ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan...

138
i ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO-PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Evi Wardhani 3352402068 Manajemen Keuangan FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Transcript of ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan...

Page 1: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

i

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN

MODEL ALTMAN DAN FOSTER

PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT

GO-PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Evi Wardhani

3352402068

Manajemen Keuangan

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 2 Februari 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heri Yanto, M.BA Dra. Murwatiningsih, M.M NIP. 131658238 NIP. 130812919

Mengetahui:

Ketua Jurusan Manajemen

Drs. Sugiharto, M.Si NIP. 131286682

Page 3: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 21 April 2007

Penguji Skripsi

Drs. Widiyanto, M.BA, M.M NIP. 132208714

Anggota I Anggota II

Drs. Heri Yanto, M.BA Dra. Murwatiningsih, M.M NIP. 131658238 NIP. 130812919

Mengetahui:

Dekan,

Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236

Page 4: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2 Februari 2007

Evi Wardhani NIM. 3352402068

Page 5: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya sholat itu sangat

berat bagi orang-orang yang khusyuk (QS. Al Baqarah: 45).

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.

Dan hanya kepada Allah lah kamu berharap (QS. Al Insyiroh:6-8).

Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang yang

mempunyai tempat istimewa dihatiku:

Ayah dan Bundaku terhormat, yang selalu

merangkai doa untuk keberhasilan studiku

Seluruh keluargaku, yang telah memberikan

dukungan

Someone, thanks for all

Almamaterku, Universitas Negeri Semarang

Page 6: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia,

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman

dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek

Jakarta”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi.

3. Drs. Sugiharto, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen.

4. Drs. Heri Yanto, M.BA, Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan.

5. Dra. Murwatiningsih, M.M, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran memberikan bimbingan.

6. Drs. Widiyanto, M.BA, M.M, Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan

waktunya untuk menguji skripsi.

7. Ayah dan Bundaku yang dengan ikhlas selalu mendoakan putrinya agar

menjadi manusia beriman serta berguna bagi keluarga, bangsa, dan agamanya.

Page 7: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

vii

8. Seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materiil.

9. Someone yang dengan penuh kesabaran selalu membantuku dan

memotivasiku, thanks for all.

10. Teman-teman di Kost HE terima kasih atas bantuan, doa, support kalian, serta

kebersamaannya selama ini.

11. Teman-teman jurusan Manajemen S1 angkatan 2002 terima kasih atas

persahabatan kita selama ini.

12. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penyusunan skripsi

ini.

Penulis tidak akan melupakan jasa baik semuanya, dan semoga Allah

SWT membalas amal dan budi baiknya dengan balasan yang setimpal. Mudah-

mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat menambah informasi

dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 2 Februari 2007

Evi Wardhani NIM. 3352402068

Page 8: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

viii

ABSTRAK

Evi Wardhani. 2007. Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 125 h. Kata Kunci: Kebangkrutan, Z-Score Altman, Z-Score Foster Prinsip going concern menganggap bahwa perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian, dan kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup, atau dilikuidasi dimasa yang akan datang. Sebagian besar perusahaan textile dan garment mengalami penurunan pendapatan bersih bahkan mengalami kerugian, bila terjadi dalam waktu panjang akan berdampak pada kelangsungan usahanya. Altman dan Foster menemukan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan yaitu Z-Score Altman dan Z-Score Foster. Tujuan penelitian untuk mengetahui bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan dengan Model Altman dan Foster, dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan Model Altman dan Foster pada perusahaan textile dan garment.

Objek penelitian adalah tingkat kebangkrutan perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Subjek penelitian adalah laporan keuangan perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004 sebanyak 15 perusahaan. Sumber data penelitian adalah dari catatan yang dipublikasikan di Bursa Efek Jakarta. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan analisis Z-Score Altman dan Z-Score Foster, pengujian hipotesis menggunakan paired sample t test.

Hasil penelitian model Altman 80% atau 12 perusahaan tahun 2002-2003 dan 60% atau 9 perusahaan tahun 2004 kategori “bangkrut”, 13,33% atau 2 perusahaan tahun 2002-2003 dan 33,33% atau 5 perusahaan tahun 2004 kategori “rawan bangkrut”, dan 6,67% atau 1 perusahaan tahun 2002-2004 kategori “tidak bangkrut”. Model Foster 86,67% atau 13 perusahaan tahun 2002, 73,33% atau 11 perusahaan tahun 2003, dan 80% atau 12 perusahaan tahun 2004 kategori “bangkrut”, dan 13,33% atau 2 perusahaan tahun 2002, 26,67% atau 4 perusahaan tahun 2003, dan 20% atau 3 perusahaan tahun 2004 kategori “tidak bangkrut”. Uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan model Altman dan Foster tahun 2002, dan tidak ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan model Altman dan Foster tahun 2003 dan 2004.

Kesimpulannya bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan menggunakan Model Altman dan Foster. Terdapat perbedaan secara statistik hasil analisis Model Altman dan Foster tahun 2002, dan tidak terdapat perbedaan secara statistik hasil analisis Model Altman dan Foster tahun 2003 dan 2004. Sarannya manajemen perlu berhati-hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan melakukan tindakan perbaikan kinerja perusahaan guna menghindari gangguan terhadap kelangsungan usahanya, investor sebaiknya berhati-hati dalam membeli saham perusahaan textile dan garment yang masuk kategori bangkrut.

Page 9: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................ii

PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................................iii

PERNYATAAN ..................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................v

PRAKATA ..........................................................................................................vi

ABSTRAK ..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................8

1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kebangkrutan ................................................................................10

2.1.1 Penyebab Kegagalan Perusahaan .........................................12

2.1.2 Manfaat Informasi Kebangkrutan ........................................14

Page 10: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

x

2.2 Analisis Laporan Keuangan .........................................................15

2.2.1 Jenis Laporan Keuangan ......................................................17

2.2.2 Jenis Analisa Laporan Keuangan .........................................19

2.3 Analisis Rasio Keuangan ..............................................................21

2.3.1 Penggolongan Angka Rasio ……………………………….22

2.3.2 Rasio Likuiditas …………………………………………...23

2.3.3 Rasio Aktivitas …………………………………………….25

2.3.4 Rasio Laverage atau Solvabilitas ………………………….26

2.3.5 Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas ……………………...27

2.4 Multiple Discriminant Analysis …………………………………29

2.5 Analisis Z-Score Model Altman ………………………………...30

2.6 Analisis Z-Score Model Foster .....................................................35

2.7 Kerangka Berfikir .........................................................................38

2.8 Hipotesis .......................................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ………………………………………………...43

3.2 Subjek Penelitian ……………………………………………….43

3.3 Sumber Data ……………………………………………………44

3.4 Metode Pengumpulan Data …………………………………….45

3.5 Metode Analisis Data ………………………………………….46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………...50

4.1.1 Profil Perusahaan …….......................................................50

4.1.2 Rasio Keuangan Altman ………………………………….57

4.1.3 Rasio Keuangan Foster .......................................................62

Page 11: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xi

4.1.4 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Model Altman ........................64

4.1.5 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Model Foster .........................68

4.1.6 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 37 Tahun 2004 ..........................................72

4.1.7 Pengujian Hipotesis ...........................................................75

4.2 Pembahasan ................................................................................77

4.2.1 Rasio Keuangan Altman ....................................................78

4.2.2 Rasio Keuangan Foster ......................................................85

4.2.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Model Altman .......................87

4.2.4 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Model Foster .........................91

4.2.5 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 37 Tahun 2004 ..........................................93

4.2.6 Pengujian Hipotesis ...........................................................95

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .....................................................................................96

5.2 Saran ...........................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................99

LAMPIRAN ....................................................................................................100

Page 12: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pendapatan Bersih Perusahaan Textile dan Garment Go-Public

di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ...................................5

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Rasio TE/OR dan TIE …………………….36

Tabel 4.1.1 Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ................56

Tabel 4.1.2 Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ................57

Tabel 4.1.3 Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ................62

Tabel 4.1.4 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

Model Altman ..........................................................................64

Tabel 4.1.5 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

Model Foster ............................................................................68

Tabel 4.1.6 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Tahun 2002-2004 Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 37 Tahun 2004 .................................................72

Tabel 4.1.7.1 Hasil Paired Samples Correlations Antara Z-Score Model

Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment

Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ................75

Page 13: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xiii

Tabel 4.1.7.2 Hasil Paired Samples Test Antara Z-Score Model Altman dan

Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public

di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 ..................................76

Page 14: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir …………………………………………….. 41

Page 15: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) ……..100

Lampiran 2 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) …...101

Lampiran 3 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total

Assets Ratio (X3) ……………………………………………....102

Lampiran 4 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total

Debt Ratio (X4) ………………………………………………..103

Lampiran 5 Sales to Total Assets Ratio (X5) ……………………………….104

Lampiran 6 Rata-rata Rasio Keuangan Altman ……………………………105

Lampiran 7 Perhitungan Z-Score Altman ….................................................106

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Z-Score Altman ...........................................107

Lampiran 9 Nilai Cut-off Z-Score Altman Tahun 2002 …………………...108

Lampiran 10 Nilai Cut-off Z-Score Altman Tahun 2003 …………………...109

Lampiran 11 Nilai Cut-off Z-Score Altman Tahun 2004 …………………...110

Lampiran 12 Tingkat Kebangkrutan Altman Tahun 2002-2004 ...................111

Lampiran 13 Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue

Ratio (X) ..................................................................................112

Lampiran 14 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) ………………...113

Lampiran 15 Rata-rata Rasio Keuangan Foster ............................................114

Lampiran 16 Perhitungan Z-Score Foster .....................................................115

Lampiran 17 Hasil Perhitungan Z-Score Foster ...........................................116

Page 16: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

xvi

Lampiran 18 Nilai Cut-off Z-Score Foster Tahun 2002 ……………………117

Lampiran 19 Nilai Cut-off Z-Score Foster Tahun 2003 ……………………118

Lampiran 20 Nilai Cut-off Z-Score Foster Tahun 2004 ....………..………..119

Lampiran 21 Tingkat Kebangkrutan Foster Tahun 2002-2004 .………..….120

Lampiran 22 Perhitungan Debt Ratio Tahun 2002-2004 ..............................121

Lampiran 23 Tingkat Kebangkrutan Menurut Undang-Undang

Kepailitan Tahun 2002-2004 ..................................................122

Lampiran 25 Paired Sample Test Tahun 2002 …………………………….123

Lampiran 26 Paired Sample Test Tahun 2003 …………………………….124

Lampiran 27 Paired Sample Test Tahun 2004 …………………………….125

Page 17: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai

tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan

kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahaan

merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan

tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston,

1993:4). Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu

dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan, berkembang (growth) serta

dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

Harahap (2002: 69) menyatakan bahwa prinsip going concern

(kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan terus

melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian,

dan kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap tidak akan

berhenti, ditutup, atau dilikuidasi dimasa yang akan datang. Perusahaan

dianggap akan hidup dan beroperasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Kemakmuran diartikan sebagai kesejahteraan, dan kesejahteraan

merupakan nilai sekarang dari perusahaan terhadap prospek masa depannya.

Nilai masa depan merupakan keberlanjutan usaha bagi suatu perusahaan.

Keberlanjutan usaha dapat dicapai, bila pengelolaan perusahaan dijalankan

dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga sumber daya yang

dimiliki dapat dimanfaatkan secara efektif. Keberlanjutan usaha sangat

penting bagi perusahaan dan bagi investor.

Page 18: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

2

Salah satu dampak dari krisis moneter adalah ditutupnya sejumlah

perusahaan karena tidak mampu mempertahankan going concernnya

(kelangsungan usahanya). Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan-

perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu kegagalan

ekonomi, dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi

berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.

Selain itu, kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal

perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.

Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut

tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total

aktiva melebihi total kewajibannya (Weston dan Brigham, 1993: 474). Jatuh

bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Kondisi yang membuat

para investor dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan mengalami

kesulitan keuangan (financial distress) yang bisa mengarah kebangkrutan.

Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya

Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 tahun 1998

yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu No. 1, debitur yang terkena default

(gagal bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja.

Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan

diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap

laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai

sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan.

Page 19: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

3

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji

apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan

bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham

dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan

untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga

kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada

akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi)

pada perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen,

pemegang saham, pemerintah maupun oleh stakeholders yang lain. Dari

laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi

keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang

berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan

keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan tersebut meliputi perhitungan dan interpretasi rasio

keuangan.

Terjadinya likuidasi atau kebangkrutan pada sejumlah perusahaan

tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini

sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar kalau proses

kebangkrutan pada sebuah perusahaan dapat diprediksi lebih dini. Adanya

tindakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan tersebut, tentu saja akan

dapat menghindari atau mengurangi risiko terjadinya kebangkrutan tersebut.

Page 20: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

4

Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi ini dapat

dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan. Analisis diskriminan dilakukan untuk

memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan

keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum

perusahaan tersebut diprediksi bangkrut.

Sektor textile dan garment cukup menarik untuk dijadikan obyek

penelitian karena derasnya produk-produk textile buatan luar negeri yang

membanjiri pasaran di Indonesia, terutama produk textile buatan Cina.

Membanjirnya produk textile dari Cina membuat kalang kabut produsen dalam

negeri. Kekhawatiran ini beralasan karena harga produk mereka jauh di bawah

harga textile dalam negeri, dan dari segi kualitas tidak kalah bagusnya. Produk

lokal harus mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah

mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri, karena

produk luar negeri ditawarkan dengan harga yang relatif rendah. Perusahaan

harus mempunyai keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap

survive.

Berbagai kondisi tersebut di atas akhirnya akan memperburuk kondisi

perusahaan textile dan garment yang tidak tertutup kemungkinan akan

mengalami kebangkrutan dalam usahanya, meskipun sebelumnya kita ketahui

sektor industri textile dan garment cukup memiliki pangsa pasar yang bagus di

dalam negeri.

Page 21: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

5

Salah satu indikator yang dapat kita gunakan untuk melihat perusahaan

akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang, atau bahkan bangkrut,

adalah dengan melihat pendapatan bersihnya.

Tabel 1.1: Pendapatan Bersih Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Apac Citra Centertex Tbk

Argo Pantes Tbk

Daeyu Orchid Indonesia Tbk

Eratex Djaja Tbk

Ever Shine Textile Industry Tbk

GT Petrochem Industries Tbk

Indorama Synthetics Tbk

Karwell Indonesia Tbk

Panasia Filament Inti Tbk

Panasia Indosyntec Tbk

Pan Brother Tex Tbk

Ricky Putra Globalindo Tbk

Roda Vivatex Tbk

Sunson Textile Manufacture Tbk

Tifico Tbk

(104.714)

545.813

(1.050)

4.288

1.492

2.079.920

33.380

(2.056)

25.733

101.837

16.136

(4.781)

(9.116)

22.675

(47.399)

(110.755)

13.668

(1.036)

(47.055)

(29.684)

798.315

40.878

(24.135)

(42.486)

(29.276)

5.822

3.612

6.679

8.618

(72.654)

(91.944)

(233.324)

897

(25.194)

(14.799)

458.097

46.012

448

(59.391)

(16.566)

8.553

27.310

11.587

(48.554)

(157.811)

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2005

Page 22: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

6

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa sebagian besar perusahaan industri

textile dan garment mengalami kecenderungan penurunan pendapatan bersih

dan bahkan mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan

tidak dapat menghasilkan profit. Apabila keadaan ini terus-menerus terjadi

maka kelangsungan usaha akan terganggu, sebab dengan laba yang diperoleh

perusahaan bisa mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi

perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi.

Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang

diperoleh diharapkan perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan

berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk

seefisien mungkin dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang

diberikan maka dicapai hasil yang sebesar mungkin, maksudnya pengorbanan

adalah modal usaha sedangkan hasilnya adalah laba usaha.

Turunnya penjualan berakibat pada turunnya laba, bila itu terjadi

dalam waktu berkepanjangan, akan berdampak pada keberlanjutan usaha

industri textile dan garment. Oleh karena itu, perlu kajian tentang analisis

kinerja keuangan dengan menggunakan metode Z-Score model Altman dan

Foster untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan textile dan

garment go-public di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan

pertimbangan bagi manajemen perusahaan textile dan garment mengenai

kemungkinan terjadinya kebangkrutan agar dapat mengambil langkah

Page 23: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

7

pengambilan keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan kinerja

melalui strategi yang cepat dan tepat demi peningkatan nilai perusahaan

dimasa depan. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi investor dalam

mengambil keputusan investasi. Para investor dapat berfikir dua kali untuk

masuk ke saham textile dan garment. Bila industri textile dan garment

mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk tidak

melakukan investasi.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka penelitian ini

mengambil judul “ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL

ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN

GARMENT GO-PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA”.

