DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan...

22
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................... ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ...................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN .................. iv HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ....................... v SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... vi HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ vii HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. x ABSTRAK ....................................................................................................... xiii ABSTRACT ..................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6 1.3 Ruang Lingkup Masalah ........................................................ 7 1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................ 7 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 8 1.5.1 Tujuan Umum ............................................................ 8 1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................... 8 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 8 1.6.1 Manfaat Teoritis ......................................................... 8 1.6.2 Manfaat Praktis .......................................................... 9 1.7 Landasan Teoritis ................................................................... 9

Transcript of DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan...

Page 1: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................... ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ...................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN .................. iv

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ....................... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ vii

HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. x

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

ABSTRACT ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ........................................................ 7

1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................ 7

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 8

1.5.1 Tujuan Umum ............................................................ 8

1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 8

1.6.1 Manfaat Teoritis ......................................................... 8

1.6.2 Manfaat Praktis .......................................................... 9

1.7 Landasan Teoritis ................................................................... 9

Page 2: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

1.8 Metode Penelitian .................................................................. 14

1.8.1 Jenis Penelitian ........................................................... 14

1.8.2 Jenis Pendekatan ....................................................... 15

1.8.3 Sumber Bahan Hukum ............................................... 16

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ......................... 16

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ........ 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN

PERJANJIAN KAWIN ................................................ 18

2.1 Perkawinan .................................................................... 18

2.1.1 Pengertian dan Sah nya Perkawinan ...................... 18

2.1.2 Prinsip - prinsip Perkawinan ................................. 19

2.1.3 Akibat Perkawinan................................................ 21

2.2 Perjanjian Kawin ............................................................ 22

2.2.1 Pengertian Perjanjian Kawin ................................. 22

2.2.2 Syarat Sahnya Perjanjian Kawin ........................... 26

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA MASING-

MASING DALAM ADANYA PERJANJIAN KAWIN .......... 31

3.1 Perlindungan Hukum Terhadap Harta Masing – Masing Dalam

Perjanjian kawin ....................................................................... 31

3.2 Kendala – Kendala Dalam Melaksanakan Perjanjian

Kawin ............................................................................ 39

BAB IV WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM

PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KAWIN .................... 44

Page 3: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

4.1 Wewenang Notaris Dalam Pembuatan Akta Perjanjian

Kawin .............................................................................. 44

...............................................................................

4.2 Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Perjanjian

Kawin .............................................................................. 48

BAB V PENUTUP ..................................................................... 52

5.1 KESIMPULAN ...................................................................... 52

5.2 SARAN .................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA

RINGKASAN SKRIPSI

Page 4: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

ABSTRAK

Perkawinan merupakan ikatan hidup dua pribadi, baik mental, rohaniah

maupun bathiniah. Dengan berlangsungnya perkawinan antara seorang pria

dan wanita, maka seketika itu harta yang mereka peroleh menjadi harta

bersama. Pasal 35 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa

harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama,

sedangkan harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda

yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Namun apabila para pihak menginginkan harta tersebut dipisahkan satu sama

lain, maka dapat dibuat suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian kawin.

Perjanjian perkawinan merupakan perjanjian yang dilakukan oleh calon

suami dan calon istri sebelum melangsungkan perkawinan.

Perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang menyangkut tentang harta.

Adapun bentuk perjanjian tersebut adalah secara tertulis, yang dibuat

dihadapan Pegawai Pencatat Pernikahan. Peranan Notaris dalam pembuatan

perjanjian perkawinan sangat diperlukan, karena dalam perjanjian

perkawinan mengatur banyak hal, khususnya mengenai harta kekayaan.

