas yang terjadi di berbagai wilayah
Indonesia disebabkan oleh hal yang sama, begituh juga dengan tingkat
kriminalitas yang terjadi di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar.
Konsekuensi negatif yang potensial dari pertumbuhan penduduk
terhadap pembangunan ekonomi dapat di pilah-pilah menjadi tujuh kategori,
4
yakni dampak-dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan,
pendidikan, kesehatan, ketersedian bahan pangan, lingkungan hidup, serta
imigrasi internasional. Kenaikan jumlah penduduk yang cepat sejalan
dengan meningkatnya kepadatan penduduk, dimana dapat berpotensi
menimbulkan kemiskinan. Sebagian besar tersangka tindak kriminal
merupakan mereka yang bermasalah pada sisi status ekonominya.
Sebagian besar narapidana di penjara adalah meraka yang berasal dari
strata ekonomi menengah kebawah (Hadianto dalam Ichsan, 2016).
Besarnya jumlah penduduk miskin di perkotaan mengindikasikan
adanya ketimpangan pendapatan antara penduduk. Ketimpangan distribusi
pendapatan yang tidak merata mengakibatkan timbulnya kecemburuan
sosial. Kecemburuan sosial tersebut apabila diikuti dengan sulitnya
mendapatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan secara layak akan
memicu penyimpangan perilaku yaitu melakukan hal yang tak wajar untuk
mendapatkan materi yang dibutuhkan, salah satunya yaitu tindak pencurian.
Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal, dimana
tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang
terdiri dari kebijakan atau untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan
masyarakat.
Dengan cara melihat faktor-faktor penyebab apa saja yang menjadi
alasan bagi pelaku melakukan tindak kejahatan, diharapkan dapat
menurunkan tindak kriminalitas secara tidak langsung. Maka penulis teratrik
untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul:
5
“Analisis Tingkat Kriminalitas di Kota Makassar Dengan Pendekatan
Ekonomi”.
B. Perumusan Masalah
. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan
merumuskan masalah, yaitu :
1. Apakah pengangguran di Kota Makassar berpengaruh terhadap tingkat
kriminalitas ?
2. Apakah kemiskinan di Kota Makassar berpengaruh terhadap tingkat
kriminalitas ?
C. Tujuan Peneltian
Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kriminalitas di Kota Makassar
terhadap pengangguran.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kriminalitas di Kota Makassar
terhadap kemiskinan.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini untuk memberikan gambaran perkembangan Kota
Makassar serta mengetahui pengaruh pengangguran dan kemiskinan
terhadap tingkat kriminalitas di Kota Makassar.
6
2. Manfaat praktis
Diharapkan sebagai informasi dan referensi dan bahan rujukan bagi
para semua pihak yang melakukan penelitian lanjut mengenai hubungan
variabel pengangguran dan kemiskinan dengan tingkat kriminalitas di
Kota Makassar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kriminalitas
Batasan mengenai kejahatan menurut Bonger (2016:45) adalah
“Perbuatan-perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan
dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan (hukuman atau
tindakan”. Bonger juga mengatakan “Kejahatan merupakan sebagian dari
perbuatan immoral. Oleh sebab itu perbuatan immoral adalah perbuatan
anti sosial. Secara sosiologi kejahatan merupakan segala prilaku manusia
yang menimbulkan kerugian materi, psikologis dan menganggu kehidupan
bersama. Kejahatan dapan terjadi kapan saja dan dimana saja, kejahatan
harus diperangi sebagaimana menurut ilmu hukum karena karena
kejahatan menyebabkan kerugian (Maulana, 2014: 22).
Menurut Peter Hoefnagels dalam Dirdjosisworo (2015), kejahatan
dalam sudut pandang kriminologi dapat terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Kriminal yang sempurna, merupakan pemberian nama dan kondisi
yangluar biasa, termasuk tindakan represi negara, seperti penahanan,
polisi, penjara, dan ritual-ritual yang kokoh. Publikasi dalam surat-surat
kabar misalnya merupakan yang esensial dan diperlukan agak suatu
tindakan dapat menjadi perbuatan yang dikenal sebagi kejahatan.
8
Dengan demikian, sekadar perilaku saja belum cukup untuk dianggap
sebagai kejahatan.
b. Kriminal yang tidak utuh, dimana menurut Hoefnagels, melakukan
rekonstruksi terhadap cara memosisikan seorang pelaku kejahatan.
berkehidupan bebas bagaikan seniman atau pahlawan adalah keliru.
Hal ini disebabkan mereka menganggap dirinya bagaikan orang yang
kalah atas pemilihan dalam dunianya. Mereka melihat perbuatannya
tidak sebagai pencapan orang lain, tetapi sebagai kesalahannya
sendiri.
Secara Yuridis, Kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan
melanggar hukum atau yang dilarang oleh undang-undang. Disini
diperlukan suatu kepastian hukum, karena dengan ini orang akan tahu apa
perbuatan jahat dan apa yang tidak jahat (Herpandi, 2017:11).
Bagi kalangan kriminolog, kejahatan merupakan suatu
keniscayaan, yang tidak dapat dihindari keberadaanya dalam suatu
komunitas. Anggapan bahwa kejahatan adalah suatu hal yang normal
dalam masyarakat ini dikemukakan oleh Emile Durkheim (Darmawan,
2007: 7.2).
Menurut Durkheim, kejahatan memiliki fungsinya tersendiri bagi
setiap masyarakat. Setidaknya ada dua fungsi kejahatan bagi masyarakat
menurut Durkheim, yaitu kejahatan sebagai agen perubahan, dan sebagai
sesuatu yang dapat mempersatukan masyarakat. Kejahatan sebagai agen
perubahan diartikan bahwa kejahatan merupakan indikator bagi adanya
9
perkembangan dalam suatu masyarakat. Kejahatan tidak akan terjadi
dalam masyarakat yang stagnan, yang bertingkah laku dalam cara yang
sama, dan akan setuju dengan seluruh prinsip sosial yang ada. Jadi,
kejahatan merupakan suatu perbuatan yang akan membawa pada adanya
perubahan dalam masyarakat. Selanjutnya kejahatan sebagai pemersatu
masyarakat. Pendapat ini didasari oleh anggapan bahwa kejahatan adalah
“penyakit sosial” sehingga warga masyarakat akan secara bersama-sama
melakukan reaksi untuk mengevaluasi norma-norma sosial yang telah
disepakati (Darmawan, 2007: 73).
Adanya pelanggaran terhadap norma-norma sosial merupakan
tolak ukur suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan jahat
ataupun tidak. Walau definisi norma sosial dipandang secara berbeda oleh
banyak kriminolog. Perbedaan pendapat tersebut setidaknya terlihat pada
pemikiran Edwin H. Sutherland dan Thorsten Sellin.
Sutherland memandang norma sosial yang dimaksud adalah
norma-norma yang telah diformalkan secara tertulis. Ia membatasi
kejahatan sebagai perbuatan yang melanggar Undang-Undang, yaitu suatu
norma-norma sosial yang telah bersifat formal, telah ada tolak ukur yang
baku terhadap suatu perbuatan itu jahat atau tidak, suatu perbuatan jahat
hanya apa yang telah diatur oleh Undang-Undang (Darmawan, 2007: 1.4).
Berbeda dengan Sutherland, Sellin berpendapat bahwa
kriminologi harus diperluas dengan mempelajari “conduct norms” (norma-
norma tingkah laku), yaitu norma-norma tingkah laku yang telah digariskan
10
atau ditentukan oleh berbagai kelompok masyarakat di mana individu
merupakan anggota dari padanya (Darmawan, 2007: 1.6).
2. Kriminalitas Dalam Sudut Ekonomi
Ilmu ekonomi sendiri memandang kejahatan merupakan sesuatu
yang dapat menyebabkan ketidak efisienan alokasi sumberdaya dan
mendistorsi harga sehingga jumlahnya harus ditekan. Ilmu ekonomi
menggunakan kerangka yang dimiliki dalam mengoptimalkan alokasi
penggunaan sumber daya untuk menekanangka kejahatan ke tingkat
yang serendah-rendahnya (Herpandi2017 :16).
Hipotesis Becker (2015;34) bahwa kejahatan merupakan tindakan
rasional dengan memperhitungkan untung rugi yang didapatkan dari
melakukan tindakan ilegal tersebut. Tidak jauh berbeda dengan model
yang dijelaskan Becker, rasionalitas kejahatan menurut Sullivian
(2017:33) menjelaskan bahwa landasan individu dalam bertindak
kriminalitas hanyalah untung dan rugi yang akan ia dapatkan, maka dari
itu ia membuat keputusan pemikiran yang rasional tanpa
mempertimbangkan benar atau salahnya suatu hal. Keputusan
melakukan tindak kriminalitas tersebut merupakan keputusan yang
rasional berdasarkan maksimisasi kepuasan yang bedasarkan pada
ekspetasi kepuasan dari tindakan yang mereka pilih. Jika ekspetasi
kepuasan dari tindakan kriminalitas dapat diperoleh maka nilainya sama
dengan kepuasan dalam melakukan tindakan legal.