1.2 Rumusan Masalah

Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan finansiil suatu

perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui

keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan yang bersangkutan,

sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan tersebut.

Berdasarkan keadaan yang terdapat di perusahaan, maka timbul

permasalahan:

1. Dapatkah laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan digunakan untuk

mengukur tingkat kebangkrutan dengan model Altman dan Foster pada

perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta?

Page 24: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

8

2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan

Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek

Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disajikan

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan

dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan dengan Model

Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan antara

Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public

di Bursa Efek Jakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu:

1. Kegunaan secara teoritik

a. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini merupakan media untuk

belajar memecahkan masalah secara ilmiah dan memberikan

sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh

dibangku kuliah.

b. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat menambah informasi

sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi penelitian lebih lanjut.

Page 25: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

9

2. Kegunaan secara praktis

Bagi perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek

Jakarta, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

perusahaan agar dapat mengambil langkah dan keputusan guna melakukan

persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahaan tersebut serta

memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa

depan perusahaan tersebut. Bagi investor penelitian ini dapat digunakan

dalam mengambil keputusan investasi. Bila industri textile dan garment

mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk

tidak melakukan investasi.

Page 26: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur

dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik

atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih

krediturnya (Yani dan Widjaja, 2004: 153).

Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu

menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi

pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib

menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan

bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan

pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan

kepada Bapepam dan Bursa Efek di mana efek emiten atau perusahaan publik

tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau

perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan

untuk menghindari kegagalan dimaksud (Yani dan Widjaja, 2004: 14).

Kesulitan keuangan jangka pendek bisa berkembang menjadi kesulitan

tidak solvabel, dan perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi

dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai

perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilih apabila nilai perusahaan

kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai likuidasi.

Page 27: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

11

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal

kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi

manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur

dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai

kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat

dengan menggunakan data-data akuntansi.

Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang

merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan

kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat.

Kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari

yang ringan sampai yang paling berat.

Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan

perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau

untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah

laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.

Pendekatan univariate bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan

dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan

untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Jika beberapa

variabel dipakai untuk memprediksi, ada kemungkinan hasil yang saling

bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semacam itu

metode prediksi multivariate bisa digunakan.

Page 28: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

12

Kegagalan (Failure) dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan

kegagalan tidak harus menyebabkan keruntuhan atau pembubaran perusahaan.

Kegagalan ekonomis berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu

menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan berarti jika

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada waktunya harus dipenuhi,

walaupun harta totalnya melebihi kewajiban totalnya (Weston dan Brigham,

1993: 474).

2.1.1 Penyebab Kegagalan Perusahaan

Menurut R. Agus Sartono (1994), ada tiga jenis kegagalan

perusahaan yaitu:

1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan

tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi aset

perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.

2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai aset

perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan.

3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat

membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.

Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah manajemen

perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan Brigham, 1993: 474).

Sementara menurut Bambang Riyanto (2001: 315) faktor-faktor yang

merupakan penyebab kegagalan suatu perusahaan pada prinsipnya dapat

digolongkan menjadi dua yaitu:

Page 29: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

13

1. Sebab intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu

sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun non finansiil.

a. Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:

1) Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban

tetap yang berat bagi perusahaan.

2) Adanya “current liabilities” yang terlalu besar diatas “current

assets”.

3) Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya “Bad-Debts”

(piutang tak tertagih).

4) Kesalahan dalam “dividend-policy”.

5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.

b. Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi:

1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan, yaitu antara

lain:

a) Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan.

b) Kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan.

c) Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan.

2) Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.

3) Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan.

4) Adanya “managerial incompetence”.

a) Kesalahan dalam policy pembelian.

b) Kesalahan dalam policy produksi.

c) Kesalahan dalam policy marketing.

d) Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan.

Page 30: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

14

2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar

perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan

perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain:

a. Adanya persaingan yang hebat.

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya.

c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya.

2.1.2 Manfaat Informasi Kebangkrutan

Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak

seperti berikut ini:

1. Pemberi Pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil

keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat

untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya

kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat

berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan

mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-

tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi

kemungkinan tersebut.

Page 31: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

15

3. Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai

tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah

juga mempunyai badan-badan usaha yang harus selalu diawasi.

Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda

kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa

dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi

kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan

going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal,

maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan

dengan munculnya biaya kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau

restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

(Hanafi dan Halim, 2000: 261).

2.2 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan,

merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan

untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

Page 32: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

16

oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-

tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan

(Baridwan, 1992:17).

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi, begitu juga

interpretasi laporan keuangan juga merupakan salah satu fungsi pokok dari

akuntansi. Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena memiliki

stakeholders yang bervariasi seperti pemegang saham, pemegang obligasi,

bankir, kreditur, suplier, karyawan, dan manajemen. Para stakeholders perlu

mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan.

Mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan

keuangan tersebut maka laporan keuangan yang disajikan harus dapat

dipertanggungjawabkan kebenaran dan kelayakannya. Oleh karena itu, dalam

melaksanakan proses akuntansi tersebut, perlu mendasarkan diri dengan

adanya suatu konsep dasar (basic assumption) dan prinsip-prinsip yang

diterima umum. Untuk itu mereka bergantung pada laporan keuangan

perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi

mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan.

Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa

lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa

yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut

Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/ KMK.00/ 1989 adalah laporan

Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca,

perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan

pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan modal.

Page 33: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

17

Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau analisis

terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini karena

menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/ KMK.00/ 1989, pengertian

kinerja itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu

periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.

2.2.1 Jenis Laporan Keuangan

Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada informasi yang

diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan

merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi

lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan yaitu:

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis

untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau

tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga

elemen pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan

keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi dimasa lalu,

sedang hutang dan modal (pasiva) menunjukkan asal sumber dana untuk

kepentingan pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca

disusun mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang

tunai sampai yang paling tidak likuid.

Page 34: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

18

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara

sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu

perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum

diterapkan dalam laporan laba rugi adalah:

a. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha

pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan

service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang

dijual sehingga diperoleh laba kotor.

b. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari

biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating

expenses).

c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar

organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang

terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non operating atau financial

income dan expenses).

d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra

ordinary) diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

(Munawir, 2000: 26).

Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan

atau operasional perusahaan selama suatu periode tertentu. Ikhtisar

perubahan posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen

dalam menyerap dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan

jenis penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari

manajemen yang ada.

Page 35: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

19

3. Laporan Aliran Kas

Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari

kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan

melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi

keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas

menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu

periode tertentu yang merupakan hasil atau efek dari kegiatan

perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan.

Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam memberikan

informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta

dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari

laporan ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau

akan mengalami kesulitan keuangan.

Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input

yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan

memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,

yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang

berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai

perusahaan.

2.2.2 Jenis Analisa Laporan Keuangan

Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada

dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu:

Page 36: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

20

1. Analisa Internal

Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak

manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan

perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain

menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar

perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk

diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-

maksud internal saja.

2. Analisa Eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-

pihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang

saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa

mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi

yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna

menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal

melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)

Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data

keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan

kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa

periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai

periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat

perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.

Page 37: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

21

4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)

Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang

terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya

membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam

laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau

hasil usaha pada periode itu saja.

(Supardi dan Mastuti, 2003: 78).

2.3 Analisis Rasio Keuangan

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu

perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick”

tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah

“rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam

“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan

antara dua macam data keuangan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat

analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa

tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan

terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang

digunakan sebagai standar (Munawir, 2000:64).

Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada

dasarnya dapat melakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:

Page 38: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

22

1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari

waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang

diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang

sama.

2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio perusahaan/

company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang

sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk

waktu yang sama (Riyanto, 2001:329).

2.3.1 Penggolongan Angka Rasio

Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat

dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka

rasio digolongkan sebagai berikut:

1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang datanya

diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test

ratio, cash ratio, dan sebagainya.

2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua rasio yang

datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya groos

profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.

3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang

datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari

laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory

turnover), tingkat perputaran piutang (accounting receivable turnover),

assets turnover dan sebagainya.

(Riyanto, 2001: 330).

Page 39: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

23

Menurut Bambang Riyanto (2001: 331) penggolongan rasio

keuangan adalah sebagai berikut:

1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio,

working capital to total asset ratio.

2. Rasio laverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, misalnya

total debt to total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt

to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.

3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur

sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan

sumber-sumber dayanya, misalnya total asset turnover, receivable

turnover, average collection period, inventory turnover, average days

inventory, working capital turnover.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau

kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat

perhatian adalah:

2.3.2 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera

dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:

Page 40: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

24

1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar.

Rasio Lancar = LancargHu

LancarAktivatan

2. Rasio cepat (qiuck ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar

persediaan.

Rasio Cepat = LancargHu

PersediaanLancarAktivatan

3. Rasio kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancarnya yang paling likud.

Rasio Kas = LancargHuEffekKas

tan+

4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets

ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang

terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva =

AktivaTotalLancargHuLancarAktiva tan−

Page 41: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

25

2.3.3 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif

perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain

sejauhmana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas

asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:

1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa

lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang

tunai.

Rasio Periode Pengumpulan Piutang = KreditPenjualan

hariXgPiu 360tan

2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali

tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.

Rasio Tingkat Perputaran Piutang = gPiu

KreditPenjualantan

3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas

manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam

dalam persediaan.

Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = PersediaanRataRata

PenjualanPokokaH−

arg

4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauhmana

efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi

rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = TetapAktiva

Penjualan

Page 42: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

26

5. Rasio tingkat perputaran total aktiva manunjukkan efektifitas

penggunaan total aktiva.

Rasio Tingkat Perputaran Total Aktiva = TetapAktiva

Penjualan

2.3.4 Rasio Laverage atau Solvabilitas

Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka

panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas

diantaranya:

1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Rasio Hutang = AktivaTotal

gHuTotal tan

2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya

dengan menggunakan modal sendiri.

Rasio Kewajiban Terhadap Modal = SendiriModalTotal

gHuTotal tan

3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar

bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata

lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk

menutup beban bunga.

Time Interest Earned Ratio = PerTahunBungaBeban

OperasiLaba

Page 43: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

27

4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar

total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

Rasio Kewajiban Lancar Terhadap Total Aktiva = AktivaTotalLancargHu tan

5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa

besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan

lancar.

Rasio Kewajiban Tidak Lancar Terhadap Total Aktiva =

AktivaTotalLancarTidakgHu tan

2.3.5 Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang

termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:

1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok

penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk

meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan

penjualan yang dilakukan perusahaan.

Marjin Laba Kotor = BersihPenjualan

KotorLaba

2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok

penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

Marjin Laba Usaha = BersihPenjualan

UsahaLaba

Page 44: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

28

3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau

usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan

penjualan.

Marjin Laba Bersih = BersihPenjualan

BersihLaba

4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen

dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai

laba bersih yang diinginkan.

ROI = AktivaTotal

UsahaLabaEBIT )(

(Riyanto, 2001: 332).

Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan

memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dengan cepat.

Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya

perusahaan dari waktu ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya

(Muslich, 2000: 61).

Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna

dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio

mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya

metodologinya adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara

terpisah. Pengaruh gabungan beberapa rasio hanyalah berdasarkan

pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan

Page 45: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

29

analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi

suatu model peramalan yang berarti. Ada dua tekhnik statistik, yaitu analisis

regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan

ini.

2.4 Multiple Discriminant Analysis

Analisis diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu

indeks yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu

kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang analisis

keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari sebuah perusahaan dan ingin

menggunakan rasio tersebut untuk menggolongkan perusahaan itu masuk

kategori bangkrut atau tidak.

Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda

merupakan suatu metodologi formal yang digunakan untuk memperkecil rasio

dan untuk mempertinggi kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai

variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk:

1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan.

2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual.

3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana organisasi dalam

memutuskan alternatif-alternatifnya.

Page 46: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

30

2.5 Analisis Z-Score Model Altman

Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis

rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah

satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang

dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-Score. Z-Score adalah skor yang

ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan

menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-

Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah

multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari

sebuah perusahaan.

Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat

dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut

dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5

Keterangan:

X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets)

X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets)

X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings

before interest and taxes to total assets)

X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity

to book value of total debt)

X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)

Page 47: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

31

Persentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan persentase

penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan persentase normal. Kriteria

yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model

ini adalah:

Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99

diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang

mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial

bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai

perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, dengan nilai “cut-off” untuk

indeks ini adalah 2,675 (Muslich, 2000: 60).

Karena banyak perusahaan yang tidak go-public sehingga tidak

mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternatif

dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai

pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan

nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman

hasil revisi tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Persamaan hasil revisi tersebut adalah:

Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Keterangan:

X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets)

X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets)

X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings

before interest and taxes to total assets)

Page 48: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

32

X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity

to book value of total debt)

X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)

(Supardi dan Mastuti, 2003: 80).

Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,90

diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang

mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial

bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai

perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.

Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang

terdapat pada model Altman yaitu:

1. Working capital to total assets = AssetsTotal

sLiabilitieCurrentAssetsCurrent −

2. Retained earnings to total assets = AssetsTotalEarningstainedRe

3. EBIT to total assets = AssetsTotal

EBIT

4. MVE to BVTD = DebtTotalofValueBook

EquityValueMarket

5. Total assets turnover = AssetsTotal

Sales

Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan

keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan

terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen

Page 49: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

33

keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat

dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu:

1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari X1

2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3

3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5

(Riyanto, 2001: 330).

Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) digunakan

untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total

kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan

untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan

adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang

dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang

tak terkendali dan beberapa indikator lainnya.

2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets)

digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur

akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan

berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan

beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.

Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada

umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang

labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.

Page 50: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

34

3. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before

interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas

yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.

Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya

masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan di antaranya adalah

piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal,

persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan

piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit

pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.

4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to

book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak

aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar

daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud

adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen,

sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.

5. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.

Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan

aktiva untuk menghasilkan penjualan.

Page 51: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

35

Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu

perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua

sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut.

Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya

dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat

bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan

keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh

peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak

manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan

gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan

tersebut.

2.6 Analisis Z-Score Model Foster

Goerge Foster dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement

Analysis” melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan-

perusahaan kereta api di Amerika Serikat periode 1970-1971. Semula ia

menggunakan Univariate Models dengan menggunakan dua variabel rasio

secara terpisah, yaitu Transportation Expense to Operating Revenue Ratio

(TE/OR Ratio) dan Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio).

Studi itu dilakukan terhadap 10 perusahaan kereta api dengan hasil 8

tidak bangkrut dan 2 bangkrut. Hasil perhitungan rasio tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 52: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

36

Tabel 2.1: Hasil Perhitungan Rasio TE/OR dan TIE

Keterangan TE/OR TIE

Perusahaan tidak bangkrut (TB) 0,356 2,49

Perusahaan yang bangkrut (B) 0,473 -0,26

Ternyata terdapat perbedaan rata-rata dari dua kelompok tersebut

untuk rasio-rasio yang dipilih. Untuk mengukur kemampuan meramalkan dari

rasio-rasio tersebut dibuatlah “Cut-off Point”, dimana untuk TE/OR Ratio

adalah 0,403 sedangkan untuk TIE Ratio adalah 1,16. Sehingga dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. TE/OR > 0,403 berarti perusahaan cenderung bangkrut (B).

2. TE/OR < 0,403 berarti perusahaan cenderung tidak bangkrut (TB).

3. TIE > 1,16 berarti perusahaan cenderung tidak bangkrut (TB).

4. TIE < 1,16 berarti perusahaan cenderung bangkrut (B).

Kemudian Foster mengamati kemungkinan terjadinya kesalahan tipe I

maupun tipe II, dimana kesalahan tipe I terjadi apabila perusahaan yang

bangkrut (B) diramalkan tidak bangkrut (TB). Sebaliknya kesalahan tipe II

terjadi apabila perusahaan yang tidak bangkrut (TB) diramalkan bangkrut (B).

