analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persyaratan pelaksanaan sistem demokrasi adalah keikutsertaan rakyat dalam proses pemerintahan. Masyarakat mempunyai akses ke sistem pemerintahan memberikan partisipasi dalam memilih siapa yang akan menjadi pemimpin mereka. Dalam sistem Negara dimana terbentuk Lembaga Perwakilan Rakyat, maka kemauan rakyat itu diwakilkan kepada mereka yang duduk dalam lembaga perwakilan rakyat. Diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia mempunyai tujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal. Sebelumnya pemilhan kepala daerah seringkali turut dipengaruhi oleh pemerintah pusat atau oleh pemerintah provinsi untuk pemilihan kepala daerah kabupaten. Di era reformasi kewenangan untuk memilih seorang kepala daerah sepenuhnya dilakukan oleh rakyat. Pemilihan kandidat politik untuk bursa eksekutif dan legislative di zaman serba terbuka sekarang ini, tampaknya seperti sedang mengadopsi model atau event pasar produk bisnis komersial. Tiba-tiba dengan tempo singkat, menyeret sejumlah besar pelaku terlibat langsung dan tidak langsung dalam menanggapi event ini. Di antara mereka saling menjajaki satu sama lain, membuka penawaran, saling berpromosi, adu kompetisi, memobilisasi resources, negosiasi alot, menggandeng spekulan, serta memacu mobilitas dan popularitas. Pemilihan langsung telah mendekatkan antara kandidat dengan masyarakat. Seleksi pimpinan Nasional sampai kepemimpinan lokal Universitas Sumatera Utara

Transcript of analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Page 1: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persyaratan pelaksanaan sistem demokrasi adalah keikutsertaan

rakyat dalam proses pemerintahan. Masyarakat mempunyai akses ke sistem

pemerintahan memberikan partisipasi dalam memilih siapa yang akan menjadi

pemimpin mereka. Dalam sistem Negara dimana terbentuk Lembaga Perwakilan

Rakyat, maka kemauan rakyat itu diwakilkan kepada mereka yang duduk dalam

lembaga perwakilan rakyat.

Diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia mempunyai tujuan untuk

memberdayakan masyarakat lokal. Sebelumnya pemilhan kepala daerah seringkali

turut dipengaruhi oleh pemerintah pusat atau oleh pemerintah provinsi untuk

pemilihan kepala daerah kabupaten. Di era reformasi kewenangan untuk memilih

seorang kepala daerah sepenuhnya dilakukan oleh rakyat.

Pemilihan kandidat politik untuk bursa eksekutif dan legislative di zaman serba

terbuka sekarang ini, tampaknya seperti sedang mengadopsi model atau event pasar

produk bisnis komersial. Tiba-tiba dengan tempo singkat, menyeret sejumlah besar

pelaku terlibat langsung dan tidak langsung dalam menanggapi event ini. Di antara

mereka saling menjajaki satu sama lain, membuka penawaran, saling berpromosi, adu

kompetisi, memobilisasi resources, negosiasi alot, menggandeng spekulan, serta

memacu mobilitas dan popularitas. Pemilihan langsung telah mendekatkan antara

kandidat dengan masyarakat. Seleksi pimpinan Nasional sampai kepemimpinan lokal

Universitas Sumatera Utara

Page 2: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

dilaksanakan langsung. Pemilih akan menjatuhkan pilihannya kepada sang idola saat

sudah berada di bilik suara. Pemilu 2004 menjadi pengalaman pertama rakyat

menitipkan kepercayaannya langsung kepada tokoh pilihannya. Pemilihan DPR,

DPD, serta Presiden dan Wakil Presiden yang berlangsung dua tahap ternyata

menjadi ajang pencitraan publik figur bagi para kontestan di atas panggung Nasional.