11
Ekonomi kriminalitas mempunyai asumsi rasionalitas pelaku
kejahatan dalam melakukan aksinya. Pelaku akan melakukan tindak
kriminalitas apabila manfaat yang diperoleh (harta rampasan) melebihi
biaya dari tindak kriminal tersebut (peluang tertangkap dan biaya jika
tertangkap). Kejahatan bagi pelaku merupakan cara untuk meningkatkan
utilitas dengan memperbesar pendapatan secara ilegal (Hakim 2009 :
45).
Menurut Detotto dan Otrando (2010 :46), disatu sisi aktivitas
kriminal memungkinkan adanya tambahan konsumsi barang dan jasa dari
harta jarahan walaupun dianggap tidak pantas. Sementara disisi lain,
kriminalitas membebankan biaya yang besar di sektor publik maupun
swasta seperti pencurian dan perusakan aset, kehilangan sumber daya
manusia, tambahan biaya keamanan dan tambahan biaya kesehatan.
Kriminalitas bersifat seperti pajak di perekonomian secara keseluruhan,
yaitu memunculkan keengganan pihak asing dan domestik untuk
berinvestasi langsung, mengurangi daya saing perusahaan, relokasi
sumberdaya, menciptakan ketidak pastian dan inefisiensi.
3. Jenis Tindak Kriminalitas
Menurut Pasaribu (2014:50), jenis tindak kriminalitas/kejahatan
dibagi menjadi :
a. Kejahatan Perorangan dengan kekerasan meliputi bentuk-bentuk
perbuatan kriminal seperti pembunuhan dan pemerkosaan. Kejahatan
ini tidak memperoleh dukungan dari kelompok manapun, walaupun
12
mungkin terdapat batasan-batasan dalam sub-kebudayaan yang
mendukung penggunaan kekerasan secara umum. Kejahatan ini
terdapat suatu reaksi sosial yang sangat kuat.
b. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, yang
termasuk didalamnya pencurian, perampokan yang menyebabkan
hilangnya harta benda orang lain. Kejahatan ini terdapat dukungan dari
norma-norma kelompok dan bersifat pelanggaran atas nilai-nilai
kepemilikan pribadi.
c. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaaan dan kedudukan
tertentu yang pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang
berkedudukan tinggi. Sifat kejahatan yang dilakukan amat rumit dan
tidak kelihatan nyata, hal ini dikarenakan status sosial ekonomi pelaku
kejahatan.
d. Kejahatan politik yang meliputi penghianatan, spionase, sabotase, dan
sebagainya. Kejahatan ini memperoleh sokongan dari kelompoknya,
tetapi masyarakat sebagai keseluruhan melakukan reaksi sosial yang
kuat apabila perbuatan itu dipandang sebagai ancaman bagi
masyarakat.
e. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum jenis ini
misalnya seperti pelacuran yang tidak dikehendaki sebagian
masyarakat. Sementara bentuk lainya seperti gelandangan dipandang
semata-mata kegagalan sistem ekonomi yang ada.
13
f. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan
bentuk-bentuk pencurian dengan keerasan dan pemberatan. Pelanggar
hukum melakukanya sebagai “part timer career” dan seringkali untuk
menambah penghasilan melalui kejahatan. Perbuatan ini berkaitan
dengan tujuan-tujuan ekonomi, yang melanggar nilai kepemilikan pribadi
seseorang.
g. Kejahatan terorganisasi yang meliputi antara lain pemerasan,
Pelacuran, dan perjudian terorganisasi serta peredaran narkotika dan
sebagainya. Pelaku biasanya berasal dari golongan bawah dan
mempunyai hubungan dengan kelompok penjahat, dan juga terasing
dari masyarakat luar, tetapi golongan atasnya tidak berbeda dengan
warga masyarakat pada umumnya bahkan sering kali bertempat tinggal
dilingkungan yang baik.
h. Kejahatan professional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup
seseorang. Mereka memandang dirinya sebagi penjahat dan bergaul
dengan penjahat lainya serta mempunyai status tinggi dalam dunia
kejahatan. Mereka juga terasing dari masyarakat luas serta menempuh
suatu karir penjahat.
4. Faktor Penyebab Tindak Kriminalitas
Becsi (2011:35), memaparkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi sesorang melakukan tindakan kriminalitas antara lain:
kepadatan penduduk, tingkat pengangguran, pendapatan personal dan
14
pendidikan. Gillani (2009) menambahkan, kemiskinan juga dapat
mempengaruhi seseorang melakukan tindakan kriminalitas.
Menurut Pasaribu (2014:73), Faktor-faktor yang mempengaruhi
kriminalitas yaitu :
a. Faktor biopsikogenik yang terdiri dari : mesomorfik fisik yakni keadaan
fisik yang dikaitkan dengan sifat atau tempramen tertentu yang
menyebabkan prilaku jahat.
b. Faktor sosiogenik yang meliputi: asosiasi diferensial, misalnya menjadi
anggota geng, asosiasi dengan poila prilaku kriminal dan seterusnya
Frustasi karena perbedaan perlakuan atau kepahitan di masa lampau,
tekanan-tekan karena rasa takut, adanya ancaman-ancaman, kemiskinan
dan lain sebagainya.
c. Faktor lingkungan yang fundamental, yang mencakup taraf kepatuhan
agama yang relatif rendah, oleh karena itu tidak berhasil menjiwai ajaran
dan norma-norma agama, hal ini dikarenakan tidak adanya bimbingan
dari keluarga, pecahnya keluarga, dan sebagainya : disorganisasi sosial
seperti pudarnya nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang
mengakibatkan warga masyarakat kehilangan pedoman untuk berperilaku
pantas.
d. Faktor pendukung dalam lingkungan, yang terdiri dari kesempatan atau
peluang, moralitas sosial yang relative rendah konflik kebudayaan atau
konflik antara bagian-bagian dari suatu kebudayaan.
15
e. Waktu, waktu sangat mempengaruhi tindakan seseorang penjahat untuk
melakukan aksi kejahatanya seperti : malam hari, sepi merupakan
suasana yang baik untuk melakukan kejahatan.
f. Tempat, Para penjahat akan memilih tempat tempat yan menguntungkan
baginya, misalnya tempat yang jauh dari polisi, gelap dan sebagainya.
g. Sosial, gejala dalam proses atau interaksi sosial yang berkaitan dengan
kejahatan dalam proses ini masyarakat bergeser dari masyarakat.
Diantaranya kurang atau mengendornya pengawasan atau kontrol sosial
sebagai kekuatan yang mempertahankan norma-norma sosialnya. Hal ini
juga memberikan gaya hidup kriminal yang melibatkan cara pemikiran
tertentu dan mendukung perilaku anti sosial kurang harmonis dengan
orang lain.
h. Keadaan keluarga, Keluarga merupakan kelompok lingkungan yang
terkecil dalam masyarakat namun keluarga merupakan lingkungan yang
terkuat dalam mendidik seseorang dalam membentuk kepribadianya.
Secara teoritik M.Harvey Brenner mengidentifikasi beberapa
pandangan yang berbeda mengenai latar belakang kejahatan dalam
hubungannya dengan pengaruh langsung ekonomi terhadap kejehatan,
yakni:
a. Penurunan pendapatan nasional dan lapangan kerja akan menimbulkan
kegiatan-kegiatan industri ilegal.
b. Terdapatnya bentuk-bentuk “inovasi” sebagai akibat kesenjangan antara
nilai-nilai atau tujuan-tujuan sosial dengan sarana-sarana sosioal
16
struktural untuk mencapainya. Dalam masa kemunduran ekonomi,
banyak warga masyarakat yang kurang mempunyai kesempatan
mencapai tujuan-tujuan sosial dan menjadi “inovator” potensial yang
cenderung mengambil bentuk pelanggaran hukum.
c. Perkembangan karir kejahatan dapat terjadi sebagai akibat
tersumbatnya kesempatan dalam sektor-sektor ekonomi yang sah.
d. Pada beberapa tipe kepribadian tertentu, krisis ekonomi akan
menimbulkan frustasi oleh karena adanya hambatan atau ancaman
terhadap pencapaian cita-cita dan harapan yang pada gilirannya
menjelma dalam bentuk-bentuk perilaku agresif.
e. Pada kelompok-kelompok tertentu yang mengalami tekanan ekonomi
terhadap kemungkinan besar bagi berkembangnya sub-kebudayaan
delinkuen.
f. Sebagai akibat krisis ekonomi yang menimbulkan pengangguran
sejumlah warga masyarakat yang menganggur dan kehilangan
penghasilannya cenderung untuk menggabungkan diri dengan teman-
teman yang menjadi pengangguran pula dan dengan begitu lebih
memungkinkan dirancang dan dilakukannya suatu kejahatan.