Akibat hukum yang timbul dari perjanjian perkawinan adalah apabila

dikemudian hari mereka bercerai atau salah satunya meninggal dunia. Maka

dengan adanya perjanjian kawin akan memudahkan dalam hal pembagian

harta dan tidak menimbulkan perbedaan pendapat atau bahkan perkelahian

yang dapat memecahkan keluarga dari kedua belah pihak (keluarga pihak istri

dan keluarga pihak suami. Dimana didalam penulisan ini menggunakan

metode pendekatan Normatif dengan Menggunakan data Sekunder. Adapun

teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara study ke

perpustakaan, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan

menggunakan metode analisa Nomatif Kualitatif. Hasil penelitian dengan

adanya perjanjian kawin akan memberi perlindungan hukum terhadap harta

masing-masing dalam perkawinan bagi suami istri. Dalam pelaksanaan

perjanjian kawin ada kendala dalam memicu perselisihan bagi para pihak.

Wewenang dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta yang

dibuatnya adalah sebatas isi perjanjian kawin yang telah memenuhi syarat

sahnya perjanjian.

Kata kunci : Perjanjian kawin, Harta perkawinan

Page 5: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

ABSTRACT

Marriage is a bond the two private life, mental, spiritual and bathiniah.

With the ongoing marriage between a man and a woman, you instantly

become the property they acquired joint property. Article 35 of Law No. 1 of

1974 states that property acquired during the marriage become community

property, while the property inherited from their respective husbands and

wives and property derived respectively as a gift or inheritance, is under the

control of each long as the parties do not specify other. However, if the

parties wanted the treasure they are separated from each other, it can be made

an agreement, called the agreement mating. The marriage covenant is an

agreement made by the future husband and wife candidates prior to mate.

The marriage covenant is an agreement concerning the treasures. The

form of the agreement is in writing, made before Employee Marriage

Registrar. The role of the Notary in making the marriage covenant is

essential, because in the marriage covenant are arranged many things,

especially about wealth. Legal consequences arising from the marriage

covenant is that if in the future they divorce or one of them died. So with the

agreement mating will facilitate the division of property and does not cause

disagreement or even a fight that can solve a family of both parties (the family

of the wife and family of the husband. Where in this study using the approach

Normative Using secondary data. The technical secondary data collection is

done by way of study to the library, the data is then processed and analyzed

using the methods of analysis Nomatif Qualitative. the results with their

agreement to marry will give legal protection to the property of each in the

marriage of husband and wife. in the implementation of the agreement to

marry there constraints in triggering the dispute to the parties. the authorities

and responsibilities of a notary in the deed that made the agreement is limited

to mating qualified validity of the agreement.

Keywords: Agreement mating, marriage Treasure

Page 6: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis, suku,

agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia

merupakan negara yang kompleks dan plural. Berbagai masyarakat ada disini.

Namun Indonesia dikenal sebagai negara yang memegang teguh adat

ketimuran yang terkenal sopan dan sifat kekeluargaan yang tinggi. Namun

dengan bergulirnya zaman dan peradaban, kehidupan masyarakat kini semakin

kompleks dan rumit. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai

kehidupan jiwa yang menyendiri, namun sebagai makhluk sosial tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat karena manusia sejak lahir, hidup berkembang dan

meninggal dunia selalu di dalam lingkungan masyarakat dan menjadi kodrat

manusia untuk hidup berdampingan dengan sesama manusia dan berusaha

untuk meneruskan keturunan dengan cara melangsungkan perkawinan.

Dalam lembaga perkawinan masyarakat kita sejak dahulu mengenal

adanya pencampuran harta perkawinan. Para mempelai tidak pernah

meributkan mengenai harta masing-masing pihak. Asas saling percaya dan

memahami pasangan menjadi landasan dalam penyatuan harta perkawinan.

Perlahan budaya asing yang dikenal bersifat individualistis dan materialistis

masuk ke Indonesia melalui para penjajah. Setelah berabad-abad pola hidup

mereka menurun pada generasi bangsa Indonesia. Dalam pandangan

Page 7: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

masyarakat, perkawinan merupakan tali ikatan yang melahirkan keluarga

sebagai dasar kehidupan masyarakat dan negara. Guna mewujudkan

kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, perlu adanya landasan yang kokoh

dan kuat sebagai titik tolak pada masyarakat yang adil dan makmur, hal ini

dituangkan dalam suatu Undang-undang perkawinan yang berlaku bagi semua

warga negara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut

hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja berarti

sebagai perikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan adat dan sekaligus

juga merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggan.1 Jadi terjadinya suatu

ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-

hubungan keperdataan seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama,

kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua tetapi juga menyangkut

hubungan-hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan

ketetanggaan serta menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan.