Demikianlah kelak pemilihan kandidat politik di tingkat lokal. Rakyat memilih

langsung siapa yang pantas sesuai menjadi Kepala Daerah di wilayahnya. Bupati,

Walikota dan gubernur adalah jabatan-jabatan publik untuk siapa saja yang ingin

maju tampil menjadi kontestan. Bursa pencalonan lebih terbuka, kompetitif dan

partisipatif. Sementara siklus dan rotasi kepemimpinan di pastikan berjalan dinamis

sambil memberi ruang-ruang kebebasan sepanjang proses transisi demokratik yang

tak mungkin lagi terhindarkan. Sekarang siapa yang dapat menjadi kandidat politik?

Kesempatan terbuka bagi siapapun yang ingin optimal meraihnya.2

Permasalahan yang muncul adalah adanya berbagai macam tindak pidana yang

dilakukan yang merebak diberbagai daerah dalam memilih seorang kepala daerah.

Sampai sekarang pun ada kesulitan untuk mendapatkan bukti-bukti tertulis guna

memprosesnya secara hukum. Padahal hukum di Indonesia senantiasa menuntut

adanya bukti-bukti tertulis itu untuk dapat mengajukan seseorang ke pengadilan

dengan tuduhan telah melakukan tindak pidana dalam pemilihan kepala daerah.

2 Agung wibawanto, Memenangkan Hati dan Pikiran Rakyat, PEMBARUAN, Yogyakarta,

2005, hal.6

Universitas Sumatera Utara

Page 3: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Saat ini di berbagai daerah setelah pilkada marak dengan aksi protes atas hasil

pilkada, di mana protes-protes yang ada, terkadang menjurus ke penggunaan

kekuatan fisik. Tuntutan keberatan atas hasil pilkada banyak dilakukan oleh pasangan

calon yang kalah, yang pada umumnya bermuara pada kehendak untuk membatalkan

hasil pilkada dan dilakukan pilkada ulang.Tuntutan atau gugatan dilakukan dengan

cara mengajukan permohonan keberatan atas hasil pilkada ataupun tuntutan

penyelesaian segera dugaan tindak pidanayang terkait dengan pelaksanaan pilkada.

Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, namun ironis dan sangat memprihatinkan,

karena dengan banyaknya gugatan pasangan calon yang kalah, justru membuktikan

bahwa masyarakat negeri ini kebanyakan belum memiliki kedewasaan dalam

berpolitik dan berdemokrasi. 3

Sulit memang menerima kekalahan dengan lapang dada, karena pada dasarnya

setiap diri manusia selalu menginginkan kemenangan, bukan kekalahan. Sayangnya,

mereka hanya berfikir kemenangan, sehingga hanya siap menang tetapi tidak siap

kalah. Ketika kalah, emosi lebih dikedepankan. Kemarahan, kebencian, dan

ketidakpuasan meledak, serta tindakan perlawanan atas kemenangan orang lain

dilakukannya. Secara psikologis, hal itu pasti diliputi suasana permusuhan, labil, dan

mudah terprovokasi. Mengutip apa yang dikatakan Edward Stevens dalam bukunya

yang berjudul "The Morals Game" (1974)4. Dalam "penjara sosial", terkadang

seseorang termakan oleh ideologi kelompok yang begitu kuatnya, sehingga tidak

dapat membedakan antara sesuatu yang benar dengan propaganda.Sebenarnya, tuntut

3 Ibid.,hal7 4 Edward Stevens, The Morals Game, 1974

Universitas Sumatera Utara

Page 4: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

menuntut atau gugat menggugat tidak perlu terjadi, apabila kita semua dapat

mengendalikan emosi ataupun ambisi pribadi, serta mau mawas diri. Pengajuan

tuntutan atau gugatan itu sesuatu hal yang wajar, karena pada hakekatnya hal tersebut

merupakan hak pribadi. Namun demikian, hak tersebut perlu juga diperhatikan, serta

yang terpenting harus mendasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Jangan sampai

kita menuntut hak, tetapi justru melanggar hak orang lain, bahkan melanggar hukum.

