ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI...

118
ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN (Studi Kasus di KUA Kec. Ngaliyan Kota Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah DISUSUN OLEH: DEDY ROEHAN ASFIA 062111030 JURUSAN AL-AKHWAL ASSAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI...

Page 1: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI

PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN

(Studi Kasus di KUA Kec. Ngaliyan Kota Semarang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

DISUSUN OLEH:

DEDY ROEHAN ASFIA

062111030

JURUSAN AL-AKHWAL ASSAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

ii

Page 3: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lam : 4 (empat) eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

a.n. Sdr. Dedy Roehan Asfia

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah

IAIN Walisongo

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : Dedy Roehan Asfia

Nim : 62111030

Jurusan : Ahwalus Syahsiyah

Judul : ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI

PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN

(STUDI KASUS DI KUA KEC. NGALIYAN)

Dengan ini, mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera di

munaqosahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Page 4: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang pernah ditulis oleh orang

lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain

kecuali informasi yang terdapat dalam

referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 12 Mei 2011

Deklarator

DEDY ROEHAN ASFIA

NIM : 62111030

Page 5: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

v

ABSTRAKSI

Di Indonesia, masalah asal usul anak terdapat beberapa ketentuan hukum

yang berbeda-beda. Seluruh madzhab fiqih sepakat bahwa batas minimal usia

kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan, ketentuan

ini diambil firman Allah Swt. Dalam surat Al-ahqof (46) ayat 15 dan Surat

Luqman ayat (31) ayat 14. Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakti

oleh para ulama ditafsirkan oleh Ibnu Abbas, bahwa ayat pertama menunjukan

tenggang waktu mengandung dan menyapih adalah 30 bulan. Ayat kedua

menerangkan, bahwa menyapihnya setelah bayi di susukan secara sempurna

membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6 bulan di dalam kandungan.

Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak

dalam Pasal 42, disebutkan “Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

akibat perkawinan yang sah.” Dan dalam kompilasi Hukum Islam ditegaskan dan

dirinci, apa yang diatur dalam Undang-undang perkawinan. Yaitu anak sah adalah

“Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.”

Di dalam praktiknya KUA kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang

menjadi lokasi penelitian ini, menggunakan wali hakim. Yaitu berdasarkan

perspekif fiqih. Kantor Urusan Agama sebagai lembaga pencatat pernikahan di

bawah Kementerian Agama, seharunya berpedoman pada perundang-undangan

yang berlaku. Berangkat dari fenomena ini penyusun tertarik untuk membahas

lebih lanjut mengenai bagaimanakah pelaksanaan penentuan wali nikah bagi,

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, dan dasar hukum apakah yang

digunakan oleh KUA Kec. Ngaliyan dalam menentukan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan.

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini, adalah field

research (penelitian lapangan), langsung di lapangan yang mengambil lokasi di

KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang. Dengan objek kajian adalah pada

permasalahan bagaimanakah pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA dan dasar hukum yang di gunakan oleh

KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang. Analisis yang digunakan adalah deskriptif

analisis. Dalam analisis ini penulis akan mendeskripsikan tentang pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, dan

menganalisis dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kec. Ngaliyan Semarang.

Kesimpulan akhir dari skripsi ini dalah bahwa pelaksanaan penentuan

wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kec. Ngaliyan

tidak mempunyai dasar hukum. Karena sampai saat ini Kememterian Agama

belum pernah memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak perempuan

sulung yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahiranya dan juga memeriksa

buku pernikahan orang tuanya untuk mengetahui asul usul anak tersebut, dan

untuk menetukan wali. Karena status anak sudah diatur dalam UUP No 1 tahun

1974 pasal 42 dan KHI pasal 99(a). Dan dasar hukum yang digunakan oleh KUA

Kec. Ngaliyan tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, karena KUA

Kec. Ngaliyan dalam pelaksaaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan menggunakan dasar fiqih.

Page 6: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

vi

MOTTO

`

Artinya : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di

antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari

hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. jika

mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan, kepada mereka

dengan karunia- NYA. Dan Allah maha luas (pemberian-NYA),

maha mengetahui.

(QS. An-nur. 32).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjamahanya, Lajnah pentshih Al- qur’an,

Depok: cahaya Al-qur”an, 2008. hlm.354

Page 7: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

vii

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan untuk :

Ayahanda dan Ibunda ( Drs. Sodikin Rachman dan Hidayatun, BA) tercinta dan tersayang

Kasih sayang, tuntunan, dukungan dan do’a dari kalian Selalu menerangi langkah penuh cita dan cinta putramu.

Para Kiai, Guru, Dosen dan Asatiid

Ilmu dan bimbingan dari kalian menuntun saya untuk menjadi insan yang ta’at dan berbakti.

Kakek Nenek yang saya ta’dzimi

Nasehat dan do’amu mengobarkan semangat cucumu.

Seluruh keluarga Dukungan kalian tak akan pernah saya sia-siakan.

Dan untuk teman-teman Khususnya paket ASB ( Astronot, Boja,

Pakde,Erwin, Eka, Zum, Olive Dan Lainya) yang selalu menemani Bersama kita raih cita-cita kita.

SLANK dan JURUSTANDUR yang selalu memberi semangat, Maju Terus Pantang Mundur dalam meraih cita-cita dan untuk kebenaran.

Saya dedikasikan karya ini untuk kalian semua...

Page 8: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas

segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Terhadap Penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan (studi kasus di KUA Kec. Ngaliyan)

dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti.

Shalawat dan Salam semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis

sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari “jerih payah” penulis

secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan

dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

baik berupa moral maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa

untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

1. Rektor IAIN Walisongo Semarang Bpk Prof. Dr. Muhibbin, M. Ag. Dan

Pembantu-Pembantu Rektor yang telah memberikan fasilitas untuk belajar

dari awal hingga akhir.

2. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Bpk Dr. Imam Yahya,

M. Ag. dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar

dari awal hingga akhir.

3. Bapak/Ibu Ketua & Sekretaris Jurusan yang telah memberikan berbagai

motifasi dan arahan, mulai dari proses awal hingga proses berikutnya.

4. Bpk. Drs. Agus Nurhadi, MA dan Bpk. Dr H. Ali Imron, M. Ag selaku dosen

pembimbing I dan pembimbing II penulis skripsi ini, dengan penuh kesabaran

telah mencurahkan perhatian yang besar dalam memberikan bimbingan.

5. Para Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah

menyampaikan ilmu dengan sabar dan ikhlas dalam proses belajar di kuliah

ataupun dalam diskusi.

Page 9: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

ix

6. Kepala KUA Kec. Ngaliyan. Bpk Drs. H. Fadlan Yazidi beserta Staf-stafnya

yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian di KUA Kec. Ngaliyan.

7. Kedua orang tua penulis tercinta (Drs. Sodikin Rachman dan Hidayatun, BA)

yang telah memberi motivasi, arahan serta do’a yang tiada henti-hentinya

kepada penulis.

8. KH. Sirodj Chudori dan KH. A. Izzudin M. Ag selaku pengasuh Pon. Pes

Daarunnajah yang telah mengasuh dan mendidik bekal ilmu Agama.

9. Sahabat-sahabat penulis ( Khususnya paket ASB, Astronot, Boja, Pakde,

Erwin Zum, Eka, Olive, dan lainya) serta semua pihak yang ikut serta dalam

proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kiranya tidak ada kata yang dapat terucap dari penulis selain memanjatkan

do’a semoga Allah SWT, membalas segala jasa dan budi baik mereka dengan

balasan yang setimpal.

Penyusunan skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin agar

tercapai hasil yang semaksimal pula.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi

para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan ridha-Nya. Amin

Ya Rabbal Alamin.

Semarang, 12 Mei 2011

Penulis,

DEDY ROEHAN ASFIA

Nim : 062111030

Page 10: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

HALAMAN DEKLARASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

HALAMAN ABSTRAKS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi

HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii

HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii

HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan …………………………………….1

B. Rumusan Permasalahan ………………………………......………7

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………8

D. Telaah Pustaka ……………………………………………………8

E. Metode Penelitian ……………………………………..……..…..10

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………15

BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG PERWALIAN

A. Wali Nikah dalam Islam ........………………….…..……...……..17

1. Pengertian Wali Nikah......….……...………………….......…...17

2. Dasar Hukum Wali Nikah.......................................................…20

3. Syarat Menjadi Wali....................................................................22

4. Macam-macam Wali....................................................................22

B. Asal Usul Anak. ……….........................................……………....28

1. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Fiqih........…...…..…...….30

2. Asal usul Anak Menurut Perspektif Undang undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 ................................................................35

Page 11: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

xi

3. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Kompilasi Hukum Islam

(KHI)..............................….…..….….……………..………….36

C. Nikah Hamil....................................................................................38

BAB III : PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH BAGI

PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI

KUA KEC. NGALIYAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Ngaliyan …....….…….……….....42

1. Letak Geografis ………................................…...….………….42

2. Keadaan Demografi....…………….….………....….…....…....43

3. Mata Pencaharian ...…………………………………………...43

B. Sejarah Singkat Berdirinya KUA Kec. Ngaliyan...........................44

C. Letak KUA Kec. Ngaliyan dan Sarana Prasarana Keagamaaan....46

D. Stuktur Organisasi KUA Kec. Ngaliyan........................................49

E. Tugas dan Fungsi pokok.................................................................50

F. Kegiatan KUA Kec. Ngaliyan.......................................................54

G. Prosedur Pelaksananaan Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan

yang Lahir Kurang dari 6 Bulan di KUA Kec. Ngaliyan..............66

H. Hasil Penelitian..............................................................................68

1. Kasus di KUA Kec. Ngaliyan....................................................68

2. Respon dari Para Pihak yang Bersangkutan...............................70

3. Respon dari P3N (Petugas Pembantu Pencatat Nikah)..............74

4. Repon dari Tokoh Masyarakat...................................................76

BAB IV : ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PENENTUAN WALI

NIKAH BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6

BULAN DI KUA KEC. NGALIYAN.

A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Penentuan wali Nikah bagi

Perempuan yang Lahir Kurang dari 6 Bulan di KUA Kec. Ngaliyan

…………........................................................................................79

Page 12: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

xii

B. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang di gunakan oleh KUA Kec.

Ngaliyan dalam Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan yang Lahir

Kurang dari 6 Bulan.......................................................................87

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………....98

B. Saran-saran…………………………………………..…..….......100

C. Penutup...……..…......………….………………….………....…101

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

Page 13: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakanag Masalah.

KUA (Kantor Urusan Agama) adalah instansi Kementerian Agama yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dengan kedudukanya di kecamatan,

secara otomatis KUA adalah ujung tombak Kementrian Agama dalam membina

kehidupan beragama di masyarakat. Dan karena hal itulah KUA menjadi

kebutuhan bagi setiap daerah.1

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan lembaga pencatat pernikahan,

dan juga membidangi bidang-bidang lainya, seperti zakat, pembinaan haji,

pemberdayaan wakaf, pembinaan tilawatil qur’an dan sejenisnya. Peran tersebut

menegaskan bahwa KUA adalah instansi Kementrian Agama yang banyak

berkaitan langsung dengan pembinaan masyarakat dibidang keagamaan.

Pencatatan pernikahan dan hal-hal yang terkait denganya merupakan

tugas pokok dari Kantor Urusan Agama Kecamatan termasuk perwalian.2 Dalam

pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6

bulan, tepatnya di KUA Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, yang menjadi

lokasi penelitian saya menggunakan Wali hakim.

Ketentuan ini menggunakan dasar fiqih munakahat, yaitu apabila anak

perempuan lahir kurang dari 6 bulan, maka menggunakan wali hakim.

1 Kementrian Agama RI, Profil Kantor Urusan Agama Teladan Se- Indonesia, Jakarta

:Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan syariah, 2010, hlm. i 2 Ibid hlm iv

Page 14: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

2

Ketentuan ini berdasarkan Al- qur,an, dalam Firman Allah surat Al- ahqaf

ayat 15

Artinya: masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan

(Qs. Al-ahqaf, 46:15)3

Dan surat Al-Luqman ayat : 14

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun ( selambat-lambat

waktu menyapih ialah anak berumur 2 tahun )

(QS. Luqman, 31:14 ).4

Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakati para ulama. Di

tafsirkan bahwa, ayat pertama menunjukan tenggang waktu mengandung dan

menyampih adalah 30 bulan. Ayat kedua menerangkan bahwa menyapihnya

setelah bayi di susukan secara sempurna membutuhkan waktu 2 tahun atau 24

bulan. Berarti bayi membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6 bulan di dalam

kandungan. 5

Dalam Tafsir Ibnu Katsir kedua ayat ini di jadikan dalil oleh Ali bin Abi

Thalib RA, batas minimal waktu hamil adalah 6 bulan, dan itu merupakan cara

3 Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjamahanya Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran,

Depok : Cahaya Qurani, 2008, hlm 504 4Departeman Agama RI, Ibid, hlm. 412

5 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 224

Page 15: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

3

pengambilan hukum ( istinbath) yang kuat dan valid. Pendapat tersebut disetujui

oleh Usman bin Affan RA, dan beberapa sahabat lainya.6

Oleh karena itu apabila bayi lahir kurang dari 6 (enam) bulan tidak bisa

dihubungkan kekerabatanya kepada bapaknya, Walaupun dalam ikatan

perkawinan yang sah. Ia hanya memiliki hubungan nasab kepada ibu dan

keluarga ibunya.

Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak

dalam Pasal 42, 43 dan 44. selengkapnya akan dikutip di bawah ini:

Pasal 42:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.”

Pasal 43:

1. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibunya dan kelurga ibunya.”

2. “Kedudukan Anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur dalam

Peraturan Pemerintah.”

Pasal 44:

1. “Seorang suami dapat menyangkal sah anak yang dilahirkan oleh istrinya

bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu

akibat dari perzinahan tersebut.”

2. “Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas

permintaan yang bersangkutan.” 7

6 Shafiyurihman Al-Mabaruk Furi, Shahih Tafsir Ibun Kasir, Bogor : Pustaka Ibnu Kasir,

2006, hlm. 317-318 7 Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Surabaya : Arkola, 2005, hlm. 18-19

Page 16: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

4

Memperhatikan pasal 42 tersebut, di dalamnya memberi toleransi hukum

kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun jarak antara

pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas minimal usia kandungan, jadi

Selama bayi yang di kandung itu lahir dari ibunya dalam ikatan perkawinan yang

sah, maka anak tersebut adalah anak yang sah.

Undang-undang tidak mengatur batas minimal usia kandungan, baik

dalam pasal-pasalnya maupun dalam penjelasanya. Dalam kompilasi hukum

Islam ditegaskan dan dirinci, apa yang diatur dalam Undang-undang perkawinan.

Pasal 99 :

Anak yang sah adalah

a. “Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.”

Pasal 100:

a. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab

dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

Pasal 101:

“Seorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang istri tidak

menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkaranya dengan li’an.”8

Pasal 102 Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga tidak merinci batas minimal dan

maksimal usia bayi dalam kandungan sebagai dasar suami untuk menyangkal

sahnya anak yang di lahirkan istrinya.

8 Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam 2000, hlm. 51

Page 17: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

5

(1) “suami yang akan mengingkari seorang anak yang lahir dari istrinya,

mengajukan gugatan ke pengadilan Agama dalam jangka waktu 180 hari

sesudah putusnya perkawinan atau setelah suami itu mengetahui bahwa

istrinya melahirkan anak dan berada di tempat yang memungkinkan dia

mengajukan perkaranya kepada Pengadilan Agama.”

(2) “Pengingkaran yang di ajukan sesudah lampau waktu tidak dapat diterima.

Batasan 180 hari atau 6 bulan di atas ternyata tidak menjelaskan batas

minimal usia kandungan, demikian juga 360 hari bukan menunjuk batas

maksimal usia bayi dalam kandungan. Akan tetapi menjelaskan batas waktu

untuk mengajukan gugatannya ke Pengadilan Agama.”

Karena perbedaan dalam menentukan asal usul anak, maka berbeda pula

dalam penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Di

dalam praktiknya, KUA kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, yang menjadi

lokasi penelitian ini, menggunakan wali hakim. Kasus semacam ini di KUA

Kecamatan Ngaliyan sering sekali terjadi, Bulan Januari sampai Oktober 2010,

terdapat tujuh kasus pernikahan seperti ini, dan semuanya menggunakan wali

hakim. Dengan menggunakan ketentuan seperti ini akan berimplikasi pada status

anak tersebut. Di satu sisi anak tersebut diakui oleh Negara sebagai anak sah,

Karena dalam menentukan asal usul- anak, menggunakan Undang- Undang

Nomor 1 tahun 1974, tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Dan anak

tersebut mempunyai akta kelahiran yang sah.

Akan tetapi dalam hal praktik perkawinan, KUA Kecamatan Ngaliyan

menggunakan wali hakim, padahal menurut Undang-undang anak tersebut adalah

sebagai anak sah. Ketentuan semacam ini akan menimbulkan permasalahan

dikemudian hari, tentang kejelasan status anak tersebut. Karena terdapat standar

Page 18: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

6

ganda dalam penentuan asal-usul anak yaitu menggunakan UU Perkawinan dan

fiqih munakahat.

Di dalam Undang undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pasal 42,

dan di dalam kompilasi hukum Islam pasal 99 (a) disebutkan bahwa:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat dari perkawinan

yang sah.”

Di sini sangat jelas bahwa menurut Undang-undang perkawinan maupun

Kompilasi Hukum Islam, apabila ada anak perempuan yang lahir kurang dari 6

bulan, maka menggunakan wali nasab, karena di dalam Undang- undang

perkawinan dan kompilasi tidak ada batasan minimal tentang usia kandungan.

Kantor Urusan Agama sebagai lembaga pencatat pernikahan di bawah

Departemen Agama sekarang Kementerian Agama, seharunya berpedoman pada

Kompilasi Hukum Islam. Karena sejak di tetapkan pada tahun 1991 dan

dilaksanakan oleh Menteri Agama, menetapkan seluruh instansi Departemen

Agama dan instansi pemerintah lainnya yang terkait. Agar menyebarluaskan

Kompilasi Hukum Islam di bidang Hukum Perkawinan, Kewarisan dan

Perwakafan. Sebagaimana dimaksud dalam diktum, pertama Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 untuk digunakan

Oleh Instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukanya untuk

menyelesaikan masalah-masalah di bidang tersebut.9

9 Kompilasi Hukum Islam, Op. Cit,. hlm. 6-7

Page 19: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

7

Dan tujuan utama di rumuskannya Kompilasi Hukum Islam, adalah

menyiapkan pedoman (unifikasi) bagi Hakim Peradilan Agama dan menjadi

hukum Islam positif yang wajib di patuhi oleh seluruh bangsa Indonesia yang

beragama.10

Untuk mengkaji lebih lanjut tentang penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, khususnya di KUA Kec. Ngaliyan

Semarang maka penulis akan paparkan ke dalam Skripsi yang berjudul :

“ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PENENTUAN WALI NIKAH

BAGI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN (Studi

Kasus di KUA Kec. Ngaliyan Kota. Semarang).”

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa

pokok masalah yang akan dikaji yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan di KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang?

2. Apakah dasar hukum yang di gunakan oleh KUA Kecamatan Ngaliyan

Semarang dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang

lahir kurang dari 6 bulan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

10

Ahmad Rofq, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : Gama Media,

2001 , hlm. 25

Page 20: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

8

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan penentuan wali ikah bagi, perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan, di KUA kecamatan Ngaliyan semarang.

2. Untuk menganalisis dasar hukum yang digunakan, oleh KUA Kecamatan

Ngaliyan Semarang dalam pelaksanaan, penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan.