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seseorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sebelum diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, ketentuan, tata cara dan sahnya suatu

1 H. Hilman, Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan Hukum

Adat dan Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, hal. B

Page 8: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

perkawinan didasarkan pada hukum agama yang dianut para pihak maupun

hukum adat yang berlaku pada daerah tertentu yang akan melangsungkan

perkawinan, sehingga dapat ditemui bahwa tata cara suatu perkawinan akan

berbeda menurut agama yang dianut masing-masing. Hal ini berdasarkan

kenyataan bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Dengan demikian

Undang-undang perkawinan tersebut merupakan landasan untuk menciptakan

kepastian hukum akibat dari suatu perkawinan baik dari sudut hukum keluarga,

harta benda dan status hukumnya.

Akibat perkawinan terhadap harta benda suami istri menurut

KUHPerdata adalah harta campuran bulat dalam pasal 119 KUHPerdata harta

benda yang diperoleh sepanjang perkawinan menjadi harta bersama meliputi

seluruh harta perkawinan yaitu harta yang sudah ada pada waktu perkawinan,

harta yang diperoleh sepanjang perkawinan. Perjanjian kawin harus dibuat

dalam bentuk tertulis, dan dibuat sebelum perkawinan berlangsung, serta mulai

berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta

nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah, dan

perjanjian perkawinan dibuat atas persetujuan atau kehendak bersama, dibuat

secara tertulis, disahkan oleh pegawai catatan sipil, serta tidak boleh

bertentangan dengan hukum, agama dan kesusilaan.2

Dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974, perjanjian kawin

diatur dalam Pasal 29 ayat 4 dimana perjanjian perkawinan yang telah dibuat

2 Martiman Prodjohamidjojo, 2002, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Indonesia Legal

Centre Publishing, hal. 30.

Page 9: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

dimungkinkan untuk diubah sepanjang tidak merugikan pihak ketiga.

Berdasarkan Pasal 29 tersebut di atas, perjanjian kawin yang diadakan antara

suami istri adalah perjanjian tertulis kecuali talik talak yang disahkan oleh

Pegawai Pencatat Nikah, apapun yang diperjanjikan asalkan tidak melanggar

batas-batas hukum, agama dan kesusilaan, serta jika terjadi perjanjian

perkawinan itu disahkan bukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan maka

perjanjian itu tidak dapat dikatakan perjanjian perkawinan melainkan

perjanjian biasa yang berlaku secara umum.3 Perjanjian kawin merupakan

sarana untuk melakukan proteksi terhadap harta bawaan masing-masing.

Apakah sejak awal ada pemisahan harta dalam perkawinan atau ada harga

bersama namun diatur cara pembagiannya bila terjadi perceraian. Harta

bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh

masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan

masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Perjanjian Kawin juga banyak dipilih calon pasangan yang salah satu

atau keduanya punya usaha beresiko tinggi. Misalnya, sebuah usaha yang

dikelola di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang memungkinkan

banyak terjadinya hal yang tak terduga. Dalam pengajuan kredit, misalnya,

bank menganggap harta suami istri adalah harta bersama. Jadi, utang juga jadi

tanggungan bersama. Dengan perjanjian kawin, pengajuan utang jadi

tanggungan pihak yang mengajukan saja, sedangkan pasangannya bebas dari

3 H.A. Damanhuri, 2007, Segi-segi Hukum Perjanjian Perkawinan Harta Bersama, Bandung:

Mandar Maju, hal. 11

Page 10: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

kewajiban. Lalu, kalau debitur dinyatakan bangkrut, keduanya masih punya

harta yang dimiliki pasangannya untuk usaha lain di masa depan, dan untuk

menjamin kesejahteraan keuangan kedua pihak, terutama anak-anak. Jadi,

perjanjian kawin dalam hal ini banyak mengandung nilai positifnya.