Maraknya gugatan keberatan hasil pilkada yang ada saat ini, pada umumnya

diajukan tanpa terkait dengan kesalahan hasil perhitungan suara, tetapi lebih banyak

mengarah pada mekanisme dalam pelaksanaan pilkada khususnya terkait dengan

kebijakan yang dikeluarkan KPUD. Gugatan dengan objek surat edaran KPUD

ataupun keputusan-keputusan KPUD lainnya yang berisi petunjuk teknis pelaksanaan

pilkada tentunya tidak tepat, karena KPUD selaku Panitia Pelaksana pilkada punya

kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menetapkan

peraturan teknis yang menyangkut mekanisme atau tata cara atau proses pelaksanaan

pilkada itu sendiri, dan UU juga telah tegas membatasi bahwa kompetensi atau

kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menangani sengketa pilkada ditentukan

hanya sebatas penetapan hasil pilkada oleh KPUD saja, serta keputusan yang

dikeluarkan oleh KPUD terkait dengan petunjuk teknis pelaksanaan pilkada, tidak

termasuk objek keberatan. Karena itu, jika yang diajukan penggugat/pemohon tidak

terkait dengan petunjuk teknis pelaksanaan pilkadan atau mengenai masalah di luar

hasil penghitungan suara, secara juridis, gugatan tersebut tidak memenuhi persyaratan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

materiil dan formal, dan permohonan harus dinyatakan tidak diterima. Dengan

sendirinya berarti gugatan selayaknya harus ditolak.

Banyak kalangan yang meyakini bahwa pemilihan kepala daerah memiliki

potensi memicu konflik dimasyarakat. Sumber potensi konflik terkait dengan dua hal,

pertama berasal dari karakteristik politik lokal dan tingkah laku rata-rata elit atau

pemilih yang belum sepenuhnya kondusif bagi sebuah penyelenggaraan pemilihan

langsung. Kedua Sumber rawan konflik berikutnya yaitu terdapatnya kelemahan pada

beberapa ketentuan didalam peraturan perundang-undangan tentang Pemilihan

Kepala Daerah (Pilkada), baik UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

maupun Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 mengenai Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Kelemahan dimaksud terdeteksi pada seluruh siklus Pilkada mulai dari tahap

persiapan hingga setelah Pilkada. Dengan kata lain, ketentuan-ketentuan Pilkada

belum dapat berfungsi sebagai aturan main guna membatasi tingkah laku pemilih,

pendukung dan kandidat pilkada. Konsekuensinya, ketentuan perundang-undangan

berpotensi besar untuk gagal berfungsi sebagai mekanisme penegakan hukum dalam

proses Penyelenggaraan Pilkada.5

5 Donni Edwin, Pilkada Langsung Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance,

Partnership dan Pusat Kajian Ilmu Politik, Jakarta,2004, hal. 79

Universitas Sumatera Utara

Page 6: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

B. Permasalahan

1. Tindak Pidana apa saja yang terdapat dalam Pemilihan Kepala Daerah?

2. Bagaimanakah Pertanggungjawaban pelaku yang melakukan Tindak Pidana

dalam Pemilihan Kepala Daerah?

3. Bagaimana peran Lembaga Peradilan dalam menyelesaikan Sengketa dalam

Pemilihan Kepala Daerah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pelaku yang melakukan

Tindak Pidana dalam Pemilihan Kepala Daerah

2. Untuk mengetahui bagaimana Peran Lembaga Peradilan dalam menyelesaikan

sengketa dalam pemilihan Kepala Daerah

3. Untuk mengetahui tentang Tindak Pidana apa saja yang terdapat dalam

Pemilihan Kepala Daerah

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sekedar sumbangan pemikiran

dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Hukum Pidana dan khususnya mengenai Tindak Pidana yang terdapat dalam