D. TELAAH PUSTAKA

Ada beberapa kajian yang sudah dibahas dalam beberapa Skripsi

Khususnya yang berkaitan tentang masalah perwalian.

Nur Shihah Ulya (2100106), dalam Skripsi Fakultas Syari'ah IAIN

Walisongo yang berjudul: “Praktek Perwakilan Perwalian Dalam Akad

Pernikahan Di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.” yang menghasilkan

kesimpulan bahwa: Praktek akad pernikahan yang terjadi di wilayah kecamatan

Mranggen terdapat perbedaan dalam hal pelaksanaan prosesinya, yaitu:

Wali dari pihak mempelai calon istri melakukan ijab qabul dengan calon suami

tidak secara langsung dalam arti menggunakan jasa wakil dalam akad nikah

tersebut dengan cara mewakilkan kepada orang yang dianggap lebih cakap untuk

melakukan perbuatan hukum seperti Kiyai (ulama') atau kepada petugas PPN dari

Kantor Urusan Agama karena dianggap sudah terbiasa melakukan akad nikah.

Setelah mewakilkan perwaliannya tersebut, wali meninggalkan majelis akad

nikah sehingga dia tidak dikatakan hadir dalam majelis akad nikah tersebut.

Inayatul Baroroh (042111026) dalam Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo yang berjudul: “Studi Analisis Terhadap pelaksanaan, perkawinan

Page 21: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

9

dengan Wali Hakim, di Karenakan Pengantin Wanita lahir Kurang dai 6 Bulan

Setelah Perkawinan Orang Tuanya (Studi Kasus di KUA kec talung Klaten).”

Yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa: pelaksanaan Wali Hakim di KUA

Kec. Talung Kab. Klaten sudah sesuai dengan syariat Islam dan sesuai dengan

Undang-undang, penelitian skripsi ini hanya sampai pada pelaksanaan wali hakim

secara umum, apa penyebab masyarakat mengajukan pernikahan dengan wali

hakim, bagaimana peran KUA dalam menghadapi pengajuan wali hakim dari

masyarakat. dan bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di tinjau

dari perspektif beberapa pendapat ulama, penelitian ini belum membahas

penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA

setempat dan menganalisisnya dari Undang -Undang Perkawinan dan KHI.

Abdul Ghufron (2104035), dalam Skripsi Fakultas Syariah IAIN

Walisongo yang berjudul: ”Analisis Pendapat Imam Al-Syafi'i Tentang Wali

Nikah Bagi Janda Di Bawah Umur”. Yang menghasilkan sebuah kesimpulan

bahwa: pendapat Imam al-Syafi'i yang mengharuskan adanya wali dalam

pernikahan sangat relevan dengan realitas kehidupan masa kini. Jika dibolehkan

nikah tanpa wali, maka sebelum nikah orang akan berani mengadakan hubungan

badan sebelum nikah karena orang itu akan beranggapan nikah itu sangat mudah,

dan jika ia sudah menikah hak dan kewajiban masing-masing menjadi tidak jelas.

Khoirul Jaza (2103220), dalam Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo

yang berjudul: “Studi Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Wali Washi Dari

Bapak Lebih Didahulukan Sebagai Wali Nikah Daripada Wali Nasab”. Yang

Page 22: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

10

menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa wali washi dari bapak lebih didahulukan

untuk menikahkan seorang perempuan daripada wali nasab, karena wali washi

termasuk dalam kategori wali mujbir sehingga selama masih ada wali mujbir,

maka wali-wali yang berada diurutan bawahnya tidak berhak untuk menikahkan

seorang perempuan.

Berdasarkan atas pustaka yang telak penulis kemukakan di atas, maka

sekiranya dapat kami simpulkan bahwa tentang kajian atau penelitian yang akan

penulis lakukan berbeda dengan karya ilmiah atau skripsi yang telah dipaparkan

di atas., maka penulis dalam Skripsi ini akan lebih memfokuskan tentang

pembahasan tentang analisis terhadap penentuan wali nikah terhadap perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini, adalah field

research (penelitian lapangan), langsung di lapangan yang mengambil lokasi

di KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang. Dengan objek kajian adalah pada

permasalahan pelaksanaan penentuan wali nikah, bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan. Di KUA dan dasar hukum yang di gunakan oleh KUA

Kecamatan Ngaliyan Semarang.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif. Pendekatan

ini memusatkan perhatianya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari

perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau

Page 23: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

11

pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan

kebudayayan dari masyarakat yang bersangkutan, untuk memperoleh

gambaran mengenai pola-pola yang berlaku11

. Dengan demikian gejal-gejala

yang ditemukan tidak memungkinkan untuk diukur oleh angka-angka,

melaikan melalui penafsiran yang logis teoritis yang berlaku atau terbentuk

begitu saja. karena relitas yang baru, yang menjadikan indikasi signifikan

untuk terciptanya konsep baru.12

Dengan menggunakan pendekatan ini penulis akan mendeskripsikan

tentang pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan di KUA Kec. Ngaliyan. Dan Praktiknya di dalam masyarakat,

Khususnya di kecamatan Ngaliyan. Dan untuk mengetahui respon dari

masyarakat dengan adanya ketentuan penentuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan untuk kemudian menganalisiya.

a. Sumber Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subyek sebagai sumber informasi yang dicari.

Adapun sumber data primernya adalah hasil wawancara tentang

pelaksanaan penentuan wali nikah bagi prempuan yang lahir kurang dari 6

11

Burhan, Ashofa, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 2004 hlm 20-21 12

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008 hlm

58

Page 24: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

12

bulan di KUA Kecamatan Ngaliyan, dan dokumen-dokumen, arsip proses

perkawinan yang relevan dengan Skripsi di KUA kecamatan Ngaliyan.13

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh

peneliti dari subyek penelitiannya. Peneliti menggunakan data ini sebagai

data pendukung yang berhubungan dengan pelaksanaan yang dilakukan

oleh KUA Kecamatan Ngaliyan Terhadap penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan.14

Data ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku, artikel,

pendapat para ahli, dan sumber lain yang dianggap relevan dan

berhubugan dengan penelitian ini.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah pencarian dan

pengumpulan data yang dapat dipergunakan untuk membahas masalah atau

problematika yang terdapat dalam judul skripsi ini. Dalam hal ini, penulis

akan melakukan penelitian di KUA Kecamatan Ngaliyan.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Metode wawancara/interview

13

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. I, 1998, hlm. 91 14

Ibid hlm. 91

Page 25: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

13

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih

yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok

subyek penelitian untuk dijawab.15

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hal

yang tidak dapat diperoleh oleh pengamatan 16

dan mendapatkan informasi

terhadap data-data dokumentasi dan sebagainya. Dengan berbagai pokok,

baik di lingkungan Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngaliyan Semarang

maupun di luar lingkungan KUA, yang berkaitan dengan penelitian ini.

Wawancara antara lain di lakukan dengan:

1. Kepala KUA yang meliputi pelaksanaan penentuan wali nikah

terhadap perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, dan dasar hukum

yang digunakan, oleh KUA Kecamatan Ngaliyan dalam penentuan

wali tersebut.

2. Petugas Pembantu Pencatat Nikah ( P3N) tentang proses pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan.

3. Pengantin perempuan yang melaksanakan perkawinan dengan wali

hakim di karenakan kelahiranya kurang dari 6 bulan.

4. Orang tua/wali dari pengantin perempuan.

5. Tokoh masyarakat.

15

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002, hlm.

130 16

Burhan, Ashofa OP cit, hlm. 59

Page 26: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

14

b. Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lain

sebagainya.17

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen

yang terkait dengan pelakasanan penetuan wali nikah bagi perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan, di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Ngaliyan

3. Teknik Analisis Data

Analisis data proses pengurain data, pelacakan dan pengaturan secara

sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan

lain agar peneliti dapat menyajikan temuanya.18

Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis data deskriptif

kualitatif, yaitu memberikan predikat kepada variable yang di teliti sesusai

dengan kondisi yang sebenarnya. Predikat yang diberikan tersebut dalam

bentuk, peringkat yang sebanding dengan atau atas dasar kondisi yang di

inginkan.19

Dalam analisis ini penulis akan mendeskripsikan, tentang pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Dan

17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta : Rineka

Cipta, 1999, hlm. 206. 18

Mustofa Bisri, OP. Cit , hlm. 31 19

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1990, hlm. 353

Page 27: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

15

menganalisis dasar hukum yang digunakan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Ngaliyan Semarang.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten yang

dapamenunjukkan gambaran utuh dalam proposal skripsi ini, maka penulis

menyusunnya dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, telaah

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Pokok-Pokok perwalian dalam pernikahan, yang terdiri dari

pengertian, dasar hukum wali, rukun dan syarat wali, asal usul anak

menurut perspektif fiqih, Undang-undang perkawinan Nomor 1

tahun 1974 dan Kompilasai Hukum Islam dan kawin hamil.

BAB III : Sekilas tentang KUA Kecamatan Ngaliyan Semarang yang meliputi:.

Gambara umum Kec. Ngalian, Sejarah berdirinya KUA Kecamatan

Ngaliyan, kedudukan, tugas dan fungsi KUA Kecamatan Ngaliyan,

Kegiatan KUA sarana dan prasarana, struktur organisasi KUA

Kecamatan Ngaliyan, pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di KUA kecamatan

Ngaliyan dan hasil penelitian.

BAB IV : Analisis terhadap pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA kecamatan

Ngaliyan. Dan analisis terhadap dasar hukum yang di gunakan oleh

Page 28: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

16

KUA Kecamatan Ngaliyan. Dalam pelaksanaan penetuan wali nikah

bagi perempuan, yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kecamatan

Ngaliyan.

BAB V : Penutup. Dalam bab ini memuat kesimpulan, saran-saran dan daftar

pustaka.

Page 29: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG WALI NIKAH

A. Wali Nikah Dalam Islam

Pembicaraan masalah perwalian dalam islam terbagi dalam dua katagori,

perwalian umum dan khusus. Perwalian umum biasanya menyangkut

kepentingan bersama (bangsa atau rakyat) seperti waliyul amri (dalam arti

gubernur) dan sebagainya. Sedangkan perwalian khusus adalah perwalian

terhadap jiwa dan harta sesesorang, seperti terhadap anak yatim.3

1. Pengertian Wali Nikah

Istilah perwaliaan berasal dari bahasa arab dari kata dasar, waliya,

wilayah atau walayah. dalam literatur fiqih islam disebut dengan al- walayah

(alwilayah) secara etimologis, wali mempunyai beberapa arti. Diantaranya

adalah cinta (al-mahabbah) dan pertolongan (an-nashrah), juga berarti

kekuasaan/ otoritas seperti dalam ungkapan al-wali, yakni orang yang

mempunyai kekuasaan. Hakikat dari al-walayah (al-wilayah) adalah “ tawally

al-amri” (mengurus/mengusai sesuatu).4

Adapun yang di maksud dengan perwalian dalam terminologi para

fuqaha (pakar hukum islam) seperti di formulasikan oleh Wahbah Al-zuhayli

ialah “Kekuasaan/otoritas (yang dimiliki) seseorang untuk secara langsung

3 Dedy Junaidi, Bimbingan Perkawinan, Jakarta : Akademi Pressindo, 2003, hlm. 104

4 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004 hlm 134

Page 30: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

18

melakukan suatu tindakan tanpa harus bergantung (terikat) atas seizin orang

lain.

Dalam literatul –literatul fiqih klasik dan kontemporer, kata al-wilayah

digunakan sebagai wewenang seseorang untuk mengelola harta dan

mengayomi sesorang yang belum cakap bertindak hukum. Dari kata inilah

muncul istilah wali bagi anak yatim, dan orang yang belum cakap bertindak

hukum. Istilah al-wilayah juga dapat berarti hak untuk menikahkan seorang

wanita di mana hak itu dipegang oleh wali nikah.5

Adapun yang di maksud dengan perwalian di sini adalah perwalian

terhadap jiwa seseorang wanita dalam hal perkawinanya.

Masalah perwalian dalam arti perkawinan, mayoritas ulama

berpendapat bahwa wanita itu tidak boleh menikahkan dirinya sendiri dan

tidak pula mengawinkan wanita lainya karena akad perkawinan tidak di

anggap sah apabila tanpa seorang wali,6 pendapat ini dikemukakan oleh Imam

Maliki dan Imam Safi‟i bahwa tidak ada pernikahan tanpa wali, dan wali

merupakan syarat sahnya pernikahan.7

Menurut madzhab hanafi, wali tidak merupakan sayrat untuk sahnya

suatu pernikahan, tetapi sunah saja hukumnya boleh ada wali dan boleh tidak

5 Ibid hlm 35

6 Dedy Junaidi Op cit. hlm. 104

7 Slamet Abidin-Aminudin, Fiqih Munakahat, Bandung : Pustaka Setia, 1999, hlm. 82

Page 31: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

19

ada wali, yang terpenting adalah harus ada izin dari orang tua pada saat akan

menikah baik pria maupun wanita.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, tidak jelas

mengatur tentang wali nikah, teapi di syaratkan harus ada izin dari orang tua

bagi yang akan melangsungkan pernikahan dan apabila belum berumur 21

(dua puluh satu) tahun disebutkan bahwa: perkawinan harus di dasarkan atas

persetujuan kedua calon mempelai.8

Dalam Kompilasi Hukum islam masalah konsep perwalian dalam

perkawinan, di atur dalam pasal 14 dan pasal 19-239. Selanjutnya akan

dikutip di bawah ini:

Pasal 14:

Untuk melaksankanperkawinan harus ada:

a. Calon suami

b. Calon isteri

c. Wali nikah

d. Dua orang saksi dan

e. Ijab kabul.

Pasal 19:

“Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus di penuhi

bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkanya.‟‟

Pasal 20:

8 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Peradialn Agama, dan

zakat menurut Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm 12 9 Ratna Batara Munti dan Hindun anisah, Posisi Perempuan dalam Hukum Islam di

Indonesia, yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005, hlm 61

Page 32: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

20

(1) “Yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang

memenuhi syarat hukum islam islam yakni muslim, aqil dan

baligh.”

(2) Wali nikah terdiri dari

a. Wali nasab

b. Wali hakim

Pasal 23:

(1) “Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali

nasab tidak ada atau tidak mungkin mungkin mmenghadirkanya

atau tidak tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau adlal

atau enggan.”

(2) “Dalam hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat

bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan

Agama tentang wali tersebut.”10

Di Negara Indonesia yang kebanyakan menganut Madzhab Syafi‟i

wali merupakan syarat sahnya pernikahan, jadi apabila pernikah tanpa wali,

maka pernikahanya tidak sah, dan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

wali dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenuhi oleh calon

mempelai wanita yang bertindak menikahkanya (Pasal 19 KHI), wanita yang

menikah tanpa wali berarti pernikahanya tidak sah.11

2. Dasar Hukum Wali Nikah

10

Departemaen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan agama

Islam, Jakarta : 2003, hlm. 20-22 11

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm 15

Page 33: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

21

Dasar hukum yang dipakai dalam keharusan adanya wali bagi seorang

wanita yang hendak menikah, para ulama berpedoman dengan dalil dalil

diantaranya: Al-Qur‟an surat An-Nur ayat 32,

`

Artinya : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara

kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba

sahayamu yang laki-laki dan perempuan. jika mereka miskin, Allah

akan memberi kemampuan, kepada mereka dengan karunia- NYA. Dan

Allah maha luas (pemberian-NYA), maha mengetahui.

(QS. An-nur. 32).12

Dan surat Al-Baqoroh ayat 221

Artinya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik

dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah

kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita

mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin

lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka

mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan

dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-

12

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjamahanya, Lajnah pentshih Al- qur‟an, Depok:

cahaya Al-qur”an, 2008. hlm.354

Page 34: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

22

perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

(QS AL-baqarah . 221)13

Oleh sebagian Ulama Fiqih kedua ayat ini, ditafsirkan bahwa yang

diberi perintah untuk mengawinkan adalah kaum lelaki bukan kaum

perempuan.14

Dan Allah SWT menyeru untuk menikahkan itu pada laki2

(wali) bukan kepada wanita, seolah-olah Dia berfirman: “Wahai para wali

(laki2) janganlah kalian menikahkan (wanita) yang dalam perwalianmu

kepada orang-orang (laki-laki musyrik).15

Dan dalam Hadis riwayat dari Abu Burdah, Ibn Abu Musa dari

bapaknya mengatatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

(رواي احمد واالربعً)الوكاح اال بىلي 16

Artinya: tidak sah nikah kecuali (dinikahkan) oleh wali (Riwayat Ahmad dan

Imam Empat)

3. Syarat Menjadi Wali

Seseorang boleh menjadi wali, apabila dia laki-laki merdeka, berakal,

dewasa, beragama Islam,17

mempunyai hak perwalian dan tidak terhalang

untuk menjadi wali. Dalam pasal 20 KHI (ayat) 1 dirumuskan sebagai berikut:

“yang berhak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki, yang

memenuhi syarat hukum islam, yakni muslim, aqil, baligh. Dalam

pelaksanaan akad nikah atau yang bisa di sebut ijab kobul (serah terima)

13

Al-qur‟qn dan Terjemahanya Ibid,.hlm.33 14

Ali Imron, Kedudukan Wanita Dalam Hukum Keluarga (Perspektif Al-qur’an melalui

pendekatan Ilmu Tafsir) Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007 hlm 69

15

Dedy Junaidi OP cit hlm 106 16

Al-Sa‟any, Subul Al-Salam Juz II, Jilid II, Kairo : Dari ihya, Al-Turas, Al-Araby,

1379H/1960M, hlm. 117-118 17

Slamet abidin-Aminudin Fiqih munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hlm 83

Page 35: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

23

penyerahanya di lakukan oleh wali mempelai perempuan atau yang

mewakilinya, dan qobul (penerimaan) dilakukan oleh mempelai laki-laki.”

4. Macam-macam Wali

wali nikah dibagi menjadi tiga katagori, yaitu wali nasab, wali hakim

dan wali muhakam.

a. Wali Nasab

Wali nasab adalah orang-orang yang terdiri dari keluarga calon

mempelai wanita yang berhak menjadi wali menurut urutan sebagai berikut:

1) Pria yang menurunkan calon mempelai wanita dari keturunan pria murni

(yang berarti dalam garis keturunan itu tidak ada penghubung yang

wanita) yaitu: ayah, kakek, dan seterusnya ke atas.18

2) Pria keturunan dari ayah mempelai wanita dalam garis murni yaitu:

saudara kandung, anaak dari saudara seayah, anak dari saudara kandung

anak dari saudara seayah, dan seterusnya ke bawah.

3) Pria keturunan dari ayahnya ayah dalam garis pria murni yaitu: saudara

kandung dari ayah, saudara sebapak dari ayah, anak saudara kandung

dari ayah, dan setrusnya ke bawah.