Untuk mengatasi hal tersebut maka Foster kemudian mencoba

menerapkan sampel perusahaan yang sama untuk dianalisis dengan

Multivariate Models, yaitu:

Z-Score = aX + bY

Keterangan : X = TE/OR

Y = TIE

Page 53: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

37

Rasio yang pertama menjelaskan seberapa besar biaya operasi

dibandingkan dengan penghasilan, sedangkan rasio kedua menunjukkan

seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus

dibayar. Dengan menggunakan data yang sama seperti Univariate Models,

maka didapat persamaan diskriminannya yaitu:

Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y

Persamaan ini kemudian kita pergunakan untuk menyusun peringkat

nilai-nilai Z untuk semua perusahaan yang diambil sebagai sampel. Setelah itu

dicari “Cut-off Point” untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dan yang

tidak bangkrut. Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-off Point” Z =

0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640 termasuk dalam

kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z > 0,640 termasuk

dalam kelompok perusahaan yang tidak bangkrut. Studi ini dinilai berhasil

karena dari 10 perusahaan hanya terdapat 1 perusahaan yang salah dalam

pengelompokan (Husnan, 1998:685).

Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang

terdapat pada model Foster yaitu:

1. TE/ OR = venueOperatingExpensetionTransporta

Re

2. TIE = ExpenseInterest

EBIT

Page 54: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

38

2.7 Kerangka Berfikir

Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya

dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Kesehatan suatu perusahaan bisa

digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ke titik yang tidak

sehat yang paling ekstrim.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda

kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak

manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan pihak

pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai

kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat

dengan menggunakan data-data akuntansi.

Bagi setiap perusahaan penyusunan laporan keuangan merupakan hal

penting, laporan keuangan sendiri merupakan hal mutlak bagi perusahaan

yang go-public. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan

perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai

oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.

Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan,

merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan

untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-

tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Page 55: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

39

Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input

yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan

memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang

kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang

berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai

perusahaan.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu

perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-

stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah

“rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam

“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan

antara dua macam data keuangan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat

analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa

tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan

terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang

digunakan sebagai standar.

Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna

dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai

keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya

metodologinya adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara

terpisah. Pengaruh gabungan beberapa rasio hanyalah berdasarkan

Page 56: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

40

pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan

analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi

suatu model peramalan yang berarti. Ada dua tekhnik statistik, yaitu analisis

regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.

Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan

suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua

sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut.

Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu

metodologi formal yang digunakan untuk memperkecil rasio dan untuk

mempertinggi kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel.

Dengan cara menginterpretasikan laporan keuangan pada suatu model

atau tekhnik tertentu, maka Altman dan Foster merumuskan suatu model yang

dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman

merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur

kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis

rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara

perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.

Foster kemudian mencoba menerapkan sampel perusahaan yang sama

untuk dianalisis dengan Multivariate Models. Rasio yang pertama

menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan,

sedangkan rasio kedua menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila

dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar.

Page 57: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

41

Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan seperti bagan dibawah ini:

>

><

Analisis Uji Beda (Uji t)

Gambar 2.1: Kerangka Berfikir

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan yang masih harus diuji kebenarannya,

digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan

ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian

sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64).

Laporan Keuangan Perusahaan

Z-Score Model Altman:

1. Working Capital to Total

Assets Ratio

2. Retained Earnings to Total

Assets Ratio

3. Earning Before Interest and

Taxes to Total Assets Ratio

4. Market Value Equity to Book

Value of Total Debt Ratio

5. Sales to Total Assets Ratio

Laporan Keuangan Perusahaan

Z-Score Model Foster:

1. Transportation Expense to

Operating Revenue Ratio

(TE/OR Ratio)

2. Time Interest Earned Ratio

(TIE Ratio)

Page 58: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

42

Penelitian ini menggunakan uji beda (uji t) untuk mengetahui apakah

ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan

Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha : Bahwa ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan

Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek

Jakarta.

Ho : Bahwa tidak ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman

dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek

Jakarta.

Page 59: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian dalam skripsi ini adalah penggunaan laporan keuangan perusahaan

sebelum terjadi kebangkrutan untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada

perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-

2004.

3.2 Subjek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).

Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi subjek yang akan

diteliti. Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan industri textile dan garment go-public di Bursa Efek

Jakarta periode 2002 sampai periode 2004.

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya

tujuan tertentu (Arikunto, 2002: 117). Kriteria tersebut adalah:

1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut

yaitu tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan tahun 2005.

Page 60: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

44

2. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir pada 31

Desember.

3. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan dan tidak

dilisting sampai akhir periode pengamatan.

Perusahaan yang bergerak pada industri textile dan garment go-public

di Bursa Efek Jakarta periode 2002 sampai periode 2004 hingga saat ini

berjumlah 19 perusahaan, namun menurut hasil klasifikasi tersebut ternyata

hanya ada 15 perusahaan yang memenuhi kriteria.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari

literatur atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Data diambil

dalam bentuk yang sudah dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan textile

dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut antara lain berupa

gambaran umum perusahaan atau profil perusahaan, laporan keuangan

perusahaan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi selama tahun 2002

sampai dengan 2004. Data-data dalam penelitian ini merupakan data-data

yang bersumber dari catatan-catatan yang dipublikasikan di Bursa Efek

Jakarta dan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) 2005.

Page 61: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

45

3.4 Metode Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan tekhnik

pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data

dan keterangan yang lengkap maka harus digunakan tekhnik pengumpulan

data yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang

bersumber pada benda-benda tertulis (Arikunto, 2002: 135). Metode ini

dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen serta

mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).

Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan

keuangan perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta

dari internet dan Indonesian Capital Market Directory.

2. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan

memahami literature-literature yang memuat pembahasan yang berkaitan

dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan membaca buku-

buku dan sumber bacaan yang relevan, seperti buku-buku manajemen

keuangan, analisa laporan keuangan, dasar-dasar pembelanjaan

perusahaan, dsb.

Page 62: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

46

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, terutama apabila penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil

kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan

suatu cara atau metode analisis data. Metode analisis data digunakan untuk

menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga

laporan yang dihasilkan mudah dipahami.

1. Analisis Z-Score Model Altman

Dengan fungsi persamaan sebagai berikut:

Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Keterangan:

X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets)

= AssetsTotal

sLiabilitieCurrentAssetsCurrent −

X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total

assets)

= AssetsTotalEarningstainedRe

X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta

(earnings before interest and taxes to total assets)

= AssetsTotal

EBIT

X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value

equity to book value of total debt)

= DebtTotalofValueBook

EquityValueMarket

Page 63: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

47

X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)

= AssetsTotal

Sales

Dengan klasifikasi skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai

perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20

diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor

antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey

area atau daerah kelabu.

2. Analisis Z-Score Model Foster

Dengan fungsi persamaan sebagai berikut:

Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y

Keterangan:

X = Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/ OR Ratio)

TE/ OR = venueOperatingExpensetionTransporta

Re

Y = Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)

TIE = ExpenseInterest

EBIT

Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-off Point” Z = 0,640,

sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640 termasuk dalam

kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z > 0,640 termasuk

dalam kelompok perusahaan yang tidak bangkrut.

Page 64: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

48

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat

perbedaan yang signifikan untuk mengukur tingkat kebangkrutan antara

model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public

di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004.

Penelitian ini menggunakan paired sample t test (Uji t untuk dua

sampel yang berpasangan) dengan bantuan software SPSS. Dua sampel

yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subyek yang

sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.

Prosedur yang harus dilakukan adalah:

a. Untuk pengambilan keputusan menggunakan tingkat signifikansi (5%).

Dasar pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

b. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak menggunakan

rumus:

t = s

nn

xx

21

21

11+

Dengan:

s2 = ( ) ( )

211

21

222

211

−+−+−

nnsnsn

Page 65: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

49

Keterangan:

1x = rata-rata dari kelompok pertama

2x = rata-rata dari kelompok kedua

21s = kuadrat standar deviasi atau varian kelompok pertama

22s = kuadrat standar deviasi atau varian kelompok kedua

n1 = jumlah kasus pada kelompok pertama

n2 = jumlah kasus pada kelompok kedua

(Sudjana, 1996: 239).

Page 66: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta

Tahun 2002-2004

1. PT Apac Citra Centertex Tbk

PT Apac Citra Centertex Tbk semula bernama PT Mayadextion

Industry sebagai perusahaan garment. Perusahaan merupakan

perusahaan induk dari 6 perusahaan garment yang berdiri pada tahun

1987. Perusahaan memasarkan produknya dengan afiliasi perusahaan di

Amerika, Eropa, Hongkong dan Jepang. Perusahaan juga memegang

lisensi untuk Lanhattan, pakaian eksekutif pria yang diproduksi oleh PT

Likespring untuk pasar modal.

2. PT Argo Pantes Tbk

PT Argo Pantes Tbk adalah pabrik gabungan textile yang

mengoperasikan pemintalan, penenunan, pencelupan, pencetakan dan

textile jadi yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan berpatungan

usaha dengan perusahaan Jepang pada PT Argo Fajar Textile Industry

dan PT Argo Beni Manunggal, yang telah memproduksi rajutan dan

penemuan textile rajut sejak kwartal I tahun 1991.

Page 67: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

51

Sejak tahun 1977, perusahaan telah menyetujui bantuan tekhnis

dengan Kurabo Industry Ltd, Jepang. Pada tahun 1990, perusahaan

mengambil alih PT Darma Manunggal yang juga memiliki fasilitas

produksi textile. Di tahun yang sama, International Finance Corporation

di Washington bergabung dengan perusahaan dan memberikan fasilitas

kredit.

3. PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk

PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk adalah perusahaan manufaktur

yang didirikan pada tahun 1990. Kegiatan dasar dari perusahaan adalah

memproduksi sweaters dan memasarkannya ke pasar domestik dan

internasional. Kantor pusatnya berada di Sragen, Indonesia.

4. PT Eratex Djaja Tbk

PT Eratex Djaja Tbk merupakan perusahaan penghasil textile,

yang didirikan di Indonesia pada tahun 1972 sebagai perusahaan Joint

Venture Asing antara PT Private Development Finance Ltd, Unisouh

Holding Ltd, dan Eastern Cotton Mills Ltd. Perusahaan membangun

pabrik pemintalan pertama kali pada tahun 1973, kemudian memperluas

dan mendiversifikasi usaha pada penenunan dan pembuatan garment.

5. PT Ever Shine Textile Industry Tbk

PT Ever Shine Textile Industry Tbk beroperasi pada pembuatan

textile sintetik gabungan yang mulai produksi komersialnya pada tahun

1975. Perusahaan memproduksi nylon dan textile polyster. Pada tahun

Page 68: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

52

1996, perusahaan merencanakan untuk mengambil 100% saham PT

Prima Rajuli Sukses dan PT Mingtale Niaga Jaya. Dua perusahaan ini

memproduksi bahan baku nilon dan kain polyster. Perusahaan

mengekspor 35% produknya dan 65% untuk pasar lokal.

6. PT GT Petrochem Industries Tbk

PT GT Petrochem Industries Tbk adalah perusahaan textile yang

didirikan pada tahun 1986 sebagai gabungan usaha antara orang

Indonesia dan beberapa perusahaan Jepang. Sejak tahun 1993

perusahaan telah mengekspor produknya.

7. PT Indorama Synthetics Tbk

PT Indorama Synthetics Tbk adalah produsen polyster Indonesia

yang didirikan pada tahun 1974. Pada akhir tahun 1997, perusahaan

mengembangkan usahanya ke India dan bergabung dengan dua

perusahaan Jepang, Itachu dan Mitsui dalam pemasangan fasilitas

purified therapaltic.

8. PT Karwell Indonesia Tbk

PT Karwell Indonesia Tbk adalah perusahaan garment.

Perusahaan memproduksi kemeja pria, blus wanita, piyama, dan pakaian

anak-anak. Pada bulan mei 1996 perusahaan mengambil alih 55% saham

dari PT Kaho Indah Citragarment.

9. PT Panasia Filament Inti Tbk

PT Panasia Filament Inti Tbk memproduksi textile. Perusahaan

didirikan pada tanggal 31 Desember 1987 dan memulai produksi

Page 69: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

53

komersilnya tahun 1988. PT Panasia Filament Inti Tbk telah terdaftar di

Surabaya Stock Exchange pada tanggal 20 Agustus 1997. Mulai 1 Juli

1998, cabang PT Panasia Filament Inti Tbk memiliki mayoritas saham

67% dari PT Tritama Texindoraya, sebuah perusahaan yang berdomisili

di Bogor dan bergerak dibidang industri textile. Produksi komersial PT

Tritama Texindoraya dimulai tahun 1994. Tahun 2000 dan 1999

komposisi penjualan ekspor berturut-turut sebesar 66% dan 69% dan

penjualan lokal sebesar 34% dan 31%.

10. PT Panasia Indosyntec Tbk

PT Panasia Indosyntec Tbk didirikan pada tahun 1973 dengan

nama awal PT Harapan Djaja Empat Saudara. Perusahaan berubah nama

menjadi PT Handtex Indosyntex pada tahun 1989 dan beberapa

sahamnya telah diambil alih oleh PT Panasia Syntethic Abadi, penghasil

benang polyster yang digunakan untuk memproduksi textile jadi untuk

wanita dan kemudian digunakan pada gabungan operasi pembuat textile,

yaitu pemintalan, penenunan, pencetakan, pencelupan, dan proses akhir.

11. PT Pan Brother Tex Tbk

PT Pan Brother Tex Tbk adalah penghasil textile dan siap

membuat garment, yang didirikan pada tahun 1980 dengan nama PT

Panca Brothers Textile. Perusahaan mengawali bisnisnya dengan

membuat garment knite untuk pasar domestik. Kemudian pada bulan

Desember 1989, perusahaan merubah namanya menjadi PT Pan Brother

Page 70: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

54

Tex Tbk dan masuk dalam pembuatan persetujuan untuk lisensi dari

merk-merk: Adidas, Esprit, Puma, Fila, Green Line, Nike, Arrow,

Jordoche, Levi’s, Eddie Baner, Van Hensen. Pada bulan April 1997,

perusahaan bekerjasama dengan Sariwarna Group, Keris Group, dan

perusahaan Argo Manunggal Group.

12. PT Ricky Putra Globalindo Tbk

PT Ricky Putra Globalindo Tbk sebelumnya bernama PT Ricky

Putra Garmindo, didirikan pada tahun 1987. Sejak tahun 1997 namanya

telah berubah menjadi PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Produk yang

dijual dengan merk GT Man, Ricsony, dan Ricky, sedangkan merk

pakaian lainnya antara lain Ricky Jeans, Ricky Primer, Ricky Junior,

Della, Stolle, dan Hiku. Tujuan ekspor produk adalah Jepang, Jerman,

Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Timur Tengah. Bahan baku yang

digunakan adalah serat kapas yang disediakan oleh PT Jabatex, suatu

perusahaan gabungan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Anak perusahaan

PT Ricky Putra Globalindo Tbk adalah PT Ricky Jaya Sakti di Surabaya,

PT Jasa Ricky Abadi di Medan, PT Ricky Musi Wijaya di Palembang,

PT Ricky Mumbul Daya di Semarang, dan PT Ricky Jaya Arta di

Bandung.

13. PT Roda Vivatex Tbk

PT Roda Vivatex Tbk beroperasi dalam industri textile,

memproduksi georgette, saten, dan kain sutra. Beroperasi pada tahun

1983 dan memproduksi kain abu-abu, pada tahun 1984 perusahaan

Page 71: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

55

memproduksi kain biasa dan kain cetak. Pada tahun 1989 perusahaan

mengambil alih 100% persediaan dari PT Chicatex Peni. Sebagian besar

produksi dari PT Roda Vivatex Tbk 80% dijual dipasar ekspor melalui

agen seperti C. Itoh & Co Ltd, Konematsu Goshua Ltd, Nichimen Corp,

Cen In Corp dan Teisha.

14. PT Sunson Textile Manufacture Tbk

PT Sunson Textile Manufacture Tbk didirikan pada tahun 1972

dengan nama PT Sandang Usaha Nasional Indonesia Textile Industry.

Namanya diganti dengan PT Indo Suntex di tahun 1976 dan kemudian

berubah menjadi PT Sunson Textile Manufacture Tbk pada tahun 1993.

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi meliputi kapas,

rayon, dan serat syntetik. Kebanyakan bahan baku diimport dari

Amerika Serikat, Australia, dan China. Penjualan produk untuk

texturizing dan penenunan benang dipercayakan kepada PT Surya Rejeki

dan PT Susindo Textile Investama.

15. PT Tifico Tbk

PT Tifico Tbk adalah produsen polyster yang didirikan pada

tahun 1973 oleh perusahaan Jepang, Teijin Limited dan PT Tomen

Corporation. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1976. Produknya

saat ini adalah bahan baku serat polyster, polyster untuk benang, benang

tenun, benang tekstur dan kancing polyster.