Pemilihan Kepala Daerah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

pembuat undang-undang dalam menetapkan kebijaksanaan lebih lanjut

sebagai upaya untuk memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan

perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang dalam Pemilihan

Kepala Daerah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum

dan lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah

Konstitusi dan lembaga-lembaga lainnya dalam menyelesaikan permasalahan

yang berkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah sesuai dengan undang-

undang yang berlaku.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian di Perpustakaan, skripsi yang

berjudul Analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilihan Kepala

Daerah ini belum ada yang memiliki atau membahas baik dalam bentuk disertasi,

makalah, majalah, artikel, bahan-bahan diskusi, seminar dan lokakarya. Oleh karena

itu maka dapat dianggap penulisan skripsi ini memiliki keaslian.

Apabila ditemukan ada skripsi yang berjudul dengan permasalahan yang sama,

maka penulis akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tindak Pidana.

Banyak sekali terdapat diantara sarjana-sarjana dalam bidang Hukum Pidana yang

menggunakan istilah yyang berbeda-beda untuk menunjuk kepada Tindak Pidana.

Moeljatno, memakai istilah “ Perbuatan Pidana”. Beliau tidak menggunakan

istilah Tindak Pidana. Perbuatan pidana menurut beliau dirumuskan sebagai berikut :

“Perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.”6

Sedangkan Utrecht menggunakan istilah “Peristiwa Pidana”. Demikian juga

penggunaan istilah yang berbeda untuk menunjuk kepada tindak pidana diberikan

oleh Mr. M. H. Tirtaamidjaja, beliau menggunakan istilah “Pelanggaran Pidana”

Namun diantara keanekaragaman penggunaan istilah tersebut pada dasarnya

adalah menunjuk kepada pengertian yang sama, yakni yang berasal dari strafbaar feit.

Strafbar Feit adalah diambil dari bahasa belanda yang apabila diterjemahkan secara

harafiah berarti peristiwa pidana.

Menurut Simons, bahwa strafbar feit ialah perbutan melawan hukum yang

berkaitan dengan kesalahan (shculd) seseorang yang mampu bertanggungjawab.

6 Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,1983. hal.1

Universitas Sumatera Utara

Page 9: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Kesalahan dalam pengertian ini termasuk juga kesalahan dalam arti luas yang

meliputi dolus (sengaja) dan culpalate(alpa dan lalai).7

Van Hamel menjelaskan bahwa strafbar feit sebagai perbuatan manusia yang

diuraikan oleh Undang-undang, melawan hukum, patut atau bernilai unutuk dipidana

(strafwaardig), dan dapat dicela karena kesalahan.8

Sedangkan sarjana Pompe menguraikan dua macam definisi tentang strafbaar feit

ini 9, yakni :

a. Defenisi yang bersifat teoritis

Maksudnya ialah berupa pelanggaran terhadap norma (kaidah/tata hukum), yang

diadakan karena kesalahan pelanggar, dan yang harus dijatuhkan pidana untuk

dapat mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

Defenisi ini sekaligus merujuk kepada tujuan hukum pidana yaitu

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum yang

sesuai dengan UUD 1945.

b. Defenisi yang bersifat hukum positif

memberikan pengertian bahwa starbaar feit ialah suatu peristiwa yang oleh

undang-undang ditentukan mengandung perbuatan (handeling) dan pengabaian

(nelaten), tidak berbuat/berbuat pasif, biasanya dilakukan dalam beberapa

7 A. Zainal Abidin.,Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hal. 224 8 Ibid., hal.225 9 Ibid., hal. 225

Universitas Sumatera Utara

Page 10: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

keadaan, merupakan bagian dari suatu peristiwa. Uraian perbuatan dan keadaan

ikut serta itulah yang disebut uraian delik.

Lain lagi defenisi yang diberikan oleh sarjana Vos. Beliau memberikan pengertian

yang singkat bagi strfbaar feit, yaitu kelakuan atau tingkah laku manusia, yang oleh

peraturan perundang-undangan diberikan pidana.10

Demikianlah beberapa rumusan-rumusan tentang Tindak Pidana (Strafbaar Feit)

yang diberikan oleh para sarjana ahli dalam hukum pidana.