Apabila wali tersebut di atas tidak beragama islam sedangkan calon

mempelai wanita beragama islam atau wali-wali tersebut di atas belum baligh,

atau tidak berakal, atau rusak pikiranya, atau bisu yang tidak bisa diajak bicara

dengan isyarat dan tidak bisa menulis, maka hak menjadi wali pindah kepada

18

Dedi Junaidi Op cit hlm 110-111

Page 36: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

24

wali berikutnya. Umpanya, calon mempelai wanita yang sudah tidak

mempunyai ayah atau kakek lagi, sedang saudara-saudaranya yang belum

baligh dan tidak mempunyai wali yang terdiri dari keturan ayah (misalnya

keponakan) maka yang berhak menjadi wali adalah saudara kandung dari ayah

(paman).19

Secara sederhana urutan wali nasab dapat diurutkan sebagai berikut:

1. Ayah kandung,

2. Kakek (dari garis ayah) dan seterusnya ke atas dalm garis laki-laki,

3. Saudara laki-laki sekandung,

4. Saudara laki-laki seayah,

5. Anak laki-laki saudara laki-laki saudara sekandung

6. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

7. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung,

8. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah,

9. Saudara laki-laki ayah sekandung (paman),

10. Saudara laki-laki ayah seayah (paman seayah),

11. Anak laki-laki paman sekandung,

12. Anak laki-laki paman seayah,

13. Saudara laki-laki kakek sekandung,

14. Anak laki-laki saudara laki-laki kakek sekandung,

19

Ibid hlm 112

Page 37: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

25

15. Anak laki-lakisaudara laki-laki kakek seayah.20

b. Wali Hakim

Wali hakim dalam sejarah hukum perkawinan di Indonesia, pernah

muncul perdebatan. Hal ini bermula dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh

Aisyah ra. Bahwa Nabi Muhammad bersabda sultan adalah wali bagi wanita

yang tidak memiliki wali.21

Pengertian sultan adalah raja atau penguasa, atau pemerintah.

Pemahaman yang lazim, kata sultan tersebut diartikan hakim, namun dalam

pelaksanaanya, kepala Kantor urusan Agama (KUA) kecamatan atau Pegawai

Pencatat Nikah, yang bertindak sebagai wali hakim dalam pelaksanaan akad

nikah bagi mereka yang tidak mempunyai wali atau, walinya adlal. Asal

masalah yang utama seperti termaktub dalam pasal 1 Huruf b KHI, adalah

persoalan tauliyah al- amri. Apakah cukup legitimasi yang di pegang oleh

penguasa di Indonesia, dalam pendelegasian wewenang tersebut, sehingga

dengan adanya kewenangan yang dimaksud, berarti sultan sebagai wali hakim

pelaksanaanya sesuai hakikat hukum.22

20

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm 87 21

Zainudin Ali, OP cit hlm 19

22

Ibid, hlm 19

Page 38: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

26

Adapun yang di maksud dengan wali hakim adalah orang yang di

angkat oleh pemerintah (Menteri Agama)23

untuk bertindak sebagai sebagai

wali dalam suatu pernikahan, yaitu apabila seorang calon mempelai wanita

dalam kondisi:

1. Tidak mempunyai wali nasab sama sekali, atau

2. Walinya mafqud (hilang tidak diketahui keberadaanya). atau

3. Wali sendiri yang akan menjadi mempelai pria, sedang wali yang

sederajat dengan dia tidak ada, atau

4. Wali berada di tempat yang sejauh masafaqotul qosri (sejauh perjalan

yang membolehkan sholat sholat qasar yaitu 92,5 km) 24

atau

5. Wali berada dalam penjara atau tahanan yang tidak boleh di jumpai

6. Wali adhol, artinya tidak bersedia atau menolak untuk menikahkanya

7. Wali sedang melaksanakan ibadah (umrah) haji atau umroh atau.25

Apabila kondisinya salah satu dari tujuh point di atas, maka yang

berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah wali hakim. Tetapi di

kecualikan bila, wali nasabnya telah mewakilakan kepada orang lain untuk

23

Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 1987, orang yang di tunjuk menjadi

wali hakim adalah kepala Kanor Uruasan Agama Kecamatan. 24

Di zaman modern ini walaupun jarak musafaqotul qasri telah di penuhi, namun untuk akad

nikahnya wali perlu di beri tahu terlebih dahulu. 25

Departeman Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Proyek peningkatan

Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Jakata: 2003, hlm 34

Page 39: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

27

bertindak sebagai wali, maka orang yang mewakilkan itu yang berhak menjadi

wali dalam pernikahan tersebut.26

Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah, masalah perwalian diterangkan dalam

BAB IX Tentang akad nikah pasal 18, untuk lebih jelasnya akan dikutip

sebagai berikut:

Pasal 18

(1) “Akad nikah dilakukan oleh wali wali nasab.”

(2) “Syarat wali nasab adalah:”

a. Laki-laki

b. Beragama Islam

c. Baligh, berumur sekurang-kurangnya 19 tahun

d. Berakal

e. Merdeka dan

f. Dapat berlaku adil.

(3) “Untuk melaksanakan pernikahan wali nasab dapat mewakilkan kepada

PPN, Penghulu, pembantu PPN atau orang lain yang memenuhi syarat.”

(4) “Kepala KUA Kecamatan ditunjuk menjadi wali hakim, apabila calon

isteri tidak mempunyai wali nasab, wali nasabnya tidak memenuhi

syarat, berhalangan atau adhal.”

(5) “Adhalnya wali sebagaimana di maksud pada ayat (4) ditetapkan dengan

keputusan Pengadilan.”27

26

Ibid hlm 35 27

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan

Nikah, Seksi Urusan Agama Islam Departeman Agama RI Tahun 2007 hlm 8

Page 40: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

28

Adapun dalil yang berkaitan dengan wali hakim, adalah hadis dari

Aisyah ra:

أيما امرأة وكحت بغير اذن وليها فىكحها با طل فان دخل بها فلها المهر بما استحل مه

(رواي اآل ربعة و احمد) فرجها فان ستجروا فا لسلطا ن ولي مه آل و لي لها

Artinya: Apabila seorang perempuan menikah tanpa izin walinya, nikahnya

batal.maka dia menerima mahar sekedar untuk menghalalkan farjinya.

Apabila walinya enggan atau menolakmenikahkanya, maka sultan

(hakim)lah yang berhak menjadi wali bagi perempuan yang tidak

memiliki wali. ( Riwayat Imam Empat kecuali Nasa’i)

c. Wali Muhakam

Yang dimaksud wali muhakam ialah wali yang diangkat oleh kedua

calon suami isteri untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka.

Kondisi ini terjadi apabila suatu pernikahan yang seharusnya dilaksanakan

oleh wali hakim, padahal di sini wali hakimnya tidak ada maka pernikahanya

dilaksanakan oleh wali muhakam. Ini artinya bahwa kebolehan wali muhakam

tersebut harus terlebih dahulu di penuhi salah satu syarat bolehnya menikah

dengan wali hakim kemudian di tambah dengan tidak adanya wali hakim yang

semestinya melangsungkan akad pernikahan di wilayah terjadinya peristiwa

nikah tersebut.29

Adapun caranya adalah kedua calon suami itu mengangkat seorang

yang mengerti tentang agama untuk menjadi wali dalam pernikahanya.

28

Al-Sa‟any, Subul Al-Salam Juz II, Jilid II, Kairo : Dari ihya, Al-Turas, Al-Araby,

1379H/1960M, hlm. 117-118

29

Dedy Junaidi Op cit hlm 114

Page 41: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

29

Apabila direnungkan secara seksama, maka masalah wali muhakam ini

merupakan hikmah yang di berikan Allah SWT kepada hamba-Nya, di mana

Dia tidak menghendaki kesulitan dan kemudaratan

B. Asal Usul Anak

Asal usul anak merupakan dasar untuk menunjukan adanya hubungan

kemahraman (nasab) dengan ayahnya. Demikianlah yang di yakini dalam fiqih

sunni. Karena para ulama sepakat bahwa anak zina atau anak li‟an hanya

mempunyai hubungan nasab kepada ibu dan saudara ibunya, penentuan nasab

merupakan salah satu hak seorang anak yang terpenting dan merupakan sesuatu

yang banyak memberikan dampak terhadap kepribadian dan masa depan anak.

Seorang anak harus mengetahui tentang keturunanya, sebab asal usul yang

menyangkut keturunan dan sangat penting untuk menempuh kehidupan dalam

masyarakat.30

Nasab juga dipahami sebagai pertalian kekeluargaan berdasarkan

hubungan darah sebagai salah satu akibat dari perkawinan yang sah. Ulama fiqih

mengatakan bahwa nasab merupakan salah satu fondasi yang kokoh dalam

membina suatu kehidupan rumah tangga yang bisa mengikat antar pribadi

berdasarkan kesatuan darah.31

30

Andi Syamsu Alam-M. Fauzan, Hukum pengankatan anak perspektif islam, Jakarta: Pena

Media, 2008, hlm 175.

31

Ibid hlm 175

Page 42: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

30

Di Indonesia, masalah asal usul anak terdapat beberapa ketentuan hukum

yang berbeda-beda. Hal ini dapat di mengerti, karena pluralitas bangsa, utamanya

dari segi agama dan adat kebiasaan, maka ketentuan hukum yang berlaku pun

bervariasi. Hingga buku ini di tulis, setidaknya ada dua hukum yang berlaku,

yaitu hukum Islam, Hukum Perdata yang termuat dalam KUH Perdata atau BW

(burgelijk Wetbook). Dan hukum islam termuat Kitab-Kitab fiqih dan dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI). Masing-masing hukum tersebut, selain

mempunyai persamaan juga mempunyai perbedaan.32

1. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Fiqih

Penetapan asal-usul anak dalam perspektif hukum Islam memiliki

arti yang sangat penting, karena dengan penetapan itulah dapat di ketahui

hubungan nasab antara anak dengan ayahnya. Walaupun pada hakikatnya

setiap anak yang lahir berasal dari sperma seorang laki-laki dan sejatinya

harus manjadi ayahnya, namun hukum islam memberikan ketentuan lain

untuk permasalahan ini.33

Seorang anak dapat dikatakan sah memiliki hubungan nasab dengan

ayahnya jika terlahir dari perkawinan yang sah. Sebaliknya anak yang lahir di

luar perkawinan yang sah, tidak dapat disebut dengan anak sah, dan biasanya

disebut dengan anak zina atau anak di luar perkawinan yang sah dan ia hanya

32

Ahmad, Rofiq, OP cit, hlm 220 33

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal, Tarigan Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2006 hlm 276

Page 43: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

31

memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Dengan demikian membicarakan

asal-usul anak sebenarnya membicarakan anak yang sah.34

Dalam Pasal 250 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dijelaskan

bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dan dibuat selama perkawinan.

Jadi, selama dilahirkan dalam suatu ikatan perkawinan yang sah mempunyai

status sebagai anak kandung dengan hak-hak keperdataan melekat padannya

serta berhak untuk memakai nama belakang untuk menunjukan keturunan dan

asal usulnya.35

Adapun fiqih islam menganut pemahaman yang cukup tegas

berkenaan dengan anak sah. Walaupun tidak ditemukan definisi yang jelas

dan tegas berkenaan dengan anak yang sah, namun berangkat dari definisi

ayat- ayat Al-Qur‟an dan Hadis, dapat diberikan batasan. Anak sah adalah

anak yang lahir oleh sebab dan di dalam perkawinan yang sah.36

Seluruh madzhab fiqih sepakat bahwa batas minimal usia

kehamilan adalah 6 bulan, di hitung dari saat akad nikah dilangsungkan.

Ketentuan ini di ambil dari firman Allah: Surat Al -Ahqaf ayat 15.

Artinya: masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan

34

Ibid hlm 276 35

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada

Media Grup, 2008, hlm 78-79 36

Aminudin Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan Op cit hlm277

Page 44: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

32

(Qs. Al-ahqaf, 46:15)37

Dan surat Al-Luqman ayat : 14

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun ( selambat-lambat

waktu menyapih ialah anak berumur 2 tahun )

(QS. Luqman, 31:14 )38

Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakti oleh para ulama,

di tafsirkan oleh Ibnu Abbas bahwa ayat pertama menunjukan tenggang waktu

mengandung dan menyapih adalah 30 bulan. Ayat kedua menerangkan bahwa

menyapihnya setelah bayi di susukan secara sempurna membutuhkan waktu 2

tahun atau 24 bulan. Berarti bayi membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6 bulan

di dalam kandungan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir kedua ayat ini dijadikan dalil oleh Ali bin Abi

Thalib RA, batas minimal waktu hamil adalah 6 bulan, dan itu merupakan

cara pengambilan hukum ( istinbath) yang kuat dan valid. Pendapat tersebut di

setujui oleh Usman bin Affan RA, dan beberapa sahabat lainya.39

Dari pernyataan tersebut di atas Munculah beberapa pendapat hukum

Ulama:

37

Al-Qur‟an dan terjemahannya, Op. Cit,. hlm. 726. 38

Departeman Agama RI, Ibid, hlm. 412 39

Shafiyurihman Al-Mabaruk Furi, Shahih Tafsir Ibun Katsir, Bogor : Pustaka Ibnu Kasir,

2006, hlm. 317-318

Page 45: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

33

1. Apabila seorang Wanita dan Laki-laki kawin, lalu melahirkan seorang anak

dalam keadaan hidup dan sempurna bentuknya sebelum 6 bulan, maka anak

tersebut tidak bisa dikaitkan (nasabnya) dengan suaminya. Syaikh Al-mufid

dan Syaikh Al-Thusi dari madzhab Imaniyah, dan Syaikh Muhyidin Abd Al-

Hamid dari Hanafi mengatakan bahwa, nasib anak tersebut tergantung pada

suami (wanita tersebut). Kalau dia mau, dia bisa menolaknya, dan bisa pula

mengakuinya sebaagai anaknya dan mengaitkan nasabnya dengan dirinya.

2. Kalau kedua suami istri bersengketa tentang lamanya waktu bergaul

mereka, misalnya si isteri mengatakan (kepada suaminya), “Engkau telah

bergaul denganku sejak 6 bulan atau lebih, karena itu anak ini adalah anak

mu,” lalu suaminya menjawab, “Tidak, akau baru menggaulimu kurang dari 6

bulan, karena itu anak ini bukan anakku.”40

Menurut Imam Hanafi: Isterinya itu yang benar, dan yang diberlakukan

adalah ucapanya tanpa harus disumpah lebih dulu.

Menurut Imamiyah: Kalau ada fakta dan petunjuk-petunjuk yang

mendukung ucapan isteri atau suami Maka yang diberlakukan adalah

pendapat pihak yang mempunyai bukti atau petunjuk tersebut. Tetapi apabila

tidak ada petunjuk- petunjuk yang ditemukan sehingga persoalannya menjadi

tidak jelas, maka hakim memenangkan ucapan si isteri sesudah disumpah dulu

40

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Madzhab, Jakarta: Basrie Press, 199, hlm 100-

101

Page 46: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

34

bahwa suaminya telah mencampurinya sejak 6 bulan yang lalu, lalu anak

tersebut dinyatakan sebagai anak sah suaminya itu.41

Sedangkan batas maksimal usia kandungan menurut pendapat Ulama:

Abu Hanifah berpendapat: Batas maksimal kehamilan adalah 2 tahun,

berdasar hadis A‟isyah yang menayatakan bahwa, kehamilan seorang wanita

tidak melebihi 2 tahun.

Imam Malik, Syafi‟i dan Hambali: Masa kehamilan maksimal seorang

wanita adalah empat tahun. Para Ulama Madzhab ini menyandarkan

pendapatnya pada riwayat bahwa isteri „Ajlan hamil selama empat tahun.

Anehnya isteri anaknya, Muhammad, juga hamil selama empat tahun. Bahkan

semua wanita suku „Ajlan hamil selama empat tahun pula.42

„Ibad bin „Awan mengatakan: batas maksimal kehamilan adalah lima

tahun, sedangkan Al-zuhri mengatakan tujuh tahun, dan Abu Ubaid

menyatakan bahwa, kehamilan itu tidak mempunyai batas maksimal.

Para Ulama Madzhab Imamiyah berbeda pendapat tentang batas

maksimal usia kehamilan. Mayoritas mereka berpendapat bahwa, batas

maksimal kehamilan adalah sembilan bulan. Yang lain mengatakan sepuluh

bulan, dan yang lain mengatakan satu tahun penuh. Tetapi mereka seluruhnya

sepakat, bahwa batas maksimal usia kehamilan itu tidak boleh lebih dari satu

jam dari satu tahun.

41

Ibid hlm 102 42

Abdurahman Al Jaziri, Al- Fiqh ‘Al Madzahi Al ‘arbaah, Juz VII, Maktabah At Tajirriyah

Al Kubro, Mesir, t,th, hlm 523

Page 47: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

35

Oleh karena itu apabila bayi lahir kurang dari 6 (enam) bulan

menurut fiqih dengan berpedoman pada Al-qur‟an, maka tidak bisa di

hubungkan kekerabatanya kepada bapaknya, walaupun dalam ikatan

perkawinan yang sah. Ia hanya memiliki hubungan nasab kepada ibu dan

keluarga ibunya saja.

Jika di analisis pandangan fiqih berkenaan dengan anak sah ini

dapadptlah di pahami bahwa anak sah di mulai sejak terjadinya konsepsi atau

pembuahan sel telur (ovum) oleh sperma yang terjadi pada rahim wanita calon

ibu dan konsepsi ini harus lah terjadi dalam perkawinan yang sah, dari

sininlah penetapan anak sah tersebut dilakukan.43

Dengan dimikian hukum islam menegaskan bahwa seorang anak

supaya dapat dianggap sebagai anak yang sah dari suami ibunya, anak itu

harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sesudah pernikahan atau di dalam

tenggang „iddah‟ selama empat bulan sepuluh hari sesudah perkawinan

terputus.44

Dengan demikian, apabila bayi lahir kurang dari 6 bulan sejak masa

perkawinan, maka anak tersebut tidak dapat di hubungkan kekerabatanya

dengan bapaknya walaupun lahir dari perkawinan yang sah. Ia hanya memiliki

hubungan nasab dengan ibunya.45

43

Mustafa Rahman, Anak Luar Nikah, Status dan Implikasi Hukumnya, Jakarta: Atmaja, 2003

hlm 45 44

Ibid hlm 47 45

Aminudin Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan Op cit . hlm 280

Page 48: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

36

2. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Undang-undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974.

Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak

dalam Pasal 42, 43 dan 44. selengkapnya akan dikutip di bawah ini:

Pasal 42:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah.”

Pasal 43:

1. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan kelurga ibunya.”

2. “Kedudukan Anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan di atur

dalam Peraturan Pemerintah.”

Pasal 44:

1. “Seorang suami dapat menyangkal sah anak yang dilahirkan oleh

istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah

berzina dan anak itu akibat dari perzinahan tersebut.”

2. “Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas

permintaan yang bersangkutan.” 46

Memperhatikan pasal 42 tersebut, di dalamnya memberi toleransi

hukum kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun jarak

antara pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas minimal usia

kandungan seperti yang akan dijelaskan kemudian. Jadi Selama bayi yang di

kandung tadi lahir pada ibunya dalam ikatan perkawinan yang sah, maka anak

46

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Surabaya : Arkola, 2005, hlm. 18-19.

Page 49: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

37

tersebut adalah anak yang sah. Undang-undang tidak mengatur batas minimal

usia kandungan, baik dalam pasal-pasalnya maupun dalam penjelasanya.

3. Asal Usul Anak Menurut Perspektif Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Dalam kompilasi hukum Islam ditegaskan dan dirinci, apa yang diatur

dalam Undang-undang perkawinan.

pasal 99 :

Anak yang sah adalah

a. “Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.”

Pasal 100:

a. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab

dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

Dalam kompilasi Hukum Islam, anak sah yang dimaksud dalam pasal

99 (a) adalah. Anak sah dari kedua orang tuanya, seperti yang dijelaskan

dalam pasal 53 dalam BAB VIII tentang Kawin Hamil, selengkapnya akan

dikutip dibawah ini:

Pasal 53:

1. “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang

yang menghamilinya.”

2. “Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut ppada ayat (1) dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.”

3. “Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak

diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.”

Jadi, anak sah dan pernikahan yang sah, yang dimaksud dalam KHI

pasal 99 (a) apabila dikaitkan dengan pasal 53, adalah anak sah dari

Page 50: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

38

pernikahan kedua oramg tuanya dan apabila pernikahanya pada saat hamil,

maka anak tersebut anak sah dari pria yang menghamilinya.