5. Pengangguran Terhadap Kriminalitas
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi
manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling besar.
Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar
kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika
17
pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan
politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka
tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw,2007).
Untuk menghitung tingkat pengangguan terdapat rumus yaitu :
TP=
x 100%
Pengangguran terbuka tercipta sebagai akibat pertambahan
lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Sebagai akibat dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja
yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam
suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu
oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran
terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang
menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga
kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri
(Sukirno, 2004).
6. Kemiskinan Terhadap Kriminalitas
Supriatna (2008) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan kondisi
yang serba terbatas da terjadi bukan atas kehendak orang yang
bersangkutan. Penududuk dikatakan miskin apabila ditandai oleh
rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan,
kesehatan, dan gizi serta kesejahteraan hidup, yang menunjukan
lingkaran ketidakberdayaan.
18
Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak
kriminalitas karena pasalnya, menurut Chambers (2017 : 13). Kemiskinan
berkaitan dengan masalah deprivasi sosial, dimana akar masalah
kemiskinan adalah ketergantungan, isolasi, ketidak berdayaan dan
rendahnya harapan hidup. Dengan hidup dalam keterbatasan maupun
kekurangan akan mempersulit kebutuhan hidupnya baik dari segi
kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat
tinggal), maka untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut seseorang
melakukan berbagaicara guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dengan cara melakukan tindak kriminalitas atau kejahatan. Hal
ini berarti semakin banyak jumlah penduduk miskin maka akan semakin
tinggi pula tingkat kriminalitas.
B. Tinjauan Empiris
Untuk lebih memperkaya khasanah pengetahuan dari penelitian
ini,maka perlu disajikan tinjauan-tinjauan empiris dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang kurang lebih berkaitan dengan penelitian ini. diantaranya
yaitu hasil penelitian yang dilakukan.
Yogi Yedia Pritna (2016) penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kejahatan Pencurian di Daerah Istimewa
Yogyakarta Periode 2010-2015”. Adapaun metode yang digunkan dalam
penelitian yang menggunakan analisis data panel dengan metode fixed
effect model (FEM). Hasil menunjukkan bahwa variable independen tingkat
19
pengagguran berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan variabel tingkat
pendidikan dan rasio gini keduanya berpengaruh negative dan signifikan
terhdap tingkat pencurian di Daerah Yogyakarta periode 2010-2015.
Wahyu Dian Herpandi dalam penelitiannya berjudul tentang
“Pengaruh Ketimpangan Ekonomi Terhadap Tingkat Kriminalitas di Kota
Medan”. Adapun Variabel Dependen yang mempengaruhi yaitu, tingkat
kriminalitas, Rasio gini dan jumlah penduduk miskin. Hasil dari analisis ini
menunjukkan gini rasio dan jumlah penduduk miskin secara simultan
berpengaruh terhadap kejahatan sebanyak 82,7% sedangkan 17,3% lagi
dipengaruhi oleh faktor lain dan berdasarkan uji koefisien korelasi,
ketimpangan ekonomi (gini rasio) dengan tingkat kriminalitas mempunyai
hubungan cukup tinggi, sedangkan jumlah penduduk miskin dengan tingkat
kriminalitas mempunyai hubungan tergolong sangat tinggi.
Nurul Asahani Harahap (2014) dalam penelitiannya berjudul tentang
“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Sumatera
(melalui pendektan ekonomi). Dalam penelitian ini Variabel Dependen
mempengaruhi tingkat kriminalitas, rasio gini, tingkat kemiskinan dan
pendidikan. Adapun hasil yang telah dianalisa yaitu pendekatan hasil regresi
yang diperoleh dari nilai R=0.9599 hari ini menunjukkan model yang
digunakan yaitu pendapatan perkapita. Tingkat pengangguran yang
mempengaruhi tingkat kriminalitas.
Florentius Nugro Hardanto (2009) dalam penelitian ini berjudul
tentang “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas
20
di Indonesia dari Pendekatan Ekonomi” dilihat dari Variabel yang
mempengaruhi yaitu, jumlah kriminalitas ,tingkat upah, rasio yang
terdakwa, pengeluaran pembangunan pemerintah. Adapun hasil
peneletian ini, variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan variabel pengeluaran pembangunan pemerintah untuk sektor
hukum berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kriminalitas di
Indonesia, sedangkan variabel probabilitas jumlah terdakwa yang
dihukum penjara tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kriminalitas.
Pinjaka Romdhon Nur Ichsan (2015) dalam penelitian ini berjudul
tentang “Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kriminalitas
Di Provinsi Sumatera Utara”. Adapun pengaruh variabel yang
berpengaruh yaitu tingkat kriminalitas, kepadatan penduduk, tingkat
kemiskinan, tingkat pengagguran, pendidikan, PDRB perkapita. Dari hasil
penelitian menunjukkan kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran terbuka, rata-rata lama sekolah dan PDRB perkapita
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kriminalitas. Lalu
secara parsial kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terbuka, rata-
rata lama sekolah dan PDRB perkapita berpengaruh , sedangkan tingkat
kemiskinan tidak berpengaruh terhadap tingkat Kriminalitas.
21
Table. 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
peneliti
Judul penelitian Variabel Hasil
1. Yogie Yedia Priatna (2016)
Analsis Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kejahatan Pencurian Di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2010-
2015
Variabel Dependen: - Kejahatan Pencurian Variabel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis data panel dengan model fixed effect model (FEM). Hasil menunjukkan bahwa variabel independen tingkat pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan variabel tingkat pendidikan dan rasio gini keduanya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pencurian di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2010-2015.
2. Wahyu Dian Herpandi (2017)
Pengaruh ketimpangan ekonomi terhadap Tingkat kriminalitas di Kota Medan
Variabel Dependen: - Tingkat Kriminalitas Variabel Independen: - Rasio Gini - Jumlah Penduduk Miskin
Hasil analisis menunjukan gini rasio dan jumlah penduduk miskin secara simultan berpengaruh terhadap kejahatan sebanyak 82,7% sedangkan 17,3% lagi di pengaruhi oleh faktor lain. Dan berdasarkan uji koefisien korelasi, ketimpangan ekonomi (gini rasio) dengan tingkat
22
kriminalitas mempunyai hubungan cukup tinggi, sedangkan jumlah penduduk miskin dengan tingkat kriminalitas mempunyai hubungan tergolong sangat tinggi.
3. Nurul Asahani Harahap (2014)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat kriminalitas di Sumatera ( melalui pendekata ekinomi)
Variabel Dependen: - Tingkat Kriminalitas Variabel Independen: - Rasio Gini - tingkat kemiskinan - Pendidikan
pendekatan Hasil regresi yang diperoleh dari nilai R= 0.9599 hal ini menunjukan model yang digunakan yaitu perkapita .tingkat pengangguran yang mempengaruhi tingkat kriminalitas
4. Florentius Nugro Hardianto (2009)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat kriminalitas diindonesia dari Pendekatan Ekonomi
Variabel Dependen: - Jumlah Kriminalitas Variabel Independen: - Tingkat Upah - Rasio yang Terdakwa - Pengeluaran Pembangunan Pemerintah
Hasil dari penelitian ini, variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel pengeluaran pembangunan pemerintah untuk sektor hukum berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kriminalitas di Indonesia. Sedangkan variabel probabilitas jumlah terdakwa yang dihukum penjara tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kriminalitas.
5. Pinjaka Romdhon
Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi
Variabel Dependen:
Hasil penelitian menunjukan
23
Nur Ichsan (2015)
Terhadap Tingkat Kriminalitas Di Provinsi Sumatera Utara
- Tingkat Kriminalitas Variabel Independen: - Kepadatan Penduduk - Tingkat Kemiskinan - Tingkat pengangguran - Pendidikan - PDRB Perkapita
kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, rata-rata lama sekolah dan PDRB perkapita secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kriminalitas. Lalu secara parsial Kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terbuka, rata-rata lama sekolah dan PDRB perkapita berpengaruh, sedangkan tingkat kemisikinan tidak berpengaruh terhadap tingkat kriminalitas.
C. Kerangka Konsep
Kemampuan seseoarang untuk masuk ke aktivitas ilegal atau tindak
kriminal sebagian besar disebabkan karena ketersedian waktu yang
berlebihan dan ketidak mampuannya untuk masuk ke pasar legal sehinnga
membuatnya berusaha mendapatkan kepuasan dengan cara ilegal. Dengan
semakin meningkatnya tindak kriminalitas dikarena oleh faktor
Pengangguran dan kemiskinan yang menyebabkan seseorang untuk
melakukan kejahatan demi memenuhi kebutahan ekonominya.
24
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka peneliti membagi variabel
yang mempengaruhi tingkat kriminalitas di Kota Makassar menjadi satu jenis
variabel, yakni : variabel Pengangguran dan variabel kemiskinan.