Pada umumnya tindak pidana disinonimkan dengan “delik” yang berasal dari

bahasa latin yakni kata delictum. Sedangkan pengertian delik itu sendiri dalam bahasa

indonesia adalah : “Delik: perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena

merupakan pelanggaran terhadap undang-undang Tindak Pidana.”11

Dapat disimpulkan bahwa batasan terhadap delik pada umumnya adalah sebagai

berikut :

“suatu perbuatan aktif atau pasif, yang untuk delik materil disyaratkan terjadinya

akibat yang mempunyai hubungan yang kausal dengan perbuatan, yang melawan

hukum formil dan materil, dan tidak ada dasar yang membenarkan perbuatan itu.”

Sedangkan apabila dilihat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

maka pengrtian delik itu sendiri tidak dapa ditemukan. Tiap-tiap Pasal dari KUHP

10 Ibid., hal. 225

11 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

hanya menguraikan unsur-unsur delik yang berbeda-beda, sesuai dengan jenis

perbuatan yang diaturnya.

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Yang dimaksudkan disini adalah untuk mengetahui unsur-unsur dari suatu tindak

pidana. Untuk itu harus terlebih dahulu mengetahui pengertian dari unsur. Unsur

adalah semua syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu perbuatan untuk dapat

dikategorikan sebagai perbuatan/tindakan yang melawan/melanggar hukum.

Unsur-unsur dari tindak pidana menurut Van Hamel meliputi :

a. Perbuatan,

b. perbuatan itu ditentukan oleh hukum pidana tertulis(asa legalitas) merupakan

perbuatan melawan hukum,

c. bernilai atau patut dipidana.

Sedangkan menurut Van Bemelen Unsur-unsur dari suatu tindak pidana

diantaranya ialah adanyan unsur-unsur kesalahan, kemampuan bertanggungjawab dan

sifat melawan hukum dariperbuatan tersebut.

Lain lagi unsur-unsur dari suatu tindak pidana yang diberikan oleh Prof. Simons.

Menurut Beliau tindak pidana memuat beberapa unsur, yakni :12

1. suatu perbuatan manusia

12 Leden Marpaung,, Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Masalah Prevensinya, Sinar

Grafika, Jakarta 1997, hal.9

Universitas Sumatera Utara

Page 12: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

2. perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang

3. perbuatan itu dilakkan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan

unsur-unsur dari tindak pidana adalah jelas berbeda-beda, tergantung dari bentuk

tindak pidananya. Walaupun unsur-unsur setiap delik/tindak pidana berbeda-beda

namun pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yang sama, yakni :13

a. perbuatan aktif/positif atau pasif/negative

b. akibat yang terjadi

c. melawan hukum formil yang berkaitan dengan asas legalitas, dan melawan

hukum materil, dan

d. tidak adanya alasan pembenar

Di dalam Pasal-Pasal KUHP ada unsur-unsur delik yang disebutkan secara tegas

(expressis verbis) di dalam Pasal itu sendiri. Namun disamping itu ada juga unsur-

unsur dari delik yang tidak disebutkan dalam Pasal-Pasal KUHP tersebut, walaupun

demikian retap diakui sebagai unsur-unsur dari delik/tindak pidana. Misalnya unsur

melawan hukum dan tidak adanya alasan pembenar.

Unsur-unsur yang tidak dicantumkan secara tegas di dalam Pasal-Pasal KUHP

tersebut dinamakan unsur diam-diam, dan diterima sebagai asumsi.