Dalam hubungan hukum, perjanjian kawin merupakan bagian dari

hukum perjanjian terikat pada syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal

1320 KUH Perdata yaitu: untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan

empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3. Sesuatu hal tertentu

4. Sesuatu sebab yang halal

Pembuatan perjanjian kawin, dilakukan baik dalam bentuk tertulis

atau akta, baik di bawah tangan maupun dalam bentuk akta otentik yang dibuat

oleh seorang pejabat yang berwenang. Yang dimaksud dengan akta adalah

surat yang diberi tanda tangan, yang memuat segala peristiwa yang dijadikan

dasar dari sesuatu hak atau perikatan, dan dibuat sejak semula dengan sengaja

untuk pembuktian.4 Berkaitan dengan akta otentik dan kewenangan notaris

selaku pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, dapat lebih jauh

dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

4 Sudikno Mertokusumo, 1986, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, hal.

106.

Page 11: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

Jabatan Notaris yaitu konsiderans butir b disebutkan bahwa untuk menjamin

kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti

tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan

hukum yang diselenggarakan melalui jabatan tertentu.

Selanjutnya dengan telah dibuatnya perjanjian kawin harus

didaftarkan di Kantor Panitera Pengadilan Negeri yang di dalam wilayah

hukumnya perkawinan tersebut dilangsungkan. Tujuannya adalah memenuhi

asas publisitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka timbul suatu

permasalahan yang perlu penulis bahas lebih lanjut. Adapun permasalahan

yang dimaksud adalah:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap harta suami - istri dengan adanya

perjanjian kawin?

2. Bagaimana wewenang dan tanggung jawab Notaris atas akta perjanjian

kawin yang dibuatnya?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam penulisan skripsi ini, agar pembahasannya tidak jauh

menyimpang, maka masalah yang dibahas dibatasi ruang lingkupnya.

Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana perlindungan hukum

terhadap harta suami - istri dengan adanya perjanjian perkawinan dan juga akan

membahas bagaimana wewenang dan tanggung jawab Notaris atas akta

perjanjian kawin yang dibuatnya.

Page 12: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 2 (dua) skripsi ilmu hukum

terdahulu melalui penulusuran di Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Udayana dimana hal itu dimaksudkan sebagai referensi penulisan

dan untuk menghindari terjadinya plagiasi serta menyatakan bahwa tulisan ini

memang hasil karya dan pemikiran penulis sendiri, adapun skripsi yang

dimaksud adalah :

No Judul Penulis Rumusan Masalah

1 Penyelesaian Sengketa

Harta Bersama dan

Harta Bawaan

Rabiatul

Adawiyah. K

1. Bagaimanakah

kedudukan hukum

dari harta bersama

dan harta

bawaan?

2. Bagaimanakah

tata cara

penyelesaian

harta bersama

yang bercampur

dengan harta

bawaan?

2 Kedudukan Perjanjian

Perkawinan dan Akibat

Hukumnya Ditinjau

dari Undang-Undang

No.1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan

Fitrianty

Chuzaimah

1. Bagaimanakah

kedudukan

perjanjian

perkawinan dalam

UU No.1 Tahun

1974 tentang

Perkawinan?

2. Bagaimanakah

peran Notaris

dalam pembuatan

akta perjanjian

Perkawinan?

3. Bagaimanakah

akibat hukum

yang timbul dari

pelaksanaan

perjanjian

Page 13: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

perkawinan dan

penyelesaiannya?

1.5 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini ada dua yaitu:

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk menambah pengalaman di dalam membuat tulisan ilmiah

2. Untuk memenuhi persyaratan formal bagi semua mahasiswa

tingkat akhir dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap harta masing-

masing dalam perjanjian kawin.

2. Untuk mengetahui wewenang dan tanggung jawab Notaris atas

akta perjanjian kawin yang dibuatnya.

1.6 Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta memiliki

kegunaan praktis pada khususnya sehingga penelitian ini bermanfaat

secara teoritis dan praktis.