Page 72: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

56

Tabel 4.1.1 : Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan Kode Listing Date Listed Shares Tahun

Berdiri

Status

Perusa

haan

Bidang

Usaha

1. Apac Citra Centertex

Tbk

MYTX 10 Okt 1989 1.466.666.577 10 Feb 1987 PMDN Garment

2. Argo Pantes Tbk ARGO 07 Jan 1991 264.705.000 12 Jul 1977 PMDN Textile

3. Daeyu Orchid

Indonesia Tbk

DOID 15 Jun 2001 3.395.205.930 26 Nov 1990 PMDN Garment

4. Eratex Djaja Tbk ERTX 21 Agt 1990 98.236.000 12 Okt 1972 PMA Textile

5. Ever Shine Textile

Industry Tbk

ESTI 13 Okt 1992 2.015.208.720 11 Des 1973 PMDN Textile

6. GT Petrochem

Industries Tbk

ADMG 20 Okt 1993 3.889.179.559 25 Apr 1986 PMDN Textile

7. Indorama Synthetics

Tbk

INDR 03 Agt 1990 654.351.707 03 Apr 1974 PMA Polyster

8. Karwell Indonesia

Tbk

KARW 20 Des 1994 587.152.700 18 Feb 1978 PMDN Garment

9. Panasia Filament Inti

Tbk

PAFI 22 Jul 1997 875.357.000 31 Des 1987 PMDN Textile

10. Panasia Indosyntec

Tbk

HDTX 06 Jun 1990 708.571.000 06 Apr 1973 PMDN Textile

11. Pan Brothers Tex

Tbk

PBRX 16 Agt 1990 445.440.000 21 Agt 1980 PMDN Textile &

Garment

12. Ricky Putra

Globalindo Tbk

RICY 22 Jan 1998 641.717.510 22 Des 1987 PMDN Garment

13. Roda Vivatex Tbk RDTX 14 Mei 1990 268.800.000 27 Sep 1980 PMDN Textile

14. Sunson Textile

Manufacture Tbk

SSTM 20 Agt 1997 836.707.000 18 Nov 1972 PMDN Textile

15. Tifico Tbk TFCO 26 Feb 1980 930.000.000 25 Okt 1973 PMA Polyster

Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2005.

Page 73: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

57

4.1.2 Rasio Keuangan Altman

Nilai minimum, maximum, dan mean dari masing-masing rasio

keuangan digunakan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik

rasio-rasio keuangan dari kelima rasio keuangan yang digunakan oleh

Altman dan dua rasio keuangan yang digunakan oleh Foster yang dijadikan

variabel penelitian selama tahun 2002 sampai dengan 2004.

Berdasarkan perhitungan menggunakan program Excel, diperoleh

hasil seperti dalam tabel 4.1.2 yaitu:

Tabel 4.1.2 : Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

Tahun

Variabel 2002 2003 2004

Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean

WC/TA (%) -55.49 54.44 2.77 -46.03 49.88 6.42 -53.91 48.34 2.90

RE/TA (%) -53.80 40.72 -10.06 -60.43 41.83 -12.44 -85.10 43.71 -16.83

EBIT/TA (%) -6.47 18.80 -0.57 -15.36 6.52 -2.96 -8.04 10.17 1.35

MVE/BTD (%) 1.58 275.69 32.25 1.87 238.89 26.36 2.15 212.27 37.10

S/TA (kali) 0.44 2.13 0.86 0.48 2.35 0.93 0.38 2.43 0.93

Sumber: Hasil Penelitian, diolah.

Dari perhitungan tabel 4.1.2 memperlihatkan:

4.1.2.1 Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

Nilai minimal dari Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan

textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004.

Perusahaan dengan X1 terendah pada tahun 2002 adalah PT Apac Citra

Centertex Tbk yaitu -55,49%, sedangkan tahun 2003 dan 2004 adalah PT

Argo Pantes Tbk yaitu -46,03% dan -53,91%.

Page 74: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

58

Nilai maksimal dari Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X1

tertinggi selama tiga tahun berturut-turut adalah PT Pan Brother Tex Tbk,

yaitu 54,44% pada tahun 2002, kemudian turun menjadi 49,88% pada

tahun 2003, dan turun lagi menjadi 48,34% pada tahun 2004.

Mean digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data

berdasarkan nilai rata-rata yang digunakan dengan cara membagi nilai

hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti.

Mean Working Capital to Total Assets Ratio (X1) yang dimiliki oleh

perusahaan textile dan garment pada tahun 2002 adalah 2,77%, tahun

2003 naik menjadi 6,42%, dan tahun 2004 turun lagi menjadi 2,90%.

4.1.2.2 Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)

Nilai minimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)

merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan

textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004.

Perusahaan dengan X2 terendah pada tahun 2002 adalah PT Ricky Putra

Globalindo Tbk yaitu -53,80%, pada tahun 2003 adalah PT Karwell

Indonesia Tbk yaitu -60,43%, dan pada tahun 2004 adalah PT Panasia

Indosyntec Tbk yaitu -85,10%.

Nilai maksimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)

merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X2

tertinggi selama tiga tahun berturut-turut adalah PT Roda Vivatex Tbk,

yaitu 40,72% pada tahun 2002, kemudian naik menjadi 41,83% pada

Page 75: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

59

tahun 2003, dan naik lagi menjadi 43,71% pada tahun 2004. Rasio X2

pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturut-turut mengalami

kenaikan.

Mean Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) selama tiga

tahun berturut-turut yang dimiliki oleh perusahaan textile dan garment

selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2002 yaitu sebesar -10,06%,

pada tahun 2003 turun menjadi -12,44%, dan pada tahun 2004 turun lagi

menjadi -16,83%.

4.1.2.3 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)

Nilai minimal dari Earnings Before Interest and Taxes to Total

Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada

kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta

tahun 2002-2004. Perusahaan dengan X3 terendah pada tahun 2002 adalah

PT Roda Vivatex Tbk yaitu -6,47%, pada tahun 2003 adalah PT Eratex

Djaja Tbk yaitu -15,36%, dan pada tahun 2004 adalah PT Panasia

Filament Inti Tbk yaitu -8,04%.

Nilai maksimal dari Earnings Before Interest and Taxes to Total

Assets Ratio (X3) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan

dengan rasio X3 tertinggi selama tahun 2002 dan 2003 adalah PT Pan

Brother Tex Tbk yaitu 18,80% dan 6,52%, sedangkan pada tahun 2004

perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT GT Petrochem Industries

Tbk yaitu 10,17%.

Page 76: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

60

Mean Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio

(X3) pada tahun 2002 adalah -0,57%, pada tahun 2003 mengalami

penurunan menjadi -2,69%, dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan

menjadi 1,35%.

4.1.2.4 Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)

Nilai minimal dari Market Value Equity to Book Value of Total

Debt Ratio (X4) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada

kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta

tahun 2002-2004. Perusahaan dengan X4 terendah pada tahun 2002 adalah

PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 1,58%, tahun 2003 adalah PT

Panasia Filament Inti Tbk yaitu 1,87%, dan tahun 2004 adalah PT Eratex

Djaja Tbk yaitu sebesar 2,15%.

Nilai maksimal dari Market Value Equity to Book Value of Total

Debt Ratio (X4) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan

dengan rasio X4 tertinggi selama tahun 2002 sampai 2004 adalah PT Roda

Vivatex Tbk yaitu sebesar 275,69% pada tahun 2002, turun menjadi

238,89% pada tahun 2003, dan turun lagi menjadi 212,27% pada tahun

2004. Meskipun setiap tahun mengalami penurunan tetapi PT Roda

Vivatex Tbk masih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan lainnya.

Mean Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)

dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 mengalami fluktuatif yaitu

sebesar 32,25% pada tahun 2002, turun menjadi 26,36% pada tahun 2003,

Page 77: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

61

dan mengalami kenaikan menjadi 37,10% pada tahun 2004. X4 dari tahun

ketahun mengalami kecenderungan menurun untuk masing-masing

perusahaan.

4.1.2.5 Sales to Total Assets Ratio (X5)

Nilai minimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5) merupakan nilai

terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment

go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Perusahaan dengan X5

terendah pada tahun 2002 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu

0,44 kali, tahun 2003 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu 0,48 kali, dan

tahun 2004 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 0,38 kali.

Nilai maksimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5) merupakan

nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi

selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 adalah PT Pan Brother Tex

Tbk yaitu sebesar 2,13 kali pada tahun 2002, naik menjadi 2,35 kali pada

tahun 2003, dan naik lagi menjadi 2,43 kali pada tahun 2004.

Mean Sales to Total Assets Ratio (X5) untuk tahun 2002 sebesar

0,86 kali, naik menjadi 0,93 kali pada tahun 2003, dan stagnan pada tahun

2004 yaitu sebesar 0,93. Rata-rata perusahaan industri textile dan garment

memiliki penjualan yang lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian

besar perusahaan berada dibawah rata-rata industri terutama pada tahun

2002 sampai dengan tahun 2004.

Page 78: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

62

4.1.3 RasioKeuangan Foster

Tabel 4.1.3 : Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

Tahun

Variabel 2002 2003 2004

Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean

TE/OR (%) 0.040 0.157 0.090 0.032 0.164 0.093 0.031 0.175 0.081

TIE (%) -18.084 3.882 -1.959 -7.335 20.720 2.578 -41.617 6.263 -2.348

Sumber: Hasil Penelitian, diolah

Dari perhitungan tabel 4.1.3 memperlihatkan:

4.1.3.1 Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio)

Nilai minimal dari Transportation Expense to Operating Revenue

Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada

kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta

tahun 2002-2004. Perusahaan dengan TE/OR terendah pada tahun 2002

dan 2003 adalah PT Tifico Tbk yaitu 0,040, dan 0,032, dan pada tahun

2004 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,031.

Nilai maksimal dari Transportation Expense to Operating Revenue

Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.

Perusahaan dengan rasio TE/OR tertinggi pada tahun 2002 adalah PT

Eratex Djaja Tbk yaitu 0,157, tahun 2003 dan 2004 adalah PT Ricky Putra

Globalindo Tbk yaitu 0,164, dan 0,175.

Page 79: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

63

Mean Transportation Expense to Operating Revenue Ratio

(TE/OR Ratio) dari tahun 2002 sampai dengan 2004 mengalami fluktuasi

yaitu sebesar 0,090 pada tahun 2002, naik menjadi 0,093 pada tahun 2003,

dan mengalami penurunan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,081.

4.1.3.2 Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)

Nilai minimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)

merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan

textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004.

Perusahaan dengan TIE terendah pada tahun 2002 adalah PT Karwell

Indonesia Tbk yaitu -18,084, tahun 2003 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu

-7,335, dan pada tahun 2004 adalah PT Ricky Putra Globalindo yaitu

sebesar -41,617.

Nilai maksimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)

merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio TIE

tertinggi pada tahun 2002 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu

3,882, tahun 2003 adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk yaitu

20,720, dan pada tahun 2004 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu

sebesar 6,263.

Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari tahun 2002

sampai dengan 2004 mengalami fluktuasi yaitu sebesar -1,959 pada tahun

2002, naik menjadi 2,578 pada tahun 2003, dan mengalami penurunan

pada tahun 2004 yaitu sebesar -2,348.

Page 80: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

64

4.1.4 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Model Altman

Berdasarkan perhitungan analisis prediksi kebangkrutan Z-Score

Altman diperoleh hasil seperti dalam tabel 4.1.4 sebagai berikut:

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.140 Bangkrut 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk -0.214 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.145 Rawan Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk 1.056 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.985 Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.144 Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk 0.883 Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk 0.513 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.505 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk 0.129 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk 3.771 Tidak Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.224 Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk 2.102 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.020 Rawan Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.804 Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut

15 Tifico Tbk 0.734 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut

Sumber: Hasil Penelitian, diolah

Tabel 4.1.4 menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam

tiga kategori yaitu bangkrut, rawan bangkrut, dan tidak bangkrut.

4.1.4.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.4 tersebut, dapat dilihat ada 80% atau 12

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi

“tidak aman” pada tahun 2002 dan 2003. Artinya model prediksi memberi

sinyal bahwa keduabelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori

Page 81: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

65

“bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun

2002 dan 2003 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk,

PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT

Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,

PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan

PT Tifico Tbk.

Pada tahun 2004 ada penurunan jumlah perusahaan yang masuk

dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu berjumlah 60% atau 9

perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun

2004 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT

Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,

PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk.

Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang

bangkrut tahun 2002 diperoleh skor terendah -0,214 yaitu PT Argo Pantes

Tbk, dan skor tertinggi 1,056 yaitu PT Eratex Djaja Tbk. Perhitungan Z-

Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2003 diperoleh

skor terendah -0,333 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 0,918

yaitu PT Eratex Djaja Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok

perusahaan yang bangkrut tahun 2004 diperoleh skor terendah -0,552

yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 1,129 yaitu PT Sunson

Textile Manufacture Tbk.

Page 82: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

66

4.1.4.2 Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.4 tersebut, dapat dilihat ada 13,33% atau 2

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi

“rawan bangkrut” pada tahun 2002 dan 2003. Ini berarti bila perusahaan

dapat memperbaiki diri maka perusahaan bisa menjadi perusahaan sehat,

namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka perusahaan

akan masuk pada perusahaan bangkrut. Perusahaan yang diprediksi

masuk kategori “rawan bangkrut” pada tahun 2002 dan 2003 adalah PT

Daeyu Orchid Indonesia Tbk dan PT Roda Vivatex Tbk. Sedangkan pada

tahun 2004 perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut”

naik menjadi 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT

Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT

Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.

Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang

masuk kategori rawan bangkrut tahun 2002 diperoleh skor terendah 2,102

yaitu PT Roda Vivatex Tbk, dan skor tertinggi 2,145 yaitu PT Daeyu

Orchid Indonesia Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan

yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2003 diperoleh skor terendah

2,179 yaitu PT Roda Vivatex Tbk, dan skor tertinggi 2,443 yaitu PT

Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok

perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2004 diperoleh

skor terendah 1,279 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan skor

tertinggi 2,020 yaitu PT Roda Vivatex Tbk.

Page 83: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

67

4.1.4.3 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.4 tersebut, dapat dilihat hanya ada satu

perusahaan atau 6,67% yang menurut model prediksi Z-Score Altman

terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2002 sampai

tahun 2004. Ini berarti hanya ada satu perusahaan yang benar-benar dalam

kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan

mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar perusahaan tidak

masuk dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan

bangkrut. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “tidak bangkrut”

pada tahun 2002 sampai tahun 2004 adalah PT Pan Brother Tex Tbk

dengan nilai Z-Score sebesar 3,771 pada tahun 2002, turun menjadi 3,284

pada tahun 2003, dan naik lagi menjadi 3,378 pada tahun 2004. Meskipun

perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam kondisi

yang aman dari kecenderungan kebangkrutan.

Page 84: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

68

4.1.5 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Model Foster

Berdasarkan perhitungan analisis prediksi kebangkrutan Z-Score

Foster diperoleh hasil seperti dalam tabel 4.1.5 sebagai berikut:

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -1.120 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut

15 Tifico Tbk 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut

Sumber: Hasil Penelitian, diolah

Tabel 4.1.5 menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam

dua kategori yaitu bangkrut dan tidak bangkrut.

4.1.5.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.5 tersebut, dapat dilihat ada 86,67% atau 13

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi

“tidak aman” pada tahun 2002. Artinya model prediksi memberi sinyal

bahwa ketigabelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori

“bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun

Page 85: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

69

2002 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT

Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem

Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk,

PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Pan Brother

Tex Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Roda Vivatex Tbk, dan PT

Sunson Textile Manufacture Tbk.

Pada tahun 2003 ada penurunan jumlah perusahaan yang masuk

dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu ada 73,33% atau 11 perusahaan

yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi “tidak aman”.

Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2003 adalah

PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid

Indonesia Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics

Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT

Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Roda

Vivatex Tbk, dan PT Tifico Tbk.

Dan pada tahun 2004 ada kenaikan jumlah perusahaan yang masuk

dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu berjumlah 80% atau 12

perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun

2004 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT

Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile

Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics

Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky

Putra Globalindo Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico

Tbk.

Page 86: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

70

Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang

bangkrut tahun 2002 diperoleh skor terendah -12,176 yaitu PT Karwell

Indonesia Tbk, dan skor tertinggi 0,515 yaitu PT Sunson Textile

Manufacture Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang

bangkrut tahun 2003 diperoleh skor terendah -5,055 yaitu PT Argo Pantes

Tbk, dan skor tertinggi 0,571 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan

perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun

2004 diperoleh skor terendah -27,930 yaitu PT Ricky Putra Globalindo

Tbk, dan skor tertinggi 0,182 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk.