Adapun cara-cara yang digunakan untuk menguraikan unsur-unsur dari delik ada

tiga cara, yaitu :

13 A. Zainal Abidin Farid, op.cit., hal.221-222

Universitas Sumatera Utara

Page 13: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

1. Dengan menerangkan atau menguraikannya, contohnya rumusan delik menurut

Pasal 279,281,286 KUHP. Dari keterangan atau uraian dalam Pasal-Pasal

tersebutdapatlah diketahui unsur-unsurnya

2. Dari rumusan delik yang terdapat dalam Pasal-Pasal tersebut, lalu ditambah

dengan kualifikasi atau sifat dan gelar dari delik itu sendiri. Contohnya pencurian

(Pasal 362 KUHP), Penggelapan (Pasal 372 KUHP), Penipuan (Pasal 378 KUHP)

3. Apabila Pasal-Pasal hanya menyebutkan kualifikasi (sifat,gelar) tanpa uraian

unsur-unsur perbuatan lebih lanjut, maka uraian unsur-unsur dari delik itu

diserahkan kepada yurisprudensi dan doktrin. Contohnya penganiayaan (Pasal

351 KUHP). Pasal ini tidak menjelaskan arti perbuatan tersebut. Menurut teori

dan yurisprudensi, penganiayaan diartikan sebagai “menimbulkan nestapa atau

derita atau rasa sakit pada orang lain”

Selain daripada itu ada juga beberapa Pasal dari KUHP yang hanya merumuskan

perbuatan yang melawan hukum saja, sedangkan akibat dari perbuatan itu tidak

disyaratkan adanya untuk dapat menjatuhkan pidana bagi orang yang mewujudkan

perbuatan tersebut. Hal ini disebutkan dengan delik formil atau delik yang

dirumuskan secara formil.14

Adapula delik materil atau delik yang dirumuskan secara materil. Materil

diartikan dengan substantif, yang menjadi syarat untuk dipidananya si pembuat delik

14 M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, Remadja Karya, Bandung, 1984,

hal.5.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

yaitu dengan terwujudnya akibat. Misalnya Pasal 338 KUHP, mensyaratkan si korban

harus mati.15

Selain itu terdapat pula delik yang memerlukan syarat tambahan untuk dapat

dipidananya pembuat delik. Misaalnya untuk delik-delik mengenai kepailitan (Pasal

396 KUHP), pembuat delik barulah dapat dipidana kalau diikuti oleh keadaan pailit.

Untuk jenis-jenis tindak pidana/delik itu sendiri, sistem Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Indonesia mengenal pembagian delik dibedakan atas pelanggaran dan

kejahatan. Perbedaan mendasar antara kedua jenis ini antara lain terletak pada sanksi

yang dijatuhkan. Kalau pada kejahatan maka sanksi yang diancamkan jauh lebih berat

daripada pelanggaran.16

3. Pengertian Pilkada

Pemilihan Kepala daerah adalah Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah dalam

satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung,

umum bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon diajukan Partai Politik atau

gabungan Partai Politik.

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang bertanggungjawab kepada DPRD. Dalam

melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD.

15 Ibid, hal.5. 16 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Eresco, Bandung-

Jakarta, 1996, hal.26.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah, dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah, dibentuk panitia

pengawas pemilihan kepala daerah yang keanggotaannya terdiri atas unsur

kepolisian, kejaksaan, perguruan tinngi, pers dan tokoh masyarakat.

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga negara Republik

Indonesia yang memenuhi syarat:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;

c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan Tingkat Atas dan/atau

sederajat;

d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) tahun;

e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh

dari tim dokter;

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

Universitas Sumatera Utara

Page 16: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;

i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;

j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara

badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara;

k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh

kekuatan hukum tetap;

l. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai

NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;

n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat

pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;

o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan

dalam jabatan yang sama; dan

p. tidak dalam status sebagai pejabat kepala daerah.

4. Pengertian Tindak Pidana Pilkada

Yang dimaksud dengan tindak pidana pilkada adalah serangkaian tindak pidana

yang diatur secara khusus dalam perundang undangan yang mengatur tentang pilkada.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

Tindak Pidana yang diatur dalam perundang-undangan pilkada tidak selalu berupa

tindak pidana baru yang belum pernah diatur dalam perundang-undangan lain.