Pasal 101:

“Seseorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang istri tidak

menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkaranya dengan li‟an.”47

Pasal 102 kompilasi juga tidak merinci batas minimal dan maksimal usia bayi

dalam kandungan sebagai dasar suami untuk menyangkal sahnya anak yang di

lahirkan istrinya.

(1) “suami yang akan mengingkari seorang anak yang lahir dari istrinya,

mengajukan gugatan ke pengadilan Agama dalam jangka waktu 180 hari

sesudah putusnya perkawinan atau setelah suami itu mengetahui bahwa

istrinya melahirkan anak dan berada di tempat yang memungkinkan dia

mengajukan perkaranya kepada Pengadilan Agama.”

(2) “Pengingkaran yang di ajukan sesudah lampau waktu tidak dapat di terima.”48

Batasan 180 hari atau 6 bulan di atas ternyata tidak menjelaskan batas

mininmal usia kandungan, demikian juga 360 hari bukan menunjuk batas

maksimal usia bayi dalam kandungan. Akan tetapi menjelaskan batas waktu

untuk mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.

C. Kawin Hamil

Yang dimaksud dengan “kawih hamil” disini ialah kawin dengan seseorang

wanita yang hamil diluar nikah baik dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya

maupun oleh laki-laki yang menghamilinya maupun oleh laki-laki yang

menhamilinya.

47

Departemaen Agama RI, Op cit. hlm 38. 48

Ibid hlm 39

Page 51: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

39

Hukum kawin dengan wanita yang hamil di luar nikah para ulama

berbeda pendapat, sebagai berikut49

:

1. Para ulama Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i berpendapat bahawa perkawinan

keduanya sah dan boleh bercampur sebagai suami istri, dengan ketentuan, bila

si pria itu yang menghamilinya dan kemudian ia mengawininya.

2. Ibnu Hazm berpendapat bahwa keduanya boleh (sah) dikawinkan dan boleh

pula bercampur, dengan ketentuan, bila telah bertaubat dan menjalani

hukuman dera (cambuk), karena keduanya telah berziana.50

Selanjutnya, mengenai pria yang kawin dengan wanita yang dihamili

oleh orang lain, terjadi perbedaan pendapat para Ulama:

1. Abu Yusuf, mengharamkan yakni tidak membolehkan mengawini wanita

hamil akibata zina, karena hamil akibat zina mencegah persetujuan, maka

mencegah akadnya juga, seperti pencegahan terhadap nasab51

, dan bila

dikawinkan perkawinanya batal.

2. Ibnu Qudamah sependapat dengan dengan Imam abu Yusuf dan

menambahkan bahwa seorang pria tidak boleh mengawini wanita yang

dikrtahui berbuat zina dengan orang lain, kecuali dengan 2 syarat:

a. Wanita tersebut telah melhirkan bila ia hamil. Jadi dalam keadaan hamil ia

tidak boleh kawin.

49

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadistah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995,

Hlm 96-99 50

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008,

hlm 124-125 51

Dr Wahbah Zhuaili, Al fiqh Al Islami wa Adillatuh, Juz IX, Dar Al Fikr, 1997 halm 2649

Page 52: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

40

b. Wanita tersebut telah menjalani hukuman dera (cambuk) terlebih dahulu,

apakah ia hamil/ tidak.

3. Imam Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani mengatakan bahwa

perkawinanya itu sah, tetapi haram baginya bercampur, selama bayi yang

dikandungnya belum lahir.52

Pendapat ini berdasarkan hadist:

التؤطا حا مال حتئ تصع

Artinya: Janganlah engkau campuri wanita yang hamil, sehingga lahir

(kandunganya)

4. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi‟i berbendapat bahwa perkawinan itu

dipandang sah, karena tidak terikat dengan perkawinan orang lain (tidak ada

masa „iddah). Wanita itu boleh juga dicampuri, karena tidak mungkin nasab

(keturunan) bayi yang dikandung itu ternodai oleh sperrma suaminya.

Sedangkan bayi tersebut bukan keteurunan orang yang mengawini ibunya itu

(anak diluar nikah).

Dengan demikian, status anak itu adalah sebagai anak zina, bila pria yang

mengawini ibunya itu bukan pria yang mengawini ibunya itu bukan pria yang

menghamilinya.

Namun bila pria yang mengawini ibunya itu, pria yang menghamilinya,

maka terjadi perbedaan pendapat:

52

Abdul Rahman Ghozali, Op cit hlm 127

Page 53: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

41

1. Bayi itu termasuk anak zina, bila ibunya dikawini setelah usia

kandunganya berumur 4 bulan ke atas. Bila kurang dari 4 bulan, maka

bayi itu adalah anak suaminya yang sah.

2. Bayi itu termasuk anak zina, Karena anak itu adalah anak diluar nikah,

walaupun dilihat dari segi bahasa, bahwa anak itu adalah anaknya,

karena hasil dari sperma dan ovum bapak dari ibunya itu.53

53

Ibid hlm128

Page 54: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

42

BAB III

Pelaksaanaan Penentuan Wali Nikah Bagi Perempuan yang

Lahir Kurang Dari 6 Bulan di KUA Kec. Ngaliyan

A. Gambaran Umum Kecamatan Ngaliyan

1. Letak Geografis

Kecamatan Ngaliyan bagian dari 16 Kecamatan yang berada di

wilayah Kota Semarang bagian Barat dari Kota Semarang dengan batas-

batas :

Sebelah Utara : Kecamatan Tugu

Sebelah Timur : Kecamatan Semarang Barat

Sebelah Selatan : Kecamatan Mijen

Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

Luas wilayah Kecamatan Gayamsari 4.140 Ha terdiri dari :

Tanah sawah

Tanah kering

Tanah basah

Tanah keperluan fasilitas umum

KUA Ngaliyan terletak di Jl. Prof Hamka Jalur Jl. Raya Ngaliyan –

Boja Semarang, Telp. 024 7610109

Pembagian wilayah administrasi Kecamatan Ngaliyan terdiri

dari 10 Kelurahan, antara lain :

1. Kelurahan Gondoriyo

2. Kelurahan Podorejo

Page 55: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

43

3. Kelurahan Beringin

4. Kelurahan Purwoyoso

5. Kelurahan Kalipancur

6. Kelurahan Bambankerep

7. Kelurahan Ngaliyan

8. Kelurahan Tambakaji

9. Kelurahan Wonosari

10. Kelurahan Wates

2. Keadaan Demografi

Penduduk Kecamatan Ngaliyan termasuk heterogin atau majemuk,

kemajemukan tersebut dapat dilihat dari data statistic kependudukan pada

akhir tahun 2008, jumlah penduduk Kecamatan Ngaliyan berjumlah

109.108 jiwa, dengan rincian pemeluk agama sebagai berikut :

Islam = 97.083 jiwa

Katholik = 5.192 jiwa

Protestan = 4.726 jiwa

Hindu = 938 jiwa

Budha = 1.096 jiwa

Lain-lain = jiwa

3. Mata Pencaharian

Sesuai dengan kondisi yang ada di Kecamatan Ngaliyan, yang

terdiri dari tanah kering, persawahan, maka berpengaruh pula pada mata

Page 56: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

44

pencaharian penduduk. Mayoritas penduduk bekerja sebagai Petani,

Nelayan, Swasta, Pedagang, PNS, TNI/Polri.1

B. Sejarah Singkat Berdirinya KUA Kecamatan Ngaliyan

Pada umumnya berdirinya sebuah Kantor Urusan Agama tidak

terlepas dari perjalanan sejarah suatu bangsa dan Negara Indonesia.

Disebabkan karena adanya penjajahan asing di Indonesia, sehingga

mempengaruhi system kehidupan masyarakat pada waktu itu. Termasuk

disini adalah struktur dan system pemerintahan serta kelembagaannya pada

waktu itu.

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa

yang agmis dengan mayoritas beragama Islam. Sejak dahulu kala syariat

Agama Islam telah berlaku di masyarakat, walaupun kala itu hidup dalam

penjajahan2.

Politik hukum pada zaman Kolonial Belanda, termasuk dalam hukum

perkawinan, talak cerai dan rujuk, diterapkan system hukum yaitu

Huwelijksordonantie, Statblad 1929 Nomor 348 Yo. S 1931 Nomor 467

Vorstenlandsche Huwelijksordonantie S, 1933 Nomor 98 dan

Huwelijksordonantie Buitwengesten S. 1932 Nomor 482 adalah merupakan

politik hukum yang tidak memenuhi sarat keadilan social bangsa Indonesia

yang mayoritas Islam.

Sehingga lahirlah Undang-Undang nomor 22 tahun 1946 memutuskan

mencabut :

1 Data Monografi KUA Kec. Ngalian

2 Profil KUA Kec. Ngalian, Di susun oleh Kepala KUA Kec Ngalian dalam rangka

lomba KUA percontohan tahun 2009 , hlm 7

Page 57: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

45

a. Huwelijksordonantie S. 129 nomor 343 Yo.S. 1931 nomor 467.

b. Vorstenlandsche Huwelijksordonantie S 1933 nomor 98.

c. Undang-Undang nomor 22 tahun 1946, ditetapkan sebagai Undang-

Undang tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.

Berawal dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 itulah mulai ada

unifikasi bidang hukum pencatatan perkawinan, talak dan rujuk yang lebih

berkeadilan sosial khususnya untuk pulau Jawa dan Madura. Kemudian pada

tahun 1954 terbitlah Undang-Undang nomor 32 tahun 1954 yaitu undang-

undang penetapan berlakuknya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 untuk

seluruh luar Jawa dan Madura.

Sejak diundangkannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1946 adalah

merupakan masa transisi, karena pada waktu itu pergolakan melawan

Belanda masih terus berlangsung, termasuk di wilayah Kecamatan Ngaliyan.

KUA Kecamatan Ngaliyan resmi berdiri setelah adanya pemekaran wilayah

kota Semarang( dahulu Kodya Semarang ) dari 11 Kecamatan menjadi 16

Kecamatan sejak tanggal 22 Agustus 1994 berdasarkan KMA No.133 Tahun

1994 tertanggal 22 Mei 1994 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen

Agama Kota Semarang dengan Surat Nomor : MK.01 / 1-h / KP.07.6 / 5420 /

1994 tertanggal 8 Agustus 1994.

Sedangkan tanah yang digunakan untuk Balai Nikah Kecamatan Ngaliyan

adalah Bekas Bengkok kelurahan Ngaliyan Kepetengan IV C.No.7 persil S.I

Kec. Tugu dengan luas kurang lebih 588 M2,

Page 58: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

46

C. Letak KUA, dan Sarana Prasarana Keagamaan.

Sebagai tempat kegiatan perkantoran, KUA Kecamatan Ngaliyan

Kota Semarang merupakan pusat perencanaan dan pengendalian kegiatan

keagamaan di suatu wilayah. Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngaliyan

Kota Semarang terletak di Jl. Prof Hamka Jalur Jl. Raya Ngaliyan Boja Kota

Semarang Telp (024) 7610109. Keberadaannya mudah dijangkau juga

terpadu dengan perkantoran lain sehingga sangat mudah dalam menjalin

koordinasi sesama instansi juga terpadu dalam pelayanan diantaranya dengan

BKK, Polsek, Kecamatan, Puskesmas, kantor Pos.3

Kegiatan I

Administrasi

1. Menyelenggarakan administrasi dan

dokumentasi

2. Menyelenggarakan surat-menyurat

3. Pengurusan Surat

4. Kearsipan

5. Pengetikan

6. Rumah tangga KUA

Kegiatan II

Pencatatan Nikah & Rujuk

1. Pendaftaran Kehendak Nikah

2. Pemeriksaan data calon pengantin

3. Pendaftaran kehendak rujuk

4. Pemeriksaan data administrasi rujuk

Kegiatan III

Pelayanan Peristiwa Nikah

1. Pengumuman Kehendak Nikah

2. Pelaksanaan suscatin

3 Ibid hlm 10

Page 59: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

47

& Rujuk 3. Pelayanan pelaksanaan pernikahan

4. Pelaporan peristiwa nikah dan rujuk

Kegiatan IV

Penasehatan Pernikahan

1. Pelaksanaan identifikasi bahan-bahan

penasehatan

2. Pelaksanaan penyusunan bahan

penasehatan

3. Pelaksanaan penasehatan

4. Evaluasi dan laporan

Kegiatan V

Pembinaan Kelurga

sakinah

1. Identifikasi keluarga sakinah

2. Penetapan tingkat keluarga sakinah

3. Melakukan pembinaan keluarga pra

sakinah.

Kegiatan VI

Pengembangan

Kepenghuluan

1. Pelaksanaan fatwa hokum munakahat

2. Pelaksanaan bidang muamalat

Kegiatan VII

Pembinaan IBSOS, Zakat

dan Wakaf

1. Pembinaan takmir masjid

2. Sosialisasi dan pembinaan zakat

3. Inventarisasi lokasi/obyek wakaf

4. Penerbitan AIW / APAIW

5. Mengusulkan penyertifikatan tanah wakaf

ke BPN

6. Penggalangan Infaq dan Shodaqoh

Page 60: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

48

Untuk mendukung kegiatan keagamaan di kecamatan Ngaliyan, maka sarana

dan prasarana yang ada adalah sebagai berikut :

a. Masjid : 73 masjid

b. Langgar/Musholla : 156 langgar/musholla

c. Gereja : 10 gereja

d. Pura : 0

e. Vihara : 0

f. Klenteng : 0

g. TPQ / TKQ : 18 tempat

h. Pondok Pesantren : 7 tempat

i. Madrasah Diniyah : 3 tempat

j. RA / BA : 6 tempat

k Madrasah Ibtidaiyah : 6 tempat

l. MTs : 3 tempat

m Madrasah Aliyah : 1 tempat

n. Panti Asuhan : 2 tempat

Peristiwa NTCR yang telah dicatat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang tahun 2008.

Page 61: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

49

D. Struktur Organisasi KUA Kec. Ngaliyan

STRUKTUR ORGANISASI KUA KECAMATAN NGALIYAN4

4 Data Monografi KUA Kec. Ngaliyan

Drs. H. Fadlan yazidi

Kepala PPN

Hj. La`amah

Pelaksana TU

Khozanag, Sag

Pelaksana

pengadm. keuangan

Hj. Ruhayati, BA

Peng Adm. NR-

TC

Safriyati, BA

Peng adm.

umum

M. Rodli, SHi

Pelaksana N /R

BIN WIN

M. Imron

penyuluh

agama islam

Drs. Sugiri

Pelaksana

JIDZAWAIB

OS

Suparno

Kel. Bambang kerep

Ahmad munaji

Kel. Bringin

Abdul Kodir

Ngaliyan

Ahmad izzudin

Kel. wonosari

M. lahuri

Kel. Wates

Parmin

Kel.

Gondorio

Pembantu penghulu

KUA Kec. Ngaliyan

H. hawari

Kel. purwoyoso

M. yasin

Kel. podorejo

Sayful anwar, Sag

Kel. Tambak aji

Fathurrohman

Kel. Kali pancur

Page 62: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

50

E. Tugas dan Fungsi Pokok

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari system

Departemen Agama, sedangkan Departemen Agama mempunyai tugas pokok

yaitu : menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan

pembangunan di bidang agama.

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari unsure

pelaksana sebagaian tugas pokok Departemen Agama, yang berhubungan

langsung dengan masyarakat dalam suatu wilayah kecamatan. Sebagaimana

ditegaskan dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun 2001 bahwa

Kantor Urusan Agama (KUA) bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor

Departemen Agama Kabupaten / Kota dibidang Urusan Agama Islam di

wilayah Kecamatan.

Dalam reformasi dewasa ini, muncul paradigma-paradigma baru

yanag arahnya membawa perubahan-perubahan pada pelayanan public, atau

yang lebih dikenal dengan istilah pelayanan prima. Perbaikan dan

penyempurnaan pelayanan pada Departemen Agama telah disikapi dan di

tindaklanjuti oleh Menteri Agama antara lain :

a. Intruksi Menteri Agama nomor 01 tahun 2000, tentang pelaksanaan

Keputusan Menteri Agama nomor 168 tahun 2000 tentang pedoman

perbaikan pelayanan masyarakat di lingkungan Departemen Agama.

b. Keputusan Menteri Agama nomor 373 tahun 2001, tentang penataan

Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Page 63: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

51

c. Keputusan Menteri Agama nomor 517 tahun 2001 yang menegaskan

bahwa Kantor Urusan Agama bertugas melaksanakan sebagian tugas

Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di bidang urusan agama

Islam di wilayah kecamatan.

Dalam penjabarannya Kantor Urusan Agama berkewajiban

menjalankan fungsinya sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan statistikdan kegiatan perkantoran.

2. Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan5.

3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,

zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah social, kependudukan dan

pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang

ditetapkan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

1. Tugas Kepala KUA.

a. Kepala KUA Sebagai Pejabat

Tugas pokok dari seorang Kepala KUA adalah sebagaimana

ditegaskan dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001

yaitu ; melaksanakan sebagaian tugas Kantor Departemen Agama

Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam.

5 Ibid hlm `11

Page 64: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

52

Penjabaran dari Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun

2001 tersebut, maka seorang Kepala KUA berkewajiban menjalankan

fungsi sebagai tugas interen antara lain :

a. Menyelenggarakan statistic dan dokumentasi.

b. Menyelenggarakan surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan,

penegtikan, dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan.

c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan

membinamasjid, zakat, wakaf, ibadah social, kependudukan dan

pengembangan keluarga sakinah, sesuai dengan kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dari tugas menjalankan fungsi tersebut, maka dapat diambil satu

kejelasan bahwa Kepala KUA Sebagai Pejabat adalah bertanggungjawab

terhadap semua pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dengan pembagian

tugas kepada pelaksana-pelaksana yang ada di KUA.

2. Kepala KUA Sebagai Pemuka Agama.

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan selain menjalankan

fungsinya dalam kegiatan intern perkantoran, maka Kepala KUA juga

sebagai Pemuka Agama. Sebagai Pemuka Agama maka seorang Kepala

KUA senantiasa :

a. Kapan saja dan dimana saja selalu berusaha dan berdakwah kepada

umat untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar.

Page 65: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

53

b. Selalu menjunjung tinggi norma agama dan norma hokum baik di

tempat kerja, di lingkungan rumah tangga, dan di tengah-tengah

masyarakat6.

c. Senantiasa berupaya menjadi seorang pemimpin yang dapat dijadikan

tokoh panutan yang memiliki akhlaqul karimah.

d. Memiliki rasa kepekaan yang tinggi terhadap perubahan dan dinamika

masyarakat.

e. Selalu berupaya terciptanya Tri Kerukunan Hidup Umat Beragama.

3. Kepala KUA Sebagai Tokoh Masyarakat.

Sebagai tokoh masyarakat, seorang Kepala KUA memfungsikan

diri sebagai stabilisator, bila ditengah-tengah masyarakat terjadi keadaan

yang instabilitas yang dapat mengganggu ketentraman di masyarakat.

Seorang Kepala KUA juga memfungsikan dirinya sebagai

dinamisator di tengah-tengah masyarakat agar proses pembangunan dapat

berjalan dengan baik. Oleh karena itu upaya-upaya harus dilakukan oleh

Kepala KUA sebagai Tokok Masyarakat antara lain :

a. Aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti pengurus RT,

pengurus Kelompok Tani, Panitia Pembangunan di desa dan lain

sebagainya.

b. Aktif dalam kegiatan perekonomian masyarakat seperti pengurus

koperasi, kegiatan social budaya seperti pengurus kesenian dan lain-

lainnya.