1.6.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu,

khususnya ilmu hukum tentang masalah hukum

Page 14: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

keluarga,sehingga dapat menambah referensi ilmiah yang

berguna untuk pengembangan ilmu hukum

1.6.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

kepentingan negara, masyarakat, dan pembangunan khususnya bidang

hukum perkawinan

1.7 Landasan Teoritis

A. Teori Kepastian Hukum

Dalam kaitannya dengan teori kepastian hukum ini O. Notohamidjojo

mengemukakan berkenaan dengan tujuan hukum yakni :

Melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat,

melindungi lembaga-lembaga social dalam masyarakat (dalam

arti luas, yang mencakup lembaga-lembaga social di bidang

politik, social, ekonomi dan kebudayaan), atas dasar keadilan

untuk mencapai keseimbangan serta damai dan kesejahteraan

umum (bonum commune).5

Selanjutnya dikemukakan : Hukum yang berwibawa itu ditaati, baik

oleh pejabat-pejabat hukum maupun oleh justitiabelen yaitu orang-

orang yang harus menaati hukum itu. Hukum akan bertambah

kewibawaannya, jika :

1. Memperoleh dukungan dari value sistem yang berlaku dalam

masyarakat. Hukum salah satu jenis norma dalam value sistem

yang berlaku akan lebih mudah ditopang oleh norma social lain

yang berlaku.

5 O. Notohamidjojo,1970, Makna Negara Hukum, Jakarta, BPK, hal. 80-82.

Page 15: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

2. Hukum dalam pembentukannya ordeningssubject atau pejabat-

pejabat hukum, tidak diisolasikan dari norma-norma sosial lain,

bahkan disambungkan dengan norma-norma yang berlaku.

3. Kesadaran hukum dari para justitiabelen. Wibawa hukum akan

bertambah kuat apabila kesadaran hukum yang baru.

4. Kesadaran hukum pejabat dari pejabat hukum yang dipanggil

untuk memelihara hukum dan untuk menjadi penggembala hukum,

pejabat hukum harus insaf dan mengerti bahwa wibawa hukum itu

bertambah apabila tindakannya itu tertib menurut wewenanganya

dan apabila ia menghormati dan melindungi tata ikatannya

(verbandsorde).6

Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja berkaitan dengan

kepastian, beliau menyatakan sebagai berikut:

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diusahakan adanya

kepastian dalam pergaulan antarmanusia dalam masyarakat teratur,

tetapi merupakan syarat mutlak bagi suatu organisasi hidup yang

melampaui batas-batas saat sekarang. Karena itulah terdapat

lembaga-lembaga hukum, seperti perkawinan, hak milik dan

kontrak. Tanpa kepastian hukum dan ketertiban masyarakat yang

dijelmakan olehnya manusia tak mungkin mengembangkan bakat-

bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara

optima dalam masyarakat tempat ia hidup.7

Teori kepastian hukum oleh Gustav Radbruch menyatakan bahwa

:”sesuatu yang dibuat pasti memiliki cita atau tujuan”.8 Jadi, hukum dibuat

6 Ibid, hal. 83-84 7 Mochtar Kusuma atmadja, 1970, Fungsi dan perkembangan Hukum dalam

pembangunan Nasional, Majalah Pajajaran , Bandung, No 1 jilid III, hal. 6 8 Muhamad Erwin, 2011, Filsafat Hukum: Refleksi krisis terhadap hukum, Jakarta,

PT. Raja Grafindo Persad, hal. 123.

Page 16: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

pun ada tujuannya, tujuannya ini merupakan suatu nilai yang ingin

diwujudkan manusia, tujuan hukum yang utama ada tiga, yaitu: Keadilan

Untuk Keseimbangan, Kepastian Untuk ketetapan, Kemanfaatan untuk

kebahagian.