Dari uraian diatas, kerangka konsep disajikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan
perumusan masalah di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut:
1. Diduga bahwa Pengangguran berpengaruh terhadap tingkat Kriminalitas
di Kota Makassar.
2. Diduga bahwa Kemiskinan berpengaruh terhadap tingkat kriminalitas di
Kota Makassar.
Tingkat Kriminalitas
(Y) Kemiskinan (X2)
Pengangguran (X1)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian berupa angka dan analisis menggunakan statistik.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh
melalui kepustakaan (Library Research) serta laporan dokumentasi. karena
dalam pelaksanaannya meliputi data yang berupa angka, atau data berupa
kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang berbentuk angka.
Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Peneltian
Dalam penelitian, penulisan memilih kantor BPS Makassar dan Polrestabes
Makassar sebagai objek penelitian dengan data Tingkat Kriminalitas di
Kota Makassar Dengan Pendekatan Ekonomi
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung kurang lebih 2 bulan, yakni Januari
sampai dengan Febuari, 2019.
26
C. Definisi Oprasional Variabel dan Pengukuran
Untuk memudahkan penulis dalam mencari data dan menentukan
variable penelitian sekaligus untuk menyamakan persepsi tentang istilah-
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka batasan variabelnya yaitu :
1. Tingkat kriminalitas (Y) adalah perbuatan-perbuatan yang sangat anti
sosial.
2. Pengangguran (X1) adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian
yang secara aktif mencari pekerjaan akan tetapi belum memperolehnya.
(satuannya adalah orang).
3. Kemiskinan (X2) adalah keadaan saat ketidak mampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan (satuannya adalah orang).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Menurut Sugiyono (2013) pengertian poulasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
jumlah tingkat kriminalitas, pengangguran dan kemiskinan dari tahun
2014-2018.
27
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling
jenuh. Menurut Sugiyono (2014), bahwa : “Teknik sampling jenuh
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.” Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah
jumlah tingkat kriminalitas, pengangguran dan kemiskinan dari tahun
2014 - 2018.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan pada penelitian ini adalah
riset kepustakaan (library research). Riset kepustakaan yaitu pengumpulan
data dan informasi yang diperoleh pada instansi tempat penelitian
berdasarkan dokumentasi kepustakaan, litenatur- litenatur dan laporan
lainnya, sehubungan dengan perkembangan tingkat kriminalitas,
pengangguran dan kemiskinan yang berada di Kota Makassar. Seperti
perpustakaan Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, browsing Internet serta
berbagai sumber penerbitan seperti buku-buku yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.
F. Teknik Analisis
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variablel
independen/bebas dan variabel dependen/ terikat. Dimana variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu, pengangguran (X1) dan kemiskinan (X2), kemudian
variabel dependen/terikatnya yaitu tingkat kriminalitas (Y). Dalam penelitian
ini menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan suatu
28
bentuk analisis yang diperuntukkan bagi data yang besar yang
dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang berwujud angka-angka,
dimana data yang akan di peroleh adalah data sekunder yang akan di
kumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber, dari data yang di peroleh
kemudian akan di olah menggunakan teknik analisis regresi berganda,
dengan cara menganalisis data menggunakan statistik deskriptif uji hipotesis
yang terdiri dari uji R2 uji f, dan uji t dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, uji autokolerasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas
dengan bantuan komputer melalui program IBM SPSS 21 for windows.
1. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan
mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan
data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek
yang diteliti.
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas (pengangguran dan kemiskinan) terhadap variabel terikat
(tingkat kriminalitas). Bentuk umum persamaan regresi berganda adalah:
𝑦 = 𝑎 + 𝑏1𝑥1 + 𝑏2𝑥2 + 𝑒
Dimana :
Y : Tingkat kriminalitas
a : Konstanta
b1,b2 : Koefisien regresi
X1 : Pengangguran
X2 : Kemiskinan
29
e : Standard error (error term)
Kemudian setelah di tentukan tehnik analisis regresi berganda yang di
lakukan dalam penelitian ini, maka akan di lakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikoleritas, dan uji heteroskedastisitas
kemudian uji hipotesis yang terdiri dari uji determinasi R2, uji f (simultan),
dan uji t (parsial).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kesalahan model
regresi berganda yang digunakan dalam penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah model dalam
regresi, variabel bebas dan variabel terikat semuanya memiliki
kontribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS versi 21, dengan menggunakan SPSS
versi 21 ini agar mengetahui apakah data distribusi normal atau tidak
hanya dilihat pada baris Asyimp. Sig (2-tailed). Jika nilai tersebut
kurang dari taraf signifikasi yang ditentukan misalnya 5% maka data
distribusi tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai Asymp.
Sign lebih dari atau sama dengan 5% maka data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Nilai korelasi
tersebut dapat dilihat dari colliniearity statistics, apabila nilai VIF
(Variance Iflation Factor) memperlihatkan hasil yang lebih besar dari
10 dan nilai tolerance tidak boleh lebih kecil dari 0,1 maka
30
menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan apabila nilai
VIF urang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, maka
gejalan multikolinearitas tidak ada.
c. Uji Heterokedastisitas
Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana
varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika terdapat perbedaan varians maka dijumpai
gejala heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan
menggunakan uji Glejser. Dengan uji Glejser, nilai absolute residual
diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Uji heterokedastisitas
dengan Glejser dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi
23. Dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk menafsirkan hasil
analisis yang perlu dilihat adalah angka koefisien antara variabel
bebas dengan absolute residu dan signifikasinya. Jika nilai signifikasi
tersebut lebih besar atau sama dengan 0,05 maka asumsi
homosedastisitas terpenuhi, tetapi jika nilai signifikasi tersebut kurang
dari 0,05 maka asumsi homosedastisitas tidak terpenuhi.
4. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
ini dilakukan dengan uji koefisisien determinasi, uji t dan uji f.
a. Uji Koefisien Determinasi
Imam Ghozali (2016) koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah anatara Nol dan satu nilai yang kecil berarti variasi
31
variabel dependen yang sangant terbatas dan nilai yang mendekati
1 berarti varabel-variabel independen sudah dapat memberi semua
informasi yang dibutuhkan.
b. Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen secara parsial terhahap variabel
dependen, ditunjukkan oleh tabel coefficient. Jika nilai signifikansi >
0,05 maka keputusannya adalah ditolak atau variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05 maka
keputusannya adalah diterima atau variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Simultan (Uji-f)
Uji f dalam analisis regresi linier berganda bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan, yang ditunjukkan dalam tabel anova.
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka keputusannya adalah ditolak atau
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05
maka keputusannya adalah terima atau variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Administrasi Kota Makassar.
Secara astronomis, Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu
disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan
5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan
Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan
Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota
Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan
kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar
tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang
hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai
dengan 29°C. Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan
pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga
dikenal sebagai “Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa
sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang
kesemuanya bermuara ke dalam kota wilayah administrasi. Kota
Makassar terdiri dari 15 kecamatan, luas daratan masing-masing
kecamatan, yaitu: Mariso (1,82 km2), Mamajang (2,25 km2), Tamalate
(20,21 km2), Rappocini (9,23 km2), Makassar (2,52 km2), Ujung Pandang
(2,63 km2), Wajo (1,99 km2), Bontoala (2,10 km2), Ujung Tanah
(4,40km2), Tallo (5,83 km2), Panakkukang (17,05 km2), Manggala (24,14
33
km2), Biringkanaya (48,22 km2), serta Tamalanrea (31,84 km2), dan
Kecamatan Kep.Sangkarrang (1,54 km2).
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecematan di Kota Makassar, 2018
No. Kecamatan Luas (km) Persentase
1 Mariso 1,82 1,04
2 Mamajang 2,25 1,28
3 Tamalate 20,21 11,50
4 Rappocini 9,23 5,25
5 Makassar 2,52 1,43
6 Ujung Pandang 2,63 1,50
7 Wajo 1,99 1,13
8 Bontoala 2,1 1,19
9 Ujung Tanah 4,4 2,50
10 Kep. Sangkarrang 1,54 0,88
11 Tallo 5,83 3,32
12 Panakukang 17,05 9,70
13 Manggala 24,14 13,73
14 Biringkanaya 48,22 27,43
15 Tamalanrea 31,84 18,11
Kota Makassar 175.77 100,00
Sumber data: BPS Kota Makassar ,2019
Luas wilayah Kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih
175,77 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar di tambah
luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km2. Kota Makassar mempunyai
posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah
selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat
ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah
selatan Indonesia.