Beberapa tindak pidana pilkada merupakan tindak pidana yang sebelumnya sudah

diatur dalam KUHP, seperti memalsukan surat (Pasal 263), money politic (Pasal

149), dan sebagainya. Di luar tindak pidana yang diatur dalam perundang-undangan

yang mengatur tentang pilkada masih terdapat berbagai tindak pidana yang dapat

terjadi di dalam atau yang berhubungan dengan penyelenggaraan pilkada. Tindak

pidana tersebut bisa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya atau oleh peserta

pemilu atau oleh penyelenggara pemilu

5. Perkembangan Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Pilkada

Sejak kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, maka secara konseptual

telah terjadi pergeseran pelaksana kedaulatan yang sebelumnya dilaksanakan secara

tidak langsung oleh DPRD, maka sekarang dilakukan sendiri oleh rakyat. Dalam

perjalanannya, Pilkada menimbulkan problem, baik berupa implikasi politik, sosial

ekonomi, baik yang menguntungkan maupun konflik-konflik horizontal yang

merugikan. Keberadaan peraturan perundang-undang dalam kondisi demikian, secara

sinistik, selalu selangkah di belakangnya.17

Karena keberadaan hukum yang seharusnya menjadi pagar bagi kemungkinan

terjadi problem-problem politik, sosial dan ekonomi, ternyata tidak dapat

17 Topo Santoso, Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Peran Lembaga Peradilan Dalam

Sengketa Pilkada, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta,2005, hal. 35

Universitas Sumatera Utara

Page 18: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

memberikan solusi. Justru peraturan perundang-undangan yang sudah dirancang

sedemikian rupa, jugatidak luput dari dampak dinamika pelaksanaan Pilkada itu

sendiri. Inkonsistensi penerapan hukum, diajukannya Judicial review terhadap UU,

tumpang tindihnya peraturan perundang-undangan yang ada, membuktikan peraturan

perundang-undangan yang ada mash belum memberi rambu-rambu yang

komprehensif. Hal ini menunjukkan ketidaksinkronan serta kurang matangnya

konsep Pilkada yang dituangkan dalam peraturan peundang-undangan.18

Dalam mengatasi kekurangan itu, peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan Pilkada terus mengalami perubahan dan diperbaiki untuk menutupi celah dan

kekosongan hukum. Diundangkannya UU No. 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Pemilu dan dikabulkannya permohonan uji materil UU No. 32

Tahun 2004 Yang terkait calon Independen bagi peserta Pilkada adalah beberapa

cntoh upaya perbaikan itu. UU dan Putusan MK tersebut diprediksikan akan

membawa implikasi yang lebih luas terhadap paradigma dikemudian hari.19

Lahirnya UU No. 22 Tahun 2007 ini membawa angin perubahan yang signifikan.

Pasal 1 ayat (4) mendefinisikan Pilkada termasuk dalam rezim Pemilu, dan oleh

karenanya Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sebelumnya Pilkada masuk dalam rezim Pemda, dan oleh karenanya Pilkada

diselenggarakan oleh KPUD, yang merupakan lembaga bentukan DPRD dan

bertanggungjawab kepada DPRD. Dengan dialihkannya penyelenggara Pilkada dari

KPUD ke KPU, maka keberadaan KPUD menjadi bagian integral dari KPU. Dalam

18 Ibid.,hal.36 19 Ibid.,hal.36

Universitas Sumatera Utara

Page 19: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

penerapan penyelenggaraan Pilkada oleh KPU, maka KPU harus memegang peranan

penting dalam memberikan bimbingan teknis dalam Pilkada.