Pemikiran para pakar hukum, bahwa wujud kepastian hukum pada

umumnya berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan yang

mempunyai otoritas. Kepastian hukum sendiri merupakan salah satu asas

dalam tata pemerintahan yang baik, dengan adanya suatu kepastian Hukum

maka dengan sendirinya warga masyarakat akan mendapatkan perlindungan

Hukum. Suatu kepastian hukum mengharuskan terciptanya suatu peraturan

umum atau kaidah umum yang berlaku secara umum, serta mengakibatkan

bahwa tugas hukum umum untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya

ketertiban dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia). Hal ini dilakukan

agar terciptanya suasana yang aman dan tentram dalam masyarakat luas dan

ditegakkannya serta dilaksanakan dengan tegas.9

B. Teori keadilan

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum. Tujuan hukum

memang tidak hanya keadilan, tetapi juga mengenai kepastian hukum dan

kemanfaatannya. Pakar teori keadilan yaitu Aristoteles menyatakan bahwa

kata adil mengandung lebih dari satu arti. Adil dapat berarti menuntut

hukum, dan apa yang sebanding yaitu yang semestinya.10 Disini ditunjukan

9 Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Bandung, Binacipta, Hal. 15. 10 Darji Darmadiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (apa dan

bagaimana filsafat hukum Indonesia), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Hal. 156

Page 17: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

bahwa seseorang dikatakan berlaku tidak adil apabila mengambil bagian

lebih dari bagian yang semestinya. Orang yang tidak menghiraukan hukum

juga tidak adil, karena semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat

dianggap sebagai adil.11

Thomas Aquinas selanjutnya membedakan keadilan atas dua

kelompok yaitu: keadilan umum (Justitia generalis) dan keadilan

khusus. Keadilan umum adalah keadilan menurut kehendak undang-

undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum. Selanjutnya

keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau

proporsionalitas.12

Teori Rawls sendiri dapat dikatakan berangkat dari pemikiran-

pemikiran seperti Jeremy Bentham, J.S. Mill dan Hume. Rawls berpendapat

perlu adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan

bersama. Hukum menurut Rawls persepsikan sebagai wasit yang memihak

dan tidak bersimpati dengan orang lain melainkan hukum justru harus

menjadi penuntut agar orang dapat mengambil posisi dengan tetap

memperhatikan kepentingan individunya.13

Menurut Robert Nozick, keadilan bukan merupakan perhatian utama

Nozick. Robert Nozaick lebih memperdebatkan pembatasan peran Negara

bahwa Negara minimal (minimal state) dan hanya Negara minimal adalah

satu-satunya yang bisa dijustifikasi. Keadilan kemudian muncul karena

11 Ibid. 12 Ibid. 13 Ibid, hal. 161-162.

Page 18: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

keadilan distributive seperti dibayangkan Rawls sering dianggap sebagai

rasionalisasi bagi Negara yang lebih dari minimal, dalam upayanya

menunjukkan bahwa keadilan distributif tidak menyediakan rasionalisasi

yang kuat bagi Negara yang lebih dari minimal.14

Jika terjadi hak maka terdapat kewajiban, jadi hak dan kewajiban

dapat terjadi bila diperlukan suatu peristiwa yang oleh hukum

dihubungkan sebagai suatu akibat. Demikian pula pendapat dari

Soedjono Dirdjosisworo bahwa “hak dan kewajiban timbul bila

adanya suatu peristiwa hukum”.15 Peristiwa hukum adalah “semua

peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan akibat hukum, antara

pihak-pihak yang mempunyai hubungan hukum”.16

C. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum bagi warga Negara Indonesia adalah

perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada

pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila.

Perlindungan Hukum diberikan kepada Warga Negara Indonesia sangat

diperlukan demi terciptanya peraturan Umum dan Kaidah Hukum yang

berlaku Umum. Demi terciptanya fungsi hukum sebagai masyarakat yang

tertib diperlukan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau peraturan serta

jaminan atas terwujudnya kaidah hukum dimaksud dalam praktek hukum

14 Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan, Six Theories of Justice, Bandung, Nusa

Media, hal. 89 15 Soedjono Dirdjosisworo, 2000, Penghantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, cetakan keenam, hal. 130. 16 Ibid.