34
Dengan kata lain wilayah Kota Makassar terletak di pesisir pantai
barat Sulawesi Selatan pada koodinat 119 derajat bujur timur dan 5,8
derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25
meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20 sampai
dengan 32 , dengan batas-batas berikut :
- Batas utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan
- Batas selatan : Kabupaten Gowa
- Batas Timur : Kabupaten Maros
- Batas Barat : Selat Makassar
Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan
kemiringan 0-5 derajat ke arah barat, di apit 2 sungai yaitu sungai tallo
yang yang bermuara di bagian utara kota dan sungai je’neberang yang
bermuara di selatan kota. Secara administrasi jumlah kecamatan di Kota
Makassar sebanyak 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Di antara
kecamatan tersebut, ada 7 kecamatan yang berbatasan dengan pantai
yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo,
Tamalanrea, dan Biringkanaya. Kota Makassar salah satu daerah tujuan
wisata di Sulawesi Selatan, disamping sebagai daerah transit para
wisatawan yang akan menuju Tana Toraja dan daerah-daerah lainnya.
Kota Makassar juga sebagi kota terbeser di Indonesian Timur dan
kota Mertopolitan, tidak bisa pula terlepas yang nama kejahat–kejahat
maupun tindak kriminalitas yang di kota-kota terbesar termasuk di Kota
Makassar.
35
2. Jumlah penduduk di Kota Makassar
Kota Makassar memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat
setiap tahunnya seperti pada tahun 2018 jumlah penduduk tercatat
sebanyak 1,5 juta jiwa atau setara dengan 17,15% total penduduk.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar penduduk yang
menetap di suatu daerah dan tercatat resmi di BPS, namun ada
penurunan drastis jumlah penduduk di tahun 2018 ini.
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2009-2018
Tahun Jumlah petumbuhan penduduk
(Jiwa)
2009 1,272,349
2010 1,339,374
2011 1,352,136
2012 1,369,606
2013 1,408,072
2014 1,398,804
2015 1,651,146
2016 1,658,503
2017 1,769,920
2018 1.671.001
Sumber data: BPS Kota Makassar ,2019
Menurut hasil survey Badan Pusat Statistik Makassar, jumlah
penduduk di Kota Makassar dari tahun 2007-2018 mengalami
peningkatan setiap tahunnya namun hanya di tahun 2018 itu sendiri
mengalami penurunan secara drastis.
36
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Berikut ini akan di gambarkan atau di deskriktifkan dari data masing-
masing informasi mengenai data yang didapatkan dari kantor BPS Kota
Makassar, Polrestabes Makassar dan perpustakan lainya yang akan
menampilkan karakteristik sampel dari penelitian.
a. Deskripsi Jumlah tingkat kriminalitas di Kota Makassar Tahun 2007 –
2018.
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan
perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang
melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-
norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas
adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
Laporan Evaluasi Data Kriminalitas Polri, Polrestabes Makassar
dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar merupakan laporan
tahunan Mabes Polri maupun Polrestabes yang menyajikan
gambaran mengenai situasi keamanan dan ketertiban masyarakat
pada level nasional dan provinsi. Data kriminalitas yang disajikan
meliputi karakteristik kejadian kejahatan, pelaku dan jumlah kerugian.
Data kriminalitas ini hanya mencakup seluruh peristiwa atau kejadian
kriminalitas yang dilaporkan oleh masyarakat, atau aksi kriminalitas
yang pelakunya tertangkap tangan oleh kepolisian. Mengingat masih
tingginya keengganan masyarakat untuk melapor, diduga data yang
dihasilkan cenderung ”under-estimate”. Artinya, kejadian kejahatan-
37
kejahatan atau kriminalitas yang sesungguhnya diduga lebih besar
dari yang dilaporkan. Dengan kata lain, angka gelap (dark number)
kejahatan masih relatif lebih besar.
Berikut ini disajikan tabel perkembangan jumlah tingkat
kriminalitas di Kota Makassar periode 2007 – 2018.
Tabel 4.3. Jumlah tingkat kriminalitas di Kota Makassar Tahun 2007 – 2018
Sumber data: BPS Kota Makassar ,2019, BIRO OPS POLDA SULSEL
Pada tabel 4.3 menunjukan jumlah tingkat kriminalitas dalam
kurun waktu 2007 – 2018 menunjukan adanya kenaikan yang cukup
drastis.
Gambar Grafik 4.1
Grafik pengamatan Jenis-jenis kriminalitas Tahun 2007 – 2018
Jenis Kriminal 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Narkoba 107 186 192 296 330 402 295 779 1161 1569 1645 1871
Pembunuhan 51 42 39 25 38 36 14 110 94 88 74 70
Kejahatan Seksual 40 20 31 35 23 36 529 507 370 451 384 401
Penganiayaan 1.732 1048 1179 935 1638 1528 3862 3678 3501 3270 4301 5028
Pencurian 2.077 1451 1383 1884 2191 887 2329 2218 1904 2225 3682 3811
Penipuan 1061 5722 700 553 359 395 1649 1600 1649 1791 3028 2939
Pemalsuan Uang 12 15 13 9 13 16 14 7 11 9 5 10
Jumlah Total 5080 8484 3537 3737 4592 3300 8692 8899 8690 9403 13119 14130
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Narkoba
Pembunuhan
Kejahatan Seksual
Penganiayaan
Pencurian
Penipuan
Pemalsuan Uang
38
Adapun diatas ini grafik 4.1 grafik pengamatan jenis-jenis
kriminalitas yang dapat kita amati bahwa adanya peningkatan dan
penurunan jenis kriminalitas setiap tahunnya.
Jenis kriminalitas yang pertama yaitu Narkoba, dapat dilihat dari
pengamatan garfik diatas bahwa jenis kasus narkoba di Kota
Makassar pada tahun 2007 - 2018 mengalami peningkatan dari tahun
ke tahunnya terkecuali pada tahun 2013 yang sempat mengalami
penurunan
Jenis kriminalitas yang ke-dua yaitu pembunuhan, dilihat dari
pengamatan grafik diatas bahwa jenis kasus pembunuhan di Kota
Makassar pada tahun 2007-2018 mengalami peningkatan kasus
pembunuhan pada tahun 2014 yang berjumlah 110 korban jiwa dan
sampai tahun 2018 mengalami penurunan.
Jenis kriminalitas yang ke-tiga yaitu kejahatan seksual, dilihat
dari pengamatan grafik diatas bahwa jenis kasus kejahatan seksual di
Kota Makassar pada tahun 2007 - 2018 mengalami penurunan pada
tahun 2011 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dengan
jumlah 529 kasus. Dilihat dari tabel terdapat peningkatan dan
penuruan dalam kasus kejahatan seksual.
Jenis kriminalitas yang ke-empat yaitu kejahatan penganiayaan,
dilihat dari pengamatan grafik diatas bahwa jenis kasus kejahatan
penganiayaan di Kota Makassar pada tahun 2007-2018 mengalami
penurunan di tahun 2010 berjumlah 935 orang, namun pada tahun
2018 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari setiap tahunya
dalam kasus ini yaitu penganiyaan.
39
Jenis kriminalitas yang ke-lima yaitu pencurian, dapat dilihat dari
pengamatan grafik diatas bahwa kasus pencurian di Kota Makassar
pada tahun 2007-2018 dilihat dari tabel di tahun 2008 jumlah yang
sangat tinggi mencapai 5722 orang dan di tahun 2011 menurun
hingga 553 kasus. Namun pada saat di tahun 2012-2018 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi.
Jenis kriminlatas yang ke-enam yaitu penipuan, dilihat dari
pengamatan grafik diatas bahwa kasus penipuan ini dari tahun ke
tahun mengalami penurunan dan peningkatan. Dimana pada tahun
2017 ada sebnyak 3028 jiwa ini adalh tahun yang peningkatannya
sangat tinggi disbanding tahun sebelumnya.
Jenis kriminalitas yang ke-tujuh yaitu pemalsuan uang, dilihat
dari pengamatan grafik diatas bahwa kasus pemalusan uang tidak
terlalu besar yang hanya mencapai angka tidak lebih dari 17, yang
dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penuruan.
b. Deskripsi Jumlah pengangguran di Kota Makassar Tahun 2007 - 2018
Pengangguran merupakan masalah makroekonomi yang
mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling
berat. Kebanyakan orang kehilangaan pekerjaan berarti penurunan
standar kehidupan dan rekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan
jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam
perdebatan politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan
yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja
(Mankiw, 2006).
40
Tabel 4.4 Jumlah Pengangguran di Kota Makassar 2007-2019
Tahun Jumlah Orang
2007 543
2008 613
2009 712
2010 809
2011 860
2012 5159
2013 5269
2014 6267
2015 6547
2016 6782
2017 6495
2018 6493 Sumber : BPS Kota Makassar, 2019, Dinas Ketenagakerjaan
Berdasarkan tabel yang diperoleh dari BPS Kota Makassar,
dapat dijelaskan bahwa setiap jumlah pengangguran dari tahun ke
tahun memiliki tingkat penurunan dengan kenaikan yang jauh
berbeda, yang berarti setiap tahunnya bisa dikatakan akan mengalami
kenaikan yang sangan melunjak dan akan mengalami penurunan
yang sangat drastic. Dilihat dari periode 2007 sampai dengan 2018,
tingkat pengangguran yang sangat tinggi hingga mencapai 6782
orang itu berada di periode 2016, dan pada saat itu tingkat
pengangguran yang terendah yaitu 543 berada pada periode 2007. itu
dikarenakan adanya faktor pendidikan dan bertambahnya lapangan
pekerjaan.
c. Deskripsi Jumlah Kemiskinan di Kota Makassar Tahun 2007 - 2018.
Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan
identifikasi dan pengukuran terhadap sekelompok masyarakat/
41
golongan yang selanjutnya disebut miskin (Nugroho, 1995). Pada
umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi
seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini
dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap
negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan
kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau ukuran-
ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan rata-rata, daya
beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan
kondisi kesehatan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan
adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang
yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar
yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,air
bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman
dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
42
Tabel 4.5 Jumlah Kemiskinan di Kota Makassar Tahun 2007 – 2018
Tahun Jumlah Orang
2007 502
2008 601
2009 69,7
2010 78,7
2011 71,7
2012 69,9
2013 66,4
2014 64,23
2015 63,24
2016 66,78
2017 6810
2018 66,22 Sumber : BPS Kota Makassar, 2019
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, dapat
dijelaskan bahwa jumlah kemiskinan pada tahun 2007-2018
mengalami peningkatan dan penurunan, bisa dikaitkan dengan jumlah
pengangguran yang dimana setiap tahunnya akan mengalami
kenaikan dan penurunan, karena semakin banyaknya tingkat
pengangguran disitu pula tingkat kemiskinan akan bertambah. Dilihat
dari tahun 2007 sampai dengan 2018 jumlah kemiskinan yang paling
besar yaitu pada tahun 2016 yang dimana mencapai 66,78 orang,
sedangkan jumlah kemiskinan yang melonjak turun ada pada periode
2007 yang berjumlah 502 orang.
2. Analisis Regresi Berganda
Regresi Linear Berganda adalah metode analisis regresi linear
berganda (Multiple Regression Analysis). Suliyanto (2011) menyatakan
bahwa dalam regresi berganda variabel tergantung dipengaruhi oleh dua
43
atau lebih variabel bebas, di samping juga terdapat pengaruh dari
variabel lain yang tidak diteliti (e).
Penelitian ini dilandaskan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel dependen untuk menyatakan ada atau tidaknya
hubungan antara variabel X dan Y, dan jika ada, bagaimanakah arah
hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Untuk mengetahui
pengaruhnya dapat digunakan persamaan analisis linear bergana
sebagai berikut :
𝑦 = 𝑎 + 𝑏1𝑥1 + 𝑏2𝑥2 + 𝑒
Dimana :
Y : Tingkat Kriminalitas
a : constanta (koefisien regresi)
b1 : Koefisien regresi untuk X1 (Pengangguran)
b2 : Koefisien regresi untuk X2 (Kemiskinan)
X1 : Pengangguran
X2 : Kemiskinan
e : Standard error (error term)
Hasil analisis persamaan linear berganda
Tabel 4.6 Uji Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,103 ,088 35,432 ,000
Pengangguran ,023 ,017 ,275 1,320 ,219 ,404 2,473
Kemiskinan ,054 ,016 ,688 3,302 ,009 ,404 2,473
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2019
44
Berdasarkan dari tabel hasil analisis data dengan menggunakan
SPSS 21, maka diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Y= 3,103 + 0,023 + 0,054 + e
Dimana merujuk pada hasil di atas maka diperoleh hasil analisis
variabel independen ke dependen :
a. Dari hasil perhitungan data yang diperoleh nilai constanta sebesar
3,103 yang artinya jika X1 dan X2 = 0 maka pengangguran serta
kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat kriminalitas sebesar 3,103
satuan. yang mana berarti seiring meningkatnya jumlah
pengangguran dan kemiskinan berpengaruh terhadap tindakan
kriminalitas yang terjadi dikota Makassar.
b. Nilai Koefisien Regresi pengangguran atau X1 adalah 0,023, artinya
jika Variabel pengangguran (X1) meningkat sebesar 1% dengan
asumsi kulitas kemiskinan (X2) dan Konstanta (a) adalah 0 (nol),
maka tingkat kriminalitas pada Pengangguran meningkat sebesar
0,023. Hal tersebut menunjukkan bahwa variable Pengangguran
(X1) yang berpengaruh positif bagi tingkat kriminalitas, sehingga
semakin tinggi tingkat pengangguran maka melambung pula tingkat
kriminalitas.
c. Variabel jumlah Kemiskinan (X2) memiliki kofisien regresi sebesar
0,054 artinya jika variable Kemiskinan (X2) meningkat 1% dengan
asumsi variable Pengangguran(X1) dan konstanta (a) adalah (nol),
maka tingkat kriminalitas pada kemisikinan meningkat sebesar
0,054. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh hubungan yang
positif terhadap jumlah kriminalitas yang terjadi, Sehingga makin
45
besar jumlah kemiskinan maka melambung pula jumlah kriminalitas
pada Kota Makassar
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kesalahan model regresi
bergandayang digunakan dalam penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah model dalam
regresi variabel bebas dan variabel terikat semuanya memiliki
kontribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk menguji
normalitas peneliti menggunakan analisis gambar yaitu dengan
melihat pada gambar histogram yang memiliki bentuk seperti
lonceng, dan pada gambar grafik dimana sebaran titik-titik
mendekati atau berada disepanjang garis diagonal.
Gambar 4.2 Uji Normalitas
Sumber : Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji data normalitas di atas maka diperoleh hasil
dimana bentuk garis menunjukkan diagonal dengan pola titik-titik
46
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya dan
menyebar di arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada uji normalitas terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Nilai korelasi
tersebut dapat dilihat dari colliniearity statistics, apabila nilai VIF
(Variance Iflation Factor) memperlihatkan hasil yang lebih besar dari
10 dan nilai tolerance tidak boleh lebih kecil dari 0,1 maka
menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, maka
gejalan multikolinearitas tidak ada. Hasil pengujian multikolinearitas
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,103 ,088 35,432 ,000
Pengangguran ,023 ,017 ,275 1,320 ,219 ,404 2,473
Kemiskinan ,054 ,016 ,688 3,302 ,009 ,404 2,473
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Sumber : Data sekunder diolah, 2019
Dari hasil perhitungan yang ada pada tabel uji multikolenieritas,
dilihat dari nilai Tolerance adalah sebesar 0,404 artinya nilai ini lebih
besar dari 0,10,berdasarkan nilai tolerance maka indikasinya adalah
tidak terjadi gejala multikolinieritas. Selanjutnya dilihat dari nilai VIF
sebesar 1,996 artinya nilai ini lebih kecil dari 10 sehingga dapat
47
dikatakan tidak terjadi masalah atau gejala multikoliniertitas. Jadi
ksimpulannya adalah model regresi pengaruh pengagguran dan
kemiskinan terhadap kriminalitas tidak terjadi gejala multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana
varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika terdapat perbedaan varians maka dijumpai
gejala heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan
menggunakan uji Glejser. Dengan uji Glejser, nilai absolute residual
diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Uji heterokedastisitas
dengan Glejser dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi
21. Dengan menggunakan SPSS versi 21 untuk menafsirkan hasil
analisis yang perlu dilihat adalah angka koefisien antara variabel
bebas dengan absolute residu dan signifikasinya. Jika nilai signifikasi
tersebut lebih besar atau sama dengan 0,05 maka asumsi
homosedastisitas terpenuhi, tetapi jika nilai signifikasi tersebut kurang
dari 0,05 maka asumsi homosedastisitas tidak terpenuhi. Hasil
pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
48
Gambar. 4.3 Uji Heterokedastisitas
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2019
Berdasarkan uji heterokedasititas di atas maka, diperoleh hasil bahwa
titik- titik yang terdapat dalam gambar di atas menunjukkan bahwa
penyebaran titik - titik di atas tidak membentuk pola,kemudian tidak
membentuk gelombang dan penyebaran titik di atas tidak tertuju pada
satu titik saja, namun pola titik di atas menyebar dengan rata,
sehhingga dapat disimpulkan bahwa, dalam uji ini tidak terdapat
heterokedasititas.
4. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji koefisien determinasi ( uji t dan uji f.
a. Uji Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi ( ) digunakan untuk menunjukkan berapa
besar persentase variabel dependen
49
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,918a ,842 ,807 ,04059
a. Predictors: (Constant), Kemiskinan, Pengangguran
b. Dependent Variable: Kriminalitas
Sumber : Data Sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil Uji koefisien determinasi maka di peroleh nilai R
Ssquare sebesar 0,807 dimana angka ini sama dengan 80,7%, dari
hasil ini dapat di asumsikan bahwa variabel jumlah pengangguran
(X1), dan jumlah kemiskinan (X2) secara fakta di lapangan memiliki
pengaruh terhadap meningkatnya tingkat kriminalitas (Y) Di Kota
Makassar. Sedang sisanya 19,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhahap variabel dependen,
ditunjukkan oleh tabel coefficient. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka
keputusannya adalah ditolak atau variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
jika nilai signifikansi < 0,05 maka
keputusannya adalah diterima atau variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
50
Tabel 4.9 Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,103 ,088 35,432 ,000
Pengangguran ,023 ,017 ,275 1,320 ,219 ,404 2,473
Kemiskinan ,054 ,016 ,688 3,302 ,009 ,404 2,473
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Sumber : Data Olahan Spss, 2019
Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka dapat dijelaskan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1. Untuk Hipotesis pertama (H1)
Pengaruh variable Pengangguran (X1) terhadap tingkat
kriminalitas (Y). Berdasarkan tabel 4.9 pada model regresi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kriminalitas pada
kota Makassar hal ini terlihat dari signifikan variable
pengangguran (X1) 0,219 > 0,05
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-
9) = 2.26216. berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (1,320 <
2.36462) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y.
2. Untuk Hipotesis Kedua (H2)
Pengaruh kemiskinan (X2) terhadap tingkat kriminalitas (Y).
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kemiskinan (X2) pada model
regresi terdapat pengaruh pada tingkat kriminalitas (Y) di kota
Makassar hal ini terlihat dari signifikan variable Kemiskinan X2
yang dimana 0,009 < 0,05
51
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-
7) = 2.26216 berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (3,302 >
2.26216) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang
berarti terdapat pengaruh X2 terhadap Y.
c. Uji f
dalam analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan, yang ditunjukkan dalam tabel anova. Jika nilai signifikansi >
0,05, maka keputusannya adalah ditolak atau variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05 maka
keputusannya adalah terima atau variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10
Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression ,079 2 ,039 23,953 ,000b
Residual ,015 9 ,002
Total ,094 11
a. Dependent Variable: Kriminalitas
b. Predictors: (Constant), Kemiskinan, Pengangguran
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2019
52
Berdasarkan Output diatas diketahui nilai signifikan untuk pengaruh
X1 dan X2 secara simultan terhadap Y sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai
F hitung 23,953 > F tabel 4,10 sehingga dapat disimpulkan terdapat
pengaruh variable X secara simultan terhadap variable Y.
C. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan 2 variabel X yaitu Pengangguran dan
Kemiskinan dan 1 variabel Y yaitu Tingkat Kriminalitas. pengangguran adalah
Pengangguran merupakan masalah makroekonomi yang mempengaruhi
manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. kemiskinan
adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak
terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Pengujian seperti diatas yang
bertujuan untuk mengetahui apakah pengangguran dan kemiskinan
berpengaruh terhadap tingkat kriminalitas di Kota Makassar. Dari hasil
analisis maka pembahasan tentang hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh pengangguran Terhadap tingkat kriminalitas di Kota Makassar.
Pengaruh variable Pengangguran (X1) terhadap tingkat kriminalitas (Y).
Berdasarkan tabel 4.9 pada model regresi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kriminalitas pada kota Makassar hal ini terlihat
dari signifikan variable pengangguran (X1) 0,023 > 0,05
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-9) =
2.26216. berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (1,320 < 2.36462)
53
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti tidak terdapat
pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y.
Saat ini Kota Makassar mengalami fenomena dimana banyaknya
pengangguran disebabkan beberapa faktor seperti masih banyaknya
lulusan baru perguruan tinggi yang memilih-milih pekerjaan, banyaknya
lulusan sarjana yang tidak mau melakukan pekerjaan sembarangan
karena dianggap tidak setara dengan kompetensi yang dimiliki. Alhasil
para lulusan ini malah menganggur dan tidak bekerja sama sekali. Tidak
sesuainya kompetensi ilmu dengan kebutuhan di dunia kerja dan
kualifikasi yang dimiliki.
Hal ini berbeda dengan orang yang memiliki pendidikan rendah dalam arti
pendidikan yang ditamatkan hanya sebatas sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama yang cendrung menerima pekerjaan apa saja untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka tidak memikirkan
kualifikasi yang mereka miliki dan hanya memikirkan bagaimana caranya
mendapatkan uang. Ini menjadi salah satu penyebab mengapa
pengangguran di kota Makassar dalam penelitian ini tidak sesuai dengan
teori yang ada tetapi masih menyebabkan hubungan yang langsung dan
signifikan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2019) pengangguran tertinggi di dominasi
oleh pengangguran terdidk yaitu, tamatan akademik/diploma dan
perguruan tinggi/universitas. Apabila hal ini terjadi maka kecil
kemungkinan untuk melakukan tindakan kriminalitas dikarenakan orang
yang berpendidikan tinggi akan memiliki pemikiran yang rasional
sehingga tidak akan melakukan kegiatan yang melanggar hukum.
54
Hal ini yang menyebabkan pengangguran berpengaruh negatif terhadap
kriminalitas. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wulansari (2017) yang
mengatakan bahwa pengangguran memiliki hubungan yang negatif
dengan kriminalitas di Indonesia. Dan hasil ini juga sejalan dengan
penelitian Priatna (2016) yang juga mengatakan bahwa angka
pengangguran memiliki pengaruh negatif terhadap angka kejahatan di
daerah Yogyakarta.
Jadi secara singkat dapat dikatakan pada model regresi tidak adanya
pengaruh pengangguran secara signifikan terhadap tingkat kriminalitas
pada kota Makassar, hal ini terlihat dari signifikan variable X1
pengangguran yang dimana lebih besar dari 0,05. Tidak hanya itu dilihat
pula dari uji t tabel yang dimana nilai uji T hitung lebih kecil dibanding
dengan nilai t tabel. Ini membuktikan bahwa variable pengangguran tidak
berdampak atau tidak berpengaruh terhadap kriminalitas di Kota
Makassar..
2. Pengaruh kemiskinan terhadap tingkat Kriminalitas di Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kriminalitas di Kota Makassar.
Artinya, jika kemiskinan meningkat maka kriminalitas akan meningkat di
kota Makassar dan sebaliknya jika kemiskinan mengalami penurunan
maka kriminalitas juga akan mengalami penrunan di Kota Makassar.
Kemiskinan merupakan kondisi yang serba terbatas dan terjadi bukan
atas kehendak orang yang bersangkutan. Penududuk dikatakan miskin
apabila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,
55
pendapatan, kesehatan, dan gizi serta kesejahteraan hidup, yang
menunjukan lingkaran ketidakberdayaan.
Pengaruh kemiskinan (X2) terhadap tingkat kriminalitas (Y). Dilihat dari
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kemiskinan (X2) pada model regresi
terdapat pengaruh pada tingkat kriminalitas (Y) di kota Makassar hal ini
terlihat dari signifikan variable Kemiskinan X2 yang dimana 0,009 < 0,05
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-7) =
2.26216 berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (3,302 > 2.26216)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti terdapat
pengaruh X2 terhadap Y.
Hal ini sejalan dengan penelitian Khan (2015) yang juga mengatakan
bahwa kemiskinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kriminalitas di Pakistan. Semakin meningkat kemiskinan cendrung akan
meningkatkan angka kriminalitas di suatu Negara. Kemiskinan dapat
meyebabkan tingkat stres dan meyebabkan individu mengadopsi perilaku
kriminal untuk hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya kemiskinan
juga akan meningkatkan kriminalitas. Kemiskinan akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kriminalitas yang artinya setiap
naiknya kemiskinan maka naiknya pula tingkat kriminalitas.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dan pembahasan yang
telah dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh variable Pengangguran (X1) terhadap tingkat kriminalitas (Y).
Berdasarkan tabel 4.9 pada model regresi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kriminalitas pada kota Makassar hal ini terlihat
dari signifikan variable pengangguran (X1) 0,219 > 0,05
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-9) =
2.26216. berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (1,320 < 2.36462)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti tidak terdapat
pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Wulansari (2017) yang mengatakan bahwa pengangguran
memiliki hubungan yang negatif dengan kriminalitas di Indonesia. Dan
hasil ini juga sejalan dengan penelitian Priatna (2016) yang juga
mengatakan bahwa angka pengangguran memiliki pengaruh negatif
terhadap angka kejahatan di daerah Yogyakarta.
2. Pengaruh kemiskinan (X2) terhadap tingkat kriminalitas (Y).
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kemiskinan (X2) pada model regresi
terdapat pengaruh pada tingkat kriminalitas (Y) di kota Makassar hal ini
terlihat dari signifikan variable Kemiskinan X2 yang dimana 0,009 < 0,05
57
Dan untuk nilai T tabel = t (a/2; n-k-1 = t (0,05/2; 12-2-1) = (0,025-7) =
2.26216 berarti nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (3,302 > 2.26216)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti terdapat
pengaruh X2 terhadap Y.