4.1.5.2 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.5 tersebut, dapat dilihat ada 13,33% atau 2

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi

dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2002. Perusahaan yang

diprediksi masuk kategori perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2002

adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk dan PT Tifico Tbk.

Pada tahun 2003 terjadi kenaikan yaitu terdapat 26,67% atau 4

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi

dalam perusahaan “tidak bangkrut” yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever

Shine Textile Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Sunson

Textile Manufacture Tbk.

Page 87: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

71

Pada tahun 2004 terjadi penurunan lagi menjadi 20% atau 3

perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi

dalam perusahaan “tidak bangkrut” yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk,

PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.

Hasil perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak

bangkrut tahun 2002 diperoleh skor terendah 1,014 yaitu PT Tifico Tbk,

dan skor tertinggi 2,110 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk.

Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut

tahun 2003 diperoleh skor terendah 1,913 yaitu PT Eratex Djaja Tbk, dan

skor tertinggi 13,388 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk. Dan

perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut

tahun 2004 diperoleh skor terendah 1,337 yaitu PT Pan Brother Tex Tbk,

dan skor tertinggi 3,664 yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk.

Page 88: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

72

4.1.6 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 37 Tahun 2004

Berdasarkan analisis prediksi kebangkrutan menurut Undang-

Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 diperoleh hasil seperti dalam tabel

4.1.6 sebagai berikut:

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Ratio

Hutang Prediksi

Ratio

Hutang Prediksi

Ratio

Hutang Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut

15 Tifico Tbk 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut

Sumber: Hasil Penelitian, diolah

Tabel 4.1.6 menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam

dua kategori yaitu bangkrut dan tidak bangkrut.

Page 89: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

73

4.1.6.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.6 tersebut, dapat dilihat ada 73,33% atau 11

perusahaan yang menurut model prediksi Undang-Undang Kepailitan No.

37 Tahun 2004 terklasifikasi “tidak aman” pada tahun 2002, 2003, dan

2004. Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa kesebelas perusahaan

tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan

yang diprediksi bangkrut pada tahun 2002 dan 2003 adalah PT Apac Citra

Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT GT

Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,

PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Sunson Textile Manufacture Tbk,

dan PT Tifico Tbk.

Pada tahun 2004 ada perubahan nama-nama perusahaan yang

masuk dalam kategori perusahaan bangkrut meskipun tetap berjumlah

73,33% atau 11 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi

bangkrut pada tahun 2004 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo

Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT

GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,

PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk.

Hasil perhitungan menurut Undang-Undang Kepailitan No. 37

Tahun 2004 untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2002 dan

2003 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 117% dan 106% yaitu PT

GT Petrochem Industries Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 58% dan

Page 90: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

74

57% yaitu PT Indorama Synthetics Tbk. Dan perhitungan rasio hutang

untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2004 diperoleh rasio

hutang tertinggi sebesar 113% yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan rasio hutang

terendah sebesar 56% yaitu PT Indorama Synthetics Tbk.

4.1.6.2 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Berdasarkan tabel 4.1.6 tersebut, dapat dilihat ada 26,67% atau 4

perusahaan yang menurut model prediksi Undang-Undang Kepailitan No.

37 Tahun 2004 terklasifikasi “tidak bangkrut” pada tahun 2002, 2003, dan

2004. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori perusahaan “tidak

bangkrut” pada tahun 2002 dan 2003 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia

Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan

PT Roda Vivatex Tbk.

Pada tahun 2004 ada perubahan nama-nama perusahaan yang

masuk dalam kategori perusahaan tidak bangkrut meskipun tetap

berjumlah 26,67% atau 4 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang

diprediksi tidak bangkrut pada tahun 2004 adalah PT Ever Shine Textile

Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk,

dan PT Roda Vivatex Tbk.

Hasil perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan yang

tidak bangkrut tahun 2002 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 47%

yaitu PT Pan Brother Tex Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 16%

yaitu PT Roda Vivatex Tbk. Perhitungan rasio hutang untuk kelompok

perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2003 diperoleh rasio hutang

tertinggi sebesar 37% yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk dan rasio

hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk. Dan

Page 91: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

75

perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut

tahun 2004 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 36% yaitu PT Ever

Shine Textile Industry Tbk dan PT Pan Brother Tex Tbk, dan rasio hutang

terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk.

4.1.7 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.1.7.1: Hasil Paired Samples Correlations Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

N Correlations Sig.

Pair 1 ALTMAN 2002

FOSTER 2002

Pair 2 ALTMAN 2003

FOSTER 2003

Pair 3 ALTMAN 2004

FOSTER 2004

15

15

15

-0,193

0,261

-0,152

0,490

0,347

0,588

Sumber: Hasil Penelitian, diolah.

Tabel di atas memuat hasil korelasi antara kedua variabel yaitu

model Altman dan Foster yang menghasilkan angka -0,193 pada tahun 2002

Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara hasil perhitungan menurut model

Altman dengan Foster adalah kurang erat. Pada tahun 2003, dengan nilai

korelasi sebesar 0,261 mengandung arti bahwa antara hasil perhitungan

menurut model Altman dengan Foster memiliki hubungan yang cukup erat.

Namun pada tahun 2003, ternyata korelasi antara hasil perhitungan menurut

model Altman dengan Foster menjadi kurang erat, karena berdasarkan hasil

out put SPSS pada tabel 4.1.7.1 nilai korelasinya menjadi -0,152.

Page 92: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

76

Tabel 4.1.7.2: Hasil Paired Samples Test Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004

Paired Differences

95% Confidence Interval

Of The Difference

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 ALTMAN 2002

FOSTER 2002 -2,499933 3,760712 0,971012 -4,582546 -0,417321 -2,575 14 0,022

Pair 2 ALTMAN 2003

FOSTER 2003 0,486533 4,943395 1,276379 -2,251028 3,224094 0,381 14 0,709

Pair 3 ALTMAN 2004

FOSTER 2004 -2,844200 7,555819 1,950904 -7,028473 1,340073 -1,458 14 0,167

Sumber: Hasil Penelitian, diolah.

Berdasarkan tabel 4.1.7.2 diatas bisa dilihat bahwa nilai t-test yang

diperoleh adalah -2,575 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022 < 0,05

pada tahun 2002 maka Ho ditolak, berarti antara hasil perhitungan menurut

model Altman dengan Foster adalah berbeda atau tidak sama dalam

memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan textile dan garment go-

public di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2002-2004.

Pada tahun 2003 bisa dilihat bahwa nilai t-test yang diperoleh adalah

0,381 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,709 > 0,05 maka Ho diterima,

berarti antara hasil perhitungan menurut model Altman dengan Foster

adalah tidak berbeda atau sama dalam memprediksi tingkat kebangkrutan

perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta pada tahun

2002-2004.

Page 93: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

77

Pada tahun 2004 bisa dilihat bahwa nilai t-test yang diperoleh adalah

-1,458 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,167 > 0,05 maka Ho diterima,

berarti antara hasil perhitungan menurut model Altman dengan Foster

adalah tidak berbeda atau sama dalam memprediksi tingkat kebangkrutan

perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Jakarta pada tahun

2002-2004.

4.2 Pembahasan

Rasio keuangan merupakan alat yang sering digunakan dalam analisis

kinerja keuangan perusahaan. Dalam menganalisis kinerja keuangan

perusahaan, analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan yang berasal dari

kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, dimana

setiap rasio dianalisis secara terpisah. Jadi untuk mengurangi kelemahan

analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi

suatu model peramalan yang berarti. Dengan cara menginterpretasikan

laporan keuangan pada suatu model atau tekhnik tertentu, maka Altman dan

Foster merumuskan suatu model analisis diskriminan yang dapat digunakan

untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Menurut Hanafi dan Halim (2000) indikator kebangkrutan bisa dilihat

dari aliran kas, analisis strategi perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan

lembaga penilai (rating). Pada tahun 2002 sampai 2004 perusahaan-

perusahaan textile dan garment mengalami kesulitan dalam aliran kas, sumber

pengeluaran kas lebih besar bila dibandingkan dengan sumber penerimaan kas

karena sebagian besar pendapatan perusahaan mengalami penurunan dilain

Page 94: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

78

pihak biaya operasional makin membengkak. Hal ini berakibat pada laba

perusahaan mengalami penurunan, ada 6 perusahaan textile dan garment

mengalami kerugian pada tahun 2002, bahkan pada tahun 2003 dan 2004 naik

menjadi 8 perusahaan.

4.2.1 Rasio Keuangan Altman

4.2.1.1 Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva

perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

PT Apac Citra Centertex Tbk dan PT Argo Pantes Tbk merupakan

perusahaan dengan rasio X1 terendah yang mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut tingkat likuidasinya paling rendah diantara

perusahaan-perusahaan lainnya dalam kelompok tersebut, karena

mempunyai tingkat kesulitan keuangan yang lebih besar dibandingkan

dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Pada tahun 2002 PT Apac Citra Centertex Tbk tercatat sebagai

perusahaan yang ilikuid yaitu jumlah hutang lebih besar dari jumlah

aktivanya, tetapi pada tahun-tahun berikutnya perusahaan ini sudah dapat

memperbaiki kondisinya. Keadaan yang sama juga dialami PT Argo

Pantes Tbk, pada tahun 2003 dan 2004 perusahaan ini juga tercatat

sebagai perusahaan yang ilikuid. Perusahaan yang insolvabel maupun

ilikuid, pada suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansial (Riyanto,

2001: 33).

Page 95: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

79

PT Pan Brother Tex Tbk adalah perusahaan yang masih dalam

kondisi likuid, yaitu total aktiva perusahaan bisa berubah menjadi kas

dalam jangka waktu pendek setelah dipakai melunasi kewajiban

lancarnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PT Pan Brother Tex Tbk

mempunyai tingkat likuiditas lebih kecil dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan lainnya dalam kelompok industri textile dan

garment.

Selama tiga tahun berturut-turut mean Working Capital to Total

Assets Ratio (X1) bernilai sangat rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa

rata-rata perusahaan textile dan garment mengalami tingkat kesulitan

keuangan.

4.2.1.2 Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas

kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan

beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena

semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar

akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih

relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah,

kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.

Rasio X2 dari PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, dan PT Panasia Indosyntec Tbk bernilai negatif, ini berarti

bahwa selama itu pula perusahaan tidak pernah membukukan laba ditahan

atau selalu mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini mengindikasikan

Page 96: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

80

bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah

rendah bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Rugi

usaha yang dialami perusahaan tersebut disebabkan karena penghasilan

yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang menjadi

tanggungannya. Beban-beban yang harus ditanggung selama periode

tersebut lebih mengarah kepada beban usaha (operating expenses) dan

biaya pokok penjualan (cost of goods sold).

Rasio X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturut-

turut mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Roda

Vivatex Tbk mempunyai kemampuan untuk memperoleh laba ditahan

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Kemampuan memperoleh laba ditahan oleh perusahaan ini tidak terlepas

pula oleh umur perusahaan, yang mana perusahaan ini telah berdiri sejak

tahun 1980.

Tahun 2002 sampai tahun 2004 secara rata-rata X2 bernilai negatif

dan mengalami penurunan, ini berarti bahwa selama itu pula hampir

semua perusahaan mengakumulasikan rugi. Rugi yang dialami perusahaan

sebagai akibat karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi

beban-beban yang ditanggung selama periode tersebut. Beban-beban yang

ditanggung tersebut lebih mengarah pada beban operasional dan beban

bunga atas hutangnya, maka rugi bersih yang harus ditanggung oleh

perusahaan menjadi lebih besar. Rugi bersih yang dialami oleh perusahaan

secara otomatis akan mengurangi akumulasi laba ditahan bila sebelumnya

Page 97: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

81

perusahaan mengakumulasi rugi. Dengan kata lain bahwa adanya

keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan

memperbesar modal sendiri, sebaliknya adanya kerugian yang diderita

akan memperkecil retained earning yang berarti akan memperkecil modal

sendiri (Riyanto, 2001: 244).

Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) yang menurun

mengindikasikan berkurangnya kemampuan aktiva untuk memperoleh

laba ditahan, dengan adanya penurunan laba ditahan maka perusahaan

akan lebih mengandalkan modal asing untuk mendanai aktivanya. Dengan

demikian perolehan aktiva yang dibiayai melalui modal sendiri semakin

berkurang. Dengan adanya penurunan laba ditahan bahkan munculnya

fenomena rugi ditahan, maka perusahaan akan lebih mengandalkan modal

asing untuk mendanai aktivanya, dengan demikian perolehan aktiva yang

dibiayai melalui modal sendiri semakin berkurang. Tambahan besarnya

modal asing dan modal sendiri akan mempunyai efek terhadap tingkat

solvabilitas perusahaan.

4.2.1.3 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur produktivitas

yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak

efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di

dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya.

Page 98: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

82

Perusahaan dengan X3 terendah adalah PT Roda Vivatex Tbk, PT

Eratex Djaja Tbk, dan PT Panasia Filament Inti Tbk. Rasio X3 dari ketiga

perusahaan bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen

tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. X3 yang bernilai negatif

disebabkan karena probabilitas perusahaan selama tiga tahun penelitian

mengalami kerugian yang mana operating profit yang dicapai perusahaan

lebih kecil daripada total aktivanya. Dalam laporan laba rugi perusahaan,

terlihat bahwa biaya operasi perusahaan selalu lebih besar dari laba

kotornya, bahkan terjadi rugi secara berturut-turut selama tiga tahun.

Akibatnya perusahaan tidak dapat membukukan laba rugi usahanya.

Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT Pan Brother Tex

Tbk, dan PT GT Petrochem Industries Tbk. Hal ini mengindikasikan

bahwa kedua perusahaan tersebut lebih tinggi tingkat produktivitasnya

dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain dalam sektor industri

textile dan garment.

Rata-rata perusahaan industri textile dan garment produktivitas

aktiva yang digunakannya untuk menghasilkan laba usaha mengalami

penurunan tetapi setelah itu mengalami kenaikan. Menurut Agnes Sawir

(2001: 19), rasio X3 juga dapat menunjukkan rentabilitas ekonomis

perusahaan sehingga dapat diartikan bahwa rentabilitas ekonomis

perusahaan pada industri textile dan garment juga menurun seiring dengan

menurunnya rasio X3 dan begitu juga sebaliknya.

Page 99: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

83

4.2.1.4 Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang

lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang

dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham

preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka

panjang.

Perusahaan dengan X4 terendah adalah PT GT Petrochem

Industries Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, dan PT Eratex Djaja Tbk.

Perusahaan dengan rasio X4 terendah mempunyai indikasi bahwa

perusahaan tersebut mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada

modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Bila

dilihat dari modal sendiri perusahaan yang berasal dari modal disetor pada

sahamnya, selama tiga tahun berturut-turut kondisinya terlihat tidak

mengalami peningkatan (stagnan). Sedangkan untuk laba ditahannya,

kondisi yang ada selalu kebalikan yaitu mengalami rugi ditahan, sehingga

ketergantungan perusahaan terhadap sumber eksternal guna mendanai

aktivanya terutama yang berasal dari kreditur sangatlah tinggi.

Perusahaan dengan rasio X4 tertinggi adalah PT Roda Vivatex Tbk

Meskipun setiap tahun mengalami penurunan tetapi perusahaan ini masih

lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Hal ini

berarti bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan hutang terhadap

modal sendiri lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan lainnya.

Page 100: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

84

Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) dari

tahun ketahun mengalami kecenderungan menurun untuk masing-masing

perusahaan. Hal ini terjadi karena rata-rata emiten pada perusahaan textile

dan garment mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal

sendiri terutama yang berasal dari pemilik. Penurunan rasio ini disebabkan

oleh adanya harga saham selalu mengalami penurunan yang signifikan,

bahkan harga pasar saham lebih rendah dari harga nominalnya. Sehingga

mengakibatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham semakin buruk,

dengan semakin buruknya kondisi tersebut pada akhirnya semakin

memperburuk nilai perusahaan (value of the firm).

4.2.1.5 Sales to Total Assets Ratio (X5)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut

mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk

menghasilkan penjualan.

Perusahaan dengan X5 terendah adalah PT GT Petrochem

Industries Tbk, PT Argo Pantes Tbk, dan PT Daeyu Orchid Indonesia

Tbk. Dalam hal ini ketiga perusahaan tersebut dapat diindikasikan kurang

efektif dalam penggunaan aktiva untuk meningkatkan penjualan

dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi adalah PT Pan Brother Tex

Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat

efektivitas tertinggi dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan

penjualan bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

Page 101: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

85

Rata-rata perusahaan textile dan garment memiliki penjualan yang

lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian besar perusahaan berada

dibawah rata-rata industri terutama pada tahun 2002 sampai dengan tahun

2004. Rendahnya rasio ini mengindikasikan bahwa aktiva yang dimiliki

oleh rata-rata perusahaan tersebut tidak efektif untuk meningkatkan

penjualan.