6 Ibid hlm 12

Page 66: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

54

4. Kepala KUA Sebagai Abdi Masyarakat.

Sebagai abdi masyarakat selain mempunyai doktrin Panca

Prasetya Korpri dan kode etik profesi, maka Kepala KUA sebagai abdi

masyarakat selalu berupaya :

a. Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada umat, agar dapat

melaksanakan ajaran agamanya, sehingga mampu mengaktualisasikannilai-

nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

b. Meningkatkan citra Kepala KUA, baik sebagai pejabat dan tokoh agama

yang mumpuni dan dapat dijadikan teladan bagi masyarakat.

c. Memberikan bimbingankepada umat supaya dapat berpikir dan bersikap

secara kritis dan rasional, agar tidak terjebak dalam fanatisme sempit dan

sectarian, yaitu jangan sampai mementingkan kelompok dan golongan

sendiri.

d. Meningkatkan profesionalisme dalam bekerja, menumbuhkan sikap pro-

aktif, inovatif para pegawai untuk meningkatkan citra KUA.

F. Kegiatan KUA Kecamatan Ngalian

1. Ketatausahaan, Penyelenggaraan Surat-Menyurat, Penyelenggaraan

Administrasi NTCR dan Pelaporannya.

a. Ketatausahaan

Bidang ketatausahaan merupakan kegiatan sehari-hari yang meliputi

penyelengaraan tata persuratan yaitu :

1. Menerima, mengolah, menindaklanjuti surat masuk baik dari atasan

atau dinas niveu.

Page 67: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

55

2. Mengagendakan dan mengarsip surat masuk dan surat keluar.

3. Menghimpun peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang

berkaitan dengan tugas KUA Kecamatan.

b. Penyelenggaraan Administrasi.

Penyelenggaraan kegiatan administrasi KUA dapat dibagi menjadi tiga

bagian :

1. Administrasi NTCR

Dalam administrasi NTCR meliputi pencatatan peristiwa nikah, talak,

cerai dan rujuk sebagaimana diatur dalam PMA Nomor 02 tahun

1990.

2. Administrasi Keuangan NR, DIPA, DIPA NR ( PNBP )

Dalam administrasi ini meliputi ; menerima, menyalurkan,

pembukuan, pelaporan atau pertanggungjawaban.

3. Administrasi Zawaibsos.

Penyelenggaraan administrasi Zawaibsos merupakan kegiatan penting,

karena sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan bidang agama

khususnya adalah dari segi pengamalannya.

4. Kepegawaian, Kekuatan Karyawan, Daftar Urut Kepangkatan dan

File Kepegawaian.

Pegawai merupakan perangkat kantor yang sangat vital, karena

merupakan dari salah satu unsure pelaksana dalam kegiatan perkantoran.

Page 68: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

56

Dalam kegiatan perkantoran sehari-hari Kantor Urusan Agama Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang mempunyai 8 pegawai 7

5. Administrasi Perkantoran.

Administrasi perkantoran pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan tujuan

untuk mencapai tertip adminstrasi. Dengan tertibnya administrasi di KUA

maka akan menjamin terciptanya kepastian hokum dalam peristiwa NTCR

dan administrasi penunjang, baik di masa sekarang atapun dimasa yang

akan dating. Oleh karena itu kegiatan administrasi perkantoran pada KUA

Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang dilakukan antara lain :

1. Administrasi yang menjadi tanggungjawab langsung sebagai PPN, yaitu ;

Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 44 ayat 1 PMA Nomor 02 tahun

1990 Yo. KMA Nomor 298 tahun 2003 Bab II pasal 2. PPN

bertanggungjawab atas penyelenggaraan daftar pemeriksaan nikah, akta

nikah, kutipan akta nikah, buku pendaftaran cerai talak, buku pendaftaran

cerai gugat, daftar pemeriksaan rujuk, buku pencatatan rujuk,

penyelenggaraan pengumuman kehendak nikah (model NC),

pemberitahuan nikah (model ND), pemberitahuan poligami (model NE),

pemberitahuan rujuk (model RC) kepada Pengadilan Agama dan buku

catatan kehendak rujuk.

2. Administarsi yang menjadi tanggungjawab langsung sebagai PPAIW,

yaitu :

7 Ibid hlm 13

Page 69: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

57

Sebagaimana ditegaskan dalam lampiran II Keputusan Direktur jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor 15 tahun 1990

tertanggal 09 April 1990 antara lain ;

a. Meneliti kehendak wakif

b. Meneliti dan mengesahkan susunan nadzir

c. Meneliti saksi ikrar wakaf

d. Menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf dan ikut menandatangani bentuk

W.1

e. Membuat Akta Ikrar Wakaf ( W.2 )

f. Mengarsip Ikrar Wakaf (W.1), Akta Ikrar Wakaf (W.2), Susunan Nadzir

(W.5/W.5a)

g. Mengajukan permohonan ke BPN untuk mendaftarkan perwakafan

tanah milik.

6. Kegiatan Kepenghuluan

Kegiatan kepenghuluan di Kantor Urusan Agama merupakan salah

satu kegiatan pokok dalam kesehariannya, karena kegiatan ini terkait

dengan hokum munakahat juga hokum yang lain, juga terkait dengan

pelayanan public.

Khususnya yang terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang

Perkawinan Nomor 01 tahun 1974, yang dalam pelaksanaannya diatur

dalam Peraturan Pemerintah nomor 09 tahun 1975, Peraturan Menteri

Agama Nomor 02 tahun 1990 diperkuat dengan Kompilasai Hukum Islam

dan Edaran-edaran serta Juknis. Maka kegiatan kepenghuluan di KUA

Page 70: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

58

Kecamatan Ngaliyan khusunya bidang pernikahan, senantiasa

menjabarkan asas yang ada pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 01

tahun 1974, yaitu :

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagian dan kekal

2. Sahnya perkawinan bilamana dilaksanakan menurut hokum masing-

masing agamanya dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.

3. Menganut asas monogami

4. Mempersulit Perceraian

5. Hak dan kedudukan suami-istri seimbang

Mengacu pada asas tersebut maka kegiatan kepenghuluan dilaksanakan secra

cermat, agar tujuan perkawinan dapat tecapai. Oleh karena itu dalam

pelayanan kepada masyarakat selalau mengedepankan :

a. Tujuan perkawinan dan fungsi sebuah keluarga

b. Kepastian hokum dengan meminimalkan terjadinya nikah liar atau di

bawah tangan

c. Selalu mengedepankan koordinasi dengan pihak terkait dalam pelayanan

NTCR

7. Bimbingan Perkawinan

Untuk menegakkan dan meningkatkan fungsi keluarga, yaitu keluarga

yang sakinah, mawaddah wa rohmah, maka kegiatan bimbingan

perkawinan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu

proses panjang suatu perkawinan.

Page 71: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

59

Oleh karena itu KUA Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang dalam

kegiatan bimbingan perkawinan melalui beberapa metode :

a. Bekerja sama dengan para medis, bidan desa dalam hal reproduksi sehata

kepada calon mempelai.

b. Menyelenggarakan penasehatan kepada calon mempelai pada masa

tenggang waktu 10 hari sebelum pelaksanaan nikah.

c. Bekerja sma dengan kegiatan kemasyarakatan dalam memberikan

penyuluhan tentang gerakan keluarga sakinah serta bimbingan perkawinan

dan keluarga.

6. Kegiatan Kemasjidan

Masjid tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan atau tempat ibadah

rutin saja, akan tetapi diharapkan mempunyai fungsi sebagai pusat

pembinaan umat dalam berbagai kegiatan. Hal ini telah di contohkan pada

zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu kantor Urusan Agama Kecamatan

Ngaliyan telah berusaha agar kemakmuran masjid di wilayah Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang

dalam rangka pembinaan kemasjidan telah melakukan kegiatan-kegiatan

antara lain :

e. Menertibkan organisasi kemasjidan dan administrasi kemasjidan.

f. Menertibkan status tanah untuk diproses sebagai tanah wakaf dan

bersertifpikat dari BPN

Page 72: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

60

g. Mengupayakan masjid yang paripurna, yaitu masjid yang rapi, indah dan

bersih, yang kegiatannya mencerminkan keterpaduan dakwah islamiyah,

pendidikan keislaman, dan lai-lain.

h. Menyiapkan kader generasi muda dalam wadah remaja masjid.

i. Mempersiapkan salah satu masjid untuk mengikuti lomba kemasjidan.

7. Kegiatan Zakat, Infaq/Shodaqoh.

Pelaksanaan kegiatan zakat, infaq/shodaqoh sebagaimana yang

diharapkan oleh Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 adalah

merupakan kegiatan yang mencerminkan kesadaran umat Islam dalam

melaksanakan ibadah, khususnya bidang zakat dan infaq/shodaqoh.

Oleh karena itu agar kegiatan zakat, infaq/shodaqoh dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, Kantor Urusan Agama Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang telah menjalin kerjasama dengan lini sector

terkait, antara lain :

Bekerjasama dengan muspika, LSM dalam rangka

mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 kepada

masyarakat di wilayah Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

A. Membentuk pengurus BAZ tingkat kecamatan.

B. Melalui pengajian dan khutbah jum’at sebagai upaya gerakan sadar

zakat dan infaq/shodaqoh.

C. Memantau, mengevaluasi dan mencatat perkembangan perolehan

kegiatan zakat dan infaq/shodaqoh beserta pendistribusiannya.

Page 73: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

61

8. Kegiatan Perwakafan.

Kegiatan perwakafan khususnya perwakafan tanah milik,

senantiasa di tingkatkan pelayanan dan pengelolaannya. Karena wakaf

merupakan asset umat Islam demi kemakmuran dan kemajuan umat Islam.

Dalam kegiatan perwakafan, KUA Kecamatan Ngaliyan Kota semarang

telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Untuk menjamin kepastian hokum dalam perwakafan tanah milik, maka

telah diadakan penataan dan penertiban administrasi perwakafan.

2. Mengadakan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1977tentang perwakafan tanah milik kepada masyarakat.

3. Ikut serta membantu dalam penyelesaian pensertipikatan tanah wakaf di

kantor BPN.

4. Berusaha mengoptimalkan pengelolaan wakaf tanah produktif untuk

dikelola secara prof sesional agar lebih bermanfaat bagi umat Islam.

9. Kegiatan Semi Resmi

Di samping Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngaliyan Kota

Semarang mempunyai tugas pokok dengan melaksanakan fungsi-

fungsinya, maka sebagai kegiatan penunjang adalah melaksanakan tugas

semi resmi.

Kegiatan semi resmi yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang antara lain :

A. Kegiatan BKM ( Badan Kesejahteraan masjid )

Page 74: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

62

Kepala KUA sebagai Ketua BKM melakukan kegiatan-kegiatan antara

lain:

1. Memfungsikan masjid sebagai tempat pembinaan umat

2. Ikut serta dalam usaha menciptakan masjid yang sehat dengan cara

menjalin kerja sama dengan lintas sektoral.

3. Berupaya terciptanya masjid yang paripurna.

4. . Tertibnya organisasi dan administrasi kemasjidan

B. Kegiatan P2A ( Badan Pembina Pengamalan Agama )

Pembinaan bidang pengamalan agama merupakan perwujudan dari

kualitas dan kesadaran umat dalam menjalankan ajaran agamanya.

Penekanan dari pembinaan P2A adalah penagamalan. Di samping umat

memahami teori-teori dalam agama.

Dalam pelaksanaan kegiatan P2A, maka KUA Kecamatan Ngaliyan

menjalin kerjasma dengan lembaga-lembaga dakwah atau kemitraan umat

untuk menyamakan visi dan misi dalam berdakwah.

KUA Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang dalam kegiatan P2A

mengadakan langkah-langkah antara lain :

1. Melakukan koordinatif, konsolidasi dengan lembaga-lembaga dakwah

yang ada di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

2. Membentuk forum komunikasi lembaga dakwah

3. Menghimpun dana melalui iuran sukarela untuk anak yatim

4. Adanya rintisan tabungan penyembelihan hewan Qurban.

Page 75: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

63

C. Kegiatan BP-4 ( Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan )

Sebagai lembaga semi resmi yang diharapkan mampu berperan serta

dalam pembangunankeluarga, maka KUA Kecamatan Ngaliyan Kota

semarang berperan aktif antara lain ;

1. Selalu membuka kesempatan kepada masyarakat luas dalam hal

penasehatan.

2. Meningkatkan profesionalisme korp penasehatan dalam

mengidentifikasikan permasalahn klien dan pemecahannya.

3. Menyelenggarakan penasehatan kepada calon pengantin

4. Konsolidasi ke dalam dan pembenahan administrasi.

D. Kegiatan LPTQ ( Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an )

Sebagai lembaga pengembangan tilawatil Qur’an, LPTQ Kecamatan

Ngaliyan Kota Semarang telah berupaya dengan memanfaatkan lembaga

ini. Hal ini dikandung maksud agar peran serta LPTQ semakin nyata

dalam kiprahnya mengembangan tilawatil Qur’an. Serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh LPTQ Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang antara

lain :

1. Membentuk Badko TPQ tingkat Kecamatan

2. Mengirimkan ustadz/ustadzah untuk mengikuti pembinaan di

Kandepag Kota Semarang

3. Menyelenggarkan MTQ tingkat Kecamatan dalam rangka

mempersiapkan kafilah untuk mengkuti lomba di tingkat Kota.

Page 76: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

64

4 Memperoleh juara Umum dalam pelaksanaan MTQ tingkat Kota

Semarang tahun 2007

E. Kegiatan PHBI ( Peringatan Hari Besar Islam )

Untuk memanfaatkan momentum yang sangat penting dan strategis,

maka melalui PHBI, dakwah dan syiar agama sangat diperlukan. Oleh

karena itu KUA Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang menjalin kerja sama

dengan PHBI tingkat kecamatan dan BAZ Kecamatan Ngaliyan. Waktu

pelaksanaan kegiatannya adalah setiap adanya peringatan-peringatan hari

besar Islam selalu menyelenggarakan peringatan yang pelaksanaannya

dibentuk kepanitiaan yang di organisir oleh PHBI tingkat kecamatan

antara lain :

1. Penyelenggaraan Tahun Baru Islam dengan gerakan menyantuni

yatim piatu

2. Penyelenggaraan halal bi halal tingkat kecamatan

3. Menyelenggarakan lomba kreatifitas bagi remaja dan anak-anak,

antara lain ; lomba pidato, MTQ, Hafalan, Melukis dan lain-lain.

4. penyelenggaraan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW.

F. Haji

1. Sebagai pusat informasi Haji Kecamatan Ngaliyan

2. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji

3. Memfasilitasi terbentuknya pengurus IPHI ( Ikatan Persaudaraan

Haji Indonesia ) Kecamatan Ngaliyan.

Page 77: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

65

10. Kegiatan Lintas sektoral

Dalam kapasitasnya selaku Kepala KUA dalam menjalankan

fungsi pembangunan, maka kegiatan lintas sektoral bisa dipastikan ikut

berperan aktif dalam membangun masyarakat di segala bidang.

Pembangunan yang dilaksanakan berupa pembangunan fisik dan

mental, yang terangkum dalam pembangunan idiologi, social, politik,

ekonomi, budaya, agama, kesehatan, pertahanan dan keamanan,

semuanya tak dapat dibangun hanya satu instansi saja, tetapi memerlukan

dukungan dari instansi lain. Oleh karena itu peran Kantor Urusan Agama

Kecamatan cukup strategis. Yaitu membangun masyarakat melalui fungsi

dan bahasa agama.

Peran serta KUA Kecamatan dalam kegiatan lintas sektoral adalah :

a. Sebagai motivator dari berbagai program melalui media kegiatan

keagamaan, seperti majlis taklim, pengajian-pengajian di masjid-masjid,

langgar/musholla dalam setiap kesempatan.

b. Dalam bentuk kegiatan terpadu atau secara bersama dengan dinas terkait

yang ada di kecamatan. Peran KUA adalah sebagai motivator dengan

bahasa dan pola pendekatan ajaran agama, sehingga keberhasilan program

tersebut bisa lebih baik, karena mendapat dukungan dari umat beragama.

Page 78: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

66

G. Prosedur Pelaksananaan Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan yang

Lahir Kurang dari 6 Bulan di KUA Kec. Ngaliyan.

Dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, sebenarnya sampai saat ini Kementerian Agama belum

pernah memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak perempuan sulung

yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahiranya dan juga memeriksa buku

pernikahan orang tuanya. Dan dalam Peraturan Menteri Agama Yang terbaru

Yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencaattan Nikah tidak

mengatur mengenai permasalahan tersebut.

Karena status seorang anak sudah di tentukan di dalam pasal 42

Undang-Undang NO. 1 tahun 1974 dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa

anak yang sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan

yang sah.

Ketentuan demikian juga terdapat dalam pasal 99 (a) Kompilasi

Hukum Islam. Sebagaimana di ketahui bahwa Kompilasi Hukum Islam

adalah hasil kesepakatan para ulama seluruh Indonesia, yang perumusannya

sudah melalui diskusi-diskusi yang sangat panjang dengan

mempertimbangkan pendapat pendapat yang ada.

Di KUA Kecamatan Ngaliyan semarang dalam pelaksanaanya

menggunakan dasar fiqih yang diambil dari Kitab Al-Muahazzab. Yaitu

apabila calon mempelai wanita itu anak pertama dan walinya wali ayah, perlu

dipertanyakan tanggal nikah dan tanggal lahir anak pertamanya itu, bila

terdapat ketidakwajaran, seperti, baru 5 bulan nikah anak pertama lahir, maka

Page 79: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

67

anak tersebut, termasuk katagori anak ibunya, dengan demikian perlu diambil

jalan tahkim (wali hakim).

وان اتت بى لد لد ون ستة اشهر من و قت العقد انتفي عنه 8

Artinya: Bila anak itu lahir kurang dari enam bulan dari waktu akad

nikah, maka anak itu bukan anaknya lelaki yang menikahi ibunya.

Jadi apabila anak perempuan lahir kurang dari 6 bulan, maka anak itu

hanya mampunyai hubungan nasab dengan ibunya saja. Secara otomatis

bapaknya tidak bisa menjadi wali, maka anak tersebut ketika akan

melaksanakan pernikahan menggunakan wali hakim.

Prosedur pelaksanaan penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan di KUA Kec Ngaliyan, yaitu dengan cara memeriksa akta

kelahiran calon mempelai wanita dengan buku nikah orangtuanya, kemudian

di hitung untuk mengetahui asal usul anak tersebut, dan untuk menentukan

siapa yang berhak menjadi wali. Dan apabila setelah di hitung diketahui

kelahiran calon mempelai perempuan kurang dari 6 bulan, maka

pernikahanya tidak bisa menggunakan wali nasab, karena di dalam fiqih

apabila ada anak perempuan kelahiranya kurang dari 6 bulan, maka anak

tersebut statusnya anak ibu dan anak tersebut hanya mempunyai hubungan

nasab dengan ibunya saja.

Apabila anak tersebut akan melaksanakan pernikahan, maka harus

menggunakan wali hakim, karena bapaknya tidak bisa menjadi wali, dan

apabila wali dari mempelai perempuan memaksa untuk tetap menjadi wali,

8 Abi Ishak As Saerozi, Al Muhazzab, Juz II, Dar Al Fikr, t.th hlm 130

Page 80: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

68

maka dari pihak KUA tidak mau menikahkan, mereka di suruh menikahkan

sendiri, dan dari pihak KUA hanya mencatat secara administrasi saja.9

H. Hasil Penelitian

1. Kasus di KUA Kec. Ngaliyan

Di bawah ini adalah data pernikahan yang mengunakan wali

hakim selama tahun 2010 di KUA kec. Ngaliyan Kota semarang.