Maka campur tangan pemerintah, dalam hal ini Depdagri, dalam pelaksanaan

Pilkada menjadi tidak signifikan. Karena pemerintah tidak bisa diposisikan sebagai

nonpartisan. Penyelenggaraan pemilu (dan juga Pilkada ) yang dilaksanakan oleh

lembaga yang mandiri dari pemerintah ini dijamin oleh UUD 1945 pada Pasal 22 E

ayat (5).20Namun demikian UU ini masih belum merubah lembaga yang berwenang

menyelesaikan sengketa hasil Pilkada. Artinya bahwa politik hukum yang dapat

dilihat dari UU ini masih memilih MA sebagai lembaga yang berwenang. Walaupun

secara integral tidak menunjukkan konsistensinya, Karena dalam UUD 1945 Pasal 24

C ayat (1) ditentukan bahwa muara dari penyelesaian sengketa pemilu adalah MK.

Oleh karena Pilkada adalah pemilu, maka seharusnya secara konsekuen sengketa

pilkada juga menjadi ranah MK.21Politik hukum yang masih setengah hati

sebenarnya dapat dilihat dari UUD 1945. dalam UUD 1945 pemisahan antara rezim

pemilu dengan rezim pemerintah belum sempurna betul. Hal ini tampak dari

penempatan pengaturan Pemilu Presiden berada dalam Bab Kekuasaan Peerintahan.

Hal inilah yang menyebabkan, secara mutatis mutandis, pengaturan Pilkada diatur

dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah22 yang dirubah dalam

UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.

20 Pasal 22 E ayat (5): “Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan

Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. 21 Topo Santoso,op. Cit.,hal.37 22 Ibid .,hal.37

Universitas Sumatera Utara

Page 20: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif

(juridis normatif), yaitu Penelitian Hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder, berupa hukum positif dan bagaimana

penerapannya dalam praktik di Indonesia.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari :

1. Bahan hukum primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, baik peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia maupun peraturan yang

diterbitkan oleh Negara lain dan badan-badan internasional.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan huku primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan

hukum primer.

3. Bahan Hukum tertier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan informasi

dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library

research) untuk memperoleh berbagai literatur dan perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi.

4. Analisis Data

Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

kualitatif. Dengan demikian akan merupakan analisis data tanpa mempergunakan

rumus atau statistic.

G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, akan diuraikan tentang latar belakang; permasalahan;

tujuan dan manfaat penulisan; tinjauan pustaka yang terdiri dari

pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, pengertian tindak

pidana Pemilihan kepala daerah; pengaturan tindak pidana pemilihan

kepala daerah.

Bab II Tindak Pidana yang terdapat dalam Pemilihan Kepala Daerah

Pada bab ini akan diuraikan tentang tindak pidana yang berkenaan

dengan penetapan pemilih dan pemenuhan persyaratan peserta pemilu,

tindak pidana yang berkenaan dengan kampanye, dan tindak pidana

Universitas Sumatera Utara

Page 22: analisis terhadap tindak pidana yang terdapat dalam pemilhan ...

yang berkenaan dengan pemungutan suara dan hasil pemungutan

suara.

Bab III Pertanggungjawaban pelaku yang melakukan tindak pidana

dalam Pemilihan Kepala Daerah

Pada bab ini akan diuraikan tentang pengertian dan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban pidana, subjek dan unsur-unsur

pertanggungjawaban pidana, dan pertangungjawaban pelaku tindak

pidana dalam pemilihan kepala daerah menurut Peraturan Hukum

yang ada di Indonesia.

Bab IV Peran Lembaga Peradilan Dalam sengketa Pemilihan Kepala

daerah

Pada bab ini akan diuraikan tentang sengketa Pilkada, permasalah

Hukum yang terjadi dalam Pilkada, Peran Lembaga Peradilan dalam

Sengketa Hasil Pilkada, Kewenangan Lembaga Peradilan Dalam

Menyelesaikan Sengketa Pilkada, dan Proses penyelesaian Sengketa

Pilkada

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup dari rangkaian uraian yang berada dalam

penulisan ini yang berupa kesimpulan dan penulis mencoba

memberikan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang terdapat

dalam penulisan ini.

Universitas Sumatera Utara