Page 19: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

dengan kata lain adanya jaminan penegakan hukum yang baik dan adil bagi

seluruh rakyat Indonesia tanpa membeda-bedakan suku ras serta kedudukan

sosialnya serta tidak membeda-bedakan gender.17

Teori Perlindungan Hukum juga dimaksudkan memecahkan

masalah kedua, yaitu mengenai perlindungan hukum bagi wanita jika

perkawinan yang dilakukan hanya dicatatkan saja tidak sesuai dengan

perundang-undangan Perkawinan. Perlindungan hukum bagi wanita telah

diatur dalam beberapa produk-produk ukum yang berkaitan dengan wanita.

Dalam perlindungan hukum ada 3 (tiga) unsur yang harus diperhatikan,

yaitu:

1.Mengenai kepastian hukum (Rechtssicherheit).

2.Mengenai Kemanfaatan (Zweckmassigkeit)

3.Mengenai Keadilannya (Gerechtigkeit).

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian secara hukum normatif. Yang dimaksud dengan

penelitian secara hukum normatif adalah penelitian terhadap suatu

masalah yang didasarkan pada aspek hukum dari masalah yang

bersangkutan dengan mengacu pada ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.18

17 Munir Fuady, 2003, Aliran Hukum Kritis (paradigm ketidak Berdayaan Hukum),

Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, Cet. 1, hal. 40. 18Amirudin dan H.zainal Asikin, 2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum , PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.163.

Page 20: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

1.8.2. Jenis Pendekatan

Jenis Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian

yang dilakukan secara hukum normatif dalam skripsi ini adalah jenis

pendekatan yang lebih mengacu pada jenis pendekatan Perundang -

undangan (The Statue Approach). pendekatan dengan peraturan

perundang-undangan. Jenis pendekatan Perundang - undangan adalah

pendekatan dengan melakukan penelitian pada peraturan perundang-

undangan dan mengkajinya secara sistematika. Dimana peraturan

perundang-undangan tersebut tidak hanya diteliti secara teknis saja,

melainkan pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum yang terdapat

didalam peraturan perundang-undangan tersebut.19 Disini penulis

meneliti dan mengkaji yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun

2014 tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris serta bahan hukum yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas oleh penulis. Penelitian dengan metode

normatif ini diambil dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini

dipandang cukup layak untuk diterapkan, karena dengan metode

penelitian ini akan diperoleh bahan hukum dan informasi secara

19 Ibid, h.127.

Page 21: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

menyeluruh yang bersifat normatif baik dari hukum primer maupun

sekunder.

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini antara lain:

1. Sumber bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang diperoleh

dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris.

2. Sumber bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh

dari buku-buku atau literatur, pendapat para ahli hukum dan

pendapat para sarjana hukum, majalah-majalah hukum serta istilah

dalam kamus hukum yang berkaitan dengan permasalahan hukum

tersebut yang berguna untuk memberikan penjelasan terhadap

sumber hukum primer.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum diperoleh dari bahan-bahan

hukum kepustakaan dengan cara mencatat bahan-bahan hukum yang

berhubungan dengan akta perjanjian kawin dan perlindungan hukum

terhadap harta perkawinan serta dari literatur-literatur lainnya yang

berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

Page 22: DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. Perjanjian itu dilekatkan pada akta nikah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan surat nikah,

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun teknik pengolahan dan analisis bahan hukum dalam hal

ini yang akan penulis lakukan adalah dengan cara kualitatif yaitu bahan-

bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian tersebut diolah serta di

analisis secara kualitatif dan penyajian secara deskriptif analisis, yaitu

penyajian dibuat dengan konsep menggambarkan secara lengkap tentang

aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah yang kemudian di

analisis keberadaannya.

Penelitian ini dilakukan dengan mengkategorikan sebagai

penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, bersifat deskriptif

maksudnya penelitian yang bertujuan untuk melukiskan keadaan obyek

atau peristiwanya, dan kualitatif diartikan sebagai kegiatan menganalisa

bahan hukum secara komprehensif, yaitu bahan hukum sekunder dari

berbagai kepustakaan dan literatur baik yang berupa buku-buku,

peraturan perundang-undangan, maupun teori yang dikemukakan oleh

para sarjana yang berhubungan dengan masalah yang diangkat.