NO BULAN JUMLAH

PERNIKAHAN

WALI

NASAB HAKIM

1. Januari 39 37 2

2. Februari 68 67 1

3. Maret 96 96 0

4. April 97 90 7

5. Mei 89 86 3

6. Juni 87 76 11

7. Juli 101 101 0

8. Agustus 33 31 2

9. September 57 50 7

10 Oktober 60 54 6

11. November 162 162 0

12. Desember 35 35 0

Jumlah 924 885 39

Tabel 110

Dari 39 pasangan pengantin yang melaksanakan pernikahan dengan

mengunakan waki hakim di KUA Kec. Ngaliyan, selama tahun 2010 ada 7

9 Wawancara dengan Bapak Drs. H. Fadlan Yazidi (Kepala KUA Kec. Ngaliyan)

pada hari selasa tanggal 25 januari jam 10:30 di KUA Ngaliyan 10

Data di catatan Buku Pernikahan KUA Kec. Ngaliyan tahun 2010

Page 81: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

69

kasus diantaranya yang mengunakan wali hakim, yang dikarenakan mempelai

permpuan lahir kurang dari 6 bulan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar tabel nama- nama

pasangan pengantin yang mengunakan wali hakim di bawah ini.

NO NAMA TANGGAL

MENIKAH ALAMAT

1

Laily Septiana

Rofichoh dengan

Ahmad Zamroni

Kamis, 24 juni 2010 jL. Gunung jati Utara, v

RT 03/II, No 118,

Kelurahan Wonosari.

2

Gigih Enda Pujiani

dengan M. yusuf

perdana

Sabtu 7 Januari 2010 JL. Bringin Asri timurK

No 903, RT o5/XII. Kel

Wonosari

3

Ayu Fatia Ningrum

dengan Amad

Munaji

Sabtu 7 Agustus

2010

JL. Built dingin 1/ 18

RT O5/18 Kel. Bringin

4

Imada anggi

Mayangsari dengn

Slamet Supriadi

Ahad 10 oktober

2010

JL. Karinsih Selatan

VI/564 RT 03/VI Kel.

Tambak Aji

5

Erin Rizki Maharani

dengan Asmana

istianto

Ahad 24 januari

2010

JL. Sriyatno dalam RT

05/IV Kel. Purwoyoso

6

Uswatun Hasanah

dengan Dodik

Trianto

Senin 21 juni 2010 RT 03/ VII Kel.

Wonosari .

7

Enik Susanti dengan

Ibnu Santoso

Rabu 22 September

2010

LJ. Sriwidodo Utara X

RT 06/1 Kel.

Purwoyoso

Tabel 211

11

Data dari Dokumen Pernikahan KUA Kec. Ngaliyan tahun 2010

Page 82: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

70

2. Respon dari Para Pihak yang Bersangkutan.

Respon dari para pihak yaitu dengan wali mempelai perempuan

dan dari mempelai perempuan sendiri, untuk mengetahui respon dari para

wali dan mempelai perempuan tentang pelaksanaan wali hakim bagi

prempuan yang akan menikah, di karenakan kelahiran anaknya kurang dari 6

bulan di wilayah Kecamatan Ngaliyan.

a. Wawancara dengan Bapak Slamet Wali Dari Saudari Enik Susanti.

Bapak Slamet menyatakan bahwa dalam masalah perwalian dalam

pernikahan dia belum mengetahui betul, karena masih awam dalam masalah

agama. Sehingga untuk masalah perwalian dia menanyakan kepada bapak

modin setempat, dan dalam hal pernikahan anaknya yang menggunakan wali

hakim dikarenakan anaknya lahir kurang dari 6 bulan, sebenarnya bapak

slamet ingin sekali menjadi wali bagi anak perempuanya saat menikah,

Karena menurut sepengetahuanya yang paling afdol menjadi wali adalah

bapaknya sendiri, tetapi karena di dalam islam tidak membolehkan. Karena

anaknya lahir kurang dari 6 bulan sehingga dia tidak bisa menjadi wali,

sehingga beliau menerima dengan lapang dada walaupun perasanya sangat

berat sekali dan kecewa dengan adanya ketentuan ini.12

b. Wawancara dengan Bapak Darsono Wali dari Saudari Anggi

Mayangsari

Bapak Darsono menyatakan dalam masalah perwalian tidak tahu

menahu, karena dia dahulu beragama kristen dan baru pada umur 23 tahun

12

Wawancara dengan bapak Slamet, pada hari rabu 26 januari 2011, jam 05:00

di rumahnya

Page 83: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

71

dia menjadi muallaf, sehingga dalam masalah perwalian, khususnya

perwalian bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan dia

menayakan masalah itu kepada tokoh masyarakat setempat, dan dalam

pernikahan anaknya yang menggunakan wali hakim. Dikarenakan anaknya

lahir kurang dari 6 bulan, sebenarnya di ingin sekali menjadi wali karena

menurutnya kebanggaan seorang ayah yang mempunyai anak perempuan,

adalah dengan menikahkan anaknya sendiri, tetapi karena peraturanya tidak

membolehkan maka dia mengikuti saja dengan peraturan yang berlaku.13

c. Wawancara dengan Bapak Kasiono Wali dari Laily Sofiana Rofichoh

Bapak kasiono menyatakan dalam masalah perwalian beliau tidak

tahu-menahu. Karena beliau masih awam dalam masalah agama dan dalam

masalah perwalian bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan dia

pun tidak mengetahuinya, dan ketika anaknya saudari laily dinikahkan

dengan wali hakim karena kelahiranya kurang dari 6 bukan, sebenarnya dia

merasa keberatan, karena dia menganggap dirinya masih ada dan bisa

menjadi wali bagi anaknya, tetapi setelah mendapat penjelasan dari tokoh

masyarakat, dan dari pihak KUA, bahwa anaknya harus menikah dengan wali

hakim. Karena peraturanya seperti itu, dia menerima dengan ikhlas karena

ketidakpahaman tentang masalah perwalian.14

d. Wawancara dengan Bapak Barmawi Wali dari saudari Uswatun

Hasanah

13

Wawancara dengan bapak Darsono pada hari sabtu tanggal 29 januari 2011, jam

8:30 di rumahnya. 14

Wawancara dengan bapak Kasiono pada hari senin tanggal 31 januari 2011 jam

12: 10 di rumhnya.

Page 84: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

72

Bapak Barmawi menyatakan bahwa dia tidak mengetahui tentang

masalah perwalian dalam pernikahan, karena dia masih awam tentang

masalah agama, dua tahun terakhir inilah dia baru menjalankan agama dengan

sungguh-sungguh. Tentang masalah perwalian bagi anak perempuan yang

lahir kurang dari 6 bulan dia juga tidak mengetahui, sehingga ketika anaknya

ternyata pada saat akan menikah harus menggunan wali hakim, dikarenakan

lahir kurang dari 6 bulan, dia sempat menolak dan memprotes ketentuan ini.

Tetapi setelah menerima penjelasan dari bapak modin dan dari pihak KUA

karena menurut agama tidak diperbolehkan, maka dengan sendirinya dia

menerima dengan ikhlas dan lapang dada.15

e. Wawancara dengan Saudari Anggi Mayangsari Anak dari Bapak

Darsono

Dalam masalah Perwalian dia sama sekali tidak mengetahui karena

dalam masalah agama dia sangat minim sekali pengetahuanya. Dan tentang

masalah pernikahanya yang menggunakan wali hakim dikarenakan

kelahiranya kurang dari 6 bulan, dia secara kebetulan mengetahui penyebab

bapaknya tidak bisa menjadi wali.

Karena pada saat mendaftar di KUA dia ikut bersama ibiunya, ketika

itu bapaknya keluar kota, setelah mendengarkan penjelasan dari bapaknya

tentang sebab-sebab bapaknya tidak bisa menjadi wali, dia sangat kecewa

sekali dengan orangtuanya karena tidak bisa menjadi wali dia sempat

menolak dan keberatan dengan ketentuan itu karena dia menginginkan

15

Wawancara dengan bapak Barmawi pada hari selasa, 8 februari 2011 jam 04:00

di rumahnya.

Page 85: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

73

ayahnya yang menikahkan sendiri, tetapi karena peraturanya seperti itu dia

menerima dengan ikhlas.16

f. Wawancara dengan Saudari Enik Susanti Anak dari Bapak slamet

Dalam masalah perwalian dalam pernikahan, dia sama sekali tidak

tahu- menahu, dan ketika dirinya menikahpun dia tidak tahu menahu siapa

yang menjadi wali, dia hanya mengetahui bapaknya yang menjadi wali dan

bapaknya mewakilkan kepada bapak Penghulu. Karena dia mengetahui kalau

anak perempuan ketika akan menikah menikah, yang menikahkan adalah

bapaknya sendiri. Jadi dia tidak mengetahui ketika menikah sebenarnya

menggunakan wali hakim.17

g. Wawancara dengan Saudari Uswatun Hasanah Anak dari Bapak

Barmawi

Dalam masalah perwalian dia tidak tahu- manahu dan ketika dirinya

menikah dia hanya mengetahui bahwa yang menikahkan adalah bapaknya

sendiri, jadi saudara uswatun tidak tahu- menahu ketika pernikahanya

menggunakan wali hakim. Yang dia ketahui dia yang menikahkan adalah

bapaknya sendiri.18

Jadi dapat di simpulkan bahwa respon dan pendapat dari para pihak

yang terkait dalam pernikahan yang menggunakan wali hakim bagi anak

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, baik itu dari pihak wali dan dari

16

Wawancara dengan saudari Anggi mayangsari anak dari bapak darsono pada hari

sabtu tanggal 29 januari2011 jam 19:00 di rumah bapak darsono. 17

Wawncara dengan saudari Enik susanti anak dari bapak Slamet pada hari kamis

tanggal 27 januari 2011, jam 04: 00 di rumahnya. 18

Wawancara dengan saudari Uswatun Hasanah anak dari bapak Bar mawi pada hari

selasa 8 februari 2011 jam 04:30 Wib di rumahnya.

Page 86: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

74

pihak mempelai perempuan itu sendiri. Mereka mengingkan menjadi wali,

begitupun dari mempelai perempuan itu sendiri, mereka menginginkan

ayahnya menjadi wali. Tetapi karena keterbatasan dari mereka tentang

pengetahuan agama khususnya tentang perwalian, maka mereka menyerahkan

sepenuhnya kepada P3N (Petugas Pembantu Pencatat Nikah) dan Bapak

Penghulu dari KUA setempat.

3. Respon dari P3N (Petugas Pembantu Pencatat Nikah)

Wawancara di lakukan denagn P3N (Petugas Pembantu Pencatat

Nikah) untuk mengetahui bagaimana pendapatnya dan respon dari para pihak.

Tentang ketentuan wali hakim bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6

bulan, menurut pendapat P3N.

a. Wawancara dengan Bapak H. Hawari P3N dari Kelurahan

Purwoyoso Kec. Ngaliyan

Menurut bapak H. Hawari bahwa pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kec. Ngaliyan

menggunakan wali hakim. Dasar yang di pakai adalah dasar fiqih, jadi kalau

anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan bapaknya tidak bisa menjadi

wali karena kalau walinya nasab, tidak sah pernikahanya menurut agama

islam dan tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur wali hakim

dia tidak mengetahuinya.

Tentang respon dari para pihak ketika anaknya dinikahkan dengan

wali hakim karena kelahiranya kurang dari 6 bulan, ada yang menerima

setelah diberi penjelasan, ada juga yang menolak tetapi kebanyakan

Page 87: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

75

menerima kalau mereka ngotot dan tetap ingin menjadi wali, maka dari pihak

KUA, menyuruh untuk menikahkan sendiri dan dari pihak KUA hanya

mencatat secara administrasi saja.19

b. Wawncara dengan Bapak Abdul Qodir P3N dari Kelurahan Tambak

Aji Kec. Ngaliyan.

Menurut Bapak Abdul Qodir pelaksananan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kec. Ngaliyan

Menggunakan dasar fiqih terlebih dahulu, kemudian apabila orangnya tetap

ngotot maka bisa menggunakan wali nasab, tetapi disuruh menikahkan sendiri

dan dari pihak KUA hanya mencatat saja. Menurutnya apabila ada kasus

semacam ini harus di lihat dulu dari latar belakang keluarganya agar tercapai

kemaslahatan. Apabila latar belakang keluarganya agamis, maka

menggunakan wali hakim, sedangkan bagi keluarga yang berlatarbelakang

umum menggunakan wali nasab, karena respon dari para pihak ada yang

menolak dan menerima ketika anaknya dinikahkan dengan wali hakim karena

anaknya lahir kurang dari 6 bulan. 20

c. Wawancara dengan Bapak Ahmad Munaji P3N dari Kelurahan

Bringin Kec. Ngaliyan.

Bapak Ahmad Munaji menyatakan dalam pelaksanaan penentuan

wali nikah bagi yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kec. Ngaliyan,

sependapat dengan bapak H. Hawari dan Bapak Abdul Qodir. Yaitu

19

Wawancara dengan bapak H. Hawari P3N dari Keluran, Purwoyoso pada hari

rabu pada tanggal 2 januari 2011 jam 17:00 di rumahnya. 20

Wawancara dengan bapak Abdul Qodir P3N dari Kelurahan tambak Aji pada hari

jum’at tanggal 27 januari 2011 jam 19:00 di rumanya.

Page 88: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

76

menggunakan wali hakim dan respon dari masyarakat di Kelurahan Bringin

ada yang keberatan dan ada juga yang menerima setelah di beri pengertian

dari pihak KUA.

Jadi dapat disimpulkan bahwa respon dan pendapat dari para P3N,

dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan, pendapatnya sama dengan KUA Kec Ngaliyan yaitu

menggunakan dasar fiqih munakahat sebagai acuan, apabila dari para wali

ada yang keberatan maka disuruh menikahkan sendiri dan dari pihak KUA

hanya mencatat secara administrasi saja.21

4. Respon dari Tokoh Masyarkat tentang Pernikahan bagi Perempuan

yang lahir kurang dari 6 bulan.

Wawancara dengan tokoh masyarakat bertujuan untuk mengetahui

pendapat mereka tentang pernikahan bagi anak perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan, dan pendapat masyarakat sekitar dengan adanya ketentuan ini.

a. Wawancara dengan Bapak KH Abdul Djalil Salah Satu Tokoh

Masyarakat di Kelurahan Tambak aji.

Menurut bapak KH. Abdul Djalil apabila ada pernikahan kemudian

di ketahui anak perempun yang lahir kurang dari 6 bulan, adalah dengan

menggunakan wali hakim. Karena menurutnya di dalam kitab-kitab fiqih,

yang pernah beliau pelajari apabila ada anak perempuan yang lahir kurang

dari 6 bulan, maka ayahnya tidak bisa menjadi wali, dan itu salah satu sebab

pernikahan mengunakan wali hakim.

21

Wawancara dengan bapak Ahmad Munaji P3N dari Kelurahan Beringin, pada hari

ahad, 13 Februari 2011 jam 17:00 di rumahnya.

Page 89: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

77

Di kelurahan Tambak aji jarang sekali terjadi kasus semcam ini tapi

pernah ada, sedangkan respon dari masyarakat apabila ada kasus semacam

ini, masyarakat di kelurahan tambak aji kurang begitu mengerti tentang

masalah ini, sehingga masyarakat tidak bisa membedakan pernikahan mana

yang mengunakan wali nasab maupun wali hakim, karena yang menikahkan

sama-sama dari pihak KUA, walupan tidak menggunakan wali hakim

biasanya masyarakat di Tambak Aji sebagian besar mewakilkan kepada pihak

KUA setempat.22

b. Wawancara dengan Bapak KH Muslihun Salah Satu Tokoh

Masyarakat di Kelurahan Wonosari

Menurut Bapak KH. Muslihun apabila ada pernikahan sedangkan

anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, itu mengunakan dasar fiqih

dan juga di zaman modern seperti ini harus melalui keterangan doktrer untuk

memastikan anak tersebut anak sah atau tidak. Di Kelurahan Wonosari kasus

semacam ini pernah terjadi tapi sangat jarang sekali, sedangkan respon dari

masyarakat Wonosari sendiri kurang begitu paham tentang masalah ini karena

kuarangnya pengetahuan soal perwalian dalam agama islam, sehingga mereka

apabila ada permasalahan seperti ini langsung diserahkan kepada bapak

modin setempat.23

c. Wawancara dengan Bapak KH. Mas’ud Salah Satu Tokoh

Masyarakat di Kelurahan Purwoyoso

22

Wawancara dengan bapak KH. Abdul Djalil salah satu tokoh masayarakat di

kelurahan Tambak Aji, pada hari Kamis tanggal 17 februari 2011 Jam 10:20 di rumahnya. 23

Wawancara dengan bapak KH. Muslihun salah satu tokoh masayarakat di

kelurahan Wonosari, pada hari senin 14 februari 2011 jam 17:00 di rumahnya.

Page 90: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

78

Apabila ada kasus pernikahan sedangkan anak prempuan diketahuai

lahir kurang dari 6 bulan, beliau sependapat dengan tokoh masyarakat lainya.

Yaitu dengan meggunakan dasar fiqih, dan respon dari masyarakat

purwoyoso sendiri ada dari sebagian mereka dari kalanagan tertentu saja

mengetahui masalah ini, tapi kebanyakan tidak tahu manahu tentang masalah

perwalian dalam prenikahan.24

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapat dari para tokoh masyarakat

di Kec. Ngalian sama dengan pihak KUA dan P3N, mereka sepakat, apabila

ada kasus pernikahan sedangkan anak prempuan diketahuai lahir kurang dari

6 bulan, yaitu dengan meggunakan dasar fiqih, sedangkan respon dari

masyarakat apabila ada kasus semacam ini masyarakat kurang begitu

mengerti tentang masalah ini sehingga masyarakat tidak bisa membedakan

pernikahan mana yang mengunakan wali nasab maupun wali hakim, karena

yang menikahkan sama-sama dari pihak KUA, walaupun tidak menggunakan

wali hakim, tapi masyarakat di Kecamatan Ngaliyan sebagian besar

mewakilkan kepada pihak KUA setempat.

24

Wawancara dengan Bapak KH. Mas’ud salah satu tokoh masayarakat di

kelurahan Purwoso, pada hari Ahad Tanggal 13 Februari 2011, jam 16:00 di rumanya.

Page 91: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

79

BAB IV

ANALISI TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI PEREMPUAN

YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA KEC. NGALIYAN

KOTA SEMARANG

A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan

yang Lahir Kurang Dari 6 Bulan di KUA Kec. Ngaliyan.

Masalah perwalian dalam arti perkawinan, mayoritas ulama

berpendapat bahwa wanita itu tidak boleh menikahkan dirinya sendiri dan

tidak pula mengawinkan wanita lainya karena akad perkawinan tidak di

anggap sah apabila tanpa seorang wali,3 pendapat ini dikemukakan oleh Imam

Maliki dan Imam Safi‟i bahwa tidak ada pernikahan tanpa wali, dan wali

merupakan syarat sahnya pernikahan.4

Menurut madzhab hanafi, wali tidak merupakan syarat untuk sahnya

suatu pernikahan, tetapi sunah saja hukumnya boleh ada wali dan boleh tidak

ada wali, yang terpenting adalah harus ada izin dari orang tua pada waktu

akan menikah baik dia pria maupaun wanita.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, tidak jelas

mengatur tentang wali nikah, tetapi disyaratkan harus ada izin dari orang tua

bagi yang akan melangsungkan pernikahan dan apabila belum berumur 21

(dua puluh satu) tahun.5

3 Dedy Junaidi, Bimbingan Perkawinan, Jakarta : Akademi Pressindo, 2003, hlm. 104

4 Slamet Abidin-Aminudin, Fiqih Munakahat, Bandung : Pustaka Setia, 1999, hlm. 82

5 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Peradialn Agama,

dan zakat menurut Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlmn 12

Page 92: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

80

Di Negara Indonesia yang kebanyakan menganut Madzhab Syafi‟i wali

merupakan syarat sahnya pernikahan, jadi apabila pernikah tanpa wali, maka

pernikahanya tidak sah, dan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) wali

dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenuhi, oleh calon

mempelai wanita yang bertindak menikahkanya (Pasal 19 KHI), wanita yang

menikah tanpa wali berarti pernikahanya tidak sah.6

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya yang berhak

menjadi wali adalah wali nasab, yaitu wali dari pihak keluarga mempelai

perempun dan apabila wali nasab sama sekali tidak ada, maka yang berhak

menikahkan adalah wali hakim.