Rendahnya nilai Z-Score ini disebabkan oleh rendahnya nilai dari

variabel-variabel yang terdapat dalam formulasi Altman yaitu variabel-

variabel working capital to total assets, retained earning to total assets,

earning before interest and tax to total asset, market value equity to book

value of total debt, dan sales to total assets. Dari rasio-rasio tersebut, rasio

keuangan yang dominan mempengaruhi kegagalan perusahaan adalah rasio

profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas. Hal ini terlihat dari hampir

semua perusahaan yang bangkrut mempunyai nilai X1, X2, dan X3 yang

sangat rendah bahkan bernilai negatif.

4.2.2 Rasio Keuangan Foster

4.2.2.1 Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio)

Rasio Transportation Expense to Operating Revenue (TE/OR

Ratio) menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan

penghasilan.

Perusahaan dengan TE/OR terendah adalah PT Tifico Tbk dan PT

Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya

operasi dibandingkan dengan penghasilan pada perusahaan-perusahaan

textile dan garment yang lain, kedua perusahaan tersebut sangatlah rendah.

Page 102: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

86

Perusahaan dengan rasio TE/OR tertinggi adalah PT Eratex Djaja

Tbk dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Dalam hal ini terlihat bahwa

besarnya biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan pada

perusahaan-perusahaan textile dan garment yang lain, kedua perusahaan

tersebut termasuk yang terbaik.

Mean Transportation Expense to Operating Revenue Ratio

(TE/OR Ratio) mengalami fluktuasi dari tahun ketahun, hal ini

mengindikasikan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan lebih

besar bila dibandingkan dengan penjualan.

4.2.2.2 Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)

Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) menunjukkan seberapa

besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar.

Perusahaan dengan TIE terendah adalah PT Karwell Indonesia

Tbk, PT Argo Pantes Tbk, dan PT Ricky Putra. Dalam hal ini dapat dilihat

TIE selama tiga tahun berturut-turut bernilai negatif, ini berarti laba

operasi dari sebagian besar perusahaan textile dan garment lebih kecil bila

dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.

Perusahaan dengan rasio TIE tertinggi adalah PT Daeyu Orchid

Indonesia Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan PT Panasia

Filament Inti Tbk. Ini berarti laba operasi yang dihasilkan dari ketiga

perusahaan tersebut lebih besar dari bunga yang harus dibayar sehingga

perusahaan mampu menutupi kewajibannya.

Page 103: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

87

Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari tahun 2002

sampai dengan 2004 mengalami fluktuasi, hal ini mengindikasikan bahwa

sebagian besar perusahaan textile dan garment laba operasi yang

dihasilkannya lebih rendah dari bunga yang harus dibayar, sehingga

perusahaan tidak mampu menutup kewajibannya.

4.2.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Model Altman

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diprediksi dan diketahui

dengan menggunakan formula yang ditemukan oleh Altman dan Foster yang

dikenal dengan Z-Score Altman dan Z-Score Foster. Z-Score Altman dan Z-

Score Foster dapat digunakan sebagai Early Warning System (sistem

peringatan dini) untuk mendeteksi kondisi perusahaan terutama yang

berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan, sehingga apabila terjadi

kesulitan keuangan akan segera dapat diambil tindakan perbaikan untuk

mencapai kinerja keuangan yang lebih baik dimasa mendatang.

Dari hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2002 sampai

2004 dari seluruh perusahaan industri textile dan garment yang dimasukkan

ke dalam model prediksi dengan menggunakan Z-Score Altman diperoleh

nilai yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut,

rawan bangkrut, dan tidak bangkrut. Nilai-nilai Z-Score yang dicapai oleh

sebagian besar perusahaan industri textile dan garment masih lebih kecil

dari nilai cut-off, yang berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi

keuangan yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya

kebangkrutan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut.

Page 104: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

88

4.2.3.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 6,67% atau 1

perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk. Perusahaan dalam kategori

bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara

konsisten selama tiga tahun berturut-turut ada 33,33% atau 5 perusahaan

yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT

Karwell Indonesia Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT

Tifico Tbk. Meskipun kelima perusahaan ini mempunyai nilai Z-Score

yang terus meningkat dari tahun 2002 sampai tahun 2004, namun

kenaikan tersebut masih berada dalam kategori bangkrut. Dan perusahaan

yang mampu memperbaiki diri keluar dari kategori bangkrut menuju

kategori rawan bangkrut pada tahun 2004 sebanyak 26,67% atau 4

perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry

Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo

Tbk.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata-rata perusahaan yang

bangkrut memiliki nilai cut-off di bawah 1,20. Hal ini membuktikan

bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut

tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam

kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa

mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

Page 105: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

89

4.2.3.2 Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin memburuk ada 6,67% atau satu perusahaan yaitu

PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Meskipun pada tahun 2003 mengalami

peningkatan tetapi pada tahun 2004 PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk tidak

mampu mempertahankan kondisi keuangannya sehingga masuk dalam

kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut

yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan dan mampu bertahan

ada 6,67% atau satu perusahaan juga, yaitu PT Roda Vivatex Tbk,

meskipun belum dapat masuk dalam kategori perusahaan sehat. Dan

perusahaan yang mampu memperbaiki diri masuk dalam kategori rawan

bangkrut pada tahun 2004 sebanyak 26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT

Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem

Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata-rata perusahaan yang

masuk kategori rawan bangkrut memiliki nilai cut-off antara 1,20 sampai

dengan 2,90. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh

semua perusahaan yang masuk dalam kategori rawan bangkrut masih

belum maksimal, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam

kondisi keuangan yang masih abu-abu jadi bagus tidak buruk juga tidak.

Sebaiknya perusahaan cepat mengambil langkah-langkah agar kondisi

keuangannya menjadi sehat atau jika tidak sebaiknya perusahaan mampu

mempertahankan diri agar tidak masuk dalam kategori perusahaan

bangkrut.

Page 106: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

90

4.2.3.3 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Hanya ada 6,67% atau satu perusahaan yang menurut model

prediksi Z-Score Altman terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut”

pada tahun 2002 sampai tahun 2004. Perusahaan tersebut adalah PT Pan

Brother Tex Tbk, ini berarti hanya ada satu perusahaan yang benar-benar

dalam kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah

dan mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar perusahaan tidak

masuk dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan

bangkrut. Meskipun perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih

berada dalam kondisi yang aman dari kecenderungan kebangkrutan.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata-rata perusahaan yang

masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai cut-off lebih besar dari 2,90.

Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan

yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena

berada jauh di atas nilai cut-off sebesar 2,90. Hal ini terlihat dari rasio-

rasio keuangan yang tinggi. Laba yang dihasilkan akan dapat

memperlancar aktivitas perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan,

karena laba perusahaan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan

sebuah perusahaan. Laba akan mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan pinjaman dan pendapatan ekuitas, posisi likuiditas

perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk berubah. Dengan

demikian akan berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-Score.

Page 107: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

91

4.2.4 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Model Foster

Hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2002 sampai 2004

dari seluruh perusahaan textile dan garment yang dimasukkan ke dalam

model prediksi dengan menggunakan Z-Score Foster diperoleh nilai yang

memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut dan tidak

bangkrut. Nilai-nilai Z-Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan

textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut-off, yang berarti banyak

perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup parah yang bisa

mengarah pada terjadinya kebangkrutan terhadap perusahaan-perusahaan

tersebut.

4.2.4.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 20% atau 3

perusahaan yaitu PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama

Synthetics Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Perusahaan dalam

kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan

secara konsisten selama tiga tahun berturut-turut ada 20% atau 3

perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk,

dan PT Roda Vivatex Tbk. Bahkan ketiga perusahaan tersebut mampu

memperbaiki diri menjadi perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun

2004.

Page 108: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

92

Berdasarkan Z-Score model Foster, rata-rata perusahaan yang

bangkrut memiliki nilai cut-off dibawah 0,640. Hal ini membuktikan

bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut

tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam

kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa

mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

4.2.4.2 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 33,33% atau 5

perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk,

PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Sunson textile Manufacture Tbk,

dan PT Tifico Tbk. Bahkan kelima perusahaan ini pada tahun 2004 masuk

dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori bangkrut

yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selama

tiga tahun berturut-turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia

Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.

Ketiga perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan

kategori tidak bangkrut pada tahun 2004.

Berdasarkan Z-Score model Foster, rata-rata perusahaan yang

masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai cut-off lebih besar dari

0,640. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh

perusahaan yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus

karena berada jauh diatas nilai cut-off sebesar 0,640. Hal ini terlihat dari

rasio-rasio keuangan yang tinggi, dengan demikian akan berpengaruh pula

terhadap besarnya nilai Z-Score.

Page 109: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

93

4.2.5 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2004 Menurut Undang-Undang

Kepailitan No. 37 Tahun 2004

Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan

karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan

dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan

yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan.

Perusahaan dengan hutang yang rendah mempunyai risiko yang

kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun, tetapi perusahaan juga

memiliki laba yang rendah bila perekonomian membaik. Sebaliknya,

perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi memiliki risiko menderita

kerugian besar, tetapi juga mempunyai suatu kesempatan untuk memperoleh

keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi

sangatlah menarik, tetapi para investor juga enggan menghadapi risiko.

Keputusan tentang penggunaan hutang berarti menyeimbangkan

kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya risiko.

4.2.5.1 Kategori Perusahaan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 40% atau 6

perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Karwell

Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Sunson Textile

Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut

yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selama

Page 110: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

94

tiga tahun berturut-turut ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Apac

Citra Centertex Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama

Synthetics Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Panasia

Indosyntec Tbk. Bahkan PT Ricky Putra Globalindo Tbk mampu

memperbaiki diri menjadi perusahaan tidak bangkrut pada tahun 2004.

Berdasarkan rasio hutang menurut Undang-Undang Kepailitan No.

37 Tahun 2004, rata-rata perusahaan yang diprediksi bangkrut memiliki

rasio hutang diatas 50%. Hal ini membuktikan bahwa rasio hutang yang

dimiliki oleh semua perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut sangat

tinggi, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi

kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah

pada kebangkrutan perusahaan.

4.2.5.2 Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan

kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 6,67% atau satu

perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, bahkan perusahaan ini

pada tahun 2004 masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan

dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan

peningkatan secara konsisten selama tiga tahun berturut-turut ada 20%

atau 3 perusahaan yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Pan

Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk.

Berdasarkan rasio hutang menurut Undang-Undang Kepailitan No.

37 Tahun 2004, rata-rata perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut

memiliki rasio hutang dibawah 50%. Hal ini membuktikan bahwa rasio

Page 111: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

95

hutang yang dimiliki oleh semua perusahaan yang diprediksi tidak

bangkrut tersebut relatif rendah, ini berarti perusahaan-perusahaan tersebut

berada dalam kondisi keuangan yang cukup sehat.

4.2.6 Pengujian Hipotesis

Terjadi perbedaan antara hasil analisis Z-Score model Altman dan

Foster pada tahun penelitian 2002-2004, hal ini disebabkan oleh:

1. Perbedaan dalam menggunakan rumus yang digunakan pada model

Altman dan Foster. Altman menggunakan rumus Z-Score = 0,717X1 +

0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 yang lebih banyak

menggunakan real account, sementara Foster menggunakan rumus Z-

Score = -3,366 X + 0,657 Y yang lebih banyak menggunakan nominal

account.

2. Terjadi perubahan biaya yang cukup signifikan mulai tahun 2002 sampai

2004 sehingga cukup mempengaruhi hasil perhitungan model Altman

dan Foster.

3. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode tahunan dan

jangkanya relatif pendek yaitu 3 tahun, sehingga tidak bisa meng-cover

perubahan-perubahan secara halus.

Page 112: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

96

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis terhadap perusahaan textile dan garment dengan menggunakan

model Altman menunjukkan 80% atau 12 perusahaan kategori bangkrut

pada tahun 2002 dan 2003, serta 60% atau 9 perusahaan pada tahun 2004.

Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 13,33% atau 2

perusahaan pada tahun 2002 dan 2003, serta 33,33% atau 5 perusahaan

pada tahun 2004. Dan yang masuk kategori perusahaan tidak bangkrut

pada tahun 2002 sampai tahun 2004 hanya 6,67% yaitu satu perusahaan

yaitu PT Pan Brother Tex Tbk.

2. Analisis terhadap perusahaan industri textile dan garment dengan

menggunakan model Foster menunjukkan 86,67% atau 13 perusahaan

kategori bangkrut pada tahun 2002, 73,33% atau 11 perusahaan pada

tahun 2003, serta 80% atau 12 perusahaan pada tahun 2004. Sedangkan

yang masuk kategori tidak bangkrut sebanyak 13,33% atau 2 perusahaan

pada tahun 2002, 26,67% atau 4 perusahaan pada tahun 2003, dan 20%

atau 3 perusahaan pada tahun 2004.

3. Bahwa laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kebangkrutan menggunakan model Altman dan

Foster pada perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek

Jakarta tahun 2002-2004.

Page 113: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

97

4. Terjadi perbedaan secara statistik antara hasil analisis menggunakan model

Altman dengan Foster pada tahun penelitian 2002, hal ini disebabkan

karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,

sehingga kesimpulannya H0 ditolak. Tidak terdapat perbedaan secara

statistik antara hasil analisis menggunakan model Altman dengan Foster

pada tahun penelitian 2003 dan 2004, hal ini disebabkan karena hasil

pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga

kesimpulannya H0 diterima.

5. Secara teoritis penelitian ini telah memperkuat sekaligus merupakan ruang

lingkup penggunaan metode Altman dan Foster, karena dari hasil

penelitian terbukti bahwa metode Altman dan Foster tersebut dapat

diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya

kebangkrutan pada perusahaan textile dan garment.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, adapun saran

yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dapat dilakukan dengan

menggunakan rasio keuangan model Altman dan Foster, tetapi juga harus

memperhatikan faktor-faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan

internal perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan seperti

kondisi ekonomi, politik, dan lain-lain. Faktor-faktor lain diluar rasio

keuangan model Altman dan Foster tidak dapat digunakan pada penelitian

Page 114: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

98

ini karena kesulitan pengukurannya. Bila faktor-faktor tersebut dapat

diperoleh serta dapat diukur dengan tepat, maka akan diperoleh tingkat

prediksi kebangkrutan yang lebih akurat.

2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, manajemen perlu tetap

berhati-hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan

melakukan tindakan-tindakan perbaikan kinerja perusahaan guna

menghindari terjadinya gangguan terhadap kelangsungan usaha (going

concern).

3. Sebaiknya investor lebih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan

untuk membeli saham-saham pada perusahaan textile dan garment yang

masuk dalam kategori berpotensi bangkrut.