Hal ini sejalan dengan penelitian Khan (2015) yang juga
mengatakan bahwa kemiskinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kriminalitas di Pakistan. Semakin meningkat kemiskinan
cendrung akan meningkatkan angka kriminalitas di suatu Negara.
Kemiskinan dapat meyebabkan tingkat stres dan meyebabkan individu
mengadopsi perilaku kriminal untuk hanya sekedar memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya kemiskinan
juga akan meningkatkan kriminalitas. Kemiskinan akan memberikan
dampak positif dan tidak signifikan terhadap kriminalitas yang artinya
setiap naiknya angka kemiskinan mengharuskan orang untuk semakin
bekerja keras untuk memenuhihi kebutuhan hidup sehari-hari dan
menekan tindakan kejahatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang
dapat
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Pemerintah Kota Makassar hendaknya terus memperhatikan motif yang
menjadi alasan terjadinya tindakan kriminal di Kota Makassar.
58
2. Pemerintah memperbaiki kualitas pendidikan agar mampu mempengaruhi
perubahan kriminal yang terjadi di Kota Makassar mengingat ekonomi
tumbuh meningkat tentunya berawal dari pendidikan yang baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya, dari permasalahan yang dirasakan peneliti
bahwa untuk pemilihan variabel independen yang digunakan sebaiknya
dikaji kembali sesuai dengan keilmuan kriminalitas sehingga akan
didapatkan hasil analisis yang lebih baik. Kemudian dicoba menggunakan
metode statistika yang lain untuk memodelkan persentase kriminalitas di
Kota Makassar untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Badan Pusat Statistik.2018. Statistik Kota Makassar https://makassarkota.bps.go.id
Badan Pusat Statistik.2019. Statistik Kota Makassar https://makassarkota.bps.go.id
Badan Pusat Statistik.2018. Statistik Kriminalitas. Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2019.
Badan Pusat Statistik.2019. Statistik Kemiskinan. Diakses Pada Tanggal 2 Januari 2020
Badan Pusat Statistik.2019. Statistik Pengaguran. Statistik Kemiskinan. Diakses Pada Tanggal 23 Desember 2019
Bonger (2016:45). mengenai kejahatan .Becker, Gary S. 2007. “Crime and Punishment: An Economic Approach.” The
Journal of Political Economy, Vol 76, No.2 .Becsi, Zsolt, 2011. “Economics and Crime in the State Atlanta”, Federal Reserve Bank of Atlanta. Brenner, M. Harvey, 1986, Pengaruh Ekonomi Terhadap Perilaku dan Penyelenggaraan Peradilan Pidana, Kanisius, Yogyakarta. Chambers (2017 : 13). Kemiskinan Detotto, Claudio dan Edoardo Otranto. 2010. Does Crime Affect Economic
Grotwh?KYKLOS, Vol. 63, No.3 330-345. United Kingdom. Darmawan, M. Kemal, 2007. Teori Kriminologi. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka. Dirdjosisworo 2015.Hardianto, Florentinus Nugroho. 2009. Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kriminalitas di Indonesia dari Pendekatan Ekonomi. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Unpas, Vol. 13, No. 2:28-41
Gillani (2009). Nassaruddin, Ende Hasbi. 2016. Kriminologi. Bandung: PUSTAKA SETIA.
Hadinoto, Suyono. 2011. Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Pertahanan
Dan Keamanan: Dampak Kependudukan Terhadap Kriminalitas Dan Keamanan Individu. Direktorat Analisis Dampak Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.
Hakim, Riski Abinul. 2009. Analisis Determinan Tingkat Kejahatan Properti di Jawa Tahun 2007. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok: Skripsi.
60
Herpandi, Wahyu Dian. 2017. Pengaruh Ketimpangan Ekonomi Terhadap Tingkat Kriminalitas Di Kota Medan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara. Medan: Skripsi.
Ichsan, Pinjaka Romdhon Nur. 2015. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kriminalitas Di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Airlangga. Surabaya: Skripsi.
Jamaludin, Adon Nasrullah. 2016. Dasar-dasar Patologi Sosial. Bandung: PUSTAKA SETIA.
Jhinghan, M.L. 2010. Ekonmomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Priatna, Yogie Yedia. 2016. Analsis Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kejahatan Pencurian Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Tesis.
Prayetno. 2013. Kausalitas Kemiskinan Terhadap Perbuatan Kriminal
(Pencurian)
Pasaribu (2014:50), jenis tindak kriminalitas/kejahatan Peter Hoefnagels dalam Dirdjosisworo (2015), kejahatan dalam sudut pandang
kriminologi Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers. Suliyanto (2011) analisis regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis).
Supriatna (2008). Chambers (2017 : 13). Kemiskinan
Tassa, Ince Adista. 2013. Pengaruh Kemiskinan, Pendapatan Perkapita, Penganggguran, Pendidikan, dan Kepadatan Penduduk Terhadap Kejahatan Properti Di Jawa Timur Periode Tahun 2002-2010. Skripsi
tidak diterbitkan. Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Todaro, M. P. dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Erlangga :
wJakarta. Wulansari, Fira Ambar. 2017. Analisis Pengaruh Pengangguran Dan Distribusi
Pendapatan Terhadap Kriminalitas Dan Investasi Di Indoensia Tahun
20112015.
Lampiran 1 Data SPSS
Correlations
Kriminalitas Pengangguran Kemiskinan
Pearson Correlation
Kriminalitas 1,000 ,806 ,901
Pengangguran ,806 1,000 ,772
Kemiskinan ,901 ,772 1,000
Sig. (1-tailed)
Kriminalitas . ,001 ,000
Pengangguran ,001 . ,002
Kemiskinan ,000 ,002 .
N
Kriminalitas 12 12 12
Pengangguran 12 12 12
Kemiskinan 12 12 12
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 Kemiskinan,
Pengangguranb
. Enter
a. Dependent Variable: Kriminalitas
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,918a ,842 ,807 ,04059 ,842 23,953 2 9 ,000 2,083
a. Predictors: (Constant), Kemiskinan, Pengangguran
b. Dependent Variable: Kriminalitas
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Kriminalitas 3,6783 ,09233 12
Pengangguran 7,8150 1,12559 12
Kemiskinan 7,4525 1,18751 12
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,079 2 ,039 23,953 ,000b
Residual ,015 9 ,002
Total ,094 11
a. Dependent Variable: Kriminalitas
b. Predictors: (Constant), Kemiskinan, Pengangguran
Coefficient Correlationsa
Model Kemiskinan Pengangguran
1
Correlations Kemiskinan 1,000 -,772
Pengangguran -,772 1,000
Covariances Kemiskinan ,000 ,000
Pengangguran ,000 ,000
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) Pengangguran Kemiskinan
1
1 2,983 1,000 ,00 ,00 ,00
2 ,012 15,475 ,94 ,05 ,19
3 ,005 25,411 ,06 ,95 ,81
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 3,103 ,088 35,432 ,000
Pengangguran ,023 ,017 ,275 1,320 ,219 ,404 2,473
Kemiskinan ,054 ,016 ,688 3,302 ,009 ,404 2,473
a. Dependent Variable: Kriminalitas
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 3,5782 3,7738 3,6783 ,08471 12
Std. Predicted Value -1,182 1,127 ,000 1,000 12
Standard Error of Predicted Value ,016 ,029 ,020 ,004 12
Adjusted Predicted Value 3,5677 3,7746 3,6771 ,09040 12
Residual -,06662 ,06560 ,00000 ,03672 12
Std. Residual -1,641 1,616 ,000 ,905 12
Stud. Residual -2,279 2,322 ,012 1,177 12
Deleted Residual -,12842 ,13548 ,00128 ,06360 12
Stud. Deleted Residual -3,303 3,459 ,025 1,581 12
Mahal. Distance ,879 4,757 1,833 1,301 12
Cook's Distance ,001 1,915 ,327 ,674 12
Centered Leverage Value ,080 ,432 ,167 ,118 12
a. Dependent Variable: Kriminalitas
BIOGRAFI PENULIS
Muhammad Fadhil T. lahir di Makassar pada tanggal 3
September 1996 sebagai anak keempat dari pasangan Bapak
Taswar Waris dan Ibu Husniah. Penulis selama masa
perkuliahan tinggal di jl. Perintis Kemerdekaan KM3, Kompleks
BTN Antara Kota Makasar. Penulis telah menempuh pendidikan
sebagai berikut, penulis masuk SD. Inpres Gotong-Gotong II
Makassar dan lulus tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 32
Makassar dan lulus pada tahun 2011, kemudian melanjutkan ke jenjang
pendidikan tingkat atas di SMK Nasional Makassar dan lulus pada tahun 2014.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan
tinggi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar program strata satu sampai sekarang.
Sebagai tugas akhir, maka penulis menulis sebuah skripsi yang berjudul “Analisis
Tingkat Kriminalitas di Kota Makassar dengan Pendekatan Ekonomi”.