Adapun yang di maksud dengan wali hakim adalah orang yang

diangkat oleh pemerintah (Menteri Agama)7 untuk bertindak sebagai sebagai

wali dalam suatu pernikahan, yaitu apabila seorang calon mempelai wanita

dalam kondisi:

1. Tidak mempunyai wali nasab sekali,

2. Walinya mafqud (hilang tidak diketahui keberadaanya).

3. Wali sendiri yang akan menjadi mempelai pria, sedang wali yang

sederajat dengan dia tidak ada

4. Wali berada di tempat yang sejauh masafaqotul qosri (sejauh

perjalanan yang membolehkan sholat qasar yaitu 92,5 km)8

5. Wali berada dalam penjara atau tahanan yang tidak boleh dijumpai

6 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm 15

7 Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 1987, orang yang di tunjuk

menjadi wali hakim adalah kepala Kanor Uruasan Agama Kecamatan. 8 Di zaman modern ini walaupun jarak musafaqotul qasri telah di penuhi, namun untuk

akad nikahnya wali perlu di beri tahu terlebih dahulu.

Page 93: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

81

6. Wali adhol, artinya tidak bersedia atau menolak untuk

menikahkanya

7. Wali sedang melaksanakan ibadah (umrah) haji atau umroh9.

Apabila kondisinya salah satu dari tujuh point di atas, maka yang

berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah wali hakim. Tetapi di

kecualikan bila wali nasabnya telah mewakilkan kepada orang lain untuk

bertindak sebagai wali, maka orang yang mewakilkan itu yang berhak

menjadi wali dalam pernikahan tersebut.10

Tentang pelaksananan penentuan wali bagi anak perempuan yang

lahir kurang dari 6 bulan, sebenarnya sampai saat ini Kementerian Agama

belum pernah memberikan petunjuk untuk menanyakan status anak perempun

sulung yang akan menikah, untuk diperiksa akta kelahirannya dan juga

memeriksa buku pernikahan orang tuanya. Dalam Peraturan Menteri Agama

Yang terbaru Yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2007 Tentang

Pencatatan Nikah tidak mengatur mengenai permasalahan tersebut.

Karena status seorang anak sudah di tentukan di dalam Undang-

Undang NO. 1 tahun 1974 Pasal 42, 43 dan 44. Selengkapnya sebagai

berikut:

Pasal 42:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat

perkawinan yang sah.”

9 Departeman Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Proyek peningkatan

Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Jakata: 2003, hlm 34 10

Ibid hlm 113

Page 94: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

82

Pasal 43:

1. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan kelurga ibunya.”

2. “Kedudukan Anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan di atur

dalam Peraturan Pemerintah.”

Pasal 44:

1. “Seorang suami dapat menyangkal sah anak yang dilahirkan oleh

istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan

anak itu akibat dari perzinahan tersebut.”

2. “Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas

permintaan yang bersangkutan.” 11

Memperhatikan pasal 42 tersebut, di dalamnya memberi toleransi

hukum kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun jarak

antara pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas minimal usia

kandungan seperti yang akan dijelaskan kemudian. Jadi selama bayi yang di

kandung tadi dilahirkan oleh ibunya dalam ikatan perkawinan yang sah, maka

anak tersebut adalah anak yang sah. Undang-undang tidak mengatur batas

minimal usia kandungan, baik dalam pasal-pasalnya maupun dalam

penjelasannya. Dalam kompilasi Hukum Islam ditegaskan dan dirinci, apa

yang diatur dalam Undang-undang perkawinan.

Pasal 99 :

Anak yang sah adalah

a. “Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah.”

11

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Surabaya : Arkola, 2005, hlm. 18-19.

Page 95: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

83

Pasal 100:

a. “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab

dengan ibunya dan keluarga ibunya.”

Dalam kompilasi Hukum Islam anak sah dan perkawinan yang sah

yang dimaksud dalam pasal 99 (a) adalah anak sah dari kedua orang

tuanya, seperti yang dijelaskan dalam pasal 53 dalam BAB VIII Kawin

Hamil, selengkapnya akan dikutip dibawah ini:

Pasal 53:

1. “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria

yang yang menghamilinya.”

2. “Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut ppada ayat (1) dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.”

3. “Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak

diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.”

Jadi, anak sah dan pernikahan yang sah, yang dimaksud dalam KHI

pasal 99 (a) apabila dikaitkan dengan pasal 53, adalah anak sah dari

pernikahan kedua oramg tuanya dan apabila pernikahanya pada saat hamil,

maka anak tersebut anak sah dari pria yang menghamilinya.

Pasal 101:

“Seseorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedang isteri

tidak menyangkalnya, dapat meneguhkan pengingkarannya dengan

li‟an.”12

Pasal 102 kompilasi juga tidak merinci batas minimal dan maksimal usia

bayi dalam kandungan sebagai dasar suami untuk menyangkal sahnya

anak yang dilahirkan isterinya.

12

Departemaen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan

agama Islam, Jakarta : 2003, hlm. 38.

Page 96: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

84

Pasal 102:

(1) “suami yang akan mengingkari seorang anak yang lahir dari istrinya,

mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama dalam jangka waktu 180 hari

sesudah hari lahirnya atau 360 hari sesudah putusnya perkawinan atau

setelah suami itu mengetahui bahwa istrinya melahirkan anak dan berada

di tempat yang memungkinkan dia mengajukan perkaranya kepada

Pengadilan Agama.”

(2).” Pengingkaran yang di ajukan sesudah lampau waktu tidak dapat di

terima.”

Batasan 180 hari atau 6 bulan di atas ternyata tidak menjelaskan batas

minimal usia kandungan, demikian juga 360 hari bukan menunjuk batas

maksimal usia bayi dalam kandungan. Akan tetapi menjelaskan batas waktu

untuk mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.

Sebagaimana diketahui bahwa Kompilasi Hukum Islam adalah hasil

kesepakatan para ulama seluruh Indonesia yang perumusanya sudah melalui

diskusi-diskusi yang sangat panjang, dengan mempertimbangkan pendapat

pendapat yang ada.

Oleh karena itu menurut penulis seharusnya Kantor Urusan Agama

(KUA) sebagai lembaga pencatat pernikahan, di bawah Kementerian Agama

seharusnya berpedoman pada Kompilasi Hukum Islam. karena sejak di

tetapkan pada tahun 1991 dan dilaksanakan oleh Menteri Agama menetapkan

seluruh instansi Departemen Agama dan instansi pemerintah lainnya, yang

terkait agar menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam di bidang Hukum

perkawinan, kewarisan dan perwakafan.

Sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 untuk

Page 97: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

85

digunakan oleh Instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukanya

untuk menyelesaikan masalah-masalah di bidang tersebut.13

Dan tujuan utama dirumuskannya Kompilasi Hukum Islam, adalah

menyiapkan pedoman (unifikasi) bagi Hakim Peradilan Agama dan menjadi

Hukum Materiil yang berlaku di Pengadilan Agama yang wajib di patuhi oleh

seluruh bangsa Indonesia yang beragama islam.14

Hal ini berbeda dengan yang terjadi di KUA Kec. Ngaliyan semarang

dalam pelaksanaanya menggunakan dasar fiqih, yaitu apabila anak

perempuan lahir kurang dari 6 bulan, maka anak tersebut hanya mampunyai

hubungan nasab dengan ibunya saja, secara otomatis bapaknya tidak bisa

menjadi wali, maka anak tersebut apabila akan melaksanakan pernikahan

harus menggunakan wali hakim.

Di KUA Kec Ngaliyan dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Yaitu dengan cara memeriksa akta

kelahiran calon mempelai wanita dengan buku nikah orangtuanya, kemudian

dihitung untuk mengetahui asal usul anak tersebut dan untuk menentukan

siapa yang berhak menjadi wali. Apabila kemudian di ketahui kurang dari 6

bulan, maka pernikahannya tidak bisa menggunakan wali nasab, karena anak

tersebut hanya mempunyai nasab dengan ibunya saja, dan apabila akan

melaksanakan perenikahan harus menggunakan wali hakim.

13

Departemen Agama RI Kompilasi Hukum Islam, Op. Cit,. hlm. 6-7 14

Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : Gama Media,

2001 , hlm. 85

Page 98: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

86

Apabila dari pihak wali merasa keberatan dengan ketetentuan ini, maka

mereka disuruh menikahkan sendiri, dan dari pihak KUA hanya mencatat

secara administrasi saja, karena dari pihak KUA mempunyai keyakinan

bahwa tanggung jawab menikahkan bukan hanya dengan manusia tapi juga

dengan Allah SWT. Jadi mereka dalam permasalahan ini menggunakan dasar

fiqih munakahat sebagai acuan.15

Jadi menurut penulis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penentuan

wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan di KUA Kec.

Ngaliyan tidak mempunyai dasar hukum yang kuat.

Karena tidak ada Undang-undang yang mengatur tentang penentuan

wali nikah bagi perempuan yang akan menikah dan kelahirannya kurang dari

6 bulan. Dan sampai saat ini Kementerian Agama belum pernah memberikan

petunjuk untuk menanyakan status anak perempun sulung yang akan

menikah, untuk diperiksa akta kelahiranya dan juga memeriksa buku

pernikahan orang tuanya, untuk mengetahui asul usul anak tersebut dan untuk

menetukan wali bagi mempelai perempuan.

karena asal usal anak sudah diatur dalam pasal 42 Undang-undang

perkawinan No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal tersebut

dinyatakan bahwa anak sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah. Ketentuan demikian juga terdapat dalam pasal 99 (a).

Kompilasi Hukum Islam.

15

Wawancara dengan Bapak Drs. H. Fadlan Yazidi (Kepala KUA Kec. Ngaliyan)

pada hari selasa tanggal 25 januari jam 10:30 di KUA Ngaliyan

Page 99: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

87

B. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Digunakan Oleh KUA Kec.

Ngaliyan dalam Penentuan Wali Nikah bagi Perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan.

Dalam pelaksanaan penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, di KUA Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang,

menggunakan Wali hakim. Yaitu dengan cara memeriksa akta kelahiran anak

perempuan dan memeriksa buku nikah kedua orang tunya, kemudian di

hitung untuk mengetahui asal-usul anak tersebut dan untuk menentukan

siapakah yang berhak menjadi wali. Apabila kemudian diketahui kelahiran

anak tersebut kurang dari 6 bulan di hitung dari akad nikah orang tuanya

maka yang berhak menjadi wali adalah wali hakim karena bapaknya tidak

bisa menjadi wali.

KUA Kec. Ngaliyan menggambil dasar hukum dari kitab Al-

Muhazzab juz II. Halaman 130.

Bila calon mempelai wanita itu anak pertama dan walinya wali ayah,

perlu dipertanyakan tanggal nikah dan tanggal lahir anak pertamanya itu, bila

terdapat ketidakwajaran, seperti, baru 5 bulan nikah anak pertama lahir, maka

anak tersebut, termasuk katagori anak ibunya, dengan demikian perlu diambil

jalan tahkim (wali hakim).

16وان اتت بى لد لد ون ستة اشهر من و قت العقد انتفي عنه

Artinya:“Bila anak itu lahir kurang dari enam bulan dari waktu akad

nikah, maka anak itu bukan anaknya lelaki yang menikahi ibunya.”

16

Abi Ishak As Saerozi, Al Muhazzab, Juz II, Dar Al Fikr, t.th hlm 130

Page 100: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

88

Di dalam fiqih munakahat yang sudah menjadi kesepakatan para Imam

Madzhab bahwa waktu yang sependek-pendeknya untuk kandungan adalah 6

bulan,17

jadi apabila anak perempuan lahir kurang dari 6 bulan, maka

menggunakan wali hakim. Ketentuan ini berdasarkan Al- qur,an, dalam

Firman Allah surat Al- ahqaf ayat 15

Artinya: masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan

(Qs. Al-ahqaf, 46:15)18

Dan surat Al-Luqman ayat : 14

Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun (

selambat-lambat waktu menyapih ialah anak berumur 2 tahun )

(QS. Luqman, 31:14 ).19

Kedua ayat tersebut, oleh Ibnu Abbas dan disepakati para ulama,

ditafsirkan bahwa ayat pertama menunjukan tenggang waktu mengandung

dan menyampih adalah 30 bulan. Ayat kedua menerangkan bahwa

menyapihnya setelah bayi di susukan secara sempurna membutuhkan 2

tahun atau 24 bulan, berarti bayi membutuhkan waktu 30-24 bulan = 6

bulan di dalam kandungan. 20

17

Fatur Rachman, Ilmu Waris, Bandung: PT Al-maarif, 1981 hlm 201 18

Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjamahanya Lajnah Pentashih Mushaf

Al-Quran, Depok : Cahaya Qurani, 2008, hlm 504 19

Departeman Agama RI, Ibid, hlm. 412 20

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm.

224

Page 101: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

89

Dalam Tafsir Ibnu Kasir kedua ayat ini di jadikan dalil oleh Ali

bin Abi Thalib RA, batas minimal waktu hamil adalah 6 bulan, dan itu

merupakan cara pengambilan hukum ( istinbath) yang kuat dan valid.

Pendapat tersebut disetujui oleh Usman bin Affan RA, dan beberapa

sahabat lainya.21

Dari pernyataan tersebut di atas Munculah beberapa pendapat

hukum Ulama:

1. Apabila seorang Wanita dan Laki-laki kawin, lalu melahirkan seorang

anak dalam keadaan hidup dan sempurna bentuknya sebelum 6 bulan,

maka anak tersebut tidak bisa dikaitkan (nasabnya) dengan suaminya.

Syaikh Al-mufid dan Syaikh Al-Thusi dari madzhab Imaniyah, dan Syaikh

Muhyidin Abd Al-Hamid dari Hanafi, mengatakan bahwa, nasib anak

tersebut tergantung pada suami (wanita tersebut). Kalau dia mau, dia bisa

menolaknya, dan bisa pula mengakuinya sebagai anaknya dan mengaitkan

nasabnya dengan dirinya.

2. Kalau kedua suami istri bersengketa tentang lamanya waktu bergaul

mereka, misalnya si isteri mengatakan (kepada suaminya), “Engkau telah

bergaul denganku sejak 6 bulan atau lebih, karena itu anak ini adalah anak

mu,” lalu suaminya menjawab, “Tidak, aku baru menggaulimu kurang dari

6 bulan, karena itu anak ini bukan anakku.”22

21

Shafiyurihman Al-Mabaruk Furi, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Bogor : Pustaka Ibnu

Kasir, 2006, hlm. 317-318 22

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Madzhab, Jakarta: Basrie Press, 199, hlm

100-101

Page 102: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

90

Menurut Imam Hanafi: Isterinya itu yang benar, dan yang

diberlakukan adalah ucapanya tanpa harus disumpah lebih dulu.

Menurut Imamiyah: Kalau ada fakta dan petunjuk-petunjuk yang

mendukung ucapan isteri atau suami, maka yang diberlakukan adalah

pendapat pihak yang mempunyai bukti atau petunjuk tersebut. Tetapi

apabila tidak ada petunjuk-petunjuk yang ditemukan sehingga

persoalannya menjadi tidak jelas, maka hakim memenangkan ucapan si

isteri sesudah disumpah dulu bahwa suaminya telah mencampurinya sejak

6 bulan yang lalu, lalu anak tersebut dinyatakan sebagai anak sah

suaminya itu23

.

Sedangkan batas maksimal usia kandungan menurut pendapat Ulama:

Abu Hanifah berpendapat: Batas maksimal kehamilan adalah 2

tahun, berdasar hadis A‟isyah yang menayatakan bahwa, kehamilan

seorang wanita tidak melebihi 2 tahun.

Imam Malik, Syafi‟i dan Hambali: Masa kehamilan maksimal

seorang wanita adalah empat tahun. Para Ulama Madzhab (Malik, Syafi‟i

dan Hambali) ini menyandarkan pendapatnya pada riwayat bahwa isteri

„Ajlan hamil selama empat tahun. Anehnya isteri anaknya, Muhammad

juga hamil selama empat tahun. Bahkan semua wanita suku „Ajlan hamil

selama empat tahun pula.24

23

Ibid hlm 102 24

Abdurahman Al Jaziri, Al- Fiqh „Al Madzahi Al „arbaah, Juz VII, Maktabah At

Tajirriyah Al Kubro, Mesir, t,th, hlm 523

Page 103: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

91

„Ibad bin „Awan mengatakan: batas maksimal kehamilan adalah

lima tahun, sedangkan Al-zuhri mengatakan tujuh tahun, dan Abu Ubaid

menyatakan bahwa, kehamilan itu tidak mempunyai batas maksimal.

Para Ulama Madzhab Imamiyah berbeda pendapat tentang batas

maksimal usia kehamilan. Mayoritas mereka berpendapat bahwa, batas

maksimal kehamilan adalah sembilan bulan. Yang lain mengatakan

sepuluh bulan, dan yang lain mengatakan satu tahun penuh. Teapi mereka

seluruhnya sepakat, bahwa batas maksimal usia kehamilan itu tidak boleh

lebih dari satu jam dari satu tahun.

Oleh karena itu apabila bayi lahir kurang dari 6 (enam) bulan

menurut fiqih dengan berpedoman pada Al-qur‟an Surat Al-Ahqof ayat 15

da Surat Lukman ayat 14 yang menjadi kesepakatan para Imam Mazhab,

maka tidak bisa di hubungkan kekerabatanya kepada bapaknya, walaupun

dalam ikatan perkawinan yang sah. Ia hanya memiliki hubungan nasab

kepada ibu dan keluarga ibunya saja.

Jika dianalisis pandangan fiqih yang berkenaan dengan anak sah

ini dapatlah dipahami bahwa anak sah, dimulai sejak terjadinya

pembuahan sel telur (ovum) oleh sperma yang terjadi pada rahim wanita

calon ibu dan pembuahan ini haruslah terjadi dalam perkawinan yang sah,

dari sinilah penetapan anak sah tersebut dilakukan.25

Dengan demikian hukum Islam menegaskan bahwa seorang anak

supaya dapat dianggap sebagai anak yang sah dari suami ibunya, anak itu

25

Mustafa Rahman, Anak Luar Nikah, Status dan Implikasi Hukumnya, Jakarta: Atmaja,

2003 hlm 45

Page 104: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

92

harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sesudah pernikahan atau di

dalam tenggang masa „iddah selama empat bulan sepuluh hari sesudah

perkawinan terputus.

Jadi, apabila bayi lahir kurang dari 6 bulan sejak masa

perkawinan, maka anak tersebut tidak dapat di hubungkan kekerabatanya

dengan bapaknya walaupun lahir dari dalam ikatan perkawinan yang sah.

Ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibuya,26

sedangakan dalam

Undang undang perkawinan No 1 tahun 1974 Pasal 42 dan Kompilasi

Hukum Islam Pasal 99 (a) dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa anak

sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dasar hukum yang digunakan

dalam penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir kurang 6 bulan

KUA Kec. Ngalian adalah dasar hukum fiqih.