Page 115: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

99

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta. Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan (Keputusan

Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE. Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Muslich, Mohamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern (Analisis,

Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta: Bumi Aksara. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE. Sawir, Agnes. 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk

Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go-Public Di Bursa Efek Jakarta. KOMPAK. Nomor 7, Januari-April.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Manajemen Keuangan. Jakarta:

Erlangga. Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 116: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 8

Hasil Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan Z-Score

2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.140 0.389 0.482

2 Argo Pantes Tbk -0.214 -0.333 -0.552

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.145 2.443 0.241

4 Eratex Djaja Tbk 1.056 0.918 1.441

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.985 0.874 1.279

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.144 0.398 1.287

7 Indorama Synthetics Tbk 0.883 0.895 1.086

8 Karwell Indonesia Tbk 0.513 0.545 0.785

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.505 0.015 0.104

10 Panasia Indosyntec Tbk 0.129 -0.087 0.208

11 Pan Brother Tex Tbk 3.771 3.284 3.378

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.224 0.368 1.663

13 Roda Vivatex Tbk 2.102 2.179 2.020

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.804 0.698 1.129

15 Tifico Tbk 0.734 0.842 0.881

Page 117: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 9

Nilai Cut-Off Z-Score Altman Tahun 2002

No Nama Perusahaan Z-Score

>2.90 Tidak

Bangkrut

1.20-2.90 Rawan

Bangkrut

<1.20 Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.140

2 Argo Pantes Tbk -0.214

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.145

4 Eratex Djaja Tbk 1.056

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.985

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.144

7 Indorama Synthetics Tbk 0.883

8 Karwell Indonesia Tbk 0.513

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.505

10 Panasia Indosyntec Tbk 0.129

11 Pan Brother Tex Tbk 3.771

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.224

13 Roda Vivatex Tbk 2.102

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.804

15 Tifico Tbk 0.734

Page 118: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 10

Nilai Cut-Off Z-Score Altman Tahun 2003

No Nama Perusahaan Z-Score

>2.90 Tidak

Bangkrut

1.20-2.90 Rawan

Bangkrut

<1.20 Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.389

2 Argo Pantes Tbk -0.333

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.443

4 Eratex Djaja Tbk 0.918

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.874

6 GT Petrochem Industries Tbk 0.398

7 Indorama Synthetics Tbk 0.895

8 Karwell Indonesia Tbk 0.545

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.015

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.087

11 Pan Brother Tex Tbk 3.284

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.368

13 Roda Vivatex Tbk 2.179

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.698

15 Tifico Tbk 0.842

Page 119: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 11

Nilai Cut-Off Z-Score Altman Tahun 2004

No Nama Perusahaan Z-Score

>2.90 Tidak

Bangkrut

1.20-2.90 Rawan

Bangkrut

<1.20 Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.482

2 Argo Pantes Tbk -0.552

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 0.241

4 Eratex Djaja Tbk 1.441

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 1.279

6 GT Petrochem Industries Tbk 1.287

7 Indorama Synthetics Tbk 1.086

8 Karwell Indonesia Tbk 0.785

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.104

10 Panasia Indosyntec Tbk 0.208

11 Pan Brother Tex Tbk 3.378

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 1.663

13 Roda Vivatex Tbk 2.020

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 1.129

15 Tifico Tbk 0.881

Page 120: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 12

TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN

TAHUN 2002-2004

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk 0.140 Bangkrut 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk -0.214 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.145 Rawan Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk 1.056 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.985 Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.144 Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk 0.883 Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk 0.513 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk 0.505 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk 0.129 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk 3.771 Tidak Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.224 Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk 2.102 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.020 Rawan Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.804 Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut

15 Tifico Tbk 0.734 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut

Page 121: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 17

Hasil Perhitungan Z-Score Foster Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan Z-Score

2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.326 -0.110 -0.220

2 Argo Pantes Tbk -0.252 -5.055 0.0473 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.110 0.571 -0.8504 Eratex Djaja Tbk -0.963 1.913 -0.5465 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.756 13.388 0.1826 GT Petrochem Industries Tbk -0.205 -0.201 -1.0887 Indorama Synthetics Tbk -1.361 -1.869 -1.7938 Karwell Indonesia Tbk -12.176 0.052 -0.9769 Panasia Filament Inti Tbk -0.691 -2.615 3.664

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.604 -1.627 -1.10511 Pan Brother Tex Tbk -4.930 4.145 1.33712 Ricky Putra Globalindo Tbk -1.120 -0.441 -27.93013 Roda Vivatex Tbk -4.121 0.069 2.04214 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.515 12.447 -0.05315 Tifico Tbk 1.014 0.059 0.058

Page 122: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 18

Nilai Cut-Off Z-Score Foster Tahun 2002

No Nama Perusahaan Z-Score

< 0.640

Bangkrut > 0.640

Tidak Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.326

2 Argo Pantes Tbk -0.252

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.110

4 Eratex Djaja Tbk -0.963

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.756

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.205

7 Indorama Synthetics Tbk -1.361

8 Karwell Indonesia Tbk -12.176

9 Panasia Filament Inti Tbk -0.691

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.604

11 Pan Brother Tex Tbk -4.930

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -1.120

13 Roda Vivatex Tbk -4.121

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.515

15 Tifico Tbk 1.014

Page 123: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 19

Nilai Cut-Off Z-Score Foster Tahun 2003

No Nama Perusahaan Z-Score

< 0.640

Bangkrut > 0.640

Tidak Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.110

2 Argo Pantes Tbk -5.0553 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 0.5714 Eratex Djaja Tbk 1.9135 Ever Shine Textile Industry Tbk 13.3886 GT Petrochem Industries Tbk -0.2017 Indorama Synthetics Tbk -1.8698 Karwell Indonesia Tbk 0.0529 Panasia Filament Inti Tbk -2.61510 Panasia Indosyntec Tbk -1.62711 Pan Brother Tex Tbk 4.145

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -0.44113 Roda Vivatex Tbk 0.06914 Sunson Textile Manufacture Tbk 12.447

15 Tifico Tbk 0.059

Page 124: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 20

Nilai Cut-Off Z-Score Foster Tahun 2004

No Nama Perusahaan Z-Score

< 0.640

Bangkrut > 0.640

Tidak Bangkrut

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.220

2 Argo Pantes Tbk 0.0473 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -0.8504 Eratex Djaja Tbk -0.5465 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.1826 GT Petrochem Industries Tbk -1.0887 Indorama Synthetics Tbk -1.7938 Karwell Indonesia Tbk -0.9769 Panasia Filament Inti Tbk 3.66410 Panasia Indosyntec Tbk -1.10511 Pan Brother Tex Tbk 1.33712 Ricky Putra Globalindo Tbk -27.93013 Roda Vivatex Tbk 2.04214 Sunson Textile Manufacture Tbk -0.05315 Tifico Tbk 0.058

Page 125: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 21

TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL FOSTER

TAHUN 2002-2004

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -1.120 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut

15 Tifico Tbk 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut

Page 126: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 23

TINGKAT KEBANGKRUTAN MENURUT

UNDANG-UNDANG KEPAILITAN NO. 37 TAHUN 2004

TAHUN 2002-2004

No Nama Perusahaan 2002 2003 2004

Ratio

Hutang Prediksi

Ratio

Hutang Prediksi

Ratio

Hutang Prediksi

1 Apac Citra Centertex Tbk 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut

2 Argo Pantes Tbk 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut

4 Eratex Djaja Tbk 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut

6 GT Petrochem Industries Tbk 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut

7 Indorama Synthetics Tbk 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut

8 Karwell Indonesia Tbk 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut

9 Panasia Filament Inti Tbk 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut

10 Panasia Indosyntec Tbk 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut

11 Pan Brother Tex Tbk 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut

13 Roda Vivatex Tbk 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut

15 Tifico Tbk 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut

Page 127: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 1

Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan Current Assets Current Liabilities Working Capital Total Assets (X1)

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 663508 587112 653544 2154831 720969 904554 -1491323 -133857 -251010 2687344 2592556 2576148 -55.49% -5.16% -9.74%

2 Argo Pantes Tbk 482600 403858 447671 1417648 1382362 1395984 -935048 -978504 -948313 2265174 2125970 1759150 -41.28% -46.03% -53.91%

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 32026 30991 302833 13353 12283 540049 18673 18708 -237216 40856 40096 830457 45.70% 46.66% -28.56%

4 Eratex Djaja Tbk 284645 167882 185862 147528 124619 165282 137117 43263 20580 418678 290042 298389 32.75% 14.92% 6.90%

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 309761 262136 273894 207068 92703 100614 102693 169433 173280 664935 574093 543566 15.44% 29.51% 31.88%

6 GT Petrochem Industries Tbk 1573918 1698885 1654306 3978955 914651 1053877 -2405037 784234 600429 6637499 6239217 4549288 -36.23% 12.57% 13.20%

7 Indorama Synthetics Tbk 1808884 1737929 1999412 1299610 1552703 1527002 509274 185226 472410 4837746 4530166 4937424 10.53% 4.09% 9.57%

8 Karwell Indonesia Tbk 266549 192866 282555 418658 342686 437299 -152109 -149820 -154744 491824 412820 514999 -30.93% -36.29% -30.05%

9 Panasia Filament Inti Tbk 305770 277597 278621 185718 230022 204046 120052 47575 74575 780672 717711 709778 15.38% 6.63% 10.51%

10 Panasia Indosyntec Tbk 586158 565844 357507 498614 547493 337071 87544 18351 20436 2010353 1863039 1113478 4.35% 0.99% 1.84%

11 Pan Brother Tex Tbk 116399 91262 104280 39718 35256 43004 76681 56006 61276 140844 112292 126772 54.44% 49.88% 48.34%

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 178161 187604 214381 193552 193239 73459 -15391 -5635 140922 260766 263827 297377 -5.90% -2.14% 47.39%

13 Roda Vivatex Tbk 98074 122841 71684 34394 32447 32085 63680 90394 39599 301737 309646 322871 21.10% 29.19% 12.26%

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 312854 348645 379301 260265 329657 440503 52589 18988 -61202 811519 913734 923895 6.48% 2.08% -6.62%

15 Tifico Tbk 756283 763543 1087415 639033 988193 1329876 117250 -224650 -242461 2279387 2123547 2547453 5.14% -10.58% -9.52%

Page 128: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 2

Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Tahun 2002-2004

(Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan Retained Earnings Total Assets X2

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk -679761 -790516 -882460 2687344 2592556 2576148 -25.29% -30.49% -34.26%

2 Argo Pantes Tbk -1015014 -1001346 -1237694 2265174 2125970 1759150 -44.81% -47.10% -70.36%

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 3541 3717 5846 40856 40096 830457 8.67% 9.27% 0.70%

4 Eratex Djaja Tbk 22093 -25945 -51139 418678 290042 298389 5.28% -8.95% -17.14%

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 145850 114166 101368 664935 574093 543566 21.93% 19.89% 18.65%

6 GT Petrochem Industries Tbk -2345618 -1547303 -1089119 6637499 6239217 4549288 -35.34% -24.80% -23.94%

7 Indorama Synthetics Tbk 583561 587753 686542 4837746 4530166 4937424 12.06% 12.97% 13.90%

8 Karwell Indonesia Tbk -225324 -249459 -253490 491824 412820 514999 -45.81% -60.43% -49.22%

9 Panasia Filament Inti Tbk -152632 -195118 -254509 780672 717711 709778 -19.55% -27.19% -35.86%

10 Panasia Indosyntec Tbk -901682 -930958 -947525 2010353 1863039 1113478 -44.85% -49.97% -85.10%

11 Pan Brother Tex Tbk 31326 28588 38021 140844 112292 126772 22.24% 25.46% 29.99%

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -140287 -136675 -109366 260766 263827 297377 -53.80% -51.80% -36.78%

13 Roda Vivatex Tbk 122859 129539 141125 301737 309646 322871 40.72% 41.83% 43.71%

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 42499 51117 2563 811519 913734 923895 5.24% 5.59% 0.28%

15 Tifico Tbk 54964 -20517 -180533 2279387 2123547 2547453 2.41% -0.97% -7.09%

Page 129: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 3

Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan EBIT Total Assets X3

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 12589 -62379 -14044 2687344 2592556 2576148 0.47% -2.41% -0.55%

2 Argo Pantes Tbk -10946 -80098 -93980 2265174 2125970 1759150 -0.48% -3.77% -5.34%

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -854 -780 9241 40856 40096 830457 -2.09% -1.95% 1.11%

4 Eratex Djaja Tbk -14022 -44556 9705 418678 290042 298389 -3.35% -15.36% 3.25%

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -6862 -39472 -7082 664935 574093 543566 -1.03% -6.88% -1.30%

6 GT Petrochem Industries Tbk -66430 4335 462658 6637499 6239217 4549288 -1.00% 0.07% 10.17%

7 Indorama Synthetics Tbk 146946 101325 111240 4837746 4530166 4937424 3.04% 2.24% 2.25%

8 Karwell Indonesia Tbk -12207 -11541 30322 491824 412820 514999 -2.48% -2.80% 5.89%

9 Panasia Filament Inti Tbk -41795 -76087 -57098 780672 717711 709778 -5.35% -10.60% -8.04%

10 Panasia Indosyntec Tbk -74141 -131411 -46902 2010353 1863039 1113478 -3.69% -7.05% -4.21%

11 Pan Brother Tex Tbk 26484 7326 8599 140844 112292 126772 18.80% 6.52% 6.78%

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -15585 558 26177 260766 263827 297377 -5.98% 0.21% 8.80%

13 Roda Vivatex Tbk -19534 3272 12587 301737 309646 322871 -6.47% 1.06% 3.90%

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 20841 10363 -12766 811519 913734 923895 2.57% 1.13% -1.38%

15 Tifico Tbk -32508 -16886 -28625 2279387 2123547 2547453 -1.43% -0.80% -1.12%

Page 130: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 4

Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan Close Price Total Listed Shares Market Capitalization Liabilities (X4)

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 110 175 130 534667 534667 767667 58813 93567 99797 2816389 1915103 2048469 2.09% 4.89% 4.87%

2 Argo Pantes Tbk 700 1300 1325 132353 132353 132353 92647 172059 175368 2277498 2124752 1983059 4.07% 8.10% 8.84%

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 90 120 120 20577 20577 277790 1852 2469 33335 14805 13884 546606 12.51% 17.78% 6.10%

4 Eratex Djaja Tbk 200 210 130 49118 49118 49118 9824 10315 6385 339660 262717 297078 2.89% 3.93% 2.15%

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 300 125 80 201521 201521 201521 60456 25190 16122 276107 214371 198378 21.90% 11.75% 8.13%

6 GT Petrochem Industries Tbk 110 375 345 1120000 1120000 1944590 123200 420000 670884 7798613 6601155 3079865 1.58% 6.36% 21.78%

7 Indorama Synthetics Tbk 450 525 625 327176 327176 327176 147229 171767 204485 2820089 2581733 2743174 5.22% 6.65% 7.45%

8 Karwell Indonesia Tbk 350 410 410 293576 293576 293576 102752 120366 120366 422433 369948 475660 24.32% 32.54% 25.31%

9 Panasia Filament Inti Tbk 100 95 100 125000 125000 187536 12500 11875 18754 654383 633908 606634 1.91% 1.87% 3.09%

10 Panasia Indosyntec Tbk 200 275 500 266000 266000 354286 53200 73150 177143 1708635 1592882 837849 3.11% 4.59% 21.14%

11 Pan Brother Tex Tbk 2000 385 405 38400 38400 38400 76800 14784 15552 66895 38171 46019 114.81% 38.73% 33.79%

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 40 110 355 144000 144000 320859 5760 15840 113905 246508 246419 78120 2.34% 6.43% 145.81%

13 Roda Vivatex Tbk 1000 900 825 134400 134400 134400 134400 120960 110880 48751 50634 52236 275.69% 238.89% 212.27%

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 90 140 150 209177 209177 209177 18826 29285 313766 530594 574359 633075 3.55% 5.10% 49.56%

15 Tifico Tbk 240 230 255 465000 465000 465000 111600 106950 118575 1425160 1385908 1888334 7.83% 7.72% 6.28%

Page 131: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 5

Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan Sales Total Assets X5

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 1955031 1912468 2165991 2687344 2592556 2576148 0.73 0.74 0.84

2 Argo Pantes Tbk 1033464 1028794 982371 2265174 2125970 1759150 0.46 0.48 0.56

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 71816 81189 311638 40856 40096 830457 1.76 2.02 0.38

4 Eratex Djaja Tbk 363804 391008 426083 418678 290042 298389 0.87 1.35 1.43

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 417869 376682 487609 664935 574093 543566 0.63 0.66 0.90

6 GT Petrochem Industries Tbk 2935694 3059049 4481624 6637499 6239217 4549288 0.44 0.49 0.99

7 Indorama Synthetics Tbk 2834824 3008769 3936841 4837746 4530166 4937424 0.59 0.66 0.80

8 Karwell Indonesia Tbk 540637 525007 583340 491824 412820 514999 1.10 1.27 1.13

9 Panasia Filament Inti Tbk 559865 371625 403333 780672 717711 709778 0.72 0.52 0.57

10 Panasia Indosyntec Tbk 1164127 978309 1073768 2010353 1863039 1113478 0.58 0.53 0.96

11 Pan Brother Tex Tbk 300118 264225 307709 140844 112292 126772 2.13 2.35 2.43

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 234902 207634 222256 260766 263827 297377 0.90 0.79 0.75

13 Roda Vivatex Tbk 196859 178589 178585 301737 309646 322871 0.65 0.58 0.55

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 507144 526184 548070 811519 913734 923895 0.62 0.58 0.59

15 Tifico Tbk 1570829 1946954 2590237 2279387 2123547 2547453 0.69 0.92 1.02

Page 132: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 6

Rata-Rata Rasio Keuangan Altman

Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan X1 X2 X3 X4 X5

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk -55.49% -5.16% -9.74% -25.29% -30.49% -34.26% 0.47% -2.41% -0.55% 2.09% 4.89% 4.87% 0.73 0.74 0.84

2 Argo Pantes Tbk -41.28% -46.03% -53.91% -44.81% -47.10% -70.36% -0.48% -3.77% -5.34% 4.07% 8.10% 8.84% 0.46 0.48 0.56

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 45.70% 46.66% -28.56% 8.67% 9.27% 0.70% -2.09% -1.95% 1.11% 12.51% 17.78% 6.10% 1.76 2.02 0.38

4 Eratex Djaja Tbk 32.75% 14.92% 6.90% 5.28% -8.95% -17.14% -3.35% -15.36% 3.25% 2.89% 3.93% 2.15% 0.87 1.35 1.43

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 15.44% 29.51% 31.88% 21.93% 19.89% 18.65% -1.03% -6.88% -1.30% 21.90% 11.75% 8.13% 0.63 0.66 0.90

6 GT Petrochem Industries Tbk -36.23% 12.57% 13.20% -35.34% -24.80% -23.94% -1.00% 0.07% 10.17% 1.58% 6.36% 21.78% 0.44 0.49 0.99

7 Indorama Synthetics Tbk 10.53% 4.09% 9.57% 12.06% 12.97% 13.90% 3.04% 2.24% 2.25% 5.22% 6.65% 7.45% 0.59 0.66 0.80

8 Karwell Indonesia Tbk -30.93% -36.29% -30.05% -45.81% -60.43% -49.22% -2.48% -2.80% 5.89% 24.32% 32.54% 25.31% 1.10 1.27 1.13

9 Panasia Filament Inti Tbk 15.38% 6.63% 10.51% -19.55% -27.19% -35.86% -5.35% -10.60% -8.04% 1.91% 1.87% 3.09% 0.72 0.52 0.57

10 Panasia Indosyntec Tbk 4.35% 0.99% 1.84% -44.85% -49.97% -85.10% -3.69% -7.05% -4.21% 3.11% 4.59% 21.14% 0.58 0.53 0.96

11 Pan Brother Tex Tbk 54.44% 49.88% 48.34% 22.24% 25.46% 29.99% 18.80% 6.52% 6.78% 114.81% 38.73% 33.79% 2.13 2.35 2.43

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -5.90% -2.14% 47.39% -53.80% -51.80% -36.78% -5.98% 0.21% 8.80% 2.34% 6.43% 145.81% 0.90 0.79 0.75

13 Roda Vivatex Tbk 21.10% 29.19% 12.26% 40.72% 41.83% 43.71% -6.47% 1.06% 3.90% 275.69% 238.89% 212.27% 0.65 0.58 0.55

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 6.48% 2.08% -6.62% 5.24% 5.59% 0.28% 2.57% 1.13% -1.38% 3.55% 5.10% 49.56% 0.62 0.58 0.59

15 Tifico Tbk 5.14% -10.58% -9.52% 2.41% -0.97% -7.09% -1.43% -0.80% -1.12% 7.83% 7.72% 6.28% 0.69 0.92 1.02

Rata-Rata 2.77% 6.42% 2.90% -10.06% -12.44% -16.83% -0.57% -2.69% 1.35% 32.25% 26.36% 37.10% 0.86 0.93 0.93

Tertinggi 54.44% 49.88% 48.34% 40.72% 41.83% 43.71% 18.80% 6.52% 10.17% 275.69% 238.89% 212.27% 2.13 2.35 2.43

Terendah -55.49% -46.03% -53.91% -53.80% -60.43% -85.10% -6.47% -15.36% -8.04% 1.58% 1.87% 2.15% 0.44 0.48 0.38

Page 133: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 7

Perhitungan Z-Score Altman

Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan X1 (0.717) X2 (0.847) X3 (3.107) X4 (0.420) X5 (0.998) Z-Score

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra C. Tbk -55.49% -5.16% -9.74% -25.29% -30.49% -34.26% 0.47% -2.41% -0.55% 2.09% 4.89% 4.87% 0.73 0.74 0.84 0.140 0.389 0.482

2 Argo Pantes Tbk -41.28% -46.03% -53.91% -44.81% -47.10% -70.36% -0.48% -3.77% -5.34% 4.07% 8.10% 8.84% 0.46 0.48 0.56 -0.214 -0.333 -0.552

3 Daeyu Orchid I. Tbk 45.70% 46.66% -28.56% 8.67% 9.27% 0.70% -2.09% -1.95% 1.11% 12.51% 17.78% 6.10% 1.76 2.02 0.38 2.145 2.443 0.241

4 Eratex Djaja Tbk 32.75% 14.92% 6.90% 5.28% -8.95% -17.14% -3.35% -15.36% 3.25% 2.89% 3.93% 2.15% 0.87 1.35 1.43 1.056 0.918 1.441

5 Ever Shine T. I. Tbk 15.44% 29.51% 31.88% 21.93% 19.89% 18.65% -1.03% -6.88% -1.30% 21.90% 11.75% 8.13% 0.63 0.66 0.90 0.985 0.874 1.279

6 GT Petrochem Tbk -36.23% 12.57% 13.20% -35.34% -24.80% -23.94% -1.00% 0.07% 10.17% 1.58% 6.36% 21.78% 0.44 0.49 0.99 -0.144 0.398 1.287

7 Indorama S. Tbk 10.53% 4.09% 9.57% 12.06% 12.97% 13.90% 3.04% 2.24% 2.25% 5.22% 6.65% 7.45% 0.59 0.66 0.80 0.883 0.895 1.086

8 Karwell Indo. Tbk -30.93% -36.29% -30.05% -45.81% -60.43% -49.22% -2.48% -2.80% 5.89% 24.32% 32.54% 25.31% 1.10 1.27 1.13 0.513 0.545 0.785

9 Panasia F. Inti Tbk 15.38% 6.63% 10.51% -19.55% -27.19% -35.86% -5.35% -10.60% -8.04% 1.91% 1.87% 3.09% 0.72 0.52 0.57 0.505 0.015 0.104

10 Panasia Indosy. Tbk 4.35% 0.99% 1.84% -44.85% -49.97% -85.10% -3.69% -7.05% -4.21% 3.11% 4.59% 21.14% 0.58 0.53 0.96 0.129 -0.087 0.208

11 Pan Brother Tex Tbk 54.44% 49.88% 48.34% 22.24% 25.46% 29.99% 18.80% 6.52% 6.78% 114.81% 38.73% 33.79% 2.13 2.35 2.43 3.771 3.284 3.378

12 Ricky Putra G. Tbk -5.90% -2.14% 47.39% -53.80% -51.80% -36.78% -5.98% 0.21% 8.80% 2.34% 6.43% 145.81% 0.90 0.79 0.75 0.224 0.368 1.663

13 Roda Vivatex Tbk 21.10% 29.19% 12.26% 40.72% 41.83% 43.71% -6.47% 1.06% 3.90% 275.69% 238.89% 212.27% 0.65 0.58 0.55 2.102 2.179 2.020

14 Sunson Tex. M. Tbk 6.48% 2.08% -6.62% 5.24% 5.59% 0.28% 2.57% 1.13% -1.38% 3.55% 5.10% 49.56% 0.62 0.58 0.59 0.804 0.698 1.129

15 Tifico Tbk 5.14% -10.58% -9.52% 2.41% -0.97% -7.09% -1.43% -0.80% -1.12% 7.83% 7.72% 6.28% 0.69 0.92 1.02 0.734 0.842 0.881

Page 134: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 13

Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (X)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan Transportation Expense Operating Revenue TE/OR (X)

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 161499 164732 179193 1955031 1912468 2165991 0.083 0.086 0.083

2 Argo Pantes Tbk 68142 72001 58358 1033464 1028794 982371 0.066 0.070 0.059

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 9392 6628 9554 71816 81189 311638 0.131 0.082 0.031

4 Eratex Djaja Tbk 57163 60703 47283 363804 391008 426083 0.157 0.155 0.111

5 Ever Shine Textile Industry Tbk 27294 25158 30969 417869 376682 487609 0.065 0.067 0.064

6 GT Petrochem Industries Tbk 137385 192505 142322 2935694 3059049 4481624 0.047 0.063 0.032

7 Indorama Synthetics Tbk 237067 244696 271845 2834824 3008769 3936841 0.084 0.081 0.069

8 Karwell Indonesia Tbk 47380 57263 48582 540637 525007 583340 0.088 0.109 0.083

9 Panasia Filament Inti Tbk 54011 39113 53950 559865 371625 403333 0.096 0.105 0.134

10 Panasia Indosyntec Tbk 100037 74595 73511 1164127 978309 1073768 0.086 0.076 0.068

11 Pan Brother Tex Tbk 32886 31394 35562 300118 264225 307709 0.110 0.119 0.116

12 Ricky Putra Globalindo Tbk 34273 34122 38826 234902 207634 222256 0.146 0.164 0.175

13 Roda Vivatex Tbk 19693 18477 17562 196859 178586 178585 0.100 0.103 0.098

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 29321 39991 34114 507144 526184 548070 0.058 0.076 0.062

15 Tifico Tbk 62392 62203 83976 1570829 1946954 2590237 0.040 0.032 0.032

Page 135: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 14

Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahaan EBIT Interest Expense TIE (Y)

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk 12589 -62379 -14044 -172446 -227795 -158028 -0.073 0.274 0.089

2 Argo Pantes Tbk -10946 -80098 -93980 239542 10920 -250025 -0.046 -7.335 0.376

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -854 -780 9241 -220 -606 -8135 3.882 1.287 -1.136

4 Eratex Djaja Tbk -14022 -44556 9705 21209 -12020 -36958 -0.661 3.707 -0.263

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -6862 -39472 -7082 8406 -1905 -11760 -0.816 20.720 0.602

6 GT Petrochem Industries Tbk -66430 4335 462658 920660 257570 -309849 -0.072 0.017 -1.493

7 Indorama Synthetics Tbk 146946 101325 111240 -89435 -41725 -46828 -1.643 -2.428 -2.376

8 Karwell Indonesia Tbk -12207 -11541 30322 675 -18078 -28624 -18.084 0.638 -1.059

9 Panasia Filament Inti Tbk -41795 -76087 -57098 74960 22109 -9117 -0.558 -3.441 6.263

10 Panasia Indosyntec Tbk -74141 -131411 -46902 154616 63019 35236 -0.480 -2.085 -1.331

11 Pan Brother Tex Tbk 26484 7326 8599 -3815 1059 3274 -6.942 6.918 2.626

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -15585 558 26177 16289 3278 -629 -0.957 0.170 -41.617

13 Roda Vivatex Tbk -19534 3272 12587 3391 5156 3485 -5.761 0.635 3.612

14 Sunson Textile Manufacture Tbk 20841 10363 -12766 19297 536 -53729 1.080 19.334 0.238

15 Tifico Tbk -32508 -16886 -28625 -18609 -66481 -112400 1.747 0.254 0.255

Page 136: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 15

Rata-Rata Rasio Keuangan Foster Tahun 2002-2004

No Nama Perusahaan TE/OR (X) TIE (Y) 2002 2003 2004 2002 2003 2004 1 Apac Citra Centertex Tbk 0.083 0.086 0.083 -0.073 0.274 0.0892 Argo Pantes Tbk 0.066 0.070 0.059 -0.046 -7.335 0.3763 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 0.131 0.082 0.031 3.882 1.287 -1.1364 Eratex Djaja Tbk 0.157 0.155 0.111 -0.661 3.707 -0.2635 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.065 0.067 0.064 -0.816 20.720 0.6026 GT Petrochem Industries Tbk 0.047 0.063 0.032 -0.072 0.017 -1.4937 Indorama Synthetics Tbk 0.084 0.081 0.069 -1.643 -2.428 -2.3768 Karwell Indonesia Tbk 0.088 0.109 0.083 -18.084 0.638 -1.0599 Panasia Filament Inti Tbk 0.096 0.105 0.134 -0.558 -3.441 6.26310 Panasia Indosyntec Tbk 0.086 0.076 0.068 -0.480 -2.085 -1.33111 Pan Brother Tex Tbk 0.110 0.119 0.116 -6.942 6.918 2.62612 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.146 0.164 0.175 -0.957 0.170 -41.61713 Roda Vivatex Tbk 0.100 0.103 0.098 -5.761 0.635 3.61214 Sunson Textile Manufacture Tbk 0.058 0.076 0.062 1.080 19.334 0.23815 Tifico Tbk 0.040 0.032 0.032 1.747 0.254 0.255 Rata-rata 0.090 0.093 0.081 -1.959 2.578 -2.348 Tertinggi 0.157 0.164 0.175 3.882 20.720 6.263 Terendah 0.040 0.032 0.031 -18.084 -7.335 -41.617

Page 137: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 16

Perhitungan Z-Score Foster

Tahun 2002-2004 No Nama Perusahaan X (-3.366) Y (0.657) Z-Score

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004

1 Apac Citra Centertex Tbk -0.278 -0.290 -0.278 -0.048 0.180 0.058 -0.326 -0.110 -0.220

2 Argo Pantes Tbk -0.222 -0.236 -0.200 -0.030 -4.819 0.247 -0.252 -5.055 0.047

3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -0.440 -0.275 -0.103 2.550 0.846 -0.746 2.110 0.571 -0.850

4 Eratex Djaja Tbk -0.529 -0.523 -0.374 -0.434 2.435 -0.173 -0.963 1.913 -0.546

5 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.220 -0.225 -0.214 -0.536 13.613 0.396 -0.756 13.388 0.182

6 GT Petrochem Industries Tbk -0.158 -0.212 -0.107 -0.047 0.011 -0.981 -0.205 -0.201 -1.088

7 Indorama Synthetics Tbk -0.281 -0.274 -0.232 -1.079 -1.595 -1.561 -1.361 -1.869 -1.793

8 Karwell Indonesia Tbk -0.295 -0.367 -0.280 -11.881 0.419 -0.696 -12.176 0.052 -0.976

9 Panasia Filament Inti Tbk -0.325 -0.354 -0.450 -0.366 -2.261 4.115 -0.691 -2.615 3.664

10 Panasia Indosyntec Tbk -0.289 -0.257 -0.230 -0.315 -1.370 -0.875 -0.604 -1.627 -1.105

11 Pan Brother Tex Tbk -0.369 -0.400 -0.389 -4.561 4.545 1.726 -4.930 4.145 1.337

12 Ricky Putra Globalindo Tbk -0.491 -0.553 -0.588 -0.629 0.112 -27.342 -1.120 -0.441 -27.930

13 Roda Vivatex Tbk -0.337 -0.348 -0.331 -3.785 0.417 2.373 -4.121 0.069 2.042

14 Sunson Textile Manufacture Tbk -0.195 -0.256 -0.210 0.710 12.702 0.156 0.515 12.447 -0.053

15 Tifico Tbk -0.134 -0.108 -0.109 1.148 0.167 0.167 1.014 0.059 0.058

Page 138: ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN …lib.unnes.ac.id/1123/1/2003.pdfmodel altman dan foster pada perusahaan textile dan garment ... manajemen keuangan fakultas ekonomi

Lampiran 22

Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hutang)

Tahun 2002-2004 (Dalam Jutaan Rupiah)

Total Hutang Total Aktiva Rasio Hutang No Nama Perusahaan

2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004 1 Apac Citra Centertex Tbk 2816389 1915103 2048469 2867344 2592556 2576148 98% 74% 80%2 Argo Pantes Tbk 2277498 2124752 1983059 2265174 2125970 1759150 101% 100% 113%3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 14805 13884 540606 40856 40096 830457 36% 35% 65%4 Eratex Djaja Tbk 339660 262717 297078 418678 290042 298389 81% 91% 100%5 Ever Shine Textile Industry Tbk 276107 214371 198378 664935 574093 543566 42% 37% 36%6 GT Petrochem Industries Tbk 7798613 6601155 3079865 6637499 6239217 4549288 117% 106% 68%7 Indorama Synthetics Tbk 2820089 2581733 2743174 4837746 4530166 4937424 58% 57% 56%8 Karwell Indonesia Tbk 422433 369948 475660 491824 412820 514999 86% 90% 92%9 Panasia Filament Inti Tbk 654383 633908 606634 780672 717711 709778 84% 88% 85%

10 Panasia Indosyntec Tbk 1708653 1592882 837849 2010353 1863039 1113478 85% 85% 75%11 Pan Brother Tex Tbk 66895 38171 46019 140844 112292 126772 47% 34% 36%12 Ricky Putra Globalindo Tbk 246508 246419 78120 260766 263827 297377 95% 93% 26%13 Roda Vivatex Tbk 48751 50634 52236 301737 309646 322871 16% 16% 16%14 Sunson Textile Manufacture Tbk 530594 574359 633075 811519 913734 923895 65% 63% 69%15 Tifico Tbk 1425160 1385908 1888334 2279387 2123547 2547453 63% 65% 74%