Dengan ketentuan seperti ini menurut penulis akan berimplikasi

pada status anak tersebut. Di satu sisi anak tersebut diakui oleh Negara

sebagai anak sah, Karena dalam menentukan asal usul anak menggunakan

Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam dan anak tersebut mempunyai akta kelahiran yang sah.

Ketentuan Akta Kelahiran di atur dalam pasal 103 Kompilasi

Hukum Islam dan UUP Nomor 1 Tahun 1974 pasal 55, selanjutnya akan di

kutip di bawah:

1. “Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta

kelahiran atau alat bukti lainya.”

26

Aminudin Nuruddin dan azhari tarigan OP cit hlm 280

Page 105: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

93

2. “Bila akta kelahiran atau bukti lainnya tersebut dalam ayat (1)

tidak ada, maka Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan

asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti

berdasarkan bukti-bukti yang sah.”

3. “Atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut ayat (2), maka

instansi pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum

Pengadilan Agama tersebut mengeluarkan akta kelahiran bagi anak

yang bersangkutan.”27

Di sini sangat jelas sekali asal-usul seorang anak hanya dapat

dibuktikan dengan akta kelahiran, di KUA Kec. Ngaliyan akta kelahiran

tidak difungsikan sebagai pembuktian asal-usul anak, karena pembuktian

asal usul anak menggunakan dasar Fiqih. Jadi walupun anak tersebut

mempunyai akta kelahiran yang sah, anak tersebut tetap tidak bisa

menikah dengan wali nasab tetapi menggunakan wali hakim. karena di

KUA Kec Ngaliyan dalam perhitungan anak sah menggunakan dasar fiqih.

Dengan mengunakan ketentuan semacam ini menurut penulis

akan menimbulkan permasalah di kemudian hari, tentang kejelasan status

anak tersebut dan juga permasalahan waris anak perempuan tersebut

karena terdapat standar ganda dalam penentuan asal-usul anak yaitu

menggunakan Undang-Undang Perkawinan dan fiqih munakahat.

Di dalam Undang undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

pasal 42, dan di dalam kompilasi hukum Islam pasal 99 (a) disebutkan

bahwa:

“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat dari

perkawinan yang sah.”

27

Departemen Agama RI Kompilasi Hukum Islam, Op. Cit,. hlm 52

Page 106: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

94

Di sini sangat jelas bahwa menurut Undang-undang perkawinan

maupun Kompilasi Hukum Islam, apabila ada anak perempuan yang lahir

kurang dari 6 bulan, maka menggunakan wali nasab, karena di dalam

Undang- undang perkawinan dan kompilasi tidak ada batasan minimal

tentang usia kandungan.

Oleh karena itu menurut penulis seharusnya Kantor Urusan

Agama sebagai lembaga pencatat pernikahan di bawah Kementerian

Agama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. dalam

melaksanakan tugasnya, seharunya berpedoman pada perundang undangan

yang berlaku yaitu pada Kompilasi Hukum Islam dan juga Undang-undang

perkawinan Nomor 1Tahun 1974.

Menurut Bapak Drs. Kadi Sasrowirjono sebagai Konsultan BP4

Pusat beliau menyatakan sebaiknya dihindari mengambil suatu masalah

yang sudah ada ketentuanya dalam peraturan perundang undangan yang

berlaku, menetapkan seorang ayah tidak bisa menikahkan anak

perempuanya mempunyai akibat hukum yang sangat jauh dan akan

menimbulkan permasalahan, seperti meniadakan hubungan hukum antara

ayah dan anak dan juga masalah waris bagi anak tersebut28

.

karena seharusnya yang dipakai adalah hukum yang sesuai

kebutuhan dari masyarakat dan memberikan kemaslahatan kepada

masyarakat itu sendiri.

28

Drs. Kadi Sasrowirjono, Perkawinan & Keluarga, Majalah Bulanan BP4 Edisi No

451/XXXVII/2010, hlm 26-27

Page 107: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

95

Karena setelah penulis mengadakan penelitian respon dan

pendapat dari para pihak yang terkait dengan adanya ketentuan ini para

pihak merasa keberatan, baik dari pihak wali itu sendiri dan anak

perempuanya, dari pihak wali menginginkan menjadi wali karena

kebangaaan tersendiri bisa menikahkan anak perempuanya dan dari pihak

mempelai perempunaan pun menginginkan yang menjadi wali adalah

bapakanya sendiri, dan karena keterbatasan pengetahuan mereka dalam

masalah perwalian maka mereka meneyerahakan permasalahan tersebut

sepenuhnya kepada pihak P3N setempat dan dari pihak KUA.

Di sini tampaknya UUP dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

berkenanaan dalam asal usul anak melakukan sebuah inovasi hukum dan

mencoba memberikan solusi kepada kebutuhan masyarakat. oleh karena

itu, dalam konteks ini, hukum Islam dituntut akomodatif terhadap

persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prisip dasarnya,29

yaitu secara

metodologis dengan menggunakan mashlahah mursalah.

Maslahah mursalah menurut para ahli Ushul fiqih ialah: suatu

kemaslahatan dimana syar‟i tidak mensyariatkan suatu hukum merealisir

kemaslahatan itu, dan tidak ada dalil yang menunjukkan atas pengakuanya

atau pembatalanya, bahwasanya pembentukan hukum tidaklah

dimaksudkan kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan orang banyak.30

29

Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam di indonesia dan

Relevansinya bagi pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: Raja grafindo Persda, 2006 hlm 23 30

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama Semarang (Toha Putra

Grup), 1994 hlm 116

Page 108: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

96

Di dalam usul fiqih mashlahah mursalah digunakan oleh para

sebagian mujtahid untuk merealisasikan kemaslahatan dan kebutuhan umat

manusia, kebutuhan umat manusia selalu berkembang, yang tidak mungkin

semuanya dirinci dalam Al- Qur‟an dan sunnah Rasul. Namun secara

umum syariat Islam telah memberi petunjuk, Bahwa tujuanya adalah untuk

memenuhi kebutuhan umat manusia.31

Pensyariatan suatu hukum terkadang mendatangkan manfaat.

Kemanfaatan pada suatu masa dan pada masa yang lain ia mendatangkan

mudharat, pada saat yang sama, kadang kala suatu hukum mendatangkan

manfaat dalam suatu lingkungan tertentu, namun ia justru mendatangkan

mudharat dalam lingkungan yang lain.32

Oleh sebab itu apa-apa yang

dianggap mashlahah, selama tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan

sunah Rasul, sah dijadikan landasan hukum.33

Jadi di sini yang di

pertimbangkan adalah kemaslahatan anak tersebut.

Karena Hukum islam sangat memperhatikan kemaslahatan dan

perlindungan terhadap anak yang lahir secara sah, demikian juga terhadap

anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dan patut diberi perlindungan

karena semua anak yang baru dilahirkan suci dan tidak mempunyai dosa,

yang berdosa adalah kedua orang tuanya.34

31

Satria Efendi dan M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2005 hlm 151 32

Abdul Wahab Khallaf OP cit hlm 116 33

Satria Efendi dan M. Zein, OP cit hlm 151 34

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada

Media Grup, 2008, hlm 80

Page 109: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

97

jadi anak tersebut seharusnya tidak menangung kesalahan yang

dilakukan oleh kedua orang tuanya di masa lalu karena apabila

menggunakan dasar hukum fiqih, maka anak tersebut akan menanggung

akibatnya baik dari status anak tersebut dan juga masalah kewarisan. Dari

segi status anak tersebut mempunyai status ganda yang pertama status

anak sah, karena mempunyai akta kelahiran yang sah, yang kedua anak

tidak sah karena pada saat menikah, menggunakan wali hakim.

Sedangkan dalam masalah kewarisan anak tersebut tidak bisa

mewarisi dari garis ayahnya karena anak tersebut dinyatakan anak tidak

sah, karena kelahirannya kurang dari 6 bulan.

Jadi menurut penulis sebaiknya Kantor Urusan Agama,

menghindari mengambil suatu masalah yang sudah ada ketentuanya dalam

peraturan perundang undangan yang berlaku, seharusnya Kantor Urusan

Agama (KUA) sebagai lembaga pencatat perkawinan dibawah

Kementerian Agama dalam menjalankan tugas tugasnya harus

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dan seharusnya dasar Hukum yang digunakan oleh KUA Kec.

Ngaliyan dalam penetuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang 6

bulan, harus menggunakan Undang-undang yang berlaku. yaitu Undang-

undang No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam sebagai landasan

dalam menjalankan tugas tugasnya.

Page 110: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

98

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan beberapa bab diatas, maka selanjutnya penulis

akan memberikan kesimpulan sebagai jawaban tentang permasalahan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di KUA

Kec Ngaliyan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari apa yang telah

penulis paparkan di atas adalah sebagai berikut :

1. Di KUA Kec Ngaliyan praktek Pelaksanaaan penentuan wali nikah bagi

perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, yaitu dengan cara memeriksa

akta kelahiran calon mempelai wanita dengan buku nikah orangtuanya,

kemudian dihitung untuk mengetahui asal usul anak tersebut, apabila

kemudian di ketahui kelahiranya kurang dari 6 bulan, maka pernikahannya

tidak bisa menggunakan wali nasab. Karena anak tersebut hanya

mempunyai nasab dengan ibunya saja, dan apabila akan melaksanakan

pernikahankah harus menggunakan wali hakim, apabila dari pihak wali

merasa keberatan dengan ketetentuan ini, maka mereka disuruh

menikahkan anaknya sendiri, dan dari pihak KUA hanya mencatat saja,

karena di KUA Kec. Ngaliyan menggunakan dasar fiqih munakahat

sebagai acuan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan, di KUA Kec. Ngaliyan

Page 111: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

99

Tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, karena tidak ada Undang

undang yang mengatur tentang penentuan wali nikah bagi perempuan yang

akan menikah dan kelahiranya kurang dari 6 bulan. Dan sampai saat ini

Kementerian Agama juga belum memberikan petujuk tentang masalah

penentuan wali bagi anak perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Asal-

usal anak sudah diatur dalam pasal 42 Undang-undang perkawinan No 1

tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa

anak sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan

yang sah. Ketentuan demikian juga terdapat dalam pasal 99 (a). Kompilasi

Hukum Islam.

2. Dasar hukum yang digunakan oleh KUA Kec. Ngaliyan dalam pelaksanaan

penentuan wali nikah bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan,

adalah menggunakan dasar hukum fiqih munakahat yang mengambil dasar

hukum dari Kitab Al-Muhadzdzab Juz II Halaman 130. Dengan

menggunakan ketentuan fiqih KUA Kec. Ngaliyan telah melanggar

Undang-undang yaitu Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam, karena didalam kedua Undang-undang tersebut

sudah diatur tentang asal usul anak, dan seharusnya KUA Kec. Ngaliyan

sebagai lembaga Negara di bawah Kementerian Agama. Yang tugas

pokonya mencatat perkawinan dalam menjalankan tugas tugasnya harus

berpedoman kepada peraturan perundang-undngan yang berlaku.

Page 112: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

100

B. SARAN-SARAN

Adapun saran dari penulis ialah:

1. Kepada Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Ngaliyan dalam menjalankan

tugas-tugasnya, seharusnya berpedoman kepada perudang-undangan yang

berlaku. Agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari dan

sebaikanya dihindari mengambil suatu masalah yang sudah ada

ketentuanya dalam peraturan perundang undangan yang berlaku, karena

seharusnya yang dipakai adalah perundang undangan yang berlaku. yaitu

Undang undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam (KHI).

2. Kepada Pemerintah. Khusunya Kementerian Agama pusat yang

membawahi Kantor Urusan Agama, agar memberikan peraturan dan

petunjuk yang tegas dan khusus tentang pelaksanaan penentuan wali nikah

bagi perempuan yang lahir kurang dari 6 bulan. Agar dapat dilaksanakan

oleh Kantor Urusan agama dan mensosialisaikan kepada Kantor Urusan

Agama di seluruh Indoneseia. Dan dalam menjalankankan tugasnya

Kantor Urusan Agama harus berpedoman kepada peraturan perundang

undangan yang berlaku. Dan memberikan sanksi yang tegas kepada KUA

apabila dalam menjalankan tugas-tugasnya tidak berpedoman kepada

perundang-undangan yang berlaku.

Page 113: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

101

C. PENUTUP

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai

ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Meskipun telah

berupaya secara optimal, penulis meyakini masih ada kekurangan dan

kelemahan dalam skripsi ini dari berbagai sisi. Walaupun demikian penulis

berdo’a dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan para pembaca pada umumnya dan semoga skripsi ini dapat menambah

ilmu pengetahuan kita.

Atas saran dan kritik yang konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan

tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis.

Wallahu a’lam bish shawab.

Page 114: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU

Abidin-Slamet, Aminudin Fiqih munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999

Al Jaziri, Abdurahman, Al- Fiqh ‘Al Madzahi Al ‘arbaah, Juz VII, Maktabah At

Tajirriyah Al Kubro, Mesir, t,th.

As Saerozi, Abi Ishak, Al Muhazzab, Juz II, Dar Al Fikr, t.th.

Al-Mabaruk Furi, Shafiyurihman, Shahih Tafsir Ibun Kasir, Bogor: Pustaka Ibnu

Kasir, 2006

Al-Sa’any, Subul Al-Salam Juz II, Jilid II, Kairo : Dari ihya, Al-Turas, Al-Araby,

1379H/1960M

Amin, Summa Muhammad, Hukum Keluarga Islam di dunia Islam, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004

Amirudin- Asikin Zaenal Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004

Arikunto, Suharsimi , Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta:

Rineka Cipta, 1999

Ashofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Batara Munti Ratna dan Hindun anisah, Posisi Perempuan dalam Hukum Islam di

Indonesia, yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2005

Bisri, Mustofa, Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis, yogyakarta

, panji pustaka, 2009

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002

Departeman Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Proyek

peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakata: 2003,

Page 115: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjamahanya, Lajnah pentshih Al- qur’an,

Depok: cahaya Al-qur”an, 2008

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008

Hasan, Ali M, Masail Fiqhiyah al-Hadistah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995

Efendi, Satria dan M. Zein, Ushul Fiqih, Jakarta: Prenada Media, 2005

Imron, Ali, Kedudukan Wanita Dalam Hukum Keluarga (Perspektif Al-qur’an

melalui pendekatan Ilmu Tafsir) Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2007

Junaidi, Dedy, Bimbingan Perkawinan, Jakarta : Akademi Pressindo, 2003

Kemantrian Agama RI, Profil Kantor Urusan Agama, Teladan Se- Indoneisa,

Jakarta: Badan litbang dan Diklat Kemantrian Agama, 2007

Khallaf, Abdul Wahab , Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama Semarang (Toha

Putra Grup), 1994

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Prenada Media Grup, 2008

Mugniyah, jawad muhammad, fiqih lima madzhab, Jakarta: Basrie prees, 1994

Nuruddin, Amiur dan Azhari, Akmal, Tarigan Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006

Profil KUA Kec. Ngaliyan, Di susun oleh Kepala KUA Kec Ngalian dalam rangka

lomba KUA percontohan tahun 2009

Rachman, Fatur, Ilmu Waris, Bandung: PT Al-maarif, 1981

Rahman, Mustafa, Anak Luar Nikah, Status dan Implikasi Hukumnya, Jakarta:

Atmaja, 2003

Ramulyo, Idris M, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Peradilan

Agama, dan zakat menurut Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1995.

Page 116: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

Rofiq, Ahmad, pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Gama Media,

2001

Saebani, Beni Ahmad ,Metode Penelitian Hukum, Bandung: CV. Pustaka Setia,

2008

Syamsu, Andi Alam-M. Fauzan, Hukum pengankatan anak perspektif islam,

Jakarta: Pena Media, 2008,

Syaukani, Imam, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam di indonesia dan

Relevansinya bagi pembangunan Hukum Nasional, Jakarta: Raja grafindo

Persada, 2006

Zainudin, Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Zhuaili, Wahbah, Al fiqh Al Islami wa Adillatuh, Juz IX, Dar Al Fikr, 1997

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

_______,Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, Undang-Undang

Perkawinan di Indonesia, Surabaya : Arkola, 2005

_______,Kompilasi Hukum Islam (KHI), Departemaen Agama RI, Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan agama Islam, Jakarta : 2003

_______,Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 2 Tahun 1987, Tentang Wali

Hakim Proyek peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakata: 2003

_______,Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007

Tentang Pencatatan Nikah, Seksi Urusan Agama Islam Departeman Agama

Republik Indonesia Tahun 2007.

DAFTAR JURNAL

Sasrowirjono, Kadi, Perkawinan & Keluarga, Majalah Bulanan BP4 Edisi No

451/XXXVII/2010, Badan Penasehat, Pembinaan dan pelestarian Perkawinan

(BP4) Pusat.

Page 117: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

DAFTAR WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Drs. H. Fadlan Yazidi (Kepala KUA Kec. Ngaliyan)

pada hari selasa tanggal 25 januari 2011

Wawancara dengan Bapak Slamet pada hari rabu 26 januari 2011

Wawancara dengan Bapak Darsono pada hari sabtu tanggal 29 januari 2011

Wawancara dengan Bapak Kasiono pada hari senin tanggal 31 januari 2011

Wawancara dengan Bapak Barmawi pada hari selasa Tanggal 8 februari 2011

Wawancara dengan Saudari Anggi Mayangsari anak dari Bapak darsono pada hari

sabtu tanggal 29 januari2011

Wawncara dengan Saudari Enik Susanti anak dari Bapak Slamet pada hari kamis

Tanggal 26 januari 2011

Wawancara dengan Saudari Uswatun Hasanah anak dari Bapak Barmawi pada hari

selasa 8 februari 2011

Wawancara dengan Bapak H. Hawari P3N dari Keluran, Purwoyoso pada hari rabu

Tanggal 2 januari 2011

Wawancara dengan Bapak Abdul Qodir P3N dari Kelurahan tambak Aji pada hari

jum’at tanggal 27 januari 2011

Wawancara dengan bapak Ahmad Munaji P3N dari Kelurahan Beringin, pada hari

ahad, 13 Februari 2011 jam 17:00 di rumahnya.

Wawancara dengan Bapak KH. Muslihun salah satu tokoh masyarakat di kelurahan

Wonosari, pada hari senin 14 februari 2011

Wawancara dengan Bapak KH. Mas’ud salah satu tokoh masyarakat di kelurahan

Purwoso, pada hari Ahad Tanggal 13 Februari 2011

Wawancara dengan Bapak KH. Abdul Djalil salah satu tokoh masyarakat di

kelurahan Tambak Aji, pada hari Kamis tanggal 17 februari 2011

Page 118: ANALISIS TERHADAP PENENTUAN WALI NIKAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/101/jtptiain-gdl... · kehamilan adalah 6 bulan, dihitung dari saat akad nikah dilangsungkan,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dedy Roehan Asfia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 17 Januari 1987

Agama : Islam

Alamat Asal : Desa Kupu Rt 02/04 Kec. Wanasari Kab. Brebes.

Alamat Sekarang : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun No. 275 Jerakah Tugu

Semarang

Warga Negara : Indonesia

Telepon : 085290752562

Pendidikan Formal : - MI Iksaniyah Kupu Wanasari Brebes lulus tahun

1999

- SLTPN 04 Wanasari Brebes lulus Tahun 2002

- SMA Diponegoro Dukuh Lo Lebaksiu Tegal lulus

Tahun 2006

- IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah Lulus

Tahun 2011

Pendidikan Non Formal : - PP. Daarul Khair Babakan Lebaksiu Tegal (2003-

2006)

- PP. Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang (2007 –

sekarang)

Demikian riwayat pendidikan ini di buat dengan sebenar benarnya untuk menjadi

maklum dan diperiksa adanya.

Semarang, 12 Mei 2011

Dedy Roehan Asfia

Nim : 062111030